PENGARUH TAYANGAN TELEVISI
TERHADAP SIKAP
(Studi Korelasional Pengaruh Acara Dahsyat di Stasiun Televisi RCTI Terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)
Diajukan Guna Memenuhi Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Diajukan oleh:
ISMA HANIM
080922003
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI EKSTENSI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Pengaruh Tayangan Televisi terhadap Sikap (Studi Korelasional Pengaruh Acara Dahsyat di Stasiun Televisi RCTI Terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh acara Dahsyat di stasiun televisi RCTI terhadap sikap mahasiswa FISIP USU. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori S-O-R.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh acara Dahsyat di stasiun televisi RCTI terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU khususnya Departemen Ilmu Komunikasi, Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, dan Departemen Ilmu Administrasi Negara program S1 yang masih aktif, dengan jumlah populasi sebesar 1121 orang. Dari data populasi ini, kemudian diambil sampel dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga diperoleh sampel sebanyak 92 orang. Untuk menentukan jumlah sampel disetiap Departemen, maka digunakan teknik Proportional Stratified Sampling dan menggunakan teknik pemilihan sampel dengan metode Purposive Sampling.
Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan diantara dua variabel atau lebih, atau hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan penelitian kepustakaan, dengan mempelajari buku-buku, serta sumber yang relevan dan mendukung, dan melakukan penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan bentuk analisa tabel tunggal dan uji hipotesis melalui rumus korelasi rank-order (Spearman’s Rho Rank-Order Correlations) dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and System Solution) versi 16.0.
Dari uji hipotesis yang dilakukan, maka diperoleh hasil rs adalah 0.765. Berdasarkan skala Guilford, hal ini menunjukkan hubungan kedua variabel tinggi; kuat. Maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tinggi; kuat antara Acara dahsyat di Stasiun Televisi RCTI terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, serta shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi besar
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Tayangan Televisi dan
Sikap (Studi Korelasional pengaruh Acara Dahsyat di Stasiun Televisi RCTI
terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)”.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan untuk meraih gelar sarjana (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih dari lubuk hati yang terdalam penulis persembahkan
kepada ayahanda tercinta Sudarto dan ibunda terkasih Samsinar. Terima kasih atas
do’a, dukungan moril dan materil, serta kasih sayang yang tak terhingga yang
telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
karena adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka dalam
kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu
2. Bapak Drs. Amir Purba, MSi selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Humaizi, MA selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Amir Purba, MSi selaku Dosen Pembimbing yang banyak
memberikan masukan, bimbingan, dan dorongan kepada penulis untuk
segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak atas ilmu yang
telah diberikan kepada penulis.
5. Bapak Drs. Mukti Sitompul, Msi selaku Dosen Wali.
6. Seluruh Dosen/Staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara, khususnya para dosen Departmen Ilmu
Komunikasi. Terima kasih untuk ilmu dan bimbingan yang telah diberikan
dengan selama penulis menjalankan perkuliahan.
7. Ibu Dra. Dewi Kurniawati Msi, Kak Icut, Maya Dan Kak Ros yang telah
membantu penulis dalam urusan administrasi untuk Departemen Ilmu
Komunikasi.
8. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk sahabat-sahabat penulis, Yessi,
Lusi, Indah, dan Wardah yang telah banyak memberikan motivasi, ilmu,
semangat dan juga selalu menjadi tempat berkeluh-kesah. Terima kasih
9. Untuk teman-teman seperjuangan Departemen Ilmu Komunikasi Ekstensi
khususnya stambuk 2008-2009, yang telah memberikan dukungan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kelemahan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh
karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para
pembaca semua.
Medan, Juni 2010
Penulis,
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
ABSTRAKSI ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1. Latar Belakang Masalah ... 1
I.2. Perumusan Masalah ... 4
I.3. Pembatasan Masalah ... 4
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5
I.4.1. Tujuan Penelitian ... 5
I.4.1. Manfaat Penelitian ... 5
I.5. Kerangka Teori ... 5
I.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa... 6
I.5.1.1. Komunikator ... 7
I.5.2. Teori S-O-R ... 9
I.5.3. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa ... 11
I.5.4. Efek Komunikasi Massa ... 12
I.5.5. Sikap ... 13
I.6. Kerangka Konsep ... 14
I.8. Operasional Variabel ... 15
I.9. Defenisi Operasional ... 17
I.10. Hipotesis ... 20
BAB II URAIAN TEORITIS ... 21
II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 21
II.1.1. Komunikasi ... 21
II.1.2. Komunikasi Massa ... 23
II.1.2.1. Karakteristik Komunikasi Massa ... 25
II.1.2.2. Fungsi Komunikasi Massa ... 26
II.1.2.3. Komunikator ... 27
II.1.2.4. Pesan ... 32
II.2. Teori S-O-R ... 36
II.3. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa... 38
II.3.1. Ciri-ciri dan Fungsi Televisi ... 39
II.3.2. Kelebihan dan Kelemahan Televisi... 41
II.3.3. Tayangan Televisi ... 42
II.4. Efek Komunikasi Massa ... 44
II.5. Sikap ... 49
II.5.1. Pengertian Sikap... 49
II.5.2. Fungsi Sikap ... 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 54
III.1. Deskripsi RCTI dan Acara Dahsyat ... 54
III.1.1. RCTI ... 54
III.1.2. Acara Dahsyat ... 56
III.2. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 60
III.2.1. Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ... 60
III.2.3. Visi dan Misi FISIP... 65
III.2.4. Tujuan, Tugas, dan Fungsi FISIP ... 65
III.3. Metode Penelitian ... 67
III.4. Populasi dan Sampel ... 67
III.4.1. Populasi ... 67
III.4.2. Sampel ... 68
III.5. Teknik Penarikan Sampel ... 69
III.6. Teknik Pengumpulan Data ... 70
III.7. Teknik Analisis Data ... 71
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 74
IV.1. Pengantar ... 74
IV.2. Teknik Pengolahan Data ... 75
IV.3. Analisis Tabel Tunggal ... 76
III.3.1. Analisis Data Karakteristik Responden ... 76
III.3.2. Variabel Bebas (Acara Dahsyat di RCTI) ... 80
III.3.3. Variabel Terikat (Sikap Mahasiswa)... 96
IV.4. Uji Hipotesis ... 110
IV.5. Pembahasan ... 112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 116
V.1. Kesimpulan ... 116
V.2. Saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Operasional Variabel ... 16
Tabel 2 Populasi Mahasiswa FISIP USU... 68
Tabel 3 Populasi Mahasiswa tiap Departemen ... 70
Tabel 4 Jumlah Populasi/ Departemen ... 77
Tabel 5 Angkatan/ Stambuk Responden ... 78
Tabel 6 Jenis Kelamin Responden ... 79
Tabel 7 Intensitas menonton acara Dahsyat di RCTI ... 80
Tabel 8 Frekuensi menonton acara Dahsyat di RCTI ... 81
Tabel 9 Efektivitas pembawa acara Dahsyat ... 82
Tabel 10 Figur pembawa acara dalam keahlian membawakan acara Dahsyat ... 83
Tabel 11 Penampilan fisik pembawa acara Dahsyat ... 84
Tabel 12 Tingkah laku pembawa acara Dahsyat ... 85
Tabel 13 Daya tarik tersendiri pembawa acara Dahsyat ... 86
Tabel 14 Kepercayaan responden terhadap isi pesan ... 87
Tabel 15 Isi pesan berpengaruh terhadap sikap responden untuk menonton ... 88
Tabel 16 Pemahaman responden terhadap bahasa yang digunakan ... 89
Tabel 17 Kesesuaian makna pesan terhadap kebutuhan tentang musik ... 90
Tabel 18 Kejelasan tampilan acara ... 91
Tabel 19 Tingkat pengertian responden terhadap acara Dahsyat ... 92
Tabel 21 Durasi acara Dahsyat ... 94
Tabel 22 Jenis musik yang ditampilkan di acara Dahsyat ... 95
Tabel 23 Tingkat kesenangan responden terhadap acara Dashyat ... 96
Tabel 24 Pengaruh acara Dahsyat dalam menambah pengetahuan ... 97
Tabel 25 Responden suka mendengarkan musik ... 98
Tabel 26 Perhatian responden terhadap acara Dahsyat ... 99
Tabel 27 Ketertarikan responden terhadap acara Dashyat ... 100
Tabel 28 Penilaian/ tanggapan responden terhadap acara Dahsyat ... 101
Tabel 29 Keinginan responden meluangkan waktu untuk menonton ... 102
Tabel 30 Sikap responden terhadap Indosiar menayangkan acara musik ... 103
Tabel 31 Sikap responden terhadap TPI menayangkan acara musik ... 104
Tabel 32 Sikap responden terhadap Trans Tv menayangkan acara musik ... 105
Tabel 33 Sikap responden terhadap Antv menayangkan acara musik... 106
Tabel 34 Sikap responden terhadap RCTI menayangkan acara musik ... 107
Tabel 35 Sikap responden terhadap SCTV menayangkan acara musik ... 108
Tabel 36 Sikap responden terhadap Trans 7 menayangkan acara musik ... 110
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Model S-O-R ... 10
Gambar 2 Model Teoritis ... 15
Gambar 3 Karakteristik Komunikator ... 32
Ganbar 4 Model Wilbur Schramm (1) ... 33
Gambar 5 Model Wilbur Schramm (2) ... 33
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Pengaruh Tayangan Televisi terhadap Sikap (Studi Korelasional Pengaruh Acara Dahsyat di Stasiun Televisi RCTI Terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh acara Dahsyat di stasiun televisi RCTI terhadap sikap mahasiswa FISIP USU. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori S-O-R.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh acara Dahsyat di stasiun televisi RCTI terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU khususnya Departemen Ilmu Komunikasi, Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, dan Departemen Ilmu Administrasi Negara program S1 yang masih aktif, dengan jumlah populasi sebesar 1121 orang. Dari data populasi ini, kemudian diambil sampel dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga diperoleh sampel sebanyak 92 orang. Untuk menentukan jumlah sampel disetiap Departemen, maka digunakan teknik Proportional Stratified Sampling dan menggunakan teknik pemilihan sampel dengan metode Purposive Sampling.
Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan diantara dua variabel atau lebih, atau hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan penelitian kepustakaan, dengan mempelajari buku-buku, serta sumber yang relevan dan mendukung, dan melakukan penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan bentuk analisa tabel tunggal dan uji hipotesis melalui rumus korelasi rank-order (Spearman’s Rho Rank-Order Correlations) dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and System Solution) versi 16.0.
Dari uji hipotesis yang dilakukan, maka diperoleh hasil rs adalah 0.765. Berdasarkan skala Guilford, hal ini menunjukkan hubungan kedua variabel tinggi; kuat. Maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tinggi; kuat antara Acara dahsyat di Stasiun Televisi RCTI terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
“Hidup ini dikendalikan media massa”. Kalimat itu tidak dapat dipungkiri
bila kita amati animo individu atau masyarakat terhadap berbagai program
komunikasi melalui media massa seperti, surat kabar, majalah, radio, televisi, dan
film. Belum lagi munculnya media online (internet). Sejak bangun tidur,
melakukan aktivitas harian, sampai tidur kembali kita tidak lepas dari terpaan atau
menerpakan diri terhadap media massa.
Perkembangan teknologi informasi media dewasa ini memberikan andil
yang sangat besar dalam perkembangan dan kemajuan komunikasi massa. Dari
semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh dalam
kehidupan manusia. Hampir semua orang memiliki televisi di rumahnya. Daya
tarik televisi merupakan pengaruh baru dalam kehidupan masyarakat. Televisi
dianggap paling kuat pengaruhnya terhadap orang yang menonton.
Televisi merupakan media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia. Jenis media ini sebagai media audiovisual tidak membebani banyak
syarat bagi masyarakat untuk menikmatinya. Berdasarkan fungsinya sendiri
televisi memiliki 3 fungsi, yaitu: Fungsi Informasi (The Informational Function),
Fungsi Pendidikan (Educational Function), dan Fungsi Hiburan (Entertainment
Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang
jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja
bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik
dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan
peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun televisi dituntut untuk memiliki
kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik.
Itu dapat dilihat dengan banyaknya muncul acara-acara ataupun program-program
menarik yang ditampilkan di stasiun televisi.
Program televisi yang setiap hari muncul di layar kaca makin bervariasi
dan beragam. Masyarakat kerap disuguhi dengan beragam jenis tayangan, mulai
sinetron, berita, infotainment, debat, reality show, talkshow, serta musik.
Semaraknya acara televisi yang disiarkan bagi masyarakat ditandai dengan
munculnya televisi-televisi swasta di Indonesia. Televisi swasta bukan saja
bersaing dalam menyajikan acara hiburan yang mampu menarik minat menonton,
tetapi juga bersaing lebih ketat dalam menyajikan informasi aktual kepada
penontonnya. Diantara sekian banyak acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun
televisi swasta, salah satunya yang dapat merebut perhatian penonton adalah acara
Dahsyat yang ditayangkan stasiun televisi RCTI.
Saat ini musik merupakan perangkat yang mendominasi dunia hiburan.
Hampir tidak dapat ditemui sebuah hiburan tanpa mengabaikan peran musik,
sebaliknya musik menjadi sebuah bangunan hiburan yang besar dan paling
Dahsyat adalah salah satu acara musik yang ditayangkan oleh RCTI
dengan tiga orang pembawa acaranya yaitu Olga Syahputra, Luna Maya dan Raffi
Achmad. Acara ini ditayangkan setiap hari di stasiun televisi RCTI. Dahsyat hadir
untuk menyegarkan penonton televisi tentang musik beserta tangga lagu
ter-updatenya. Dahsyat juga menampilkan bintang tamu yaitu group-group band serta
penyanyi-penyanyi yang akan menyanyikan lagunya secara langsung.
