• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH - Program Acara Mata Lelaki dan Persepsi Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penayangan Program Acara Mata Lelaki di Stasiun Televisi Trans7 Terhadap Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH - Program Acara Mata Lelaki dan Persepsi Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penayangan Program Acara Mata Lelaki di Stasiun Televisi Trans7 Terhadap Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas "

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Komunikasi, merupakan salah satu elemen penting yang sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup, terutama manusia. Tanpa adanya komunikasi, individu-individu tidak dapat berinteraksi satu sama lain, dan terisolasi dalam dirinya saja. Komunikasi memungkinkan adanya pertukaran informasi, perasaan, dan keinginan yang pada akhirnya akan turut menentukan perkembangan seseorang dan dunia di sekitarnya.

(2)

dan bervariasi. Hal ini menyebabkan media elektronik khususnya televisi lebih diminati pada masa sekarang ini.

Di Indonesia sendiri perkembangan media televisi sudah dimulai sejak tahun 1962 dengan dibangunnya Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang berfungsi meliput kegiatan Asian Games ke-4 pada saat itu, dan mulai mengudara pada 19 Agustus 1962. TVRI kemudian menjadi stasiun televisi tunggal sampai pada tahun 1989 dimana pemerintah mengizinkan stasiun televisi swasta untuk mengudara. Stasiun televisi swasta pertama Indonesia yaitu RCTI mulai mengudara pada tahun 1989 disusul SCTV pada tahun yang sama dan TPI dua tahun kemudian. Seiring dengan semakin populernya televisi di tanah air, sekarang masyarakat Indonesia telah dapat menikmati beragam siaran televisi baik dari stasiun televisi nasional seperti Indosiar, MNC TV, Trans TV (Televisi Transformasi Indonesia), Global TV, ANTV (Cakrawala Andalas Televisi), RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia), SCTV (Surya Citra Televisi), Metro TV, TV One, Trans7, TVRI, dan berbagai televisi lokal seperti SunTV, Deli TV, Kompas TV, B Channel, SpaceToon, DAAI TV, dan masih banyak lagi.

(3)

membentuk tayangan yang menghadirkan informasi dengan cara yang juga menghibur, seperti jenis acara-acara feature, magazine, dan spot. Di antara ketiga jenis tayangan ini, tayangan magazine lebih unik karena tampilannya yang tidak membosankan dengan format seperti video magazine.

Tayangan atau program magazine adalah tayangan yang didalamnya terdapat rubrik-rubrik tetap berisi bahasan-bahasan. Sekilas tayangan magazine mirip dengan jenis tayangan feature, hanya saja pada tayangan feature satu pokok permasalahan dibahas dari berbagai aspek, sedangkan pada tayangan magazine yang dibahas bukan hanya satu topik permasalahan, melainkan satu bidang kehidupan. Tayangan magazine biasanya berdurasi antara 30 menit sampai 50 menit, dan setiap rubrik didalamnya dapat disajikan dengan format yang berbeda-beda seperti wawancara, uraian, pergelaran, dan sebagainya. Hampir sama dengan feature, sajian program magazine diantarkan oleh satu atau dua presenter yang sekaligus menjadi penghubung antara rubrik yang satu dengan rubrik yang lain. Tayangan magazine bukanlah tayangan berita, oleh karena itu gaya sajian, penampilan dan kostum presenter juga perlu disesuaikan dengan spesifikasi tayangan itu (Wibowo, 1997: 133)

(4)

sedikit berbeda dengan format acara sejenis lainnya yang lebih berfokus pada pengetahuan dan wawasan. Komitmen ini kemudian dituangkan kedalam bentuk tayangan magazine bertemakan gaya hidup dengan target audiens dewasa dan materi pembahasan yang lebih sensual serta menggelitik rasa ingin tahu, yang diberi nama “Mata Lelaki”.

(5)

Setiap topik yang diangkat dalam Mata Lelaki selalu dimulai dengan gambaran topik secara umum dan garis besar, lalu seiring berjalannya tayangan akan semakin khusus membahas topik secara mendalam dari sudut pandang pria dewasa. Pembahasan topik juga disertai pendapat orang-orang yang berkompeten di bidang yang berhubungan dengan topik yang sedang diangkat, dan penyampaian informasi selalu ditampilkan dalam bentuk narasi, baik oleh narator maupun host. Mata Lelaki juga mempertahankan netralitas dalam mengangkat sebuah topik, dan menyerahkan penilaian terhadap topik yang diangkat kepada pemirsa. Hal ini tentunya akan memicu persepsi yang beragam dari kalangan masyarakat yang menonton Mata Lelaki, termasuk dari kalangan mahasiswa pria yang sudah termasuk ke dalam target audience acara ini.

Dalam penelitian ini, sampel diambil dari kalangan mahasiswa pria Fakutas Ekonomi program studi sarjana (S1) Universitas Sumatera Utara stambuk 2008. Adapun pilihan ini diambil karena melihat adanya kedekatan gaya hidup antara mahasiswa Fakultas Ekonomi USU dengan apa yang ditampilkan di acara Mata Lelaki. Stambuk 2008 dipilih karena dianggap sudah lebih dewasa dalam hal berpikir.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh program acara Mata Lelaki di stasiun televisi Trans7 terhadap persepsi mahasiswa pria program sarjana (S1) di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara stambuk 2008.

I.2. PERUMUSAN MASALAH

(6)

Lelaki terhadap persepsi mahasiswa pria di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara di Medan”

I.3. PEMBATASAN MASALAH

Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas dan terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Agar permasalahan tidak melebar, maka perlu pembatasan yang akan berkaitan dengan teori rumusan masalah yang akan menempatkan variabel yang akan diteliti. Dengan adanya pembatasan masalah, subjek penelitian akan semakin kecil ruang lingkupnya dan sangat membantu peneliti untuk mengalirkan instrumen penelitian.

Adapun pembatasan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Fokus penelitian yakni tayangan Mata Lelaki yang memiliki karakteristik pada pembawa acara, narasumber, materi acara, perangkat acara, dan waktu tayang.

2. Persepsi dalam penelitian ini dilihat melalui komponen-komponen seleksi, sensasi, atensi, interpretasi, dan reaksi.

3. Penelitian ini terbatas pada mahasiswa pria program sarjana (S1) di Fakultas Ekonomi USU Medan stambuk 2008 yang pernah menonton Tayangan Mata Lelaki di Trans7 minimal 2 (dua) kali.

4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2012.

I.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I.4.1. Tujuan Penelitian

(7)

1. Untuk mengetahui ketertarikan mahasiswa pria program sarjana (S1) Fakultas Ekonomi USU Medan terhadap program Mata Lelaki di Trans7. 2. Untuk mengetahui intensitas menonton program acara Mata Lelaki di

kalangan mahasiswa pria.

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penayangan program acara Mata Lelaki di Trans7 terhadap persepsi mahasiswa pria program sarjana (S1) Fakultas Ekonomi USU di Medan.

I.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di FISIP USU, khususnya di Departemen Ilmu Komunikasi. 2. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menguji pengalaman teoritis

peneliti selama mengikuti studi di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Secara praktis, data yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

I.5. KERANGKA TEORI

Setiap penelitian memerlukan kejelasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah-masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang membuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995: 39-40).

(8)

relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 1991: 6)

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah komunikasi, komunikasi massa, media massa televisi, persepsi, serta teori penggunaan dan pemenuhan kepuasan (uses and gratification theory).

I.5.1. Komunikasi

Istilah komunikasi (communication) berasal dari bahasa Latin communicatio yang berdasar dari communis yang berarti sama. Dalam bidang komunikasi, sama ini berarti ‘memiliki kesamaan makna’. Komunikasi adalah tindakan menyampaikan informasi, ide-ide, dan sikap dari satu orang ke orang yang lain (Warren, Philip & Edwin, 1988: 34).

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Ia juga mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (Effendy, 1993: 10).

Charles H. Cooley dalam bukunya The Significance of Communication berpendapat bahwa dengan komunikasi adalah dimaksud, mekanisme melalui mana hubungan manusia terjadi dan berkembang segala lambang dari pemikiran dengan alat-alat penyampaian dan sara menjaganya melalui ruang dan waktu. Ia meliputi ekspresi muka, sikap dan gesture, nada suara, kata-kata, tulisan, lukisan, kereta api, telegrap, telepon, dan segala apa yang dapat disebut sebagai hasil usaha menaklukkan ruang dan waktu (Lubis, 2007: 9).

(9)

dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang (Senjaya, 2007: 1.10).

Raymond S. Ross (1974) mendefinisikan komunikasi sebagai proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber (Rakhmat, 2007: 2).

Harold Lasswell dalam bukunya The Structure and Function of Communication in Society mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? atau ‘Siapa mengatakan Apa dengan Saluran apa kepada Siapa dengan Efek apa?’ (Effendy, 1993: 10).

I.5.2. Komunikasi Massa

Komunikasi memiliki banyak jenis dan ragam, tergantung dari media, isi pesan, kondisi komunikator dan komunikan, dan sebagainya. Komunikasi massa merupakan salah satu jenis kegiatan komunikasi yang memungkinkan pesan atau informasi untuk dapat diterima secara serentak dalam suatu waktu dan tempat, dengan menggunakan media penghubung tertentu. Massa dalam komunikasi massa merujuk pada sifat khalayak, audience, penonton, pemirsa atau pembaca.

Komunikasi massa adalah proses menyampaikan informasi, ide-ide, dan sikap kepada audiens yang luas dan beragam melalui penggunaan media yang dikembangkan untuk tujuan tersebut (Warren, Philip & Edwin, 1988: 35).

(10)

yang secara keseluruhan masuk kepada kelompok organisasi massa (Lubis, 2007: 33).

Menurut Gerbner (1967) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Elvinaro, 2004: 4).

Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) mendefinisikan pengertian komunikasi massa sebagai sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan heterogen (Nurudin, 2004: 11).

Severin & Tankard dalam bukunya Communication Theories, Origins, Methods, Uses menyatakan komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan sebagian ilmu, keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk memperbuat berbagai hal menjadi lebih baik (Darwanto, 2007: 30).

(11)

I.5.3. Media Massa Televisi

Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru merupakan medium yang paling kuat pengaruhnya dalam membentuk sikap dan kepribadian baru masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke daerah terpencil (Wibowo, 1997: 1).

Dari antara semua jenis media massa, televisi merupakan bentuk media yang paling populer di antara masyarakat sekaligus menjadi media yang paling banyak digunakan. Penonton televisi terdiri dari kelompok-kelompok yang beragam dengan berbagai latar belakang, memiliki minat, kebutuhan dan kebiasaan yang berbeda. Oleh karena itu, stasiun televisi harus cermat dalam menyajikan tayangan yang sesuai dengan kebutuhan penontonnya.

Siaran pertama televisi dilangsungkan oleh stasiun televisi NBC pada tahun 1939 yang menampilkan Presiden Amerika Serikat saat itu, Franklin D. Roosevelt dalam acara World’s Fair di New York. Di Indonesia sendiri, siaran televisi pertama sekali digunakan untuk meliput acara Sea Games ke-4 yang berlangsung tahun 1962.

Terdapat unsur-unsur dominan yang menjadi ciri khas televisi (Baksin, 2006: 63-68), yaitu:

1. Penampilan penyaji berita atau host.

Host secara umum diartikan sebagai orang yang memegang sebuah acara tertentu. Keberadaan host biasanya identik dengan acara yang dibawakannya. Dengan demikian, selain jenis acara, figur host yang bersangkutan juga memegang peranan penting. Kehadiran seorang host yang berkarakter akan menjadi daya tarik sebuah acara.

Menurut RM Hartoko, ada beberapa prasyarat untuk menjadi presenter televisi yang baik, yaitu:

a. Penampilan yang baik dan perlu didukung pula oleh watak dan pengalaman. b. Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa,

(12)

c. Keramahan yang tidak berlebihan sampai over friendly yang dapat menjengkelkan dan menjadi tidak wajar. Penampilan penyiar di layar televisi harus tetap disertai dengan sopan-santun perjumpaan supaya tidak menyinggung perasaan rata-rata pemirsa.

d. Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak, menyenangkan untuk didengar dan memiliki wibawa yang cukup mantap, yaitu suara yang menimbulkan kepercayaan, meyakinkan bagi yang mendengarnya, sehingga membuat pemirsa memperhatikan apa yang dikatakan.

2. Narasumber

Narasumber merupakan orang yang menjadi sumber informasi atau yang mengetahui informasi tertentu. R. Fadli (2002) menyebutkan bahwa seorang narasumber yang baik harus memiliki hal-hal berikut:

a. Memiliki kapabilitas, yaitu kemampuan yang meliputi bidang akademis maupun pengalaman.

b. Memiliki kredibilitas, meliputi kualitas, kapabilitas, atau kekuatan sehingga menimbulkan kepercayaan.

c. Memiliki akseptabilitas, meliputi latar belakang pribadi maupun profesi seorang narasumber yang sesuai dengan topik pembahasan.

3. Materi Acara

Faktor lain yang diperhatikan dalam tayangan televisi terletak pada materi acara atau permasalahan (Wibowo, 1997: 48). Dalam hal ini ada dua kategori untuk mengetahui sampai seberapa jauh permasalahan itu menarik, yaitu: a. Permasalahan apa yang dibahas, yaitu hal yang menjadi topik pembahasan

diskusi tersebut merupakan permasalahan yang penting bagi masyarakat.

b. Masalah itu merupakan masalah yang aktual atau yang sedang hangat dibicarakan masyarakat.

4. Perangkat Acara

Ilustrasi visual didalam tayangan dapat berupa sajian musik di awal acara sebagai pembukaan, membacakan cerita menarik, menyajikan ilustrasi, gambar yang berganti-ganti, atau menyajikan situasi komedi yang diperankan oleh perangkat acara (Wibowo, 1997: 37). Perangkat acara merupakan orang-orang yang memiliki peran dalam tayangan tersebut dan bertugas untuk menyampaikan ilustrasi visual terhadap khalayak. Agar ilustrasi tersebut dapat disampaikan dengan baik, perangkat acara perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu:

a. Keselarasan antara perangkat acara dan kerjasama tim

b. Komunikasi antara perangkat acara yang terlihat dalam penggunaan humor ataupun visualisasi.

5. Waktu tayang

Faktor lain yang harus diperhatikan adalah pemilihan waktu tayang. Pemilihan waktu tayang diperlukan agar segmentasi khalayak yang diharapkan dapat tercapai. Dalam pemilihan waktu tayangan juga perlu memperhatikan:

a. Frekuensi penayangan yang diperlukan untuk memudahkan penonton untuk mengingat acara tersebut.

(13)

I.5.4. Persepsi

Secara etimologis, persepsi atau dalam Bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perceptio; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah pengindraan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya. Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi (Sarwono, 2002: 94).

Persepsi juga merupakan sekumpulan tindakan mental yang mengatur impuls-impuls sensorik menjadi suatu pola bermakna (Wade & Carol, 2007: 193).

Desiderato (1976) menyebutkan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi. Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori (Rakhmat, 2007: 51).

(14)

Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh setiap orang melalui informasi ataupun rangsangan yang datang dari lingkungan sekitarnya. Segala rangsangan ini diterima oleh panca-panca indra untuk kemudian diproses.

Dalam Sobur (2003: 446), dijelaskan bahwa dalam persepsi terdapat tiga komponen utama yaitu:

1. Seleksi, merupakan proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

3. Reaksi, merupakan persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

Sedangkan menurut Deddy Mulyana (2005: 168-170), persepsi meliputi:

1. Penginderaan (sensasi) melalui alat-alat indera (indera peraba, indera penglihat, indera pencium, indera pengecap, dan indera pendengar). Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak melalui penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman dan pengecapan. Reseptor inderawi adalah penghubung antara otak manusia dan lingkungan sekitar.

(15)

3. Interpretasi, merupakan tahap yang paling penting dalam persepsi. Kita tidak dapat menginterpretasikan makna setiap objek secara langsung, melainkan menginterpretasikan makna informasi yang anda percayai mewakili objek tersebut.

I.5.5. Teori Uses and Gratification

Teori penggunaan dan pemenuhan kebutuhan (Uses and Gratification Theory) merupakan salah satu teori yang terdapat dalam bidang komunikasi, khususnya komunikasi massa. Dalam teori ini yang menjadi titik berat adalah pemirsa, dimana pemirsa dilihat sebagai individu yang bebas dan bertanggung jawab dalam memilih media yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan mereka mengetahui dengan spesifik kebutuhannya dan cara apa yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974) dalam bukunya The Uses of Mass Communications: Current Perspectives on Gratification Research, dimana dalam buku tersebut mereka menyatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya (Nurudin, 2004: 181).

(16)

I.6. KERANGKA KONSEP

Konsep sebenarnya adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Bungin, 2001: 73).

Konsep menggambarkan suatu fenomena secara abstrak yang dibentuk dengan jalan membuat generalisasi terhadap sesuatu yang khas (Nazir, 1988: 148).

