PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN DOKTER
GIGI YANG PRAKTIK DI KOTAMADYA MEDAN
TERHADAP PERAWATAN DENTAL PADA
WANITA HAMIL (2009)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
VIVI VIDYA WATY WIRA NIM : 060600018
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Tahun 2009
Vivi Vidya Waty Wira
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Dokter Gigi yang Praktik di Kotamadya
Medan Terhadap Perawatan Dental Pada Wanita Hamil (2009)
x + 65 halaman
Perawatan dental yang dilakukan pada masa kehamilan masih merupakan hal
yang kontroversial bagi sebagian dokter gigi. Hal ini disebabkan perawatan dental
pada pasien wanita hamil cukup kompleks karena memerlukan
pertimbangan-pertimbangan khusus seperti pertimbangan-pertimbangan waktu, obat-obatan dan radiografi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan dokter gigi
yang praktik di kotamadya Medan terhadap perawatan dental pada wanita hamil.
Penelitian ini dilakukan secara survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 100 orang dokter gigi. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi responden dan data dicatat pada kuesioner yang telah
disediakan.
Dari 100 orang responden, keseluruhan subjek mengetahui bahwa perawatan
dental dapat dilakukan pada wanita hamil. Lima puluh lima persen responden
memiliki pengetahuan yang cukup tentang saat yang tepat untuk melakukan tindakan
Hanya 27% responden yang akan melakukan radiografi sedangkan 73% lainnya tidak
akan melakukan tindakan radiografi sebab takut menimbulkan risiko pada janin.
Pengetahuan responden terhadap saat yang paling tepat melakukan tindakan
dental pada wanita hamil masih kurang. Demikian halnya dengan pengetahuan
terhadap peresepan obat-obatan yang aman terhadap wanita hamil baik anestetikum
lokal, analgesik maupun antibiotik yang masih kurang bervariasi.
Daftar Rujukan : 37 (1998 – 2009)
PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN DOKTER
GIGI YANG PRAKTIK DI KOTAMADYA MEDAN
TERHADAP PERAWATAN DENTAL PADA
WANITA HAMIL (2009)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
VIVI VIDYA WATY WIRA NIM : 060600018
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 10 Desember 2009
Pembimbing: Tanda Tangan
Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM ...
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 10 Desember 2009
TIM PENGUJI
KETUA : Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM
ANGGOTA : 1. Syuaibah Lubis, drg.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih
dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Dokter Gigi yang Praktik di Kotamadya Medan
Terhadap Perawatan Dental Pada Wanita Hamil (2009)” yang merupakan salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
Rasa hormat dan terimakasih yang tiada terhingga buat orang tua penulis,
ayahanda Panna Wira dan ibunda Suryani atas doa, perhatian dan dukungan moril dan
materil sebagai bentuk kasih sayang kepada penulis, serta abang Riduwan atas
dorongan dan semangatnya.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan,
pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan
mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, juga kepada Prof. H. Ismet D.
Nasution, drg., Ph.D, Sp.Pros (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara, Wilda Hafni Lubis, drg., MSi selaku Ketua Departemen
Ilmu Penyakit Mulut dan seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Penyakit Mulut
dosen pembimbing akademik serta seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing, mendidik dan
membantu penulis selama menuntut ilmu di masa pendidikan.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Paman Guantanamo dan
keluarga, Tante Cendrawasih dan keluarga yang telah banyak membantu dalam
mendapatkan informasi yang diperlukan untuk pembuatan skripsi ini. Tak lupa pula
terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada seluruh dokter gigi
yang ada di Kotamadya Medan yang telah bersedia bekerjasama dengan baik dalam
penelitian ini.
Selanjutnya terimakasih juga penulis sampaikan atas segala semangat,
dukungan dan perhatian yang telah diberikan drg.Dennis, drg.Christian, drg.Steven,
drg.Patma, Ci Vonny, Trio, Kak Shelly, Bang TM, Ci Linda, Julita, Fani, Dewi,
Indah, Jose, Ingrid, Eltica, Ellisa W, Sufeni, Willi, Steven dan teman-teman stambuk
2006 lainnya atas bantuan, semangat, motivasi dan kebersamaan di FKG USU.
Penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang
berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, 10 Desember 2009 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ... 6
2.2 Sikap ... 8
2.3 Tindakan atau Praktik ... 10
2.4 Kehamilan ... 11
2.5 Perawatan Dental Pada Wanita Hamil... 13
2.5.1 Tindakan Dental yang Dilakukan pada Wanita Hamil ... 14
2.5.2 Pemberian Obat – Obatan ... 17
2.5.3 Penggunaan Radiografi ... 24
KERANGKA TEORI ... 27
KERANGKA KONSEP ... 28
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 29
3.2.2 Sampel ... 29
3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 30
3.3.1 Kriteria Inklusi ... 30
3.3.2 Kriteria Eksklusi ... 31
3.4 Variabel Penelitian ... 31
3.4.1 Variabel Bebas ... 31
3.4.2 Variabel Terikat ... 31
3.4.3 Variabel Terkendali ... 31
3.4.4 Variabel Tak Terkendali ... 31
3.5 Definisi Operasional ... 31
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32
3.7 Cara Pengumpulan Data ... 32
3.8 Pengolahan Data ... 32
3.9 Analisis Data ... 32
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 33
BAB 5 PEMBAHASAN ... 46
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 55
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Daftar anestetikum lokal beserta kategori FDA ... 20
2 Daftar analgesik beserta kategori FDA ... 22
3 Daftar antibiotik beserta kategori FDA ... 24
4 Pengetahuan responden mengenai tindakan dental yang
dilakukan pada pasien wanita hamil ... 37
5 Tindakan responden mengenai perawatan dental pada pasien
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan kelompok
umur ... 33
2 Distribusi responden berdasarkan tamatan universitas ... 34
3 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan lama
praktik ... 35
4 Pengetahuan responden mengenai saat yang paling aman
untuk melakukan tindakan dental pada pasien wanita hamil... 36
5 Pengetahuan responden mengenai peresepan obat-obatan bagi
pasien wanita hamil ... 38
6 Pengetahuan responden mengenai penggunaan bahan
anestetikum lokal ... 39
7 Pengetahuan responden mengenai peresepan obat analgesik. .... 39
8 Pengetahuan responden mengenai peresepan obat antibiotik ... 40
9 Pengetahuan responden mengenai penggunaan radiografi
pada pasien wanita hamil ... 41
10 Sikap responden terhadap perawatan dental pada pasien
wanita hamil ... 42
11 Tindakan responden mengenai perawatan dental pada pasien
wanita hamil ... 43
12 Tindakan responden terhada kasus ekstraksi gigi pada pasien
wanita hamil ... 44
13 Tindakan responden mengenai kasus pulpitis pada pasien
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Lembar Kuesioner Penelitian ... 59
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Tahun 2009
Vivi Vidya Waty Wira
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Dokter Gigi yang Praktik di Kotamadya
Medan Terhadap Perawatan Dental Pada Wanita Hamil (2009)
x + 65 halaman
Perawatan dental yang dilakukan pada masa kehamilan masih merupakan hal
yang kontroversial bagi sebagian dokter gigi. Hal ini disebabkan perawatan dental
pada pasien wanita hamil cukup kompleks karena memerlukan
pertimbangan-pertimbangan khusus seperti pertimbangan-pertimbangan waktu, obat-obatan dan radiografi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan dokter gigi
yang praktik di kotamadya Medan terhadap perawatan dental pada wanita hamil.
Penelitian ini dilakukan secara survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 100 orang dokter gigi. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi responden dan data dicatat pada kuesioner yang telah
disediakan.
Dari 100 orang responden, keseluruhan subjek mengetahui bahwa perawatan
dental dapat dilakukan pada wanita hamil. Lima puluh lima persen responden
memiliki pengetahuan yang cukup tentang saat yang tepat untuk melakukan tindakan
Hanya 27% responden yang akan melakukan radiografi sedangkan 73% lainnya tidak
akan melakukan tindakan radiografi sebab takut menimbulkan risiko pada janin.
Pengetahuan responden terhadap saat yang paling tepat melakukan tindakan
dental pada wanita hamil masih kurang. Demikian halnya dengan pengetahuan
terhadap peresepan obat-obatan yang aman terhadap wanita hamil baik anestetikum
lokal, analgesik maupun antibiotik yang masih kurang bervariasi.
Daftar Rujukan : 37 (1998 – 2009)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan kesehatan saat ini memiliki paradigma baru yaitu menempatkan
pasien sebagai pelanggan dan menjadi fokus pelayanan, yang berarti kepuasan,
keselamatan dan kenyamanan merupakan hal utama bagi pasien. Harapan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan mencakup pelayanan yang indikatif dan bermutu,
diberikan oleh dokter dan dokter gigi dengan sikap dan perilaku yang profesional dan
bertanggung jawab. Pola hubungan dokter - pasien juga mengalami perubahan.
Dokter sebagai pemberi pelayanan kesehatan harus menghargai hak-hak pasien,
transparan, akuntabel dan memperhatikan aspek hukum.1
Profesi dokter gigi merupakan tugas mulia bagi kehidupan manusia dalam
bidang kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut. Karenanya seorang dokter gigi
dalam menjalankan tugasnya dituntut untuk bersikap profesional. Untuk mencapai
kompetensi tersebut, pendidikan dokter gigi yang merupakan pendidikan profesi
harus didasari oleh keilmuan yang kokoh. Dengan demikian seorang dokter gigi akan
mempunyai kompetensi akademik-profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi yang didasari oleh pendidikan akademik, sehingga setelah selesai
pendidikannya akan memiliki kemampuan melaksanakan praktik sesuai dengan
keahliannya, bersikap profesional, dengan selalu membekali dirinya dengan
pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
Dalam melaksanakan praktiknya sehari-hari, dokter gigi dihadapkan dengan
berbagai keadaan pasien seperti pasien dengan kondisi sehat secara fisik, pasien yang
memiliki masalah medis dan juga pasien yang sehat secara fisik namun terjadi
perubahan fisiologis pada tubuhnya seperti pada pasien wanita hamil. Keadaan ini
memberikan perhatian yang cukup serius bagi dokter gigi dalam melakukan
perawatan gigi dan mulut. Dokter gigi harus dapat mempertimbangkan kondisi pasien
tersebut.2,3
Salah satu pasien yang datang ke tempat praktik dokter gigi adalah pasien
wanita hamil. Perawatan dental yang dilakukan pada masa kehamilan masih
merupakan hal yang kontroversial bagi sebagian dokter gigi. Sebagian dokter gigi
berpendapat bahwa prosedur perawatan dental pada pasien wanita hamil sebaiknya
ditunda hingga postpartum, sedangkan sebagian lainnya berpendapat bahwa
perawatan dental harus dilaksanakan pada masa kehamilan. Hal ini disebabkan
perawatan dental pada pasien wanita hamil cukup kompleks karena memerlukan
pertimbangan-pertimbangan khusus seperti pertimbangan kapan waktu yang tepat
untuk melakukan tindakan dental, penggunaan anestetikum lokal, pemberian
obat-obatan analgesik dan antibiotik serta penggunaan radiografi.3,4,5
Berdasarkan penelitian Pistorius, dkk di Jerman (2003) mengenai konsep
perawatan dental pada wanita hamil, ditemukan 61,3% dokter gigi melakukan
perawatan langsung pada wanita hamil, 35,5% menunda perawatan hingga
postpartum, dan 3,4% dokter gigi merujuk ke klinik lain. Kasus yang sering
gigi yang melakukan keseluruhan prosedur perawatan, sedangkan 14% dokter gigi
tidak menggunakan anestesi. Lebih dari 50% dokter gigi melakukan perawatan pada
trimester pertama masa kehamilan dan 8,5% tidak melakukan perawatan pada
trimester kedua masa kehamilan.6
Sadhan dan Manee (2008) dalam penelitiannya mengenai pendapat dokter gigi
di Arab Saudi terhadap perawatan dental pada wanita hamil menyampaikan bahwa
56,6% dokter gigi melakukan rontgen foto bila diperlukan, 42,5% tidak melakukan
rontgen dan 1% tidak tahu. Lima puluh lima persen dokter gigi melakukan ekstraksi
pada gigi yang tidak dapat lagi direstorasi, 43% hanya menangani rasa sakit dengan
ekstirpasi pulpa dan 2% tidak tahu. Delapan puluh enam persen dokter gigi
menginstruksikan pasien berkumur obat kumur, melakukan skeling pada pasien
gingivitis dan periodontitis serta penumpukan kalkulus, sedangkan 12% tidak
melakukan skeling dan 2% tidak tahu prosedur tersebut.7
Sampai saat ini, Indonesia khususnya di Provinsi Sumatera Utara Kotamadya
Medan, belum pernah diadakan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan
dokter gigi mengenai perawatan dental pada pasien wanita hamil. Berdasarkan
laporan PDGI Cabang Kota Medan, jumlah dokter gigi yang telah teregistrasi mulai
tahun 2004 hingga 2006 adalah sekitar 305 orang. Dokter gigi tersebut ada yang
melakukan praktik dan ada yang tidak melakukan praktik. Berdasarkan laporan Dinas
Kesehatan Kotamadya Medan, sejak tahun 2005 sampai saat ini terdapat lebih kurang
159 dokter gigi yang melaksanakan praktik di Kotamadya Medan. Praktik dokter gigi
bisa saja terdapat di rumah sakit pemerintah maupun swasta, puskesmas, poliklinik
Medan. Atas fakta tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan dokter gigi yang praktik terhadap
perawatan dental pada wanita hamil. Penelitian ini akan dilakukan khususnya di
Kotamadya Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
- Bagaimana pengetahuan dokter gigi di Kotamadya Medan mengenai perawatan
dental wanita hamil?
- Bagaimana sikap dokter gigi di Kotamadya Medan dalam menangani pasien
wanita hamil?
- Bagaimana tindakan dokter gigi dalam menangani pasien wanita hamil?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain :
- Untuk mengetahui pengetahuan dokter gigi di Kotamadya Medan mengenai
perawatan dental pada pasien wanita hamil.
- Untuk mengetahui sikap dokter gigi di Kotamadya Medan dalam menangani
pasien wanita hamil.
- Untuk mengetahui tindakan perawatan dental yang dilakukan dokter gigi di
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan:
- Dapat memberi informasi kepada dokter gigi dan tenaga-tenaga kesehatan gigi
untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
bagi pasien wanita hamil.
- Dapat memberi masukan kepada Persatuan Dokter Gigi Indonesia untuk
mengarahkan dan meningkatkan profesionalisme dokter gigi dalam pelayanan
kesehatan gigi dan mulut pada pasien wanita hamil.
- Dapat memberi masukan kepada Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara mengenai materi perkuliahan
tentang perawatan dental pada pasien wanita hamil.
- Sebagai data awal bagi peneliti-peneliti lain untuk menelaah lebih lanjut
pengetahuan, sikap dan tindakan dokter gigi mengenai perawatan dental pada
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran dan penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai
intensitas yang berbeda-beda.8
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu : 8
1. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa
orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada
situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan / atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan
seseorang itu sudah sampai tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah
membedakan atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram terhadap
pengetahuan atas objek tersebut.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan
yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang
berlaku di masyarakat.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
responden. Wawancara dilakukan dengan bercakap-cakap secara langsung
(berhadapan muka) dengan responden atau tidak berhadapan langsung dengan
responden (misalnya melalui telepon). Angket berupa formulir yang berisi pernyataan
dan diajukan secara tertulis pada sekumpulan orang untuk mendapatkan keterangan.9
2.2 Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak
senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950)
mendefinisikan sangat sederhana, yakni: ”An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object”. Jadi jelas dikatakan bahwa sikap itu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap
itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.8
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan
(reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku atau
tindakan (reaksi tertutup).8
Thurstone & Chave (Mitchell,1990) mengemukakan definisi sikap sebagai
keseluruhan kecenderungan dan perasaan, curiga atau bias, asumsi-asumsi, ide-ide,
ketakutan-ketakutan, tantangan-tantangan dan keyakinan-keyakinan manusia
mengenai topik tertentu. Aiken (1970) menambahkan bahwa sikap adalah
secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap
objek, situasi, konsep atau orang lain. Definisi yang dikemukakan Aiken ini sudah
lebih aktif dan operasional, baik dalam hal mekanisme terjadinya maupun intensitas
dari sikap itu sendiri. Predisposisi yang diarahkan terhadap objek diperoleh dari
proses belajar.10
Sikap menurut Wismanto adalah suatu konsep paling penting dalam psikologi
sosial. Pembahasan yang berkaitan dengan psikologi sosial hampir selalu
menyertakan unsur sikap baik sikap individu maupun sikap kelompok sebagai salah
satu pembahasannya. Banyak kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap,
proses terbentuknya sikap maupun proses perubahannya.11
Pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting dalam
pembentukan sikap. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai
tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :8
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus
yang diberikan (objek).
2. Menanggapi (responding)
Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai positif terhadap
mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain dan bahkan mengajak
atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa
yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan
keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang
mencemoohkan atau adanya risiko lain.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga
dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata
”setuju” atau ”tidak setuju” terhadap pertanyaan terhadap objek tertentu.8
2.3 Tindakan atau Praktik
Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk
bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk
terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana
dan prasarana.8
Pengukuran atau cara mengamati praktik dapat dilakukan melalui dua cara,
secara langsung maupun secara tidak langsung. Pengukuran yang baik adalah secara
langsung yakni dengan pengamatan (observasi). Sedangkan secara tidak langsung
pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan
berhubungan dengan objek tertentu.8
2.4 Kehamilan
Definisi kehamilan adalah keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam
tubuh, setelah penyatuan sel telur dan spermatozoon. Lama kehamilan sekitar 266
hari. Sudah menjadi hal yang lazim untuk membagi kehamilan dalam tiga bagian
yang sama atau trimester atau masing- masing 13 minggu atau 3 bulan kalender.
Masa kehamilan selama 40 minggu dibagi dalam tiga trimester antara lain trimester
pertama (minggu pertama hingga minggu ke-14), trimester kedua (minggu ke-14
hingga minggu ke-28) dan trimester ketiga (minggu ke-28 hingga minggu ke-40).
8,12-14
Kehamilan ditandai dengan berhentinya haid, mual yang timbul pada pagi
hari (morning sickness), pembesaran payudara dan pigmentasi puting, pembesaran abdomen yang progresif. Tanda-tanda absolut kehamilan adalah gerakan janin, bunyi
jantung anak dan terlihatnya janin melalui pemeriksaan sinar-X atau USG.12
Pada masa kehamilan terjadi perubahan fisik secara fisiologis yang
diakibatkan perubahan kompleks hormonal yaitu meningkatnya hormon estrogen dan
progesteron. Perubahan tersebut umumnya terjadi pada sistem kardiovaskular,
hematologi, respiratori, renal, gastrointestinal, endokrin dan sistem genitourinaria.
Kadang-kadang disertai dengan perubahan psikis sikap, keadaan jiwa ataupun tingkah
Pada trimester pertama, wanita hamil biasanya merasa lesu, mual dan kadang-
kadang mengalami muntah-muntah. Selama trimester kedua pembesaran perut mulai
terlihat dari gerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu. Rasa lesu,mual dan
muntah-muntah biasanya menghilang. Akhir trimester ini detak jantung janin dapat
didengar dengan menggunakan stetoskop. Selain itu, pada trimester ini merupakan
saat terjadinya perubahan hormonal yang dapat mempengaruhi rongga mulut. Pada
trimester ketiga, pembesaran perut, pergerakan janin dan detak jantung janin menjadi
lebih jelas.3
Perubahan vaskular pada masa kehamilan ditandai dengan meningkatnya
volume darah sekitar 30% dan kardiak output sekitar 20 - 40%. Terjadi sedikit
penurunan tekanan darah dengan kemungkinan terjadinya kehilangan kesadaran dan
postural hipotension pada trimester pertama.3,18 Pada akhir kehamilan 1.0% wanita
hamil mengalami sindrom supine hipotensi yang diakibatkan karena janin menekan
vena cava inferior dan terhalangnya venous return ke jantung pada waktu posisi
terlentang. Keadaan ini menyebabkan penurunan tekanan darah dan kehilangan
kesadaran.3,18-19
Perubahan fisiologis juga terlokalisir pada bagian-bagian tubuh termasuk
rongga mulut. Perubahan di rongga mulut yang berhubungan dengan kehamilan
meliputi gingivitis, hiperplasia gingiva, granuloma piogenik, perubahan pada saliva,
dental karies, erosi, gigi goyang. Kehamilan tidak menyebabkan penyakit periodontal
tetapi dapat memperburuk keadaan kondisi rongga mulut.15-16,19-20 Oleh sebab itu,
dental yang akan dibahas selanjutnya meliputi tindakan dental yang dilakukan,
pemberian obat-obatan seperti anestesi lokal, analgesik dan antibotik serta
penggunaan radiografi.
2.5 Perawatan Dental pada Pasien Wanita Hamil
Menjaga kesehatan gigi dan mulut selama kehamilan sama pentingnya dengan
menjaga janin yang ada dalam kandungan. Untuk menghindari kemungkinan
terjadinya resiko fatal pada perawatan gigi dan mulut pada masa kehamilan, dalam
melaksanakan pengelolaan dokter gigi harus berpegang teguh pada prinsip kerja rutin
dengan melaksanakan prosedur diagnosa yang sistematis melalui pemeriksaan yang
lengkap.18,21,22 Dokter gigi harus menyadari bahwa pasien yang dihadapi bukanlah
pasien yang selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal. Untuk itu ada
kalanya dokter gigi harus menunda perawatan gigi dari mulut terutama pada trimester
pertama dan di akhir trimester ketiga. Hal ini berhubungan dengan keadaan medis
dari ibu hamil.3,18
Perkembangan janin selama tiga bulan pertama dari kehamilan merupakan
suatu proses yang kompleks dari organogenesis. Pada masa ini semua sistem utama
organ terbentuk dan janin sangat sensitif terhadap injuri. Pada trimester ini pemberian
obat dan radiografi harus dipertimbangkan dan sebaiknya konsultasi ke dokter ahli
untuk menghindari terjadinya kecacatan. Trimester kedua dan ketiga adalah untuk
pertumbuhan selanjutnya dan kematangan janin, tetapi masih dapat dipengaruhi oleh
obat-obatan seperti tetrasiklin.3,15 Berikut ini akan dibahas tindakan perawatan dental
2.5.1 Tindakan Dental yang Dilakukan pada Pasien Wanita Hamil
Meskipun prosedur perawatan gigi yang paling tepat dapat ditunda hingga
postpartum, perawatan dental pada kasus emergensi untuk wanita hamil yang
mengalami rasa nyeri di mulut, penyakit atau infeksi yang parah tidak boleh ditunda
dan harus ditangani sesegera mungkin.13,19-20,21 Pada trimester pertama (minggu
pertama hingga minggu ke-14 kehamilan) terjadi pembelahan sel dan organogenesis
secara aktif pada fetus, tepatnya antara minggu ke-2 s.d. minggu ke-8 kehamilan.
Terdapat risiko yang besar akan dampak stress dalam periode ini. Lima puluh persen
hingga 75% aborsi spontan terjadi pada periode ini. Di samping itu, kondisi ibu hamil
pada periode ini tidaklah optimal, sebab ibu hamil mengalami mual, lesu dan kadang-
kadang mengalami muntah-muntah, sehingga perawatan dental rutin dan elektif
sebaiknya tidak dilakukan pada trimester pertama.15,20,24-26
Tindakan dental yang dapat dilakukan oleh dokter gigi pada pasien trimester
pertama kehamilan antara lain sebagai berikut.13,15,20,22 ,24-26
1. Mengedukasi pasien tentang perubahan di rongga mulut selama masa kehamilan.
2. Memberi instruksi kontrol plak dan oral higiene.
3. Membatasi tindakan perawatan dental, terbatas hanya pada profilaksis dan
kasus-kasus darurat.
4. Hindari tindakan perawatan dental elektif.
5. Hindari penggunaan radiografi secara rutin, hanya digunakan secara selektif dan
bila diperlukan.
juga merasa lebih nyaman pada periode ini sebab rasa mual dan muntah tersebut
biasanya sudah menghilang. Sehingga trimester kedua kehamilan merupakan saat
yang paling aman untuk memberikan perawatan dental selama masa kehamilan.
13,22-23,26-28
Perawatan dental rutin seperti kontrol karies, kontrol infeksi, restorasi kavitas,
perawatan endodonti dan periodontal aman untuk dilakukan, tindakan bedah
sebaiknya ditunda hingga postpartum. Perawatan elektif seperti bleaching, dental
veneer, pembongkaran amalgam untuk direstorasi sewarna gigi, pembuatan gigi
tiruan dan prosedur kosmetik lainnya aman dilakukan, namun sebaiknya ditunda
hingga postpartum.29
Perawatan dental dilakukan pada trimester kedua kehamilan ditujukan untuk
mencegah komplikasi atau infeksi yang dapat muncul di trimester ketiga. Misalnya
terdapat karies gigi, mulut dalam keadaan terbuka akan menyebabkan semakin
banyak kuman dan bakteri yang masuk. Kuman dan bakteri tersebut akan masuk ke
dalam aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Kondisi tersebut tentunya akan
membahayakan keadaan fetus. Oleh karena itu, perawatan dental haruslah dilakukan
untuk mencegah penyebaran infeksi.18
Tindakan dental yang direkomendasikan pada periode ini antara lain:
13,15,19-20,22-26
1. Instruksi oral higiene dan kontrol plak.
2. Perawatan dental rutin aman dilakukan.
3. Kontrol penyakit mulut.
5. Hindari penggunaan radiografi secara rutin. Hanya digunakan secara selektif dan
jika diperlukan.
Perawatan dental aman dilakukan pada trimester kedua hingga awal trimester
ketiga. Walaupun tidak ada risiko terhadap fetus pada trimester ketiga, namun wanita
hamil mengalami ketidaknyamanan bila terlalu lama berada dalam posisi terlentang,
sebab terjadi penyumbatan vena cava inferior dan aorta akibat tekanan dari fetus.
Keadaan ini menyebabkan penurunan tekanan darah dan kehilangan kesadaran yang
disebut dengan sindrom supin hipotensi.3,13,20 Sehingga perawatan dental dalam
periode ini dilakukan dalam waktu kunjungan yang singkat, menghindari posisi
supinasi yang terlalu lama yaitu dengan menempatkan pasien pada posisi
semisupinasi dimana dokter gigi menginstruksikan pasien berbaring ke sebelah
kirinya, menempatkan bantal kecil di panggul kanan pasien dan memposisikan kepala
lebih tinggi daripada kaki.13-15,20
Tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter gigi pada pasien trimester ketiga
kehamilan antara lain: 13,15,19-20,22-26
1. Instruksi oral higiene, kontrol plak, profilaksis khususnya pada pasien yang
menderita penyakit mulut dan memiliki oral higiene buruk.
2. Bila perlu dapat dilakukan skeling, polish dan kuretase.
3. Hindari perawatan dental elektif mulai pertengahan trimester ketiga.
4. Hindari penggunaan radiografi secara rutin. Hanya digunakan secara selektif dan
2.5.2 Pemberian Obat - Obatan
Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan
pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat
atau farmakoterapi. Tujuan setiap terapi obat yang diresepkan selama kehamilan
adalah untuk menghindari reaksi obat yang merugikan baik pada ibu maupun janin.
Telah diketahui bahwa tidak satupun obat yang digunakan untuk merawat rasa nyeri
atau infeksi sepenuhnya tanpa risiko. Namun akibat yang ditimbulkan dari tidak
dirawatnya infeksi selama kehamilan melebihi risiko yang mungkin ditimbulkan oleh
sebagian besar obat-obatan yang dibutuhkan untuk perawatan gigi.5,30
Pada masa kehamilan, obat-obatan sangat mudah diabsorbsi, oleh karena itu
dokter gigi harus sangat berhati-hati dalam memberi resep obat-obatan kepada pasien
hamil. Reaksi toksik , alergi atau hipersensitivitas yang terjadi pada wanita hamil
dapat mempengaruhi kesehatannya dan membatasi kemampuannya untuk menjalani
kehamilan. Efek obat yang merugikan secara spesifik terhadap kesehatan janin adalah
mencakup cacat kongenital, keguguran, komplikasi kelahiran, berat badan rendah dan
ketergantungan obat pasca lahir.2,5
Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan
pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Tidak kalah
penting, obat harus selalu digunakan secara benar baik masa pemberian obat
(trimester pertama, kedua atau ketiga), dosis dan durasi terapi agar memberikan
manfaat klinik yang optimal. Dalam kasus pasien hamil, praktisi dental harus
menetapkan bahwa manfaat potensial terapi gigi yang dibutuhkan untuk perawatan
Food and Drug Administration atau FDA Amerika telah menetapkan lima kategori untuk mengklasifikasikan obat berdasarkan risiko terhadap wanita hamil dan
janinnya. Kelima kategori ini memberikan pedoman untuk keamanan relatif obat
yang diresepkan bagi wanita hamil. Berikut ini kategori obat-obatan berdasarkan
FDA.5,7,13,14,16,30
1. Kategori A : Kategori ini meliputi obat-obatan dan bahan yang telah diuji
melalui penelitian terkontrol pada wanita. Penelitian tersebut
menunjukkan tidak ada resiko terhadap fetus selama semester
pertama kehamilan dan kemungkinan bahaya terhadap janin kecil.
2. Kategori B : Penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa bahan ini tidak
beresiko terhadap janin, tetapi belum ada penelitian terkontrol yang
telah dilakukan pada manusia untuk memastikan kemungkinan efek
samping terhadap janin. Kategori ini juga meliputi obat-obatan
yang telah menunjukkan efek samping pada janin hewan, tetapi
penelitian terkontrol pada manusia tidak diungkapkan adanya resiko
terhadap janin.
3. Kategori C : Penelitian pada hewan telah memperlihatkan bahwa obat ini
mungkin memiliki efek teratogenik dan/atau toksik terhadap
embrio, tetapi belum dilakukan penelitian terkontrol pada wanita.
Suatu obat juga masuk ke dalam kategori ini bila tidak ada
penelitian terkontrol yang dilakukan pada manusia maupun hewan
yang membahayakan nyawa tanpa tersedia terapi alternatif lainnya,
dapat membenarkan pemakaian obat-obatan ini semasa kehamilan.
5. Kategori X : Penelitian pada hewan atau manusia telah memperlihatkan bahwa
obat ini menyebabkan perubahan pada janin atau telah
menunjukkan bukti-bukti peningkatan resiko terhadap janin,
berdasarkan eksperimen pada hewan dan manusia. Risiko terhadap
janin melebihi segala manfaatnya.