Tayangan Dahsyat ini tumbuh melalui gagasan satuan acara televisi yang
melibatkan para pembawa acaranya, bintang tamunya serta penonton yang hadir
ke suasana yang santai dengan humor-humor yang segar. Setiap harinya acara ini
juga menampilakan tayangan yang berbeda. Mulai dari bintang tamu hingga
segmen acaranya yang bervariasi. Seperti segmen Dahsyatnya Kantor,
Dahsyatnya Sekolah, Dahsyatnya Pasar, dan Dahsyatnya Kuliner. Dalam acara ini
juga terdapat segmen kirim-kirim salam, baik langsung, email, facebook maupun
twitter. Hal inilah yang menyebabkan acara musik ini mampu menembus
kompetisi yang ketat dalam jagad hiburan tentang acara musik di Indonesia ini.
Musik dan televisi identik dengan kaum remaja dan kawula muda yang
dinamis dan selalu mengikuti perkembangan teknologi dan memerlukan akses
informasi khususnya dibidang musik. Kaum remaja ini juga membutuhkan
hiburan yang sesuai dengan kebutuhan mereka seperti acara yang berhubungan
dengan musik. Para eksekutif media massa melihat remaja sebagai kelompok
khusus dalam kehidupan masyarakat yang membutuhkan acara musik. Sehingga
mereka berhasrat menjangkau kelompok pemirsa tersebut dengan meluncurkan
Hiburan yang sesuai dengan kebutuhan kaum remaja dan kawula muda
khususnya mengenai musik dapat dilihat melalui acara Dahsyat yang ditayangkan
di stasiun televisi RCTI. Dengan adanya acara ini dapat menambah pengetahuan
dan informasi tentang musik yang sesuai dengan selera kaum remaja dan kawula
muda. Disini peneliti tertarik menjadikan mahasiswa FISIP USU sebagai
responden, dimana masih dikategorikan sebagai kaum remaja dan kawula muda
yang membutuhkan informasi dan hiburan khususnya tentang musik.
Dari uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti sejauhmana
pengaruh acara Dahsyat di stasiun televisi RCTI terhadap sikap mahasiswa FISIP
USU.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraiakan di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Sejauhmana pengaruh acara
Dahsyat di stasiun televisi RCTI terhadap sikap Mahasiswa FISIP USU?”.
I.3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat
mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti.
Adapun pembatasan masalah tersebut adalah :
1. Penelitian ini terbatas pada acara Dahsyat yang ditayangkan stasiun
2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh acara Dahsyat di
stasiun televisi RCTI terhadap sikap Mahasiswa FISIP USU.
3. Objek penelitian adalah mahasiswa FISIP USU program S-1 yaitu
Departemen Ilmu Komunikasi, Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial,
dan Departemen Ilmu Administrasi Negara yang masih aktif kuliah.
4. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2010 s/d selesai.
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk megetahui pola acara Dahsyat di stasiun televisi RCTI.
2. Untuk mengetahui pola menonton mahasiswa FISIP USU terhadap acara
Dahsyat di stasiun televisi RCTI.
3. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh acara Dahsyat di stasiun televisi
RCTI terhadap sikap mahasiswa FISIP USU.
I.4.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara akademik, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU,
khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya
khasanah penelitian dan sumber bacaan.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
3. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada siapa
saja yang memiliki perhatian terhadap perkembangan lagu atau musik
dalam negeri.
I.5. Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari
sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001:39).
Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi,
dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan
menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala
tersebut (Rakhmat, 2004:6).
Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan diantaranya adalah:
I.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media (Effendy,
2004:5).
Komunikasi merupakan unsur utama dalam segala kegiatan kehidupan
manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Komunikasi sangat erat
kaitannya dengan segala aspek kehidupan, sehingga setiap perubahan penting
pada keseluruhan kehidupan manusia dan masyarakat, tidak terkecuali pada
pranata dan lembaganya. Proses komunikasi dapat dilakukan secara bertatap muka
atau dilakukan dengan menggunakan bantuan media. Dengan bantuan dari
media-media tersebut, setiap individu dapat dengan mudah menyampaikan pesan-pesan
komunikasinya tanpa mengenal ruang dan waktu (Rohim, 2009:21).
Konsep komunikasi massa pada satu sisi mengandung pengertian suatu
proses di mana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada
publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses di mana pesan tersebut
dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audien. Pusat dari studi mengenai
komunikasi massa adalah media. Media merupakan organisasi yang menyebarkan
informasi yang merupakan produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan
mencerminkan budaya dalam masyarakat.
Komunikasi massa didefenisiskan sebagai penggunaan teknologi yang
dapat mendesiminasikan pesan secara luas, sangat beragam, tersebar luas kepada
para penerima. Pesan-pesan media, secara khusus dapat disampaikan lewat
teknologi, dimana pengaruh tampilan dan gambar pesan dapat dimodifikasi lewat
kecanggihan teknologi (Rohim, 2009:22).
1.5.1.1. Komunikator
Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak. Oleh
karena itu, komunikator biasa disebut pengirim, sumber, source atau encoder
Dalam komunikasi peranan komunikator sangat penting. Komunikasi
haruslah luwes sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera
mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Suatu
pengaruh yang menghambat komunikasi bisa datang sewaktu-waktu, lebih-lebih
jika komunikasi dilangsungkan melalui media massa. Faktor-faktor yang
berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau komponen komunikan
sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tercapai.
Dalam proses komunikasi seorang komunikator akan sukses apabila ia
berhasil menunjukkan source credibility, artinya menjadi sumber kepercayaan
bagi komunikan.
Kepercayaan komunikan kepada komunikator ditentukan oleh keahlian
komunikator dalam bidang tugas pekerjaannya dan dapat tidaknya ia dipercaya.
Seorang ahli hukum akan mendapat kepercayaan apabila ia berbicara mengenai
masalah hukum. Demikian pula seorang dokter akan memperoleh kepercayaan
kalau ia membahas masalah kesehatan.
Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang
disampaikan kepada komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan
empiris. Jadi seorang komunikator menjadi source of credibility disebabkan
adanya ethos pada dirinya yaitu apa yang dikatakan oleh Aristoteles, dan yang
hingga kini tetap dijadikan pedoman yaitu good sense, good moral character dan
good will, yang oleh para cendikiawan modern diterjemahkan menjadi itikad baik
(good intentions), dan dapat dipercaya (thrustworthiness) dan kecakapan atau
ber-ethos menunjukkan bahwa dirinya mempunyai itikad baik, dapat dipercaya
dan mempunyai kecakapan dan keahlian (Effendy, 2007:306).
I.5.2. Teori S-O-R
Dari uraian-uraian di atas maka teori yang menedekati permasalahan
penelitian ini adalah Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response). Teori ini
mengemukakan bahwa tingkah laku sosial dapat dimengerti mengenai suatu
analisis dari stimulus yang diberikan dan dapat mempengaruhi reaksi yang
spesifik dan didukung oleh hukuman maupun penghargaan sesuai dengan reaksi
yang terjadi. Dengan kata lain, menurut Effendy efek yang ditimbulkan sesuai
dengan teori S-O-R yang merupakan reaksi yang bersifat khusus terhadap
stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan kesesuian antara
pesan dan reaksi komunikan (Effendy,2007:254).
Prinsip teori ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang
sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Dengan
demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatau ikatan yang
erat antar pesan-pesan media dan reaksi audien.
Berdasarkan uraian di atas, maka proses komunikasi dalam teori S-O-R ini
Gambar 1
Model S-O-R
Bagan tersebut menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada
proses yang terjadi pada individu. Stimulus ataupun pesan yang disampaikan
kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan terus
berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya adalah
pengertian. Kemampuan komunikasi inilah yang melanjutkan ke proses
berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya maka terjadilah
kesediaan untuk mengubah sikap.
Dikaitkan dengan Acara Dahsyat di stasiun televisi RCTI terhadap sikap
Mahasiswa FISIP USU, Gambar di atas menunjukkan bahwa:
a. Pesan (Stimulus), stimulus atau pesan yang dimaksud disini adalah acara
Dahsyat di stasiun televisi RCTI.
Stimulus
Response
(Perubahan sikap)
Organism
• Perhatian
• Pengertian
b. Komunikan (Organism), yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
c. Efek (Response), berupa perubahan sikap yang melalui tahap-tahap:
− Pengetahuan bermusik komunikan bertambah setelah menonton acara
Dahsyat di stasiun televisi RCTI.
− Timbulnya perasaan suka ataupun minat yang mendorong komunikan
untuk menonton acara Dahsyat di stasiun televisi RCTI.
− Tindakan komunikan yang diwujudkan dengan menonton acara
Dahsyat di stasiun televisi RCTI.
Yang dimaksud dengan perubahan sikap yang berhubungan pada
penelitian ini adalah perubahan sikap/ response komunikan yang diwujudkan
dengan tindakan menonton acara Dahsyat di stasiun televisi RCTI.
I.5.3. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa
Televisi merupakan media yang mendominasi komunikasi massa, karena
sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Televisi
mempunyai kelebihan dari media massa lainnya yaitu bersifat audiovisual
(didengar dan dilihat), dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat
menyajikan peristiwa yang sering terjadi ke setiap rumah para pemirsa dimanapun
mereka berada.
Dengan ini dapat dikatakan bahwa televisi sebagai media massa dapat
berfungsi sangat efektif, karena selain dapat menjangkau ruang yang sangat luas
relatif singkat. Jadi suatu pesan yang ditayangkan di televisi selalu bisa di tonton
oleh khalayak tertentu (Morissan, 2008:35).
I.5.4. Efek Komunikasi Massa
Setiap aktifitas komunikasi akan menimbulkan pengaruh atau efek baik
terhadap individu maupun masyarakat, dan bertalian dengan pengetahuan, sikap
dan perilaku. Efek adalah unsur penting dalam keseluruhan proses komunikasi.
Efek bukan hanya sekedar reaksi penerima terhadap pesan yang dilontarkan oleh
komunikator, melainkan merupakan panduan sejumlah kekuatan yang bekerja
dalam masyarakat. Dimana komunikator hanya dapat menguasai satu kekuatan
saja yaitu pesan-pesan yang dilontarkan. Bentuk konkrit efek dalam komunikasi
adalah terjadinya perubahan pendapat atau sikap atau perilaku khalayak akibat
pesan yang menyentuhnya.
Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa
timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat
pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Efek dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kategori (Effendy, 2007:318-319) yaitu:
1. Efek kognitif yaitu berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga
khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti yang tadinya
2. Efek afektif yaitu berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat
kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film
bioskop dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak.
3. Efek konatif yaitu bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang
cenderung menjadi suatu tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung
timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek
kognitif dan afektif. Dengan kata lain timbulnya efek konatif setelah muncul
efek kognitif dan efek afektif.
I.5.5. Sikap
Menurut Effendy (2004:19) sikap adalah suatu kesiapan kegiatan
(preparatory activity), suatu kecenderungan pada diri seseorang untuk melakukan
suatu kegiatan menuju atau menjauhi nilai-nilai sosial.
Menurut J. Paul Peter dan Jerry C. Olson (1999), sikap dapat didefenisikan
sebagai evaluasi konsep secara menyeluruh yang dilakukan oleh seseorang. Dapat
dikatakan bahwa sikap merupakan suatu respon evaluatif. Respon evaluatif
merupakan bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap yang muncul yang
didasari proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap
rangsangan dalam bentuk nilai baik dan buruk, menyenangkan atau tidak
menyenangkan, positif atau negatif, yang kemudian mengkristal menjadi potensi
dan reaksi terhadap suatu objek (Mar’at, 1993:15).
Diantara sumber informasi yang paling penting dalam kehidupan modern
massa mengubah dulu citra dan citra mendasari sikap (Rivers, 2003:44).
Kemampuan acara musik dalam menciptakan sikap yang mendukung terhadap apa
yang ditampilkan sering tergantung pada sikap audien.
I.6. Kerangka Konsep
Dalam menyusun kerangka konsep dipelukan hasil pemikiran rasional
yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan
dicapai (Nawawi, 2001:40).
Konsep yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak: kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006:33).
Jadi kerangka konsep adalah landasan berfikir yang menjelaskan makna
dan maksud dari teori yang dipakai atau menjelaskan kata-kata yang mungkin
masih abstrak pengertiannya di dalam teori tersebut. Agar konsep-konsep dapat
diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya
menjadi variabel.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Variabel Bebas (X)
Adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau
mempengaruhi munculnya gejala, fakor, atau unsur yang lain (Nawawi, 2001:56).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah acara Dahsyat di stasiun
2. Variabel Terikat (Y)
Adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul
dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas (Nawawi, 2001:57).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap mahasiswa FISIP USU.
I.7. Model Teoritis
Varibel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan
dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:
Gambar 2
Model Teoritis
I.8. Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, mak dapat dibuat
operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam
penelitian, yakni sebagai berikut: Variabel Bebas (X)
Acara Dahsyat di RCTI
Variabel Y
Sikap Mahasiswa FISIP USU
Tabel 1
Operasional Variabel
No Variabel Teoritis Variabel Operasional
1 Variabel Bebas (X)
Acara Dahsyat di RCTI
1. Pembawa Acara
• Attractiveness (Daya Tarik) 2. Pesan yang disampaikan
• Faktor Bentuk
− Penggunaan Bahasa/ Kata-kata
− Kejelasan Isi Pesan
3. Waktu penayangan
2 Variabel Terikat (Y)
Sikap Mahasiswa FISIP USU
Komponen Sikap 1. Komponen Kognitif
2. Komponen Afektif
• Perhatian
• Ketertarikan
• Keinginan/ kebutuhan
• Keputusan
3 Karakteristik Responden 1. Departemen
2. Angkatan/ Stambuk 3. Jenis Kelamin
I.9. Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan suatu petunjuk pelaksanaan mengenai
cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Defenisi operasional merupakan
suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan
menggunakan variabel yang sama. Defenisi operasional dari variabel-variabel
dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (Acara Dahsyat di stasiun televisi RCTI )
Pembawa Acara, berupa:
a. Credibility (Kredibilitas) Acara, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh
pembawa acara.
• Pembicaraan, yaitu gaya berbicara dari Olga, Luna, dan Raffi.
• Keahlian, yaitu keahlian yang dimiliki Olga, Luna, dan Raffi dalam
membawakan acara Dahsyat.
• Penampilan, yaitu penampilan fisik Olga, Luna, dan Raffi.
• Tingkah laku, yaitu tingkah laku Olga, Luna, dan Raffi selama
b. Attractiveness (daya tarik), yaitu daya tarik yang dimiliki Olga, Luna, dan
Raffi.
Pesan yang disampaikan, berupa:
a. Faktor bentuk, yaitu:
• Penggunaan bahasa/ kata-kata, yaitu kata-kata atau bahasa yang
dipergunakan Olga, Luna, dan Raffi saat membawakan acara Dahsyat.
Apakah sudah jelas dan mudah dipahami.
• Kejelasan isi pesan, yaitu isi pesan berupa tangga lagu yang
disampaikan agar jelas dan dipahami komunikan.
• Komunikatif, yaitu kata-kata yang disampaikan dipahami komunikan
karena diselingi dengan humor ataupun atraksi dari pembawa acara
atau bintang tamu.
b. Faktor isi, yaitu:
• Credibility, yaitu memulai komunikasi dengan membangun
kepercayaan.
• Context, yaitu komunikasi harus sesuai dengan kehidupan/ keadaan
sosial.
• Content, yaitu pesan harus mempunyai arti/ bermanfaat.
• Clearity, yaitu pesan disusun dalam bahasa yang sederhana.
• Continuity dan Consistency, yaitu proses komunikasi adalah proses
yang tidak pernah berakhir dan harus ada pengulangan.
• Channel, yaitu media yang digunakan sebagai saluran untuk
• Capability, yaitu kemampuan khalayak dalam mencerna isi pesan.
Waktu penayangan, yaitu waktu acara Dahsyat disiarkan di stasiun televisi
RCTI.
2. Variabel Terikat (Sikap Mahasiswa FISIP USU)
a. Komponen kognitif, yaitu komponen yang berhubungan dengan apa yang
diketahui oleh manusia dan berhubungan dengan kepercayaan,
pengetahuan dan pemahaman.
• Pengetahuan, yaitu komunikan mengetahui lagu-lagu, band-band, dan
penyanyi-penyanyi terbaru beserta tangga lagu ter-updatenya.
b. Komponen Afektif, yaitu komponen pembentukan dan perubahan sikap pada
khalayak setelah mengenal aspek kognitif dan komponen ini menyangkut
kehidupan emosional seseorang yang dapat diamati langsung.
• Perhatian, yaitu menaruh perhatian terhadap acara Dahsyat dengan
menontonnya.
• Ketertarikan, yaitu komunikan tertarik untuk menyaksikan acara
Dahsyat.
• Keinginan/ kebutuhan, yaitu keinginan/ kebutuhan komunikan untuk
menyediakan waktu untuk menonton acara Dahsyat.
• Keputusan, yaitu keputusan untuk menonton acara Dahsyat.
3. Karakteristik Responden
a. Departemen, yaitu departemen yang diambil responden.
b. Angkatan/ Stambuk, yaitu tahun masuk responden.
I.10. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang tengah
diteliti (Suyanto dan Sutinah, 2005:43).
Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan
penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan
membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho : Tidak terdapat hubungan antara pengaruh acara Dahsyat di stasiun televisi
RCTI terhadap sikap mahasiswa FISIP USU.
Ha : Terdapat hubungan antara pengaruh acara Dahsyat di stasiun televisi RCTI
terhadap sikap mahasiswa FISIP USU.
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa
II.1.1. Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan
manusia. Dan bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi
terbentuknya suatu masyarakat atau komunitas yang terintegrasi oleh inormasi, di
mana masing-masing individu dalam msyarakat itu sendiri saling berbagi
informasi (information sharing) untuk mencapai tujuan bersama. Secara
sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampai pesan
dan orang yang menerima pesan. Senada dengan hal ini bahwa komunikasi atau
communication berasal dari bahasa Latin “communis”. Communis atau dalam
bahasa Inggrisnya “commun” yang artinya sama. Apabila kita berkomunikasi (to
communicate), ini berarti bahwa kita berada dalam keadaan berusaha untuk
menimbulkan kesamaan (Suwardi, 1986:13) dalam buku (Rohim, 2009:8).
Sebagaimana dikemukakan oleh John R. Wenburg dan William W.
Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, setidaknya ada tiga
pemahaman mengenai komunikasi, yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah,
komunikasi sebagai interaksi, dan komunkasi sebagai transaksi (Mulyana,
2002:60). Komunikasi sebagai tindakan satu arah (linier), yaitu proses dimana
menuju kepada komunikan. Komunikasi linier ini selalu dikaitkan dengan
komunikasi model Lasswell yaitu dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan who
says what in which channel to whom with what effect atau siapa berkata apa
melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa (Effendy, 2004:10).
Komunikasi juga dipahami sebagai suatu bentuk komunikasi interaksi,
yaitu komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya
bergantian (Mulyana, 2002:65). Dalam konteks ini, komunikasi melibatkan
komunikator yang menyampaikan pesan, baik verbal maupun nonverbal kepada
komunikan yang langsung memberikan respons berupa verbal maupun nonverbal
secara aktif, dinamis dan timbal balik. Selanjutnya adalah komunikasi sebagai
transaksi, seperti pendapat Pearson dan Nelson, yaitu Komunikasi adalah proses
memahami dan berbagi makna. Salah satu kelebihan konseptualisasi komunikasi
sebagai transaksi adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada
komunikasi yang disengaja atau respons yang dapat diamati (Rohim, 2009:10).
Berdasarkan sifatnya, komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Komunikasi Verbal (Verbal Communication)
a. Komunikasi Lisan (Oral Communication)
b. Komunikasi Tulisan (Written Communication)
2. Komunikasi Non Verbal (Non Verbal Communication)
a. Komunikasi Kial (Gestural/body Communication)
3. Komunikasi Tatap Muka
4. Komunikasi Bermedia
Sedangkan untuk tujuan manusia melakukan komunikasi dapat dibagi
dalam empat bagian, yaitu:
1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude)
2. Untuk megubah opini/ pandangan/ pendapat (to change the opinion)
3. Untuk mengubah perilaku (to change the behavior)
4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society)
Komunikasi merupakan unsur utama dalam segala kegiatan kehidupan
manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Komunikasi sangat erat
kaitannya dengan segala aspek kehidupan, sehingga setiap perubahan penting
yang terjadi pada komunikasi akan memiliki pengaruh, dampak dan implikasi
pada keseluruhan kehidupan manusia dan masyarakat, tidak terkecuali pada
pranata dan lembaganya. Proses komunikasi dapat dilakukan secara bertatap muka
atau dilakukan dengan menggunakan bantuan media. Dengan bantuan dari
media-media tersebut, setiap individu dapat dengan mudah menyampaikan pesan-pesan
komunikasinya tanpa mengenal ruang dan waktu (Rohim, 2009:21).
