Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
Annisa Rahmayanti 109046300004
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
P R O G R A M S T U D I M U A M A L A T
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
EFISTENSI LEMBAGA
AMIL
ZAKATDALAM MENGELOLA DANA ZAXAT DI INDOI\IESIA (Studi KasN; PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BI{D
Skripsi
Diajukao kspada Fakuttas Syariah dan Hukum
unhrk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
ANNISA RAHMAYAITTI
NIM: 109M63000M
Dosen Pembimbing
Kushardanta.
M.M
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN
WAKAF
PRO G
RAM STUDI
MUAMALAT
FAKI.JLTAS
SYARI'Afl
DA}[
HUKTJMI]IN
SYARIF
HIDAYATI-ILLAH
JAKARTA
Dana Zakat
di
Indonesia" telah diajukaa dalam Sidang Munaqasyah FakullasSyariah dan Hukum Universitas Istam Negeri Syarif Hidayan{lah Jat(8ita pada
tanggal 16 Januari 2014. Skipsi ini telah diteiima sebagai sa.lah satu syarat untuk
memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah pada Program
Strdi
Muamalat(Ekonomi Syariah).
Dekafl Fakultas
Prof2fr. H/Muhammad Amin Sum4 SH, MA, MM
MP : 19550505198203I0l2
Panitis Sid.ng Mumqosyah
Ketua Dr. Euis Amalia- M.Ae
MP: 19710701 1998032002
Mu'min Rauf. M.Ag
NIP: 1974161997031004
Kushadant4 S.E, M.M
Seketaris
Pembimbing
Penguji I Maman Rahman Hakim, S.E.I., M.M
Muhammad Z.en, M.A
Jakarta 16 Januari 2014
dan Hukum
v
Annisa Rahmayanti. Efisiensi Lembaga Amil Zakat dalam Mengelola Dana Zakat di Indonesia. Skripsi Program Studi Muamalat, Konsentrasi Manajemen Zakat dan Wakaf, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Di tengah perkembangan dunia filantropi, hingga saat ini banyak bermunculan LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang dibentuk oleh swasta untuk mengelola dana zakat di Indonesia. Lembaga-lembaga tersebut memiliki motivasi yang sama untuk mengumpulkan zakat sebanyak-banyaknya dari para muzakki. Sayangnya, dana zakat yang berhasil dikumpulkan masih jauh dari potensi yang ada. Oleh karenanya, institusi zakat dituntut untuk lebih optimal dan dibutuhkan optimalisasi potensi zakat agar lembaga-lembaga pengelola zakat dapat menjalankan tugasnya dengan baik, salah satunya dengan efsiensi. Penelitian ini ditujukan untuk mengukur tingkat efisiensi LAZ, mengetahui apakah LAZ yang diteliti telah menjalankan tugasnya dengan benar, dan untuk dijadikan bahan evaluasi dalam meningkatkan kinerja LAZ tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari 3 LAZ yang telah dikukuhkan sebagai LAZNAS (Lembaga Amil Zakat Nasional) oleh pemerintah yaitu, PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI selama periode penelitian tahun 2009-2011. Pengukuran ini menggunakan metode non-parametrik DEA (Data Envelopment Analysis). Dari hasil penelitian diketahui bahwa LAZ PKPU dan BAMUIS BNI telah mencapai tingkat efisiensi maksimal 100% dan tidak terjadi inefisiensi. Sedangkan Rumah Zakat memiliki nilai efisiensi rata-rata tahunan yang kurang dari ketetapan, yaitu sebesar 94,09% dan terjadi inefisiensi sebesar 5,91%.
vi
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang. Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan kemudahan yang diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, kepada sahabat serta pengikutnya yang selalu istiqomah
mengikuti ajarannya.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit
hambatan serta kesulitan yang dihadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan
kerja keras, serta support dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung, sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M, selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan
Bapak Mukmin Rauf, M.Ag, selaku Sekretaris Porgram Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Kushardanta, M.M, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan
sabar telah memberikan banyak masukan, arahan, saran-saran, serta motivasi
vii selama penulis menjadi mahasiswa.
5. Kepada seluruh Dosen dan Karyawan Akademik Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan pengetahuan dan bantuannya kepada penulis. Serta para
pengurus Perpustakaan yang senantiasa memberikan pelayanan kepada para
mahasiswa.
6. Kedua orang tuaku, Bapak H. Suryadi dan Ibu Rusmiah yang dengan tulus
selalu mendoakan, memberi dukungan baik materil maupun nonmateril, dan
telah sabar menunggu penulis menyelesaikan skripsi ini dan menjadi sarjana.
Semoga Allah selalu memberikan berkah, rahmat, dan perlindungan untuk
Mama dan Ayah.
7. Kepada BUMN Angkasa Pura 2 yang telah memberikan beasiswa penuh
kepada penulis hingga dapat menyelesaikan masa pendidikan S1 di kampus
tercinta.
8. Kepada Bapak Dr. Sudarnoto Abdul Halim, M.A, selaku Wakil Rektor yang
telah melancarkan penyelenggaraan Beasiswa BUMN di UIN. Tidak lupa
juga kepada seluruh pihak di Bagian Kemahasiswaan (Ka Amel, Ibu
Mahmudah, Mas Adhrian, Ibu Iis, dan semua jajaran yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu) yang dengan sabar telah mengurus segala kegiatan
administrasi sehingga beasiswa ini bisa sampai ke tangan kami hingga akhir
masa studi.
9. Adik-adikku, Nanda dan Muzda yang membuat penulis ingin menjadi contoh
viii
10. Moch. Anggriawan Luqmana yang telah mencurahkan seluruh perhatian dan
menciptakan semangat baru ketika penulis merasa jenuh. You are my second
reason to continue fight this research..
11. Sahabat-sahabat terbaik ZISWAF “Laskar Pelangi” Ani, Aya, Lani, Uci, dan
Icha. Serta teman-teman Asuransi 2009. Terima kasih untuk tetap saling
memotivasi meski akhirnya tidak bisa lulus dalam waktu yang bersamaan.
12. Teman-teman seperjuangan di Asrama Putri, Reisa, Rini, Yuli, Miss, Hawa,
Azizah, Rahmah, Ipeh, Maro, Iftah, Ka May, Ka Ochit, Ka Nila yang secara
alamiah telah memberi sugesti positif untuk menjadi perempuan yang cerdas
dan tangguh seperti kalian.
13. Seluruh pihak yang terkait yang telah membantu dan menyemangati penulis
selama proses penyelesaian skripsi ini.
Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat menambah khazanah keilmuan
dan bermanfaat bagi banyak pihak. Penulis sadar bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis berharap
peneliti-peneliti selanjutnya dapat menyempurnakan dan melakukan perbaikan.
Penulis, Januari 2014
ix
JUDUL………. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING………. ii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG………...iii
LEMBAR PERNYATAAN……….iv
ABSTRAKSI ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Review Studi Terdahulu ... 8
E. Kerangka Pemikiran ... 12
F. Metode Penelitian ... 13
G. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II LANDASAN TEORI A. Zakat 1. Pengertian Zakat... 15
2. Dasar Hukum Zakat ... 17
x
b. Hukum Positif ... 19
3. Tujuan dan Hikmah Zakat ... 20
B. Pengelolaan Zakat 1. Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Zakat ... 21
2. Pola Pengelolaan Zakat ... 21
C. Lembaga Amil Zakat 1. Lembaga Amil Zakat di Indonesia ... 22
2. Tugas dan Fungsi Lembaga Amil Zakat ... 24
3. Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat ... 26
D. Efisiensi 1. Pengertian Efisiensi ... 28
2. Prinsip-prinsip Efisiensi ... 30
E. Efisiensi Pengelolaan Zakat ... 31
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Peneltian ... 34
B. Jenis dan Sumber Data ... 35
C. Populasi dan Sampel ... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ... 37
E. Identifikasi Variabel Input dan Output ... 38
F. Metode Analisis Data ... 41
1. Metode Pengukuran Efisiensi dengan DEA ... 41
xi
B. Analisis Faktor-faktor Penyebab Inefisiensi
Lembaga Amil Zakat... 61
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63
B. Saran-saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
xii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 1.1 Ringkasan Review Studi Terdahulu ... 8
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 11
Tabel 2.1 Nama 18 LAZNAS ... 23
Tabel 3.1 Nama-nama Lembaga Zakat ... 34
Tabel 3.2 Variabel Input-Output ... 39
Tabel 4.1 Tingkat Efisiensi 3 LAZNAS ... 49
Tabel 4.1.1 Variabel Input-Output PKPU ... 51
Tabel 4.1.a Target for Annual PKPU 2009 ... 51
Tabel 4.1.b Target for Annual PKPU 2010 ... 52
Tabel 4.1.c Tagret for Annual PKPU 2011 ... 53
Gambar 4.2 Efisiensi Tahunan Rumah Zakat ... 54
Tabel 4.2.1 Variabel Input-Output Rumah Zakat ... 55
Tabel 4.2.a Target for Annual Rumah Zakat 2009 ... 55
Tabel 4.2.b Target for Annual Rumah Zakat 2010 ... 56
Tabel 4.2.c Target for Annual Rumah Zakat 2011 ... 57
Tabel 4.3.1 Variabel Input-Output BAMUIS BNI... 59
Tabel 4.3.a Target for Annual BAMUIS 2009 ... 59
Tabel 4.3.b Target for Annual BAMUIS 2010 ... 60
Tabel 4.3.c Target for Annual BAMUIS 2011 ... 61
1
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki penduduk
beragama Islam terbesar di dunia. Menurut data pertumbuhan yang
dikeluarkan oleh Bank Dunia tahun 2012, penduduk Indonesia berjumlah
244.775.796 jiwa dan 88% penduduknya beragama Islam atau sekitar
182.570.000 jiwa1, sehingga Indonesia termasuk dalam jumlah penduduk
muslim terbesar di dunia walaupun Indonesia bukan Negara Islam.
Keberadaan Indonesia sebagai Negara berkembang tidak dapat lepas
dari banyaknya permasalahan di bidang ekonomi. Salah satu permasalahan
nyata yang dihadapi bangsa Indonesia adalah disparitas distribusi pendapatan
dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan
tidak sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran, seperti
sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada kekufuran.
Islam mempunyai instrumen utama yang berfungsi sebagai distributor
aliran kekayaan dari tangan the have kepada the have not, yaitu zakat. Zakat
merupakan institusi resmi yang diarahkan untuk menciptakan pemerataan dan
keadilan bagi masyarakat, sehingga taraf kehidupan masyarakat dapat
ditingkatkan. Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara
konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih permanen yaitu
1
2
mengentaskan kemiskinan. Bagi mustahiq, zakat merupakan jembatan emas
untuk lepas dari himpitan ekonomi yang mendera.2 Zakat juga terbukti
memiliki efek domino dalam kehidupan masyarakat, terutama membebaskan
kaum dhuafa dari garis kemiskinan, meningkatkan pendapatan dan konsumsi
masyarakat kecil.3
Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mengatakan,
potensi zakat di Indonesia mencapai Rp. 217,3 triliun setiap tahunnya. Jika
dibandingkan dengan dana yang dikeluarkan pemerintah pusat untuk
menanggulangi kemiskinan, zakat dapat lebih efektif mengentaskan
kemiskinan. Pemerintah menyalurkan Rp. 73,7 triliun tiap tahun untuk
mengentaskan kemiskinan, sedangkan dengan zakat kita bisa membantu 1,7
juta mustahik tiap tahun yang merupakan sembilan persen dari warga miskin.4
Hingga saat ini, pertumbuhan LAZ (Lembaga Amil Zakat) dari tahun
ke tahun menunjukkan kemajuan yang signifikan. Menurut data FOZ (Forum
Zakat), ada 19 Organisasi Pengelola Zakat yang resmi dan dikukuhkan di
tingkat pusat, terdiri dari 1 BAZNAS milik pemerintah dan 18 Lembaga Amil
Zakat yang dikelola oleh swasta.5 Tiga dari delapan belas LAZ tersebut
adalah PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI. Ketiga LAZ ini sudah
termasuk dalam kategori LAZ besar dan profesional dalam mengelola zakat
di Indonesia.
2
Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang: UIN Malang Press, 2007), h.73.
3
Muhammad, Lembaga Keuangan Mikro Syariah Pergulatan Melawan kemiskinan dan Penetrasi Ekonomi Global, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.57
4Taryono Asa, “Potensi
Zakat Nasional Mencapai Rp. 217 Triliun,” Artikel diakses pada tanggal 29 Oktober 2012 pukul 12:42 WIB dari http://www.harianterbit.com/2012/10/29/potensi-zakat-nasional-mencapai-rp217-triliun/.
5
Sejak didirikan pada tahun 1999, Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU)
berhasil memperoleh kepercayaan yang besar dari masyarakat. Seiring
dengan meluasnya jangkauan kegiatan sosial yang terus disalurkan ke
berbagai lapisan masyarakat di seluruh penjuru Indonesia serta besarnya
dorongan masyarakat luas untuk bekerjasama memberdayakan bangsa.
Sebagai lembaga yang semakin kokoh dalam menangani isu-isu kemanusian
global maka tuntutan standarisasi kerja serta pengembangan program telah
mencambuk PKPU untuk mengedepankan peningkatan mutu program dan
layanan yang menghasilkan kontribusi yang solutif bagi masyarakat.6
Rumah Zakat berbeda dengan lembaga amil zakat lainnya. Dengan misi
untuk membangun kemandirian dan pelayanan masyarakat, Rumah Zakat kini
ada pada tingkat yang lebih tingi, yakni sebagai organisasi sosial keagamaan
yang berkelas internasional. Dengan menanamkan tiga nilai organisasi
terbaru; trusted, progressive, dan humanitarian, serta mengusung positioning
baru, yakni Sharing Confidence. Secara singkat, Rumah Zakat yakin bahwa
dengan saling berbagi dan menciptakan masyarakat global madani yang lebih
baki, dengan menjadi organisasi terdepan di kawasan ini yang menjamin
program efektif dan berkesinambungan dalam memberdayakan masyarakat
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.7
Yayasan Baitulmal Ummat Islam Bank Negara Indonesia disingkat
BAMUIS BNI adalah lembaga amil zakat pada salah satu Badan Usaha Milik
Negara di bidang perbankan PT Bank Negara Indonesia. Zakat yang
6
http://www.csr.pkpu.or.id, Diakses pada 19 Januari 2014.
7
4
dikumpulkan BAMUIS BNI sebagian besar berasal dari zakat para pegawai
BNI serta lingkungan keluarga BNI lainnya, yaitu para pensiunan BNI,
pegawai Lembaga-lembaga BNI seperti Dana Pensiun BNI, Yayasan
Kesejahteraan Pegawai, Koperasi Pegawai serta pegawai
perusahaan-perusahaan anak dari BNI, dan lembaga BNI lainnya.8
Kini, Lembaga Amil Zakat di Indonesia bisa bernapas lega setelah
Mahkamah Konstitusi mengabulkan gugatan uji materi Undang-undang
Nomor 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat pada 31 Oktober 2013. Wakil
Sekretaris BAZNAS, Fuad Nasar berpendapat, gugatan ini semakin
memperkuat posisi lembaga zakat dan pengaturannya. Gugatan ini untuk
merapikan koordinasi serta menjaga profesionalisme LAZ.9 Dengan
direvisinya Undang-undang Pengelolaan Zakat, LAZ bisa leluasa berkirah
seperti semula bahkan mempunyai banyak peluang untuk meningkatkan
kinerja guna menggali potensi zakat di Indonesia.
