ABSTRACT
THE ANALYSIS OF FARMER’S COMPETENCE AND LAND AREA, AND THEIR EFFECT ON PADDY FARMER’S INCOME
IN LAMPUNG PROVINCE By:
Bambang Widjonarko
Farmer’s household income is an income obtained by all household members who produce agricultural commodity. Farmer’s incomes can be generated by agricultural business, non-agricultural business, income/other revenue and fund transfer from other party.
Efforts to improve farmer’s income can be conducted in many ways including enlarged land use and improving farming business productivities by using the land optimally by adopting agribusiness concepts in farming. Farm business productivity improvement demands sufficient farmer’s competence to be able to manage farming business properly.
The objective of this research was to find out the farmer’s competence, land area situation of farmer, income situation of farmer, and influence of land area, education level and farmer’s participation in agricultural extension both partially or jointly on the farmer’s income.
Testing each independent variable was conducted separately by using t-test and testing all variables jointly was conducted by F-test. T-test analysis result showed that land area and education level partially have significan influence on farmer’s income, while participation in agricultural extension has no influence on farmer’s income. F-test statistic test result showed that land area, education level and participation in agricultural extension jointly have significant influence on farmer’s income.
ABSTRAK
ANALISIS KOMPETENSI PETANI DAN LUAS LAHAN, SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI
DI PROVINSI LAMPUNG
Oleh:
Bambang Widjonarko
Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan petani dapat berasal dari usaha sektor pertanian, pendapatan dari usaha di luar sektor pertanian, pendapatan dari buruh di sektor pertanian, pendapatan dari buruh di luar sektor pertanian, pendapatan/penerimaan lain dan transfer yang berasal dari pihak lain.
Upaya peningkatan pendapatan petani dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan perluasan lahan garapan, dan peningkatan produktivitas usahatani melalui pemanfaatan potensi lahan secara optimal dengan menerapkan konsep agribisnis dalam berusahatani. Peningkatan produktivitas usahatani menuntut tingkat kompetensi petani yang memadai agar dapat mengelola usahatani dengan baik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi kompetensi petani, untuk mengetahui kondisi pengusahaan lahan petani, dan untuk mengetahui kondisi pendapatan petani, serta untuk mengetahui pengaruh luas lahan, tingkat pendidikan dan keikutsertaan petani dalam penyuluhan baik secara parsial maupun bersama-sama terhadap pendapatan petani.
Pengujian terhadap masing-masing variabel bebas secara terpisah dilakukan dengan menggunakan uji t dan untuk pengujian secara bersama-sama menggunakan uji F. Berdasarkan hasil pengujian statistik (uji t) diketahui bahwa luas lahan dan pendidikan petani secara terpisah berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani, sedangkan variabel keikutsertaan petani dalam penyuluhan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani. Hasil pengujian statistik dengan uji F diketahui bahwa variabel luas lahan, pendidikan petani dan keikutsertaan petani dalam penyuluhan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani.
ANALISIS KOMPETENSI PETANI DAN LUAS LAHAN, SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI
DI PROVINSI LAMPUNG
Oleh
BAMBANG WIDJONARKO
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar MAGISTER MANAJEMEN
Pada
Program Pascasarjana Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
ANALISIS KOMPETENSI PETANI DAN LUAS LAHAN, SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI
DI PROVINSI LAMPUNG
TESIS
Oleh
BAMBANG WIDJONARKO
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
iv DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Keterkaitan Antar Variabel ... 13
Gambar 2. Pendapatan Petani Padi Berdasarkan Pendidikan Petani di Provinsi
Lampung Tahun 2014 ... 46
Gambar 3. Pendapatan Petani Padi Berdasarkan Penyuluhan Pertanian yang
i
3.1. Lokasi dan Objek Penelitian ... 26
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 26
3.3. Model Analisis ... 28
ii
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32
4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. ... 32
4.1.1. Keadaan Penduduk ... 32
4.1.2. Kondisi Pertanian ... 33
4.2. Luas Pengusahaan Lahan Sawah. ... 34
4.2.1. Responden Berdasarkan Luas Pengusahaan Lahan Sawah ... 35
4.2.2. Pendapatan Petani Berdasarkan Luas Pengusahaan Lahan Sawah... 36
4.3. Pendidikan Petani... 41
4.3.1. Responden Berdasarkan Pendidikan Petani ... 41
4.3.2. Pendapatan Petani Berdasarkan Pendidikan Petani ... 45
4.4. Penyuluhan Pertanian... 47
4.4.1. Responden Berdasarkan Penyuluhan Pertanian ... 47
4.4.2. Pendapatan Petani Berdasarkan Penyuluhan Pertanian... 50
4.5. Analisis Pengaruh ... 52
4.5.1. Analisis Regresi Linier Berganda... 53
4.5.2. Pengujian Secara Bersama-sama (Uji F) ... 54
4.5.3. Koefisien Determinasi Bersama-sama (R2) ... 55
4.5.4. Pengujian dengan ui t ... 56
4.6. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Pendapatan Petani . ... 59
4.7. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pendapatan Petani ... 62
4.8. Pengaruh Penyuluhan Pertanian Terhadap Pendapatan Petani ... 65
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 68
5.1. Kesimpulan ... 68
5.2. Saran... 69
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sebaran Responden Menurut Luas Pengusahaan Lahan Sawah
di Provinsi Lampung Tahun 2014... 73
Lampiran 2. Sebaran Responden Menurut Pendidikan Petani di Provinsi
Lampung Tahun 2014 ... 74
Lampiran 3. Sebaran Responden Menurut Keikutsertaan dalam Penyuluhan
Pertanian di Provinsi Lampung Tahun 2014... 75
Lampiran 4. Output Pengolahan Data SPSS... 76
iii DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rata-rata Pendapatan Per Rumahtangga Petani Berdasarkan Sumber
Pendapatan/Penerimaan di Provinsi Lampung Tahun 2013 ... 1
Tabel 2. Jumlah Rumahtangga Petani Menurut Golongan Luas lahan yang Dikuasai di Provinsi Lampung Tahun 2003 dan 2013 ... 4
Tabel 3. Sebaran Responden Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2014 ... 27
Tabel 4. Persentase Responden Berdasarkan Pengusahaan Lahan Sawah, di Provinsi Lampung Tahun 2014... 35
Tabel 5. Pendapatan Petani Berdasarkan Luas Pengusahaan Lahan Sawah di Provinsi Lampung Tahun 2014 ... 37
Tabel 6. Rata-rata Luas Pengusahaan Lahan dan Rata-rata Pendapatan Petani menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2014 ... 38
Tabel 7. Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan dan Rata-rata Pendapatan Petani menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2014 ... 42
Tabel 8. Persentase Petani Berdasarkan Keikutsertaan dalam Penyuluhan Pertanian dan Rata-rata Pendapatan Petani menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2014... 48
Tabel 9. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 53
Tabel 10. Hasil Uji F ... 54
Tabel 11. Koefisien Determinasi Bersama-sama (R2) ... 55
Tabel 12. Hasil Uji t ... 56
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “ANALISIS
KOMPETENSI PETANI DAN LUAS LAHAN, SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI PROVINSI LAMPUNG”. Tesis
ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Pascasarjana pada
Program Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung.
Dengan selesainya tesis ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof Dr. H. Satria Bangsawan, SE. M.Si, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
2. Bapak Dr. H. Irham Lihan, SE. M.Si, selaku Pembimbing I sekaligus sebagai
Ketua Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
3. Bapak Dr. I Wayan Suparta, SE. M.Si, selaku Pembimbing Kedua
4. Bapak Ir. Adhi Wiriana, M.Si, selaku Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi
Lampung
5. Ibu Dr. Ernie Hendrawaty, SE. M.Si, selaku Sekretaris Program Studi
Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Magister
Manajemen Universitas Lampung
7. Seluruh Staf Program Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
8. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Manajemen angkatan tahun
2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
9. Rekan-rekan Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung
10. Keluarga besar Samoedro dan Noto Soetarmo
Semoga segala bimbingan, bantuan dan do’a yang diberikan kepada penulis
mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah SWT. Aamiin.
Bandar Lampung, 22 Oktober 2015
Penulis,
MOTO
Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kasangsian.
Tetapi jika orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan
(Sir Francis Bacon)
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karyaku ini untuk:
• Ibu Sutarmi, yang selalu memberikan kasih sayang, do’a dan dukungan sejak kecil sampai berkeluarga
• Ibu Sukarni, yang selalu memberikan kasih sayang, do’a dan dukungan dalam menjalani kehidupan berkeluarga
• Istriku tercinta, Rahayu Mulyaningsih, yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, do’a dan dukungan yang begitu ikhlas demi keberhasilan pendidikanku.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada 11 April 1969 di Purbalingga, Jawa Tengah sebagai putra
kedua dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Samoedro (alm) dan Ibu
Sutarmi. Beberapa jenjang pendidikan yang telah penulis tempuh sebelum
menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, sebagai berikut:
1. Sekolah Dasar Negeri Wirasana Purbalingga, tamat tahun 1981
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri I Purbalingga, tamat tahun 1984
3. Sekolah Menengah Atas Negeri Purbalingga, tamat tahun 1987
4. Strata 1, pada Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto, tamat tahun 1993
Saat ini penulis menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Pusat Statistik
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh
rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga
petani dapat berasal dari usaha sektor pertanian, pendapatan dari usaha di luar
sektor pertanian, pendapatan dari buruh sektor pertanian, pendapatan dari buruh di
luar sektor pertanian, dan pendapatan/penerimaan lain dan transfer yang berasal
dari pihak lain. Perbandingan pendapatan rumahtangga petani berdasarkan sumber
pendapatan/penerimaan seperti terlihat pada Tabel 1. di bawah ini.
Tabel 1. Rata-rata Pendapatan Per Rumahtangga Petani Berdasarkan Sumber Pendapatan/Penerimaan di Provinsi Lampung Tahun 2013
Sumber Pendapatan/Penerimaan
Rata-rata Pendapatan
(000 Rp) %
Setahun Sebulan
(1) (2) (3) (4)
1. Usaha Sektor Pertanian 14.110 1.176 54,00
2. Usaha di luar Sektor Pertanian 2.693 224 10,31
3. Pendapatan/Penerimaan Lain dan Transfer 2.681 223 10,26
4. Buruh Sektor Pertanian 2.661 222 10,18
5. Buruh di luar Sektor Pertanian 3.984 332 15,25
Jumlah 26.128 2.177 100,00
2
Berdasarkan Tabel 1. terlihat bahwa sebanyak 54,00 persen pendapatan
rumahtangga petani di Provinsi Lampung pada Tahun 2013 bersumber dari usaha
pertanian yang digelutinya. Usaha pertanian secara umum meliputi kegiatan
berbagai subsektor antara lain subsektor tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan dan jasa pertanian. Pendapatan
rumahtangga petani yang berasal dari buruh di luar sektor pertanian menempati
peringkat kedua dengan menyumbang 15,25 persen total pendapatan, kemudian
diikuti usaha di luar sektor pertanian, pendapatan/penerimaan lain dan transfer
serta buruh sektor pertanian yang masing masing sebesar 10,31 persen, 10, 26
persen dan 10,18 persen.
Rata-rata pendapatan rumahtangga petani di Provinsi Lampung sebesar Rp 26,13
juta per rumah tangga per tahun atau Rp 2,18 juta per rumahtangga per bulan,
sedangkan pendapatan yang berasal dari usaha pertanian sebesar Rp 14,11 juta per
tahun atau Rp 1,18 juta per bulan. Jika dibandingkan dengan upah minimum
provinsi (UMP) Lampung Tahun 2013 sebesar Rp 1,15 juta per bulan bagi pekerja
bujangan, maka usaha pertanian hanya mampu memberikan pendapatan setara
UMP. Dengan realitas tersebut maka pendapatan usaha sebesar Rp 1,18 juta per
bulan sangat tidak memadai jika dibandingkan dengan besarnya resiko yang harus
ditanggung petani, sementara pekerja yang menerima upah sebesar UMP tidak
menanggung resiko. Seperti diketahui bahwa usahatani yang dilakukan petani
memiliki resiko yang cukup tinggi akibat dari banyaknya kendala yang harus
dihadapi petani seperti cuaca yang tidak menentu, kelangkaan pupuk, adanya
gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan harga jual produk pertanian
3
Kondisi pendapatan petani yang sangat rendah ini sangat memprihatinkan
mengingat begitu banyaknya rumahtangga yang menggantungkan hidupnya pada
sektor pertanian di Provinsi Lampung. Upaya peningkatan pendapatan petani
dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan perluasan lahan
garapan, dan peningkatan produktivitas usahatani melalui pemanfaatan potensi
lahan secara optimal dengan menerapkan konsep agribisnis dalam berusahatani.
Upaya peningkatan produktivitas usahatani menuntut tingkat kompetensi petani
yang memadai agar dapat mengelola usahataninya dengan baik.
Distribusi rumahtangga petani berdasarkan lahan yang dikuasai menunjukan
fenomena sangat beragam. Jumlah rumahtangga petani berdasarkan golongan luas
lahan yang dikuasai terlihat pada Tabel 2. Pada Tahun 2013 sebanyak 27,70
persen rumahtangga petani di Provinsi Lampung menguasai lahan seluas 0,50 s/d
0,99 hektar, 26,74 persen menguasai lahan seluas 1,00 s/d 1,99 hektar, dan 19,54
persen menguasai lahan seluas 0,20 s/d 0,49 hektar, sementara yang menguasai
lahan seluas 2,00 s/d 2,99 hektar sebanyak 9,36 persen rumahtangga petani.
Sedangkan rumahtangga petani yang menguasai lahan kurang dari 0,20 hektar dan
lebih dari 3,00 hektar persentasenya sangat kecil.
Selama kurun waktu 10 tahun, dari Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2013
terjadi penurunan jumlah rumahtangga petani di Provinsi Lampung, penurunan
terbesar terjadi pada golongan penguasaan lahan kurang dari 0,10 hektar dan 0,10
s/d 0,19 hektar masing-masing sebesar 60,17 persen dan 23,47 persen. Turunnya
jumlah rumahtangga petani diduga karena terjadi alih profesi dari sektor pertanian
4
dari 0,20 hektar sangat tidak layak dari sisi skala usaha sehingga tidak mampu
memberikan pendapatan yang memadai bagi kehidupan ekonomi rumahtangga,
dan terbukanya kesempatan bekerja dan berusaha di luar sektor pertanian seiring
dengan kemajuan pembangunan yang terjadi di segala sektor. Sebaliknya pada
golongan penguasaan lahan yang lain terjadi kenaikan jumlah rumahtangga
petani, bahkan pada rumahtangga petani dengan penguasaan lahan lebih dari 3,00
hektar terjadi peningkatan sebesar 25,66 persen.
Tabel 2. Jumlah Rumahtangga Petani Menurut Golongan Luas Lahan yang Dikuasai di Provinsi Lampung Tahun 2003 dan 2013
No.
1. < 0,10 185.001 14,31 73.691 6,01 -111.310 -60,17
2. 0,10 -0,19 73.445 5,68 56.208 4,57 -17.237 -23,47
3. 0,20 -0,49 208.447 16,12 239.624 19,54 31.177 14,96
4, 0,50 - 0,99 320.433 24,77 339.685 27,70 19.252 6,01
5. 1,00 - 1,99 327.039 25,29 327.922 26,74 883 0,27
6. 2,00–2,99 119.481 9,24 114.749 9,36 -4.732 -3,96
7. ≥ 3,00 59.346 4,59 74.576 6,08 15.230 25,66
Total 1.293.192 100,00 1.226.455 100,00 -66.737 -5,16
Sumber : BPS Provinsi Lampung, Potret Usaha Pertanian Provinsi Lampung Menurut Subsektor Tahun 2014
Turunnya jumlah rumahtangga tani dengan penguasaan lahan sempit, dan
peningkatan jumlah rumahtangga dengan penguasaan lahan lebih besar selama 10
tahun terakhir merupakan fenomena yang menggembirakan dan diharapkan akan
5
penguasaan lahan petani akan semakin besar. Namun demikian kondisi saat ini
masih mengkhawatirkan mengingat masih banyaknya rumahtangga petani gurem
(petani dengan penguasaan lahan kurang dari 0,50 hektar) yaitu mencapai 30,13
persen, sementara rumahtangga petani yang menguasai lahan lebih dari 2,00
hektar hanya mencapai 15,44 persen. Dengan kondisi penguasaan lahan
rumahtangga petani yang masih relatif sempit, sulit diharapkan untuk memperoleh
pendapatan yang memadai dari usahataninya.
Selain dari sisi penguasaan lahan, dari sisi kualitas sumber daya manusia (SDM)
petani juga tidak kalah besar tantangan yang harus dihadapi. Saat ini banyak
tenaga kerja muda dan terdidik dalam mencari pekerjaan lebih berorientasi ke
sektor lain di luar sektor pertanian, karena sektor tersebut lebih menjanjikan dari
sisi ekonomi dibanding sektor pertanian. Akibatnya tenaga kerja yang
berkecimpung di sektor pertanian adalah tenaga kerja dengan kompetensi yang
tidak memadai sehingga produktivitasnya rendah. Sementara itu daya saing
ekonomi akan terwujud bila didukung oleh SDM yang handal. Tanpa manajemen
sumber daya manusia yang baik dalam usahatani, pengelolaan, penggunaan dan
pemanfaatan sumber-sumber daya lainnya menjadi tidak berdaya guna dan
berhasil guna.
Kompetensi seorang petani dalam berusahatani merupakan perwujudan perilaku
untuk merencanakan serangkaian kegiatan untuk mencapai target yang telah
ditentukan. Kompetensi merujuk pada kemampuan petani secara umum untuk
menjalankan usahatani atau tugas-tugas dan fungsi-fungsi pekerjaannya secara
6
menjalankan tugas pada suatu pekerjaan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Petani yang kompeten harus mampu menjadi manager usahatani yang
terampil untuk melakukan tugas-tugasnya seperti merencanakan usaha tani,
menentukan kapan waktu yang tepat untuk menanam, memanen, bagaimana
memasarkan hasil, cara mencari modal usaha, cara mengontrol usaha taninya,
bahkan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul dan mengantisipasi
kemungkinan kendala-kendala yang akan dihadapi dalam berusahatani. Dengan
kata lain kompeten dimaknai memiliki pengetahuan, dan keterampilan yang
memadai untuk melaksanakan pekerjaan.
Dari sisi latar belakang pendidikan petani di Provinsi Lampung, berdasarkan
Sakernas Tahun 2013 lebih dari 57 persen petani hanya berpendidikan sampai
sekolah dasar, sedangkan yang berpendidikan menengah sebesar 41 persen dan
sangat sedikit yang mengenyam pendidikan tinggi. Dengan tingkat pendidikan
rata-rata hanya lulus sekolah dasar, secara umum petani di Provinsi Lampung
memiliki pengetahuan dan wawasan yang sangat terbatas yang dapat menjadi
kendala dalam berusahatani. Dengan pengetahuan dan wawasan yang terbatas
tentunya petani di Provinsi Lampung memiliki kompetensi yang kurang memadai,
untuk itu diperlukan adanya penyuluhan yang intensif bagi petani sehingga
mampu meningkatkan kompetensi petani seiring dengan meningkatnya
keterampilan petani.
Sejak era otonomi daerah digulirkan, secara kelembagaan banyak terjadi
pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, salah satunya
7
teknologi dari penyuluh ke petani, dari tahun ke tahun menunjukan gejala
penurunan yang cukup signifikan. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan
bagi upaya peningkatan kompetensi petani, mengingat kenyataan di lapangan
masih banyak petani yang belum sepenuhnya menerapkan teknologi dalam
usahatani padi.
Lemahnya penerapaan teknologi dalam usahatani padi disebabkan karena
kurangnya pengetahuan dan wawasan petani tentang teknologi pertanian. Untuk
mengatasi hal tersebut diperlukan usaha untuk merubah sikap mental, cara
berpikir, cara kerja, pengetahuan, wawasan dan keterampilan petani sehingga
petani mampu mengadopsi teknologi-teknologi terbaru secara efektif dalam
usahatani padi. Hal ini membuktikan bahwa kehadiran penyuluh pertanian masih
sangat dibutuhkan untuk mendampingi dan memberikan bimbingan serta motivasi
kepada petani agar petani dapat melakukan usahataninya dengan baik sehingga
produktivitas dan pendapatan petani akan semakin meningkat dimasa mendatang.
Saat ini berbagai teknologi pertanian terus dikembangkan dan diintroduksikan
kepada petani. Teknologi tersebut dapat sampai ke petani melalui berbagai media
salah satunya melalui kegiatan penyuluhan pertanian. Di tingkat petani inovasi
teknologi yang telah diperkenalkan belum sepenuhnya diadopsi dalam usahatani
yang dijalankan. Realitas di lapangan tidak jarang sebuah inovasi teknologi belum
bisa sepenuhnya diterima bahkan seringkali ditolak oleh petani. Meskipun inovasi
yang diperkenalkan merupakan hasil perbaikan atau modifikasi teknologi yang
ada di petani dan bahkan telah diujicobakan kepada petani lain, tetapi belum
8
Ketidakpastian dan tidak terjaminnya hasil yang akan diperoleh petani ketika
mengadopsi sebuah inovasi baru menjadi penghalang bagi petani dalam
mengimplementasikan berbagai inovasi dalam usahatani padi. Sehingga petani
masih berpegang teguh dan bertahan pada teknologi lokal yang selama ini
diterapkannya.
Berbagai penelitian yang dilakukan tentang introduksi inovasi teknologi dalam
masyarakat menunjukkan bahwa apa yang disampaikan kepada petani tidak selalu
didengar dan jika didengar tidak selalu dipahami, apabila mereka memahami
belum tentu mereka setuju, dan meskipun setuju dengan apa yang disampaikan,
ternyata petani belum tentu melakukannya. Jika menerapkan apa yang
disampaikan tidak selalu menerapkan inovasi tersebut secara berkelanjutan.
Dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis KompetensiPetani dan Luas Lahan, serta Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Petani Padi di Provinsi Lampung” yang
merupakan kajian Survei Rumah Tangga Usaha Tanaman Padi Tahun 2014
(SPD.2014) yang diselenggarakan oleh BPS dalam rangkaian kegiatan Sensus
Pertanian 2013 (ST2013). Mengingat keterbatasan data yang tersedia, dalam
penelitian ini kompetensi petani dibatasi pada aspek pendidikan petani dan
keikutsertaan petani dalam berbagai penyuluhan pertanian.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, permasalahan yang dapat
9
1. Bagaimana kondisi kompetensi petani di Provinsi Lampung
2. Bagaimana kondisi pengusahaan lahan sawah petani di Provinsi Lampung
3. Bagaimana kondisi pendapatan petani padi di Provinsi Lampung
4. Bagaimana pengaruh luas lahan (X1) terhadap pendapatan petani padi di
Provinsi Lampung,
5. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan petani (X2) terhadap pendapatan
petani padi di Provinsi Lampung
6. Bagaimana pengaruh penyuluhan pertanian (Zi) terhadap pendapatan petani
padi di Provinsi Lampung
7. Bagaimana pengaruh luas lahan, tingkat pendidikan formal petani dan
penyuluhan pertanian secara bersama-sama terhadap pendapatan petani padi
di Provinsi Lampung.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kondisi kompetensi petani di Propvinsi Lampung.
2. Untuk mengetahui kondisi penguasaan lahan sawah petani di Provinsi
Lampung.
3. Untuk mengetahui kondisi pendapatan petani padi di Provinsi Lampung
4. Untuk mengetahui pengaruh luas lahan (X1) terhadap pendapatan petani padi
di Provinsi Lampung,
5. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan petani (X2) terhadap
pendapatan petani padi di Provinsi Lampung.
6. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan pertanian (Zi) terhadap pendapatan
10
7. Untuk mengetahui pengaruh luas lahan, tingkat pendidikan petani dan
penyuluhan pertanian secara bersama-sama terhadap pendapatan petani padi
di Provinsi Lampung.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah khususnya Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kab/Kota
di Lampung, diharapkan dapat membantu memberikan sumbangan
pemikiran dalam pengambilan keputusan pembangunan di sektor pertanian
khususnya dalam pengusahaan tanaman padi, sehingga mampu
meningkatkan produksi padi dan sekaligus pendapatan petani sehingga
kesejahteraan petani padi di Provinsi Lampung juga akan meningkat.
2. Bagi masyarakat khususnya petani padi, diharapkan dapat memberikan
informasi bagaimana mengangkat pendapatan dan meningkatkan
kesejahteraan petani padi di Provinsi Lampung,
3. Bagi akademisi dan peneliti, diharapkan dapat menjadi referensi untuk lebih
memperkaya khasanah keilmuan khususnya dalam pembangunan pertanian.
1.5. Kerangka Pemikiran
Dalam bidang pertanian, luas lahan merupakan unsur yang paling penting dalam
meningkatkan pendapatan petani. Luas lahan dan pendapatan petani padi secara
langsung maupun tidak langsung mempunyai hubungan yang positif. Secara
langsung luas lahan mempengaruhi skala usahatani yang pada akhirnya
11
pertanian. Besar atau kecilnya jumlah produksi sangat mempengaruhi pendapatan
petani, petani dengan penguasaan lahan yang luas akan mendapatkan hasil
produksi yang besar sehingga memperoleh penghasilan yang besar pula.
Sedangkan petani yang menguasai lahan yang sempit maka hasil produksinya juga
sedikit dan akan memperoleh penghasilan yang rendah pula karena jumlah
tanaman yang ditanam oleh petani menjadi berkurang.
Luas lahan selain terkait skala usaha juga berkaitan dengan tingkat efisiensi
penggunaan input dalam usahatani padi. Usahatani padi pada lahan yang sempit
cenderung tidak efisien dalam penggunaan input seperti benih, pupuk, pestisida
dan lainnya. Hal ini tentunya dapat menurunkan pendapatan petani karena
penggunaan input yang berlebihan belum tentu berbanding lurus dengan hasil
produksi dan pendapatan yang akan diterima petani. Sedangkan pada lahan yang
terlalu luas juga dapat menurunkan tingkat optimalisasi lahan akibat dari
lemahnya pengawasan dan terbatasnya permodalan yang dimiliki sehingga input
yang diterapkan tidak mencapai titik optimal dan akhirnya berdampak kepada
pendapatan yang nantinya akan diterima petani.
Tingkat pendidikan petani secara tidak langsung berpengaruh positif terhadap
pendapatan petani padi. Tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan dan
wawasan yang dimiliki petani. Semakin tinggi pendidikan petani maka semakin
luas wawasan petani dan memudahkan petani dalam mengakses pengetahuan dan
teknologi serta inovasi terbaru yang terkait dengan usaha tani padi. Dengan
pendidikan yang semakin tinggi maka petani dapat membuat perencanaan
12
terjadi selama pengusahaan tanaman padi. Petani juga mempunyai keberanian
untuk meningkatkan intensifikasi usahatani padi dengan segala resikonya
sehingga mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, serta menaikkan
nilai tambah produk yang dihasilkan dan pada gilirannya berdampak terhadap
meningkatnya pendapatan petani.
Penyuluhan merupakan pendidikan nonformal yang diterima petani yang
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan petani dalam
meningkatkan produksi usaha taninya. Kompetensi petani salah satunya dapat
dilihat dari aspek keikutsertaannya dalam penyuluhan pertanian seperti
penyuluhan yang berkaitan dengan teknik budidaya, pengendalian
hama/organisme pengganggu tanaman (OPT), pemasaran hasil, pascapanen dan
teknik pembiayaan. Dengan mengikuti penyuluhan maka kemampuan dan
pengetahuan petani dalam usahatani padi dapat ditingkatkan. Dengan
meningkatnya kemampuan petani dalam mengusahakan tanaman padi maka
diharapkan petani dapat berusahatani dengan benar sehingga mampu
meningkatkan pendapatan petani.
Semakin banyak penyuluhan yang diikuti maka semakin banyak pengetahuan
yang diperoleh petani dan menambah keterampilan petani. Dengan pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki petani dapat melakukan usaha tani padi dengan
lebih efisien dan mampu mengantisipasi dan mengatasi persoalan-persoalan yang
dihadapi sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatannya. Hal
13
melalui keikutsertaanya dalam penyuluhan pertanian secara tidak langsung
berpengaruh positif terhadap pendapatan petani.
Gambar 1. Keterkaitan Antar Variabel
1.6. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran, maka disusun hipotesis
dalam penelitian ini bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani
padi di Provinsi Lampung adalah luas lahan, tingkat pendidikan petani dan
penyuluhan pertanian.
• Luas lahan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani padi di Provinsi
Lampung,
• Tingkat pendidikan petani berpengaruh positif terhadap pendapatan petani
padi di Provinsi Lampung.
• Penyuluhan pertanian berpengaruh positif terhadap pendapatan petani padi
di Provinsi Lampung
• Luas lahan, tingkat pendidikan petani dan penyuluhan pertanian secara
bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan petani padi di Provinsi
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pendapatan Petani
Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah
dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan menunjukkan
seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan
atau jasa yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu
tertentu pada suatu kegiatan ekonomi (Winardi, 1998). Setiap orang yang bekerja
menginginkan pendapatan atau keuntungan yang maksimal supaya dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Arsyad (2004), pendapatan seringkali
digunakan sebagai indikator pembangunan suatu negara selain untuk
membedakan tingkat kemajuan ekonomi antara negara maju dengan negara
berkembang.
Pendapatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menentukan laba atau
rugi suatu usaha. Laba atau rugi diperoleh dengan melakukan perbandingan antara
pendapatan dengan beban atau biaya yang dikeluarkan atas pendapatan tersebut.
Pendapatan dapat digunakan sebagai ukuran dalam menilai keberhasilan suatu
usaha dan juga faktor yang menentukan keberlangsungan suatu usaha. Jhingan
✁ ✂ periode tertentu. Pendapatan dapat diartikan sebagai semua penghasilan yang
menyebabkan bertambahnya kemampuan, baik yang digunakan untuk konsumsi
maupun untuk tabungan, pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi
keperluan hidup dan untuk mencapai kepuasan.
Menurut Soekartawi (2002), penerimaan adalah hasil kali antara produksi yang
diperoleh dengan harga jual. Mubyarto (1995), menyatakan bahwa pendapatan
petani merupakan penerimaan yang dikurangi dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam usahatani dan pemasaran hasil pertanian. Berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi pendapatan petani padi sawah diantaranya adalah luas lahan,
pendidikan formal dan kompetensi petani.
2.1.2. Lahan Pertanian
2.1.2.1 Pengertian Lahan Pertanian
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan lahan adalah
tanah terbuka dan tanah garapan. Tanah garapan adalah tanah terbuka yang
digunakan untuk lahan pertanian. Jadi lahan dapat diartikan sebagai suatu tempat
atau tanah yang mempunyai luas tertentu yang digunakan untuk usaha pertanian.
Menurut Sukirno (2002) bahwa tanah sebagai faktor produksi adalah mencakup
bagian permukaan bumi yang dapat dijadikan sebagai tempat bercocok tanam, dan
untuk tempat tinggal, termasuk pula segala kekayaan alam yang ada didalamnya.
Selain itu tanah merupakan faktor produksi yang sangat penting, bisa dikatakan
tanah merupakan suatu pabrik dari hasil pertanian, karena di sanalah diproduksi
✄6 2.1.2.2. Jenis Lahan Pertanian
Menurut Nurmala (2012), bahwa lahan pertanian jika ditinjau menurut
ekosistemnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu:
1. Lahan pertanian basah dan
2. Lahan pertanian kering.
Lahan Pertanian Basah.
Lahan pertanian basah lazim disebut sawah. Ciri-ciri umum dari lahan sawah
adalah sebagai berikut: 1) Dari setiap petak dibatasi oleh pematang. Pematang
tersebut ada yang lurus ada pula yang belok, 2) Permukaannya selalu datar atau
topografinya rata meskipun di daerah bergunung-gungung atau berbukit. 3) Biasa
diolah atau dikerjakan pada kondisi jenuh air atau berair. 4) Kesuburannya lebih
stabil daripada lahan kering, sehingga memungkinkan diolah secara intensif tanpa
adanya penurunan produktivitas yang signifikan. 5) Secara umum
produktivitasnya lebih tinggi daripada lahan kering 6) Pada umumnya mempunyai
sumber pengairan yang teratur kecuali sawah tadah hujan. Tanaman yang utama
diusahakan adalah padi sawah.
Ditinjau dari sistem irigasinya, lahan pertanian basah (sawah) dapat dibedakan
menjadi beberapa tipe sebagai berikut: 1) Sawah irigasi teknis, pada sawah tipe ini
airnya tersedia sepanjang tahun dan debitnya dapat diatur sesuai kebutuhan. 2)
Sawah irigasi setengah teknis, sawah tipe ini sumber airnya sama seperti sawah
tipe irigasi teknis, hanya persediaan airnya tidak selalu ada sepanjang tahun. 3)
Sawah irigasi perdesaan (irigasi sederhana), sawah tipe ini sumber airnya berasal
☎ ✆ penampung air yang tidak permanen ataupun permanen. 4) Sawah tadah hujan,
sawah tipe ini sumber airnya hanya mengandalkan dari curah hujan. 5) Sawah
rawa, sawah rawa biasanya terdapat pada daerah-daerah cekungan yang biasanya
tidak ada untuk pemasukan dan pembuangan air. 6) Sawah pasang surut, sawah
system ini pengairannya sangat dipengaruhi pasang surutnya air laut. 7) Sawah
lebak, sawah tipe ini biasa terdapat di muara-muara sungai yang lebar, seperti
Bengawan Solo, Brantas dan Musi. 8) Tambak, termasuk lahan pertanian basah
dan biasanya dipakai untuk memelihara udang, bandeng, nila dan mujair. 9)
Kolam, termasuk lahan pertanian yang digunakan untuk usaha perikanan.
Lahan Pertanian Kering
Lahan pertanian kering secara umum mempunyai ciri sebagai berikut: 1)
Produktivitas tanah pada umumnya rendah. 2) Topografi lahan sangat bervariasi
dari datar, berbukit dan bergunung. 3) Tidak dibatasi oleh pematang antar satu
petak dengan petak yang lainnya. Batas lahan biasanya berupa pohon/tanaman
tahunan yang permanen atau batas-batas buatan. 4) Tingkat erosi pada umumnya
tinggi, terutama jika tidak ada upaya pelestarian yang berupa sengkedan/terasering
atau tidak ada tumbuhan (vegetasi). 5) Tidak dapat diusahakan secara intensif
seperti sawah, karena persediaan air sangat terbatas ketika tidak ada curah hujan,
kecuali untuk lahan kering yang lokasinya dekat dengan sumber air dapat
diusahakan secara terus menerus sepanjang tahun. 6) Pada umumnya hanya
diusahakan pada musim hujan sedangkan pada musim kemarau dibiarkan tidak
✝8 2.1.2.3. Pengukuran Lahan Pertanian
Dalam pengukuran luas lahan pertanian antara satu daerah dengan daerah lain
berbeda-beda, bahkan antar negara mempunyai satuan yang berbeda-beda.
Menurut Nurmala (2012), ditinjau dari keberlakuannya satuan luas lahan
pertanian dapat dibedakan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu : 1) Satuan luas
lahan yang berlaku secara international misalnya hektar (ha) atau are, 2) Satuan
luas lahan yang berlaku secara nasional, misalnya hektar (ha) dan meter persegi
(m2), 3) Satuan yang berlaku secara regional misalnya bahu, tumbak, bata (Jawa Barat), ubin (Jawa Tengah) dan rantai (Sumatera Barat), 4) Satuan luas lahan yang
berlaku lokal, misalnya piring.
2.1.2.4. Hubungan Luas Lahan Pertanian dengan Pendapatan Petani
Menurut Mubyarto (1995) luas lahan adalah keseluruhan wilayah yang menjadi
tempat penanaman atau mengerjakan proses penanaman, luas lahan menjamin
jumlah atau hasil yang akan diperoleh petani. Jika luas lahan meningkat maka
pendapatan petani akan meningkat, demikian juga sebaliknya. Sehingga hubungan
antara luas lahan dengan pendapatan petani merupakan hubungan yang positif. Di
negara agraris seperti Indonesia, lahan merupakan faktor produksi yang paling
penting dibandingkan dengan faktor produksi yang lain karena balas jasa yang
diterima oleh lahan lebih tinggi dibandingkan dengan faktor produksi yang lain.
Luas lahan pertanian mempengaruhi skala usahatani yang pada akhirnya
mempengaruhi tingkat efisiensi suatu usahatani yang dijalankan. Seringkali
✞ ✟ penggunaan lahan tersebut. Ini didasarkan pada pemikiran bahwa lahan yang
terlalu luas mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi
efisiensi menjadi berkurang karena: 1) Lemahnya pengawasan pada faktor
produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan faktor produksi
lainnya. 2) Terbatasnya persediaan tenaga kerja di daerah tersebut, yang pada
akhirnya mempengaruhi tingkat efisiensi usahatani. 3) Terbatasnya persediaan
modal untuk membiayai usahatani dalam skala besar. Sebaliknya pada lahan yang
sempit, upaya pengawasan faktor produksi akan semakin baik, namun luas lahan
yang terlalu sempit cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula, akibat
penggunaan faktor-faktor produksi yang berlebihan. Produktivitas tanaman pada
lahan yang terlalu sempit lebih rendah bila di bandingkan dengan produktivitas
tanaman pada lahan yang luas.
2.1.3. Kompetensi Petani
Kompetensi petani merupakan gambaran kemampuan petani dalam mengelola
usahatani berdasarkan perencanaan yang efektif dan efisien sesuai dengan teknis
budidaya tanaman. Kompetensi petani menunjukan kinerja dan tanggungjawab
petani dalam menjalankan usahatani secara lebih baik dan berkesinambungan.
Petani yang memiliki kompetensi adalah mereka yang memiliki karakteristik dan
perilaku terukur dalam bertindak dan bertanggungjawab pada pada usahatani yang
dikerjakannya, sehingga petani itu dianggap mampu oleh masyarakat lain. Petani
yang kompeten adalah petani yang memiliki kemampuan teknis dan kemampuan
manajerial dalam melaksanakan usahatani. Kemampuan teknis dari seorang petani
dapat berguna dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi usahatani,
✠ ✡ usahatani dan memperoleh keuntungan. Keberhasilan petani dalam berusaha tani
erat kaitannya dengan kompetensi agribisnis yang dimiliki petani dalam
mengelola usaha taninya. Kompetensi agribisnis adalah kemampuan petani untuk
berpikir, bersikap dan bertindak dalam merencanakan usaha tani untuk
memperoleh keuntungan berusahatani, membangun kerjasama antar subsitem
pertanian, mengelola pascapanen pangan untuk meraih nilai tambah produk
pertanian, serta mewujudkan kegiatan pertanian yang berkelanjutan (Harijati,
2007).
2.1.3.1. Pendidikan Petani
Mosher (1983) mengemukakan bahwa salah satu syarat mutlak keberhasilan
pembangunan pertanian adalah adanya teknologi usahatani yang senantiasa
berubah. Oleh sebab itu penggunaan teknologi dalam usahatani padi sangat
dibutuhkan oleh petani dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas,
meningkatkan efisiensi usaha, menaikkan nilai tambah produk yang dihasilkan
serta meningkatkan pendapatan petani. Kenyataan saat ini masih banyak petani
yang belum sepenuhnya menerapkan teknologi dalam usahatani padi. Hal ini
disebabkan karena kurangnya pengetahuan petani tentang teknologi pertanian.
Latar belakang sosial ekonomi, dan budaya sangat mempengaruhi cepat atau
lambatnya suatu inovasi dapat diterima oleh petani.
Permasalahan utama yang dihadapi dalam bidang pertanian adalah pendidikan dan
produktivitas petani yang rendah. Keterbatasan teknologi dan rendahnya
pendidikan petani membuat pola produksi pertanian yang diterapkan sangat
☛ ☞ 2003). Pengelolaan usahatani secara tradisional merupakan indikasi lemahnya
kualitas SDM pertanian di Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu
diupayakan pembinaan secara kontinyu oleh semua pihak yang terkait terutama
penyuluh pertanian. Rendahnya kualitas tenaga kerja tidak hanya mengakibatkan
rendahnya produktivitas kerja dan pendapatan, tetapi juga menyulitkan usaha
pemanfaatan sumber daya alam yang melimpah (Soeharsono, 1989). Salikin
(2003) menyatakan bahwa pengembangan SDM pertanian sebagai pelaku utama
pembangunan pertanian sangat diharapkan dan merupakan suatu investasi masa
depan menuju pertanian berkelanjutan.
Tingkat pendidikan dapat mengubah pola pikir, daya penalaran yang lebih baik,
semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan lebih baik cara berfikirnya, sehingga
memungkinkan mereka bertindak lebih rasional dalam mengelola usahataninya.
Sebagaimana dinyatakan Soekartawi (1988) bahwa mereka yang berpendidikan
tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi teknologi. Begitu pula
sebaliknya, mereka yang berpendidikan rendah agak sulit untuk melaksanakan
adopsi inovasi dengan cepat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat
pendidikan seseorang berarti semakin lambat dalam menerima teknologi baru
sehingga perlu diadakan penyuluhan yang lebih intensif agar dapat menerima
teknologi baru yang diberikan (Padmowiharjo, 1996).
2.1.3.2. Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan dalam arti umum merupakan sistem pendidikan yang bersifat non
formal atau suatu sistem pendidikan di luar sistem persekolahan biasa, dimana
✌✌ itu tetap mengerjakan sendiri, jadi belajar dengan mengerjakan sendiri. Sedangkan
arti penyuluhan pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah perilaku
petani dan keluarganya, agar mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu
memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan-kegiatan
meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya (Sastratmadja, 1993)
Penyuluhan Pertanian adalah suatu upaya untuk terciptanya iklim yang kondusif
guna membantu petani beserta keluarga agar dapat berkembang menjadi dinamis
serta mampu untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan
kekuatan sendiri dan pada akhirnya mampu menolong dirinya sendiri. Pada
kegiatan penyuluhan, petani harus diperkenalkan dengan sesuatu hal yang
memiliki sifat pembaharuan atau inovasi sehingga mendorong terjadinya
perubahan perilaku petani. Inovasi tidak hanya sekedar sesuatu yang baru, tetapi
lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong
terjadinya pembaharuan dalam masyarakat atau pada lokalitas tertentu.
Selanjutkan dikatakan oleh Saleh, (2005). Penyuluhan pertanian adalah upaya
pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis
melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian, agar mampu
menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial maupun politik, sehingga
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai.
Tujuan penyuluhan jangka pendek menurut Kartasapoetro, (1998), adalah untuk
menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah dalam aktivitas usahatani
di pedesaan, perubahan-perubahan tersebut hendaknya menyangkut tingkat
✍ ✎ Sedangkan tujuan penyuluhan jangka panjang yaitu agar tercapai peningkatan
taraf hidup masyarakat petani, mencapai kesejahteraan petani yang lebih terjamin.
Berdasarkan cepat lambatnya petani dalam menerapkan inovasi teknologi yang
diterima melalui penyuluhan pertanian, Kartasapoetra (1998) membagi golongan
petani menjadi 5 (lima) yaitu: 1). Golongan Inovator; 2) Penerap inovasi teknologi
lebih dini (early adopter); 3) Penerap inovasi teknologi awal (early majority); 4)
Penerap inovasi teknologi yang lebih akhir (late majority); 5) Penolak inovasi
teknologi (laggard).
Petani sering dianggap sebagai individu yang tidak mempunyai kemampuan untuk
merubah keadaan usahatani yang dijalaninya serta memperbaiki kualitas
hidupnya. Adanya dorongan dari pihak luar sangat membantu petani keluar dari
keadaan tersebut, Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk membantu petani
agar mampu melakukan perubahan dalam usahataninya adalah dengan
penyuluhan pertanian. Mengingat banyaknya inovasi baru yang akan dapat
diperoleh petani dalam penyuluhan pertanian yang dapat diterapkan dalam
usahataninya.
2.2. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian Damanik (2014) tentang Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi di Kecamatan Masaran, Kabupaten
✏ ✑ terhadap pendapatan petani, sedangkan jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan petani padi
Menurut Phahlevi (2013) dalam penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan petani padi sawah di Kota Padang Panjang,
disimpulkan bahwa: 1) Luas lahan, harga jual padi, dan jumlah biaya usaha tani
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi artinya dengan meningkatnya
luas lahan, harga jual padi, dan jumlah biaya usaha tani maka produksi akan
meningkat. 2) Luas lahan, harga jual padi dan jumlah produksi berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan petani, artinya dengan meningkatnya luas lahan,
harga jual padi, biaya usaha tani dan jumlah produksi maka pendapatan petani
juga akan meningkat.
Dalam penelitan Harahap, dkk (2012), tentang Pengaruh Sumber Daya Manusia
(SDM) Petani Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah menyatakan bahwa 1)
Secara bersama-sama sumber daya manusia (pencurahan tenaga kerja, pendidikan,
pengalaman berusaha tani, dan frekuensi penyuluhan/pelatihan) memiliki
pengaruh nyata terhadap pendapatan padi sawah. 2). Secara bersama-sama
karakteristik petani (umur, luas lahan, jumlah tanggungan dan modal) memiliki
pengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sawah. Secara terpisah yang
memiliki pengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sawah adalah luas
lahan.
Safaruddin, dan Arsyad (2010) dalam penelitian tentang Kontribusi Penyuluhan
✒ ✓ Kabupaten Luwu Utara, menyimpulkan bahwa pendidikan, pengalaman
berusahatani, kontak dengan penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan
dan biaya usahatani memberi kontribusi positif terhadap pendapatan petani.
Dalam penelitian Hubungan Antara Peran Penyuluh Dan Adopsi Teknologi Oleh
Petani Terhadap Peningkatan Produksi Padi Di Kabupaten Tasikmalaya, Saridewi
dan Siregar (2010), menyimpulkan bahwa hubungan peran penyuluh dan adopsi
teknologi dengan peningkatan produksi cukup kuat dengan nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,166 atau 16,66 persen. Sedangkan hasil uji F ternyata peran penyuluh maupun adopsi teknologi tidak berpengaruh secara signifikan
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan kajian terhadap hasil Survei Rumah
Tangga Usaha Tanaman Padi Tahun 2014 (SPD 2014) yang diselenggarakan oleh
BPS pada bulan Juni 2014 di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Lampung.
Pelaksanaan SPD 2014 merupakan rangkaian kegiatan Sensus Pertanian 2013
(ST2013) yang diselenggarakan oleh BPS. Di Provinsi Lampung kegiatan
pengumpulan data SPD 2014 dilaksanakan terhadap 4.078 rumahtangga yang
mengusahakan tanaman padi terpilih.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer (raw data) yang bersumber dari hasil
SPD 2014 dan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber sebagai data
pendukung. Dalam penelitian ini, sebelum dilakukan pengolahan, dari total data
sebanyak 4.078 responden rumahtangga terlebih dahulu dilakukan seleksi untuk
memisahkan data yang memenuhi syarat dan menghilangkan data yang tidak
memenuhi syarat seperti: responden yang mengusahakan komoditas padi ladang,
responden yang melakukan pemanenan diijonkan atau ditebaskan, rumahtangga
✔ ✕ normal. Setelah dilakukan seleksi terhadap data hasil SPD2014, diperoleh 2.800
responden yang memenuhi syarat seperti terlampir pada tabel berikut.
Tabel 3. Sebaran Responden Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2014.
Untuk memudahkan pengolahan dan analisis data, disusun kuesioner pembantu
yang merupakan turunan dari kuesioner ST2013-SPD.S. Kuesioner pembantu
hanya mencantumkan variabel-variabel yang diperlukan dan bersesuaian dengan
tujuan penelitian ini. Data yang diolah adalah meliputi: luas lahan yang
✖8 penyuluhan pertanian (teknik budidaya, pengendalian hama/OPT, pemasaran
hasil, pascapanen dan teknik pembiayaan), dan pendapatan petani yang
merupakan selisih antara nilai produksi tanaman padi dengan seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk usaha tani padi serta variabel lain yang berhubungan.
3.3 Model Analisis
Model analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan petani padi di Provinsi Lampung adalah linier
berganda dengan bentuk persamaan:
Y = a +b1X1+b2X2+ b3Z1+b4Z2+b5Z3+b6Z4+ɛt
dimana :
Y = Pendapatan petani padi
a = Konstanta
bi = Koefisien regresi
X1 = Luas lahan
X2 = Tingkat pendidikan petani
Zi = Dummy variabel penyuluhan pertanian
ɛt = Residual
dengan tingkat kepercayaan (α = 5%) pengujian bersama-sama (uji F) dilakukan
apakah variabel bebas luas lahan (X1), pendidikan (X2) dan keikutsertaan petani
dalam penyuluhan pertanian (Zi) secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat (Y).
H0: b1= b2= b3= … = b6= 0
(variabel bebas secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh terhadap
29 H1: minimal ada satu bi≠ 0 ; i = 1, 2, 3, …, 6
(variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel
terikat)
Pengujian secara terpisah (uji t) juga dilakukan terhadap masing-masing variabel
bebas, luas lahan (X1), pendidikan (X2) dan keikutsertaan petani dalam
penyuluhan pertanian (Zi) apakah berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat
(Y).
H0: bi= 0
(variabel bebas ke-i tidak memengaruhi variabel terikat)
H1: bi≠ 0 ; 1, 2, 3, …, 6
(variabel bebas ke-i memengaruhi variabel terikat)
3.4. Operasionalisasi Variabel
• Pendapatan petani padi sebagai variabel terikat (Y)
Pendapatan petani padi adalah pendapatan yang diperoleh petani yang
berasal dari usaha tanaman padi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp),
Pendapatan petani padi diukur dengan mengurangkan penerimaan/nilai
produksi dengan seluruh modal/biaya yang dikeluarkan untuk usaha tani
padi dalam periode waktu tertentu, sedangkan penerimaan/nilai produksi
adalah perkalian antara hasil produksi (baik produksi utama maupun
produksi ikutan) dengan harga jual.
• Luas lahan sebagai variabel bebas (X1)
Luas lahan yang dikuasai petani adalah luas lahan yang berasal dari milik
sendiri di tambah dengan luas lahan sawah yang berasal dari pihak lain dan
30 luas lahan yang dimaksud adalah luas lahan yang diusahakan untuk
menaman padi dan diukur dalam satuan hektar (ha)
• Kompetensi petani
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
dasar atau sikap dan perilaku yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir
dan bertindak. Kompetensi juga berarti spesifikasi dari pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam
pekerjaan sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan. Berdasarkan
pengertian tersebut maka standar kompetensi adalah suatu pernyataan
tentang kinerja yang dipersyaratkan, ditetapkan dan disepakati dalam bentuk
penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi seorang pekerja
sehingga layak disebut kompeten.
Dalam penelitian ini pengamatan terhadap kompetensi petani hanya
dilakukan terhadap aspek pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan
dan keikutsertaan dalam penyuluhan pertanian (teknik budidaya,
pengendalian hama/organisme pengganggu tanaman (OPT), pemasaran
hasil, pascapanen dan teknik pembiayaan), sedangkan terhadap aspek
nilai-nilai dasar seperti sikap dan perilaku tidak diteliti mengingat tidak
tersedianya data.
• Pendidikan petani sebagai variabel bebas (X2)
Pendidikan petani adalah tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh
petani padi dan ditandai dengan ijazah/STTB yang dimiliki dan dinyatakan
dalam kode yaitu :
1 = Setinggi tingginya tamat SD
31 3 = Tamat SLTA/sederajat
4 = Tamat Akademi D1/D2/D3
5 = Tamat Sarjana D4/S1/S2/S3
• Penyuluhan pertanian sebagai variabel bebas (Zi)
Penyuluhan merupakan pendidikan nonformal yang diperoleh petani melalui
berbagai sarana seperti tatap muka dengan penyuluh baik melalui media baik
cetak maupun elektronik. Penyuluhan bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan sumbar daya petani sebagai upaya meningkatkan pendapatan
usaha taninya. Dalam penelitian ini variabel keikutsertaan petani dalam
penyuluhan pertanian disusun dalam dummy variabel sebagai berikut:
Z1 = 1 jika petani mengikuti penyuluhan berkaitan dengan teknik
budidaya,
Z1 = 0 jika lainnya
Z2 = 1 jika petani mengikuti penyuluhan berkaitan dengan
pengendalian hama/OPT,
Z2 = 0 jika lainnya
Z3 = 1 jika petani mengikuti penyuluhan berkaitan dengan
pemasaran hasil,
Z3 = 0 jika lainnya
Z4 = 1 jika petani mengikuti penyuluhan berkaitan dengan
pascapanen,
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Sebagian besar petani padi di Provinsi Lampung mengusahakan lahan sawah
di bawah 1 hektar, dengan rata-rata pengusahaan lahan sawah per petani
seluas 0,55 hektar. Rata-rata pengusahaan lahan sawah terbesar adalah
Kabupaten Tulang Bawang yaitu sebesar 0,84 hektar per petani, sedangkan
Kabupaten Pringsewu mempunyai rata-rata pengusahaan lahan sawah terkecil
yaitu 0,41 hektar.
2. Tingkat pendidikan petani padi di Provinsi Lampung sangat rendah, dengan
rata-rata berpendidikan sampai dengan lulus sekolah dasar. Tingkat
pendidikan petani tertinggi di Kabupaten Tulang Bawang, sebanyak 53,25
persen petaninya berpendidikan lulusan SLTA, sedangkan Kabupaten
Pringsewu dengan 84,02 persen petaninya berpendidikan sampai dengan lulus
sekolah dasar menempati peringkat terbawah diantara seluruh kabupaten/kota
di Provinsi Lampung.
3. Tingkat partisipasi petani padi di Provinsi Lampung dalam penyuluhan
pertanian yang masih rendah yaitu hanya 37,61 persen. Penyuluhan tentang
pengendalian hama/OPT merupakan penyuluhan dengan tingkat partisipasi
69
penyuluhan paling rendah adalah tentang teknik pembiayaan yang hanya
diikuti oleh 1,64 persen petani.
4. Pendapatan petani padi sawah di Provinsi Lampung pada Tahun 2014 rata-rata
sebesar 7,09 juta rupiah per musim tanam atau sebesar Rp 1,77 juta per bulan.
Besaran pendapatan tersebut sedikit di atas rata-rata upah minimum provinsi
yang ditetapkan sebesar Rp 1,58 juta per bulan. Rata-rata pendapatan petani
padi tertinggi terjadi di Kabupaten Tulang Bawang yaitu sebesar 11,75 juta
per musim tanam, sedangkan Kota Metro menempati peringkat terbawah
dengan rata-rata pendapatan petani padi sebesar 4,93 juta per musim tanam.
5. Hasil pengujian dengan uji F terbukti ada pengaruh yang signifikan secara
bersama-sama antara luas lahan, pendidikan petani dan penyuluhan terhadap
pendapatan petani padi, sehingga persamaan regresi bisa digunakan untuk
melakukan pendugaan kenaikan pendapatan petani dengan memasukan
data-data masing-masing variabel. Berdasarkan hasil uji t luas lahan dan
pendidikan petani secara terpisah berpengaruh terhadap pendapatan petani
padi, sementara partisipasi petani dalam penyuluhan tidak berpengaruh
terhadap pendapatan petani.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi petani padi disarankan agar meningkatkan intensifikasi lahan sehingga
dengan lahan yang terbatas bisa memperoleh pendapatan yang memadai dan
layak untuk hidup, selain itu juga dengan memperluas pengusahaan lahan
70
2. Bagi masyarakat luas yang tertarik berusahatani padi untuk tidak perlu ragu,
karena profesi petani padi mampu memberikan pendapatan yang memadai
bagi petani yang berpendidikan dan sekaligus membantah stigma profesi
petani padi adalah profesi bagi orang tua yang tidak berpendidikan dan tidak
mampu bersaing dalam sektor ekonomi yang lain.
3. Bagi pemerintah baik Pemerintah Provinsi Lampung maupun Pemerintah
kabupaten/Kota diharapkan dapat memfasilitasi petani agar mudah
memperoleh sarana produksi dengan harga yang wajar, dan pembiayaan
usahatani. Selain itu juga melakukan revitalisasi kelembagaan penyuluhan
pertanian, sehingga dapat berperan dalam meningkatkan pendapatan petani
padi di Provinsi Lampung
4. Bagi para peneliti agar melakukan penelitian variabel lain yang kemungkinan
mempunyai pengaruh lebih dominan terhadap pendapatan petani padi di
DAFTAR PUSTAKA
Alfan Bachtar Harahap, Rahmanta Ginting, Hasman Hasyim. 2012. Pengaruh Sumber Daya Manusia (SDM) Petani Terhadap Petani Padi Sawah (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kec Teluk Mengkudu, Kab Serdang Bedagai). USU. Medan.
Arsyad, Lincoln. 2004.Ekonomi Pembangunan. BPFE. Yogyakarta
Badan Pusat Statistik. Potret Usaha Pertanian Provinsi Lampung Menurut Subsektor (Hasil Pencacahan Lengkap Sensus Pertanian 2013 dan Survei Pendapatan Usaha Rumah Tangga Pertanian 2013). BPS Provinsi Lampung.
………..…….... Produksi Padi dan Palawija Tahun 2014 Provinsi Lampung. BPS Provinsi Lampung.
……….Survei Angkatan Kerja Nasional 2013 Provinsi Lampung. BPS Provinsi Lampung.
Damanik, Joni Arman. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi di Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Economics Development Analysis Journal. 3 (1). 2014. Unnes. Semarang.
Harijati, Sri. 2007.Potensi dan Pengembangan Kompetensi Agribisnis Petani Berlahan Sempit. IPB: Bogor
Jhingan, ML. 2003.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo. Padang
Kartasapoetra. 1998.Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bina Aksara. Jakarta
Mosher, A.T. 1983.Menggerakan dan Membangun Pertanian, Yasaguna, Jakarta
Mubyarto, S., 1995.Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
Nurmala, Tati, Aisyah D. Suyono, Abdul Rodjak, Tarkus Suganda, Sadeli Natasasmita, Tualar Simarmata, E. Hidayat Salim, Yuyun Yuwariah, Tuhpawana Priatna Sandjaja, Sulistyodewi Nur Wiyono, dan Sofiya Hasani. 2012.Pengantar Ilmu Pertanian. Graha Ilmu. Yogyakarta
✗✘ Phahlevi, Rico. 2013.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi
Sawah di Kota Padang. Ejournal.unp.ac.id. Padang.
Safaruddin, M. Shawal dan Muhammad Arsyad. 2010. Kontribusi Penyuluhan Terhadap Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani (Kasus Petani Padi) di Kabupaten Luwu Utara. Makassar
Saleh. F. 2005. Teknologi Tepat Guna Masyarakat dan Kebudayaan. YP3M. Bandung
Sastraatmadja. 1993.Penyuluhan Pertanian. Alumni. Bandung
Simanjuntak, P.J 2001.Pengantar Ekonomi Sumbar Daya Manusia. Edisi Kedua. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta
Soeharsono, H. 1989. Membangun Manusia Karya. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Penerbit Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Soekartawi. 2002.Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Sukirno. 2002.Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Penerbit Raja Grafindo. Jakarta
Tambunan,T. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia: Beberapa Isu Penting. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Tri Ratna Saridewi dan Amelia Nani Siregar. 2010. Hubungan Antara Peran Penyuluh dan Adopsi Teknologi oleh Petani terhadap Peningkatan Produksi Padi di Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 5 No. 1 Mei 2010. Bogor