• Tidak ada hasil yang ditemukan

Antibacterial Activity of Fractionated Extract of Sansevieria trifasciata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Antibacterial Activity of Fractionated Extract of Sansevieria trifasciata"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN VOIP PADA JARINGAN MPLS

MELALUI PENGATURAN PRIORITAS

ANDI YUDIANA

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ii

PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN VOIP PADA JARINGAN MPLS

MELALUI PENGATURAN PRIORITAS

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

ANDI YUDIANA

G64066005

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

iii

ABSTRAK

Multi Protocol Label Switch (MPLS) is a method of sending data packets through a network by Label Switching concept. This concept is implemented by adding an independent and unique label in a row of data packet (a packet of Internet Protocol). The function of this label is to graft and to search for a path in the network. Applications that passed through the MPLS network are vary including VoIP, email, ping, internet browsing, etc. With the existence of this labeling function, MPLS can give priority to scale applications to pass through.

This research aims to improve the performance of MPLS networks using priority settings on VoIP services. The results obtained when the VoIP service priority settings applied to the MPLS network is that it decreases the ping delay value of 44.75%. And also, the quality of service becomes more stable due to impairment of the jitter standard deviation of 73.44%. Keywords:, MPLS, VoIP, delay, jitter, ping. priority, labeling

(4)

iv Judul : Peningkatan Kualitas Layanan VoIP pada Jaringan MPLS Melalui Pengaturan Prioritas. Nama : Andi Yudiana.

NRP : G64066005.

Menyetujui,

Pembimbing

Ir. Sri Wahjuni, M.T. NIP.19680501 200501 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Komputer

Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc. NIP. 19601126 198601 2 001

(5)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 22 Maret 1982, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Ma’mur dan Ibu Aisyah. Tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Cianjur dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor Program Diploma Program Studi Informatika Sub Program Teknik Informatika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Tahun 2005 penulis lulus dari Program Studi Informatika Sub Program Teknik Informatika, kemudian tahun 2005 penulis mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang telekomunikasi data yaitu PT Aplikanusa Lintasarta. Pada tahun 2007 penulis lulus seleksi masuk Program Sarjana Ilmu Komputer Penyelenggaraan Khusus Institut Pertanian Bogor.

(6)

vi

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas segala curahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah skripsi ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ir. Sri Wahjuni, M.T. selaku pembimbing yang telah memberikan saran, masukan dan ide-ide kepada Penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hendra Hermawan S.Kom. M.T. dan Bapak Ahmad Ridha S.Kom. M.S. selaku penguji yang telah memberikan saran dan koreksi kepada Penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Thia Chairunnisa sebagai seorang istri yang selalu memberikan semangat dan masukan kepada penulis serta civitas akademika Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dan bekerja sama dengan penulis selama penelitian berlangsung.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi acuan bagi pembaca, terutama untuk para peneliti yang berminat untuk melanjutkan dan menyempurnakan penelitian ini.

Bogor, Juni 2010

(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

PENDAHULUAN...1

Latar Belakang...1

Tujuan ...1

Ruang Lingkup ...1

Manfaat ...1

TINJAUAN PUSTAKA ...1

Jaringan MPLS ...1

VSAT (Very Small Averture Terminal) ...3

VoIP (Voice over IP) ...3

Protokol H.323...3

QoS (Quality of Service)...3

METODE PENELITIAN ...4

Analisis Jaringan PT Union Sampoerna ...4

Rancangan Penerapan Quality of Service...4

Pengujian ...5

HASIL DAN PEMBAHASAN ...5

Analisis Jaringan PT Union Sampoerna ...5

Hasil Pengamatan Delay sebelum dilakukan Pengaturan Prioritas...6

Hasil Pengamatan Jitter sebelum dilakukan Pengaturan Prioritas ...7

Implementasi Penerapan QoS ...7

Hasil Pengamatan Delay Ping setelah Dilakukan Pengaturan Prioritas...9

Pengamatan Jitter Ping setelah dilakukan Pengaturan Prioritas ...9

Hasil Pengamatan Delay VoIP setelah Dilakukan Pengaturan Prioritas...9

Hasil Pengamatan Jitter VoIP setelah Dilakukan Pengaturan Prioritas...10

Perbandingan Hasil Delay Ping sebelum dan sesudah dilakukan Pengaturan Prioritas...10

Perbandingan Hasil Jitter Ping sebelum dan sesudah dilakukan Pengaturan Prioritas...10

KESIMPULAN DAN SARAN ...11

Kesimpulan ...11

Saran ...11

DAFTAR PUSTAKA ...11

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Daftar kantor cabang USTP ...5

Hasil pengamatan delay ping sebelum dilakukan pengaturan prioritas...6

Hasil pengamatan jitter ping sebelum dilakukan pengaturan prioritas ...7

Hasil pengamatan delay ping setelah dilakukan pengaturan prioritas...9

Hasil Pengamatan jitter ping setelah dilakukan pengaturan prioritas...9

Hasil pengamatan delay VoIP ...10

Hasil pengamatan jitter VoIP ...10

DAFTAR GAMBAR

Halaman Arsitektur jaringan MPLS (Rosen 2001)...2

MPLS header...2

Arsitektur jaringan H.323...3

Skema metode penelitian. ...4

Konfigurasi jaringan VoIP kantor cabang PT Union Sampoerna. ...5

Konfigurasi jaringan PT USTP. ...6

Grafik delay ping sebelum dilakukan pengaturan prioritas...6

Grafik jitter ping sebelum dilakukan pengaturan prioritas...7

Topologi jaringan MPLS dengan pengaturan prioritas. ...7

Pengaturan prioritas pada router kantor pusat...8

Konfigurasi jaringan VoIP kantor pusat PT Union Sampoerna. ...8

Grafik delay ping setelah dilakukan pengaturan prioritas. ...9

Grafik Jitter ping setelah dilakukan pengaturan prioritas. ...9

Grafik delay VoIP ...10

Grafik nilai jitter...10

Grafik perbandingan delay ping setelah dan sebelum dilakukan pengaturan prioritas...10

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Hasil pengamatan sebelum QoS (Hari Pertama) ...13

Hasil pengamatan sebelum QoS (Hari Kedua)...13

Hasil pengamatan sebelum QoS (Hari Ketiga) ...13

Hasil pengamatan sebelum QoS (Hari Keempat)...14

Hasil pengamatan sebelum QoS (Hari Kelima) ...14

Hasil Pengamatan setelah QoS (Hari Pertama) ...14

Hasil Pengamatan setelah QoS (Hari Kedua)...15

Hasil Pengamatan setelah QoS (Hari Ketiga) ...15

Hasil Pengamatan setelah QoS (Hari Keempat)...15

Hasil Pengamatan setelah QoS (Hari Kelima) ...16

Konfigurasi Router...16

Lampiran pemakaian BandWidth...30

Hasil pengamatan delay ping tanpa VoIP (hari pertama)...30

Hasil pengamatan delay ping tanpa VoIP (hari kedua) ...30

Hasil pengamatan delay ping tanpa VoIP (hari ketiga) ...30

Hasil pengamatan delay ping tanpa VoIP (hari keempat) ...31

Hasil pengamatan delay ping tanpa VoIP (hari kelima)...31

Hasil pengamatan delay VoIP tanpa ping (hari pertama)...31

Hasil pengamatan delay VoIP tanpa ping (hari kedua) ...32

Hasil pengamatan delay VoIP tanpa ping (hari ketiga) ...32

Hasil pengamatan delay VoIP tanpa ping (hari keempat) ...32

Hasil pengamatan delay VoIP tanpa ping (hari kelima)...33

Hasil pengamatan delay VoIP dengan ping (hari pertama) ...33

Hasil pengamatan delay VoIP dengan ping (hari kedua) ...33

Hasil pengamatan delay VoIP dengan ping (hari ketiga) ...34

Hasil pengamatan delay VoIP dengan ping (hari keempat) ...34

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Teknologi komunikasi berbasis IP (Internet Protocol) berkembang dengan begitu cepatnya seiring dengan kemajuan teknologi. Kebutuhan orang akan aplikasi aplikasi real-time berbasis internet melahirkan sebuah aplikasi yang bernama VoIP (Voice over Internet Protocol). Salah satu alasan menggunakan teknologi VoIP adalah biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah bila dibandingkan dengan menggunakan jaringan PSTN (Public Switched Telephone Network).

Salah satu cara untuk melakukan koneksi VoIP adalah menggunakan komputer yang terhubung ke dalam suatu jaringan LAN (Local Area Network), WAN (Wide Area Network) maupun internet, yang mempunyai kartu suara yang dihubungkan dengan speaker dan mikrofon. Dengan dukungan perangkat lunak khusus, kedua pemakai komputer bisa saling terhubung dalam koneksi VoIP satu sama lain. Apabila kedua lokasi terhubung dengan jarak yang cukup jauh (antar kota atau negara) maka biaya yang dikeluarkan lebih efisien. Kedua belah pihak hanya cukup membayar biaya internet saja yang biayanya akan lebih murah daripada biaya pulsa telepon PSTN.

Layanan VoIP merupakan layanan yang menjadi prioritas utama pada PT Union Sampoerna dalam melakukan komunikasi. Layanan VoIP yang dimiliki oleh PT Union Sampoerna ini memanfaatkan jaringan komunikasi data MPLS (Multi Protocol Label Switching), karena dengan teknologi MPLS ini PT Union Sampoerna bisa memanfaatkan kelebihan dari MPLS yaitu memungkinkan akses internet, VoIP dan akses data secara bersamaan. Salah satu parameter utama yang mempengaruhi kualitas layanan VoIP adalah variasi delay (ITU TIPHON 2002)

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah memperbaiki kinerja jaringan WAN MPLS (Multy Protocol Label Switching) PT Union Sampoerna yaitu dengan cara menerapkan pengaturan prioritas untuk meningkatkan kualitas layanan VoIP.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada : 1 Pengujian dilakukan hanya dilakukan

pada satu kantor cabang.

2 Pengaturan Prioritas hanya untuk layanan VoIP.

3 Pengujian hanya pada satu koneksi VoIP.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas layanan VoIP dan memberikan masukan untuk PT Union Sampoerna terkait dengan kualitas komunikasi data dan VoIP pada sistem jaringan MPLS.

TINJAUAN PUSTAKA

Jaringan MPLS

Multi Protocol Label Switch (MPLS) adalah suatu metode pengiriman paket data melalui suatu jaringan dengan konsep Label Switching (Rosen 2001). Konsep ini menambahkan sebuah label independen dan unik di deretan paket data (paket IP). Fungsi dari label ini adalah sebagai proses penyambungan dan pencarian jalur dalam jaringan komputer. MPLS menggabungkan teknologi switching di layer 2 dan teknologi routing di layer 3 sehingga menjadi solusi jaringan terbaik dalam menyelesaikan masalah kecepatan, scalability, QOS (Quality of Service), dan rekayasa trafik. Network MPLS terdiri atas sirkit yang disebut Label Switched Path (LSP) yang menghubungkan titik-titik yang disebut Label Switch Router (LSR) (Rosen 2001) seperti terlihat pada Gambar 1.

Komponen Jaringan MPLS 1. LSR dan LER

(11)

Gambar 1 Arsitektur jaringan MPLS (Rosen 2001). Egress LSR berfungsi untuk mengatur

trafik saat paket meninggalkan jaringan MPLS menuju ke LER (Label Edge Router). Sedangkan LER adalah suatu router yang menghubungkan jaringan MPLS dengan jaringan lainnya seperti Frame Relay, ATM dan Ethernet.

2. FEC

Forward Equivalence Class (FEC) adalah representasi dari beberapa paket data yang diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan resource yang sama di dalam proses pertukaran data.

3. Label

Label adalah deretan bit informasi yang ditambahkan pada header suatu paket data dalam jaringan MPLS. Label MPLS atau yang disebut juga MPLS header ini terletak diantara header layer 2 dan header layer3.

Pada Gambar 2 terlihat MPLS header memiliki panjang 32 bit yang terdiri dari :

Gambar 2 MPLS header.

• Label 20 bit merupakan nilai aktual untuk label. Label ini menentukan jalur pengiriman paket ke LSR berikutnya dan operasi yang akan dilakukan pada MPLS header sebelum dikirimkan.

• EXP (Experimental) 3 bit yang dicadangkan untuk kegiatan eksperimen. Bagian ini juga berfungsi untuk mengidentifikasi Quality of Service (QoS).

• S sepanjang 1 bit yang merupakan dasar MPLS header. Bit ini akan diset ”satu” apabila paket yang dikirimkan merupakan paket terakhir pada MPLS header dan ”nol” untuk paket yang lainnya.

Time to Live (TTL) sepanjang 8 bit digunakan untuk mengkodekan suatu nilai TTL.

4. LSP

LSP (Label Switching Path) adalah jalur yang ditetapkan pada serangkaian link antar LSR dalam jaringan MPLS, yang mengizinkan paket untuk diteruskan dari LSR satu menuju LSR yang lain melalui jaringan MPLS. MPLS menyediakan dua cara untuk menetapkan LSP, yaitu :

Hop-by-hop routing, cara ini membebaskan masing-masing LSR menentukan hop selanjutnya untuk mengirimkan paket. Cara ini mirip seperti OSPF dan RIP dalam IP routing.

Explisit routing, dalam metode ini LSP akan ditetapkan oleh LSR pertama yang dilalui aliran paket.

5. LDP

(12)

VSAT (Very Small Averture Terminal) VSAT merupakan suatu terminal yang menggunakan antena dengan ukuran yang relatif kecil dalam mentransfer datanya (Comer 2008). Ukuran antena berdiameter antara 0,5 – 3,5 meter dianggap sebagai stasiun bumi kecil dan dapat mengirimkan maupun menerima sinyal dari satelit.

Nama VSAT diambil dari nama generik yang merupakan nama merek stasiun bumi kecil buatan telcomgeneral. VSAT dapat digunakan untuk mem-bypass jaringan backbone telekomunikasi dan jaringan private. VSAT mudah dibongkar pasang dan dikonfigurasi sesuai keperluan dari segi teknisnya.

VSAT terdiri empat komponen utama yaitu : 1. Satelit (Indonesia-Palapa B1 dan C1) 2. HUB Station sebagai stasiun pengendali

utama.

3. PES (Personal Earth Station) merupakan VSAT yang dipasang pada kantor cabang.

VoIP (Voice over IP)

VoIP adalah suatu teknologi yang dapat mentransmisikan pesan suara melalui jaringan data berbasis internet protocol (Tharom 2002).

Pada jaringan MPLS dengan tingkat delay dibawah 600 ms bandwidth yang terpakai pada jaringan mencapai kurang dari 15 kbps, sedangkan apabila diatas 800ms bandwidth

Gambar 3 Arsitektur jaringan H.323.

yang terpakai bisa mencapai 24 Kbps (Onno 2001).

Protokol H.323

Protokol H.323 merupakan sebuah standar yang direkomendasikan oleh International Telecommunication Union (ITU) yang ditujukan untuk komunikasi point-to-point dan multi-point pada audio, video, dan data secara realtime melalui jaringan data. H.323 tersusun atas empat komponen, yaitu: terminal, gateway, gatekeeper, dan multipoint control units (Papageorgiou 2001).

Arsitektur selengkapnya dari jaringan H.323 tercantum dalam Gambar 3.

Gateway merupakan komponen tambahan pada jaringan H.323 yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan jaringan yang lain misalnya komunikasi antara jaringan berbasis IP dengan PSTN. Gateway berfungsi menterjemahkan format data dan translasi sinyal kontrol. Gatekeeper berfungsi menterjemahkan pengalamatan dan kontrol akses pada sumber daya jaringan untuk H.323 terminal, gateway, dan multipoints control units. multipoints control units dibutuhkan jika melakukan multipoint conferences (Sitepu 2001).

QoS (Quality of Service)

QoS adalah kemampuan dalam menjamin pengiriman arus data penting atau dengan kata lain kumpulan dari berbagai kriteria kinerja yang menentukan tingkat kepuasan penggunaan suatu layanan (Flood 2002). Networking Manager membutuhkan QoS,

(13)

karena berbagai hal diantaranya adalah : a. bisa menjamin jumlah bandwidth

yang pasti untuk beberapa aplikasi b. bisa mengontrol delay

c. bisa menyediakan pelayanan yang dapat dikuantifikasi

d. bisa membuat beberapa level QoS untuk banyak langganan.

Beberapa parameter yang berkaitan erat dengan QoS adalah :

Delay

Delay merupakan waktu yang dibutuhkan dalam suatu sistem antrian pada proses pengiriman data (packet) (Flood 2002). Dalam perancangan VoIP, delay merupakan suatu permasalahan yang harus diperhitungkan karena bagus atau tidaknya kualitas suara tergantung dari waktu delay. Besarnya delay maksimum pada media VSAT yang di rekomendasikan oleh ITU-T untuk aplikasi suara tidak lebih dari 800 ms. Parameter untuk mengukur kinerja adalah (Sukoco 2005) :

Delay, untuk menghitung delay digunakan rumus :

delay(i) = Ri – Si (1)

dengan

Ri = Received Time

Si = Sent Time Jitter

Jitter merupakan selang waktu antara waktu yang satu dengan waktu yang lainnya (Flood 2002). Nilai jitter yang direkomendasikan adalah 0 dan maksimum 100 ms. Apabila jitter melebihi batas maksimum rata-rata maka kualitas suara akan menurun (VoIPForo 2006).

Jitter, untuk menghitung jitter digunakan rumus :

jitter(i) = (Ri+1 – Si-1 )– (R–Si) (2)

dengan

Ri = Received Time

Si = Sent Time

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahapan proses untuk mendapat hasil yang diinginkan. Proses-proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Skema metode penelitian.

Analisis Jaringan PT Union Sampoerna Pada tahap ini akan dilakukan proses analisis data pada jaringan MPLS PT Union Sampoerna Triputra Persada. Analisis data lebih mengarah kepada kualitas VoIP yang digunakan, karena VoIP pada PT Union Sampoerna merupakan satu-satunya sarana untuk melakukan komunikasi ke semua kantor cabangnya karena lokasinya berada di tengah hutan, sehingga tidak terdapat sinyal apapun selain sinyal satelit.

Analisis data akan dilakukan pada kantor pusat PT Union Sampoerna dengan harapan data yang diperoleh bisa mewakili untuk menentukan kualitas VoIP yang lebih baik.

Analisis data yang akan dilakukan dengan cara menjalankan aplikasi ping dari kantor pusat PT Union Sampoerna ke salah satu kantor cabangnya, sehingga bisa diperoleh data delay dan jitter-nya

Rancangan Penerapan Quality of Service Pada tahap analisis dapat diketahui, bahwa permasalahan yang dihadapi oleh PT Union Sampoerna adalah kualitas VoIP yang kurang baik. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya skala prioritas atau perlakuan khusus pada aplikasi VoIP, sehingga nilai data delay dan jitter tinggi.

Untuk mendapatkan kualitas VoIP yang lebih baik maka perlu dibuat skala prioritas pada jaringan MPLS tersebut yaitu dengan

Rancangan Penerapan Quality of Service

Implementasi Pengaturan Prioritas

Pengujian Analisis Jaringan PT Umion Sampoerna

(14)

cara menerapkan Quality of Service (QoS). Pengaturan skala prioritas tersebut hanya untuk VoIP dan tidak dilakukan untuk port-port yang lain misalnya port-port internet ataupun port aplikasi yang digunakan oleh PT Union Sampoerna. Penentuan untuk skala prioritas bisa digunakan dengan cara melakukan Set IP Presedence pada router. Urutan skala prioritas dengan melakukan Set IP Presedence ditentukan dari 0 sampai 5, yang mana Set IP Presedence 5 memiliki prioritas yang paling tinggi, sedangkan Set IP Presedence 0 memiliki prioritas yang paling rendah.

Pada jaringan MPLS dengan media VSAT tingkat delay di bawah 600 ms bandwidth yang terpakai pada jaringan mencapai kurang dari 15 kbps, sedangkan apabila di atas 800ms bandwidth yang terpakai bisa mencapai 24 Kbps [Onno 2001].

Penerapan QoS pada VoIP juga perlu dibatasi, karena selain VoIP jaringan MPLS tersebut digunakan untuk aplikasi yang lain seperti internet maupun aplikasi lainnya. Pembatasan bandwidth untuk VoIP dilakukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing kantor, yang mana setiap kantor cabang hanya memiliki 2 kanal VoIP sehingga maksimal untuk VoIP hanya menghabiskan bandwidth sebesar 2x15 Kbps atau sekitar 25% dari bandwidth yang dimiliki kantor cabang PT Union Sampoerna.

Implementasi Pengaturan Prioritas Penerapan QoS untuk layanan VoIP dilakukan pada router yang terletak di kantor pusat dan salah kantor cabang PT Union Sampoerna.

Untuk cabang dilakukan pada HUB Station VSAT di Jatiluhur karena di kantor cabang tidak terdapat router. Konfigurasi jaringan VoIP pada kantor cabang PT Union Sampoerna dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Konfigurasi jaringan VoIP kantor cabang PT Union Sampoerna.

Pengujian

Pada tahap ini dilakukan pengamatan pada jaringan MPLS PT Union Sampoerna sebelum dan setelah dilakukan pengaturan QoS. Proses pengamatan dilakukan selama 5 hari. Tiap hari dilakukan pengamatan selama tiga kali. Pengamatan dilakukan pada saat jam sibuk jaringan yaitu berkisar antara pukul 10.00 dan 14.00 WIB. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kualitas layanan VoIP pada saat lalu lintas jaringan padat. Skenario pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

• Pengamatan terhadap nilai delay dan jitter ping sebelum dilakukan pengaturan prioritas ketika aplikasi VoIP berjalan. • Pengamatan terhadap nilai delay dan

jitter ping setelah dilakukan pengaturan prioritas ketika aplikasi VoIP berjalan. • Pengamatan terhadap nilai delay dan

jitter ping setelah dilakukan pengaturan prioritas tanpa adanya aplikasi VoIP. • Pengamatan terhadap nilai delay dan

jitter VoIP setelah dilakukan pengaturan prioritas ketika aplikasi ping berjalan. • Pengamatan terhadap nilai delay dan

jitter VoIP setelah dilakukan pengaturan prioritas tanpa adanya aplikasi ping. • Pengukuran hanya dilakukan pada kantor

pusat dan salah satu kantor cabang PT Union Sampoerna.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Jaringan PT Union Sampoerna Sistem jaringan komunikasi data pada PT Union Sampoerna menggunakan arsitektur topologi mess, dengan teknologi komunikasi data yang digunakan adalah Multy Protocol Label Switching (MPLS). Dalam hal ini PT Union Sampoerna menggunakan jasa provider PT Aplikanusa Lintasarta untuk kebutuhan MPLS.

Tabel 1 Daftar kantor cabang USTP

Lokasi Network Id

GCM Pangkalan Bun 10.20.2.1/24

GCM Mills 10.20.3.1/24

GCM Estate 10.20.4.1/24

SMG 10.20.5.1/24

SBE 10.20.7.1/2 4

SLM 10.20.8.1/24

(15)

Gambar 6 Konfigurasi jaringan PT USTP. Kantor pusat PT Union Sampoerna

berada di Jakarta serta memiliki 7 kantor cabang yang tersebar di daerah Kalimantan, seperti tercantum pada Tabel 1. Pada Gambar 6 dapat dilihat media akses yang digunakan untuk lokasi kantor cabang menggunakan Very Small Averture Terminal (VSAT).

Kantor cabang hanya menggunakan modem DW 6040 sebagai VoIP gateway yang memiliki IP Address tersendiri yang terpisah dengan aplikasi data yang lainnya.

Konfigurasi jaringan PT Union Sampoerna saat ini menggunakan topologi mess tanpa adanya pemberlakuan QoS. Gambar 6 memperlihatkan topologi jaringan pada PT Union Sampoerna secara sederhana antara kantor pusat dengan kantor cabangnya. Saat ini bandwidth yang dimiliki kantor pusat sebesar 1024 Kbps sedangkan bandwidth pada kantor cabang sebesar 128 Kbps. Bandwidth di kantor pusat lebih besar karena apabila semua kantor cabang melakukan transaksi data maupun VoIP, kantor pusat harus bisa menyediakan bandwidth sesuai dengan jumlah transaksi yang masuk agar tidak terjadi bottle neck (penumpukan data). Selain VoIP, jaringan tersebut juga digunakan oleh lalu lintas data yang lain yaitu internet, e-mail, dan aplikasi E Plantation sebagai aplikasi data intenal PT Union Sampoerna. Karena jaringan tersebut tidak hanya digunakan untuk layanan VoIP, maka timbul permasalahan ketika layanan VoIP, internet, e-mail, dan aplikasi E Plantation dijalankan secara bersamaan. Kualitas yang didapatkan pada masing-masing aplikasi yang dijalankan tidak sesuai dengan yang diharapkan karena tidak adanya skala prioritas untuk masing-masing aplikasi tersebut.

Penentuan jam sibuk dilakukan dengan cara pengambilan data bandwidth yang digunakan pada jaringan tersebut, selama 5 hari. Data selengkapnya terdapat pada lampiran.

Hasil Pengamatan Delay sebelum dilakukan Pengaturan Prioritas

Pengamatan pertama dikukan dengan melakukan proses ping dari kantor pusat dengan IP 10.20.1.1 terhadap kantor cabang dengan IP 10.20.4.1 sebelum dilakukan QoS. Nilai rata-rata delay ping yang dihasilkan sebelum dilakukan QoS dapat dilihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat dilihat nilai delay ping yang dihasilkan diatas 800ms sehingga diatas rata-rata menurut standar ITU-T. Tabel 2 Hasil pengamatan delay ping sebelum dilakukan pengaturan prioritas

Hari Ke

Rataan Delay (ms)

1 1185,667

2 1250,433

3 1103,633

4 1186,067

5 1130,767

Rata-rata 1171,313

Gambar 7 Grafik delayping sebelum dilakukan pengaturan prioritas.

(16)

Hasil Pengamatan Jitter sebelum dilakukan Pengaturan Prioritas

Setelah nilai delay ping didapatkan maka nilai jitter ping dapat kita hitung. Rata-rata nilai jitter ping sebelum dilakukan QoS dapat dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 dapat dilihat nilai jitter ping yang dihasilkan sebelum dilakukan pengaturan memiliki nilai standar deviasi 85,058.

Tabel 3 Hasil pengamatan jitter ping sebelum dilakukan pengaturan prioritas

Hari Ke

Rataan Jitter (ms)

1 604,592

2 495,444

3 544,481

4 474,370

5 376,111

Standar Deviasi 85,058

Gambar 8 Grafik jitter ping sebelum dilakukan pengaturan prioritas

Hasil jitter ping sebelum dilakukan pengaturan prioritas dapat dilihat pada Gambar 8. Dari grafik dapat dilihat hasilnya kurang stabil.

Gambar 9 Topologi jaringan MPLS dengan pengaturan prioritas.

Implementasi Penerapan QoS

Penerapan QoS dilakukan pada kedua sisi, yaitu pada router yang terdapat di kantor pusat dan router yang terdapat di HUB Station Jatiluhur.

Pengaturan QoS pertama dilakukan pada router yang terdapat di HUB VSAT Jatiluhur, karena di GCM Estate sebagai kantor cabang tidak terdapat router. Pada kantor cabang terdapat dua modem yaitu :

1. Modem DW 7000

Modem DW 7000 berfungsi sebagai gateway dalam melakukan transaksi data dengan IP 10.20.4.2/24..

2. Modem DW 6040

Modem DW 6040 berfungsi sebagai gateway dalam melakukan transaksi VoIP. Codec yang terdapat pada perangkat ini mendapat perlakuan khusus satelit, yang mana hal ini dilakukan untuk menjamin kualitas layanan VoIP dengan IP 10.20.4.1/24.. Pada router tersebut QoS hanya diterapkan pada layanan VoIP saja, sedangkan port yang lain diberi tingkat prioritas paling rendah ketika layanan VoIP aktif. Pada Gambar 9 dapat dilihat topologi jaringan PT Union Sampoerna setelah dilakukan pengaturan prioritas.

(17)

Pengaturan prioritas seperti terlihat pada Gambar 9, dilakukan pada router kantor pusat dan pada router yang terdapat di HUB Station Jatiluhur untuk pengaturan prioritas kantor cabang.

Berikut adalah pengaturan prioritas VoIP yang terdapat pada router kantor pusat dengan IP 10.20.4.1/24 :

Gambar 10 Pengaturanprioritas pada router kantor pusat.

Pada Gambar 10 dapat dilihat, pertama pengaturan dilakukan untuk mengatur IP Presedence, “match ip dscp cs5” yaitu IP Presedence 5 diatur sebagai prioritas paling tinggi. Kemudian dilakukan pengaturan untuk “match ip rtp 16384 16383” yaitu pengaturan protokol VoIP yang mana kanal VoIP pertama diatur sebagai port 16384 dan kanal VoIP kedua diatur sebagai port 16383.

Kemudian layanan VoIP ditentukan sebagai ip presedence 5, artinya pada jaringan yang sedang berjalan VoIP ditentukan sebagai class paling tinggi prioritasnya di antara class-class yang lain. Kemudian apabila class-class yang lain melewati jaringan ini maka class tersebut akan diatur “fair-queue” yaitu apabila class yang lewat selain VoIP tidak hanya satu maka akan berlaku FIFO (First In First Out), meskipun class yang lewat tidak hanya satu tetapi semua class tersebut akan diatur sebagai ip presedence 0, artinya mendapatkan prioritas paling rendah.

Pada jaringan tersebut VoIP hanya diberi alokasi bandwidth sebesar 25 % dari total bandwidth yang dimiliki oleh jaringan tersebut. Karena router ini berada di kantor pusat berarti jumlah bandwidth yang disediakan oleh jaringan tersebut untuk layanan VoIP adalah :

25% * 1024 Kbps = 256 Kbps.

Pada kantor pusat jumlah bandwidth yang menjadi prioritas untuk layanan VoIP memang lebih besar dibandingkan dengan kantor cabang karena sebagai antisipasi apabila seluruh kantor cabang melakukan komunikasi terhadap kantor pusat secara bersamaan.

Gambar 11 Konfigurasi jaringan VoIP kantor pusat PT Union Sampoerna.

Pengaturan yang dilakukan pada kantor pusat seperti terlihat pada Gambar 11 dilakukan pada router yang terdapat di kantor pusat PT Union Sampoerna.

Pengaturan prioritas kedua dilakukan pada router kantor cabang dengan IP 10.20.4.1/24.

Untuk pengaturan kantor cabang tidak berbeda dengan pengaturan pada kantor pusat. VoIP diatur sebagai ip presedence 5, artinya pada jaringan yang sedang berjalan VoIP diatur sebagai prioritas paling tinggi prioritasnya diantara class-class yang lain. Kemudian apabila class-class yang lain melewati jaringan ini maka class tersebut akan di set sebagai ip presedence 0, artinya mendapatkan prioritas paling rendah. Pada jaringan tersebut VoIP hanya diberi alokasi bandwidth sebesar 25 % dari total bandwidth yang dimiliki oleh jaringan tersebut. Karena router ini berada di kantor cabang berarti jumlah bandwidth yang disediakan oleh jaringan tersebut untuk layanan VoIP adalah :

25% * 128 Kbps = 32 Kbps.

class-map match-any voip-packet

match access-group name voip

match ip dscp cs5

match ip rtp 16384 16383

!

policy-map QOS_VOIP

class voip-packet

set ip precedence 5

priority percent 25

class class-default

fair-queue

(18)

Hasil Pengamatan Delay Ping setelah Dilakukan Pengaturan Prioritas

Pengamatan dilakukan dengan cara menjalankan aplikasi ping pada saat aplikasi VoIP berjalan. Setelah dilakukan pengaturan prioritas terhadap layanan VoIP, terdapat hasil yang signifikan terhadap nilai delay ping yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena ada perlakuan khusus terhadap layanan VoIP yaitu adanya jaminan bandwidth yang didapatkan sebesar 25 % dari total bandwidth yang dimiliki. Nilai rata-rata delay ping yang dihasilkan setelah dilakukan pengaturan prioritas dapat dilihat pada Tabel 4. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai delay ping turun mendekati nilai 800 ms sesuai dengan rekomendasi ITU-T.

Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa nilai delay ping setelah dilakukan pengaturan prioritas rata-rata berada pada nilai 800 ms.

Berbeda dengan hasil delay ping tanpa menjalankan aplikasi VoIP, nilai delay ping yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai delay ping dengan menjalankan aplikasi VoIP. Hal ini terlihat jelas pada data yang terdapat pada Tabel 4, yang mana nilai rata-rata untuk delay ping dengan VoIP adalah 809,2 sedangkan nilai rata-rata untuk delay ping tanpa VoIP adalah 1025,6.

Tabel 4 Hasil pengamatan delay ping setelah dilakukan pengaturan prioritas

Hari Ke

Rataan Delay Ping dengan

VoIP (ms) Rataan DelayPing tanpa VoIP (ms)

1 733,7 1005,7

2 858,6 985,7

3 722,6 1030,2

4 840,4 982,1

5 890,6 1124,4

Rata-rata 809,2 1025,6

Gambar 12 Grafik delay ping setelah dilakukan pengaturan prioritas.

Pada Gambar 12 dapat diperhatikan bahwa grafik untuk nilai delay ping dengan VoIP hasilnya lebih rendah dibandingkan dengan nilai delay ping tanpa VoIP.

Pengamatan Jitter Ping setelah dilakukan Pengaturan Prioritas

Setelah nilai delay ping didapatkan maka nilai jitter ping setelah dilakukan pengaturan prioritas dapat dihitung. Rata-rata nilai jitter ping sebelum dilakukan pengaturan prioritas dapat dilihat pada Tabel 5. Dari Tabel 5 dapat dilihat nilai jitter ping dengan VoIP yang dihasilkan memiliki nilai standar deviasi yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai jitter ping tanpa VoIP yaitu 22,610 sedangkan nilai untuk jitter ping tanpa VoIP adalah 84,1.

Dari Gambar 13 dapat diperhatikan grafik jitter ping setelah dilakukan pengaturan prioritas dengan VoIP lebih rendah dibandingkan dengan grafik jitter ping tanpa VoIP.

Tabel 5 Hasil Pengamatan jitter ping setelah dilakukan pengaturan prioritas

Hari Ke

Rataan jitter ping dengan

VoIP (ms)

Rataan jitter ping tanpa

VoIP (ms)

1 66,7 464,6

2 115,1 279,7

3 74,6 337,9

4 64,3 244,6

5 101,4 351,1

Standar

Deviasi 22,6 84,1

Gambar 13 Grafik Jitter ping setelah dilakukan pengaturan prioritas.

Hasil Pengamatan Delay VoIP setelah Dilakukan Pengaturan Prioritas

(19)

Tabel 6 Hasil pengamatan delay VoIP Hari

Ke

Rataan Delay VoIP tanpa

ping (ms)

Rataan Delay VoIP dengan

ping (ms)

1 825,8 867,5

2 820,3 911,4

3 820,3 861,5

4 821,6 958,9

5 834,2 895,2

Rata-Rata 824,4 898,9

Gambar 14 Grafik delay VoIP .

Dari Gambar 18 dapat dilihat bahwa nilai delay VoIP tanpa adanya aktivitas ping grafiknya lebih rendah dibandingkan dengan nilai delay VoIP dengan adanya aktivitas ping.

Hasil Pengamatan Jitter VoIP setelah Dilakukan Pengaturan Prioritas

Setelah diperoleh nilai delay VoIP maka nilai jitter VoIP tanpa ping dan jitter VoIP dengan ping dapat dihitung. Nilai jitter VoIP tanpa ping dengan nilai jitter VoIP dengan ping dapat dilihat pada tabel 9. Pada tabel 9 dapat diperhatikan bahwa nilai standar deviasi untuk rataan jitter VoIP tanpa ping sebesar 9,3, sedangkan rataan nilai jitter VoIP dengan ping adalah 14,3 lebih besar dibandingkan dengan nilai rataan jitter tanpa ping.

Tabel 7 Hasil pengamatan jitter VoIP Hari

Ke

Rataan jitter VoIP tanpa

ping (ms)

Rataan jitter VoIP dengan

ping (ms)

1 42,7 45,1

2 31,5 51,6

3 46,7 37,1

4 51,1 59,9

5 55,9 74,3

Standar

Deviasi 9,3 14,3

Gambar 15 Grafik nilai jitter

Dari Gambar 19 dapat dilihat bahwa nilai jitter VoIP tanpa adanya aktivitas ping memiliki nilai standar deviasi yang lebih kecil dibandingkan dengan jitter dengan adanya aktivitas ping, sehingga grafik jitter VoIP cenderung mendatar.

Perbandingan Hasil Delay Ping sebelum dan sesudah dilakukan Pengaturan Prioritas

Perbandingan nilai delay ping sebelum dan setelah dilakukan pengaturan prioritas dapat dilihat pada Gambar 14. Dari Gambar 14 dapat dilihat bahwa grafik delay ping setelah dilakukan pengaturan prioritas lebih rendah dibandingkan dengan grafik delay ping sebelum dilakukan pengaturan prioritas.Disamping itu dapat dilihat untuk nilai delay ping dengan VoIP lebih rendah dibandingkan dengan nilai delay ping tanpa VoIP.

Gambar 16 Grafik perbandingan delay ping setelah dan sebelum dilakukan pengaturan prioritas.

Perbandingan Hasil Jitter Ping sebelum dan sesudah dilakukan Pengaturan Prioritas

(20)

deviasi setelah dilakukan pengaturan prioritas lebih kecil 22,610 sedangkan sebelum dilakukan pengaturan prioritas nilai standar deviasinya 85,058. Disamping itu dapat dilihat untuk nilai jitter ping dengan VoIP lebih rendah dibandingkan dengan nilai jitter ping tanpa VoIP.

Gambar 17 Grafik perbandingan jitter ping setelah dan sebelum dilakukan pengaturan prioritas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil pengamatan di atas dapat disimpulkan :

1. Pengaturan prioritas layanan VoIP pada jaringan MPLS dapat menurunkan nilai delay ping sebesar 44,75%.

2. Pengaturan prioritas terhadap layanan VoIP juga berpengaruh terhadap nilai jitter ping yang dihasilkan. Nilai jitter ping yang dihasilkan setelah dilakukan pengaturan prioritas relatif stabil dibandingkan dengan nilai jitter ping sebelum dilakukan pengaturan prioritas. 3. Dengan adanya pengaturan prioritas

pada layanan VoIP nilai delay VoIP relatif lebih stabil.

4. Nilai delay VoIP tidak dipengaruhi oleh adanya aktivitas ping.

5. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan VoIP sesudah dilakukan pengaturan prioritas hasilnya lebih baik dibandingkan dengan sebelum dilakukan pengaturan prioritas. Saran

Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya pengamatan bisa dilakukan dua arah artinya hasil pengamatan diperoleh ketika ada aktivitas telepon dari kantor pusat bersamaan dengan aktivitas telepon dari kantor cabang. Peneliti juga menyarankan aktivitas telepon dilakukan dilakukan secara bersamaan dari kantor cabang yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Comer, Douglas E. 2001. Computer Networks and Internets. India :pearson Education Asia.

Flood, John Edward. 1995. Telecommunications Switching traffic and Networks. British : Prentice Hall.

ITU TIPHON. 2002. General aspects of Quality of Service (QoS) ETSI TR 101 329-1 V3.1.3.

http://www.etsi.org/deliver/etsi_tr/101300_1 01399/10132901/03.01.01_60/tr_10132901v 030101p.pdf [11 Desember 2009].

Lammle, Todd. 2004. CCNA Cisco Certified Network Associate Study Guide. Jakarta:Elex Media Komputindo.

Maral, Gerard. 2009. Satellite Communications Systems. India : Thomson Digital.

Papageorgiou P. 2001. A Comparison of H.323 vs SIP. University of Maryland at College Park.

Purbo, W Onno. 2001. Teknologi VoIP. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Rosen, Eric et al. “Multiprotocol Label Switching Architecture.” RFC 3031 IETF.

http://www.ietf.org/rfc/rfc3031.txt [08 Maret 2010].

Sitepu H. 2001. Aspek Keamanan Komunikasi Multimedia H.323. Bandung : Program Magister Teknik Sistem Komputer, Institut Teknologi Bandung.

Tharom T. 2002. Teknik dan Bisnis VoIP. Jakarta. Elex Media Komputindo. VoIPForo. 2006. Quality of Service.

(21)
(22)

Lampiran 1Hasil pengamatan sebelum QoS (Hari Pertama)

H1_1 H1_2 H1_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 1095 686 1066

2 748 347 1817 1131 678 388

3 1394 646 1282 535 2196 1518

4 659 735 1630 348 1220 976

5 2022 1363 1031 599 861 359

6 779 1243 1614 583 871 10

7 1741 962 809 805 673 198

8 1492 249 842 33 1451 778

9 1508 16 673 169 883 568

10 1226 282 1948 1275 675 208

Lampiran 2 Hasil pengamatan sebelum QoS (Hari Kedua)

H2_1 H2_2 H2_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 738 1509 2052

2 1137 399 1020 489 1299 753

3 1552 415 684 336 1351 52

4 769 783 1246 562 1316 35

5 621 148 781 465 1742 426

6 1707 1086 1639 858 2523 781

7 1458 249 1282 357 663 1860

8 763 695 979 303 806 143

9 1080 317 1391 412 1407 601

10 1210 130 1025 366 1763 356

Lampiran 3 Hasil pengamatan sebelum QoS (Hari Ketiga)

H3_1 H3_2 H3_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 767 1588 685

2 1129 362 857 731 1269 584

3 1627 498 896 39 1075 194

4 1340 287 1187 291 1436 361

5 720 620 1814 627 746 690

6 738 18 786 1028 1254 508

7 782 44 751 35 658 596

8 1759 977 833 82 917 259

9 666 1093 1722 889 2386 1469

(23)

Lampiran 4 Hasil pengamatan sebelum QoS (Hari Keempat)

H4_1 H4_2 H4_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 819 778 1245

2 803 16 911 133 1712 467

3 1187 384 1555 644 1909 197

4 1660 473 857 698 879 1030

5 682 978 677 180 1142 263

6 980 298 788 111 1560 418

7 2146 1166 959 171 769 791

8 1579 567 1986 1027 1139 370

9 894 685 1156 830 996 143

10 1154 260 1430 274 1230 234

Lampiran 5 Hasil pengamatan sebelum QoS (Hari Kelima)

H5_1 H5_2 H5_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 1289 816 666

2 989 300 1245 429 1454 788

3 658 331 738 507 1355 99

4 1279 621 940 202 1298 57

5 1040 239 1111 171 1186 112

6 1052 12 899 212 980 206

7 741 311 1492 593 1634 654

8 636 105 1372 120 1090 544

9 1912 1276 1715 343 1070 20

10 626 1286 1334 381 1306 236

Lampiran 6 Hasil Pengamatan setelah QoS (Hari Pertama)

H1_1 H1_2 H1_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 827 742 788

2 638 189 679 63 716 72

3 716 78 742 63 674 42

4 681 35 701 41 660 14

5 712 31 779 78 710 50

6 687 25 683 96 684 26

7 746 59 742 59 701 17

8 779 33 667 75 848 147

9 888 109 674 7 941 93

(24)

Lampiran 7 Hasil Pengamatan setelah QoS (Hari Kedua)

H2_1 H2_2 H2_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 725 711 918

2 856 131 726 15 1080 162

3 770 86 702 24 978 102

4 882 112 771 69 1105 127

5 751 131 663 108 1009 96

6 758 7 726 63 1171 162

7 726 32 692 34 1170 1

8 833 107 643 49 1031 139

9 1290 457 630 13 915 116

10 754 536 666 36 1107 192

Lampiran 8 Hasil Pengamatan setelah QoS (Hari Ketiga)

H3_1 H3_2 H3_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 757 767 765

2 680 77 730 37 652 113

3 737 57 709 21 692 40

4 667 70 679 30 681 11

5 670 3 703 24 710 29

6 967 297 710 7 677 33

7 706 261 733 23 937 260

8 657 49 687 46 701 236

9 724 67 715 28 670 31

10 849 125 679 36 667 3

Lampiran 9 Hasil Pengamatan setelah QoS (Hari Keempat)

H4_1 H4_2 H4_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 724 904 751

2 739 15 1036 132 728 23

3 735 4 978 58 816 88

4 670 65 1086 108 784 32

5 662 8 968 118 796 12

6 768 106 1036 68 885 89

7 651 117 940 96 889 4

8 724 73 1014 74 808 81

9 716 8 950 64 768 40

(25)

Lampiran 10 Hasil Pengamatan setelah QoS (Hari Kelima)

H5_1 H5_2 H5_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 962 968 867

2 922 40 682 286 826 41

3 1143 221 736 54 803 23

4 1062 81 961 225 933 130

5 1024 38 929 32 891 42

6 1027 3 939 10 620 271

7 969 58 675 264 911 291

8 1011 42 689 14 855 56

9 928 83 694 5 832 23

10 1025 97 864 170 971 139

Lampiran 11 Konfigurasi Router

UNION_SAMPOERNA_0707#sh run

Building configuration...

Current configuration : 9723 bytes

! Last configuration change at 04:58:57 UTC Tue May 6 2008 by cperoot

! NVRAM config last updated at 04:53:01 UTC Tue May 6 2008 by cperoot

version 12.4

service timestamps debug datetime msec

service timestamps log datetime msec

service password-encryption

hostname UNION_SAMPOERNA_0707

boot-start-marker

boot-end-marker

enable password ***********

no aaa new-model

(26)

no network-clock-participate slot 1

ip cef

voice-card 0

no dspfarm

voice-card 1

no dspfarm

voice call send-alert

voice rtp send-recv

username cperoot password ***********

class-map match-any voip-packet

match access-group name voip

match ip dscp cs5

match ip rtp 16384 16383

policy-map QOS_VOIP

class voip-packet

set ip precedence 5

priority percent 25

class class-default

fair-queue

set ip precedence 0

translation-rule 1

Rule 1 ^1 50271

Rule 2 ^2 50272

Rule 3 ^3 50273

Rule 4 ^4 50274

Rule 5 ^5 50275

Rule 6 ^6 50276

(27)

Rule 8 ^8 50278

Rule 9 ^9 50279

interface Loopback0

ip address 1.136.0.65 255.255.255.255

h323-gateway voip interface

h323-gateway voip bind srcaddr 1.136.0.65

interface FastEthernet0/0

description .:Link 2 LAN:.

ip address 10.20.1.1 255.255.255.0

duplex auto

speed auto

interface FastEthernet0/1

no ip address

shutdown

duplex auto

speed auto

interface Serial0/2/0

no ip address

encapsulation frame-relay IETF

no fair-queue

frame-relay traffic-shaping

frame-relay lmi-type ansi

max-reserved-bandwidth 100

interface Serial0/2/0.100 point-to-point

description .:Link 2 WAN:.

ip address 123.231.168.178 255.255.255.252

frame-relay class QOS_1024

(28)

ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 10.20.1.2

ip route 1.255.252.184 255.255.255.252 Serial0/2/0.100

ip route 1.255.255.250 255.255.255.255 Serial0/2/0.100

ip route 10.20.3.0 255.255.255.0 Serial0/2/0.100

ip route 10.20.4.0 255.255.255.0 Serial0/2/0.100

ip route 10.20.5.0 255.255.255.0 Serial0/2/0.100

ip route 10.20.7.0 255.255.255.0 Serial0/2/0.100

ip route 10.20.8.0 255.255.255.0 Serial0/2/0.100

ip route 10.20.10.0 255.255.255.0 10.20.1.2

ip route 10.20.11.0 255.255.255.0 Serial0/2/0.100

ip route 10.20.12.0 255.255.255.0 Serial0/2/0.100

ip http server

no ip http secure-server

ip access-list extended voip

permit tcp any any eq 1720

permit udp any any range 16384 32767

permit tcp any eq 1720 any

permit ip any any

map-class frame-relay QOS_1024

frame-relay cir 1024000

frame-relay mincir 1024000

service-policy output QOS_VOIP

control-plane

voice-port 0/0/0

cptone ID

connection plar 620

description Voice-SBE

(29)

supervisory disconnect dualtone mid-call

no battery-reversal

cptone ID

timeouts call-disconnect 1

timeouts ringing 15

timeouts wait-release 1

timing hookflash-out 50

connection plar 610

description VOICE-PangkalanBun

voice-port 0/0/2

cptone ID

connection plar 640

description VOICE-GCM-Estate

voice-port 0/0/3

supervisory disconnect dualtone mid-call

no battery-reversal

cptone ID

timeouts call-disconnect 1

timeouts ringing 15

timeouts wait-release 1

timing hookflash-out 50

connection plar 630

description VOICE-LGE

voice-port 0/1/0

supervisory disconnect dualtone mid-call

no battery-reversal

cptone ID

(30)

timeouts ringing 15

timeouts wait-release 1

timing hookflash-out 50

connection plar 650

description VOICE-SMG

voice-port 0/1/1

supervisory disconnect dualtone mid-call

no battery-reversal

timeouts call-disconnect 1

timeouts ringing 15

timeouts wait-release 1

timing hookflash-out 50

connection plar 660

description VOICE-GMC

voice-port 0/1/2

supervisory disconnect dualtone mid-call

no battery-reversal

timeouts call-disconnect 1

timeouts ringing 15

timeouts wait-release 1

timing hookflash-out 50

connection plar 611

description P BUN2

voice-port 0/1/3

supervisory disconnect dualtone mid-call

no battery-reversal

timeouts call-disconnect 1

(31)

timeouts wait-release 1

timing hookflash-out 50

connection plar 621

description SBE2

voice-port 0/3/0

supervisory disconnect dualtone mid-call

no battery-reversal

timeouts call-disconnect 1

timeouts ringing 15

timeouts wait-release 1

timing hookflash-out 50

connection plar 631

description LGE2

voice-port 0/3/1

supervisory disconnect dualtone mid-call

no battery-reversal

timeouts call-disconnect 1

timeouts ringing 15

timeouts wait-release 1

timing hookflash-out 50

connection plar 641

description GMC2

voice-port 0/3/2

supervisory disconnect dualtone mid-call

no battery-reversal

timeouts call-disconnect 1

timeouts ringing 15

(32)

timing hookflash-out 50

connection plar 651

description SMG2

voice-port 0/3/3

supervisory disconnect dualtone mid-call

no battery-reversal

timeouts call-disconnect 1

timeouts ringing 15

timeouts wait-release 1

timing hookflash-out 50

connection plar 661

description GCM MIL2

voice-port 1/0/0

supervisory disconnect dualtone mid-call

no battery-reversal

timeouts call-disconnect 1

timeouts ringing 15

timeouts wait-release 1

timing hookflash-out 50

connection plar 670

description SLM

voice-port 1/0/1

supervisory disconnect dualtone mid-call

no battery-reversal

timeouts call-disconnect 1

timeouts ringing 15

timeouts wait-release 1

(33)

connection plar 671

description SLM2

dial-peer voice 5027666 voip

description CALL CENTER JAH

destination-pattern 666

translate-outgoing called 1

session target ipv4:1.255.255.250

codec g729br8 bytes 40

ip QoS dscp cs5 media

ip QoS dscp cs5 signaling

dial-peer voice 5027610 voip

description CALL ke P BUN1

destination-pattern 61.

translate-outgoing called 1

session target ipv4:1.255.255.250

codec g729br8 bytes 40

ip QoS dscp cs5 media

ip QoS dscp cs5 signaling

dial-peer voice 5027630 voip

description CALL ke LGE

destination-pattern 63.

translate-outgoing called 1

session target ipv4:1.255.255.250

codec g729br8 bytes 40

ip QoS dscp cs5 media

ip QoS dscp cs5 signaling

dial-peer voice 5027620 voip

(34)

destination-pattern 62.

translate-outgoing called 1

session target ipv4:1.255.255.250

codec g729br8 bytes 40

ip QoS dscp cs5 media

ip QoS dscp cs5 signaling

dial-peer voice 5027660 voip

description CALL ke GCM

destination-pattern 66.

translate-outgoing called 1

session target ipv4:1.255.255.250

codec g729br8 bytes 40

ip QoS dscp cs5 media

ip QoS dscp cs5 signaling

dial-peer voice 5027650 voip

description CALL ke SMG

destination-pattern 65.

translate-outgoing called 1

session target ipv4:1.255.255.250

codec g729br8 bytes 40

ip QoS dscp cs5 media

ip QoS dscp cs5 signaling

dial-peer voice 5027640 voip

description CALL ke GCM-Estate

destination-pattern 64.

translate-outgoing called 1

session target ipv4:1.255.255.250

(35)

ip QoS dscp cs5 media

ip QoS dscp cs5 signaling

dial-peer voice 5027611 voip

description CALL ke P BUN2

destination-pattern 61.

translate-outgoing called 1

session target ipv4:1.255.255.250

codec g729br8 bytes 40

ip QoS dscp cs5 media

ip QoS dscp cs5 signaling

dial-peer voice 500 pots

destination-pattern 5027500

port 0/0/0

dial-peer voice 501 pots

destination-pattern 5027501

port 0/0/1

dial-peer voice 502 pots

destination-pattern 5027502

port 0/0/2

dial-peer voice 503 pots

destination-pattern 5027503

port 0/0/3

dial-peer voice 504 pots

destination-pattern 5027504

port 0/1/0

dial-peer voice 505 pots

destination-pattern 5027505

(36)

dial-peer voice 506 pots

destination-pattern 5027506

port 0/1/2

dial-peer voice 507 pots

destination-pattern 5027507

port 0/1/3

dial-peer voice 508 pots

destination-pattern 5027508

port 0/3/0

dial-peer voice 509 pots

destination-pattern 5027509

port 0/3/1

dial-peer voice 510 pots

destination-pattern 5027510

port 0/3/2

dial-peer voice 511 pots

destination-pattern 5027511

port 0/3/3

dial-peer voice 512 pots

destination-pattern 5027512

port 1/0/0

dial-peer voice 513 pots

destination-pattern 5027513

port 1/0/1

dial-peer voice 5027621 voip

description CALL ke SBE2

destination-pattern 62.

(37)

session target ipv4:1.255.255.250

codec g729br8 bytes 40

ip QoS dscp cs5 media

ip QoS dscp cs5 signaling

dial-peer voice 5027631 voip

description CALL ke LGE2

destination-pattern 63.

translate-outgoing called 1

session target ipv4:1.255.255.250

codec g729br8 bytes 40

ip QoS dscp cs5 media

ip QoS dscp cs5 signaling

dial-peer voice 5027641 voip

description CALL ke GMC2

destination-pattern 64.

translate-outgoing called 1

session target ipv4:1.255.255.250

codec g729br8 bytes 40

ip QoS dscp cs5 media

ip QoS dscp cs5 signaling

dial-peer voice 5027651 voip

description CALL ke SMG2

destination-pattern 65.

translate-outgoing called 1

session target ipv4:1.255.255.250

codec g729br8 bytes 40

ip QoS dscp cs5 media

(38)

dial-peer voice 5027661 voip

description CALL ke GCM MIL2

destination-pattern 66.

translate-outgoing called 1

session target ipv4:1.255.255.250

codec g729br8 bytes 40

ip QoS dscp cs5 media

ip QoS dscp cs5 signaling

dial-peer voice 5027670 voip

description CALL ke SLM2

destination-pattern 67.

translate-outgoing called 1

session target ipv4:1.255.255.250

codec g729br8 bytes 40

ip QoS dscp cs5 media

ip QoS dscp cs5 signaling

line con 0

password 7 14191318050B242A28

login local

line aux 0

line vty 0 4

password 7 04550A15062E424F05

login local

scheduler allocate 20000 1000

end

(39)

Lampiran 12 Lampiran pemakaian BandWidth

Rata-rata Waktu

07 - 10 10 - 14 14 - 17

H1 (%) 13,11 32,34 7,94

H2 (%) 15,68 9,89 5,66

H3 (%) 14,71 18,49 21,16

H4 (%) 11,2 18,38 5,66

H5 (%) 22,73 18,43 9,89

Rata-rata 15,486 19,506 10,062

Lampiran 13 Hasil pengamatan delay ping tanpa VoIP (hari pertama)

H_1_1 H_1_2 H_1_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 699 809 640

2 688 11 1889 1080 1809 1169

3 1068 380 679 1210 859 950

4 689 379 728 49 1226 367

5 656 33 758 30 799 427

6 1059 403 808 50 667 132

7 689 370 1388 580 1808 1141

8 837 148 809 579 1779 29

9 627 210 697 112 919 860

10 1317 690 1327 630 1443 524

Lampiran 14 Hasil pengamatan delay ping tanpa VoIP (hari kedua)

H_2_1 H_2_2 H_2_3

No Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 773 775 898

2 698 75 701 74 757 141

3 778 80 968 267 1112 355

4 768 10 889 79 968 144

5 1007 239 986 97 898 70

6 1809 802 1235 249 777 121

7 879 930 965 270 1458 681

8 885 6 1121 156 1522 64

9 1585 700 898 223 978 544

10 699 886 997 99 788 190

Lampiran 15 Hasil pengamatan delay ping tanpa VoIP (hari ketiga)

H_3_1 H_3_2 H_3_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 996 1124 897

2 998 2 867 257 889 8

3 758 240 998 131 1356 467

4 1124 366 876 122 763 593

5 857 267 1325 449 921 158

6 966 109 789 536 1128 207

7 785 181 998 209 1987 859

8 1785 1000 878 120 879 1108

9 1121 664 854 24 754 125

(40)

Lampiran 16 Hasil pengamatan delay ping tanpa VoIP (hari keempat)

H_4_1 H_4_2 H_4_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 897 987 1132

2 1324 427 1861 874 889 243

3 1112 212 1132 729 777 112

4 868 244 1452 320 986 209

5 961 93 897 555 859 127

6 1311 350 879 18 698 161

7 778 533 958 79 984 286

8 756 22 865 93 912 72

9 732 24 725 140 835 77

10 891 159 892 167 1113 278

Lampiran 17 Hasil pengamatan delay ping tanpa VoIP (hari kelima)

H_5_1 H_5_2 H_5_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 968 1213 998

2 987 19 1566 353 1187 189

3 987 0 1112 454 2131 944

4 1135 148 987 125 799 1332

5 868 267 1987 1000 1251 452

6 973 105 898 1089 993 258

7 1322 349 789 109 1136 143

8 1563 241 781 8 1256 120

9 968 595 1113 332 987 269

10 1112 144 987 126 678 309

Lampiran 18 Hasil pengamatan delay VoIP tanpa ping (hari pertama)

H_1_1 H_1_2 H_1_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 798 779 881

2 881 83 801 22 779 102

3 852 29 823 22 816 37

4 876 24 872 49 814 2

5 791 85 793 79 823 9

6 889 98 801 8 881 58

7 821 68 805 4 865 16

8 802 19 821 16 779 86

9 803 1 876 55 797 18

(41)

Lampiran 19 Hasil pengamatan delay VoIP tanpa ping (hari kedua)

H_2_1 H_2_2 H_2_3

No Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 797 885 798

2 823 26 823 -62 771 27

3 813 10 876 53 800 29

4 856 43 769 107 836 36

5 876 20 799 30 812 24

6 810 66 801 2 869 57

7 761 49 810 9 842 27

8 779 18 860 50 821 21

9 800 21 898 38 812 9

10 821 21 880 18 710 102

Lampiran 20 Hasil pengamatan delay VoIP tanpa ping (hari ketiga)

H_3_1 H_3_2 H_3_3

No Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 845 887 779

2 865 20 854 33 813 34

3 826 39 862 8 821 8

4 864 38 812 50 865 44

5 812 52 813 1 810 55

6 832 20 862 49 779 31

7 799 33 788 74 812 33

8 748 51 795 7 739 73

9 854 106 726 69 756 17

10 823 31 881 155 886 130

Lampiran 21 Hasil pengamatan delay VoIP tanpa ping (hari keempat)

H_4_1 H_4_2 H_4_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 798 881 786

2 854 56 865 16 756 30

3 842 12 821 44 842 86

4 862 20 796 25 812 30

5 813 49 742 54 864 52

6 910 97 715 27 832 32

7 852 58 768 53 872 40

8 813 39 769 1 798 74

9 732 81 886 117 811 13

(42)

Lampiran 22 Hasil pengamatan delay VoIP tanpa ping (hari kelima)

H_5_1 H_5_2 H_5_3

No Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 852 897 796

2 842 10 865 32 812 16

3 825 17 812 53 835 23

4 816 9 831 19 881 46

5 839 23 854 23 879 2

6 759 80 779 75 792 87

7 762 3 769 10 880 88

8 896 134 812 43 730 150

9 903 7 982 170 791 61

10 875 28 776 206 884 93

Lampiran 23 Hasil pengamatan delay VoIP dengan ping (hari pertama)

H_1_1 H_1_2 H_1_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 925 899 896

2 865 60 935 36 789 102

3 968 29 964 29 765 24

4 882 86 911 53 885 2

5 836 85 932 79 865 20

6 856 20 952 20 883 18

7 812 68 812 140 897 16

8 786 19 811 1 821 86

9 792 6 801 10 933 112

10 813 4 800 88 938 5

Lampiran 24 Hasil pengamatan delay VoIP dengan ping (hari kedua)

H_2_1 H_2_2 H_2_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 882 956 898

2 854 28 912 44 789 27

3 879 10 968 56 768 21

4 921 42 996 107 868 100

5 932 11 936 60 879 24

6 865 66 897 39 899 20

7 987 49 982 85 921 27

8 992 5 823 159 935 21

9 896 96 974 151 867 9

(43)

Lampiran 25 Hasil pengamatan delay VoIP dengan ping (hari ketiga)

H_3_1 H_3_2 H_3_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 998 884 878

2 1021 23 876 33 856 22

3 968 39 846 30 812 44

4 925 43 812 50 865 53

5 913 52 832 20 897 55

6 899 14 811 21 789 31

7 879 33 842 74 798 9

8 869 51 789 53 812 73

9 856 13 723 69 836 24

10 978 31 756 33 826 10

Lampiran 26 Hasil pengamatan delay VoIP dengan ping (hari keempat)

H_4_1 H_4_2 H_4_3

No Delay Jitter 986 Jitter Delay Jitter

1 889 956 896

2 867 22 865 16 846 30

3 891 12 872 44 879 33

4 912 21 862 25 968 30

5 935 49 997 54 945 23

6 968 33 1036 27 912 32

7 1102 58 1130 94 892 20

8 996 39 1200 70 1235 74

9 1030 81 912 288 991 244

10 998 32 886 74 899 92

Lampiran 27 Hasil pengamatan delay VoIP dengan ping (hari kelima)

H_5_1 H_5_2 H_5_3

No

Delay Jitter Delay Jitter Delay Jitter

1 987 778 856

2 896 10 986 32 812 44

3 872 17 963 53 886 74

4 755 9 1201 238 912 26

5 886 131 923 278 935 2

6 882 80 892 75 964 87

7 856 26 881 10 978 14

8 881 25 913 32 963 150

9 710 171 952 39 866 97

(44)

AGNES YUNITA. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Daun Lidah Mertua

(

Sansevieria trifasciata

). Dibimbing oleh DONDIN SAJUTHI dan IRMA

HERAWATI SUPARTO.

Lidah mertua (Sansevieria trifasciata) merupakan tanaman asli Afrika Selatan

yang umum digunakan sebagai tanaman obat, khususnya sebagai obat infeksi. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengevaluasi potensi yang dimiliki oleh spesies ini dalam

menghambat aktivitas bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus secara in vitro

pada media Mueller<Hinton. Tanaman lidah mertua didapatkan dari kebun percobaan di

Kampus Lodaya IPB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kasar metanol pada

konsentrasi 10000, 5000, 2500, dan 1250 ppm tidak menunjukkan aktivitas antibakteri

terhadap bakteri uji. Ekstrak kasar kemudian difraksinasi dengan menggunakan metode

gradien dengan nisbah pelarut kloroform dan metanol. Eluen terbaik yang dihasilkan

adalah kloroform:metanol (9:1). Fraksinasi menghasilkan 10 fraksi. Kesepuluh fraksi

diuji aktivitasnya dengan konsentrasi 40000, 20000, dan 10000 ppm. Berdasarkan uji

aktivitas antibakteri yang dilakukan terdapat 2 fraksi teraktif yang dapat menghambat

pertumbuhan kedua jenis bakteri uji, 5 fraksi dapat menghambat bakteri Gram positif dan

sisa 3 fraksi tidak menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji.

ABSTRACT

AGNES YUNITA. Antibacterial Activity of Fractionated Extract of

Sansevieria

trifasciata

.

Supervised by

DONDIN SAJUTHI and IRMA HERAWATI

SUPARTO.

(45)

Wabah penyakit menjadi salah satu permasalahan yang seringkali merisaukan masyarakat Indonesia. Salah satu penyebab penyakit yang paling umum adalah bakteri. Beberapa bakteri dapat menyebabkan penyakit pada manusia maupun makhluk hidup lainnya. Usaha yang dilakukan manusia untuk melawan bakteri patogen ini adalah dengan menemukan zat yang mampu menghambat aktivitas pertumbuhan bakteri, yaitu antibiotik.

Antibiotik merupakan hasil langsung dari metabolit sekunder mikroorganisme, akan tetapi ada juga antibiotik yang digunakan dalam bentuk turunannya yang telah mengalami modifikasi kimia. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya kerja dan efektivitas antibiotik. Penyalahggunaan antibiotik oleh masyarakat maupun praktisi kesehatan dapat menimbulkan dampak negatif seperti timbulnya resistensi bakteri terhadap daya kerja antibiotik. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari dampak ini adalah dengan pencarian zat antibakteri baru, misalnya dari ekstrak tanaman.

Secara empiris telah banyak digunakan tanaman obat seperti daun arbenan (Aulia 2008), rimpang temulawak (Hudayanti 2004), daun kesum (Wibowo 2007), dan lidah mertua (Afolayan et al. 2008) untuk mengobati penyakit infeksi. Tanaman< tanaman yang mampu mengobati penyakit infeksi diharapkan dapat memberikan hasil

uji yang positif untuk aktivitas

antibakterinya. Oleh sebab itu, pelu dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap tanaman<tanaman obat tersebut.

Tanaman lidah mertua merupakan salah satu tanaman obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit

Gambar

Gambar 1 Arsitektur jaringan MPLS (Rosen 2001).
Gambar 3 Arsitektur jaringan H.323.Gambar 3 Arsitektur jaringan H.323.
Gambar 4 Skema metode penelitian.
Tabel 1 Daftar kantor cabang USTP
+7

Referensi

Dokumen terkait

6 Namun harus diakui bahwa sengketa Laut China Selatan adalah persoalan yang tidak mudah serta membutuhkan waktu yang panjang, bagi Indonesia meskipun

Pada tahap ini , perusahaan dapat mengambil keputusan atas strategi yang akan digunakan , berdasarkan hasil Analisis S.W.O.T yang telah dilakukan oleh

Pada Gambar 3, ditampilkan peta kecepatan angin pada ketinggian 10 m di atas permukaan tanah yang merupakan hasil proses downscaling menggunakan perangkat lunak

Landasan ilmiah dan teknologi, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari hasil-hasil riset atau penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik tolak dalam

Dari ketiga kemasan, dapat dilihat bahwa sebenarnya ketiga kemasan cukup baik menjaga kualitas warna buah pepaya, tetapi hanya kemasan stretch film (SF) yang

Mahasiswa FILKOM UB dapat berdiskusi dengan ketua program studi atau koordinator KJFD untuk mendapatkan rekomendasi dosen yang memiliki bidang keahlian sesuai topik

Berdasarkan data olahan SPSS yang meliputi variabel independen yaitu likuiditas (X1), ukuran perusahaan (X2), dan leverage (X3) maka dapat diketahui nilai