• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE DRILL DALAM PEMBELAJARAN TARI MELINTING PADA KELAS VII.1 DI MTS MA’ARIF NU 08 MATARAM BARU LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE DRILL DALAM PEMBELAJARAN TARI MELINTING PADA KELAS VII.1 DI MTS MA’ARIF NU 08 MATARAM BARU LAMPUNG TIMUR"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE DRILL DALAM PEMBELAJARAN TARI MELINTING PADA KELAS VII.1

DI MTS MA’ARIF NU 08 MATARAM BARU LAMPUNG TIMUR

Oleh

WINDA PRASTIKA NINGRUM

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENERAPAN METODE DRILL

DALAM PEMBELAJARAN TARI MELINTING PADA KELAS VII.1 DI MTS MA’ARIF NU 08 MATARAM BARU

LAMPUNG TIMUR

Oleh

WINDA PRASTIKA NINGRUM

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana penerapan metode drill

dalam pembelajaran tari melinting serta hasil belajar siswa pada kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru, Lampung Timur.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan yaitu tentang pembelajaran, metode drill, seni tari dan tari melinting.

Sumber data dalam penelitian ini adalah 28 siswa kelas VII.1 pada mata pelajaran seni budaya di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi tes praktik dan nontes, sebagai instrumen panduan yaitu pengamatan penerapan metode drill, pengamatan proses belajar siswa, pengamatan aktivitas siswa dan tes praktik untuk melihat hasil belajar siswa.

Pelaksanaan pembelajaran tari melinting menggunakan metode drill diawali dengan guru menjelaskan dan memeragakan ragam gerak tari melinting, lalu siswa diminta untuk menirukan ragam gerak yang diperagakan oleh guru, selanjutnya siswa diberikan waktu untuk berlatih sendiri dan kemudian siswa diminta untuk memeragakan materi yang telah diberikan.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……….. i

ABSTRAK ……….. ii

ABSTRACT ……… iii

JUDUL DALAM ……… iv

HALAMAN PERSETUJUAN ……….. v

HALAMAN PENGESAHAN ………... vi

SURAT PERNYATAAN ………... vii

RIWAYAT HIDUP ……… viii

PERSEMBAHAN ……….. ix

MOTTO ……….. x

SANWACANA ……….. xi

DAFTAR ISI ……….. xiii

DAFTAR TABEL ………. xvi

DAFTAR DIAGRAM ………... xvii

DAFTAR GAMBAR ………. xviii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xx

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Rumusan Masalah ……….... 9

1.3 Tujuan Penelitian ………. 9

1.4 Manfaat Penelitian ………... 10

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ………... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran ………... 14

2.1.1 Metode Pembelajaran ………. 15

2.1.1.1 Metode Drill………... 16

2.2 Seni Budaya ………. 20

2.3 Seni Tari ……….. 21

2.3.1 Fungsi Tari ………. 23

2.3.2 Unsur-Unsur Dasar Tari ………. 24

2.4 Tari Melinting ……….. 27

2.4.1 Busana Tari………… ………. 28

2.4.2 Musik Pengiring Tari ……….. 30

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ………. 66

4.1.7 Kepala Madrasah yang Pernah Menjabat ……….… 71

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ………. 72

4.2.1 Permohonan Izin ……….. 72

4.2.2 Pertemuan Pertama ……….. 74

A. Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Pertama……….. 79

1. Lembar Pengamatan Penerapan Metode Drill Pertemuan Pertama…... 80

2. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama …………... 82

3. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Pertama ……… 84

4.2.3 Pertemuan Kedua ………. 85

A. Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Kedua ……… 87

1. Lembar Pengamatan Proses Belajar Siswa Pertemuan Kedua ………. 88

2. Lembar Pengamatan Penerapan Metode Drill Pertemuan Kedua……. 89

3. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua ……….. 91

4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Kedua ………... 93

4.2.4 Pertemuan Ketiga ……… 94

A. Pembahasan Pelaksaan Pertemuan Ketiga ……….. 98

1. Lembar Pengamatan Proses Belajar Siswa Pertemuan Ketiga …... 98

2. Lembar Pengamatan Penerapan Metode Drill Pertemuan Ketiga…… 100

3. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Ketiga ………... 102

4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Ketiga ………. 104

4.2.5 Pertemuan Keempat ……… 105

A. Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Keempat ………... 108

(8)

3. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Keempat …………. 112

4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Keempat ….…………. 114

4.2.6 Pertemuan Kelima ……….. 115

A. Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Kelima ………. 118

1. Lembar Pengamatan Proses Belajar Siswa Pertemuan Kelima ……... 118

2. Lembar Pengamatan Penerapan Metode DrillPertemuan Kelima...… 120

3. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Kelima …………... 123

4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Kelima ……… 125

4.2.6.1 Pembahasan Instrumen Nontes ……….. 126

1. Rata-rata Penerapan Metode Drill………... 126

2. Rata-rata Proses Belajar Siswa ………... 128

3. Rata-rata Aktivitas Siswa ………... 129

4.2.7 Pertemuan Keenam (evaluasi) ………... 131

A. Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Keenam (evaluasi) ……….. 134

1. Hasil Tes Praktik Pada Pertemuan Keenam ……… 134

2. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Keenam ……….. 140

4.3 Pembahasan Penerapan Metode Drill dalam Pembelajaran Tari Melinting pada Kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru Lampung Timur…. 141 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 146

5.3 Saran ……….. 147

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan menurut istilah paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa atau

mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental

(Hasbullah, 1999: 1).

Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara merupakan proses pembudayaan yakni

suatu usaha yang dapat memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam

masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan maksud

memajukan dan mengembangkan kebudayaan menuju keluhuran manusia. Secara

spesifik, pendidikan merupakan segala daya upaya untuk memajukan

bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak menuju kesempurnaan hidup

yakni penghidupan dan kehidupan yang selaras dengan dunianya (Herpratiwi,

2009: 110).

Menurut UU No 20 pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi,

pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses

pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran, dan tabiat serta

(10)

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

dengan baik.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki

arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki

pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau

ilmu. Usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia

untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum

dipunyai sebelumnya, sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu,

memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu

(Fudyartanto dalam Baharuddin, dkk, 2010: 13). Belajar juga merupakan akibat

adanya interaksi antara stimulus dan respons, seseorang dianggap telah belajar

sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya (Thobroni & Mustofa,

2011: 64).

Proses belajar, terutama belajar yang terjadi di sekolah itu melalui tahap-tahap

atau fase-fase: motivasi, konsentrasi, mengolah, menggali 1, menggali 2, prestasi

dan umpan balik (Gagne dalam Baharuddin, dkk, 2010: 17). Jadi, dalam proses

belajar itu tidak semata-mata ingin bisa dan langsung bisa begitu saja, namun ada

tahapan-tahapan dibalik itu semua, dan dibutuhkan proses pembelajaran yang

matang untuk mencapai apa yang kita inginkan.

Strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan

prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam

rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut

(11)

kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket

program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik (Dick dan

Cary dalam Uno, 2010: 1).

Pendidikan seni harus mampu menciptakan peserta didik yang aktif, kreatif dan

inovatif dalam menghadapi perkembangan zaman, agar dapat melestarikan

kebudayaan daerah. Cara untuk memaksimalkan pendidikan seni yaitu

diperlukannya tenaga pengajar yang memiliki kualifikasi yang baik terhadap mata

pelajaran yang diajarkan. Guru memegang peranan yang sangat penting dalam

proses pendidikan. Guru juga dituntut untuk memiliki kualifikasi professional

sehingga mampu mengemban tugas dan peranannya. Setiap guru professional

harus menguasai pengetahuan yang mendalam dalam spesialisya. Penguasaan

pengetahuan ini merupakan syarat yang penting disamping

keterampilan-keterampilan yang lainnya (Hamalik, 2012: 119). Guru seharusnya menyusun

bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang

harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak

memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh, baik

dilakukan sendiri maupun melalui stimulasi. Bahan pelajaran disusun secara

hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

Metode Drill ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar

dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki

ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.

Hal ini menunjang siswa berprestasi dalam bidang tertentu.

(12)

Teknik mengajar latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa:

a. Memiliki keterampilan motoris/gerak.

b. Mengembangkan kecakapan intelek.

c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal

lain, seperti hubungan sebab akibat.

(Roestiyah, 2008: 125).

Dipilihnya metode drill dalam pembelajaran tari melintingdi MTs Ma’arif NU

08 Mataram Baru karena metode ini dirasa cocok untuk pembelajaran dalam

bentuk praktik sehingga tujuan dari pembelajaran ini dapat terwujud. Selain itu

metode drill dianggap cocok karena pembelajaran tari di MTs Ma’arif NU 08

Mataram Baru sebelumnya hanya melalui media video saja, berdasarkan

kenyataan tersebut metode ini dapat digunakan untuk permulaan latihan yang

baik karena metode ini dirasa mampu dan tidak terlalu berat untuk diterapkan

kepada peserta didik.

Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian

suatu keterampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat

diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan

digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan (Thobroni &

Mustofa, 2011: 88).

Seni tari merupakan seni gerak tubuh yang indah yang telah melalui proses

distilisasi dan distorsi, gerakan tubuh yang digerakan secara berirama. Tari

merupakan salah satu cabang seni yang diekspresikan melalui ungkapan gerak.

(13)

sebagai alat komunikasi kepada orang lain, sehingga orang lain yang

menikmatinya memiliki kepekaan terhadap sesuatu yang ada dalam dirinya

maupun yang terjadi disekitarnya (Syafii dalam Soeteja, 2009: 2.3.1). Tari dapat

digunakan sebagai keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud dan

pikiran. Gerakan tari berbeda dari gerakan sehari-hari seperti berlari, berjalan

ataupun gerakan senam. Terdapat beberapa unsur yang terdapat dalam tari, yaitu

wiraga, wirama dan wirasa. Ketiga unsur tersebut menjadi satu kesatuan dalam

bentuk tarian yang harmonis.

Tari dapat digolongkan menjadi tari tradisi dan tari kreasi. Tari tradisi merupakan

tarian khas suatu daerah, dapat diambil contoh yaitu tari melinting, tari melinting

merupakan tari tradisional dari Daerah Lampung tepatnya di Daerah Lampung

Timur.

Tari melinting merupakan tarian tradisional masyarakat adat Keratuan Melinting

yang merupakan peninggalan dari Ratu Melinting pada abad ke 16 yang lalu,

keratuan Darah Putih yang bermukim di Maringgai atau Keratuan Melinting pada

saat ini wilayah adatnya adalah Desa Maringgai, Tanjung Aji, Tebing, Wana,

Nibung, Pempen dan Negeri Agung Kabupaten Lampung Timur. Tarian melinting

pada awalnya digelar untuk menyambut para tamu agung (istimewa) Raja atau

Residen pada acara adat atau acara resmi, saat ini dapat dipakai untuk menyambut

para tamu agung (Menteri, Gubernur, Bupati dll) yang datang ke Daerah

Melinting atau Lampung Timur. Tari melinting bermakna keperkasaan putra-putra

Lampung dalam membela keluarganya atau sebagai bentuk tanggung jawab

seorang laki-laki untuk melindungi dan mensejahterakan keluarganya ini

(14)

pekerti putri-putri Lampung dilihat dengan gerakan yang lemah gemulai sesuai

dengan sifat kewanitaannya, dan juga mencerminkan sikap ramah dan gembira

terhadap kedatangan tamu agung tersebut. Jenis tari ini menurut fungsi dan

tujuannya adalah tari upacara, sebab tari ini ditampilkan pada acara-acara resmi

(acara adat) yang dipentaskan untuk menyambut tamu-tamu agung yang

ditampilkan pada permulaan acara (Igama IV, 2011: 13-24).

Tari melinting harus dilestarikan, salah satunya dengan cara memasukkan tari

melinting kedalam materi pelajaran di sekolah. Tujuannya agar tari tersebut dapat

tetap lestari dari generasi ke generasi dan dapat menciptakan peserta didik yang

paham akan budaya daerahnya.

MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru merupakan salah satu sekolah madrasah

swasta yang ada di Kabupaten Lampung Timur, tepatnya di Jl. Ky Hasim Ashari

No 70 Mataram Baru. Pendidikan seni tari di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru

masih tertinggal, pendidik di sekolah tersebut bukanlah pendidik dengan latar

belakang pendidikan seni tari, sehingga hasil yang didapatkan dalam

pembelajaran seni tari tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kekurangan

tarian di sekolah tersebut sangat terasa saat sekolah akan mengadakan suatu acara,

seperti peringatan Maulid Nabi dan acara perpisahan sekolah.

Pembelajaran Seni Tari di MTs Ma’arif NU 08 Mataram baru hanya masuk dalam

jam pengembangan diri yaitu melalui kegiatan ekstrakurikuler tari saja.

Seni budaya pada pembelajaran intrakurikuler hanya diajarkan menggambar dan

paduan suara, bahkan yang lebih miris terkadang pembelajaran seni budaya

(15)

cabang dari seni tidak hanya mencakup seni rupa dan seni musik, melainkan

terdapat seni tari dan seni teater, hal ini menjadi alasan diambilnya penelitian pada

jam pelajaran atau intrakurikuler, agar seni tari di sekolah tersebut lebih

berkembang, tidak hanya dalam kegiatan ekstrakurikulernya saja melainkan di

dalam mata pelajaran seni budaya.

Penelitian ini akan meneliti mengenai seni tarinya dengan:

Standar Kompetensi: Mengapresiasi Karya Seni Tari

Kompetensi Dasar: Mengenal Seni Tari Tunggal Daerah Setempat

Namun dalam keadaan yang sebenarnya peneliti akan mengajarkan tari melinting,

dimana tarian tersebut termasuk dalam tari berpasangan, namun hal ini tidak

menjadi suatu hambatan dalam penelitian ini dikarenakan tarian tersebut

direkomendasikan langsung oleh Kepala MTs Ma’arif NU 08 Matartam Baru via

televon pada hari selasa, 15 Oktober 2013, dengan pertimbangan tarian tersebut

dirasa penting untuk dipelajari karena tari ini merupakan identitas daerah

setempat.

Kelas VII.1 merupakan objek penelitian, alasan dipilihnya kelas VII.1 karena

antusias siswa di kelas ini dalam bidang seni tari cukup tinggi, dapat dilihat dari

jumlah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari, serta agar di setiap

acara-acara yang dilaksanakan di sekolah ataupun di luar sekolah mereka dapat

menarikannya, karena kelas VII akan lebih lama berada di MTs Ma’arif NU 08

Mataram Baru dibandingkan kelas VIII dan kelas IX.

Perkembangan seni tari di MTs Ma’arif NU Mataram Baru masih sangatlah

(16)

kegiatan ekstrakurikuler tari, sedangkan kegiatan ekstrakurikuler tari di sekolah

tersebut juga kurang berkembang. Pendidik ekstrakurikuler tari bukan seorang

yang ahli dalam bidang seni tari, tidak ada pengagendaan jadwal yang jelas,

hanya latihan apabila akan ada suatu kegiatan saja, dan terdapat beberapa ragam

gerak tari yang tidak tepat, dikarenakan pendidik mengajarkan tarian hanya

melalui video saja, jadi apa yang didapatkan para siswa dalam kegiatan

ekstrakurikuler tari tidak maksimal. Tarian yang diajarkan selama ini hanya

sekadar tarian sederhana agar siswa cukup mudah untuk menghafalnya, padahal

minat tari di sekolah tersebut cukup baik, hanya saja sarana dan prasarananya

yang tidak tercukupi. Penelitian ini sekaligus diharapkan mampu untuk

mengembangkan seni tari yang masih kurang berkembang di sekolah tersebut.

Pembelajaran seni tari di MTs Ma’arif 08 Mataram Baru belum pernah

mempelajari tari melinting, tarianyang dianggap sebagai tarian identitas Daerah

Lampung khususnya di Daerah Wana Kabupaten Lampung Timur itu sendiri, dan

ragam gerak tariannya bisa dikatakan tidak terlalu sulit, seharusnya tarian ini

sudah dapat dikuasai oleh para siswa karena di sekolah tersebut sering diadakan

suatu acara, dan tari inilah yang seharusnya menjadi ciri khas daerah tersebut dan

dapat digunakan sebagai sajian pembuka pada acara-acara yang diadakan oleh

sekolah. Pendidikan seni tari di MTs NU 08 Mataram Baru perlu untuk

dikembangkan, minat siswa terhadap seni tari yang cukup baik ini merupakan

awal dari sebuah proses untuk memperbaiki kesenian daerah. Siswa-siswa ini

dapat diibaratkan sebagai botol kosong, mereka dianggap sebagai siswa yang pasif

yang belum banyak mengetahui pembelajaran seni tari, dan disinilah tugas

(17)

kekosongan-kekosongan tersebut. Penyampaian materi yang baik dan tepat tentu saja akan

mewujudkan apa yang pendidik inginkan terhadap hasil belajar siswa.

Ketidaksesuaian keahlian pendidik akan sangat berpengaruh dengan hasil yang

akan diterima oleh perseta didik, oleh karena itu dibutuhkan tenaga pendidik yang

sesuai dengan mata pelajaran yang akan diajarkan. Pendidik dengan latar belakang

pendidikan seni diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pengajaran

yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, untuk dapat mencapai tujuan

tentunya dibutuhkan suatu metode yang dapat digunakan untuk membantu proses

pengajaran agar menjadi maksimal.

Berdasarkan permasalahan tersebut, dibutuhkan penelitian yang berjudul

“Penerapan Metode Drill dalam Pembelajaran Tari Melinting pada Kelas VII.1 di

MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru, Lampung Timur”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah.

Bagaimana penerapan metode drill dalam pembelajaran tari melinting serta hasil

belajar siswa pada kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru, Lampung

Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah.

1. Mendeskripsikan Bagaimana penerapan metode drill dalam pembelajaran tari

melinting pada kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru, Lampung

(18)

2. Melihat hasil belajar siswa pada kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08 Mataram

Baru, Lampung Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberi informasi tentang bagaimana pengajaran tari melinting di MTs

Ma’arif NU 08 Mataram Baru, dan hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat

bagi siswa agar lebih mengetahui tentang dunia tari terutama tarian daerah

setempat dan bermanfaat pula bagi peneliti guna meningkatkan pengetahuan

dan profesionalisme di bidang penelitian serta pengajaran.

2. Sebagai bahan pertimbangan serta informasi positif bagi pendidik dan calon

pendidik khususnya dalam bidang seni tari tentang pentingnya pembelajaran

seni tari agar target yang diharapkan dapat tercapai.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian mencakup objek penelitian, subjek penelitian, tempat

penelitian, dan waktu penelitian.

1. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah penerapan metode drill dalam pembelajaran

tari melinting pada kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru.

2. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08

Mataram Baru dengan keseluruhan siswa yang berjumlah 28 siswa.

(19)

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru, Jl. Ky

Hasim Ashari No 70 Mataram Baru, Lampung Timur.

4. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan November, tahun pelajaran

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini masih orisinil apabila diamati dari buku-buku serta hasil penelitian

yang telah ada. Buku-buku penelitian yang didapatkan tentang pembelajaran, metode

drill, seni tari dan tari melinting belum ada yang mencatat tentang Penerapan Metode

Drill dalam Pembelajaran Tari Melinting pada Kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08

Mataram Baru, Lampung Timur.

Ratna Juwita MZ dalam skripsinya menuliskan tentang metode drill, dalam

tulisannya mengkaji tentang Pembelajaran Tari Muli Siger Menggunakan Metode

Drill pada Kegiatan Ekstrakurikuler di SMP Negeri 8 Metro, dalam tulisan ini

mengkaji tentang Penerapan Metode Drill dalam Pembelajaran Tari Melinting pada

Kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru Lampung Timur, sehingga tulisan

ini berbeda dengan tulisan Ratna Juwita MZ, akan tetapi tidak menutup kemungkinan

tulisan Ratna Juwita MZ dijadikan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini.

Tulisan Ratna Juwita MZ membahas mengenai pembelajaran tari muli siger

menggunakan metode drill, dimana dalam pembahasan tersebut mencakup beberapa

instrumen seperti pengamatan ragam gerak pada setiap pertemuannya, aktivitas guru

(21)

Pembahasan pembelajaran dijabarkan dalam setiap kali pertemuan, namun setelah

dilakukan perhitungan mengenai tes praktik tidak dilakukan lagi pembahasan

mengenai kesimpulan inti secara umum apakah metode drill telah berhasil

dilaksanakan atau belum.

Berbeda dengan tulisan Ratna Juwita MZ, dalam tulisan ini akan dibahas secara

terperinci proses pembelajaran serta ketercapaian pembelajaran menggunakan metode

drill, hal ini dapat dilihat pada banyaknya instrumen yang digunakan, yaitu

diantaranya pengamatan penerapan metode drill, pengamatan proses belajar siswa,

pengamatan aktivitas siswa, pengamatan aktivitas guru, serta pengamatan hasil

belajar siswa yaitu melalui instrumen tes praktik. Selain menekankan kepada hasil,

dalam tulisan menjelaskan secara detail proses pembelajaran yang berlangsung

selama enam kali pertemuan. Pada tulisan ini terdapat pembahasan secara

keseluruhan mengenai pembelajaran tari melinting menggunakan metode drill pada

kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru Lampung Timur. Melihat

ketercapaian pembelajaran menggunakan metode drill pada akhir pembelajaran

dilakukan tes praktik dan wawancara kepada siswa yang telah mengikuti

pembelajaran tari melinting menggunakan metode drill yang dituangkan dalam

(22)

2.1 Pembelajaran

Pembelajaran merupakan upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada

kepentingan, karakteristik dan kondisi orang lain agar peserta didik dapat belajar

dengan efektif dan efisien. Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Thobroni dan

Mustofa, 2011: 18) mendefinisikan kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang

berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau dituruti,

sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau

makhluk hidup belajar.

Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng (dalam Uno, 2010: 83) adalah upaya

untuk membelajarkan siswa, dalam pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran

terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai

hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan penetapan dan pengembangan metode

ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan tersebut pada

dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.

Istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai

upaya untuk membelajarkan siswa, itulah sebabnya dalam belajar siswa tidak hanya

berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan

keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana

membelajarkan siswa, dan bukan pada apa yang dipelajari siswa. Pembelajaran lebih

menekankan pada bagaimana cara agar tujuan dapat tercapai, dalam kaitan ini,

(23)

bagaimana cara mengorganisasikan pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi

pembelajaran dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang

ada agar dapat berfungsi secara optimal. Pembelajaran yang akan direncanakan

memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang

disusun benar-benar dapat memenuhi harapan pembelajaran (Uno, 2010: 84).

2.1.1 Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang digunakan pengajar untuk

menyajikan informasi atau pengalaman baru, menggali pengalaman peserta belajar,

menampilkan unjuk kerja peserta belajar dan lain-lain (Uno, 2010: 65).

Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar

mengajar. Semua komponen pengajaran akan berproses di dalamnya. Komponen inti

yakni manusia, guru, dan anak didik melakukan kegiatan dengan tugas dan tanggung

jawab dalam kebersamaan berlandaskan interaksi normatif untuk bersama-sama

mencapai tujuan pembelajaran (Djamrah, 2010: 18).

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan, dalam kegiatan belajar mengajar metode diperlukan oleh guru guna

kepentingan pembelajaran. Guru sangat jarang menggunakan satu metode, tetapi

selalu memakai lebih dari satu metode. Karakteristik metode yang memiliki

kelebihan dan kelemahan menuntut guru untuk menggunakan metode yang

bervariasi.

Sebagai seorang guru tentu saja tidak boleh lengah bahwa ada beberapa hal yang

(24)

bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerapan metode belajar yaitu

tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya, anak didik dengan berbagai tingkat

kematangannya, situasi dengan berbagai keadaannya, fasilitas dengan berbagai

kualitas dan kuantitasnya, serta pribadi guru dengan kemampuan profesionalnya yang

berbeda-beda (Djamrah, 2010: 19).

2.1.1.1 Metode Drill

Drill ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana

siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau

keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Hal ini menunjang

siswa berprestasi dalam bidang tertentu (Roestiyah, 2008: 125).

Teknik mengajar latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa:

a. Memiliki keterampilan motoris/gerak; seperti menghafalkan kata-kata, menulis,

mempergunakan alat/membuat suatu benda; melaksanakan gerak dalam olah raga.

b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi,

menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitung mencongak. Mengenal

benda/bentuk dalam pelajaran metematika, ilmu pasti, tanda baca dan sebagainya.

c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain,

seperti hubungan sebab akibat banyak hujan – banjir; antara tanda huruf dan

bunyi -ng-ny dan sebagainya; pnggunaan lambang/simbol di dalam peta dan

lain-lain.

Penerapan teknik latihan agar berhasil guna dan berdaya guna perlu ditanamkan

(25)

a. Tentang sifat-sifat suatu latihan, bahwa setiap latihan harus selalu berbeda

dengan latihan yang sebelumnya. Hal itu disebabkan karena situasi dan pengaruh

latihan yang lalu berbeda juga. Kemudian perlu diperhatikan juga adanya

perubahan kondisi/situasi belajar yang menuntut daya tangkap/response yang

berbeda pula. Bila situasi latihan berubah, sehingga timbul tantangan yang

dihadapi berlainan dengan situasi sebelumnya, maka memerlukan

tanggapan/sambutan yang berbeda pula.

b. Guru perlu memperhatikan dan memahami nilai dari latihan itu sendiri serta

kaitannya dengan keseluruhan pelajaran di sekolah. Persiapan sebelum

memasuki latihan guru harus memberikan pengertian dan perumusan tujuan yang

jelas bagi siswa, sehingga mereka mengerti dan memahami apa tujuan latihan

dan bagaimana kaitannya dengan pelajaran-pelajaran lain yang diterimanya.

Persiapan yang baik sebelum latihan mendorong/memotivasi siswa agar

responsif yang fungsional, berarti dan bermakna bagi penerima pengetahuan dan

akan lama tinggal dalam jiwanya karena sifatnya permanen, serta siap untuk

digunakan/dimanfaatkan oleh siswa dalam kehidupan.

Untuk melaksanakan teknik ini perlu diperhatikan pula kelemahan-kelemahannya

seperti dalam latihan sering terjadi cara-cara/gerak yang tidak bisa berubah, karena

merupakan cara yang telah dibakukan, maka hal itu akan menghambat bakat dan

inisiatif siswa. Mereka tidak boleh menggunakan cara lain atau cara menurut

pikirannya sendiri. Hal itu sangat terasa bila latihan itu dilakukan bersama, juga

(26)

penuh inisiatif untuk didorong sejauh tidak menyimpang dari penguasaan

keterampilan yang akan dicapai. Hal itu tidak bisa terjadi bila sifat/cara latihan ini

kaku/tidak fleksibel.

Suatu latihan yang dijalankan dengan cara tertentu yang telah dianggap baik dan

tepat, sehingga tidak boleh diubah, mengakibatkan keterampilan yang diperoleh

siswa umumnya juga menetap/pasti, yang akan merupakan kebiasaan yang kaku,

atau keterampilan yang salah. Sehingga bila situasi berubah siswa itu sukar sekali

menyesuaikan diri atau tidak bisa mengubah caranya latihan untuk mengatasi

keadaan yang lain itu. Kadang-kadang latihan itu langsung dijalankan tanpa

penjelasan sebelumnya, sehingga pada siswa tidak terjadi pemahaman, selanjutnya

siswa melakukan saja tanpa mengerti maksud dan tujuan latihan itu. Hal semacam

itu terjadi verbalisme.

Untuk kesuksesan pelaksanaan teknik latihan itu perlu instruktur/guru

memperhatikan langkah-langkah/prosedur yang disusun demikian:

a. Gunakanlah latihan ini hanya untuk pelajaran atau tindakan yang dilakukan secara

otomatis, ialah yang dilakukan siswa tanpa menggunakan pemikiran dan

pertimbangan yang mendalam, tetapi dapat dilakukan dengan cepat seperti gerak

refleks saja, seperti: menghafal, menghitung, lari dan sebagainya.

b. Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas ialah yang dapat

menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan latihan sebelum

(27)

bagi kehidupannya saat sekarang ataupun di masa yang akan datang, dengan

latihan itu siswa merasa perlunya untuk melengkapi pelajaran yang diterimanya.

c. Di dalam latihan pendahuluan instruktur harus lebih menekankan pada diagnosa,

karena latihan permulaan itu kita belum bisa mengharapkan siswa dapat

menghasilkan keterampilan yang sempurna. Latihan berikutnya guru perlu

meneliti kesukaran atau hambatan yang timbul dan dialami siswa, sehingga dapat

memilih/menentukan latihan mana yang perlu diperbaiki. Kemudian insruktur

menunjukkan kepada siswa reponse/tanggapan yang telah benar, dan

memperbaiki response-response yang salah. Bila perlu guru mengadakan variasi

latihan dengan mengubah situasi dan kondisi latihan, sehingga timbul response

yang berbeda untuk peningkatan dan penyempurnaan kecakapan atau

keterampilannya.

d. Perlu mengutamakan ketepatan, agar siswa melakukan latihan secara tepat,

kemudian diperhatikan kecepatan, agar siswa dapat melakukan kecepatan atau

keterampilan menurut waktu yang telah ditentukan, juga perlu diperhatikan pula

apakah response siswa telah dilakukan dengan tepat dan cepat.

e. Guru memperhitungkan waktu/masa latihan yang singkat saja agar tidak

meletihkan dan membosankan, tetapi sering dilakukan pada kesempatan yang

ada. Masa latihan itu harus menyenangkan dan menarik, bila perlu dengan

mengubah situasi dan kondisi sehingga menimbulkan optimisme pada siswa dan

(28)

f. Guru dan siswa perlu memikirkan dan mengutamakan proses-proses yang

esensial/yang cocok atau inti, sehingga tidak tenggelam pada hal-hal yang

rendah/tidak perlu kurang perlukan.

g. Instruktur perlu memperhatikan perbedaan individual siswa, sehingga

kemampuan dan kebutuhan siswa masing-masing tersalurkan/dikembangkan.

Maka dalam pelaksanaan latihan guru perlu mengawasi dan memperhatikan

latihan perseorangan.

Berdasarkan langkah-langkah tersebut diharapkan bahwa latihan akan betul-betul

bermanfaat bagi siswa untuk menguasai kecakapan itu, serta dapat menumbuhkan

pemahaman untuk melengkapi penguasaan pelajaran yang diterima secara teori dan

praktik di sekolah (Roestiyah, 2008: 125-129).

2.2 Seni Budaya

Seni atau kesenian dalam hal ini dipandang sebagai unsur dalam kebudayaan atau

subsistem dari kebudayaan. Melihat kesejajaran konsepnya, maka kesenian

sebagaimana halnya kebudayaan, dapat dikatakan sebagai pedoman hidup bagi

masyarakat pendukungnya (seniman) dalam melakukan kegiatannya (berkarya seni)

sehari-hari. Pedoman ini berisikan model kognisi (pengetahuan), sistem simbolik,

atau pemberian makna yang terjalin secara menyeluruh dalam simbol-simbol yang

ditransmisikan melalui pendidikan formal maupun non formal dalam komunitas atau

kelompoknya secara historis. Model kognisi ini kemudian digunakan secara selektif

oleh masyarakat pendukungnya untuk berkomunikasi, melestarikan, menghubungkan

(29)

yang bertalian dengan pengungkapan atau penghayatan estetiknya (Rohendi dalam

Soeteja, 2009: 1.2.3).

Melalui pendekatan kebudayaan, prilaku berkesenian dapat dipandang sebagai salah

satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu untuk memenuhi kebutuhan

integratif. Kebutuhan ini mencerminkan manusia sebagai mahluk pemikir, bermoral

dan bercita rasa yang berfungsi untuk mengintegrasikan berbagai kebutuhan menjadi

suatu sistem yang dibenarkan secara moral, dipahami akal pikiran, dan diterima oleh

cita rasa (Haviland dalam Soeteja, 2009: 1.2.3).

2.3 Seni Tari

Tari merupakan salah satu cabang seni yang diekspresikan melalui ungkapan gerak.

Gerak-gerak yang diuntai dalam sebuah tarian merupakan ekspresi sang seniman

sebagai alat komunikasi kepada orang lain, sehingga orang lain yang menikmatinya

memiliki kepekaan terhadap sesuatu yang ada dalam dirinya maupun yang terjadi di

sekitarnya (Syafii dalam Soeteja, 2009: 2.3.1). Berbeda dengan seni lainnya, seni tari

termasuk seni yang tidak awet, karena tari hanya bisa dinikmati sesaat dan akan

lenyap sejalan dengan usianya tarian. Berdasarkan hakikatnya tari merupakan seni

gerak, maka dari itu seni tari termasuk kedalam seni visual yang bisa dinikmati

melalui indera penglihatan. Gerak-gerak yang digunakan dalam tari tentu bukan

sembarangan gerak dan bukan juga gerak keseharian, namun gerak yang dimaksud

adalah gerak yang telah distilir atau didistori sehingga menjadi suatu bentuk gerak

tertentu. Gerak yang distilir atau didistorsi tidak hanya gerak semata tetapi di dalam

(30)

merupakan dua hal yang paling penting, disamping unsur-unsur lainnya (Soeteja,

2009: 2.3.1-2.3.2).

Tari sejak awal merupakan sebuah seni kolektif, sebab dalam proses dan kerangka

wujudnya tempat dibentuk oleh berbagai disiplin seni yang lain, misalnya sastra,

musik, seni rupa dan seni drama. Bahkan pada mulanya, tari dianggap induk dari

drama, hal tersebut dinyatakan oleh para tokoh drama yang mengakui awal

terbentuknya action adalah tari (gerak). Tari pada waktu itu masih sebagai bentuk

pengungkapan yang bersahaja dan sangat tunduk pada kepentingan adat serta religi.

Perkembangan selanjutnya, tari tidak lagi menjadi bagian dari aktivitas adat atau

religi, tetapi kehadiran tari menjadi berdiri sendiri sebagai sebuah ekspresi seni yang

mandiri, seperti bentuk seni tari yang dipelajari di berbagai pusat pelatihan tari,

sanggar tari, dan sekolah-sekolah. Tari sebagai bentuk seni merupakan aktivitas

khusus yang bukan hanya sekadar ungkapan gerak yang emosional atau

mengungkapkan perasaan dalam wujud gerak tanpa arah dan tujuan atau hanya

menyalurkan kelebihan energi. Tari merupakan sebuah bentuk seni yang mempunyai

kaitan erat sekali dengan konsep dan proses koreografis yang bersifat kreatif.

Louis Ellfedt menegaskan bahwa tari sebagai bentuk seni merupakan ekspresi yang

mampu menciptakan image-image gerak yang membuat kita menjadi lebih sensitif

terhadap realitas. Seni merupakan pengalaman yang berguna untuk memperkaya

perasaan dan pertumbuhan batin seseorang, baik sebagai seniman (kreator) maupun

(31)

2.3.1 Fungsi Tari

Pengertian tentang fungsi kaitannya dengan keberadaan tari dalam masyarakat tidak

hanya sekadar aktifitas kreatif, tetapi lebih mengarah pada kegunaan. Artinya

keberadaan tari memiliki nilai guna dan hasil guna yang memberikan manfaat pada

masyarakat, khususnya dalam mempertahankan kesinambungan kehidupan sosial.

Selain tari yang dipergunakan sebagai bagian dari upacara penyambutan

(ceremonial). Tarian juga difungsikan sebagai pendukung untuk menyemarakkan

perhelatan atau hajat pribadi seperti khitanan, pernikahan, atau nadar (membayar

janji). Perkembangan fungsi tari pada zaman modern lebih mengarah pada bentuk

prestasi artistik, dengan demikian muncul bentuk-bentuk tari yang berfungsi sebagai

hiburan (tontonan). Disamping itu ada fungsi tari yang cukup tua dalam sejarah

kehidupan manusia, yaitu fungsi tari sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa

kegembiraan atau tari suka cita (Hidayat, 2005: 5-7).

Fungsi pertunjukkan tari di masyarakat dapat dibagi kedalam empat jenis yaitu,

pertama berfungsi sebagai sarana ritual, kedua berfungsi sebagai sarana hiburan

pribadi, ketiga berfungsi sebagai presentasi estetis yaitu sebagai tari tontonan

(pertunjukan), dan keempat berfungsi sebagai media pendidikan.

Seperti juga seni musik, penampilan melalui seni tari dihadapan penonton dapat

mendidik untuk meningkatkan keberanian dan kepercayaan dirinya. Menafsirkan atau

menggubah gerak-gerak sederhana dalam bentuk tarian mengajarkan kepada anak

proses kreativitas untuk mengembangkan gagasan dan menginterpretasikan makna

(32)

2.3.2 Unsur-Unsur Dasar Tari

Unsur-unsur dalam tari terdiri dari beberapa jenis, dan unsur-unsur itu merupakan

satu kesatuan yang tidak dapat diabaikan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan

lainnya. Di dalam tari unsur-unsur tersebut yaitu gerak, tenaga, irama atau ritme, dan

ruang.

1. Gerak

Ungkapan gerak merupakan medium utama dari tari, karena gerak merupakan

bahan baku atau substansi dasar dari tari. Gerak yang terdapat dalam sebuah

tarian tentu bukan sekadar gerak keseharian seperti gerak bekerja, gerak bermain,

gerak olah raga, dan sebagainya. Gerak untuk kebutuhan tari tidak lepas dari

sentuhan pengalaman-pengalaman hidup manusia, namun gerak yang digunakan

telah mengalami pengolahan stilisasi atau distorsi. Melalui pengolahan inilah

maka lahir gerak tari. Terdapat dua jenis gerak tari yaitu gerak maknawi dan

gerak murni. Kedua jenis gerak tersebut merupakan manifestasi dan pengalaman

para seniman tari yang diolah kedalam gerak sehingga menjadi satu komposisi

atau koreografi. Gerak maknawi adalah gerak yang memiliki arti, sedangkan

gerak murni adalah gerak gerak tari yang tidak memiliki arti khusus, dimana

ungkapan gerak seutuhnya untuk keindahan gerak semata.

2. Tenaga

Tenaga digunakan untuk mengawali, mengendalikan dan menghentikan gerak.

Tenaga juga yang membedakan adanya gerak yang bervariasi. Penggunaan tenaga

(33)

banyak hal diantaranya jenis dan karakter tarian. Penggunaan tenaga akan dapat

membedakan tarian yang berbeda seperti tari halus, tari ladak, dan tari gagah.

Salah satu keberhasilan penari di atas pentas dalam membawakan tarian adalah

dengan penggunaan tenaga secara proporsional, artinya bahwa si penari dapat

membawakan tarian pada bagian mana harus menggunakan tenaga besar atau kuat

dan pada bagian mana harus menggunakan tenaga lembut atau halus dan

sebagainya. Namun tidak berarti bahwa tarian yang gagah harus ditarikan dengan

tenaga kuat dari awal sampai akhir tarian atau sebaliknya. Baik tenaga kuat

maupun tenaga lembut keduanya dalam tari kadang digunakan sesuai dengan

kebutuhan ungkapan tarian seperti karakter, tema, dan yang lainnya.

3. Ritme/Irama

Unsur ritme/irama dalam tari penggunaanya akan berkaitan dengan waktu yang

digunakan untuk menyelesaikan sebuah gerakan. Waktu sangat berkaitan dengan

unsur irama yang memberi nafas sehingga tari tampak hidup. Di dalam tari

terdapat gerakan dengan ritme/irama cepat, sedang yang harus diselesaikan oleh

penari. Namun demikian setiap tarian terjadi tidak seluruhnya dibawakan dengan

ritme cepat atau ritme lambat. Bisa terjadi satu tarian dibawakan dengan ritme

yang bervariasi, sehingga suatu tarian tampak lebih menarik.

4. Ruang

Ruang dalam tari adalah tempat yang digunakan untuk kebutuhan gerak gerak

yang dilakukan dalam ruang dapat dibedakan kedalam ruang yang digunakan

(34)

ruang tersebut dapat dibedakan atas garis, volume, arah hadap penari, level, dan

fokus. Garis adalah kesan yang ditimbulkan setelah penari selesai menggerakkan

tubuhnya. Volume adalah jangkauan gerak yang digunakan oleh penari ketika

menari. Arah adalah arah hadap dan arah pandangan penari ketika menari. Level

adalah berhubungan dengan tinggi rendahnya gerak dan badan penari ketika

menari. Di dalam tari selain unsur-unsur dasar tari tersebut terdapat tiga kriteria

unsur penguasaan kriteria tari, yaitu:

a. Wiraga

Merupakan kemampuan menari dalam membawakan tari dari penguasaan

teknik gerak, kemampuan secara koreografi, tarian dari awal sampai akhir

tarian dengan mulus tanpa cacat termasuk hafalan, ketepatan (teknik)

melakukan/menarikan gerak dengan benar dan baik.

b. Wirama

Merupakan penguasaan kemampuan penari dalam melakukan gerakan sesuai

dengan irama musik pengiringnya. Selain ketepatan tempo dan ritme juga

rasa musikal penari dituntut karena kemampuan penghayatan secara musikal

penari akan terlihat oleh penonton.

c. Wirasa

Merupakan kemampuan penari dalam mengekspresikan dan menghayati

tarian yang dibawakan, sehingga tarian mampu secara total dibawakan oleh

penari. Ekspresi dalam tari merupakan salah satu yang menentukan sifat atau

karakter tarian. Penari dituntut mampu melakukan berbagai ekspresi

(35)

2.4 Tari Melinting

Tari melinting yang kita sebut sekarang ini adalah peninggalan dari Ratu Melinting di

perkirakan telah ada pada abad XVI berarti pada masa Ratu Melinting pertama Minak

Kejala Bidin atau putranya Pn. Penembahan Mas atau anaknya Minak Yuda Resmi,

belum ada data yang pasti pada zaman Ratu Melinting keberapa tarian ini diciptakan.

Tari melinting merupakan tarian tradisional masyarakat adat Keratuan Melinting

yang merupakan peninggalan dari Ratu Melinting pada abad ke 16 yang lalu,

Keratuan Darah Putih yang bermukim di Maringgai atau Keratuan Melinting pada

saat ini wilayah adatnya adalah Desa Maringgai, Tanjung Aji, Tebing, Wana, Nibung,

Pempen dan Negeri Agung Kabupaten Lampung Timur. Tarian melinting pada

awalnya di gelar untuk menyambut para tamu agung (istimewa) , Raja atau Residen

pada acara adat atau acara resmi, saat ini dapat dipakai untuk menyambut para tamu

agung (Menteri, Gubernur, Bupati dll) yang datang ke Daerah Melinting atau

Lampung Timur. Tari melinting bermakna keperkasaan putra-putra Lampung dalam

membela keluarganya atau sebagai bentuk tanggung jawab seorang laki-laki untuk

melindungi dan mensejahterakan keluarganya ini terpancar dari gerakannya yang

gagah dan lincah, kelembutan dan kehalusan budi pekerti putri-putri Lampung dilihat

dengan gerakan yang lemah gemulai sesuai dengan sifat kewanitaannya, dan juga

mencerminkan sikap ramah dan gembira terhadap kedatangan tamu agung tersebut.

Jenis tari ini menurut fungsi dan tujuannya adalah tari upacara, sebab tari ini

ditampilkan pada acara-acara resmi (acara adat) yang dipentaskan untuk menyambut

(36)

Tahun 1965 Presiden Soekarno meminta kepada Pemda Lampung Tengah (pada

waktu itu Bupatinya adalah Hasan Basri) untuk mementaskan tari melinting pada

acara 17 Agustus 1965 di Istora Senayan Jakarta, pada saat itulah atas saran protocol

Istana Kepresidenan untuk menambah keindahan tari maka disepakati terjadi

perubahan pada tari melinting yang berubah nama menjadi tari kreasi melinting.

Adanya perubahan irama tabuhan, adanya pergantian dari tabuh recik ke tabuh

kedanggung, tabuhan yang lainnya tetap (arus/gupek dan cetik) adanya perubahan

gerakan penari keluar menuju pentas begitu pula saat kembali ketempat asalnya,

adanya penambahan sedikit formasi, namun gerakan dasar penari masih memakai

gerakan tari melinting, adanya penambahan kostum yaitu penari memakai baju dan

penambahan asesoris, namun siger, tapis dan selendang tetap seperti aslinya.

Lamanya pementasan tari meinting diperlukan waktu kurang lebih 6 menit ini

penyajian pada umumnya, namun bisa ditambah waktunya diatur sesuai keinginan,

pengaturan ini diatur melalui suara musik pengiringnya (Igama IV, 2011: 13-24).

2.4.1 Busana Tari A. Penari Wanita

1. Kostum

a) Tapis cukil

b) Selendang jung sarat dan kain putih tengah

c) Baju putih

d) Kerimbung putih

(37)

2. Asesoris

a. Mahkota/ siger melinting

b. Pandan

c. Sanggul dan rambut panjang

d. Anting giwir

e. Gelang burung

f. Gelang kano

g. Gelang rawi

h. Papan jajar 3 susun

i. Buturan 5 susun

j. Kipas

k. Gaharu

B. Penari Pria 1. Kostum

a. Baju putih

b. Celana putih panjang

c. Sarung tumpal

d. kikat pudang

e. Kerimbung putih

(38)

2. Asesoris

a. Kopiah emas melinting

b. Pandan

c. Gelang burung

d. Gelang kano

e. Gelang rawi

f. Papan jajar 3 susun

g. Buturan 3 buah

h. Punduk (keria)

i. Kipas

(Igama IV, 2011: 57-58).

2.4.2 Musik Pengiring Tari

Di dalam buku Igama IV Sultan Ratu Idil Muhammad Tihang, 2011 pada halaman

65 dijelaskan bahwa dalam rangka mengiringi tarian melinting menggunakan

instrumen kolintang berbagai lagu (tabuhan), yaitu :

1. Tabuh Arus / gupek, yaitu tabuhan pembukaan

2. Tabuh cetik, dialunkan pada saat tarian dimulai

3. Tabuh kedanggung, yaitu pada saat para penari mengadakan pertunjukan formasi,

(39)

2.4.3 Ragam Gerak a. Ragam Gerak Putra

b. Ragam Gerak Putri

Tabel 2.1

Ragam Gerak Putra Nama Gerak

Hitungan Gambar Uraian Gerak

Gerak Tangan

Gerak Kaki 1.Babar

Kipas 1,3,5,7

Gambar 2.1 (Foto, Aang: 2013)

Kedua tangan merapat di depan dada, kemudian diayun membuka kesamping selebar badan sejajar dada

2,4,6,8

Gambar 2.2 (Foto, Aang:2013)

(40)

2.Babar Kipas Simpuh

1,3,5,7

Gambar 2.3 (Foto, Aang: 2013)

Posisi kaki dilipat kebelakang

diduduki (simpuh) gerakan tangan diayun membuka kesamping selebar badan sejajar

2,4,6,8,

Gambar 2.4 (Foto, Aang: 2013)

Masih dengan posisi kaki yang sama, gerakan tangan menutup kembali tepat di depan dada, (dilakukan

berulang-ulang)

3.Babar Kipas Berdiri

1,3,5,7

Gambar 2.5 (Foto, Aang: 2013)

(41)

2.4.6.8

Gambar 2.6 (Foto, Aang: 2013)

Posisi badan berdiri tegap, kaki kiri diangkat, kaki kanan menjadi tumpuan, posisi kedua tangan membuka kesamping, (dilakukan berulang-ulang)

4. Sukhung Sekapan

1,3,5,7

Gambar 2.7 (Foto, Aang: 2013)

Tangan kanan didorong lurus kedepan, tangan kiri tarik kebelakang tetap di depan dada (dilakukan dengan posisi berdiri atau duduk)

2,4,6,8

Gambar 2.8 (Foto, Aang: 2013)

Tangan kiri didorong lurus kedepan, tangan kanan tarik

kebelakang tetap di depan dada

(42)

5.Balik Palau

1-4

Gambar 2.9 (Foto, Aang: 2013)

Tangan kanan rentang kesamping kanan, tangan kiri ditekuk di depan dada, kaki kiri jinjit di samping kanan. Hitungan pertama gerakan tangan kearah depan bersamaan kaki kiri napak, kemudian pada hitungan kedua napak kaki kanan arah tangan kembali seperti semula

6.Kenui Melayang

5-7

Gambar 2.10 (Foto, Aang: 2013)

Kedua tangan direntangkan kesamping kanan dan kiri, putar kedua pergelangan tangan

7. Nyiduk 5-8

Gambar 2.11 (Foto, Aang: 2013)

(43)

8.Salaman 1-4

Gambar 2.12 (Foto, Aang: 2013)

Posisi badan jongkok kedua tangan dirapatkan di depan dada diayun kekanan dan kekiri (dilakukan berpasangan)

1. Suali 1-8

Gambar 2.13 (Foto, Aang: 2013)

Gambar 2.14 (Foto, Aang: 2013)

Posisi awal badan berdiri tegak, silang kaki kiri di depan kaki kanan, gerakan tangan mendorong, selanjutnya rapatkan kaki kanan sejajar kaki kiri, jongkok, kedua tangan menggerakkan babar kipas.

(44)

2. Niti Batang

1-4

Gambar 2.15 (Foto, Aang: 2013)

Langkah kaki kanan direntang-kan, tangan kanan kesamping kanan lurus, tangan kiri ditekuk di depan dada. Kemudian tangan kiri lurus kesamping kiri (Foto, Aang: 2013)

Gerak melompat kaki kanan kedepan diikuti kaki kiri posisi badan setengah jongkok, kemudian posisi tangan rentang kesamping kanan lurus tangan kiri ditekuk siku sejajar bahu.

4. Lapah Ayun

1-2

Gambar 2.17 (Foto, Aang: 2013)

Posisi badan tegak dan naik turun (Enjot). Kemudian langkah kaki kanan kedepan dengan tumit gesek ke arah depan. Lalu

(45)

5. Jong Sembah

1-4

Gambar 2.18 (Foto, Aang: 2013)

Posisi kedua kaki dilipat kebelakang diduduki (simpuh) kedua tangan saling dirapatkan di depan dada dengan posisi badan tegap

Tabel 2.2

Ragam Gerak Putri Ragam Gerak

Hitungan Gambar Uraian Gerak

Gerak Tangan

Gerak Kaki 1. Babar

Kipas

1,3,5,7

Gambar 2.19 (Foto, Aang: 2013)

Kedua tangan merapat di depan dada, kemudian diayun membuka kesamping selebar badan sejajar dada

2,4,6,8

Gambar 2.20 (Foto, Aang: 2013)

(46)

2. Babar Kipas Simpuh

1,3,5,7

Gambar 2.21 (Foto, Aang: 2013)

Posisi kaki dilipat kebelakang

diduduki (simpuh) gerakan tangan diayun membuka kesamping selebar badan sejajar dada

2,4,6,8,

Gambar 2.22 (Foto, Aang: 2013)

Masih dengan posisi kaki yang sama, gerakan tangan menutup kembali tepat di depan dada, (dilakukan berulang-ulang)

3. Babar Kipas Berdiri

1,3,5,7

Gambar 2.23 (Foto, Aang: 2013)

(47)

2,4,6,8

Gambar 2.24 (Foto, Aang: 2013)

Posisi badan berdiri tegap, kaki kiri diangkat, kaki kanan menjadi tumpuan, posisi kedua tangan membuka kesamping, (dilakukan berulang-ulang)

4. Sukhung Sekapan

1,3,5,7

Gambar 2.25 (Foto, Aang: 2013)

Tangan kanan didorong lurus kedepan, tangan kiri tarik kebelakang tetap di depan dada (dilakukan dengan posisi berdiri atau duduk)

2,4,6,8

Gambar 2.26 (Foto, Aang: 2013)

Tangan kiri didorong lurus kedepan, tangan kanan tarik

kebelakang tetap di depan dada

(48)

5. Timbangan 1

Gambar 2.27 (Foto, Aang: 2013)

Posisi badan berdiri tegak kedua kaki dirapatkan keduan (Foto, Aang: 2013)

Posisi badan tegak ke sudut kiri, kaki dirapatkan tangan kanan lurus kedepan/sejajar perut, tangan kiri lurus kebelakang pergelangan tangan diputar kearah dalam (dilakukan dengan posisi tangan dan arah badan yang (Foto, Aang: 2013)

(49)

5-8

Gambar 2.30 (Foto, Aang: 2013)

Kemudian keduan tangan

digeser/dipindah sejajar pinggul kiri dengan posisi tangan tegak (lakukan berulang dan bergantian) (Foto, Aang: 2013)

Gerakkan kaki kanan maju (ayun) kedepan dengan ujung jari kaki menyentuh lantai (tidak menapak). Lalu kaki kanan tarik kembali (Foto, Aang: 2013)

(50)

3. Lapah Ayun

1-2

Gambar 2.33 (Foto, Aang: 2013)

Posisi badan tegak dan naik turun (enjot), lalu langkah kaki kanan kedepan dengan tumit gesek kearah depan, bergantian dengan kaki kiri dan seterusnya,

dilakukan berulang sesuai dengan kebutuhan

4.Jong Sembah

1-4

Gambar 2.34 (Foto, Aang: 2013)

Posisi kedua kaki dilipat kebelakang diduduki (simpuh) kedua tangan saling dirapatkan di depan dada dengan posisi badan tegap

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat tiga kata

kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah,tujuan dan kegunaan. cara ilmiah

berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional,

empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilaksanakan dengan

cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris

berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga

orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis

artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah

tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2013: 2).

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif.

Metode penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

(52)

filsafat), catatan-catatan yang berhubungan dengan makna, nilai serta pengertian

(Bogdan dan Taylor dalam Kaelan, 2012:5).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif,

dengan tujuan untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan metode drill dalam

pembelajaran tari melinting serta hasil belajar siswa pada kelas VII.1 di MTs Ma’arif

NU 08 Mataram Baru.

3.3 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.1 yang berjumlah 28 siswa,

18 Jumlah siswa perempuan dan 10 Jumlah siswa laki-laki. Materi yang diajarkan

dalam penelitian ini adalah tari melinting, tariantersebut direkomendasikan oleh

Kepala Madrasah, guru seni budaya, serta pengajar ekstrakurikuler tari karena tarian

ini dirasa penting untuk dipelajari serta semangat dan minat belajar siswa terhadap

seni tari cukup tinggi sekaligus agar siswa mengetahui dan mampu menarikan tarian

khas daerah mereka.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik

keadaan yang dialami, sumber data primer dan lebih banyak pada teknik observasi,

dokumentasi, wawancara, tes praktik dan nontes mengenai hal-hal yang

(53)

3.4.1 Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah

proses-proses pengamatan dan ingatan (Sutriano dalam Sugiyono, 2013: 145).

Observasi berperan serta (participant observation), dalam observasi ini, peneliti

terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan

sebagai sumber data penelitian (Sugiyono, 2013: 145).

Observasi dilakukan dengan cara mengamati pembelajaran tari pada kelas VII.1 di

MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru, guna mendapatkan informasi mengenai proses

pembelajaran serta kemampuan siswa dalam menarikan tari melinting. Penelitian ini

bertujuan untuk memperoleh data penelitian penerapan metode drill dalam

pembelajaran tari melinting.

3.4.2 Dokumentasi

Dokumentasi adalah pencarian data mengenai variabel-variabel yang berupa catatan,

transkip, buku, majalah, prasasti dan lainnya. Dokumentasi sudah lama digunakan

dalam penelitian sebagai sumber data untuk menguji, menafsirkan bahkan

meramalkan (Arikunto, 2010: 274).

Dokumentasi dapat dijadikan sebagai narasumber yang dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengenai hasil penelitian. Di dalam penelitian ini

menggunakan dokumentasi berupa, foto, video, catatan lapangan. Foto dapat menjadi

(54)

keterangan. Catatan lapangan akan mendukung hasil penelitian observasi dan

wawancara mengenai penerapan metode drill serta hasil belajar siswadalam

pembelajaran tari melinting pada kelas VII.1 di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru.

3.4.3 Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Wawancara digunakan apabila ingin dilakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti. Untuk mendapatkan data yang

representatif baik data primer maupun sekunder, digunakan teknik wawancara dalam

teknik pengumpulan data tujuannya sebagai bentuk komunikasi yang bertujuan untuk

memperoleh informasi (Sugiyono,2009: 72).

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara langsung (face to face) dan dengan

menggunakan telepon, untuk memperoleh data dan informasi dari sumbernya

langsung yaitu Kepala Madrasah, guru ekstrakurikuler tari beserta guru seni budaya

dan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran tari mengenai pembelajaran tari

melinting di MTs Ma’arif NU 08 Mataram Baru.

3.4.4 Tes Praktik

Data yang diperoleh dalam pembelajaran tari Melinting pada kegiatan pembelajaran

menggunakan tes praktik perbuatan pada gerak-gerak tari melinting. Untuk

menyatakan gerak tari yang dilakukan tersebut benar atau tidak maka digunakan

(55)

3.4.5 Nontes

Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas siswa

dalam pembelajaran tari melinting dengan penerapan metode drill yang diamati pada

lembar pengamatan penerapan metode drill, lembar pengamatan proses belajar siswa,

serta lembar pengamatan aktivitas siswa, teknik ini juga digunakan untuk mengamati

aktivitas guru dalam mengajar di kelas.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada

penelitian pengambilan data, observasi, dan wawancara dilakukan oleh peneliti itu

sendiri. Di dalam instrumen penelitian digunakan panduan observasi, panduan

dokumentasi, wawancara, tes praktik, dan nontes.

1. Panduan Observasi

Lembar pengamatan (observasi) digunakan guru pada saat pengamatan, tentang

apa saja yang dilihat dan diamati secara langsung, baik pada saat proses

pembelajaran berlangsung maupun teknik dalam penyampaian materi

pembelajaran.

(56)

Tabel 3.1

Lembar Pengamatan Aktivitas Guru

No Instrumen Kegiatan Peneliti P.1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6

1 Memberitahukan KD dalam pembelajaran tari hari ini

2 Memberitahukan indikator/tujuan pembelajaran

3 Menerapkan metode drill

4 Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran

5 Membagi kelompok sebagai media dalam penerapan metode drill

6

Mengamati perkembangan siswa selama proses pembelajaran menggunakan metode drill

7

Berperan sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab

pertanyaan siswa yang mengalami kesulitan dengan bahasa yang baik dan santun

8

Memberi acuan agar siswa dapat melakukan pengecekan hasil belajar menggunakan metode drill

9

Guru meminta siswa untuk memeragakan hasil latihan untuk melihat ketercapaian tujuan belajar

10 Menyimpulka hasil belajar

(57)

Keterangan:

P.1 = Pertemuan Pertama P.4 = Pertemuan Keempat

P.2 = Pertemuan Kedua P.5 = Pertemuan Kelima

P.3 = Pertemuan Ketiga P.6 = Pertemuan Keenam

Instrumen ini digunakan untuk mengamati aktivitas yang dilakukan guru pada saat

awal pembelajaran berlangsung hingga pembelajaran selesai pada setiap

pertemuannya, dengan cara memberi chek list pada kolom-kolom yang telah

disediakan sebagai penanda.

2. Panduan Dokumentasi

Panduan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa foto-foto,

video, catatan lapangan/catatan harian yang menggunakan alat bantu kamera

foto. Catatan harian digunakan peneliti untuk mengumpulkan data secara

berlanjut pada saat pengamatan (observasi) dan wawancara. Catatan harian ini

selalu dibawa pada saat peneliti menulis data, sehingga tidak ada data yang

terlewatkan, sehingga data-data yang didapat sangat lengkap.

3. Wawancara

Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal yang

(58)

4. Lembar Pengamatan Tes Praktik

Lembar pengamatan tes praktik digunkaan untuk memperoleh data terhadap hasil

belajar tari melinting dengan menggunakan metode drill. Lembar tes praktik yang

digunakan instrumen yang berupa aspek-aspek penilaian yang sudah ditentukan.

Instrumen Tes Praktik Tabel 3.2

Lembar Pengamatan tes praktik (individu)

No Aspek yang

Dinilai Indikator Skor

Skor gerak tari melinting

dengan teknik gerak yang tepat serta bentuk gerak yang sesuai

b) Siswa dalam

memeragakan ragam gerak tari melinting

menggunakan teknik serta bentuk gerak yang cukup sesuai

c) Siswa mampu memeragakan gerak tari melinting

menggunakan teknik gerak yang cukup baik namun kurang tepat

d) Siswa dalam

memeragakan ragam gerak tari melinting

(59)

e) Siswa main-main pada saat memeragakan ragam gerak tari

melinting sehingga siswa tidak hafal urutan gerak

1

2. Wirasa (Ekspresi penjiwaan)

a) Siswa memeragakan ragam gerak tari

melinting dengan penghayatan dan ekspresif

b) Siswa dalam

memeragakan ragam gerak tari melinting

menggunakan penghayatan yang cukup baik

c) Siswa memeragakan ragam gerak tari

melinting dengan penghayatan yang masih kurang terlihat

d)Siswa hanya mampu memeragakan ragam gerak tari melinting

dengan ekspresi wajah yang datar

e) Siswa memeragakan ragam gerak tari

(60)

3. Wirama

(Kesesuaian gerak dan musik)

a) Siswa mampu memeragakan ragam gerak tari melinting

dengan hitungan yang tepat sesuai ritme musik

b) Siswa dalam

memperagakan ragam gerak tari melinting

cukup baik dalam penggunakan hitungan sesuai dengan ritme musik

c) Siswa mampu memeragakan ragam gerak tari melinting

dengan hitungan yang sesuai namun tidak sesuai dengan ritme musik

d) Siswa hanya mampu memeragakan ragam gerak tari melinting

namun tidak

menggunakan hitungan dan ritme yang sesuai dengan musik

e) Siswa hanya mampu memeragakan ragam gerak tari melinting

tanpa

(61)

Hasil belajar gerak tari melinting dapat diukur dengan lembar pengamatan tes praktik

dengan total skor seluruhnya 15. Setelah skor diperoleh selanjutnya dilakukan

perhitungan untuk mengetahui berdasarkan aspek yang dijadikan indikator yaitu

kemampuan gerak, ekspresi penjiwaan dan kesesuaian gerak dengan musik. Skor

maksimal yang didapat dari ketiga aspek tersebut diolah menjadi nilai dengan rumus

sebagai berikut :

NS = Skor Siswa X Skor Ideal Skor Maksimum

5. Nontes

Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas

siswi dan guru dalam pembelajaran tari melinting menggunakan metode drill.

Instrumen Nontes Tabel 3.3

Lembar Pengamatan Penerapan Metode Drill

No Aspek Indikator Skor Skor

Maksimum 1 Keterampilan

Motoris

a. Seluruh siswa mampu menirukan ragam gerak tari melinting pada saat proses pembelajaran menggunakan metode drill berlangsung

b.Dari 28 siswa terdapat 1-7 siswa yang tidak dapat menirukan ragam gerak tari melinting pada saat proses pembelajaran menggunakan metode drill berlangsung

5

(62)

c. Dari 28 siswa terdapat terdapat 8-14 siswa yang tidak dapat menirukan ragam gerak tari melinting pada saat proses pembelajaran menggunakan metode drill berlangsung

d.Dari 28 siswa terdapat terdapat 15-21 siswa yang tidak dapat

menirukan ragam gerak tari

melinting pada saat proses

pembelajaran menggunakan metode

drill berlangsung

e. Seluruh siswa tidak mampu menirukan ragam gerak tari

melinting pada saat proses

pembelajaran menggunakan metode

drill berlangsung

3

a. Seluruh siswa mampu mengikuti proses pembelajaran tari melinting

menggunakan metode drill dengan tempo hitungan yang tepat

b.Dari 28 siswa terdapat 1-7 siswa yang tidak mampu mengikuti proses pembelajaran tari melinting

menggunakan metode drill dengan tempo hitungan yang tepat

c. Dari 28 siswa terdapat 8-14 siswa yang tidak mampu mengikuti proses pembelajaran tari melinting

menggunakan metode drill dengan tempo hitungan yang tepat

d.Dari 28 siswa terdapat 15-21 siswa yang tidak mampu mengikuti proses pembelajaran tari melinting

menggunakan metode drill dengan tempo hitungan yang tepat

5

4

3

2

Gambar

Gambar Uraian Gerak
Gambar 2.12
Gambar 2.15
Gambar Uraian Gerak
+7

Referensi

Dokumen terkait