• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iklan Rokok Televisi Terhadap Perubahan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Terpaan Iklan Rokok di Televisi Terhadap Perubahan Sikap Pada Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Iklan Rokok Televisi Terhadap Perubahan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Terpaan Iklan Rokok di Televisi Terhadap Perubahan Sikap Pada Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Minat masyarakat Indonesia dalam menonton televisi cukup tinggi. Selama ini di televisi ditampilkan iklan produk rokok dengan massive, bercitra positif, dan persuasif untuk menimbulkan kesadaran merokok. Sehingga televisi berpotensi tinggi untuk sosialisasi nilai-nilai budaya baru pada anak-anak yang menghabiskan waktu lebih banyak untuk menonton televisi daripada kegiatan lainnya.

Melalui iklan rokok merupakan suatu cara produsen rokok untuk memasarkan produk mereka. Kehidupan modern kita saat ini sangat tergantung kepada iklan. Tanpa iklan para produsen dan distributor tidak akan dapat menjual barangnya, sedangkan di sisi lain para pembeli tidak akan memiliki informasi yang memadai mengenai produk barang dan jasa yang tersedia di pasar (Frank Jefkins,1996:2). Tanpa adanya iklan, berbagai produk barang dan jasa tidak akan dapat mengalir secara lancar ke para distributor atau penjual, apalagi sampai ke tangan konsumen atau pemakainya.

Lebih-lebih dengan keberadaan iklan rokok yang tidak terkendali, membuat

anak-anak Indonesia hanya dalam sedikit pilihan untuk tidak merokok. Iklan

rokok di Indonesia menyerbu ke semua segmen media publik. Menurut survey AC

Nielsen, pada tahun 2006 belanja iklan industri rokok mencapai Rp 1,6 trilyun,

atau kedua terbesar setelah belanja iklan sektor telekomunikasi (Rp 1,9 trilyun).

Berdasarkan hasil Evaluasi Pengawasan Iklan Rokok tahun 2006, badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mencatat terdapat 14.249 iklan rokok

yang tersebar di seluruh media elektronik, media luar ruang, dan media cetak,

dengan proporsi terbesar di media elektronik yang mencapai 9.230 iklan.

Selain

melalui

iklan,

promosi

merek

rokok

dilakukan

dengan

menyelenggarakan event dan menyeponsori event-event tertentu yang dilakukan

secara agresif oleh industri rokok. Hampir setiap merek rokok mempunyai event

atau menjadi sponsor pada acara-acara musik, olahraga, baik di luar ruang

maupun di televisi. Dari pemantauan Komnas Perlindungan Anak pada periode

Januari-Oktober 2007 tercatat ada 1350 kali kegiatan yang diselenggarakan atau

disponsori industri rokok, atau rata-rata sekitar 135 kegiatan setiap bulannya.

Agresifitas iklan, promosi dan kegiatan sponsor oleh industri rokok telah

(2)

tembakau oleh anak. Hal ini karena mayoritas target pasar industri rokok adalah

anak muda, sehingga seluruh bentuk pemasaran, ditujukan untuk menjerat

anak-anak untuk menjadi perokok pemula. Belum lagi dengan pembagian langsung

produk rokok dalam suatu event, menjadikan anak-anak dimanjakan untuk

memperoleh pengalaman baru. Merokok.

Iklan-iklan rokok juga dibuat provokatif, kreatif, dan selalu di up date.

Kalimat-kalimat jitu yang mampu menerkam perasaan remaja selalu berhasil

diracunkan seperti; “Bukan Basa Basi”, “Mana Xpresimu”, “U are U”, “Pria

Punya Selera”,

New World, New Bold

”, “Kapan Kawin?”, “

My Trip, My

Adventure

”, “Buktikan Merahmu”, dan sebagainya.

Dengan iklan-iklan yang demikian provokatif dan menguasai semua ruang

publik serta media massa cetak maupun elektronik, dapat dipastikan sasarannya

adalah anak muda remaja. Iklan-iklan rokok yang ada secara sistematis telah

memudakan prevalensi merokok pada anak-anak.

Regulasi tentang rokok pembatasan rokok memang ada tetapi masih sangat

minim. Regulasi yang ada baru berupa Peraturan Pemerintah (PP) No 19 tahun

2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan. Pada Bagian Kelima tentang

iklan dan Promosi pasal 16 menyebutkan bahwa iklan dan promosi rokok hanya

dapat dilakukan oleh setiap orang yang memproduksi rokok dan/atau yang

memasukkan rokok ke dalam wilayah Indonesia, dapat dilakukan di media

elektronik, media massa cetak atau media luar ruang. Iklan pada media massa

elektronik hanya dapat dilakukan pada pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00

waktu setempat. Ketentuan tersebut ternyata tidak efektif untuk membendung

keinginan masyarakat untuk tetap merokok termasuk anak-anak. Dengan besarnya

dana yang industri rokok kucurkan untuk belanja iklan, maka tak heran bila semua

jenis media telah didominasi dengan iklan-iklan rokok. Di media luar ruang pun,

tak ada lagi ruang kosong tanpa reklame-reklame raksasa iklan rokok yang

mendominasi jalan-jalan raya di Indonesia.

(3)

rokok bisa mempengaruhi konsumen dalam berperilaku untuk lebih dewasa serta berbeda dari yang lain dan bisa tampil lebih percaya diri. Iklan rokok di televisi berusaha memunculkan citra positif dalam merokok. Dalam penampilan iklan rokok di televisi biasanya menampilkan sosok bintang iklan yang berlatang belakang elegan, berani mencoba hal baru, dan siap menghadapi tantangan. Ini bisa membuat konsumen lebih terpancing untuk mengkonsumsi produk mereka.

Tipe-tipe perokok juga terbagi dalam beberapa tipe seperti perokok ringan, perokok sedang dan perokok berat. Perokok ringan biasanya mengkonsumsi 1-10 batang rokok per hari. Perokok sedang mengkonsumsi 10-20 batang rokok per hari. Perokok berat biasanya menghabiskan diatas 20 batang rokok per hari.

Sebagaimana kita ketahui zat-zat asing berbahaya yang dihisap oleh perokok tersebut adalah zat yang terkandung dalam dalam asap rokok dan ada 4000 zat kimia yang terdapat dalam sebatang rokok, 40 diantaranya tergolong zat yang berbahaya misalnya : hidrogen sianida (HCN) , arsen, amonia, polonium, dan karbon monoksida (CO). Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas 85 % dan partikel.

Berdasarkan data lebih dari 40.000 penelitian telah membuktikan bahwa asap rokok mengandung lebih dari 4000 senyawa kimia, 43 diantaranya bersifat karsinogen. Botvin (1993:217) menyatakan bahwa zat-zat tersebut meningkatkan faktor risiko utama terjadinya penyakit tidak menular seperti jantung, gangguan pembuluh darah, kardiovaskuler, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, kanker paru, kanker mulut. Lebih lanjut Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa rokok adalah pembunuh yang akrab di tengah-tengah masyarakat (anonim,2009, http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/458-rokok-membunuh-lima-jutaorang-setiap-tahun.html). Penyakit-penyakit tersebut, saat ini merupakan penyebab kematianutama di dunia, termasuk di Indonesia. Oleh karena itu, rokok dan asapnya harus dihindari oleh semua pihak dari usia yang sedini mungkin.

(4)

anak-anak yang berusia tergolong remaja karena Alex Sobur (2003; 133) dalam bukunya terdapat beberapa fase usia menurut beberapa para ahli mengenai manusia yang berusia sekitar 18-20 tahun. Psikolog Charlotte Buhler (1930) menyebutnya fase kelima (14-19 tahun), mengatakan anak lebih mengarahkan minatnya pada lapangan hidup yang konkret, yang dahulu dikenalnya secara subjektif belaka. Lambat laun, terbentuklah persesuaian di antara pengarahan ke dalam dan pengarahan diri ke luar. Di antara subjek dan objek (yang dihayatinya), mulai terbentuk satu synthese. Dengan tibanya masa ini, tamatlah masa perkembangan anak dan perkembangan remaja. Lalu individu yang bersangkutan memasuki masa kedewasaan. Dalam buku Alex Sobur (2003;134) juga mengambil pendapat ahli menurut Elisabeth B. Hurlock dalam bukunya Developmental Psychology (1978) yang menyebut anak usia 18-21 tahun sebagai remaja lanjut. Dirinya ingin selalu menjadi pusat perhatian. Ia ingin menonjolkan diri; caranya lain dari remaja awal. Ia idealis, mempunyai cita-cita tinggi, bersemangat dan mempunyaienergi yang besar. Ia berusaha memantapkan indentitas diri, dan ingin mencapai ketidaktergantungan emosional.

Perkembangan intelektual dan mental remaja tersebut seharusnya membuat mereka memiliki sikap yang positif terhadap kesehatan diri dan lingkungannya, namun sebagian remaja saat ini sudah memulai kebiasaan merokok.

Saat ini, merokok menjadi salah satu bagian dari gaya hidup manusia. Merokok sudah menjadi kebiasaan bagi kebanyakan orang. Bukan menjadi suatu hal yang tabu dalam adat istiadat kita. Rokok memiliki kandungan kimia yang cukup berbahaya seperti tar, nikotin, karbon monoksida, zat iritan, dan zat karnisogen. Setiap kandungan kimia tersebut memiliki efek samping bagi kesehatan manusia khususnya bagi perokok. Efek samping dari merokok bisa menimbulkan bermacam-macam penyakit seperti menimbulkan iritasi bahkan kanker, mengikat oksigen dalam tubuh, mengotori saluran udara dan kantung udara dalam paru-paru, menyebabkan batuk.

(5)

1.2.Fokus Masalah

Agar penelitian lebih spesifik dan efektif, maka diperlukan fokus masalah yang jelas. Adapun fokus masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Sejauh manakah Hubungan Terpaan Iklan Rokok di Televisi Terhadap Perubahan Sikap Pada Mahasiswa FISIP USU angkatan 2015?”

1.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ini dimaksudkan untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas. Adapun pembatasan masalah adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini bersifat korelasional yaitu untuk memaparkan atau menguraikan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan maupun sumber-sumber referensi serta menemukan hubungan diantara kedua variabel serta menguji hipotesis.

2. Objek penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU angkatan 2015 yang masih aktif.

3. Objek penelitian ditujukan kepada mahasiswa FISIP USU angkatan 2015 yang berusia 18-21 tahun.

4. Mahasiswa aktif yang merokok maupun tidak merokok.

5. Mahasiswa yang pernah menonton iklan rokok di televisi setidaknya satu kali. 6. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April 2016 hingga selesai.

1.4.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana tayangan iklan rokok di televisi menurut Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015.

2. Untuk mengetahui perubahan sikap Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015 setelah menonton tayangan iklan rokok di televisi.

3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara iklan rokok terhadap perubahan sikap mahasiswa.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

(6)

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas khasanah penelitian Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan dapat dijadikan bahan referensi oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi.

Referensi

Dokumen terkait

Mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk pelaksanaan kegiatan Tahun Anggaran 2013, seperti tersebut dibawah ini

Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Lainnya melalui Kantor Layanan Pengadaan Barang / Jasa Kota Banjar akan menyelenggarakan Lelang Sederhana Pengadaan Barang dengan

Pendataan siswa yang kurang berprestasi di bidang akademik untuk.. mendapatkan bimbingan dari

Otorisasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu otorisasi umum (general authorization) dan otorisasi khusus (specific authorization). Manajemen menyusun otorisasi umum

(3) Radiasi dipancarkan oleh atom ketika elektron “melompat” dari suatu keadaan stasioner (orbit stasioner) yang energinya lebih tinggi ke keadaan stasioner lain yang energinya

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa gel ekstrak etanolik bunga kembang sepatu dengan penambahan gelling agent carbomer 934 dapat meningkatkan viskositas dengan R 2 = 1,

Berusaha keraslah dalam mengerjakan apa saja yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan pada Allah dan

Evaluasi terhadap data administrasi hanya dilakukan terhadap hal-hal yang tidak dinilai pada saat penilaian kualifikasi. Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan