• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 MERAKSAAJI TULANGBAWANG LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 MERAKSAAJI TULANGBAWANG LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKILL BY THINK TALK WRITE LEARNING STRATEGY ON THE

STUDENTS GRADE X-1 SMA NEGERI 1 MERAKSAAJI TULANGBAWANG LAMPUNG

IN THE ACADEMIC YEAR 2014/2015

Writing is an activity pouring idea/ideas through graphic depiction emblem not only understood by the author, but also can be understood by others as form of indirect communication. The fact that the ability of students is very low, especially in learning to write descriptive paragraph. The purpose of this research is to repair planning, done, velue, and result of writing descriptive paragraph skill by think talk write learning strategy on the students grade X-1 of SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung in the academic year 2014/2015.

The method used in this research is qualitative descriptive through classroom action research done in three cycle. The subject of research is students grade X-1 SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung in the academic year 2014/2015 and object of research is the application of think talk write strategy in learning of writing a descriptive paragraph. The source of the data in this research include observation, interviews, test, and documents. Test the validity of the data using the triangular methods and data source. Data analysis techniques used in this research is comparative descriptive technique and critical analysis.

This research is able to increase student’s skills in writing a descriptive paragraph. The skill improvement of student’s descriptive paragraph writing is able to seen on every cycle. On first cycle is 46,67%, on second cycle is 66,67%, and on third cycle is 93,33%. The skill improvement of students’ descriptive text paragraph writing is designated by the get of students’ score which measure through five main aspect to be criteria valuation, some of the them (a) the completeness content of descriptive; (b) consecutive explain (sequence content so that easy understand); (c) the using of language ( short and clear ); (d) vocabulary application is language appropriate; and (e) appropriateness use of spelling in writing a descriptive. The liveliness improvement of students is reflected from the activity during (a) thinking (b) talking (c) writing. The percentage of student’s liveliness on the first cycle is 56,67%, second cycle is 70,00%, and third cycle is 93,33%. According to the above result, it is able to concluded that the application of think talk write learning strategy can improve the activeness and the skill of students’ descriptive paragraph writing.

(2)

DESKRIPTIF DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1

MERAKSAAJI TULANGBAWANG LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh Ari Prayogi

Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau gagasan melalui pelukisan lambang grafis yang tidak hanya dimengerti oleh penulis, melainkan juga dapat dipahami oleh orang lain sebagai bentuk komunikasi tidak langsung. Faktanya kemampuan siswa sangatlah rendah, terutama dalam pembelajaran menulis paragraf deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan hasil keterampilan menulis paragraf deskriptif dengan strategi pembelajaran think talk write pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitataif melalui penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung tahun pelajaran 2014/2015. Sumber data dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Uji validitas data menggunakan teknik triangulasi metode dan sumber data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif komparatif dan analisis kritis.

Penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan menulis paragraf deskriptif siswa. Peningkatan keterampilan menulis paragraf deskriptif siswa dapat dilihat pada setiap siklusnya. Pada siklus I ketuntasan siswa sebesar 46,67%, pada siklus II sebesar 66,67%, dan pada siklus III sebesar 93,33%. Peningkatan keterampilan menulis paragraf deskriptif siswa ditandai dengan pemerolehan nilai siswa yang diukur berdasarkan aspek-aspek penilaian, diantaranya (a) kelengkapan isi deskriptif; (b) keruntutan pemaparan (isi urut sehingga mudah dipahami); (c) penggunaan bahasa (singkat dan jelas); (d) kosa kata yang digunakan bahasa yang tepat; dan (e) ketepatan penggunaan ejaan dalam menulis deskriptif. Peningkatan keaktifan siswa terefleksi dari kegiatan selama (a) berpikir (think), (b) berbicara (talk), (c) menulis (write). Persentase keaktifan siswa pada siklus I adalah 56,67%, siklus II adalah 70,00%, sedangkan pada siklus III adalah 93,33%. Sesuai dengan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran think talk write dapat meningkatkan keterampilan menulis paragraf deskriptif siswa.

(3)

DESKRIPTIF DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1

MERAKSAAJI TULANGBAWANG LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

Ari Prayogi

Tesis

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

1.

Tidak ada sesuatu yang mudah, dan tidak ada sesuatu yang sulit.

2.

Belajarlah dari perjalanan hidup kupu-kupu, berubah menjadi lebih

baik, agar berguna dan bernilai.

(8)

Kupersembahkan karya ini sebagai salah satu wujud pengabdian cinta, kasih sayang dan terima kasihku kepada

1. Istriku tercinta Nurhayati, S.Pd., kaulah semangatku.

2. Anakku tersayang Revsi Fatika Konita Dini Prayogi, kaulah mutiara yang melengkapi kebahagiaanku.

3. Ibundaku Marsini dan Ayahandaku Trubus Marto Dikromo, yang telah mengasuh, membimbing, dan mendidikku dengan penuh cinta dan kasih sayang sehingga aku mampu menjadi seperti sekarang ini.

(9)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT., atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif dengan Strategi

Pembelajaran Think Talk Write pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015” guna memenuhi

persyaratan mendapat gelar Magister Pendidikan pada Program Studi S-2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas Lampung.

Penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Sugeng Hariyanto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di Program Pascasarjana Universitas Lampung;

2. Prof. Dr. Sujarwo, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung;

3. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

(10)

Indonesia Universitas Lampung yang telah memberikan persetujuan dalam tesis ini;

6. Dr. Wini Tarmini, M.Hum., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan juga arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan lancar;

7. Dr. Siti Samhati, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan saran, arahan, dan memotivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini;

8. Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku Sekretaris Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan penelitian;

9. Bapak dan Ibu dosen Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, bimbingan, arahan, dan motivasi selama perkuliahan;

10. Danial Anwar, S.Pd., M.M., selaku kepala SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangawang Lampung yang telah memberikan kesempatan, semangat selama mengajar dan menempuh pendidikan di Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung, serta telah menjadi kolaborator, yang telah memberikan arahan, saran, dan motivasi dalam menyelesaikan penelitian;

(11)

melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk menyelesaikan perkuliahan dan tesis;

13. Siswa-siswi kelas X-1 SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangawang Lampung, yang telah berpartisipasi sebagai subjek penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian;

14. Istriku Nurhayati, S.Pd., tercinta dan anakku tersayang Revsi Fatika Konita Dini Prayogi yang dengan tulus hati telah memberi motivasi, dukungan dan kekuatan moral dalam penyelesaian tesis ini.

15. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan angkatan 2013 Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung, atas kerja sama, saran, kritik, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi dan tesis.

Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca dan menambah hasanah keilmuan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Bandarlampung, 7 Januari 2015 Penulis,

Ari Prayogi

(12)

Halaman

ABSTRAK...i

ABSTRACT...ii

HALAMAN JUDUL...iii

HALAMAN PERSETUJUAN...iv

HALAMAN PENGESAHAN...v

LEMBAR PERNYATAAN...vi

RIWAYAT HIDUP...vii

MOTO...xiii

PERSEMBAHAN...ix

SANWACANA... x

DAFTAR ISI...xiii

DAFTAR TABEL...xvii

DAFTAR GAMBAR...xix

DAFTAR LAMPIRAN...xx

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Rumusan Masalah...7

1.3 Tujuan Penelitian...8

1.4 Manfaat Hasil Penelitian...9

1.4.1Manfaat Teoritis...9

1.4.2Manfaat Praktis...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterampilan Menulis...11

2.1.1 Definisi Keterampilan...11

2.1.2 Pengertian Menulis...12

2.1.3 Tahap-Tahap Menulis...14

2.1.4 Jenis-Jenis Tulisan...17

(13)

2.1.4.4 Argumentatif...22

2.2.2.3 Paragraf Deskriptif Watak atau Tingkah Perbuatan...29

2.2.2.4 Paragraf Deskriptif Gagasan-Gagasan Tokoh...30

2.3.3 Keaktifan dalam Proses Pembelajaran...41

2.3.3.1 Keaktifan Siswa dalam Mengikuti Proses Pembelajaran...41

2.3.3.2 Penilaian Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran Menulis Paragraf Deskriptif...43

2.4Strategi Pembelajaran...46

2.4.1 Hakikat Strategi Pembelajaran Think Talk Write...46

2.4.2 Strategi Pembelajaran Think Talk Write...48

2.4.2.1 Think (berpikir)...49

2.4.2.2 Talk (berbicara)...50

2.4.2.3 Write (menulis)...51

2.4.3 Kelebiahan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Think Talk Write...53

2.4.3.1 Kelebihan Strategi Pembelajaran Think Talk Write...53

2.4.3.2 Kekurangan Strategi Pembelajaran Think Talk Write...55

2.5Kerangka Berpikir...56

2.6Hipotesis Tindakan...59

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian...60

3.2 Subjek dan Objek Penelitian...60

3.3 Data dan Sumber Data...61

3.4 Teknik Pengumpulan Data...61

3.4.1 Observasi...62

3.4.2 Wawancara ...62

(14)

3.6 Uji Validitas Data...64

3.7 Analisis Data...65

3.8 Indikator Keberhasilan Tindakan...66

3.9 Penilaian Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif...68

3.10Prosedur Penelitian...70

3.10.1 Tahap Perencanaan atau Planning...71

3.10.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan atau Acting...72

3.10.3 Tahap Pengamatan atau Observing...74

3.10.4 Tahap Refleksi atau Reflecting...77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah SMA Negeri Meraksaaji Tulangbawang Lampung...78

4.2 Profil, Visi, dan Misi SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung...80

4.2.1 Profil SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung...80

4.2.2 Visi SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung...81

4.2.3 Misi SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung...81

4.3 Keadaan Guru dan Siswa SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung...82

4.4 Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung...83

4.5 Hasil Penelitian...84

4.5.1 Siklus I...85

4.5.1.1Perencanaan Tindakan Siklus I...85

4.5.1.2Pelaksanaan Tindakan Siklus I...87

4.5.1.3Observasi dan Interpretasi pada Siklus I...95

4.5.1.4Sistem Penilaian Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif...100

4.5.1.5Analisis dan Refleksi Tindakan I...105

4.5.2 Siklus II...110

4.5.2.1Perencanaan Tindakan Siklus II...110

4.5.2.2Pelaksanaan Tindakan Siklus II...113

4.5.2.3Observasi dan Interpretasi pada Siklus II...119

4.5.2.4Sistem Penilaian Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif...125

4.5.2.5Analisis dan Refleksi Tindakan II...131

4.5.3 Siklus III...134

4.5.3.1Perencanaan Tindakan Siklus III...134

4.5.3.2Pelaksanaan Tindakan Siklus III...136

(15)

4.5.3.5Analisis dan Refleksi Tindakan III...152

4.6 Pembahasan...160

4.6.1 Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran Menulis Paragraf Deskriptif...162

4.6.1.1Keaktifan Siswa Selama Kegiatan Berpikir (think)...162

4.6.1.2Keaktifan Siswa Selama Kegiatan Berbicara (talk)...165

4.6.1.3Keaktifan Siswa Selama Kegiatan Menulis (Write)...168

4.6.2 Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa...170

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan...183

(16)

Gambar 1. Kerangka Berpikir...58 Gambar 2. Desain PTK Model Suharsimi Arikunto...71 Gambar 3. Histogram Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar dari Pratindakan

hingga Siklus I...100 Gambar 4. Histogram Peningkatan Aspek Menulis Paragraf Deskriptif dari

Prasiklus hingga Siklus I...104 Gambar 5. Histogram Peningkatan Hasil Belajar dari Siklus I hingga

Siklus II...125 Gambar 6. Histogram Peningkatan Aspek Menulis Paragraf Deskriptif dari

Prasiklus hingga Siklus II...129 Gambar 7. Histogram Peningkatan Ketuntasan Hasil Keterampilan Menulis

Paragraf Deskriptif dari Siklus II hingga Siklus III...146 Gambar 8. Histogram Peningkatan Aspek Menulis Paragraf Deskriptif dari

Prasiklus hingga Siklus III...150 Gambar 9. Histogram Rekapitulasi Peningkatan Nilai Keaktifan Siswa dalam

Proses Pembelajaran Menulis Paragraf Deskriptif...154 Gambar 10.Histogram Rekapitulasi Peningkatan Hasil Keterampilan Menulis

Paragraf Deskriptif dari Prasiklus hingga Siklus III...156 Gambar 11.Histogram Pencapaian Nilai Tertinggi, Nilai Terendah dan Nilai

Rata-Rata Keaktifan Siswa dari Siklus I hingga Siklus III...157 Gambar 12.Histogram Pencapaian Nilai Tertinggi, Nilai Terendah dan Nilai

(17)
(18)

i

Lampiran 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia SMA/MA Kelas X...191 Lampiran 2. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X...192 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Menulis Paragraf

Deskriptif Siklus I ...194 Lampiran 4. Materi Pembelajaran Menulis Paragraf Deskriptif ...203 Lampiran 5. Catatan Lapangan Hasil Observasi pada Siklus I...211 Lampiran 6. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas X-1

SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada Siklus I...218 Lampiran 7. Penilaian Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran Menulis

Paragraf Deskriptif pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1

Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada Siklus I...233 Lampiran 8. Nilai Keterampilan Siswa dalam Proses Pembelajaran Menulis

Paragraf Deskriptif pada Siklus I...236 Lampiran 9. Nilai Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas X-1

SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada

Prasiklus...237 Lampiran 10. Nilai Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas X-1

SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada Siklus I...238 Lampiran 11. Hasil Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas X-1

SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada

Prasiklus...239 Lampiran 12. Hasil Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas X-1

SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada Siklus I...243 Lampiran 13. Hasil Penilaian Menulis Paragraf Deskriptif...244 Lampiran 14. Hasil Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas X-1

(19)

ii

SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada Siklus I...247 Lampiran 17. Hasil Penilaian Menulis Paragraf Deskriptif...248 Lampiran 18. Hasil Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas X-1

SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada Siklus I...249 Lampiran 19. Hasil Penilaian Menulis Paragraf Deskriptif...250 Lampiran 20. Foto Kegiatan Pembelajaran Menulis Paragraf Deskriptif Siswa

Kelas X-1 SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada Siklus I...251 Lampiran 21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Menulis Paragraf

Deskriptif Siklus II ...257 Lampiran 22. Materi Pembelajaran...265 Lampiran 23. Catatan Lapangan Hasil Observasi pada Siklus II...271 Lampiran 24. Penilaian Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran Menulis

Paragraf Deskriptif pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1

Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada Siklus II...283 Lampiran 25. Nilai Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran Menulis

Paragraf Deskriptif pada Siklus II...286 Lampiran 26. Nilai Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas X-1

SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada Siklus II...287 Lampiran 27. Hasil Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas X-1

SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada Siklus II...288 Lampiran 28. Hasil Penilaian Menulis Paragraf Deskriptif...289 Lampiran 29. Hasil Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas X-1

(20)

iii

Siklus II...292 Lampiran 32. Hasil Penilaian Menulis Paragraf Deskriptif...293 Lampiran 33. Hasil Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas X-1

SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada Siklus II...294 Lampiran 34. Hasil Penilaian Menulis Paragraf Deskriptif...295 Lampiran 35. Foto Kegiatan Pembelajaran Menulis Paragraf Deskriptif Siswa

Kelas X-1 SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada Siklus II...296 Lampiran 36. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Menulis Paragraf

Deskriptif Siklus III...301 Lampiran 37. Materi Pembelajaran...309 Lampiran 38. Catatan Lapangan Hasil Observasi pada Siklus III...315 Lampiran 39. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas X-1

SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada Siklus III...320 Lampiran 40. Penilaian Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran Menulis

Paragraf Deskriptif pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1

Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada Siklus III...334 Lampiran 41. Nilai Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran Menulis

Paragraf Deskriptif pada Siklus III...337 Lampiran 42. Nilai Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas X-1

SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada Siklus III...338 Lampiran 43. Hasil Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas X-1

(21)

iv

Siklus III...341 Lampiran 46. Hasil Penilaian Menulis Paragraf Deskriptif...342 Lampiran 47. Hasil Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas X-1

SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada Siklus III...343 Lampiran 48. Hasil Penilaian Menulis Paragraf Deskriptif...344 Lampiran 49. Hasil Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas X-1

SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada Siklus III...345 Lampiran 50. Hasil Penilaian Menulis Paragraf Deskriptif...346 Lampiran 51. Rekapitulasi Nilai Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

MenulisParagraf Deskriptif dengan Strategi Pembelajaran Think Talk Write...347

Lampiran 52. Rekapitulasi Nilai Keteran Siswa dalam Proses Pembelajaran Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas X-1 SMA Negeri

Tulangbawang Lampung dari Prasiklus hingga Siklus III...348 Lampiran 53. Foto Kegiatan Pembelajaran Menulis Paragraf Deskriptif Siswa

Kelas X-1 SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung pada Siklus III...349 Lampiran 54. Surat Izin Penelitian...359 Lampiran 55. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian di SMA Negeri 1

(22)

Tabel 1. Pedoman Penilaian Menulis Paragraf Deskriptif...68 Tabel 2. Keadaan Guru SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang

Lampung...82 Tabel 3. Keadaan Siswa SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang

Lampung...83 Tabel 4. Nilai Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Paragraf

Deskriptif pada Siklus I...96 Tabel 5. Nilai Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif pada Siklus I...99 Tabel 6. Penilaian dan Rata-Rata Masing-Masing Aspek Menulis Paragraf

Deskriptif Siswa dari Prasiklus hingga Siklus I...101 Tabel 7. Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif dari Prasiklus

ke Siklus I...105 Tabel 8. Nilai Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Paragraf

Deskriptif pada Siklus II...120 Tabel 9. Nilai Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Pada Siklus II...124 Tabel 10. Penilaian dan Rata-Rata Masing-Masing Aspek Menulis Paragraf

Deskriptif Siswa dari Prasiklus hingga Siklus II...126 Tabel 11. Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif dari Prasiklus

ke Siklus II...130 Tabel 12. Nilai Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Paragraf

Deskriptif pada Siklus III...141 Tabel 13. Nilai Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif pada Siklus III...145 Tabel 14. Penilaian dan Rata-Rata Masing-Masing Aspek Menulis Paragraf

Deskriptif Siswa dari Prasiklus hingga Siklus III...147 Tabel 15. Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif dari Prasiklus

ke Siklus III...151 Tabel 16. Rekapitulasi Nilai Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran Menulis Paragraf Deskriptif...153 Tabel 17. Rekapitulasi Peningkatan Nilai Keterampilan Menulis Paragraf

(23)

Tabel 19. Pencapaian Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, dan Nilai Rata-Rata Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa dari Siklus I sampai Siklus III...158 Tabel 20. Nilai Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran Menulis Paragraf Deskriptif pada Siklus I...236 Tabel 21. Nilai Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran Menulis Paragraf Deskriptif pada Siklus II...286 Tabel 22. Nilai Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran Menulis Paragraf Deskriptif pada Siklus III...337 Tabel 23. Rekapitulasi Nilai Keaktifan Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1

(24)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan berkomunikasi. Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan pesan kepada orang lain sehingga mereka dapat memahami apa yang disampaikan. Pesan tersebut dapat berisi gagasan ataupun perasaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui bahasa pula, seseorang dapat menuangkan ide atau gagasan yang dimiliki dalam sebuah karya yang berwujud tulisan. Dalam bahasa Indonesia dikenal adanya empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa, antara lain: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan membaca merupakan keterampilan yang bersifat reseptif, sedangkan berbicara dan menulis tergolong dalam keterampilan yang bersifat produktif. Keempat keterampilan tersebut tidak bisa berdiri sendiri karena keempat-empatnya saling bersinergi membangun pembelajaran bahasa Indonesia yang bermakna.

(25)

menulis juga membantu dalam menuangkan ide dan gagasan melalui media bahasa secara tidak langsung.

Keterampilan menulis merupakan manifestasi kompetensi berbahasa yang paling akhir yang dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kompetensi mendengarkan, berbicara, dan membaca (Nurgiantoro, 2010: 422). Lebih lanjut dijelaskan bahwa dari ketiga kompetensi tersebut, ternyata kompetensi menulislah yang dianggap lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli sekalipun. Menulis merupakan keterampilan yang paling sulit dikuasai oleh pembelajar bahasa karena keterampilan ini membutuhkan kemampuan seseorang untuk menyajikan Grafologi, struktur bahasa, dan kata-kata agar maksud penulis dapat dimengerti oleh pembaca (Tarigan, 2008: 422). Dengan kata lain, keterampilan menulis menghendaki adanya unsur kebebasan yang menjadi bagian dalam karangan.

Dalam American Educational Research Journal diunkapkan almost one in every five first-year college students require a remedial writing class, and more than

one half of new college students are unable to write a paper relatively free of

(26)

seperti S-3 pascasarjana dalam menulis disertasi, S-2 pascasarjana dalam menulis tesis, S-1 dalam menulis skripsinya. Maka, keterampilan menulis harus pula dikuasai oleh seluruh siswa, termasuk siswa SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung. Faktanya kemampuan menulis siswa sangatlah rendah, terutama dalam pembelajaran menulis paragraf deskriptif.

Hasil survei menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran menulis (terutama menulis paragraf deskriptif) siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung masih belum maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya perolehan nilai siswa yang belum mencapai batas kriteria ketuntasan minimal, yakni 75. Data nilai rata-rata keterampilan berbahasa dari uji kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung tahun pelajaran 2014/2015, menunjukkan bahwa dari 30 siswa, pemerolehan nilai rata-rata kemampuan menulis 61, 66. Hanya 5 siswa (16, 67%) yang mendapat nilai ≥ 75, sedangkan 25 siswa (83, 33%) mendapat nilai di bawah batas kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Sedangkan kemampuan mendengar, berbicara, dan membaca sudah cukup bagus. Kemampuan mendengar siswa rata-rata memperoleh nilai 79,82. Sudah 26 siswa (86,67%) yang mendapat nilai ≥ 75, sedangkan 4 siswa (13,33%) mendapat nilai

(27)

mendapat nilai ≥ 75, sedangkan 8 siswa (26,67%) mendapat nilai di bawah batas

kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan.

Melihat fakta-fakta tersebut, dapat dikatakan bahwa kemampuan menulis siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung kurang baik atau belum melampaui kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa belum mampu melukiskan objek yang diamati secara detail/rinci, diksi yang digunakan masih kurang sesuai dan belum bervariasi, banyak ditemukan kesalahan dalam pemakaian ejaan dan struktur kalimat yang belum jelas.

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, minimnya keterampilan menulis paragraf deskriptif tersebut disebabkan oleh beberapa faktor: (1) siswa kurang terangsang dalam aktivitas berpikir; (2) siswa rendah pengetahuannya; (3) siswa rendah dalam keterampilan berpikir dan menulis; (4) siswa lambat kemampuannya untuk mengungkapkan ide melalui tulisan; (5) siswa rendah pemahamannya dalam kegiatan berkomunikasi atau berdialog; (6) siswa minim dalam kerja kelompok; (7) siswa belum mampu menggambarkan objek secara detail; (10) siswa minim pemahamannya terhadap kaidah tata bahasa yang baik dan benar; (11) siswa kurang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran menulis deskriptif.

(28)

keaktifan dan keterampilan menulis paragraf deskriptif siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran think talk write. Strategi ini dipandang mujarab atau mampu mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran menulis paragraf deskriptif di kelas X-1 SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung karena strategi tersebut dapat melatih siswa untuk berpikir kritis, aktif dalam pembelajaran, terampil dalam berkomunikasi, berani berpendapat, menghargai pendapat orang lain, dan membelajarkan siswa untuk dapat menuangkan hasil diskusi mereka dalam bentuk tulisan yang logis dan sistematis. Melalui strategi ini siswa tidak hanya diajak untuk berpikir (think), tetapi juga dilibatkan dalam kegiatan berdiskusi, menyampaikan pendapat mereka (talk), serta menuliskan hasil diskusi tersebut secara sistematis (write). Hal ini senada dengan pernyataan Huinker dan Laughlin (dalam Yamin dan Ansari, 2008) yang menyatakan bahwa pada dasarnya strategi think talk write dibangun melalui kegiatan berpikir, berbicara, dan menulis.

(29)

Tahap selanjutnya adalah talk (berbicara atau diskusi). Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan tentang penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi, sharing) ide-ide tentang penemuan objek dalam gambar melalui kegiatan diskusi kelompok. Lampert dalam (Numbers dan Beyond, 1997: 2) menyatakan bahwa sharing partially formed ideas builds a willingness to live with the tentative and the provisional,an important dimension of a risk-taking stance.

Kemajuan komunikasi siswa akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang lain. Selain itu, kegiatan talk ini memungkinkan mereka untuk menyamakan persepsi tentang bagaimana detail objek yang mereka amati.

Tahap ketiga adalah write (menulis). Pada tahap tersebut siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari kegiatan think dan talk. Ide-ide tersebut kemudian mereka kembangkan menjadi sebuah tulisan deskriptif yang utuh. Pengembangan tulisan tersebut didasarkan atas hasil pengamatan terhadap objek dan juga pelukisan bagian-bagian objek yang dilakukan sedetail mungkin.

(30)

dalam bentuk tulisan deskriptif. Pengoptimalan ketiga kemampuan tersebut menjadikan siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran.

Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki keaktifan dan keterampilan menulis Paragraf deskriptif siswa. Dalam hal ini penulis mengambil judul “Peningkatan Keterampilan Menulis

Paragraf Deskriptif dengan Strategi Pembelajaran Think Talk Write pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015”. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan terdahulu berada pada jurnal Universitas Pendidikan Indonesia edisi khusus nomor 2, Agustus 2011, yang membahas tentang topik “ Model Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis”. Penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian sebelumnya serta

untuk menghindari kesamaan dalam penelitian.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1) “Bagaimanakah perencanaan pembelajaran keterampilan menulis paragraf

deskriptif dengan strategi pembelajaran Think Talk Write pada siswa kelas X-1 SMA Negeri X-1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung tahun pelajaran 2014/2015?”

2) “Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis paragraf

(31)

X-1 SMA Negeri X-1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung tahun pelajaran 2014/2015?”

3) “Bagaimanakah sistem penilaian keterampilan menulis paragraf deskriptif

dengan strategi pembelajaran Think Talk Write pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung tahun pelajaran 2014/2015?”

4) “Bagaimanakah peningkatan hasil keterampilan menulis paragraf deskriptif dengan strategi pembelajaran Think Talk Write pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung tahun pelajaran 2014/2015?”

1.3 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

1) memperbaiki perencanaan pembelajaran keterampilan menulis paragraf deskriptif dengan strategi pembelajaran Think Talk Write pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung tahun pelajaran 2014/2015;

2) memperbaiki pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis paragraf deskriptif dengan strategi pembelajaran Think Talk Write pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung tahun pelajaran 2014/2015;

(32)

4) meningkatkan hasil keterampilan menulis paragraf deskriptif dengan strategi pembelajaran Think Talk Write pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Meraksaaji Tulangbawang Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini, yaitu

1) memberikan sumbangan pemikiran bagi praktisi pendidikan dalam mendesain strategi pembelajaran Think Talk Write.

2) memberikan model pembelajaran Think Talk Write yang dapat dipakai sebagai alternatif pilihan dan inovasi pada dunia pendidikan dalam mengembangkan keterampilan menulis.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis meliputi tiga hal, sebagai berikut.

a. Manfaat bagi Guru

1) Meningkatkan kemampuan guru dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, bervariasi, dan dapat menarik perhatian siswa.

2) Meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif.

(33)

b. Manfaat bagi Siswa

1) Meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran menulis paragraf deskriptif melalui strategi pembelajaran Think Talk Write. 2) Meningkatkan kemampuan berpikir, kemampuan berbicara, dan keterampilan

menulis siswa dalam menulis paragraf deskriptif melalui strategi pembelajaran Think Talk Write.

3) Memotivasi siswa dalam pembelajaran berkelompok sehingga siswa saling

menghargai dan menumbuhkan kerja sama yang baik.

c. Manfaat bagi Sekolah

1) Meningkatkan prestasi sekolah atas kemampuan siswa dalam menulis di sekolah dan di luar sekolah dengan menggunakan strategi pembelajaran think talk write.

2) Mendorong guru lain khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk menerapkan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dengan mengunakan strategi pembelajaran think talk write.

(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini yang akan dibahas adalah tentang keterampilan menulis, paragraf, pembelajaran, strategi pembelajaran, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Masing-masing pembahasan tersebut akan dijabarkan lebih jelas dan detail lagi.

2.1 Keterampilan Menulis

Dalam keterampilan menulis ini akan membahas mengenai definisi keterampilan, pengertian menulis, tahap-tahap menulis, jenis-jenis tulisan yang meliputi deskriptif, naratif, ekspositif, argumentatif, dan persuatif.

2.1.1 Definisi Keterampilan

(35)

seseorang mencerminkan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir (Tarigan, 2008: 1) begitu juga keterampilan menulis. Untuk dapat terampil dalam menulis, siswa harus melalui banyak latihan akan semakin bernas dan berisi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan keahlian seseorang untuk melakukan sesuatu secara lancar, tepat, dan cekatan yang diperoleh melalui proses latihan yang berkesinambungan.

2.1.2 Pengertian Menulis

(36)

didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau mediannya (Suparno dan Yunus, 2011: 1.3). Menulis adalah keterampilan roduktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat; melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalamm suatu struktur tulisan yang teratur ( Mulyati, 2014: 1. 13).

Dalam menulis sebuah karangan, apa pun bentuk organisasi karangan itu, tentu saja kita harus memilih kata dan bentukannya yang tepat dan menyusun kalimat. Kemudian, kalimat-kalimat itu dirangkai sehingga terbentuklah paragraf-paragraf, dan selanjutnya terwujudlah sebuah karangan utuh dengan menggunakan organisasi karangan tertentu. Dalam menuliskan kata serta kalimat, kita perlu pula memperhatikan dan menaati konvensi dalam penggunaan huruf, tanda baca, serta konvensi tata tulis lainnya. Ini berarti dalam menulis, kita dituntut untuk dapat memilih kata yang tepat, menggunakan bentuk kata yang benar, menyusun kalimat yang efektif, dan memperhatikan aspek ejaan serta organisasi karangan (Mulyati, 2014: 5. 4).

(37)

2.1.3 Tahap-Tahap Menulis

Tahap-tahap menulis dibagi dalam tiga tahap, yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Menurut Suparno dan Yunus (2011: 1. 14) menyatakan bahwa menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase prapenulisan (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan).

Tahap prapenulisan (persiapan) merupakan fase persiapan menulis, seperti halnya pemanasan (warming up) bagi orang yang berolahraga. Tahap ini merupakan fase mencari, menemukan, dan mengingat kembali pengetahuan atau pengalaman yang diperoleh dan diperlukan penulis. Tujuannya adalah untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam menulis sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan baik. (Proett dan Gill 1986 dalam Suparno dan Yunus 2011). Fase ini sangat penting dalam kegiatan menulis karena sangat menentukan aktivitas dan hasil menulis berikutnya. Persiapan yang baik sangat memungkinkan bagi kita untuk mengumpulkan bahan secara terarah, mengaitpadukan antargagasan secara runtut, serta membahasnya secara kaya, luas, dan mendalam. Tahap ini juga merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan. Kegiatan yang mula-mula harus dilakukan jika menulis karangan ialah menentukan topiknya, membatasi topik, menentukan bahan, dan menyusun kerangka.

(38)

atas bagian awal, isi, dan akhir. Bagian awal karangan berfungsi untuk memperkenalkan dan sekaligus menggiring pembaca terhadap pokok tulisan itu. Isi karangan menyajikan bahasan topik atau ide utama karangan, berikut hal-hal yang memperjelas atau mendukung ide tersebut seperti contoh, ilustrasi, informasi, bukti, atau alasan. Akhir karangan berfungsi untuk mengembalikan pembaca pada ide-ide inti karangan melalui perangkuman atau penekanan ide-ide penting. Bagian ini berisi simpulan, dan dapat ditambah rekomendasi atau saran bila diperlukan.

(39)

Sementara mengenai tahap-tahap menulis Akhadiah (2012: 3) juga berpendapat bahwa tahap menulis dibagi menjadi tiga macam, yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Tahap pascapenulisan, tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan. Kegiatan yang mula-mula harus dilakukan jika menulis karangan ialah menentukan topiknya. Ini berarti bahwa kita menentukan apa yang akan dibahas di

dalam tulisan. Topik ini dapat diperileh dari berbagai sumber. Pengalaman, lebih-lebih pengalaman membaca, merupakan sumber yang sangat enting. Di samping itu, kita dapat menentukan topik tulisan dari pengamatan terhadap lingkungan. Kita juga dapat menulis tentang pendapat, sikap, dan tanggapan sendiri atau orang lain, atau tentang khayalan atau imajinasi kita. Jadi, sebenarnya topik karangan itu dapat ditentukan dimana-mana.

(40)

yang berlaku disertai dengan tanda baca yang digunakan secara tepat. Di samping itu masih harus diketahui bagaimana menuliskan judul, subjudul, kutipan, catatan kaki dan daftar pustaka, teknik pengetikan, atau „layout’ dan sebagainya.

Tahap yang terakhir adalah tahap revisi. Jika buram seluruh tulisan sudah selesai, maka tulisan tersebut perlu dibaca kembali. Mungkin buram itu perlu direvisi di sana-sini: diperbaiki, dikurangi, atau kalau perlu diperluas. Sebenarnya, revisi ini sudah dilakukan juga pada waktu tahap penulisan berlangsung. Yang dikerjakan sekarang ialah revisi secara menyeluruh sebelum diketik sebagai bentuk akhir naskah tersebut. Pada tahap ini biasanya kita meneliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, pengetikan catatan kaki dan daftar pustaka, dan sebagainya. Jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi persyaratan selesailah sudah tulisan kita.

2.1.4 Jenis-Jenis Tulisan

(41)

2.1.4.1 Deskriptif

Deskriptif adalah suatu tulisan yang berisi tentang penggambaran atau pelukisan tentang sesuatu, sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membau, merasa, dan meraba. Menurut Keraf (1981: 93) mendefinisikan bahwa deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perinciandari objek yang sedang dibicarakan. Kata deskripsi berasal dari kata latin describere yang berarti menulis tentang, atau membeberkan sesuatu hal.sebaliknya kata deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemerian yang berasal dari kata peri- memerikan yang berarti melukiskan sesuatu hal. Suparno dan Yunus (2011: 4. 6) mengungkapkan bahwa deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya.

Sementara menurut Rusminto (2012: 17) deskripsi berasal dari bahasa latin describe yang berarti menggambarkan atau memerikan suatu hal. Dalam kaitan

(42)

(2013: 44) Menurut asal-usulnya, kata deskripsi berasal dari bahasa latin describere, yang diadopsi kedalam bahasa Inggris menjad description, artinya menggambarkan. Menggambarkan benda atau peristiwadengan cara memerikan atau mengidentifikasi bagian-bagiannya berikut karakteristiknya. Secara istilah, karangan deskripsi adalah karangan yang menggambarkan atau melukiskan benda atau peristiwa dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seoleh-olah melihat,merasakan, mencium, dan mendengarnya.karangan jenis ini bermaksud memberikan kesan kepada pembaca sehingga pembaca dapat membayangkan apa yang sedang dibacanya. Sementara menurut Suparno dan Yunus (2011: 4. 6) kata deskripsi berasal dari kata bahasa Latin describere yang berarti menggambarkan atau memerikan suatu hal. Dari segi istilah, deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya. Karangan jenis ini bermaksud menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan sifat dan gerak-geriknya, atau sesuatu yang lain kepada pembaca.

2.1.4.2 Naratif

Naratif adalah sebuah tulisan yang berisi tentang cerita menurut urutan waktu atau kronologis. Keraf (1981: 136)mengemukakan bahwa narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembacasuatu peristiwayang telah terjadi. Narasi berusaha menjawab pertanyaan “Apa yang telah terjadi?”. Menurut Suparno dalam Rusminto (2012: 20) kata

(43)

menceritakan). Wacana narasi berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis) dengan maksud memberikan arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. Perbedaan enting antara wacana narasi dan wacana deskripsi adalah bahwa dalam wacana narasi terkandung unsur utama berupa perbuatan dan waktu yang bukan merupakan unsur utama dalam wacana deskripsi .

Sementara menurut Jauhari (2013: 48) kata narasi berasal dari bahasa Inggris narration, yang artinya cerita, dan kata narrative, artinya yang menceritakan.

Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan atau menyampaikan serangkaian peristiwa atau kronologi. Karena menceritakan peristiwa atau kronologi, maka narasi sangat erat kaitannya dengan waktu, tempat dan peristiwa. Maksud karangan ini memberitahukan peristiwa yang telah terjadi kepada pembaca. Sering kita menceritakan suatu peristiwa kepada teman-teman, misalnya perkelahian di lapangan sepak bola, mulainya terjadinya konflik sampai jatuhnya korban secara lengkap dan runtut. Karangan narasi ini tepat sebagai jawaban dari “ Apa yang terjadi, kapan, dan dimana?”. Sementara Suparno dan Yunus (2011: 4.

(44)

lain, karangan semacam ini hendak memenuhi keingintahuan pembaca yang selalu bertanya, “Apa yang terjadi?”

2.1.4.3 Ekspositif

Ekspositif adalah suatu tulisan yang berisi pemaparan. Keraf (1981: 3) berpendapat bahwa eksposisi atau pemaparan adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian tersebut. Bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk retorika lainnya, seperti argumentsi, deskripsi, dan narasi, maka pada dasarnya semua bentuk karangan itu akhirnya memperluas juga pandangan dan pengetahuan seseoarang. Namun tujuan yang paling menonjol pada sebuah tulisan ekspositoris adalah memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang. Bentuk-bentuk retorika lainnya menonjolkan aspek-aspek lain. Menurut Rusminto (2012: 18) kata eksposisi berasal dari bahasa Inggris eksposition yang berarti „membuka‟ atau „memulai‟. Wacana eksposisi adalah wacana yang bertujuan utama untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Dalam wacana eksposisi, ,masalah yang dikomunikasikan terutama berupa informasi.

(45)

bahan-bahan dan cara menggunakan obat; petunjuk menggunakan barang-barang elektronik, dan dalam pelajaran biologi ada proses ulat menjadi kupu-kupu. Itu semua ditulis dalam bentuk eksposisi. Sementara Suparno dan Yunus (2011: 5. 4) menyatakan bahwa kata eksposisi berasal dari kata bahasa Inggris exposition yang berarti “membuka” atau “memulai”. Dan memang karangan eksposisi itu

merupakan karangan yang bertujuan utama untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Dalam karangan eksposisi masalah yang dikomunikasikan terrutama adalah informasi.

2.1.4.4 Argumentatif

(46)

Sementara Suparno dalam Rusminto (2012: 18) menyatakan bahwa wacana argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk mendukung atau menolak suatu pendapat, pendirian, gagasan. Ada setiap wacana argumentasi selalu didapati alasan atau bantahan yang memperkuat ataupun menolak sesuatu secara demikian rupa untuk memengaruhi keyakinan pembaca sehingga berpihak atau sependapat dengan penulis wacana. Bentuk wacana ini dapat dijumpai pada tulisan ilmiah seperti makalah atau paper, esai, artikel, skripsi, tesis, disertasi, naskah-naskah tuntutan pengadilan, pembelaan, pertanggungjawaban, ataupun surat keputusan. Sementara Rani dalam Rusminto (2012: 19) mengemukakan bahwa wacana argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha memengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pertimbangan logis maupun emosional. Sebuah wacana dikategorikan argumentasi apabila bertolak dari adanya isu yang sifatnya kontroversial antara penutur dan mitra tutur. Penutur menjelaskan alasan-alasan yang logis untuk meyakinkan mitra tuturnya. Jauhari (2013: 64) berpendapat nahwa argumen tetulis merupakan buah pikiran yang di sampaikan kepada pembacanya. Agar diterima atau dipercaya baik oleh pendengar ataupun pembacaanya. Argumen tersebut harus disertai data-data dan alasan-alasan rasional. Dengan demikian, jenis karangan argumentasi berarti karangan yang menyampaikan pendapat atau argumen yang memaksa pembacanya untuk percaya.

(47)

penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan. Corak karangan ini merupakan karangan yang paling sulit bila dibandingkan dengan corak karangan yang lain yang telah kita kaji sebelumnya. Dalam hal ini tidak berarti bahwa karangan argumentasi lebih penting atau lebih berharga daripada karangan-karangan yang lainnya, tetapi kesulitan tersebut muncul karena perlu adanya alasan dan atau bukti yang dapat meyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap, dan keyakinan kita. Jadi pada setiap karangan argumentasi selalu kita dapati alasan ataupun bantahan yang memperkuat ataupun menolak sesuatu secara sedemikian rupa guna mempengaruhi keyakinan pembaca sehingga berpihak kepada atau sependapat dengan penulis.

2.1.4.5 Persuatif

(48)

bahasa inggris persuasion yang diturunkan dari kata to persuade dan berarti membujuk atau meyakinkan. Wacana ersuasi adalah wacana yang bertujuan memengaruhi mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai dengan yang diharapkan penuturnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang menggunakan alasan-alasan yang tidak rasional. Contoh konkret jenis wacana persuasi yang paling sering dijumpai adalah wacana dalam kampanye dan iklan.

(49)

2.2 Paragraf

Dalam paragraf ini akan membahas mengenai pengertian paragraf, macam-macam paragraf deskriptif, pendekatan dalam menulis paragraf deskriptif, dan penilaian keterampilan menulis paragraf deskriptif.

2.2.1 Pengertian Paragraf

Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saliang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk suatu gagasan (Akhadiah, 2012: 144). Lebih lanjut Paragraf dapat juga dikatakan karangan yang paling pendek (singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan di mana suatu gagasan mulai dan berakhir. Kita akan kepayahan membaca sebuah tulisan atau buku, kalau tidak ada paragraf, karena kita seolah-olah dicambuk untuk membaca terus-menerus sampai selesai. Kita pun susah mengonsentrasikan pikiran dari suatu gagasan ke gagasan lain. Dengan adanya paragraf kita dapat berhenti sebentar, sehingga kita dapat memusatkan pikiran tentang gagasan yang terkandung dalam paragraf itu.

(50)

digunakan untuk mengungkapkan sebuah gagasan dalam bentuk uraian kalimat disebut paragraf atau alinea. Berdasarkan pengertian itu, paragraf dapat disebut sebagai untaian kalimat yang berisi sebuah gagasan dalam karangan. Dengan pengertian itu, sejalan dengan konsep untaian kalimat, paragraf yang idal terdiri atas sejumlah kalimat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah gabungan dari sebuah kalimat yang membentuk satu kesatuan yang utuh, yang di dalamnya mengandung satu kalimat pokok dan beberapa kalimat penjelas. Sebuah paragraf yang kalimat pokoknya berada di awal disebut paragraf deduktif, paragraf yang kalimat pokoknya berada di akhir disebut sebagai paragraf induktif, sementara paragraf yang kalimat pokoknya berada di awal dan kemudian dipertegas lagi dengan kalimat pokoknya di akhir disebut sebagai deduktif-induktif atau dapat disebut pula sebagai paragraf campuran. Sedangkan paragraf yang semua kalimatnya merupakan kalimat pokoknya tanpa adanya kalimat penjelas disebut sebagai paragraf deskripsi dan narasi.

2.2.2 Macam-Macam Paragraf Deskriptif

(51)

akan deskripsikan. Setelah itu, kemukakan informasi tentang orang itu dengan retorika pengungkapan yang memungkinkan pembaca seolah olah mengenalinya sendiri (Suparno dan Yunus, 2011: 4. 14). Selanjutnya Suparno dan Yunus (2011: 4. 16) menyatakan beberapa aspek atau pembidangan untuk membuat deskriptif mengenai orang.

2.2.2.1 Paragraf Deskriptif Keadaan Fisik

Deskriptif fisik bertujuan memberi gambaran sejelas-jelasnya tentang keadaan tokoh seorang tokoh. Deskripsi ini banyak bersifat objektif. Keraf (1981: 149) menyatakan bahwa bidang pertama adalah deskripsi mengenai bentuk fisik seseorang. Tujuan deskripsi dalam bidang ini adalah untuk memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh seseorang tokoh, sehinga para pembaca dapat memperoleh suatu gambaran yang jelas mengenai orang itu. Dengan memiliki gambaran tersebut, pembaca dapat mengenal tokohnya kembali andaikata ia menjumpainya pada suatu kesempatan kelak.

2.2.2.2 Paragraf Deskriptif Keadaan Sekitar

(52)

sepatu yang dipakainya, rumah kediamannya, kendaraan yang dimilikinya, dan sebagainya.

2.2.2.3 Paragraf Deskriptif Watak atau Tingkah Perbuatan

Mendeskripsikan watak seseorang ini memang paling sulit dilakukan. Kita harus mampu menafsirkan tabir yang terkandung di balik fisik manusia. Dengan kecermatan dan keahlian kita, kita harusmampu mengidentifikasikan unsur-unsur dan kepribadian seorang tokoh. Kemudian, menampilkan dengan jelas unsur-unsur yang dapat memperlihatkan karakter yang digambarkan. Keraf (2011: 152) menyatakan bahwa aspek ketiga yang dapat dituang dalam sebuah deskripsi yang objektif adalah mengenai tindak-tanduk atau perbuatan yang dilakukan oleh seorang tokoh. Seorang pengamat dapat mengikuti dengan cermat tindak-tanduk, perbuatan, atau gerak-gerik seseorang, dari suatu tempat ketempat lain, dan dari suatu waktu tertentu ke waktu yang lain. Pemakaian anekdot atau cerita-cerita singkat yang memperlihatkan individu itu dalam perbuatan atau situasi yang khas dapat pula menjadi alat yang efektif untuk menggarap deskripsi semacam itu.

(53)

dapat dicerapnya, maka sering pula terjadi kesalahan-kesalahan dalam penafsiran itu, atau kurang tepat menggambarkan keadaan watak itu.

2.2.2.4 Paragraf Deskriptif Gagasan-Gagasan Tokoh

Hal ini memang tidak dapat diserap oleh pancaindra manusia. Namun, antara perasaan dan unsur fisik mempunyai hubungan yang erat. Pancaran wajah, pandangan mata, gerak bibir, dan gerak tubuh merupakan petunjuk tentang keadaan perasaan seseorang pada waktu itu. Keraf (1981: 153) menyatakan bahwa antara tubuh dan jiwa terdapat pertalian yang sangat erat. Perasaan atau pikiran seseorang memang tidak dapat dicerap. Namun berdasarkan relasi tadi, yaitu antara fisik dan perasaan, hal itu mungkin dideskripsikan. Seseorang yang berada dalam keadaan sedih atau ditimpa kemalangan akan kelihatan murung; wajahnya tidak kelihatan segar dan percahaya seperti ia berada dalam keadaan gembira. Kemurungan yang bersifat batin ini dapat dipancarkan melalui air muka atau melalui gerak seseorang. Pancaran sinar mata seseorang, gerak bibir, warna kulit muka dan sebagainya merupakan petunjuk yang tidak dapat disangkal tentang perasaan atau apa yang tersirat pada pikiran seseorang.

(54)

memberi pengaruhnya terhadap jalannya peristiwa itu sendiri (keraf, 1984: 132). (Akhadiah 1997 dalam Suparno dan Yunus 2011) menyatakan bahwa tempat memegang peranan yang sangat penting dalam setiap peristiwa. Tidak ada peristiwa yang terlepas dari lingkungan dan tempat. Semua kisah akan selalu mempunyai latar belakang tempat. Jalanya peristiwa akan lebih menarik jika dikaitkan dengan tempat terjadinya peristiwa. Suparno dan Yunus (2011: 4. 21) menyatakan bahwa dalam memilih cara yang paling baik untuk melukiskan tempat, perlu kita pertimbangkan beberapa pokok persoalan untuk menyusun deskripsinya.

a. Suasana Hati

Pengarang harus dapat menetapkan suasana hati manakah yang paling menonjol untuk dijadikan landasan. Keraf (1981: 136) mengemukakan bahwa untuk melikiskan suatu tempat, pengarang harus menetapkan suasana hati yang manakah yang kiranya paling menonjol untuk dijadikan landasan. Pertama-tama ia harus menetapkan suasana hati itu, karena berhasil tidaknya kesan yang ditimbulkannya tergantung dari hubungan timbal balik antara tempat dan suasana hati.

b. Bagian yang Relevan

(55)

komplit-tanpa suatu unsur yang diabaikan, belum tentu akan menimbulkan kesan dan sugesti kepada para pembacanya.

c. Urutan Penyajian

Persoalan terakhir yang harus ditetapkan pula dalam membuat deskripsi tempat adalah sesudah menetapkan seleksi atas bagian-bagian yang dianggapnya paling relevan pengarang harus menetapkan urutan manakah yang paling baik bagi penampilan detail-detail itu. Bagian manakah yang harus ditempatkan lebih dahulu, bagaimanakah yang harus ditempatkan kemudian. Bila pengarang menyusun urutan itu berdasarkan tingkat kepentingannya menuju kepada suatu kepentingan yang paling tinggi, maka ia harus membuat urutan yang bersifat klimaks. Bila tidak, ia dapat pula melakukan sebaliknya yaitu ia mulai dari bagian yang paling penting berangsur-angsur turun kepada bagian yang paling rendah kepentingannya. Urutan mana pun yang diikutinya, harus dipertadankannya secara konsekuen (Keraf, 1981: 137).

2.2.3 Pendekatan dalam Menulis Patagraf Deskriptif

(56)

dengan bagian yang lain, harus dipaparkan sedemikian rupa sehingga tampak seperti dipotret. Pendekatan yang realistis dapat disamakan dengan kerjanya sebuah alat kamera yang dihadapkan kepada sebuah obyek, dan berusaha untuk mengambil gambar dari obyek tadi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kamera itu tidak memberikan penilaian mana yang penting dan mana yang kurang penting, tetapi apa saja yang berada di depan lensanya seluruhnya direkam dalam gambar yang dibuatnya. Satu-satunya unsur subyektif yang terdapat pada gambar sebuah foto adalah: pilihan tempat oleh juru kamera, serta penggunakan bayangan, dan cahaya dalam kameranya. Semua segi yang lain tetap seperti keadaan yang sebenarnya. Cara pendekatan yang kedua adalah pendekatan secara impresionistis yaitu semacam pendekatan yang berusaha menggambarkan sesuatu secara subyektif. Apa yang dimaksud dengan subyektif sama sekali tidak berarti bahwa pengarang itu membuat seenaknya terhadap detail-detail yang dicerapnya.

Sementara Suparno dan Yunus (2011: 4. 10) berpendapat bahwa tujuan deskripsi impresionistik ialah untuk mendapatkan tanggapan emosional pembaca ataupun kesan pembaca. Corak deskripsi ini di antaranya juga ditentukan oleh macam kesan apa yang diinginkan penulisnya. Misalnya, kita membuat deskripsi impresionistik tentang sebuah restoran, yang penting adalah kesan kita tentang restoran itu.

(57)

erat dengan tujuan yang akan dicapainya, serta sikap obyek dan orang yang mendengar atau membaca deskripsinya. Dalam menguraikan sebuah persoalan, penulis mungkin mengharapkan agar pembaca merasa tidak puas terhadap suatu keadaan atau tindakan, atau penulis menginginkan agar pembaca juga harus merasakan bahwa persoalan yang tengah dibahas merupakan masalah yang gawat atau serius. Penulis dapat juga membayangkan bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, sehingga para pembaca dari mula sudah disiapkan dengan sebuah perasaan yang kurang enak, suatu perasaan yang suram tentang masalah yang dihadapinya.

Akhadiah 1997 dalam Suparno dan Yunus (2011: 4. 13) berpendapat bahwa pendekatan menurut sikap pengarang ini sangat bergantung kepada tujuan yang ingin dicapai, sifat objek, serta pembaca deskripsinya. Dalam menguraikan sebuah gagasan, enulis mungkin mengharapkan agar pembaca merasa tidak puas terhadap suatu tindakan atau keadaan, atau penulis menginginkan agar pembaca juga harus merasakan bahwa persoalan yang tengah dihadapi merupakan masalah yang gawat. Penulis juga dapat membayangkan bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, sehingga pembaca dari mula sudah disiapkan dengan sebuah perasaan yang kurang enak, seram, takut, dan sebagainya.

2.2.4 Penilaian Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif

(58)

suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari porgram kegiatan sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan. Sementara Nurgiantoro, (2010: 9) mengungkapkan bahwa penilaian sebagai suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Oleh karenanya, guru sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kegiatan pembelajaran, dituntut untuk mampu mempersiapkan dan melakuakan penilaian dengan baik sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan optimal. Pelaksanaan penilaian akan memberikan beberapa menfaat, baik untuk guru, orang tua, maupun siswa. Bagi guru, penilaian akan memberikan umpan balik dalam melakukan lngkah-langkah pembelajaran. Melalui pelaksanaan penilaian, guru juga dapat mengetahui kemajuan belajar dan potensi belajar. Kemajuan dan prestasi belajar akan dapat digunakan untuk menentukan kenaikan kelas, kelulusan, atau keperluan lain. Selain itu, guru juga dapat mengetahui strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai bagi siswa.

(59)

Rahmina (1997: 10) menyatakan bahwa dalam keterampilan menulis (termasuk menulis deskripsi) yaitu: (1) kemampuan menentukan atau memilih topik tulisan; (2) mengembangkan atau mengorganisasikan tulisan; (3) menggunakan struktur bahasa (bentukan kata dan kalimat); (4) menggunakan ejaan dan tanda baca; dan (5) memilih kosa kata serta gaya tulisan. Sementara menurut Akhadiah dalam Suparno dan Yunus (2011: 4.8) menyatakan bahwa dalam menulis deskripsi yang baik dituntut tiga hal. Pertama, kesanggupan berbahasa kita yang memiliki kekayaan nuansa dan bentuk. Kedua, kecermatan pengamatan dan keluasaan pengetahuan kita tentang sifat, ciri, dan wujud objek yang dideskripsikan. Ketiga, kemampuan kita memilih detail khusus yang dapat menunjang ketepatan dan keterhidupan deskripsi.

(60)

2.3Pembelajaran

Dalam pembelajaran ini akan membahas mengenai hakikat pembelajaran, komponen kegiatan pembelajaran, dan keaktifan dalam proses pembelajaran.

2.3.1 Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran merupakan salah satu sub sistem dari sistem pendidikan, di samping kurikulum, konseling, administrasi dan evaluasi (Reigeluth dalam Yamin 2012: 65). Lefrancois dalam Yamin (2012: 65) berpendapat bahwa pembelajaran (instruction) merupakan persiapan kejadian-kejadian eksternal dalam suatu situasi belajar dalam rangka memudahkan pebelajar belajar, menyimpan (kekuatan mengingat informasi), atau mentransfer pengetahuan dan keterampilan.

Sementara menurut Yusuf Hadi Miarso dalam Yamin (2012: 66) pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Usaha tersebut dapat dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kemampuan atau kompetensi dalam merancang dan atau mengembangkan sumber belajar yang diperlukan. Dapat pula dikatakan bahwa pembalajaran adalah usaha yang dilakukan oleh pendidik atau orang dewasa lainnya untuk membuat pebelajar dapat belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal.

(61)

66) berpendapat bahwa pembelajaran sebagai intervensi pendidikan yang dilaksanakan dengan tujuan tertentu, bahan atau prosedur yang ditargetkan pada pencapaian tujuan tersebut, dan pengukuran yang menentukan perubahan yang diinginkan pada prilaku.

Sementara Komalasari (2013: 3) berpendapat bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan). Kedua pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar.

(62)

halnya pengajaran. Pada dasarnya pembelajran merupakan kegiatan terencana yang mengkondisikan atau merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2.3.2 Komponen Kegiatan Pembelajaran

Komponen pembelajaran mencakup tujuan, bahan pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, media atau alat peraga, sumber dan evaluasi (Suryani dan Agung, 2012: 39). Tujuan secara eksplisit diupayakan melalui kegiatan pembelajaran instructional effect, biasanya berupa pengetahuan dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam tujuan pembelajaran (Hamdani, 2011: 48). Komponen tujuan dalam kegiatan pembelajaran berperan sebagai arah dalam melaksanakan komponen lainnya sehinga tujuan pembelajaran ini perlu diujadikan prioritas dalam merancang kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran berfungsi sebagai indikator keberhasilan pembelajaran yang pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki peserta didik setelah ia menyelesaikan pengalaman dan kegiatan pelajaran dalam proses pembelajaran (Suryani dan Agung, 2012: 40).

(63)

akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dalam belajar mengajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.

Metode merupakan cara yang digunakan untuk memberi kesempatan pada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Santosa dkk. (2011: 2. 26) menyatakan bahwa metode sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai sistem perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia secara menyeluruh untuk memilih, mengorganisasikan, dan menyajikan materi pelajaran bahasa Indonesia secara teratur. Selama ini, guru masih sering menggunakan metode konvensional, misalnya saja ceramah atau hanya berupa metode tanya jawab biasa. Guru belum bisa memilih dan mengaplikasikan metode yang tepat dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Dengan metode konvensional yang mereka gunakan, siswa kurang bisa mengeksplor kemampuan yang mereka miliki. Selain itu, siswa mengalami kebosanan sehingga tingkat partisipasi aktif siswapun menurun. Oleh karena itu, diperluka pemanfaatan metode pembelajaran yang tepat sehingga siswa tertarik untuk mengikuti proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.

(64)

bahan yang digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi komunikasi dalam proses belajar mengajar. Evaluasi merupakan cara yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasil pembelajaran. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen tersebut.

2.3.3 Keaktifan dalam Proses Pembelajaran

Dalam keaktifan dalam proses pembelajaran ini akan membahas mengenai keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, dan penilaian keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menulis paragraf deskriptif.

2.3.3.1 Keaktifan Siswa dalam Mengikuti Proses Pembelajaran

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Tabel 1. Pedoman Penilaian Menulis Paragraf Deskriptif
Gambar 2. Desain PTK Model Suharsimi Arikunto (2013: 137)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat kota Medan di tempat umum yaitu pengetahuan masyarakat tentang hidup bersih dan sehat adalah mayoritas

dilakukan oleh Pengusaha. 2) Impor Barang Kena Pajak. 3) Penyerahan Jasa kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh.. Pengusaha. 4) Pemanfaatan Barang Kena Pajak

(1) Panitia melakukan penyaringan terhadap peserta yang telah memenuhi persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada pasal 8 ayat (3) untuk memilih peserta yang

Pendidikan Islam termasuk masalah sosial, sehingga dalamkelembagaannya tidak terlepas dari lembaga-lembaga sosial yang ada.Lembaga tersebut juga institusi atau pranata, sedangkan

Penyusunan kurikulum Taman Kanak-Kanak dilakukan berdasarkan dari tingkat kebutuhan murid pada usia tersebut dengan kata lain hal-hal yang harus

juga memberikan pemahaman pada siswa tentang dunia kerja; (4) fasilitas lain selain sebagai tempat praktek dengan adanya kemampuan sekolah untuk memanfaatkan peralatan yang

REMEDIASI PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATERI HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI UNTUK

Kecewa Kasus Century, KAMMI Gelar Aksi Unjuk Rasa Di Depan Gedung DPRD Sahabat MQ/ Sekitar 30 an mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia