• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh

DESRINA HARDIANTI

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa. Desain yang digunakan adalah one shot case study dengan populasinya seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah tahun pelajaran 2014/2015 dan sampel penelitian adalah siswa kelas VII.8 yang ditentukan dengan teknik purposive random sampling. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together

efektif jika ditinjau dari pemahaman konsep siswa.

(2)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri1 Rumbia Lampung Tengah Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

(Skripsi)

DESRINA HARDIANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE NUMBER HEADS TOGETHER DITINJAU DARI

PEMAHAMANKONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh Desrina Hardianti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

vi IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 41 B. Pembahasan ... ... 43

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... ... 49 B. Saran ... ... 49

(9)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 56

A.2 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 104

B. PERANGKAT TES B.1 Kisi-kisi Soal Tes ... 136

B.2 Soal Posttest ... 137

B.3 Kunci Jawaban Posttest ... 138

B.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 141

B.5 Form Penilaian Posttest ... 129

C. ANALISIS DATA C.1 Form Validasi ... 143

C.2 Analisis Reliabilitas ... 145

C.3 Analisis Uji Hipotesis ... 146

C.4 Analisis Pencapaian Indikator ... 149

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Sintaks umum pembelajaran kooperatif ...19

3.1. Rata-Rata Nilai MID semester per kelas ... 31

3.2. Bagan desain One Shot Case Study ... 32

3.3. Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 35

3.4. Reliabilitas dan Validitas Butir Soal ... 37

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

MOTTO

Selalu optimis, yakin dan berusahalah untuk

mencapai apa yang kamu impikan, karena dengan

optimis, keyakinan yang kuat dan usaha keras

itulah yang akan mewujudkan impianmu.

(13)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan

karya ini dengan kesungguhan hati sebagai tanda bakti dan cinta

kasihku kepada :

Ibunda dan Ayahanda tercinta yang selalu ada di sampingku dan

tidak ada henti-hentinya memberikan doa, kasih sayang, motivasi, dan

bekal kehidupan serta selalu memberikanku yang terbaik untuk

menjadikanku sesuatu yang terbaik dalam kehidupan ini.

Adikku tersayang (Rido Agung Herlambang) serta seluruh keluarga,

atas semua doa dan dukunganyang telah diberikan kepadaku.

Para pendidik yang telah mendidikku, yang menjadikanku semakin

berwawasan.

Sahabat-sahabatku yang berjuang bersama, yang selalu ada,

tersenyum dan menyemangatiku, serta

(14)

ii SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015)”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Pembimbing Utama yang telah bersedia menyumbangkan banyak ilmu, memberikan perhatian, motivasi, dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini;

2. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Pembimbing Kedua yang telah bersedia menyumbangkan banyak ilmu, memberikan perhatian, motivasi, dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini;

(15)

iii 4. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung;

5. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; 6. Bapak Drs. Erimson Siregar, M.Pd.., selaku Pembimbing Akademik yang

telah membimbing dengan baik, memberikan motivasi, dan masukan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Lampung;

7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis; 8. Bapak Siswanto, S.Pd. M.M., selaku Kepala SMP Negeri 1 Rumbia Lampung

Tengah yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian;

9. Ibu SY KT Suladriasih, S.Pd., selaku guru matematika kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian;

10.Siswa/siswi kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah tahun pelajaran 2014/2015 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin;

11.Bapak (Zuhdi), Ibu (Haryati) serta adikku tercinta (Agung) yang selalu menyayangi, mendoakan, dan menjadi penyemangat hidupku;

(16)

iv Mutia, Novi, Abi, Riska, Suci, Siti, Veni, Winda, Yola, atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah untuk kita semua;

13.Teman-temanh seperjuangan dalam mengerjakan Skripsi ini Mba Vina dan Ratna, kita selalu bersama mulai dari awal, seminar proposal, seminar hasil bahkan kompre pun kita bersama.

14.Sahabat-sahabat seperjuanganku sejak di bangku SMA Bekti, Fina, Lia, dan Ade, kebersamaan kita memberikan kekuatan tersendiri bagiku untuk melangkah menjalani liku kehidupan selama menjadi anak kost.

15.Teman-teman seperjuangan PPL dan KKN di SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat (Evi, Selvi, Wulan, Yudhit, Tia, Odin, Fredy, Ewo dan Agung) atas kebersamaan selama tiga bulan yang penuh makna dan kenangan;

16.Kakak-kakakku angkatan 2008, 2009, 2010 dan adik-adikku angkatan 2012, 2013, dan 2014 terima kasih atas kebersamaannya;

17.Almamater tercinta yang telah mendewasakanku;

18.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandarlampung, April 2015 Penulis

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rumbia pada tanggal 17 Desember 1993, merupakan putri pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Zuhdi dan Ibu Haryati.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh:

1. Taman Kanak-kanak (TK) di TK LKMD yang diselesaikan pada tahun 1999. 2. Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Pelita desa Rukti Basuki, Kecamatan

Rumbia pada tahun 2005.

3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2008.

4. Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Al Kautsar Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur penerimaan SNMPTN Undangan Universitas Lampung.

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan penting dalam perkembangan suatu bangsa, terutama untuk membentuk manusia yang berkualitas. Pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar manusia untuk membentuk kepribadian yang baik dalam usaha mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi. Pendidikan dilakukan secara terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran yang baik agar siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal.

Hasbullah (1999: 121) menyatakan bahwa pendidikan nasional merupakan pendidikan di suatu negara yang berdasarkan kepada kebudayaan sosial, psikologis, ekonomis dan politis yang bertujuan untuk membentuk ciri khusus atau watak bangsa yang bersangkutan (kepribadian nasional). Pendidikan merupakan salah satu usaha suatu bangsa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah direncanakan oleh bangsa itu sendiri. Melalui proses pendidikan, suatu bangsa berusaha untuk mencapai kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi.

(19)

2

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujun untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menajdi manusia yang beriman dan bertakwa menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Usaha dan kerja sama antara pemerintah, aparat sekolah, lingkungan dan peserta didik itu sendiri sangat perlu dilakukan untuk mencapai tujuan nasional ini.

Salah satu upaya untuk mencapai tujuan nasional tersebut adalah dengan melakukan pembelajaran yang efektif. Hamalik (2002: 171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar seluas-luasnya kepada siswa. Pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan peserta didik. Salah satu komponen pen-didikan adalah guru dan salah satu tugasnya adalah sebagai fasilitator dalam kegiatan transfer ilmu pengetahuan. Sebagai fasilitator, seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang efektif sehingga kegiatan belajar-mengajar di kelas dapat berjalan dengan baik dan dapat tercipta interaksi yang baik antara guru dan peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas adalah model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT).

(20)

3

ditunjuk secara acak untuk dapat mempresentasikan hasil diskusi kelom-poknya yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Peran guru sebagai fasilitator akan menciptakan interaksi yang lebih baik antara siswa dengan guru. Roosilawati (dalam Kusuma, dkk, 2008) menyatakan bahwa interaksi yang baik antara guru dan siswa akan menambah percaya diri siswa sehingga lebih termotivasi dalam belajar dan dapat meningkatkan pemahamannya ter-hadap materi yang dipelajari. Setiap siswa harus aktif bekerja dalam kelom-pok dan bertanggung jawab penuh terhadap pemecahan masalah yang diberi-kan oleh guru, sedangdiberi-kan guru hanya membimbing siswa jika mereka meng-alami kesulitan.

Menurut Kagan & Kagan (dalam Baker, 2013: 6), sebagai model pembela-jaran, NHT sangat berguna untuk memeriksa pemahaman konsep siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT menuntut setiap siswa untuk me-mahami materi yang diberikan. Hal ini akan menciptakan interaksi yang sangat baik antar siswa dalam satu kelompok. Mereka akan saling membantu agar setiap anggota kelompok memahami materi yang diberikan, siswa yang sudah paham akan mengajari siswa yang belum paham. Bidang ilmu penge-tahuan yang memerlukan pemahaman yang baik salah satunya adalah mate-matika.

(21)

4

diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kedua hal tersebut adalah: (1) mempersiapkan siswa agar sanggup mengha-dapi perubahan keadaan dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkem-bang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien, (2) mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempela-jari berbagai ilmu pengetahuan lain.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa pelajaran matematika perlu di-berikan untuk membekali peserta didik dengan pola pikir matematika dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, rendahnya hasil belajar mata pelajaran matematika merupakan indikasi bahwa pembela-jaran yang dilakukan pada pelapembela-jaran matematika belum efektif. Berdasarkan hasil tes berstandar internasional (International Standarized Test), yaitu

Trends in International Mathematics and Science Student (TIMSS) dan

Programme for International Student Assesment (PISA), menyatakan bahwa prestasi belajar anak Indonesia masih rendah.

(22)

5

Keadaan ini didukung juga hasil survei yang dilakukan oleh PISA (OECD, 2014: 5). Pada tahun 2012 untuk mata pelajaran Matematika rata-rata skor Indonesia adalah 375, sedangkan rata-rata skor ideal yang ditetapkan oleh PISA adalah 494. Berdasarkan uraian tersebut terlihat bahwa rata-rata skor Indonesia masih berada di bawah standar rata-rata yang ditetapkan oleh PISA.

Kedua hasil survei ini menunjukkan bahwa prestasi matematika Indonesia masih rendah. Rendahnya prestasi belajar anak Indonesia ini salah satunya diduga karena rendahnya pemahaman konsep matematis siswa. Hal ini ter-jadi karena tidak sedikit siswa yang menghafal konsep tetapi tidak mema-haminya. Padahal, soal tes berstandar internasional TIMSS dan PISA adalah soal yang mengukur kemampuan siswa dalam memahami dan memecahkan masalah, mulai dari menganalisisnya, memformulasikannya, dan mengkomu-nikasikan gagasannya kepada orang lain sehingga diperlukan pemahaman konsep matematis yang tinggi. Selain itu, dalam Standar Isi Mata Pelajaran Matematika (Depdiknas, 2006: 8), pemahaman konsep merupakan poin pertama pada kecakapan matematika yang menjadi tujuan dalam belajar matematika mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Oleh karena itu, kemampuan pemahaman konsep matematis siswa Indonesia sangat perlu ditingkatkan.

(23)

6

bawah nilai KKM yang telah ditentukan. Hal ini juga didukung oleh hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap guru matematika di SMP tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang efektif agar hasil belajar siswa dapat menjadi lebih baik lagi. Salah satu model pembelajaran yang diduga efektif jika diterapkan di kelas adalah model pem-belajaran kooperatif tipe NHT.

Menurut Suherman, dkk (2003: 68) hal terpenting dalam pembelajaran matematika sebenarnya adalah bagaimana dapat menciptakan suatu pembela-jaran yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa dapat menyukai pela-jaran matematika. Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif

Tipe Numbered Heads Together Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka yang menjadi perma-salahan dalam penelitian ini adalah: “Apakah model pembelajaran kooperatif

(24)

7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajar-an kooperatif tipe NHT ditinjau dari pemahampembelajar-an konsep matematis siswa kelas VII SMPN 1 Rumbia Lampung Tengah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis mampu memberikan sumbangan terhadap perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait pemahaman konsep matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, memberikan pengalaman baru dalam belajar matematika, yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa.

b. Bagi guru, memberikan masukan tentang efektivitas model pembela-jaran kooperatif tipe NHT ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.

(25)

8

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan siswa yang diwujud-kan dari hasil belajar. Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini ditin-jau dari persentase siswa yang memiliki pemahaman konsep matematis dengan baik lebih dari 60% dari banyak siswa.

2. Pada penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe NHT diawali dengan membagi siswa ke dalam 9 kelompok yang beranggotakan 4 orang. Kemudian masing-masing siswa diberikan nomor yang berbeda. Selanjut-nya siswa akan melakukan diskusi kelompok untuk mendiskusikan perma-salahan yang diberikan oleh guru dalam bentuk LKK. Langkah terakhir adalah memanggil beberapa siswa secara acak berdasarkan nomor yang telah diberikan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. 3. Pemahaman konsep siswa merupakan kemampuan siswa untuk

(26)

9

representatif matematika; (c) Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep; dan (d) Mengaplikasikan konsep.

(27)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Wragg (dalam Sutikno, 2007) menyatakan bahwa pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memudahkan siswa untuk belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, cara hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Hamalik (2002: 171) bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar se-luas-luasnya kepada siswa. Jadi, pembelajaran dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut dapat membuat siswa belajar seluas-luasnnya untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.

(28)

11

seimbang, membuat perencanaan sebelum mengajar, guru harus dapat memberikan masalah-masalah yang dapat merangsang untuk berpikir, dan sebagainya. Oleh karena itu, guru harus mampu memilih metode pem-belajaran yang tepat dan sesuai dengan kurikulum, serta memiliki krea-tivitas agar dapat membuat siswa semangat untuk belajar sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif.

Abdullah (dalam Rahmatika, 2009: 23) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif membuat siswa terdorong dan mampu memanfaatkan kesem-patan belajar yang ada untuk menguasai kompetensi yang dipelajari. Se-lain itu, pembelajaran yang efektif juga menuntut guru untuk memberi-kan kesempatan belajar seluas-luasnya kepada siswa agar membangun kompetensinya sendiri. Oleh karena itu, guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang dapat membuat siswa aktif dan dapat mencapai penguasaan kompetensi secara optimal.

(29)

12

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembela-jaran adalah pembelapembela-jaran yang dapat membuat siswa aktif dalam cari, menemukan dan melihat pokok masalah yang diberikan untuk men-capai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu, pembelajaran dikatakan efektif apabila 60% dari banyak siswa memiliki pemahaman konsep matematis dengan baik. Efektivitas pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari penguasaan konsep siswa.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

(30)

13

pembelajaran dan tugas siswa dan berfungsi sebagai pedoman pelaksa-naan pembelajaran.

Ruang kelas merupakan salah satu tempat yang cocok untuk menerapkan kegiatan pembelajaran kooperatif. Di dalam ruang kelas, siswa diberi ke-sempatan untuk bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk meme-cahkan masalah secara bersama-sama. Belajar dalam kelompok kecil ini akan melatih siswa agar terbiasa untuk mendengarkan pendapat orang lain dan merangkum pendapat orang lain tersebut dalam bentuk tulisan.

Pembelajaran kooperatif dalam matematika dapat membantu siswa untuk meningkatkan sikap positif siswa dalam matematika. Adanya interaksi yang menonjol dalam kelompok pada model pembelajaran ini dapat mem-buat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan berbeda. Dukungan dari teman sebayanya untuk mencapai prestasi akademik yang baik meru-pakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran kooperatif.

(31)

14

mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Taniredja, dkk (2014: 55) mengemukakan bahwa Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil (4-6 orang) secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih semangat dalam belajar. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan kegiatan belajar kelompok yang terstruktur dan bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan masalah atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.

(32)

15

Djamarah dan Zain (2010: 363) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki beberapa prinsip. Prinsip-prinsip pembelajaran ko-operatif antara lain: (a) kemampuan kerja sama, (b) interaksi bersama, (c) keikutsertaan bersama, (d) tanggung jawab individu, (e) ketergantungan positif, dan (f) kerja sama merupakan suatu nilai. Berdasarkan prinsip-prinsip ini pembelajaran kooperatif dapat membentuk keterampilan sosial siswa yang baik dan dapat meningkatkan tanggung jawab siswa.

Johnson dan Hilke (dalam Taniredja, dkk, 2014: 59) menyatakan bahwa terdapat ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif. Ciri-ciri tersebut antara lain adalah (1) terdapat saling ketergantungan positif antar anggota kelompok, (2) dapat dipertanggungjawabkan secara individu, (3) berbagi kepemimpinan, (4) berbagi tanggung jawab, (5) menekankan tugas dan kebersamaan, (6) membentuk keterampilan sosial, (7) peran guru mengamati proses pembelajaran, dan (8) efektivitas belajar tergantung pada kelompok. Berdasarkan ciri-ciri tersebut terlihat bahwa, tidak semua pembelajaran dengan kerja kelompok dapat dikatakan sebagai pembela-jaran kooperatif.

(33)

16

meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas akademiknya. Tujuan kedua adalah melatih siswa untuk dapat menerima teman-temannya yang berbeda latar belakang. Tu-juan ketiga adalah meningkatkan keterampilan sosial siswa. Sedangkan Arends (dalam Jufri, 2013: 114) menyatakan bahwa, pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan. Ketiga tujuan tersebut adalah untuk meningkatkan hasil belajar akademik, mengem-bangkan penerimaan terhadap keberagaman atau perbedaan individual, dan mengembangkan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik yang memiliki kemampuan ting-gi maupun rendah.

(34)

17

(g) mengembangkan rasa tanggungjawab siswa, dan (h) fokus pada keberhasilan individual.

Lord (dalam Jufri, 2013: 115-116) telah me-review sekitar 300 artikel hasil penelitian mengenai pembelajaran kooperatif dalam bidang IPA dan mengidentifikasi 11 kategori umum yang digolongkan sebagai kelebihan dari model pembelajara kooperatif. Berdasarkan 11 kategori tersebut be-berapa diantaranya adalah: (1) pengembangan sikap positif terhadap pela-jaran, (2) suasana akademik dan lingkungan belajar yang lebih kondusif, (3) peningkatan pemahaman mengenai hubungan teori dan praktik, (4) pengembangan keterampilan sosial dan bekerjasama, (5) peningkatan kualitas dan hasil belajar, (6) pengembangan nilai-nilai dalam diri peserta didik, dan (7) kesetaraan kesempatan antara peserta didik pria dan wanita. Kelebihan-kelebihan model pembelajaran kooperatif inilah yang menjadi pertimbangan peneliti untuk menggunakanm model pembelajaran ko-operatif dalam penelitiannya.

Dalam Djamarah (2000: 157) dikemukakan bahwa salah satu kelemahan pembelajaran kooperatif adalah diskusi memakan waktu, pemborosan waktu dan diskusi dapat menekan pendirian. Djamarah dan Zain (2010: 366) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah:

(35)

18

b. Dapat terjadi siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pan-dai tanpa memiliki pemahaman yang memapan-dai.

c. Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.

Untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran ini, guru harus dapat membagi kelompok dengan tepat, misalnya dengan menempatkan siswa yang berkemampuan lebih tinggi di setiap kelompok. Hal ini akan membuat siswa tersebut merasa memiliki tanggung jawab terhadap teman sekelompoknya untuk memahami materi pelajaran. Agar tidak terjadi siswa sekedar menyalin pekerjaan teman sekelompoknya, guru harus dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang membuat setiap siswa merasa bertanggung jawab memahami materi pelajaran. Misalnya dengan memanggil siswa secara acak untuk mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Untuk mengatasi masalah waktu, guru dapat mengingatkan kepada siswa di akhir pembelajaran untuk kembali membentuk kelompok pada pertemuan selanjutnya.

(36)

19

pembelajaran kooperatif dijelaskan dalam tabel sintaks umum pem-belajaran kooperatif berikut.

Tabel 2.1 Sintaks umum pembelajaran kooperatif

Fase ke-

Indikator Tingkah Laku Pendidik

1. Penyampaian tujuan dan pemberian motivasi pada

5. Penilaian hasil belajar (evaluasi).

Pendidik mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

6. Pemberian penghargaan. Pendidik memberikan

penghargaan tertentu atas hasil belajar individu maupun kelompok.

(37)

pem-20

belajaran kooperatif. Tahap pertama adalah tahap persiapan. Pada tahap ini, guru memilih metode, teknik dan struktur pembelajaran. Kemudian guru menata ruang kelas untuk pembelajaran kelompok, merangking siswa untuk membentuk kelompok belajar siswa, menentukan banyak kelompok dan menentukan kelompok-kelompok belajar. Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap ini, siswa merancang

team building dengan identitas kelompok, siswa dihadapkan dengan persoalan, mengeksplorasi persoalan, siswa merumuskan dan menyelesai-kan persoalan, serta siswa belajar mandiri kemuan belajar kelompok. Tahap ketiga adalah tahap penilaian. Pada tahap ini guru menilai hasil ke-lompok, memberi penghargaan kepada kelompok serta guru dan siswa mengevaluasi kerja kelompok.

Berdasarkan pendapat Huda (2013) dan Jufri (2013) dapat disimpulkan bahwa secara umum langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah: a. persiapan pembelajaran,

b. penyampaian tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar,

c. penyampaian informasi terkait materi pelajaran, d. pembentukan kelompok belajar,

e. pembimbingan siswa dalam proses diskusi kelompok, f. penarikan kesimpulan,

(38)

21

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe pembelajaran, salah satu diantaranya adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads Together (NHT). Lie (2004:59) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993). Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT setiap siswa diberikan kesempatan untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu juga setiap siswa akan termotivasi untuk mening-katkan semangat kerja sama mereka. Pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Salah satu ciri-ciri yang membedakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan model kooperatif tipe lainnya adalah terdapat suatu langkah dimana guru menunjuk seorang siswa dengan menyebutkan salah satu nomor yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil dis-kusi kelompoknya sendiri. Hal ini merupakan suatu upaya yang baik un-tuk meningkatkan tanggung jawab siswa agar setiap individu dalam ke-lompok dapat memahami penyelesaian dari masalah yang mereka kerja-kan secara bersama, sehingga terbentuk ketergantungan antar sesama individu dalam kelompok belajarnya.

(39)

22

Huda (2011: 138) terdapat beberapa langkah model pembelajaran NHT, diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Langkah pertama: penomoran (numbering)

Penomoran dilakukan setelah guru membagi kelompok yang terdiri dari 4-5 oraang siswa, kemudian guru memberi nomor kepada setiap siswa. Setiap siswa dalam satu kelompok memiliki nomor yang berbeda.

b. Langkah kedua: pengajuan pertanyaan

Langkah selanjutnya pada model NHT ini adalah pengajuan pertanya-an. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang di-berikan disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari.

c. Langkah ketiga: berpikir bersama (Heads Together)

Setelah guru memberikan pertanyaan, siswa akan mulai berpikir ber-sama dan mencari jawaban berdasarkan pertanyaan yang diberikan guru. Siswa akan mengemukakan ide-ide yang mereka miliki, kemu-dian mempertimbangkan jawaban yang tepat. Pada tahap ini siswa akan terbiasa untuk mendengarkan pendapat orang lain. Pada tahap ini pula siswa yang lebih dulu mengerti akan mengajari siswa yang belum mengerti, sehingga tercipta interaksi positif antara siswa dalam satu kelompok itu sendiri.

d. Langkah keempat: memberi jawaban.

(40)

23

siswa yang telah diberikan guru untuk mewakili kelompoknya mem-presentasikan hasil diskusi kelompok. Tahap inilah yang menuntut semua siswa siap dan memahami hasil diskusi yang telah mereka lakukan.

Trianto (2012: 82), mengemukakan bahwa dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas, guru menggunakan empat fase sebagai sintaks NHT. Keempat fase tersebut iantaranya adalah:

a. Fase 1: Penomoran.

Pada fase ini guru memberikan nomor kepada anggota kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 3-5 orang. Setiap anggota kelompok yang sama mendapat nomor yang berbeda.

b. Fase 2: Pengajuan pertanyaan.

Guru mengajukan pertanyaan yang bervariasi kepada siswa. Pertanya-an dapat spesifik dPertanya-an dalam bentuk kalimat tPertanya-anya.

c. Fase 3: Berpikir bersama.

Siswa menyatukan pendapat terhadap pertanyaan yang diajukan oleh guru dan meyakinkan tiap anggota kelompok telah memahami jawaban kelompok.

d. Fase 4: Menjawab.

(41)

24

Berdasarkan pendapat Huda (2011) dan Trianto (2012) dapat disimpulkan bahwa terdapat empat langkah pembelajaran Kooperatif tipe NHT. Keem-pat langkah tersebut adalah sebagai berikut.

a. Langkah 1: penomoran (Numbered)

b. Langkah 2: berpikir bersama (Heads Together) c. Langkah 3: menjawab dan menyimpulkan

Lie (2004:60) mengemukakan bahwa terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Kelebihan model pembelajaran tipe NHT antara lain: (a) memudahkan dalam pem-bagian tugas, (b) memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung ja-wab pribadinya, (c) setiap siswa menjadi siap, (d) siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, dan (e) siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maheady et al. (dalam Baker, 2013: 7) menunjukkan hasil bahwa setelah model pembelajaran NHT digunakan, 83% siswa memiliki rata-rata persentase akurasi tertinggi dalam mengerjakan soal.

Sedangkan kekurangannya adalah kurang cocok untuk banyak siswa yang banyak karena membutuhkan banyak waktu dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

4. Pemahaman Konsep Matematis

(42)

25

dan mengekstrapolasi pengetahuan dalam konteks baru, menjelaskan makna, menginterpretasikan fakta, memprediksi dan mengekstrapolasi pengetahuan tersebut untuk dimanfaatkan dalam situasi lain. Hamalik (2002: 164) menjelaskan bahwa konsep dapat berguna dalam suatu pem-belajaran, yaitu untuk mengurangi kerumitan, membantu siswa meng-identifikasi obyek-obyek yang ada, membantu mempelajari sesuatu yang lebih luas dan lebih maju, dan mengarahkan siswa kepada kegiatan ins-trumental.

Duffin dan Simpson (dalam Nila, 2008: 2-230) menyatakan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan siswa untuk menjelaskan konsep atau kemampuan untuk mengungkapkan kembali informasi yang telah diterima, menggunakan konsep pada situasi yang berbeda, mengembang-kan beberapa akibat dari adanya suatu konsep atau siswa dapat menye-lesaikan masalah sesuai dengan konsep yang telah dimiliki.

Menurut depdiknas pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengapli-kasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

(43)

26

baik, siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman konsep matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan.

Kilpatrick, Swafford, dan Findell (dalam Afrilianto, 2012: 196) menyatakan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan dalam mema-hami konsep, operasi dan relasi dalam matematika yang dapat diukur dengan beberapa indikator. Adapun indikator-indikator pemahaman konsep menurut Kilpatrick et al (2001: 116) antara lain:

a. Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari secara verbal.

b. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan untuk membentuk konsep tersebut.

c. Menerapkan konsep secara algoritma.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika.

e. Mengaitkan berbagai konsep (internal dan eksternal matematika).

Dalam Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/ PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang rapor (Wardhani, 2008: 10) diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematis adalah: a. mampu menyatakan ulang suatu konsep,

b. mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai de-ngan konsepnya,

(44)

27

d. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, e. mengem\bangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep f. menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi

tertentu,

g. mengaplikasikan konsep pada pemecahan masalah.

B. Kerangka Pikir

Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa terdiri dari dua variabel, yaitu, satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (X), sedang-kan variabel terikatnya adalah pemahaman konsep matematis siswa (Y). Hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1

Hubungan antar Variabel Penelitian

Rendahnya hasil belajar dan pemahaman konsep matematis siswa mengin-dikasikan bahwa pembelajaran yang dilakukan belum efektif. Selain itu, ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan juga menentukan efektif atau tidaknya suatu pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut untuk tepat dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan,

(45)

28

ga dapat mengoptimalkan suasana belajar dan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif dalam bela-jar adalah model pembelabela-jaran kooperatif. Model pembelabela-jaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan kegiatan belajar kelompok yang terstruktur dan bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan masalah atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembela-jaran koperatif, siswa tidak hanya belajar menerima apa yang disajikan oleh guru, melainkan bisa juga saling belajar dari sesama siswa lainnya.

Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah tipe NHT. Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa ditunjuk secara acak untuk mewakili kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya sendiri. Akibatnya setiap siswa akan secara individu sadar bahwa mereka harus memahami permasalahan yang sedang didiskusikan dalam kelompok-nya. Selain itu, setiap siswa akan saling membantu teman sekelompoknya yang belum memahami pokok bahasan yang mereka diskusikan. Oleh karena itu, model pembelajaran NHT menuntut setiap siswa aktif dalam usaha memahami persoalan yang diberikan oleh guru.

(46)

29

aktif dalam proses pembelajaran kooperatif tipe NHT akan menumbuhkan ketergantungan positif antar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini terjadi karena siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi akan membantu siswa yang memiliki kemampuan yang lebih rendah. Adanya aktivitas belajar dan ketergantungan positif tersebut akan mempermudah siswa dalam memahami konsep yang sedang dipelajari sehingga penguasaan konsep siswa lebih optimal. Penguasaan konsep yang optimal akan mem-permudah siswa untuk menyelesaikan masalah matematika yang dihadapinya. Dengan demikian, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT efektif diterap-kan pada pembelajaran matematika.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar pada penellitian ini adalah sebagai berikut.

1. Semua siswa kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah tahun pelajaran 2014-2015 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum yang diterapkan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain model pembelajaran kooperatif tipe NHT dianggap memberikan pengaruh yang sama.

D. Hipotesis Penelitian

(47)

30

pemahaman konsep matematis siswa di SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah Semester Genap Tahun Ajaran 2014-2015”.

(48)

31

III METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Rumbia. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Rumbia tahun pela-jaran 2014-2015 yang terdistribusi dalam delapan kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Purposive Random Sampling,

karena terdapat tiga guru matematika kelas VII di SMP tersebut. Kemudian diambil dua kelas yang diajar oleh guru yang sama. Selanjutnya memilih satu kelas yang memiliki nilai rata-rata kelas mendekati nilai rata-rata populasi sebagai sampel. Data rata-rata nilai mid semester siswa kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Nilai rata-rata MID Semester per kelas

No. Kelas Banyak Siswa

Nilai Rata-Rata Persentase Siswa yang Tuntas (%)

1 VII.1 36 55,00 36,11

2 VII.2 36 54,44 41,67

3 VII.3 36 54,03 44,44

4 VII.4 36 52,92 27,78

5 VII.5 36 51,94 16,67

6 VII.6 36 54,58 41,67

7 VII 7 36 52,36 19,44

8 VII 8 36 53,47 27,78

(49)

32

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Desain yang diguna-kan adalah One Shot Case Study. Penelitian dengan desain ini menggunakan satu sampel (Sugiyono, 2008: 110 dan Fraenkel & Wallen, 2009: 265). Kelas yang terpilih akan menjadi kelas eksperimen dan akan diterapkan model pem-belajaran kooperatif tipe NHT. Pada pertemuan terakhir, akan dilakukan post test di kelas eksperimen untuk mengukur pemahaman konsep siswa.

Tabel 3.2 Bagan desain One Shot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan)

X O

Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (variabel independen)

Pemahaman konsep siswa (variabel dependen)

Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan sebagai berikut. Terdapat satu kelompok eksperimen. X adalah kelompok yang diberi treatment. O adalah kejadian pengukuran atau pengamatan pada kelompok yang diberi treatment.

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dikelompokkan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Berikut uraian masing-masing tahap:

1. Tahap persiapan

(50)

33

a. Observasi dan wawancara dengan guru matematika berkaitan dengan proses pembelajaran yang biasa dilakukan di SMP N 1 Rumbia pada tanggal 13 Oktober 2014.

b. Pemilihan populasi penelitian dilakukan terhadap siswa yang dapat mewakili kondisi pemahaman konsep matematis siswa SMP di Provinsi Lampung, yaitu seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah semester genap tahun pelajaran 2014-2015.

c. Pemilihan sampel penelitian yang dilakukan dengan Purposive Sampling, yaitu mengambil satu dari tiga kelas. Kelas yang terpilih tersebut akan memperoleh perlakuan khusus, yaitu pembelajaran kooperatif tipe NHT.

d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, lembar kerja Kelompok (LKK), dan seperangkat instrumen evaluasi yang terdiri dari kisi-kisi soal, soal, kunci jawaban dan rubrik penskoran.

e. Menyusun instrument penelitian yang terdiri dari instrument tes. 2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan meliputi:

(51)

34

b. Melakukan posttes pada tanggal 31 Januari 2015 untuk mengetahui apakah penerapan model kooperatif tipe NHT ini efektif.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini peneliti melakukan perhitungan berdasarkan nilai akhir untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa SMP Negeri 1 Rum-bia Lampung Tengah Tahun Ajaran 2014-2015.

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif terdiri dari data pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh melalui posttest.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik Tes. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diajarkan. Tes dilakukan setelah proses pembelajaran (Posstest) meng-gunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tujuan untuk mengetahui efetktivitas model pembelajaran tersebut ditinjau dari pemaham-an konsep siswa.

F. Instrumen Penelitian

1. Instrument Tes

(52)

35

Bentuk soal yang digunakan adalah soal tertulis dengan bentuk uraian. Instrumen tes ini menuntut siswa untuk menyatakan ulang suatu konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, me-ngembangkan syarat perlu dan syarat cukup, dan mengaplikasikan konsep. Penyusunan soal diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal yang mencakup sub pokok bahasan, aspek kemampuan yang diukur, indikator pencapaian terhadap kemampuan yang diukur, serta banyak butir soal. Setelah mem-buat kisi-kisi kemudian dilanjutkan dengan menyusun soal dan kunci jawaban yang mengacu kepada pedoman penskoran. Adapun pedoman penskoran untuk tes tertulis dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3. (Sartika, 2011: 22).

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep

No Indikator Keterangan Skor

1. Menyatakan ulang suatu konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah

1 c. Menyatakan ulang suatu konsep

dengan benar

b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika tetapi salah

1 c. Menyajikan konsep dalam bentuk

representasi matematika dengan benar

b. Mengembangkan syarat perlu atau cukup dari suatu konsep tetapi salah

1 c. Mengembangkan syarat perlu dan

syarat cukup dari suatu konsep dengan benar

2

4. Mengaplikasikan konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat

(53)

36

Sebelum tes diberikan kepada siswa, dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas butir soal dan reliabilitas soal tes,. Hal ini dilakukan agar instrumen tes yang diberikan kepada siswa telah memenuhi syarat tes yang baik.

2. Validitas

Dalam hal ini, validitas yang akan dilihat adalah validitas isi. Validitas isi dari tes untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis ini dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam tes pemecahan masalah matematis dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan.

Instrumen tes yang dikategorikan valid adalah butir soal yang telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang ditentukan oleh guru matematika kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah. Hasil analisis terhadap instrumen tes yang digunakan untuk mengambil data penelitian telah memenuhi validitas isi. (Lampiran C.1)

(54)

37

3. Reliabilitas Tes

Untuk mengukur reliabilitas instrument tes bentuk uraian digunakan rumus

Alpha-Cronbach’s sebagai berikut (Suherman, 2003: 131).



r : koefisien reliabilitas instrumen (tes) n : banyaknya item

2

b

 : jumlah varians dari tiap-tiap item tes 2

t

 : varians total

Soal yang akan digunakan dalam instrumen tes untuk mengukur pemahaman konsep matematis adalah soal yang memiliki reliabilitas yang tinggi (r11> 0,70). Hasil perhitungan reliabilitas pada tes uji coba yang

telah dilakukan pada kelas VII-7, menunjukkan bahwa koefisien reliabi-litas sebesar 0,83 (r11=0,83) (Lampiran C.3) atau memiliki reliabilitas yang tinggi.

Tabel 3.4 Reliabilitas dan Validitas Butir Soal

No. Validitas Reliabilitas Kriteria Reliabilitas 1. Valid

(55)

38

G. Analisis Data

Sebelum melakukan pengujian hipotesis maka perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas.

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data nilai hasil belajar siswa pada kelas sampel berasal dari populsi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. Rumusan uji normalitas ini adalah sebagai berikut.

a. Hipotesis

Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

b. Taraf signifikan : α = 0,05 c. Statistik uji

Keterangan:

= frekuensi yang diamati = frekuensi yang diharapkan = banyaknya pengamatan d. Keputusan uji

Tolak H0 jika dengan (Sudjana, 2005: 293).

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas data diketahui bahwa nilai

(56)

39

dari X2tabel. Berdasarkan kriteria keputusan uji dengan , hipotesis nol diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen berasal dari populasi yang datanya berdistribusi normal. Perhitungan selengkap-nya dapat dilihat pada Lampiran C.5. Setelah diketahui bahwa sampel ber-asal dari populasi yang berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan rumus uji proporsi.

2. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis bahwa presentase siswa yang memiliki pemahaman konsep dengan baik pada kelas eksprimen lebih dari 60% dari banyak siswa dilakukan uji proporsi. Berikut adalah prosedur uji proporsi menurut Sudjana (2005: 233).

a. Hipotesis

H0 :

= 0,60 (persentase siswa yang memiliki pemahaman konsep matematis dengan baik (nilai siswa serendah-rendahnya 65) sama dengan 60%)

H1 :

> 0,60 (persentase siswa yang memiliki pemahaman konsep matematis dengan baik (nilai siswa serendah-rendahnya 65) lebih dari 60%)

b. Taraf Signifikan : α = 0,05 c. Statistik uji :

(57)

40

Keterangan:

X : banyaknya siswa yang memiliki pemahaman konsep ma-tematis dengan baik (nilai siswa serendah-rendahnya 65)

n : banyaknya peserta tes

0 : proporsi siswa yang memiliki pemahaman konsep mate-matis dengan baik (nilai siswa serendah-rendahnya 65).

d. Keputusan uji: tolak H0 jika

z

hitung

z

0,5. Harga

z

0,5diperoleh

(58)

49

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together efektif jika ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis bahwa persentase siswa yang memiliki pemahaman konsep dengan baik (nilai siswa serendah-rendahnya 65) lebih dari 60%.

B. Saran

Berdasarkan dari hasil kesimpulan dan pembahasan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together perlu diterapkan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk membantu siswa dalam pemahaman konsep matematis agar proses dan hasil pembelajaran dapat terlaksana secara optimal.

(59)
(60)

DAFTAR PUSTAKA

Ade, Chandra Kaheppi. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Todether Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa. (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Afrilianto. 2012. Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis Siswa SMP dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung (Vol 1, No.2, September 2012). Bandung: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi.

Baker, Daniel Paul. 2013. The Effects of Implementing The Cooperative Learning Structure, Numbered Heads Together, in Chemistry Classes at A Rural, low Performing High School. (Thesis). Louisiana: Louisiana State University.

Depdiknas. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 22, 23, 24 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas

Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah dan Zain. 2010. Strategi belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Fraenkel & Wallen. 2009. How to Design dan Evaluate Reaserch in Education.

New York: MC-Graw Hill.

Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Matematika Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasbullah. 1999. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperatif Learning. Jakarta: Rineka Pustaka.

(61)

Jufri, A. Wahab. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung : Pustaka Reka Cipta.

Kilpatrick, Jeremy, Swafford, Jane, and Findell, Bradford. 2001. Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press.

Kusuma, Ersanghono, Wijayanti, Nanik, Wibowo dan Langgeng Setyo. 2008.

Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT berbasis SAVI untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan Laju Reaksi. Dalam jurnal inovasi Pendidikan Kimia (Vol. 2, No. 1, 2008, hlm 216-223). Semarang: Jurnal Kimia FMIPA Universitas negeri Semarang.

Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. . Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Mullis, Ina V.S., Martin, Michael O., Foy, Pierre, and Arora, Alka. 2012. TIMSS 2011 International Results in Mathematics. USA: TIMSS & PIRLS International Study Center.

Mulyasa, H. E. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara

Nila, Kesumawati 2008. Pemahaman Konsep Matematik dalam pembelajaran Matematika. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008 (P-18). Sumatera Selatan: FKIP Program Studi matematika Universitas PGRI Palembang.

OECD. 2014. PISA 2012 Resulrs in Focus What 15-year-olds know and what they can do with what they knoww. Paris: OECD

Rahmatika, Annisaa. 2009. Meningkatakn Kreativitas dan Efektivitas dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Konstruktivis di Kelas VIII MTS Al-MA’HAD AN-NUR Bantul. (Skripsi). Yogyakarta: UIN Kalijaga. Sartika, Dewi. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

(62)

Suhana, cucu. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama.

Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jica.

Suherman, Erman, Turmudi, Suryadi, didi, Suhendra, Prabayanto, Sufyani, Nurjanah, dan Rohayati, Ade. 2003 Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Technical Cooperation Project for Development of Science and Mathematics Teaching for Primary and Secondary Education in Indonesia (IMSTEP).

Sukmayasa, I Made Hendra, dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Berbantuan Senam Otak Terhadap Keaktifan dan Prestasi Belajar Mateamtika. Dalam e-Jurnal Program Paasca Sarjana Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013). Universitas Pendidikan Ganesha.

Sutikno, M. Sobry. 2007. Mengagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna.

Mataram: NTP Pres.

Sutikno, M. Sobry. 2014. Metode dan Model Pembelajaran. Lombok: Holistica. Taniredja, Tukiran, Faridli, Efi Miftah, dan Harmianto, Sri. 2014. Model-Model

Pembelajran Inovatif dan Efektif. Bandung : Alfabeta.

Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana Perdana Media Grup.

Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs

untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Depdiknas. Yogyakarta.

Widyastuti, Endah. 2013. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Ditinjau dari Pemahaman Konsep Siswa. (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Gambar

Tabel 2.1 Sintaks umum pembelajaran kooperatif
Gambar 2.1  Hubungan antar Variabel Penelitian
Tabel 3.1 Nilai rata-rata MID Semester per kelas
Tabel 3.2 Bagan desain One Shot Case Study (Studi Kasus Satu
+3

Referensi

Dokumen terkait

Program penelitian dilakukan terhadap konfigurasi sambungan dengan variabel panjang lap splice dan variabel jumlah clamp yang digunakan.. Penelitian sambungan

Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan kepada pemilik game rental playstation dan warnet game agar memperhatikan lama kerja operatornya per hari, mengatur tata ruang

Kompetensi guru tidak berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi, artinya semakin tinggi kompetensi yang dimiliki guru

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teori yang dipraktekan dalam fiqih islam dari segi akad, penerbitan, peredaran, jatuh tempo, pembelian kembali ketika jatuh

Dari hasil analisis selama periode penelitian hasil uji t yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen menunjukan

Hasil penelitian pada permasalahan hukum terhadap perkawinan poligami yang tidak dicatatkan yang dilakukan oleh pejabat Negara dihubungkan dengan Undang-Undang No.1

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat hidayah dan petunjuk-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul “Pra

menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan