(Studi Deskriptif Tentang Proses Komunikasi Fisioterapis Psikomotor Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Untuk Kesembuhan Pasiennya)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Sidang Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas
Oleh : Whiwho NIM : 41806031
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
FENOMENA FISIOTERAPIS DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT (Studi Deskriptif Tentang Proses Komunikasi Fisioterapis Psikomotor Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat Untuk Kesembuhan Pasiennya)
Oleh : Nama : Whiwho
NIM : 41806031 Skripsi ini dibawah bimbingan :
Desayu Eka Surya, S.Sos,.M.Si
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tentang Proses Komunikasi Fisioterapis
Psikomotor Rumah Sakit Jiwa Jawa Barat Untuk Kesembuhan Pasiennya. Untuk
menjawab penelitian ini diangkat subfokus latar belakang, proses, komunikasi verbal, dan
komunikasi non verbal.untuk mengukur fokus penelitian.
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara penelitian, observasi, studi Pustaka dan penelusuran data online. Subyek penelitian adalah Henry Eko P, Joni Nash, dan Krisna Amelia. Penelitian ini
diperoleh melalui teknik purposive sampling dan triangulasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) latar belakang, 2) proses, 3) komunikasi verbal, dan 4) komunikasi non verbal mempunyai tujuan kesembuhan pasien dengan hasil yang positif, karena didukung dengan proses komunikasi, kegiatan, dan rencana program terapi yang sangat baik untuk kesembuhan pasien, pasien pun sangat menyukai dengan kegiatan yang ada di terapi psikomotor ini. Perubahan ini dirasakan juga oleh Fisioterapis melalui sikap pasiennya yang menunjukkan hubungan yang kuat. Dengan adanya hubungan yang kuat inilah kemudahan menangani pasien terapi psikomotor dapat berjalan dengan baik pula.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah menunjukkan Fenomena Fisioterapis Rumah Sakit Jiwa Jawa Barat (Proses Komunikasi Fisioterapis Untuk Kesembuhan Pasiennya Di Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jawa Barat)mempunyai peran kerja melalui kegiatan-kegiatan yang ada di terapi
psikomotor. Dengan adanya komunikasi dan hubungan yang baik dari Fisioterapis memberikan hasil yang positif bagi pasien.
Saran penelitian untuk mempertimbangkan lagi frekuensi proses terapi psikomotor
PHYSIOTHERAPISTPHENOMENON IN MENTAL HOSPITAL WEST JAVA PROVINCE (Descriptive Study About the Communications Physiotherapists Psychomotor Mental
Hospital of West Java province for patient recovery)
By : through the background, process, verbal communication, anda nonverbal communication used during activities Physiotherapist Psychomotor Therapy.
This study used a qualitative approach with descriptive methods. Most of data collected through interviews, observation and library studies and also by online data tracking. For sampling used in this study is to side with a number of technique purposive sample and triangulasion of data.
Result from this study showed that the background, process, verbal communication, and nonverbal communication has the purpose of healing patients with positive result as supported by the communication process, activities, and plain excellent therapy programs to cure the patient, the patient was very fond of the existing the physiotherapist through the attitude of his patients who showed a strong relationship. Given the strong relationship that is easy to handle patients with psychomotor therapy can work well too.
The conclusion of this study is to show Phenomenon Physiotherapis Psichiatric Hospital in West Java (Communication Process of Healing Patient Physiotherapist in Mental Hospital of West Java) has the role of working through the activities in Psychomotor Therapy. With the Communication and good relation of Physioterapist provide positive outcomes for patients.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan penelitian ini. Tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan kita
Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, serta para sahabat dan seluruh pengikutnya semoga rahmat dan hidayah selalu dilimpahkan padanya.
Dalam melaksanakan penelitian skripsi ini tidak sedikit penulis menghadapi kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non teknis. Namun atas izin Allah Swt,
juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang penulis terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada Papah dan Mamah tercinta dan juga Adik tercinta. Yang telah membuat penulis mengerti dan memahami arti sebuah kasih sayang dan arti kehidupan selama penulis jalani dari
awal memulai kuliah dan sampai dengan akhir proses penyusunan skripsi ini.
Selesai penulisan skripsi ini berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena
Komputer Indonesia.
2. Drs. Manap Solihat, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Public Relations UNIKOM, yang telah banyak membantu baik saat penulis melakukan kegiatan perkuliahan maupun saat mengurus berbagai
perizinan yang cukup membantu kelancaran peneliti dalam menyelesaikan penelitian.
3. Melly Maulin P, S.Sos., M.Si selaku sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations UNIKOM serta Dosen Wali penulis
yang telah banyak memberikan arahan, ilmu yang baru, dan proses perwalian kepada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
4. Desayu Eka Surya, S.Sos.,M.Si selaku pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, nasehatnya, motivasi dan ilmu yang baru kepada peneliti, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan baik. Serta Dosen Pengajar Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas FISIP Universitas Komputer Indonesia
melalui pengetahuan dan wawasan yang ibu berikan kepada penulis pada
saat penulis mengikuti perkuliahan.
6. Bpk/Ibu Dosen Pengajar Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu bagi penulis sehingga penulis mendapatkan ilmu dan
wawasan yang lebih untuk dapat melangkah kedepan.
7. Ratna Widiasti A.Md. Kom selaku Sekretariat Dekan FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung yang telah membantu mengenai surat-surat dan memberikan CAP dekan kepada Peneliti.
8. Astri ikawati,A.Md.kom selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu dalam mengurus surat perizinan yang berkaitan dengan penelitian yang peneliti laksanakan.
9. Henry Eko Prasetyo Amd.Ft selaku Pebimbing penulis di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi keberadaan informan serta telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
12.Terima kasih juga kepada Kartika Ratna Susilowati sebagai teman
terdekat penulis yang selalu memberi semangat, doa, dan motivasi. I Love
You…..
13.Terima kasih kepada sahabat-sahabat penulis di Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Komputer Indonesia Bandung yaitu: Harish Banser, Yuwana
Tri Aditya, Angga Sumantono, Erni Sundari, Wahyu Putera, Rizal Geovani, Farifki Zulkarnayen, Ponco Budi R, Wendi Wijaya, Rizky
Apriansyah Ramadhan, Gilang Rahadi Wijaya, Fatwa Rosma, san Sapta Anggara mohon maaf tidak bisa di tulis satu persatu) terima kasih banyak memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
14.Terima kasih kepada sahabat-sahabat yang lainnya. Rivai Brekelers, Wely
Sugianto, Aditta Pandita, Elvack Riansyah, Lillo, Birong, Helly, dan Bucci. Terima kasih banyak memberikan semangat dan dukungan kepada
penulis.
perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu, untuk menambah kualitas dari skripsi
ini, kritik dan saran yang membangun selalu peneliti nantikan, terima kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bandung, Juli 2011
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Fisioterapis merupakan seorang spesialis yang membantu menyembuhkan pasien melalui metode fisioterapi. Fisioterapis menurut WCPT (Word Untuk Terapi
Fisik Konfederasi) pada tahun 1995 dan 1999, adalah pekerja kesehatan profesional yang bekerja untuk orang dari segala usia yang bertujuan untuk melestarikan, meningkatkan kesehatan, memulihkan fungsi, dan ketergantungan ketika individu
memiliki kemampuan atau adanya masalah gangguan disebabkan oleh kerusakan
fisik, psikis, dan sebagainya1. Fisioterapi adalah pengobatan terhadap penderita yang
mengalami kelumpuhan atau gangguan otot dengan tujuan melatih otot tubuh agar dapat berfungsi secara normal. Fisioterapis merupakan salah satu bentuk pendukung pengobatan medis yang diberikan oleh berbagai rumah sakit termasuk Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jawa Barat dimana peneliti melakukan penelitian.
Seiring dengan berkembangnya zaman, jumlah penderita gangguan jiwa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut Kelliat terjadinya perang,
konflik, dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan salah satu pemicu yang memunculkan stres, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa. Bagi mereka
yang tidak mampu menggendalikan stressor baik dari stressor internal maupun
1
eksternal mereka akan kehilangan kontrol pikirannya, salah satu contohnya yaitu
perilaku kekerasan marah dan amuk. Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri, harga diri rendah,
yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, serta merasa gagal mencapai keinginan (Kelliat, 1999). Beberapa tanda-tanda harga diri rendah yaitu rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat
sendiri, merasa tidak mampu, gangguan hubungan sosial, kurang percaya diri, kadang
sampai mencederai diri sendiri (Townsend, 1998)2.
Menurut pakar kesehatan UI, Tabrany (2010)3, masalah kesehatan jiwa di
Indonesia kurang dilirik karena dinas kesehatan kurang respek. Sehingga baik
penderita maupun pelayanan kesehatan jiwa terlihat didiskriminasi, hal ini karena pengemasan yang dibuat dinas kesehatan tidak semenarik penyakit lain (penyakit fisik). Padahal angka penderita penyakit jiwa tidaklah sedikit. Di Indonesia,
berdasarkan Data Riskesdas tahun 2007, menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah populasi orang dewasa Indonesia lebih kurang
150.000.000 ada 1.740.000 orang saat ini mengalami gangguan mental emosional
(Aminullah, 2008)4. Selain itu, WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada satu dari
empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar
2
http://etd.eprints.ums.ac.id/6312/1/J200060019.pdf 09.16 PM 2 Desember 2010.
3
www.bataviase.co.id 05.37 PM 03 Desember 2010.
4
450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Pada masyarakat umum
terdapat 0,2%—0,8% penderita skizofrenia dan dari 120 juta penduduk Indonesia
terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa.5
Peneliti akan memaparkan data jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia yaitu di Rumah Sakit Jiwa Pusat Jakarta, tercatat 10.074 kunjungan pasien gangguan jiwa pada tahun 2006, meningkat menjadi 17.124 pasien pada tahun 2007. Sedangkan
di Rumah Sakit Jiwa Sumut pada tahun 2008 menerima sekitar 50 penderita perhari
untuk menjalani rawat inap dan sekitar 70—80 penderita untuk rawat jalan.
Sementara pada tahun 2006—2007, Rumah Sakit Jiwa Sumut hanya menerima 25—
30 penderita perhari (Aminullah, 2008)6.
Berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat adalah penggabungan dari Rumah Sakit Jiwa Bandung dan Rumah Sakit Jiwa Cimahi. Di
bawah ini adalah data jumlah pengunjung Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang menunjukkan besarnya angka penderita penyakit jiwa dan dalam beberapa tahun
mengalami penambahan.
5
http://etd.eprints.ums.ac.id/6312/1/J200060019.pdf 09.16 PM 2 Desember 2010.
6
Gambar 1.1
Laporan Kunjungan Pasien Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jabar Tahun 2006—2009
Sumber: Sub Bag. Perencanaan, Pelaporan, dan Pemasaran RSJ Prov. Jabar
Berdasarkan gambar 1.1, jumlah kunjungan pasien Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat untuk pelayanan rawat jalan, UGD, dan rawat inap mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pengunjung rawat jalan terbesar yaitu pada tahun 2008, untuk
pengunjung UGD terbesar pada tahun 2007, dan untuk pengunjung rawat inap terbesar pada tahun 2009.
Merujuk data di atas, dapat dihubungkan dengan pengadaan fisioterapis di
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang sebagai penunjang kesembuhan pasien, adalah salah satu upaya untuk mengurangi jumlah pasien yang berada di Rumah Sakit
Jiwa tersebut. Terapi merupakan komponen yang penting pada proses penyembuhan pasien penyakit jiwa. Diketahui terdapat berbagai jenis terapi di Rumah Sakit Jiwa
kreatif, terapi batako, terapi pertanian, terapi las besi, terapi perkayuan, terapi
kesenian, terapi musik, dan terapi keputrian (Profil RSJ Provinsi Jawa Barat, 2010: 21). Pada penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian terhadap fisioterapis yang
melakukan fisioterapi psikomotor.
Fisioterapis psikomotor merupakan seorang spesialis yang membantu penyembuhan pasien melalui metode motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar
adalah kegiatan senam, lari, dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan-gerakan ringan seperti menggerakkan tangan, menggerakkan jari,
menggerakkan kepala, dan lain-lain. Terapi psikomotor merupakan bagian dari fisioterapi yang menggunakan latihan dan tindakan fisik misalnya kekuatan otot
gerak sendi, sistem pernapasan, dan lain-lain7. Beberapa fungsi tersebut yang
membuat terapi psikomotor berperan penting dalam proses penyembuhan pasien Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
Sebelum, pada saat, maupun setelah latihan fisik dari terapi psikomotor, seorang fisioterapis berkomunikasi dengan pasien Rumah Sakit Jiwa dengan teknik yang khusus atau berbeda. Komunikasi yang digunakan berupa gabungan dari verbal
maupun nonverbal agar pesan disampaikan oleh komunikator atau dalam hal ini fisioterapis dapat optimal. Fisioterapis terapi psikomotor memberikan motivasi dan
instruksi kepada pasien, keluarga, dan orang-orang yang mungkin telah membantu
mempengaruhi tingkah laku dan program-program rehabilitasi. Beberapa terapi
psikomotor bagi pasien yang dilakukan di RSJ Provinisi Jawa Barat misalnya senam,
7
lari, menggerak-gerakan jemari, dan sebagainya. Terapi psikomotor menggunakan
beberapa teknik berupa latihan fisik yaitu8:
1. Streetching/penguluran, dilakukan jika pasien mempunyai kekakuan pada sendi. 2. Strengthening/penguatan, dilakukan untuk membantu pasien meningkatkan fungsi
dari otot.
Seorang fisioterapis haruslah memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik
apalagi dalam hal ini yang dihadapi adalah penderita penyakit jiwa. Seperti dikutip Cangara, Roger dan D Lawrence (1981), mengatakan bahwa komunikasi adalah:
“Suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan
pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan
tiba pada saling pengertian yang mendalam” (Cangara, 2004: 19).
Dalam berkomunikasi, seorang fisioterapis menggunakan dua cara yaitu
komunikasi verbal dan nonverbal. Dalam kegiatan komunikasi, kita menempatkan kata verbal untuk menunjukkan pesan yang dikirimkan atau yang diterima dalam bentuk kata-kata baik lisan maupun tulisan (Liliweri, 2002: 135). Sedangkan dalam
komunikasi nonverbal pesan berupa tatapan mata, gerakan tangan, jarak yang diambil, hingga wewangian yang dipakai (Effendy, 2003). Menurut Larry A.
Samovar dan Richard E. Porter, seperti yang dikutip dari Mulyana, “Komunikasi non
verbal mencangkup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu
8
setting komunikasi yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh
individu yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima”
(Mulyana, 2005: 308).
Baik komunikasi verbal maupun nonverbal memiliki kapasitas tersendiri bagi berjalannya komunikasi antara fisioterapis dengan pasien di RSJ Provinsi Jabar. Hanya saja komunikasi nonverbal digunakan lebih banyak porsinya agar pasien dapat
lebih memahami pesan yang disampaikan fisioterapis. Komunikasi nonverbal yang digunakan dapat menenangkan kecemasan pasien misalnya dengan sentuhan dan
tatapan mata yang hangat. Selain itu, komunikasi nonverbal terjadi pada saat latihan fisik, fisioterapis sebagai instruktur latihan yang memperagakan beberapa gerakan yang selanjutnya diikuti oleh pasien.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengkaji tentang proses komunikasi yang dilakukan fisioterapis kepada pasien yang mempunyai
keterbelakangan adalah satu bentuk komunikasi khusus yang memiliki keunikan tersendiri untuk diteliti lebih jauh. Komunikasi yang dilakukan fisioterapis bukan satu bentuk proses yang mudah dan memerlukan keterampilan khusus dan perjuangan
yang berat sehingga peneliti menilai dan meneliti tentang proses komunikasi fisioterapis terhadap kesembuhan pasiennya adalah masalah yang menarik untuk
diteliti. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti merumuskan masalah literatur
sebagai berikut: “Bagaimana Fenomena Fisioterapis Di Rumah Sakit Jiwa
Fisioterapis Psikomotor Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Untuk Kesembuhan Pasiennya)?”
1.2. Identifikasi Masalah
Untuk memberi arah pada penelitian yang dilakukan, maka peneliti menyusun penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang adanya fisioterapis psikomotor untuk membantu
penyembuhan pasien Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat?
2. Bagaimana proses terapi psikomotor untuk membantu penyembuhan pasen
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat?
3. Bagaimana proses komunikasi verbal yang digunakan fisioterapis psikomotor
untuk membantu penyembuhan pasien Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat?
4. Bagaimana proses komunikasi nonverbal yang digunakan fisioterapis
psikomotor untuk membantu penyembuhan pasien Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat?
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan
fenomena fisioterapis psikomotor Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jabar (suatu studi deskriptif tentang proses komunikasi fisioterapis Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat untuk kesembuhan pasiennya).
1.3.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui latar belakang adanya fisioterapis psikomotor untuk
membantu penyembuhan pasien Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
2. Untuk mengetahui proses terapi psikomotor untuk membantu penyembuhan
pasien Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
3. Untuk mengetahui proses komunikasi verbal yang digunakan fisioterapis
psikomotor untuk membantu penyembuhan pasien Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat.
4. Untuk mengetahui proses komunikasi nonverbal yang digunakan fisioterapis
psikomotor untuk membantu penyembuhan pasien Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat.
1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis
Kegunaan secara teoritis dari penelitian yang dilaksanakan adalah berguna
dalam pengembangan pengetahuan (sains), pengembangan Ilmu Komunikasi pada
umumnya dan Hubungan Masyarakat secara khusus yang menyangkut proses komunikasi verbal dan non verbal.
1.4.2. Kegunaan Praktis 1. Kegunaan untuk Peneliti
Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan peneliti dalam bidang
komunikasi Antarpribadi khususnya mengenai proses komunikasi verbal dan nonverbal fisioterapis pada kesembuhan pasiennya sekaligus sebagai wujud aplikasi keilmuan yang selama studi hanya didapat secara teori.
2. Kegunaan untuk Universitas dan Program Studi
Sebagai literatur bagi Mahasiswa Unikom secara umum dan mahasiswa/I
3. Kegunaan untuk Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan evaluasi komunikasi bagi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat mengenai fisioterapis
psikomotor pada pasiennya.
1.5. Kerangka Pemikiran 1.5.1. Kerangka Teoritis
Kerangka pemikiran adalah suatu hasil model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah riset (Umar, 2002: 208). Dalam kerangka pemikiran ini, peneliti berusaha membahas masalah pokok skripsi. Adapun indikator yang peneliti angkat pada penelitian ini
adalah latar belakang adanya fisioterapis psikomotor, proses terapi psikomotor, komunikasi verbal fisioterapis psikomotor, dan komunikasi nonverbal fisioterapis
psikomotor. Pembahasan tersebut akan dijelaskan dengan menggunakan konsep-konsep dan teori-teori yang ada hubungannya dengan pembahasan, untuk membantu menjawab pokok masalah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan latar belakang adalah keterangan mengenai suatu peristiwa guna melengkapi informasi
yang tersirat sebelumnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990: 242).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Republik Indonesia, Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan
kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan
mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi9. Fisioterapis adalah seseorang yang telah
lulus pendidikan formal fisioterapi dan kepadanya diberikan kewenangan tertulis
untuk melakukan tindakan fisioterapi atas dasar keilmuan dan kompetensi yang
dimilikinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku10. Cakupan
pelayanan fisioterapi adalah11:
1. Promotif
Mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan bagi individu dan masyarakat umum.
2. Preventif
Pencegahan terhadap gangguan, keterbatasan fungsi, ketidak mampuan individu yang berpotensi untuk mengalami gangguan gerak dan fungsi tubuh akibat faktor-faktor kesehatan/sosial ekonomi dan gaya hidup.
3. Kuratif dan Rehabilitatif
Memberikan intervensi untuk pemulihan integritas sistem tubuh yang diperlukan
untuk pemulihan gerak, memaksimalkan fungsi, meminimalkan ketidakmampuan
9
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 376/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Fisioterapi Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2.22 AM 28 Januari 2011.
10
Ibid.
11
dan meningkatkan kualitas hidup individu dan kelompok yang mengalami
gangguan gerak akibat keterbatasan fungsi dan kecacatan.
Berdasarkan cakupan pelayanan fisioterapi di atas, menjelaskan bahwa
fisioterapis berperan penting dalam membantu penyembuhan pasien di RS Jiwa. Pelayanan fisioterapi yang tersedia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat merupakan bagian dari rehabilitatif psikiatri yang terdiri dari:
1. Konseling
2. Support Therapy (psikomotor)
3. Terapi Kreatif
4. Terapi Batako
5. Terapi Pertanian
6. Terapi Las Besi
7. Terapi Perkayuan
8. Terapi Kesenian
9. Terapi Musik
10.Terapi Keputrian
Komunikasi menurut Roger dan D Lawrence (1981) dalam Cangara, mengatakan bahwa komunikasi adalah:
“Suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan
Menurut Gordon dalam Blake dan Haroldsen, mengatakan bahwa “Hakikatnya tujuan (komunikasi)-nya mungkin adalah seluruh komunikasi itu, seperti
motivasi (kata yang sering digunkan oleh ahli psikologi) termasuk dalam seluruh
tingkah laku sepanjang komunikasi dan/atau tingkah laku itu melibatkan manusia. Apakah disadari atau tidak, komunikasi mempunyai tujuan untuk mempengaruhi, menimbulkan empati, menyampaikan informasi, menarik perhatian, dan lain sebagainya.” (Black, 1971: 37).
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yakni proses primer dan
sekunder. Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol)
sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.
(Effendy, 2003: 11). Sedangkan komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. (Effendy, 2003: 18).
Pada hubungan komunikasi yang terjadi antara fisioterapis dengan pasien RS Jiwa, pesan tidak hanya dilakukan menggunakan media berupa lambang melainkan
Komunikasi verbal adalah komunikasi lisan atau tulisan dengan menggunakan
kata-kata. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mewakili berbagai aspek realitas individu yang meliputi bahasa asal, kebiasaan, tingkat pengetahuan dan intelejensia sampai
aspek budaya12.
Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana,
2005). Menurut Larry L. Barker (dalam Mulyana, 2005), bahasa mempunyai tiga fungsi, yaitu:
1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek,
tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
3. Fungsi transmisi, yaitu informasi dapat disampaikan kepada orang lain melalui
bahasa.
Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak
menggunakan kata-kata, komunikasi ini menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, intonasi nada (tinggi-rendahnya nada), kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak,
dan sentuhan-sentuhan (Mulyana, 2005).
12
Kategori komunikasi non verbal adalah sebagai berikut13:
a. Proksemik
Proksemik merupakan penyampaian pesan-pesan melalui pengaturan jarak dan
ruang. Dalam hal ini terdapat beberapa zona yaitu:
1. Zona intim (berjarak 15—46 cm), adalah zona yang dapat melakukan kontak
fisik, hanya orang dekat secara emosional yang dapat memasukinya seperti
kekasih, orang tua, suami-istri, anak-anak, kerabat, dan sanak saudara.
2. Zona pribadi (berjarak 46 cm—1,2 m), jarak ini dilakukan seperti pada saat
kita di pesta-pesta, acara kantor, dan lain sebagainya.
3. Zona sosial (berjarak 1,2—3,6 m), zona ini berlaku pada orang yang belum
dikenal secara baik atau bahkan asing, seperti pada saat di toko yang berbicara dengan pelayan toko.
4. Zona umum (berjarak >3,8 m), zona ini berlaku pada saat kita berbicara
dengan sekelompok orang yang banyak seperti pidato.
b. Kinesik
Kinesik merupakan penyampaikan pesan-pesan yang menggunakan
gerakan-gerakan tubuh yang berarti yang meliputi mimik wajah, mata (lirikan-lirikan), gerakan-gerakan tangan dan yang terakhir keseluruhan anggota badan (tegap,
lemah gemulai, dan sebagainya).
13
c. Khronemik
Khronemik adalah berhubungan dengan konteks waktu.
d. Paralinguistik
Paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara mengucapkannya dengan kata lain tinggi rendahnya intonasi cara pengucapannya.
e. Diam
Diam dapat diartikan bermacam-macam misal persetujuan, sikap apatis, tahu, bingung, kontemplasi, ketidaksetujuan, dan arti-arti lainnya.
f. Haptik
Haptik adalah studi mengenai penggunaan sentuhan dalam komunikasi.
g. Cara Berpakaian dan Penampilan Fisik
Cara berpakaian digunakan untuk menyampaikan identitas komunikator, menyampaikan identitas berarti menunjukkan kepada orang lain bagaimana
perilaku kita dan bagaimana sepatutnya orang lain memperlakukan kita. h. Olefatik
Studi komunikasi melalui indra penciuman disebut sebagai olefatik. Bau masih
merupakan suatu hal yang sangat susah dimengerti dalam komunikasi. i. Okulestik
Menurut Mark L. Knapp (Jalaludin, 1994), fungsi pesan nonverbal yang
dihubungkan dengan pesan verbal antara lain:
1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal.
2. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal.
3. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan
verbal.
4. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
5. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya.
1.5.2. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan aplikasi dari kerangka teoritis yang
sebelumnya telah mendapatkan berbagai teori pendukung penelitian ini. Proses komunikasi yang menjadi inti penelitian ini, kemudian dapat diaplikasikan dalam
kegiatan fisioterapi psikomotor di RSJ Provinsi Jawa Barat yang menjadi subyek penelitian.
Setiap jenis penyakit memiliki teknik penyembuhan yang berbeda hal inilah
yang membuat fisioterapis memiliki beberapa macam spesialisasi yang berbeda. Latar
belakang mengapa adanya fisioterapis psikomotor adalah cakupan dari pelayanan
fisioterapi tersebut yakni:
1. Promotif.
3. Kuratif dan Rehabilitatif.
Berdasarkan cakupan pelayanan fisioterapi di atas, fisioterapis berperan penting dalam membantu penyembuhan pasien di RSJ Provinsi Jawa Barat.
Pelayanan fisioterapi yang tersedia di RSJ Provinsi Bandung merupakan bagian dari rehabilitatif psikiatri yang terdiri dari:
1. Konseling
2. Support Therapy (psikomotor)
3. Terapi Kreatif
4. Terapi Batako
5. Terapi Pertanian
6. Terapi Las Besi
7. Terapi Perkayuan
8. Terapi Kesenian
9. Terapi Musik
10.Terapi Keputrian
Semua pelayanan rehabilitasi psikiatrik tersebut merupakan pelayanan
komperehensif untuk membantu menyembuhkan pasien RSJ Provinsi Jawa Barat. Peneliti memfokuskan pada fisioterapi psikomotor karena sangat penting bagi pasien
Proses fisioterapi psikomotor yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa barat berupa motorik kasar dan motorik halus yang disesuaikan dengan tingkat kejiwaan masing-masing pasien dalam proses penyembuhan atau rehabilitasi.
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yakni proses primer dan sekunder (Effendy, 2003). Pada hubungan komunikasi yang terjadi antara fisioterapis psikomotor dengan pasien RSJ Provinsi Jawa Barat, pesan tidak hanya dilakukan
menggunakan media berupa lambang melainkan juga menggunakan media dalam hal ini berupa alat-alat fisioterapi psikomotor. Berdasarkan pengertian di atas komunikasi
tidak hanya dilakukan melalui media verbal saja melainkan media nonverbal. Pesan verbal yang digunakan fisioterapis dalam proses terapi di RSJ Prov. Jabar yaitu
menggunakan bahasa yang sehari-hari. Sedangkan pesan nonverbal yang digunakan fisioterapis dalam proses terapi di RSJ Prov. Jabar yaitu peragaan gerakan-gerakan
olahraga/psikomotor.
1.6. Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada informan pada
penelitian yang dilakukan, sebagai berikut:
a. Latar Belakang Adanya Fisioterapis Psikomotor
1. Apakah pengertian dari terapi psikomotor?
2. Dimana fisioterapis melakukan terapi psikomotor di Rumah Sakit Jiwa
3. Kapan fisioterapis melakukan terapi psikomotor di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat?
4. Apakah fisioterapi psikomotor dilakukan setiap hari?
5. Berapa banyak terapi psikomotor dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat setiap harinya?
6. Apakah jumlah fisioterapis psikomotor di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa
Barat sudah mencukupi dengan jumlah pasien?
7. Berapa banyak pasien yang dapat ditangani oleh seorang fisioterapis
psikomotor?
b. Proses Terapi Psikomotor
1. Berapa lama durasi pelaksanaan fisioterapi tersebut?
2. Bagaimana fisioterapis melakukan terapi psikomotor di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat?
3. Bagaimana terapi psikomotor dapat berperan dalam penyembuhan pasien?
4. Bagaimana teknik yang digunakan dalam mengajak pasien mengikuti terapi
psikomotor?
5. Adakah kesulitan dalam melaksanakan pelayanan fisioterapi psikomotor di
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat?
6. Apa sajakah media yang digunakan dalam fisioterapi psikomotor di RSJ
7. Apakah media yang disediakan oleh rumah sakit sudah mencukupi
kebutuhan?
c. Komunikasi Verbal
1. Bagaimana cara menyampaikan pesan secara verbal kepada pasien RSJ
Provinsi Jabar saat terapi psikomotor?
2. Apa saja contoh dari pesan verbal yang dilakukan?
3. Apa yang dilakukan jika pasien tidak tertarik atau tidak mengacuhkan pesan
verbal yang Anda sampaikan?
4. Bagaimana bahasa yang digunakan?
5. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyampaikan pesan verbal
hingga akhirnya pasien mengerti dan mengikuti ajakan dari fisioterapis?
d. Komunikasi Nonverbal
1. Bagaimana cara menyampaikan pesan secara non verbal kepada pasien RSJ
Provinsi Jabar saat terapi psikomotor?
2. Apa saja contoh dari pesan nonverbal yang dilakukan?
3. Apa yang dilakukan jika pasien tidak tertarik atau tidak mengacuhkan pesan
nonverbal yang Anda sampaikan?
4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyampaikan pesan nonverbal
hingga akhirnya pasien mengerti dan mengikuti ajakan dari fisioterapi?
1.7. Subyek Penelitian dan Informan
Adapun subyek dan informan penelitian ini dipilih dari fisioterapis. Maka, subyek dan informan penelitiannya, sebagai berikut:
1.7.1. Subyek Penelitian
Pada penelitian ini, subyeknya adalah fisioterapis di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat, dalam cakupan fisioterapis bidang psikomotor.
1.7.2. Informan Penelitian
Pemilihan informan-informan pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, sebagaimana maksud yang disampaikan oleh Rachmat Kriyanto dalam buku Teknik Praktis Riset Komunikasi, adalah:
Tabel 1.1.
Data Informan Penelitian n = 3
No. Nama Jabatan
1 Henry Eko Prasetyo AMd.Ft Fisioterapis
2 Joni Nash Fisioterapis
Sumber: Peneliti, 2010
Informan terpilih dari beberapa fisioterapis di RSJ Provinsi Jawa Barat di atas
menggunakan teknik purposive sampling, dimana teknik ini mencakup orang-orang
yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel atau informan.
Adapun untuk pemilihan tempat penelitian merupakan atas dasar kriteria yang dilihat yaitu rumah sakit jiwa yang satu-satunya di Provinsi Jawa Barat dan sesuai
1.7.3. Informan Kunci
Untuk memperjelas dan memperkuat data yang lebih baik dalam informasi yang diperoleh. Terdapatnya informan kunci yang dijadikan sebagai perjelas, adapun
informan kunci sebagai berikut:
Tabel 1.2.
Daftar Informan Kunci
No. Nama Keterangan
1 Krisna Amelia Amd.Ft Fisioterapis
Sumber: Peneliti, 2010
1.8.Metode Penelitian
Metode pendekatan literatur yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Hamid Patilima yang dimaksud
dengan kualitatif adalah hasil pengumpulan data dan informasi dengan menggunakan berbagai metode pengumpulan data, seperti pengamatan, wawancara, menggambar, diskusi kelompok terfokus, dan lain-lain. Semua data dan informasi yang diperoleh,
dianalisis (Metode Penelitian Kualitatif, 2007: 87). Sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu memaparkan
yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari
pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang (Rakhmat, 2004: 25).
Menurut Jalaluddin Rakhmat (2004: 25), penelitian deskriptif bertujuan untuk:
1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala-gejala yang
ada.
2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktik-praktik yang
berlaku.
3. Membuat perbandingan atau evaluasi.
4. Menentukan apa yang dihadapi orang lain dalam menghadapi masalah yang sama
dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
1.9. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
berdasarkan dari laporan tentang diri sendiri atau self-report atau setidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode
wawancara dan juga kuesioner (angket) adalah sebagai berikut:
a. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
b. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar atau dapat
dipercaya.
c. Bahwa banyak interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan
dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan
telepon.
2. Studi Kepustakaan
Menurut J. Supranto seperti yang dikutip Ruslan dalam bukunya Metode
Penelitian Public Relations dan Komunikasi, bahwa studi kepustakaan adalah
dilakukan mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah,
buku-buku referensi, dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan (Ruslan, 2004: 31). Studi kepustakaan digunakan untuk mempelajari sumber bacaan yang
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode atau teknik pengumpulan data dengan menelusuri data dokumen. Dokumen merupakan catatan yang di dalamya terdapat
sebuah peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen yang digunakan antara lain dokumen struktur organisasi RSJ Provinsi Jabar, dokumen SOP, serta dokumen lain yang menyangkut data sekunder berupa data statistik RSJ Provinsi Jabar.
4. Observasi Partisipatif
Susan Stainback menyatakan dalam observasi patisipatif, peneliti mengamati
apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpastisipasi dalam aktivitas mereka (Sugiyono, 2007:65).
5. Studi Internet
Internet adalah sebagai salah satu hasil dari kemajuan dunia teknologi, kini sudah menjadi pusat data dan informasi yang penting dalam rangka melakukan riset,
1.10. Teknik Analisis Data
Setelah memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka selanjutnya akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penyeleksian Data
Penyeleksian data yakni memilah data yang didapatkan untuk dijadikan sebagai bahan laporan penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan sesuai
dengan kebutuhan penelitian dan dianggap relevan untuk dijadikan sebagai hasil laporan penelitian. Data yang diperoleh kemungkinan tidak sejalan dengan tujuan
penelitian sebelumnya, oleh karena itu penyeleksian data yang dianggap layak sangat dibutuhkan.
2. Klasifikasi Data
Klasifikasi data yakni mengkategorikan data yang diperoleh berdasarkan bagian-bagian penelitian yang telah ditetapkan. Klasifikasi data ini dilakukan untuk
memberikan batasan pembahasan dan berusaha untuk menyusun laporannya secara tersistematis menurut klasifikasinya. Klasifikasi ini juga membantu penulis dalam memberikan penjelasan secara lebih detail dan jelas.
3. Merumuskan Hasil Penelitian
Semua data yang diperoleh kemudian dirumuskan menurut pengklasifikasian
4. Menganalisis Hasil Penelitian
Tahap yang akhir adalah menganalisis hasil penelitian yang diperoleh dan berusaha membandingkannya dengan berbagai teori atau penelitian sejenis lainnya
dengan data yang diperoleh secara nyata di lapangan. Menganalisis hasil penelitian dilakukan untuk dapat memperoleh jawaban atas penelitian yang dilakukan dan berusaha untuk membuahkan suatu kerangka pikir atau menguatkan yang ada.
1.11. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSJ Provinsi Jabar Jl. Kolonel Masturi km 7
Cisarua Bandung Barat.
1.11.2. Waktu Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjuan Ilmu Komunikasi 2.1.1. Definisi Komunikasi
Komunikasi menurut Roger dan D Lawrence (1981) dalam Cangara,
mengatakan bahwa komunikasi adalah:
“Suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam” (Cangara, 2004: 19).
Menurut Gordon dalam Blake dan Haroldsen, mengatakan bahwa “Hakikatnya tujuan (komunikasi)-nya mungkin adalah seluruh komunikasi itu, seperti “motivasi” (kata yang sering digunkan oleh ahli psikologi) termasuk dalam seluruh
tingkah laku sepanjang komunikasi dan/atau tingkah laku itu melibatkan manusia.
Apakah disadari atau tidak, komunikasi mempunyai tujuan untuk mempengaruhi, menimbulkan empati, menyampaikan informasi, menarik perhatian, dan lain sebaginya.” (Black, 1971: 37).
Komunikasi adalah peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain (Rakhmat, 2001). Komunikasi yang efektif menurut Tubbs dan Moss
cara menghadirkan diri, cara berpikir, dan cara menyampaikan isi pikiran tersebut
kepada orang lain (Million, 1969).
Dari asal kata komunikasi diatas jelas, bahwa komunikasi merupakan suatu
proses yang mempunyai tujuan yaitu tercapainya suatu kesamaan makna atau arti, diantara individu yang terlibat dalam interaksi dalam suatu komunikasi. Untuk lebih jelas lagi mengenai pengertian komunikasi, dapat dilihat beberapa definisi
komunikasi menurut para ahli.
Sebagaimana dikutip oleh Djalaludin Rakhmat, Raymond S Ross, melihat
komunikasi yang berawal dari proses penyampaian suatu lambang:
“A transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar to that intended by the source.” (Proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respon yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber) (Rakhmat, 2007: 3).
Lain halnya dengan definisi komunikasi yang diberikan oleh Onong Uchjana
Effendy. Menurutnya komunikasi yaitu:
“Proses pernyataan antara manusia yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya.” (Effendy, 1993:28)
2.1.2. Komponen-komponen Komunikasi
Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi terdiri dari proses yng di dalamnya terdapat unsur atau komponen.
Menurut Onong Uchjana Effendy, Ruang Lingkup Ilmu Komunikasi berdasarkan komponen terdiri dari:
1. Komunikator (communicator)
2. Pesan (message)
3. Komunikan (communicant)
4. Media (media)
5. Efek (effect) (Efendy, 2005: 6)
Untuk itu, Lasswell memberikan paradigma bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
1. Komunikator
Komunikator atau orang yang menyampaikan pesan harus berusaha merumuskan isi pesan yang akan disampaikan. Sikap dari komunikator harus empati, jelas.
Kejelasan kalimat dan kemudahan bahasa akan sangat mempengaruhi penerimaan pesan oleh komunikan.
2. Pesan
Pesan adalah pernyataan yang didukung oleh lambang. Lambang bahasa
suara. Lambang gerak adalah ekspresi wajah dan gerakan tubuh, sedangkan
lambang warna berkaitan dengan pesan yang disampaikan melalui warna tertentu yang mempunyai makna, yang sudah diketahui secara umum, misalnya merah,
kuning, dan hijau pada lampu lalu lintas.
3. Komunikan
Komunikan adalah penerima pesan. Seorang penerima pesan harus tanggap atau peka dengan pesan yang diterimanya dan harus dapat menafsirkan pesan yang
diterimanya. Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah persepsi komunikan terhadap pesan harus sama dengan persepsi komunikator yang menyampaikan
pesan.
4. Media
5. Efek
Efek atau dapat disebut pengaruh, juga merupakan bagian dari proses komunikasi. Namun, efek ini dapat dikatakan sebagai akibat dari proses komunikasi yang telah
dilakukan. Seperti yang dijelaskan Cangara, masih dalam bukunya “Pengantar
Ilmu Komunikasi,” pengaruh atau efek adalah:
“Perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.Pengaruh ini bias
terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang” (De
Fleur, 1982, dalam Cangara, 2004: 25).
2.2. Tinjauan Proses Komunikasi 2.2.1. Komunikasi Verbal
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yakni proses primer dan sekunder. Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambing (simbol) sebagai
media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.” (Effendy,
2003: 11). Sedangkan komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambing sebagai media pertama.” (Effendy, 2003: 18).
realitas individu yang meliputi bahasa asal, kebiasaan, tingkat pengetahuan dan
intelejensia sampai aspek budaya.
Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana,
2005). Menurut Larry L. Barker, bahasa mempunyai tiga fungsi, yaitu:
1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek,
tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
3. Fungsi transmisi, yaitu informasi dapat disampaikan kepada orang lain melalui
bahasa. (Mulyana, 2005).
Di dalam kegiatan komunikasi, kita menempatkan kata verbal untuk menunjukan pesan yang dikirimkan atau yang diterima dalam bentuk kata-kata baik
lisan maupun lisan. Kata verbal sendiri berasal dari bahasa latin, verbalis verbum yang sering pula dimaksudkan dengan berarti atau bermakna melalui kata atau yang berkaitan dengan kata yang digunakan untuk menerangkan fakta, ide atau tindakan
yang lebih sering berbentuk percakapan daripada tulisan. (Liliweri, 2002: 135) Berbicara mengenai komunikasi verbal, maka kita juga akan membicarakan mengenai bahasa yang dipakai. Bahasa menurut Larry L. Barker, harus memiliki tiga
fungsi yaitu penamaan (naming atau labelling), interaksi dan transmisi informasi
(Mulyana 2005: 243). Sementara itu, menurut Book, masih dalam Mulyana
mengungkapkan bahwa:
“Bahasa harus memenuhi tiga fungsi yaitu untuk mengenal dunia di
2.2.2. Komunikasi Nonverbal
Selain komunikasi verbal, kita mengenal juga komunikasi nonverbal.
Komunikasi nonverbal lebih menitik beratkan pada aspek-aspek selain bahasa lisan maupun tulisan sebagai pesan komunikasi. Pesan dalam komunikasi nonverbal dapat dilihat dari tatapan mata, gerakan tangan, jarak yang diambil hingga wewangian yang
dipakai. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter:
“Komunikasi non verbal mencangkup semua ransangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima (Mulyana 2005: 308).
Menurut Drs. Agus M. Hardjana, M.Sc., Ed. menyatakan bahwa: “Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non
verbal, tanpa kata-kata”. Sedangkan menurut Atep Adya Barata mengemukakan
bahwa: “Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang diungkapkan melalui pakaian
dan setiap kategori benda lainnya (the object language), komunikasi dengan gerak
(gesture) sebagai sinyal (sign language), dan komunikasi dengan tindakan atau
Bentuk-bentuk komunikasi nonverbal terdiri dari tujuh macam yaitu:
a. Komunikasi visual
Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang
digunakan untuk menyampaikan pesan berupa gambar-gambar, grafik-grafik, lambang-lambang, atau simbol-simbol. Dengan menggunakan gambar-gambar yang relevan, dan penggunaan warna yang tepat, serta bentuk yang unik akan
membantu mendapat perhatian pendengar. Dibanding dengan hanya
mengucapkan kata-kata saja, penggunaan komunikasi visual ini akan lebih cepat
dalam pemrosesan informasi kepada para pendengar.
b. Komunikasi sentuhan
Ilmu yang mempelajari tentang sentuhan dalam komunikasi nonverbal sering disebut Haptik. Sebagai contoh: bersalaman, pukulan, mengelus-ngelus, sentuhan di punggung dan lain sebagainya merupakan salah satu bentuk
komunikasi yang menyampaikan suatu maksud/tujuan tertentu dari orang yang menyentuhnya.
c. Komunikasi gerakan tubuh
Kinesik atau gerakan tubuh merupakan bentuk komunikasi non verbal, seperti, melakukan kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh. Gerakan
d. Komunikasi lingkungan
Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat atau merasakannya. Contoh: jarak, ruang, temperatur dan warna. Ketika seseorang menyebutkan bahwa ”jaraknya sangat jauh”, ”ruangan ini kotor”, ”lingkungannya
panas” dan lain-lain, berarti seseorang tersebut menyatakan demikian karena atas
dasar penglihatan dan perasaan kepada lingkungan tersebut.
e. Komunikasi penciuman
Komunikasi penciuman merupakan salah satu bentuk komunikasi dimana
penyampaian suatu pesan/informasi melalui aroma yang dapat dihirup oleh indera penciuman. Misalnya aroma parfum bulgari, seseorang tidak akan memahami
bahwa parfum tersebut termasuk parfum bulgari apabila ia hanya menciumnya sekali.
f. Komunikasi penampilan
Seseorang yang memakai pakaian yang rapi atau dapat dikatakan penampilan yang menarik, sehingga mencerminkan kepribadiannya. Hal ini merupakan bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan kepada orang yang
melihatnya. Tetapi orang akan menerima pesan berupa tanggapan yang negatif apabila penampilannya buruk (pakaian tidak rapih, kotor dan lain-lain).
g. Komunikasi citarasa
Komunikasi citrasa merupakan salah satu bentuk komunikasi, dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui citrasa dari suatu makanan atau
memiliki rasa enak, manis, lezat dan lain-lain, apabila makanan tersebut telah
memakan/meminumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa citrasa dari makanan/minuman tadi menyampaikan suatu maksud atau makna.
Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata, komunikasi ini menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, intonasi nada (tinggi-rendahnya nada), kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak,
dan sentuhan-sentuhan (Mulyana, 2005).
Kategori komunikasi nonverbal adalah sebagai berikut1:
a. Proksemik
Proksemik merupakan penyampaikan pesan-pesan melalui pengaturan jarak dan
ruang. Dalam hal ini terdapat beberapa zona yaitu,
1. Zona intim (berjarak 15—46 cm), adalah zona yang dapat melakukan kontak
fisik, hanya orang dekat secara emosional yang dapat memasukinya seperti
kekasih, orang tua, suami-istri, anak-anak, kerabat, dan sanak saudara.
2. Zona pribadi (berjarak 46 cm—1.2 m), jarak ini dilakukan seperti pada saat kita di pesta-pesta, acara kantor, dan lain sebagainya.
3. Zona sosial (berjarak 1.2—3.6 m), zona ini berlaku pada orang yang belum
dikenal secara baik atau bahkan asing, seperti pada saat di toko yang berbicara
dengan pelayan toko.
1
4. Zona umum (berjarak >3.8 m), zona ini berlaku pada saat kita berbicara
dengan sekelompok orang yang banyak seperti pidato.
b. Kinesik
Kinesik merupakan penyampaikan pesan-pesan yang menggunakan gerakan-gerakan tubuh yang berarti yang meliputi mimik wajah, mata (lirikan-lirikan), gerakan-gerakan tangan dan yang terakhir keseluruhan anggota badan (tegap,
lemah gemulai, dan sebagainya).
c. Khronemik
Khronemik adalah berhubungan dengan konteks waktu.
d. Paralinguistik
Paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara mengucapkannya dengan kata lain tinggi rendahnya intonasi cara pengucapannya.
e. Diam
Diam dapat diartikan bermacam-macam misal persetujuan, sikap apatis, tahu, bingung, kontemplasi, ketidaksetujuan, dan arti-arti lainnya.
f. Haptik
Haptik adalah studi mengenai penggunaan sentuhan dalam komunikasi.
g. Cara Berpakaian dan penampilan fisik
h. Olefatik
Studi komunikasi melalui indra penciuman disebut sebagai olefatik. Bau masih merupakan suatu hal yang sangat susah dimengerti dalam komunikasi.
i. Okulestik
Okulestik adalah studi komunikasi yang disampaikan melalui pandangan mata.
Menurut Mark L. Knapp sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin Rachmat,
fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal antara lain:
1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal.
2. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal.
3. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan
verbal.
4. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
5. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya (Jalaludin,
2.3. Tinjauan Penyakit Gangguan Jiwa 2.3.1. Rumah Sakit Jiwa
Pada umumnya terdapat kesamaan antara rumah skait jiwa dan rumah sakit
umum. Gambaran khas pada rumah sakit jiwa terdiri daru berbagai ruangan rawat dan konstruksi isolasi berdasarkan tingkat kegawatan gangguan jiwa yang diderita klien. Hal yang paling mencolok adalah adanya konstruksi kamar yang memiliki teralis
besi, yang memiliki tujuan untuk mencegah risiko melarikan diri dan alasan pengamanan. Dalam buku profil RSJ Provinsi Jawa Barat, tugas pokok rumah sakit
jiwa adalah menyelenggarakan dan melaksanakan pelayanan, pencegahan, pemulihan, dan rehabilitiasi di bidang kesehatan jiwa yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Fungsi rumah sakit jiwa adalah:
1. Melaksanakan usaha pelayanan kesehatan jiwa pencegahan.
2. Melaksanakan usaha pelayanan kesehatan jiwa pemulihan.
3. Melaksanakan usaha pelayanan kesehatan jiwa rehabilitasi.
4. Melaksanakan usaha pelayanan kesehatan jiwa kemasyarakatan.
5. Melaksanakan usaha pelayanan kesehatan jiwa system rujukan.
Sebagai rumah sakit yang memiliki spesialisasi perawatan pasien gangguan
Proses perawatan berdasarkan tingkat ketergantungan menurut Gillies (1996)
dibedakan menjadi lima kategori, diantaranya:
1. Tingkat I: Pasien dengan penyakit akut , non kronik, episodik yang akan kembali
ke tingkta kefungsian sebelum sakit, tujuan perawatannya adalah menghilangkan masalah kesehatan yang ada.
2. Tingkat II: Pasien dengan pengkajian kronik yang mengalami episode penyakit
akut, yang berpotensial kembali ke tingkat kefungsian pra episodic penyakitnya. Tujuan perawatanntannya adalah pengaturan masalah kesehatan kronis oleh
pasien tersebut dan keluarganya tanpa terus didukung oleh unit kerja.
3. Tingkat III: Pasien dengan penyakit kronis atau cacat yang berpotensi untuk
kembali ke tingkat kefungsian sebelum sakit, tidak memungkinkan namun ada potensi untuk meningkatkan tingkat kefungsian. Tujuan perawatannya adalah rehabilitasi ke tingkat maksimal kefungsian melalui dukungan berkelanjutan pada
unti kerja.
4. Tingkat IV: Pasien dengan penyakit kronis atau cacat yang tidak dapat dirawat di
rumah tanpa adanya dukungan terus-menerus dari unit kerja. Tujuan
perawatannya adalah pemeliharaan di rumah pada tingkat maksimum kefungsian melalui dukungan terus-menerus dari unit kerja.
5. Tingkat V: Pasien di akhir tingkat yang tujuan perawatannya adalah dengan
2.3.2. Karakterikstik Pasien Di Rumah Sakit Jiwa Menurut Australian Health Minister:
“Kesehatan jiwa adalah kemampuan individu dalam kelompok dan
lingkungan unutk berinterkasi dengan orang lain dalam rangka meningkatkan kesejahteraan subjektif, perkembangan yang optimal dan menggunakan kemampuan mental (kognitif, afektif, dan relasional), dan
seimbangnya prestasi individual dengan tujuan bersama yang konsisten”
(AHM, 1991).
Dalam definisi ini, kognitif berarti semua elemen dan proses yang terlibat dalam berpikir dan mengingat, afektif berarti respon emosional, dan relasional berarti
memenuhi definisi di atas maka memungkinkan ia mengalami masalah kejiwaan. Gangguan jiwa merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menandakan perubahan fungsi kejiwaan. Ada berbagai definisi tentang gangguan jiwa,
diantaranya:
a. Gangguan jiwa adalah respon maladatif terhadap distress dan ketidakmampuan
untuk menggunakan potensi yang dimiliki yaitu yang berasal dari kegagalan
individu untuk mengatasi keadaan krisis dan beradaptasi terhadap stress (Otong-Antai, 1995).
b. Gangguan jiwa adalah tingkah laku yang berarti secara klinis atau sindrom
psikologis atau pola yang terjadi pada individu yang diasosiasikan dengan
munculnya stress (seperti pengalaman yang sangat menyakitkan) atau disability
yang berarti dalam menerima kematian, nyeri, kecacatan, atau kehilangan
kebebasan yang penting (PPDGJ III, 1998).
Secara umum gangguan jiwa ini belum diketahui penyebabnya, adapun factor
yang berpengaruh adalah sebagai berikut:
1. Organobiologis, terdiri dari:
a. Abnomalitas struktur otak
b. Abnormalitas fungsi otak
c. Abnormalitas metabolism neuronal
d. Abnormalitas neurotransmitte
2. Sosiostruktural
Kebudayaan secara teknis adalah idea tau tingkah laku yang dapata dilihat maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung menimbulkan gangguan jiwa biasanya dipengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut seperti cara membesarkan anak dan sistem nilai.
3. Perilaku gangguan jiwa
Perilaku klien gangguan jiwa yaitu perilaku yang ditujukan oleh klien dengan
4. Gangguan psikomotor
Adalah gangguan pada gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa.
Gangguan psikomotor dapat berupa gerakan atau aktivitas berkurang (hipokinesia, hipoaktivitas), mempertahankan secara kaku posisi badan tertentu (katalepsi), garakan atau aktivitas yang berlebihan (hiperkinesia, hiperaktivitas),
mimic yang aneh serta berulang, dan sebagainya.
5. Gangguan isi pikir
Dapat terlihat pada verbal maupun nonverbal, misalnya kegembiraan yang luar biasa, fantasi, fobia, obsesi, pre okupasi, perilaku bunuh diri, perasaan terisolasi,
merasa dirugikan oleh orang lain, merasa bersalah, pesimisme, sering curiga, waham, dan sebagainya.
6. Gangguan emosi dan afek
Gangguan emosi dan afek dapat berupa depresi, kecemasan, kesepian, apatis, marah, kemurkaan, bermusuhan, ambivalensi, dan sebagainya (Maramis, 1995).
7. Gangguan sikap
Gangguan sikap dapat berupa sikap terhadap diri sendiri yaitu menolak diri, penilaian yang tidak realistik terhadap kemampuan dan kelemahannya, kurang
2.4. Tinjauan Fisioterapi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 376/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Fisioterapi Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi. Fisioterapis adalah seseorang yang telah
lulus pendidikan formal fisioterapi dan kepadanya diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan tindakan fisioterapi atas dasar keilmuan dan kompetensi yang
dimilikinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Cakupan pelayanan fisioterapi adalah:
1. Promotif
Mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan bagi individu dan masyarakat umum.
2. Preventif
Pencegahan terhadap gangguan, keterbatasan fungsi, ketidak mampuan individu yang berpotensi untuk mengalami gangguan gerak dan fungsi tubuh akibat
faktor-faktor kesehatan/sosial ekonomi dan gaya hidup.
3. Kuratif dan Rehabilitatif.
Memberikan intervensi untuk pemulihan integritas sistem tubuh yang diperlukan
dan meningkatkan kualitas hidup individu dan kelompok yang mengalami
gangguan gerak akibat keterbatasan fungsi dan kecacatan.
Menurut Benson dan Klipper (1975) dalam Satiadarma (2002) menjelaskan
bahwa dalam kondisi rileks, metabolism di dalam tubuh manusia dapat berlangsung secara optimum. Jika metabolisme dapat berlangsung dengan lebih baik maka fungsi neurotransmitter juga akan bekerja lebih baik dan koordinasi sel di dalam tubuh juga
akan berfungsi lebih sempurna. Jika semua aktivitas tubuh dapat berfungsi dengan baik, maka sistem kekebalan tubuh juga akan berfungsi lebih baik pula.
Ilmu fisioterapi adalah sintesis ilmu biofisika, kesehatan dan ilmu-ilmu lain yang mempunyai hubungan dengan upaya fisioterapi pada dimensi promosi,
pencegahan, intervensi dan pemulihan gangguan gerak dan fungsi serta penggunaan sumber fisis untuk penyembuhan seperti misalnya latihan, tehnik manipulasi, dingin, panas serta modalitas elektroterapeutik. Sebagai profesi maka Fisioterapi memiliki
otonomi mandiri yaitu kebebasan dalam melakukan keputusan-keputusan profesional (professional judgement) dalam melakukan upaya-upaya promotif, preventif, dan penyembuhan serta pemulihan dalam batas pengetahuan yang didapat sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya. Secara umum bahwa tindakan fisioterapi yang dilakukan oleh seorang fisioterapis adalah tanggung jawab fisioterapis secara individu
yang disertai oleh keputusan-keputusan profesi yang mereka lakukan dan tidak dapat dikontrol dan atau diintervensi oleh profesi lainnya.
Dalam menjalankan aktivitas profesinya, profesi fisioterapi memiliki
fisioterapi yang dilakukan harus dalam batas kewenangan, kemampuan dan kode etik
profesi serta mengikuti aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan baik yang yang ditetapkan oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia maupun oleh Pemerintah. Lingkup
pelayanan fisioterapi diterapkan pada dimensi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan cakupan pelayanan sepanjang rentang kehidupan manusia sejak praseminasi sampai dengan ajal. Garis Besar Kode Etik Fisioterapi Indonesia:
1. Menghargai hak dan martabat individu.
2. Tidak bersikap diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada siapapun yang
membutuhkan.
3. Memberikan pelayanan professional secara jujur, berkompeten dan bertanggung
jawab.
4. Mengakui batasan dan kewenangan profesi dan hanya memberikan pelayanan
dalam lingkup profesi fisioterapi.
5. Menghargai hubungan multidisipliner dengan profesi pelayanan kesehatan lain
dalam merawat pasien/klien.
6. Menjaga rahasia pasien/klien yang dipercayakan kepadanya kecuali untuk
kepentingan hukum/pengadilan.
7. Selalu memelihara standar kompetensi profesi fisioterapi dan selalu
meningkatkan pengetahuan/ketrampilan.
8. Memberikan kontribusi dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan untuk