• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simulasi Transportasi dengan Pengemasan Curah (Bulk Packaging) untuk Cabai Merah Keriting Segar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Simulasi Transportasi dengan Pengemasan Curah (Bulk Packaging) untuk Cabai Merah Keriting Segar"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

SIMULASI TRANSPORTASI DENGAN PENGEMASAN

CURAH (

BULK PACKAGING)

UNTUK CABAI MERAH

KERITING SEGAR

SANDRO PANGIDOAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Simulasi Transportasi dengan Pengemasan Curah (Bulk Packaging) untuk Cabai Merah Keriting Segar adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

SANDRO PANGIDOAN. Simulasi Transportasi dengan Pengemasan Curah (Bulk Packaging) untuk Cabai Merah Keriting Segar. Dibimbing oleh SUTRISNO dan Y. ARIS PURWANTO.

Cabai merah adalah salah satu komoditas pertanian yang dibutuhkan masyarakat dan bernilai ekonomis yang tinggi. Karena tidak tahan lama dan selalu dibutuhkan dalam bentuk segar, cara pengemasan yang tepat serta transportasi yang baik menjadi titik kritis pascapanen untuk menjaga kesegaran produk pada saat didistribusikan sampai didapati oleh konsumen. Tujuan penelitian ini adalah melakukan simulasi transportasi dengan pengemasan curah pada cabai merah keriting segar dan melihat pengaruh simulasi dan pengemasan terhadap susut bobot, susut mekanis, susut tercecer, kekerasan, derajat warna dan kadar air pada cabai merah keriting segar. Pengemasan dilakukan pada 2 jenis kemasan yaitu kemasan karton (kardus) dan keranjang plastik. Simulasi transportasi cabai dilakukan dengan 2 perlakuan yaitu frekuensi 2.9 Hz dan amplitudo 3.2 cm selama 228 menit dan frekuensi 3.9 Hz dan amplitudo 4.2 cm selama 173 menit. Penelitian ini membandingkan kemampuan kedua kemasan (keranjang plastik dan kardus) untuk mempertahankan kualitas cabai keriting segar yang ditinjau dari beberapa aspek penting yaitu susut bobot, susut mekanis, susut tercecer, kekerasan, warna dan kadar air.

Kata kunci: cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi

ABSTRACT

SANDRO PANGIDOAN. Transport Simulation with Bulky Packaging for Fresh Curly Red Chili. Supervised by SUTRISNO and Y. ARIS PURWANTO.

Red chili is one of agricultural commodity which is needed by people and

has high economic value. Because it’s not long-lasting product and always needed in fresh product, the appropriate packaging method and good transportation become a postharvest critical point for maintain the freshness of product in the time of distribution until on the costumer hand. The objective of this research was to do the transport simulation with bulk packaging for fresh curly red chili and to observe the effect of simulation and packaging to weight losses, mechanical losses, scattered losses, hardness, color and water content. Packaging method was performed in 2 kind of package which are cardboard box and plastic crate. Transport simulation was performed with 2 treatments which are 2.9 Hz frequency and 3.2 cm amplitude during 228 minutes and 3.9 Hz frequency and 4.2 cm amplitude during 173 minutes. This research compared the ability of the packages (plastic crate and carton box) to maintain the quality of curly red chili which is viewed in some aspects i.e. weight losses, mechanical loses, scattered losses, hardness, color and water content.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

SIMULASI TRANSPORTASI DENGAN PENGEMASAN

CURAH (

BULK PACKAGING)

UNTUK CABAI MERAH

KERITING SEGAR

SANDRO PANGIDOAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Simulasi Transportasi dengan Pengemasan Curah (Bulk Packaging) untuk Cabai Merah Keriting Segar

Nama : Sandro Pangidoan NIM : F14090031

Disetujui oleh

Dr Ir Sutrisno, M.Agr Pembimbing I

Dr Ir Y. Aris Purwanto, M.Sc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, M.Eng Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah tentang transportasi dan pengemasan, dengan judul Simulasi Transportasi dengan Pengemasan Curah (Bulk Packaging) untuk Cabai Merah Keriting Segar.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr dan Bapak Dr. Ir. Y.Aris Purwanto, M.Sc selaku pembimbing I dan II dalam bimbingannya selama ini serta bantuan dana penelitian yang diberikan untuk mengerjakan penelitian ini sampai selesai. Terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. M. Solahudin, M.Si sebagai dosen penguji atas saran dan koreksi yang diberikan. Terima kasih pula untuk Pak Sulyaden dan Mbak Sugi atas bantuannya di Lab selama penelitian. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis, Bajongga B. Siahaan dan Ritha Siagian, saudara-saudaraku, William Siahaan, Gabe Siahaan dan Nakkok Siahaan. Terima kasih juga saya sampaikan untuk teman-teman seperjuangan Pahlevi, Eti, Ivan, Ririn, Heru, Victor, Awanis, GL, Gina, Kristen, Citta, Riska, serta Orion TMB 46 semuanya atas kerjasamanya selama perkuliahan dan penelitian ini. Terima kasih juga diberikan kepada PMK IPB, Komkes, Himateta sebagai tempat menimba pengalaman-pengalaman berharga. Terima kasih untuk Mongkus atas kerjasamanya selama ini. Terima kasih untuk Debora Dian S. atas semangat dan perhatiannya. Semua ucapan ini layak untuk saudara-saudara terima atas bantuannya selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi Pertanian Indonesia.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

METODE ... 3

Bahan ... 3

Alat ... 4

Prosedur Penelitian ... 6

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12

Pengemasan Cabai Keriting Segar ... 12

Kesetaraan Simulasi Transportasi ... 12

Susut Bobot Cabai Keriting ... 15

Susut Mekanis Cabai Keriting ... 16

Susut Tercecer Cabai Keriting ... 17

Pengukuran Kekerasan Cabai Keriting ... 18

Pengukuran Warna Cabai Keriting ... 19

Pengukuran Kadar Air Cabai Keriting ... 22

SIMPULAN DAN SARAN ... 23

Simpulan ... 23

Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 23

LAMPIRAN 25

(11)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan produksi cabai besar (ton) 2009-2011 1

2 Persyaratan mutu cabai merah segar 2

DAFTAR GAMBAR

1 Cabai yang dibawa dari lahan petani 4

2 Kemasan karton (kardus) dan keranjang plastik 4

3 Alat dan bahan penelitian 5

4 Diagram alir proses penelitian 7

5 Penyusunan kemasan pada saat transportasi 8

6 Contoh penimbangan dengan timbangan Camry 9

7 Pengukuran kekerasan cabai merah keriting 10

8 Pengemasan cabai keriting pada kardus dan keranjang plastik 12

9 Grafik susut bobot cabai keriting 15

10 Grafik kerusakan mekanis cabai keriting 17

11 Grafik susut tercecer pada cabai keriting 18

12 Grafik perbandingan kekerasan cabai keriting 19

13 Grafik perbandingan nilai warna L cabai keriting 20 14 Grafik perbandingan nilai warna a cabai keriting 20 15 Grafik perbandingan nilai warna b cabai keriting 21

16 Grafik kadar air cabai keriting 22

DAFTAR LAMPIRAN

1 Ilustrasi gerakan angkutan truk dan meja simulasi getar 25 2 Konversi angkutan truk berdasarkan data Lembaga Uji Kontruksi 25

BPPT 1986

3 Analisis sidik ragam susut bobot cabai merah keriting 26

4 Uji DMRT susut bobot cabai merah keriting 27

5 Analisis sidik ragam susut mekanis cabai merah keriting 27

6 Uji DMRT susut mekanis cabai merah keriting 27

7 Analisis sidik ragam susut tercecer cabai merah keriting 27

8 Uji DMRT susut tercecer cabai merah keriting 27

9 Analisis sidik ragam kekerasan cabai merah keriting 28

10 Uji DMRT kekerasan cabai merah keriting 28

11 Analisis sidik ragam warna cabai merah keriting (derajat L) 28 12 Uji DMRT warna cabai merah keriting (derajat L) 28 13 Analisis sidik ragam warna cabai merah keriting (derajat a) 29 14 Uji DMRT warna cabai merah keriting (derajat a) 29 15 Analisis sidik ragam warna cabai merah keriting (derajat b) 29 16 Uji DMRT warna cabai merah keriting (derajat b) 29 17 Analisis sidik ragam kadar air cabai merah keriting 30

18 Uji DMRT kadar air cabai merah keriting 30

(12)

PENDAHULUAN

Cabai merah (Capsicum annuum L) termasuk salah satu komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, buah yang masih muda berwarna hijau dan setelah tua berubah menjadi merah. Cabai selain dapat dikonsumsi segar sebagai campuran bumbu masakan, juga dapat diawetkan dalam bentuk sambal, saus, pasta acar, buah kering dan tepung. Saat ini perkembangan tanaman cabai sudah cukup luas diusahakan oleh petani, hal ini disebabkan karena harganya yang menguntungkan serta dibutuhkan masyarakat secara luas. Permintaan cabai setiap tahunnya di dalam negeri cenderung meningkat khususnya menjelang hari raya, pada kondisi tersebut harga cabai menjadi mahal. Dengan melihat potensi dan peluang pasar cabai di Indonesia, maka komoditas ini dapat dijadikan salah satu komoditas unggulan hortikultura Indonesia. Untuk mewujudkannya perlu diusahakan budidaya dengan anjuran teknologi yang tepat agar didapatkan kualitas dan mutu hasil sesuai dengan standar mutu (SNI 01-4480-1998). Berikut ini adalah data perkembangan produksi cabai besar tahun 2009-2011.

Tabel 1 Perkembangan produksi cabai besar (ton) 2009-2011 (BPS 2013)

Cabai merupakan komoditas sayuran yang penting dan bernilai ekonomi tinggi di Indonesia. Selain itu, manfaat dan kegunaan cabai yang tidak dapat digantikan dengan komoditas lainnya. Konsumsi per kapita cabai cenderung meningkat dari 1.35 kg pada tahun 2003 menjadi 1.47 kg pada tahun 2007. Kebutuhan dan permintaan cabai cenderung meningkat menjelang bulan puasa dan hari-hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru (Syukur 2012). Menurut data BPS tahun 2008, sentra penanaman cabai terbesar berada di Jawa Tengah (17 079 ha), Jawa Barat (12 823 ha), Sumatera Utara (12 047 ha) dan Jawa Timur (9 497 ha).

(13)

2

Tabel 2 Persyaratan mutu cabai merah segar

Sumber : SNI No. 01-4480-1998

Menurut Syukur et al. (2012), pengemasan yang baik diperlukan untuk mengurangi kehilangan hasil karena kerusakan mekanis (akibat benturan, tekanan dan tumpukan) maupun kerusakan fisiologis atau biologis (suhu dan kelembapan tinggi). Buah cabai disusun secara teratur sampai memenuhi volume ruang sehingga mengurangi terjadinya benturan antar buah yang bisa menyebabkan buah rusak. Menurut SNI 1998, Untuk dipasarkan lokal cabai merah segar dikemas dalam karung jala plastik dengan berat isi 25-40 kg jumlah tumpukan dalam transportasi 2-3 karung. Cabai dapat juga dikemas menggunakan alat pengemas dari karton yang diberi lubang ventilasi disesuaikan dengan permintaan konsumen, apabila akan dipasarkan ke tempat yang jauh. Pengemasan yang terjadi di lapangan menggunakan karung bekas dan pengisiannya ditekan-tekan sehingga cabai akan patah ketika dikeluarkan. Hal tersebut mempengaruhi kualitas cabai yg akan dipasarkan.

(14)

3 untuk memenuhi kuota dari alat transportasi yang digunakan. Menurut SNI cabai, tumpukan yang sesuai adalah 2-3 tumpukan saja agar menghindari kerusakan. Kondisi real di lapangan, penumpukan dilakukan melebihi yang direkomendasikan karena menurut petani hal tersebut menyangkut biaya peminjaman alat pengangkutan.

Alat simulasi transportasi dirancang untuk memperoleh gambaran tentang kerusakan mekanis yang diterima oleh produk hortikultura apabila terkena goncangan. Alat ini dibuat sesuai dengan kondisi dalam dan luar kota. Produk hortikultura seperti sayuran, buah-buahan, dan bunga potong mudah sekali rusak setelah dipanen. Hal ini dapat dipercepat dengan adanya luka dan memar setelah mengalami pengangkutan dari kebun ke tempat pemasaran. (Purwadaria 1992). Menurut Soedibyo (1992), goncangan yang dominan untuk simulasi transportasi dengan truk adalah goncangan pada arah vertikal. Goncangan lain seperti puntiran dan bantingan diabaikan karena jumlah frekuensinya sangat kecil. Dasar perbedaan antara jalan dalam dan luar kota adalah besar amplitudo yang terukur dalam suatu panjang jalan tertentu. Yang lebih berpengaruh terhadap kerusakan buah adalah amplitudo jalan (Darmawati 1992).

Oleh karena itu, penelitian tentang pengemasan cabai merah dan simulasi transportasinya menjadi hal yang penting untuk dilakukan agar mengetahui kondisi optimal untuk pengemasan dan transportasi cabai merah dengan pengemasan bulky.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah melakukan simulasi transportasi dengan pengemasan curah pada cabai keriting cabai merah segar dan melihat pengaruh simulasi dan pengemasan terhadap susut bobot, susut mekanis, susut tercecer, kekerasan, derajat warna dan kadar air pada cabai merah keriting segar.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2013. Penelitian tersebut dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

(15)

4

selama 8 jam. Di laboratorium, cabai disortasi kembali untuk mendapatkan cabai yang kualitasnya baik.

Gambar 1 Cabai yang dibawa dari lahan petani.

Pada penelitian ini digunakan dua jenis kemasan yaitu plastic crate (keranjang plastik) dan kemasan karton (kardus) untuk pengemasan curahnya. Spesifikasi dari kemasannya adalah sebagai berikut. Kemasan karton memiliki ukuran 42 cm x 33 cm x 25 cm dengan kapasitas 8 kg cabai. Keranjang plastik yang digunakan adalah keranjang yang memiliki kapasitas 8 kg dengan ukuran 49 cm x 39 cm pada lapisan atas dan 41 cm x 30 cm pada lapisan bawah dengan tinggi 21 cm. Kapasitas kemasan dipilih 8 kg karena kardus dan keranjang plastik yang banyak berada di pasaran adalah pada ukuran tersebut.

(a) (b)

Gambar 2 (a) kemasan karton (kardus) ; (b) keranjang plastik Alat

(16)

5 desikator untuk mengukur kadar air, Rheometer tipe CR-300DX untuk mengukur kekerasan, Chromameter untuk melihat nilai warna, serta alat lainnya yang menunjang terlaksananya penelitian ini (contoh : kamera digital).

(a) (b)

(c) (d) (e)

(17)

6

(i) (j)

Gambar 3 (a) Simulator getar ; (b) Timbangan 30 kg ; (c) Stopwatch ;(d) Rheometer ; (e) Timbangan Mettler ; (f) Oven ; (g) Timbangan ; (h) Desikator ; (i) Chromameter ; (j) kamera digital

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4. Cabai keriting segar yang telah didapatkan akan dibersihkan terlebih dahulu, dipisahkan dari kotoran kemudian disortasi. Pensortasian dilakukan untuk menyeragamkan kualitas cabai keriting segar yang didapatkan. Sampel cabai diambil untuk melakukan pengukuran kadar air, warna dan kekerasan sebagai kontrol sebelum simulasi transportasi. Cabai dimasukkan ke dalam setiap kemasan (kemasan karton dan keranjang plastik). Pengisian ke setiap kemasan dipastikan dilakukan dengan benar dan terisi dengan penuh. Kemasan ditutup menggunakan perekat (selotip) agar pada saat simulasi cabai tidak tercecer keluar. Setiap kemasan akan ditimbang untuk mengetahui berat awal dari cabai yang telah dikemas. Kemasan diletakkan di atas meja simulator dengan 2 tumpukan tiap jenis kemasan. Hal ini dilakukan sesuai dengan anjuran SNI cabai perihal tumpukan pada saat transportasi yaitu 2-3 tumpukan. Perlakuan simulasi transportasi dengan frekuensi 2.9 Hz dan amplitudo 3.2 cm menunjukkan kondisi jalan luar kota yang rata dan frekuensi 3.9 Hz dan amplitudo 4.2 cm menunjukkan kondisi jalan luar kota yang kurang rata (Lembaga Uji Konstruksi BPPT 1986; Purwanto et al. 2009). Simulasi transportasi cabai dilakukan seperti transportasi cabai dari Garut ke Pasar Induk Kramat Jati dengan jarak 209 km (maps.google.com). Waktu yang tepat untuk simulasi adalah 3.79 jam (228 menit) untuk frekuensi 2.9 Hz dan amplitudo 3.2 cm, sedangkan untuk frekuensi 3.9 Hz dan amplitudo 4.2 cm, waktu simulasi yang tepat adalah 2.88 jam (173 menit).

(18)

7 mengukur kekerasan dan warna dari cabai tersebut. Sampel cabai juga diambil untuk mengukur kadar air setelah transportasi di setiap kemasan. Pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunakan Rheometer, pengujian perubahan warna cabai akan dilakukan dengan Chromameter dan pengujian kadar air dilakukan dengan Oven. Data-data yang didapatkan selama proses penelitian diolah sampai didapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian ini.

Pensortasian cabai merah

Pengukuran kadar air setelah simulasi Pengukuran kadar air setelah simulasi

Pengukuran kekerasan Pengukuran kekerasan

Pengukuran warna Pengukuran warna

Pengumpulan dan pengolahan data

(19)

8

Untuk mempermudah penulisan perlakuan dan ulangan dilakukan pengkodean sebagai berikut :

P1U1 = Perlakuan simulasi f = 2.9 Hz ; A = 3.2 cm selama 228 menit (ulangan 1) P1U2 = Perlakuan simulasi f = 2.9 Hz ; A = 3.2 cm selama 228 menit (ulangan 2) P2U1 = Perlakuan simulasi f = 3.9 Hz ; A = 4.2 cm selama 173 menit (ulangan 1) P2U2 = Perlakuan simulasi f = 3.9 Hz ; A = 4.2 cm selama 173 menit (ulangan 2)

Kesetaraan Simulasi Transportasi

Menurut Soedibyo (1992) kesetaraan simulasi transportasi yang dilakukan dengan meja getar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini :

; ………(1)

Untuk perhitungan simulasi 1 jam setara dengan jarak tempuh digunakan rumus :

……….(2)

Keterangan :

LG = jumlah luas getaran simulasi selama 1 jam adalah jumlah getaran seluruh vibrator selama 1 jam dikali dengan luas satu siklus getaran vibrator (cm2/jam)

JG = Jumlah luas getaran truk di luar kota (cm2/jam)

Gambar 5 Penyusunan kemasan pada saat transportasi

Jumlah getaran simulasi (1 jam) dan jumlah luas getaran truk di jalan luar kota selama 30 menit atau setara 30 km berturut-turut dengan rumusan di bawah ini :

Jumlah luas simulasi (1 jam)

∫ ……….………..(3)

Jumlah luas getaran truk di jalan luar kota selama 30 menit atau setara 30 km

∫ ………(4)

Keterangan :

L = luas siklus getaran (cm2/getaran) T = periode getaran (detik/getaran)

A = amplitudo (cm) f = frekuensi getaran (Hz)

(20)

9 Pengamatan

1. Susut Bobot

Susut bobot diukur dengan menggunakan timbangan digital Camry dengan kapasitas 30 kg dan ketelitian 2 gram. Pengukuran dilakukan pada awal setelah cabai keriting segar dikemas dalam kemasan dan setelah simulasi transportasi. Persamaan yang digunakan untuk mengukur susut bobot tersebut adalah sebagai berikut.

………(5)

Dimana : a = berat bahan pada awal simulasi (kg) b = berat bahan setelah simulasi (kg)

Gambar 6 Contoh penimbangan dengan menggunakan timbangan Camry 30 kg

2. Perubahan Kekerasan

Uji kekerasan diukur berdasarkan tingkat ketahanan cabai terhadap jarum penusuk dari Rheometer CR-300 DX (Gambar 7). Uji kekerasan dilakukan pada tiga titik yang berbeda, yaitu pada bagian pangkal ujung dekat tangkai, tengah dan ujung dari cabai dengan 5 sampel sebelum simulasi transportasi, 5 sampel pada masing-masing kemasan setelah simulasi transportasi (keranjang plastik dan karton). Jarum yang digunakan untuk pengukuran kekerasan adalah 2.5 mm. Berikut ini adalah pengaturan awal untuk penggunaan Rheometer untuk cabai pada penelitian kali ini :

Jarum penekan = 2.5 mm Mode 20 Max. 2 kg R/H hold = 6.0 mm P/T press = 30 mm/m Rheometer CR-300 DX 3. Perubahan Warna

(21)

10

cabai merah segar yang telah diiris melebar dan diposisikan agar cahaya chromameter mengenai bagian kulit cabai keriting segar. Uji warna dilakukan pada tiga titik yang berbeda, yaitu pada bagian pangkal ujung dekat tangkai, tengah dan ujung dari cabai dengan 5 sampel sebelum simulasi transportasi, 5 sampel pada masing-masing kemasan setelah simulasi transportasi (keranjang plastik dan karton). Menurut Sutrisno et al. (2009) tingkat kecerahan (nilai L) mempunyai niai dari 0 (hitam) sampai 100 (putih), tingkat kehijauan (nilai a*) dimana nilai positif (+) menyatakan warna merah, nilai 0 menyatakan warna abu-abu dan nilai negatif (-) menyatakan warna hijau. Tingkat kekuningan (nilai b*), dimana nilai positif (+) menyatakan warna kuning, nilai 0 menyatakan warna abu-abu dan nilai negatif (-) menyatakan nilai biru.

Gambar 7 Pengukuran kekerasan cabai merah keriting 4. Tingkat Kerusakan Mekanis

Uji tingkat kerusakan mekanis dilakukan setelah simulasi transportasi. Pengamatan dilakukan dengan cara melihat kerusakan mekanis dari masing-masing kemasan. Uji ini dilakukan secara visual. Persentase kerusakan mekanis pada cabai merah segar dapat dihitung dengan persamaan :

……….(6)

5. Susut Tercecer

Susut tercecer diukur dengan menggunakan timbangan Mettler. Pengukuran dilakukan pada akhir simulasi transportasi dengan mengumpulkan cabai yang keluar dari kemasan selama proses simulasi transportasi. Persentase susut tercecer pada simulasi transportasi dapat dihitung dengan persamaan :

………...(7)

6. Kadar Air

(22)

11 diperoleh berat yang konstan. Pengurangan berat merupakan banyaknya air yang diuapkan dari bahan dengan perhitungan sebagai berikut (AOAC 1984) :

……….(8)

Rancangan Percobaan

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati kerusakan mekanis, susut bobot, tingkat kekerasan, warna, dan kadar air pada cabai merah keriting segar dengan menggunakan kemasan karton dan keranjang plastik. Variabel penelitian yang diterapkan adalah perbedaan jenis kemasan yaitu kemasan karton dan keranjang plastik serta dikombinasikan secara acak lengkap dengan 2 perlakuan waktu penggetaran meja penggetaran dan dilakukan 2 kali ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah :

A = Jenis kemasan yang digunakan A1 = Kemasan karton

A2 = Kemasan keranjang plastik B = Lama penggetaran

B1 = 228 menit (2.9 Hz ; A = 3.2 cm) B2 = 173 menit (3.9 Hz ; A = 4.2 cm) Model umum dari rancangan percobaan ini adalah :

Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + Cijk ………...(9)

Dimana :

Yijk = Pengamatan pada perlakuan A ke-i dan B ke-j pada ulangan ke-k

Ai = Perlakuan A ke-i

Bj = Perlakuan B ke-j

(AB)ij = Interaksi A ke-i dan B ke-j

Cijk = Pengaruh alat percobaan dari perlakuan A ke-i, B ke-j pada ulangan ke-k

i = 1, 2 (jenis kemasan)

j = 1, 2 (lama penggetaran)

k = 1, 2 (ulangan)

Uji statistik diawali dengan analisis sidik ragam untuk mengetahui pengaruh dan interaksi perlakuan, serta dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) sebagai penentu beda taraf nyata 5% dari hasil perhitungan dengan menggunakan statistical analysis software (SAS). Acuan dalam analisis ragam untuk dapat dilanjutkan ke uji Duncan apabila :

(23)

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengemasan Cabai Keriting Segar

Pengemasan cabai keriting segar dalam penelitian kali ini dilakukan di dua kemasan yang tersedia di pasaran yaitu kemasan karton (kardus) dan keranjang plastik. Pemilihan kemasan karton dan keranjang plastik bermaksud untuk mempertahankan kualitas cabai keriting segar untuk pendistribusian yang cukup jauh. Penggunaan kardus dalam pengemasan cabai biasanya dilakukan untuk tujuan ekspor. Penggunaan keranjang plastik untuk pengemasan cabai dapat dikatakan masih baru karena belum ada petani di Indonesia yang menggunakannya untuk pendistribusian cabai segar. Diketahui bahwa penggunaan karung bekas menyebabkan susut mekanis dan susut bobot yang cukup besar dalam proses pendistribusiannya. Hal tersebut harus ditanggulangi dengan menggantinya dengan kemasan lain yang lebih kuat dan menjaga agar kualitasnya tetap terjaga.

Dalam penelitian ini, penyusunan cabai disusun secara teratur. Hal ini diharapkan dapat mengurangi jumlah kerusakan mekanis cabai keriting selama transportasi apabila disusun dengan tidak teratur. Menurut Syukur et al (2012), Buah cabai disusun secara teratur sampai memenuhi volume ruang sehingga mengurangi terjadinya benturan antar buah yang bisa menyebabkan buah rusak. Kejadian pengemasan yang terjadi di lahan, penyusunan cabai dilakukan tidak teratur dan ditekan-tekan agar dapat memuat kapasitas yang diharapkan. Hal ini menyebabkan kerusakan mekanis dan susut bobot yang cukup besar. Kapasitas kemasan yang diharapkan untuk penelitian kali ini adalah 8 kg untuk keranjang plastik dan kemasan karton. Akan tetapi, kapasitas untuk keranjang plastik tidak sesuai dengan yang diharapkan karena bentuknya yang mengerucut di bagian bawahnya. Kapasitas dari keranjang plastik hanya mencapai 7.5 kg sampai 8 kg.

Gambar 8 Pengemasan cabai keriting pada kardus dan keranjang plastik Kesetaraan Simulasi Transportasi

(24)

13 segar apabila terjadi guncangan dan getaran selama transportasi. Dalam pengangkutan menggunakan mobil, guncangan yang diamati berupa guncangan vertikal, dimana guncangan lain berupa puntiran dan bantingan diabaikan karena jumlah frekuensi yang sangat kecil (Tirtosoekotjo 1992).

Selama simulasi terjadi getaran secara vertikal dengan frekuensi dan amplitudo harapan 2.9 Hz dan 3.2 cm selama 228 menit untuk perlakuan pertama dan frekuensi dan amplitudo harapan 3.9Hz dan 4.2 cm selama 173 menit untuk perlakuan kedua. Penentuan frekuensi dan amplitudo didasarkan pada literatur yang didapatkan yaitu frekuensi getaran 2.9 Hz dan amplitudo 3.2 cm untuk jalanan yang rata dan frekuensi 3.9 Hz dan amplitudo 4.2 cm untuk jalanan yang tidak rata seperti yang tertulis pada prosedur penelitian. Penentuan lama simulasi yaitu 228 menit dan 173 menit berdasarkan perhitungan yang terdapat di bawah ini. Perhitungan tersebut didasarkan pada jarak simulasi asumsi dari Garut, Jawa Barat ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta sejauh 209 km.

Diasumsikan transportasi cabai merah keriting dilakukan dari petani di Garut ke pasar induk Jakarta dengan frekuensi 2.9 Hz dan amplitudo 3.2 cm (jalan luar kota yang rata). Kesetaraan simulasi transportasi yang dilakukan dengan menggunakan meja getar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah ini : Jumlah seluruh getaran vibrator selama 1 jam =

1 x 60 menit/jam x 60 detik/menit x 2.9 getaran/detik = 10440 getaran Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama 1 jam =

10440 getaran x 1.055 x 10-3 cm2/getaran = 11.0142 cm2/getaran Berdasarkan konversi angkutan selama 1 jam di jalan luar kota

, karena dilakukan antara Garut ke pasar induk

Kramat Jati sejauh 209 km maka waktu yang setara adalah

(25)

14 Jumlah seluruh getaran vibrator selama 1 jam =

1 x 60 menit/jam x 60 detik/menit x 3.9 getaran/detik = 14040 getaran Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama 1 jam =

14040 getaran x 1.028 x 10-3 cm2/getaran = 14.43 cm2/getaran Berdasarkan konversi angkutan selama 1 jam di jalan luar kota

adalah besar amplitudo yang terukur dalam suatu panjang tertentu. Jalan dalam kota mempunyai amplitudo yang rendah dibanding dengan jalan luar kota, jalan buruk aspal dan jalan buruk batu. Dari hasil perhitungan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan simulasi penggetaran di atas meja getar pada penelitian yang akan datang. Misalkan pengangkutan akan dilaksanakan antar daerah yang masih ada di pulau Jawa maka simulasi penggetaran tidak perlu dilakukan selama 8 jam, mungkin cukup dengan penggetaran selama 2 sampai dengan 3 jam saja sudah mewakili kondisi pengangkutan di lapang (Darmawati 1992).

Meja getar rancangan Purwadaria (1992) yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari kompresor yang apabila katup kompresor dibuka, udara bertekanan masuk ke dalam silinder pneumatik, sedangkan ketika katup ditutup maka udara yang ada pada tabung pneumatik menjadi keluar. Selain itu, pada alat ini terdapat motor listrik dan regulator yang berfungsi untuk mengatur kecepatan dari reducer. Alat juga dilengkapi meja yang digunakan sebagai tempat menaruh kemasan yang akan disimulasikan.

(26)

15 didapatkan kondisi yang konstan seperti yang diharapkan. Data frekuensi dan amplitudo dapat dilihat di lampiran 19.

Susut Bobot Cabai Keriting

Setelah simulasi transportasi, dilakukan pengukuran bobot dari cabai keriting yang ada dalam kemasan. Dengan membandingkan antara bobot awal sebelum dan setelah simulasi, diketahui terdapat susut bobot karena simulasi transportasi yang dilakukan. Menurut Wills et al. (1981), susut bobot dapat diartikan sebagai penurunan bobot produk akibat kehilangan kandungan air pada produk. Hal ini terjadi akibat adanya proses respirasi dan transpirasi. Proses transpirasi berjalan lebih cepat karena buah kehilangan pelindungnya, hal ini dipicu oleh gesekan dan benturan yang terjadi pada saat simulasi transportasi. Luka dan memar pada cabai keriting memacu meningkatnya respirasi senyawa kompleks yang biasanya terdapat di dalam sel, seperti karbohidrat akan dipecah menjadi molekul-molekul sederhana seperti karbon dioksida dan air yang mudah menguap sehingga komoditas akan kehilangan bobotnya. Getaran yang dihasilkan oleh simulator getar mengakibatkan gesekan antar cabai dengan cabai serta cabai dengan wadah semakin besar, sehingga luka yang terjadi dalam kemasan akan semakin banyak. Luka tersebut mempercepat terjadinya proses respirasi.

Berdasarkan data yang didapatkan pada penelitian kali ini diketahui terjadi penurunan bobot pada setiap perlakuan dan ulangan yang dilakukan. Susut bobot yang dialami oleh setiap kemasan dapat diamati pada gambar 9.

Gambar 9 Grafik susut bobot cabai keriting pada kardus dan keranjang Keterangan :

P1U1 = Perlakuan simulasi f = 2.9 Hz ; A = 3.2 cm selama 228 menit (ulangan 1) P1U2 = Perlakuan simulasi f = 2.9 Hz ; A = 3.2 cm selama 228 menit (ulangan 2) P2U1 = Perlakuan simulasi f = 3.9 Hz ; A = 4.2 cm selama 173 menit (ulangan 1) P2U2 = Perlakuan simulasi f = 3.9 Hz ; A = 4.2 cm selama 173 menit (ulangan 2)

Untuk perlakuan pertama serta ulangannya dapat diamati bahwa susut bobot pada kemasan karton lebih rendah daripada kemasan keranjang plastik. Ini dapat dilihat dari angka susut bobot pada perlakuan 1 dengan menggunakan kardus adalah 0.89% dan 1.01% sedangkan pengemasan dengan menggunakan keranjang plastik susut bobotnya 0.97% dan 1.05%. Susut bobot pada kemasan karton juga didapati lebih rendah daripada keranjang plastik pada perlakuan kedua ulangan

(27)

16

pertama yaitu 1.43% dibandingkan dengan 2.61%. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa penggunaan kemasan kardus lebih baik untuk mempertahankan bobot dari cabai keriting daripada penggunaan keranjang plastik. Hal ini dapat terjadi karena dengan penggunaan keranjang plastik, cabai akan terekspos udara sekitar lebih banyak dibanding dengan kemasan kardus yang lebih tertutup. Dengan adanya benturan antar cabai karena getaran di meja simulasi transportasi serta benturan antara cabai dengan kemasan sehingga respirasi dan transpirasi yang pada krat plastik lebih terpacu dibandingkan kardus walaupun perbedaannya hanya sedikit.

Berdasarkan analisis ragam susut bobot cabai keriting pada Lampiran 3, pada perlakuan P1 dan P2 (yang diwakili dengan waktu masing-masing) ternyata berbeda nyata terhadap susut bobot cabai keriting. Hal tersebut ditandai dengan nilai P-Value yang ≤ 5%. Oleh sebab itu, diperlukan uji Duncan untuk melihat bedanya. Dari hasil DMRT, diketahui bahwa perlakuan waktu berbeda nyata dan hasil perlakuan terbaik dari kedua perlakuan tersebut adalah perlakuan 228 menit.

Susut Mekanis Cabai Keriting

Pengukuran kerusakan mekanis dilakukan setelah simulasi transportasi dengan melihat jumlah cabai yang rusak di setiap kemasan. Kerusakan mekanis pada cabai merah dikelompokkan menjadi luka pecah, luka memar (kempis dan berair) dan luka patah. Menurut SNI 01-4480-1998 untuk cabai merah, cabai merah dikatakan rusak apabila mengalami kerusakan atau patah, cacat oleh sebab fisiologis atau mekanis dan oleh hama serta penyakit. Penentuan kerusakan mekanis dilakukan secara visual satu persatu sehingga didapati data yang cukup valid.

Guncangan yang terjadi selama simulasi transportasi menyebabkan terjadinya gesekan dan benturan dalam kemasan yaitu antara cabai dengan kemasan serta antar cabai dengan cabai lain di dalam kemasan. Kerusakan memar ditandai dengan cabai yang lebih lunak dan terkadang berair. Menurut Pantastico (1989) cacat mekanis dapat terjadi pada waktu pengangkutan dan pememaran yang ditimbulkan mengganggu reaksi-reaksi biokimia normal sehingga mengakibatkan perubahan warna bau dan rasa yang tidak diinginkan serta pembusukan yang cepat. Hal tersebut yang menyebabkan pensortasian susut mekanis menjadi penting guna menjaga kualitas dari cabai tersebut.

Berikut ini adalah data olahan susut mekanis yang telah diukur dalam penelitian kali ini berdasarkan perlakuan dan ulangannya. Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa setelah simulasi transportasi pada cabai keriting segar terdapat kerusakan mekanis pada cabai. Kerusakan mekanis pada setiap kemasan juga menunjukkan bahwa dengan kemasan apapun cabai akan mengalami kerusakan mekanis. Dilihat dari kemasannya, didapatkan data yang menyebar yaitu pada P1U1 menyatakan kerusakan mekanis pada kemasan karton lebih tinggi dibanding dengan kemasan keranjang, sedangkan pada P1U2 terjadi kebalikannya dimana kerusakan mekanis pada karton lebih rendah dibanding keranjang plastik. Ini juga terjadi pada perlakuan P2U1 dan P2U1.

(28)

17 begitu dari hasil analisis tersebut dinyatakan bahwa perlakuan dan kemasan tidak mempengaruhi susut mekanis pada cabai keriting.

Gambar 10 Grafik kerusakan mekanis cabai keriting Keterangan :

Pengukuran susut tercecer juga dilakukan dalam kegiatan penelitian simulasi kali ini karena susut tercecer juga termasuk losses yang akan dialami apabila tidak ditangani dengan benar. Data susut tercecer didapatkan dari cabai yang tercecer di sekeliling meja simulator dan di atas meja simulator yang telah keluar dari kemasan yang diamati.

Dari hasil penelitian kali ini, didapati bahwa susut tercecer juga dialami dalam proses transportasi pada cabai keriting. Dari gambar 11 dapat dilihat bahwa setiap kemasan dan perlakuan mengalami susut tercecer. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa susut tercecer yang dialami oleh keranjang plastik lebih tinggi dibandingkan susut tercecer pada kemasan karton. Hal itu terjadi karena kemasan keranjang plastik memiliki banyak lubang pada permukaannya yang menyebabkan kemungkinan cabai untuk tercecer lebih besar dibanding kemasan karton. Pada kemasan karton juga terdapat susut tercecer karena terdapat lubang ventilasi yang dirancang untuk respirasi komoditas didalamnya. Dengan begitu, ada hubungan antara keterbukaan kemasan dengan susut tercecer yang dialami oleh cabai yang diteliti.

(29)

18

Gambar 11 Grafik susut tercecer pada cabai keriting Keterangan : segar sebelum dan sesudah simulasi. Hal ini dilakukan karena pengukuran kekerasan dapat menjadi indikasi terjadinya kerusakan pada cabai. Semakin menurun nilai tekan dari cabai, maka mutu dari cabai itu pula semakin menurun karena sudah tidak seperti sebelumnya.

Menurut Pantastico (1989), peningkatan dan penurunan nilai kekerasan berhubungan dengan penguapan air. Tingkat kekerasan bergantung pada tebalnya kulit luar, kandungan total zat padat dan kandungan pati yang terdapat pada bahan. Proses respirasi lebih cepat akibat terlukanya kulit buah sehingga mempercepat proses respirasi yang membutuhkan air dan air tersebut diambil dari sel, sehingga menyebabkan pengurangan air dari sel.

Perubahan kekerasan dapat dilihat pada gambar 12. Dari grafik tersebut terlihat bahwa terjadi perubahan kekerasan pada P2. Pada P1U1 dan P1U2 tidak terlihat terjadi perubahan kekerasan pada kedua kemasan. Perubahan yang paling tinggi terjadi pada kemasan keranjang plastik dibandingkan kardus. Perubahan kekerasan dipengaruhi oleh penguapan uap air yang disebabkan oleh proses respirasi. Proses respirasi dipercepat karena terlukanya buah. Hal tersebut berhubungan dengan kerusakan mekanis yang terjadi pada cabai di kemasan kardus dan keranjang plastik.

Pengukuran kekerasan dianalisis sidik ragamnya dengan RAL faktorial seperti tertulis pada lampiran 9. Interaksi antara kemasan dan waktu yang berbeda nyata terhadap kekerasan cabai keriting merah. Hasil uji DMRT pada lampiran 10 memperlihatkan keberbedaan datanya pada interaksi kemasan dan waktu.

(30)

19

Gambar 12 Grafik perbandingan kekerasan cabai keriting Keterangan :

Warna digunakan sebagai standar suatu produk, penentu kualitas, indikator kerusakan biologis atau fisikokimia, dan memprediksi karakteristik parameter kualitas lainnya. Warna adalah parameter mutu utama yang pertama dilihat konsumen dalam memilih buah karena dapat diliat secara langsung dan visual (Mutmainnah 2008). Penilaian warna secara visual sangat subjektif, maka diperlukan pengukuran dengan alat agat dapat diperoleh pengukuran warna yang lebih objektif. Dalam penelitian ini ingin dilihat apakah terjadi penurunan kualitas warna dari cabai merah keriting sebelum simulasi dan setelah transportasi. Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan Chromameter yang menunjukkan derajat warna L, a dan b. Analisis akan dibedakan menjadi 3 bagian yaitu derajat L, a dan b terhadap masing-masing perlakuan dan kemasan.

a. Derajat warna L

Nilai L menunjukkan tingkat kecerahan dari cabai yang diukur. Parameter nila L yaitu nilai 0 untuk hitam sampai 100 untuk putih. Data nilai L untuk berbagai perlakuan dan kemasan dapat dilihat dari Gambar 13. Terjadi perubahan nilai warna L pada P1U1 dan P1U2. Perubahan terjadi pada kedua kemasan yaitu kemasan karton dan keranjang. Perubahan ini terjadi pada cabai keriting segar yang menyebabkan warna menjadi lebih kusam dibandingkan sebelum simulasi transportasi. Perubahan warna tersebut dipengaruhi adanya oksidasi senyawa polifenol karena rusaknya dinding sel pada buah (Pantastico 1989).

Analisis sidik ragam derajat warna L terdapat pada lampiran 11. Perlakuan kemasan memiliki P-Value ≤ 5% sehingga perlakuan kemasan berbeda nyata terhadap derajat warna L cabai keriting. Hasil uji DMRT (lampiran 12) menunjukkan beda dari perlakuan kemasan tersebut. Dari analisis beda nyata tersebut, perlakuan kemasan mempengaruhi derajat warna L.

0,00

(31)

20

Gambar 13 Grafik perbandingan nilai warna L cabai keriting Keterangan :

Nilai a adalah koordinat kromatis pada Chromameter. Nilai a menunjukkan nilai positif untuk warna merah dan nilai negatif untuk warna hijau. Penurunan degradasi pigmen menyebabkan peningkatan nilai a. Pada cabai merah keriting yang dilihat adalah tingkat kemerahan dari cabai itu sendiri untuk penentuan tingkat kematangannya apabila ingin dipanen. Peningkatan konsentrasi asam memberi efek terjadinya penurunan nilai a atau derajat kemerahan (Kusumawati 2008). Peningkatan ini dipicu oleh kerusakan mekanis.

Dari grafik pada Gambar 14 terlihat bahwa penurunan hanya terjadi pada P1U2 dan P2U1. Penurunan pada kemasan kardus lebih tinggi dibandingkan keranjang plastik. Pada P1U1 dan P2U2 perlakuan sebelum simulasi tidak mewakili penurunan derajat nilai a. Ini disebabkan karena sampling dilakukan secara acak. Penurunan paling besar terjadi pada kemasan keranjang plastik.

Gambar 14. Grafik perbandingan nilai warna a cabai keriting

33,00

Sebelum simulasi Sesudah simulasi (kardus) Sesudah simulasi (keranjang)

0,00

(32)

21 waktu dan perlakuan kemasan memiliki P-value ≤ 5% sehingga kedua perlakuan itu berbeda nyata terhadap derajat warna a pada cabai keriting. Pengujian DMRT diperlukan untuk melihat kehomogenan datanya seperti pada lampiran 14. Dari hasil uji DMRT terlihat perlakuan waktu dan kemasan berpengaruh signifikan terhadap derajat warna a pada cabai keriting merah.

c. Derajat warna b

Nilai b merupakan atribut nilai yang menunjukkan derajat kekuningan atau kebiruan suatu sampel. Nilai b positif menunjukkan derajat kekuningan sampel. Nilai b negatif menunjukkan derajat kebiruan suatu sampel. Menurut hasil penelitian Barus (2010), lama simulasi berbanding lurus dengan kekerasan dan mempengaruhi nilai b. Penurunan nilai b terjadi karena lebih rentan terhadap pembusukan.

Dari grafik pada gambar 15 dapat terlihat bahwa terjadi perubahan derajat warna b setelah simulasi transportasi. Kemasan kardus lebih baik dalam menjaga derajat warna b dibandingkan keranjang plastik. Hal tersebut terlihat pda perlakuan P1U2, P2U1 dan P2U2. Untuk perlakuan P1U1, kemasan kardus memiliki perubahan lebih tinggi walaupun sedikit dibandingkan kemasan keranjang plastik.

Berdasarkan analisis sidik ragam derajat warna b pada lampiran 15, perlakuan kemasan berbeda nyata (berpengaruh) terhadap derajat warna b pada cabai keriting. Ini diyakinkan dengan hasil uji DMRT pada lampiran 16 yang berbeda pada kemasan kardus dan keranjang plastik.

Gambar 15. Grafik perbandingan nilai warna b cabai keriting Keterangan :

(33)

22

Pengukuran Kadar Air Cabai Keriting

Pada penelitian kali ini juga ingin dilihat apakah ada perbedaan kadar air pada awal simulasi cabai keriting segar dan setelah simulasi tersebut. Metode pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Pengovenan dilakukan selama 4 jam setelah itu berlanjut 30 menit sampai beratnya konstan. Hasil perbandingan tersebut dapat dilihat di Gambar 16. Apabila diamati grafik perubahan tersebut, terlihat bahwa tidak terjadi perubahan yang berarti pada cabai merah keriting pada setiap perlakuan dan kemasan. Bahkan terlihat di data penelitian ini bahwa kadar air seperti meningkat setelah simulasi. Dengan begitu terlihat bahwa simulasi transportasi dengan pengemasan di 2 kemasan tersebut tidak berpengaruh terhadap kadar air cabai itu sendiri. Menurut Wills et al. (1981), susut bobot dapat diartikan sebagai penurunan bobot produk akibat kehilangan kandungan air pada produk. Seharusnya ada keterkaitan antara susut bobot dan kadar air. Akan tetapi hal tersebut tidak terlihat pada data pengukuran kadar air karena adanya proses sampling yang tidak mewakili keseluruhan cabai.

Gambar 16 Grafik perbandingan kadar air cabai keriting Keterangan : kehomogenannya. Karena kehomogenannya berbeda, maka dapat dikatakan bahwa perlakuan waktu mempengaruhi kadar air.

(34)

23

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini melakukan simulasi transportasi dengan pengemasan curah pada cabai merah keriting segar dan didapati perubahan parameter-parameter yang diujikan akibat simulasi transportasi.

1. Susut bobot, susut mekanis dan susut tercecer dialami pada kedua kemasan tetapi yang tertinggi didapatkan pada kemasan keranjang plastik. Berdasarkan analisis ragamnya, susut bobot dipengaruhi perlakuan waktu simulasi.

2. Perubahan kekerasan dialami cabai pada kedua kemasan setelah simulasi transportasi. Hasil analisis statistiknya, interaksi kemasan dan waktu simulasi berpengaruh terhadap kekerasan cabai.

3. Perubahan warna terlihat dari penurunan nilai L, a, b pada cabai setelah disimulasikan. Hal tersebut terlihat dari kekusaman cabai setelah simulasi. Berdasarkan analisis statistiknya, perubahan nilai L dan b dipengaruhi oleh perlakuan kemasan serta perubahan nilai a disebabkan perlakuan waktu dan kemasan.

4. Perubahan kadar air tidak terlihat dari data hasil penelitian, akan tetapi berdasarkan analisis statistiknya, perubahan kadar air dipengaruhi oleh perlakuan waktu simulasi.

Saran

1. Perlu dilakukan validasi simulasi tranportasi dengan melakukan proses transportasi langsung dan mencatat frekuensi yang nyata selama transportasi dan menyesuaikannya dengan kondisi di laboratorium.

2. Perlu dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban dan disesuaikan dengan kondisi real pada saat transportasi agar didapati data yang mendekati kejadian sebenarnya.

3. Perlu adanya perbaikan pada alat simulasi transportasi agar didapati frekuensi dan amplitudo yang konstan sehingga pengaturan tidak perlu dilakukan berulang kali.

4. Perlu modifikasi simulator getar supaya alat dapat menerima input frekuensi, amplitudo dan durasi simulasi keadaan sesungguhnya.

DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 1984. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical Chemists. Washington D.C.

Barus APY. 2011. Penurunan Mutu Buah Nanas (Ananas comosus (l.) Merr.) dalam Kemasan Detelah Transportasi Darat [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

(35)

24

Darmawati E. 1994. Simulasi Komputer untuk Perancangan Kemasan Karton Bergelombang dalam Pengangkutan Buah-buahan [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Muthmainnah N. 2008. Mutu fisik Sawo (Achras zapota L.) dalam Kemasan pada Simulasi Transportasi. [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pantastico ERB. 1989. Fisiologi Pascapanen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Yogyakarta: Gajah Mada Press.

Purwadaria HK. 1992. Sistem Pengangkutan Buah-buahan dan Sayuran. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.

Purwanto YA, Sutrisno, Rakhelia E, Sugiyono. 2009. Perubahan Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangosiana l.) setelah Proses Transportasi dan Penyimpanan Dingin. Makalah Bidang Teknik Produk Pertanian ISSN 2081-7152. Seminar Nasional dan Gelar Teknologi Perteta.

Pratiwi GC. 2012. Kajian Penggunaan Kemasan Karton dan Peti Kayu Terhadap Mutu Buah Tomat dalam Transportasi Darat [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Soedibyo TM. 1992. Alat Simulasi Pengangkutan Buah-buahan Segar dengan Mobil dan Kereta Api. Jurnal Hortikultura Edn. 2 (1) : 66-73.

Sutrisno, Seesar YA, Sugiyono. 2009. Pengaruh Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan terhadap Umur Simpan dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana l.) pada Simulasi Transportasi. Makalah Bidang Teknik Produk Pertanian ISSN 2081-7152. Seminar Nasional dan Gelar Teknologi Perteta. Syukur M, Yunianti R, Dermawan R. 2012. Sukses Panen Cabai Tiap Hari.

(36)

25 Lampiran 1 Ilustrasi gerakan angkutan truk dan meja simulasi getar.

Lampiran 2 Konversi angkutan truk berdasarkan data Lembaga Uji Kontruksi BPPT 1986 (Soedibyo, 1992)

Bila alat simulasi dengan goncangan vertikal digunakan selama 1 jam, maka jarak yang ditempuh adalah :

y = x setara panjang jalan yang ditempuh selama 1 jam Dimana: x = jumlah luas seluruh getaran vibrator (cm2/jam)

z = jumlah seluruh getaran bak truk (cm2/jam) y = jarak yang ditempuh oleh truk (km) Data truk

Lembaga uji kontruksi BPPT tahun 1986 telah mengukur goncangan truk yang diisi 80% penuh dengan kecepatan 60 km/jam dalam kota dan 30 km/jam untuk jalan buruk beraspal (luar kota) dan jalan buruk beraspal (berbatu). Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 1. Data Pengukuran Guncangan Truk pada Berbagai Keadaan Jalan Jumlah kejadian

amplitudo

Amplitudo gerakan vertikal (cm) Jalan dalam

kota

Jalan luar kota

Jalan buruk (aspal)

Jalan buruk (berbatu)

1 3.5 3.9 4.8 5.2

500 3.2 3.6 4.2 4.1

1000 2.9 3.3 3.9 3.8

1500 2.5 3 3.5 3.6

2000 2.2 2.8 3.1 3.2

2500 1.8 2.5 2.8 2.6

3000 1.6 2.1 2.8 2.6

3500 1.5 2 2 2

(37)

26

4500 0.9 1.3 0.8 0.7

5000 0 0.1 0.2 0.1

Jalan dalam dan luar kota diukur selama 30 menit dan 30 km, sedangkan jalan buruk (aspal) dan jalan buruk (berbatu) diukur selama 60 menit 30 km. Berdasarkan data tabel di atas maka :

Amplitudo rata-rata getaran bak truk (P) = ∑

∑ ……….(1)

Dimana: P = rata-rata getaran bak truk (cm) N = jumlah kejadian amplitudo

A = amplitudo gerakan vertikal (cm) jalan luar kota pada Tabel 1

Luas satu siklus truk = ∫ ………....(2) Dimana : W = kecepatan sudut (getaran/detik)

T = periode (detik/getaran)

Amplitudo rata-rata getara bak truk bila melalui jalan luar kota P =

= 1.742 cm

Diketahui frekuensi bak truk = 1.4 Hz Maka T =1/f = 0.714 detik/getaran

W = 2 π / T = 2 (3.14)/0.714 = 8.8 getaran/detik Luas satu siklus getaran bak truk di jalan luar kota ∫ ∫

Luas satu siklus getaran bak truk = 0.00119 cm2/getaran

Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan luar kota selama 0.5 jam =30 menit x 60 detik/menit x 1.4 getaran/detik x 0.00119 cm2/getaran =2.999 cm2

Lampiran 3 Analisis sidik ragam susut bobot cabai merah keriting

(38)

27 Lampiran 4 Uji DMRT susut bobot cabai merah keriting

Duncan Grouping Mean N Kemasan

A 0.014733 8 Krat

A 0.0118 8 Kardus

Duncan Grouping Mean N Waktu

A 0.01674 8 173

B 0.009794 8 228

Lampiran 5 Analisis sidik ragam susut mekanis cabai merah keriting

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Kemasan 1 0.00000008 0.00000008 0 0.9685

Waktu 1 0.00027522 0.00027522 6.27 0.0665

Kemasan*Waktu 1 0.00000835 0.00000835 0.19 0.6853

Error 4 0.00017569 0.00004392

Corrected Total 7 0.00045934

Lampiran 6 Uji DMRT susut mekanis cabai merah keriting

Duncan Grouping Mean N Kemasan/waktu

A 0.028906 4 Kardus

A 0.02871 4 Krat

A 0.034673 4 173

A 0.022943 4 228

Lampiran 7 Analisis sidik ragam susut tercecer cabai merah keriting

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Kemasan 1 4.79E-07 4.79E-07 1.02 0.3702

Waktu 1 4.60E-07 4.60E-07 0.98 0.3792

Kemasan*Waktu 1 3.25E-07 3.25E-07 0.69 0.4529

Error 4 1.88E-06 4.71E-07

Corrected Total 7 3.15E-06

Lampiran 8 Uji DMRT susut tercecer cabai merah keriting

Duncan Grouping Mean N Kemasan/waktu

A 0.00588 4 Krat

A 0.00098 4 Kardus

A 0.00583 4 173

(39)

28

Lampiran 9. Analisis sidik ragam kekerasan cabai merah keriting

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Kemasan 2 0.02394603 0.01197302 1.83 0.171

Waktu 1 0.0049686 0.0049686 0.76 0.388

Kemasan*Waktu 2 0.0421851 0.02109255 3.22 0.0479

Error 54 0.3542302 0.00655982

Corrected Total 59 0.42532993

Lampiran 10 Uji DMRT kekerasan cabai merah keriting

Duncan Grouping Mean N Interaksi

A 0.442 10 Sebelum173

A 0.4169 10 Krat228

AB 0.3952 10 Sebelum228

AB 0.3863 10 Kardus228

AB 0.368 10 Kardus173

B 0.3338 10 Krat173

Lampiran 11 Analisis sidik ragam warna cabai merah keriting Derajat L

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F Kemasan 2 34.5464233 17.27321167 3.47 0.0381

Waktu 1 2.69664 2.69664 0.54 0.4647

Kemasan*Waktu 2 30.33091 15.165455 3.05 0.0556 Lampiran 12 Uji DMRT warna cabai merah keriting (Derajat L)

Duncan

Grouping Mean N Kemasan

A 39.247 20 Sebelum

AB 37.835 20 Kardus

B 37.494 20 Krat

Duncan

Grouping Mean N Waktu

A 38.404 30 173

(40)

29 Lampiran 13 Analisis sidik ragam warna cabai merah keriting

Derajat a

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

Kemasan 2 123.0926 61.5463 4.75 0.0126

Waktu 1 103.734214 103.7342143 8 0.0065

Kemasan*Waktu 2 7.5166671 3.7583336 0.29 0.7495

Error 54 700.114304 12.9650797

Corrected Total 59 934.457785

Lampiran 14 Uji DMRT warna cabai merah keriting (derajat a)

Duncan Grouping Mean N Kemasan

A 41.742 20 Sebelum

A 41.636 20 Kardus

B 38.652 20 Krat

Duncan Grouping Mean N Waktu

A 41.991 30 228

B 39.362 30 173

Lampiran 15 Analisis sidik ragam warna cabai merah keriting Derajat b

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F Kemasan 2 65.1800933 32.59004667 3.64 0.0329 Waktu 1 33.8701067 33.87010667 3.78 0.057 Kemasan*Waktu 2 10.0232133 5.01160667 0.56 0.5747

Error 54 483.54886 8.9546085

Corrected Total 59 592.622273

Lampiran 16 Uji DMRT warna cabai merah keriting (derajat b)

Duncan Grouping Mean N Kemasan

A 26.314 20 Sebelum

A 25.888 20 Kardus

B 23.921 20 Krat

Duncan

Grouping Mean N Waktu

A 26.126 30 173

(41)

30

Lampiran 17 Analisis sidik ragam kadar air cabai merah keriting

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Kemasan 2 0.00183447 0.00091724 1.98 0.154

Waktu 1 0.00216077 0.00216077 4.67 0.0381

Kemasan*Waktu 2 0.00157279 0.00078639 1.7 0.1986

Error 33 0.01528177 0.00046308

Corrected Total 38 0.02058397

Lampiran 18 Uji DMRT kadar air cabai merah keriting

Duncan Grouping Mean N Kemasan

A 0.8053 13 Krat

A 0.79213 13 Sebelum

A 0.79157 13 Kardus

Duncan Grouping Mean N Waktu

A 0.80575 15 173

(42)

Lampiran 19(a) Data frekuensi dan amplitudo simulasi transportasi perlakuan f = 3.9 Hz dan A = 4.2 cm (173 menit)

Ulangan Variabel Menit ke-

rata-rata

0 20 40 60 80 100 120 140 160 173

1 Frekuensi 3.63 4.20 4.40 2.80 3.80 3.55 3.71 3.65 4.16 3.87 3.78 Amplitudo 4.00 3.00 3.00 4.00 3.00 4.50 4.00 3.70 3.80 3.50 3.65

2 Frekuensi - - - - 4.00 3.61 3.40 3.63 3.82 3.60 3.68

Amplitudo - - - - 3.00 4.20 3.70 3.50 4.00 4.50 3.82

3 Frekuensi - - - - 3.30 3.00 3.50 3.40 4.00 3.20 3.40

Amplitudo - - - - 3.00 5.00 3.00 4.00 3.50 4.50 3.83

Ulangan Variabel Menit ke-

rata-rata

0 20 40 60 80 100 120 140 160 173

(43)

32

Lampiran 19(b) Data frekuensi dan amplitudo simulasi transportasi perlakuan f = 2.9 Hz dan A = 3.2 cm (228 menit)

Ulangan Variabel Menit ke- rata-rata

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 228

1 Frekuensi 3.75 2.00 4.00 3.25 3.45 3.54 3.54 3.50 3.75 4.20 4.61 4.28 4.13 3.69 Amplitudo 5.00 3.50 4.00 5.00 4.00 4.50 5.00 5.00 4.50 3.50 3.50 3.30 4.00 4.22 2 Frekuensi 3.75 3.71 4.00 3.46 3.71 3.75 4.37 3.80 3.80 4.00 3.84 4.82 3.67 3.90 Amplitudo 4.50 3.50 4.20 5.00 4.00 4.30 4.00 4.50 4.00 4.00 3.40 3.50 4.00 4.07 3 Frekuensi 3.75 3.50 3.80 3.42 3.71 3.30 4.00 4.16 3.67 3.67 3.66 4.19 4.00 3.76 Amplitudo 5.00 4.20 4.00 5.00 4.00 4.50 4.00 4.50 4.25 3.50 3.30 3.40 3.80 4.11

Ulangan Variabel Menit ke- rata-rata

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 228

(44)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 September 1991 dari pasangan Bajongga. B. Siahaan dan Ritha Siagian. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 21 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif sebagai anggota Komisi Kesenian PMK IPB 2010-2011 dan menjadi pengurus 2011-2012 sebagai divisi Intern. Penulis juga aktif sebagai bagian dari Himpunan Profesi mahasiswa HIMATETA 2011-2012 dengan menjabat sebagai Ketua klub Bahasa dan Jurnalistik. Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan di acara-acara di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem seperti menjadi Komisi Disiplin masa perkenalan departemen (SAPA 2011) dan acara-acara di PMK IPB sebagai pemusik di beberapa acara-acara PMK dan kepanitiaan retreat PMK 2011 serta acara-acara Komisi Kesenian PMK IPB menjadi pemusik dan panitia kegiatan-kegiatan.

Gambar

Tabel 1  Perkembangan produksi cabai besar (ton) 2009-2011 (BPS 2013)
Gambar 1  Cabai yang dibawa dari lahan petani.
Gambar 3  (a) Simulator getar ; (b) Timbangan 30 kg ; (c) Stopwatch ;(d)
Gambar 4  Diagram alir proses penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemasan kardus karton dengan pengisi koran adalah yang terbaik untuk transportasi karena memiliki nilai rataan kerusakan mekanis dan susut bobot terkecil, serta memiliki kekerasan,

Lalu dilakukan penyimpanan selama 8 hari pada suhu 15ºC untuk melihat pengaruh dari simulasi transportasi terhadap kerusakan mekanis, dan mutu fisik (susut bobot, kekerasan,

4.7.3 Pengaruh Kombinasi Jenis Bahan Pengemas dan Lama Penyimpanan terhadap Nilai Uji Organoleptik Warna Cabai Merah Segar Kemasan Dari daftar analisis sidik ragam pada Lampiran

PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN DENGAN CABINET DRYER TERHADAP KADAR AIR YANG TERDAPAT PADA CABAI..

Hasil Kadar Vitamin C Cabai Merah Keriting Setelah Pengeringan dengan Alat Pengering Pompa Kalor1. Sumber: Labolatorium Makanan Minuman dan Bahan Pertanian Balai Riset

Perlakuan 4 variasi pupuk pada pertanaman cabai merah keriting tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap indeks keanekaragaman makrofauna baik dalam maupun

Tujuannya adalah untuk memodelkan hubungan antara harga cabai merah keriting pada daerah terpilih, kemudian melihat pengaruh masing - masing variabel dalam jangka panjang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan produksi lima varietas unggul cabai merah keriting pada lahan kering dengan teknologi proliga tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi