(Analysis Framing Robert N Entman In Daily Newspaper Pikiran Rakyat And Inilah Koran Newspaper Issue January - February 2015)
Written By:
ANSHAR MOHAMAD RAMDHAN NIM. 41811048
This thesis is under the guidance of: Adiyana Slamet, S.IP., M.Si
This study aimed to find out the news Framing 100 Day Work Program Jokowi and Jusuf Kalla in the Daily Newspaper Pikiran Rakyat and This Inilah Koran Newspapers in the January and February 2015.
This study used a qualitative approach to the design of Robert N. Entman Framing Analysis. The object being analyzed is the message "100 Day Work Jokowi And Jusuf Kalla in Pikiran Rakyat with the title" Langkah Kian Berat Pak Presiden" and Inilah Koran entitled" “Hambatan Jokowi Parpol
Pendukung". Data were obtained through documentation, in-depth interviews, library research and online data searches.
Results of research in the Analysis Framing Robert. N Entman which refers to Define the problem (Defining Issues), Diagnose Cause (Estimate Cause Problems), Make Moral Judgement (Decision
Making Moral), Treatment Recommendation (Stresses Troubleshooting), that reporter Pikiran Rakyat looked at the issue of law enforcement KPK VS POLRI be it is important to be used as a frame story. Instead Newspaper Inilah Koran reporter saw frame political issues between Jokowi and PDIP important issues reported to the reader
The conclusion of this study show all news This newspaper Pikiran Rakyat and Inilah Koran related 100 days Jokowi-JK administration, both the newspaper further highlight news about polemics in 100 days Jokowi-JK administration.
Keywords: Framing Analysis, News, Law, Politics I. Latar Belakang Masalah
Pasca terpilihnya pasangan Joko widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan wakil Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019, berbagai lapisan masyarakat Indonesia kini menaruh harapan untuk bisa merasakan janji-janjinya pada masa kampanye Pemilu mereka di bulan Maret hingga April 2014. Setelah dilantik dan diambil sumpah jabatan pada Senin, tanggal 20 Oktober 2014 pagi di gedung DPR/MPR Jakarta, maka beban dan tanggung jawab kemajuan Negara Republik Indonesia ada di pundak mereka.
Harapan dari lapisan masyarakat Indonesia kepada pemerintah baru dibawah Duet Joko Widodo dan Jusuf Kalla untuk segera mewujudkan berbagai pembangunan dan menyejahterakan rakyat.
kerja sudah dapat dilihat hasilnya dalam waktu 100 hari yang sebenarnya sangat singkat. Lewat pemberitaan 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla, peneliti mencoba meneliti bagaimana kedua media Surat Kabar Pikiran Rakyat dan Inilah Koran menyampaikan informasi lewat isi pemberitaan kepada khalayak dengan menggunakan Analisis Framing.
Tiga tujuan peneliti mengambil sebuah pemeberitaan di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran sebagai Surat Kabar untuk dijadikan objek penelitian, pertama secara historis Surat Kabar khas terbitan di Jawa Barat yang didirikan pada 24 Maret 1967, Pikiran Rakyat merupakan katagori Surat Kabar yang dibilang tertua ataupun semacam menjadi pionir Surat Kabar Nasioanal khususunya di Jawa Barat. Sebaliknya Inilah Koran yang berdiri sejak 1 November 2011 dianggap peneliti sebagai Surat Kabar yang masuk katagori baru di Jawa Barat. Kedua perbedaan gaya bahasa Jurnalistik Pikiran Rakyat dan Inilah Koran dalam membingkai suatu peristiwa berita menjadi semacam pertimbangan penelti untuk memperoleh kesimpulan secara pandangan linguistik Jurnalistik.
Ketiga, yang ditunjukan kedua Surat Kabar tersebut terkait pemberitaan 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla kedua Surat Kabar tersebut merepoduksi beritanya selain mendalam tetapi juga menonjolkan peristiwa program kerja Jokowi dan Jusuf Kalla sesudah dilantik. Selai itu peneliti ingin menilai bahwa ada satu dari surat Kabar yang tendensius (keberpihakan) pada salah satu lawan Jokowi-JK yaitu Prabowo Subianto selama kampanye berlangsung.
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian terkait latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan pokok masalah yang akan diteliti sebagai berikut yang terbagi ke dalam rumusan masalah makro (umum) serta rumusan masalah mikro (khusus).
1. Pertanyaan Makro
Adapun rumusan masalah makro terkait masalah yang akan diteliti oleh peneliti yaitu:
“Bagaimana Pembingkaian pemberitaan 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran?”
2. Pertanyaan Mikro
Rakyat dan Inilah Koran Define problem (Pendefinisian Masalah) 100 Hari Program Jokowi dan Jusuf Kalla?
2. Bagaimana Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran Diagnose Cause (Memperkirakan Penyebab Masalah) 100 Hari Program Jokowi dan Jusuf Kalla?
3. Bagaimana Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran Make moral Judgement (Membuat Keputusan Moral) 100 Hari Program Jokowi dan Jusuf Kalla ?
4. Bagaimana Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran Ttreatment Recommendation (Menekankan Penyelesaian Masalah) 100 Hari Program Jokowi dan Jusuf Kalla ?
III.Maksud dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka penelitian mendapatkan maksud dan tujuan penelitian yaitu :
1. Maksud Penelitian
Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Bagaimana pembingkaian dalam sebuah pemberitaan mengenai 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran”.
1. Untuk mengetahui cara Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran mendefinisikan masalah 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla. Koran membuat keputusan moral 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla.
4. Untuk mengetahui cara Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran menekankan penyelesaian masalah 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla.
5. Untuk mengetahui Bagaimana Pembingkaian pemberitaan 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran. IV. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan teoritis
masukan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi melalui kajian ilmu bidang Jurnalistik lewat penonjolon isu yang berkaitan dengan media khususnya surat kabar mengenai penggunaan analisis framing dalam analisis teks. Penelitian ini dapat memberikan pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap penerapan Ilmu Komunikasi dalam Kajian Jurnalistik untuk pemahaman teks berita dalam pengemasan suatu realitas berita oleh media massa.
2. Kegunaan Praktis
Dalam penelitain ini peneliti mencoba membagi kegunaan praktis yang dibangun, yakni :
A. Bagi Peneliti
Kegunaan penelitian ini bagi peneliti merupakan pengembangan akan pengetahuan tentang pembingkaian berita yang dilakukan oleh media, sebagai kemasan dalam setiap pemberitaan di surat kabar, sehingga memberikan wawasan baru bagi peneliti dalam memahami teks berita di surat kabar. B. Bagi Universitas
Kegunaan penelitian ini bagi Program Studi Ilmu Komunikasi Univesitas Komputer Indonesia dalam bidang kajian keilmuan Jurnalistik
yakni, diharapkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan dalam dunia pers, juga sebagai penerapan Ilmu Komunikasi yang patut sebagai bahan ajar dasar dalam menganalisis perbandingan penulisan berita mahasiswa untuk selanjutnya. Peneliti merasa perlunya ilmu tentang analisis framing perlu diketahui oleh semua mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam bidang Kajian Jurnalistik.
C. Bagi Masyarakat dan Perusahaan
Kegunaan penelitian ini bagi perusahaan yakni, dapat menjadi sumbangan dan tambahan referensi tentang institusi pers, dan diharapkan pula penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran dalam menyampaikan informasi kepada khalayak mengenai pemberitaan dalam menyajikannya kepada pembaca.
V. Metode Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis framing dari Robert N. Entman. Analisis framing Robert Entman adalah analisis yang memusatkan perhatian pada bagaimana media mengemas dan membingkai berita.
Dalam konsep Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana unutk menekankan kerangka berfikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Konsepsi mengenai framing Entman tersebut menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan. Define Problems (pendefinisian masalah) adalah elemen pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame/bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa yang dialami oleh wartawan (Eriyanto, 2002: 225)
Diagnose Causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti (who). Bagaimana peristiwa dipahami tentu saja menentukan apa siapa yang yang
dipakai untuk membenarkan/member argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut (Eriyanto, 2002: 226). Elemen framing lain adalah treatment recommendation (menekankan masalah). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang diplih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian tentu tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah (Eriyanto, 2002:227)
VI. Hasil Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada pemberitaan program 100 hari kerja Jokowi-JK dalam edisi Januari-Febuari di harian umum Pikiran Rakyat dan Harian Inilah Koran. Pemberitaan mengenai program kerja Jokowi-JK yang diamati oleh penulis, sehingga mampu menghasilkan objek berita dari kedua media cetak Jawa barat untuk dibingkai serta dianalisis berdasarkan teori analisis framing Robert N. Entman. Penulis mengambil 1 berita dari Harian umum Pikiran Rakyat dan 1 berita dari Harian Inilah Koran.
penelitian pemberitaan program kerja Jokowi-JK dalam kedua media cetak Jawa barat dengan menganalisisnya melalui pembahasan berdasarkan elemen dari Analisis Framing Robert N. Entman yaitu Define problems (Pendefinisian masalah), Diagnose causes (Memperkirakan masalah atau sumber masalah), Make moral judgment (Membuat keputusan moral), Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian).
VII.Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah berita 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla di Surat Kabar Pikiran Rakyat dan Inilah Koran.
1. Pemberitaaan 100 Hari Program Kerja Jokowi-JK di Surat Kabar Pikiran Rakyat
100 Hari Pemerintahan Jokowi-JK Langkah Kian Berat, Pak Presiden!
Begitulah pakar politik dari Popili Center, Nico Harjanto mengamsalkan kondisi kabinet kerja dalam 100 hari masa tugas. Ia mengatakan, beban pemerintahan saat ini luar biasa berat. Meski kepala Negara dan menteri-menterinya tokoh yang baik bahkan mungkin lantip, itu tidak bisa membuat perjalanan pemerintahan 100 hari membuat prima.
Nico melihat, hanya beberapa menteri yang langkah-langkahnya jelas dan terasa oleh masyarakat. Masih banyak Menteri yang membingungkan dan belum terasa geberakanya. “ Gebarakan Susi (Pudjiastuti, Menteri Kelautan
dan Perikanan) terkait dengan illegal fishing paling terasa. Perbaikan standar keamanan penerbanangan juga (patut) diapresiasi. Gebrakan urusan desa belum terasa, “katanya belum lama ini.
Meskipun demikian, jika dinilai dengan indicator terhadap mahasiswa, Nico memberi nilai B+ (B plus) kepada pemerintahan jokowi pada 100 hari ini. Aspek Ekonomi menurut dia, paling bagus karena ada perbaikan dalam subsisidi sehingga keuangan Negara semakin sehat. Apalagi ada pengalihan anggaran ke sektor produktif. Sementara itu, nilai paling buruk justru berada di sektor penegakan hukum. “Presiden perlu penasihat hukum yang baik,“ tuturnya.
Sektor hukum pada Pemerintaha Jokowi-Jusuf Kalla memang menjadi sektor paling yang banyak menuai kritikan. Belum genap seratus hari memimpin kisruh KPK-Polri terjadi. Berawal dari penetapan calaon tunggal Kapolri Budi Gunawan, Selasa(13/1/2015). Budi diduga menggelembungkan pundi-pundi uangnya dengan korupsi saat menjabat Kepala Biro Pembinaan Karier Deputi Sumber Daya Manusia Mabes Polri 2003-2006.
Status tersangka yang diselamatkan KPK untuk Budi Gunawan rupanya tidak cukup kuat bagi Jokowi untuk menarik pencalanon Budi sebagai Kapolri. Presiden justru membiarkan proses politik di DPR bergulir. Satu suara, para wakil rakyat itu justru bergerak melawan kehendak rakyat, pemilik kuasa yang sesungguhnya.
@PartaiSocmed.
Tagar #ShameOnYouJokowi menjadi perbincangan yang popular di Twitter. Belum lagi tagar lain yang dibuat untuk mengkritik sang Presiden, seperti #dukungKPK dan #PolisiBERSIH. Seharusnya, semua kritikan ini menjadi tamparan bagi Jokowi. Sebab, sejak semula , ia berjanji untuk berdiri di sisi hukum. Pasangan Jokowi-JK pun berkomitmen mendukung keberadaan KPK. Dalam Visi misi, Jokowi-JK mengakui bahwa KPK telah menjadi tumpuan harapan masyarakat. Bahkan Jokowi-JK berkomitmen untuk mengambil sikap zero telorence terhadap tindakan kejahatan perbankan dan pencucian uang.
2.Pemberitaaan 100 Hari Program Kerja Jokowi-JK di Inilah Koran
Hambatan Jokowi Parpol Pendukung
Kinerja Jokowi Presiden Joko Widodo (Jokowi) Dinilai belum maksimal. Hambatanya bukan datang dari lawan politiknya, partai pengususng justru dituduh jadi bianganya.
Pengamat politik LIPI Ikrar Nusa Bhakti, menilai hambatan utama kinerja Presiden Joko Widodo adalah PDI Perjuangan selaku partai pengusungnya dalam Pemilu Presiden 2014 silam.
Hubungan Jokowi dan PDIP bukan baru kini terjadi, minimal sejak di menjadi Gubernur DKI Jaya. Saat menjadi Walikota Surakarta untuk
“Hambatan utama kinerja Presiden adalah partai pendukungnya sendiri, terutama PDIP, karena partai ini benar-benar amburadul komentar politiknya,” kata Bhakti, dalam diskusi bertajuk 100 Hari Pemerintahan Jokowi-JK yang diselenggarakan Forum Intelektual Studi Untuk Indonesia, di Jakarta, Kamis (29/1).
Dia mencermati setidaknya ada dua kesalahan kader PDIP dalam berkomentar secara politik yang menimbulkan pertanyaan di publik. Pertama, terkait pernyataan politisi PDIP, Efendi Simbolon, yang menakar usia jabatan Presiden Jokowi tidak akan lama lagi karena akan dimakzulkan.
Dia mempertanyakan apakah Simbolon mengerti Presiden tidak bias dimakzulkan karena kinerja, melainkan karena melanggar UUD 1945.
Kedua, terkait pernyataan Plt Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, yang menyebutkan adanya permainan politik yang dilakukan oleh ketua KPK, Abraham Samad, yang diketahui politisi PDIP. “Jika benar Abrham Samad cawe-cawe, kalau pertemuannya sampai enam kali artinya PDIP memberikan kesempatan buat Abraham Samad. Artinya kalau Abraham Samad nakal, PDIP nakal juga., kata dia.
mengatakan Presiden Jokowi masih petugas partainya di pemerintahan. “Prinsipnya kalau dalam kepartaian itu, pak Jokowi sama dengan kader lain yang diberikan mandat oleh partai baik di eksekutif atau legislatif,” kata Masinton di Jakarta.
Meskipun begitu anggota DPR ini tetap menegaskan bahwa sebagai Presiden, Jokowi harus pandai memilah tugas Negara dan tugas yang diberikan partai. “Partai membrikan sepenuhnya wewenang kepada Pak Jokowi sebagai kepala pemerintahan dan Negara. Tak ada penekanan atau intervensi,” ujaranya. Partai (PDIP) memberikan kewenangan kepada kadernya, baik di eksekutif dan legislatif,” tambahnya.
Pernyataan berbeda disampaikan politikus senior PDIP, Pramono Anung, mengatakan para pembantu Presiden itu latah dan ikut-ikutan meniru gaya Presiden yang sering blusukan namun subtansi blusukan para menteri tersebut tidak jelas. “Salah satu kelemahan sekarang, para menteri gayanya seperti Jokowi . Kalau blusukan, lihat persoalan, dijabarkan jangan seakan-akan seperti Presiden. Biar Presiden yang dianggarkan, misi disampaikan, lalu menteri mengeksekusi,”kata Pramono yang juga anggota DPR RI di Gedung DPR RI Jakarta.
Terkait pernyataan kader PDIP, Effendi Simbolon yang begitu keras mengkritik keras pemerintahan, Pramono Anung menyatakan, apa yang disampaikan Effendi harus menjadi perhatian pemerintah. Subtansi yang disampaikan Effendi harus menjadi perhatian Presiden. Memang tak mudah mengubah sikap kritis yang dilakukan PDIP,” Kata mantan wakil
ketua DPR RI itu.
Namun di satu sisi, Pramono sepakat, apa saja yang disampaikan oleh Effendi Simbolon harus menjadi perhaatian Presiden Jokowi.
VIII. Pembahasan
Pemberitaan program kerja pasangan Jokowi-JK yang dikemas oleh harian umum Pikiran Rakyat pada Senin 26 Januari 2015, harian umum Pikiran Rakyat mengemasya dalam bentuk berita yang telah terjadi pasca pasangan Jokowi-JK dilantik menjadi Presiden dan wakil Presiden. Seperti yang telah diamati peneliti dalam waktu pasca pelantikan, 1 berita dalam Pikiran Rakyat menjadi yang menjadi objek penelitian untuk dianalisis. Pada edisi Senin, 26 Januari 2015 di kolom “Teropong” pada halaman 19 dengan judul “Langkah Kian Berat Pak Presiden” dalam pemberitaan yang dikemas oleh Pikiran Rakyat menempatkan pada isu pemberitaan mengenai belum maksimalnya kinerja menteri-menteri di pemerintahan Jokowi-JK dan seputar isu paling menonjol soal penegakan hukum yang mengakibatkan terjadinya polemik antara KPK dan POLRI.
sosok perjalalan seorang Presiden berlari untuk memperbaiki masalah Negaranya kearah yang lebih baik, hal ini juga menonjolkan Pikiran Rakyat yang ingin menekankan pada pembaca/masyarakat terhadap kerja pemerintah Jokowi-JK selama 100 hari pertamnya sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Hasil wawancara wartawan yang menulis berita 100 hari program kerja Jokowi-JK di surat kabar Pikiran Rakyat Catur Ratna Wulandari, mengatakan bahwa dalam mengemas dan fakta-fakta yang didaptkan untuk berita kinerja Jokowi-JK, dalam perjalanan kinerja Jokowi-JK fakta yang didapat paling buruk di bidang hukum. Selain penempatan Budi Gunawan sebagai calan kapolri yang menimbulkan kisruh, salah satun lainya soal pengisian pejabat Menteri Hukum dan HAM dan Menkopolhukam yang diserahkan pada politisi. Seringkali pernyataan dan sikap kedua menteri justru mencerminkan sikap politik ketimbang pertimbangan rasional keilmuwan.
Proses pemberitaan yang dibingkai Pikiran Rakyat pada edisi Senin, 26 Januari 2015 dapat memberikan efek kognitif dalam apa yang menjadi harus keputusan moral, yaitu dengan menyisipkan berita sikap pasangan Jokowi-JK yang berkomitmen untuk mengambil sikap zero tolerance terhadap tindakan kejahatan perbankan dan pencucian uang di lead berita.
Pemberitaan itu menjadi berkelanjutan karena dengan penekanan
kamapanye.
“Tagar #ShameOnYouJokowi menjadi perbincangan yang popular di Twitter. Belum lagi tagar lain yang dibuat untuk mengkritik sang Presiden, seperti #dukungKPK dan #PolisiBERSIH. Seharusnya, semua kritikan ini menjadi tamparan bagi Jokowi. Sebab, sejak semula , ia berjanji untuk berdiri di sisi hukum.,” (Paragraf 7).
Pernyataan di atas mempertegas bahwa Pikiran Rakyat masih akan terus menjadi watchdog (memantau) masalah polemik hingga usai, cenderung menjadikan sebuah kritikan terhadap Pemerintahan Jokowi-JK, meskipun dalam isi selanjutnya Pikiran Rakyat juga memberikan penekanan penyelasaian kepada pembaca.
Pembingkaian Pikiran Rakyat dalam mengemas berita 100 hari pemerintahan Jokwi-JK membuktikan bahwa Pikiran Rakyat melihat pemberitaan terhadap 100 Hari Program kerja Jokowi-JK isu penegakan hukum seperti KPK VS POLRI salah satu isu yang menarik untuk dijadikan sebuah pemberitaan pasca pelantikan pada 20 Oktober 2014.
“Langkah Kian Berat Pak Presiden” yang lebih menonjolkan berita seputar Jokowi, penegakan hukum dan Pemerintahnya.
Pemimpin redaksi Inilah Koran Zulfirman Tanjung, memaparkan bahwa Inilah Koran lebih menonjolkan persoalan Jokowi dan partai PDIP karena memandang di 100 pemerintahannya ada persoalan penting secara politik antara Jokowi dan PDIP yang harus diselsaikan. Janji- janjinya selama masa kampanye yang disampaikan bahwa kabinet jokowi tidak akan ada campur tangan politik partainya ini yang membuat inilah Koran harus menonjolkan isu Jokowi dan PDIP di 100 hari masa kerjanya.
Judul berita provokatif juga menjadi penekanan terhadap pembaca bagimana melihat hubungan Jokowi dan Partainya, hingga memberikan kesan terhadap pembaca bahwa polemik Jokowi di 100 hari programnya pemerintahanya datang dari orang-orang lingkungan Jokowi. Selain itu juga pernyataan dari pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti yang dimuat dalam tulisan berita di Inilah Koran pada paragraf ketiga,
“Hambatan utama kinerja Presiden adalah partai pendukungnya sendiri, terutama PDIP, karena partai ini benar-benar amburadul komentar politiknya,” kata Bhakti, dalam diskusi bertajuk 100 Hari Pemerintahan Jokowi-JK yang diselenggarakan Forum Intelektual Studi Untuk Indonesia, di Jakarta, Kamis (29/1),”
memperlihatkan bahwa kinerja Presiden Jokowi memang benar-benar terhamabat oleh kepentingan partai.
Meskipun Inilah Koran mengemas seputar pemberitaan 100 hari program Jokowi-JK condong pada Jokowi dan Partai bukan kinerja pada pemerintahan seperti yang dikemas Pikiran Rakyat, namum Inilah Koran ingin melihatkan dan mengingatkan pada pembaca bahwa berita polemik antara Jokowi dan PDIP sangat penting untuk diangkat karena menggangu kinerja di pemerintahan 100 hari Jokowi-JK.
Jadi masih terlihat bahwa Inilah Koran menilai masalah polemik Jokowi dan Partainya penting untuk dijadikan suatu berita, karena inilah Koran menilai pasca kampanyenya janji secara politik Jokowi-JK, bahwa kabinet Jokowi tidak ada kepentingan dari partai politik, hal ini dijadikan Inilah Koran dalam membingkai berita dengan judul berita “Hambatan Jokowi Parpol Pendukung”.
Hasil dari pengamatan dan analisis yang dilakukan penulis pada kedua media surat kabar tersebut, memperoleh hasil perbedaan dari keduanya. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pristiwa yang sama bisa dimaknai dan didefiniskan secara berbeda seperti Pikiran Rakyat dalam pemberitaan seputar 100 Hari Program Jokowi-JK, setelah penulis analisis, Pikiran Rakyat membingkai pemberitaan dengan mengarah pada polemik isu KPK VS POLRI dan Inilah Koran lebih menyoroti Presiden dan Partai PDIP.
DAFTAR PUSTAKA A. BUKU
Remaja Rosdakarya
Bungin, Burhan. 2007. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Berger, Peter L. and Thomas Luckman. The Social Contruction of Reality,A Treatise in the Sociological of Knowledge,
Penerj. Hasan Basari. Jakarta: LP3ES, 1990.
Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Radja Grafindo Persada.
Effendy, Onong Uchyana, 2001. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu
Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Eriyanto. 2002. Analisis Framing Konstruksi Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: Lkis.
Hikmat, M. Mahi.2001. Etika dan Hukum Pers . Bandung : Datic Press.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya.
Haris Sumadiria, 2005 Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya Bandung
Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono, 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media.
Bandung: Rosda.
Yarifudin Yunus 2011. Terapan Jurnalistik. Bandung: Ghalia Indonesia
SKRIPSI
Agnes Amalia 2013 Analisis Framing Robert N. Entman pada Pemberitaan Program Kerja Aher-Demiz dalam Satu Bulan Pertama di Harian umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar.
Cecep K. Nurizal 2012. Analisis Framing Berita Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Analisis Framing Robert N. Entman di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung 19 November 2012 - 25 November 2012)
Doni Kadewandana 2008. Kontruksi Realitas di Media Massa (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Baitul Muslimin Indonesia PDI-P Di Harian Kompas dan Republika)
Fazar Nur Setiawan 2013. Pembingkaian Berita Gratifikasi Seks (Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosick di Media Online Kompas.com dan Republika.co.id Periode Januari 2013)
Robert N.Entman di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar edisi Januari-Februari 2013)
Internet Searching:
http://news.okezone.com/read/2014/09/09/339/1 036615/ini-program-prioritas-100-hari-jokowi-jk di akses tanggal 20-02-15 Pukul 20.40 WIB
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/12 3456789/163/BAB%20II%20TINJAUA N%20PUSTAKA.pdf?sequence=3 di akses tanggal 31-03-15 Pukul 15.30 WIB http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/12
3456789/1705/1/MUHAMMAD%20RIF AT%20SYAUQI-FDK.PDF di akses tanggal 25-07-15 Pukul 12.30 WIB
Sumber Lain:
1. Sudrajat, Aris. 2011. Laporan Praktek Kerja Lapangan di Harian Umum
Pikiran Rakyat. UNIKOM.
1 1.1 Latar Belakang Penelitian
Pasca terpilihnya pasangan Joko widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan
wakil Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019, berbagai lapisan masyarakat
Indonesia kini menaruh harapan untuk bisa merasakan janji-janjinya pada masa
kampanye Pemilu mereka di bulan Maret hingga April 2014. Setelah dilantik dan
diambil sumpah jabatan pada Senin, tanggal 20 Oktober 2014 pagi di gedung
DPR/MPR Jakarta, maka beban dan tanggung jawab kemajuan Negara Republik
Indonesia ada di pundak mereka.
Harapan dari lapisan masyarakat Indonesia kepada pemerintah baru dibawah
Duet Joko Widodo dan Jusuf Kalla untuk segera mewujudkan berbagai pembangunan
dan menyejahterakan rakyat.
Sudah menjadi kewajiban bagi setiap kepala pemerintahan baru Republik
Indonesia untuk menetapkan program kerja 100 pertamanya sejak resmi dilantik. 100
hari program kerja yang dilakukan pasangan Jokowi-JK memang menjadi sorotan
semua pihak tak terkecuali media massa. Di surat kabar pemberitaan seputar program
kerja dilakukan oleh pasangan Jokowi-JK terus menjadi sorotan, bahkan tak
2
Kalla untuk dijadikan headline Nasional.
Rencana utama 100 Hari Program Kerja Jokowi-JK meliputi kesejahtraan
rakyat, pembangunan insfraktruktur, kerampingan bisnis kelembagaan dan revolusi
mental (Sumber: okezone.com/ Selasa/ 9/ September/ 2014 / Pukul 18.40 WIB). Tentu
saja tidak semua program kerja sudah dapat dilihat hasilnya dalam waktu 100 hari
yang sebenarnya sangat singkat.
Lewat pemberitaan 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla, peneliti
mencoba meneliti bagaimana kedua media Surat Kabar Pikiran Rakyat dan Inilah
Koran menyampaikan informasi lewat isi pemberitaan kepada khalayak dengan
menggunakan Analisis Framing.
Tiga tujuan peneliti mengambil sebuah pemeberitaan di Harian Umum Pikiran
Rakyat dan Inilah Koran sebagai Surat Kabar untuk dijadikan objek penelitian,
pertama secara historis Surat Kabar khas terbitan di Jawa Barat yang didirikan pada 24 Maret 1967, Pikiran Rakyat merupakan katagori Surat Kabar yang dibilang tertua
ataupun semacam menjadi pionir Surat Kabar Nasioanal khususunya di Jawa Barat.
Sebaliknya Inilah Koran yang berdiri sejak 1 November 2011 dianggap peneliti
sebagai Surat Kabar yang masuk katagori baru di Jawa Barat. Kedua perbedaan gaya
bahasa Jurnalistik Pikiran Rakyat dan Inilah Koran dalam membingkai suatu
peristiwa berita menjadi semacam pertimbangan penelti untuk memperoleh
Ketiga, yang ditunjukan kedua Surat Kabar tersebut terkait pemberitaan 100
Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla kedua Surat Kabar tersebut merepoduksi
beritanya selain mendalam tetapi juga menonjolkan peristiwa program kerja Jokowi
dan Jusuf Kalla sesudah dilantik. Selai itu peneliti ingin menilai bahwa ada satu dari
surat Kabar yang tendensius (keberpihakan) pada salah satu lawan Jokowi-JK yaitu
Prabowo Subianto selama kampanye berlangsung.
Berita memiliki banyak fungsi, tidak hanya untuk menarik perhatian sejumlah
pembaca akan informasi penting, namun juga berfungsi sebagai sarana untuk
menghibur para pembaca. Berita juga dapat dijadikan pedoman oleh pembaca dalam
melakukan sosialisasi, karena selain berisi tentang berita-berita yang dianggap
penting misalnya politik, ekonomi, budaya, dan agama. Selain itu berita dapat berisi
hal bersifat humor, aneh bahkan mengandung unsur seks.
Menurut Assegaf, dalam Sumadiria Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termassa, yang dapat menarik perhatian pembaca, karena sesuatu yang luar biasa, penting, mencakup sisi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan. (Sumadiria, 2005: 64-65).
4
Komunikasi dalam surat kabar bersifat irreversible. Sekali pesan, termasuk penjulukan, disampaikan kepada khalayak pemirsa, maka amat sulit bagi siapa pun untuk meniadakan sama sekali efeknya. Maka, jika seseorang diberitakan secara negatif, difitnah misalnya, pemberitaan itu sulit untuk mengembalikan citra si korban ke citra semula, meskipun pihak wartawan atau TV memohon maaf atas kekhilafan mereka (Mulyana, 2000: 125).
Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruksional. Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, melainkan hasil dari konstruksi. (Eriyanto ,2002:44).
Analisis framing secara sederhana digambarkan sebagai analisis untuk
mengetahui realitas (peristiwa,aktor, kelompok) yang dibingkai oleh media,
pembingkaian tersebut menggunakan proses konstruksionis.
Pendekatan konstruksionis menilai bagaimana media atau wartawan melihat
berita berdasarkan fakta atau peristiwa. Bagi kaum konstruksionis realitas bersifat
subjektif, realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan.
Realitas tercipta lewat konstruksi cara pandang wartawan dalam pemberitaan 100
Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla dalam sudut pandang yang berbeda.
Dalam pendekatan konstruksionis terdapat dua karakteristik yang dimiliki oleh
wartawan. Yang pertama, bagaimana wartawan menggambarkan sebuah realitas, dan
yang kedua wartawan memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis.
Lawrence Newman dalam buku Analisis Framing karya Eriyanto mengatakan bahwa :
dalam bentuk konstruksi, tersebar, dan juga spesifik. Dan realitas tergantung dari bagaimana wartawan memahami dan memaknai fakta yang terkandung sebelum disajikan menjadi sebuah berita,(Eriyanto,2002:53)”
Selain wartawan kebijakan penerbitan berita juga ditentukan oleh media yang
bersangkutan, sebab media massa memiliki empat fungsi yaitu informasi, edukasi,
hiburan dan persuasif. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan khalayak akan
pemenuhan kepuasan informasi.
Dalam analisis framing sebuah realitas dan penyajian berita adalah sebuah
perekayasaan sebuah peristiwa. Dalam konsep Robert N. Entman framing dilihat
dalam dua dimensi besar, yaitu: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan isu
(Eriyanto, 2002:221). Entman mengatakan bahwa:
“framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut.”(Eriyanto, 2002:221).
Dari konsepsi Entman tersebut dapat diketahui bagaimana media mengemas
sebuah berita dengan cara menyeleksi isu yang diangkat dan menonjolkan sebuah
informasi agar menjadi lebih bermakna, menarik, dan lebih di ingat oleh khalayak.
Dalam konsepsi Entman framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi,
penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan
6
Dalam konsep Robert Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberitaan pendefinisian masalah (Define Problems) yang menjelaskan
bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Memperkirakan masalah
(Diagnose Causes) dimana peristiwa dipahami, dengan menentukan apa atau
siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Membuat pilihan moral ( Make
Moral Jugement) yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang dibuat. Konsep yang terakhir adalah
menekankan penyelesaian (Treatment Recomendation) yang dipakai untuk
menyelesaikan masalah. Dari konsep tersebut penyelesaian masalah ini tergantung
pada bagaimana peristiwa itu dilihat atau dipandang sebagai penyebab masalah
(Eriyanto, 2002 :188-189).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian terkait latar belakang masalah di atas, maka peneliti
merumuskan pokok masalah yang akan diteliti sebagai berikut yang terbagi ke
1.2.1 Rumusan Masalah Makro
Adapun rumusan masalah makro terkait masalah yang akan
diteliti oleh peneliti yaitu:
“Bagaimana Pembingkaian pemberitaan 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla di Harian Umum Pikiran Rakyat dan
Inilah Koran?”
1.2.2 Rumusan Masalah Mikro
Adapun rumusan masalah mikro terkait masalah yang akan
diteliti oleh peneliti yaitu:
1. Bagaimana Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran
Define problem (Pendefinisian Masalah) 100 Hari Program Jokowi dan Jusuf Kalla?
2. Bagaimana Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran
Diagnose Cause (Memperkirakan Penyebab Masalah) 100 Hari Program Jokowi dan Jusuf Kalla?
3. Bagaimana Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran
8
4. Bagaimana Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran
Ttreatment Recommendation (Menekankan Penyelesaian
Masalah) 100 Hari Program Jokowi dan Jusuf Kalla ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Rumusan yang melatar belakangi masalah yang telah dijelaskan,
maka maksud dan tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Bagaimana
pembingkaian dalam sebuah pemberitaan mengenai 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran”.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan utama peneliti dalam penelitian ini adalah untuk bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang sudah ditentukan dalam rumusan masalah.
Pertanyaan tersebut untuk mengetahui hal di bawah ini :
1. Untuk mengetahui cara Harian Umum Pikiran Rakyat dan
Inilah Koran mendefinisikan masalah 100 Hari Program Kerja
2. Untuk mengetahui Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah
Koran memperkirakan penyebab masalah 100 Hari Program
Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla.
3. Untuk mengetahui cara Harian Umum Pikiran Rakyat dan
Inilah Koran membuat keputusan moral 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla.
4. Untuk mengetahui cara Harian Umum Pikiran Rakyat dan
Inilah Koran menekankan penyelesaian masalah 100 Hari
Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla.
5. Untuk mengetahui Bagaimana Pembingkaian pemberitaan 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla di Harian Umum
Pikiran Rakyat dan Inilah Koran.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan atau manfaat dalam penelitian ini peneliti dan pembaca dapat
mengetahui bagaimana pembingkaian dalam sebuah pemberitaan mengenai 100
Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla di Harian Umum Pikiran Rakyat
dan Inilah Koran. Adapun kegunaan lain yang diharapkan oleh peneliti dari
10
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Secara teoritis dari penelitian ini peneliti berharap dapat menjadi
masukan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi
melalui kajian ilmu bidang Jurnalistik lewat penonjolon isu yang berkaitan
dengan media khususnya surat kabar mengenai penggunaan analisis
framing dalam analisis teks. Penelitian ini dapat memberikan
pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap
penerapan Ilmu Komunikasi dalam Kajian Jurnalistik untuk pemahaman
teks berita dalam pengemasan suatu realitas berita oleh media massa.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Dalam penelitain ini peneliti mencoba membagi kegunaan praktis yang
dibangun, yakni :
1. Kegunaan penelitian ini bagi peneliti merupakan
pengembangan akan pengetahuan tentang pembingkaian berita
yang dilakukan oleh media, sebagai kemasan dalam setiap
pemberitaan di surat kabar, sehingga memberikan wawasan baru
2. Kegunaan penelitian ini bagi Program Studi Ilmu Komunikasi
Univesitas Komputer Indonesia dalam bidang kajian keilmuan
Jurnalistik yakni, diharapkan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan wawasan dalam dunia pers, juga sebagai
penerapan Ilmu Komunikasi yang patut sebagai bahan ajar
dasar dalam menganalisis perbandingan penulisan berita
mahasiswa untuk selanjutnya. Peneliti merasa perlunya ilmu
tentang analisis framing perlu diketahui oleh semua mahasiswa
Ilmu Komunikasi dalam bidang Kajian Jurnalistik.
3. Kegunaan penelitian ini bagi perusahaan yakni, dapat
menjadi sumbangan dan tambahan referensi tentang institusi pers,
dan diharapkan pula penelitian ini dapat menjadi masukan
bagi Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran dalam
menyampaikan informasi kepada khalayak mengenai pemberitaan
12 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tinjauan Peneletian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian mengenai analisis
framing yang dilakukan oleh media massa khususnya surat kabar. Untuk
pengembangan pengetahuan peneliti melakukan tinjauan terhadap peneliti
terhahulu mengenai analisis framing.
Hal tersebut penting dilakukan untuk mengetahui model dan teori yang
peneliti terdahulu lakukan sehingga menjadi rujukan bagi peneliti dalam
melakukan penelitian.
Setelah peneliti melakukan tinjauan terhadap peneliti terdahulu, peneliti
mendapatkan beberapa tulisan mengenai analisis framing, berikut ini penulisan
Tabel 2.1 Penelitian Sejenis
No. Judul Peneliti Persamaan Perbedaan
1. Pembingkaian Berita Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan
dan Harian Pagi Radar Bandung.
Cecep K.Nurizal (Skripsi)
Program Studi Ilmu Komunikasi 2006.
Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis framing dari Robert Etnman.
Berita tentang
pemilihan
Gubrenur Jawa
barat 2013 di
Harian Umum
Pikiran Rakyat
dan
dan Harian Pagi
4. Pembingkaian
2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi
2.1.2.1 Definisi Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa latin communication, dan perkataan ini
bersumber pada kata communis, yang artinya adalah sama, yaitu sama makna
menganai satu hal. Jadi komunikasi akan berlangsung apabila orang-orang yang
terlibat di dalamnya mempunyai kesamaan makna mengenai apa yang
dikomunikasikan, maka dengan demikian pernyataan yang dilontarkan akan
16
Adapun pendapat para ahli mengenai definisi komunikasi, yaitu:
a. Bernard Berelson dan Gary A. Steiner
Komunikasi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi,
keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan
simbol-simbol–kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya.
b. Carl I. Hovland
Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang
(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya
lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain
(komunikate).
c. Gerald R. Miller
Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu
pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk
mempengaruhi perilaku penerima.
d. Everett M. Rogers
Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku mereka.
e. Harold Lasswell
Menjelaskan bahwa “(Cara yang baik untuk menggambarkan
komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
Effect?” Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada
Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? (Mulyana, 2007:67).
Dari beberapa pengertian di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa
komunikasi merupakan suatu kegiatan interaksi antara dua orang atau lebih, antara
komunikator dengan komunikan atau audiennya dimana ada proses pertukaran
makna/pesan media dengan tujuan untuk mempengaruhi orang lain. Dengan kata
lain komunikasi mengandung arti usaha menyamapikan gagasan, yang mana
gagasan tersebut diusahakan untuk memiliki arti yang sama atau kesamaan
makna. Apabila dalam suatu percakapan terjadi perbedaan pengertian atau
perbedaan makna antara yang berbicara dengan yang diajak bicara, maka dalam
hal ini komunikasi tidak akan berjalan lancar. Komunikasi baru dapat berlangsung
efektif, apabila antara yang berbicara dengan yang diajak berbicara memiliki
makna yang sama tentang sesuatu objek tertentu.
2.1.2.2 Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan
pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan
makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini
bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan
komunikasi pada umumnya).
Dengan demikian komunikasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang untuk menyatakan gagasan atau tidak kepada orang lain dengan
18
yang berarti bersikap umum. Sedangkan menurut Bernard Berelsan dan Barry A
Strainer dalam karyanya “Human Behavior” mendefinisikan komunikasi sebagai
berikut :
“Komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan gambar-gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain, kegiatan atau proses penyampaianlah yang biasanya dinamakan komunikasi”. (Effendy, 1992 : 48)
Dari definisi diatas, mengandung kesamaan yaitu adanya proses atau usaha
individu untuk merubah individu lain, yang dimengerti oleh kedua belah pihak
yang melakukan komunikasi. Sehingga dari proses komunikasi tersebut
terciptalah sebuah pesan yang dimaknai serupa, sebuah pesan yang
penyampaiannya melalui media.
2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa
2.1.3.1 Definisi Komunikasi Massa
Untuk memberikan batasan tentang komunikasi massa dan setiap bentuk
komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Begitu mendengar istilah komunikasi
massa, biasanya yang muncul dibenak seseorang adalah bayangan tentang surat
kabar, radio, televisi atau film. Banyak pakar komunikasi yang mengartikan
komunikasi massa dari berbagai sudut pandang, seperti halnya Jalaludin Rakhmat
dalam bukunya Psikologi Komunikasi, menjabarkan bahwa komunikasi massa
merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang
tersebar, heterogen dan anonim, melalui media cetak atau elektronik sehingga
Menurut Werner I. Severin dan James W. Tankard, Jr. dalam bukunya,
Communication Theories, Origins, Methods, Uses, mengatakan sebagai berikut:
Komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan
sebagian ilmu. Ia adalah keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi
teknik-teknik fundamental tertentu yang dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi,
mengoperasikan tape recorder, atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni
dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis
skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan
majalah, atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia
adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang
bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikukuhkan dan dipergunakan
untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik. (Effendy, 2001:21)
Dikarenakan komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dan dengan
menggunakan media massa, maka komunikasi massa ini mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.
20
informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.
Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja
tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa (Cangara, 2000:131-135).
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus
menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada
khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan yang luas yang dihadiri
oleh ribuan orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan
komunikasi massa. Media yang termasuk media massa adalah radio, televisi, surat
kabar, majalah, dan film.
2.1.3.2 Media Cetak
Hamundu (1999), media cetak merupakan bagian dari media massa
yang digunakan dalam penyuluhan. Media cetak mempunyai karakteristik yang
penting. Literatur dalam pertanian dapat di temui dalam artikel, buku, jurnal, dan
majalah secara berulang-ulang terutama untuk petani yang buta huruf dapat
mempelajarinya melalui gambar atau diagram yang diperlihatkan poster.
Media cetak membantu penerimaan informasi untuk mengatur masukan
informasi tersebut. Lebih jauh lagi media cetak dapat di seleksi oleh
pembacanya secara mudah dibandingkan dengan berita melalui radio dan
Secara umum media cetak di Indonesia di kalsifikasikan menjadi 8 bagian,
yakni :
- Surat Kabar Harian
- Surat Kabar Mingguan
- Majalah Mingguan
- Majalah Tengah Bulanan
- Majalah Bulanan
- Majalah Dwibulanan
- Majalah Tribulanan
- Buletin
2.1.3.3 Media Elektronik
Dengan kemunculan media cetak, langkah aktivitas komunikasi mulai
menanjak cepat. Apalagi dengan adanya penemuan telegraf, semua menjadi
lebih nyata. Walaupun bukan sebagai media massa komunikasi, alat ini menjadi
elemen penting bagi akumulasi teknologi yang pada akhirnya akan mengarahkan
masyarakat memasuki era media massa elektronik. Beberapa dekade
terakhir, percobaan-percobaan yang dilakukan telah membawa kesusksesan
untuk memasuki era dunia motion picture mejadi bentuk hiburan. Pada
permulaan abad ke-20, masyarakat barat melakukan percobaan
22
pengembangan radio dan tahun 1940-an dengan dimulainya televisi (Nurdin,
2003 :57).
Sketsa singkat peralihan utama dalam kemampuan berkomunikasi
menunjukan dua faktor. Pertama, revolusi komunikasi sedang terjadi
sepanjang keberadaan manuasia. Masing-masing menyediakan alat
perubahan penting yang dapat membawa untuk memikirkan diri manusia. Kedua,
pertumbuhan media massa terlah terjadi dengan sangat luar biasa akhir-akhir
ini. Apalagi setelah muncul komunikasi dengan menggunakan satelit.
Secara umum media elektronik adalah media audio visual, dimana media
tersebut pengembangan dari dampak teknologi yang dikembangkan oleh
manusia. Sehingga informasi pun akan kebutuhan pesan dapat diterima
dengan jelas, cepat dan akurat. Acara yang disiarkan oleh media elektronik
tidak lagi direkam, melainkan banyak yang disiarkan secara langsung.
Munculnya internet sebagai media bentuk komunikasi massa baru
untuk saat ini yang membawa pengaruh yang tidak sedikit pula pada
kebutuhan akan informasi. Internet telah mengambil peran revolusi
komunikasi yang kian kompleks.
Sehingga semua dapat dilakukan dengan cepat, mudah dan
disederhanakan, walaupun selalu terdapat konsekuensi dampak yang
ditimbulkan dari peran media komunikasi elektronik ini. Untuk saat ini media
2.1.4 Tinjauan Surat Kabar dan Pers
Secara harfiah, pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti penyiaran
secara tercetak. Pemahaman ini diambil dari bahasa pers itu sendiri, yaitu
pers yang berasal dari bahasa Belanda yang artinya adalah cetak. Sementara
dalam bahasa Inggris pers berasal dari kata press yang artinya tekan. Namun pada
perkembangan selanjutnya istilah pers meluas menjadi segala macam bentuk
penerbitan, baik itu media massa elektronik maupun cetak, yang dalam
kegiatannya melakukan segala bentuk kegiatan jurnalistik.
Jurnalistik itu sendiri secara bahasa mempunyai pengertian lain. Secara
etimologis, kata jurnalistik yang dalam bahasa Inggrisnya ditulis journalism
sebagaimana kutipan Alex Sobur dalam diktat kuliah Dasar Jurnalistik, diambil
dari bahasa Perancis yang berarti Surat Kabar (Sobur,2000 : 1).
Sejalan dengan hal ini, Adinegoro mengatakan dalam buku
Pengantar Ilmu Publisistik, karya M.O Palapah & Atang Syamsudin, seperti
dikutip oleh Alex Sobur dalam diktat Dasar Jurnalistik-nya, bahwa pengertian
jurnalistik itu adalah “Kepandaian karang-mengarang yang pokoknya untuk
memberi pekabaran pada masyarakat dengan selekas- lekasnya agar tersiar
seluasluasnya” (dalam Sobur, 2000 : 1).
Sementara itu, Roland E. Wolseley dan Laurence R. Campbell dalam
bukunya Exploring Journalism, seperti dikutip pula dalam Dasar Jurnalistik-nya
24
yang sifatnya sistematis dan dapat dipercaya melalui media komunikasi massa
modern” (dalam Sobur, 2000:1).
Dari berbagai literatur mengenai pengertian-pengertian jurnalistik ini tadi,
maka kemudian praktisi maupun akademisi komunikasi menggeneralisasikan
pengertian jurnalistik secara umum, yaitu kegiatan mengumpulkan, mengolah,
serta menyebarkan pemberitaan kepada publiknya dalam waktu yang cepat
kepada jumlah audiens yang sebanyak- banyaknya.
Apapun definisinya, secara kasar orang mengartikan kegiatan jurnalistik
sebagai sebuah proses penyebaran informasi kepada masyarakat melalui media
massa, baik cetak maupun elektronik. Media inilah yang kemudian disebut orang
sebagai pers.
Bicara mengenai pers, orang akan selalu mengaitkannya dengan istilah
yang selalu mengiringinya, yaitu obyektif. Pers obyektif, akan kerap kita dengar
manakala kita tengah mengangkat dan membicarakan tentang dunia pers itu
sendiri. Namun sebelum kita melangkah jauh kepada wacana pers obyektif ini,
ada baiknya menengahkan kembali pengertian pers itu secara mendasar.
Istilah pers berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggrisnya
berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak, secara maknawiah berarti
penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publications).
Kemudian dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yaitu pers
dalam arti luas dan pers dalam arti sempit. Pers dalam pengertian luas meliputi
radio siaran dan televisi siaran. Sedangkan pers dalam arti sempit, terbatas
pada media cetak, yaitu surat kabar, majalah, dan buletin kantor berita
(Effendy,2002:145).
Media pers, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat seiring
dengan bergulirnya proses reformasi pada tahun 1998 lalu. Bahkan ada juga
yang beranggapan bahwa dewasa ini pers tumbuh dan berkembang
secara sporadis. Dengan nada yang cenderung mengarah kepada hal-hal yang
negatif, pendapat ini juga mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan pers tersebut bergerak secara tidak terkontrol, yang pada gilirannya
nanti akan banyak menimbulkan kekhawatiran. Kekhawatiran semacam ini yang
dapat kita pahami, mengingat salah satu dari beberapa fungsi pers adalah kekuatan
untuk mempengaruhi.
Sesungguhnya fungsi inilah yang kemudian menyebabkan pers memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa Napoleon pada masa jayanya pernah berkata bahwa ia lebih takut kepada empat surat kabar daripada seratus serdadu dengan senapan bersangkur terhunus. Sudah tentu surat kabar yang ditakuti ini adalah surat kabar yang independent, yang bebas menyampaikan pendapat, bebas melakukan social control. Fungsi mempengaruhi dalam surat kabar ini, secara implisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel (Effendy, 2002 : 150).
Wacana pers obyektif ini atau pers yang independent dalam bahasanya
Onong Uchjana Effendy tersebut, mengemuka disebabkan oleh sebagian
pengelola pers itu sendiri yang keluar dari jalur tujuan pendirian lembaga
penerbitan. Banyak dari sebagian para pengelola lembaga pers kita, yang
memantapkan tujuan pendirian penerbitannya hanya sekedar untuk
26
ada dalam ruang lingkup kegiatan-kegiatan pers. Maka diusunglah wacana pers
obyektif sebagai sebuah bentuk perlawanan dari gerakan pers komersial dan lagi
memihak, dengan harapan terwujudnya pers ideal yang menjadi harapan
masyarakat. Meskipun, masih banyak pertentangan mengenai pers yang obyektif
tersebut.
Surat kabar sebagai pemberi informasi karena dengan pemberitaan-
pemberitaan yang menggambarkan segala sesuatu yang sedang berlangsung
disekitarnya ini akan memberikan titik terang kepada para pembaca tentang
apa yang terjadi atau peristiwa yang sedang berlangsung disekitarnya. Hal ini
sejalan dengan surat kabar yaitu memberi kabar kepada masyarakat.
Adapun ciri-ciri pers atau surat kabar menurut Effendy dalam ilmu teori
dan filsafat komunikasi, yaitu :
1. Publisitas atau penyebaran kepada publik atau khalayak, sehingga surat
kabar bersifat umum sesuai dengan kepentingan umum dan memenuhi
kepentingan khalayak.
2. Periodisitas periodik, pers selalu terbit secara periodik dalam kurun waktu
tertentu.
3. Universalitas (universality), surat kabar adalah kesemestaan isinya.Isi surat
kabar terdiri dari berbagai macam informasi yang bisa memenuhi
kebutuhan khalayaknya yang mempunyai kebutuhan yang
4. Aktualitas (actuality) merupakan ciri dari surat kabar yang
keempat mengenai berita yang akan diberikan kepada khalayak. Aktualitas
menurut kata asalnya berarti kini dan keadaan sebenarnya. Berita
yang disiarkan oleh surat kabar adalah berita yang baru tanpa
mengesampingkan kebenaran beritanya.
2.1.4.1 Fungsi Pers
Sebagai lembaga kemasyarakatan (social institution) tentu memduduki
tempat tertentu dalama masyarakat. Empat fungsi pers adalah sebagai
berikut :
1. To inform (Informatif)
Fungsi pers yang pertama ini merupakan fungsi utama dalam pers
yakni, memberikan informasi, atau berita kepada khalayak dengan cara
yang teratur. Setiap informasi yang disampaikan tentu harus memenuhi
kriteria dasar suatu berita yakni aktual, akurat, faktual, menarik atau
penting, benar, lengkap, utuh, jelas, jernih, jujur, adil, berimbang, relevan,
bermanfaat, etis dan syarat berita lainnya.
2. To educate (Mendidik)
Dalam konsep yang ideal, penyampaian informasi yang
disebarluaskan pers dapat memberikan pendidikan kepada masyarakat,
khususnya pembaca, pendengar atau penonton. Dalam konteks ini
28
informasi yang berperan positif dalam menyampaikan mengembangkan
khazanah ilmu pengetahuan. Ilmu yang disebarluaskan memberikan
dampak positif, baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik
publik, sehingga dengan fungsi ini pers dapat berperan sebagai
guru yang memberikan pencarahan kepada muridnya.
3. To entertaint (Hiburan)
Pers juga dapat di jadikan sebagai saran hiburan atau rekreasi.
Fungsi ini lebih melekat pada media media elektronik sebagai fungsi
pers yang utama. Namuan dalam fungsi ini mengamanatkan
pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana rekreasi yang
menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.
4. To influence (Kontrol sosial)
Sebagai media pelayanan publik pers menjadi bagian penting
dalam posisi strategis dalam ikut mendorong berjalanya roda
pemerintahan. Sebagai kontribusi penyeimbang dalam penyelenggaraan
kehidupan sosial kemasyarakatan. Pers menjadi bagian yang memberikan
visi membenarkan yang benar dan meluruskan yang salah.
Selain keempat fungsi utama pers tersebut, di jelaskan dalam
buku Etika Hukum dan Pers oleh Mahi M. Hikmat (2011 :57-59), masih
terdapat fungsi-fungsi lain yang menjadi tambahan dalam konteks realitas
yang dijalankan dengan baik oleh pers baik media cetak maupun
a. Fungsi Ekonomi
Kehadiran pers di banyak Negara ikut mendukung berjalannya
roda perekonomian. Pers ikut mengambil bagian dari upaya ikut
membangun ekonomi Negara dengan tampil sebagai perusahaan
perusahaan yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan
ekonomi suatu Negara. Misalnya dengan ikut menciptakan lapangan
pekerjaan, pembayaran pajak dan kegiatan ekonomi lainya.
b. Fungsi Sosial
Undang-undang No 40 Tahun 1999 tentang Pers, menyuratkan
fungsi pers yang ada di Indonesia sebagai lembaga social. Hal itu
dimainkan dengan melihat realitas yang selalu hadir di Indonesia akan
bencana yang selalu hadir dan mengakibatkan rasa empati untuk kepada
masyarakat lain. Sehingga banyak media cetak dan elektronik
berlomba-lomba menyediakan, menampung dan menyalurkan setiap korban bencana
dan kemiskinan yang didera masayarakat yang terjadi, ternyata
disikapi oleh insan pers Indonesia dengan kematangan fungsi sosial
yang mereka perankan.
c. Fungsi Mediator
Pers adalah lembaga media sehingga fungsi utama pers adalah
sebagai mediator, dimana berfungsi sebagai penghubung atau fasilitator,
dengan memediasi berbagai kepentingan dan berbagai elemen dalam
30
d. Fungsi Mempengaruhi
Pers memiliki fungsi dapat mempengaruhi. Hal itu disadari
lama dengan dibuktikannya banyak teori yang mengungkapkan kehebatan
pers dalam mempengaruhi individu maupun kelompok. Pers memiliki
mata pisau yang tajam untuk mengubah kognisi, afeksi dan psikomotorik
individu atau kelompok, apalagi dengan era teknologi informasi yang
makin canggih. Daya rangsang televisi dan internet dapat memberikan
pengaruh besar terutama kepada anak-anak dan remaja yang belum
memiliki daya filter yang kuat.
e. Fungsi Sejarah
Dengan kekuatan tulisan atau siarannya. Pers berfungsi juga
sebagai juru tulis terhadap fakta-fakta yang terjadi di masyarakat. Fakta
adalah sebuah sejarah bagi kehidupan massa depan, sehingga
catatan pers-pers masa lalu bermakna historis bagi masa kini dan catatan
masa kini historis bagi masa depan. Bahkan, salah satu sumber otentik
bagi catatan sejarah bagi para sejarawan adalah pers.
2.1.4.2 Tentang Berita
Berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik
perhatian orang (Budyatna, 2009:40). Dari definisi tersebut dapat dibedakan
antara berita yang berdasarkan objektif (fakta) dan berita berdasarkan subjektif
Paul De Massenner mengatakan bahwa berita adalah sebuah informasi
yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak. Sedangkan Dean M.
Lyle Spencer mendefinisikan berita sebagai suatu kenyataan atau ide yang benar
yang dapat menarik sebagian besar pembaca (Sumadiria, 2008:64).
Selain definisi-definisi berita diatas, Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik
Indonesia : Menulis Berita dan Feature mengatakan bahwa:
“Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar,menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar,radio, televisi, atau mediaonline internet,”(Sumadiria, 2008:65).
Berita dapat diklasifikasikan kedalam kategori berita berat (straight news)
dan berita ringan (soft news). Sedangkan berdasarkan sifatnya berita terbagi
menjadi dua bagian yaitu: berita terduga dan berita tak terduga.
Berita terduga adalah peristiwa yang direncanakan atau sudah diketahui
sebelumnya. Berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba, ditdak
direncanakan, dan tidak diketahui sebelumnya (Sumadiria, 2008:66).
2.1.4.3 Jenis-Jenis Berita
Jenis-jenis berita yang umum dikenal dalam dunia jurnalistik, diantaranya :
1. Straigt news adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa.
2. Depth news adalah berita mendalam, laporan yang menghimpun informasi
dengan fakta-fakta mengenai peristiwa sebagai data tambahan untuk
32
3. Comprehensive news adalah laporan tentang fakta yang bersifay
menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.
4. Interpretatif report adalah memfokuskan sebuah isu, masalah, atau
peristiwa-peristiwa kontroversial.
5. Feature adalah menyajikan fakta untuk menarik minat pembaca, dalam
feature lebih diutamakan gaya (style) daripada informasi yang disajikan.
6. Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam,
tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual.
7. Investigative news adalah berita yang memusatkan pada sejumlah masalah
dan kontroversi, dalam penulisan berita ini watrawan melakukan
penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi.
8. Editorial writing adalah penyajian fakta atau opini yang menafsirkan
berita-berita penting dan mempengaruhi pendapat umum. (Sumadiria,
2008:69-71).
2.1.4.4 Kriteria Berita
Kriteria berita adalah acuan yang dapat digunakan oleh jurnalis dalam
memutuskan fakta yang pantas disajikan menjadi sebuah berita (Sumadiria,
2008:80). Berikut adalah kriteria umum sebuah berita :
3. Akibat (impact) 4. Aktual (timeliness) 5. Kedekatan (proximity)
6. Informasi (information) 7. Konflik (conflict)
8. Orang penting (prominence)
9. Ketertarika manusiawi (human interest) 10. Kejutan (surprising)
11. Seks (sex). (Sumadiria, 2008:80)
2.1.5 Konsep Framing
Analisi framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis
untuk mengetahui bagaimana realitas (pristiwa, aktor, kerlompok, atau apa saja )
dibingkai oleh oleh media. (Eriyanto, 2002 : 3).
Menurut Sudibyo dalam Sobur. Pada awalnya framing dimaknai
sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir
pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta menyediakan
kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian
dikembangkan lebih jauh lagi oleh Ervin Goffman pada tahun 1974. Goffman
mengandaikan framing sebagai kepentingan- kepentingan perilaku (strips of
behaviour) yang membimbing individu dalam membaca realitas.
Konsep framing kini telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu