• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN TAPAKTUAN

KECAMATAN TAPAKTUAN KABUPATEN ACEH SELATAN

TAHUN 2008

Oleh :

FANDRIK ERALIESA NIM. 031000063

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRACT

vii + 42 page + 23 page list of libraries + 10 tables + attachments

Corelation with the individual factors on the fatigue loading and unloading of Labor in the Tapaktuan Port of Tapaktuan Aceh Selatan district in 2008.

This study aims to determine the corelation between individual factors (age, education, the workplace, marital status, nutritional status) with the exhaustion of the Manpower loading in the Port of Tapaktuan Tapaktuan Kecamatan Kabupaten Aceh Selatan. Type of research is using descriptive analytical with cross sectional study design, population of Labor is the loading and unloading work of the Port of Tapaktuan 36 people, the sample is all employees who work loading and unloading at the Stevedoring and Receiving / Delivery Port Tapaktuan (Total Sampling) which amounted to 26 people.

Results are that most respondents who are very tired in the category that is 16 people (61.5%), tired category of 7 people (26.9%) and that at least there are less tired in the category that is 3 people (11.5 %). There is a significant relationship between age (p = 0015), the work (p = 0005), marital status (p = 0002), and nutritional status (p = 0009) with the occurrence of exhaustion work. Have stated the relationship with p < 0.05. While the level of education does not have any meaningful relationship with the exhaustion of the p = 0415 (p > 0.05).

Recommended to the manager TKBM order to increase the amount of workers in the Stevedoring and Receiving / Delivery and in the workforce aged > 41 years old, married and a period of > 10 years not to make loading and unloading activities in the 2 ships with the same time. The need of extra food and attention to the food menu, and provides counseling to the Labor loading and unloading of work and prevent fatigue.

(3)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : FANDRIK ERALIESA

Tempat/tanggal lahir : Tapaktuan/20 April 1986

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 6 orang

Alamat Rumah : Jl. Habib Mustafa No. 21 Lhok Bengkuang Tapaktuan Aceh Selatan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1991-Tahun 1997 : Tamat SDN No. 2 Terbangan Aceh Selatan 2. Tahun 1997-Tahun 2000 : Tamat SMPN No. 2 Tapaktuan

3. Tahun 2000-Tahun 2003 : Tamat SMUN No. 1 Tapaktuan

(4)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa karena atas Berkat dan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN TAPAKTUAN KECAMATAN TAPAKTUAN KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2008”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, telah banyak bantuan, nasehat dan bimbingan yang penulis terima demi kelancaran proses penyelesaian pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dengan selesainya skripsi ini, perkenankan saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS, sebagai kepala bagian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, juga sebagai Dosen Pembimbing I, yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta masukan untuk sempurnanya penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II dalam penyusunan

(5)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

4. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, selaku Dosen Penguji I dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS, selaku Dosen Penguji II dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dr. Surya Dharma, MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Para Dosen dan Staf Pegawai di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Fauzi, S.Sos sebagai Kepala Kantor Pelabuhan Tapaktuan, yang telah memberikan izin penelitian ini.

9. Kepada Orang tua yang tercinta Ayah Sarimi AR dan Ibunda Yuslinar atas semua doa serta dorongannya kepada penulis, juga adik-adik yang telah memberikan doa dan semangat kepada penulis.

10. Rekan-rekan Stambuk 2003 dan teman-teman di peminatan K3, yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

Demikianlah semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya maupun untuk pembaca umumnya. Sehingga dapat memberikan kritikan dan masukan yang membangun untuk kesempurnaan tulisan ilmiah ini.

Medan, Januari 2009 Penulis

(6)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Definisi Kelelahan Kerja ... 7

2.2. Jenis Kelelahaan Kerja ... 9

2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kelelahan ...12

2.4. Proses Terjadinya Kelelahan Kerja ...13

2.5. Akibat Kelelahan Kerja ...16

2.6. Penanggulangan Kelelahan Kerja ... 17

2.7. Pengukuran Kelelahan Kerja ... 18

2.8. Pelabuhan ...19

2.9. Model Kerangka Konsep ...20

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1. Jenis Penelitian ...21

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.2.1. Lokasi ... 21

3.2.2. Waktu ... 21

3.3. Populasi dan Sampel ... 21

3.3.1. Populasi ... 21

3.3.2. Sampel ... 21

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 22

3.5. Definisi Operasional ... 23

3.6. Variabel Penelitian ...24

3.7. Hipotesa Penelitian ... 24

3.8. Pengolahan Data ... 24

3.9. Analisa Data ... 25

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 26

(7)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

4.1.1. Sejarah Koperasi ... 26

4.1.2. Struktur Organisasi Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan..28

4.2. Mekanisme Kerja TKBM ...28

4.2.1. Cara Kerja ...28

4.2.2. Beban Kerja ...29

4.3. Karakteristik Responden ...31

4.3.1. Umur ...31

4.3.2. Pendidikan ...31

4.3.3. Masa Kerja ... 32

4.3.4. Status Perkawinan ... 32

4.3.5. Status Gizi ... 33

4.3.6. Kelelahan Kerja ... 33

4.4. Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja ... 34

4.5. Hubungan Pendidikan dengan Kelelahan Kerja ... 34

4.6. Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja ...35

4.7. Hubungan Status Perkawinan dengan Kelelahan Kerja ...35

4.8. Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja ...36

BAB 5 PEMBAHASAN ... 37

5.1. Gambaran Kelelahan Kerja ... 37

5.2. Hubungan Antara Umur dengan Kelelahan Kerja ... 37

5.3. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Kelelahan Kerja..38

5.4. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja ...38

5.5. Hubungan Antara Status Perkawinan dengan Kelelahan Kerja ...39

5.6. Hubungan Antara Status Gizi dengan Kelelahan kerja ...39

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ...41

7.1. Kesimpulan ...41

7.2. Saran ...42 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Umur di Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan

Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008 ... 31 Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Pendidikan di Koperasi

TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan

Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008 ... 31 Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Masa Kerja di Koperasi

TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan

Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008 ... 32 Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Status Perkawinan di Koperasi

TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan

Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008 ... 32 Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Status Gizi di Koperasi TKBM

Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008 ... 33 Tabel 4.6. Tabel Tingkat Kelelahan Kerja di Koperasi TKBM

Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008 ... 33 Tabel 4.7. Tabel Silang Antara Kelompok Umur dengan Kelelahan

Kerja di Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008 ... 34 Tabel 4.8. Tabel Silang Antara Tingkat Pendidikan dengan Kelelahan

Kerja di Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008 ... 34 Tabel 4.9. Tabel Silang Antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja di

Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan

Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008 ... 35 Tabel 4.10. Tabel Silang Antara Status Perkawinan dengan Kelelahan

(9)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008 ... 36

Tabel 4.11. Tabel Silang Antara Status Gizi dengan Kelelahan Kerja di Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan

(10)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan.(Depnaker, 2003)

Keterlibatan manusia khususnya tenaga kerja dalam proses pembangunan semakin meningkat. Agar tenaga kerja menjadi sehat dan produktif, maka peranan Keselamatan dan Kesehatan Kerja semakin menjadi penting. Hal ini didukung pula oleh perkembangan jangkauan pembangunan kesemua sektor ekonomi, termasuk sektor informal, tradisional dan industri kecil. (Benny, 1997)

(11)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

terpadu dan berkesinambungan melalui penyelenggaraan upaya kesehatan kerja (Depkes, 2000)

Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu kerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebaliknya adalah waktu istirahat (untuk kehidupan keluarga dan sosial kemasyarakatan). Memperpanjang waktu kerja lebih dari itu hanya akan menurunkan efisiensi kerja, meningkatkan kelelahan, kecelakaan dan penyakit akibat kerja. (Suma’mur, 1996)

Tujuan dari kesehatan kerja yaitu untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Salah satu tujuan dari pelaksanaan kesehatan kerja dalam bentuk operasional adalah pencegahan kelelahan dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja (Suma’mur, 1996)

Kelelahan kerja merupakan bagian dari permasalahan umum yang sering dijumpai pada tenaga kerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan dapat menurunkan produktivitas. Investigasi di beberapa negara menunjukkan bahwa kelelahan (fatigue) memberi kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja.

(12)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

mental dan sekitar 7% pekerja mengeluh stress berat dan merasa tersisihkan. (Hidayat, 2003)

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa faktor individu dalam hal ini seperti umur, pendidikan, masa kerja, status perkawinan dan status gizi mempunyai hubungan terhadap terjadinya kelelahan kerja (Oentoro, 2004). Faktor individu seperti umur mempunyai hubungan yang signifikan terhadap terjadinya kelelahan, bukti di negara Jepang menunjukkan bahwa pekerja yang berusia 40-50 tahun akan lebih cepat menderita kelelahan dibandingkan dengan pekerja yang relatif lebih muda. (Hidayat, 2003)

Status seseorang juga mempengaruhi tingkat kelelahan, orang yang sudah menikah lebih cepat mengalami kelelahan dibandingkan dengan yang bujangan oleh karena waktu istirahat tidak dimanfaatkan secara maksimal sebab kondisi keluarganya juga perlu mendapatkan perhatian yang cukup. (Hidayat, 2003)

Hasil riset menunjukkan bahwa secara klinis terdapat hubungan antara status gizi seseorang dengan performa tubuh secara keseluruhan, orang yang berada dalam kondisi gizi yang kurang baik dalam arti intake makanan dalam tubuh kurang dari normal maka akan lebih mudah mengalami kelelahan dalam melakukan pekerjaan. (Oentoro, 2004)

(13)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

koperasi. Dalam setiap kegiatan bongkar muat barang, Koperasi TKBM bekerja sama dengan Perusahaan Bongkar Muat (PBM) yang terdaftar di Pelabuhan Tapaktuan.

Kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Tapaktuan di bagi dalam tiga bagian terdiri dari Stevedoring (pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga dan sebaliknya), Corgodoring (pekerjaan membawa barang dari dermaga ke gudang dan sebaliknya), Receiving/Delivery (pekerjaan mengambil barang dari gudang ke atas kendaraan dan sebaliknya. Kesiapan sumber daya manusia operasional dan tenaga kerja bongkar muat merupakan salah satu persyaratan operasional pelabuhan dalam 24 jam. (Dephub, 2002)

(14)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

mengalami keluhan-keluhan berupa sakit dikepala dan anggota badan dan kebanyakan terjadi pada tenaga kerja yang relatif lebih tua.

Berdasarkan semua uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan antara faktor individu (umur, pendidikan, masa kerja, status perkawinan, status gizi) dengan kelelahan pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tapaktuan.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahui adanya hubungan antara faktor individu (umur, pendidikan, masa kerja, status perkawinan, status gizi) dengan kelelahan kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan tahun 2008.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara faktor individu (umur, pendidikan, masa kerja, status perkawinan, status gizi) dengan kelelahan kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan tahun 2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

(15)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

2. Untuk mengetahui hubungan umur dengan kelelahan kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.

3. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan kelelahan kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.

4. Untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.

5. Untuk mengetahui hubungan status perkawinan dengan kelelahan kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.

6. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kelelahan kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan kepada pihak perusahaan mengenai gambaran kelelahan yang di alami oleh tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.

(16)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

3. Untuk menambah wawasan bagi tenaga kerja dan penulis mengenai hubungan antara faktor individu dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kelelahan Kerja

Banyak definisi tentang kelelahan kerja yang telah dikemukakan, namun secara garis besar dapat dikatakan bahwa kelelahan merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu, yang telah tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya (Satalaksana, 1979). Lelah merupakan suatu perasaan yang mempunyai arti tersendiri dan sifatnya subjektif bagi setiap orang (Suma’mur, 1996)

Ada beberapa teori kelelahan kerja yakni :

a. Kelelahan kerja merupakan proses menurunnya efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan.(Wignjosoebroto, 2000)

(17)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

kesehatan mental pekerja menemukan bahwa orang-orang yang mengalami perasaan tidak simpatik terhadap kliennya atau konsumen yang dilayaninya kepada rekan kerjanya dapat menciptakan suatu atmosfir negatif diantara satuan kerja tersebut. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja juga akan sering tidak masuk kerja dan mengambil waktu istirahat. (Wignjosoebroto, 2000)

c. Kelelahan kerja dalam suatu industri berkaitan pada tiga gejala yang saling berhubungan, yaitu : perasaan lelah, perubahan fisiologis dalam tubuh (syaraf dan otot tidak berfungsi dengan baik atau tidak secepat pada keadaan normal yang disebabkan oleh perubahan kimiawi setelah bekerja) dan menurunnya kapasitas kerja. (Barnes, 1980)

d. Kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang dihasilkan stress sebelumnya yang mengakibatkan melemahnya kembali fungsi dan kinerja, fungsi organ saling mempengaruhi yang akhirnya mengganggu fungsi kepribadian, umumnya bersamaan dengan menurunnya kesiagaan kerja dan meningkatnya sensasi ketegangan. (Dwivedi dalam Silaban, 1996)

e. Kelelahan kerja merupakan suatu kondisi yang menyebabkan penurunan kinerja yang dapat mengakibatkan kesalahan kerja, ketidakhadiran, keluar kerja, kecelakaan kerja dan berpengaruh terhadap perilaku kerja. (Schultz, 1982)

(18)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

g. Menurut Setyawati (1985), yang dikutip oleh Wignjosoebroto (2000) bahwa secara umum kelelahan kerja merupakan keadaan yang dialami tenaga kerja yang dapat mengakibatkan penurunan vitalitas dan produktivitas kerja.

h. Kelelahan kerja dianggap sebagai memuncaknya kondisi psikokhemis dari tubuh yang diakibatkan produksi racun-racun khemis yang berlebihan sehingga orang harus beristirahat. (Kartono, 1994)

i. Kelelahan juga dapat diartikan sebagai suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan. (Suma’mur, 1996)

2.2. Jenis Kelelahaan Kerja

Kelelahan kerja dapat dibedakan berdasarkan : a. Waktu terjadinya kelelahan kerja, yaitu :

1. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan

2. Kelelahan kronis yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus-menerus dan terakumulasi. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti :

• Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang

toleran atau a-sosial terhadap orang lain. • Munculnya sikap apatis terhadap orang lain.

• Depresi yang berat, dan lain-lain. (Wignjosoebroto, 2000)

(19)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

1. Faktor fisiologis, yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah penurunan waktu reaksi

2. Faktor psikologis, yaitu konflik yang mengakibatkan stress yang berkepanjangan, ditandai dengan menurunnya prestasi kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial. (Schultz, 1982)

Beberapa penyebab yang cukup mempengaruhi kelelahan kerja, seperti yang dilansir dari beberapa sumber, antara lain:

• Pekerjaan yang berlebihan

Kekurangan sumber daya manusia yang kompeten mengakibatkan menumpuknya pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dengan jumlah karyawan yang lebih banyak.

• Kekurangan waktu

Batas waktu yang diberikan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan terkadang tidak masuk akal. Pada saat si karyawan hendak mendiskusikan masalah tersebut dengan atasannya, si atasan bukannya memberikan solusi pemecahan namun seringkali memberikan tugas-tugas baru yang harus dikerjakan.

Konflik peranan

(20)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

Ambigu peranan

Tidak jelasnya deskripsi tugas yang harus dikerjakan seringkali membuat para karyawan mengerjakan sesuatu pekerjaan yang seharusnya tidak dikerjakan oleh karyawan tersebut kalau ditilik dari sisi keahlian maupun posisi pekerjaannya.

c. Proses dalam otot yang terdiri dari : 1. Kelelahan otot

Kelelahan otot adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat kontraksi yang berulang. Kontraksi otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar. (Suma’mur, 1996)

2. Kelelahan umum

(21)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

menurunnya perasaan ingin bekerja, serta kelelahan umum disebut juga kelelahan fisik dan kelelahan syaraf (Suma’mur, 1996).

d. Proses hasil perubahan fisiologi, psikologi dan mekanik

Kelelahan ini dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu kelelahan yang bersifat lokal dan kelelahan seluruh tubuh (Maxcy-Rosenau-Last dalam Nasution, 1998).

2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kelelahan

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan kerja adalah yang berhubungan dengan ergonomi atau sikap kerja seperti pekerjaan yang berulang-ulang dan posisi kerja yang tidak ergonomis. Selain itu jam kerja yang tidak sesuai, penerangan yang tidak memadai juga akan mengakibatkan perasaan lelah. (Suma’mur, 1996)

Faktor individu seperti umur dapat berpengaruh terhadap terjadinya perasaan lelah tenaga kerja, pada umur yang lebih tua terjadi penurunan kekuatan otot, tetapi keadaan ini diimbangi dengan stabilitas emosi yang lebih baik dibandingkan dengan tenaga kerja yang berumur muda. (Setyawati dalam Wignjosoebroto, 2000)

(22)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

Selain itu pendidikan dan status gizi juga berpengaruh terhadap kelelahan. Tingkat pendidikan biasanya berbanding lurus dengan status gizi walaupun pada kenyataan tidak selalu benar. Lamanya seseorang mengenyam pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan individu, ini sangat mungkin berpengaruh terhadap kondisi atau status kesehatan tenaga kerja. Sedangkan status gizi merupakan salah satu unsur yang menentukan kualitas fisik dan kondisi fisik tenaga kerja sehingga berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan (Wignjosoebroto, 2000).

Kelelahan dengan menurunnya efisiensi dan ketahanan dalam bekerja meliputi segenap kelelahan tanpa memandang apa pun penyebabnya seperti, kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (visual), kelelahan fisik umum, kelelahan mental, kelelahan syaraf, kelelahan oleh karena lingkungan kerja yang monoton, atau pun karena lingkungan kerja yang kronis terus menerus.

Menurut Suma’mur ada 5 (lima) penyebab kelelahan kerja antara lain : 1. Keadaan yang monoton.

2. Beban dan lama kerja baik fisik maupun mental. 3. Keadaan lingkungan ( cahaya, suhu, bising).

4. Keadaan jiwa seperti tanggung jawab, rasa kekhawatiran atau konflik. 5. Penyakit, perasaan sakit dan status gizi.

2.4. Proses Terjadinya Kelelahan Kerja

(23)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah.

Makanan yang mengandung glikogen, mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot akan selalu diikuti oleh reaksi kimia (Oksida glukosa) yang merubah glikogen menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa). Dalam tubuh dikenal fase pemulihan, yaitu suatu proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari pernafasan, sehingga memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontinu. Ini berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik apabila kerja fisiknya tidak terlalu berat. Pada dasarnya kelelahan ini timbul karena terakumulasinya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dan proses pemulihan.

Secara lebih jelas proses terjadinya kelelahan fisik adalah sebagai berikut : 1. Oksidasi glukosa dalam otot menimbulkan CO2, saerolatic, phospat, dan

sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemudian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluarannya sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot yang menggangu kegiatan otot selanjutnya. 2. Karbohidrat yang didapat dari makanan diubah menjadi glukosa dan disimpan

(24)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

dalam hati akan menipis dan kelelahan akan timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati tinggal 0,7 %.

