TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG INDOMARET CARD DI INDOMARET GROGOL
SUKOHARJO JAWA TENGAH
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.Sya)
Oleh: Aslamiyah NIM: I000110021 NIRM: 11/X/02.1.2/0248
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM
TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG INDOMARET CARD DI INDOMART GROGOL SUKOHARJO JAWA TENGAH
Oleh :
Jual beli seharusnya dilakukan sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditetukan hukum Islam. hal ini dimaksudkan agar kondisi barang yang dijual dan harga yang ditentukan sesuai dengan ketentuan umum, ketika terjadi kekurangan pada suatu barang maka harus diberitahukan, hal itu untuk menjamin dan memberikan perlindungan pada konsumen. lain halnya yang terjadi di Indomaret, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah yang menggunakan mekanisme member card dimana pemilik member card akan mendapat potongan harga, sedangkan yang lainnya tidak mendapatkannya.
Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yang pertama bagaimana
hukum jual beli dengan menggunakan Indomaret Card di Indomaret, Grogol,
Sukoharjo, Jawa Tengah menurut hukum Islam?
Untuk mendapatkan permasalahan di atas dilakukan dengan penelitian kualitatif data diperoleh melalui observasi, interview (wawancara), serta studi dokumentasi kemudian dianalisis menggunakan studi analisis deskriptif normatif.
Berdasarkan hasil penilitian ini, didapat bahwa hukum jual beli dengan
menggunakan Member card (Indomaret Card) di Indomaret, Grogol, Sukoharjo,
Jawa Tengah menurut hukum Islam menyatakan bahwa inti dalam transaksi jual beli itu adalah ada kerelaan, suka sama suka serta tidak ada unsur keterpaksaan baik pihak penjual maupun pembeli, barang yang dijual jelas dan bermanfaat untuk konsumen, dalam hal ini transaksi jual beli di Indomaret dengan
menggunakan Membercard (Indomaret Card) antara pihak pengelola Indomaret
(penjual) maupun konsumennya (pembeli) tidak mengandung unsur-unsur yang dilarang menurut hukum Islam, hal ini yang mengindikasikan bahwa dalam
transaksi jual beli menggunakan Membercard (Indomaret Card) di Indomaret,
Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah adalah boleh atau sah karena transaksi yang berlaku di Indomaret tidak bertentangan dengan hukum Islam.
2
REVIEW OF ISLAMIC LAW ON THE USE OF INDOMARET CARD FOR TRANSACTION IN INDOMART OF GROGOL,
SUKOHARJO, CENTRAL JAVA with general. Thus, if a good has some flaw, consumer must know it. It is needed to ensure and provide protection for consumers. Another case happened in Indomart of Grogol, Sukoharjo, Central java. The department store used mechanism of member card in which an owner of the card gets discount. The discount was not applied for non-owner.
Problem statement of the research is: How does Islamic Law see the use of Indomaret card for transaction in Indomaret of Grogol, Sukoharjo, Central Java?
The research is qualitative one. Data is collected by using observation, interview and documentation. The data is analyzed by using descriptive normative analysis.
Based on results of the research, it was known that Islamic Law states that principle of a trading transaction is an agreement or wiliness between two parties, namely a seller and a buyer and, there is no element of force coming from both related parties and, the sold goods are useful for consumer. There was no element that are forbidden according to Islamic Law in transaction using member card in the Indomart. Therefore, the use of member card (Indomaret Card) for transaction in Indomaret of Grogol, Sukoharjo, Central Java is permitted or valid according to Islamic law.
Key words: Islamic Law, Indomaret Card, Indomart
1. PENDAHULUAN
Bisnis merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Secara umum bisnis dikesankan sebagai kegiatan usaha mencari keuntungan
Jenis dan bentuk muamalah yang kreasi dan perkembangannya diserahkan
kepada para ahli di bidang itu. Bidang bidang inilah, yang menurut para ahli ushul
fiqih disebut persoalan persoalan ta‟aqquliyyat (yang bisa di nalar) Ma‟kulat
ma‟na (yang bisa dimasukkan logika). Artinya, dalam persoalan-persoalan muamalat yang dipentingkan adalah subtansi makna yang terkandung dalam suatu
bentuk muamalah serta sasaran yang akan dicapai. Persaingan dalam dunia bisnis
ritel membuat para pengusaha memberikan fasilitas khusus kepada para
pelanggan. Salah satu fasilitas yang kerap kali diberikan adalah kartu pelanggan
atau member card. Member card adalah kartu dimana pemegang kartu akan
mendapatkan potongan harga khusus dari barang atau beberapa pelayanan yang
diberikan oleh perusahaan tertentu. Salah satu bisnis yang memberikan fasilitas ini
adalah Indomaret.
Berbeda cara dalam menyikapi member card (kartu diskon) sangat
tergantung sejauh mana pemahaman terhadap agamanya. Ada di antara mereka
menyikapi dengan tidak menghiraukan alias tidak mau tahu yang penting untung
mendapatkan potongan harga ketika belanja, belanja menjadi lebih ekonomis. Ada
pula yang sangat berhati hati-bahkan anti pati dan mempermasalahkan hukumnya
karena mereka beranggapan bahwa transaksi yang di dalamnya terdapat member
card itu terdapat unsur garar (ketidakjelasan) karena mendapatkan diskon dari
harga barang atau jasa yang ditawarkan yang tidak diketahui kadar diskon yang
akan diterimanya, mungkin saja jumlahnya lebih kecil ataupun lebih besar, apakah
pemegang kartu akan untung dalam transaksi atau akan merugi jika menggunakan
kartu secara terus menerus.
Dengan adanya perbedaan sikap tersebut maka peneliti merasa
berkewajiban untuk melakukan penelitian, mencari tahu jawaban permasalahan
tentang “Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli dengan menggunakan
Indomaret Card Di Indomart Grogol Sukoharjo Jawa Tengah.” Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka perlu adanya
4
tersebut yaitu, “Bagaimana hukum transaksi jual Beli dengan Membercard
(Indomaret Card) di Indomaret, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah menurut hukum
Islam?”
2. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN a. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui transaksi dengan menggunakan
Membercard (Indomaret Card) di Indomaret, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah
menurut Hukum Islam.
b. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan di atas, manfaat yang ingin dicapai dari penelitian
ini adalah:
a. Secara Teoritis
1) Sebagai sumbangan khasanah keilmuan yang berkaitan dengan pengetahuan
dan pemikiran hukum Islam terutama kajian fiqih kontemporer yang
membahas member card.
2) Memberikan sumbangan akademis kepada UMS (Universtas Muhammadiyah
Surakarta) dan penerapan ilmu yang sudah didapat di dalam perkuliahan.
b. Secara Praktis
1) Sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingya pemahaman akan obyek
penelitian untuk kemudian bisa diterapkan dengan sebaik-baiknya dalam
kehidupan sehari-hari.
2)Sebagai bahan bagi peneliti yang akan mengadakan penelitian lain yang
sesuai dengan hasil penelitian sekarang.
3) Penelitian ini diharapkan pula dapat menjadi sumber yang signifikan dalam
memasok informasi dan rekomendasi yang bermanfaat bagi kaum muslimin
Indonesia khususnya dan kaum muslimin di mana saja berada pada
c. Tinjauan Teoritik
1. Pengertian Jual Beli Dalam Islam
Secara terminologi terdapat berbagai definisi Jual Beli yang dikemukakan
oleh ulama fiqh, sekalipun substansinya dan tujuan masing-masing definisi adalah
sama. Seperti ulama’ hanafiyah mendefinisikannya dengan “saling menukar harta
dengan harta melalui cara tertentu atau tukar menukar sesuatu yang diingini
dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat”.
2. Dasar Hukum Jual Beli dalam Islam
Jual Beli “al-Bā‟i” merupakan akad yang diperbolehkan. hal ini
berdasarkan atas dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an, Al-Hadits ataupun
Ijma’ulama. Di antara dalil (landasan syari’ah) yang memperoleh praktek akad
jual Beli adalah sebagai berikut:
a. Al-Qur’an
Dalam firman Allah SWT. (Surat Al-Baqarah: 275).
“Allah telah menghalalkan jual Beli dan mengharamkan riba1.
Ayat ini menunjukkan tentang kehalalan jual-beli dan keharaman riba.
Ayat ini menolak argumen kaum mushrikin yang menentang disyari’atkannya jual
beli yang telah di syari’atkan Allah SWT. dalam al-Qur’an dan menganggap
identik dan sama dengan sistem ribawi.2
b. Hadits
Hukum jual Beli juga dijelaskan dalam Sunnah Rasulullah SAW. Ialah:
1
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: PT.Tanjung Mas Inti Semarang, 1992. hlm. 69.
2
6
Dari Rifa‟ah bin Rafira bahwasanya Nabi SAW. Pernah ditanya pekerjaan
mana yang paling baik, Beliau menjawab: “karya tangan seseorang dan tiap-tiap
penjualan yang baik”. (Riwayat Bazzar, hadits shahih menurut Hakim).3
Dalam hadits Nabi tersebut di maksudkan bahwa jual Beli itu usaha yang
lebih baik dengan adanya catatan (mabrur) yang secara umum diartikan atas dasar
suka sama suka dan bebas dari penipuan dan pengkhianatan dan itu merupakan
prinsip pokok dalam transaksi.4
c. Ijma’
a. Rukun-rukun Jual Beli
Dalam melak sanakan suatu perikatan (jual beli) terdapat rukun dan
syarat yang harus di penuhi. Secara bahasa rukun adalah “sesuatu yang harus dipenuhi untuk syahnya pekerjaan’’.5
Dalam buku Fiqih Muamalah karangan Rachmat Syafe’i(2000), rukun
yang pokok dalam akad jual beli itu adalah jāb qābul. yaitu ucapan
penyerahan hak milik si satu dan ucapan penerimaan dipihak lain.
1) Bā‟i (Penjual)
Adalah seorang atau sekelompok orang yang menjual benda/barang
kepada pihak lain atau pembeli baik berbentuk individu atau kelompok.
2) Mustar (Pembeli)
Adalah seorang atau sekelompok orang yang membeli benda/barang
dari penjual baik berbentuk individu atau kelompok.
3) Ma‟qūd „alaih (Benda/ Barang)
Adalah objek dari transaksi jual Beli baik berbentuk barang/ benda
atau uang.
3
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolani, Bulugul Maram, Jeddah: Al-Thoba’ah Wal-Nashar Al-Tauzi’, t.th. hlm. 165.
4
Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqh, Bogor: Kencana, 2003, Cet-1, hlm. 194.
5
4) igat ( jāb qābul)
Yaitu ucapan penyerahan hak milik dari satu pihak dan ucapan
penerimaan di pihak lain baik dari penjual dan pembeli.
b. Syarat-syarat Jual Beli
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam akad jual Beli adalah
sebagai berikut :
1) Terkait dengan Subjek Akad (āqid)
Subjek Akad atauāqid (penjual dan pembeli) yang dalam hal ini bisa
dua atau beberapa orang melakukan akad, adapun syarat-syarat bagi
orang yang melakukan akad ialah:
a) Bālig, Berumur 15 tahun ke atas/dewasa.
b) Kehendak Sendiri, artinya tidak ada unsur pemaksaan kehendak baik dari
penjual atau pembeli dalam transaksi jual Beli.
c) Tidak Mubazir, (Pemboros), sebab harta orang yang mubazir itu ditangan
walinya.
d) Berakal, yang dimaksud dengan berakal adalah dapat membedakan atau
memilih mana yang terbaik bagi dirinya6.
2) Terkait dengan Objek Akad (Ma‟qūd „alaih)
Ma‟qūd „alaih (objek akad). Syarat-syarat benda yang menjadi
objek akad ialah:
a). Suci atau mungkin untuk disucikan, maka tidak syah penjualan
benda-benda najis seperti anjing, babi dan yang lainnya.
b). Memberi manfaat menurut Syara’, maka dilarang jual beli benda-benda
yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut Syara’.
c). Diketahui (dilihat), barang yang diperjualbelikan harus dapat diketahui
banyaknya, beratnya, takarannya, atau ukuran-ukuran yang lainnya, maka
tidaklah sah jual Beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.
3) Terkait dengan jāb qābul (Lafad igat)
Definisi jāb qābul menurut ulama Hanafiyah yaitu penetapan
perbuatantertentu yang menunjukkan keridaan yang diucapkan oleh orang
6
8
pertama, baik yang menyerahkan maupun yang menerima, sedangkan
qābul adalah orang yang berkata setelah orang yang mengucapkan jāb
qābul , yang menunjukkan keridaan atas ucapan orang yang pertama. Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqh Sunnah ada tiga syarat yang harus
dipenuhi dalam igat Akad, yaitu :
a) Satu sama lainnya berhubungan di satu tempat tanpa ada pemisah yang
merusak.
b) Ada kesepakatan jāb qābul . dengan qābul pada barang yang saling
mereka rela berupa barang yang dijual dan harga barang. Jika
sekiranya kedua belah pihak tidak sepakat, jual beli (akad) dinyatakan
tidak sah. Ungkapan harus menunjukan masa lalu (maḍi) seperti
perkataan penjual : Aku telah jual dan perkatan pembeli : aku telah
terima, atau masa sekarang (muḍari`) jika yang diinginkan pada waktu
itu juga, seperti sekarang : sekarang aku jual dan sekarang aku beli.
Jika yang diingini masa yang akan datang atau terdapat kata yang
menunjukkan masa datang dan misalnya, maka hal itu baru merupakan
janji untuk berakad. Janji it berakad tidak sah sebagai akad sah, karena
itu menjadi tidak sah menurut hukum.7
Rukun yang pokok dalam akad (perjanjian) jual-beli itu adalah jāb
qābul yaitu ucapan menyerahkan hak milik di satu pihak dan ucapan
penerimaan di pihak lain. Adanya jāb qābul dalam transaksi ini
merupakan indikasi adanya saling ridha dari pihak pihak yang
mengadakan transaksi.
jāb qābul adalah salah satu bentuk indilkasi yang meyakinkankan adanya rasa suka sama suka. Bila pada waktu ini dapat menemukan cara
lain yang dapat ditempatkan sebagai indikasi seperti saling mengangguk
atau saling mendatangani dokumen, maka dengan demikian telah
memenuhi unsur suatu transaksi. Umpamanya transaksi yang dilakukan
di supermarket atau minimarket, pembeli telah menyerahkan uang dan
7
penjual melalui petugasnya di counter telah memberikan slip tanda
terima ,maka sah jual-beli itu.8
Dari rumusan-rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa jāb ialah
suatu pernyataan janji atau penawaran dari pihak pertama untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Qābul ialah suatu pernyataan
menerima dari pihak kedua atas penawaran yang dilakukan oleh pihak
pertama.
Dalam hubungannya dalam jāb qābul, bahwa syarat -syarat sah jāb
qābul ialah:
(1). Jangan ada yang memmisahkan. jangan pembeli diam diam saja
setelah penjual menyatakan jāb qābul dan sebaliknya.
(2). Jangan diselingi dengan kata-kata lain antara jāb dan qābul .
(3). Beragama Islam Syarat beragama islam khusus untuk pembeli saja
dalam benda-benda tertentu.
4. Jual Beli yang Dilarang dan Jual Beli yang Diperbolehkan dalam Islam
a. Jual Beli yang dilarang
Jual Beli yang dilarang dalam Islam, Wahab Al-Juhlili
membagi menjadi 4 (empat) poin yaitu sebagi berikut:9
1) Terlarang Sebab Ahliyah (ahli akad)
Ahli akad adalah orang yang melakukan akad, baik dari penjual
maupun pembeli. Ulama telah sepakat bahwa jual Beli dikategorikan
syahid apabila dilakukan oleh orang yang baliqh, berakal dan
memilih.
Adapun yang dipandang tidak sah dalam jual beli adalah sebagai
berikut:
2). Jual Beli orang Gila
Ulama’ fiqh sepakat bahwa jual beli orang yang gila tidak sah, begitu pula sejenisnya seperti orang mabuk dan lain-lain. Jika orang
gila dapat sadar seketika dan gila seketika (kadang-kadang sadar dan
8
Ibid
9
10
kadang-kadang gila). Maka akad yang dilakukannya pada waktu sadar
dinyatakan sah dan yang dilakukan ketika tidak gila tidak sah.10
3). Jual Beli Anak Kecil
Ulama’ fiqh sepakat bahwa jual beli anak kecil (belum mumayyiz) dipadang tidak sah, kecuali dalam perkara-perkara yang
ringan atau sepele.
b. Terlarang Sebab igat
Jual Beli terlarang sebab sighat maksudnya adalah tidak terpenuhinya
perkataan, ucapan serah terima ( jāb qābul) baik dari penjual maupun
pembeli. Jual Beli yang tidak memenuhi ketentuan tesebut dipandang tidak
sah.
a.Terlarang sebab Ma‟qūd „Alaih
Secara umum Ma‟qūd „Alaih adalah harta yang dijadikan alat
pertukaran oleh orang yang akad, biasa disebut Bā‟i (barang jualan) dan
harga. Ulama’ fiqh sepakat bahwa jual beli dianggap sah apabila mauqud alaih adalah barang yang tetap atau bermanfaat, berbentuk dapat
diserahkan, dapat dilihat oleh orang yang melakukan akad, tidak
bersangkutan dengan milik orang lain dan tidak ada larangan dari
syara’11.
b. Terlarang Sebab Syarat
1). Jual Beli Riba
2). Jual Beli Barang dari Hasil Merampas
3). Jual Beli Waktu Adzan Jum’at
e. Jual Beli yang diperbolehkan
Jual Beli yang diperbolehkan oleh agama Islam adalah jual beli yang
dilakukan dengan kejujuran, tidak ada kesamaran atau unsur penipuan.
Kemudian rukun dan syaratnya terpenuhi, barangnya bukan milik orang lain
dan tidak terikat dengan khiyar lagi.
10
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Juz 12. hlm. 51.
11
3. METODE PENGUMPULAN DATA 1. Observasi
Metode observasi (pengamatan) adalah pengamatan yang
memungkinkan peneliti mencatat semua peristiwa dalam situasi yang
berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang
langsung diperoleh dari data.12
Metode ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat langsung praktek
jual-Beli dengan menggunakan Indomaret Card pada Indomaret Grogol
Sukoharjo dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang
fenomena–fenomena yang sedang diteliti yang berhubungan dengan praktek
jual-Beli dengan menggunakan Indomaret Card di Indomaret Grogol,
Sukoharjo, Jawa Tengah.
2. Wawancara
Metode wawancara (interview) adalah bentuk komunikasi antara dua
orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang
lainya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan
tertentu.12
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa
data-data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta
pemikiran tentang fenomena yang masih actual dan sesuai dengan masalah
penelitian.13
4. METODE ANALISIS DATA
analisis data kualitatif adalah upaya yang di lakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan dengan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
12Moleong, “
Metodologi Penelitian Kualitatif“, (Bandung: Rosda Karya, 2007), hlm. 174
13Mulyana, “
12
yang penting dan apa yang di pelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.14
Untuk memperoleh hasil yang lengkap, tepat dan benar maka analisis data
yang digunakan adalah: metode induktif, Metode Induktif yaitu menganalisis
data yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang
kongkrit, kemudian dari fakta atau peristiwa yang khusus tadi ditarik
generalisasi yang bersifat umum.15 Penyusun menggunakan praktek transaksi
jual-Beli dengan menggunakan kartu diskon (Indomaret card) di Indomaret
Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah dengan teori jual-Beli dalam hukum Islam.
5. PENUTUP
unsur garar dan bermanfaat untuk konsumen, dalam hal ini transaksi jual beli
di Indomaret dengan menggunakan kartu member antara pihak pengelola
Indomaret (penjual) maupun konsumennya (pembeli) tidak mengandung
unsur-unsur yang dilarang menurut hukum Islam.
b. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis berusaha memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Mengingat mayoritas konsumen di Indonesia adalah muslim, maka
pemerintah senantiasa mengawasi barang dan/atau jasa yang bertentangan
dengan hukum Islam, dalam hal ini pemerintah dapat bekerjasama dengan
pihak yang lebih berkompeten.
2. Bagi para konsumen (pembeli), terlebih dahulu harus menggali, mengetahui
dan memahami berbagai informasi mengenai berbagai macam promo yang
14Muhammad, “
Metodologi Penelitian Ekonomi Islam” (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hlm. 152
15
akan diberikan oleh pihak penjual agar terjadi keseimbangan baik hak
maupun tanggungjawab yang terpenuhi.
3. Bagi para penjual, diharapkan agar memberikan penjelasan informasi tentang
produk yang akan diperjualbelikan kepada pihak konsumen baik mengenai
kelebihan ataupun kelemahan yang terkandung dan produk tersebut.
6. DAFTAR PUSTAKA
Ali Al-Musyaiqih, Kholid bin. Sudah Halalkah Semua Transaksi Anda? Fiqih
Muamalat Masa Kini. Klaten: Inas Media. 2009.
Ali, M. Hasan, Berbagai Macam Transaksi, Cet-1. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003.
Bakry, Nazar . Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1994.
Departemen Agama RI. 1995. Al-qur‟an dan Terjemah. Jakarta: Yayasan
Penyelennggara Terjemah Al –Qur’an. 2005.
Isa Beekum, Rafiq . Etka Bisnis Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Jabir Al-Jaza’iri, Abu Bakar. Minhajul Muslim Konsep Hidup Ideal dalam Islam.
Jakarta: Darul Falah. 2011.
Majah, Ibnu. Penerjemah: Abdullah Shonnaji, Sunan Ibnu Majah Tarjamah.
Semarang: CV Assyifa’: 1992.
Mardani, Fiqih Ekonomi Syari‟ah: Fiqih Muamalah.. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. 2012.
Moleong, Lexy.j. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. 2007.
Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers. 2008.
Mulyana, Dedy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu
14
Sabiq, Sayyid . Fiqh Sunnah jilid 12, Alih Bahasa Kamaludin, Marzuki dkk,
Bandung: Al-Ma’arif, 1996.
Singaribu, Masri dan Sofian Efendi. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.
1989.
Suharsini, Arikunto. Prosedur penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: PT
Rineka Cipta. 1993.
Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Syarifudin, Amir. Garis- Garis Besar Fiqih, Jakarta: Kencana, 2003.
Tarmizi, Erwandi. Harta Haram Muamalat Kontemporer. Bogor: P.T. Berkat