ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN
3Al
2O
3 .2SiO
2DAN
VARIASI SUHU SINTERING TERHADAP KARAKTERISTIK
KERAMIK Al
2O
3DENGAN SIMULASI
PROGRAM MATLAB
TESIS
Oleh
MARLON SIHOLE
067026013/FIS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN
3Al
2O
3 .2SiO
2DAN
VARIASI SUHU SINTERING TERHADAP KARAKTERISTIK
KERAMIK Al
2O
3DENGAN SIMULASI
PROGRAM MATLAB
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Fisika pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
MARLON SIHOLE
067026013/FIS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN
3Al2O3.2SiO2 DAN VARIASI SUHU
SINTERING TERHADAP KARAKTERISTIK
KERAMIK Al2O3 DENGAN SIMULASI
MATLAB
Nama Mahasiswa : Marlon Sihole
Nomor Pokok : 067026013
Program Studi : Fisika
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Muhammad Zarlis, M.Sc) (Drs. Nasir Saleh, M.Eng.Sc)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Telah diuji pada Tanggal : 12 Juli 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc.
Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Zarlis, M.Sc.
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pengaruh penambahan 3Al2O3.2SiO2 untuk
pembuatan keramik alumina. Keramik alumina digunakan sebagai bahan refraktori yang tahan dipakai pada suhu tinggi hingga suhu 1600oC. Bahan baku keramik alumina yang ditambah dengan aditif 3Al2O3.2SiO2 dengan variasi : 0%,
10%, 15%, 20% dan 25% dari berat total bahan serta variabel suhu sintering 1200oC,
1250oC, 1300oC, 1350oC, 1400oC, 1450oC, 1500oC, 1550oC, 1600oC, 1650oC. Benda uji yang telah disintering selanjudnya di uji dan di analisa , meliputi pengujian densitas, porositas, kekerasan dan kuat patah dan penganalisaan dilakukan dengan menggunakan simulasi komputer memakai bahasa pemrograman Matlab versi 7.01. Dari hasil analisa dapat dilihat bahwa penambahan aditif mullite 20% dan 25% dan
disintering pada suhu 1600oC menghasilkan sampel keramik alumina dengan
karakteristik yang paling baik yaitu nilai densitas 3,619 . 3,674 gram/cm3, porositas
0,343% . 0,372%, kekerasanVickers 1520 . 1547 kgf/mm2, kuat patah 328,31.
333,97 MPa dan nilai koefisien termal ekspansi 5,7 . 6,8 x 10.6 oC .
ABSTRACT
Research about influent of Alumina has been done for making of alumina. Ceramic alumina is as refractory for high temprature up to 1600oC. Alumina doped
was varied from 0%,10%, 15%, 20%, 25% of total weight. The sampels test after sintering were characterized such as : density, porousity, hardness, and coefficient of thermal expansion and analysis used simulation of Computer programming language with Matlab version 7.0.1. According to the result measurement, show that : the best samples are samples with additives 20% and 25% mullite and sintering temperature 1600oC. These sampels have properties such as : density value are 3,619 . 3,674 gram/cm3, porousity are 0,343 . 0,372 %, bending strength 328,31.
333,97 MPa , Hardness Vickers 1520 . 1547 kgf/mm2 and coefficient of thermal
expansion 5,7 . 6,8 x 10.6 oC .
KATA PENGANTAR
Pertama.tama penulis panjatkan puji dan syukur kepada hadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa atas segala limpahan rahmatNya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar.besarnya kepada Pemerintah
Republik Indonesia c.q. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan
bantuan dana sehingga penulis dapat melaksanakan Program Magister Sains pada
Program Studi Magister Ilmu Fisika Program Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.
Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar.besarnya kepada :
Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.Ak
atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan Program Magiste Sains.
Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr.Ir. Chairun
Nisa, M.Sc atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister Sains pada
Sekolah Pascasarjana Universistas Sumatera Utara.
Ketua Program Studi Magister Fisika, Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc,
Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Fisika, Drs. Nasir Saleh, M.Eng.Sc beserta
seluruh staf pengajar pada Program Studi Magister Fisika Sekolah Pascasarjana
Terima kasih yang terhingga dan penghargaan setinggi.tingginya penulis
ucapkan kepada Prof. Dr. Muhammad Zarlis, M.Sc selaku Pembimbing Utama yang
dengan penuh perhatian dan telah memberikan dorongan dan bimbingan, demikian
juga kepada Drs. Nasir Saleh, M.Eng.Sc, selaku Pembimbing Lapangan yang dengan
penuh kesabaran menuntun dan membimbing penulis sehingga selesainya penelitian
ini.
Kepada ayah (alm) J. Sihole dan bunda (alm) L. br Nainggolan, serta istri
tersayang, Merry Sigalingging, yang tetap memberi semangat dan pergertian yang
sangat berarti untuk masa.masa perkuliahan sampai selesainya tesis ini, dan anak.
anak terkasih Agung Parulian Limbong, Dian Rosari Limbong dan Maria Fransiska
Limbong. Juga untuk ipar saya, Manutur Sigalingging dan Bobbin Nainggolan.
Terima kasih atas segala pengorbanan yang telah kalian berikan, baik berupa
moril maupun materil. Kebaikan saudara tidak dapat penulis balas, semoga Tuhan
memberkati kalian semua. Juga terima kasih kepada teman.teman mahasiswa
Pascasarjana Program Magister Ilmu Fisika angkatan 2006 atas hubungan baik yang
terjalin selama ini.
Semoga kita sekalian diberikan kebijaksanaan dan rahmatNya dalam
memanfaatkan segala ciptaanNya bagi kesejahteraan umat manusia. Amin.
Medan, Juli 2008
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama lengkap berikut gelar : MARLON SIHOLE, S.Pd
Tempat dan tanggal lahir : Boho, 20 Oktober 1966
Alamat rumah : Jl. Bantan Baru, Gg. St. Thomas 2 No. 3
Tj. Gusta – Deli Serdang
Telepon rumah : 061B8471629
Hp : 08126593390
e.mail : marlon_sihole@yahoo.co.id
Instansi tempat bekerja : SMA Negeri 12 Medan
Alamat kantor : Jl. Cempaka No. 75 HelvetiaBMedan
Telepon : 061B8455904
DATA PENDIDIKAN
SD : SD Negeri BohoBSamosir TAMAT: 1979
SMP : SMP Negeri 1 PangururanBSamosir TAMAT : 1982
SMA : SMA Negeri 1 PangururanBSamosir TAMAT : 1985
Diploma.3 : FMIPA USU Medan TAMAT : 1988
Strata.1 : IKIP Negeri Medan TAMAT : 1997
Strata.2 : Program Studi Magister Fisika TAMAT : 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Hipotesis ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Keramik Alumina ... 6
2.2 Kuarsa (SiO2) ... 8
2.3 Keramik 3Al2O3 2SiO2 ... 10
2.5 Pembuatan Keramik ... 12
2.5.1 Preparasi Serbuk ... 13
2.5.2 Proses Pembentukan ... 13
2.5.3 Proses Pembakaran (Sintering) ... 14
2.6 Karakterisasi ... 20
2.6.1 Densitas dan Porositas ... 20
2.6.2 Kekerasan ... 21
2.6.3 Kekuatan Patah ( ) ... 22
2.6.4 Koefisien Ekspansi Termal ... 23
2.7 Metode Komputasi ... 23
2.7.1 Matlab ( ) ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
3.1 Bahan Baku ... 31
3.2 Variabel dan Parameter ... 32
3.2.1 Variabel ... 32
3.2.2 Parameter ... 32
3.2.3 Korelasi Temperatur terhadap Sifat.sifat Fisis Keramik ... 32
3.2.3.1 Korelasi Densitas terhadap Suhu ... 32
3.2.3.2 Korelasi Porositas terhadap Suhu ... 34
3.2.3.3 Korelasi Kekerasan terhadap Suhu ... 34
3.2.3.4 Korelasi Kekuatan Patah terhadap Suhu ... 34
3.3 Metode Komputasi ... 36
3.4 Algoritma Analisis Simulasi ... 37
3.4.1 Agoritma Program Simulasi Densitas ... 37
3.4.2 Algoritma Program Simulasi Porositas ... 38
3.4.3 Algoritma Program Simulasi Kekerasan ... 40
3.4.4 Algoritma Program Simulasi Kekuatan Patah ... 41
3.4.5 Algoritma Program Simulasi Koefisien Ekspansi Termal ... 42
3.5 Flowchart ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50
4.1 Analisis Simulasi Densitas terhadap Suhu Sintering ... 50
4.2 Analisis Simulasi Porositas terhadap Suhu Sintering ... 55
4.3 Analisis Simulasi Kekerasan terhadap Suhu ... 60
4.4 Analisis Simulasi Kekuatan Patah terhadap Suhu ... 65
4.5 Analisis Simulasi Korelasi Koefisien Ekspansi Termal terhadap Suhu Sintering ... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74
5.1 Kesimpulan ... 74
5.2 Saran ... 75
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1 Data Nilai Densitas ... 50
4.2 Data Nilai Porositas ... 55
4.3 Data Nilai Kekerasan ... 60
4.4 Data Nilai Kekuatan Patah ... 65
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Struktur Kristal Korundum (α.Al2O3)... 7
2.2 Diagram Fasa Sistem Al2O3.2SoiO2 ... 10
2.3 Skema Pembentukan dengan Cara Tekan Satu Arah... 14
2.4 Model Dua Logam sebagai Butiran Saling Kontak ... 15
2.5 Mekanisme Perpindahan Materi Selama Sintering ... 16
2.6 Perubahan Mikro Struktur Keramik... 17
2.7 Tahapan Proses Sintering... 18
2.8 ... 27
2.9 ... 28
2.10 ... 29
2.11 ... 29
2.12 ... 30
3.1 Flowcart Korelasi Densitas terhadap Suhu ... 45
3.2 Flowcart Korelasi Porositas terhadap Suhu ... 46
3.3 Flowcart Kekerasan terhadap Suhu... 47
3.4 Flowcart Korelasi Kekuatan Patah terhadap Suhu... 48
3.5 Flowcart Korelasi Koifisien Ekspansi Termal terhadap Suhu ... 49
4.2 Simulasi Densitas.Suhu Sintering Alumina + 15.20 % ... 53
4.3 Simulasi Densitas.Suhu Sintering Alumina + 20.25 % ... 54
4.4 Simulasi Porositas.Suhu Sintering Alumina + 0.10 % ... 56
4.5 Simulasi Porositas.Suhu Sintering Alumina + 15.20 % ... 57
4.6 Simulasi Porositas.Suhu Sintering Alumina + 20.25 % ... 58
4.7 Simulasi Kekerasan.Suhu Sintering Alumina + 0 dan 10 % ... 61
4.8 Simulasi Kekerasan.Suhu Sintering Alumina + 15.20 % ... 62
4.9 Simulasi Kekerasan.Suhu Sintering Alumina + 20.25 % ... 64
4.10 Simulasi Kekuatan Patah.Suhu Sintering Alumina + 0.10 % ... 66
4.11 Simulasi Kekuatan Patah.Suhu Sintering Alumina +15.20% ... 67
4.12 Simulasi Kekuatan Patah.Suhu Sintering Alumina +20.25% M ... 67
4.13 Simulasi Ekspansi Termal Alumina + 25 % Yang Telah di Sinter 1600oC... 71
4.14 Simulasi Ekspansi Termal Alumina + 20 % Yang Telah di Sinter 1600oC... 72
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
A Pemrograman ... 78
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keramik alumina (Al2O3) tergolong keramik oksida yang memiliki kekuatan
yang sangat tinggi, sangat keras, tahan suhu tinggi, dan memiliki titik lebur sekitar
2050 oC, serta bersifat isolator listrik. Oleh karena itu dalam pembuatan keramik
alumina yang sangat padat dan kuat diperlukan suhu pembakaran/sintering yang
mendekati titik leburnya yaitu sekitar 1800 oC sampai 1900 oC (Gernot, 1988).
Beberapa cara yang dapat mengurangi suhu sintering keramik alumina antara
lain : memperkecil ukuran butiran hingga ukuran nano, atau menambahkan bahan
aditif yang memiliki titik lebur yang lebih rendah dari alumina (Montanaro,1997).
Beberapa macam aditif yang sering digunakan adalah : MgO, SiO2, B2O3,
TiO2, dimana masing.masing memiliki keunggulan berbeda (Gernot, 1988).
Nama berasal dari nama pulau Mull, Skotlandia. Karena pertama sekali bahan
ini ditemukan di daerah tersebut. adalah sebuah kristal aluminium silikat
dalam rasio molekul 3Al2O3.2SiO2 (Washington Mills, 2008). merupakan
kombinasi oksida material yang mempunyai termal ekspansi rendah, kekuatan
mekanik yang baik dan kenyal pada temperatur tinggi (Accuratus Corporation, 2008).
Adapun keunggulan dari aditif 3Al2O3.2SiO2 yang digunakan dalam
cukup rendah, memiliki kekuatan mekanik yang mendekati kekuatan alumina
(Chiang, et all. 1997). Kemudian materialnya mudah diperoleh dan mudah
terjangkau. akan lebih baik jika diberi tekanan dan suhu yang tinggi.
bersifat kokoh dan dapat digunakan pada suhu tinggi (Accuratus Corp). Ketertarikan
terhadap merupakan tehnologi yang sagat berpengaruh terhadap suhu, kimia
dielektrik, optikal propertis. Hal ini dapat dicapai pada proses sintering. Pada suhu
1000oC untuk pembentukan fiber dan film. Pada suhu 1650 oC terjadi pencampuran
bubuk serbuk atau pengaluminikasian dengan serbuk alumina (Washington Mills,
2008).
Oleh karena itu sangatlah tepat untuk memadukan antara alumina dan
sebagai keramik alumina untuk penggunaan sebagai bahan refraktori, tabung proteksi,
insulator listrik. Aplikasinya antara lain: sebagai alat pelengkap tungku pembakar
( , , ! ! , ! ). Bahan–bahan semacam ini banyak
dibutuhkan oleh industri keramik, gelas, maupun industri pengecoran logam yang ada
di Indonesia, dan produk–produk tersebut masih seluruhnya diimpor dari luar negeri.
Sedangkan ketersediaannya bahan baku untuk pembuatan alumina dan cukup
banyak di bumi Indonesia sebagai bahan alam, misalnya sebagai sumber
alumina, dan pasir kuarsa sebagai sumber SiO2. Untuk memperluas pemakaian
diperlukan pencampuran aluminium dan silikon alkosida yang perpaduannya
diperoleh pada suhu rendah (<1000oC) dari setiap tahapan untuk mencapai
Komputer adalah hasil produk teknologi tinggi yang akhir.akhir ini telah
banyak dijumpai, dipakai, dan dimanfaatkan pada berbagai bidang kegiatan
laboratorium fisika atau bidang lainnya. Pengalaman dilapangan menunjukkan bahwa
pemakaian komputer di laboratorium. laboratorium masih terbatas untuk pengetikan
atau pengolahan data tertentu, dengan kata lain, pemakaian komputer sebagai alat
yang serba guna belum maksimal. Dari segi akademis, masih banyak dijumpai tenaga
pengajar dan mahasiswa yang masih enggan dalam menggunakan komputer,
sedangkan komputer adalah sebagai alat bantu utama pengembangan fisika komputasi
(Zarlis, 2007b).
Kemajuan komputer digital telah membuat bidang metode numerik
berkembang secara dramatis. Sejalan dengan itu, perangkat lunak (" ) semakin
berkembang dan beragam sesuai dengan fungsinya masing.masing. Di pasaran
terdapat banyak program aplikasi komersil. Contoh program aplikasi itu adalah
Matlab yang diproduksi oleh TheMathWorks, Inc.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Keramik alumina Al2O3 memiliki titik lebur yang tinggi (2050 oC) dan
koefisien termal ekspansi yang tinggi. Untuk memproduksi keramik alumina
diperlukan tahapan proses pembakaran/sintering pada suhu yang mendekati titik
leburnya, sehingga diperlukan energi yang cukup besar. Dengan menambahkan
3Al2O3.2SiO2 sebagai aditif maka suhu sintering keramik alumina dapat
ekspansi lebih rendah, kekuatan mekanik mendekati kekuatan alumina, dan memiliki
titik lebur yang lebih rendah dari alumina.
Dari hasil sintering diperoleh benda uji yang akan dikarakterisasi, meliputi:
" (densitas), " (porositas), " (kekuatan patah),
" (ekspansi termal). Berdasarkan hasil karakterisasi akan dibahas sejauh
mana pengaruh komposisi dan suhu sintering terhadap kualitas dari keramik Al2O3
yang diperoleh. Penelitian secara eksperimen telah dilakukan oleh Tarigan (2006).
Namun penelitian ini akan melakukan pegujian dengan simulasi pogram Matlab
untuk menghemat waktu dan biaya penelitian.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengamati pengaruh suhu sintering dan pengaruh penambahan aditif
terhadap sifat–sifat fisis dan sifat mekanik keramik alumina Al2O3
yang dihasilkan.
2. Mengetahui korelasi suhu sintering dan pengaruh penambahan aditif
terhadap sifat.sifat fisis dan sifat mekanik keramik (densitas,
porositas, kekerasan, kekuatan patah dan koefisien termal ekspansi) dengan
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini menghasilkan program komputer untuk analisis beberapa
karakteristik penambahan terhadap keramik alumina, namun dapat juga
digunakan untuk analisis karakteristik lainnya dengan melakukan pengubahan
beberapa bagian pemrograman. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan
untuk penelitian yang berkaitan dengan simulasi khususnya dengan menggunakan
program Matlab.
1.5 HIPOTESIS
Dengan analisis simulasi dapat diketahui pengaruh suhu pembakaran pada
variasi suhu sintering keramik, dan penambahan aditif , hasilnya akan
mendekati eksperimen dan dapat memberikan efek terhadap sifat fisis dan sifat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KERAMIK ALUMINA
Alumina adalah senyawa yang terdiri dari aluminium dan oksigen, sehingga
alumina disebut juga senyawa oksida logam. Senyawa alumina (Al2O3) bersifat
yang diantaranya adalah struktur α.Al2O3 dan γ −Al2O3. Bentuk struktur
lainnya adalah β – Al2O3 yang merupakan alumina tidak murni. Keramik alumina
yang sering digunakan umumnya mempunyai fasa korundum α – Al2O3 dan
merupakan bentuk struktur yang paling stabil pada suhu tinggi. Struktur dasar fasa
korundum adalah tumpukan padat heksagonal # " $ ! % HCP).
Kation (Al+3) menempati ⅔ bagian dari sisipan oktahedral sedangkan anion (O2. )
menempati HCP. Bilangan koordinasi dari struktur korundum adalah 6 maka tiap ion
Al+3 dikelilingi 6 ion O2. dan tiap ion O2. dikelilingi oleh 4 ion Al+3 untuk mencapai
muatan yang netral ( Worrall,1986). Struktur γ −Al2O3 menyerupai struktur dasar
" yaitu A3B6O12 atau AB2O4, A dan B masing – masing adalah kation valensi
Bentuk struktur kristal korundum ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Struktur γ −Al2O3 jika dinyatakan dalam bentuk formula " A3B6O12 maka
−
γ Al2O3 hanya memiliki 8 kation sedangkan " kationnya harus 9, dalam hal ini
−
γ Al2O3 kekurangan 1 kation dan hal ini merupakan bentuk cacat struktur (& ! !
!) pada kristal tersebut (Worrall, 1986). Alumina dapat diperoleh dari alam
sebagai mineral , yang mana mineral ini di jumpai di Sumatera dan
Kalimantan. Mineral "t mengandung Al2O3 sebanyak kurang lebih 70% sampai
80%, sisanya berupa pengotor berupa : SiO2, Fe2O3 dan TiO2. Untuk menperolehkan
alumina yang murni dengan kadar > 90%, maka mineral harus dimurnikan
dengan proses Bayer.
Struktur γ −Al2O3 merupakan senyawa alumina yang stabil pada suhu kurang
dari 1000oC dan pada umumnya lebih reaktif dibandingkan dengan struktur α.Al2O3.
−
γ Al2O3 yang terbentuk melalui penguraian Al(OH)3 dan AlOOH
dengan reaksi sebagai berikut ( Clifton , 2000):
Transformasi dari fasa γ → α pada suhu diatas 1000 oC menghasilkan struktur
berukuran mikro dengan derajat hubungan porositas yang tinggi. Perubahan
bentuknya termasuk & " dan bentuk α polimorfinya stabil dengan titik lebur
2050 oC.
Pada umumnya kemurnian Al2O3 cukup tinggi ( > 90%) sehingga dapat
digunakan sebagai bahan keramik tembus cahaya. Sifat . fisis dari keramik Al2O3
adalah sebagai berikut ( Gernot , 1988):
a) Densitas : 3, 96 x 103 kg/m3.
b) Kekerasan : 14700 Pa.
c) " ' = 350 MPa , dan Kuat Tekan : 230 MPa sampai 350 Mpa.
d) Koefisien Termal Ekspansi : 8.10.6 oC.1 sampai 9.10.6 oC.1
d) Konduktifitas Termal pada suhu kamar : 24 W / m oK sampai 26 W / m oK.
2.2 KUARSA (SIO2)
Mineral silika atau kuarsa merupakan salah satu komponen utama dalam
pembentukan badan keramik dan jumlahnya melimpah ruah di permukaan kulit bumi.
Bentuk umum fasa kristal silika (Worrall W.E, 1986) antara lain adalah
( ) dan " * Struktur silikat primer adalah tetrahedron SiO4, jadi setiap
satu atom silikon dikelilingi empat atom oksigen. Gaya – gaya yang mengikat atom
tetrahedral berasal dari ikatan ionik dan kovalen sehingga ikatan tetrahedral sangat
kuat. Skema perubahan struktur silika akibat perubahan suhu adalah sebagai berikut
(Worrall W.E, 1986):
Kuarsa yang berada dalam dua modifikasi adalah fasa rendah (α – kuarsa) dan
fasa tinggi (β – kuarsa). Pada suhu kurang dari 573 oC merupakan kuarsa fasa rendah
yang kemudian berubah menjadi fasa tinggi pada suhu 867 oC. Fasa yang stabil
mencapai tridimit pada suhu 1470oC. Kristobalit mempunyai jangkauan stabil suhu
lebur pada suhu 1730oC yang kemudian berubah menjadi cairan ( ( ). Sifat – sifat
fisik dari berbagai bentuk kuarsa diantaranya adalah :
Di samping itu silika memiliki sifat – sifat (Worrall, 1986):
a) Tidak plastis (elastisitasnya rendah)
b) Titik lebur tinggi sekitar 1728 oC
c) Kuat dan keras
2.3 KERAMIK 3AL2O3.2SIO2
Pada Gambar 2.2 di bawah ini ditunjukkan diagram fasa hubungan sistim biner
Al2O3 .2SiO2 (Chiang, 1977).
merupakan material gabungan dari dua macam oksida yaitu Al2O3 dan
SiO2 dengan formula 3Al2O3.2SiO2 (Montanaro, 1997). tidak dijumpai di
alam, tetapi merupakan material yang disintesis, dan kegunaannya cukup luas
dibidang material keramik.
Dari gambar diagram fasa tersebut di atas menunjukkan bahwa
memiliki komposisi sekitar 60% sampai 63% mole Al2O3 dan sekitar 37% sampai
40% mole SiO2, serta memiliki titik lebur sekitar 1840oC. sangat tahan suhu
tinggi sampai mendekati titik leburnya, serta memiliki densitas 3,16 x 103 kg/m3
sampai 3,22 x 103 kg/m3, koefisien termal ekspansi cukup rendah yaitu 4,5 x 10.6 oC.1
sampai 5,6 x 10.6 oC.1, tahan terhadap kejut suhu, dan tahan terhadap bahan kimia
(Montanaro,1997).
Kristobalit (SiO2 murni) mempunyai suatu fasa. Al2O3 dalam jumlah terbatas
sekali dapat membentuk larutan padat. Karena daya larut rendah sekali sehingga tidak
dapat digambarkan pada diagram fasa. Oleh karena itu terjadi fasa kedua (cairan)
dengan bertambahnya Al2O3. Daerah dua fasa ini mengandung kristobalit dan cairan.
Antara 4% Al2O3 (96% SiO2) dan 8% Al2O3 (92% SiO2) cairan dapat melarutkan
semua SiO2 dan Al2O3 yang ada sehingga hanya ada satu fasa. Diatas 8% Al2O3
(< 92% SiO2), batas daya larut Al2O3 dilampaui, sehingga terjadi pengendapan
padat. Kedua fasa, cairan dan saling berdampingan. Bila melebihi 8%
Al2O3, hanya ada sedikit . Bila ujung kanan daerah 2 fasa ini dicapai, cairan
tinggal sedikit sekali.
Jangkau larutan padat adalah dari 71% Al2O3 ( 29% SiO2 ) sampai 75%
Al2O3 (25% SiO2). Hanya satu fasa stabil di daerah ini karena dapat menampung
SiO2 dan Al2O3 yang ada. Menyusul daerah dua fasa dan korundum (Al2O3)
dan berakhir pada sisi kanan diagram fasa. Bila hanya mengandung Al2O3, fasa
2.4 KEGUNAAN KERAMIK ALUMINA
Keramik alumina kegunaannya sangat luas sekali yaitu digunakan dibidang
mekanik ( ! ", pelapis bagian dalam pompa ( ),
dibidang elektronik (bahan isolator listrik, substrat elektronik), dibidang refraktori
sebagai bahan tahan panas pada tungku pembakaran, dibidang medis sebagai
biomaterial yang inert tak berdaya (Gernot, 1988). Keramik dapat juga dibuat untuk
pemakaian bahan refraktori, yaitu untuk komponen pada tungku pembakaran
misalnya : bahan ' + , alas pembakaran, cawan pembakaran, dan lain.lain.
2.5 PEMBUATAN KERAMIK
Material keramik pada umumnya berupa senyawa polikristal yang proses
pembuatannya dapat dibagi menjadi tiga tahap (Chiang, 1977 ) yaitu :
1. Preparasi serbuk
2. Pembentukan
3. Pembakaran (sintering )
Parameter – parameter dalam proses pembuatan keramik tergantung pada jenis
keramik yang akan dibuat, bidang aplikasikasinya, dan sifat – sifat yang diharapkan.
Proses pembuatan keramik tradisionil memiliki parameter yang berbeda
dibandingkan dengan proses pembuatan keramik teknik. Pada proses pembuatan
keramik tradisionil hanya diperlukan bahan baku alam dengan tingkat kemurnian
bahan baku dengan tingkat kemurnian tinggi serta terkontrol agar diperoleh sifat–sifat
bahan yang sesuai dengan pengaplikasiannya.
2.5.1 Preparasi Serbuk
Pada proses preparasi serbuk beberapa faktor yang menentukan sifat produk
keramik adalah kemurnian bahan, homogenitas, dan kehalusan serbuk. Teknik
preparasi serbuk keramik dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu : konvensional,
kimia basah / larutan, dan preparasi dalam fasa gas (Gernot, 1988). Salah satu tehnik
yang diterapkan adalah tehnik konvensional, tehnik ini berupa pencampuran padatan–
padatan (" %" ) yang umumnya digunakan di industri – industri keramik.
Proses penghalusan dan homogenisasinya di lakukan dalam satu tahap dengan
menggunakan alat penggiling yaitu . Waktu penggilingan berpengaruh
terhadap tingkat homogenitas dan kehalusan serbuk (Read, 1988).
2.5.2 Proses Pembentukan
Ada beberapa cara proses pembentukan keramik tergantung bentuk dan ukuran
yang dikehendaki (Read, 1988), yaitu : cetak tekan ( "" ), ekstrusi, dan cetak
cor (" " ). Proses pembentukan keramik yang digunakan adalah dengan cara
cetak tekan ( "" ). Cara ini cocok digunakan untuk membuat bentuk yang
tebal dan sederhana. Dalam proses ini ditambahkan bahan pembantu seperti misalnya
Proses cetak tekan dilakukan dengan arah tekanan ke satu arah saja seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.3.
2.5.3 Proses Pembakaran ( )
Proses Sintering (Ristic, 1979, Randall, 1991) pada keramik adalah suatu proses
pemadatan / konsolidasi dari sekumpulan serbuk pada suhu tinggi yang mendekati
titik leburnya. Dengan melalui proses ini terjadi perubahan struktur mikro seperti
pengurangan jumlah pori dan ukuran pori, pertumbuhan butir ( ),
peningkatan densitas, dan penyusutan (" ) (Randall, 1991). Sintering
merupakan tahapan pembuatan keramik yang sangat penting dan sangat menentukan
sifat – sifat produk keramik. Faktor – faktor yang menentukan proses dan mekanisme
sintering antara lain adalah : jenis bahan, komposisi, bahan pengotornya, dan ukuran
partikel.
Proses sintering dapat berlangsung apabila (Ristic, 1989 dan Randall, 1991):
a. Adanya transfer materi diantara butiran yang disebut proses difusi.
b. Adanya sumber energi yang dapat mengaktifkan transfer materi, dengan
energi tersebut digunakan untuk menggerakkan butiran sehingga terjadi
kontak dan ikatan yang sempurna.
Energi yang menggerakkan proses sintering disebut gaya dorong ( & ! )
yang ada hubungannya dengan energi permukaan butiran (γ ). Gaya dorong tersebut
dapat diillustrasikan sebagai dua buah bola dengan ukuran yang sama saling kontak
dengan ukuran kontak x seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4. (Randall,1991).
Difusi Permukaan
Difusi melekat
Difusi Volume
Difusi batas butir X
Penguapan kondensasi
Proses perpindahan materi (difusi) selama proses sintering ditunjukkan pada
Gambar 2.4. Ada beberapa mekanisme difusi selama proses sintering (Randall,1991)
yaitu difusi volum, difusi permukaan, difusi batas butir, dan difusi secara penguapan
dan kondensasi seperti terlihat pada Gambar 2.5.
(1). Evavorasi kondensasi, (2).Difusi permukaan, (3).Difusi kisi permukaan, (4). Difusi batas butir, (5).
Difusi kisi pada batas butir (grain bonundary) dan (6) .Divusi volum.
Gambar 2.5 Mekanisme Perpindahan Materi Selama Sintering (William C,1991)
Tiap–tiap mekanisme difusi tersebut akan memberikan efek terhadap
perubahan sifat fisis bahan sintering antara lain perubahan densitas dan porositas,
penyusutan, dan pembesaran butir. Dengan adanya difusi tersebut maka akan terjadi
kontak antara partikel dan erjadi suatu ikatan yang kuat diantara partikel.partikel.
Disamping itu terjadi rekontruksi susunan partikel yang dapat menghilangkan atau
mengurangi pori –pori yang beradadiantara partikel.
Proses difusi yang berlangsung ada beberapa macam antara lain : difusi volum,
difusi permukaan, difusi kisi, dan kondensasi (William C,1991). Pada proses diusi
akan memberikan efek terhadap perubahan sifat.sifat fisis yaitu : perubahan densitas,
pengurangan pori dan penyusutan disebabkan karena adanya difusi volum dan difusi
batas butir.
Faktor – factor yang dapat mempercepat laju proses sintering antara lain :
ukuran partikel dan penggunaan aditif (Ristic, 1989). Untuk penggunaan partikel
yang lebih kecil maka proses sintering akan dapat berjalan lebih cepat dibandingkan
dengan penggunaan partikel yang lebih besar. Perubahan mikro struktur keramik
selama proses sintering, mulai dari bentuk serbuk hingga akhir sintering diperlihatkan
pada Gambar 2.6.
Melalui proses pencetakan terjadi penggabungan atau pengelompokan beberapa
butiran, tetapi butiran satu dengan yang lainnya belum terikat kuat. Ikatan antara
butiran akan menjadi kuat setelah proses sintering, dimana akan terjadi penyusutan
dimensi yang disertai pengurangan pori yang ada diantara butiran. Dengan demikian
material yang telah disintering akan menjadi semakin padat dan kuat (William, 1991).
Proses sintering keramik melalui beberapa tahapan, seperti ditunjukkan pada
gambar berikut ini ( Randall, 1991 ).
Adapun tahapan – tahapan pada proses sintering adalah :
a) Tahapan awal (Gambar 2.7.a) : Partikel.partikel keramik saling kontak satu
dan yang lainnya setelah proses pencetakan.
Gambar 2.7.a Tahap Awal Gambar 2.7.b Tahap Awal Sintering
Gambar 2.7.c Tahap Pertengahan Sintering Gambar 2.7.d Tahap Akhir Sintering
b) Tahapan awal sintering (Gambar 2.7.b) : Pada tahapan ini sintering mulai
berlangsung dan permukaan kontak kedua partikel semakin lebar.
Perubahan ukuran butiran dan pori belum terjadi.
c) Tahapan pertengahan sitering (Gambar 2.7.c) : Pori. pori pada batas butir
saling menyatu dan terjadi pembentukan kanal – kanal pori dan ukuran butir
mulai membesar.
d) Tahapan akhir sintering (Gambar 2.7.d) : Pada tahapan ini batas butir
bergerak dan terjadi pembesaran ukuran butiran sampai kanal – kanal pori
tertutup dan sekaligus terjadi penyusutan.
Peningkatan densitas dan penyusutan lebih banyak disebabkan oleh adanya
difusi volum dan difusi batas butir (Randall, 1991). Laju penyusutan dipengaruhi oleh
waktu dan suhu sintering.
Pengaruh suhu sintering terhadap perubahan densitas dan porositas saling
berlawanan. Apabila suhu sintering makin tinggi, maka kekuatan mekanik dan ukuran
butir makin besar sedangkan porositas dan sifat listriknya menurun. Densitas
merupakan ukuran kepadatan dari suatu material. Ada dua macam densitas (Randall,
1991) yaitu " dan densitas teoritis # " ,. Dalam hal ini yang
diukur adalah bulk density, merupakan densitas sampel yang berdasarkan volum
sampel termasuk dengan pori atau rongga.
2.6 KARAKTERISASI 2.6.1 Densitas dan Porositas
Bulk density untuk benda padatan yang besar dengan bentuk yang beraturan
pengukuran berat dan volumenya dilakukan dengan cara mengukur dimensinya.
Untuk benda yang bentuknya tidak beraturan maka " .nya ditentukan
dengan metode Archimedes yaitu dengan persamaan sebagai berikut :
HO
Porositas pada suatu material keramik dinyatakan dalam persen (%) rongga atau
fraksi volume dari suatu rongga yang ada di dalam material tersebut. Porositas
dinyatakan dalam persen yang menghubungkan antara volum pori terbuka terhadap
volum benda keseluruhan yang memenuhi persamaan berikut :
Keterangan :
P : porositas ( % )
ms : massa sampel kering (g)
mb : massa sampel direndam di dalam air (g)
mg : massa sampel di gantung dalam air (g)
mk : massa kawat penggantung (g)
2.6.2 Kekerasan
Kekerasan didefenisikan sebagai ketahanan bahan terhadap penetrasi atau
ketahanan terhadap deformasi dari permukaan bahan. Ada tiga tipe pengujian
terhadap ketahanan bahan yaitu ;
1.Cara lekukan # )
2.Pantulan ( )
3.Goresan ( "! ! )
Untuk pengujian kekerasan bahan dengan cara lekukan umumnya digunakan
adalah Brinell, Rockwell, dan Vickers. Dengan menggunakan alat Micro Hardness
Tester, dapat diukur kekerasan (- ! " "", Hv) suatu bahan dengan hubungan
sebagai berikut :
Hv = 1.81731 x 10B4 2
D P
Keterangan : P : beban yang diberikan (N)
D : panjang diagonal (m)
2.6.3 Kekuatan Patah ( )
Kekuatan patah dikenal juga sebagai " ' (MOR) yang
menyatakan ukuran ketahanan bahan terhadap tekanan mekanis dan tekanan panas
( " "") selama penggunaannya. Kekuatan patah ini berkaitan dengan
komposisi, struktur material, pori dan ukuran butir .
Ada dua cara pengujian untuk menentukan kekuatan patah material yang
berdasarkan titik tumpuan yaitu ; tiga titik tumpu (triple point bending) dan empat
titik tumpu ( ). Dalam hal ini dibatasi hanya pada pengujian tiga
titik tumpu ( ) saja.
Kekuatan patah suatu bahan berbentuk balok dihitung dengan cara
2.6.4 Koefisien Ekspansi Termal
Pada umumnya material bila dipanaskan atau didinginkan akan mengalami
perubahan panjang atau volume secara bolak.balik ( & " ) selama material
tersebut tidak mengalami kerusakan (distorsi) yang permanen.
Sifat ekspansi termal suatu bahan keramik sangat penting karena ada kaitannya
dengan aplikasi, pemilihan bahan untuk suatu proses pengglasiran keramik atau untuk
penyambungan (. ) keramik.
Perubahan panjang relatif terhadap panjang awal sampel yang berhubungan
dengan suhu ( T ) disebut sebagai koefisien ekspansi termal.
Koefisien ekspansi termal dapat ditentukan melalui persamaan sebagai berikut :
2.7 METODE KOMPUTASI
Dalam metode komputasi data – data eksperimen dapat diolah dengan bantuan
perangkat lunak PC (Personal Computer). Dalam persamaan untuk mendapatkan
sifat fisis dari bahan tidak dapat dilihat. Kendala–kendala tersebut menyebabkan
karakteristik suatu gejala fisis tidak dapat terungkap secara tuntas, hal ini tentunya
akan menyebabkan informasi dan akan mengganggu perkembangan ilmu fisika itu
sendiri (Zarlis, 2007a). Untuk itu perlu dibuat formulasi dalam bentuk bahasa
matematis. Hubungan suatu besaran fisis dalam sistim pada umumnya dapat
dinyatakan dalam bentuk model matematis (Sutejo, 2007).
Model matematis tersebut disusun secara deduktif berdasarkan hukum – hukum
alam yang telah teruji kebenarannya. Berdasarkan model matematis suatu sistim fisis
dapat diketahui karakteristik sistim fisis tersebut, dan melalui karakteristik sistim fisis
dapat diramalkan hal–hal yang akan terjadi bila sistim diberi suatu perlakuan tertentu.
Hukum–hukum fisika akan diformulasikan dalam bentuk model matematis, dengan
frinsip analogi linierisasi, simetri dan pendekatan sehingga model matematis tersebut
dapat dengan mudah diselesaikan secara analitis (Zarlis, 2007a). Berbagai persoalan
fisika bisa dinyatakan dalam bentuk matematis, terutama dalam bentuk persamaan
difrensial dan integral. Disamping itu, berbagai komputasi memerlukan vektor dan
matriks.
Dalam pembuatan simulasi pengaruh penambahan dan variasi suhu
sintering ini, digunakan perangkat lunak MATLAB sebab pada program MATLAB
terdapat perhitungan numerik berbasis vektor dan matriks. MATLAB adalah
singkatan dari MATrix LABoratory, suatu perangkat lunak matematis yang
menggunakan vektor dan matriks sebagai elemen data utama (Suarga dan M. Math,
dan penambahan aditif data yang dihasilkan dari percobaan di laboratorium di
analisis terutama untuk melihat apakah sesuai dengan kerangka teoritis yang telah
diketahui atau yang telah diuji coba. Dalam hal ini dipakai kerangka pencocokan
kurva.
Hasil percobaan di laboratorium yang telah dilaksanakan oleh Tarigan (2006)
memberikan 4 pasangan data (xi) untuk suhu, (yi) untuk parameter yang akan di ukur
pada masing–masing penambahan aditif . Secara teoritis hubungan x dan y
diberikan dalam bentuk suatu fungsi Y(x;{ai}), dimana {ai} adalah himpunan M
buah parameter yang menentukan bentuk fungsi. Untuk mencocokkan kurva apakah
setiap pasangan data (xi,yi) terletak pada kurva Y(x;{ai}) adalah mencari parameter
{ai} sedemikian rupa sehingga (xi,yi) berada pada atau sangat dekat dengan kurva
yang dibentuk dari fungsi Y(x;{ai}). Kurva yang paling baik adalah kurva yang
memiliki kesalahan pencocokan paling kecil. Besarnya penyimpangan ( )
pencocokan kurva dapat dihitung dalam bentuk persamaan (Suarga dan M.Math,
2007):
Ei =Y(xi; {ai}) – yi (2.6)
Besarnya dapat dijadikan sebagai kriteria dalam pemilihan kurva. Salah
satu teknik yang biasa digunakan untuk mendapatkan eror yang kecil, yaitu dengan
memilih {ai} sedemikian rupa sehingga kwadrat dari menjadi minimum
(Suarga dan M.Math,2007). Metode ini populer dengan nama " ( :
D = ∑ Ei2 = ∑ (Y(xi ; {ai}) – yi)
2 minimum
Jika fungsi hubungan berbentuk linier, atau
Syarat minimum dapat dicapai dengan persamaan ∂D/∂b =0; ∂D/∂a =0; atau
∂D/∂b = 2 ∑((a+ bX) – yi) xi = 0; (2.10)
juga sesuai dengan model regresi sederhana yang dipakai pada metode penelitian ini.
2.7.1 Matlab ( )
Matlab ( ) adalah sebuah program untuk analisis dan
komputasi numerik, merupakan suatu bahasa pemrograman matematika lanjutan yang
dibentuk dengan dasar pemikiran menggunakan sifat dan bentuk matriks. Matlab
merupakan perangkat lunak (" ) yang dikembangkan oleh TheMathWorks, Inc.
dan merupakan perangkat lunak yang paling efisien untuk perhitungan numerik
berbasis matriks. Dengan demikian, jika di dalam perhitungan, permasalahan dapat
diformulasikan ke bentuk format matriks, maka Matlab merupakan perangkat lunak
terbaik untuk penyelesaian numeriknya (Arhami, 2005).
Ketika Matlab dibuka untuk pertama sekali maka layar awal ( )
yang tampak adalah seperti Gambar 2.8 berikut :
Layar utama pada Matlab ada 4 yaitu :
a. Layar Perintah Matlab ( )
ini merupakan layar yang dibuka aktif pertama sekali setiap Matlab
dijalankan. Pada layar ini dapat dilakukan akses ke perintah (! ) yang ada
dengan mengetikkan barisan ekpresi, misalnya . Ciri layar ini adalah adanya
(>>) yang menyatakan bahwa Matlab siap menerima perintah.
b. Layar Editor ( )
(Gambar 2.10) ini merupakan l yang disediakan oleh Matlab versi
5 ke atas yang berfungsi sebagai "! . Window ini sering juga disebut
/ . Untuk mengakses window ini dapat dilakukan dengan :
1. Pilih , kemudian pilih 0 .
2. Pilih / , maka Matlab akan menampilkan .
Atau dapat juga dengan cara lain, pada ! , ketikkan : >> edit
lalu tekan maka layar editor akan ditampilkan.
c. Layar Gambar ( )
Gambar 2.10 ( TheMathWorks, Inc., 2004)
(Gambar 2.11) adalah visualisasi "! Matlab.
Namun Matlab memberikan kemudahan bagi untuk mengedit visualisasi
keluaran ( ) sekaligus dapat menjadi media masukan ( ) yang interaktif.
d. Layar Bantuan ( )
Selain yang dapat diakses melalui ! , informasi tersebut
dapat juga dilihat pada . Pada layar ini berisikan perintah yang
sangat berguna untuk mempelajari pemrograman Matlab, yaitu , yang membahas
konsep.konsep dasar tentang bahasa Matlab, misalnya " . Selain itu,
terdapat juga banyak program demonstrasi yang mengillustrasikan berbagai
kapabilitas Matlab, misalnya " ! ". Untuk hal ini dapat dilakukan
dengan perintah "*
ditunjukkan pada Gambar 2.12.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 BAHAN BAKU
Bahan – bahan yang digunakan antara lain : serbuk α – Al2O3 (E.Merck),
tepung kuarsa (SiO2), aquades. Pembuatan serbuk 2Al2O3.2SO2 melalui
reaksi padatan pada suhu tinggi 1300 derajat Celcius antara Al2O3 dengan SiO2
dengan perbandingan mole antara Al2O3 : SiO2 = 3 : 2 (Montanaro,1977). Tahapan
berikutnya pembuatan keramik Alumina dengan bahan baku α –Al2O3 E.Merck dan
ditambah dengan yang diperoleh dari tahap pertama. Persentase penambahan
bervariasi dari 0%, 10%, 15%, 20% dan 25%. Pencampuran bahan baku
dilakukan dengan menggunakan ball mill, media pencampuran digunakan air dan
dilakukan selama 24 jam, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 110 derajat
Celcius. Tepung yang dihasilkan dicetak dengan tekanan 5 ton, kemudian disinterring
menggunakan tunggku listrik dengan variasi suhu sintering : 1300oC, 1400oC, 1500oC
dan 1600oC dan pada masing.masing suhu tersebut ditahan selama 2 jam (Tarigan,
2006). Karakterisasi yang dilakukan adalah pengujian pada sampel yang telah
mengalami proses sintering dan parameter – parameter pengujian antara lain :
densitas, porositas, kuat patah, kekerasan Vickers, koefisien termal ekspansi, dimana
data – data diperoleh dari pengujian yang telah dilakukan oleh Tarigan (2006).
3.2 VARIABEL DAN PARAMETER
3.2.1 Variabel
Variabel yang diamati yaitu suhu sintering dan persentase .
3.2.2 Parameter
Para meter yang digunakan pada analisis ini meliputi : Densitas dan porositas,
kekerasan (- ! " ", Hv), kekuatan patah ( " ), koefisien
ekspansi termal.
3.2.3 Korelasi Temperatur terhadap Sifat–sifat Fisis Keramik
3.2.3.1. Korelasi Densitas terhadap Suhu
Dengan " " (Makridakis,1999) untuk mengetahui
hubungan antara dua variable, dapat ditentukan melalui metode persamaan linier.
Bentuk umum persamaan linier sederhana yang menunjukkan hubungan antara dua
variable yaitu : variable X sebagai & & yaitu suhu, dan variable Y
sebagai variabel tergantung ( & ) yaitu parameter yang diukur adalah sebagai
berikut :
Y = a + bX
Dimana a = intersep (titik potong kurva terhadap sumbu y
b = kemiringan (" ) kurva linier
Untuk memperoleh konstanta a dan b digunakan metode kuadrat terkecil
melalui persamaan " Y = a + bX dimana a dan b diperoleh dari
persamaan – persamaan normal (Spixgel, 1992) :
∑Y = a n + b ∑X
∑XY = a ∑X + b ∑X2
yang menghasilkan :
Hubungan densitas dengan naiknya suhu sintering dapat diperoleh dari
transformasi non linier menjadi fungsi linier (Makridakis, 1999) :
jika ruas kiri dan kanan dilogaritmakan maka diperoleh :
diperoleh
Dengan cara yang sama untuk sifat. sifat yang lain yaitu :
3.2.3.2 Korelasi Porositas terhadap Suhu
Hubungan porositas dengan naiknya suhu sintering dapat diperoleh dari
transformasi non linier menjadi fungsi linier (Makridakis,1999):
Bila diambil logaritma kedua ruas persamaan tersebut maka diperoleh :
3.2.3.3 Korelasi Kekerasan terhadap Suhu
Hubungan kekerasan dengan naiknya suhu sintering dapat diperoleh dari
transformasi non linier menjadi fungsi linier (Makridakis,1999) :
Bila diambil logaritma kedua persamaan tersebut maka diperoleh :
3.2.3.4 Korelasi Kekuatan Patah terhadap Suhu
Hubungan kekuatan patah dengan naiknya suhu sintering dapat diperoleh dari
transformasi non linier menjadi fungsi linier (Spyros Makridakis,1999) :
(3.11)
P = a T b (3.12)
Log P = log a + b log T (3.13)
Y = a + b X
HV = a T b (3.14)
Bila diambil logaritma kedua ruas persamaan tersebut maka diperoleh :
3.2.3.5 Korelasi Koefisien Ekspansi Termal terhadap Suhu
Hubungan densitas dengan naiknya suhu sintering dapat diperoleh dari
transformasi non linier menjadi fungsi linier (Makridakis, 1999) :
Bila diambil logaritma kedua ruas persamaan tersebut maka diperoleh :
Dalam persamaan untuk mendapatkan " " " " "
pengaruh suhu sebagai penentu sifat fisis dari bahan tidak dapat
dilihat.
Kendala – kendala tersebut menyebabkan karakteristik suatu gejala fisis tidak
dapat terungkap secara tuntas. Hal ini akan menyebabkan kekurangan informasi dan
akan mengganggu perkembangan ilmu fisika itu sendiri (Zarlis, 2007b). Untuk itu
perlu dibuat formulasi dalam bentuk bahasa matematis, dimana hubungan suatu
besaran fisis dalam sistim pada umumnya dapat dinyatakan dalam bentuk model
matematis (Bander, 1980).
Model matematis tersebut disusun secara deduktif berdasarkan hukum – hukum
alam yang telah teruji kebenarannya. Berdasarkan model matematis suatu sistim fisis
dapat diketahui karakteristik sistim fisis tersebut, dan melalui karakteristik sistim fisis
dapat diramalkan hal–hal yang akan terjadi bila sistim diberi suatu perlakuan tertentu.
log σf = log a + b log T (3.16)
α= a T b (3.17)
Hukum–hukum Fisika akan diformulasikan dalam bentuk model matematis,
dengan prinsip analogi linierisasi, simetri dan pendekatan sehingga model matematis
tersebut dapat dengan mudah diselesaikan secara analitis (Zarlis, 2007a ).
3. 3 METODE KOMPUTASI
Dalam metode komputasi, data – data eksperimen dapat diolah dengan bantuan
perangkat lunak PC ($ " ). Program simulasi yang akan dirancang
digunakan untuk menganalisa korelasi suhu sintering terhadap sifat mekanis Al2O3.
Proses perancangan program simulasi ini dibuat melalui langkah – langkah
berikut :
1. Identifikasi persoalan yang meliputi antara lain : masalah yang akan
disimulasi, input dan output yang diperlukan.
2. Membuat struktur cara penyelesaiannya
3. Memilih metode penyelesaian.
4. Membuat diagram alir (Flow chart).
5. Memilih bahasa pemograman yang akan digunakan dalam simulasi.
6. Menterjemah algoritma kedalam bahasa pemrograman.
7. Pengoperasian program.
3.4 ALGORITMA ANALISIS SIMULASI
Dalam merancang suatu program yang terstruktur dan terkendali dengan baik
perlu dilakukan perancangan algoritma dan diagram alir ( ! ) sehingga dapat
memperjelas langkah – langkah dalam membuat program secara utuh.
3.4.1 Algoritma Program Simulasi Densitas
Algoritma program simulasi untuk menentukan densitas adalah sebagai berikut:
1. ms : massa sampel kering ( g ).
2. mb : massa sampel direndam di dalam air ( g ).
3. mg : massa sampel digantung dalam air (g)
4. mk : massa kawat penggantung ( g ).
5. Densitas air = 1 g /cm3
6. suhu
PROSES
1. Kalkulasi densitas
2. Kalkulasi logaritma densitas
3. Kalkulasi logaritma suhu
4. Kalkulasi perkalian logaritma densitas dan logaritma suhu
5. Kalkulasi logaritma suhu kuadrat
6. Dilakukan perulangan untuk 5 data
8. Kalkulasi sigma logaritma suhu
9. Kalkulasi sigma perkalian logaritma densitas dan logaritma
suhu
10. Kalkulasi sigma logaritma suhu kuadrat
11. Kalkulasi kuadrat sigma logaritma suhu
12. Kalkulasi logaritma a
13. Kalkulasi anti logaritma a
14. Kalkulasi b
15. Kalkulasi densitas
1. Untuk memperoleh hasil, tekan Enter
2. Untuk memplot grafik ketik : plot(ρ,T) lalu tekan enter. Seperti
Gambar 3.5.1
3.4.2 Algoritma Program Simulasi Porositas
Algoritma program simulasi untuk menentukan porositas adalah sebagai
berikut:
1. ms : massa sampel kering ( g ).
2. mb : massa sampel direndam di dalam air ( g ).
3. mg : massa sampel digantung dalam air (g)
4. mk : massa kawat penggantung ( g ).
PROSES
1. Kalkulasi porositas.
2. Kalkulasi logaritma porositas.
3. Kalkulasi logaritma suhu.
4. Kalkulasi perkalian logaritma porositas dan logaritma suhu.
5. Kalkulasi logaritma suhu kuadrat.
6. Dilakukan perulangan untuk 5 data.
7. Kalklulasi sigma logaritma porositas.
8. Kalkulasi sigma logaritma suhu.
9. Kalkulasi sigma perkalian logaritma porositas dan logaritma suhu.
10.Kalkulasi sigma logaritma suhu kuadrat.
11.Kalkulasi kuadrat sigma logaritma suhu.
12.Kalkulasi logaritma a.
13.Kalkulasi anti logaritma a.
14.Kalkulasi b.
15.Kalkulasi porositas.
1. Untuk memperoleh hasil, tekan Enter
3.4.3 Algoritma Program Simulasi Kekerasan
Algoritma program simulasi untuk menentukan kekerasan adalah sebagai
berikut:
1. P : beban yang diberikan (kgf).
2. D : panjang diagonal (mm).
3. suhu
PROSES
1. Kalkulasi kekerasan.
2. Kalkulasi logaritma kekerasan.
3. Kalkulasi logaritma suhu.
4. Kalkulasi perkalian logaritma kekerasan dan logaritma suhu.
5. Kalkulasi logaritma suhu kuadrat.
6. Dilakukan perulangan untuk 5 data.
7. Kalklulasi sigma logaritma kekerasan.
8. Kalkulasi sigma logaritma suhu.
9. Kalkulasi sigma perkalian logaritma kekerasan dan logaritma suhu.
10.Kalkulasi sigma logaritma suhu kuadrat.
11.Kalkulasi kuadrat sigma logaritma suhu.
12.Kalkulasi logaritma a.
13.Kalkulasi anti logaritma a.
1. Untuk memperoleh hasil, tekan Enter
2. Untuk memplot grafik ketik : plot(Hv, T) lalu tekan enter.
3.4.4 Algoritma Program Simulasi Kekuatan Patah
Algoritma program simulasi untuk menentukan kekuatan patah adalah sebagai
berikut :
1. P : gaya pada puncak beban (N).
2. L : jarak antara tumpuan (cm).
3. b : lebar benda uji (cm).
4. h : tinggi benda uji (cm).
5. suhu
PROSES
1. Kalkulasi porositas.
2. Kalkulasi logaritma kekuatan patah.
3. Kalkulasi logaritma suhu.
4. Kalkulasi perkalian logaritma kekuatan patah dan logaritma suhu.
5. Kalkulasi logaritma suhu kuadrat.
6. Dilakukan perulangan untuk 5 data.
8. Kalkulasi sigma logaritma suhu.
9. Kalkulasi sigma perkalian logaritma kekuatan patah dan logaritma
suhu.
10.Kalkulasi sigma logaritma suhu kuadrat.
11.Kalkulasi kuadrat sigma logaritma suhu.
12.Kalkulasi logaritma a.
13.Kalkulasi anti logaritma a.
14.Kalkulasi b.
15.Kalkulasi kekuatan patah.
1. Untuk memperoleh hasil, tekan Enter
2. Untuk memplot grafik ketik : plot(σ,T) lalu tekan enter.
3.4.5 Algoritma Program Simulasi Koefisien Ekspansi Termal
Algoritma program simulasi untuk menentukan koefisien ekspansi termal
adalah sebagai berikut :
1. ms : massa sampel kering ( g ).
2. mb : massa sampel direndam di dalam air ( g ).
3. mg : massa sampel di gantung dalam air (g)
4. mk : massa kawat penggantung ( g ).
PROSES
1. Kalkulasi porositas.
2. Kalkulasi logaritma koefisien ekspansi termal.
3. Kalkulasi logaritma suhu.
4. Kalkulasi perkalian logaritma koefisien ekspansi termal dan
logaritma suhu.
5. Kalkulasi logaritma suhu kuadrat.
6. Dilakukan perulangan untuk 5 data.
7. Kalklulasi sigma logaritma koefisien ekspansi termal.
8. Kalkulasi sigma logaritma suhu.
9. Kalkulasi sigma perkalian logaritma koefisien ekspansi termal dan
logaritma suhu.
10.Kalkulasi sigma logaritma suhu kuadrat.
11.Kalkulasi kuadrat sigma logaritma suhu.
12.Kalkulasi logaritma a.
13.Kalkulasi anti logaritma a.
14.Kalkulasi b.
15.Kalkulasi koefisien ekspansi termal.
1. Untuk memperoleh hasil,tekan Enter
3.5 Flowchart
Diagram alir ( ! ) adalah pernyataan visual atau grafis suatu algoritma.
Diagram alir menggunakan deretan dan anak panah, yang masing.masing
menyatakan operasi atau langkah tertentu dalam algoritma (Chapra, 1994), misalnya :
a. : Menyatakan awal atau akhir proses ( ).
b. : Menyatakan keputusan alternatif ( ! " ).
c. : Menyatakan perhitungan atau manipulasi data ( ! "").
d. dan lain.lain
Diagram alir dibuat dengan dasar penjelasan sebagai berikut : Mulai (" )
dengan koneksi konstanta c dan b. Karena c dan b masih sama dengan 0 (nol) maka
penghitungan akan dilakukan dengan memasukkan jumlah data ( 12/ ), data
eksperimen dan rumus. Inisialisasi digunakan untuk menghitung total. Perulangan
dilakukan sebanyak jumlah data. Setelah penghitungan total selesai, koefisien
korelasi b dan c dihitung dengan rumus yang telah dimasukkan. Setelah b dan c telah
dihitung, buka kembali koneksi. Karena c dan b tidak lagi sama dengan 0 (nol) maka
penghitungan numerik dapat dilakukan dengan memasukkan jumlah data ( 12/ ),
rumus dan nilai suhu sintering masing.masing data. Setelah perulangan selesai,
selanjutnya tutup koneksi. Diagram alir untuk densitas ( " ), porositas
( " ), kekerasan ( ""), kekuatan patah ( " ), dan koefisien
ekspansi termal ( " ! ! ) ditunjukkan pada Gambar 3.1
! "
]
* '
* '
4 %
Gambar 3.5 Flowchart Korelasi Koefisien Ekspansi Termal terhadap Suhu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 ANALISIS SIMULASI DENSITAS TERHADAP SUHU SINTERING
Tabel 4.1 berisikan data.data nilai densitas dari sampel yang telah disintering
pada berbagai suhu.
NILAI DENSITAS PADA PENAMBAHAN MULLIT
0% 10% 15% 20% 25%
Kurva hubungan densitas dan suhu sintering pada berbagai penambahan aditif
dapat diperlihatkan pada Gambar 4.1. (sampel 0% dan 10% ),
Gambar 4.2. (sampel 15% dan 20% ), Gambar 4.3.(sampel 20%
dan 25% ).
Gambar 4.1 menunjukkan grafik korelasi antara densitas terhadap suhu
sintering untuk penambahan 0% dan 10% .
Dari grafik terlihat bahwa antara densitas terhadap suhu sintering,semakin
tinggi suhu sintering maka nilai densitasnya cenderung meningkat. Hal ini sesuai
dengan proses sintering, terjadi proses pemadatan. Selama proses sintering, energi
berupa panas menyebabkan terjadinya proses difusi antara butiran yang menghasilkan
pertumbuhan butir dan eliminasi pori–pori yang ada diantara butiran. Hal ini
menyebabkan terjadi proses pemadatan yang disertai penyusutan volum.
1200 1250 1300 1350 1400 1450 1500 1550 1600 1650
2.2
Grafik Densitas vs Suhu sintering
Suhu sintering,0C
Dari Gambar 4.1 dapat dibedakan nilai dari densitas sebelum penambahan
aditif dan sesudah penambahan 10% aditif . Pada suhu 1200 0C
diperoleh nilai densitas sebelum penambahan sama dengan 2,2819 g/cm3dan
sesudah penambahan 10% mullit sama dengan 2,6795 g/cm3. Pada suhu 1250 0C
sebelum penambahan densitasnya sama dengan 2,3941 g/cm3, dan sesudah
penambahan 10% densitasnya menjadi 2,7760 g/cm3. Pada suhu 1300 0C
sebelum penambahan densitasnya sama dengan 2,5072 g/cm3 dan sesudah
penambahan 10% densitasnya menjadi 2.8721 g/cm3. Pada suhu 1350 0C
sebelum penambahan densitasnya sama dengan 2,6209 g/cm3 dan sesudah
penambahan 10% densitasnya menjadi 2,9676 g/cm3. Pada suhu 1400 0C
sebelum penambahan densitasnya sama dengan 2,7355 g/cm3 dan sesudah
penambahan 10% densitasnya menjadi 3,0627 g/cm3. Pada suhu 1450 0C
sebelum penambahan densitasnya sama dengan 2,8507 g/cm3 dan sesudah
penambahan 10% densitasnya menjadi 3,1573 g/cm3. Pada suhu 1500 0C
sebelum penambahan sama dengan 2,9667 g/cm3 dan sesudah penambahan
10% densitasnya menjadi 3,2515 g/cm3. Pada suhu 1550 0C sebelum
penambahan densitasnya sama dengan 3,0833 g/cm3 dan sesudah
penambahan 10% densitasnya menjadi 3,3453 g/cm3. Pada suhu 1600 0C
sebelum penambahan densitasnya sama dengan 3,2007 g/cm3 dan sesudah
sebelum penambahan densitasnya sama dengan 3,3186 g/cm3 dan sesudah
penambahan 10% densitasnya menjadi 3,5317 g/cm3. Gambar 4.2
menunjukkan grafik korelasi antara densitas terhadap suhu sintering untuk
penambahan 15% aditf dan 20% aditif . Dari grafik terlihat bahwa
antara densitas terhadap suhu sintering, semakin tinggi suhu sintering maka nilai
densitasnya cenderung meningkat.
1200 1250 1300 1350 1400 1450 1500 1550 1600 1650
2.6
Grafik Densitas vs Suhu sintering
Suhu sintering,0C
Dari Gambar 4.2, diperoleh nilai densitas untuk 15% dan 20% mullit.
Gambar 4.3. memperlihatkan hubungan densitas dan suhu sintering pada
penambahan 25% aditif pada suhu ; 1200 0C : 2,7154 g/cm3; 1250 0C :
2,8227 g/cm3; 1300 0C : 2,9298 g/cm3; 1350 0C : 3,0367 g/cm3
; 1400 0C :
1200 1250 1300 1350 1400 1450 1500 1550 1600 1650
2.6
Grafik Densitas vs Suhu sintering
Suhu sintering,0C
3,1434g/cm3; 1450 0C : 3,2499 g/cm3; 1500 0C : 3,3562 g/cm3; 1550 0C : 3,4624
g/cm3; 1600 0C : 3,5683 g/cm3; 1650 0C : 3,6741 g/cm3. Dengan demikian
simulasi dapat membantu untuk memperlihatkan nilai densitas yang diinginkan pada
suhu dan penambahan aditif yang sesuai .
4.2 ANALISIS SIMULASI POROSITAS TERHADAP SUHU SINTERING
Tabel 4.2 menunjukkan data.data nilai porositas dari sampel yang telah
disintering pada berbagai suhu.
POROSITAS PADA PENAMBAHAN
Hasil analisis porositas diperlihatkan pada Gambar 4.4 (sampel 0%
dan 10% ), Gambar 4.5 (sampel 15% dan 20% ), Gambar 4.6
(sampel 20% dan 25% ).
Gambar 4.4 menunjukkan grafik korelasi antara porositas terhadap suhu sintering
untuk sampel 0% dan 10% .
Berdasarkan kurva hubungan porositas terhadap suhu sintering, terlihat bahwa
semakin tinggi suhu sintering maka nilai porositasnya semakin kecil. Dari Gambar
4.4, didapat nilai porositas alumina tanpa penambahan pada suhu suhu 1200
0C : 60,66%, suhu 1250 0C : 57,67%, suhu 1300 0C : 54,93%, suhu 1350 0C :
Gambar 4.4 Simulasi Porositas.Suhu Sintering Alumina + 0.10 %
1200 1250 1300 1350 1400 1450 1500 1550 1600 1650
15
Grafik Porositas vs Suhu sintering
52,42%, suhu 1400 0C : 50,11%, suhu 1450 0C : 47,98%, suhu 1500 0C : 46,01%,
Gambar 4.5 Simulasi Porositas.Suhu Sintering Alumina + 15.20 %
12000 1250 1300 1350 1400 1450 1500 1550 1600 1650
20
Grafik Porositas vs Suhu sintering
Gambar 4.5. Grafik korelasi antara porositas terhadap suhub sintering untuk
127,1%. Angka menunjukkan bahwa proses sintering belum terlaksana. Suhu 1250
0
C : 59,55%, suhu 1300 0C :28,74%, suhu 1350 0C : 14,25%,suhu 1400 0C:
7,252 %, suhu1450 0C : 3,779%, suhu 1500 0C : 2,013%, suhu 1550 0C :
1,095%, suhu 1600 0C : 0,607%, suhu 1650 0C : 0,343%.
Gambar 4.6 menunjukkan grafik korelasi antara porositas terhadap suhub
sintering untuk sampel 20% dan 25% *
Gambar 4.6 Simulasi Porositas.Suhu Sintering Alumina + 20.25 %
12000 1250 1300 1350 1400 1450 1500 1550 1600 1650
20
Grafik Porositas vs Suhu sintering
Nilai porositas untuk sampel 25% pada suhu ; 1200 0C : 70,80%, suhu
1250 0C : 36,12%, suhu 1300 0C : 18,93%, suhu 1350 0C : 10,16%, suhu 1400 0C
: 5,579%, suhu 1450 0C : 3,129%, suhu 1500 0C : 1,789%, suhu 1550 0C :
1,042%, suhu 1600 0C : 0,618%, suhu 1650 0C : 0,372%. Menurunnya porositas
tejadi karena pengurangan pori yang semakin banyak, yang disebabkan oleh energi
luar berupa panas mengaktifkan proses difusi antara butiran,sehinga terjadi
pertumbuhan butir dan pengeluaran pori–pori yang ada di antara butiran. Untuk
alumina yang tanpa aditif yang disintering sampai 1600 oC,belum mengalami proses
sintering sempurna, ini terlihat dari nilai porositasnya 42,47% yang berarti masih
banyak rongga pada alumina. Seharusnya porositas sudah mendekati nol persen.
Dengan penambahan aditif 20% sampai 25% dan disintering 1600oC
porositasnya sekitar 0.6% dan sudah mendekati 0%. Halini terjadi karena pada suhu
1600oC sudah mendekati titik sinteringnya, sebagian sudah melebur dan
mengikat butiran alumina serta mengisi rongga – rongga kosong (pori). Proses inilah
yang membuat pemadatan sehingga densitas semakin besar dan porositas semakin
4.3 ANALISIS SIMULASI KORELASI KEKERASAN TERHADAP SUHU
Tabel 4.3 menunjukkan data nilai kekerasan dari sampel yang telah disintering
pada berbagai suhu.
KEKERASAN PADA PENAMBAHAN
Hasil analisis simulasi kekerasan Vickers terhadap suhu sintering diperlihatkan pada
Gambar 4.7 ( kekerasan dengan tidak ditambah dan kekerasan pada
penambahan 10% ), Gambar 4.8 (kekerasan dengan penambahan 15%
dan kekerasan dengan penambahan 20% ), Gambar 4.9 (kekerasan dengan
penambahan 20% dan kekerasan dengan penambahan 25% ).
Nilai kekerasan Vickers terhadap peningkatan suhu sintering condong naik,
karena pada saat sintering berlangsung terjadi pemadatan yang menyebabkan ikatan
20% sampai dengan 25% dan disintering pada suhu 1600oC memiliki
kekerasan Vickers 1425,75 kgf/mm2 sampai dengan 1464,79 kgf/mm2. Sedangkan
idealnya untuk keramik alumina murni memiliki kekerasan Vickers sekitar 1500
kgf/mm2 sampai dengan 1800 kgf/mm2, hasil yang diperoleh pada kondisi tersebut
sudah hampir mandekati sifat mekanik dari Alumina.
Gambar 4.7 menunjukkan grafik korelasi kekerasan terhadap suhu sintering
untuk aditif 0% dan aditif 10% .
Gambar 4.7 Simulasi Kekerasan.Suhu Sintering Alumina + 0 dan 10 %
1200 1250 1300 1350 1400 1450 1500 1550 1600 1650
700
Grafik Kekerasan vs Suhu sintering
Dari grafik terlihat semakin tinggi suhu sintering maka sampel semakin keras.
Dari Gambar 4.7 didapatkan nilai kekerasan untuk alumina tanpa penambahan
pada suhu :1200 0C : 735,50MPa, suhu 1250 0C : 765,62MPa, suhu 1300 0C :
795,71MPa, suhu 1350 0C : 825,79MPa, suhu 1400 0C : 855,85MPa, suhu 1450 0C :
885,89MPa, suhu 1500 0C : 915,91MPa, suhu 1550 0C : 945,92MPa, suhu 1600 0C
: 975,91MPa, suhu 1650 0C : 1005,8MPa.
Gambar 4.8 merupakan grafik korelasi kekerasan terhadap suhu sintering untuk
sampel 15% dan 20% .
Gambar 4.8 Simulasi Kekerasan.Suhu Sintering Alumina + 15.20 %
1200 1250 1300 1350 1400 1450 1500 1550 1600 1650
800
Grafik Kekerasan vs Suhu sintering