• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kelembagaan kelompok tani dengan pengembangan usahatani anggota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kelembagaan kelompok tani dengan pengembangan usahatani anggota"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

Bogor Jawa Barat

NAVALINESIA RELAMARETA I34070068

Dosen:

Dr. Ir. Saharuddin, M.Si.

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

Agricultural sector is the most relevant topic to be discussed in Indonesia because of their significant contribution to the economic development in this country. Farmers is the powerless side in this country. Actually, institutional approach have been a fundamental component in agriculture and rural development programs. But, too many benefits can be contributed by studied Farmer Group, but in fact, Farmer Group have uncapability to face market among others due to the weakness of Farmer Group in financial, and accessing information.

This research tells about the performance of Farmers Group, Farmers Group roles, networking, group activity and facitily. The method used in this study are quantitative and qualitative approach. Quantitative data collected by interviewing people with questionnaires. Whereas, qualitative data collected by interviewing the tutor about partnership tutorial act. The role of farmers group of agriculture can be held by match this act with the performance of farmers group. It can give some benefit to increase the productivity of agriculture.

(3)

RINGKASAN

NAVALINESIA RELAMARETA. HUBUNGAN ANTARA PERAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DENGAN PENGEMBANGAN USAHATANI ANGGOTA, Studi Kelompok Tani Sauyunan Desa Iwul Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat. (Di bawah bimbingan SAHARUDDIN)

Pengorganisasian petani kedalam bentuk kelompok tidak sertamerta dapat dijadikan solusi untuk keberhasilan kebijakan pembangunan dalam sektor pertanian serta tercapainya kesejahteraan petani dan atau masyarakat golongan bawah. Banyak lembaga-lembaga pertanian yang dibentuk baik dalam bentuk kelompok maupun gabungan kelompok juga tidak menghasilkan seperti yang diinginkan. Pengembangan lembaga selama ini dilakukan lebih banyak untuk kepentingan pembangunan, bukan untuk kepentingan masyarakat. Lembaga yang dibentuk bukan berdasarkan “kemauan dan kebutuhan” petani, tetapi lebih mengarah pada kebutuhan administrasi proyek, hingga masyarakat merasa tidak punya kepentingan dengan apa yang dilakukan, sekalipun namanya adalah pembangunan.

Kelompok Tani Sauyunan merupakan kelompok tani yang menaungi para petani di Desa Iwul Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Kelompok tani ini dibentuk atas kesadaran para petani sendiri, agar mereka memiliki kekuatan yang mandiri dan kebutuhan mereka untuk mendapatkan legitimasi dalam penggarapan lahan bukan milik yang umum dilakukan petani di Desa Iwul. Petani yang ada di Desa Iwul merupakan petani palawija dengan komoditas hasil pertanian utamanya adalah singkong.

(4)

usahatani anggotanya. (2) menganalisis sejauh mana peran kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan dalam mendorong pengorganisasian kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi bagi usahatani anggota berhubungan dengan pengembangan usahatani anggotanya serta (3) mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mendorong keberhasilan kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan dalam pengorganisasian kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi bagi usahatani anggotanya.

Penelitian ini menggunakan metode survai dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan metode wawancara mendalam kepada pengurus kelembagan Kelompok Tani Sauyunan, pengelola PT. Telaga Kahuripan serta aparat desa setempat. Sementara, pendekatan kuantitatif dilakukan dengan instrumen penelitian berupa kuesioner yang diisi dengan melakukan wawancara dengan responden. Kuesioner yang digunakan merupakan kumpulan pertanyaan mengenai variabel penelitian yang diukur dengan menggunakan skala berdasarkan rataan skor. Keseluruhan variabel yang diukur secara kuantitatif dalam penelitian ini merupakan variabel berskala ordinal. Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah secara statistik deskriptif melalui Uji Korelasi Spearman dengan mengunakan software SPSS for Windows Versi 16.0

dan Microsoft Exel 2007.

(5)

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DENGAN PENGEMBANGAN USAHATANI ANGGOTA

Studi Kelompok Tani Sauyunan Desa Iwul Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat

Oleh:

NAVALINESIA RELAMARETA I34070068

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh:

Nama Mahasiswa : Navalinesia Relamareta NRP : I34070068

Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul Skripsi : Hubungan Antara Peran Kelembagaan Kelompok Tani dengan Pengembangan Usahatani Anggota (Studi Kelompok Tani Sauyunan Desa Iwul Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Saharuddin, M.Si. NIP. 19641203 199303 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS. NIP. 19550630 198103 1 003

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “HUBUNGAN ANTARA PERAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DENGAN PENGEMBANGAN USATANI ANGGOTA; STUDI KELOMPOK TANI SAUYUNAN DESA IWUL KECAMATAN PARUNG KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Februari 2011

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Navalinesia Relamareta dilahirkan di Tuban pada tanggal 26 Maret 1989. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak Bambang Hutomo dan Ibu Dyah Lisdiana Wardany. Pendidikan formal ditempuh penulis di TK. Tunas Wijaya pada tahun 1993-1995, SD Percobaan Langkai VI Palangka Raya pada tahun 1995-2001, SLTP Negeri 5 Bogor pada tahun 2001-2004, dan SMA Negeri 3 Bogor pada tahun 2004-2007. Pada tahun 2007, penulis menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.

Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, yakni staf Event Organizer (2008-2009) pada UKM Music Agriculture X-pression (MAX) dan staf Public Relation (2008-2009) dan staf

(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Peran Kelembagaan Kelompok Tani dengan Pengembangan Usahatani Anggota; Studi Kasus Kelompok Tani Sauyunan Desa Iwul Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat” ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman tertulis terhadap konsep mengenai kelembagaan pada sektor pertanian. Penulisan Skripsi ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa juga kepada pihak-pihak yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu:

1. Dr. Ir. Saharuddin, M.Si. selaku dosen pembimbing studi pustaka dan skripsi atas bimbingan, arahan, dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pustaka dan skripsi.

2. Ir. Yatri Indah Kusumastuti, M.S dan Ir. Hadiyanto, M.Si, atas kesediaannya menguji penulis dan memberikan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

3. Kedua orang tua, Kol CBA Ir. Bambang Hutomo MA dan Dyah Lisdiana Wardany Bsc, kedua eyang penulis (Alm) Aris kuncoro dan Soenarlien serta kedua kakak penulis Navalita Relaseptana S.hut dan Rudy Iskadarsyah Putra S.hut yang telah mencurahkan begitu banyak kasih sayang, perhatian, motivasi dan semangat bagi penulis selama masa penyelesaian skripsi ini.

(10)

5. Kepada Fasilitator kelurahan PNPM Mandiri Desa Iwul mbak Bariah, mas Kindy, mas Han, juga kepada Ibu Susi dan Bapak Uang untuk informasi serta bantuan yang sangat berarti bagi penulis.

6. Kepada staf tata usaha Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Khususnya kepada Mbak Maria dan Mbak Icha untuk doa dan kesediaanya untuk membantu.

7. Sahabat-sahabat tersayang, Laila Sakina, Rizka Silvani Diansein, Asri Sulistyawati, Dimitra Liani, Fera Indira dan Bio Hapsari Larasati. 8. Christian Wijaya Saputra, sebagai “sahabat” terindah bagi penulis,

untuk kesediaannya menjadi enumerator, menjadi seksi sibuk antar jemput penulis selama masa penelitian, dan terlebih untuk kasih sayang, kesabaran, perhatian serta motivasi yang telah diberikan kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat dalam petualangan ke Tangerang. Karina Swedyanti, Novia Putri S.E, Andra Putriana, Ripna, Laras Sirly S dan Rajib Gandi. 10.Sahabat-sahabat dalam petualangan menelurusi asal-usul tebu telur dan

sambal honje. Dewi ‘vivi’, Ma’ri, Faris Priyanto, Zulfiana,

11.Sahabat-sahabat PEPP, Syifa, Intan, Yudha, Dina, Nendy dan Konny. 12.Sahabat-sahabat di tim proyek P2WKSS, Rizki Humaira, Trimarlita,

Lukma Hakim, Zessy, Novika, Mbak Dian dan Linda untuk segala motivasi dan kebersamaannya. Tidak lupa pula kepada bapak Sofyan Sjaf yang telah memberikan kesempatan dan pelajaran yang berharga kepada penulis.

13.Sahabat-sahabat teater Uptodate Yoshinta M, Ahmad Aulia Arsyad, Wira Adiguna, Haidar Albakry, Astri Lestari dan lainnya.

14.Sahabat “Jingga” Dwi Ratih, Novika, Indah Septiana, Windy Siregar, Sarah Janette, Sadewi, Yunita, Dhanty dan Selvi untuk semua cerita bahagia, kasih sayang, dukungan dan doanya.

(11)

16.Muhammad Azis, Muhammad Iqbal Banna, Yayan Saryani dan Parthogi S. atas bantuan dan doanya.

17.Semua pihak yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan dan kerjasama selama pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk hal yang lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama untuk diri penulis. Amin.

Bogor, Februari 2011

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah Penelitian ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Konsep Kelembagaan Pertanian ... 6

2.1.2 Konsep Peranan ... 9

2.2 Kerangka Pemikiran ... 13

2.3 Hipotesis Penelitian ... 15

2.4 Definisi Operasional ... 17

2.4.1 Keragaan Kelompok Tani ... 17

2.4.2 Peranan Kelembagaan Kelompok Tani ... 18

2.4.2.1 Pengorganisasian Kegiatan Produksi ... 19

2.4.2.2 Pengorganisasian Kegiatan Distribusi ... 19

2.4.2.3 Pengorganisasian Kegiatan Konsumsi ... 20

2.4.3 Pengembangan Usahatani Anggota ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 25

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 26

(13)

3.5 Teknik Analisis Data ... 28

BAB IV PROFIL KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI SAUYUNAN DAN KOMUNITAS DESA IWUL 4.1 Profil Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan ... 29

4.2 Profil Desa Iwul Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor ... 32

4.2.1 Kondisi Geografis dan Administratif ... 32

4.2.2 Keadaan Penduduk ... 33

4.2.3 Profil Responden ... 33

BAB V PERAN KELOMPOK TANI BAGI KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA 5.1 Pengorganisasian Kegiatan Produksi Kelembagaan Kelompok Tani ... 38

5.1.1 Peningkatan Luas Lahan Garapan ... 39

5.1.2 Bantuan Modal Usahatani ... 41

5.1.3 Kegiatan Pembinaan Petani Anggota ... 42

5.2 Pengorganisasian Kegiatan Distribusi ... 43

5.2 Pengorganisasian Kegiatan Konsumsi Produktif ... 47

BAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA 6.1 Pengembangan Kegiatan Usahatani Anggota ... 52

6.1.1 Peningkatan Modal Usahatani ... 53

6.1.2 Peningkatan Produktivitas dan Keuntungan Usahatani ... 55

6.1.3 Penerapan Diversifikasi Usahatani ... 57

6.2 Hubungan Pengorganisasian Kegiatan Produksi dengan Pengembangan Usahatani Anggota ... 58

6.3 Hubungan Pengorganisasian Kegiatan Distribusi dengan Derajat Pengembangan Usahatani Anggota (dalam persen) ... 59

(14)

BAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI

7.1 Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan ... 62

7.1.1 Tingkat Kelengkapan Fasilitas Kelompok Tani Sauyunan ... 63

7.1.2 Jaringan Kerja Kelompok Tani Sauyunan ... 66

7.1.3 Kegiatan Kelompok Tani Sauyunan ... 65

7.2 Hubungan Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani dengan Pengorganisasian Kegiatan Produksi Usahatani Anggota ... 68

7.3 Hubungan Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani dengan Pengorganisasian Kegiatan Distribusi Usahatani Anggota ... 69

7.4 Hubungan Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani dengan Pengorganisasian Kegiatan Konsumsi Produktif Usahatani Anggota ... 70

BAB VIII PENUTUP 8.1 Kesimpulan ... 72

8.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(15)

DAFTAR TABEL  

Nomor Teks Halaman Tabel 1. Sebaran Penduduk Desa Iwul Menurut Tingkat Pendidikan Tahun

2008 (dalam jumlah dan persen) ……..………. 34 Tabel 2. Sebaran Penduduk Desa Iwul Menurut Tingkat Pendidikan Tahun

2008 (dalam jumlah dan persen) 35

Tabel 3. Sebaran Penduduk Desa Iwul Menurut Mata Pencaharian Tahun

2008 (dalam jumlah dan persen) 36

Tabel 4. Sebaran Responden Menurut Luas Lahan Garapan Usahatani Tahun 2010 (dalam jumlah dan persen) 37 Tabel 5. Hubungan Kontribusi Sektor Pertanian dengan Tingkat

Pendapatan Anggota ……… 50 Tabel 6. Hubungan Pengorganisasian Kegiatan Produksi dengan Derajat

Pengembangan Usahatani Anggota (dalam persen) …………...…… 59 Tabel 7. Hubungan Pengorganisasian Kegiatan Distribusi dengan Derajat

Pengembangan Usahatani Anggota (dalam persen) ………... 60 Tabel 8. Hubungan Pengorganisasian Kegiatan Konsumsi Produktif dengan

Derajat Pengembangan Usahatani Anggota (dalam persen) ……..… 61 Tabel 9. Hubungan Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani dengan

Pengorganisasian Kegiatan Produksi Usahatani Anggota (dalam

persen)……… 69

Tabel 10. Hubungan Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani dengan Pengorganisasian Kegiatan Distribusi Usahatani Anggota (dalam

persen) ……….……… 70 Tabel 11. Hubungan Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani dengan

Pengorganisasian Kegiatan Konsumsi Produktif Usahatani

Anggota (dalam persen) …….……… 71  

(16)

Nomor Lampiran Halaman

Tabel 1. Hubungan Pengorganisasian Kegiatan Produksi dengan

Pengembangan Usahatani Anggota ……… 94 Tabel 2. Hubungan Pengorganisasian Kegiatan Produksi dengan

Pengembangan Usahatani Anggota ……… …………...…… 94 Tabel 3. Hubungan Pengorganisasian Kegiatan Produksi dengan

Pengembangan Usahatani Anggota ………... 95 Tabel 4. Hubungan Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani dengan Peran

Kelembagaan Kelompok Tani dalam Pengorganisasian Kegiatan

Produksi Anggota ………..… 95 Tabel 5. Hubungan Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani dengan Peran

Kelembagaan Kelompok Tani dalam Pengorganisasian Kegiatan

Distribusi Anggota ……...……… 96 Tabel 6. Hubungan Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani dengan Peran

Kelembagaan Kelompok Tani dalam Pengorganisasian Kegiatan

(17)

DAFTAR GAMBAR  

Nomor Naskah Halaman

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ……… 16 Gambar 2. Struktur Organisasi Kelompok Tani Sauyunan, Tahun 2010 ..…… 31 Gambar 3. Penilaian Pengorganisasian Kegiatan Produksi dari Kelembagaan

Kelompok Tani Sauyunan Menurut Responden, Desa Iwul, 2010 (dalam persen) ………...………. 39 Gambar 4. Sebaran Responden Menurut Peningkatan Jumlah Luasan Lahan

Garapan, Desa Iwul, 2010 (dalam persen) ………….…………...…. 40 Gambar 5. Sebaran Responden Menurut Akses Mereka terhadap Bantuan

Modal, Desa Iwul, 2010 (dalam persen) …………..………. 42 Gambar 6. Sebaran Responden Menurut Peningkatan Pengetahuan Hasil

Kegiatan Pembinaan, Desa Iwul, 2010 (dalam persen) ………...… 43 Gambar 7. Penilaian Pengorganisasian Kegiatan Distribusi dari Kelembagaan

Kelompok Tani Sauyunan Menurut Responden, Desa Iwul, 2010 (dalam persen) …….……….……… 44 Gambar 8. Sebaran Responden Menurut Pemilihan Saluran Pemasaran Hasil

Produksi Pertanian, Desa Iwul, 2010 (dalam persen) .………... 46 Gambar 9. Sebaran Responden Menurut Informasi Harga Hasil Produksi yang

Diperolehnya, Desa Iwul, 2010 (dalam persen) ………... 47 Gambar 10. Penilaian Pengorganisasian Kegiatan Konsumsi Produktif dari

Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan Menurut Responden, Desa Iwul, 2010 (dalam persen) ……….……… 48 Gambar 11. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatannya, Desa Iwul,

2010 (dalam persen) ……….……….. 49 Gambar 12. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pengembangan Kegiatan

Usahataninya, Desa Iwul, 2010 ………. 52 Gambar 13. Sebaran Responden Menurut Peningkatan usaha yang

dikerjakannya, Desa Iwul, 2010 (dalam persen) ……… 53 Gambar 14. Sebaran Responden Menurut Peningkatan Modal Usahataninya,

(18)

Gambar 15. Sebaran Responden Menurut Peningkatan Hasil Produksi

Usahataninya, Desa Iwul, 2010 (dalam persen ……… 55 Gambar 16. Sebaran Responden Menurut Peningkatan Keuntungan

Usahataninya, Desa Iwul, 2010 (dalam persen) ….……..………… 56 Gambar 17. Sebaran Responden Menurut Penerapan Diversifikasi

Usahataninya, Desa Iwul, 2010 (dalam persen) ………...….. 58 Gambar 18. Penilaian Keragaan dari Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan

Menurut Responden, Desa Iwul, 2010 (dalam persen) …….…...….. 63 Gambar 19. Penilaian Tingkat Kelengkapan Fasilitas dari Kelembagaan

Kelompok Tani Sauyunan Menurut Responden, Desa Iwul, 2010 (dalam persen) …….………... 64 Gambar 20. Penilaian Jaringan Kerja dari Kelembagaan Kelompok Tani

Sauyunan Menurut Responden, Desa Iwul, 2010 (dalam persen) …. 67 Gambar 21. Penilaian Pelaksanaan Kegiatan dari Kelembagaan Kelompok Tani

Sauyunan Menurut Responden, Desa Iwul, 2010 (dalam persen) …. 68 Gambar 22. Sketsa Wilayah Desa Iwul, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor,

(19)

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kebijakan pembangunan ekonomi nasional meletakkan pembangunan pertanian sebagai langkah awal yang mendasar bagi pertumbuhan industri. Diharapkan dengan sektor pertanian yang tangguh dapat menunjang perkembangan industri yang kuat. Keberhasilan sektor industri sangat bergantung dengan keberhasilan pembangunan pertanian. Kebijakan tersebut mendorong terjadinya perubahan paradigma pembangunan pertanian indonesia, dari peningkatan produksi menjadi pendekatan agribisnis. Ironisnya perkembangan fungsi dan peran sektor ini tidak berdampak nyata terhadap mayoritas masyarakat yang bergantung didalamnya. Kemajuan dan hasil pembangunan lebih banyak diterima dan dinikmati oleh pengusaha atau konglomerat yang jumlahnya jauh lebih sedikit. Kondisi ini berjalan sedemikian rupa, sehingga peningkatan tingkat ekonomi masyarakat yang bergelut pada sektor pertanian belum dapat terwujud. Permasalahan ketimpangan hasil pembangunan yang didapat oleh petani tersebut lebih banyak disebabkan oleh lemahnya posisi tawar petani.

(20)

Petani termasuk pengusaha kecil sering dihadapi dengan kondisi yang tidak menguntungkan bagi usaha mereka, terutama mengenai masalah harga dan sistem pemasaran. Mereka yang hanya menguasai modal kecil selalu menjadi korban pengusaha yang lebih besar yang lebih menguasai aset dan sistem pemasaran. Hal ini hanya dapat dicapai jika petani mampu berhimpun dalam suatu kekuatan bersama, seperti halnya kelompok tani. Kelompok tani yang berfungsi sebagai kelas belajar, unit produksi usahatani dan wahana kerjasama antar anggota kelompok atau antara anggota kelompok dengan pihak lain (Deptan, 1989) merupakan salah satu kebutuhan dalam proses industrialisasi pertanian. Kelompok tani merupakan sarana untuk menggali potensi sumberdaya manusia, baik potensi mental psikologisnya maupun potensi fisik teknis yang dimiliki petani (Adjid, 1981).

Sedikitnya ada tiga alasan mengapa diperlukan kelompok tani dalam pembangunan pertanian di pedesaan Indonesia. Pertama, rendahnya rasio jumlah PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) dibandingkan dengan jumlah petani sehingga diperlukan wadah yang dapat mempermudah kerja PPL dalam melaksanakan tugas penyuluhan mereka. Kedua, terbatasnya sumberdaya yang dimiliki petani secara individual sehingga dengan bekerjasama dalam kelompok akan mendorong petani untuk menggabungkan sumberdaya mereka menjadi lebih ekonomis. Ketiga, perilaku berkelompok sudah merupakan budaya Indonesia, terutama di pedesaan. Sebagian besar aktivitas masyarakat pedesaan sangat dipengaruhi oleh keputusan kelompok (Martaamidjaja, 1993). Oleh karena itu peran kelompok tani merupakan salah satu aspek penunjang yang penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan agribisnis, terutama di pedesaan.

(21)

proyek. Sehingga masyarakat merasa tidak punya kepentingan dengan apa yang dilakukan, sekalipun namanya adalah pembangunan.

1.2 Perumusan Masalah Penelitian

Kelompok Tani Sauyunan merupakan kelompok tani yang menaungi para petani di Desa Iwul Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Kelompok tani ini dibentuk atas kesadaran para petani sendiri, agar mereka memiliki kekuatan yang mandiri dan kebutuhan mereka untuk mendapatkan legitimasi dalam penggarapan lahan bukan milik yang umum dilakukan petani di Desa Iwul. Petani yang ada di Desa Iwul merupakan petani palawija dengan komoditas hasil pertanian utamanya adalah singkong.

Mayoritas petani yang ada di Desa Iwul merupakan petani dengan lahan sempit dan juga petani tanpa lahan. Selama ini mereka bertani dengan memanfaatkan perkarangan disekitar rumah mereka atau dengan merambah lahan milik PT. Telaga Kahuripan yang memiliki total luas lahan sebesar 150 hektar di kawasan Desa Iwul yang belum dipergunakan. Hal ini berkali-kali menyebabkan terjadinya ketegangan diantara petani dengan pihak PT. Telaga Kahuripan. Akhirnya pada tahun 1999 diadakan kesepakatan antara petani dengan pihak PT. Telaga Kahuripan. Perjanjian ini menyepakati bahwa petani tetap dapat menggarap lahan di lahan milik PT. Telaga Kahuripan yang belum dikelola serta membayar pajak pemakaian yaitu Rp 25 per meter lahan garapan setiap tahunnya. Namun lahan garapan ini harus dikembalikan kepada PT. Telaga Kahuripan apabila lahan tersebut sudah akan dipergunakan.

(22)

meningkat. Pada tahun 2001 terbentuklah Kelompok Tani Sauyunan yang diharapkan dapat menggalang kerjasama dan kekuatan petani di Desa Iwul seiring sejalan selamanya sesuai dengan arti nama kelompok tersebut.

Kelompok Tani Sauyunan juga diharapkan dapat berperan sesuai fungsi kelompok tani yang diharapkan oleh Departemen Pertanian, yaitu sebagai kelas belajar, unit produksi usahatani dan wahana kerjasama antar anggota kelompok atau antara anggota kelompok dengan pihak lain (Deptan, 1989). Sehingga memudahkan akses petani terhadap sumberdaya finansial (modal) bagi pengembangan usaha-usaha produktif, akses informasi terhadap program-program pembangunan, membentuk jaringan atau kemitraan dengan pihak lain serta untuk akses informasi petani akan perubahan teknologi dan pengetahuan di bidang pertanian, yang pada akhirnya bertujuan untuk mengembangkan usahatani yang dijalankan petani.

Untuk itu penelitian ini mencoba untuk menganalisis Bagaimana hubungan antara peran kelembagaan kelompok tani dengan pengembangan usahatani anggota, studi Kelompok Tani Sauyunan Desa Iwul Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor Jawa Barat? Hal ini hanya dapat terjawab apabila telah teruraikan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan dalam mendorong pengorganisasian kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi bagi usahatani anggotanya?

2. Sejauh mana peran kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan dalam mendorong pengorganisasian kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi bagi usahatani anggota berhubungan dengan pengembangan usahatani anggotanya?

3. Faktor-faktor apa saja yang dapat mendorong keberhasilan kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan dalam pengorganisasian kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi bagi usahatani anggotanya? 1.3 Tujuan Penelitian

(23)

dengan fungsi dan tujuan dibentuknya kelompok tani tersebut, sehingga pada akhirnya dapat mengembangkan kegiatan usahatani anggotanya. Tujuan penelitian tersebut hanya dapat terjawab apabila telah dilakukan beberapa hal sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi peran kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan dalam mendorong pengorganisasian kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi bagi usahatani anggotanya.

2. Menganalisis sejauh mana peran kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan dalam mendorong pengorganisasian kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi bagi usahatani anggota berhubungan dengan pengembangan usahatani anggotanya

3. Menganalisis faktor-faktor yang dapat mendorong keberhasilan kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan dalam pengorganisasian kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi bagi usahatani anggotanya. 1.4 Kegunaan Penelitian

(24)

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kelembagaan Pertanian

Kelembagaan merupakan terjemahan langsung dari istilah social-institution. Dimana banyak pula yang menggunakan istilah pranata sosial untuk istilah social-institution tersebut, yang menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku warga masyarakat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Koentjaraningrat (1979), bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Hal berbeda Sumner dalam Soekanto (2001) melihat kelembagaan masyarakat dari sudut kebudayaan yang diartikan sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan kebudayaan, bersifat kekal serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

Istilah kelembagaan sampai saat ini, sering digunakan tidak hanya pada sebuah kelembagaan yang memiliki arti institusi atau sistem tata kelakuan. Namun juga diartikan sebagai suatu organisasi yaitu wadah dimana anggotanya dapat berinteraksi, memiliki tata aturan dalam beraktifitas untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini menyebabkan banyak kerancuan yang terjadi dalam mengartikan kelembagaan, yang berarti institusi maupun organisasi. Hal ini sebenarnya telah dijelaskan oleh Uphoff dalam Nasdian (2003) yang menjelaskan secara terinci mengenai makna keduanya sebagai berikut:

(25)

sosial. Pertama, suatu perspektif yaitu memandang baik kelembagaan maupun asosiasi sebagai bentuk organisasi sosial, yakni sebagai kelompok-kelompok, hanya kelembagaan bersifat lebih universal dan penting, sedangkan asosiasi bersifat kurang penting dan bertujuan lebih spesifik… Kedua,

perspektif yang memandang kelembagaan sebagai kompleks peraturan dan peranan sosial secara abstrak, dan memandang asosiasi-asosiasi sebagai bentuk-bentuk organisasi yang konkrit.”

Kelembagaan menurut Agus Pakpahan dalam Syahyuti (2006) adalah

software dan organisasi adalah hardware–nya dalam suatu bentuk group sosial. Ia menganalisis kelembagaan sebagai suatu sistem organisasi dan kontrol terhadap sumber daya. Suradisastra (2001) menyatakan bahwa fungsi organisasi dan lembaga lokal antara lain adalah: (a) mengorganisisr dan memobilisasi sumberdaya; (b) membimbing stakeholder pembangunan dalam membuka akses ke sumberdaya produksi; (c) membantu meningkatkan sustainability pemanfaatan sumberdaya alam; (d) menyiapkan infrastruktur sosial di tingkat lokal; (e) mempengaruhi lembaga-lembaga politis; (f) membantu menjalin hubungan antara petani, penyuluh dan peneliti lapang; (g) meningkatkan akses ke sumber informasi; (h) meningkatkan kohesi sosial; (i) membantu mengembangkan sikap dan tindakan kooperatif.

Mubyarto (1989) menjelaskan bahwa lembaga-lembaga yang ada dalam sektor pertanian dan pedesaan sudah mengalami berbagai zaman sehingga banyak lembaga-lembaga yang sudah lenyap tetapi timbul juga lembaga-lembaga baru yang sesuai dengan iklim pembangunan pertanian dan pedesaan. Secara konseptual, Syahyuti (2006) menyebutkan bahwa tiap kelembagaan petani yang dibentuk dapat memainkan peran tunggal atau ganda. Peran-peran yang dapat dilakukan oleh kelembagaan petani yaitu sebagai lembaga pengelolaan sumberdaya alam, sebagai penggiat aktivitas kolektif, sebagai unit usaha, sebagai penyedia kebutuhan informasi dan sebagai wadah yang merepresentatifkan kegiatan politik.

(26)

yang terdiri petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan dipimpin oleh seorang kontak tani. Menurut Deptan (2007) kelompok tani adalah sekumpulan petani/peternak/perkebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial ekonomi, sumber daya) keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya.

Kelompok tani sebagai salah satu kelembagaan pertanian di pedesaan yang ditumbuhkembangkan "dari, oleh dan untuk petani". Karakteristik dari kelompok tani yaitu memiliki ciri (1) saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota, (2) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani, (3) memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi, (4) ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama. Selain itu, kelompok tani juga memiliki beberapa unsur yang dapat mengikat antara sesama anggotanya yaitu (1) adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya, (2) adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya, (3) adanya kader tani yang terdedikasi untuk menggerakkan para petani dan kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya, (4) adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang-kurangnya sebagian besar anggotanya, (5) adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang program yang telah ditentukan.

Eksistensi kelembagaan kelompok tani tersebut, menjadi gejala yang sangat penting untuk dikaji. Hal ini dikarenakan sebagian besar kegiatan petani berlangsung dalam kehidupan kelompok tersebut. Namun posisi dan peran kelompok tani dalam kondisi lemah (powerless), bahkan kelompok tani dengan mudah dilakukan eksploitasi oleh pihak lain.

(27)

dalam mengembangkan usaha-usaha produktif; (2) kelompok tani sebagai lembaga usaha-usaha produktif dan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja dan usaha ditingkat kelompok; (3) kelompok tani sebagai lembaga ekonomi di tingkat kelompok; dan (4) kelompok tani sebagai unit usaha (enterprise) di tingkat kelompok.

2.1.2 Konsep Peranan

Peranan atau role adalah aspek dinamis dari suatu kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan seseorang menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa saja yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya sebuah peranan adalah karena peranan mengatur perilaku seseorang. Soekanto (2001) mengidentifikasikan hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat.

Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku. Peranan juga lebih menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Oleh karena itu, menurut Levinson sebagaimana dikutip Soekanto (2001) menyatakan, bahwa peranan setidaknya mencakup tiga hal, yaitu: (1) peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini adalah rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat; (2) peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi; (3) peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

(28)

kelompok tani tersebut dan di dalamnya mengandung berbagai norma yang mengatur. Fungsi dari kelompok tani itu sendiri meliputi:

1. Kelas belajar; kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.

2. Wahana kerjasama; kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antara kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.

3. Unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran, adalah usaha tani yang dilaksanakan secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi baik dari kualitas maupun kuantitas.

4. Unit jasa penunjang yaitu mampu melakukan akses dengan berbagai lembaga lain guna memajukan kegiatan kelompok.

Sebagai suatu unit usaha, kelompok tani diharapkan dapat menjalankan proses-proses dalam kegiatan ekonomi seperti kegiatan produksi, kegiatan konsumsi dan kegiatan distribusi. Lipsey (1991) menguraikan ketiga kegiatan ekonomi tersebut sebagai berikut:

1. Kegiatan produksi ialah kemampuan setiap masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya selalui dibatasi oleh sumber-sumber ekonomi yang menjadi penentu realisasi dari pemenuhan kebutuhan ekonomi yang disebut juga sebagai faktor-faktor produksi, dengan jumlah yang terbatas. Ini berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya kapital, atau barang-barang modal, serta kewirausahaan

(entrepreneurship).

(29)

produksi (yang disebut juga komoditas). Kegiatan konsumsi dan produksi menghasilkan gaya tarik menarik yang akhirnya membentuk mekanisme harga, dimana harga terbentuk berdasarkan gaya tarik konsumen yang menguat atau menurun. Gaya tarik yang menguat, artinya konsumen membutuhkan komoditas dalam jumlah yang lebih menyebabkan naiknya harga, dan sebaliknya, melemahnya gaya tarik konsumen, dalam arti turunnya permintaan konsumen akan menyebabkan penurunan harga. Penggunanaan barang-barang modal dalam proses produksi akan menaikkan produktivitas, dan semakin banyak barang-barang modal yang dipergunakan, maka semakin tinggi produktivitas dari kegiatan produksi. Barang-barang modal di dalam masyarakat akan semakin banyak bila masyarakat tidak mengkonsumsikan seluruh pendapatan yang diperolehnya untuk kegiatan konsumtif, melainkan dialokasikan bagi penambahan stok barang-barang modal. Inilah yang merupakan peran kegiatan konsumsi dari kelompok tani, dimana kegiatan ini mampu meningkatkan alokasi pendapatan kearah akumulasi barang-barang modal. Bukan hanya pendapatan dalam wujud finansial, tetapi juga faktor-faktor produktif yang didapat dari berputarnya roda organisasi, seperti halnya fasilitas yang didapat dari berbagai pihak.

3. Kegiatan distribusi ialah suatu mekanisme yang menentukan gaya tarik menarik antara kegiatan produksi dan kegiatan konsumsi. Kegiatan ini mengarahkan agar komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan produksi secara wajar dapat dinikmati oleh kegiatan konsumsi sesuai dengan pendapatan. Jadi kegiatan distribusi secara makro erat kaitannya dengan mekanisme harga. Peran kegiatan distribusi dalam hal ini dapat disimpulkan sebagai peran dalam memperlancar sampainya berbagai komoditas hasil kegiatan produksi, dengan menguasai serba-serbi pasar sebagai tempat bertemunya kegiatan produksi dan kegiatan konsumsi.

(30)

lembaga dapat melakukan peranannya dengan baik yaitu apabila performance

atau keragaan dari lembaga tersebut juga baik. Kurniati (2007) dalam penelitiannya tentang peranan dari suatu kelembagaan pemuda, ternyata dipengaruhi oleh keragaan atau performance dari kelembagaan tersebut. Keragaan kelembagaan dapat mempengaruhi seperti: (1) akses masyarakat terhadap kelembagaan; (2) jenis kegiatan ekonomi yang dilakukan; (3) pengembangan kelembagaan; (4) kepemimpinan; (5) keanggotaan; (6) masalah yang dihadapi dan (7) prestasi yang pernah diraih kelembagaan tersebut.

Berbeda dari Kurniati, peran lembaga dapat dilihat dari kinerja dari suatu lembaga tersebut. Seperti studi yang dilakukan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya (2002) dalam melihat peran lembaga koperasi lokal dibandingkan dengan koperasi bentukan pemerintah (KUD) di Kabupaten Malang, dapat dilihat melalui kesesuaian visi atau tujuan lembaga dengan kegiatan atau aktivitas lembaga, kapasitas lembaga, sumberdaya yang dimiliki lembaga dan jaringan dari lembaga tersebut.

Badan Pelaksana Penyuluhan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (2009) menyatakan bahwa untuk dapat menjalankan kegiatan dengan baik, kelompok tani harus mempunyai kelengkapan yaitu susunan pengurus, catatan daftar anggota, kantor, Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), rencana kelompok, pembukuan, buku tamu, buku kegiatan kelompok, serta fasilitas yang dapat menunjang kegiatan usahatani anggota. Rencana kelompok dapat dibedakan menjadi tiga yaitu (1) rencana kerja kelompok ialah rencana yang dibuat oleh kelompok berdasarkan hasil musyawarah dengan anggota kelompok tentang kegiatan yang dilaksanakan pada jangka waktu satu tahun; (2) rencana definitif kelompok (RDK) adalah rencana kegiatan usaha kelompok untuk periode tertentu yang disusun melalui musyawarah dan berisis rincian kegiatan dan kesepakatan bersama dalam mengelola usahatani pada suatu hamparan; dan (3) rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) adalah rencana kebutuhan modal kerja kelompok untuk suatu periode tertentu yang disusun berdasarkan musyawarah anggota kelompok.

(31)

tujuh indikator yaitu terdapat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga kelompok, pertemuan kelompok, rencana kerja, pembukuan, akumulasi modal, pengembangan jaringan kerja dan pelaksanaan kegiatan pertanian, perikanan, peternakan dan kehutanan. Dalam penelitian ini untuk mengukur keragaan dalam kelompok tani dapat dilihat melalui tingkat kelengkapan fasilitas yang dimilikinya, jaringan kerja yang dimiliki kelompok tani dan pelaksanaan kegiatan yang terdapat pada kelompok tani tersebut.

2.2 Kerangka Pemikiran

Merujuk pada Agus Pakpahan dalam Syahyuti (2006) kelembagaan dianalisis sebagai suatu sistem organisasi dan kontrol terhadap sumber daya. Kelembagaan kelompok tani merupakan kelembagaan pertanian yang ada di wilayah pedesaan. Kelembagaan kelompok tani sebagai suatu sistem organisasi dan kontrol terhadap sumber daya pertanian, diharapkan dapat berperan sesuai fungsi dan tujuan dibentuknya kelembagaan tersebut.

Peran kelembagaan kelompok tani merujuk pada konsep peranan menurut Levinson yang dikutip oleh Soekanto (2001). Peran kelembagaan kelompok tani di sini lebih menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses untuk memenuhi kebutuhan anggotanya, yang akan mendorong mengembangkan usahatani yang dijalankan anggotanya. Sehingga dapat dikatakan keberperanan suatu kelembagaan kelompok tani dapat terlihat bila kelembagaan kelompok tani tersebut telah menjalankan fungsinya.

(32)

Ketiga fungsi pokok dari kelembagaan kelompok tani tersebut diharapkan dapat mendorong dalam pengorganisasian pada ketiga kegiatan ekonomi yang dipaparkan oleh Lipsey (1991) yaitu pengorganisasian pada kegiatan produksi anggotanya, pengorganisasian kegiatan distribusi hasil produksi pertanian yang lebih menguntungkan bagi anggota, serta pengorganisasian kegiatan konsumsi sumberdaya finansial yang lebih produktif bagi anggota.

Sebagai lembaga pelaksana kegiatan kelompok. Kelompok tani dapat mendorong meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pada diri petani anggota. Peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap pada diri petani akan memotivasi petani untuk mengembangkan usaha pertaniannya. Sebagai lembaga penyedia fasilitas, kelompok tani juga dapat mendorong anggotanya untuk mengembangkan usahataninya dengan cara melakukan diversifikasi tanaman yang menguntungkan, penggunaan teknologi pertanian yang lebih efisien, serta penggelolaan sumberdaya finansial yang lebih efisien. Hal ini tentu saja akan meningkatkan hasil produksi pertanian serta keuntungan yang akan di dapatkan petani.

Fungsi kelembagaan kelompok tani yang lain yaitu lembaga pembuka jaringan kerja bagi anggotanya, diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar petani dengan akses kepada lembaga-lembaga lainnya. Meningkatnya posisi tawar petani salah satunya akan meningkatkan kebebasan petani untuk memilih distribusi pemasaran hasil produksi yang lebih menguntungkan.

Fungsi dari kelembagaan kelompok tani itu sendiri tentu dapat berjalan apabila keragaan dari kelembagaan kelompok tersebut sudah berjalan dengan baik. Sesuai dengan ketiga fungsi pokok kelembagaan kelompok tani yang telah dipaparkan diatas. Keragaan kelembagaan kelompok tani yang dilihat dalam penelitian ini terfokus pada tiga hal yaitu, tingkat kelengkapan fasilitas yang dimiliki kelembagaan kelompok tani, kegiatan kelompok yang berjalan serta jaringan kerja yang terjalin antara kelembagaan kelompok tani dengan lembaga penunjang.

(33)

kelompok dalam kegiatan ekonominya. Sehingga penelitian ini dapat membuktikan seberapa jauh hubungan antara keragaan dari suatu kelembagaan kelompok tani dapat meningkatkan peranannya bagi petani anggota sehingga pada akhirnya dapat mendorong pengembangan usahatani yang dijalankan petani anggotanya, yang dapat dilihat pada Gambar 1.

2.3 Hipotesis Penelitian

Dari kerangka pemikiran di atas, akan dianalisa hipotesa yang merupakan hipotesa pokok dan hipotesa uji. Hipotesa pokok, yaitu:

1. Diduga terdapat hubungan antara keragaan kelompok tani dengan peran kelembagaan kelompok tani dalam pengorganisasian kegiatan produksi, kegiatan distribusi dan kegiatan konsumsi produktif anggota. 2. Diduga terdapat hubungan antara peran kelembagaan kelompok tani

dalam pengorganisasian kegiatan produksi, kegiatan distribusi dan kegiatan konsumsi produktif anggota dengan pengembangan usahatani anggotanya.

Berdasarkan hipotesa pokok tersebut diatas, dibuat beberapa hipotesis uji sebagai berikut:

1. Diduga terdapat hubungan antara peran kelembagaan kelompok tani dalam pengorganisasian kegiatan produksi pertanian anggota dengan pengembangan usaha tani anggotanya.

2. Diduga terdapat hubungan antara peran kelembagaan kelompok tani dalam pengorganisasian kegiatan distribusi hasil pertanian anggota dengan pengembangan usaha tani anggotanya.

3. Diduga terdapat hubungan antara peran kelembagaan kelompok tani dalam pengorganisasian kegiatan konsumsi sumberdaya finansial yang lebih produktif bagi anggota dengan pengembangan usaha tani anggotanya.

(34)

Keragaan Kelompok tani • Tingkat Ketersediaan Fasilitas • Ketersediaan Jaringan kerja • Pelaksanaan Kegiatan kelompok

Keterangan:

Ada hubungan dan diuji secara statistik

Pengembangan Usahatani Anggota • Diversifikasi usahatani

• Peningkatan Produktivitas Pertanian (Rp/luas lahan)

• Peningkatan Modal Usaha • Peningkatan Keuntungan

Gambar 1 Kerangka Pemikiran 

Pengorganisasian Kegiatan Produksi

(input sarana pertanian, modal,

kegiatan pembinaan bagi

petani)

Pengorganisasian kegiatan konsumsi sumerdaya finansial bagi

kegiatan produktif (PKK/PKP) Pengorganisasian

kegiatan distribusi (kepastian harga

bagi petani dan alternatif saluran

(35)

5. Diduga terdapat hubungan antara keragaan kelembagaan kelompok tani dengan peran kelembagaan kelompok tani dalam pengorganisasian kegiatan distribusi hasil pertanian anggotanya.

6. Diduga terdapat hubungan antara keragaan kelembagaan kelompok tani dengan peran kelembagaan kelompok tani dalam pengorganisasian kegiatan konsumsi sumberdaya finansial yang lebih produktif bagi anggota dengan pengembangan usaha tani anggotanya.

2.4 Definisi Operasional 2.4.1 Keragaan Kelompok Tani

Keragaan adalah penampilan dari kelompok tani yang termasuk suatu lembaga, dalam menjalankan kerjanya berdasarkan komponen-komponen yang dimilikinya. Keragaan kelompok tani diukur dengan menggunakan indikator tingkat kelengkapan fasilitas, ketersediaan jaringan kerja pada kelembagaan kelompok tani dan frekuensi pelaksanaan kegiatan kelompok. Dari ketiga indikator tersebut kemudian dapat dikategorikan menjadi keragaan kelembagaan kelompok tani rendah dengan skor (3 - 4), keragaan kelembagaan kelompok tani sedang dengan skor (5 - 6), dan keragaan kelembagaan kelompok tani tinggi dengan skor (7 - 9). Selang skor ditentukan dengan menggunakan rataan skor dari hasil pengkategorian yang telah dilakukan pada ketiga indikator yang telah disebutkan diatas.

Fasilitas adalah penampilan dari ketersediaan kelompok tani akan sarana dan prasarana untuk kepentingan anggota dan kelompok. Fasilitas yang ada dalam kelompok tani dilihat melalui kelengkapan kelompok yang dijelaskan oleh Badan Pelaksana Penyuluhan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (2009). Tingkat kelengkapan fasilitas kelompok tani dapat dikategorikan menjadi tiga tingkat, yaitu: (1) Tidak memadai, (2) cukup memadai dan (3) sangat memadai.

(36)

Jaringan kerja adalah penampilan dari kerjasama yang terjalin antara kelompok tani dengan pihak luar yang dapat membantu keberlangsungan kelompok dan kepentingan anggota. Hal ini dapat dilihat melalui kerjasama dengan lembaga penyediaan saprotan, lembaga penyediaan modal, lembaga pengolahan hasil produksi, lembaga pemasaran, lembaga penyediaan informasi teknologi, dan lembaga penyediaan informasi pasar. Setiap pernyataan YA diberi skor dua (2), sedangkan setiap pernyataan TIDAK diberi skor satu (1).

Untuk sifat dari kerjasamanya diberi skor satu (1) apabila tidak terjadi kerjasama, skor dua (2) apabila sifatnya hanya insidental/bantuan sesekali, serta diberi skor tiga (3) apabila sifatnya kemitraan/kolaborasi. Sehingga dapat dikategorikan menjadi,

1. jaringan kerja belum terjalin dengan baik, skor (18 - 21) 2. jaringan kerja sudah cukup terjalin dengan baik, skor (22 – 25) 3. jaringan kerja telah terjalin dengan sangat baik, skor (26 – 27)

Pengkategorian tersebut berdasarkan hasil rataan skor dari 12 pertanyaan yang diberikan kepada responden.

Kegiatan kelompok adalah penampilan kelompok tani dalam menjalankan rencana kerja kelompok yang telah disusun secara musyawarah dengan anggota kelompok. Sehingga dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu

1. kegiatan kelompok tidak berjalan, skor (6 – 8) 2. kegiatan kelompok cukup berjalan, skor (9 – 10)

3. kegiatan kelompok berjalan dengan baik, skor (11 – 12)

Pengkategorian tersebut berdasarkan hasil rataan skor dari lima pertanyaan yang diberikan kepada responden.

2.4.2 Peranan Kelembagaan Kelompok Tani

(37)

lebih menguntungkan bagi anggota, serta pengorganisasian kegiatan konsumsi sumberdaya finansial yang lebih produktif bagi anggota.

2.4.2.1Pengorganisasian Kegiatan Produksi

Pengorganisasian kegiatan produksi adalah fungsi kelompok tani yang dapat dilihat dari pengorganisasian input sarana pertanian, bantuan modal bagi petani anggota serta kegiatan pembinaan bagi petani.

Pengorganisasian input sarana pertanian adalah peranan kelembagaan kelompok tani dalam mendorong peningkatan jumlah luasan lahan yang digarap oleh petani anggota, bantuan pupuk serta bibit yang didapatkan petani anggota melalui kelembagaan kelompok tani. Pengorganisasian kegiatan produksi pertanian petani anggota juga dapat berjalan baik, apabila petani anggota mendapatkan bantuan modal bagi pengembangan usahataninya. Selain itu juga dengan frekuensi pelaksanaan kegiatan pembinaan yang difasilitasi kelembagaan kelompok tani bagi petani anggotanya. Kegiatan pembinaan pada variabel ini, dapat diukur melalui peningkatan keterampilan dari petani anggota berdasarkan hasil kegiatan pembinaan tersebut.

Pengorganisasian kegiatan produksi kelembagaan kelompok tani bagi petani anggota dapat diturunkan menjadi tiga kategori yaitu: (1) pengorganisasian kegiatan produksi rendah dengan skor (4 - 5), (2) pengorganisasian kegiatan produksi sedang dengan skor (6 - 7), serta (3) pengorganisasian kegiatan produksi tinggi dengan skor (8 - 9).

Pengkategorian selang skor pengorganisasian kegiatan produksi kelembagaan kelompok tani bagi petani anggota didapatkan berdasarkan hasil rataan skor dari empat jawaban pertanyaan yang diajukan kepada responden. Keempat pertanyaan yang diajukan tersebut merupakan turunan dari tiga indikator yang telah dijelaskan diatas yaitu pengorganisasian input sarana pertanian, bantuan modal bagi petani anggota serta kegiatan pembinaan bagi petani.

2.4.2.2Pengorganisasian Kegiatan Distribusi

(38)

produksi pertanian yang menguntungkan serta kepastian harga bagi petani anggota. Alternatif pemasaran hasil produksi pertanian bagi petani anggota ialah kemampuan petani anggota untuk dapat memilih sendiri saluran pemasaran hasil produksi pertanian yang menurut mereka memiliki keuntungan yang lebih baik. Berdasarkan hasil survai awal yang dilakukan peneliti sebelumnya, saluran pemasaran hasil produksi pertanian yang umum terdapat di Desa Iwul ialah melalui tengkulak, menjual langsung ke pasar serta disalurkan bersama melalui kelompok tani. Sedangkan kepastian harga hasil produksi pertanian ialah informasi harga hasil produksi pertanian yang didapatkan oleh petani. Kepastian harga hasil produksi pertanian juga memperlihatkan pada kemungkinan petani untuk dapat menentukan harga hasil produksi pertaniannya sendiri.

Pengorganisasian kegiatan distribusi dapat diturunkan menjadi tiga kategori yaitu pengorganisasian kegiatan distribusi rendah apabila memiliki skor (6 – 8), pengorganisasian kegiatan distribusi sedang apabila memiliki skor (9 – 11) dan pengorganisasian kegiatan distribusi tinggi apabila memiliki skor (12 – 13). Pengkategorian tersebut berdasarkan hasil rataan skor dari lima pertanyaan yang diberikan kepada responden.

2.4.2.3Pengorganisasian Kegiatan Konsumsi

Pengorganisasian Kegiatan Konsumsi adalah peran kelembagaan kelompok tani dalam membina anggotanya untuk memperhitungkan anggaran dalam rumah tangga untuk disisihkan dengan anggaran untuk kegiatan yang lebih produktif, seperti tabungan, investasi dan penyisihan modal. Hal ini dapat dilihat melalui pengeluaran rumah tangga dari anggota kelompok tani.

(39)

dan investasi dikategorikan sebagai pengeluaran produktif. Untuk mengukur kengorganisasian kegiatan konsumsi produktif ialah dengan membandingkan pengeluaran konsumtif dengan pengeluaran produktif. Pengorganisasian kegiatan konsumsi produktif dapat diturunkan menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut:

1. pengorganisasian kegiatan konsumsi produktif rendah apabila kurang dari 15 persen total pengeluaran rumah tangga untuk pengeluaran produktif;

2. pengorganisasian kegiatan konsumsi produktif sedang apabila antara 15 persen hingga kurang dari 30 persen total pengeluaran rumah tangga untuk pengeluaran produktif;

3. pengorganisasian kegiatan konsumsi produktif tinggi apabila lebih dari 30 persen total pengeluaran rumah tangga untuk pengeluaran produktif. Untuk mempertajam analisis dalam menghubungkan peranan kelembagaan kelompok tani dalam mendorong petani anggota untuk meningkatkan konsumsi produktifnya, maka perlu untuk melihat bagaimana tingkat pendapatan yang diterima anggota selama satu tahun serta kontribusi pendapatan pada sektor pertanian dibandingkan pendapatan yang diterima dari sektor non pertanian.

Tingkat pendapatan adalah tingkat pendapatan total yang diterima oleh anggota yang berasal baik dari usaha pokok maupun usaha sampingan. Pendapatan yang diukur adalah pendapatan anggota selama setahun (November 2009 – November 2010). Tingkat pendapatan diukur berdasarkan penerimaan uang total anggota baik dari sektor pertanian maupun sektor non pertanian. Tingkat pendapatan dapat dikelompokkan menjadi tiga (3) kategori, yaitu:

1. Tingkat pendapatan rendah, apabila kurang dari Rp5.000.000;

2. Tingkat pendapatan sedang, apabila berkisar antara Rp5.000.000 hingga Rp15.000.000;

3. Tngkat pendapatan tinggi, apabila lebih besar atau sama dengan Rp15.000.000.

Ukuran dalam setiap kategori diatas ditentukan berdasarkan survai awal yang dilakukan peneliti kepada masyarakat Desa Iwul.

(40)

Kontribusi pendapatan unit usaha = (T – A) x 100 % T

dibandingkan dengan pendapatan/penghasilannya dari usaha lain dalam rumah tangga anggota kelompok. Kontribusi sektor pertanian bagi pendapatan anggota dapat dilihat dengan menggunakan perhitungan dibawah ini:

Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikategorisasikan menjadi tiga yaitu: (1) pendapatan anggota dari sektor pertanian rendah apabila pendapatan sektor pertanian kurang dari 50 persen dari seluruh total pendapatan rumah tangga; (2) pendapatan anggota dari sektor pertanian sedang apabila pendapatan sektor pertanian berkisar antara 50 persen hingga 90 persen dari seluruh total pendapatan rumah tangga; dan (3) pendapatan anggota dari sektor pertanian tinggi apabila pendapatan sektor pertanian lebih besar atau sama dengan 90 persen dari seluruh total pendapatan rumah tangga.

2.4.3 Pengembangan Usahatani Anggota

Pengembangan usatani anggota dapat terlihat melalui penerapan diversifikasi usahatani yang dilakukan anggota, peningkatan produktivitas pertanian (Rp/luas lahan), peningkatan modal usahatani serta peningkatan keuntungan usahatani.

Penerapan diversifikasi usahatani yang dilakukan petani, merupakan keberlanjutan hasil dari kegiatan pembinaan yang dilakukan pihak luar kepada petani anggota. Usahatani yang umum dilakukan di Desa Iwul ialah pertanian palawija dengan jenis umbi-umbian seperti singkong dan ketela pohon, serta padi. Diluar dari tanaman pangan tersebut, dinilai sebagai penerapan diversifikasi tanaman yang dilakukan oleh petani. Penerapan diversifikasi usahatani dapat diberi skor satu (1) apabila pada garapan usahatani petani tidak terdapat tanaman baru yang diusahakan, diberi skor dua (2) apabila pada garapan usahatani petani

Keterangan:

A= Total pendapatan dari sumber lain

(41)

Peningkatan hasil produksi = (Hasil Saat ini – Hasil Awal) x 100 % Hasil Awal

terdapat tanaman baru yang diusahakan tetapi bukan diketahuinya dari kelompok tani, dan diberi skor tiga (3) apabila pada garapan usahatani petani terdapat tanaman baru yang diusahakan dan diketahuinya dari kelompok tani.

Peningkatan produktivitas pertanian dapat dilihat melalui peningkatan hasil kegiatan usahatani petani anggota. Hasil kegiatan usahatani adalah besaran yang menggambarkan banyaknya produk dari kegiatan usaha yang diusahakan responden, diperoleh dalam satu luasan lahan dalam siklus produksi. Satuan hasil biasanya adalah kilogram per m2. Namun berdasarkan hasil survai awal yang dilakukan peneliti, hasil produksi pertanian di Desa Iwul sulit untuk diketahui ukuran pastinya. Petani di desa ini kebanyakan menjual hasil produksi pertaniannya dengan sistem borongan. Berdasarkan hasil survai awal tersebut satuan hasil produksi pertanian pada penelitian ini diubah menjadi rupiah per luas garapan. Peningkatan hasil produksi dapat dilihat dengan menggunakan perhitungan dibawah ini:

Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikategorisasikan menjadi tiga yaitu: (1) peningkatan hasil produksi rendah apabila peningkatannya kurang dari 30 persen dari hasil awal produksi; (2) peningkatan hasil produksi sedang apabila peningkatannya berkisar antara 30 persen hingga 50 persen dari hasil awal produksi; dan (3) peningkatan hasil produksi tinggi apabila peningkatannya lebih dari 50 persen dari hasil awal produksi.

(42)

 

Peningkatan keuntungan = (Keuntungan Saat ini – keuntungan Awal) x 100% Keuntungan Awal

Peningkatan modal = (Modal Saat ini – Modal Awal) x 100 %

Modal Awal

Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikategorisasikan menjadi tiga yaitu: (1) peningkatan modal usahatani rendah apabila peningkatannya kurang dari 30 persen dari modal awal; (2) peningkatan modal usahatani sedang apabila peningkatannya berkisar antara 30 persen hingga 50 persen dari modal awal; dan (3) peningkatan modal usahatani tinggi apabila peningkatannya lebih dari 50 persen dari modal awal.

Peningkatan keuntungan usahatani adalah hasil dari harga jual yang didapatkan responden dari hasil produksi pertaniannya dikurangi biaya operasional seperti biaya pupuk, bibit, tenaga kerja, sewa alat, sewa lahan serta biaya untuk pestisida. Peningkatan keuntungan usahatani dapat dilihat dengan menggunakan perhitungan dibawah ini:

(43)

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan tipe explanatory atau

confirmatory research. Metode survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Tipe penelitian explanatory merupakan penelitian yang sifat analisisnya menjelaskan hubungan antar variabel melalui uji hipotesis (Singarimbun & Effendi, 1989). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang didukung dengan data-data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka, yang diperoleh dari pengukuran langsung maupun hasil perubahan dari data kualitatif menjadi kuantitatif.

Data kuantitatif bersifat objektif dan bisa ditafsirkan sama oleh semua orang; biasanya diperoleh dari survai yang menggunakan kuesioner dan mencakup banyak responden; dan dimungkinkan dilakukan analisis statistik inferensial yang bertujuan untuk membuat generalisasi dari suatu fakta. Sementara itu, data kualitatif merupakan data yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Iwul, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Fokus penelitian ini ialah pada peran kelembagaan kelompok tani dalam hal pengembangan usahatani anggota kelompok di desa tersebut. Kelompok tani yang diteliti ialah Kelompok Tani Sauyunan. Penetapan kelompok tani yang akan diteliti ini dilakukan dengan pertimbangan, diantaranya:

(44)

sampai saat itu masih aktif di Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat.

2. Sebagian besar petani yang terdaftar dalam kelompok tani ini merupakan petani tanpa lahan. Setelah berdirinya Kelompok Tani Sauyunan, petani-petani tersebut mendapat legalitas untuk menggarap lahan kosong milik PT. Telaga Kahuripan. Sehingga menarik untuk melihat hubungan antara peranan kelompok tani –yang salah satunya secara tidak langsung dapat memberikan modal lahan bagi para petani- dengan pengembangan usahatani anggotanya.

3. Selama ini, penelitian mengenai hubungan antara peran kelembagaan kelompok tani dengan pengembangan usahatani anggota belum pernah dilaksanakan pada daerah tersebut, terutama pada Kelompok Tani Sauyunan.

Oleh karena itu, pemilihan tempat penelitian ini diharapkan relevan dengan data yang ingin diperoleh dan tujuan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Oktober hingga November 2010 dan dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data pada Bulan Desember hingga Januari 2010.

3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Total populasi anggota pada Kelompok Tani Sauyunan berjumlah 169 orang. Dari total populasi tersebut kemudian dibagi menjadi dua sub-populasi yaitu, sub-populasi anggota aktif dan sub-populasi anggota tidak aktif. Pembagian populasi menjadi dua kelompok dilakukan karena dianggap populasi dalam penelitian ini sifatnya tidak homogen serta agar data yang didapat nantinya akan mewakili keseluruhan populasi. Sub-populasi anggota aktif berjumlah 20 orang. Data ini didapatkan berdasarkan absensi rapat dan pengakuan dari ketua serta pengurus kelompok tani. Sub-populasi anggota yang tidak aktif berjumlah 149 orang. Jumlah populasi pada kedua sub-populasi tersebut tidak proporsional, sehingga ukuran sampel untuk kedua sub-populasi tersebut masing-masing dipilih 20 orang secara sengaja.

(45)

sampel. Sedangkan pada sub-populasi anggota non aktif pemilihan sampel dilakukan secara random sederhana dengan cara pengundian, kerangka sampling penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Kriteria umum yang harus dipenuhi oleh sampel ialah tercatat sebagai anggota Kelompok Tani Sauyunan dan memiliki usahatani yang sedang berjalan. Untuk lebih mempertajam analisis pada penelitian ini maka diambil 15 sampel secara sengaja dari petani palawija yang terdapat di Desa Iwul yang bukan merupakan anggota Kelompok Tani Sauyunan. Pemilihan sampel petani palawija dilakukan dengan cara snowball sampling. Hal ini dikarenakan tidak terdapat data mengenai petani padi dan palawija bukan anggota Kelompok Tani Sauyunan yang akurat. Selain itu juga telah terjadi penurunan jumlah petani padi dan palawija bukan anggota di desa tersebut, karena sudah banyak petani padi dan palawija yang beralih menjadi petani ikan. Unit analisis dari penelitian ini ialah individu.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

(46)

Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengumpulan data di lapangan dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner yang diisi berdasarkan wawancara kepada responden dan informan, serta pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti. Sementara data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi literatur yang relevan dengan tujuan penelitian seperti buku, jurnal, artikel, skripsi, dan berbagai karya ilmiah lainya. 3.5 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif, selanjutnya akan dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pengeditan, semua data yang diperoleh di lapangan diedit. Tujuannya adalah untuk memilih data dan informasi yang ada. Langkah ini bertujuan untuk memasukkan semua data yang diperlukan berdasarkan kerangka formulasi yang telah ditetapkan.

2. Tabulasi, langkah ini bertujuan untuk menyajikan data-data dalam bentuk tabel dan gambar untuk mempermudah penyajian dan interpretasi data-data tersebut.

3. Interpretasi, menghubungkan semua variabel-variabel yang telah ditetapkan dalam kerangka pemikiran yang akan digunakan dengan hasil penelitian yang diperoleh.

Data yang diperoleh berupa data ordinal. Setelah data dari kuesioner responden tersebut dikumpulkan, selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis secara kuantitatif dengan ditambahkan analisis kualitatif. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametrik, yakni Korelasi Rank Spearman.

Untuk memudahkan pengolahan data dan penarikan kesimpulan dalam uji Korelasi Rank Spearman maka digunakan program SPSS 16.0 for Windows,

(47)

DAN KOMUNITAS DESA IWUL

4.1 Profil Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan

Kelompok Tani Sauyunan merupakan kelompok tani yang menaungi

petani tanaman pangan yang ada di wilayah Desa Iwul, Kecamatan Parung

Kabupaten Bogor Jawa Barat. Kelompok Tani Sauyunan dibentuk pada tanggal 8

Mei 2001 atas dasar musyawarah bersama masyarakat yang berada di Desa Iwul

demi kemajuan pertanian di wilayah mereka. Latar belakang dibentuknya

Kelompok Tani ini ialah karena adanya keinginan para petani Desa Iwul yang

merupakan petani dengan lahan sempit dan petani penggarap, untuk dapat

menggalang kekuatan bersama agar dapat menjadi unit usaha bersama yang

mandiri dan mendapat legitimasi untuk dapat mengelola lahan kosong milik PT.

Telaga Kahuripan yang sudah sejak lama mereka garap.

Penggarapan lahan milik PT Telaga Kahuripan pada awalnya mendapat

perlawanan yang keras dari pihak PT Telaga Kahuripan sendiri, namun hal itu

tidak menyurutkan niat petani untuk tetap menggarap lahan milik perusahaan

secara diam-diam. Untuk menghindari konflik, akhirnya pada tahun 1999 atas

desakan petani kepada pihak perusahaan, dibuatlah perjanjian tertulis untuk

memperbolehkan petani lokal yang berada di wilayah Desa Iwul, untuk

menggarap lahan milik PT Telaga Kahuripan. Perjanjian tertulis ini menyatakan

bahwa pihak PT Telaga Kahuripan memperbolehkan pihak petani lokal untuk

menggarap dilahannya, akan tetapi petani harus membayar pajak sebesar Rp 25

per meter lahan garapan yang digunakan per tahunnya. Setelah perjanjian ini

berjalan hampir dua tahun, ternyata jumlah petani yang menggarap di lahan milik

PT Telaga Kahuripan meningkat drastis. Namun tidak semua petani yang

menggarap tersebut telah terdaftar dalam perjanjian yang dilakukan sebelumnya.

Hal ini menyebabkan kerugian di pihak PT Telaga Kahuripan. Untuk menutupi

kerugiaan tersebut pada pertengahan tahun 2000 atas seizin pihak pengelola PT

(48)

perusahaan. Pihak swasta tersebut ikut pula membudidayakan tanaman pangan

jenis singkong yang umum dibudidayakan para petani lokal. Penggunaan

teknologi pembudidayaan yang lebih efektif dan masa tanam yang lebih panjang,

menyebabkan hasil produksi petani lokal kalah bersaing dengan hasil produksi

dari pihak swasta tersebut. Harga singkong yang dijual oleh petani lokal pun

menurun drastis. Hal ini akhirnya menyulut protes dari pihak petani lokal untuk

meminta pihak swasta tidak menggarap lagi di daerah garapan mereka.

Melihat begitu besarnya perlawanan petani lokal pada pihak swasta dan

untuk menghindari konflik. Atas dorongan beberapa tokoh masyarakat dan

kesepakatan para petani di wilayah Desa Iwul, maka dibentuklah Kelompok Tani

Sauyunan. Kelompok tani ini diharapkan dapat menggalang persatuan diantara

para petani di Desa Iwul, juga agar jumlah petani yang menggarap di Desa Iwul

dapat terkontrol. Hal ini juga untuk mengantisipasi pihak PT Telaga Kahuripan

untuk mengizinkan pihak swasta masuk ke daerah garapan petani lokal.

Pengukuhan kelompok tani ini pertama kali ditetapkan pada tanggal 8 Mei

2005, sebagai Kelas Pemula dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bogor Nomor : 520/346-SPBinus. Kemudian pada tanggal

28 September 2009 Kelompok Tani Sauyunan telah dikukuhkan sebagai

kelompok tani Kelas Madya dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bogor Nomor : 520/19/IX/09.

Susunan organisasi Kelompok Tani Sauyunan terdiri dari empat pengurus

inti yaitu ketua kelompok tani, wakil ketua, bendahara dan sekretaris serta empat

kepala sub-bidang, yang yang memiliki tugas pokok masing-masing yang

merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan guna menuju pada satu

tujuan yaitu memajukan pertanian pangan di Desa Iwul Kecamatan Parung

Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Kelompok Tani Sauyunan sampai tahun 2010 tercatat memiliki anggota

sebanyak 169 orang, yang merupakan para petani yang tinggal atau para petani

yang menggarap lahan di wilayah Desa Iwul. Terdapat tiga persyaratan utama

untuk dapat menjadi anggota Kelompok Tani Sauyunan, yaitu: (1) memiliki

(49)

berinovasi dan berwawasan luas terhadap pertanian, perikanan dan peternakan,

serta (3) ikut bertanggung jawab dalam ketahanan pangan nasional.

Fasilitas yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sauyunan sudah sesuai

dengan kriteria kelengkapan kelompok yang telah ditetapkan oleh Badan

Pelaksana Penyuluhan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (2009), yaitu susunan

pengurus, catatan daftar anggota, kantor, Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran

Rumah Tangga (ART), rencana kelompok, pembukuan, buku tamu, buku kegiatan

kelompok, serta fasilitas yang dapat menunjang kegiatan usahatani anggota.

Namun untuk fasilitas yang dapat menunjang kegiatan usahatani anggota, sampai

saat ini Kelompok Tani Sauyunan hanya memiliki satu buah handtracktor yang belum banyak diakses oleh petani anggotanya. Handtracktor tersebut merupakan bantuan dari pemerintah melalui program Bantuan Uang Muka Alsintan (BUMA).

Program ini hanya memberikan 50 persen bantuan biaya pembelian alsintan yang

dibutuhkan kelembagaan kelompok tani, sedangkan sisanya dapat ditanggulangi

kelompok melalui pembayaran sewa handtracktor tersebut oleh anggota atau diluar anggota.

Gambar 2. Struktur Organisasi Kelompok Tani Sauyunan, Tahun 2010

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran 
Gambar 2. Struktur Organisasi Kelompok Tani Sauyunan, Tahun 2010
Tabel 1. Sebaran Penduduk Desa Iwul Menurut Kelompok Umur Tahun 2008 (dalam jumlah dan persen)
Tabel 2. Sebaran Penduduk Desa Iwul Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Derajat hubungan keberdayaan kelompok tani ternak sapi perah dengan keberhasilan usaha sapi perah anggota menunjukkan adanya hubungan positif yang cukup kuat.. Kata

Ruang lingkup dan batasan dalam penelitian ini meliputi mekanisme pelaksanaan dan kinerja kelembagaan pertanian, khususnya Kelompok Tani Karya Mekar terhadap kegiatan

Hasil penelitian yang dilakukan Anwarudin (2009) dengan judul Pengembangan Kelembagaan, Partisipasi dan Kemandirian Kelompok Tani dalam Usaha Agribisnis Pedesaan di Kecamatan

Untuk mengetahui hipotesis 2 yaitu Dampak PUAP terhadap kinerja Kelompok Tani penerima bantuan PUAP digunakan analisis metode CIPP, yang dianalisis adalah kinerja Kelompok Tani

YUKI BASTANTA (080309040) dengan judul DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) TERHADAP KINERJA DAN PENDAPATAN USAHA TANI ANGGOTA KELOMPOK TANI (Kasus:

Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah Sebelum Dan Sesudah Mendapatkan

Hasil penelitian menunjukkan (1) kapasitas kelembagaan kelompok tani dipengaruhi secara langsung oleh tingkat kedinamisan dan partisipasi anggota serta secara tidak langsung oleh

Tingkat faktor sosial ekonomi anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati di Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis termasuk kategori sedang yaitu dengan