PENERAPAN METODE DRILL DALAM PEMBELAJARAN TARI MELINTING PADA KELAS VII.1
DI MTS MA’ARIF NU 08 MATARAM BARU LAMPUNG TIMUR
Oleh
WINDA PRASTIKA NINGRUM
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENERAPAN METODE DRILL
DALAM PEMBELAJARAN TARI MELINTING PADA KELAS VII.1 DI MTS MA’ARIF NU 08 MATARAM BARU
LAMPUNG TIMUR
Oleh
WINDA PRASTIKA NINGRUM
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana penerapan metode drill
dalam pembelajaran tari melinting serta hasil belajar siswa pada kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru, Lampung Timur.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan yaitu tentang pembelajaran, metode drill, seni tari dan tari melinting.
Sumber data dalam penelitian ini adalah 28 siswa kelas VII.1 pada mata pelajaran seni budaya di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi tes praktik dan nontes, sebagai instrumen panduan yaitu pengamatan penerapan metode drill, pengamatan proses belajar siswa, pengamatan aktivitas siswa dan tes praktik untuk melihat hasil belajar siswa.
Pelaksanaan pembelajaran tari melinting menggunakan metode drill diawali dengan guru menjelaskan dan memeragakan ragam gerak tari melinting, lalu siswa diminta untuk menirukan ragam gerak yang diperagakan oleh guru, selanjutnya siswa diberikan waktu untuk berlatih sendiri dan kemudian siswa diminta untuk memeragakan materi yang telah diberikan.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……….. i
ABSTRAK ……….. ii
ABSTRACT ……… iii
JUDUL DALAM ……… iv
HALAMAN PERSETUJUAN ……….. v
HALAMAN PENGESAHAN ………... vi
SURAT PERNYATAAN ………... vii
RIWAYAT HIDUP ……… viii
PERSEMBAHAN ……….. ix
MOTTO ……….. x
SANWACANA ……….. xi
DAFTAR ISI ……….. xiii
DAFTAR TABEL ………. xvi
DAFTAR DIAGRAM ………... xvii
DAFTAR GAMBAR ………. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ………. xx
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……….... 9
1.3 Tujuan Penelitian ………. 9
1.4 Manfaat Penelitian ………... 10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ………... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran ………... 14
2.1.1 Metode Pembelajaran ………. 15
2.1.1.1 Metode Drill………... 16
2.2 Seni Budaya ………. 20
2.3 Seni Tari ……….. 21
2.3.1 Fungsi Tari ………. 23
2.3.2 Unsur-Unsur Dasar Tari ………. 24
2.4 Tari Melinting ……….. 27
2.4.1 Busana Tari………… ………. 28
2.4.2 Musik Pengiring Tari ……….. 30
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ………. 66
4.1.7 Kepala Madrasah yang Pernah Menjabat ……….… 71
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ………. 72
4.2.1 Permohonan Izin ……….. 72
4.2.2 Pertemuan Pertama ……….. 74
A. Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Pertama……….. 79
1. Lembar Pengamatan Penerapan Metode Drill Pertemuan Pertama…... 80
2. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama …………... 82
3. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Pertama ……… 84
4.2.3 Pertemuan Kedua ………. 85
A. Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Kedua ……… 87
1. Lembar Pengamatan Proses Belajar Siswa Pertemuan Kedua ………. 88
2. Lembar Pengamatan Penerapan Metode Drill Pertemuan Kedua……. 89
3. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua ……….. 91
4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Kedua ………... 93
4.2.4 Pertemuan Ketiga ……… 94
A. Pembahasan Pelaksaan Pertemuan Ketiga ……….. 98
1. Lembar Pengamatan Proses Belajar Siswa Pertemuan Ketiga …... 98
2. Lembar Pengamatan Penerapan Metode Drill Pertemuan Ketiga…… 100
3. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Ketiga ………... 102
4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Ketiga ………. 104
4.2.5 Pertemuan Keempat ……… 105
A. Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Keempat ………... 108
3. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Keempat …………. 112
4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Keempat ….…………. 114
4.2.6 Pertemuan Kelima ……….. 115
A. Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Kelima ………. 118
1. Lembar Pengamatan Proses Belajar Siswa Pertemuan Kelima ……... 118
2. Lembar Pengamatan Penerapan Metode DrillPertemuan Kelima...… 120
3. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Kelima …………... 123
4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Kelima ……… 125
4.2.6.1 Pembahasan Instrumen Nontes ……….. 126
1. Rata-rata Penerapan Metode Drill………... 126
2. Rata-rata Proses Belajar Siswa ………... 128
3. Rata-rata Aktivitas Siswa ………... 129
4.2.7 Pertemuan Keenam (evaluasi) ………... 131
A. Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Keenam (evaluasi) ……….. 134
1. Hasil Tes Praktik Pada Pertemuan Keenam ……… 134
2. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Keenam ……….. 140
4.3 Pembahasan Penerapan Metode Drill dalam Pembelajaran Tari Melinting pada Kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru Lampung Timur…. 141 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 146
5.3 Saran ……….. 147
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan menurut istilah paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang
diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa atau
mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental
(Hasbullah, 1999: 1).
Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara merupakan proses pembudayaan yakni
suatu usaha yang dapat memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam
masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan maksud
memajukan dan mengembangkan kebudayaan menuju keluhuran manusia. Secara
spesifik, pendidikan merupakan segala daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak menuju kesempurnaan hidup
yakni penghidupan dan kehidupan yang selaras dengan dunianya (Herpratiwi,
2009: 110).
Menurut UU No 20 pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi,
pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran, dan tabiat serta
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki
arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki
pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau
ilmu. Usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia
untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum
dipunyai sebelumnya, sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu,
memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu
(Fudyartanto dalam Baharuddin, dkk, 2010: 13). Belajar juga merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respons, seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya (Thobroni & Mustofa,
2011: 64).
Proses belajar, terutama belajar yang terjadi di sekolah itu melalui tahap-tahap
atau fase-fase: motivasi, konsentrasi, mengolah, menggali 1, menggali 2, prestasi
dan umpan balik (Gagne dalam Baharuddin, dkk, 2010: 17). Jadi, dalam proses
belajar itu tidak semata-mata ingin bisa dan langsung bisa begitu saja, namun ada
tahapan-tahapan dibalik itu semua, dan dibutuhkan proses pembelajaran yang
matang untuk mencapai apa yang kita inginkan.
Strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan
prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam
rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut
kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket
program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik (Dick dan
Cary dalam Uno, 2010: 1).
Pendidikan seni harus mampu menciptakan peserta didik yang aktif, kreatif dan
inovatif dalam menghadapi perkembangan zaman, agar dapat melestarikan
kebudayaan daerah. Cara untuk memaksimalkan pendidikan seni yaitu
diperlukannya tenaga pengajar yang memiliki kualifikasi yang baik terhadap mata
pelajaran yang diajarkan. Guru memegang peranan yang sangat penting dalam
proses pendidikan. Guru juga dituntut untuk memiliki kualifikasi professional
sehingga mampu mengemban tugas dan peranannya. Setiap guru professional
harus menguasai pengetahuan yang mendalam dalam spesialisya. Penguasaan
pengetahuan ini merupakan syarat yang penting disamping
keterampilan-keterampilan yang lainnya (Hamalik, 2012: 119). Guru seharusnya menyusun
bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang
harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak
memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh, baik
dilakukan sendiri maupun melalui stimulasi. Bahan pelajaran disusun secara
hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
Metode Drill ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar
dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki
ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.
Hal ini menunjang siswa berprestasi dalam bidang tertentu.
Teknik mengajar latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa:
a. Memiliki keterampilan motoris/gerak.
b. Mengembangkan kecakapan intelek.
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal
lain, seperti hubungan sebab akibat.
(Roestiyah, 2008: 125).
Dipilihnya metode drill dalam pembelajaran tari melintingdi MTs Ma’arif NU
08 Mataram Baru karena metode ini dirasa cocok untuk pembelajaran dalam
bentuk praktik sehingga tujuan dari pembelajaran ini dapat terwujud. Selain itu
metode drill dianggap cocok karena pembelajaran tari di MTs Ma’arif NU 08
Mataram Baru sebelumnya hanya melalui media video saja, berdasarkan
kenyataan tersebut metode ini dapat digunakan untuk permulaan latihan yang
baik karena metode ini dirasa mampu dan tidak terlalu berat untuk diterapkan
kepada peserta didik.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian
suatu keterampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat
diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan
digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan (Thobroni &
Mustofa, 2011: 88).
Seni tari merupakan seni gerak tubuh yang indah yang telah melalui proses
distilisasi dan distorsi, gerakan tubuh yang digerakan secara berirama. Tari
merupakan salah satu cabang seni yang diekspresikan melalui ungkapan gerak.
sebagai alat komunikasi kepada orang lain, sehingga orang lain yang
menikmatinya memiliki kepekaan terhadap sesuatu yang ada dalam dirinya
maupun yang terjadi disekitarnya (Syafii dalam Soeteja, 2009: 2.3.1). Tari dapat
digunakan sebagai keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud dan
pikiran. Gerakan tari berbeda dari gerakan sehari-hari seperti berlari, berjalan
ataupun gerakan senam. Terdapat beberapa unsur yang terdapat dalam tari, yaitu
wiraga, wirama dan wirasa. Ketiga unsur tersebut menjadi satu kesatuan dalam
bentuk tarian yang harmonis.
Tari dapat digolongkan menjadi tari tradisi dan tari kreasi. Tari tradisi merupakan
tarian khas suatu daerah, dapat diambil contoh yaitu tari melinting, tari melinting
merupakan tari tradisional dari Daerah Lampung tepatnya di Daerah Lampung
Timur.
Tari melinting merupakan tarian tradisional masyarakat adat Keratuan Melinting
yang merupakan peninggalan dari Ratu Melinting pada abad ke 16 yang lalu,
keratuan Darah Putih yang bermukim di Maringgai atau Keratuan Melinting pada
saat ini wilayah adatnya adalah Desa Maringgai, Tanjung Aji, Tebing, Wana,
Nibung, Pempen dan Negeri Agung Kabupaten Lampung Timur. Tarian melinting
pada awalnya digelar untuk menyambut para tamu agung (istimewa) Raja atau
Residen pada acara adat atau acara resmi, saat ini dapat dipakai untuk menyambut
para tamu agung (Menteri, Gubernur, Bupati dll) yang datang ke Daerah
Melinting atau Lampung Timur. Tari melinting bermakna keperkasaan putra-putra
Lampung dalam membela keluarganya atau sebagai bentuk tanggung jawab
seorang laki-laki untuk melindungi dan mensejahterakan keluarganya ini
pekerti putri-putri Lampung dilihat dengan gerakan yang lemah gemulai sesuai
dengan sifat kewanitaannya, dan juga mencerminkan sikap ramah dan gembira
terhadap kedatangan tamu agung tersebut. Jenis tari ini menurut fungsi dan
tujuannya adalah tari upacara, sebab tari ini ditampilkan pada acara-acara resmi
(acara adat) yang dipentaskan untuk menyambut tamu-tamu agung yang
ditampilkan pada permulaan acara (Igama IV, 2011: 13-24).
Tari melinting harus dilestarikan, salah satunya dengan cara memasukkan tari
melinting kedalam materi pelajaran di sekolah. Tujuannya agar tari tersebut dapat
tetap lestari dari generasi ke generasi dan dapat menciptakan peserta didik yang
paham akan budaya daerahnya.
MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru merupakan salah satu sekolah madrasah
swasta yang ada di Kabupaten Lampung Timur, tepatnya di Jl. Ky Hasim Ashari
No 70 Mataram Baru. Pendidikan seni tari di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru
masih tertinggal, pendidik di sekolah tersebut bukanlah pendidik dengan latar
belakang pendidikan seni tari, sehingga hasil yang didapatkan dalam
pembelajaran seni tari tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kekurangan
tarian di sekolah tersebut sangat terasa saat sekolah akan mengadakan suatu acara,
seperti peringatan Maulid Nabi dan acara perpisahan sekolah.
Pembelajaran Seni Tari di MTs Ma’arif NU 08 Mataram baru hanya masuk dalam
jam pengembangan diri yaitu melalui kegiatan ekstrakurikuler tari saja.
Seni budaya pada pembelajaran intrakurikuler hanya diajarkan menggambar dan
paduan suara, bahkan yang lebih miris terkadang pembelajaran seni budaya
cabang dari seni tidak hanya mencakup seni rupa dan seni musik, melainkan
terdapat seni tari dan seni teater, hal ini menjadi alasan diambilnya penelitian pada
jam pelajaran atau intrakurikuler, agar seni tari di sekolah tersebut lebih
berkembang, tidak hanya dalam kegiatan ekstrakurikulernya saja melainkan di
dalam mata pelajaran seni budaya.
Penelitian ini akan meneliti mengenai seni tarinya dengan:
Standar Kompetensi: Mengapresiasi Karya Seni Tari
Kompetensi Dasar: Mengenal Seni Tari Tunggal Daerah Setempat
Namun dalam keadaan yang sebenarnya peneliti akan mengajarkan tari melinting,
dimana tarian tersebut termasuk dalam tari berpasangan, namun hal ini tidak
menjadi suatu hambatan dalam penelitian ini dikarenakan tarian tersebut
direkomendasikan langsung oleh Kepala MTs Ma’arif NU 08 Matartam Baru via
televon pada hari selasa, 15 Oktober 2013, dengan pertimbangan tarian tersebut
dirasa penting untuk dipelajari karena tari ini merupakan identitas daerah
setempat.
Kelas VII.1 merupakan objek penelitian, alasan dipilihnya kelas VII.1 karena
antusias siswa di kelas ini dalam bidang seni tari cukup tinggi, dapat dilihat dari
jumlah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari, serta agar di setiap
acara-acara yang dilaksanakan di sekolah ataupun di luar sekolah mereka dapat
menarikannya, karena kelas VII akan lebih lama berada di MTs Ma’arif NU 08
Mataram Baru dibandingkan kelas VIII dan kelas IX.
Perkembangan seni tari di MTs Ma’arif NU Mataram Baru masih sangatlah
kegiatan ekstrakurikuler tari, sedangkan kegiatan ekstrakurikuler tari di sekolah
tersebut juga kurang berkembang. Pendidik ekstrakurikuler tari bukan seorang
yang ahli dalam bidang seni tari, tidak ada pengagendaan jadwal yang jelas,
hanya latihan apabila akan ada suatu kegiatan saja, dan terdapat beberapa ragam
gerak tari yang tidak tepat, dikarenakan pendidik mengajarkan tarian hanya
melalui video saja, jadi apa yang didapatkan para siswa dalam kegiatan
ekstrakurikuler tari tidak maksimal. Tarian yang diajarkan selama ini hanya
sekadar tarian sederhana agar siswa cukup mudah untuk menghafalnya, padahal
minat tari di sekolah tersebut cukup baik, hanya saja sarana dan prasarananya
yang tidak tercukupi. Penelitian ini sekaligus diharapkan mampu untuk
mengembangkan seni tari yang masih kurang berkembang di sekolah tersebut.
Pembelajaran seni tari di MTs Ma’arif 08 Mataram Baru belum pernah
mempelajari tari melinting, tarianyang dianggap sebagai tarian identitas Daerah
Lampung khususnya di Daerah Wana Kabupaten Lampung Timur itu sendiri, dan
ragam gerak tariannya bisa dikatakan tidak terlalu sulit, seharusnya tarian ini
sudah dapat dikuasai oleh para siswa karena di sekolah tersebut sering diadakan
suatu acara, dan tari inilah yang seharusnya menjadi ciri khas daerah tersebut dan
dapat digunakan sebagai sajian pembuka pada acara-acara yang diadakan oleh
sekolah. Pendidikan seni tari di MTs NU 08 Mataram Baru perlu untuk
dikembangkan, minat siswa terhadap seni tari yang cukup baik ini merupakan
awal dari sebuah proses untuk memperbaiki kesenian daerah. Siswa-siswa ini
dapat diibaratkan sebagai botol kosong, mereka dianggap sebagai siswa yang pasif
yang belum banyak mengetahui pembelajaran seni tari, dan disinilah tugas
kekosongan-kekosongan tersebut. Penyampaian materi yang baik dan tepat tentu saja akan
mewujudkan apa yang pendidik inginkan terhadap hasil belajar siswa.
Ketidaksesuaian keahlian pendidik akan sangat berpengaruh dengan hasil yang
akan diterima oleh perseta didik, oleh karena itu dibutuhkan tenaga pendidik yang
sesuai dengan mata pelajaran yang akan diajarkan. Pendidik dengan latar belakang
pendidikan seni diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pengajaran
yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, untuk dapat mencapai tujuan
tentunya dibutuhkan suatu metode yang dapat digunakan untuk membantu proses
pengajaran agar menjadi maksimal.
Berdasarkan permasalahan tersebut, dibutuhkan penelitian yang berjudul
“Penerapan Metode Drill dalam Pembelajaran Tari Melinting pada Kelas VII.1 di
MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru, Lampung Timur”
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah.
Bagaimana penerapan metode drill dalam pembelajaran tari melinting serta hasil
belajar siswa pada kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru, Lampung
Timur?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah.
1. Mendeskripsikan Bagaimana penerapan metode drill dalam pembelajaran tari
melinting pada kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru, Lampung
2. Melihat hasil belajar siswa pada kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08 Mataram
Baru, Lampung Timur.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberi informasi tentang bagaimana pengajaran tari melinting di MTs
Ma’arif NU 08 Mataram Baru, dan hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagi siswa agar lebih mengetahui tentang dunia tari terutama tarian daerah
setempat dan bermanfaat pula bagi peneliti guna meningkatkan pengetahuan
dan profesionalisme di bidang penelitian serta pengajaran.
2. Sebagai bahan pertimbangan serta informasi positif bagi pendidik dan calon
pendidik khususnya dalam bidang seni tari tentang pentingnya pembelajaran
seni tari agar target yang diharapkan dapat tercapai.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian mencakup objek penelitian, subjek penelitian, tempat
penelitian, dan waktu penelitian.
1. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah penerapan metode drill dalam pembelajaran
tari melinting pada kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru.
2. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08
Mataram Baru dengan keseluruhan siswa yang berjumlah 28 siswa.
3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru, Jl. Ky
Hasim Ashari No 70 Mataram Baru, Lampung Timur.
4. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan November, tahun pelajaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini masih orisinil apabila diamati dari buku-buku serta hasil penelitian
yang telah ada. Buku-buku penelitian yang didapatkan tentang pembelajaran, metode
drill, seni tari dan tari melinting belum ada yang mencatat tentang Penerapan Metode
Drill dalam Pembelajaran Tari Melinting pada Kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08
Mataram Baru, Lampung Timur.
Ratna Juwita MZ dalam skripsinya menuliskan tentang metode drill, dalam
tulisannya mengkaji tentang Pembelajaran Tari Muli Siger Menggunakan Metode
Drill pada Kegiatan Ekstrakurikuler di SMP Negeri 8 Metro, dalam tulisan ini
mengkaji tentang Penerapan Metode Drill dalam Pembelajaran Tari Melinting pada
Kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru Lampung Timur, sehingga tulisan
ini berbeda dengan tulisan Ratna Juwita MZ, akan tetapi tidak menutup kemungkinan
tulisan Ratna Juwita MZ dijadikan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini.
Tulisan Ratna Juwita MZ membahas mengenai pembelajaran tari muli siger
menggunakan metode drill, dimana dalam pembahasan tersebut mencakup beberapa
instrumen seperti pengamatan ragam gerak pada setiap pertemuannya, aktivitas guru
Pembahasan pembelajaran dijabarkan dalam setiap kali pertemuan, namun setelah
dilakukan perhitungan mengenai tes praktik tidak dilakukan lagi pembahasan
mengenai kesimpulan inti secara umum apakah metode drill telah berhasil
dilaksanakan atau belum.
Berbeda dengan tulisan Ratna Juwita MZ, dalam tulisan ini akan dibahas secara
terperinci proses pembelajaran serta ketercapaian pembelajaran menggunakan metode
drill, hal ini dapat dilihat pada banyaknya instrumen yang digunakan, yaitu
diantaranya pengamatan penerapan metode drill, pengamatan proses belajar siswa,
pengamatan aktivitas siswa, pengamatan aktivitas guru, serta pengamatan hasil
belajar siswa yaitu melalui instrumen tes praktik. Selain menekankan kepada hasil,
dalam tulisan menjelaskan secara detail proses pembelajaran yang berlangsung
selama enam kali pertemuan. Pada tulisan ini terdapat pembahasan secara
keseluruhan mengenai pembelajaran tari melinting menggunakan metode drill pada
kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru Lampung Timur. Melihat
ketercapaian pembelajaran menggunakan metode drill pada akhir pembelajaran
dilakukan tes praktik dan wawancara kepada siswa yang telah mengikuti
pembelajaran tari melinting menggunakan metode drill yang dituangkan dalam
2.1 Pembelajaran
Pembelajaran merupakan upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada
kepentingan, karakteristik dan kondisi orang lain agar peserta didik dapat belajar
dengan efektif dan efisien. Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Thobroni dan
Mustofa, 2011: 18) mendefinisikan kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang
berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau dituruti,
sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar.
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng (dalam Uno, 2010: 83) adalah upaya
untuk membelajarkan siswa, dalam pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran
terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai
hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan penetapan dan pengembangan metode
ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan tersebut pada
dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.
Istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai
upaya untuk membelajarkan siswa, itulah sebabnya dalam belajar siswa tidak hanya
berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan
keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana
membelajarkan siswa, dan bukan pada apa yang dipelajari siswa. Pembelajaran lebih
menekankan pada bagaimana cara agar tujuan dapat tercapai, dalam kaitan ini,
bagaimana cara mengorganisasikan pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi
pembelajaran dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang
ada agar dapat berfungsi secara optimal. Pembelajaran yang akan direncanakan
memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang
disusun benar-benar dapat memenuhi harapan pembelajaran (Uno, 2010: 84).
2.1.1 Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang digunakan pengajar untuk
menyajikan informasi atau pengalaman baru, menggali pengalaman peserta belajar,
menampilkan unjuk kerja peserta belajar dan lain-lain (Uno, 2010: 65).
Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar
mengajar. Semua komponen pengajaran akan berproses di dalamnya. Komponen inti
yakni manusia, guru, dan anak didik melakukan kegiatan dengan tugas dan tanggung
jawab dalam kebersamaan berlandaskan interaksi normatif untuk bersama-sama
mencapai tujuan pembelajaran (Djamrah, 2010: 18).
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, dalam kegiatan belajar mengajar metode diperlukan oleh guru guna
kepentingan pembelajaran. Guru sangat jarang menggunakan satu metode, tetapi
selalu memakai lebih dari satu metode. Karakteristik metode yang memiliki
kelebihan dan kelemahan menuntut guru untuk menggunakan metode yang
bervariasi.
Sebagai seorang guru tentu saja tidak boleh lengah bahwa ada beberapa hal yang
bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerapan metode belajar yaitu
tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya, anak didik dengan berbagai tingkat
kematangannya, situasi dengan berbagai keadaannya, fasilitas dengan berbagai
kualitas dan kuantitasnya, serta pribadi guru dengan kemampuan profesionalnya yang
berbeda-beda (Djamrah, 2010: 19).
2.1.1.1 Metode Drill
Drill ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana
siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau
keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Hal ini menunjang
siswa berprestasi dalam bidang tertentu (Roestiyah, 2008: 125).
Teknik mengajar latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa:
a. Memiliki keterampilan motoris/gerak; seperti menghafalkan kata-kata, menulis,
mempergunakan alat/membuat suatu benda; melaksanakan gerak dalam olah raga.
b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi,
menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitung mencongak. Mengenal
benda/bentuk dalam pelajaran metematika, ilmu pasti, tanda baca dan sebagainya.
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain,
seperti hubungan sebab akibat banyak hujan – banjir; antara tanda huruf dan
bunyi -ng-ny dan sebagainya; pnggunaan lambang/simbol di dalam peta dan
lain-lain.
Penerapan teknik latihan agar berhasil guna dan berdaya guna perlu ditanamkan
a. Tentang sifat-sifat suatu latihan, bahwa setiap latihan harus selalu berbeda
dengan latihan yang sebelumnya. Hal itu disebabkan karena situasi dan pengaruh
latihan yang lalu berbeda juga. Kemudian perlu diperhatikan juga adanya
perubahan kondisi/situasi belajar yang menuntut daya tangkap/response yang
berbeda pula. Bila situasi latihan berubah, sehingga timbul tantangan yang
dihadapi berlainan dengan situasi sebelumnya, maka memerlukan
tanggapan/sambutan yang berbeda pula.
b. Guru perlu memperhatikan dan memahami nilai dari latihan itu sendiri serta
kaitannya dengan keseluruhan pelajaran di sekolah. Persiapan sebelum
memasuki latihan guru harus memberikan pengertian dan perumusan tujuan yang
jelas bagi siswa, sehingga mereka mengerti dan memahami apa tujuan latihan
dan bagaimana kaitannya dengan pelajaran-pelajaran lain yang diterimanya.
Persiapan yang baik sebelum latihan mendorong/memotivasi siswa agar
responsif yang fungsional, berarti dan bermakna bagi penerima pengetahuan dan
akan lama tinggal dalam jiwanya karena sifatnya permanen, serta siap untuk
digunakan/dimanfaatkan oleh siswa dalam kehidupan.
Untuk melaksanakan teknik ini perlu diperhatikan pula kelemahan-kelemahannya
seperti dalam latihan sering terjadi cara-cara/gerak yang tidak bisa berubah, karena
merupakan cara yang telah dibakukan, maka hal itu akan menghambat bakat dan
inisiatif siswa. Mereka tidak boleh menggunakan cara lain atau cara menurut
pikirannya sendiri. Hal itu sangat terasa bila latihan itu dilakukan bersama, juga
penuh inisiatif untuk didorong sejauh tidak menyimpang dari penguasaan
keterampilan yang akan dicapai. Hal itu tidak bisa terjadi bila sifat/cara latihan ini
kaku/tidak fleksibel.
Suatu latihan yang dijalankan dengan cara tertentu yang telah dianggap baik dan
tepat, sehingga tidak boleh diubah, mengakibatkan keterampilan yang diperoleh
siswa umumnya juga menetap/pasti, yang akan merupakan kebiasaan yang kaku,
atau keterampilan yang salah. Sehingga bila situasi berubah siswa itu sukar sekali
menyesuaikan diri atau tidak bisa mengubah caranya latihan untuk mengatasi
keadaan yang lain itu. Kadang-kadang latihan itu langsung dijalankan tanpa
penjelasan sebelumnya, sehingga pada siswa tidak terjadi pemahaman, selanjutnya
siswa melakukan saja tanpa mengerti maksud dan tujuan latihan itu. Hal semacam
itu terjadi verbalisme.
Untuk kesuksesan pelaksanaan teknik latihan itu perlu instruktur/guru
memperhatikan langkah-langkah/prosedur yang disusun demikian:
a. Gunakanlah latihan ini hanya untuk pelajaran atau tindakan yang dilakukan secara
otomatis, ialah yang dilakukan siswa tanpa menggunakan pemikiran dan
pertimbangan yang mendalam, tetapi dapat dilakukan dengan cepat seperti gerak
refleks saja, seperti: menghafal, menghitung, lari dan sebagainya.
b. Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas ialah yang dapat
menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan latihan sebelum
bagi kehidupannya saat sekarang ataupun di masa yang akan datang, dengan
latihan itu siswa merasa perlunya untuk melengkapi pelajaran yang diterimanya.
c. Di dalam latihan pendahuluan instruktur harus lebih menekankan pada diagnosa,
karena latihan permulaan itu kita belum bisa mengharapkan siswa dapat
menghasilkan keterampilan yang sempurna. Latihan berikutnya guru perlu
meneliti kesukaran atau hambatan yang timbul dan dialami siswa, sehingga dapat
memilih/menentukan latihan mana yang perlu diperbaiki. Kemudian insruktur
menunjukkan kepada siswa reponse/tanggapan yang telah benar, dan
memperbaiki response-response yang salah. Bila perlu guru mengadakan variasi
latihan dengan mengubah situasi dan kondisi latihan, sehingga timbul response
yang berbeda untuk peningkatan dan penyempurnaan kecakapan atau
keterampilannya.
d. Perlu mengutamakan ketepatan, agar siswa melakukan latihan secara tepat,
kemudian diperhatikan kecepatan, agar siswa dapat melakukan kecepatan atau
keterampilan menurut waktu yang telah ditentukan, juga perlu diperhatikan pula
apakah response siswa telah dilakukan dengan tepat dan cepat.
e. Guru memperhitungkan waktu/masa latihan yang singkat saja agar tidak
meletihkan dan membosankan, tetapi sering dilakukan pada kesempatan yang
ada. Masa latihan itu harus menyenangkan dan menarik, bila perlu dengan
mengubah situasi dan kondisi sehingga menimbulkan optimisme pada siswa dan
f. Guru dan siswa perlu memikirkan dan mengutamakan proses-proses yang
esensial/yang cocok atau inti, sehingga tidak tenggelam pada hal-hal yang
rendah/tidak perlu kurang perlukan.
g. Instruktur perlu memperhatikan perbedaan individual siswa, sehingga
kemampuan dan kebutuhan siswa masing-masing tersalurkan/dikembangkan.
Maka dalam pelaksanaan latihan guru perlu mengawasi dan memperhatikan
latihan perseorangan.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut diharapkan bahwa latihan akan betul-betul
bermanfaat bagi siswa untuk menguasai kecakapan itu, serta dapat menumbuhkan
pemahaman untuk melengkapi penguasaan pelajaran yang diterima secara teori dan
praktik di sekolah (Roestiyah, 2008: 125-129).
2.2 Seni Budaya
Seni atau kesenian dalam hal ini dipandang sebagai unsur dalam kebudayaan atau
subsistem dari kebudayaan. Melihat kesejajaran konsepnya, maka kesenian
sebagaimana halnya kebudayaan, dapat dikatakan sebagai pedoman hidup bagi
masyarakat pendukungnya (seniman) dalam melakukan kegiatannya (berkarya seni)
sehari-hari. Pedoman ini berisikan model kognisi (pengetahuan), sistem simbolik,
atau pemberian makna yang terjalin secara menyeluruh dalam simbol-simbol yang
ditransmisikan melalui pendidikan formal maupun non formal dalam komunitas atau
kelompoknya secara historis. Model kognisi ini kemudian digunakan secara selektif
oleh masyarakat pendukungnya untuk berkomunikasi, melestarikan, menghubungkan
yang bertalian dengan pengungkapan atau penghayatan estetiknya (Rohendi dalam
Soeteja, 2009: 1.2.3).
Melalui pendekatan kebudayaan, prilaku berkesenian dapat dipandang sebagai salah
satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu untuk memenuhi kebutuhan
integratif. Kebutuhan ini mencerminkan manusia sebagai mahluk pemikir, bermoral
dan bercita rasa yang berfungsi untuk mengintegrasikan berbagai kebutuhan menjadi
suatu sistem yang dibenarkan secara moral, dipahami akal pikiran, dan diterima oleh
cita rasa (Haviland dalam Soeteja, 2009: 1.2.3).
2.3 Seni Tari
Tari merupakan salah satu cabang seni yang diekspresikan melalui ungkapan gerak.
Gerak-gerak yang diuntai dalam sebuah tarian merupakan ekspresi sang seniman
sebagai alat komunikasi kepada orang lain, sehingga orang lain yang menikmatinya
memiliki kepekaan terhadap sesuatu yang ada dalam dirinya maupun yang terjadi di
sekitarnya (Syafii dalam Soeteja, 2009: 2.3.1). Berbeda dengan seni lainnya, seni tari
termasuk seni yang tidak awet, karena tari hanya bisa dinikmati sesaat dan akan
lenyap sejalan dengan usianya tarian. Berdasarkan hakikatnya tari merupakan seni
gerak, maka dari itu seni tari termasuk kedalam seni visual yang bisa dinikmati
melalui indera penglihatan. Gerak-gerak yang digunakan dalam tari tentu bukan
sembarangan gerak dan bukan juga gerak keseharian, namun gerak yang dimaksud
adalah gerak yang telah distilir atau didistori sehingga menjadi suatu bentuk gerak
tertentu. Gerak yang distilir atau didistorsi tidak hanya gerak semata tetapi di dalam
merupakan dua hal yang paling penting, disamping unsur-unsur lainnya (Soeteja,
2009: 2.3.1-2.3.2).
Tari sejak awal merupakan sebuah seni kolektif, sebab dalam proses dan kerangka
wujudnya tempat dibentuk oleh berbagai disiplin seni yang lain, misalnya sastra,
musik, seni rupa dan seni drama. Bahkan pada mulanya, tari dianggap induk dari
drama, hal tersebut dinyatakan oleh para tokoh drama yang mengakui awal
terbentuknya action adalah tari (gerak). Tari pada waktu itu masih sebagai bentuk
pengungkapan yang bersahaja dan sangat tunduk pada kepentingan adat serta religi.
Perkembangan selanjutnya, tari tidak lagi menjadi bagian dari aktivitas adat atau
religi, tetapi kehadiran tari menjadi berdiri sendiri sebagai sebuah ekspresi seni yang
mandiri, seperti bentuk seni tari yang dipelajari di berbagai pusat pelatihan tari,
sanggar tari, dan sekolah-sekolah. Tari sebagai bentuk seni merupakan aktivitas
khusus yang bukan hanya sekadar ungkapan gerak yang emosional atau
mengungkapkan perasaan dalam wujud gerak tanpa arah dan tujuan atau hanya
menyalurkan kelebihan energi. Tari merupakan sebuah bentuk seni yang mempunyai
kaitan erat sekali dengan konsep dan proses koreografis yang bersifat kreatif.
Louis Ellfedt menegaskan bahwa tari sebagai bentuk seni merupakan ekspresi yang
mampu menciptakan image-image gerak yang membuat kita menjadi lebih sensitif
terhadap realitas. Seni merupakan pengalaman yang berguna untuk memperkaya
perasaan dan pertumbuhan batin seseorang, baik sebagai seniman (kreator) maupun
2.3.1 Fungsi Tari
Pengertian tentang fungsi kaitannya dengan keberadaan tari dalam masyarakat tidak
hanya sekadar aktifitas kreatif, tetapi lebih mengarah pada kegunaan. Artinya
keberadaan tari memiliki nilai guna dan hasil guna yang memberikan manfaat pada
masyarakat, khususnya dalam mempertahankan kesinambungan kehidupan sosial.
Selain tari yang dipergunakan sebagai bagian dari upacara penyambutan
(ceremonial). Tarian juga difungsikan sebagai pendukung untuk menyemarakkan
perhelatan atau hajat pribadi seperti khitanan, pernikahan, atau nadar (membayar
janji). Perkembangan fungsi tari pada zaman modern lebih mengarah pada bentuk
prestasi artistik, dengan demikian muncul bentuk-bentuk tari yang berfungsi sebagai
hiburan (tontonan). Disamping itu ada fungsi tari yang cukup tua dalam sejarah
kehidupan manusia, yaitu fungsi tari sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa
kegembiraan atau tari suka cita (Hidayat, 2005: 5-7).
Fungsi pertunjukkan tari di masyarakat dapat dibagi kedalam empat jenis yaitu,
pertama berfungsi sebagai sarana ritual, kedua berfungsi sebagai sarana hiburan
pribadi, ketiga berfungsi sebagai presentasi estetis yaitu sebagai tari tontonan
(pertunjukan), dan keempat berfungsi sebagai media pendidikan.
Seperti juga seni musik, penampilan melalui seni tari dihadapan penonton dapat
mendidik untuk meningkatkan keberanian dan kepercayaan dirinya. Menafsirkan atau
menggubah gerak-gerak sederhana dalam bentuk tarian mengajarkan kepada anak
proses kreativitas untuk mengembangkan gagasan dan menginterpretasikan makna
2.3.2 Unsur-Unsur Dasar Tari
Unsur-unsur dalam tari terdiri dari beberapa jenis, dan unsur-unsur itu merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat diabaikan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan
lainnya. Di dalam tari unsur-unsur tersebut yaitu gerak, tenaga, irama atau ritme, dan
ruang.
1. Gerak
Ungkapan gerak merupakan medium utama dari tari, karena gerak merupakan
bahan baku atau substansi dasar dari tari. Gerak yang terdapat dalam sebuah
tarian tentu bukan sekadar gerak keseharian seperti gerak bekerja, gerak bermain,
gerak olah raga, dan sebagainya. Gerak untuk kebutuhan tari tidak lepas dari
sentuhan pengalaman-pengalaman hidup manusia, namun gerak yang digunakan
telah mengalami pengolahan stilisasi atau distorsi. Melalui pengolahan inilah
maka lahir gerak tari. Terdapat dua jenis gerak tari yaitu gerak maknawi dan
gerak murni. Kedua jenis gerak tersebut merupakan manifestasi dan pengalaman
para seniman tari yang diolah kedalam gerak sehingga menjadi satu komposisi
atau koreografi. Gerak maknawi adalah gerak yang memiliki arti, sedangkan
gerak murni adalah gerak gerak tari yang tidak memiliki arti khusus, dimana
ungkapan gerak seutuhnya untuk keindahan gerak semata.
2. Tenaga
Tenaga digunakan untuk mengawali, mengendalikan dan menghentikan gerak.
Tenaga juga yang membedakan adanya gerak yang bervariasi. Penggunaan tenaga
banyak hal diantaranya jenis dan karakter tarian. Penggunaan tenaga akan dapat
membedakan tarian yang berbeda seperti tari halus, tari ladak, dan tari gagah.
Salah satu keberhasilan penari di atas pentas dalam membawakan tarian adalah
dengan penggunaan tenaga secara proporsional, artinya bahwa si penari dapat
membawakan tarian pada bagian mana harus menggunakan tenaga besar atau kuat
dan pada bagian mana harus menggunakan tenaga lembut atau halus dan
sebagainya. Namun tidak berarti bahwa tarian yang gagah harus ditarikan dengan
tenaga kuat dari awal sampai akhir tarian atau sebaliknya. Baik tenaga kuat
maupun tenaga lembut keduanya dalam tari kadang digunakan sesuai dengan
kebutuhan ungkapan tarian seperti karakter, tema, dan yang lainnya.
3. Ritme/Irama
Unsur ritme/irama dalam tari penggunaanya akan berkaitan dengan waktu yang
digunakan untuk menyelesaikan sebuah gerakan. Waktu sangat berkaitan dengan
unsur irama yang memberi nafas sehingga tari tampak hidup. Di dalam tari
terdapat gerakan dengan ritme/irama cepat, sedang yang harus diselesaikan oleh
penari. Namun demikian setiap tarian terjadi tidak seluruhnya dibawakan dengan
ritme cepat atau ritme lambat. Bisa terjadi satu tarian dibawakan dengan ritme
yang bervariasi, sehingga suatu tarian tampak lebih menarik.
4. Ruang
Ruang dalam tari adalah tempat yang digunakan untuk kebutuhan gerak gerak
yang dilakukan dalam ruang dapat dibedakan kedalam ruang yang digunakan
ruang tersebut dapat dibedakan atas garis, volume, arah hadap penari, level, dan
fokus. Garis adalah kesan yang ditimbulkan setelah penari selesai menggerakkan
tubuhnya. Volume adalah jangkauan gerak yang digunakan oleh penari ketika
menari. Arah adalah arah hadap dan arah pandangan penari ketika menari. Level
adalah berhubungan dengan tinggi rendahnya gerak dan badan penari ketika
menari. Di dalam tari selain unsur-unsur dasar tari tersebut terdapat tiga kriteria
unsur penguasaan kriteria tari, yaitu:
a. Wiraga
Merupakan kemampuan menari dalam membawakan tari dari penguasaan
teknik gerak, kemampuan secara koreografi, tarian dari awal sampai akhir
tarian dengan mulus tanpa cacat termasuk hafalan, ketepatan (teknik)
melakukan/menarikan gerak dengan benar dan baik.
b. Wirama
Merupakan penguasaan kemampuan penari dalam melakukan gerakan sesuai
dengan irama musik pengiringnya. Selain ketepatan tempo dan ritme juga
rasa musikal penari dituntut karena kemampuan penghayatan secara musikal
penari akan terlihat oleh penonton.
c. Wirasa
Merupakan kemampuan penari dalam mengekspresikan dan menghayati
tarian yang dibawakan, sehingga tarian mampu secara total dibawakan oleh
penari. Ekspresi dalam tari merupakan salah satu yang menentukan sifat atau
karakter tarian. Penari dituntut mampu melakukan berbagai ekspresi
2.4 Tari Melinting
Tari melinting yang kita sebut sekarang ini adalah peninggalan dari Ratu Melinting di
perkirakan telah ada pada abad XVI berarti pada masa Ratu Melinting pertama Minak
Kejala Bidin atau putranya Pn. Penembahan Mas atau anaknya Minak Yuda Resmi,
belum ada data yang pasti pada zaman Ratu Melinting keberapa tarian ini diciptakan.
Tari melinting merupakan tarian tradisional masyarakat adat Keratuan Melinting
yang merupakan peninggalan dari Ratu Melinting pada abad ke 16 yang lalu,
Keratuan Darah Putih yang bermukim di Maringgai atau Keratuan Melinting pada
saat ini wilayah adatnya adalah Desa Maringgai, Tanjung Aji, Tebing, Wana, Nibung,
Pempen dan Negeri Agung Kabupaten Lampung Timur. Tarian melinting pada
awalnya di gelar untuk menyambut para tamu agung (istimewa) , Raja atau Residen
pada acara adat atau acara resmi, saat ini dapat dipakai untuk menyambut para tamu
agung (Menteri, Gubernur, Bupati dll) yang datang ke Daerah Melinting atau
Lampung Timur. Tari melinting bermakna keperkasaan putra-putra Lampung dalam
membela keluarganya atau sebagai bentuk tanggung jawab seorang laki-laki untuk
melindungi dan mensejahterakan keluarganya ini terpancar dari gerakannya yang
gagah dan lincah, kelembutan dan kehalusan budi pekerti putri-putri Lampung dilihat
dengan gerakan yang lemah gemulai sesuai dengan sifat kewanitaannya, dan juga
mencerminkan sikap ramah dan gembira terhadap kedatangan tamu agung tersebut.
Jenis tari ini menurut fungsi dan tujuannya adalah tari upacara, sebab tari ini
ditampilkan pada acara-acara resmi (acara adat) yang dipentaskan untuk menyambut
Tahun 1965 Presiden Soekarno meminta kepada Pemda Lampung Tengah (pada
waktu itu Bupatinya adalah Hasan Basri) untuk mementaskan tari melinting pada
acara 17 Agustus 1965 di Istora Senayan Jakarta, pada saat itulah atas saran protocol
Istana Kepresidenan untuk menambah keindahan tari maka disepakati terjadi
perubahan pada tari melinting yang berubah nama menjadi tari kreasi melinting.
Adanya perubahan irama tabuhan, adanya pergantian dari tabuh recik ke tabuh
kedanggung, tabuhan yang lainnya tetap (arus/gupek dan cetik) adanya perubahan
gerakan penari keluar menuju pentas begitu pula saat kembali ketempat asalnya,
adanya penambahan sedikit formasi, namun gerakan dasar penari masih memakai
gerakan tari melinting, adanya penambahan kostum yaitu penari memakai baju dan
penambahan asesoris, namun siger, tapis dan selendang tetap seperti aslinya.
Lamanya pementasan tari meinting diperlukan waktu kurang lebih 6 menit ini
penyajian pada umumnya, namun bisa ditambah waktunya diatur sesuai keinginan,
pengaturan ini diatur melalui suara musik pengiringnya (Igama IV, 2011: 13-24).
2.4.1 Busana Tari A. Penari Wanita
1. Kostum
a) Tapis cukil
b) Selendang jung sarat dan kain putih tengah
c) Baju putih
d) Kerimbung putih
2. Asesoris
a. Mahkota/ siger melinting
b. Pandan
c. Sanggul dan rambut panjang
d. Anting giwir
e. Gelang burung
f. Gelang kano
g. Gelang rawi
h. Papan jajar 3 susun
i. Buturan 5 susun
j. Kipas
k. Gaharu
B. Penari Pria 1. Kostum
a. Baju putih
b. Celana putih panjang
c. Sarung tumpal
d. kikat pudang
e. Kerimbung putih
2. Asesoris
a. Kopiah emas melinting
b. Pandan
c. Gelang burung
d. Gelang kano
e. Gelang rawi
f. Papan jajar 3 susun
g. Buturan 3 buah
h. Punduk (keria)
i. Kipas
(Igama IV, 2011: 57-58).
2.4.2 Musik Pengiring Tari
Di dalam buku Igama IV Sultan Ratu Idil Muhammad Tihang, 2011 pada halaman
65 dijelaskan bahwa dalam rangka mengiringi tarian melinting menggunakan
instrumen kolintang berbagai lagu (tabuhan), yaitu :
1. Tabuh Arus / gupek, yaitu tabuhan pembukaan
2. Tabuh cetik, dialunkan pada saat tarian dimulai
3. Tabuh kedanggung, yaitu pada saat para penari mengadakan pertunjukan formasi,
2.4.3 Ragam Gerak a. Ragam Gerak Putra
b. Ragam Gerak Putri
Tabel 2.1
Ragam Gerak Putra Nama Gerak
Hitungan Gambar Uraian Gerak
Gerak Tangan
Gerak Kaki 1.Babar
Kipas 1,3,5,7
Gambar 2.1 (Foto, Aang: 2013)
Kedua tangan merapat di depan dada, kemudian diayun membuka kesamping selebar badan sejajar dada
2,4,6,8
Gambar 2.2 (Foto, Aang:2013)
2.Babar Kipas Simpuh
1,3,5,7
Gambar 2.3 (Foto, Aang: 2013)
Posisi kaki dilipat kebelakang
diduduki (simpuh) gerakan tangan diayun membuka kesamping selebar badan sejajar
2,4,6,8,
Gambar 2.4 (Foto, Aang: 2013)
Masih dengan posisi kaki yang sama, gerakan tangan menutup kembali tepat di depan dada, (dilakukan
berulang-ulang)
3.Babar Kipas Berdiri
1,3,5,7
Gambar 2.5 (Foto, Aang: 2013)
2.4.6.8
Gambar 2.6 (Foto, Aang: 2013)
Posisi badan berdiri tegap, kaki kiri diangkat, kaki kanan menjadi tumpuan, posisi kedua tangan membuka kesamping, (dilakukan berulang-ulang)
4. Sukhung Sekapan
1,3,5,7
Gambar 2.7 (Foto, Aang: 2013)
Tangan kanan didorong lurus kedepan, tangan kiri tarik kebelakang tetap di depan dada (dilakukan dengan posisi berdiri atau duduk)
2,4,6,8
Gambar 2.8 (Foto, Aang: 2013)
Tangan kiri didorong lurus kedepan, tangan kanan tarik
kebelakang tetap di depan dada
5.Balik Palau
1-4
Gambar 2.9 (Foto, Aang: 2013)
Tangan kanan rentang kesamping kanan, tangan kiri ditekuk di depan dada, kaki kiri jinjit di samping kanan. Hitungan pertama gerakan tangan kearah depan bersamaan kaki kiri napak, kemudian pada hitungan kedua napak kaki kanan arah tangan kembali seperti semula
6.Kenui Melayang
5-7
Gambar 2.10 (Foto, Aang: 2013)
Kedua tangan direntangkan kesamping kanan dan kiri, putar kedua pergelangan tangan
7. Nyiduk 5-8
Gambar 2.11 (Foto, Aang: 2013)
8.Salaman 1-4
Gambar 2.12 (Foto, Aang: 2013)
Posisi badan jongkok kedua tangan dirapatkan di depan dada diayun kekanan dan kekiri (dilakukan berpasangan)
1. Suali 1-8
Gambar 2.13 (Foto, Aang: 2013)
Gambar 2.14 (Foto, Aang: 2013)
Posisi awal badan berdiri tegak, silang kaki kiri di depan kaki kanan, gerakan tangan mendorong, selanjutnya rapatkan kaki kanan sejajar kaki kiri, jongkok, kedua tangan menggerakkan babar kipas.
2. Niti Batang
1-4
Gambar 2.15 (Foto, Aang: 2013)
Langkah kaki kanan direntang-kan, tangan kanan kesamping kanan lurus, tangan kiri ditekuk di depan dada. Kemudian tangan kiri lurus kesamping kiri (Foto, Aang: 2013)
Gerak melompat kaki kanan kedepan diikuti kaki kiri posisi badan setengah jongkok, kemudian posisi tangan rentang kesamping kanan lurus tangan kiri ditekuk siku sejajar bahu.
4. Lapah Ayun
1-2
Gambar 2.17 (Foto, Aang: 2013)
Posisi badan tegak dan naik turun (Enjot). Kemudian langkah kaki kanan kedepan dengan tumit gesek ke arah depan. Lalu
5. Jong Sembah
1-4
Gambar 2.18 (Foto, Aang: 2013)
Posisi kedua kaki dilipat kebelakang diduduki (simpuh) kedua tangan saling dirapatkan di depan dada dengan posisi badan tegap
Tabel 2.2
Ragam Gerak Putri Ragam Gerak
Hitungan Gambar Uraian Gerak
Gerak Tangan
Gerak Kaki 1. Babar
Kipas
1,3,5,7
Gambar 2.19 (Foto, Aang: 2013)
Kedua tangan merapat di depan dada, kemudian diayun membuka kesamping selebar badan sejajar dada
2,4,6,8
Gambar 2.20 (Foto, Aang: 2013)
2. Babar Kipas Simpuh
1,3,5,7
Gambar 2.21 (Foto, Aang: 2013)
Posisi kaki dilipat kebelakang
diduduki (simpuh) gerakan tangan diayun membuka kesamping selebar badan sejajar dada
2,4,6,8,
Gambar 2.22 (Foto, Aang: 2013)
Masih dengan posisi kaki yang sama, gerakan tangan menutup kembali tepat di depan dada, (dilakukan berulang-ulang)
3. Babar Kipas Berdiri
1,3,5,7
Gambar 2.23 (Foto, Aang: 2013)
2,4,6,8
Gambar 2.24 (Foto, Aang: 2013)
Posisi badan berdiri tegap, kaki kiri diangkat, kaki kanan menjadi tumpuan, posisi kedua tangan membuka kesamping, (dilakukan berulang-ulang)
4. Sukhung Sekapan
1,3,5,7
Gambar 2.25 (Foto, Aang: 2013)
Tangan kanan didorong lurus kedepan, tangan kiri tarik kebelakang tetap di depan dada (dilakukan dengan posisi berdiri atau duduk)
2,4,6,8
Gambar 2.26 (Foto, Aang: 2013)
Tangan kiri didorong lurus kedepan, tangan kanan tarik
kebelakang tetap di depan dada
5. Timbangan 1
Gambar 2.27 (Foto, Aang: 2013)
Posisi badan berdiri tegak kedua kaki dirapatkan keduan (Foto, Aang: 2013)
Posisi badan tegak ke sudut kiri, kaki dirapatkan tangan kanan lurus kedepan/sejajar perut, tangan kiri lurus kebelakang pergelangan tangan diputar kearah dalam (dilakukan dengan posisi tangan dan arah badan yang (Foto, Aang: 2013)
5-8
Gambar 2.30 (Foto, Aang: 2013)
Kemudian keduan tangan
digeser/dipindah sejajar pinggul kiri dengan posisi tangan tegak (lakukan berulang dan bergantian) (Foto, Aang: 2013)
Gerakkan kaki kanan maju (ayun) kedepan dengan ujung jari kaki menyentuh lantai (tidak menapak). Lalu kaki kanan tarik kembali (Foto, Aang: 2013)
3. Lapah Ayun
1-2
Gambar 2.33 (Foto, Aang: 2013)
Posisi badan tegak dan naik turun (enjot), lalu langkah kaki kanan kedepan dengan tumit gesek kearah depan, bergantian dengan kaki kiri dan seterusnya,
dilakukan berulang sesuai dengan kebutuhan
4.Jong Sembah
1-4
Gambar 2.34 (Foto, Aang: 2013)
Posisi kedua kaki dilipat kebelakang diduduki (simpuh) kedua tangan saling dirapatkan di depan dada dengan posisi badan tegap
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat tiga kata
kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah,tujuan dan kegunaan. cara ilmiah
berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional,
empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilaksanakan dengan
cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris
berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga
orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis
artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah
tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2013: 2).
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
filsafat), catatan-catatan yang berhubungan dengan makna, nilai serta pengertian
(Bogdan dan Taylor dalam Kaelan, 2012:5).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif,
dengan tujuan untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan metode drill dalam
pembelajaran tari melinting serta hasil belajar siswa pada kelas VII.1 di MTs Ma’arif
NU 08 Mataram Baru.
3.3 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.1 yang berjumlah 28 siswa,
18 Jumlah siswa perempuan dan 10 Jumlah siswa laki-laki. Materi yang diajarkan
dalam penelitian ini adalah tari melinting, tariantersebut direkomendasikan oleh
Kepala Madrasah, guru seni budaya, serta pengajar ekstrakurikuler tari karena tarian
ini dirasa penting untuk dipelajari serta semangat dan minat belajar siswa terhadap
seni tari cukup tinggi sekaligus agar siswa mengetahui dan mampu menarikan tarian
khas daerah mereka.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik
keadaan yang dialami, sumber data primer dan lebih banyak pada teknik observasi,
dokumentasi, wawancara, tes praktik dan nontes mengenai hal-hal yang
3.4.1 Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan (Sutriano dalam Sugiyono, 2013: 145).
Observasi berperan serta (participant observation), dalam observasi ini, peneliti
terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian (Sugiyono, 2013: 145).
Observasi dilakukan dengan cara mengamati pembelajaran tari pada kelas VII.1 di
MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru, guna mendapatkan informasi mengenai proses
pembelajaran serta kemampuan siswa dalam menarikan tari melinting. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh data penelitian penerapan metode drill dalam
pembelajaran tari melinting.
3.4.2 Dokumentasi
Dokumentasi adalah pencarian data mengenai variabel-variabel yang berupa catatan,
transkip, buku, majalah, prasasti dan lainnya. Dokumentasi sudah lama digunakan
dalam penelitian sebagai sumber data untuk menguji, menafsirkan bahkan
meramalkan (Arikunto, 2010: 274).
Dokumentasi dapat dijadikan sebagai narasumber yang dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengenai hasil penelitian. Di dalam penelitian ini
menggunakan dokumentasi berupa, foto, video, catatan lapangan. Foto dapat menjadi
keterangan. Catatan lapangan akan mendukung hasil penelitian observasi dan
wawancara mengenai penerapan metode drill serta hasil belajar siswadalam
pembelajaran tari melinting pada kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru.
3.4.3 Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara digunakan apabila ingin dilakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti. Untuk mendapatkan data yang
representatif baik data primer maupun sekunder, digunakan teknik wawancara dalam
teknik pengumpulan data tujuannya sebagai bentuk komunikasi yang bertujuan untuk
memperoleh informasi (Sugiyono,2009: 72).
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara langsung (face to face) dan dengan
menggunakan telepon, untuk memperoleh data dan informasi dari sumbernya
langsung yaitu Kepala Madrasah, guru ekstrakurikuler tari beserta guru seni budaya
dan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran tari mengenai pembelajaran tari
melinting di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru.
3.4.4 Tes Praktik
Data yang diperoleh dalam pembelajaran tari Melinting pada kegiatan pembelajaran
menggunakan tes praktik perbuatan pada gerak-gerak tari melinting. Untuk
menyatakan gerak tari yang dilakukan tersebut benar atau tidak maka digunakan
3.4.5 Nontes
Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas siswa
dalam pembelajaran tari melinting dengan penerapan metode drill yang diamati pada
lembar pengamatan penerapan metode drill, lembar pengamatan proses belajar siswa,
serta lembar pengamatan aktivitas siswa, teknik ini juga digunakan untuk mengamati
aktivitas guru dalam mengajar di kelas.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada
penelitian pengambilan data, observasi, dan wawancara dilakukan oleh peneliti itu
sendiri. Di dalam instrumen penelitian digunakan panduan observasi, panduan
dokumentasi, wawancara, tes praktik, dan nontes.
1. Panduan Observasi
Lembar pengamatan (observasi) digunakan guru pada saat pengamatan, tentang
apa saja yang dilihat dan diamati secara langsung, baik pada saat proses
pembelajaran berlangsung maupun teknik dalam penyampaian materi
pembelajaran.
Tabel 3.1
Lembar Pengamatan Aktivitas Guru
No Instrumen Kegiatan Peneliti P.1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6
1 Memberitahukan KD dalam pembelajaran tari hari ini
2 Memberitahukan indikator/tujuan pembelajaran
3 Menerapkan metode drill
4 Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran
5 Membagi kelompok sebagai media dalam penerapan metode drill
6
Mengamati perkembangan siswa selama proses pembelajaran menggunakan metode drill
7
Berperan sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan siswa yang mengalami kesulitan dengan bahasa yang baik dan santun
8
Memberi acuan agar siswa dapat melakukan pengecekan hasil belajar menggunakan metode drill
9
Guru meminta siswa untuk memeragakan hasil latihan untuk melihat ketercapaian tujuan belajar
10 Menyimpulka hasil belajar
Keterangan:
P.1 = Pertemuan Pertama P.4 = Pertemuan Keempat
P.2 = Pertemuan Kedua P.5 = Pertemuan Kelima
P.3 = Pertemuan Ketiga P.6 = Pertemuan Keenam
Instrumen ini digunakan untuk mengamati aktivitas yang dilakukan guru pada saat
awal pembelajaran berlangsung hingga pembelajaran selesai pada setiap
pertemuannya, dengan cara memberi chek list pada kolom-kolom yang telah
disediakan sebagai penanda.
2. Panduan Dokumentasi
Panduan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa foto-foto,
video, catatan lapangan/catatan harian yang menggunakan alat bantu kamera
foto. Catatan harian digunakan peneliti untuk mengumpulkan data secara
berlanjut pada saat pengamatan (observasi) dan wawancara. Catatan harian ini
selalu dibawa pada saat peneliti menulis data, sehingga tidak ada data yang
terlewatkan, sehingga data-data yang didapat sangat lengkap.
3. Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal yang
4. Lembar Pengamatan Tes Praktik
Lembar pengamatan tes praktik digunkaan untuk memperoleh data terhadap hasil
belajar tari melinting dengan menggunakan metode drill. Lembar tes praktik yang
digunakan instrumen yang berupa aspek-aspek penilaian yang sudah ditentukan.
Instrumen Tes Praktik Tabel 3.2
Lembar Pengamatan tes praktik (individu)
No Aspek yang
Dinilai Indikator Skor
Skor gerak tari melinting
dengan teknik gerak yang tepat serta bentuk gerak yang sesuai
b) Siswa dalam
memeragakan ragam gerak tari melinting
menggunakan teknik serta bentuk gerak yang cukup sesuai
c) Siswa mampu memeragakan gerak tari melinting
menggunakan teknik gerak yang cukup baik namun kurang tepat
d) Siswa dalam
memeragakan ragam gerak tari melinting
e) Siswa main-main pada saat memeragakan ragam gerak tari
melinting sehingga siswa tidak hafal urutan gerak
1
2. Wirasa (Ekspresi penjiwaan)
a) Siswa memeragakan ragam gerak tari
melinting dengan penghayatan dan ekspresif
b) Siswa dalam
memeragakan ragam gerak tari melinting
menggunakan penghayatan yang cukup baik
c) Siswa memeragakan ragam gerak tari
melinting dengan penghayatan yang masih kurang terlihat
d)Siswa hanya mampu memeragakan ragam gerak tari melinting
dengan ekspresi wajah yang datar
e) Siswa memeragakan ragam gerak tari
3. Wirama
(Kesesuaian gerak dan musik)
a) Siswa mampu memeragakan ragam gerak tari melinting
dengan hitungan yang tepat sesuai ritme musik
b) Siswa dalam
memperagakan ragam gerak tari melinting
cukup baik dalam penggunakan hitungan sesuai dengan ritme musik
c) Siswa mampu memeragakan ragam gerak tari melinting
dengan hitungan yang sesuai namun tidak sesuai dengan ritme musik
d) Siswa hanya mampu memeragakan ragam gerak tari melinting
namun tidak
menggunakan hitungan dan ritme yang sesuai dengan musik
e) Siswa hanya mampu memeragakan ragam gerak tari melinting
tanpa
Hasil belajar gerak tari melinting dapat diukur dengan lembar pengamatan tes praktik
dengan total skor seluruhnya 15. Setelah skor diperoleh selanjutnya dilakukan
perhitungan untuk mengetahui berdasarkan aspek yang dijadikan indikator yaitu
kemampuan gerak, ekspresi penjiwaan dan kesesuaian gerak dengan musik. Skor
maksimal yang didapat dari ketiga aspek tersebut diolah menjadi nilai dengan rumus
sebagai berikut :
NS = Skor Siswa X Skor Ideal Skor Maksimum
5. Nontes
Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas
siswi dan guru dalam pembelajaran tari melinting menggunakan metode drill.
Instrumen Nontes Tabel 3.3
Lembar Pengamatan Penerapan Metode Drill
No Aspek Indikator Skor Skor
Maksimum 1 Keterampilan
Motoris
a. Seluruh siswa mampu menirukan ragam gerak tari melinting pada saat proses pembelajaran menggunakan metode drill berlangsung
b.Dari 28 siswa terdapat 1-7 siswa yang tidak dapat menirukan ragam gerak tari melinting pada saat proses pembelajaran menggunakan metode drill berlangsung
5
c. Dari 28 siswa terdapat terdapat 8-14 siswa yang tidak dapat menirukan ragam gerak tari melinting pada saat proses pembelajaran menggunakan metode drill berlangsung
d.Dari 28 siswa terdapat terdapat 15-21 siswa yang tidak dapat
menirukan ragam gerak tari
melinting pada saat proses
pembelajaran menggunakan metode
drill berlangsung
e. Seluruh siswa tidak mampu menirukan ragam gerak tari
melinting pada saat proses
pembelajaran menggunakan metode
drill berlangsung
3
a. Seluruh siswa mampu mengikuti proses pembelajaran tari melinting
menggunakan metode drill dengan tempo hitungan yang tepat
b.Dari 28 siswa terdapat 1-7 siswa yang tidak mampu mengikuti proses pembelajaran tari melinting
menggunakan metode drill dengan tempo hitungan yang tepat
c. Dari 28 siswa terdapat 8-14 siswa yang tidak mampu mengikuti proses pembelajaran tari melinting
menggunakan metode drill dengan tempo hitungan yang tepat
d.Dari 28 siswa terdapat 15-21 siswa yang tidak mampu mengikuti proses pembelajaran tari melinting
menggunakan metode drill dengan tempo hitungan yang tepat
5
4
3
2