• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Sumberdaya Organisasi Dengan Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas Di Kabupaten Langkat Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Sumberdaya Organisasi Dengan Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas Di Kabupaten Langkat Tahun 2009"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

PUSKESMAS DI KABUPATEN LANGKAT

TAHUN 2009

T E S I S

Oleh

SOFIA ENIZAR

077012020/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(2)

HUBUNGAN SUMBERDAYA ORGANISASI DENGAN

PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

PUSKESMAS DI KABUPATEN LANGKAT

TAHUN 2009

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

SOFIA ENIZAR

077012020/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

(3)

Judul Tesis : HUBUNGAN SUMBERDAYA ORGANISASI DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2009

Nama Mahasiswa : Sofia Enizar Nomor Induk Mahasiswa : 077012020

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP) (Drs. A. Ridwan Siregar, M.Lib)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (dr. Ria Masniari Lubis, MSi)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 17 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP Anggota : 1. Drs. A. Ridwan Siregar, M.Lib

(5)

PERNYATAAN

HUBUNGAN SUMBERDAYA ORGANISASI DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

PUSKESMAS DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2009

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 17 September 2009

(6)

ABSTRAK

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Kabupaten Langkat hingga saat ini belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dikarenakan ketiadaan data yang diminta dalam format SP2TP, sehingga data yang dihasilkan tidak menggambarkan kondisi pencapaian pembangunan kesehatan yang sebenarnya, dan sulit untuk dijadikan dasar perencanaan puskesmas ke depan. Rendahnya kualitas data tersebut diduga dipengaruhi oleh sumberdaya organisasi yaitu manusia (man), uang (money), bahan-bahan (material), dan metode (method).

Jenis penelitian ini survei analitik dengan tipe explanatory research yang bertujuan menganalisis penerapan SIMPUS di Kabupaten Langkat. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh Kepala Puskesmas Kabupaten Langkat yaitu 28 orang, dan seluruhnya dijadikan sampel. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik yaitu analisis univariat, analisis bivariat dengan uji statistik Rank Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan signifikan dengan penerapan SIMPUS di Puskesmas Kabupaten Langkat yaitu keterampilan petugas pengolah data yaitu 0,002 <0,05, dan dana yaitu 0,001<0,05, sedangkan variabel yang tidak berhubungan yaitu sarana dan prasarana yaitu 0,526>0,05, dan metode yaitu 0,067>0,05.

Disarankan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat menyediakan komputer, mengadakan pelatihan, memberikan dana tambahan pada puskesmas di wilayah kerjanya untuk meningkatkan kualitas sistem informasi. Kepala Puskesmas diharapkan memberikan mengusulkan anggaran biaya pengolahan data, menerapkan SIMPUS berdasarkan data dan fakta yang diperoleh dari lapangan.

(7)

ABSTRACT

Up to now, the implementation of the SIMPUS (Health Centre Management Information System) at Langkat District has not met the expectation because of the absence of the data required in the format of SP2TP (Health Centre Integrated Reporting and Recording System) that the data obtained do not describe the real condition of the health development achieved and it will be difficult to use the obtained as the basic of health centre development in the future. The poor quality of the data is presumed influenced by the organizational resources such as man, money, materials, and method.

The purpose of this analytical survey study with explanatory research design is to analyze the application of SIMPUS at Langkat District. The population of this study were all of the 28 heads of health centre at Langkat District and all of them were selected to be samples. The data obtained were statistically analyzed through univariate analysis, bivariate analysis with Rank-Spearman test.

The result of this study showed that the variables which had relationship with the application of SIMPUS at the health centre in Langkat District were skill of data processing staff (man) (0.002<0.05) and fund (0.001<0.05), while variables did not have relationship infrastructure (0.526>0.05), and method (0.067>0.05).

The Langkat District Health Service is suggested to provide computers, trainings, and additional fund to improve the quality of informations system of the health centre in its working area. The head of health centre is expected to propose the budget of data processing and the application of SIMPUS based on the existing data or fact obtained from the field.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya sehingga dengan izinNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul: “Hubungan Sumberdaya Organisasi dengan Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas di Kabupaten Langkat Tahun 2009”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini banyak kekurangan-kekurangan, namun demikian penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada: Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Drs. A. Ridwan Siregar, M.Lib, selaku Pembimbing Kedua, yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk sepenuhnya, sehingga sampai selesainya penulisan tesis ini.

(9)

Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

dr. Ria Masniari Lubis, MSi, sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Komisi Penguji atau pembanding tesis.

Dr. Drs. Surya Utama, MS, Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara.

Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi, Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Komisi Penguji Tesis yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

dr. Indra Salahuddin, M.Kes, MM, yang telah berkenan memberikan izin belajar kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

(10)

yang selalu memberikan dorongan moril serta do’a kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini.

Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, September 2009 Penulis,

(11)

RIWAYAT HIDUP

Sofia Enizar, lahir pada tanggal 11 Agustus 1972 di Kota Tanjung Pura Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara, anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Hj. Asnah Dewi dan H. Azhari Kantan.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari Sekolah Dasar (SD) 2 YPDP Pertamina Pangkalan Susu selesai tahun 1985, Sekolah Menengah Pertama (SMP) YPDP Pertamina Pangkalan Susu selesai tahun 1988, Sekolah Menengah Atas Negeri I Pangkalan Berandan selesai tahun 1991, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan selesai tahun 1996, sampai saat ini menempuh pendidikan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kebijakan dan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(12)

DAFTAR ISI

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 46

(13)

BAB 5 PEMBAHASAN ... 76

5.1. Hubungan Keterampilan Petugas Pengolah Data Dengan Penerapan SIMPUS di Puskesmas Kabupaten Langkat ... 76

5.2. Hubungan Dana Dengan Penerapan SIMPUS di Puskesmas Kabupaten Langkat ... 80

5.3. Hubungan Sarana dan Prasarana Dengan Penerapan SIMPUS di Puskesmas Kabupaten Langkat ... 84

5.4. Hubungan Metode Dengan Penerapan SIMPUS di Puskesmas Kabupaten Langkat ... 85

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

6.1. Kesimpulan ... 88

6.2. Saran ... 89 DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 45

3.2. Metode Pengukuran Terhadap Variabel Independen ... 49 3.3. Metode Pengukuran Terhadap Variabel Dependen ... 50 4.1. Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di

Kabupaten Langkat Tahun 2008 ... 55 4.2. Distribusi Karakteristik Responden di Puskesmas Kabupaten

Langkat Tahun 2009... 60 4.3. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Indikator

Keterampilan Petugas Pengolah Data di Puskesmas Kabupaten

Langkat Tahun 2009... 62 4.4. Distribusi Kategori Keterampilan Petugas Pengolah Data di

Puskesmas Kabupaten Langkat Tahun 2009... 63 4.5. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Indikator Dana di

Puskesmas Kabupaten Langkat Tahun 2009... 64 4.6. Distribusi Kategori Dana di Puskesmas Kabupaten Langkat

Tahun 2009... 65 4.7. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Indikator Sarana

dan Prasarana di Puskesmas Kabupaten Langkat Tahun 2009 ... 66 4.8. Distribusi Kategori Sarana dan Prasarana di Puskesmas

Kabupaten Langkat Tahun 2009 ... 67 4.9. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Indikator Metode

di Puskesmas Kabupaten Langkat Tahun 2009... 68 4.10. Distribusi Kategori Metode di Puskesmas Langkat Tahun

2009 ... 69 4.11. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Indikator

(15)

4.12. Distribusi Kategori Penerapan SIMPUS di Puskesmas Kabupaten Langkat Tahun 2009 ... 72 4.13. Hubungan Keterampilan Petugas Pengolah Data Dengan

Penerapan SIMPUS di Puskesmas Kabupaten Langkat... 73 4.14. Hubungan Dana Dengan Penerapan SIMPUS di Puskesmas

Kabupaten Langkat ... 73 4.15. Hubungan Sarana dan Prasarana Dengan Penerapan SIMPUS

di Puskesmas Kabupaten Langkat... 74 4.16. Hubungan Metode Dengan Penerapan SIMPUS di Puskesmas

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 1.1. Jaringan Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional (Siknas

Online)... 3

2.1. Sistem Informasi Suatu Unit Kerja ... 15

2.2. Model Siklus Informasi ... 18

2.3. Hubungan Data dan Tujuan Organisasi... 19

2.4. Nilai Informasi ... 24

2.5. Bagan SIMPUS ... 25

2.6. Proses Analisis Data Dalam Suatu Sistem Informasi Manajemen ... 36

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 94

2. Tabel Ujicoba Kuesioner... 100

3. Tabel Master ... 102

4. Output SPSS ... 104

5. Surat Izin Penelitian dari Program Studi Strata 2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ... 122

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 94

2. Tabel Ujicoba Kuesioner... 100

3. Tabel Master ... 102

4. Output SPSS ... 104

5. Surat Izin Penelitian dari Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara ... 122

(19)

ABSTRAK

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Kabupaten Langkat hingga saat ini belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dikarenakan ketiadaan data yang diminta dalam format SP2TP, sehingga data yang dihasilkan tidak menggambarkan kondisi pencapaian pembangunan kesehatan yang sebenarnya, dan sulit untuk dijadikan dasar perencanaan puskesmas ke depan. Rendahnya kualitas data tersebut diduga dipengaruhi oleh sumberdaya organisasi yaitu manusia (man), uang (money), bahan-bahan (material), dan metode (method).

Jenis penelitian ini survei analitik dengan tipe explanatory research yang bertujuan menganalisis penerapan SIMPUS di Kabupaten Langkat. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh Kepala Puskesmas Kabupaten Langkat yaitu 28 orang, dan seluruhnya dijadikan sampel. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik yaitu analisis univariat, analisis bivariat dengan uji statistik Rank Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan signifikan dengan penerapan SIMPUS di Puskesmas Kabupaten Langkat yaitu keterampilan petugas pengolah data yaitu 0,002 <0,05, dan dana yaitu 0,001<0,05, sedangkan variabel yang tidak berhubungan yaitu sarana dan prasarana yaitu 0,526>0,05, dan metode yaitu 0,067>0,05.

Disarankan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat menyediakan komputer, mengadakan pelatihan, memberikan dana tambahan pada puskesmas di wilayah kerjanya untuk meningkatkan kualitas sistem informasi. Kepala Puskesmas diharapkan memberikan mengusulkan anggaran biaya pengolahan data, menerapkan SIMPUS berdasarkan data dan fakta yang diperoleh dari lapangan.

(20)

ABSTRACT

Up to now, the implementation of the SIMPUS (Health Centre Management Information System) at Langkat District has not met the expectation because of the absence of the data required in the format of SP2TP (Health Centre Integrated Reporting and Recording System) that the data obtained do not describe the real condition of the health development achieved and it will be difficult to use the obtained as the basic of health centre development in the future. The poor quality of the data is presumed influenced by the organizational resources such as man, money, materials, and method.

The purpose of this analytical survey study with explanatory research design is to analyze the application of SIMPUS at Langkat District. The population of this study were all of the 28 heads of health centre at Langkat District and all of them were selected to be samples. The data obtained were statistically analyzed through univariate analysis, bivariate analysis with Rank-Spearman test.

The result of this study showed that the variables which had relationship with the application of SIMPUS at the health centre in Langkat District were skill of data processing staff (man) (0.002<0.05) and fund (0.001<0.05), while variables did not have relationship infrastructure (0.526>0.05), and method (0.067>0.05).

The Langkat District Health Service is suggested to provide computers, trainings, and additional fund to improve the quality of informations system of the health centre in its working area. The head of health centre is expected to propose the budget of data processing and the application of SIMPUS based on the existing data or fact obtained from the field.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sebagai pelayanan kesehatan paling dasar dan sebagai ujung tombak pelayanan dan pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia, Puskesmas perlu mendapat perhatian yang lebih serius, terutama mutu pelayanannya yang seharusnya sesuai dengan hakikat reformasi kesehatan di Indonesia. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan masyarakat, oleh karena itu Puskesmas mempunyai peran penting dalam rangka menuju Kota dan Kecamatan Sehat 2010. Dengan menggunakan landasan pengembangan kesehatan, pimpinan Puskesmas harus lebih memahami penerapan sistem informasi manajemen Puskesmas (SIMPUS) sebagai dasar penyusunan Perencanaan Tahunan Puskesmas (Muninjaya, 2004).

(22)

Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh tingkatan organisasi pemerintah yang ditentukan secara sistematis dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang sistem informasi kesehatan adalah Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor: 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan dan Kepmenkes No. 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota (Departemen Kesehatan RI, 2003).

Isi kedua Kepmenkes tersebut mengandung kelemahan dimana hanya melihat sistem informasi kesehatan dari sudut pandang manajemen kesehatan, tidak memanfaatkan keadaan mutakhir teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional. Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara rinci sehingga informasi yang disajikan tidak tepat guna dan tidak tepat waktu (Departemen Kesehatan RI, 2003).

(23)

kesehatan di Puskesmas juga telah berjalan baik (Departemen Kesehatan RI, 2007).

Gambar 1.1. Jaringan Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional (Siknas Online)

Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, secara struktural seakan-akan telah putus hubungan antara Kabupaten/kota dengan propinsi, dan dengan pusat. Sistem informasi yang menghubungkan berbagai tingkatan tadi juga otomatis mengalami hambatan / kemacetan (Departemen Kesehatan RI, 2003).

(24)

Ketidakberhasilan dalam pengembangan sistem informasi tersebut, lebih disebabkan dari segi perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan dalam implementasi sistem informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh. Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi di dunia pelayanan kesehatan. Hal ini semata-mata karena sektor pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem yang lebih luas dalam masyarakat dan pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem yang lebih global. Perubahan-perubahan yang terjadi di negara lain dalam berbagai sektor mempunyai dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan (Kushadiwijaya, 2000).

Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu sistem informasi yang dapat menyajikan dan menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi dan situasi kesehatan di suatu wilayah, dengan data yang valid, akurat dan lengkap, serta dapat diakses dengan mudah, cepat dan dengan jangkauan yang luas. Sistem tersebut nampaknya hanya bisa dibangun melalui kesepakatan atau komitmen bersama dari tingkat yang paling bawah sampai ke tingkat pusat (Departemen Kesehatan RI, 2007).

(25)

dalam keberhasilan penentuan kebijakan serta dapat menunjukkan kapasitas kerja Puskesmas (Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi, 2008)

Di Propinsi Sumatera Utara, pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan belum ada kabupaten dan kota yang berhasil membangun SIKDA nya. Sampai akhir tahun 2006 dari 25 kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara, semuanya telah membuat profil kesehatan (100%), tetapi bila dilihat dari persentase pengisian tabel-tabel yang telah disediakan, 48% kabupaten/kota belum mengisinya, hal ini karena ketiadaan data yang diminta dalam tabel atau faktor-faktor lainnya, sehingga data yang dihasilkan tidak menunjukkan atau menggambarkan kondisi pencapaian pembangunan kesehatan yang sebenarnya. Sampai akhir tahun 2006, dari 25 Kabupaten/Kota ada 13 kabupaten/kota atau hanya sekitar 52% yang sudah melaksanakan Survei Kesehatan Daerah (SURKESDA). Pencapaian ini masih di bawah target nasional (Indonesia Sehat 2010) yaitu 100% (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2007).

Untuk menentukan status kesehatan masyarakat di Kabupaten Langkat saat ini bukan merupakan persoalan yang mudah. Hal ini karena sistem informasi kesehatan masih belum memadai untuk dapat menentukan status kesehatan secara tepat (Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, 2007).

(26)

dapat lebih ditingkatkan lagi. Masyarakat pada umumnya masih merasa kurang puas terhadap mutu pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit terutama yang berhubungan dengan pelayanan administrasi dan pelayanan medis. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan tersebut disebabkan oleh masih lemahnya manajemen kesehatan termasuk sistem informasi kesehatan terutama pada tingkat Puskesmas (Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, 2006).

Budiharto et.al. (2005), yang meneliti penyempurnaan sistem informasi kesehatan kabupaten/kota mendapatkan beberapa temuan yaitu : data yang dikumpulkan secara rutin terlalu banyak, sehingga menimbulkan beban bagi petugas kesehatan pada tingkat operasional. Data kurang memadai untuk digunakan dalam pengambilan keputusan, karena masalah kualitas dan kelengkapannya. Kecuali itu masih terjadi duplikasi dalam pencatatan data di Puskesmas, dan analisis periodik SIK jarang dilakukan. Di beberapa tempat sudah menggunakan komputer, sebaliknya di beberapa tempat sumber daya SIK masih terbatas. Terungkap pula kurangnya umpan balik bagi unit operasional.

(27)

Pada SIMPUS seluruhnya menggunakan komputer, kinerja SIMPUS belum dapat menunjukkan kecepatan dan kemampuannya menangani beban kerja pengelolaan data, hal ini terjadi karena petugas pengelola data sedang mengalami transisi dan perubahan dari sistem manual ke sistem komputer karena sistem baru berjalan selama dua bulan.

Survei awal yang penulis lakukan dengan mewawancarai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat menunjukkan bahwa sistem informasi kesehatan di Kabupaten Langkat belum berfungsi baik. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pengumpulan data tentang kesehatan di Kabupaten Langkat masih terasa sangat sulit, sehingga informasi kesehatan yang cepat, tepat dan akurat masih sangat langka, kecuali data dari hasil survei (Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, 2007). Penerapan sistem informasi yang kurang memadai tersebut kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu keterampilan tenaga pengolah data yang masih rendah, dana yang kurang memadai, kurang lengkapnya sarana dan prasarana, dan metode yang kurang baik (Muninjaya, 2004).

(28)

sering muncul kegiatan yang bersifat mendadak tanpa perencanaan terlebih dahulu (Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, 2006).

Seorang pimpinan Puskesmas harus menjabarkan secara operasional visi dan misi Puskesmas ke dalam kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf untuk mencapai tujuan pelayanan (program) Puskesmas. Di sinilah pentingnya keterampilan seorang pimpinan merumuskan strategi dan kebijakan pengembangan suatu program sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat yang potensial berkembang di wilayah kerjanya. Staf Puskesmas harus paham dan terampil merumuskan masalah program yang dihadapi oleh unit kerjanya dan masalah kesehatan masyarakat yang berkembang sesuai dengan bidang dan wilayah binaannya (Gondoputro, 2007).

Dalam organisasi baik bisnis maupun publik terdapat sumberdaya yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya agar tujuan dapat dicapai dengan optimal. Sumberdaya tersebut dikenal dengan istilah 6M (Man, Money, Method, Material, Machine dan Market). Keenam sumberdaya tersebut semuanya sangat dibutuhkan dalam organisasi (Siagian, 2006). Dalam organisasi Puskesmas, sumberdaya organisasi yang digunakan yaitu manusia (man), uang (money), bahan-bahan (material), dan metode (method).

(29)

diproyeksikan di masa yang akan datang. Salah satu tugas pimpinan yang terpenting di bidang perencanaan adalah menetapkan tujuan jangka panjang dan pendek organisasi berdasarkan analisis situasi di luar (eksternal) dan di dalam (internal) organisasi (Muninjaya, 2004).

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, terlihat bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat sebenarnya sudah menggunakan sistem informasi kesehatan yang cukup memadai, namun belum diketahui apakah perencanaan kesehatan yang dilaksanakan di sejumlah Puskesmas di Kabupaten Langkat sudah berdasarkan sistem informasi kesehatan yang ada. Oleh karena itu permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut: ”Bagaimana hubungan sumberdaya organisasi (keterampilan petugas pengolah data, dana, sarana prasarana dan metode) dengan penerapan SIMPUS di Puskesmas Kabupaten Langkat”.

1.3. Tujuan Penelitian

(30)

1.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah bahwa ada hubungan sumberdaya organisasi (keterampilan petugas pengolah data, dana, sarana prasarana dan metode) dengan penerapan SIMPUS di tingkat Puskesmas Kabupaten Langkat.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas; dengan sistem informasi yang baik dan tersedianya informasi yang akurat dan tepat guna akan menjadi masukan yang baik dalam pengambilan keputusan bagi peningkatan proses manajemen kesehatan di Puskesmas, perbaikan pelaksanaan kegiatan bulanan maupun rencana operasional tahunan Puskesmas.

2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat; dengan sistem informasi Puskesmas yang benar-benar terintegrasi dan berjalan dengan baik, akan menunjang perencanaan kesehatan yang baik pula sehingga dapat mengantarkan pembangunan kesehatan untuk mencapai program kesehatan menuju Kabupaten Langkat Sehat.

3. Masyarakat dan peneliti lainnya

(31)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem dan Informasi 2.1.1. Konsep Dasar Sistem

Sebelum membahas tentang sistem informasi kesehatan, perlu dipahami terlebih dahulu batasan sebuah sistem, komponen-komponen sebuah sistem dan bagaimana pemanfaatan sebuah sistem untuk digunakan mengkaji program kesehatan.

Menurut Amsyah (2005), sistem adalah elemen-elemen yang saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi. Contohnya adalah sistem tata surya, sistem irigasi, sistem tubuh manusia dengan subsistem-subsistem seperti peredaran darah, syaraf, otak, pencernaan dan sebagainya.

Menurut Shrode dan Voich seperti dikutip oleh Azwar (2004) ciri-ciri sistem dibedakan atas enam macam yakni:

a. Sistem mempunyai tujuan dan karena itu semua perilaku yang ada pada sistem pada dasarnya bermaksud mencapai tujuan.

b. Sistem sekalipun terdiri dari berbagai bagian atau elemen, tetapi secara keseluruhan merupakan suatu yang bulat dan utuh jauh melebihi kumpulan bagian atau elemen tersebut.

(32)

d. Sistem bersifat terbuka dan selalu berinteraksi dengan sistem lain yang lebih luas, yang biasanya disebut dengan lingkungan.

e. Sistem mempunyai kemampuan transformasi, artinya mampu mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dengan perkataan lain, sistem mampu mengubah masukan menjadi keluaran.

f. Sistem mempunyai mekanisme pengendalian, baik dalam rangka menyatukan berbagai bagian atau elemen, atau dalam rangka mengubah masukan menjadi keluaran.

Menurut Muninjaya (2004) sistem adalah suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain dan mempunyai suatu tujuan yang jelas. Komponen suatu sistem terdiri dari input, proses, output, effect outcome dan mekanisme umpan baliknya. Hubungan antara komponen-komponen sistem ini berlangsung secara aktif dalam suatu tatanan lingkungan.

(33)

Menurut John Me Manama seperti dikutip Azwar (2004) disebutkan bahwa sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu unit organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien.

Sedangkan menurut Lumbangaol (2008) sistem adalah hubungan satu unit dengan unit-unit lainnya yang saling berhubungan satu sama lainnya dan yang tidak dapat dipisahkan serta menuju satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Apabila satu unit macet atau terganggu, unit lainnya pun akan terganggu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

Dari defenisi di atas, sistem terbentuk dari berbagai elemen atau unsur yang saling berhubungan dan bekerja sama dalam satu kesatuan. Ini berarti bahwa elemen atau unsur tersebut mutlak harus ada dalam satu sistem.

Menurut Azwar (2004) ada 6 unsur dalam suatu sistem yaitu :

a. Masukan (input) adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat dalam system dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya system tersebut.

b. Proses (process) adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.

c. Keluaran (output) adalah kumpulan elemen atau bagian yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem.

(34)

e. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem

f. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.

Dalam administrasi kesehatan ke semua rincian tersebut secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni:

1. Sistem sebagai upaya menghasilkan pelayanan kesehatan.

Jika sistem kesehatan dipandang sebagai upaya untuk menghasilkan pelayanan kesehatan, maka yang dimaksud dengan:

a. Masukan adalah perangkat administrasi yakni tenaga, dana sarana dan metoda atau dikenal pula dengan istilah sumber, tata cara dan kesanggupan.

b. Proses adalah fungsi administrasi, yang terpenting ialah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian.

c. Keluaran adalah pelayanan kesehatan yakni yang akan dimanfaatkan oleh masyarakat.

2. Sistem sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah kesehatan

Jika sistem kesehatan dipandang sebagai suatu upaya untuk menyelesaikan masalah kesehatan, maka yang dimaksud dengan:

a. Masukan adalah setiap masalah kesehatan yang ingin diselesaikan.

b. Proses adalah perangkat administrasi yakni tenaga, dana sarana dan metoda atau dikenal pula sebagai sumber, tata cara dan kesanggupan.

(35)

Departemen Kesehatan RI (2007) menyebutkan bahwa yang tercakup dalam komponen masukan adalah informasi, instrumen pencatatan dan pelaporan data dan sumber daya. Komponen proses mencakup pengorganisasian dan tata kerja serta pengolahan data dan komponen keluaran mencakup penyimpanan, penyebarluasan, pendayagunaan dan pemanfaatan informasi yang dihasilkan dari proses pengolahan data.

Hasil penelitian Sugito (1991) di Sidoarjo menyimpulkan terjadinya hambatan pengelolaan sistem informasi kesehatan adalah output yang tidak sesuai, teknik pengumpulan dan pengisian data serta terbatasnya tenaga dan sarana.

Menurut Amsyah (2005) data dan informasi diperlukan dan dihasilkan oleh tiap unit kerja, maka unit yang bekerja dengan data dan informasi tersebut dapat dikatakan sebagai memiliki sistem informasi sendiri.

Umpan balik

Gambar 2.1. Sistem Informasi Suatu Unit Kerja

2.1.2. Konsep Dasar Informasi

Informasi menurut Gordon B. Davis yang dikutip Amsyah (2005) dalam bukunya berjudul “Management Information Sistem”, adalah data yang sudah

Transaksi dan Kegiatan unit

(36)

diproses menjadi bentuk yang berguna bagi pemakai, dan mempunyai nilai pikir yang nyata bagi pembuatan keputusan pada saat sedang berjalan atau untuk prospek masa depan. Definisi tersebut menekankan bahwa data harus diproses dengan cara-cara tertentu untuk menjadi informasi yang berguna bagi pemakai.

Menurut Hartini (2002) informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata. Data merupakan representasi dunia nyata yang mewakili suatu objek seperti manusia (pegawai, mahasiswa, pelanggan), hewan, peristiwa, konsep, keadaan dan lain-lain, yang direkam dalam bentuk angka, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi, atau kombinasinya.

Menurut Lumbangaol (2008) informasi adalah segala sesuatu keterangan yang bermanfaat untuk para pengambil keputusan atau manajer dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Tanpa ada suatu informasi dalam suatu organisasi para manajer tidak dapat bekerja dengan efisien dan efektif.

Oleh karena itu menurut Achua (2004) kualitas informasi tergantung pada 3 hal yaitu :

(37)

a. Completeness, berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki kelengkapan yang baik, karena bila informasi yang dihasilkan sebagian-sebagian akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.

b. Correctness berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki kebenaran.

c. Security berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki keamanan.

2. Tepat waktu, informasi yang diterima harus tepat pada waktunya, sebab informasi yang usang (terlambat) tidak mempunyai nilai yang baik, sehingga bila digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan akan dapat berakibat fatal.

3. Relevan, informasi harus mempunyai manfaat bagi si penerima. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda. Misalnya informasi mengenai sebab-musabab kerusakan mesin produksi kepada akuntan perusahaan adalah kurang relevan dan akan lebih relevan bila ditujukan kepada ahli teknik perusahaan.

4. Ekonomis, informasi yang dihasilkan mempunyai manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya mendapatkannya dan sebagian besar informasi tidak dapat tepat ditaksir keuntungannya dengan satuan nilai uang tetapi dapat ditaksir nilai efektivitasnya.

(38)

model. Model yang digunakan untuk mengolah data tersebut disebut model pengolahan data atau dikenal dengan siklus pengolahan data (siklus informasi).

INPUT DATA ---PROSES ---KEPUTUSAN ---TINDAKAN ---PENERIMA ---OUTPUT

Gambar 2.2. Model Siklus Informasi, Achua (2004)

Menurut Amsyah (2005), informasi dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu : 1. Informasi Substantif

Adalah informasi yang berkaitan dengan kegiatan substantif. Kegiatan substantif adalah kegiatan pokok dari suatu organisasi. Kegiatan tersebut merupakan atau bidang utama dari suatu organisasi, sesuai dengan tujuan utama dari organisasi bersangkutan.

2. Informasi Fasilitatif

Adalah informasi yang berkaitan dengan kegiatan fasilitatif. Kegiatan fasilitatif adalah kegiatan pendukung dari suatu organisasi.

(39)

Gambar 2.3. Hubungan data dan tujuan organisasi

2.1.3. Informasi Kesehatan

Menurut Muninjaya (2004), yang dimaksud dengan informasi kesehatan adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang merupakan masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan. Informasi kesehatan tersebut harus mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan, baik yang berasal dari sektor kesehatan ataupun dari sektor pembangunan lainnya. Informasi kesehatan harus menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan di berbagai jenjang administrasi kesehatan.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), prinsip-prinsip penyelenggaraan informasi kesehatan adalah:

1. Mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan, baik yang berasal dari sektor kesehatan ataupun dari berbagai sektor pembangunan lain.

TUJUAN

MANAJEMEN

INFORMASI

(40)

2. Mendukung proses pengambilan keputusan di berbagai jenjang administrasi kesehatan.

3. Disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan keputusan. 4. Disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu dengan

mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.

5. Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan data melalui cara-cara rutin (pencatatan dan pelaporan) dan cara-cara non rutin (survei).

6. Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek kerahasiaan yang berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran.

Informasi Kesehatan harus akurat dan disajikan secara cepat dan tepat, mudah diakses, serta mutakhir dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2007).

Sistem informasi kesehatan adalah suatu sistem informasi yang menyangkut segala hal yang terkait dengan keseluruhan manajemen pelayanan kesehatan, dalam kegiatan ini dimengerti sebagai suatu bagian pentingnya yang menyangkut langsung pengenalan masalah kesehatan dan tindakan pemecahannya (Kushadiwijaya, 2000).

2.1.4. Bentuk Informasi

(41)

1. Informasi uraian

Adalah informasi yang disajikan dalam bentuk uraian cerita yang panjang atau singkat yang berisikan kalimat-kalimat yang ringkas dan jelas. Informasi ini bisa dalam bentuk laporan, notulen, surat, atau memo.

2. Informasi rekapitulasi

Adalah informasi ringkas dengan hasil akhir dari suatu perhitungan (kalkulasi) atau gabungan perhitungan yang berisikan angka-angka yang disajikan dalam bentuk kolom-kolom. Contoh dari informasi ini adalah neraca, kuitansi, rekening, daftar pembelian, daftar penjualan, kalkulasi harga.

3. Informasi gambar

Adalah informasi yang dibuat dalam bentuk gambar atau bagan, misalnya gambar konstruksi dan bagan.

4. Informasi model

Adalah informasi dalam bentuk formulir dengan model-model yang dapat memberikan nilai ramalan atau prediksi dan nilai-nilai lain seperti nilai hasil pemecahan persoalan yang optimal sebagai alternatif bagi pembuatan keputusan.

5. Informasi statistik

(42)

6. Informasi formulir

Adalah informasi yang dibuat dalam bentuk formulir dengan format (kolom) isian yang sudah ditentukan dan disesuaikan dengan keperluan kegiatan masing-masing.

7. Informasi animasi

Adalah informasi dalam bentuk gambar animasi dengan suara atau video. Informasi ini disebut juga informasi multimedia.

8. Informasi simulasi

Adalah informasi mengenai suatu kegiatan nyata pada suatu situasi atau peralatan yang dibuat dalam bentuk serupa tetapi dengan ukuran kecil atau dengan layer computer menjadi mirip seperti ukuran sebenarnya.

2.1.5. Nilai Informasi

Manfaat / nilai informasi adalah untuk membantu memberi kejelasan dari suatu ketidakpastian atau untuk mengurangi ketidakpastian tersebut, sehingga manusia dapat membuat sesuatu keputusan dengan kepastian yang lebih baik dan menguntungkan (Amsyah, 2005).

Nilai informasi ditentukan oleh 5 karakteristiknya, yaitu : 1. Ketelitian

(43)

2. Ketepatan waktu

Ketetapan waktu merupakan karakteristik informasi lainnya yang penting. Bukan hanya bernilai baru atau lama, tetapi tepat waktu atau setidaknya saat informasi diperlukan. Kendatipun informasinya akurat tetapi kalau diterimanya atau diketahuinya terlambat tentu saja informasi tersebut sudah tidak berguna lagi.

3. Kelengkapan

Kadang-kadang manajer menghadapi suatu keputusan yang harus dibuat dengan informasi yang diteliti, waktu yang tepat, tetapi informasinya tidak lengkap. Hal ini dapat menjadi penghambat dalam pengambilan keputusan yang tepat dan efisien.

4. Ringkas

Karena sering menghadapi masalah kurang lengkapnya informasi, maka sering terjadi dalam penyediaan suatu informasi diupayakan secara berlebihan. Karena itu informasi yang bernilai untuk manajer adalah informasi yang ringkas dan langsung mengenai sasaran yang diperlukan (to the point).

5. Kesesuaian

(44)

Gambar 2.4. Nilai Informasi

2.1.6. Sistem Informasi Kesehatan di Puskesmas

2.1.6.1. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)

Definisi Sistem Informasi Kesehatan menurut AbouZahrl, Carla & Boermal Ties (2005) adalah ”integrated effort to collect, process, report and use health information and knowledge to influence policy-making, programme action and research” (usaha yang terintegrasi untuk mengumpulkan, memproses, melaporkan dan menggunakan pengetahuan dan informasi kesehatan untuk mempengaruhi pengambil kebijakan, tindakan program dan riset) (Gondoputro, 2007)

Definisi ini mengandung arti bahwa kita harus memproses data menjadi informasi yang nantinya digunakan untuk penyusunan kegiatan atau program dan penelitian.

Informasi Keluaran Dari hasil Pengolahan data

Teknik Membuat Keputusan

Ketidakpastian

Keputusan Tindakan

(45)

Gambar 2.5. Bagan Simpus

(46)

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah suatu tatanan manusia/peralatan yang menyediakan informasi untuk membantu proses manajemen Puskesmas mencapai sasaran kegiatannya. Sumber informasi utamanya adalah SP2TP, sedangkan informasi lain yang ada, berperan sebagai pelengkap (Departemen Kesehatan RI, 2007).

Tujuan SIMPUS yaitu meningkatnya kualitas manajemen Puskesmas secara lebih berhasil-guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan informasi lain yang menunjang. SIMPUS juga bertujuan :

1. Sebagai dasar penyusunan Rencana Tahunan Puskesmas

2. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan Puskesmas (lokakarya mini)

3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Puskesmas (PWS dan Stratifikasi Puskesmas)

4. Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan kegiatan Puskesmas.

Sebagaimana diketahui, SP2TP terdiri dari komponen pencatatan dan komponen pelaporan. Yang terutama dibutuhkan untuk menunjang kegiatan manajemen Puskesmas adalah komponen pencatatannya, oleh karena informasi yang dapat dihasilkan dari komponen ini lebih lengkap daripada komponen pelaporannya.

Pencatatan-pencatatan yang utama, antara lain adalah :

(47)

2. Register, seperti Register Kunjungan, Register KIA, Register Filariasis, Register Posyandu, dan sebagainya.

3. Laporan Kejadian Luar Biasa dan Laporan Bulanan Sentinel

4. Rekam Kesehatan Keluarga (RKK atau family folder), yang diberikan khusus untuk keluarga berisiko, antara lain :

a. Salah seorang anggota keluarganya menderita TB Paru. b. Salah seorang anggotanya menderita kusta.

c. Salah seorang anggotanya mempunyai risiko tinggi seperti; ibu hamil risti, neonatus risti (BBLR) dan balita kurang energi kronis (KEK).

d. Salah satu anggotanya menderita gangguan jiwa.

Di samping SP2TP, juga diperlukan informasi dari instansi di luar sektor kesehatan ataupun sumber-sumber lainnya, seperti informasi kependudukan, hasil kegiatan sektor lain yang terkait, seperti BKKBN, Pertanian, Bangdes, Diknas, PU, dan lain-lain. Hasil pengolahan data SP2TP dan informasi lainnya dimanfaatkan untuk meningkatkan manajemen Puskesmas (Muninjaya, 2004).

Mekanisme dalam pencatatan SIMPUS yaitu :

(48)

2. Pengolahan, analisis, interpretasi dan penyajian dilakukan oleh para penanggung jawab masing-masing kegiatan di Puskesmas dan pengelola program di semua jenjang administrasi.

3. Informasi yang diperoleh dari pengolahan dan interpretasi data SP2TP dan sumber lainnya, dapat bersifat kualitatif (seperti meningkat, menurun dan tidak ada perubahan) dan bersifat kuantitatif dalam bentuk angka seperti jumlah, persentase dan sebagainya. Informasi tersebut berupa laporan tahunan Puskesmas.

2.1.6.2. Sumberdaya Organisasi yang Mempengaruhi Penerapan SIMPUS di Puskesmas

Sumberdaya organisasi yang merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi dikenal dengan 6M adalah sumberdaya manusia (man), peralatan (machine), bahan-bahan (materials), biaya (money), metode (method), dan pasar (market). Banyak teori manajemen yang mengatakan bahwa SDM merupakan unsur yang paling penting. Hal ini karena SDM sangat menentukan arah dan kemajuan organisasi (Saleh, 2007).

Berkaitan dengan judul penelitian ini maka sumberdaya organisasi yang akan diteliti berdasarkan terdiri dari 4 unsur yaitu manusia (man) atau tenaga pengolah data, bahan-bahan (materials) atau sarana prasarana, biaya (money) atau dana, dan metode (method).

(49)

Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.

Money atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.

Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa uang (money) bertujuan untuk memperoleh SDM yang berkualitas, dan mempertahankan SDM yang ada saat ini. Seringkali dijumpai dalam praktek sehari-hari bahwa SDM yang berkualitas tidak dapat diperoleh karena sistem kompensasi yang tidak menarik. Di samping itu, banyak kasus dimana SDM yang berkualitas malah keluar setelah diperoleh dengan susah payah akibat sistem kompensasi yang tidak menarik. Prinsip kompensasi yang harus dipenuhi dan tidak bisa ditawar-tawar lagi adalah adil dan layak. Adil tapi tidak layak bukanlah kompensasi yang baik, sebaliknya, layak tapi tidak adil hanya akan membuat masalah baru di kalangan karyawan sendiri (Arep, 2003).

(50)

dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.

Sarana dan prasarana dalam pengolahan data informasi merupakan salah satu faktor penting. Sarana dan prasarana dalam sistem informasi dapat berupa data yang baik, alat-alat tulis (kertas, pena, penggaris, dan lain-lain), komputer. Sarana dan prasarana yang lengkap menunjang keberhasilan dalam pengolahan data (informasi). Data yang baik adalah suatu data yang bernilai dan harus memenuhi 3 unsur yaitu ketelitian data, komparabilitas data (data yang digunakan harus benar), dan validitas data yaitu data yang digunakan merupakan data yang menunjang tercapainya tujuan (Sutabri, 2005).

Salah satu kegiatan dalam pengolahan data yaitu penyimpanan data. Penyimpanan data meliputi pekerjaan pengumpulan (filing), pencarian (searching), dan pemeliharaan (maintenance). Data disimpan dalam suatu tempat yang lazim disebut file. File ini dapat berbentuk map, ordner, disket, tape, hard disk, dan lain sebagainya. Sebelum disimpan, suatu data diberi kode menurut jenis kepentingannya. Pengaturan dilakukan sedemikian rupa sehingga mudah mencarinya. Pengkodean memegang peranan penting, karena kode yang salah akan mengakibatkan data yang masuk ke dalam file juga salah, yang selanjutnya akan mengakibatkan kesulitan dalam mencari data tersebut apabila diperlukan (Amsyah, 2005).

(51)

pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.

2.2. Perencanaan Kesehatan 2.2.1. Definisi Perencanaan

Menurut Azwar (2004) dari berbagai fungsi administrasi yang dikenal, yang terpenting diantaranya adalah fungsi perencanaan. Mudah dipahami karena berbagai fungsi administrasi lainnya baru berperan apabila fungsi perencanaan telah selesai dilaksanakan. Lebih dari pada itu sebenarnya, pelaksanaan berbagai fungsi administrasi lainnya tersebut, hanya akan berjalan sempurna apabila dapat selalu berpedoman pada perencanaan yang telah disusun sebelumnya.

(52)

menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Muninjaya, 2004).

Perencanaan meliputi tindakan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam hal memvisualisasi serta merumuskan aktivitas-aktivitas yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan. (Terry, 1986).

Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut (Muninjaya, 2004).

2.2.2. Proses Perencanaan

Proses perencanaan merupakan fungsi manajemen dasar yang utama yang harus dihadapi suatu organisasi. Setelah perencanaan dikembangkan seorang manajer harus mampu mengatasi bagaimana rencana tersebut dapat tercapai. Perencanaan sering kali dilaksanakan dalam kondisi yang sangat dinamis dan sehubungan dengan itu perlu pihak perencana memberikan ruangan yang cukup untuk melakukan modifikasi serta perubahan-perubahan dalam hal menghadapi kejadian-kejadian dan situasi yang berkembang (Siagian, 2007).

(53)

dan teratur. Dengan demikian, maka perencanaan itu berarti kegiatan untuk melihat jauh ke depan, menyiapkan keputusan untuk mengantisipasi masalah yang memungkinkan bakal terjadi, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai dengan seefisien mungkin. Untuk membuat rencana yang baik, bahan yang diperlukan adalah tersedianya data atau sistem informasi yang lengkap dan akurat.

2.2.3. Keuntungan dan Kelemahan Perencanaan

Menurut Siagian (2007) perencanaan pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan sekarang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan yang mempunyai keuntungan dan kelemahan. Dengan perencanaan yang baik akan diperoleh keuntungan sebagai berikut:

1. Perencanaan akan menyebabkan berbagai macam aktivitas organisasi untuk mencapai tujuan tertentu dan dapat dilakukan secara teratur.

2. Perencanaan akan mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.

3. Perencanaan dapat dipakai untuk mengukur hasil kegiatan yang telah dicapai karena dalam perencanaan ditetapkan berbagai standard.

4. Perencanaan memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya, terutama untuk fungsi pengawasan.

Sebaliknya, perencanaan juga memiliki kelemahan yaitu:

(54)

2. Perencanaan yang baik memerlukan sejumlah dana.

3. Perencanaan mempunyai hambatan psikologis bagi pimpinan dan staf karena harus menunggu dan melihat hasil yang akan dicapai.

4. Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif. Gagasan baru untuk mengadakan perubahan harus ditunda sampai tahap perencanaan berikutnya.

5. Perencanaan juga menghambat tindakan baru yang harus diambil oleh staff (Muninjaya, 2004).

2.2.4. Unsur-unsur Perencanaan

Menurut Syamsi (1983) untuk membuat suatu rencana tertentu yang cukup lengkap, kiranya unsur-unsur di bawah ini perlu dipenuhi. Unsur-unsur perencanaan ini merupakan 6 pertanyaan yang harus dijawab. Rumusannya terkenal dengan istilah 5 W + 1 H, yaitu :

1. What (Apa) : apa yang dilakukan sehingga perlu direncanakan

2. Why (Mengapa) : apa alasannya hal itu perlu dilakukan atau perlu diprioritaskan pelaksanaannya.

3. Who and Who : Siapa (obyek) dan siapa (subyek) pelaksanaannya.

4. Where (Di mana) : mencari tempat yang strategis untuk melaksanakan suatu kegiatan

(55)

2.2.5. Langkah–Langkah Perencanaan

Langkah awal untuk menyusun perencanaan dapat dimulai dengan sebuah gagasan atau cita-cita yang terfokus pada situasi tertentu. Sebagai suatu proses, perencanaan kesehatan mempunyai beberapa langkah. Ada 5 langkah yang perlu dilakukan pada proses penyusunan sebuah perencanaan (Muninjaya, 2004)

1. Analisis Situasi

Analisis situasi adalah langkah pertama proses penyusunan perencanaan. Langkah ini dilakukan dengan analisis data laporan yang dimiliki oleh organisasi (data primer) atau mengkaji laporan lembaga lain (data sekunder) yang datanya dibutuhkan, observasi dan wawancara.

Analisis situasi merupakan langkah awal perencanaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah. Langkah analisis situasi bertujuan untuk mengumpulkan berbagai jenis data atau fakta yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat yang dijadikan dasar penyusunan perencanaan. Data yang diperlukan untuk menyusun perencanaan kesehatan terdiri dari :

a. Data tentang penyakit dan kejadian sakit. b. Data kependudukan

(56)

Semua data yang diperoleh dari hasil analisis situasi diolah dan dijadikan informasi. Semua informasi yang terkait akan menjadi pengetahuan bersama yang sangat berharga untuk menyusun perencanaan kesehatan terpadu.

Langkah-langkah penting proses analisis data sampai menghasilkan informasi yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang pengembangan program merupakan bagian dari sistem informasi manajemen kesehatan. Proses ini digambarkan pada bagan di bawah ini.

Gambar 2.6.

Proses Analisis Data dalam Suatu Sistem Informasi Manajemen

Menurut AbouZahrl, Carla & Boermal Ties (2005) Pengumpulan data dari masyarakat dapat memberikan informasi tentang :

Data Dianalisis dan

Disajikan Informasi

Perencanaan

Pengetahuan

Pelaksanaan Program Hasil

Evaluasi

Pencatatan dan Pelaporan

(57)

a. Health determinants (sosioekonomi, lingkungan, perilaku dan faktor genetik). b. Masukan (inputs) untuk sistem kesehatan dan proses yang berhubungan

dengan penggunaan masukan seperti kebijakan, organisasi, infrastruktur kesehatan, fasilitas dan peralatan, biaya, sumber daya manusia, pendanaan kesehatan dan sistem informasi kesehatan sendiri.

c. Performance or outputs (keluaran) dari keberhasilan atau kegagalan sistem kesehatan seperti availability, quality dan penggunaan informasi kesehatan serta sarana kesehatan (utility).

d. Health outcomes (hasil) yaitu angka kematian, angka kesakitan, angka kecacatan, kejangkitan penyakit dan status kesehatan.

e. Faktor penentu dalam kesehatan inequas, penggunaan dan pemenuhan jasa dan hasil yang mencakup jenis kelamin, status sosioekonomi, kelompok kesukuan dan lokasi geografis.

2. Mengidentifikasi Masalah dan Prioritasnya

Identifikasi masalah mulai dari langkah awal untuk mengkaji berbagai masalah kesehatan yang berkembang di wilayah kerja Puskesmas (analisis 10 penyakit terbesar) potensi Puskesmas untuk mengatasinya, sejauh mana bantuan yang diperoleh.

3. Menentukan tujuan program

(58)

4. Mengkaji hambatan dan kelemahan program

Langkah keempat proses penyusunan perencanaan adalah mengkaji kembali hambatan dan kelemahan program yang telah dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mencegah atau mewaspadai timbulnya hambatan serupa.

5. Menyusun rencana kerja operasional (RKO)

Pada saat memasuki fase ini, tim perencana sudah menetapkan tujuan dan target yang ingin dicapai (langkah 1-4). Proses perencanaan yang terakhir adalah menetapkan alternatif kegiatan dan sumber daya pendukung. Langkah ini dilakukan sebelum proses penyusunan RKO (Muninjaya, 2004).

2.3. Landasan Teori

Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi di dunia pelayanan kesehatan dan yang paling pesat perkembangan dan perubahan tersebut adalah informasi. Hal ini semata-mata disebabkan sektor pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem yang lebih luas dalam masyarakat dan pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem yang lebih global. Jaringan sistem pelayanan kesehatan tersebut memerlukan sistem informasi yang saling mendukung dan terkait sehingga setiap kegiatan dan program kesehatan yang dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui, dipahami, diantisipasi, dan dikelola dengan sebaik-baiknya (Adisasmito, 2007).

(59)

tentang pelaksanaan program dan perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas, dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf Puskesmas. Paling penting untuk Puskesmas adalah bagaimana memanfaatkan semua jenis data yang sudah dibuat dalam laporan sebagai masukan (input) untuk menyusun perencanaan pengembangan program Puskesmas. Dalam proses penerapan sistem informasi kesehatan di Puskesmas, seorang kepala Puskesmas dipengaruhi oleh berbagai faktor sumberdaya organisasi yaitu manusia (man) atau keterampilan petugas pengolah data, biaya (money) atau dana, bahan-bahan (materials) atau sarana prasarana, dan metode (method) dalam penerapan SIMPUS secara efektif dan efisien (Muninjaya, 2004).

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel X Variabel Y

Gambar 2.7. Kerangka Konsep Penelitian Sumberdaya Organisasi:

1. Keterampilan petugas pengolah data (man) (X1)_

2. Dana (money) (X2)

3. Sarana prasarana (material) (X3)

4. Metode (method) (X4)

Perencanaan Kesehatan PENERAPAN

(60)
(61)

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research, yaitu penelitian yang bermaksud untuk menjelaskan mengenai hubungan variabel yang satu dengan variabel lainnya. Metode ini digunakan untuk melihat, menganalisa dan menggali lebih dalam hubungan variabel X (keterampilan petugas pengolah data, dana, sarana prasarana, dan metode) dengan variabel Y (penerapan SIMPUS).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di 28 (dua puluh delapan) Puskesmas di bawah wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dengan alasan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan disebabkan oleh masih lemahnya manajemen kesehatan termasuk sistem informasi kesehatan terutama pada tingkat Puskesmas.

3.2.2. Waktu Penelitian

(62)

dengan September 2009. Pengambilan data dilakukan selama 1 (bulan) bulan yaitu pada bulan Juli 2009.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Puskesmas yang ada di 28 (dua puluh delapan) Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat yaitu berjumlah 28 orang, dan seluruhnya dijadikan sampel.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara membagi kuesioner kepada Kepala Puskesmas di 28 Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dan dipandu oleh pembantu peneliti yang akan diberi pelatihan selama 2 hari oleh peneliti untuk memberi persamaan persepsi dengan peneliti tentang maksud dan tujuan yang terkandung dalam kuesioner penelitian.

3.4.1. Data Primer

Instrumen pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan beberapa item yang disesuaikan dengan variabel dalam tujuan penelitian.

3.4.2. Data Sekunder

(63)

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dirancang sedemikian rupa agar relevan dengan tujuan penelitian, untuk itu kuesioner ujicoba untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Ujicoba dilakukan di Kabupaten Deli Serdang kepada 20 orang Petugas Puskesmas.

3.4.3.1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (1995) dalam Riduwan (2008) untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Moment adalah : Selanjutnya dihitung Uji-t dengan rumus :

thitung =

(

)

r = Koefisien korelasi hasil rhitung

(64)

Mencari ttabel apabila diketahui signifikansi untuk α= 0,05 dan dk = 20-2 = 18,

maka diperoleh ttabel = 1,734. Berdasarkan hasil perhitungan ujicoba validitas

kuesioner, disimpulkan bahwa seluruh kuesioner dinyatakan valid atau thitung > ttabel

(1,734).

3.4.3.2. Uji Reliabilitas

Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Spearman Brown, sebagai berikut :

r11 =

b b

r r .

+ 1

2

Keterangan :

r11 = Koefisien reliabilitas internal seluruh item

rb = Korelasi product moment antarabelahan.

Berdasarkan hasil ujicoba kuesioner menunjukkan bahwa, rtabel dengan

signifikan α=0,05 dan dk= 20-2 = 18 adalah 0,468, maka kesimpulan dari uji reliabilitas ini seluruh item pertanyaan dinyatakan reliabel, yaitu rhitung >rtabel (0,468).

(65)

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

UJI VALIDITAS UJI RELIABILITAS

Nomor Soal

Koefisien

Korelasi thitung ttabel Keputusan rhitung rtabel Keputusan

Keterampilan Petugas

Sarana dan Prasarana

(66)

UJI VALIDITAS UJI RELIABILITAS Nomor

Soal

Koefisien

Korelasi thitung ttabel Keputusan rhitung rtabel Keputusan

Penerapan SIMPUS

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel X (Sumberdaya Organisasi)

1. Sumberdaya organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan organisasi (Puskesmas) yang terdiri dari empat unsur meliputi keterampilan petugas pengolah data, dana, bahan-bahan, dan metode.

2. Keterampilan petugas pengolah data (man) adalah keterampilan pengolah data/informasi dalam hal ini pegawai staf Puskesmas bagian pengolah data SP2TP.

3. Dana (money) adalah dana yang dibutuhkan dalam pengolahan data yang diperoleh dari lapangan sampai dengan pembuatan laporan ke Dinas Kesehatan

(67)

5. Metode (methode) adalah cara yang digunakan dalam pengolahan informasi dari lapangan sampai dengan pembuatan laporan ke Dinas Kesehatan.

3.5.2. Variabel Y (Penerapan SIMPUS)

1. Penerapan SIMPUS yaitu usaha yang terintegrasi dari Puskesmas untuk mengumpulkan, mengolah, melaporkan dan menggunakan pengetahuan dan informasi kesehatan untuk memengaruhi pengambilan kebijakan, tindakan program dan riset.

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Variabel X (X1, X2, X3, X4)

Metode pengukuran terhadap variabel X (sumberdaya organisasi) yaitu keterampilan petugas pengolah data, dana, sarana dan prasarana, dan metode menggunakan skala ordinal.

1. Keterampilan Petugas Pengolah data (man) (X1)

(68)

a. Terampil, skor nilai 6-10. b. Tidak Terampil, skor nilai 0-5. 2. Dana (money) (X2)

Pengukuran variabel dana (money) yaitu dengan menanyakan tentang uang (dana) yang diperoleh Puskesmas berkaitan dengan pengolahan data Puskesmas menggunakan 10 pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban ya, dan tidak. Kriteria penilaian jawaban responden yaitu : Jawaban “ya” diberi skor 1, sedangkan jawaban “tidak” diberi skor 0. Skor tertinggi adalah 10 (10 x 1), dan skor terendah adalah 0 (10 x 0). Kategori kebutuhan dana atau uang (money) di Puskesmas dalam pengolahan data menggunakan skala ordinal yaitu :

a. Cukup, skor nilai 6-10. b. Tidak Cukup, skor nilai 0-5. 3. Sarana prasarana (material) (X3)

Pengukuran variabel sarana prasarana (material) menggunakan 10 pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban ya, dan tidak. Pertanyaan berdasarkan kebutuhan sarana dan prasarana dalam pengolahan data / informasi di Puskesmas. Kriteria penilaian jawaban responden untuk pertanyaan positif: Jawaban “ya” diberi skor 1, sedangkan jawaban “tidak” diberi skor 0, sebaliknya untuk pertanyaan negatif, Jawaban “ya” diberi skor 0, sedangkan jawaban “tidak” diberi skor 1. Skor tertinggi adalah 10 (10 x 1), dan skor terendah adalah 0 (10 x 0). Kategori sarana-prasarana (material) di Puskesmas menggunakan skala ordinal yaitu :

(69)

4. Metode (method) (X4)

Pengukuran variabel metode (method) menggunakan 10 pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban ya, dan tidak. Pertanyaan berdasarkan metode yang digunakan Puskesmas dalam pengolahan data / informasi di Puskesmas. Kriteria penilaian jawaban responden untuk pertanyaan positif: Jawaban “ya” diberi skor 1, sedangkan jawaban “tidak” diberi skor 0, sebaliknya untuk pertanyaan negatif, Jawaban “ya” diberi skor 0, sedangkan jawaban “tidak” diberi skor 1. Skor tertinggi adalah 10 (10 x 1), dan skor terendah adalah 0 (10 x 0). Kategori metode (method) di Puskesmas menggunakan skala ordinal yaitu :

a. Tepat, skor nilai 6-10. b. Tidak Tepat, skor nilai 0-5.

Tabel 3.2. Metode Pengukuran Variabel X

No Variabel

Indi-kator Alat Ukur Skala Kategori Range

1 Manusia (man)

(X1)

10 Kuesioner Ordinal Terampil Tidak Terampil

6-10 0-5 2 Uang (money)

(X2)

10 Kuesioner Ordinal Cukup

Tidak Cukup

10 Kuesioner Ordinal Lengkap Tidak Lengkap

6-10 0-5

4 Metode

(method) (X4)

10 Kuesioner Ordinal Tepat Tidak Tepat

6-10 0-5 3.6.2. Variabel Y

(70)

dengan pilihan jawaban ya, dan tidak. Kriteria penilaian jawaban responden untuk pertanyaan positif: Jawaban “ya” diberi skor 1, sedangkan jawaban “tidak” diberi skor 0, sebaliknya untuk pertanyaan negatif, Jawaban “ya” diberi skor 0, sedangkan jawaban “tidak” diberi skor 1. Skor tertinggi adalah 15 (15 x 1), dan skor terendah adalah 0 (15 x 0). Kategori penerapan SIMPUS menggunakan skala ordinal yaitu : a. Baik, skor nilai 8-15.

b. Kurang baik, skor nilai 0-7.

Tabel 3.3. Metode Pengukuran Variabel Y

No Variabel

Indi-kator Alat Ukur Skala Kategori Range

1 Penerapan SIMPUS (Y)

15 Kuesioner Ordinal Baik Kurang Baik

8-15 0-7

3.7. Metode Analisis Data

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pendekatan analisis yang digunakan adalah analisis statistik dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Langkah-langkah dalam melakukan analisis data penelitian ini yaitu dengan analisis univariat dan bivariat sebagai berikut :

1. Analisis univariat

(71)

2. Analisis bivariat

(72)

3. Analisis multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menguji secara bersama-sama seluruh variabel yang mempunyai kemaknaan statistik pada analisa bivariat, dengan menggunakan analisis statistik uji regresi linier berganda. Persamaan regresi logistik ganda adalah sebagai berikut:

Y =

α

+

β

1

X

1

+

β

2

X

2

+

β

3

X

3

+

β

4

X

4

Keterangan :

Y = Variabel terikat (penerapan SIMPUS) α = Konstanta

β1 .. β4 = Koefisien regresi linier variabel penelitian

X1 = Keterampilan Petugas Pengolah Data (man)

X2 = Dana (money) P = Probabilitas untuk mengalami peristiwa

Gambar

Gambar 1.1. Jaringan Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional (Siknas Online)
Gambar 2.1. Sistem Informasi Suatu Unit Kerja
Gambar 2.3. Hubungan data dan tujuan organisasi
Gambar 2.4. Nilai Informasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat sudah memanfaatkan SIMPUS sejak tahun 2010, namun pelaksanannya belum maksimal karena SDM

Segala puji dan syuur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Dimana dukungan organisasi ini tidak hanya dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta saja tetapi dari pihak Puskesmas itu sendiri juga mendukung dengan diadakaannya SIMPUS

TINJAUAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) BERDASARKAN JARINGAN KOMUNIKASI DATA DI PUSKESMAS KARANGMALANG SEMARANG TAHUN 2013.. ARIESTA

Dari beberapa laporan yang diolah dengan menggunakan SIMPUS, peniliti. ingin memfokuskan penelitian pada laporan LB 1, ini dikarenakan laporan

Alur proses pelaksanaan SIMPUS dimulai dari Puskesmas sampai kepada Dinas Kesehatan Provinsi yaitu : Puskesmas menyediakan berbagai data dasar lengkap yang akan dikumpulkan

Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut, seharusnya dalam pelaksanaan kegiatan sistem informasi puskesmas sudah dilakukan secara elektronik dan pelaporan kepada Dinas

2 doi : http://dx.doi.org/10.33757/jik.v7i2.953 367 Education and Training dan Kegagalan Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas di Kabupaten Sarolangun Rika Rahmatanilia