• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Hypnoteachiing terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Hypnoteachiing terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH HYPNOTEACHING TERHADAP

HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

(Studi Pra-Eksperimen pada Topik Berkomunikasi terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

ujian Sarjana Psikologi

oleh :

DINA DARA GINTING

(081301007)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Penulis yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi penulis yang berjudul :

PENGARUH HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA

INDONESIA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 17 MEDAN

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini penulis kutip dari

hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini,

penulis bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Desember 2012

DINA DARA GINTING

(4)

PENGARUH HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SMP NEGERI 17 MEDAN

Dina Dara Ginting dan Tarmidi, M.Psi

ABSTRAK

Hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar mengajar. Hasil belajar juga merupakan nilai akhir dari pencapaian siswa dalam memahami materi yang disampaikan saat proses belajar mengajar berlangsung. Tinggi rendahnya hasil belajar dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan guru pada saat berlangsungnya kegiatan belajar. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan menerapkan metode hypnoteaching. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi-eksperimen. Desain yang digunakan adalah two-group pretest-posttest control group design. Penelitian ini melibatkan 20 orang siswa SMP kelas VII-3 sebagai kelompok eksperimen dan 20 orang siswa SMP kelas VII-1 sebagai kelompok control. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling. Data diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar. Data dianalisis dengan menggunakan uji Paired Sample t Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa-siswi SMP Negeri 17 Medan mengalami peningkatan setelah menerima metode hypnoteaching (t=14,559, =4,30 =14,60). Hal tersebut berarti bahwa hypnoteaching berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar.

(5)

THE INFLUENCE OF HYPNOTEACHING TO ACADEMIC ACHIEVEMENT STUDENT IN SMP NEGERI 17 MEDAN

Dina Dara Ginting dan Tarmidi M.Psi

ABSTRACT

Academic achievement is the final result of learning and teaching process. Academic achievement also is the final value which show the achievement of the students in understanding the material presented during the process of teaching and learning. The level of academic achievement are influence by the learning method used by teachers in the course of learning. One way to improve academic achievement is by implementing a method called hypnoteaching. This research aims to determine the influence of hypnoteaching to academic achievement students in SMP Negeri 17 Medan. is This research used a quantitative approach with quasi-expremintal methods. It used two-group pretest-posttest control group design. This study involved 20 (twenty) junior high school students of class VII-3 as experimental group and 20 (twenty) junior high school students of class VII-1 as aa control group. The sampling technique used is cluster sampling. Data obtained by using the academic achievement test. Data were analyzed using Paired Sample t-test. The results showed that the academic achievement students of SMP Negeri 17 Medan has increased after receiving hypnoteaching method (t=14.559, pre=4.30, M-post=14.60). it means that hypnoteaching influencial in improving academic achievement.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis diberi kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi

yang berjudul “Pengaruh Hypnoteachiing terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan” ini merupakan suatu karya ilmiah yang

disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas

Psikolgi Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan ini penulis banyak mendapat

bantuan dari beberapa pihak dalam penyelesaian skripsi. Pada kesempatan ini, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu

dalam proses penyusunan skripsi ini, antara lain :

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, M.Si, psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi USU

beserta Pembantu Dekan I, II, dan III Fakutas Psikologi USU.

2. Bapak Tarmidi, M.Psi, psikolog, selaku dosen pembimbing penulis dan sekaligus

menjadi dosen pembimbing akademik. Penulis mengucapkan terima kasih atas

waktu, arahan, bimbingan, saran dan perhatian yang telah diberikan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas motivasi dan saran

yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas

Psikologi Universitas Sumatera Utara.

3. Bu Ika dan Pak Eka yang sudah memberikan kritik, saran, dan ilmu kepada saya

(7)

4. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Psikologi USU yang telah

membantu penulis baik selama masa perkuliahan maupun dalam penyelesaian

skripsi.

5. Bapak penulis, Bapak D.Ginting dan keluarga tercinta, yang telah memberikan

semangat dan dukungan penuh. Terima kasih atas doa, kasih sayang dan

pengorbanan yang tiada henti. Skripsi ini terkhusus dipersembahkan untuk kalian.

Semoga penulis dapat memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat untuk kalian.

Peluk cium untuk seluruh keluarga.

6. Kostrawan Kaban, seseorang yang telah banyak membantu, menjaga dan

menyayangi penulis. Terima kasih untuk kebersamaan kita dalam suka dan duka

selama ini. Semoga kita berdua menjadi orang yang berhasil dan dapat bersama

meraih masa depan yang gemilang.

7. Kakak tersayang “Siska” yang telah banyak memberi ilmu, saran, dan masukan,

meluangkan banyak waktu dalam proses penyelesaian skripsi.

8. Sahabat-sahabat “ d’Ran ”, Rahma, Ajeng, dan Nisha terima kasih atas doa,

dukungan, semangat dan kebersamaan kita selama ini. Semoga kita menjadi

individu yang sukses dan berguna bagi agama, orangtua, nusa dan bangsa.

Semoga persahabatan kita dapat terjalin hingga akhir hayat. Sayang kalian semua.

Big Hug n Kisses for all of u

9. Teman-teman Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara angkatan ’08,

(8)

awal kuliah bertemu dengan teman-teman yang sama-sama matrikulasi, lalu

teman-teman yang tergabung dalam kelompok-kelompok tugas dan presentasi.

10.Kepala Sekolah, guru-guru, dan siswa-siswa SMP Negeri 17 Medan, terima kasih

atas ijin, dukungan serta kebersamaan yang terjalin selama masa penelitian

penulis. Terima kasih terkhusus kepada adek-adek kelas VII-1 dan VII 3 SMP

Negeri 17 Medan, semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat.

11.Dan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi

ini tapi tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih.

Bantuan, dukungan dan semangat kalian sangat berarti untuk penyelesaian skripsi

ini.

Seluruh skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis dan penulis

menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran yang sifatnya membangun dari

semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi.

Akhirnya kepada Allah SWT jua penulis berserah diri. Semoga penelitian ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Medan, Desember 2012

Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

A.2. Definisi Hypnoteaching ... 16

A.3. Penerapan Hypnosis dalam Mengajar ... 17

A.4. Kelebihan dan Kekurangan Hypnoteaching ... 22

B. Hasil Belajar ... 23

B.1. Definisi Belajar ... 23

B.2. Definisi Hasil Belajar ... 24

B.3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 25

C. Profil SMP Negeri 17 Medan……… ... 31

D. Dinamika Hubungan Hypnoteaching terhadap Hasil Belajar .. 34

E. Hipotesa Penelitian ... 37

(10)

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 38

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 39

a. Hasil Belajar ... 39

b. Hypnoteaching ... 40

C. Desain Penelitian ... 41

D. Teknik Kontrol Penelitian ... 42

E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 43

1. Populasi Penelitian ... 43

2. Sampel Penelitian ... 43

3 Metode Pengambilan Sampel Penelitian ... 44

F. Alat Ukur Penelitian ... 44

G. Uji Validitas,daya beda aitem dan Reliabilitas Alat Ukur ... 45

1. Uji Validitas ... 46

2. Uji Reliabilitas ... 46

3. Parameter-Parameter aitem ... 47

H. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian ... 50

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 52

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 52

1.1. Penggolongan Subjek Berdasarkan Usia ... 58

1.2. Penggolongan Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

(11)

a. Hasil Uji Asumsi ... 59

1) Uji Normalitas ... 59

b. Hasil Uji Hipotesis ... 59

3. Kategorisasi Penelitian ... 64

B. Pembahasan ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Nilai UN Siswa SMP ... 3

Tabel 2. Hasil Ujian Ulangan Semester Kelas VII SMPN 17 Tahun Pelajaran 2007 - 2011 ... 4

Tabel 3. Blue Print tes Hasil Belajar Bahasa Indonesia Sebelum Uji Coba ... 45

Tabel 4. Hasil Uji Daya Diskriminasi dan Daya Beda Aitem ... 48

Tabel 5. Blue Print Tes Hasil Belajar Bahasa Indonesia Setelah Uji Coba .... 50

Tabel 6. Blue Print Pretest Penelitian ... 51

Tabel 7. Blue Print Posttest Penelitian ... 52

Tabel 8. Gambaran Usia Subjek Penelitian ... 58

Tabel 9. Gambaran Jenis Kelamin Subjek Penelitian ... 59

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Kelompok Kontrol ... 60

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen ... 60

Tabel 12. Hasil Uji Paired Samples Statistics Kelompok Kontrol ... 62

Tabel 13. Hasil Uji Paired Samples Test Kelompok Kontrol ... 62

Tabel 14. Hasil Uji Paired Samples Statistics Kelompok Eksperimen ... 63

Tabel 15. Hasil Uji Paired Samples Test Kelompok Eksperimen ... 63

Tabel 16. Hasil Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik ... 64

Tabel 17. Hasil Rangkuman Kategorisasi Data Penelitian ... 65

Tabel 18. Hasil Penggolongan Subjek Penelitian Kelompok Kontrol ... 65

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I :

1. Alat Ukur Penelitian

LAMPIRAN II :

1. Daftar Absensi Siswa Kelas VII-1 (Kelompok Kontrol) 2. Daftar Absensi Siswa Kelas VII-3 (Kelompok Eksperimen)

3. Tabulasi data mentah skor pretest dan posttest pada kelompok kontrol 4. Tabulasi data mentah skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen

LAMPIRAN III : 1. Soal Try Out 2. Soal Pretest 3. Soal Posttest

4. Silabus Pembelajaran

(14)

PENGARUH HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SMP NEGERI 17 MEDAN

Dina Dara Ginting dan Tarmidi, M.Psi

ABSTRAK

Hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar mengajar. Hasil belajar juga merupakan nilai akhir dari pencapaian siswa dalam memahami materi yang disampaikan saat proses belajar mengajar berlangsung. Tinggi rendahnya hasil belajar dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan guru pada saat berlangsungnya kegiatan belajar. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan menerapkan metode hypnoteaching. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi-eksperimen. Desain yang digunakan adalah two-group pretest-posttest control group design. Penelitian ini melibatkan 20 orang siswa SMP kelas VII-3 sebagai kelompok eksperimen dan 20 orang siswa SMP kelas VII-1 sebagai kelompok control. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling. Data diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar. Data dianalisis dengan menggunakan uji Paired Sample t Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa-siswi SMP Negeri 17 Medan mengalami peningkatan setelah menerima metode hypnoteaching (t=14,559, =4,30 =14,60). Hal tersebut berarti bahwa hypnoteaching berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar.

(15)

THE INFLUENCE OF HYPNOTEACHING TO ACADEMIC ACHIEVEMENT STUDENT IN SMP NEGERI 17 MEDAN

Dina Dara Ginting dan Tarmidi M.Psi

ABSTRACT

Academic achievement is the final result of learning and teaching process. Academic achievement also is the final value which show the achievement of the students in understanding the material presented during the process of teaching and learning. The level of academic achievement are influence by the learning method used by teachers in the course of learning. One way to improve academic achievement is by implementing a method called hypnoteaching. This research aims to determine the influence of hypnoteaching to academic achievement students in SMP Negeri 17 Medan. is This research used a quantitative approach with quasi-expremintal methods. It used two-group pretest-posttest control group design. This study involved 20 (twenty) junior high school students of class VII-3 as experimental group and 20 (twenty) junior high school students of class VII-1 as aa control group. The sampling technique used is cluster sampling. Data obtained by using the academic achievement test. Data were analyzed using Paired Sample t-test. The results showed that the academic achievement students of SMP Negeri 17 Medan has increased after receiving hypnoteaching method (t=14.559, pre=4.30, M-post=14.60). it means that hypnoteaching influencial in improving academic achievement.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk menciptakan

suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

sikap sosial dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara (Sisdiknas dalam Jumali, dkk, 2004).

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kemampuan

pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu terapan dan ilmu pengetahuan

dasar secara seimbang. Salah satu usaha untuk meningkatkan penguasaan

pengetahuan dasar adalah dengan meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia.

Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia di SMP yaitu dari aspek kemampuan

berbahasa meliputi aspek mendengarkan/menyimak, berbicara dan berkomunikasi,

menulis, dan membaca (Depdiknas, 2006).

Bagi warga negara Indonesia, bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional dan

bahasa yang dibawa sejak lahir. Namun demikian, sistem pendidikan di Indonesia

tetap menuntut siswa untuk tetap mempelajari bahasa Indonesia sebagai salah satu

mata pelajaran wajib yang harus diajarkan di sekolah. Bahasa Indonesia adalah salah

(17)

sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari (Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1999). Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia berorientasi

pada hakikat pembelajaran bahasa, dimana belajar bahasa adalah belajar

berkomunukasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai

kemanusiaan melalui karya-karya sastranya (Depdiknas, 2006).

Secara umum mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan antara lain: 1) menghargai dan bangga menggunakan bahasa

Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, 2) memahami bahasa

Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat

dan kreatif untuk berbagai tujuan, keperluan, dan keadaan, 3) menggunakan bahasa

Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional

dan sosial, 4) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai denga etika yang

berlaku, baik secara lisan maupun tulis, 5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra

puisi maupun prosa untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, 6) menghargai dan

membanggakan karya sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual

manusia Indonesia (Depdiknas, 2006).

Menurut Slameto (2010), siswa dinyatakan berhasil dalam belajar apabila

Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dapat tercapai, sehingga pada diri siswa memiliki

pengetahuan yang lebih dari sebelumnya yang dalam hal ini mencakup hasil belajar

(18)

Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara (Kadisdik Sumut), Syaiful Safri saat

menyampaikan hasil UN (Ujian Nasional) tingkat SMP di ruang pertemuan Disdik

Sumut pada hari Jumat 03 juni 2011. Menurut Syaiful, jumlah peserta Ujian Nasiona

(UN) di Sumatera Utara 244.409 siswa. Untuk UN SMP sebanyak 194.254 siswa

dengan persentase kelulusan 99,8% atau 194.034 dinyatakan lulus dan 220 siswa

tidak lulus. Selanjutnya, nilai UN yang diperoleh siswa SMP yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Nilai UN Siswa SMP

No Nama Sekolah

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai bahasa Indonesia

merupakan nilai yang paling rendah di antara niali-nilai lainnya yaitu nilai bahasa

Inggris, matematika, dan IPA. Hal tersebut sesuai dengan data lapangan yang

diperoleh peneliti pada SMP Negeri 17 Medan bahwa terjadi penurunan nilai bahasa

Indonesia pada siswa kelas VII. Guru bahasa Indonesia kelas VII juga mengaku

bahwa bahasa Indonesia juga menjadi nilai terendah dari seluruh mata pelajaran yang

ada pada Ujian Nasional. Hal tersebut dapat dilihat melalui hasil wawancara berikut:

(19)

pun kurang memuaskan. Anak-anak lebih susah untuk menyelesaikan soal bahasa Indonesia dibandingkan dengan soal bahasa Inggris maupun yang lainnya”

(Wawancara Interpersonal, Rabu tanggal 07 Desember 2011)

Berhasil tidaknya siswa dalam belajar bergantung pada bagaimana proses

yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hasil belajar adalah salah

satu hal yang dapat menjadi acuan untuk melihat kualitas peserta didik serta

kompetensi pendidik dalam proses pembelajaran dalam suatu mata pelajaran.

Gronlund (1985) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu bagian pelajaran

misalnya suatu unit bagian ataupun bab tertentu mengenai materi yang telah dikuasai

oleh siswa pada proses pembelajaran. Tidak semua siswa mampu menguasai materi

yang disampaikan oleh guru. Hal ini terlihat berdasarkan data yang didapat dari salah

satu guru bidang studi SMP Negeri 17 Medan, Hasan Basri bahwa hasil belajar

Bahasa Indonesia kelas VII (tujuh) SMP Negeri 17 Medan mengalami penurunan.

Rata–rata nilai Bahasa Indonesia pada ulangan semester I kelas VII tahun ajaran

2007/2011 terlihat pada Tabel 1

Tabel 2. Laporan Hasil Ujian Ulangan Semester Kelas VII

SMPN 17 Tahun Pelajaran 2007-2011

Tahun Nilai Bahasa Indonesia

(20)

Sumber : Guru Bidang Studi (Data Diolah)

Menurut Slameto (2010), ada beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi

hasil belajar siswa yang salah satunya adalah metode mengajar yang digunakan oleh

guru kepada siswa pada proses pembelajaran. Tinggi rendahnya nilai dan hasil belajar

ssiwa dipengaruhi oleh metode mengajar yang digunakan dalam proses belajar

(Nurhadi, 2004). Rendahnya nilai bahasa Indonesia menurut data di atas tidak hanya

disebabkan dari faktor siswa saja tetapi dapat disebabkan karena proses pembelajaran

yang membosankan dan tidak berpihak kepada siswa. Seperti yang dinyatakan oleh

siswa-siswi berdasarkan hasil survey awal peneliti dengan menggunakan questionare

kepada 30 siswa yang dibantu dengan wawancara pada siswa SMP Negeri 17 Medan

menyatakan bahwa kebanyakan guru di SMP ini tidak memperdulikan kegiatan

siswa. Guru hanya fokus pada materi yang harus disampaikan tanpa memperhatikan

dan bertanya kepada siswa sehubungan dengan materi yang disampaikan. Proses

belajar mengajar berlangsung satu arah dimana siswa tidak diminta aktif dalam

kegiatan belajar mengajar.

Lebih lanjut, selain wawancara dengan salah satu siswi, wawancara juga

dilakukan terhadap guru bahasa Indonesia yang mengajar mata pelajaran bahasa

Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan mengaku bahwa metode

2010 8,31 8.86 9.09

(21)

mengajar yang digunakan ketika proses belajar mengajar adalah metode ceramah. Hal

tersebut sesuai dengan hasil wawancara berikut:

“metode yang saya gunakan ya ceramah, karena metode ini lebih simpel dan sudah sejak dulu digunakan, jadi tidak ada masalah”

(Wawancara Interpersonal, Sabtu tanggal 12 November 2011)

Berdasarkan wawancara tersebut dapat dilihat bahwa masih ada guru yang

melakukan proses pembelajaran dengan metode yang tidak berpihak pada siswa

dengan mendominasi dan tidak memperhatikan kegiatan siswa saat berlangsungnya

proses belajar mengajar di kelas yaitu dengan metode ceramah. Menurut Slameto

(2010) guru yang terlalu mendominasi jalannya proses belajar mengajar serta

berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan menghafal sejumlah fakta-fakta

tanpa pernah memotivasi siswa untuk berperilaku positif, akan cepat merasa puas

ketika peserta didiknya mampu menghafal materi-materi yang disampaikannya, tanpa

menyadari bahwa tekanan yang dirasakan oleh peserta didik telah merubah perilaku

mereka menjadi pemberontak.

Dimyati dan Mudjiono (2005) menyatakan bahwa pembelajaran adalah

kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa

belajar secara aktif yang menekankan pada sumber belajar. Kegagalan atau

keberhasilan situasi belajar sangat bergantung pada seni dan keterampilan guru pada

proses pembelajaran (Hamalik, 2003). Hal tersebut dapat terlihat melalui hasil

wawancara di SMPN 17 Medan berikut ini:

(22)

ceramah bosan lah. Harusnya bisa kreatif lah kak, jadi gak gitu-gitu terus di dalam kelas.”

(Wawancara Interpersonal, Sabtu tanggal 12 November 2011)

Konsentrasi siswa akan menurun dengan cepat setelah ia mendengarkan

ceramah lebih dari dua puluh menit secara terus menerus (Budiarjo, 1997).

Menurunnya konsentrasi siswa saat belajar hal tersebut akan menurunkan daya serap

siswa terhadap materi yang disampaikan (Suryosubroto, 2002). Selain itu, menurut

Taniredja (2011) metode ceramah juga memiliki banyak kelemahan yaitu: (1)

Komunikasi yang terjadi hanya satu arah, akibatnya siswa menjadi pasif karena tidak

diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau bertanya, (2) siswa yang

kecepatan belajarnya lambat akan mengalami kesukaran mentransfer pengetahuan

baru jika guru mengajar terlalu cepat, sebaliknya siswa yang kecepatan belajarnya

cepat akan bosan, (3) siswa tidak diberikan kesempatan untuk berfikir dan

berperilaku kreatif, pengajaran tidak berpusat pada siswa tetapi pada guru sehingga

siswa menjadi pasif, tidak terampil, tidak dapat berkonsentrasi lebih lama dan mudah

bosan, (4) guru sukar mengetahui sampai dimana siswa telah mengetahui

pembicaraanya, (5) siswa sering kali memberi pengertian lain dari hal yang

dimaksudkan guru, (6) siswa dengan model pembelajaran auditif/audio akan lebih

efektif dengan metode ini dibandingkan dengan siswa visual, (7) guru menyimpulkan

bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya.

Berkaitan dengan hal tersebut salah satu metode yang mampu menjaga dan

(23)

adalah dengan hypnoteaching. Hypnoteaching berasal dari kata hipnotis yang berarti

sugesti dan teaching yang berarti mengajar. Menurut Jaya (2010), metode

pembelajaran hypnoteaching merupakan suatu cara mengajar yang unik, kreatif

sekaligus imajinatif karena sebelum proses belajar-mengajar berlangsung, siswa

sudah di kondisikan rileks dan siap untuk belajar. Hypnoteaching menciptakan

keadaan dimana semua siswa harus terlibat aktif di kelas, melakukan semua instruksi

guru dengan cepat, dan membuat mereka dalam suasana yang menyenangkan (Hajar,

2011).

Emosional dan psikologis siswa tidak luput diperhatikan. Susana belajar

dibuat semenarik mungkin, dan yang tidak kalah penting, guru harus bisa menjaga

stabiltas emosi dan psikologisnya (Mukhlis, 2011). Hypnoteaching adalah perpaduan

konsep aktivitas belajar mengajar dengan ilmu hypnotist (Noer, 2010). Lebih lanjut,

Jaya (2010) menjelaskan hypnoteaching adalah perpaduan pengajaran yang

melibatkan pikiran alam sadar dan pikiran alam bawah sadar (kondisi relaks).

Proses pembelajaran dengan membuat siswa menjadi rileks, santai, dan

merasa nyaman akan membuat siswa lebih berkonsentrasi terhadap materi yang akan

disampaikan sehingga siswa lebih mampu menyerap informasi yang diberikan

(Mukhlis, 2011). Metode pembelajaran hypnoteaching berbeda dengan teknik

hipnotis yang banyak diketahui orang-orang. Hypnoteaching dalam proses

(24)

proses pembelajaran yang disesuaikan dengan tetap menjaga kualitas penyampaian

materi pelajaran (Hakim, 2010).

Menurut Hajar (2011), kelebihan dari pembelajaran hypnoteaching adalah (1)

proses belajar mengajar yang lebih dinamis dan ada interaksi yang baik antara

pendidik dan peserta didik, (2) peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat

dan minatnya, (3) proses pemberian ketrampilan banyak diberikan disini, (4) proses

pembelajarannya lebih beragam, (5) peserta didik dapat dengan mudah menguasai

materi, karena termotivasi lebih untuk belajar, (6) pembelajaran bersifat aktif, (7)

pemantauan terhadap peserta didik lebih intensif, (8) peserta didik lebih dapat

berimajinasi dan berfikir kreatif, (9) peserta didik akan melakukan pembelajaran

dengan senang hati, (10) daya serapnya lebih cepat dan lebih bertahan lama

dikarenakan peserta didik tidak menghafal, (11) perhatian peserta didik akan berpusat

dan fokus terhadap materi serta lebih berkonsentrasi penuh.

Beberapa penelitian sebelumnya telah melihat efektifitas dari hypnoteaching.

Untuk kota Medan, ada beberapa peneliti yang telah melihat efektifitas dari

hypnoteaching terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu mahasiswa

Universitas Negeri Medan, Siahaan (2010) telah melihat pengaruh dari metode

hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

kewirausahaan pada siswa SMK PAB 2 Helvetia Medan. Hasil penelitiannya

menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa SMK PAB 2 Helvetia Medan

(25)

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Medan dengan judul “Upaya Peningkatan

Efektifitas Proses Belajar Mengajar Matematika Melalui Teknik Hypnoteaching pada

materi Statistika di Kelas XI IPA SMA Swasta Prima Kecamatan Percut Sei Tuan”

telah melihat efektifitas hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Matematika.

Penelitian oleh Tamam (2010), seorang mahasiswa pascasarjana Institut

Agama Islam Negeri Sunan Ampel telah membuktikan adanya implementasi metode

mengajar hipnosis (hypnoteaching) untuk proses pembelajaran Fiqih di SMP Darrul

Muttaqien Surabaya. Selanjutnya Agus (2011), mahasiswa Fakultas Bahasa dan

Sastra telah melihat adanya pengaruh penggunaan metode hypnosis learning with

music pada pembelajaran menulis puisi (eksperimen kuasi terhadap kelas VIII SMP

Negeri 40 Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian terbaru juga berhasil membuktikan efektifitas hypnoteaching.

Penelitian oleh seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indoneisa yaitu Edistria

(2012) yang membuktikan adanya pengaruh penerapan hypnoteaching dalam

problem-based-learing (pembelajaran berbasis masalah) terhadap kemampuan

komunikasi dan berfikir kreatif matematis siswa SMP Negeri 5 Bandung. Hal yang

sama juga dapat dilihat pada Universitas yang sma yaitu penelitian yang dilakukan

oleh Nabilah (2012) seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang telah

melihat efektifitas hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa MTs Nurul

Huda Cikole, Lembang pada mata pelajaran TIK (Teknik Informatika dan

(26)

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya serta keterangan lain di atas

maka peneliti ingin melihat Pengaruh Hypnoteaching Terhadap Hasil Belajar Bahasa

Indonesia Siswa SMP Negeri 17 Medan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh metode pembelajaran

hypnoteaching terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data secara langsung mengenai

pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri

17 Medan.

2. Manfaat Penelitian

- Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat menambah referensi pengetahuan dalam ruang

lingkup Ilmu Psikologi, khususnya di bidang Psikologi Pendidikan yang

terkait dengan pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar bahasa

(27)

b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur dan menambah

daftar temuan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh hypnoteaching

terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan. Selain

itu, untuk berbagi dasar pengetahuan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin

melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh dari hypnoteaching

terhadap hasil belajar siswa.

- Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi kepada pihak sekolah mengenai hasil

penelitian sehubungan dengan pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar

siswa.

b. Memberikan informasi kepada pihak sekolah agar dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran dengan meningkatkan hasil belajar siswa dalam

mewujudkan sasaran utama pendidikan yaitu bersaing dalam dunia

pendidikan.

D. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisi uraian singkat mengenai gambaran latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

(28)

Terdiri atas teori hypnoteaching dan teori tentang hasil belajar. Bab ini

juga mengemukakan hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap

masalah penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Identifikasi variabel penelitian, definisi operasional penelitian, populasi

dan sampel, metode pengumpulan data dan metode analisa data. Variabel

dalam penelitian ini adalah hasil belajar sebagai variabel tergantung dan

variabel bebas adalah hypnoteaching. Alat ukur yang digunakan adalah

tes hasil belajar yang akan diberikan sebelum dan sesudah dilakukan

treatment.

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Bab analisa

data dan pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum

subjek penelitian dilanjutkan dengan hasil penelitian dan pembahasan

mengenai hasil analisa data.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri dari kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian dan

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hypnoteaching

A.1 Definisi Hypnosis

Menurut Jaya (2010), hipnosis berasal dari kata “hypnos” yang

merupakan nama dewa tidur orang yunani. Kata “hypnosis” pertama kali

diperkenalkan oleh James Braid, seorang dokter ternama di Inggris yang hidup antara

tahun 1975-1860. Pada masa-masa praktiknya James Braid menggunakan metode

hypnosis untuk menggantikan fungsi obat bius dalam mengurangi rasa sakit pasien

saat menjalani proses operasi. Sebelum masa James Braid hypnosis dikenal dengan

nama Mesmerism atau Magnetism. Milton H. Ericson, 1980 (dalam Nugroho, 2008)

mengatakan bahwa hypnosis adalah komunikasi verbal yang diikuti dengan nonverbal

yang persuasif dan sugestif kepada seseorang sehingga dia menjadi kreatif kemudian

bereaksi sesuai dengan sistem nilai dasar spiritual yang dimiliki. Persuasi verbal

dapat digunakan dalam berbagai ruang lingkup baik dalam hal promosi produk

ataupun motivasi yang diberikan guru kepada siswa dalam proses pembelajaran.

Persuasi verbal di sekolah dilakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran

berlangsung dengan memotivasi siswa bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk

mencapai tujuan yang mereka cari yaitu prestasi yang terbaik.

Menurut Jaya (2010) kata hypnosis sendiri sudah diubah ke dalam bahasa

(30)

1. Hipnosis adalah teknik atau praktik dalam mempengaruhi orang lain untuk

masuk ke dalam kondisi trance hipnosis.

2. Hipnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian menjadi sangat terpusat

sehingga tingkat sugestibilitas (daya terima) meningkat sangat tinggi.

3. Hipnosis adalah seni komunikasi untuk mempersuasi seseorang sehingga

mempengaruhi tingkat kesadarannya. Dicapai dengan menurunkan

gelombang otak dari Betha menjadi Alpha dan Theta.

4. Hipnosis adalah seni komunikasi untuk mengeksplorasi alam bawah sadar.

Menurut Hakim (2010), “hipnosis dapat diartikan sebagai suatu kondisi

relaks, fokus atau konsenterasi, yang menjadi ciri khas dari kondisi tersebut dimana

sensor-sensor panca indera manusia menjadi jauh lebih aktif”. Definisi hipnosis yang

dimuat dalam jurnal U.S Department of Education, Human Services Division,

adalah; “Hypnosis is the by-pass of the critical factor of the conscious mind followed

by the establishment of acceptable selective thinking.” atau “Hipnosis adalah

penembusan faktor kritis fikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran

atau sugesti”. Selanjutnya dalam buku Professional Affairs Board of the British

Psychological Society menyatakan bahwa “hypnosis dapat mengurangi kecemasan,

stres dan masalah psikologis lainnya. Dalam perkembangannya hinga saat ini,

hypnosis sangat membantu dalam mengembangkan performa diri dan proses belajar

(31)

A.2 Definisi Hypnoteaching

John Gruzelier, (Psikolog dari Imperial College di London) melakukan riset

menggunakan FMRI, sebuah alat untuk mengetahui aktivitas otak. Gruzelier

menemukan bahwa seseorang yang berada dalam keadaan terhipnosis, aktivitas

didalam otaknya meningkat khususnya dibagian otak yang berpengaruh terhadap

proses berfikir tingkat tinggi dan perilaku. Dia menyebutkan bahwa manusia mampu

melakukan hal-hal yang dia sendiri tidak berani memimpikannya, sehingga hipnosis

sangat berdampak dalam memotivasi dan meningkatkan kinerja.Pada proses belajar

mengajar, hipnosis atau hypnoteaching juga baik untuk memotivasi siswa,

meningkatkan kemapuan berkonsenterasi, kepercayaan diri, kedisiplinan dan

keorganisasian.

Hypnoteaching merupakan cara mengajar yang unik, kreatif sekaligus

imajinatif yang dapat membuat siswa merasa nyaman dalam proses belajar mengajar,

sejak pelajaran dimulai hingga pelajaran diakhiri. Menurut Jaya (2010),

hypnoteaching merupakan gabungan dua buah kata yaitu “hypnosis” yang artinya

mensugesti atau mengubah persepsi dan “teaching” yang berarti mengajar. Dapat

diartikan hypnoteaching adalah metode mengajar dengan mengubah persepsi peserta

didik terhadap proses belajar mengajar.

Hypnoteaching adalah seni berkomunikasi dengan jalan memberikan sugesti

agar para siswa menjadi lebih cerdas (Nurcahyo, 2011). Selanjutnya, hypnoteaching

(32)

bahasa-bahasa bawah sadar yang menimbulkan sugesti siswa untuk berkonsentrasi secara

penuh pada ilmu yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang pengertian hypnoteaching,

dapat disimpulkan bahwa hypnoteaching adalah cara mengajar yang unik, kreatif

sekaligus imajinatif yang dapat membuat siswa merasa nyaman dalam proses belajar

mengajar, sejak pelajaran dimulai hingga pelajaran diakhiri yang dilakukan dengan

menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar yang menimbulkan sugesti siswa untuk

berkonsentrasi secara penuh pada ilmu yang disampaikan oleh guru.

A.3 Penerapan Hipnosis Dalam Mengajar (Hypnosis in Teaching)

Menurut Hakim (2010), ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan guru

untuk melakukan hypnoteaching, antara lain :

1. Relaksasi

Setiap proses belajar mengajar dimulai dengan kesan pertama yang

menyenangkan. Suasana santai dan menyegarkan membuat critical area siswa.

Untuk menuju ke kondisi relaksasi murid menurut Hakim (2010), hal yang dapat

dilakukan guru adalah :

a. Suasana Kelas, artinya sebelum proses belajar mengajar dimulai guru telah

mengarahkan murid-murid untuk mengatur ruangan kelas sedemikian rupa

(33)

kebersihan kelas, susunan bangku, penerangan kelas dan faktor-faktor lain

yang mendukung tercapainya suasana kelas yang kondusif.

b. Penampilan Guru, penampilan seorang guru mewakili sikap, kepercayan diri,

nilai, karakter dan kepribadiannya sebagai sosok yang paling berpengaruh

didalam kelas. Penampilan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

seorang guru dalam mengubah persepsi siswa dalam menilai proses belajar

mengajar. Penampilan guru meliputi cara berpakaian, warna pakaian, aroma

tubuh, hingga kerapian rambut guru.

c. Kalimat Pembuka, seorang guru sebaiknya memilih dan menggunakan

sebuah kalimat pembuka (termasuk soal cerita) yang dapat menenangkan

murid, bukan memberikan sebuah ketegangan kepada murid

2. Mendapatkan Perhatian

Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, seorang guru sudah harus

membekali diri dengan menyiapkan sesuatu yang dapat ditampilkan didepan

siswa sehingga siswa menjadi tertarik dan terfokus terhadap pelajaran, sehingga

murid sejenak dapat melupakan hal-hal lain yang ada dipikirannya yang tidak ada

hubungannya dengan pelajaran yang akan dilaksanakan. Hal ini dapat berupa

mengawali pelajaran dengan dengan doa, menyamakan gerakan maupun

tampilan media pembelajaran yang menarik perhatian siswa.

(34)

Tentukan sebuah tema yang menarik dalam setiap proses pembelajaran untuk

menggugah semangat dan rasa ingin tahu siswa akan materi yang akan

disampaikan. Tema ini dapat berupa frase maupun kalimat menarik yang

merupakan pancingan kepada pikiran bawah sadar siswa untuk memasuki

gelombang pikiran alpha.

4. Menampilkan Struktur dan Peraturan

Saat akan memulai proses pembelajaran, guru memberikan peta pembelajaran

secara general, kemudian secara detail. Tujuannya agar sebelum pelajaran

dimulai, siswa sudah memiliki gambaran dipikirannya mengenai apa yang akan

dipelajarinya. Peraturan serta sanksi terhadap pelanggarannya perlu diterapkan

agar pikiran bawah sadar murid mampu melingkupi apa yang seharusnya

menjadi fokus/pusat perhatiannya selama proses belajar mengajar.

5. Membangun Hubungan (Building Rapport)

Seorang guru yang terlalu keras atau over discipline sering membuat kondisi

murid tidak nyaman dalam proses belajar mengajar. Hal ini merupakan salah satu

alasan mengapa gelombang pikiran murid sulit berpindah dari beta ke alpha.

Membangun hubungan yang dimaksud disini dapat dilakukan dengan

teknik-teknik seperti breathing (menarik nafas bersama-sama), mirroring (menyamakan

gerakan tubuh guru dan murid) maupun penggunaan bahasa-bahasa persuasif

yang bersifat mengajak agar kata-kata yang disampaikan guru dapat langsung

(35)

Selain itu, pelaksanaan hypnoteaching dalam proses pembelajaran di kelas

dibuat semenarik mungkin tetapi tetap menjaga kualitas penyampaian materi

pelajaran. Hakim (2010), menjelaskan ada 6 langkah hipnosis dalam meningkatkan

kualitas belajar mengajar dalam kelas yang dikenal dengan istilah M.A.S.T.E.R

(Mind, Acquiring the fact, Search out meaning, Trigger the memory, Exhibit, Reflect).

Langkah-langkah hypnoteaching di atas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Langkah 1: Mind (menciptakan ketenangan dalam berfikir)

Guru memulai pelajaran dengan mempersiapkan segala hal yang mendukung

proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar memperhatikan

hal-hal yang mendukung agar materi dapat diterima dan bertahan lama di memori

siswa yaitu dengan terciptanya ketenangan pikiran. Hal ini termasuk proses

relaksasi, pengaturan suasana kelas hingga penampilan dan kalimat-kalimat yang

digunakan oleh guru. Hal ini ditegaskan Hakim (2010) dengan 3 langkah

membangun kedekatan antara guru dan murid yaitu; mirroring, eye contact, dan

verbal agreement.

2. Langkah 2: Acquiring The Fact (memperoleh fakta)

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan semenarik mungkin. Siswa

memerlukan contoh-contoh dan fakta dalam kehidupan sehari-hari yang dapat

(36)

dioptimalkan dengan cara penjelasan materi yang disertai dengan contoh-contoh

yang nyata, relevan dan dekat dengan kehidupan murid.

3. Langkah 3: Search Out The Meaning (menemukan arti yang sebenarnya)

Guru memberikan analogi dan penjelasan yang realistis terhadap maksud dan

tujuan dari setiap materi pelajaran. Dengan demikian pikiran siswa menerima dan

memahami maksud dari setiap materi yang diterangkan.

4. Langkah 4: Trigger The Memory (memicu memori siswa)

Guru membangkitkan membuka kesempatan tanya jawab dalam setiap

sub-materi yang disampaikan. Cara penyampaian sub-materi harus mampu

membangkitkan rasa keingintahuan siswa dengan memicu keinginan mereka

untuk bertanya. Hal ini dapat dilakukan dengan penyampaian materi dengan

optimalisasi media p embelajaran yang menarik. Hal ini juga ditegaskan oleh

Soelaiman, (1979) seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam

mengorganisasikan proses mengajar, seperti membuat persiapan, memilih dan

menggunakan metode, memilih dan menggunakan alat pengajaran serta menilai

hasil belajar siswa.

5. Langkah 5: Exhibit (memeragakan)

Pada langkah ini guru melakukan prakting langsung. Guru menunjuk siswa untuk

memeragakan materi yang baru disampaikan atau dengan melatih soal-soal yang

(37)

soal dapat mencerminkan keandalan siswa dalam memeragakan apa yang telah ia

pelajari.

6. Langkah 6: Reflect (merefleksikan apa yang telah dipelajari)

Guru menyimpulkan dan merefleksikan materi pelajaran yang baru diterangkan.

Hal itu memudahkan siswa untuk mengingat dan memahami materi pelajaran

yang baru ia peroleh.

Menjalankan ke-enam langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran

hynoteaching diatas akan memberikan dampak yang luar biasa dalam proses

pembelajaran didalam kelas, karena kelas akan menjadi aktif dan menyenangkan.

A.4 Kelebihan dan Kekurangan Hypnoteaching

Menurut Hajar (2011), ada beberapa kelebihan dari hypnoteaching, yaitu:

1. Proses belajar mengajar lebih dinamis dan ada interaksi yang baik antara guru

dan siswanya

2. Siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing

3. Proses pemberian keterampilan banyak diberikan dalam hypnoteaching

4. Proses pembelajaran dalam hypnoteaching lebih beragam

5. Siswa dapat dengan mudah menguasai materi karena lebih termotivasi untuk

(38)

6. Pembelajaran bersifat aktif

7. Pemantauan terhadap siswa lebih intensif

8. Siswa lebih dapat berimajinasi dan berpikir kreatif

9. Siswa akan melakukan pembelajaran dengan senang hati

10.Daya serap lebih cepat dan bertahan lama karena siswa tidak menghafal

pelajaran

11.Siswa akan berkonsentrasi penuh terhadap materi pembelajaran yang

diberikan oleh guru

Menurut Hajar (2011), ada beberapa kekurangan dari hypnoteaching, yaitu:

1. Belum banyak digunakan oleh pendidik di Indonesia, sehingga penggunaan

metode ini justru dipandang aneh oleh sebagian kalangan

2. Perlu pembelajaran teknik hypnoteaching agar pendidik bisa melakukan dan

menerapkan hypnoteaching di sekolah

3. Pendidik yang ingin mendapatkan kemampuan untuk menggunakan

hypnoteaching membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk mengikuti

pelatihan hypnoteaching

4. Banyak siswa yang masih terbiasa dengan metode pembelajaran lama yang

cenderung pasif dan tidak menuntut keaktifan siswa

B. Hasil Belajar

(39)

Cakupan jenis belajar meliputi hal-hal yang bersifat pengetahuan,

keterampilan maupun belajar menyikapi nilai-nilai yang diperoleh seseorang melalui

pergaulan. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah

laku.

Menurut Slameto (2010), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Pernyataan ini didukung oleh Lester dan Alice (Kunandar, 2007)

bahwa belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan, dan sikap.

Selanjutnya Djamarah (2006), mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan

perilaku karena pengalaman dan latihan untuk mencapai tujuan instruksional khusus

(TIK). Tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut

pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme

atau pribadi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang pengertian belajar, dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku, baik yang

menyangkut kebiasaan, sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terjadi pada diri

(40)

mengubahnya dari tidak tahu menjadi tahu dalam pencapaian tujuan instruksional

khusus.

B. 2 Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajar. Hasil belajar bergantung kepada proses belajar yang

dialami oleh siswa (Slameto, 2010). Hasil belajar merupakan suatu puncak proses

belajar. Sudjana (2005), menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan

yang diperoleh seseorang setelah melakukan proses belajar. Hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

Djamarah (2006) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses

kegiatan belajar mengajar di kelas yang dilihat melalui daya serap siswa terhadap

suatu materi. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang

kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar

yang dialami siswa (Sudjana, 2005).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir

dari proses kegiatan belajar mengajar yang dilihat melalui daya serap siswa yaitu

perubahan pada kognitif, afektif dan konatif sebagai pengaruh pengalaman belajar

yang dialami siswa terhadap materi tertentu yang telah diajarkan.

(41)

Menurut Slameto (2010), faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil

belajar, yaitu:

1. Faktor Intern

A. Faktor Jasmaniah

1) Faktor Kesehatan

Seseorang dapat belajar dengan baik dalam kondisi kesehatan yang baik.

Proses belajar megajar akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu.

2) Cacat Tubuh

Keadaan cacat tubuh berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di

sekolah. Siswa yang mengalami cact tubuh sebaiknya belajar pada lembaga

pendidikan khusus dan dibantu dengan alat bantu untuk mengurangi pengaruh

kecacatannya.

B. Faktor Psikologis

1) Intelegensi

Siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dalam

belajar dibandingkan dengan siswa siswa dengan tingkat intelegensi rendah.

2) Perhatian

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai

perhatian terhadap bahan ajar.

(42)

Minat dan ketertarikan siswa akan mendorong siswa untuk belajar dengan

baik dan bersungguh-sungguh.

4) Bakat

Bakat adalah kemampuan dalam belajar. Siswa yang memiliki bakat dalam

belajar akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.

5) Motif

Dalam proses belajar haruslah diperhatikan hal-hal yang dapat menjadi

pendorong sehingga siswa lebih bersemangat dalam mencapai tujuan tertentu

6) Kematangan

Kematangan merupakan fase dalam pertumbuhan seseorang dimana alat

tubuhnya siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

7) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk member respon atau bereaksi.

C. Faktor Kelelahan

Kelelahan dapat dibagi menjadi dua yaitu kelelahan fisik seperti tubuh yang

lunglai dan kelelahan rohani seperti bosan dan lesu.

2. Faktor Ekstern

A. Faktor Keluarga

(43)

Orangtua yang tidak memperhatikan pendidikan anak dapat membuat anak tidak

berhasil dalam belajar.

2) Relasi Antar Anggota Keluarga

Demi kelancaran belajar dan keberhasilan anak dalam belajar perlu diciptakan

relasi yang baik dalam keluarga.

3) Suasana Rumah

Anak dapat belajar dengan baik dalam keadaan suasana rumah yang kondusif dan

tenang.

4) Keadaan Ekonomi

Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, maka kebituhan pokok anak kurang

terpenuhi dan akan mengganggu proses belajar anak.

5) Pengertian Orangtua

Proses belajar anak membutuhkan pengertian orangtua untuk tidak mengganggu

anak saat belajar dengan tugas-tugas rumah.

6) Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau budaya dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam

belajar.

B. Faktor Sekolah

1) Metode Mengajar

Metode mengajar ceramah membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan

(44)

2) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.

3) Relasi Guru dengan Siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dan siswa. Oleh sebab itu relasi

diantara keduanya harus terjalin dengan baik.

4) relasi Siswa dengan Siswa

Relasi yang baik antarsiswa perlu agar memberikan pengaruh yang positif

terhadap belajar siswa

5) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah berlaku untuk guru dalam mengajar dan siswa dalam

mematuhi tata tertib sekolah.

6) Alat Pelajaran

Alat yang digunakan guru saat mengajar akan meningkatkan kualitas bahan ajar

yang akan berpengaruh positif terhadp hasil belajar siswa

7) Waktu Sekolah

Waktu sekolah adalah waktu yang ditetapkan sekolah untuk kegiatan belajar baik

pagi maupun siang.

8) Standar Pelajaran di atas Ukuran

Pelajaran di atas ukuran standar akan membuat siswa merasa kurang mampu dan

(45)

9) Keadaan Gedung

Kelayakan gedung akan berpengaruh terhadap baik buruknya proses belajar

mengajar di kelas.

10) Metode Belajar

Metode belajar yang tepat akan efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

11) Tugas Rumah

Tugas rumah boleh saja diberikan tetapi tidak berlebihan sehingga siswa masih

memliliki waktu untuk melakukan kegiatan yang lainnya.

C. Faktor Masyarakat

1) Kegiatan Siswa dalam Bermasyarakat

Perlu kiranya membatasi kegiatan siswa dalam bermasyarakat agar tidak

mengganggu kegiatan belajarnya.

2) Mass Media

Mass media seperti bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, komik, dan lain-lain

perlu disaring untuk tidak mengganggu proses belajar anak.

3) Teman Bergaul

Pengaruh dari teman bergaul biasanya lebih cepat masuk kedalam jiwanya, untuk

itu sebaiknya pilihlah teman bergaul yang baik.

(46)

Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, memiliki

kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh buruj terhadap siswa.

Selain itu, faktor lain juga dielaskan oleh Djamarah (2006) yang menyatakan

bahwa berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh faktor yang

berasal dari dalam diri individu dan faktor dari luar individu. Faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar menurut Djamarah (2003) adalah sebagai berikut:

1. Tujuan

Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam

kegiatan belajar mengajar. Tercapainya tujuan sama halnya dengan keberhasilan

pengajaran.

2. Guru

Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu kepada siswa dengan

kepribadian dan latar belakang masing-masing. Guru yang tidak berlatar belakang

pendidikan keguruan akan banyak menemukan masalah di kelas.

3) Siswa

Siswa adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar

yang dilihat dari hasil kegiatan yaitu keberhasilan dalam belajar.

4) Kegiatan Pengajaran

Kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru berpengaruh terhadap hasil belajar

(47)

belajar. Hasil belajar yang dihasilkan dengan metode ceramah tidak akan sama

dengan hasil belajar yang dihasilkan dengan metode lainnya.

5) Bahan dan Alat Evaluasi

Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah

dipelajari oleh siswa guna kepentingan ulangan.

6) Suasana Evaluasi

Selain faktor tujuan, guru, siswa, kegiatan pengajaran, serta bahan dan alat

evaluasi, faktor suasana evaluasi juga berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam

belajar. Factor ini meliputi sikap dan gerak-gerik siswa selama proses evaluasi

berlangsung.

Berdasarkan penjelasan dari kedua tokoh di atasa dapat diketahui bahwa ada

banyak hal yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil belajar siswa

bergantung pada faktor internal dan eksternal yaitu sekolah yang meliputi lingkungan

belajar, guru, cara mengajar, metode pembeajaran, frekuensi pemberian tugas,

suasana kelas, metode pembelajaran yang digunakan, dll.

C. PROFIL SMP NEGERI 17 MEDN

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 17 Medan

SMP Negeri 17 Medan berdiri pada tahun 1977 yang beralamatkan di jalan

kapt. M Jamil Lubis NO. 108 Medan. Sekolah yang berlokasi di kecamatan Medan

(48)

perubahan pada seluruh sekolah yang ada di kecamatan Medan Tembung, SMP ini

pun berubah menjadi SMP Negeri 17 Medan.

Terdapat banyak ruangan di sekolah ini. Adapun ruang/kelas untuk

keseluruhan siswa berjumlah 24 ruangan yang masing-masing terdiri dari delapan

ruangan pada tiap tingkatan kelas. Kelas VII memiliki delapan ruangan, kelas VIII

delapan ruangan, kelas IX delapan ruangan. Tidak hanya jumlah ruangan yang cukup

banyak, sekolah ini juga diisi dengan berbagai fasilitas seperti perpustakaan,

laboratorium komputer, musholla, kantin, dan terdapat pula tiga toilet. SMP Negeri

17 Medan memiliki siswa yang berjumlah lebih kurang 900 siswa dan memiliki

tenaga pengajar sebanyak lebih kurang 50 orang.

2. Tujuan SMP Negeri 17 Medan

1. Output mampu bersaing secara Nasional dengan dapat memperoleh nilai

kelulusan 7,50

2. Terlaksananya program dan KBM yang bermutu

3. Terciptanya lingkungan sekolah yang ABRI (Asri, Bersih, Rindang, dan

Indah) dan LINDAWATI (Lingkungan, Indah, Menawan Hati)

4. Terlayani siswa/siswi yang mengalami masalah dalam belajar

5. Menjadikan anak berperilaku sopan santun, jujur dalam bertindak serta

berakhlak mulia

(49)

7. Siswa/siswi dapat unggul dalam bidang-bidang tertentu misalnya, Olimpiade

Sains, Porseni, Lomba mata pelajaran, O2SN, ketermpilan.

8. Timbulnya minat baca dan kreatifitas siswa/siswi membbuat karya tulis.

9. Tercerminya pengalaman siswa terhadap ajaran Agama yang dianutnya dalam

tindakanya sehari-hari.

10.Terciptanya kinerja yang optimal dan keharmonisan antara warga sekolah

11.Lulusan 5 Tahun Terakhir mampu berkompetisi dengan sekolah lain ke

sekolah favorit

12.Minat dan Daya Tampung Calon Siswa 5 Tahun terakhir semakin meningkat

ke SMP Negeri 17 Medan

3. VISI

- Unggul dalam prestasi, disiplin, budaya bersih, berbudi luhur

- Berkompetensi sesuai IPTEK untuk menghadapi Era Globalisasi yang

dilandasi IMTAQ

4. MISI

1. Melaksasnakan pembelajaran yang bermutu

2. Memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien

3. Membudayakan peduli bersih dalam diri pribadi dan lingkungan

(50)

5. Meningkatkan pembinaan nilai-nilai budi pekerti

6. Merevitalisasi nilai-nilai pedagogis di lingkungan sekolah

7. Mengaktifkan kegiatan pengembangan diri (ekstrakulikuler) yang relevan

dengan kurikulum

8. Menumbuhkembangkan minat baca dan tulis

9. Menumbuhkembangkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut agar

senantiasa arif dalam bertindak

10.Menumbuhkembangkan kerjasama dan sama-sam bekerja secara aktif yang

melibatkan semua warga sekolah

11.Menumbuhekembangkan rasa kekeluargaan sesama warga sekolah

12.Mengembangkan kebiasaan berkomunikasi dalam bahasa inggris

13.Melaksanakan dan mengembangkan Teknologi Infomasi dan Komunikasi

D. DINAMIKA HUBUNGAN HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL

BELAJAR

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Bahasa

Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu ada di setiap jenjang

pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas, bahkan

sampai Perguruan tinggi. Selain itu, bahasa Indonesia merupakan satu mata pelajaran

yang wajib dan menjadi syarat penentu siswa untuk lulus Ujian Nasional. Untuk

(51)

Sesuai dengan data yang didapat peneliti pada SMPN 17 Medan bahwa hasil

ulangan semester mata pelajaran bahasa Indonesia masih lebih rendah bila

dibandingkan dengan mata pelajaran bahasa Inggris dan matematika. Hasil

wawancara dengan salah satu guru bahasa Indonesia dan siswa menunjukkan bahwa

rendahnya nilai bahasa Indonesia dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan

guru di sekolah pada proses pembelajaran. Adapun metode yang digunakan guru pada

saat mengajar adalah metode ceramah. Konsentrasi siswa akan menurun dengan cepat

setelah ia mendengarkan ceramah lebih dari dua puluh menit secara terus menerus

(Budiarjo, 1997). Dengan menurunnya konsentrasi siswa saat belajar akan

menurunkan daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan (Suryosubroto,

2002). Pembelajaran dengan metode ceramah secara terus menerus dan tidak kreatif

akan membuat siswa menjadi pasif (Taniredja,2011).

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah

metode pembelajaran yang digunakan (Slameto, 2010). Metode pembelajaran yang

efektif dan aktif akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa, sebaliknya jika

metode yang digunakan adalah metode yang tidak menuntut siswa untuk aktif dan

kreatif maka sesuai dengan hasil wawancra akan didapat hasil belajar yang tidak

memuaskan. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di SMP 17 Medan menunjukkan

bahwa nilai bahasa Indonesia masih tergolong rendah terkait dengan metode

(52)

meningkatkan motivasi serta membuat siswa menjadi aktif dalam proses belajar

adalah dengan metode hypnoteaching (Hajar, 2011).

Beberapa penelitian sebelumnya telah melihat efektifitas dari hypnoteaching.

Untuk kota Medan, ada beberapa peneliti yang telah melihat efektifitas dari

hypnoteaching terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu mahasiswa

Universitas Negeri Medan, Siahaan (2010) telah melihat pengaruh dari metode

hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

kewirausahaan pada siswa SMK PAB 2 Helvetia Medan. Hasil penelitiannya

menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa SMK PAB 2 Helvetia Medan

pada mata pelajaran kewirausahaan. Selain itu, Yanti (2011) mahasiswa Universitas

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Medan dengan judul “Upaya Peningkatan

Efektifitas Proses Belajar Mengajar Matematika Melalui Teknik Hypnoteaching pada

materi Statistika di Kelas XI IPA SMA Swasta Prima Kecamatan Percut Sei Tuan”

telah melihat efektifitas hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Matematika.

Penelitian oleh Tamam (2010), seorang mahasiswa pascasarjana Institut

Agama Islam Negeri Sunan Ampel telah membuktikan adanya implementasi metode

mengajar hipnosis (hypnoteaching) untuk proses pembelajaran Fiqih di SMP Darrul

Muttaqien Surabaya. Selanjutnya Agus (2011), mahasiswa Fakultas Bahasa dan

(53)

music pada pembelajaran menulis puisi (eksperimen kuasi terhadap kelas VIII SMP

Negeri 40 Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian terbaru juga berhasil membuktikan efektifitas hypnoteaching.

Penelitian oleh seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indoneisa yaitu Edistria

(2012) yang membuktikan adanya pengaruh penerapan hypnoteaching dalam

problem-based-learing (pembelajaran berbasis masalah) terhadap kemampuan

komunikasi dan berfikir kreatif matematis siswa SMP Negeri 5 Bandung. Hal yang

sama juga dapat dilihat pada Universitas yang sma yaitu penelitian yang dilakukan

oleh Nabilah (2012) seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang telah

melihat efektifitas hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa MTs Nurul

Huda Cikole, Lembang pada mata pelajaran TIK (Teknik Informatika dan

Komputer).

Dengan demikian salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan adalah dengan mengubah

metode pembelajaran yang digunakan menjadi metode pembelajaran baru yang lebih

meningkatkan keaktifan dan daya serap siswa yaitu dengan metode hypnoteaching.

E. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada pengaruh hypnoteaching terhadap

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan bentuk penelitian eksperimental yang terdiri dari dua

kelompok yaitu kelompok kontrol (KK) dan kelompok eksperimen (KE). Penelitian

ini menggunakan desain pretest-posttest control group design yaitu jenis penelitian

eksperimen menggunakan dua kelompok (between) dengan menggunakan

randomisasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan tujuan untuk

menyetarakan kedua kelompok tersebut (Seniati, 2009). Desain ini menggunakan

pre-test dan post-test untuk melihat efektifitas dari independent variable terhadap

dependent variable. Pretest diberikan sebelum pemberian treatment untuk melihat

kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan disampaikan. Setelah dilakukan

treatment, subjek diberikan kembali posttest untuk mengetahui apakah treatment

yang diberikan berpengaruh terhadap dependent variable dan membandingkan hasil

post-test pada kedua kelompok.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental. Untuk menguji

hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan pengidentifikasian variabel-variabel

yang diambil dalam penelitian ini. Azwar (2000) menyatakan bahwa variabel adalah

Gambar

Tabel 1. Hasil Nilai UN Siswa SMP
Tabel 2. Laporan Hasil Ujian Ulangan Semester Kelas VII
Tabel 3. Blue Print Tes Hasil Belajar Bahasa Indonesia kelas VII Bab IX
Tabel 4. Hasil Uji Daya Diskriminasi dan Daya Beda Aitem
+7

Referensi

Dokumen terkait

dapat menarik siswa dalam mengikuti pembelajaran, Guru dapat memulai kegiatan belajar-mengajar dari tahap manapun, meskipun pada umumnya tahap- tahap itu ditempuh

(3) Dampak positif dari pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks diantaranya adalah : (a) siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar

Penelitian ini bertujuan untuk mcngetahui : (1) Perbedaan hasil bclajara Bahasa Indonesia antara siswa yang mondapat strategi pembelajaran berorientasi pada siswa

Pengalaman guru mengajar selama ini, guru sering menemukan siswa dalam keadaan kurang maksimal. Beberapa kejadian yang sering guru temukan seperti siswa sering menyandarkan kepala

Metode belajar kumon adalah metode belajar perseorangan yang menggali potensi setiap individu siswa dan mengembangkan kemampuannya secara maksimal, dimana siswa mulai

Banyak guru mengalami kesulitan dalam mengajar anak bagaimana memecahkan permasalahan (sering disebut soal cerita) sehingga banyak anak juga kesulitan

Setelah selesai diskusi sebagian tim ahli, tiap anggota yang terdiri dari 4-6 siswa kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar/melaoporkan hasil diskusinya kepada teman satu

ceramah sebagai metode utama dan sering dilakukan. Gaya mengajar guru yang sering digunakan oleh guru di SMP Negeri 8 Palu adalah gaya mengajar klasik. Gaya mengajar ini