Obat-obatan dalam kategori A dan B umumnya dianggap tepat untuk
digunakan selama kehamilan. Obat-obatan kategori C harus digunakan dengan
peringatan, dan obat-obatan kategori D dan X harus dihindari atau merupakan
kontraindikasi. Obat-obatan yang digunakan di kedokteran gigi seperti anestestikum
lokal, analgesik, antibiotik, antifungi dan obat-obatan lainnya biasanya memiliki
waktu paruh metabolik pendek yang diberikan untuk periode terbatas, oleh karena itu
cenderung kurang menyebabkan komplikasi selama kehamilan.5,31
Pada umumnya anestetikum lokal tidak bersifat teratogenik terhadap manusia
dan dianggap relatif aman untuk digunakan selama kehamilan. Anestetikum lokal
yang paling aman digunakan pada masa kehamilan adalah lidokain tanpa epinefrin
(kategori B). Sebagian besar anestetikum lokal yang digunakan di kedokteran gigi
tergolong dalam FDA kategori B seperti lidokain, prilokain, etidokain. Mepivikain
dan bupivikain (kategori C) tidak direkomendasikan sebab tidak terdapat data yang
mendukung keamanannya dan terdapat kemungkinan timbulnya efek teratogenik
Berikut ini tabel anestetikum lokal yang aman dan tidak aman digunakan pada
masa kehamilan.5,14,16,24,32
Tabel 1. DAFTAR ANESTETIKUM LOKAL BESERTA KATEGORI FDA
Nama Obat Kategori FDA
1. 2% lidokain (Xylokain) dengan 1:100000 epinefrin
2. 4% prilokain HCl dengan 1:200000 epinefrin (Citanest
Forte)
3. 4% prilokain HCl tanpa epinefrin (Citanest Plain)
4. Etidokain (Duranest)
5. 0.5% bupivikain (Markain)
6. 4% septokain (Artikain) dengan 1:100000 atau 1:200000
epinefrin
7. 2% mepivikain (Karbokain) dengan 1:20000
levonordefrin (NeoCobefrin)
8. 3% mepivikain HCl (Karbokain, Polokain)
9. Prokain (Novokain, Ester)
B
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan anestetikum lokal selama
kehamilan antara lain:14
1. Penggunaan yang aman adalah anestetikum lokal dengan kadar rendah atau tanpa
epinefrin, sebab pada masa kehamilan biasanya terdapat komplikasi kehamilan
berupa peningkatan tekanan darah.
2. Untuk kategori anestetikum lokal yang aman (Tabel 1), maksimum penggunaan
3. Hindari pemberian epinefrin pada pasien wanita hamil yang menderita hipertensi.
Gunakan 4% prilokain tanpa epinefrin (Citanest Plain) setelah konsultasi dan
mendapat keterangan dari obstetrisian pasien.
Pada kasus penanganan nyeri orofasial, kasus-kasus emergensi yang disertai
rasa nyeri ataupun terdapat potensi nyeri setelah dilakukannya perawatan, maka
analgesik diberikan untuk meredakan rasa nyeri tersebut. Idealnya, analgesik haruslah
aman, tidak memiliki efek samping, tidak invasif, penggunaannya sederhana dan
onset serta offset yang cepat.34 Analgesik yang paling sering digunakan pada masa kehamilan yaitu asetaminofen (kategori B) dapat diberikan pada setiap trimester
kehamilan.5,13,16,26 Analgesik golongan opium tertentu seperti oksikodon, morfin,
kodein atau propoksifen digunakan secara hati-hati dan hanya jika diindikasikan.
Penggunaan analgesik opium yang berkelanjutan dan dosis yang tinggi akan
berakibat retardasi pertumbuhan dan perkembangan, risiko janin menderita cacat
kongenital mutipel seperti cacat jantung dan celah bibir atau palatum serta
ketergantungan fisik.5,16,22
Pada sebagian analgesik golongan opium kategori B pada akhir trimester
ketiga kehamilan menjadi kategori C/D, seperti kodein, hidrokodon dan oksikodon
dikontraindikasikan pada trimester ketiga karena dapat menyebabkan neonatal respiratory depression dan ketergantungan opium. Meperidin (Demerol) dianjurkan penggunaannya pada rasa nyeri yang sangat parah.5,16,20
Aspirin (kategori C) harus dihindari pemakaiannya karena dapat
menyebabkan komplikasi persalinan dan perdarahan pasca melahirkan pada ibu.
diindikasikan. AINS diberikan secara intermiten dengan dosis efektif yang paling
rendah pada masa kehamilan. Pada minggu ke-6 hingga minggu ke-8 prepartum,
penggunaan AINS sudah harus dihentikan. Aspirin dan AINS mempunyai mekanisme
lazim menghambat sintesa prostaglandin yang dapat menyebabkan konstriksi duktus
arteriosus pada janin yang mengakibatkan hipertensi pulmoner pada janin.5,13,16,20
Berikut ini analgesik yang aman dan tidak aman diresepkan selama masa
kehamilan berdasarkan FDA.4,5,13,16,20
Tabel 2. DAFTAR ANALGESIK BESERTA KATEGORI BERDASARKAN FDA
Ket : 3D = kontraindikasi pada trimester ketiga
Banyak prosedur dental yang memerlukan obat antibiotik untuk mencegah
infeksi. Penggunaan bahan - bahan antibiotik sangat terbatas indikasinya di bidang
kedokteran gigi. Dokter gigi harus memberikan perawatan khusus bagi pasien hamil
khususnya jika ada infeksi akut. Pemilihan bahan yang paling aman, pembatasan
durasi pemberian obat dan meminimalkan dosis merupakan prinsip yang mendasar
Nama Obat Kategori FDA
Asetaminofen
Setelah trimester pertama (24-72 jam)
untuk terapi yang aman. Antibiotik derivat beta-laktam (penisilin dan sefalosporin)
merupakan pilihan pertama pada kasus infeksi orofasial. Obat-obatan ini tergolong
kategori B dan aman digunakan pada masa kehamilan. Antibotik golongan makrolida
seperti eritromisin, klindamisin, azitromisin, metronidazol (kategori B) diyakini
mempunyai risiko kecil dan diberikan pada pasien hamil yang alergi terhadap
penisilin.5,15,24,26
Aminoglikosida seperti streptomisin, gentamisin (kategori C) dan
klorheksidin (kategori B) aman digunakan pada masa kehamilan, tetapi bila
digunakan pada akhir kehamilan akan menyebabkan toksisitas pada janin. Tetrasiklin
termasuk doksisikolin hiklat yang berdampak diskolorasi gigi, kerusakan pada hati
dan pankreas, malformasi serta menghambat pertumbuhan tulang pada janin,
sehingga tetrasiklin dikontraindikasikan pada pasien wanita hamil. Kloramfenikol
juga dikontraindikasikan karena akan menyebabkan toksisitas pada ibu dan kegagalan
Berikut ini antibiotik yang aman dan tidak aman diresepkan selama masa
kehamilan.3,16,20,31
Tabel 2. DAFTAR ANTIBIOTIK BESERTA KATEGORI FDA
Obat-obatan lain seperti klorheksidin kumur, antifungi nistatin (kategori B)
dan klotrimazol (kategori C) aman diresepkan pada masa kehamilan. Klotrimazol,
ketoconazol, fluconazol (kategori C) sebaiknya dihindari pemakaiannya.
Kortikosteroid tergolong dalam FDA kategori C. Umumnya digunakan untuk
mengobati berbagai kondisi oral yang terinflamasi, untuk pasien wanita hamil
biasanya diresepkan kortikosteroid topikal misalnya obat kumur.34
2.5.3 Penggunaan Radiografi
Radiografi dental dapat dilakukan semasa kehamilan untuk tujuan diagnostik
darurat. American Dental Association mendukung kriteria seleksi dari US Food and Drug Administration (FDA) untuk pemaparan sinar X dental, yang menyatakan
Nama Obat Antibiotik Kategori FDA
bahwa radiograf dental bagi pasien hamil dapat diberikan sesuai dengan kriteria
umum. Saat mempertimbangkan potensi resiko dari pencitraan diagnostik, potensi
manfaatnya juga harus dipertimbangkan. Radiografi membantu penentuan diagnosis
secara akurat. Hal ini selanjutnya akan mendorong pemeliharaan kesehatan atau
inisiasi terapi korektif pada saat yang tepat bila diperlukan. Diagnosis yang tidak
sempurna atau tidak akurat dapat mengakibatkan penanganan yang tidak sesuai dan
tertundanya terapi yang tepat sehingga membuka kemungkinan untuk komplikasi
lebih lanjut.13,20,22,25,34
Apabila mungkin, radiografi sebaiknya ditunda hingga setelah trimester
pertama. Radiografi untuk tujuan screening sebaiknya ditunda hingga setelah melahirkan. Radiografi yang diaplikasikan dalam kedokteran gigi seperti panoramik
dan rangkaian intraoral seluruh gigi umumnya aman selama kehamilan. Rata-rata
dosis radiasi yang diabsorbsi oleh janin dalam radiograf panoramik adalah 15 x 10-5
Gy dan radiograf seluruh gigi adalah 1 x 10-5 Gy. Dosis radiasi aman hingga 0,05 Gy
atau kurang, tidak berhubungan dengan peningkatan yang signifikan pada
teratogenitas. Radiasi dental yang diterima ini juga 40 kali lipat lebih sedikit dari
radiasi lingkungan yang terjadi secara alami (4 x 10-4 Gy). Resiko teratogenik akibat
pemaparan radiasi dari film oral adalah 1000 kali lebih kecil dari resiko abortus
spontan atau malformasi secara alami.13,20,22,25,34
Meski risiko teratogenitas dengan radiograf dental sangat rendah, banyaknya
pemaparan radiasi terhadap ibu hamil dan janin harus diminimalkan lebih jauh
melindungi abdomen dan tiroid, menghindari pengulangan. Penerapan semua
tindakan pengamanan yang disebut di atas akan semakin mengurangi pemaparan
KERANGKA TEORI
PENGETAHUAN
Dokter gigi
TINDAKAN DENTAL
SIKAP
PERAWATAN DENTAL PADA WANITA HAMIL
PEMBERIAN OBAT-OBATAN
KERANGKA KONSEP
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
Perawatan dental pada wanita hamil
Dokter gigi yang praktik
Lama praktik
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan secara survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi penelitian adalah para dokter gigi di Kotamadya Medan.
3.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah para dokter gigi yang melakukan praktik
di Kotamadya Medan. Penentuan kecamatan dilakukan secara cluster sampling. Kotamadya Medan dibagi atas 21 kecamatan lalu diambil secara acak sepuluh
kecamatan yang ada di Kotamadya Medan yaitu Kecamatan Medan Area, Medan
Petisah, Medan Maimun, Medan Selayang, Medan Kota, Medan Sunggal, Medan
Tembung, Medan Perjuangan, Medan Barat dan Medan Timur. Pemilihan sampel
dokter gigi dilakukan dengan cara probability sampling yaitu setiap subyek dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel penelitian.
Jenis probability sampling yang digunakan adalah teknik systematic sampling.
Caranya adalah setiap subyek diberi nomor dan dibuat daftar elemen secara acak
dengan jumlah sampel yang diinginkan didapatkan interval sampel yang dimisalkan
dengan X. Maka yang terkena sampel adalah setiap kelipatan dari X tersebut.
Untuk mendapatkan besar sampel yang akan diambil dalam penelitian ini,
penulis menggunakan persentase dokter gigi yang mampu melakukan perawatan
dental pada pasien wanita hamil berdasarkan survei Pistorius J, dkk di Jerman yaitu
54,6%, diperoleh sampel dengan menggunakan rumus :
N = Za2.p.q / d2
Dimana : Za = confidence level 95% ( 1,96)
p = persentase dokter gigi yang mampu melakukan perawatan pada
pasien wanita hamil
q = 1-p
d = presisi relatif 10%
N = 1,962. 0,546 ( 1-0,546) / 0,12
= 95,22
Jumlah sampel minimum yang didapat adalah 95,22 atau 96 orang. Maka
jumlah sampel yang akan diambil pada penelitian ini adalah 100 orang. Maka untuk
masing-masing kecamatan diambil sepuluh sampel.
3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.3.1 Kriteria Inklusi:
a. Dokter gigi yang telah praktik minimal selama enam bulan .
3.3.2 Kriteria Eksklusi:
a. Dokter gigi yang tidak praktik.
b. Dokter gigi yang praktik kurang dari enam bulan.
c. Dokter gigi yang menolak mengisi kue sioner.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel bebas : 1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Tindakan
3.4.2 Variabel terikat : Perawatan dental pada pasien wanita hamil
3.4.3 Variabel terkendali : 1. Dokter gigi yang praktik
2. Lama praktik
3.4.4 Variabel tak terkendali : Universitas tamatan
3.5 Definisi Operasional
1. Pengetahuan yaitu pemahaman dokter gigi tentang perawatan dental pada pasien
wanita hamil.
2. Sikap merupakan respon tertutup yang ditentukan dari pendapat dokter gigi
mengenai perawatan dental pada pasien wanita hamil.
3. Tindakan merupakan wujud dari sikap dokter gigi tersebut.
4. Perawatan dental pada wanita hamil adalah perawatan gigi dan mulut yang
diberikan khususnya pada pasien wanita hamil yang meliputi tindakan dental
perawatan saluran akar, bleaching, prostetik, ekstraksi; pemberian obat-obatan
seperti lokal anestetikum, analgesik, antibiotik; dan penggunaan radiografi.
5. Dokter gigi yang praktik adalah dokter gigi yang melakukan praktik di
Kotamadya Medan, baik di rumah sakit pemerintah maupun swasta, puskesmas,
poliklinik dan tempat praktik pribadi.
6. Lama praktik yaitu lamanya dokter gigi yang telah melakukan praktik, minimal
enam bulan.
7. Universitas tamatan yaitu universitas yang terdapat di seluruh Indonesia, tempat
menyelesaikan pendidikan profesi dokter gigi.
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di tempat praktik dokter gigi di Kotamadya Medan.
Waktu penelitian adalah sampai seluruh jumlah sampel terpenuhi.
3.7 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan survei lapangan dengan mengunjungi
responden. Untuk mengumpulkan data identitas responden dilakukan dengan sistem
wawancara. Data yang diperoleh dicatat pada kuesioner yang telah disediakan.
3.8 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan ditabulasikan.
3.9 Analisis Data
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan pada 100 orang responden, terdiri dari 39 orang
laki-laki (39%) dan 61 orang perempuan (61%). Gambar 1 menunjukkan distribusi
responden berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur. Untuk kelompok umur
20-29 tahun sebesar 9% pada laki-laki dan 20% pada perempuan. Untuk kelompok umur
30-39 tahun sebesar 10% pada laki-laki dan 18% pada perempuan. Untuk kelompok
umur 40-49 tahun sebesar 6% pada laki-laki dan 16% pada perempuan. Untuk
kelompok umur 50-59 tahun sebesar 10% pada laki-laki dan 5% pada perempuan.
Untuk kelompok umur 60-69 tahun sebesar 4% pada laki-laki dan 2% pada
perempuan.
Persentase responden paling banyak dijumpai pada kelompok tamatan
Universitas Sumatera Utara sebesar 86%. Responden yang berasal dari tamatan
Universitas Trisakti sebanyak 6%, Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
sebanyak 5%, Universitas Airlangga sebanyak 2% dan 1% berasal dari Universitas
Gajah Mada (Gambar 2).
Gambar 2. Distribusi responden berdasarkan tamatan universitas
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan lama praktik dapat dilihat
pada Gambar 3. Untuk kelompok lama praktik 1-9 tahun sebesar 12% pada laki-laki
dan 27% pada perempuan. Untuk kelompok lama praktik 10-19 tahun sebesar 8%
pada laki-laki dan 17% pada perempuan. Untuk kelompok lama praktik 20-29 tahun
sebesar 9% pada laki-laki dan 13% pada perempuan. Untuk kelompok lama praktik
30-39 tahun sebesar 7% pada laki-laki dan 3% pada perempuan. Untuk kelompok
Gambar 3. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan lama praktik
4.2 Pengetahuan Responden Mengenai Perawatan Dental pada Pasien Wanita Hamil
Seluruh responden mengetahui bahwa perawatan dental penting dilakukan
pada pasien wanita hamil. Delapan puluh lima persen responden menyatakan bahwa
perawatan dental dapat dilakukan pada pasien wanita hamil pada masa trimester
kedua, 61% pada masa trimester ketiga dan 60% persen pada masa trimester pertama.
Gambar 4 menunjukkan pengetahuan responden mengenai saat yang paling aman
untuk melakukan perawatan dental pada pasien wanita hamil. Responden yang
mengetahui masa trimester kedua merupakan masa yang paling aman untuk
melakukan perawatan dental sebesar 55%. Enam persen responden menjawab
trimester pertama, 24% menjawab pada masa trimester ketiga dan 15% responden
0
untuk melakukan tindakan dental pada pasien wanita hamil.
Tabel 4 menunjukkan pengetahuan responden mengenai tindakan dental yang
dilakukan pada trimester pertama, kedua dan ketiga serta mengenai posisi duduk yang
tepat bagi pasien wanita hamil di dental unit. Instruksi oral higiene dan kontrol plak
merupakan tindakan dental yang paling banyak dilakukan pada trimester pertama
yaitu sebesar 98% diikuti tindakan restorasi kavitas dan skeling sebesar 79% dan
78%. Persentase responden yang menginstruksikan oral higiene dan kontrol plak pada
pasien trimester kedua sebesar 97%, 90% melakukan skeling, 89% melakukan
restorasi kavitas, 66% melakukan perawatan saluran akar, 53% melakukan prostetik.
Pada masa trimester ketiga, 95% responden melakukan instruksi oral higiene dan
kontrol plak, 72 % melakukan skeling, 81% melakukan restorasi kavitas, 46%
melakukan perawatan saluran akar. Persentase responden yang menjawab posisi
Tabel 4. PENGETAHUAN RESPONDEN MENGENAI TINDAKAN DENTAL YANG DILAKUKAN PADA PASIEN WANITA HAMIL
Tindakan Dental Jumlah
(orang)
Persentase (%) Trimester pertama
Instruksi oral higiene dan kontrol plak Skeling
Instruksi oral higiene dan kontrol plak Skeling
Instruksi oral higiene dan kontrol plak Skeling
Posisi duduk yang tepat di dental unit
Gambar 5 menunjukkan pengetahuan responden mengenai pemberian
obat-obatan (anestetikum lokal, analgesik dan antibiotik) kepada pasien wanita hamil.
Responden yang mengetahui bahwa anestetikum lokal boleh diberikan pada pasien
wanita hamil sebesar 77%. Delapan puluh delapan persen responden menyatakan
pemberian analgesik boleh diberikan pada pasien wanita hamil dan 66% responden
menjawab pemberian antibiotik boleh diberikan pada pasien wanita hamil.
Gambar 5. Pengetahuan responden mengenai peresepan obat-obatan bagi pasien
wanita hamil
Bahan anestetikum lokal yang paling banyak digunakan oleh responden
adalah lidokain. Enam puluh enam persen responden menggunakan lidokain nor
adrenalin dan 9% menggunakan lidokain dengan adrenalin. Septokain dan mepivikain
digunakan oleh masing-masing 9% responden dan satu persen menggunakan
Gambar 6. Pengetahuan responden mengenai penggunaan bahan anestetikum lokal
Obat analgesik yang paling sering diresepkan oleh responden yaitu
parasetamol sebesar 63%. Diikuti dengan asam mefenamat sebanyak 21%, NSAID
sebesar 13%, ibuprofen sebesar 4% dan metampiron sebesar 1% (Gambar 7).
Gambar 8 menunjukkan pengetahuan responden mengenai peresepan obat
antibiotik. Amoksisilin merupakan pilihan terbanyak yaitu sebesar 71%, golongan
makrolida sebesar 13%, 4% kuinolon, 2% tetrasiklin, 2% sefalosporin dan 2%
metronidazol.
Gambar 8. Pengetahuan responden mengenai peresepan obat antibiotik
Gambar 9 menunjukkan pengetahuan responden tentang penggunaan
radiografi pada pasien wanita hamil. Tujuh puluh lima persen responden menyatakan
penggunaan radiografi tidak boleh dilakukan pada pasien wanita hamil dan 24%
menyatakan pasien wanita hamil boleh dilakukan tindakan radiografi. Sedangkan satu
Gambar 9. Pengetahuan responden mengenai penggunaan radiografi pada pasien
wanita hamil
4.3 Sikap Responden Mengenai Perawatan Dental Pada Pasien Wanita Hamil
Gambar 10 menunjukkan persentase sikap responden mengenai perawatan
dental pada pasien wanita hamil. Sebanyak 87% responden setuju dengan pendapat
bahwa perawatan dental untuk kasus darurat pada pasien wanita hamil harus
dilakukan sesegera mungkin. Tujuh puluh delapan persen responden setuju terhadap
pendapat yang menyatakan bahwa perawatan dental elektif harus ditunda hingga
postpartum, 70% responden menyatakan setuju terhadap pemberian obat-obatan pada
pasien wanita hamil sedangkan 20% responden tidak setuju dan 10% tidak ada
wanita hamil untuk membantu menegakkan diagnosis sebanyak 63%, sedangkan
yang tidak setuju sebesar 32% dan 5% tidak ada pendapat.
Gambar 10. Sikap responden terhadap perawatan dental pada pasien wanita hamil
4.4 Tindakan Responden Mengenai Perawatan Dental pada Pasien Wanita Hamil
Pada penelitian ini, semua responden menjawab akan merawat pasien wanita
hamil yang mengunjungi tempat praktiknya. Instruksi oral higiene dan kontrol plak
merupakan salah satu tindakan yang akan dilakukan oleh semua responden. Selain
itu, sebanyak 82% responden melakukan skeling, 87% melakukan restorasi kavitas,
47% melakukan perawatan saluran akar, 5% melakukan bleaching, 46% melakukan prostetik, 14% melakukan ekstraksi gigi dan 1% melakukan pemasangan ortodonti
Gambar 11. Tindakan responden mengenai perawatan dental pada pasien wanita
hamil
Responden yang melakukan tindakan ekstraksi gigi pada pasien wanita hamil
sebanyak 44%. Tiga puluh tiga persen responden menunda tindakan ekstraksi hingga
postpartum, 8% responden merujuk pasien ke dokter lain dan 15% tidak melakukan
Gambar 12. Tindakan responden terhadap kasus ekstraksi gigi pada pasien wanita
hamil
Responden yang melakukan tindakan ekstirpasi pulpa pada pasien wanita
hamil yang mengalami pulpitis sebesar 66%. Sedangkan 27% meresepkan
obat-obatan, 4% merujuk ke dokter lain dan 3% responden tidak melakukan tindakan.
(Gambar 13)
Responden yang akan meresepkan obat-obatan pada pasien wanita hamil
sebanyak 75% dan 25% tidak meresepkan obat-obatan karena takut menimbulkan
risiko pada janin. Demikian juga halnya dengan 73 % responden tidak menggunakan
radiografi pada pasien wanita hamil disebabkan takut menimbulkan risiko pada janin
dan hanya 27% menggunakan radiografi pada pasien wanita hamil. (Tabel 5)
Tabel 5. TINDAKAN RESPONDEN MENGENAI PERAWATAN DENTAL PADA PASIEN WANITA HAMIL
Tindakan responden
Persentase (%)
Ya Tidak
Peresepan obat-obatan 75 25
BAB 5 PEMBAHASAN
Kehamilan merupakan suatu kondisi kompleks fisiologis yang disertai
perubahan psikologis, anatomi dan hormonal. Perubahan tersebut mempengaruhi
penatalaksanaan dental pada masa kehamilan. Sangat penting bagi dokter gigi untuk
mengetahui perubahan-perubahan normal yang terjadi pada masa kehamilan. Dengan
demikian, kualitas pelayanan perawatan dental pada pasien wanita hamil dapat
ditingkatkan.15,16 Selain itu, dalam melakukan perawatan dental pada wanita hamil,
dokter gigi harus mempertimbangkan keadaan janin yang sedang berkembang dan
keadaan ibu hamil tersebut. Dokter gigi harus dapat mengurangi ketidaknyamanan
fisik dan psikologis pasien sehingga dapat mencegah timbulnya potensi stress bagi
janin dan ibu hamil tersebut. Hal inilah yang menyebabkan perawatan dental pada
pasien wanita hamil merupakan suatu tantangan bagi sebagian besar dokter gigi.6
Tingkat pengetahuan yang dimiliki dokter gigi sangatlah penting dalam
memberi perawatan pada pasien hamil, sebab kurangnya pengetahuan terhadap
perawatan dental pada pasien wanita hamil bisa saja menyebabkan tertundanya
perawatan yang semestinya dapat dilakukan dan begitu juga sebaliknya.6 Dalam
penelitian ini, yang pertama dievaluasi adalah pengetahuan dokter gigi terhadap
penting tidaknya perawatan dental dilakukan pada pasien wanita hamil. Terlihat
bahwa seluruh dokter gigi dalam penelitian ini menganggap bahwa perawatan dental
Sebagian besar dokter gigi di Medan melakukan tindakan dental pada pasien
hamil trimester kedua kehamilan (85%). Persentase ini lebih rendah bila
dibandingkan dengan penelitian Pistorius dkk, dimana di Jerman hanya 8,5% dokter
gigi yang tidak melakukan tindakan dental pada pasien hamil trimester kedua.6
Tindakan dental pada pasien hamil dibedakan berdasarkan trimester kehamilan sebab
maturitas dan risiko terhadap fetus pada tiap trimester berbeda. Pada trimester kedua,
ibu hamil umumnya sudah tidak merasa mual dan muntah, organogenesis janin telah
sempurna dan risiko terhadap fetus rendah. Oleh karena itu, trimester kedua
merupakan saat yang paling aman untuk memberi perawatan dental.13,22,23 Dalam
penelitian ini hanya 55% dokter gigi yang mengetahui hal tersebut. Terlihat
pengetahuan dokter gigi mengenai saat yang paling aman untuk melakukan tindakan
dental pada pasien hamil masih sangat kurang.
Posisi duduk pasien wanita hamil di dental unit perlu diperhatikan untuk
mencegah terjadinya sindrom supin hipotensi, khususnya bagi pasien hamil trimester
ketiga. Sindrom supin hipotensi dapat terjadi bila pasien hamil berada dalam posisi
terlentang, uterus menekan vena cava inferior sehingga tekanan darah menurun,
jumlah oksigen yang sampai ke otak berkurang. Pasien akan merasa pusing dan mual.
Karena itu, pasien harus diposisikan dalam posisi semisupinasi. Dokter gigi dapat
menginstruksikan pasien berbaring ke sebelah kirinya atau dengan menempatkan
bantal kecil di panggul kanan pasien serta posisi kepala lebih tinggi daripada kaki.13-15
Dalam penelitian ini terlihat 69% responden menganjurkan pasien hamil duduk dalam
posisi semisupinasi. Persentase ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian di
tersebut.6 Namun, terdapat 15% - 19% dokter gigi memilih posisi supinasi dan duduk
tegak. Terlihat kurangnya pengetahuan dokter gigi di Medan tentang posisi duduk
yang tepat bagi pasien hamil di dental unit.
Di sisi lain, pengetahuan dokter gigi di Medan mengenai penggunaan
anestetikum lokal pada pasien wanita hamil lebih tinggi dibandingkan dengan
penelitian terdahulu. Tujuh puluh tujuh persen dokter gigi dalam penelitian ini
menyatakan anestetikum lokal boleh digunakan pada pasien hamil dan 20% lainnya
menyatakan tidak. Persentase ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Pertl
dkk yang menemukan 58% responden yang akan menggunakan anestetikum lokal,
sedangkan penelitian Pistorius dkk menemukan 11,8% dokter gigi tidak
menggunakan anestetikum lokal pada pasien hamil, dan penelitian di Arab Saudi
menemukan 25% dokter gigi menghindari penggunaan anestesi lokal, serta studi
lainnya menemukan 14% dan 42% dokter gigi juga menghindari penggunaan anestesi
lokal.6,7,35 Tampak secara keseluruhan, lebih dari 50% responden dalam setiap
penelitian menggunakan anestesi lokal pada pasien hamil. Pada umumnya
anestetikum lokal tidak bersifat teratogenik dan relatif aman untuk digunakan selama
kehamilan.
Dua per tiga dokter gigi dalam penelitian ini menggunakan lidokain pada
pasien hamil. Lidokain termasuk FDA kategori B dan merupakan anestetikum lokal
yang paling aman untuk digunakan. Lidokain dengan epinefrin dapat memperpanjang
waktu kerja karena obat diabsorbsi dengan lambat, tidak bersifat teratogenik, namun
dianjurkan untuk digunakan pada pasien hamil. Selain lidokain, anestesi lokal
prilokain dan etidokain juga digunakan di kedokteran gigi.13-15
Selain lidokain, terlihat 9% dokter gigi menggunakan mepivikain dan
septokain. Persentase ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Pistorius
dkk yang menemukan 58,1% dokter gigi menggunakan septokain dan 12,1%
mepivikain.6 Septokain dan mepivikain termasuk dalam kategori C FDA.
Obat-obatan ini tidak dianjurkan pemakaiannya karena dapat menimbulkan efek
teratogenik pada janin berupa fetal bradikardi.5,13-15
Survei ini menemukan 88% dokter gigi menyatakan obat analgesik dapat
diresepkan pada pasien hamil dan 63% meresepkan parasetamol pada pasien hamil.
Persentase ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan dokter gigi di Arab yang
meresepkan parasetamol sebesar 96,7%. Parasetamol merupakan obat analgesik yang
paling dianjurkan untuk diresepkan pada pasien wanita hamil. Ibuprofen dan NSAID
digunakan oleh sekitar 4% - 13% dokter gigi, persentase ini sebanding dengan
penelitian di Arab.7 Tetapi berbeda jauh dengan penelitian Huebner dimana 51%
dokter gigi tidak meresepkan NSAID dan ibuprofen.36 Ibuprofen dan NSAID dapat
menunda kelahiran akibat menghambat sintesis prostaglandin yang dapat
menyebabkan konstriksi duktus arteriosus pada janin. Oleh karena itu, ibuprofen dan
NSAID dikontraindikasikan khususnya pada trimester ketiga kehamilan.5,26
Dalam penelitian pengetahuan dokter gigi dalam meresepkan antibiotik,
amoksisilin merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan (71%). Hasil ini
lebih rendah dibandingkan dengan penelitian di Arab yang menunjukkan 96% dokter
metronidazol dan sefalosporin, persentase ini lebih rendah bila dibandingkan dengan
dokter gigi di Arab yang meresepkan metronidazol dan sefalosporin sebesar 15% –
18,5%. Di sisi lain, dua persen dokter gigi dalam penelitian ini akan meresepkan
tetrasiklin dan hasil ini sebanding dengan 1,5% dokter gigi di Arab.7 Tampak
pengetahuan dokter gigi tentang antibiotik yang aman diresepkan kepada pasien
hamil masih sangat rendah. Amoksisilin dan sefalosporin tidak memiliki efek
teratogenik, termasuk dalam kategori B FDA. Selain itu, golongan makrolida seperti
eritromisin dan klindamisin aman diresepkan pada pasien yang alergi terhadap
golongan penisilin. Peresepan metronidazol masih bersifat kontroversial sebab sisa
reduksi obat tersebut dapat bersifat teratogenik. Namun, belum pernah dilaporkan
adanya efek teratogenik pada studi binatang. Metronidazol hanya aman dan
diindikasikan pada pasien hamil trimester kedua dan ketiga.16,17 Tetrasiklin (kategori
D) dikontraindikasikan bagi pasien wanita hamil, sebab dapat menyebabkan
diskolorisasi gigi dan penghambatan perkembangan tulang dalam janin.5,13-15
Prosedur perawatan dental rutin dapat diberikan pada masa kehamilan.
Khususnya perawatan dental untuk wanita hamil yang mengalami rasa nyeri pada
mulut, penyakit atau infeksi parah tidak boleh ditunda.5,14 Beberapa penulis
menyatakan bahwa komplikasi yang muncul selama masa kehamilan seperti abses,
gangren dapat membahayakan ibu dan janin bila tidak dilakukan perawatan.6 Dalam
penelitian ini, 87% responden setuju bahwa penanganan rasa sakit dan darurat harus
dilakukan sesegera mungkin. Persentase ini hampir sama dengan persentase