Meskipun begitu, masih terdapat kendala dan kekurangan yang harus
diperbaiki. Suatu LAZ dan/BAZ dapat dikatakan efektif dan efisien apabila
program-program yang dirancang dapat berjalan dan berhasil mencapai
tujuan perubahan sosial, yaitu masyarakat miskin yang berdaya, mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang bersifat fisik, ekonomi.10
8
Baitulmal Umat Islam Bank Negara Indonesia, Laporan Tahunan 2010, (Jakarta: BAMUIS BNI, 2010), h.10.
9Amri Amrullah dan Ahmad Islamy Jamil, “MK Revisi UU Zakat”, Republika
, 1 November 2013, h.1.
10
Dana zakat yang berhasil dikumpulkan masih jauh dari potensi yang
telah disebutkan diatas. Dari potensi Rp 217,3 triliun, penghimpunan zakat
nasional hanya mencapai sekitar Rp 1,7 triliun.11 Selain itu, dana yang
disalurkan baik dalam bentuk konsumtif maupun produktif juga belum
mencapai hasil yang maksimum, merata, dan memberikan dampak yang
besar. Hal ini menunjukkan bahwa LAZ harus bekerja secara profesional,
amanah, transparan, dan akuntabel. Oleh karena itu, dibutuhkan optimalisasi
potensi zakat, salah satunya dengan efisiensi.
Efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan
sesuatu dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya.12 Dalam ilmu
ekonomi, efisiensi digunakan untuk merujuk sebuah konsep yang terkait pada
pemanfaatan sumber daya untuk mendapatkan hasil yang optimal. Efisiensi
merupakan salah satu instrument dalam mengukur kinerja perusahaan atau
lembaga yang memiliki laporan keuangan, dalam hal ini, LAZ memiliki
pedoman tersendiri, yaitu PSAK 109.
Lembaga zakat dapat dikatakan sehat, kredibel, efektif, dan efisien
apabila memenuhi berbagai indikator-indikator, di antaranya; pertama, tujuan
dan kegiatan lembaga sesuai dengan kebutuhan masyarakat; kedua,
program-program yang dilakukan sejalan dengan misi dan rencana strategis; ketiga,
mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk memastikan bahwa setiap
program bisa mencapai sasaran dan tujuannya.13
11Irfan Syauqi, “Penataan Zakat Nasional di Masa Transisi”, Republika
, 26 Juli 2012, h.8.
12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet.IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.352.
13Devani Sukma, “Daftar Perencanaan Penilaian (Assesment) bagi Organisasi Nirlaba”,
6
Berdasarkan keterangan yang telah diuraikan di atas, perlu dilakukan
penelitian untuk mengkaji lebih lanjut seberapa efisien lembaga amil zakat
dalam mengalokasikan berbagai sumber input untuk menghasilkan berbagai
output. Oleh karena itu, judul penelitian ini adalah “EFISIENSI LEMBAGA AMIL ZAKAT DALAM MENGELOLA DANA ZAKAT DI INDONESIA (Studi Kasus: PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI)”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dari permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Berapa besar tingkat efisiensi LAZ PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS
BNI pada periode 2009-2011?
2. Apakah faktor-faktor yang penyebab inefisiensi LAZ PKPU, Rumah
Zakat, dan BAMUIS BNI pada periode 2009-2011?
Selanjutnya, untuk mempermudah pembahasan, maka penulis
memberikan batasan-batasan penelitian yaitu:
1. Penelitian ini akan mengukur tingkat efisiensi LAZ PKPU, Rumah Zakat,
dan BAMUIS BNI pada periode 2009-2011.
2. Penelitian ini hanya dilakukan pada beberapa LAZ di Indonesia yaitu
PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI.
3. Penelitian ini dilakukan dari periode 2009 sampai dengan 2011.
Pertimbangannya adalah periode tersebut masih relevan untuk diteliti saat
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui tingkat efisiensi LAZ PKPU, Rumah Zakat, dan
BAMUIS BNI pada periode 2009-2011.
b. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi LAZ
PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI.
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi dan manfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Penelitian ini sangat bernilai untuk menambah dan memperluas
wawasan atau ilmu pengetahuan di bidang ekonomi syariah khususnya
manajemen pengelolaan zakat dalam mengukur tingkat efisiensi
lembaga pengelola zakat dengan menggunakan metode terkait
pengukuran efisiensi, serta mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap ketidakefisienan lembaga zakat.
b. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan wacana pemikiran
kepada praktisi zakat sebagai acuan dalam mengetahui sejauh mana
tingkat efisiensi LAZ untuk dapat mengoptimalkanpotensi zakat agar
menghasilkan dampak positif terhadap masalah kemiskinan yang
dihadapi Indonesia.
8
Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya khazanah
pengetahuan, melengkapi, dan memberikan informasi yang berharga
mengenai manajemen pengelolaan zakat yang efisien. Selain itu,
penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk penelitian selanjutnya
yang ingin mengukur efisiensi suatu lembaga pengelola zakat maupun
sejenisnya.
D. Review Studi Terdahulu
Dari hasil pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan terhadap
beberapa sumber kepustakaan yang terkait dengan permasalahan yang
dibahas dalam penulisan skripsi ini, penulis menemukan beberapa literatur
yang membahas tentang pengukuran tingkat efisiensi, di antaranya:
Tabel 1.1
Ringkasan Review Studi Terdahulu
No. Nama Peneliti, Judul Penelitian Metode dan Variabel Input Output Keterangan dan
Isi Penelitian Perbedaan
1. M. Dadi Sutisna
“Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia (Menggunakan Metode Stochastic Frontier Metode: Parametrik, SFA (Stochastic Frontier Approach), Pendekatan Intermediasi dan Produksi. Variabel Input: Skripsi ini membahas tentang pengukuran tingkat efisiensi perbankan syariah pada periode 2006-2008. Sampel yang diambil sebanyak
21 Bank Umum
Approach) Skripsi S1 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2010. Aktiva Tetap, Total Simpanan (DPK), Biaya Operasional. Variabel Output: Total Pembiayaan, Pendapatan. intermediasi sebesar 87%. Berdasarkan
uji parsial, masing
masing variabel pada pendekatan intermediasi dan produksi berpengaruh terhadap tingkat efisiensi. intermediasi. Variabel inputnya adalah penerimaan
dana zakat, biya
operasional dan gaji karyawan. Variabel outputnya adalah penyaluran dana zakat, aktiva
tetap, dan aktiva
lancar.
2. Tatang Iskandar
“Analisis Efisiensi Kinerja Keuangan Pada LAZ PKPU Yogyakarta (Periode 2004-2008)” Skripsi S1 Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Tahun 2009. Metode: Nonparametrik,
DEA (Data
Envelopment Analysis), Pendekatan Produksi. Variabel Input: Jumlah Karyawan, Dana yang Didapat. Variabel Output: Dana yang Disalurkan, Mustahiq, Skripsi ini membahas efisiensi kinerja keuangan PKPU. Hasil penelitian ini menunjukkan PKPU kurang bisa memberdayakan
sumber daya yang
dimilikinya sebesar
5,4% atau terjadi
pemborosan sebesar
nilai tersebut.
Adapun penyebab
inefisiensinya
adalah gempa yang
10
Overhead Cost,
Operasional Cost. Yogyakarta pada 2006. gaji karyawan. Variable outputnya adalah penyaluran dana zakat, aktiva
tetap, dan aktiva
lancar.
3. Novi Nurul Aini
“Efisiensi Lembaga Amil Zakat Nasional Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis ” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga, Tahun 2012. Metode: Nonparametrik,
DEA (Data
Envelopment Analysis), Pendekatan Intermediasi. Variabel Input: Penerimaan Zakat. Variabel Output: Aktiva Tetap, Aktiva Lancar, Gaji Karyawan, Biaya Operasional, Penyaluran. Skripsi ini menganalisis
efisiensi relatif LAZ
pada tahun
2008-2009 serta melihat
sumber
inefisiensinya.
Responden terdiri
dari tiga LAZ yang
telah dikukuhkan
oleh pemerintah dan
memiliki laporan
keuangan yang
lengkap yaitu
PKPU, YDSF
Yayasan Sosial
tetap, dan aktiva
lancar.
4. Lulu Meutia
“Analisis
Pengukuran Kinerja OPZ Berdasarkan Klasifikasinya: Studi Kasus 3
LAZNAS” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok. Tahun 2012. Metode: Kualitatif Deskriptif. Variabel Input: Total Expenditure, Amil dan Jumlah
Jam Kerja Amil,
Fasilitas, Persediaan. Variabel Output: Jumlah Mustahiq, Muzaki, Dana
Zkat dan nozakat
yang dihimpun. Skripsi ini membahas pengukuran kinerja dengan melakukan analisis efektivitas
dan efisiensi 3 OPZ
berdasarkan
klasifikasi lembaga
pembentuknya,
yaitu BAMUIS
BNI, BMH, dan
DPU-DT pada periode 2009-2010. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kinerja
keuangan dan
non-keuangan OPZ ini
sudah baik dan
efisien namun harus
membenahi
pendokumentasian
data keuangan dan
non-keuangan
sesuai PSAK 109.
Skripsi ini membahas tentang tingkat efisiensi Lembaga Amil Zakat pada periode 2009-2011 dengan menggunakan pendekatan intermediasi. Variabel inputnya adalah penerimaan dana zakat, biaya operasional dan gaji karyawan. Variabel outputnya adalah penyaluran dana zakat, aktiva
tetap, dan aktiva
12
Lembaga Amil Zakat
Nilai Efisiensi dan Faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi LAZ
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang dibangun dalam penelitian ini yaitu untuk
mengukur tingkat efisiensi beberapa Lembaga Amil Zakat di Indonesia, yaitu
PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI pada periode 2009 sampai 2011.
Pengukuran tingkat efisiensi ini dilakukan dengan cara menentukan jenis
input dan output terlebih dahulu.
Analisis ini menghasilkan interaksi antara input (penerimaan dana
zakat, biaya operasional, dan gaji karyawan) dan output (penyaluran dana
zakat, aktiva tetap, dan aktiva lancar) dalam mempengaruhi tingkat efisiensi
LAZ.Hubungan interaksi input, output dan total biaya akan menentukan nilai
efisiensi LAZ. Berdasarkan nilai efisiensi ini kemudian dianalisis
komponen-komponen yang memiliki pengaruh terhadap tingkat efisiensi pada LAZ
tersebut seperti skema di bawah ini.
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Output:
- Aktiva Lancar - Aktiva Tetap
- Penyaluran Dana Zakat Input:
- Penerimaan Dana Zakat
F. Metode Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Laporan Keuangan dari beberapa
Lembaga Amil Zakat di Indonesia yang sudah dikukuhkan menjadi
LAZNAS oleh pemerintahyaituPKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif.
Kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori
melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan
analisis data dengan prosedur statistik.
3. Sumber Data Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari informasi Laporan Keuangan
dipublikasikan oleh PKPU, Rumah Zakat, dan BAMUIS BNI dari periode
2009 sampai dengan 2011 serta literatur-literatur yang berkenaan dengan
pengukuran efisiensi.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi. Dokumentasi ini adalah proses pengumpulan data dengan
mempelajari dan menganalisis dokumen-dokumen terkait seperti Laporan
Keuangan periode 2009 sampai 2011 dari beberapa LAZ yang ingin
diteliti.
14
Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode non-parametrik
DEA (Data Envelopment Analysis) yang merupakan metode yang telah
terstandarisasi sebagai alat pengukuran kinerja suatu akifitas unit, dimana
proses pengolahannya menggunakan perangkat lunak WDEA. Selain itu
peneliti juga menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel sebagai
perangkat pendukung.
6. Teknik Penulisan Skripsi
Teknik penulisan ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2012” yang merupakan standar dari penulisan karya
ilmiah Fakultas Syariah dan Hukum.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan, skripsi ini dibagi dalam lima bab
yang memuat ide-ide pokok dan kemudian dibagi lagi menjadi sub-sub bab
yang mempertajam ide-ide pokok, sehingga secara keseluruhan menjadi
kesatuan yang saling menjelaskan sebagai satu pemikiran.
BAB I, merupakan bagian pendahuluan yang dijadikan sebagai acuan pembahasan bab-bab berikutnya dan sekaligus mencerminkan isi global
skripsi yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review study terdahulu,
kerangka pemikiran teoritis, metodologi penelitian, sistematika penulisan.
BAB II, merupakan landasan teori. Bab ini berisi tentang konsep zakat yang meliputi pengertian, dasar hukum, dan hikmah zakat, serta
fungsi LAZ, laporan keuangan LAZ.Konsep efisiensi meliputi pengertian,
perhitungan, dan pengukuran efisiensi dengan DEA. Dan yang terakhir adalah
efisiensi pengelolaan zakat.
BAB III, berisi tentang metode penelitian yang meliputi sumber data input dan outputyang digunakan dalam penulisan ini, serta metode analisisnya
untuk menjawab permasalahan yang ada dengan menggunakan
pendekatanData Envelopment Analysis (DEA).
BAB IV, menjabarkan analisis dan pembahasan yang berisi tentang perhitungan dan data-data yang diperoleh dari penelitian hingga diketahui
hasilnya, yang kemudian dilakukan analisis terhadap hasil guna mendapatkan
kesimpulan.
BAB V, merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan saran-saran baik untuk lembagadalam
mengoptimalkan penyaluran dana zakat agar hasilnya lebih efisien.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat menurut bahasa berarti nama’ artinya kesuburan, thaharah
artinya kesucian, barakah artinya keberkahan, dan zaka yang berarti
tumbuh, berkah, bersih, dan baik.1 Sedangkan menurut istilah, zakat
adalah sejumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang
beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya
menurut ketentuan yang ditetapkan oleh syarak.2
Dari segi syar’i zakat merupakan sebagian harta yang telah
diwajibkan Allah SWT untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya sebagaimana yang telah dinyatakan dalam Al-Quran atau
juga boleh diartikan dengan kadar tertentu atas harta tertentu yang
diberikan kepada golongan tertentu yang dikeluarkan dari orang yang telah
dikenai kewajiban untuk mengeluarkan zakat.3
Adapun persyaratan harta yang wajib dizakati itu adalah;
pertama,harta itu harus dikuasai secara penuh, dimiliki secara sah, dan
didapatkan dengan cara yang halal. Kedua, harta yang dapat berkembang
atau memiliki potensi untuk berkembang seperti perdagangan, pertanian,
peternakan, dan sebagainya. Ketiga, telah melebihi kebutuhan pokok, yaitu
1
Teungku Muhammad Hasbi Asy-Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), h.3.
2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet.IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.369.
3
kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarganya yang
menjadi tanggungannya untuk kelangsungan hidupnya. Keempat, telah
mencapai nisab atau batas ukuran tertentu yang membuat harta menjadi
wajib dizakati. Kelima, telah mencapai haul atau batas waktu tertentu yang
membuat harta menjadi wajib dizakati.4
Kata zakat sering dipasangkan dengan infak dan sedekah, padahal
ketiganya memiliki perbedaan arti secara khusus. Infak berarti sebagian
dari harta yang dikeluarkan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan
ajaran Islam. Jika zakat ada nisabnya, infak tidak mengenal nisab. Infak
dikeluarkan oleh setiap orang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi
maupun rendah, baik di saat lapang maupun sempit. Jika zakat harus
diberikan pada mustahik tertentu, maka infak boleh diberikan kepada
siapapun juga, misalnya untuk kedua orang tua, anak yatim, dan
sebagainya.5 Sedangkan arti kata sedekah sama dengan pengertian infak,
termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infak
berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti yang lebih luas,
menyangkut hal yang non-materil.6
2. Dasar Hukum Zakat a. Hukum Syariat
Zakat merupakan konsep ajaran Islam yang berlandaskan
Al-Quran dan Sunnah Rasul bahwa harta kekayaan yang dimiliki
4
Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infak Sedekah, (Jakarta: Gema Insani, 2008), h.14.
5
Ibid, h.14-15.
6
18
seseorang adalah amanah dari allah. Dengan demikian, zakat adalah
suatu kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT. Ini dapat dilihat
dari dalil-dalil baik dalam Al-Quran maupun Hadits, di antaranya:
1) Surat At-Taubah ayat 103
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” QS. At-Taubah (9): 103
2) Surat Adz-Dzariyat ayat 19
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta
dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” QS. Adz-Dzariyat (51): 19
3) Surat Al-Baqarah ayat 43
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang -orang yang rukuk.” QS. Al-Baqarah (2): 43
4) Hadits Nabi SAW
ع
ْن
ا
ْب
ن
ع
م
ر
ر
ض
ي
ها
ع
ْ
م
ا ,ا
َّ
ر
س
ْ
ل
ها
ص
َّ
ها ى
ع
ّْي
س
َّم
ق
لا
"
ب
ي
ْلاا
ْس
ّ
ما
ع
خ ىّ
ْم
س
ش :
دا
ا
ّْ
ل
ا ا
ل
ا
َل
ها ا
,
ا
َّ
م
ح
َم
د
ع ا
ْد
ر
س
ْل
,
اق
ما
َّلا
ّا
,
اْي
ت
ءا
َّلا
كا
,
ح
ِّ
ْلا
ْي
ت
,
ص
ْم
ر
م
ض
ّا
م ."
َتف
ق
ع
ّْي
Dari Ibnu Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Islam itu
puasa Ramadhan.” (HR. Bukhari Muslim)7
b. Hukum Positif
Di Indonesia, pada awalnya pengelolaan zakat diatur
berdasarkan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor
581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU No. 38 Tahun 1999 dan
Keputusan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji
Nomor D/29 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Zakat.8 Namun, UU No. 38 Tahun 1999 dianggap belum mampu
menjawab permasalahan pengelolaan zakat sehingga pemerintah
merevisi UU tersebut menjadi Undang-undang Nomor 23/2011.
Dalam implementasinya, hasil revisi UU tersebut mengalami banyak
kontroversi karena terdapat pasal yang multitafsir dan dianggap
menghambat kinerja dan peran lembaga-lembaga pengelola zakat
yang telah ada.9
Kemudian, pada 31 Oktober 2013, Makhkamah Konstitusi (MK)
mengabulkan gugatan uji materi UU Nomor 23/2011 tentang
Pengelolaan Zakat.ada tiga pasal yang diubah, yakni pasal 18, pasal
38, dan pasal 41.10 Menurut MK, beberapa syarat yang harus dipenuhi
oleh lembaga yang bergerak di bidang penyaluran dan/ atau
pendayagunaan zakat adalah:
7
M. Nashiruddin Al-Albani, Riyadhus Shalihin Jilid 2, (Surabaya: Duta Ilmu, 2004), h. 324.
8
Kuntarno Aflah, ed., Zakat dan Peran Negara, (Jakarta: Forum Zakat, 2006), h.80.
9
Anis Rosyidah, “Implementasi UU No. 23 tahun 2011 Terhadap Legalitas Pengelolaan Zakat oleh Lembaga Amil Zakat”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang, 2012), h.3
10Eri Sudewo, “LAZ Pun Siuman”,
20
i) bergerak di bidang keagamaan Islam; ii) bersifat nirlaba;
iii) memiliki rencana/program kerja pendayagunaan zakat; dan iv) memiliki kemampuan untuk melaksanakan rencana/program
kerjanya.11
3. Tujuan dan Hikmah Zakat
Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi, yaitu
dimensi ibadah dan dimensi sosial. Beberapa tujuan dan hikmah yang
ingin dicapai oleh Islam dibalik kewajiban zakat adalah:
a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya ke luar dari
kesulitan hidup dan penderitaan.
b. Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh gharim,
ibnusabil, dan mustahiq lainnya.
c. Membentangkan tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia
pada umumnya.
d. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.
e. Membersihkan sifat dengki dan kecemburuan sosial dari hati
orang-orang miskin.
f. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin
dalam suatu masyarakat.
g. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang,
terutama mereka yang mempunyai harta.
h. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan
11Heru Susetyo, “Legal Opinion Terha
menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.12
i. Mendidik dan membiasakan manusia untuk berhati pemurah dan tidak
kikir.
j. Mensyukuri nikmat yang diberikan Allah dengan cara berbagi kepada
yang membutuhkan.13
B. Pengelolaan Zakat
1. Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Zakat
Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat,yang dimaksud pengelolaan zakat adalah kegiatan yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan
terhadap pendistribusian serta pendayagunaan zakat.Sedangkan tujuan dari
pengelolaan zakat adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pelayanan dalam pengelolaan zakat, serta meningkatkan manfaat zakat
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan.14
2. Pola Pengelolaan Zakat
Zakat yang telah dikumpukan oleh lembaga pengelola zakat, harus
segera disalurkan kepada mustahik sesuai dengan skala prioritas yang telah
disusun dalam program kerja. Penyaluran zakat bisa dilakukan dengan dua
cara, yaitu:15
12
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf , (Jakarta: PT Grasindo, 2006), h.12-13.
13
Departemen Agama, Pedoman Zakat 9 Seri, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2009), h.70.
14
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
15
22
a. Pola Tradisional (Konsumtif)
Pola tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat yang
diberikan langsung kepada mustahik tanpa disertai adanya target,
kemandirian sosial, maupun kemadirian ekonomi (pemberdayaan).
Dana zakat yang diterima mustahik digunakan secara langsung untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
b. Pola Kontemporer (Produktif)
Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada
mustahik yang disertai dengan adanya target untuk merubah keadaan
penerima (lebih dikhususkan mustahik atau golongan fakir miskin) dari
kategori mustahik menjadi kategori muzakki.
C. Lembaga Amil Zakat
1. Lembaga Amil di Indonesia
Yang dimaksud dengan amil zakat adalah semua pihak yang
melakuan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pengumpulan,
penyimpanan, perlindungan, pencatatan, dan penyaluran harta zakat.
Mereka diangkat oleh pemerintah yang berkuasa oleh masyarakat Islam
setempat untuk memungut dan membagikan serta tugas-tugas lain yang
berhubungan dengan zakat.16
Di Indonesia, LAZ berbeda dengan BAZ. LAZ atau Lembaga Amil
Zakat merupakan organisasi yang tumbuh atas dasar inisiatif masyarakat
16
sehingga pergerakannya lebih cenderung pada usaha swasta atau swadaya.
Menurut data FOZ, ada 19 Organisasi Pengelola Zakat di Indonesia yang
resmi dikukuhkan di tingkat pusat, terdiri dari 1 BAZNAS yang dimiliki
[image:35.595.157.513.223.675.2]pemerintah dan 18 LAZ yang dikelola swasta,17 di antaranya:
Tabel 2.1 Nama 18 LAZNAS
No. Nama LAZNAS
1. Dompet Dhuafa Republika (DDR)
2. Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU)
3. Amanah Takaful
4. Baitul Maal Muamalat (BMM)
5. Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDS Al-Falah)
6. Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
7. Pusat Zakat Umat Persatuan Umat (PZPU)
8. Baitul Maal Umat Islam BNI (BAMUIS BNI)
9. Bangun Sejahtera Mitra Umat (BSM Umat)
10. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)
11. Yayasan Baitul Maal BRI (YBM BRI)
12. Baituz Zakat Pertamina
13. Rumah Zakat Indonesia (RZI)
14. Dompet Peduli Umat Darut Tauhid (DPUDT)
15. LAZ Muhammadiyah (LAZ MU)
16. LAZ Nahdatul Ulama (LAZ NU)
17. LAZ Baitul Maal wa Tamwil (LAZ BMT)
18. LAZ Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (LAZ IPHI)
Hanya LAZ yang dikukuhkan pemerintah saja yang bukti setoran
17
24
zakatnya diakui sebagai pengurang pajak dari muzakki yang telah
membayarkan kewajibannya. Bentuk badan hukum untuk LAZ adalah
yayasan karena LAZ termasuk organisasi nirlaba yang dalam melakukan
kegiatannya tidak berorientasi untuk menumpuk laba.
Setelah mendapat pengukuhan, LAZ memiliki kewajiban sebagai
berikut:
a. Segera melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah
dibuat.
b. Menyusun laporan, termasuk laporan keuangan.
c. Mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit melalui media.
d. Menyerahkan laporan kepada pemerintah.18
2. Tugas dan Fungsi Lembaga Amil Zakat
Salah satu tugas penting dari lembaga Amil zakat adalah
melakukansosialisasi tentang zakat kepada masyarakat secara
terus-menerus dan berkesinambungan, melalui berbagai forum dan media.
Dengan sosialisasi yang baik dan optimal, diharapkan masyarakat muzakki
akan semakin sadar untuk membayar zakat melalui lembaga zakat yang
kuat, amanah, dan terpercaya.19
Lembaga amil zakat memiliki fungsi yang optimal sebagai
pengelola zakat di Indonesia dalam menghimpun dan mendayagunakan
dana zakat. Karena, yang menjadi tujuan awal usaha lembaga amil zakat
adalah pengelolaan dan pendistribusian. Pengelolaan dalam arti
18
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002), h.132.
19
mengusahakan agar dana zakat yang berhasil dihimpun dapat disalurkan
ke post-post (asnaf zakat) yang sesuai dengan yang dianjurkan dan
ditetapkan oleh syariat Islam. Sedangkan pendistribusian termasuk juga
pendayagunaan.
Lembaga amil zakat harus mampu membuat program yang bersifat
pendayagunaan agar dana zakat yang akan disalurkan kepada asnaftidak
habis sia-sia dan dapat diproduktifkan. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa
lembaga amil zakat berperan stategis untuk meningkatkan ekonomi para
mustahiq. Dalam melakukan pengelolaan zakat diperlukan lembaga khusus
untuk mengelola zakat yang memiliki kekuatan hukum formal, karena
memiliki beberapa manfaat, antara lain untuk:
a. Menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan
langsung untuk menerima zakat dari para muzakki.
b. Mencapai efisiensi dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam
penggunaan harta zakat menurut skla prioritas yang ada pada suatu
tempat.
c. Memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan
pemerintahan yang islami.20
Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada
mustahik, meskipun secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi
disamping akan terabaikannya manfaat tersebut, hikmah dan tujuan zakat
terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan umat juga akan sulit
20
26
diwujudkan.
3. Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat
Laporan keuangan lembaga amil zakat merupakan sarana
pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan bertujuan untuk
menyediakan informasi yang menyangkut pelaporan atas penghimpunan,
pendistribusian, dan pendayagunaan ZIS (zakat, infak, sedekah). Laporan
keuangan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan atau
pengguna laporan keuangan (muzaki, otoritas pengawasan, pemerintah,
lembaga mitra, dan masyarakat) dalam pengambilan keputusan ekonomi
dan sosial yang rasional. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan
keuangan LAZ adalah:
a. Basis kas untuk penerimaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah
selain pemanfaatan aset kelolaan.
b. Basis akrual untuk penyaluran zakat dalam bentuk pemenfaatan aset
kelolaan dan transaksi pada dana amil.21
Dalam akuntansi keuangan, ada lima laporan yang harus dikerjakan
divisi Pengelolaan Keuangan, yaitu:
1. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan
pada waktu tertentu. Tujuannya untuk mengetahui kekayaan atas harta
yang dimiliki, berbagai kewajiban yang harus ditunaikan serta
mengetahui saldo dananya. Dengan neraca ini, posisi keuangan
21
organisasi atau lembaga dapat tergambarkan secara jelas.
2. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (LSPD)
Tujuan dari LSPD adalah menggambarkan aktivitas lembaga,
terutama dalam menjelaskan asal sumber-sumber pendanaan serta
penyalurannya sesuai dengan bidang garapan masing-masing. Dengan
demikian, LSPD ini tak lain menggambarkan kinerja lembaga ditinjau
dari aspek finance.
3. Laporan Perubahan Dana Termanfaatkan (LPDT)
Tujuan dari LPDT adalah menggambarkan berbagai aktivitas
pendanaan non-cash. Contohnya adalah pinjaman utang dan pemberian
piutang.
4. Laporan Arus Kas
Tujuan laporan arus kas adalah menggambarkan aliran kas keluar
masuk. Pertimbangan alur keluar masuk didasarkan pada tiga jenis
aktivitas yakni operasi, investasi, dan pendanaan.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Berisi penjelasan atas ke-4 jenis laporan di atas, sebagai catatan
khusus yang lebih rinci sifatnya. Catatan ini tentu tidak untuk
dipublikasikan kepada masyarakat luas. Fungsinya untuk menjelaskan
bagian yang dianggap perlu. Dalam kondisi tertentu, catatan ini bisa
diberikan pada muzaki atau donatur yang membutuhkan.22
Manajemen amil zakat bertanggungjawab atas penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Sesuai dengan karakteristiknya, maka laporan
22
28
keuangan LAZ mencerminkan kegiatan amil zakat sebagai penerima dan
penyalur yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan, laporan
perubahan dana, laporan perubahan aset kelolaan, laporan arus kas, dan
catatan atas laporan keuangan.
Tujuan dari penyusunan pedoman ini adalah untuk membantu
pengguna laporan keuangan dalam memahami perlakuan akuntansi dan
penyusunan laporan keuangan agar sesuai dengan PSAK 109 tentang
Akuntansi Zakat, Infak, Sedekah sehingga meningkatkan daya banding
laporan keuangan di antara LAZ.23
D. Efisiensi
1. Pengertian Efisiensi
Efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan
sesuatu dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya.24 Efisiensi
secara tradisional didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk
menghasilan output tertentu dengan menggunakan input dalam porsi
seminimum mungkin, sehingga efisiensi merupakan tingkat input dibagi
dengan tingkat outputnya.
Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
dengan benar atau dalam pandangan matematika didefinisikan sebagai
perhitungan rasio output (keluaran) dan atau input (masukan) atau jumlah
keluaran yang dihasilkan dari suatu input yang digunakan. Secara
23
Ibid, h.23.
24
sederhana efisiensi terdiri dari dua komponen, yaitu:
a. Efisiensi Teknis
Mencerminkan kemampuan untuk menghasilkan output semaksimal
mungkin dengan input yang ada, efisien secara teknis bukan berarti
efisien secara harga/alokatif.
b. Efisiensi Alokatif/Harga
Menggambarkan kemampuan untuk mengggunakan input dalam
proporsi yang juga memasukkan perhitungan biaya. DMU dianggap
efisien alokatif bila mampu menghasilkan output dengan biaya
seminimal mungkin. 25
Efisiensi selalu dihubungkan dengan penggunaan sumber daya
untuk mencapai suatu tujuan. Aktivitas dapat dikatakan efisien apabila
dapat memperoleh hasil yang sama dengan aktivitas lain tetapi sumber
daya yang digunakan lebih sedikit. Tingkat efisiensi diukur dengan
menggunakan indikator dari rasio antara nilai tambah (value added) dan
nilai output. Ini berarti, semakin tinggi nilai rasio tersebt maka semakin
tinggi pula tingkat efisiensinya.26
Efisiensi mengacu pada hubungan antara output dan input sehingga
efisiensi diartikan sebagai rasio antara output dan input. Ada tiga faktor
yang menyebabkan efisiensi, yaitu:
a. Apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih
25Muharram, H. dan Pusvitasari, R. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di
Indonesia dengan Metode Data envelopment Analysis (Periode 2005).” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam,Vol. II, No. 3, Yogyakarta, 2007.
26
30
besar;
b. Dengan input kecil dapat menghasilkan output yang sama; dan
c. Dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih
besar lagi.27
2. Prinsip-prinsip Efisiensi
Untuk menentukan apakah suatu kegiatan dalam organisasi atau
lembaga itu termasuk efisien atau tidak, maka prinsip-prinsip atau
persyaratan efisiensi harus terpenuhi, yaitu sebagai berikut:
a. Efisiensi harus dapat diukur
Standar untuk menetapkan batas antara efisien dan tidak efisien
adalah ukuran normal. Ukuran normal ini merupakan patokan (standar)
awal, untuk selanjutnya menentukan apakah suatu kegiatan itu efisien
atau tidak. Kalau tidak dapat diukur maka tidak akan dapat diketahui
apakah suatu cara kerja atau suatu kegiatan itu efisien atau tidak.
b. Efsiensi mengacu pada pertimbangan rasional
Rasional artinya segala pertimbangan harus berdasarkan akal
sehat, masuk akal, logis, bukan emosional. Dengan pertimbangan
rasinal, objektivitas pengukuran dan penilaian akan lebih terjamin.
Subjektivitas pengukuran dan penilaian dapat dihindarkan sejauh
mungkin.
c. Efisiensi tidak boleh mengorbankan kualitas/mutu
Kuantitas boleh saja ditinggalkan tetapi jangan sampai
mengorbankan kualitasnya. Jangan mengejar kuantitas dengan
mengorbankan kualitas. Jangan sampai hasil ditingkatkan tetapi
27
kualitasnya rendah.
d. Efisiensi merupakan teknis pelaksanaan
Pelaksanaan operasional dapat diusahakan seefisien mungkin,
sehingga tidak terjadi pemborosan dalam menggunakan sumber daya
yang ada.
e. Pelaksanaan efisiensi harus disesuaikan dengan kemampuan lembaga
yang bersangkutan
Ini berarti bahwa penerapannya disesuaikan dengan kemampuan
SDM, dana, fasilitas, dan lain-lain, yang dimiliki oleh lembaga yang
bersangkutan sambil diusahakan peningkatannya. Setiap lembaga, baik
pemerintah maupun swasta memiliki kemampuan yang tidak selalu
sama.
f. Efisiensi itu ada tingkatannya
Secara sederhana dapat ditentukan penggolongan tingkatan
efisiensi, misalnya tidak efisien, kurang efisien, efisien, lebih efisien,
dan paling efisien (optimal). Tingkatan efisiensi juga dapat
menggunakan angka presentase.28
E. Pengukuran Efisiensi pada Lembaga Amil Zakat
Lembaga amil zakat merupakan salah satu jenis dari organisasi nirlaba
yang tidak berorientasi pada pencarian laba melainkan sebuah wadah yang
bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan sosial. Bagi para stakeholder
organisasi nirlaba seperti lembaga amil zakat, pengukuran efisiensi erat sekali
dengan kinerja organisasi. Pengukuran kinerja dapat digunakan sebagai
28
32
evaluasi atas akuntabilitas internal dan eksternal organsasi tersebut. Kinerja
pada dasarnya adalah sebuah konsep multidimensi yang dapat berupa waktu,
kualitas, inovasi, efisiensi, efektivitas, atau dimensi lain.
Dalam sebuah efisiensi, Pengukuran kinerja akan memberikan pijakan
bagi manajemen untuk mengendalikan jalannya lembaga secara efektif. Bila
sebuah lembaga menjalankan aktivitas tanpa melakukan pengukuran terhadap
kinerja, maka lembaga tersebut tidak dapat melakukan perbaikan,
meningkatkan pelayanannya, melakukan efisiensi, ataupun memberikan
perlakuan yang tepat kepada karyawannya.29
Ukuran-ukuran efisiensi (kinerja) organisasi nirlaba seperti LAZ dapat
berupa:
1. Benefit, menyatakan ukuran keuangan dari nilai sosial yang dilekatkan
pada jasa organisaisi. Penilaian keuangan dari benefit mencakup dua
komponen yaitu, pengeluaran sosial dan peningkatan pendapatan
masyarakat (dalam lembaga amil zakat yang dimaksud masyarakat adalah
mustahik).
2. Outcome, menyatakan ukuran non-keuangan dari manfaat sosial yang
diberikan organisasi. Contohnya jumlah mustahik yang mengalami
peningkatan pendapatan.
3. Output, menyatakan berbagai ukuran dari volume kegiatan tanpa
memperhatikan apakah output tersebut mengarahkan organisasi pada
outcome yang diharapkan. Contohnya jumlah mustahik yang
29
diberdayakan.
4. Input, menunjukkan ukuran non-keuangan dari jenis-jenis sumber daya
yang digunakan organisasi.
5. Cost, menunjukkan nilai keuangan dari semua sumber daya yang
digunakan oleh organisasi untuk meningkatkan pelayanan jasanya.30
30
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Sebagaimana telah dijelaskan dalam sub-bab Pembatasan Masalah, objek
dalam penelitian ini adalah Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS). Adapun
LAZ yang dimaksud adalah beberapa LAZ yang telah dikukuhkan oleh
pemerintah sebagai LAZ Nasional yang resmi dan boleh beroperasi dalam
[image:46.612.129.517.218.515.2]mengelola dana zakat, infak dan sedekah di Indonesia, yaitu:
Tabel 3.1
Nama Lembaga Amil zakat
No. Nama Lembaga Amil Zakat
1. PKPU (Pos Keadilan Peduli Umat)
2. BAMUIS BNI (Baitul Maal Umat Islam BNI)
3. RZ (Rumah Zakat)
Keterangan:
1. PKPU
Berdiri pada 10 Desember 1999 Kemudian ditetapkan sekaligus
dikukuhkan sebagai LAZNAS berdasarkan SK Menteri Agama Nomor 441
pada 8 Oktober 2001. Hal ini membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat
kepada PKPU semakin besar. Sesuai dengan misinya, PKPU bertekad untuk
membangun kemandirian rakyat Indonesia dengan memperluas lingkup
2. BAMUIS BNI
Baitul Maal Umat Islam Bank Negara Indonesia Didirikan dengan Akte
Nomor 10 Notaris R. Soerjo Wongsowidjojo tanggal 5 Oktober 1967. Dengan
Keputusan Menteri Agama Nomor 330 Taggal 20 Juni 2002, BAMUIS BNI
dikukuhkan sebagai LAZNAS.
Tujuan dari keberadaan BAMUIS BNI ini adalah melakukan
penghimpunan dana ZIS dari para pegawai, pensiunan, pengurus BNI, dan
masyarakat umum untuk mengelola dana tersebut dengan cara-cara yang sah
dan menyalurkannya kepada yang berhak menerima menurut hukum Islam.