3. Dalam keadaan normal, jumlah udara yang masuk melalui pernafasan kira-kira 4 liter/menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara sekitar 15 liter/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tertentu akan dijumpai suatu keadaan dimana jumlah oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil dari tingkat kebutuhan. Jika ini terjadi maka kelelahan akan timbul, karena reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk mengurangi asam laktat menjadi H2O (air) dan CO2 (karbondioksida) agar dikeluarkan dalam tubuh, menjadi tidak seimbang dengan pembentukan asam laktat itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam otot atau dalam peredaran darah). (Satalaksana, 1979)

(25)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka keadaan orang tersebut ada dalam keadaan segar untuk bekerja. Sebaliknya, apabila sistem penghambat lebih kuat dari sistem penggerak maka orang akan mengalami kelelahan. Itulah sebabnya, seseorang yang sedang lelah dapat melakukan aktivasi secara tiba-tiba apabila mengalami sesuatu peristiwa yang tidak terduga (ketegangan emosi). Demikian juga kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan walaupun beban kerjanya tidak seberapa. Hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih kuat dari pada sistem penggerak (Satalaksana, 1979).

2.5. Akibat Kelelahan Kerja

(26)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

Tanda-tanda kelelahan yang utama adalah hambatan terhadap fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan-perubahan pada organ-organ diluar kesadaran serta proses pemulihan. Orang-orang lelah menunjukkan : (Fitrihana, 2008)

1. penurunan perhatian

2. perlambatan dan hambatan persepsi 3. lambat dan sukar berpikir

4. penurunan kemauan atau dorongan untuk berkerja 5. kurangnya efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental

Menurut Gilmer (1984), gejala secara umum yang sering menyertai kelelahan kerja ialah sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi perut dan jantung, kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan dan tidak dapat tidur.

Dalam studi efek kelelahan harus dipahami bahwa gejala umum dari kelelahan kerja merupakan sebagai suatu hasil dari aktivitas yang panjang. Gejala kelelahan berikut merupakan gejala yang jelas dilihat dan dirasakan, yaitu menurunnya perhatian, lamban dalam bergerak, gangguan persepsi, pikiran melemah, motivasi menurun, kinerja menurun, ketelitian menurun dan kesalahan meningkat (Grandjean, 1985).

2.6. Penanggulangan Kelelahan Kerja

(27)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

1. Lingkungan kerja yang bebas dari zat berbahaya, penerangan memadai, sesuai dengan jenis pekerjaan yang dihadapi, maupun pengaturan udara yang adekuat, bebas dari kebisingan, getaran, serta ketidaknyamanan.

2. Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan. 3. Kesehatan umum dijaga dan dimonitor.

4. Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja.

5. Beban kerja berat tidak berlangsung terlalu lama.

6. Tempat tinggal diusahakan sedekat mungkin dengan tempat kerja, kalau perlu bagi tenaga kerja dengan tempat tinggal jauh diusahakan transportasi dari perusahaan.

7. Pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas kerja dan kehidupannya.

8. Disediakaan fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat dilaksanakan secara baik.

9. Cuti dan liburan diselenggarakan sebaik-baiknya.

10. Diberikan perhatian khusus pada kelompok tertentu seperti tenaga kerja beda usia, wanita hamil dan menyusui, tenaga kerja dengan kerja gilir di malam hari, tenaga baru pindahan.

(28)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

Hingga saat ini belum ada metode pengukuran kelelahan kerja yang baku karena kelelahan merupakan suatu perasaan yang sangat subjektif, setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda dalam mendefinisikan kelelahan, sehingga sulit untuk diukur.

Banyak parameter yang digunakan untuk mengukur kelelahan kerja antara lain : Waktu Reaksi Seluruh Tubuh atau Whole Body Reaction Tester (WBRT), uji ketuk jari (Finger Taping Test), Uji Flicker Fusion, Uji Critical Fusion, Uji Bourdon Wiersma, Skala kelelahan IFRC ( Industrial Fatique Rating Comite), Skala Fatique

Rating (FR Skala), Ekskresi Katikolamin, Stroop Test (Suma’mur, 1996).

Selain itu KAUPK2 (Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja) juga merupakan parameter untuk mengukur perasaan kelelahan kerja sebagai gejala subjektif yang dialami pekerja dengan perasaan yang tidak menyenangkan. Keluhan-keluhan yang dialami pekerja sehari-hari membuat mereka mengalami kelelahan kronis (Setyawati dalam Nasution, 1998).

2.8. Pelabuhan (Dephub, 2003)

(29)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.

Kepelabuhanan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan berlayar, tempat perpindahan intra dan/atau antar moda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah. Pelayanan jasa kepelabuhanan meliputi penyediaan dan pelayanan jasa gudang dan tempat penimbunan barang, angkutan di perairan pelabuhan, alat bongkar muat serta peralatan pelabuhan.

Dalam pelaksanaan kegiatan bongkar muat, diwajibkan kepada :

a. perusahaan bongkar muat untuk menyediakan tenaga supervisi dan peralatan bongkar muat sesuai dengan kebutuhan.

b. koperasi TKBM untuk menyediakan jumlah TKBM sesuai dengan jumlah dan ketrampilan berdasarkan standar yang telah ditetapkan.

Dalam rangka memberikan perlindungan kepada tenaga kerja bongkar muat diwajibkan kepada pihak pengelola untuk menutup Jamsostek, yaitu :

a. jaminan kecelakaan kerja (JKK) b. jaminan hari tua (JHT)

(30)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009 Faktor Individu • Umur

• Pendidikan • Masa Kerja • Status Perkawinan • Status Gizi

Kelelahan Kerja

Untuk kepentingan kesejahteraan TKBM beserta keluarganya, koperasi tkbm menutup jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK).

2.9. Model Kerangka Konsep

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan desain cross sectional study untuk mengetahui hubungan antara faktor individu dengan

(31)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

kelelahan kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan Aceh Selatan Tahun 2008.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Aceh Selatan dengan pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian mengenai kelelahan kerja di pelabuhan tersebut. Selain itu peneliti mendapat kemudahan dalam memperoleh izin untuk melakukan penelitian.

3.2.2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2008 s/d Januari 2009. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Tenaga Kerja Bongkar Muat yang bekerja Pelabuhan Tapaktuan yang berjumlah 36 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja bongkar muat yang bekerja di bagian Stevedoring dan Receiving/Delivery Pelabuhan Tapaktuan (Total Sampling). Adapun jumlah sampel pada penelitian ini adalah 26 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

(32)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil pengisian keusioner yaitu dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) dan pengukuran BB/TB2 untuk menghitung IMT sebagai parameter dalam menentukan status gizi tenaga kerja.

a. Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)

Untuk mengetahui tingkat kelelahan pekerja diukur dengan menjumlahkan skor dari pertanyaan - pertanyaan kuesioner. Untuk pertanyaan dengan jawaban “Ya, sering” skornya adalah 3, untuk jawaban “Ya, jarang” skornya 2 dan untuk jawaban “Tidak Pernah” skornya 1. Sedangkan total skor tertinggi yaitu 51 dan terendah 17. Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka dapat diketahui tingkat kelelahan kerja yang dikategorikan sebagai berikut (Sugiono, 2002)

Kurang lelah, bila responden memperoleh skor jawaban < 20 (<40%

dari total skor)

Lelah, bila responden memperoleh skor jawaban antara 20 - 35

(40-75% dari total skor)

Sangat lelah, bila responden memperoleh skor jawaban > 35 (>75%

dari total skor)

(33)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

Penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dilakukan dengan mengukur BB/TB2 untuk mengetahui status gizi tenaga kerja yang dikategorikan sebagai berikut : (Almatsier, 2002)

• Gizi Baik, jika IMT berkisar antara 18,5 - 25,0 • Gizi Sedang, jika IMT berkisar antara 17,5 - 18,5 • Gizi Kurang, jika IMT berkisar antara < 17,5

2. Data sekunder

Diperoleh dari kantor Pelabuhan Tapaktuan mengenai gambaran umum Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Tapaktuan.

3.5. Definisi Operasional

1. Umur adalah ulang tahun terakhir tenaga kerja pada saat penelitian dilakukan. 2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah dilalui oleh tenaga

kerja.

3. Masa kerja adalah waktu pertama kali tenaga kerja diterima bekerja sampai dengan waktu penelitian ini dilakukan.

4. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan tenaga kerja yang terdapat pada kartu identitas pekerja, dan dikategorikan atas kawin dan tidak kawin.

5. Status gizi adalah suatu keadaan yang memberikan petunjuk keadaan gizi tenaga kerja berdasarkan perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT).

(34)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

3.6. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel bebas adalah faktor individu yang meliputi : umur, pendidikan, masa kerja, status perkawinan, dan status gizi.

2. Variabel terikat adalah kelelahan kerja 3.7. Hipotesa Penelitian

1. Ada hubungan antara umur dengan kelelahan tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tapaktuan Aceh Selatan.

2. Ada hubungan antara status pendidikan dengan kelelahan tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tapaktuan Aceh Selatan.

3. Ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tapaktuan Aceh Selatan.

4. Ada hubungan antara status perkawinan dengan kelelahan tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tapaktuan Aceh Selatan.

5. Ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tapaktuan Aceh Selatan.

3.8. Pengolahan Data

Data diolah dengan bantuan komputer dan ditabulasikan kedalam bentuk tabel silang.

(35)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

(36)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Koperasi TKBM 4.1.1. Sejarah Koperasi

Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Tapaktuan pada mulanya terhimpun pada sebuah organisasi “Pool Buruh” yang berada di bawah pembinaan Badan Penguasaan dan Pengusahaan (BPP) Pelabuhan Tapaktuan sampai dibubarkannya “Pool Buruh” yang mengelola TKBM, yang pada masa itu disebut BUPELTA (Buruh Pelabuhan Terdaftar).

(37)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut

2. Direktur Jenderal Bina Hubungan Ketenagakerjaan Dan Pengawasan Norma Kerja, dan

3. Direktur Jenderal Bina Lembaga Koperasi

(38)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

PENGURUS

KETUA

SEKRETARIS BENDAHARA 4.1.2. Struktur Organisasi Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan

4.2. Mekanisme Kerja TKBM 4.2.1. Cara Kerja

Secara keseluruhan kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Tapaktuan dilakukan oleh satu regu kerja yang mempunyai tenaga kerja berjumlah 36 orang dengan 3 bagian kerja, yaitu Stevedoring, Corgodoring dan Receiving/Delivery. Pada bagian Corgodoring, terdapat 10 orang pekerja sebagai tukang becak, pekerjaannya hanya mengangkut semen kegudang dengan menggunakan becak mesin sebagai

PEMBINA

(39)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

angkutan dengan beban angkut becak ±1,25 ton. Sedangkan pada bagian Stevedoring dan Receiving/Delivery masing-masing kegiatan tersebut yaitu:

1. Stevedoring

Pekerjaan membongkar semen dari dalam palka kapal dilakukan dengan cara mengangkat satu persatu semen kemudian diletakkan kedalam jala-jala sampai memenuhi kapasitas jala tersebut, jala yang telah berisi semen ditarik menggunakan derek untuk selanjutnya dipindahkan ke dermaga, dengan kapasitas jala-jala adalah ± 2,8 ton. Pada bagian pekerjaan ini terdapat 13 orang pekerja.

2. Receiving/delivery

Pekerjaan memindahkan semen oleh tenaga kerja bongkar muat (TKBM) dari becak mesin ke penumpukan di dalam gudang secara satu persatu dengan cara mengangkat semen tersebut. Demikian juga sebaliknya, jika semen tersebut akan didistribusikan, TKBM mengeluarkan semen dari dalam gudang dengan cara mengangkatnya satu persatu dan ada juga dengan cara memikul semen tersebut dengan meletakkannya diatas kepala untuk kemudian disusun kembali keatas mobil/angkutan. Pada bagian pekerjaan ini juga terdapat pekerja yang berjumlah 13 orang.

(40)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

Pada setiap pelaksanaan bongkar muat barang dengan kapasitas ± 30.000 ton (Berat 1 zak semen adalah ± 50 kg), TKBM membutuhkan waktu ± 4 hari untuk menyelesaikan pekerjaanya. Hal tersebut disesuaikan dengan kesepakatan antara pihak Koperasi dengan Perusahaan Bongkar Muat (PBM) sebagai pengguna jasa.

Jam kerja TKBM :

1. Dari hari senin s/d kamis dan sabtu s/d minggu pekerjaan bongkar muat barang dimulai dari pukul 09.00 – 12.00 WIB (3 jam), istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB (1 jam) kemudian dilanjutkan lagi pukul 13.00 – 18.00 WIB (5jam).

2. Pada hari Jumat pekerjaan bongkar muat barang dimulai dari pukul 09.00 – 12.00 WIB (3 jam), istirahat 12.00 – 14.00 WIB (2 jam) kemudian dilanjutkan lagi pukul 14.00 – 18.00 WIB (4 jam).

3. Pekerjaan juga dilanjutkan kembali pada malam hari mulai pukul 19.00 – 21.00 WIB (2 jam) apabila target penyelesaian pekerjaan yang telah disepakati antara pengguna jasa (Perusahaan Bongkar Muat) dengan pihak koperasi belum dapat terpenuhi sesuai kesepakatan awal.

(41)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

[image:41.612.112.533.303.430.2]

4.3. Karakteristik Responden 4.3.1. Umur

Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Umur di Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008.

No Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%)

1 ≤ 41 10 38,5

2 > 41 16 61,5

Jumlah 26 100

Pada penelitian ini karakteristik umur responden dikategorikan berdasarkan mean yaitu 41 tahun. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kategori umur responden yang paling banyak adalah kelompok umur > 41 tahun yaitu sebanyak 16 orang (61,5 %). Sedangkan yang berumur ≤ 41 sebanyak 10 orang (38,5 %).

4.3.2. Pendidikan

Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Pendidikan di Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008.

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 SD 8 30,8

2 SLTP 14 53,8

[image:41.612.113.529.622.691.2]
(42)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

Jumlah 26 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden paling banyak adalah yang berpendidikan SLTP yaitu sebanyak 14 orang (53,8 %), berpendidikan SD sebanyak 8 orang (30 %) dan yang paling sedikit adalah yang berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 4 orang (15,4 %).

[image:42.612.116.529.347.419.2]

4.3.3. Masa Kerja

Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Masa Kerja di Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008.

No Masa Kerja (Tahun) Frekuensi Persentase (%)

1 ≤ 10 9 34,6

2 > 10 17 65,4

Jumlah 26 100

Pada penelitian ini masa kerja responden dikategorikan berdasarkan mean yaitu 10 tahun. Dari tabel dapat diketahui bahwa responden dengan masa kerja yang paling banyak berada pada kelompok > 10 tahun yaitu sebanyak 17 orang (65,4%). 4.3.4. Status Perkawinan

Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Status Perkawinan di Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008.

No Status Perkawinan Frekuensi Persentase (%)

1 Kawin 20 76,9

2 Tidak Kawin 6 23,1

[image:42.612.112.530.585.653.2]
(43)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden terbanyak terdapat pada kelompok status kawin yaitu sebanyak 20 orang (76,9%) dan yang terkecil terdapat pada kelompok status tidak kawin yaitu sebanyak 6 orang (23,1%).

[image:43.612.102.531.250.491.2]

4.3.5. Status Gizi

Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Status Gizi di Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008.

No Status Gizi Frekuensi Persentase (%)

1 Gizi Baik 7 26,9

2 Gizi Sedang 10 38,5

3 Gizi Kurang 9 34,6

Jumlah 26 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden terbanyak terdapat pada kelompok status gizi sedang yaitu sebanyak 10 orang (38,5%), status gizi kurang yaitu sebanyak 9 orang (34,6%), dan yang terkecil pada kelompok status gizi baik 7 orang (26,9%)

4.3.6. Kelelahan Kerja

Tabel 4.6. Tabel Tingkat Kelelahan Kerja di Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008.

(44)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

1 Sangat Lelah 16 61,5

2 Lelah 7 26,9

3 Kurang Lelah 3 11,5

Jumlah 26 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang paling banyak terdapat pada kategori sangat lelah yaitu 16 orang (61,5%), kategori lelah sebanyak 7 orang (26,9%) dan yang paling sedikit terdapat pada kategori kurang lelah yaitu 3 orang (11,5%).

4.4. Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja

Tabel 4.7. Tabel Silang Antara Kelompok Umur dengan Kelelahan Kerja di Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008.

No Umur

Kelelahan

Jumlah % P Sangat

Lelah % Lelah %

Kurang Lelah %

1 ≤ 41 3 11,5 4 15,5 3 11,5 10 38,5

0,01 2 > 41 13 50,0 3 11,5 0 0 16 61,5

Jumlah 16 61,5 7 27,0 3 11,5 26 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang sangat lelah paling banyak berada pada kelompok umur > 41 tahun yaitu sebanyak 13 orang (50%). Tidak dapat dilakukan analisa statistik menggunakan uji chi-square karena terdapat 4 sel (66,7%) yang mempunyai frekuensi harapan kurang dari 5, jadi dapat dilanjutkan dengan uji exact fisher, diperoleh p = 0,01 (p<0,05). Artinya ada hubungan yang bermakna antara umur dengan tingkat kelelahan.

[image:44.612.114.529.84.145.2]
(45)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

[image:45.612.107.565.141.242.2]

USU Repository © 2009

Tabel 4.8. Tabel Silang Antara Tingkat Pendidikan dengan Kelelahan Kerja di Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008.

No Pendidikan

Kelelahan

Jumlah % P Sangat

Lelah % Lelah %

Kurang Lelah %

1 SD 7 26,9 1 3,9 0 0 8 30,8

0,254

2 SLTP 7 26,9 5 19,2 2 7,7 14 53,8

3 SLTA 2 7,7 1 3,9 1 3,9 4 15,4

Jumlah 16 61,5 7 27,0 3 11,5 26 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang sangat lelah paling banyak berada pada tingkat pendidikan SD yaitu 7 orang (26,9%) dan SLTP yaitu juga sebanyak 7 orang (26,9%). Tidak dapat dilakukan analisa statistik menggunakan uji chi-square karena terdapat 8 sel (88,9%) yang mempunyai frekuensi harapan kurang dari 5, jadi dapat dilanjutkan dengan uji exact fisher, diperoleh hasil p = 0,254 (p>0,05). Artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan tingkat kelelahan.

4.6. Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja

Tabel 4.9. Tabel Silang Antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja di Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008.

No Masa Kerja

Kelelahan

Jumlah % P Sangat

Lelah % Lelah %

Kurang Lelah %

1 ≤ 10 2 7,7 4 15,4 3 11,5 9 34,6

0,002

2 > 10 14 53,8 3 11,5 0 0 17 65,4

Jumlah 16 61,5 7 27,0 3 11,5 26 100

[image:45.612.107.562.517.602.2]
(46)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

karena terdapat 4 sel (66,7%) yang mempunyai frekuensi harapan kurang dari 5, jadi dapat dilanjutkan dengan uji exact fisher, diperoleh p = 0,002 (p<0,05). Artinya ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan tingkat kelelahan.

4.7. Hubungan Status Perkawinan dengan Kelelahan Kerja

Tabel 4.10. Tabel Silang Antara Status Perkawinan dengan Kelelahan Kerja di Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008.

No Status Perkawinan

Kelelahan

Jumlah % P Sangat

Lelah % Lelah %

Kurang Lelah %

1 Kawin 15 57,7 5 19,2 0 0 20 76,9

0,01 2 Tidak Kawin 1 3,8 2 7,7 3 11,5 6 23,1

Jumlah 16 61,5 7 27,0 3 11,5 26 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang sangat lelah paling banyak terdapat pada kelompok kawin yaitu sebanyak 15 orang (57,7%). Tidak dapat dilakukan analisa statistik menggunakan uji chi-square karena terdapat 4 sel (66,7%) yang mempunyai frekuensi harapan kurang dari 5, jadi dapat dilanjutkan dengan uji exact fisher, diperoleh hasil p = 0,01 (p<0,05). Artinya ada hubungan yang bermakna

[image:46.612.107.566.430.515.2]
(47)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

[image:47.612.111.561.157.256.2]

4.8. Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja

Tabel 4.11. Tabel Silang Antara Status Gizi dengan Kelelahan Kerja di Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008.

No Status Gizi

Kelelahan

Jumlah % P Sangat

Lelah % Lelah %

Kurang Lelah %

1 Baik 1 3,8 3 11,5 3 11,5 7 26,9

0,002

2 Sedang 7 26,9 3 11,5 0 0 10 38,5

3 Kurang 8 30,8 1 3,8 0 0 9 34,6

Jumlah 16 61,5 7 27,0 3 11,5 26 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang sangat lelah terdapat pada kelompok gizi kurang yaitu sebanyak 8 orang (30,8). Tidak dapat dilakukan analisa statistik menggunakan uji chi-square karena terdapat 7 sel (77,8%) yang mempunyai frekuensi harapan kurang dari 5, jadi dapat dilanjutkan dengan uji exact fisher, diperoleh hasil p = 0,002 (p<0,05) Artinya ada hubungan yang bermakna

(48)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Kelelahan Kerja

Berdasarkan tabel 4.6. menunjukkan bahwa responden yang paling banyak terdapat pada kategori sangat lelah yaitu sebanyak 16 orang (61,5%), kategori lelah sebanyak 7 orang (26,9%) dan yang paling sedikit terdapat pada kategori kurang lelah yaitu sebanyak 3 orang (11,5%).

5.2. Hubungan Antara Umur dengan Kelelahan Kerja

(49)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

ini dapat diketahui bahwa semakin tinggi umur seseorang maka semakin tinggi perasaan kelelahan. Hal ini sesuai dengan penelitian Oentoro (2004) menyatakan bahwa tenaga kerja yang berusia 40-50 tahun akan lebih cepat menderita kelelahan dibandingkan dengan tenaga kerja yang relatif lebih muda. Selain itu tenaga kerja yang berumur lebih tua akan mengalami penurunan kekuatan otot yang berdampak terhadap kelelahan dalam melakukan pekerjaannya (Setyawati dalam Wignjosoebroto, 2000). Grandjean (1985) menyebutkan bahwa penurunan kekuatan otot akan menyebabkan kelelahan otot yang terjadi karena adanya akumulasi asam laktat dalam otot yang dapat menyebabkan menurunnya kerja otot.

5.3. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan tabel 4.8. menunjukkan bahwa tingkat kelelahan lebih tinggi terdapat pada tingkat pendidikan SD dan SLTP yaitu sebesar 53,8%. Hasil analisa statistik dengan uji Chi-Square diperoleh p=0,254 (p>0,05) diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kelelahan tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa teori yang menyatakan bahwa pendidikan juga berhubungan dengan kelelahan kerja karena mengenyam pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan individu (Gilmer, 1984) tidak selamanya berhubungan dengan kelelahan kerja.

(50)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

Berdasarkan tabel 4.9. menunjukkan bahwa tingkat kelelahan lebih tinggi terdapat pada kelompok tenaga kerja yang memiliki masa kerja >10 tahun yaitu sebesar 53,8%. Hasil analisa statistik dengan uji Chi-square diperoleh p=0,002 (p<0,05) diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kelelahan tenaga kerja. Dari analisis ini dapat diketahui bahwa semakin lama masa kerja seseorang maka semakin tinggi tingkat kelelahan. Hal ini menunjukka n tingkat kelelahan lebih tinggi dialami oleh tenaga kerja dengan masa kerja yang lebih lama oleh karena semakin lama ia bekerja maka perasaan jenuh akibat pekerjaan yang monoton tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kelelahan yang dialaminya. Kelelahan yang terjadi secara terus menerus berakibat pada kelelahan kronis. (Setyawati dalam Nasution, 1998)

5.5. Hubungan Antara Status Perkawinan dengan Kelelahan Kerja

(51)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

lebih cepat mengalami kelelahan dibandingkan dengan yang bujangan oleh karena waktu istirahat tidak dimanfaatkan secara maksimal sebab kondisi keluarganya juga perlu mendapatkan perhatian yang cukup.

5.6. Hubungan Antara Status Gizi dengan Kelelahan kerja

Berdasarkan tabel 4.11. menunjukkan bahwa tingkat kelelahan lebih tinggi terdapat pada kelompok dengan status gizi kurang yaitu sebesar 30,8%. Hasil analisa statistik dengan uji Chi-Square diperoleh p=0,002 (p<0,05) diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kelelahan tenaga kerja. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa semakin rendah status gizi seseorang maka semakin tinggi perasaan kelelahan. Hal ini sesuai dengan penelitian Suma’mur (1994) yang menyatakan bahwa status gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan tenaga kerja karena status gizi ini berkaitan dengan kesehatan dan daya kerja.

(52)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

pagi hari karena kalori yang terpenuhi pada saat memulai pekerjaan akan berdampak terhadap kelelahan pada saat ia bekerja terutama kelelahan menjelang siang hari.

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai hubungan antara faktor individu dengan terjadinya kelelahan pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Tapaktuan Aceh Selatan Tahun 2008 adalah sebagai berikut :

(53)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

1. Kelelahan kerja yang terjadi pada bagian Stevedoring dan Receiving/Delivery Tenaga Kerja Bongkar Muat yang berada di Pelabuhan Tapaktuan terdapat pada kategori yang sangat lelah.

2. Ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kelelahan pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan.

3. Ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kelelahan pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan.

4. Ada hubungan yang bermakna antara status perkawinan dengan kelelahan pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan.

5. Ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kelelahan pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan.

6. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kelelahan pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Tapaktuan.

7.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka disarankan kepada pihak pengelola TKBM di pelabuhan Tapaktuan :

(54)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

2. Perlu adanya pemberian makanan tambahan serta perhatian terhadap menu makanan.

3. Memberikan penyuluhan kepada Tenaga Kerja Bongkar Muat tentang kelelahan kerja serta pencegahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita, 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia, Jakarta

(55)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

Benny, L.P., 1997. Pembangunan Kesehatan Tenaga Kerja Di Indonesia, Kecenderungan Dimasa Mendatang. Depdikbud RI, Jakarta

Cicih, Dewi, 1996. Kebutuhan Asupan Kalori Pekerja. UI Press, Jakarta

Dephub, 2002. Peraturan Pemerintah No 69 Tahun 2001 Tentang Kepelabuhan. Jakarta

Dephub, 2003. Keputusan Menteri Perhubungan No 25 Tahun 2002 Tentang Pedoman Dasar Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat dari dan ke Kapal di Pelabuhan. Jakarta

Depkes, RI, 2000. Undang-Undang Kesehatan No 23 Tahun 1992. Jakarta

Depnaker, 2003. Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Jakarta

Fitrihana, Noor, 2008. Kelelahan Kerja.

Gilmer, B.H, 1984. Applied Phsycology Adjust in Living and Work. Second Edition. Mc Graw Hill Co, New Delhi

Grandjean, E, 1988. Fitting The Task To The Man. Taylor And Francis Ltd. London

Hidayat, T, 2003. Bahaya Laten Kelelahan Kerja. Harian Pikiran Rakyat, Jakarta

(56)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

Nasution, H.R, 1998. Kelelahan Tenaga Kerja Wanita dan Pemberian Musik Pengiring di Andiyanto Batik Yogyakarta. Tesis, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Notoatmojo, Soekidjo, 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Pertama,Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Nurmianto, E, 2004. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi III, Guna Widya, Surabaya

Oentoro, S, 2004. Kampanye Atasi Kelelahan Mental dan Fisik. UI Press, Jakarta

Satalaksana, Anggawisatra, Tjakraatmadja, 1979. Tekhnik Tata Cara Kerja. ITB Bandung

Schultz, D.P, 1982. Phsycology and Industri Today An Introduction to Industrial and Organizational Phsycology. Third Edition, Mc Millan, New York.

Silaban, G, 1996. Shift Kerja dan Kelelahan pada Tenaga Kerja Wanita di PT.Sibalec Yogyakarta. Tesis, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Sugiono, 2002. Metode Penelitian Administrasi. Cetakan IX, Alfhabetha, Bandung

Suma’mur, P.K, 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung, Jakarta

Wignjosoebroto, S, 2000. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Tekhnik Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Edisi I Cetakan ke-2, Penerbit Guna Widya, Surabaya.

KUESIONER ALAT UKUR PERASAAN KELELAHAN KERJA (KAUPK2)

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

(57)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

Umur : ...tahun Pendidikan Terakhir : SD/SLTP/SLTA/PT Masa Kerja : ...tahun

Status Perkawinan : Kawin/Belum Kawin/duda Status gizi : Berat Badan : ...Kg

Tinggi Badan : ...M

B. KUESIONER ALAT UKUR PERASAAN KELELAHAN KERJA

(KAUPK2)

1. Apakah anda merasa sukar berpikir ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak pernah 2. Apakah anda merasa lelah berbicara ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak pernah 3. Apakah anda merasa gugup menghadapi sesuatu ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak pernah

4. Apakah anda merasa tidak pernah berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak pernah 5. Apakah anda merasa tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak pernah 6. Apakah anda merasa cenderung lupa terhadap sesuatu?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak pernah 7. Apakah anda merasa kurang percaya terhadap diri sendiri ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak pernah 8. Apakah anda merasa tidak tekun dalam melaksanakan pekerjaan anda ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak pernah 9. Apakah anda merasa enggan menatap mata orang lain ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak pernah 10. Apakah anda merasa enggan bekerja dengan cekatan ?

(58)

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009.

USU Repository © 2009

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak pernah 12. Apakah anda merasa lelah seluruh tubuh ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak pernah 13. Apakah anda merasa bertindak lamban ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak pernah 14. Apakah anda merasa tidak kuat lagi berjalan ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak pernah 15. Apakah anda merasa sebelum bekerja sudah lelah ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak pernah 16. Apakah anda merasa daya pikir menurun ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak pernah 17. Apakah anda merasa cemas terhadap sesuatu hal ?

Gambar

Tabel 4.11.  Tabel Silang Antara Status Gizi dengan Kelelahan Kerja  di Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan  Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008 ...................
Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Umur di Koperasi TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008
Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Status Perkawinan di Koperasi 4.3.4. Status Perkawinan TKBM Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008
Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Status Gizi di Koperasi TKBM 4.3.5. Status Gizi Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh
+5

Referensi

Dokumen terkait

Terjadi perbedaan kadar GDP 2 PP pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Ngawi, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur setelah diberikan intervensi berupa

Para siswa sering terpaku pada pola pembentukan kata keterangan cara dengan menambah akhiran –ly dan bingung dalam penggunaan kata depan sebelum keterangan tempat

Formulir Pengalihan Unit Penyertaan yang telah lengkap dan diterima secara baik (in complete application) sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak

4.1.1 Kesulitan belajar membaca Al-Qur’an yang dialami siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Surakarta tahun 2017 ada beberapa macam, diantaranya yaitu:

Pelaksanaan pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi berbasis kearifan lokal yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia di kelas VII A4 SMPNegeri 1

Berikut ini tabel yang menunjukkan hasil uji t dan besarnya level of significance terletak pada α = 0.05 Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan regresi

Alkaloid adalah senyawa yang mengandung substansi dasar nitrogen basa, biasanya dalam bentuk cincin heterosiklik.. Alkaloid terdistribusi secara luas

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal Daya Kecamatan Biringkanaya Makassar, ditemukan bahwa kemampuan membaca