Sedangkan Kerlinger (1986) menyebut konsep sebagai abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi, konsep merupakan sejumlah ciri atau standar umum suatu objek (Rachmat, 2008: 17).

Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan diatas ada beberapa konsep yang harus dioperasionalkan menjadi:

1. Variabel Bebas (X) atau Independence Variable

Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor di dalamnya yang adanya menentukan atau mempengaruhi adanya variabel yang lain (Nawawi, 1995: 41).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penayangan program acara Mata Lelaki di Trans7, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Pembawa Acara a. Penampilan b. Kecerdasan c. Keramahan d. Jenis suara 2. Narasumber

(17)

c. Akseptabilitas 3. Materi Acara

a. Topik Pembahasan b. Aktualisasi Topik 4. Perangkat Acara

a. Kerjasama tim

b. Komunikasi antara perangkat acara 5. Waktu Penayangan

a. Frekuensi Penayangan b. Durasi Penayangan

2. Variabel Terikat (Y) atau Dependence Variable

Variabel terikat adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor di dalamnya yang adanya ditentukan atau dipengaruhi oleh adanya variabel yang lain (Nawawi, 1995: 42).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa pria, dan indikatornya adalah sebagai berikut:

a. Sensasi b. Seleksi c. Atensi d. Interpretasi e. Reaksi

(18)

Variabel antara adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor di dalamnya yang tidak perlu dikontrol, karena diperhitungkan pengaruhnya pada variabel bebas (Nawawi, 1995: 44).

Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, dan indikatornya adalah sebagai berikut:

a. Departemen

b. Frekuensi Menonton Tayangan

I.7. MODEL TEORITIS

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep kemudian dapat dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut:

Gambar 1.1 Model Teoritis

I.8. OPERASIONAL VARIABEL

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk mempermudah penelitian perlu dibuat operasional variabel-variabel sebagai berikut:

Tabel 1.1. Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas (X)

(19)

b. Kredibilitas Karakteristik Responden 1. Departemen

2. Frekuensi Menonton Tayangan

I.9. DEFINISI OPERASIONAL

Defenisi operasional merupakan suatu penjabaran yang lebih lanjut mengenai konsep-konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Untuk memudahkan peneliti dalam meletakkan konsep-konsep dalam dataran operasional maka dibuat beberapa defenisi operasional sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (X) yaitu tayangan Mata Lelaki, sebuah tayangan berjenis magazine yang disampaikan kepada masyarakat luas melalui media televisi, dan memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Pembawa Acara, yaitu seseorang yang bertugas membawakan acara Mata Lelaki di Trans7.

(20)

b. Kecerdasan, yaitu kemampuan pembawa acara menguasai berbagai materi dalam program acara Mata Lelaki di Trans7. c. Keramahan, yaitu cara pembawa acara program Mata Lelaki

di Trans7 menyapa pemirsa.

d. Jenis suara, yaitu intonasi, artikulasi suara dan gaya bicara khas yang dimiliki oleh pembawa acara program Mata Lelaki di Trans7.

2. Narasumber, merupakan orang atau sekumpulan orang yang menjadi sumber informasi dalam program acara Mata Lelaki di Trans7.

a. Kapabilitas, yaitu kemampuan narasumber program acara Mata Lelaki di Trans7 secara akademis maupun pengalaman. b. Kredibilitas, yaitu kualitas, kapabilitas narasumber program

acara Mata Lelaki di Trans7 sesuai dengan bidang / profesinya sehingga dapat menimbulkan kepercayaan penonton.

c. Akseptabilitas, yaitu kecocokan narasumber yang hadir pada program acara Mata Lelaki di Trans7 dengan topik yang dibahas.

3. Materi acara, yaitu uraian acara yang disuguhkan dalam penayangan program acara Mata Lelaki di Trans7.

a. Topik pembahasan, yaitu topik yang menarik bagi sasaran penonton mengenai kehidupan dan komunitas yang berhubungan dengan pria dewasa.

(21)

4. Perangkat acara, yaitu seluruh pelaku yang terlibat dalam penayangan program acara Mata Lelaki di Trans7.

a. Kerjasama tim, yaitu keselarasan komunikasi antara pelaku yang terlibat dalam penayangan program acara Mata Lelaki di Trans7.

b. Komunikasi antara perangkat acara, yaitu kekompakan antara pelaku dalam penyampaian informasi dalam penayangan program acara Mata Lelaki di Trans7.

5. Waktu tayang, yaitu waktu penayangan program acara Mata Lelaki di Trans7.

a. Frekuensi tayangan, yaitu frekuensi penayangan program acara Mata Lelaki di Trans7 dalam satu minggu.

b. Durasi tayangan, yaitu durasi penayangan program acara Mata Lelaki di Trans7 dalam sekali tayang.

2. Variabel Terikat (Y), yaitu persepsi mahasiswa pria setelah menonton tayangan Mata Lelaki. Yang ingin diteliti adalah apakah terdapat perubahan persepsi dalam diri mahasiswa pria terhadap topik-topik yang ditayangkan setelah menonton Mata Lelaki. Persepsi dalam hal ini meliputi:

a. Sensasi, yaitu adanya rasa tertarik dalam diri responden untuk menonton tayangan Mata Lelaki, baik yang datang dari iklan televisi, diberitahu teman, dan sebagainya.

(22)

dan mengabaikan program televisi lain yang tayang pada jam yang sama.

c. Atensi, merupakan proses secara sadar maupun tidak sadar dimana responden mendapatkan informasi-informasi penting yang menjadi kunci (key information) dari topik yang sedang dibahas dalam tayangan Mata Lelaki. Hal ini dicapai responden dengan memberikan perhatian yang fokus terhadap berbagai informasi yang ditampilkan dalam Mata Lelaki.

d. Interpretasi, merupakan proses mengorganisasikan informasi yang ada sehingga memiliki arti bagi seseorang. Dalam penelitian ini, interpretasi merupakan pemahaman responden terhadap topik-topik yang disajikan dalam tayangan Mata Lelaki.

e. Reaksi, adalah sesuatu yang ditimbulkan sebagai jawaban dari rangsangan yang diterima. Dalam penelitian ini, reaksi yang diperkirakan adalah perubahan persepsi responden terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan pria dewasa setelah menonton tayangan Mata Lelaki.

3. Variabel Antara (Z), yaitu karakteristik responden yang meliputi:

a. Departemen atau jurusan tempat responden mengikuti kegiatan perkuliahan.

(23)

I.10. HIPOTESIS

Hipotesa adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi (Nazir, 1988: 182). Hipotesa yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat hubungan antara pengaruh tayangan program televisi Mata Lelaki terhadap persepsi mahasiswa pria program sarjana (S1) di Fakultas Ekonomi USU.

(24)

I.11. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah I.2 Perumusan Masalah I.3 Pembatasan Masalah

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.5 Kerangka Teori

I.6 Kerangka Konsep I.7 Model Teoritis I.8 Operasional Variabel I.9 Definisi Operasional I.10 Hipotesis

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi II.2 Komunikasi Massa II.3 Media Massa Televisi II.4 Persepsi

II.5 Teori Uses and Gratification

(25)

III.5 Teknik Pengumpulan Data III.6 Teknik Analisis Data III.7 Proses Pengolahan Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis Tabel Tunggal IV.2 Analisis Tabel Silang IV.3 Uji Hipotesis

IV.4 Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan V.2 Saran

Gambar

Tabel 1.1. Operasional Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Pengaturan dan Penataan Arus Lalu Lintas dan Parkir Dalam Rangka Hari-Hari Besar, Pekan Daerah dan Hari-Hari Tertentu Lainya di Kab.Kukar Tahun 2013. 35 Penyuluhan dan

[r]

Hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran di SD 4 Jati Wetan masih berpusat pada guru ( teacher oriented ). Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran karena selama

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh perangkat pembelajaran mengacu pada kurikulum SD 2013. Tujuan utama dari penelitian ini

Pendapat tersebut serupa dengan pendapat Ardi (2010:11) yang mengatakan bahwa peran seorang wirausaha sukses dalam membagikan pengalamannya kepada orang lain sama

dan budaya masyarakat Gayo dengan masyarakat Aceh lainnya dapat dilihat dari bahasa kesenian dan upacara-upacara adat. Salah satunya adalah upacara perkawinan ngerje suku

Perencanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 1 Boyolali: Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP diawali dengan mempelajari standar isi, dan standar

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bukti ilmiah yang dapat digunakan menjadi dasar pertimbangan pemberian ekstrak kulit manggis sebagai antioksidan dan antiinflamasi