3. Rumah Zakat
Berdiri pada tanggal 12 Juli 2001 dengan akta notaris DR. Wiratni
Ahmadi, SH. Dilengkapi Keputusan Menteri Agama Nomor 157 Tahun 2003
dan disahkan menjadi LAZNAS.
Rumah Zakat mempunyai beberapa visi di antaranya, meningkatkan
pelayanan zakat melalui pertumbuhan lembaga yang terpadu; pertumbuhan
terpadu menuju LAZ yang sehat, kuat, dinamis, dan kredibel; LAZ
profesional yang menjadi model pemberdayaan donasi philanthropy Islam di
dunia.
B. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data sekunder
yang berupa laporan keuangan Lembaga Amil Zakat yang dipublikasikan dan
36
Adapun sumber data dalam penelitian ini berasal dari 3 LAZ sebagai
lembaga pengelola zakat yang mempublikasikan laporan keuangannya sebagai
bentuk dari transparansi dan akuntabilitasi dalam mengelola dana zakat yang
diperolehnya.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh OPZ (Organisasi Pengelola
Zakat) yang beroperasi di Indonesia. Di Indonesia, pengelolaan zakat dilakukan
oleh dua institusi, yaitu pemerintah dan swasta, bentukan pemerintah adalah
BAZ (Badan Amil Zakat) dengan BAZNAS sebagai pusat koordinator,
sedangkan swasta adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk baik
sebelum adanya Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat maupun setelah adanya Undang-undang.
Lembaga-lembaga Amil Zakat tersebut memiliki klasifikasi lembaga
pembentuk yang bervariasi, ada yang dibentuk oleh Lembaga Bisnis
(Perbankan), ORMAS (Organisasi Masyarakat), LSM (Lembaga Masyarakat),
dan Komunitas. Beberapa tahun terakhir muncul juga lembaga pengelola zakat
dengan bentuk badan hukum yayasan ataupun lembaga kemanusiaan lainnya,
namun tidak semua lembaga-lembaga pengelola zakat tersebut dikukuhkan
keberadaannya oleh pemerintah.
Sampel adalah bagian dari populasi. Adapun sampel penelitian ini adalah
Lembaga Amil Zakat yang termasuk ke dalam 18 LAZNAS yang disahkan
pemerintah untuk melakukan pengelolaan dana zakat di indonesia. Mengingat
banyaknya LAZ yang berkembang di Indonesia beberapa tahun ini, maka penulis
hanya meneliti 3 LAZ saja. Pertimbangannya adalah bahwa 3 LAZ yang diteliti
sudah resmi masuk ke dalam LAZNAS yang dikukuhkan pemerintah sehingga
tidak terbentur masalah hukum dalam menjalankan aktivitasnya.
Pertimbangan lain adalah melihat dari klasifikasi lembaga pembentuk
LAZ tersebut. Peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan efisiensi dari
masing-masing lembaga yang berbeda latar belakang pembentuknya, misalnya
BAMUIS BNI dari golongan lembaga bisnis (perbankan), PKPU dari golongan
lembaga sosial masyarakat, dan Rumah Zakat dari golongan yayasan. Selain itu,
tiga lembaga yang diteliti ini sudah masuk dalam kategori LAZ besar dan
berpredikat baik serta dikenal masyarakat di indonesia sehingga dapat mewakili
lembaga-lembaga lain di bawahnya. Tiga lembaga ini juga memiliki laporan
keuangan tahunan sesuai periode yang dibutuhkan penulis sehingga
memudahkan dalam proses pengolahan data.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
desk riset yang dikenal juga dengan studi kepustakaan (dokumentasi) dan
observasi. Dalam teknik desk riset, peneliti memperoleh data dengan cara melihat
38
maupun dengan mengunjungi website-nya.
Selain itu, dalam teknik ini juga dilakukan perolehan data dengan cara
membaca berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan karya ilmiah lainnya yang
berkaitan dengan efisiensi Lembaga Amil Zakat. Sedangkan dalam teknik
observasi, peneliti mendatangi Lembaga-lembaga Amil Zakat yang laporan
keuangannya tidak dipublikasikan secara lengkap ke dalam website.
E. Identifikasi Variabel Input dan Output
Dalam mendefinisikan hubungan input output dalam tingkah laku dari
institusi keuangan, penelitian ini menggunakan metode pendekatan intermediasi.
Metode ini digunakan baik pada pendekatan paramatrik maupun nonparametrik.
Pendekatan intermediasi memandang sebuah lembaga keuangan sebagai
media intermediatory untuk merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari
unit-unit surplus menjadi unit-unit-unit-unit defisit.1 Khusus untuk lembaga nirlaba seperti
lembaga zakat, pendekatan intermediasi melihat sebuah LAZ sebagai media
intermediatory antara muzakki dengan mustahiq, LAZ yang berperan sebagai
amil berfungsi untuk menyalurkan dana yang diperoleh dari muzakki agar sampai
ke tangan mustahiq, baik dalam bentuk konsumtif maupun produktif.
Adapun pertimbangan mengenai pendekatan intermediasi adalah sebagai
berikut:
1. Bahwa dengan menggunakan intermediary approach maka evaluasi terhadap
1Muliaman D. Hadad, “Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode
efisiensi akan dilakukan secara menyeluruh.
2. Bahwa pendekatan ini adalah pendekatan yang paling sering digunakan dalam
penelitian-penelitian terdahulu.
3. Bahwa suatu lembaga keuangan biasanya akan menggunakan tenaga kerja
(labour), aset tetap (physical capital), dan deposito sebagai input dalam
memproduksi pendapatan.
4. Bahwa hal ini merupakan bagian dari prinsip dari lembaga keuangan syariah
itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui bahwa prinsip sistem lembaga keuangan
syariah berdasarkan pada kontribusi modal, dimana setiap lembaga keuangan
syariah akan menghimpun dan menyalurkan dana.2
Berdasarkan pendekatan intermediasi, variabel input output dalam
[image:51.612.127.532.181.587.2]penelitian ini adalah:
Tabel 3.2
Variable Input-Output
Pendekatan Variabel Input Variabel Output
Intermediasi - Jumlah Dana Zakat yang
Dihimpun
- Biaya Operasional
- Gaji Karyawan
- Jumlah Dana Zakat yang
Disalurkan
- Aktiva Tetap
- Aktiva Lancar
Penelitian dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) ini
menggunakan variabel input dan output. Variabel input dalam hal ini meliputi
2 Hamim S., Ahmad Mochtar, dkk., “Efficiency of Islamic
40
penghimpunan dana zakat, biaya operasional, dan gaji karyawan. Sedangkan
variabel outputnya terdiri dari penyaluran dana zakat, aktiva tetap, dan aktiva
lancar. Berikut ini penjelasan dari masing-masing variabel:
1. Jumlah Dana Zakat yang Dihimpun, adalah total keseluruhan dana zakat yang
berhasil dihimpun dari para muzakki oleh suatu lembaga dalam periode
tertentu.
2. Gaji Karyawan, adalah sejumlah dana yang dikeluarkan untuk membayar para
pekerja atau karyawan di dalam suatu lembaga.
3. Penyaluran Dana Zakat, adalah sejumlah dana zakat yang telah disalurkan
kepada mustahik pada periode tertentu dalam bentuk program-program
pemberdayaan maupun penyaluran langsung yang diberikan secara tunai.
4. Biaya Operasional, adalah biaya langsung yang digunakan untuk kebutuhan
operasional perusahaan. Jika perusahaannya adalah perusahaan dagang, maka
biaya operasionalnya adalah biaya untuk memperoleh barang dagangan,
pemasaran, serta biaya-biaya operasional perusahaan lainnya. Namun, karena
studi penelitian ini adalah LAZ, maka biaya operasional yang dimaksud
adalah bia