BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Jati (Tectona grandis Linn. F.) adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi, yang wilayah penyebarannya meliputi Jawa, Sulawesi Tenggara, Nusa
Tenggara Barat, Maluku, dan Lampung. Kayu jati memiliki kondisi kelas kuat dan
kelas awet yang baik pada kayunya sehingga dibutuhkan dalam industri properti,
seperti untuk kayu lapis dan produk-produk mebeler. Dengan semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat terhadap kayu jati dan didukung dengan nilai jual yang tinggi,
usaha penanaman jati memiliki peluang yang bagus (Sumarna 2003 dalam Suyanto 2009)
Dalam usaha perbanyakan jati memiliki kendala yaitu pertumbuhan semai jati
yang membutuhkan waktu 4 - 5 bulan di persemaian. Oleh karena itu, tanaman jati
merupakan salah satu jenis tanaman yang pertumbuhannya lambat. Untuk membantu
mempercepat pertumbuhan dan kualitas bibit jati di persemaian maka dibutuhkan
peranan mikoriza dalam proses pertumbuhan jati.
Mikoriza adalah bentuk simbiosis mutualisme antara fungi dengan akar
tanaman. Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) adalah salah satu jenis fungi yang
bersimbiosis dengan akar tumbuhan. Simbiosis tersebut mempunyai peranan penting
dalam menyerap unsur - unsur hara yang sulit diserap oleh tanaman dan mempunyai
peranan penting untuk tanaman, terutama fosfat, sehingga dapat membantu
pertumbuhan tanaman (Gunawan 1984 dalam Christina 2010).
Penelitian ini akan mengumpulkan informasi mengenai jenis - jenis isolat
fungi mikoriza arbuskula baik sebagai faktor tunggal maupun yang dikombinasikan
dengan faktor lainnya yang dapat mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan
kualitas jati di persemaian. Menyusun informasi tersebut dalam bentuk aplikatif
mengenai hasil- hasil penelitian tentang jenis-jenis isolat fungi mikoriza arbuskula
baik sebagai faktor tunggal maupun yang dikombinasikan dengan faktor lainnya
1.2. Tujuan Penelitian
1. Mengumpulkan informasi mengenai penggunaan FMA dan kombinasi
perlakuannya berupa penggunaan media tumbuh dan pupuk serta teknik inokulasi
terhadap bibit Jati bermikoriza di persemaian
2. Mengevaluasi dan menganalisis data-data hasil penelitian mengenai penggunaan
FMA dan kombinasi perlakuannya berupa penggunaan media tumbuh dan pupuk
serta teknik inokulasi pada bibit Jati bemikoriza di persemaian
3. Menyusun informasi mengenai penggunaan FMA dan kombinasi perlakuannya
berupa penggunaan media tumbuh dan pupuk serta teknik inokulasi terhadap
bibit Jati bermikoriza dalam bentuk aplikatif
1.3.Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain:
1. Memberikan data sebagai informasi mengenai aplikasi penggunaan jenis isolat
FMA dan kombinasi perlakuannya berupa penggunaan media tumbuh dan pupuk
serta teknik inokulasi untuk meningkatkan kualitas dan pertumbuhan jati di
persemaian
2. Memberikan informasi dalam bentuk aplikatif untuk jenis-jenis isolat FMA baik
dan kombinasi perlakuannya berupa penggunaan media tumbuh dan pupuk serta
teknik inokulasi sehingga dapat meningkatkan nilai mutu semai jati
3. Memberikan informasi bagi peneliti mengenai aplikasi penggunaan jenis isolat
FMA dan kombinasi perlakuannya berupa penggunaan media tumbuh dan pupuk
serta teknik inokulasi untuk meningkatkan kualitas dan pertumbuhan jati sehingga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Mikoriza merupakan asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan jamur.
Asosiasi antara akar tanaman dengan jamur ini memberikan manfaat yang sangat baik
bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat jamur tersebut tumbuh dan
berkembang biak. Fungi Mikoriza Arbuskula adalah salah satu tipe fungi mikoriza
dan termasuk ke dalam golongan endomikoriza, yaitu fungi pembentuk mikoriza
yang berkembang di dalam sel-sel akar, tidak membentuk mantel hifa pada
permukaan akar maupun jala Hartig dalam jaringan epidermis dan korteks akar, dan
mempunyai organ berupa arbuskula.
Karakteristik utama dari FMA adalah biotrof obligat yang berarti bahwa setiap
daur hidupnya harus berasosiasi dengan tanaman hidup. Fungi Mikoriza Arbuskula
merupakan salah satu tipe fungi mikoriza dan termasuk ke dalam golongan
endomikoriza. Imas et al. (1989) menyatakan bahwa karakteristik endomikoriza adalah sebagai berikut :
1. Perakaran yang terkena infeksi tidak membesar
2. Cendawannya membentuk struktur lapisan hifa tipis pada permukaan akar, tetapi
tidak setebal mantel pada ektomikoriza
3. Hifa masuk ke dalam individu sel jaringan korteks
4. Adanya struktur khusus berbentuk oval yang disebut “Vesicles” dan sistem percabangan hifa yang disebut “Arbuscules”
FMA termasuk dalam ordo Glomales (Zygomycotona) dan terdiri dari dua
subordo, yaitu Glomineae dan Gigasporineae. Glominae terdiri dari empat famili
yaitu Glomaceae, Acaulosporaceae, Aracheosporaceae, dan Paraglomaceae.
Sementara Gigasporineae terdiri dari lima famili yaitu Ehtrophospora, Aracheospora,
Paraglomus, Gigaspora, dan Scutellspora (INVAM 2011)
Jaringan hifa eksternal FMA yang menginfeksi akar tanaman akan
memperluas bidang serapan akar terhadap air dan unsur hara. Di samping itu, ukuran
pori-pori tanah yang paling halus sehingga hifa menyerap air pada kondisi kadar air
tanah yang sangat rendah (Kilham 1994 dalam Musfal 2011). Hifa yang masuk ke dalam sel-sel korteks akar tumbuhan inang juga akan berkembang membentuk
cabang-cabang secara dikotom sehingga sebagian besar volume sel korteks terisi oleh
sistem percabangan hifa tersebut. Dengan cara demikian, memungkinkan terjadinya
pertukaran hara antara tumbuhan inang dengan fungi pembentuk mikoriza (Russell
1973 dalam Indriyanto 2008).
Manfaat FMA bagi ekosistem adalah untuk menghasilkan enzim fosfatase
yang dapat melepaskan unsur P yang terikat unsur Al dan Fe pada lahan masam dan
Ca pada lahan berkapur sehingga P akan tersedia bagi tanaman (Bolan 1991 dalam
Musfal 2010). Terjadinya peningkatan penyerapan fosfor pada tanaman bermikoriza
ditentukan oleh spesies tanaman (keperluan tanaman akan fosfor dan kemampuan
tanaman untuk menggunakan fosfor tanah dengan sebaik – baiknya, kandungan fosfor
dalam tanah, infeksi mikoriza, dan efisiensi spesies funginya (Imas et al. 1989). Keuntungan dari FMA terhadap tanaman setelah berasosiasi adalah
meningkatkan pertumbuhan dan kualitas bibit di persemaian dan saat dilakukan
kegiatan transplanting di lapangan akan menunjukkan kemampuan lebih stabil
(Setiadi 1997 dalam Lewenussa 2009). Keuntungan lain yang akan diperoleh dengan melibatkan mikroba pada tanaman antara lain: meningkatkan efisiensi dan efektifitas
dalam pengambilan nitrogen (N) dan fosfor (P), tersedianya growth regulating substances, tercegah dari patogen, dan perbaikan struktur tanah (Fakuara 1988).
Kemampuan cendawan pembentuk mikoriza untuk bersimbiosis dengan akar
tumbuhan sangat berbeda dan bergantung pada kecocokannya. Kecocokan cendawan
dengan inang merupakan tingkat asosiasi yang dapat terjadi pada mikoriza, sehingga
asosiasi itu kemungkinan dapat khusus pada satu inang, atau berasosiasi pada
berbagai jenis inang. Efektivitas mikoriza dalam peranannya untuk meningkatkan
pertumbuhan sangat bergantung kepada tingkat asosiasi cendawan pembentuk
mikoriza dengan akar tanaman.
Konsep ketergantungan tanaman akan mikoriza adalah tingkat relatif dimana
pertumbuhannya yang maksimum pada tingkat kesuburan tanah tertentu (Habte dan
Manyunath 1991 dalam Setiadi 2005). Jati (Tectona grandis) merupakan salah satu jenis pohon hutan yang dapat berasosiasi dengan fungi pembentuk endomikoriza
(Indryanto 2008). Tingkat ketergantungan tanaman terhadap FMA selain ditentukan
oleh tanaman itu sendiri, juga akan ditentukan oleh kandungan fosfat dalam tanah dan
jenis isolat cendawan yang dipakai (Dodd dan Jeffries 1991 dalam Setiadi 2005).
2.2. Manfaat Asosiasi Mikoriza
Pritchet (1979) dalam Fakuara et al. (1993) menyatakan bahwa cendawan pembentuk stuktur mikoriza sangat penting bagi nutrisi dan pertumbuhan pohon. Nye
dan Tinker (1977) dalam Fakuara et al. (1993) juga menyatakan bahwa akar bermikoriza aktif menyerap unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman yang
bermikoriza lebih cepat dibandingkan dengan tanaman yang akarnya tidak
bermikoriza. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Harley (1969) dan Bowen
(1973) yaitu serapan dan translokasi P lebih cepat jika akar bermikoriza. Selain itu
pula, mikoriza dapat berperan sebagai pengendali biologi yaitu dapat menciptakan
mekanisme yang memungkinkan dapat meningkatkan ketahanan terhadap patogen
akar.
2.3. Kompatibilitas Jati Dengan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Efektifitas FMA sangat tergantung pada kesesuaian antara faktor-faktor jenis
FMA, tanaman dan tanah, serta interaksi ketiga faktor tersebut. Perbedaan
kompatibilitas oleh beberapa isolat FMA pada 2 jenis klon (hasil perbanyakan kultur
jaringan) pada saat penyapihan yaitu klon 07 dan klon 03 (Rohayati 1999 dalam
Suraya 2002). Hasilnya menunjukkan bahwa inokulasi isolat FMA G. aggregatum
pada bibit jati nomor klom 07 asal KPH Cepu dapat menghasilkan presentase infeksi
tertinggi (89.29%) dan inokulasi FMA G.manihotis pada klon yang sama menunjukkan presentase rendah. Sedangkan pada bibit jati klon 03 asal KPH Saradan
aggregatum (91.57%) dan presentase infeksi terendah adalah FMA Gigaspora sp. +
Glomus sp. yaitu 47.57%.
Menurunnya cahaya dapat berpengaruh negatif terhadap infeksi FMA.
Dengan adanya naungan dan hari panjang dapat menurunkan perkembangan FMA
dan kepadatan infeksi pada akar lebih banyak dari panjang akar yang sebenarnya
diinfeksi. Infeksi FMA meningkat selama musim pertumbuhan (Fakuara 1998 dalam
Faisal 2005). Pertumbuhan cendawan yang terus menerus selama musim panas pasti
akan mempengaruhi prosentase infeksi akar sehingga diharapkan pertumbuhan akar
lebih lambat dalam musim panas daripada musim semi.
2.4. Jati (Tectona grandis Linn. F.)
Tanaman jati termasuk ke dalam famili Verbenaceae. Jati tumbuh baik di
daerah dengan musim kering yang nyata, jumlah curah hujan rata - rata 1200-2000
mm/tahun dan ketinggian tempat hingga 700 m dpl. Jati memerlukan tanah yang
berdrainase baik dan beraerasi cukup sebagai tempat tumbuhnya. Jati juga dapat
tumbuh pada kondisi tanah yang memiliki solum tanah tebal dan memiliki pH normal
(6,5-7,5) (Khrisnapillay 2000 dalam Qirom, M.A et al. 2009). Pada tanah-tanah yang dangkal, padat, serta becek pertumbuhannya kurang baik dan mudah terserang hama
penyakit (Martawijaya et al.1981 dalam Irawan 2009). Keadaan hara tanah yang menunjang pertumbuhan jati yang baik adalah pada tanah yang kandungan kalsium,
magnesium, dan fosfornya tinggi (Setiadi 1989 dalam Parlaungan 2005).
Wilayah penyebaran jati meliputi Jawa, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara
Barat, Maluku, dan Lampung (Martawijaya et al. 1981 dalam Suyanto, 2009). Kayu jati memiliki kondisi kelas kuat dan kelas awet yang baik sehingga banyak
dibutuhkan dalam industri properti, seperti untuk kayu lapis dan produk-produk
mebeler. Produk kayu jati memiliki pangsa pasar yang luas baik dalam maupun luar
negeri, yang belum dapat terpenuhi semua. Dengan kebutuhan yang belum terpenuhi
dan didukung dengan nilai jual yang tinggi, usaha penanaman jati memiliki peluang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus - Oktober 2011 di perpustakaan
LSI Institut Pertanian Bogor, perpustakaan Fakultas Kehutanan, dan Litbang.
3.2. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
merupakan hasil penelitian penggunaan jenis isolat FMA baik sebagai faktor tunggal
maupun yang dikombinasikan dengan faktor lainnya pada tanaman jati untuk
meningkatkan kualitas dan pertumbuhan jati di tingkat persemaian.
3.3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan dan menganalisis hasil
penelitian penggunaan jenis isolat FMA baik sebagai faktor tunggal maupun yang
dikombinasikan dengan faktor lainnya dalam meningkatkan kualitas dan
pertumbuhan jati di persemaian, yaitu dengan tahapan sebagai berikut:
1. Semua hasil penelitian penggunaan jenis isolat FMA dalam meningkatkan
kualitas dan pertumbuhan jati di persemaian berupa skripsi, tesis, dan
prosiding yang terdapat pada perpustakaan LSI IPB, perpustakaan Fakultas
Kehutanan, dan perpustakaan Puslitbang Kehutanan dikumpulkan
2. Data – data hasil penelitian dikelompokkan ke dalam parameter pengamatan
tinggi, diameter, dan berat kering total dari berbagai sumber
3. Data – data yang sudah dikelompokkan ke dalam parameter pengamatan,
kemudian dibagi lagi menjadi lima sub bab pembahasan yaitu antara lain:
3.1. Status FMA pada Jati dan Prosentase Infeksi Akar
3.2. Efektifitas Inokulasi FMA pada Pertumbuhan Jati
3.3. Pengaruh Interaksi Penggunaan FMA dan Jenis-Jenis Media Tumbuh
terhadap Pertumbuhan Jati
3.4. Pengaruh Interaksi Penggunaan FMA dengan Jenis-Jenis Pupuk
3.5. Pengaruh Teknik Inokulasi FMA pada Pertumbuhan Jati
4. Data – data hasil penelitian terkait dengan parameter pengamatan tinggi,
diameter, dan berat kering total berupa Uji Duncan dari berbagai sumber
dikumpulkan dan diolah untuk mendapatkan prosentase peningkatan
parameter pengamatan terhadap kontrol, dengan menggunakan rumus:
% Peningkatan = Nilai tinggi/diameter/BKT hasil Uji Duncan – Nilai Kontrol x 100% Nilai Kontrol
Hasil analisis data yang telah didapatkan dibandingkan terhadap kontrol
sebagai pembanding keefektifan dari inokulasi fungi endomikoriza
dimasukkan ke dalam tabel rekapitulasi di setiap sub bab pembahasan.
Hasilnya dapat diamati dari respon pertumbuhan yang terlihat.
Apabila hasilnya (+) = memberikan respon positif terhadap peningkatan
parameter pertumbuhan
(-) = tidak memberikan pengaruh terhadap parameter
pertumbuhan
5. Hasil pengolahan data - data prosentase peningkatan parameter pengamatan
hasil Uji Duncan pada setiap sumber akan disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
No Perlakuan Prosentase Pertumbuhan Terhadap Kontrol
Tinggi (%) Diameter (%) Berat kering Total (%)
6. Sumber data penelitian data yang diambil dibuat sebuah database
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan FMA bagi pertumbuhan jati di
persemaian, dilakukan perhitungan prosentase peningkatan parameter pertumbuhan
terhadap kontrol untuk setiap perlakuan. Selain itu juga, untuk mengetahui pengaruh
penggunaaan FMA pada pertumbuhan jati, maka perhitungan prosentase peningkatan
parameter pertumbuhan dibagi menjadi lima sub bab.
Lima sub bab tersebut adalah status FMA pada jati dan prosentase infeksi
akar, efektifitas inokulasi FMA terhadap pertumbuhan jati, pengaruh interaksi
penggunaan FMA dan jenis-jenis media tumbuh terhadap pertumbuhan jati, pengaruh
interaksi penggunaan FMA dan jenis-jenis pupuk terhadap pertumbuhan jati, dan
teknik inokulasi pada jati.
4.1.1. Status FMA Pada Jati dan Prosentase Infeksi Akar
Hasil analisis data mengenai status FMA dan prosentase infeksi akar dapat
dilihat pada Tabel 1, Lampiran 1, dan Lampiran 2.
Tabel 1 Rekapitulasi status mikoriza pada tanaman jati dan prosentase infeksi akar
No Jenis Mikoriza Infeksi Akar (%) Sumber
1 G. aggregatum (a) + Suraya (2002)
2 G. aggregatum (b) + Hapsari (2001)
3 G. manihotis-3 + Turjaman et al. (2003)
4 Mikofer 150 gr + Muslim (2004) 5 Mikofer 100 gr + Muslim (2004) Keterangan : (a), (b) = berasal dari sumber penelitian yang berbeda
+ = ada infeksi
4.1.2. Efektifitas Inokulasi FMA Pada Pertumbuhan Jati
Hasil analisis data mengenai status FMA dan prosentase infeksi akar dapat
dilihat pada Tabel 2 dan Lampiran 3.
Tabel 2 Rekapitulasi efektifitas inokulasi FMA pada pertumbuhan jati
No Jenis Mikoriza Prosentase Pertumbuhan Terhadap Kontrol Sumber
∆T (%) ∆D (%) BKT (%)
1 G. aggregatum (a) + + + Hapsari (2001)
Lanjutan Tabel 2
No Jenis Mikoriza Prosentase Pertumbuhan Terhadap Kontrol Keterangan : (a), (b1) = berasal dari sumber penelitian yang berbeda
(b1),(b2) = dari sumber yang sama dengan perlakuan berbeda
+ = memberikan pengaruh positif terhadap parameter pertumbuhan td = data tidak disajikan pada sumber
4.1.3. Pengaruh Interaksi Penggunaan FMA dan Jenis – Jenis Media Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Jati
Hasil analisis data mengenai status FMA dan prosentase infeksi akar dapat
dilihat pada Tabel 3, Lampiran 4, dan Lampiran 5.
Tabel 3 Rekapitulasi pengaruh interaksi penggunaan FMA dan jenis-jenis media tumbuh terhadap pertumbuhan jati
No. Jenis Inokulum dan Media Tumbuh
Prosentase Pertumbuhan 5 Mycofer + Media standar jati Perhutani : tanah
kurus = 100: 0 (v/v)
+ + td Irianto et al. (2003)
6 G.manihotis (Vitex) + G. roseae + Media standar
jati Perhutani : tanah kurus = 50:50 (v/v)
+ + td Irianto et al. (2003)
7 G. manihotis (Bio-Phil) + G. etunicatum + Media
standar jati Perhutani : tanah kurus = 100: 0 (v/v)
+ + td Irianto et al. (2003)
8 G. manihotis (Vitex) + G.roseae + Media standar
jati Perhutani tanah : kurus = 25:75 (v/v)
Lanjutan Tabel 3
No. Jenis Inokulum dan Media Tumbuh
Prosentase Pertumbuhan 9 Bibit dengan pemberian mikoriza dan tanpa
pemberian limbah jamur
td td + Uyun (2006) Keterangan : + = memberikan pengaruh positif terhadap parameter pertumbuhan
(-) = tidak memberikan pengaruh terhadap parameter pertumbuhan td = data tidak disajikan pada sumber
4.1.4. Pengaruh Interaksi Penggunaan FMA dan Jenis – Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan Jati
Hasil analisis data mengenai status FMA dan prosentase infeksi akar dapat
dilihat pada Tabel 4, Lampiran 6, dan Lampiran 7.
Tabel 4 Rekapitulasi pengaruh interaksi penggunaan FMA dan jenis-jenis pupuk terhadap pertumbuhan jati Keterangan :+ = memberikan pengaruh positif terhadap parameter pertumbuhan
- = tidak memberikan pengaruh terhadap parameter pertumbuhan td = data tidak disajikan pada sumber
4.1.5. Pengaruh Teknik Inokulasi pada Pertumbuhan Jati
Hasil analisis data mengenai status FMA dan prosentase infeksi akar dapat
dilihat pada Tabel 5, Lampiran 8, dan Lampiran 9.
Tabel 5. Rekapitulasi pengaruh teknik inokulasi pada pertumbuhan jati
No Teknik Inokulasi
Jenis CMA Prosentase Pertumbuhan Terhadap Kontrol
Sumber
∆T (%) ∆D (%) BKT (%)
1 Sistem lubang G.manihotis-3 287.27 311.11 808.82 Turjaman
et al. (2003) 2 Sistem lapis Mikoriza mix 62.33 83.33 126.47 Turjaman
et al. (2003) 3 Sistem lubang G. aggregatum (a1) 56.92 52 266.21 Turjaman
et al. (2003) 4 Sistem lapis G. aggregatum (b1) 120.71 td 178.82 Suraya (2002) 5 Sistem lapis G. aggregatum (b2) 33.90 td 67.12 Suraya (2002) 6 Sistem lubang Mikofer 150 gr 91.51 td 21.71 Muslim
(2004) 7 Sistem lubang Mikofer 100 gr 83.70 td 23.92 Muslim
(2004) 8 Sistem lubang Glomus manihotis
(Vitex) + G. roseae
38.57 18.38 td Irianto et al. (2003)
Keterangan : + = memberikan pengaruh positif terhadap parameter pertumbuhan - = tidak memberikan pengaruh terhadap parameter pertumbuhan
(a1), (b1), (b2) = berasal dari sumber yang berbeda
4.2. Pembahasan
4.2.1. Status FMA Pada Jati dan Prosentase Infeksi Akar
Hubungan simbiotik antara FMA dengan tanaman inang, ditandai dengan
adanya infeksi akar pada tanaman inang. Infeksi yang dilakukan oleh mikoriza
menjadi salah satu faktor yang menentukkan tingkat penyerapan fosfor pada tanaman
yang bermikoriza.Waktu yang diperlukan untuk terjadinya infeksi antara suatu
cendawan mikoriza dengan inangnya sangat bervariasi. Hal tersebut dikarenakan,
infeksi akar ditentukan oleh tingkat infektivitas dan faktor-faktor lingkungan.
Status FMA yang dapat bersimbiosis dengan tanaman inang dapat dilihat dari
adanya infeksi akar yang terjadi antara mikoriza dengan inangnya. Terdapat tiga jenis
FMA yang memberikan respon positif terhadap prosentase infeksi akar yaitu G. aggregatum, G. manihotis-3, dan Mikofer dengan dosis pemberian sebesar 150 gr dan 100 gr.
4.2.2. Efektifitas Inokulasi FMA Pada Pertumbuhan Jati
Pembentukan endomikoriza selain ditentukan oleh kondisi fisiologis akar juga
dipengaruhi oleh tingkat efektifitas mikoriza. Mikoriza tidak akan terbentuk pada
akar yang telah suberisasi, oleh karena itu inokulasi mikoriza lebih baik dilakukan
pada saat fase semai (anakan).
Variasi respon pertumbuhan terhadap inang yang bermikoriza tidak hanya
ditentukan oleh jenis mikoriza, tetapi juga ditentukkan oleh jenis inang dan kondisi
lingkungan. Tanaman yang bermikoriza mampu menyerap unsur fosfor dalam tanah
yang berguna untuk proses ATP dalam tanaman. ATP tersebut digunakan untuk
proses fotosintesis yang menghasilkan fosintat. Fotosintat tersebut menjadi parameter
untuk besarnya nilai BKT dalam suatu tanaman.
Berat kering total dijadikan parameter untuk melihat efektifitas inokulasi
FMA pada pertumbuhan jati. Jika dilihat dari nilai posentase BKT yang tertinggi
4.2.3. Pengaruh Interaksi Penggunaan FMA dan Jenis-Jenis Media Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Jati
Kondisi lingkungan yang tidak terlalu basah dengan drainase dan aerasi yang
baik menjadi salah satu faktor untuk mendukung terbentuknya mikoriza. Media
tumbuh selain berguna untuk menopang tanaman juga sebagai tempat bagi tanaman
untuk mendapatkan unsur hara selama daur hidupnya. Ketersediaan hara terutama
nitrogen dan fosfat yang rendah akan mendorong pertumbuhan mikoriza.
Pada tabel 3 terlihat bahwa pemberian interaksi penggunaan FMA dan
jenis-jenis media tumbuh memberikan prosentase peningkatan pertumbuhan terhadap
kontrol yang berbeda – beda. Dari data interaksi jenis inokulum dengan media
tumbuh, perlakuan G.roseae dengan media tumbuh tanah tidak memberikan prosentase pertumbuhan tinggi dan diameter yang positif. Sedangkan pemberian
perlakuan G.etunicatum dengan media tumbuh serbuk gergaji juga tidak memberikan prosentase pertumbuhan diameter dan BKT yang positif.
Penambahan media tumbuh pasir : tanah yang disterilkan terlebih dahulu
memberikan respon positif terhadap nilai BKT bibit jati bermikoriza.
4.2.4. Pengaruh Interaksi Penggunaan FMA dan Jenis-Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan Jati
Pupuk dalam arti luas ialah semua bahan yang ditambahkan ke dalam tanah
untuk menyediakan unsur-unsur essensial bagi pertumbuhan tanaman. Kemampuan
tanah untuk menyediakan nutrisi sangat bervariasi. Oleh karena itu, dalam rangka
menyediakan pemenuhan nutrisi pada tanah, maka pemberian pupuk dapat membantu
dalam pemenuhan unsur-unsur hara bagi tanaman.
Prosentase peningkatan BKT yang memberikan respon positif dihasilkan oleh
perlakuan Mikofer 100 g + M-Dext dosis 10 cc/l, Mikofer 100 g + M-Dext dosis 30
4.2.5. Pengaruh Teknik Inokulasi pada Pertumbuhan Jati
Teknik inokulasi mikoriza yang efektif dan efisien ditentukan oleh banyak
faktor, diantaranya berupa tingkat kecocokan cendawan dengan inang, kondisi
lingkungan, jenis inokulan, dan ketersediaan inokulan yang akan digunakan
(Indriyanto 2008). Terdapat dua cara inokulasi FMA di persemaian yaitu sistem lapis
(layering) dan sistem lubang (koakan).
Teknik inokulasi yang dapat diaplikasikan terhadap semai jati ialah teknik
inokulasi dengan sistem lubang dan sistem lapis (Tabel 5). Inokulasi mikoriza dengan
menggunakan teknik sistem lubang adalah dengan memberikan mikoriza pada koakan
selebar 3 cm dan kedalaman 3 cm pada media yang telah disiapkan dalam
kantong-kantong plastik (Setiadi 2005). Inokulasi dengan sistem lapis adalah dengan
menaburi bak kecambah yang diisi dengan media pasir atau zeolit terlebih dahulu dengan inokulum FMA setebal ± 1 – 2 cm, kemudian ditaburi kembali dengan media
pasir atau zeolit. Setelah itu disebarkan biji yang siap berkecambah ke atas lapisan tersebut yang didiamkan selama 14 – 21 hari sebelum akhirnya dipindahkan ke dalam
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Untuk mendapatkan bibit Jati dengan respon pertumbuhan yang baik di
persemaian maka perlu menggunakan:
1. FMA G.aggregatum dan G.manihotis-3 yang dapat berasosiasi dan meningkatkan pertumbuhan bibit jati
2. G.manihotis-3 efektif untuk aplikasi penggunaan mikoriza pada bibit jati 3. Penambahan media tumbuh pasir : tanah yang disterikan terlebih dahulu dapat
membantu peningkatan pertumbuhan bibit jati bermikoriza
4. Penambahan pupuk M-Dext dosis 10 cc/l dan dosis 30 cc/l serta penambahan
NPK 3 gr dapat meningkatkan efektifitas pertumbuhan jati
5. Teknik inokulasi sistem lubang ataupun sistem lapis dapat digunakan untuk
aplikasi penggunaan mikoriza pada bibit jati di persemaian
5.2. Saran
Untuk mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan kualitas tumbuh semai
jati penggunaan FMA dapat dijadikan sebagai alternatif dalam mendukung
pertumbuhan semai jati. Selain itu pula, informasi mengenai jenis FMA yang dapat
berasosiasi dengan jati, pemberian perlakuan terhadap bibit jati bermikoriza dan
penggunaan teknik inokulasi dapat diaplikasikan kembali untuk menghasilkan bibit
EVALUASI APLIKASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA)
DAN RESPON PERTUMBUHANNYA TERHADAP BIBIT JATI
(
Tectona grandis
Linn. F.) DI PERSEMAIAN
JENNY RUMONDANG
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DAFTAR ISTILAH
Arbuskula Cabang-cabang hifa dikotom yang berperan sebagai
pemindah unsur hara diantara simbion-simbion
ATP Adenosin triphospate merupakan hasil reaksi cahaya dalam
fotosintesis yang berperan untuk memproduksi karbohidrat
Endomikoriza Salah satu kelompok mikoriza yang strukturnya terjadi
karena adanya asosiasi antara cendawan mikoriza dengan
akar tanaman dan berkembang di dalam sel-sel korteks
akar.
FMA Salah satu kelompok endomikoriza yang mempunyai
struktur khusus berbentuk oval yang disebut vesikel dan
sistem percabangan hifa yang disebut arbuskulus
Fosfor Salah satu unsur hara makro yang penting untuk
pertumbuhan tanaman dan berperan dalam penyusunan
ATP
Glomus Spora-spora yang bertangkai lurus atau angular tetapi tidak
bulbous
Growth regulating Zat-zat untuk mengatur dan meningkatkan pertumbuhan
substances tanaman
Infeksi Tahap awal terjadinya simbiosis antara akar tanaman
dengan mikoriza yang ditandai masuknya atau tertularnya
akar oleh hifa-hifa mikoriza
Inokulasi Penularan mikoriza terhadap akar tanaman
Hifa Benang-benang pada mikoriza
Klon Hasil perbanyakan vegetatif pada jati
Kultur jaringan Teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan yang
didasarkan pada sifat totipotensi tumbuhan
M-Dext Pupuk cair yang terbuat dari saripati tumbuhan dan air
mineral alam yang berguna untuk memperbaiki sifat fisika,
Mikofer Pupuk hayati yang mengandung beberapa jenis mikoriza
yang diproduksi oleh Laboratorium Bioteknologi
Kehutanan dan Lingkungan (Pusat Antar Universitas
Institut Pertanian Bogor)
Mikoriza Suatu struktur khas pada sistem perakaran yang terbentuk
sebagai manifestasi adanya simbiosis mutualisme antara
fungi (myces) dan perakaran (rhiza) dari tumbuhan tingkat
tinggi.
NPK Salah satu jenis pupuk buatan yang mengandung unsur
hara Nitrogen, Fosfor, dan Kalium
Sistem lapis Teknik inokulasi endomikoriza yang dilakukan pada saat
tanaman pada tahap kecambah, dengan cara disebarkan
inokulum FMA dengan tebal 2-3 cm diantara lapisan pasir
atau zeolit
Sistem lubang Teknik inokulasi endomikoriza yang dilakukan pada saat
tanaman akan disapih, dengan cara memasukkan inokulum
FMA sebanyak 10 - 20 gram pada media tanam dengan
kedalam 3 cm dan lebar 3 cm
Suberisasi Akar pada tanaman yang sudah mengeras
Transplanting Pemindahan bibit dari persemaian yang telah siap ditanam
di lapangan
Vermikompos Kompos yang diperoleh dari hasil perombakan
bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah
Vesikula Struktur-struktur menggelembung yang dibentuk secara
interkalar atau apikal yang sering dijumpai pada hifa utama
dan banyak mengandung lemak serta berfungsi sebagai
DAFTAR PUSTAKA
Christina F. 2010. Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA), Mycorrhizal Helper Bacteria (MHBs), Serta Arang Kayu dan Batubara Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Corryanti JS, Bostang R, Siti MW. 2007. Perkembangan mikoriza arbuskula dan pertumbuhan bibit jati (Tectona grandis Linn f) yang diinokulasi spora fungi mikoriza arbuskula asal tanah hutan tanaman jati. J Pemuliaan Tanaman Hutan
1(2):1-7
Estiningsih. 1999. Pengaruh Boron dan Cendawan Endomikoriza Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Semai Jati (Tectona grandis Linn f) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Fakuara MY, Wulandari AS, Setianingsih L. 1993. Laporan Penelitian Peningkatan Efektifitas Mikoriza Untuk Hutan Tanaman Industri. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.
Fakuara MY. 1988. Mikoriza, Teori dan Kegunaan Dalam Praktek. Bogor : Pusat Antar Universitas IPB
Faizal A. 2005. Efektifitas Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Pada Media Kompos Untuk Pertumbuhan Semai Jati (Tectona grandis L.f.) Di Persemaian [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Hapsari JS. 2001. Pemanfaatan Kompos Daun Jati (Tectona grandis L.f.) dan Mikoriza Untuk Pembibitan Jati (Tectona grandis L.f.) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Imas T, Ratna SH, Agustin WG, Yadi S. 1989. Mikrobiologi Tanah II. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB
Indriyanto. 2008. Pengantar Budi Daya Hutan. Jakarta: Buni Aksara.
Irawan DJ, 2009. Pendugaan Kandungan Karbon Pada Tegakan Jati (Tectona grandis) Tidak Terbakar dan Pasca Kebakaran Permukaan di KPH Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Irianto SBI, Santoso E, Turjaman M, Corryanti TWN, Prematuri M, Widyawati E,
mikoriza arbuskula, pupuk, dan media tumbuh terhadap pertumbuhan bibit jati (Tectona grandis Linn f). Prosiding Workshop Nasional Jati. Bogor, 29 Mei 2003. Bogor: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Bioteknologi Dan Pemuliaan Tanaman Jati. Hlm 39 – 46.
INVAM [International Culture Collection of (Vesicular) Arbuscular Mycorrhizal Fungi].2008. Refernce Cultures Of Species(vesicular) arbuscular mycorrhizal fungi.file:///D:/draft%202/species%20INVAM2.htm.[ 7 November 2011 ].
Karti PDMH, Budi SW, Mardatin NF. 2008. Laporan Akhir Penelitian Hibah
Bersaing Optimalisasi Kerja “Mycofer” Dengan Augmentasi Mikroorganisme
Tanah Potensial Dan Asam Humat Untuk Rehabilitasi Lahan Marginal Dan Terdegradasi Di Indonesia. Bogor: Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor.
Lewenussa A. 2009. Pengaruh Mikoriza dan Bio Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Cananga odorata (Lamk) Hook.Fet & Thoms [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Musfal. 2011. Potensi cendawan mikoriza arbuskula dalam meningkatkan hasil tanaman jagung. J Litbang Pertanian 29(4):154-15.
Muslim F. 2004. Pengaruh Pemberian Endomikoriza dan M-Dext Terhadap Pertumbuhan Dan Indeks Mutu Bibit Jati (Tectona grandis L.f) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Ningsih EW. 2007. Penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Glomus etunicatum dan Vermikompos Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Semai Jati Muna (Tectona grandis Linn f) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Parlaungan D. 2005. Pertumbuhan Diameter Kayu Jati (Tectona grandis L.f): Pengaruh Iklim dan Topografi Terhadap Sifat Fisis dan Anatomis [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Qirom MA, Mahfudz. 2009. Karakteristik pertumbuhan klon jati pada dua lokasi berbeda di Kalimantan Selatan. Wana Benih 10(2):47-58.
Ramadani H. 2008. Formulasi Inokulum Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Vermikompos dlam Meningkatkan Kualitas Bibit Jati Muna (Tectona grandis
Linn f) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Suraya. 2002. Kajian Kompatibilitas Isolat Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Terhadap Pertumbuhan Dua Klon Jati (Tectona grandis L.f.) Hasil Perbanyakan
Kultur Jaringan [tesis]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Sutikto T. 1984. Laporan Penelitian Menurunkan Derajat Fiksasi Ion Phoshat Di Tanah Latosol Dengan Penambahan Pupuk Organik. Jember: Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
Suyanto DP, 2009. Model Simulasi Pengelolaan Hutan Jati (Tectona grandis L.f.) di Bagian Hutan Bangilan KPH Jatigoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Turjaman M et al. 2003. Aplikasi Bioteknologi Cendawan Mikoriza Arbuskula
Glomus manihotis dan Glomus aggregatum Sebagai Pemacu Pertumbuhan Semai Jati (Tectona grandis Linn f) Asal Jatigoro di Persemaian. Prosiding Workshop Nasional Jati. Bogor, 29 Mei 2003. Bogor: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Bioteknologi Dan Pemuliaan Tanaman Jati. Hlm 47 - 60.
Umam MD. 2005. Kajian Efektifitas Inokulasi Mikoriza Dengan Penambahan Tepung Tulang dan Batuan Fosfat Setrta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Semai Jati (Tectona grandis Linn f) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
EVALUASI APLIKASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA)
DAN RESPON PERTUMBUHANNYA TERHADAP BIBIT JATI
(
Tectona grandis
Linn. F.) DI PERSEMAIAN
JENNY RUMONDANG
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
EVALUASI APLIKASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA)
DAN RESPON PERTUMBUHANNYA TERHADAP BIBIT JATI
(
Tectona grandis
Linn. F.) DI PERSEMAIAN
JENNY RUMONDANG
Skripsi
sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
JENNY RUMONDANG. Evaluasi Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Respon Pertumbuhannya Terhadap Bibit Jati (Tectona grandis Linn. F.) di Persemaian. Dibimbing oleh YADI SETIADI.
Jati (Tectona grandis Linn. F.) merupakan salah satu jenis dari famili Verbenaceae yang termasuk ke dalam barang komoditas mewah. Karena memiliki sifat kekuatan dan keawetan alami tinggi pada kayunya, jati banyak diminati oleh masyarakat walaupun harga jualnya yang tinggi. Salah satu kendala dalam usaha pemenuhan permintaan pasar terhadap kayu jati adalah proses pertumbuhan jati di persemaian yang cukup lama. Sehingga perlu dilakukan salah satu upaya dalam mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan kualitas jati di persemaian. Salah satu upaya tersebut adalah dengan memanfaatkan peranan mikoriza yang dapat mempercepat pertumbuhan semai jati.
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) adalah salah satu jenis endomikoriza yang dapat berasosiasi dengan jati. Mikoriza dapat menyediakan unsur hara yang tidak tersedia bagi tanaman menjadi unsur yang dapat tersedia bagi tanaman. Salah satu unsur tersebut adalah fosfor yang berperan penting untuk proses Adenosin Triphospate (ATP) pada tanaman.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan dan memberikan informasi dari berbagai sumber penelitian yang telah dilakukan untuk dievaluasi dan dianalisis mengenai pengaruh inokulasi endomikoriza terhadap pertumbuhan semai jati dengan aspek pengamatan antara lain status FMA, efektifitas FMA, teknik inokulasi, pengaruh interaksi media tumbuh dan pupuk dengan inokulasi FMA pada semai jati.
Hasil dari evaluasi mengenai aplikasi penggunaan FMA pada mikoriza bahwa jenis FMA yang dapat digunakan untuk membantu peningkatan pertumbuhan bibit jati adalah G. aggregatum dan G.manihotis-3. Jenis FMA yang efektif untuk membantu pertumbuhan bibit jati adalah G.manihotis-3. Untuk meningkatkan penggunaan FMA pada bibit jati dapat menambahkan pupuk M-Dext dengan dosis 10 cc/l dan 3- cc/l serta menggunakan pupuk NPK dengan dosis 3 gr. Penggunaan media tumbuh pasir : tanah yang disterilkan terlebih dahulu dapat membantu pertumbuhan bibit jati bermikoriza di persemaian. Teknik inokulasi dengan menggunakan sistem lubang ataupun sistem lapis dapat digunakan untuk aplikasi penggunaan bibit jati bermikoriza.
SUMMARY
JENNY RUMONDANG. Evaluation of Arbuscula Mycorrizhae Fungi (AMF) Application to Teak (Tectona grandis Linn. F.) Seedling and Its Growth Responses in Nursery. Supervised by YADI SETIADI.
Teak (Tectona grandis Linn. F.) was one of Verbenaceae family that categorized into luxurious goods commodity. Because of its natural high strength and durability, teak has a great demand although it sold in high price. One of difficulties in meeting of teak woods demands was the growth of teak in the nursery that takes long enough time, thus need efforts to accelerate the growth and improve the quality of teak in the nursery. One of those efforts was by using mycorrizhae that could accelerate the growth of teak seedling.
Arbuskula Mycorrizhae Fungi (AMF) was one of endomycorrizhae that could associate with teak. Mycorrizhae could provide nutrients that were not provided by naturally for plant. One of those nutrients was phospor that has important role for (Adenosin Triphospate) ATP creation in the plant.
The objective of this research was to collect and provide information from many performed research for evaluating and analyzing the effect of endomycorrizhae inoculation to teak seedling growth. Observed parameters were AMF status, AMF effectiveness, used inoculation technique, effect of growing media and fertilizer with AMF inoculation to teak seedling.
Result of this evaluation about application AMF of teak seddling that G. aggregatum dan G.manihotis-3 could improve the growth of teak seddling. G. manihotis-3 was effective AMF that improve the growth of teak seedling. The addition of M-Dext on 10 cc/l and 30 cc/l doses, and 3 gr of NPK could support the improvement of teak seedling growth that inoculated with AMF. Used utilization of growing media from sterilized mixture of sand and soil could support the growth of teak seedling that inoculated with AMF in nursery. Inoculation technique with hole-system or layering hole-system could used to application teak seedling with AMF in nursery.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Respon Pertumbuhannya Terhadap Bibit Jati (Tectona grandis Linn. F.) di Persemaian adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan
sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor , Desember 2011
Jenny Rumondang
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Evaluasi Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Respon Pertumbuhannya terhadap Bibit Jati (Tectona grandis Linn. F.) di Persemaian
Nama Mahasiswa : Jenny Rumondang
NRP : E44070032
Menyetujui Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Yadi Setiadi, M. Sc NIP 19551205 198003 1 004
Mengetahui :
Ketua Departemen Silvikultur
Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS NIP 19601024 198403 1 009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena berkat dan
rahmatNya lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Evaluasi Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Respon Pertumbuhannya Terhadap Bibit Jati (Tectona grandis Linn. F.) di Persemaian” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini disusun dalam bentuk kajian pustaka yang menginformasikan
mengenai jenis-jenis FMA yang potensial serta beberapa kombinasi perlakuan yang
kondusif bagi FMA untuk membantu pertumbuhan dan meningkatkan kualitas semai
jati.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan yang
semua itu tidak lepas dari kekurangan penulis sendiri selama ini. Untuk itu penulis
berharap adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perkembangan
penelitian selanjutnya. Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat.
Bogor, Desember 2011
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah
memberikan rahmat dan berkatNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Selama
penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bpk. Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan masukan, saran, dan bimbingannya yang bermanfaat bagi
penulis.
2. Ibu Resti Meilani, S.Hut, M.Si selaku dosen penguji dalam ujian
komprehensif yang telah memberikan masukan dan saran yang bermanfaat
bagi penulis.
3. Ibu Dr. Ir. Lailan Syaufina, M.Sc selaku ketua sidang dalam ujian
komprehensif yang telah memberikan masukan dan saran yang bermanfaat
bagi penulis.
4. Bpk. Dadan Mulyana, S.Hut, MS selaku moderator seminar yang telah
memberikan masukan dan bimbingan bagi penulis.
5. Para staf perpustakaan LSI IPB dan Fakultas Kehutanan IPB.
6. Para staf perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
(Puslitbang) Bogor.
7. Kakek dan Nenek yang selalu mengirimkan doa dan harapannya bagi penulis.
8. Papa dan Mama tercinta yang telah memberikan doa, motivasi, dan nasehat
yang berguna bagi penulis.
9. Pak Madroji yang telah memberikan dukungan berupa nasihat yang
membangun bagi penulis.
10.Cyntia Yuni Ardanari, Dyah Ayu Fitriasari, Rinenggo Siwi, danYosepin M
Saragih yang merupakan sahabat sejati dan seperjuangan karena telah
memberikan motivasi dan perhatian bagi penulis.
11.Teman – teman angkatan ’44 yang telah banyak memberikan bantuan dan
12.Keluarga besar PAU IPB yang selama ini mendukung baik dalam ilmu
maupun kebersamaannya selama ini dengan penulis.
13.Keluarga besar Laboratorium Ekologi Hutan: Bapak Iwan Hilwan, Bapak
Istomo, Ibu Yani, Umi Era dan rekan – rekan mahasiswa Laboratorium
Ekologi Hutan atas bantuan, ilmu, dan bimbingannya.
14.Keluarga besar Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor yang telah membantu dan memberikan masukan dalam penyusunan
skripsi ini.
15.Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang telah
memberikan doa dan perhatiannya bagi penulis.
Bogor, Desember 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 Februari 1989, lahir dari pasangan
Parsaoran Rajagukguk dan Rusmaida Siregar sebagai anak pertama dari empat
bersaudara. Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 1994 di Taman
Kanak-Kanak (TK) Mardi Yuana Cibinong hingga tahun 1995. Pada tahun 1995
hingga 2001 penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Dasar (SD) Mardi Yuana
Cibinong. Kemudian pada tahun 2001 penulis mengenyam pendidikan di Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Mardi Waluya Cibinong, dan pada tahun 2004
penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Budi Mulia
Bogor hingga tahun 2007.
Tahun 2007 penulis melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan
diterima menjadi mahasiswa IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di
Jurusan Silvikultur, Fakultas Kehutanan. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas
Kehutanan penulis telah mengikuti kegiatan P2EH (Praktek Pengenalan Ekosistem
Hutan) jalur Sancang Timur – Gunung Papandayan dan mengikuti kegiatan P2H (Praktek
Pengelolaan Hutan) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi.
Penulis pada bulan Februari – April 2011 melakukan Praktek Kerja Lapang
(PKL) di PT. Tanjung Alam Jaya, Banjarmasin Kalimantan Selatan. Penulis juga menjadi
asisten praktikum mata kuliah Dendrologi dan Silvikultur (2011).
Selama melaksanakan pendidikan di Fakultas Kehutanan, penulis mendapatkan
beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun 2009 dari IPB dan Karya Salemba
Empat (KSE) pada tahun 2010-2011.
Guna memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi
dengan judul Evaluasi Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Respon Pertumbuhannya Terhadap Bibit Jati (Tectona grandis Linn. F.) di Persemaian dibimbing oleh Dr. Ir. Yadi Setadi, M. Sc.
Bogor, Desember 2011
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang . ... 1
1.2.Tujuan ... 2
1.3.Manfaat . ... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) . ... 3
2.2. Manfaat Asosiasi Mikoriza ... ... 5
2.3. Kompatibilitas Jati dengan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA).. ... 5
2.4.Jati (Tectona grandis Linn. F.) ... ... 6
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 7
3.2. Jenis Data ... 7
3.3. Metode Penelitian ... 7
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Status FMA pada Jati ... ... 9
4.1.2. Efektifitas Inokulasi FMA pada Pertumbuhan Jati . ... 9
4.1.3. Pengaruh Interaksi Penggunaan FMA dan Jenis Media Tumbuh
Terhadap Pertumbuhan Jati .. ... 10
4.1.4. Pengaruh Interaksi Penggunaan FMA dan Jenis PupukTerhadap
Pertumbuhan Jati . ... 11
4.1.5. Teknik Inokulasi FMA pada Jati . ... 12
4.2. Pembahasan
4.2.1. Status FMA pada Jati dan Prosentase Infeksi Akar ... ... 13
4.2.2. Efektifitas Inokulasi FMA pada Pertumbuhan Jati . ... 13
4.2.4. PengaruhInteraksiPenggunaan FMA dan Jenis-Jenis Pupuk Terhadap
Pertumbuhan Jati ... 14
4.2.5. Pengaruh Teknik Inokulasi pada Pertumbuhan Jati ... 15
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan . ... 16
5.2. Saran ... 16
DAFTAR PUSTAKA ... 17
DAFTAR ISTILAH ... 20
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Rekapitulasi status mikoriza pada tanaman jati dan prosentase infeksi akar ... 9
2 Rekapitulasi efektifitas inokulasi FMA pada pertumbuhan jati . ... 9
3 Rekapitulasi pengaruh interaksi penggunaan FMA dan jenis-jenis media
tumbuh terhadap pertumbuhan jati ... 10
4 Rekapitulasi pengaruh interaksi penggunaan FMA dan jenis -jenis
pupuk terhadap pertumbuhan jati ... 11
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Uji Duncan pengaruh perlakuan FMA pada semai jati terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, berat kering total dan prosentase infeksi
akar ... 22
2 Rekapitulasi status mikoriza pada tanaman jati dan prosentase infeksi akar ... 24
3 Rekapitulasi prosentase peningkatan pertumbuhan terhadap kontrol
mengenai efektifitas inokulasi FMA pada pertumbuhan jati ... 25
4 Uji Duncan pengaruh perlakuan interaksi FMA dengan jenis-jenis media tumbuh pada semai jati terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, dan
berat kering total ... 25
5 Rekapitulasi prosentase peningkatan pertumbuhan terhadap kontrol mengenai pengaruh interaksi FMA dengan jenis-jenis media tumbuh
untuk pertumbuhan semai jati ... 28
6 Uji Duncan perlakuan interaksi FMA dengan jenis-jenis pupuk pada semai Jati terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, dan beratkering total . ... 29
7 Rekapitulasi prosentase peningkatan pertumbuhan terhadap kontrol mengenai pengaruh interaksi penggunaan FMA dan jenis pupuk
untuk pertumbuhan semai jati ... 32
8 Uji Duncan dengan teknik inokulasi terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, dan berat kering total ... 32
9 Rekapitulasi prosentase peningkatan pertumbuhan terhadap kontrol mengenai pengaruh teknik inokulasi terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, dan berat kering total semai jati ... 33
10 Petunjuk aplikasi FMA pada bibit jati di persemaian ... 34
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Jati (Tectona grandis Linn. F.) adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi, yang wilayah penyebarannya meliputi Jawa, Sulawesi Tenggara, Nusa
Tenggara Barat, Maluku, dan Lampung. Kayu jati memiliki kondisi kelas kuat dan
kelas awet yang baik pada kayunya sehingga dibutuhkan dalam industri properti,
seperti untuk kayu lapis dan produk-produk mebeler. Dengan semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat terhadap kayu jati dan didukung dengan nilai jual yang tinggi,
usaha penanaman jati memiliki peluang yang bagus (Sumarna 2003 dalam Suyanto 2009)
Dalam usaha perbanyakan jati memiliki kendala yaitu pertumbuhan semai jati
yang membutuhkan waktu 4 - 5 bulan di persemaian. Oleh karena itu, tanaman jati
merupakan salah satu jenis tanaman yang pertumbuhannya lambat. Untuk membantu
mempercepat pertumbuhan dan kualitas bibit jati di persemaian maka dibutuhkan
peranan mikoriza dalam proses pertumbuhan jati.
Mikoriza adalah bentuk simbiosis mutualisme antara fungi dengan akar
tanaman. Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) adalah salah satu jenis fungi yang
bersimbiosis dengan akar tumbuhan. Simbiosis tersebut mempunyai peranan penting
dalam menyerap unsur - unsur hara yang sulit diserap oleh tanaman dan mempunyai
peranan penting untuk tanaman, terutama fosfat, sehingga dapat membantu
pertumbuhan tanaman (Gunawan 1984 dalam Christina 2010).
Penelitian ini akan mengumpulkan informasi mengenai jenis - jenis isolat
fungi mikoriza arbuskula baik sebagai faktor tunggal maupun yang dikombinasikan
dengan faktor lainnya yang dapat mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan
kualitas jati di persemaian. Menyusun informasi tersebut dalam bentuk aplikatif
mengenai hasil- hasil penelitian tentang jenis-jenis isolat fungi mikoriza arbuskula
baik sebagai faktor tunggal maupun yang dikombinasikan dengan faktor lainnya
1.2. Tujuan Penelitian
1. Mengumpulkan informasi mengenai penggunaan FMA dan kombinasi
perlakuannya berupa penggunaan media tumbuh dan pupuk serta teknik inokulasi
terhadap bibit Jati bermikoriza di persemaian
2. Mengevaluasi dan menganalisis data-data hasil penelitian mengenai penggunaan
FMA dan kombinasi perlakuannya berupa penggunaan media tumbuh dan pupuk
serta teknik inokulasi pada bibit Jati bemikoriza di persemaian
3. Menyusun informasi mengenai penggunaan FMA dan kombinasi perlakuannya
berupa penggunaan media tumbuh dan pupuk serta teknik inokulasi terhadap
bibit Jati bermikoriza dalam bentuk aplikatif
1.3.Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain:
1. Memberikan data sebagai informasi mengenai aplikasi penggunaan jenis isolat
FMA dan kombinasi perlakuannya berupa penggunaan media tumbuh dan pupuk
serta teknik inokulasi untuk meningkatkan kualitas dan pertumbuhan jati di
persemaian
2. Memberikan informasi dalam bentuk aplikatif untuk jenis-jenis isolat FMA baik
dan kombinasi perlakuannya berupa penggunaan media tumbuh dan pupuk serta
teknik inokulasi sehingga dapat meningkatkan nilai mutu semai jati
3. Memberikan informasi bagi peneliti mengenai aplikasi penggunaan jenis isolat
FMA dan kombinasi perlakuannya berupa penggunaan media tumbuh dan pupuk
serta teknik inokulasi untuk meningkatkan kualitas dan pertumbuhan jati sehingga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Mikoriza merupakan asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan jamur.
Asosiasi antara akar tanaman dengan jamur ini memberikan manfaat yang sangat baik
bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat jamur tersebut tumbuh dan
berkembang biak. Fungi Mikoriza Arbuskula adalah salah satu tipe fungi mikoriza
dan termasuk ke dalam golongan endomikoriza, yaitu fungi pembentuk mikoriza
yang berkembang di dalam sel-sel akar, tidak membentuk mantel hifa pada
permukaan akar maupun jala Hartig dalam jaringan epidermis dan korteks akar, dan
mempunyai organ berupa arbuskula.
Karakteristik utama dari FMA adalah biotrof obligat yang berarti bahwa setiap
daur hidupnya harus berasosiasi dengan tanaman hidup. Fungi Mikoriza Arbuskula
merupakan salah satu tipe fungi mikoriza dan termasuk ke dalam golongan
endomikoriza. Imas et al. (1989) menyatakan bahwa karakteristik endomikoriza adalah sebagai berikut :
1. Perakaran yang terkena infeksi tidak membesar
2. Cendawannya membentuk struktur lapisan hifa tipis pada permukaan akar, tetapi
tidak setebal mantel pada ektomikoriza
3. Hifa masuk ke dalam individu sel jaringan korteks
4. Adanya struktur khusus berbentuk oval yang disebut “Vesicles” dan sistem percabangan hifa yang disebut “Arbuscules”
FMA termasuk dalam ordo Glomales (Zygomycotona) dan terdiri dari dua
subordo, yaitu Glomineae dan Gigasporineae. Glominae terdiri dari empat famili
yaitu Glomaceae, Acaulosporaceae, Aracheosporaceae, dan Paraglomaceae.
Sementara Gigasporineae terdiri dari lima famili yaitu Ehtrophospora, Aracheospora,
Paraglomus, Gigaspora, dan Scutellspora (INVAM 2011)
Jaringan hifa eksternal FMA yang menginfeksi akar tanaman akan
memperluas bidang serapan akar terhadap air dan unsur hara. Di samping itu, ukuran
pori-pori tanah yang paling halus sehingga hifa menyerap air pada kondisi kadar air
tanah yang sangat rendah (Kilham 1994 dalam Musfal 2011). Hifa yang masuk ke dalam sel-sel korteks akar tumbuhan inang juga akan berkembang membentuk
cabang-cabang secara dikotom sehingga sebagian besar volume sel korteks terisi oleh
sistem percabangan hifa tersebut. Dengan cara demikian, memungkinkan terjadinya
pertukaran hara antara tumbuhan inang dengan fungi pembentuk mikoriza (Russell
1973 dalam Indriyanto 2008).
Manfaat FMA bagi ekosistem adalah untuk menghasilkan enzim fosfatase
yang dapat melepaskan unsur P yang terikat unsur Al dan Fe pada lahan masam dan
Ca pada lahan berkapur sehingga P akan tersedia bagi tanaman (Bolan 1991 dalam
Musfal 2010). Terjadinya peningkatan penyerapan fosfor pada tanaman bermikoriza
ditentukan oleh spesies tanaman (keperluan tanaman akan fosfor dan kemampuan
tanaman untuk menggunakan fosfor tanah dengan sebaik – baiknya, kandungan fosfor
dalam tanah, infeksi mikoriza, dan efisiensi spesies funginya (Imas et al. 1989). Keuntungan dari FMA terhadap tanaman setelah berasosiasi adalah
meningkatkan pertumbuhan dan kualitas bibit di persemaian dan saat dilakukan
kegiatan transplanting di lapangan akan menunjukkan kemampuan lebih stabil
(Setiadi 1997 dalam Lewenussa 2009). Keuntungan lain yang akan diperoleh dengan melibatkan mikroba pada tanaman antara lain: meningkatkan efisiensi dan efektifitas
dalam pengambilan nitrogen (N) dan fosfor (P), tersedianya growth regulating substances, tercegah dari patogen, dan perbaikan struktur tanah (Fakuara 1988).
Kemampuan cendawan pembentuk mikoriza untuk bersimbiosis dengan akar
tumbuhan sangat berbeda dan bergantung pada kecocokannya. Kecocokan cendawan
dengan inang merupakan tingkat asosiasi yang dapat terjadi pada mikoriza, sehingga
asosiasi itu kemungkinan dapat khusus pada satu inang, atau berasosiasi pada
berbagai jenis inang. Efektivitas mikoriza dalam peranannya untuk meningkatkan
pertumbuhan sangat bergantung kepada tingkat asosiasi cendawan pembentuk
mikoriza dengan akar tanaman.
Konsep ketergantungan tanaman akan mikoriza adalah tingkat relatif dimana
pertumbuhannya yang maksimum pada tingkat kesuburan tanah tertentu (Habte dan
Manyunath 1991 dalam Setiadi 2005). Jati (Tectona grandis) merupakan salah satu jenis pohon hutan yang dapat berasosiasi dengan fungi pembentuk endomikoriza
(Indryanto 2008). Tingkat ketergantungan tanaman terhadap FMA selain ditentukan
oleh tanaman itu sendiri, juga akan ditentukan oleh kandungan fosfat dalam tanah dan
jenis isolat cendawan yang dipakai (Dodd dan Jeffries 1991 dalam Setiadi 2005).
2.2. Manfaat Asosiasi Mikoriza
Pritchet (1979) dalam Fakuara et al. (1993) menyatakan bahwa cendawan pembentuk stuktur mikoriza sangat penting bagi nutrisi dan pertumbuhan pohon. Nye
dan Tinker (1977) dalam Fakuara et al. (1993) juga menyatakan bahwa akar bermikoriza aktif menyerap unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman yang
bermikoriza lebih cepat dibandingkan dengan tanaman yang akarnya tidak
bermikoriza. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Harley (1969) dan Bowen
(1973) yaitu serapan dan translokasi P lebih cepat jika akar bermikoriza. Selain itu
pula, mikoriza dapat berperan sebagai pengendali biologi yaitu dapat menciptakan
mekanisme yang memungkinkan dapat meningkatkan ketahanan terhadap patogen
akar.
2.3. Kompatibilitas Jati Dengan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Efektifitas FMA sangat tergantung pada kesesuaian antara faktor-faktor jenis
FMA, tanaman dan tanah, serta interaksi ketiga faktor tersebut. Perbedaan
kompatibilitas oleh beberapa isolat FMA pada 2 jenis klon (hasil perbanyakan kultur
jaringan) pada saat penyapihan yaitu klon 07 dan klon 03 (Rohayati 1999 dalam
Suraya 2002). Hasilnya menunjukkan bahwa inokulasi isolat FMA G. aggregatum
pada bibit jati nomor klom 07 asal KPH Cepu dapat menghasilkan presentase infeksi
tertinggi (89.29%) dan inokulasi FMA G.manihotis pada klon yang sama menunjukkan presentase rendah. Sedangkan pada bibit jati klon 03 asal KPH Saradan
aggregatum (91.57%) dan presentase infeksi terendah adalah FMA Gigaspora sp. +
Glomus sp. yaitu 47.57%.
Menurunnya cahaya dapat berpengaruh negatif terhadap infeksi FMA.
Dengan adanya naungan dan hari panjang dapat menurunkan perkembangan FMA
dan kepadatan infeksi pada akar lebih banyak dari panjang akar yang sebenarnya
diinfeksi. Infeksi FMA meningkat selama musim pertumbuhan (Fakuara 1998 dalam
Faisal 2005). Pertumbuhan cendawan yang terus menerus selama musim panas pasti
akan mempengaruhi prosentase infeksi akar sehingga diharapkan pertumbuhan akar
lebih lambat dalam musim panas daripada musim semi.
2.4. Jati (Tectona grandis Linn. F.)
Tanaman jati termasuk ke dalam famili Verbenaceae. Jati tumbuh baik di
daerah dengan musim kering yang nyata, jumlah curah hujan rata - rata 1200-2000
mm/tahun dan ketinggian tempat hingga 700 m dpl. Jati memerlukan tanah yang
berdrainase baik dan beraerasi cukup sebagai tempat tumbuhnya. Jati juga dapat
tumbuh pada kondisi tanah yang memiliki solum tanah tebal dan memiliki pH normal
(6,5-7,5) (Khrisnapillay 2000 dalam Qirom, M.A et al. 2009). Pada tanah-tanah yang dangkal, padat, serta becek pertumbuhannya kurang baik dan mudah terserang hama
penyakit (Martawijaya et al.1981 dalam Irawan 2009). Keadaan hara tanah yang menunjang pertumbuhan jati yang baik adalah pada tanah yang kandungan kalsium,
magnesium, dan fosfornya tinggi (Setiadi 1989 dalam Parlaungan 2005).
Wilayah penyebaran jati meliputi Jawa, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara
Barat, Maluku, dan Lampung (Martawijaya et al. 1981 dalam Suyanto, 2009). Kayu jati memiliki kondisi kelas kuat dan kelas awet yang baik sehingga banyak
dibutuhkan dalam industri properti, seperti untuk kayu lapis dan produk-produk
mebeler. Produk kayu jati memiliki pangsa pasar yang luas baik dalam maupun luar
negeri, yang belum dapat terpenuhi semua. Dengan kebutuhan yang belum terpenuhi
dan didukung dengan nilai jual yang tinggi, usaha penanaman jati memiliki peluang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus - Oktober 2011 di perpustakaan
LSI Institut Pertanian Bogor, perpustakaan Fakultas Kehutanan, dan Litbang.
3.2. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
merupakan hasil penelitian penggunaan jenis isolat FMA baik sebagai faktor tunggal
maupun yang dikombinasikan dengan faktor lainnya pada tanaman jati untuk
meningkatkan kualitas dan pertumbuhan jati di tingkat persemaian.
3.3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan dan menganalisis hasil
penelitian penggunaan jenis isolat FMA baik sebagai faktor tunggal maupun yang
dikombinasikan dengan faktor lainnya dalam meningkatkan kualitas dan
pertumbuhan jati di persemaian, yaitu dengan tahapan sebagai berikut:
1. Semua hasil penelitian penggunaan jenis isolat FMA dalam meningkatkan
kualitas dan pertumbuhan jati di persemaian berupa skripsi, tesis, dan
prosiding yang terdapat pada perpustakaan LSI IPB, perpustakaan Fakultas
Kehutanan, dan perpustakaan Puslitbang Kehutanan dikumpulkan
2. Data – data hasil penelitian dikelompokkan ke dalam parameter pengamatan
tinggi, diameter, dan berat kering total dari berbagai sumber
3. Data – data yang sudah dikelompokkan ke dalam parameter pengamatan,
kemudian dibagi lagi menjadi lima sub bab pembahasan yaitu antara lain:
3.1. Status FMA pada Jati dan Prosentase Infeksi Akar
3.2. Efektifitas Inokulasi FMA pada Pertumbuhan Jati
3.3. Pengaruh Interaksi Penggunaan FMA dan Jenis-Jenis Media Tumbuh
terhadap Pertumbuhan Jati
3.4. Pengaruh Interaksi Penggunaan FMA dengan Jenis-Jenis Pupuk
3.5. Pengaruh Teknik Inokulasi FMA pada Pertumbuhan Jati
4. Data – data hasil penelitian terkait dengan parameter pengamatan tinggi,
diameter, dan berat kering total berupa Uji Duncan dari berbagai sumber
dikumpulkan dan diolah untuk mendapatkan prosentase peningkatan
parameter pengamatan terhadap kontrol, dengan menggunakan rumus:
% Peningkatan = Nilai tinggi/diameter/BKT hasil Uji Duncan – Nilai Kontrol x 100% Nilai Kontrol
Hasil analisis data yang telah didapatkan dibandingkan terhadap kontrol
sebagai pembanding keefektifan dari inokulasi fungi endomikoriza
dimasukkan ke dalam tabel rekapitulasi di setiap sub bab pembahasan.
Hasilnya dapat diamati dari respon pertumbuhan yang terlihat.
Apabila hasilnya (+) = memberikan respon positif terhadap peningkatan
parameter pertumbuhan
(-) = tidak memberikan pengaruh terhadap parameter
pertumbuhan
5. Hasil pengolahan data - data prosentase peningkatan parameter pengamatan
hasil Uji Duncan pada setiap sumber akan disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
No Perlakuan Prosentase Pertumbuhan Terhadap Kontrol
Tinggi (%) Diameter (%) Berat kering Total (%)
6. Sumber data penelitian data yang diambil dibuat sebuah database