II.1.2. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan
efeknya terhadap mereka. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan
sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan
menggunakan media. Konsep komunikasi massa pada satu sisi mengandung
pengertian suatu proses di mana organisasi media memproduksi dan menyebarkan
pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses di mana
pesan tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audience (Nurudin,2004:1).
Pusat dari studi mengenai komunikasi massa adalah media. Media
merupakan organisasi yang menyebarkan informasi yang merupakan produk
budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam
masyarakat. Oleh karenanya, sebagaimana dengan politik dan ekonomi, media
merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem
kemasyarakatan yang lebih luas (Rohim, 2009:21).
Sebagai sarana komunikasi massa, media massa dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok yaitu, media cetak (surat kabar, majalah, tabloid, dan
lainnya) dan media elektronik (televisi, radio, bioskop, internet, dan lainnya)
(Effendy, 2006:20). Keberadaan media tersebut tidak lepas dari perkembangan
dan kemajuan teknologi komunikasi itu sendiri. Pada umumnya perkembangan
media elektronik khususnya televisi lebih pesat bila dibandingkan dengan media
cetak, namun pada dasarnya kedua media tersebut memiliki karakteristik yang
berbeda, sehingga keduanya sangat dibutuhkan sebagai sarana komunikasi massa
yang tepat (Susanto, 1996:10).
Komunikasi massa didefenisiskan sebagai penggunaan teknologi yang
para penerima. Pesan-pesan media, secara khusus dapat disampaikan lewat
teknologi, dimana pengaruh tampilan dan gambar pesan dapat dimodifikasi lewat
kecanggihan teknologi (Rohim, 2009:22).
II.1.2.1. Karakteristik Komunikasi Massa
Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk
melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi
massa (Effendy,2006:81-83), yaitu:
1. Komunikasi massa bersifat umum
Yaitu pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah
terbuka untuk semua orang.
2. Komunikan bersifat heterogen
Yaitu massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang heterogen
yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat
berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan
masyarakat, dan sebagainya.
3. Media massa menimbulkan keserempakan
Yaitu keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak
yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut berada dalam keadaan
4. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi
Karena komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya
dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator.
II.1.2.2. Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa adalah sebagai berikut (Bungin, 2008:79-81) :
1. Fungsi Pengawasan
Media massa merupakan sebuah medium di mana dapat digunakan untuk
pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi
pengawasan ini berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan
persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas
preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Fungsi Social Learning
Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah
melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat.
Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada
masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa
dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien
dan menyebar secara bersamaan di masyarakat secara luas.
3. Fungsi Penyampaian Informasi
Komunikasi massa yang mengandalkan media massa, memiliki fungsi
luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik
tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga
fungsi informatif tercapai dalam waktu cepat dan singkat.
4. Fungsi Transformasi Budaya
Komunikasi massa sebagaimana sifat-sifat budaya massa, maka yang
terpenting adalah komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya
yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa,
terutama yang didukung oleh media massa. Fungsi ini lebih kepada
tugasnya yang besar sebagai bagian dari budaya global.
5. Fungsi Hiburan
Fungsi lain dari komunikasi massa adalah hiburan. Komunikasi massa
juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi
massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yanga ada
pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.
II.1.2.3. Komunikator
Dalam komunikasi peranan komunikator sangat penting. Komunikasi
haruslah luwes sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera
mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Suatu
pengaruh yang menghambat komunikasi bisa datang sewaktu-waktu, lebih-lebih
jika komunikasi dilangsungkan melalui media massa. Faktor-faktor yang
berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau komponen komunikan
sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tercapai. Para ahli komunikasi
pendekatan yang disebut AA Procedure atau from attention to action procedure.
AA Procedure ini sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat
AIDDA (Khasali, 1995:178). Lengkapnya adalah sebagai berikut:
A = Attention (Perhatian)
I = Interest (Minat)
D = Desire (Hasrat)
D = Decision (Keputusan)
A = Action (Tindakan)
Proses pentahapan komunikasi mengandung maksud bahwa komunikasi
hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hubungan ini
komunikator harus menimbulkan daya tarik. Pada dirinya harus terdapat faktor
daya tarik komunikator (source attractiveness).
Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan
perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya
tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya,
dengan kata lain pihak komunikan merasa adanya kesamaan antara komunikator
dengannya, sehingga dengan demikian komunikan bersedia untuk taat pada pesan
yang dikomunikasikan oleh komunikator. Sikap komunikator yang berusaha
menyamakan diri dengan komunikan ini akan menimbulkan simpati komunikan
pada komunikator (Effendy, 2007:34).
Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian (attention)
merupakan awal kesuksesan komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah
terbangkitkn, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest),
dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk
melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja
pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus
dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk
melakukan kegiatan (action) sebagaimana daharapkan komunikator.
Dalam proses komunikasi seorang komunikator akan sukses apabila ia
berhasil menunjukkan source credibility, artinya menjadi sumber kepercayaan
bagi komunikan. Kepercayaan komunikan kepada komunikator ditentukan oleh
keahlian komunikator dalam bidang tugas pekerjaannya dan dapat tidaknya ia
dipercaya. Seorang ahli hukum akan mendapat kepercayaan apabila ia berbicara
mengenai masalah hukum. Demikian pula seorang dokter akan memperoleh
kepercayaan kalau ia membahas masalah kesehatan.
Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang
disampaikan kepada komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan
empiris. Jadi seorang komunikator menjadi menjadi source of credibility
disebabkan adanya ethos pada dirinya yaitu apa yang dikatakan oleh Aristoteles,
dan yang hingga kini tetap dijadikan pedoman yaitu good sense, good moral
character dan good will, yang oleh para cendikiawan modern diterjemahkan
menjadi itikad baik (good intentions), dan dapat dipercaya (thrustworthiness) dan
kecakapan atau kemampkuan (competence or expertness). Berdasarkan hal itu
komunikator yang ber-ethos menunjukkan bahwa dirinya mempunyai itikad baik,
dapat dipercaya dan mempunyai kecakapan dan keahlian (Effendi, 2007:306).
Komunikator berperan penting dalam proses komunikasi karena
pesan sehingga pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak dan tujuan dari
komunikasi dapat dicapai ditandai dengan adanya perubahan sikap khalayak.
Pesan juga haruslah disusun sedemikian rupa agar memudahkan pengertian,
pengingatan, dan perubahan sikap. Efek dari pengorganisasian pesan yang
tersusun dan tidak tersusun ternyata berbeda. Menurut penelitian dari Beighley
tahun 1952, pesan yang tersususn dengan baik lebih mudah dimengerti daripada
pesan yang tidak tersusun dengan baik (Rakhmat, 2005:295).
Ada enam macam retorika dalam penyusunan/ pengorganisasian pesan
menurut Aristoteles, yaitu deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan
topical. Urutan deduktif dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama,
kemudian memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpulan, dan
bukti. Sebaliknya dalam urutan induktif, dikemukakan perincian-perincian dan
kemudian ditarik kesimpulan. Urutan kronologis, pesan disusun berdasarkan
urutan waktu terjadinya peristiwa. Urutan logis, pesan disusun berdasarkan sebab
akibat atau akibat sebab. Urutan spasial, pesan disusun berdasarkan tempat.
Sedangkan untuk urutan topical, pesan disusun berdasarkan topik pembicaraan.
Klassifikasinya, dari yang penting kepada yang kurang penting, dari yang mudah
ke yang sukar, dari yang dikenal ke yang asing (Rakhmat, 2005:45).
Sesudah urutan-urutan pesan diatas, psikologi komunikasi menambahkan
lagi satu urutan yang disebut urutan psikologis. Urutan ini adalah yang paling
terkenal dan yang paling dahulu dikemukakan oleh Alan H. Monroe pada akhir
1930-an. Urutan ini kemudian disebut “,motivied sequence”, yang menyarankan
lima langkah dalam penyusunan pesan, yaitu:
b. Need (kebutuhan)
c. Satisfaction (pemuasan)
d. Visualization (visualisasi)
e. Action (tindakan)
Bila anda ingin mempengaruhi orang lain maka rebutlah dahulu
perhatiannya. Selanjutnya bangkitkan kebutuhannya dengan memberikan petunjuk
bagaimana cara memuaskan kebutuhan itu. Gambarkan dalam pikirannya
kerugian dan keuntungan yang akan diperolehnya bila ia menerapkan gagasan
anda dan akhirnya doronglah agar ia bertindak.
Setelah komunikator mengorganisasikan pesan, maka pesan tersebut harus
dibuat terstruktur. Komunikator harus menentukan informasi yang harus
disampaikan terlebih dahulu terhadap khalayak yang tidak sepaham dengan
komunikator. Bagian mana yang didahulukan, yang penting ataukah yang kurang
yang penting. Karena seorang komunikator akan sukses dalam komunikasinya,
apabila ia menyesuaikan komunikasinya dengan the image dari komunikan, yaitu
memahami kepentingannya, kebutuhannya, kecakapannya, pengalamannya,
kemampuan berpikirnya, kesulitannya, dan sebagainya. Singkatnya komunikator
harus dapat menjaga kesemestaan alam mental yang terdapat pada komunikan,
yang oleh Prof. Hartley disebut “The Image of Other” (Effendy, 2007:44).
Gambar 3
Karakteristik Komunikator
Kredibilitas komunikator terdiri dari gabungan dari daya tarik
(attractiveness), kesukaan (likeability), kepercayaan (trustworthiness), dan
keahlian (expertise). Kredibilitas memperngaruhi penerimaan komunikan terhadap
seorang komunikator dan pesan. Seorang komunikator yang kredibel dapat
dipercaya (Clow & Baack, 2007:214). Dalam penelitian ini komunikatornya
adalah stasiun televisi RCTI sebagai stasiun televisi yang menyajikan acara musik
Dahsyat.
II.1.2.4. Pesan
Dalam sebuah artikel “How Communication Works” yang dipublikasikan
tahun 1954, Wilbur schramm membuat 3 model yang dimulai dari komunikasi
manusia yang sederhana, kemudian mengembangkan dengan memperhitungkan
pengalaman dua individu hingga model komunikasi yang interaktif.
Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk
menciptakan commonness antara komunikator dan komunikan. Hal ini karena
komunikasi berasal dari kata latin communis yang artinya common (sama). Credibility
Attractiveness
Trustworthiness Expertise
Field of Experience Field of Experience
Gambar 4
Model Wilbur Schramm (1)
Encoder Decoder
Menurut Schram komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya 3 unsur :
1. Sumber bisa berupa seorang individual berbicara, menulis, menggambar, dan
bergerak atau sebuah organisasi komunikasi (koran, rumah produksi, televisi).
2. Pesan dapat berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara,
lambaian tangan, atau sinyal-sinyal lain yang memiliki makna.
3. Sasaran dapat berupa individu yang mendengarkan, melihat, membaca,
anggota dari sebuah kelompok seperti diskusi kelompok, mahasiswa dalam
perkuliahan, khalayak massa, pembaca surat kabar, penonton televisi,dll.
Gambar 5
Model Wilbur Schramm (2)
Encoder Decoder
Schramm mengenalkan konsep field of experience, yang menurut
Schramm sangat berperan dalam menentukan apakah komunikasi diterima
Source Signal Destination
sebagaimana yang diinginkan oleh komunikan. Schramm menekankan bahwa
tanpa adanya field of experience yang sama (bahasa yang sama, latar belakang
yang sama, kebudayaan yang sama, dll) hanya ada sedikit kesempatan bahwa
suatu pesan akan diinterpretasikan dengan tepat. Dalam hal ini model schramm
diatas adalah pengembangan dari model Shannon dan Weaver. Schramm
mengatakan bahwa pentingnya feedback adalah suatu cara untuk mengatasi
masalah noise. Menurut Schramm feedback membantu kita untuk mengetahui
bagaimana pesan kita diinterpretasikan. Sumber dapat menyandi dan sasaran
dapat menyandi balik pesan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya
masing-masing. Jika wilayah irisan semakin besar, maka komunikasi lebih mudah
dilakukan dan efektif.
Gambar 6
Model Wilbur Schramm (3)
Pada model ini Schramm percaya bahwa ketika komunikan memberikan umban balik maka ia akan berada pada posisi komunikator (source). Setiap
individu dilihat sebagai sumber sekaligus penerima pesan dan komunikasi dilihat
sebagai suatu proses sirkular daripada suatu proses satu arah seperti pada dua
model Shramm sebelumnya. Model yang ketiga ini disebut juga model Osgood
Pesan menurut teori Cutlip dan Center yang dikenal dengan The 7C’s of
Communication, yaitu meliputi:
a. Credibility, yaitu memulai komunikasi dengan membangun kepercayaan.
Oleh karena itu, untuk membangun berita kepercayaan itu berawal dari
kinerja, baikpihak komunikator maupun pihak komunikan akan menerima
pesan tersebut berdasarkan keyakinan yang dapat dipercaya begitu juga
tujuannya.
b. Context, yaitu suatu program komunikasi mestinya berkaitan dengan
lingkungan hidup atau keadaaan sosial yang bertentangan dan seiring
dengan keadaan tertentu dan memperhatikan sikap partisipatif.
c. Content, pesan itu mempunyai arti bagi audiensnya dan memiliki
kecocokan dengan sistem nilai-nilai yang berlaku bagi orang banyak dan
bermanfaat.
d. Clarity, menyusun pesan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan
mempunyai persamaan arti antara komunikator dan komunikan.
e. Continuity, komunikasi tersebut merupakan proses yang tidak ada
akhirnya yang memerlukan pengulangan-pengulangan untuk mencapai
tujuan.
f. Consistency, yaitu ketetapan terhadap makna pesan dimana isi atau materi
pesan harus konsisten dan tidak membingungkan audiens.
g. Capability, kemampuan khalayak terhadap pesan, yaitu melibatkan
berbagai faktor adanya sesuatu kebiasaan-kebiasaan membaca atau
II.2. Teori S-O-R
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini
semula berasal dari teori psikologi yang kemudian menjadi teori komunikasi. Dua
disipin ilmu ini memang mempunyai objek material yang sama yaitu manusia,
yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi,
afeksi, dan konasi.
Menurut Stimulus-Response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur
dalam model ini adalah:
a. Pesan (Stimulus)
b. Komunikan (Organism)
c. Efek (Response)
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek
“how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how
to change the attitude yaitu bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses
perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang
menerpa benar-benar melebihi semua.
Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta
Pengukurannya”, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang
menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru terdapat tiga variabel penting
a. Perhatian
b. Pengertian
c. Penerimaan
Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada
proses yang terjadi pada individu. Dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan
mengenai hubungan Acara Dahsyat di stasiun televisi RCTI terhadap sikap
Mahasiswa FISIP USU, Gambar di atas menunjukkan bahwa:
d. Pesan (Stimulus), stimulus atau pesan yang dimaksud disini adalah acara
Dahsyat di stasiun televisi RCTI.
e. Komunikan (Organism), yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
f. Efek (Response), efek yang diharapakan dapat dicapai adalah adanya
perubahan sikap dari komunikan yang melalui tahap-tahap:
Stimulus
Response
(Perubahan sikap)
Organism
• Perhatian
• Pengertian
• Perhatian
• Pengertian
• Penerimaan
II.3.Televisi sebagai Media Komunikasi Massa
Televisi berasal dari dua kata yang berbeda yaitu tele (bahasa Yunani)
yang berarti jauh dan visi (videre; bahasa latin) yang berarti penglihatan. Dengan
demikian televisi yang dalam bahasa Inggris disebut television dapat diartikan
dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang
diproduksi di suatu tempat dan dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah
perangkat penerima/ Television Set (Wahyudi, 1992:49).
Salah satu media dalam komunikasi adalah televisi. Dari semua media
komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan
manusia (Ardianto, 2004:125).
Media televisi sebagai salah satu pioner dalam penyebaran informasi dan
dengan menggunakan perngkat satelit, kini menjadi media informasi yang terus
berkembang pesat (Kuswandi, 1996:1).
Menurut Effendy (Effendy, 2002:21) yang televisi siaran merupakan
media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa,
yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat
umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat
Televisi merupakan media massa yang sangat besar manfaatnya, karena
dalam waktu yang relatif singkat dapat menjangkau wilayah dan jumlah penonton
yang tidak terbatas (Darwanto, 2007:26).
II.3.1. Ciri-ciri dan Fungsi Televisi
Sebagai suatu media elektronik, televisi memiliki ciri-ciri sebagai berikut
(Ardianto, 2004:128) :
1. Audiovisual
Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat
(audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata,
musik, dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang
bergerak.
2. Berpikir dalam Gambar
Dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama,
adalah visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan kata-kata yang
mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Kedua, adalah
penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar
individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna
3. Pengoperasian lebih Kompleks
Pengoperasian televisi lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan
orang-orang yang terampil dan terlatih.
Televisi mempunyai fungsi sebagai berikut (Effendy, 2007:27) :
1. Fungsi Penerangan (The Informational Function)
Ada dua faktor yang mampu menyiarkan informasi yang memusatkan. Faktor
yang pertama adalah faktor immediately (langsung dan dekat) dan faktor yang
kedua adalah realism (kenyataan).
2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)
Televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan
yang sifatnya menambah pengetahuan khalayak.
3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)
Televisi juga menyuguhkan acara yang bersifat hiburan kepada masyarakat.
Tayangan-tayangan yang bersifat hiburan misalnya sinetron, kuis, film,
komedi dan lain sebagainya. Pada umumnya tujuan utama khalayak menonton
televisi adalah untuk memperoleh hiburan dan selajutnya untuk memperoleh
II.3.2. Kelebihan dan Kelemahan Televisi
Televisi merupakan suatu media massa yang diperuntukkan kepada
khalayak ramai juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Khasali
(1995:121) dalam menjalankan fugsinya, televisi memiliki beberapa kelebihan
dan kelemahan. Adapun kelebihan dan kelemahan televisi, yaitu:
a. Kelebihan Televisi
1. Efisiensi Biaya
Salah satu keuntungan televisi adalah kemampuannya menjangkau
khalayak sasaran yang sangat luas. Jangkauan massa ini menimbulkan
efisiensi biaya dalam menjangkau setiap khalayak.
2. Dampak yang Kuat
Keunggulan lainnya adalah kemampuannya menimbulkan dampak
yang kuat terhadap konsumen dengan tekanan sekaligus pada dua
panca indera, yaitu penglihatan dan pendengaran. Televisi juga mampu
mengkombinasikan gerakan, kecantikan, suara, warna, drama, dan
humor.
3. Pengaruh yang Kuat
Televisi juga mempunyai kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi
persepsi khalayak sasaran. Kebanyakan masyarakat menghabiskan
waktunya di depan televisi sebagai sumber berita, hiburan, dan sarana
b. Kelemahan Televisi
1. Biaya yang Besar
Kelemahan yang paling serius dalam siaran televisi ialah biaya yang
besar dalam memproduksi suatu acara, walaupun untuk menjangkau
khalayak lebih rendah.
2. Khalayak yang Tidak Selektif
Sekalipun berbagai teknis telah diperkenalkan untuk menjangkau
sasaran yang lebih selektif, televisi tetap sebuah media yang tidak
selektif karena segmentasinya tidak setajam surat kabar atau majalah.
3. Kesulitan Teknis
Media ini tidak luwes dalam pengaturan teknis. Acara-acara yang telah
dibuat awalnya dapat berubah begitu saja, apalagi menjelang jam-jam
penyiarannya.
II.3.3. Tayangan Televisi
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada tayangan televisi adalah
pemirsa, waktu, durasi, dan metode penyajian (Ardianto, 2004:131).
1. Pemirsa
Susungguhnya dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan media
komunikannya. Namun untuk komunikasi melalui media elektronik,
khususnya televisi, faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih. Dalam hal
ini komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa baik yang
termasuk kategori anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua. Jadi, setiap
acara yang ditayangkan benar-benar berdasarkan kebutuhan pemirsa, bukan
acara yang dijejalkan begitu saja.
2. Waktu
Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan, agar setiap acara ditayangkan
secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak sasaran atau khalayak
yang dituju. Bagi semua stasiun, antara pukul 19.30 sampai pukul 21.00 WIB
dianggap sebgai waktu utama (prime time), yakni waktu yang dianggap paling
baik untuk menayangkan acara pilihan, karena pada waktu itulah seluruh
anggota keluarga berkumpul dan punya waktu untuk menonton televisi.
Karenanya tidak heran pada acara tersebut selalu dipenuhi oleh iklan.
3. Durasi
Durasi berkaitan dengan waktu, yaitu jumlah menit dalam setiap penayangan
acara. Suatu acara tidak akan mencapai sasaran karena durasi terlalu singkat
atau terlalu lama.
4. Metode Penyajian
Telah kita ketahui bahwa fungsi utama televisi menurut khalayak pada
umumnya adalah untuk menghibur, selanjutnya adalah informasi. Dengan