PENGARUH HYPNOTEACHING TERHADAP
HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
(Studi Pra-Eksperimen pada Topik Berkomunikasi terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Medan)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
ujian Sarjana Psikologi
oleh :
DINA DARA GINTING
(081301007)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PERNYATAAN
Penulis yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi penulis yang berjudul :
PENGARUH HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA
INDONESIA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 17 MEDAN
adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini penulis kutip dari
hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini,
penulis bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Desember 2012
DINA DARA GINTING
PENGARUH HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SMP NEGERI 17 MEDAN
Dina Dara Ginting dan Tarmidi, M.Psi
ABSTRAK
Hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar mengajar. Hasil belajar juga merupakan nilai akhir dari pencapaian siswa dalam memahami materi yang disampaikan saat proses belajar mengajar berlangsung. Tinggi rendahnya hasil belajar dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan guru pada saat berlangsungnya kegiatan belajar. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan menerapkan metode hypnoteaching. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi-eksperimen. Desain yang digunakan adalah two-group pretest-posttest control group design. Penelitian ini melibatkan 20 orang siswa SMP kelas VII-3 sebagai kelompok eksperimen dan 20 orang siswa SMP kelas VII-1 sebagai kelompok control. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling. Data diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar. Data dianalisis dengan menggunakan uji Paired Sample t Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa-siswi SMP Negeri 17 Medan mengalami peningkatan setelah menerima metode hypnoteaching (t=14,559, =4,30 =14,60). Hal tersebut berarti bahwa hypnoteaching berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar.
THE INFLUENCE OF HYPNOTEACHING TO ACADEMIC ACHIEVEMENT STUDENT IN SMP NEGERI 17 MEDAN
Dina Dara Ginting dan Tarmidi M.Psi
ABSTRACT
Academic achievement is the final result of learning and teaching process. Academic achievement also is the final value which show the achievement of the students in understanding the material presented during the process of teaching and learning. The level of academic achievement are influence by the learning method used by teachers in the course of learning. One way to improve academic achievement is by implementing a method called hypnoteaching. This research aims to determine the influence of hypnoteaching to academic achievement students in SMP Negeri 17 Medan. is This research used a quantitative approach with quasi-expremintal methods. It used two-group pretest-posttest control group design. This study involved 20 (twenty) junior high school students of class VII-3 as experimental group and 20 (twenty) junior high school students of class VII-1 as aa control group. The sampling technique used is cluster sampling. Data obtained by using the academic achievement test. Data were analyzed using Paired Sample t-test. The results showed that the academic achievement students of SMP Negeri 17 Medan has increased after receiving hypnoteaching method (t=14.559, pre=4.30, M-post=14.60). it means that hypnoteaching influencial in improving academic achievement.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis diberi kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
yang berjudul “Pengaruh Hypnoteachiing terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan” ini merupakan suatu karya ilmiah yang
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas
Psikolgi Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan ini penulis banyak mendapat
bantuan dari beberapa pihak dalam penyelesaian skripsi. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu
dalam proses penyusunan skripsi ini, antara lain :
1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, M.Si, psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi USU
beserta Pembantu Dekan I, II, dan III Fakutas Psikologi USU.
2. Bapak Tarmidi, M.Psi, psikolog, selaku dosen pembimbing penulis dan sekaligus
menjadi dosen pembimbing akademik. Penulis mengucapkan terima kasih atas
waktu, arahan, bimbingan, saran dan perhatian yang telah diberikan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas motivasi dan saran
yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas
Psikologi Universitas Sumatera Utara.
3. Bu Ika dan Pak Eka yang sudah memberikan kritik, saran, dan ilmu kepada saya
4. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Psikologi USU yang telah
membantu penulis baik selama masa perkuliahan maupun dalam penyelesaian
skripsi.
5. Bapak penulis, Bapak D.Ginting dan keluarga tercinta, yang telah memberikan
semangat dan dukungan penuh. Terima kasih atas doa, kasih sayang dan
pengorbanan yang tiada henti. Skripsi ini terkhusus dipersembahkan untuk kalian.
Semoga penulis dapat memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat untuk kalian.
Peluk cium untuk seluruh keluarga.
6. Kostrawan Kaban, seseorang yang telah banyak membantu, menjaga dan
menyayangi penulis. Terima kasih untuk kebersamaan kita dalam suka dan duka
selama ini. Semoga kita berdua menjadi orang yang berhasil dan dapat bersama
meraih masa depan yang gemilang.
7. Kakak tersayang “Siska” yang telah banyak memberi ilmu, saran, dan masukan,
meluangkan banyak waktu dalam proses penyelesaian skripsi.
8. Sahabat-sahabat “ d’Ran ”, Rahma, Ajeng, dan Nisha terima kasih atas doa,
dukungan, semangat dan kebersamaan kita selama ini. Semoga kita menjadi
individu yang sukses dan berguna bagi agama, orangtua, nusa dan bangsa.
Semoga persahabatan kita dapat terjalin hingga akhir hayat. Sayang kalian semua.
Big Hug n Kisses for all of u
9. Teman-teman Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara angkatan ’08,
awal kuliah bertemu dengan teman-teman yang sama-sama matrikulasi, lalu
teman-teman yang tergabung dalam kelompok-kelompok tugas dan presentasi.
10.Kepala Sekolah, guru-guru, dan siswa-siswa SMP Negeri 17 Medan, terima kasih
atas ijin, dukungan serta kebersamaan yang terjalin selama masa penelitian
penulis. Terima kasih terkhusus kepada adek-adek kelas VII-1 dan VII 3 SMP
Negeri 17 Medan, semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat.
11.Dan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi
ini tapi tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih.
Bantuan, dukungan dan semangat kalian sangat berarti untuk penyelesaian skripsi
ini.
Seluruh skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis dan penulis
menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran yang sifatnya membangun dari
semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi.
Akhirnya kepada Allah SWT jua penulis berserah diri. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Medan, Desember 2012
Penulis,
DAFTAR ISI
A.2. Definisi Hypnoteaching ... 16
A.3. Penerapan Hypnosis dalam Mengajar ... 17
A.4. Kelebihan dan Kekurangan Hypnoteaching ... 22
B. Hasil Belajar ... 23
B.1. Definisi Belajar ... 23
B.2. Definisi Hasil Belajar ... 24
B.3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 25
C. Profil SMP Negeri 17 Medan……… ... 31
D. Dinamika Hubungan Hypnoteaching terhadap Hasil Belajar .. 34
E. Hipotesa Penelitian ... 37
A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 38
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 39
a. Hasil Belajar ... 39
b. Hypnoteaching ... 40
C. Desain Penelitian ... 41
D. Teknik Kontrol Penelitian ... 42
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 43
1. Populasi Penelitian ... 43
2. Sampel Penelitian ... 43
3 Metode Pengambilan Sampel Penelitian ... 44
F. Alat Ukur Penelitian ... 44
G. Uji Validitas,daya beda aitem dan Reliabilitas Alat Ukur ... 45
1. Uji Validitas ... 46
2. Uji Reliabilitas ... 46
3. Parameter-Parameter aitem ... 47
H. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian ... 50
I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 52
1. Tahap Persiapan Penelitian ... 52
1.1. Penggolongan Subjek Berdasarkan Usia ... 58
1.2. Penggolongan Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59
a. Hasil Uji Asumsi ... 59
1) Uji Normalitas ... 59
b. Hasil Uji Hipotesis ... 59
3. Kategorisasi Penelitian ... 64
B. Pembahasan ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 74
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Nilai UN Siswa SMP ... 3
Tabel 2. Hasil Ujian Ulangan Semester Kelas VII SMPN 17 Tahun Pelajaran 2007 - 2011 ... 4
Tabel 3. Blue Print tes Hasil Belajar Bahasa Indonesia Sebelum Uji Coba ... 45
Tabel 4. Hasil Uji Daya Diskriminasi dan Daya Beda Aitem ... 48
Tabel 5. Blue Print Tes Hasil Belajar Bahasa Indonesia Setelah Uji Coba .... 50
Tabel 6. Blue Print Pretest Penelitian ... 51
Tabel 7. Blue Print Posttest Penelitian ... 52
Tabel 8. Gambaran Usia Subjek Penelitian ... 58
Tabel 9. Gambaran Jenis Kelamin Subjek Penelitian ... 59
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Kelompok Kontrol ... 60
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen ... 60
Tabel 12. Hasil Uji Paired Samples Statistics Kelompok Kontrol ... 62
Tabel 13. Hasil Uji Paired Samples Test Kelompok Kontrol ... 62
Tabel 14. Hasil Uji Paired Samples Statistics Kelompok Eksperimen ... 63
Tabel 15. Hasil Uji Paired Samples Test Kelompok Eksperimen ... 63
Tabel 16. Hasil Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik ... 64
Tabel 17. Hasil Rangkuman Kategorisasi Data Penelitian ... 65
Tabel 18. Hasil Penggolongan Subjek Penelitian Kelompok Kontrol ... 65
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I :
1. Alat Ukur Penelitian
LAMPIRAN II :
1. Daftar Absensi Siswa Kelas VII-1 (Kelompok Kontrol) 2. Daftar Absensi Siswa Kelas VII-3 (Kelompok Eksperimen)
3. Tabulasi data mentah skor pretest dan posttest pada kelompok kontrol 4. Tabulasi data mentah skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen
LAMPIRAN III : 1. Soal Try Out 2. Soal Pretest 3. Soal Posttest
4. Silabus Pembelajaran
PENGARUH HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SMP NEGERI 17 MEDAN
Dina Dara Ginting dan Tarmidi, M.Psi
ABSTRAK
Hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar mengajar. Hasil belajar juga merupakan nilai akhir dari pencapaian siswa dalam memahami materi yang disampaikan saat proses belajar mengajar berlangsung. Tinggi rendahnya hasil belajar dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan guru pada saat berlangsungnya kegiatan belajar. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan menerapkan metode hypnoteaching. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi-eksperimen. Desain yang digunakan adalah two-group pretest-posttest control group design. Penelitian ini melibatkan 20 orang siswa SMP kelas VII-3 sebagai kelompok eksperimen dan 20 orang siswa SMP kelas VII-1 sebagai kelompok control. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling. Data diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar. Data dianalisis dengan menggunakan uji Paired Sample t Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa-siswi SMP Negeri 17 Medan mengalami peningkatan setelah menerima metode hypnoteaching (t=14,559, =4,30 =14,60). Hal tersebut berarti bahwa hypnoteaching berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar.
THE INFLUENCE OF HYPNOTEACHING TO ACADEMIC ACHIEVEMENT STUDENT IN SMP NEGERI 17 MEDAN
Dina Dara Ginting dan Tarmidi M.Psi
ABSTRACT
Academic achievement is the final result of learning and teaching process. Academic achievement also is the final value which show the achievement of the students in understanding the material presented during the process of teaching and learning. The level of academic achievement are influence by the learning method used by teachers in the course of learning. One way to improve academic achievement is by implementing a method called hypnoteaching. This research aims to determine the influence of hypnoteaching to academic achievement students in SMP Negeri 17 Medan. is This research used a quantitative approach with quasi-expremintal methods. It used two-group pretest-posttest control group design. This study involved 20 (twenty) junior high school students of class VII-3 as experimental group and 20 (twenty) junior high school students of class VII-1 as aa control group. The sampling technique used is cluster sampling. Data obtained by using the academic achievement test. Data were analyzed using Paired Sample t-test. The results showed that the academic achievement students of SMP Negeri 17 Medan has increased after receiving hypnoteaching method (t=14.559, pre=4.30, M-post=14.60). it means that hypnoteaching influencial in improving academic achievement.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk menciptakan
suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
sikap sosial dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (Sisdiknas dalam Jumali, dkk, 2004).
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kemampuan
pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu terapan dan ilmu pengetahuan
dasar secara seimbang. Salah satu usaha untuk meningkatkan penguasaan
pengetahuan dasar adalah dengan meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia.
Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia di SMP yaitu dari aspek kemampuan
berbahasa meliputi aspek mendengarkan/menyimak, berbicara dan berkomunikasi,
menulis, dan membaca (Depdiknas, 2006).
Bagi warga negara Indonesia, bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional dan
bahasa yang dibawa sejak lahir. Namun demikian, sistem pendidikan di Indonesia
tetap menuntut siswa untuk tetap mempelajari bahasa Indonesia sebagai salah satu
mata pelajaran wajib yang harus diajarkan di sekolah. Bahasa Indonesia adalah salah
sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1999). Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia berorientasi
pada hakikat pembelajaran bahasa, dimana belajar bahasa adalah belajar
berkomunukasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai
kemanusiaan melalui karya-karya sastranya (Depdiknas, 2006).
Secara umum mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan antara lain: 1) menghargai dan bangga menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, 2) memahami bahasa
Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat
dan kreatif untuk berbagai tujuan, keperluan, dan keadaan, 3) menggunakan bahasa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional
dan sosial, 4) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai denga etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis, 5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra
puisi maupun prosa untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, 6) menghargai dan
membanggakan karya sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia (Depdiknas, 2006).
Menurut Slameto (2010), siswa dinyatakan berhasil dalam belajar apabila
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dapat tercapai, sehingga pada diri siswa memiliki
pengetahuan yang lebih dari sebelumnya yang dalam hal ini mencakup hasil belajar
Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara (Kadisdik Sumut), Syaiful Safri saat
menyampaikan hasil UN (Ujian Nasional) tingkat SMP di ruang pertemuan Disdik
Sumut pada hari Jumat 03 juni 2011. Menurut Syaiful, jumlah peserta Ujian Nasiona
(UN) di Sumatera Utara 244.409 siswa. Untuk UN SMP sebanyak 194.254 siswa
dengan persentase kelulusan 99,8% atau 194.034 dinyatakan lulus dan 220 siswa
tidak lulus. Selanjutnya, nilai UN yang diperoleh siswa SMP yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Nilai UN Siswa SMP
No Nama Sekolah
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai bahasa Indonesia
merupakan nilai yang paling rendah di antara niali-nilai lainnya yaitu nilai bahasa
Inggris, matematika, dan IPA. Hal tersebut sesuai dengan data lapangan yang
diperoleh peneliti pada SMP Negeri 17 Medan bahwa terjadi penurunan nilai bahasa
Indonesia pada siswa kelas VII. Guru bahasa Indonesia kelas VII juga mengaku
bahwa bahasa Indonesia juga menjadi nilai terendah dari seluruh mata pelajaran yang
ada pada Ujian Nasional. Hal tersebut dapat dilihat melalui hasil wawancara berikut:
pun kurang memuaskan. Anak-anak lebih susah untuk menyelesaikan soal bahasa Indonesia dibandingkan dengan soal bahasa Inggris maupun yang lainnya”
(Wawancara Interpersonal, Rabu tanggal 07 Desember 2011)
Berhasil tidaknya siswa dalam belajar bergantung pada bagaimana proses
yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hasil belajar adalah salah
satu hal yang dapat menjadi acuan untuk melihat kualitas peserta didik serta
kompetensi pendidik dalam proses pembelajaran dalam suatu mata pelajaran.
Gronlund (1985) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu bagian pelajaran
misalnya suatu unit bagian ataupun bab tertentu mengenai materi yang telah dikuasai
oleh siswa pada proses pembelajaran. Tidak semua siswa mampu menguasai materi
yang disampaikan oleh guru. Hal ini terlihat berdasarkan data yang didapat dari salah
satu guru bidang studi SMP Negeri 17 Medan, Hasan Basri bahwa hasil belajar
Bahasa Indonesia kelas VII (tujuh) SMP Negeri 17 Medan mengalami penurunan.
Rata–rata nilai Bahasa Indonesia pada ulangan semester I kelas VII tahun ajaran
2007/2011 terlihat pada Tabel 1
Tabel 2. Laporan Hasil Ujian Ulangan Semester Kelas VII
SMPN 17 Tahun Pelajaran 2007-2011
Tahun Nilai Bahasa Indonesia
Sumber : Guru Bidang Studi (Data Diolah)
Menurut Slameto (2010), ada beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi
hasil belajar siswa yang salah satunya adalah metode mengajar yang digunakan oleh
guru kepada siswa pada proses pembelajaran. Tinggi rendahnya nilai dan hasil belajar
ssiwa dipengaruhi oleh metode mengajar yang digunakan dalam proses belajar
(Nurhadi, 2004). Rendahnya nilai bahasa Indonesia menurut data di atas tidak hanya
disebabkan dari faktor siswa saja tetapi dapat disebabkan karena proses pembelajaran
yang membosankan dan tidak berpihak kepada siswa. Seperti yang dinyatakan oleh
siswa-siswi berdasarkan hasil survey awal peneliti dengan menggunakan questionare
kepada 30 siswa yang dibantu dengan wawancara pada siswa SMP Negeri 17 Medan
menyatakan bahwa kebanyakan guru di SMP ini tidak memperdulikan kegiatan
siswa. Guru hanya fokus pada materi yang harus disampaikan tanpa memperhatikan
dan bertanya kepada siswa sehubungan dengan materi yang disampaikan. Proses
belajar mengajar berlangsung satu arah dimana siswa tidak diminta aktif dalam
kegiatan belajar mengajar.
Lebih lanjut, selain wawancara dengan salah satu siswi, wawancara juga
dilakukan terhadap guru bahasa Indonesia yang mengajar mata pelajaran bahasa
Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan mengaku bahwa metode
2010 8,31 8.86 9.09
mengajar yang digunakan ketika proses belajar mengajar adalah metode ceramah. Hal
tersebut sesuai dengan hasil wawancara berikut:
“metode yang saya gunakan ya ceramah, karena metode ini lebih simpel dan sudah sejak dulu digunakan, jadi tidak ada masalah”
(Wawancara Interpersonal, Sabtu tanggal 12 November 2011)
Berdasarkan wawancara tersebut dapat dilihat bahwa masih ada guru yang
melakukan proses pembelajaran dengan metode yang tidak berpihak pada siswa
dengan mendominasi dan tidak memperhatikan kegiatan siswa saat berlangsungnya
proses belajar mengajar di kelas yaitu dengan metode ceramah. Menurut Slameto
(2010) guru yang terlalu mendominasi jalannya proses belajar mengajar serta
berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan menghafal sejumlah fakta-fakta
tanpa pernah memotivasi siswa untuk berperilaku positif, akan cepat merasa puas
ketika peserta didiknya mampu menghafal materi-materi yang disampaikannya, tanpa
menyadari bahwa tekanan yang dirasakan oleh peserta didik telah merubah perilaku
mereka menjadi pemberontak.
Dimyati dan Mudjiono (2005) menyatakan bahwa pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa
belajar secara aktif yang menekankan pada sumber belajar. Kegagalan atau
keberhasilan situasi belajar sangat bergantung pada seni dan keterampilan guru pada
proses pembelajaran (Hamalik, 2003). Hal tersebut dapat terlihat melalui hasil
wawancara di SMPN 17 Medan berikut ini:
ceramah bosan lah. Harusnya bisa kreatif lah kak, jadi gak gitu-gitu terus di dalam kelas.”
(Wawancara Interpersonal, Sabtu tanggal 12 November 2011)
Konsentrasi siswa akan menurun dengan cepat setelah ia mendengarkan
ceramah lebih dari dua puluh menit secara terus menerus (Budiarjo, 1997).
Menurunnya konsentrasi siswa saat belajar hal tersebut akan menurunkan daya serap
siswa terhadap materi yang disampaikan (Suryosubroto, 2002). Selain itu, menurut
Taniredja (2011) metode ceramah juga memiliki banyak kelemahan yaitu: (1)
Komunikasi yang terjadi hanya satu arah, akibatnya siswa menjadi pasif karena tidak
diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau bertanya, (2) siswa yang
kecepatan belajarnya lambat akan mengalami kesukaran mentransfer pengetahuan
baru jika guru mengajar terlalu cepat, sebaliknya siswa yang kecepatan belajarnya
cepat akan bosan, (3) siswa tidak diberikan kesempatan untuk berfikir dan
berperilaku kreatif, pengajaran tidak berpusat pada siswa tetapi pada guru sehingga
siswa menjadi pasif, tidak terampil, tidak dapat berkonsentrasi lebih lama dan mudah
bosan, (4) guru sukar mengetahui sampai dimana siswa telah mengetahui
pembicaraanya, (5) siswa sering kali memberi pengertian lain dari hal yang
dimaksudkan guru, (6) siswa dengan model pembelajaran auditif/audio akan lebih
efektif dengan metode ini dibandingkan dengan siswa visual, (7) guru menyimpulkan
bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya.
Berkaitan dengan hal tersebut salah satu metode yang mampu menjaga dan
adalah dengan hypnoteaching. Hypnoteaching berasal dari kata hipnotis yang berarti
sugesti dan teaching yang berarti mengajar. Menurut Jaya (2010), metode
pembelajaran hypnoteaching merupakan suatu cara mengajar yang unik, kreatif
sekaligus imajinatif karena sebelum proses belajar-mengajar berlangsung, siswa
sudah di kondisikan rileks dan siap untuk belajar. Hypnoteaching menciptakan
keadaan dimana semua siswa harus terlibat aktif di kelas, melakukan semua instruksi
guru dengan cepat, dan membuat mereka dalam suasana yang menyenangkan (Hajar,
2011).
Emosional dan psikologis siswa tidak luput diperhatikan. Susana belajar
dibuat semenarik mungkin, dan yang tidak kalah penting, guru harus bisa menjaga
stabiltas emosi dan psikologisnya (Mukhlis, 2011). Hypnoteaching adalah perpaduan
konsep aktivitas belajar mengajar dengan ilmu hypnotist (Noer, 2010). Lebih lanjut,
Jaya (2010) menjelaskan hypnoteaching adalah perpaduan pengajaran yang
melibatkan pikiran alam sadar dan pikiran alam bawah sadar (kondisi relaks).
Proses pembelajaran dengan membuat siswa menjadi rileks, santai, dan
merasa nyaman akan membuat siswa lebih berkonsentrasi terhadap materi yang akan
disampaikan sehingga siswa lebih mampu menyerap informasi yang diberikan
(Mukhlis, 2011). Metode pembelajaran hypnoteaching berbeda dengan teknik
hipnotis yang banyak diketahui orang-orang. Hypnoteaching dalam proses
proses pembelajaran yang disesuaikan dengan tetap menjaga kualitas penyampaian
materi pelajaran (Hakim, 2010).
Menurut Hajar (2011), kelebihan dari pembelajaran hypnoteaching adalah (1)
proses belajar mengajar yang lebih dinamis dan ada interaksi yang baik antara
pendidik dan peserta didik, (2) peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat
dan minatnya, (3) proses pemberian ketrampilan banyak diberikan disini, (4) proses
pembelajarannya lebih beragam, (5) peserta didik dapat dengan mudah menguasai
materi, karena termotivasi lebih untuk belajar, (6) pembelajaran bersifat aktif, (7)
pemantauan terhadap peserta didik lebih intensif, (8) peserta didik lebih dapat
berimajinasi dan berfikir kreatif, (9) peserta didik akan melakukan pembelajaran
dengan senang hati, (10) daya serapnya lebih cepat dan lebih bertahan lama
dikarenakan peserta didik tidak menghafal, (11) perhatian peserta didik akan berpusat
dan fokus terhadap materi serta lebih berkonsentrasi penuh.
Beberapa penelitian sebelumnya telah melihat efektifitas dari hypnoteaching.
Untuk kota Medan, ada beberapa peneliti yang telah melihat efektifitas dari
hypnoteaching terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu mahasiswa
Universitas Negeri Medan, Siahaan (2010) telah melihat pengaruh dari metode
hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
kewirausahaan pada siswa SMK PAB 2 Helvetia Medan. Hasil penelitiannya
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa SMK PAB 2 Helvetia Medan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Medan dengan judul “Upaya Peningkatan
Efektifitas Proses Belajar Mengajar Matematika Melalui Teknik Hypnoteaching pada
materi Statistika di Kelas XI IPA SMA Swasta Prima Kecamatan Percut Sei Tuan”
telah melihat efektifitas hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Matematika.
Penelitian oleh Tamam (2010), seorang mahasiswa pascasarjana Institut
Agama Islam Negeri Sunan Ampel telah membuktikan adanya implementasi metode
mengajar hipnosis (hypnoteaching) untuk proses pembelajaran Fiqih di SMP Darrul
Muttaqien Surabaya. Selanjutnya Agus (2011), mahasiswa Fakultas Bahasa dan
Sastra telah melihat adanya pengaruh penggunaan metode hypnosis learning with
music pada pembelajaran menulis puisi (eksperimen kuasi terhadap kelas VIII SMP
Negeri 40 Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia.
Penelitian terbaru juga berhasil membuktikan efektifitas hypnoteaching.
Penelitian oleh seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indoneisa yaitu Edistria
(2012) yang membuktikan adanya pengaruh penerapan hypnoteaching dalam
problem-based-learing (pembelajaran berbasis masalah) terhadap kemampuan
komunikasi dan berfikir kreatif matematis siswa SMP Negeri 5 Bandung. Hal yang
sama juga dapat dilihat pada Universitas yang sma yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Nabilah (2012) seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang telah
melihat efektifitas hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa MTs Nurul
Huda Cikole, Lembang pada mata pelajaran TIK (Teknik Informatika dan
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya serta keterangan lain di atas
maka peneliti ingin melihat Pengaruh Hypnoteaching Terhadap Hasil Belajar Bahasa
Indonesia Siswa SMP Negeri 17 Medan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh metode pembelajaran
hypnoteaching terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data secara langsung mengenai
pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri
17 Medan.
2. Manfaat Penelitian
- Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dapat menambah referensi pengetahuan dalam ruang
lingkup Ilmu Psikologi, khususnya di bidang Psikologi Pendidikan yang
terkait dengan pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar bahasa
b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur dan menambah
daftar temuan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh hypnoteaching
terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan. Selain
itu, untuk berbagi dasar pengetahuan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh dari hypnoteaching
terhadap hasil belajar siswa.
- Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi kepada pihak sekolah mengenai hasil
penelitian sehubungan dengan pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar
siswa.
b. Memberikan informasi kepada pihak sekolah agar dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran dengan meningkatkan hasil belajar siswa dalam
mewujudkan sasaran utama pendidikan yaitu bersaing dalam dunia
pendidikan.
D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi uraian singkat mengenai gambaran latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
Terdiri atas teori hypnoteaching dan teori tentang hasil belajar. Bab ini
juga mengemukakan hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap
masalah penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Identifikasi variabel penelitian, definisi operasional penelitian, populasi
dan sampel, metode pengumpulan data dan metode analisa data. Variabel
dalam penelitian ini adalah hasil belajar sebagai variabel tergantung dan
variabel bebas adalah hypnoteaching. Alat ukur yang digunakan adalah
tes hasil belajar yang akan diberikan sebelum dan sesudah dilakukan
treatment.
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Bab analisa
data dan pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum
subjek penelitian dilanjutkan dengan hasil penelitian dan pembahasan
mengenai hasil analisa data.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini terdiri dari kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian dan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hypnoteaching
A.1 Definisi Hypnosis
Menurut Jaya (2010), hipnosis berasal dari kata “hypnos” yang
merupakan nama dewa tidur orang yunani. Kata “hypnosis” pertama kali
diperkenalkan oleh James Braid, seorang dokter ternama di Inggris yang hidup antara
tahun 1975-1860. Pada masa-masa praktiknya James Braid menggunakan metode
hypnosis untuk menggantikan fungsi obat bius dalam mengurangi rasa sakit pasien
saat menjalani proses operasi. Sebelum masa James Braid hypnosis dikenal dengan
nama Mesmerism atau Magnetism. Milton H. Ericson, 1980 (dalam Nugroho, 2008)
mengatakan bahwa hypnosis adalah komunikasi verbal yang diikuti dengan nonverbal
yang persuasif dan sugestif kepada seseorang sehingga dia menjadi kreatif kemudian
bereaksi sesuai dengan sistem nilai dasar spiritual yang dimiliki. Persuasi verbal
dapat digunakan dalam berbagai ruang lingkup baik dalam hal promosi produk
ataupun motivasi yang diberikan guru kepada siswa dalam proses pembelajaran.
Persuasi verbal di sekolah dilakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran
berlangsung dengan memotivasi siswa bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk
mencapai tujuan yang mereka cari yaitu prestasi yang terbaik.
Menurut Jaya (2010) kata hypnosis sendiri sudah diubah ke dalam bahasa
1. Hipnosis adalah teknik atau praktik dalam mempengaruhi orang lain untuk
masuk ke dalam kondisi trance hipnosis.
2. Hipnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian menjadi sangat terpusat
sehingga tingkat sugestibilitas (daya terima) meningkat sangat tinggi.
3. Hipnosis adalah seni komunikasi untuk mempersuasi seseorang sehingga
mempengaruhi tingkat kesadarannya. Dicapai dengan menurunkan
gelombang otak dari Betha menjadi Alpha dan Theta.
4. Hipnosis adalah seni komunikasi untuk mengeksplorasi alam bawah sadar.
Menurut Hakim (2010), “hipnosis dapat diartikan sebagai suatu kondisi
relaks, fokus atau konsenterasi, yang menjadi ciri khas dari kondisi tersebut dimana
sensor-sensor panca indera manusia menjadi jauh lebih aktif”. Definisi hipnosis yang
dimuat dalam jurnal U.S Department of Education, Human Services Division,
adalah; “Hypnosis is the by-pass of the critical factor of the conscious mind followed
by the establishment of acceptable selective thinking.” atau “Hipnosis adalah
penembusan faktor kritis fikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran
atau sugesti”. Selanjutnya dalam buku Professional Affairs Board of the British
Psychological Society menyatakan bahwa “hypnosis dapat mengurangi kecemasan,
stres dan masalah psikologis lainnya. Dalam perkembangannya hinga saat ini,
hypnosis sangat membantu dalam mengembangkan performa diri dan proses belajar
A.2 Definisi Hypnoteaching
John Gruzelier, (Psikolog dari Imperial College di London) melakukan riset
menggunakan FMRI, sebuah alat untuk mengetahui aktivitas otak. Gruzelier
menemukan bahwa seseorang yang berada dalam keadaan terhipnosis, aktivitas
didalam otaknya meningkat khususnya dibagian otak yang berpengaruh terhadap
proses berfikir tingkat tinggi dan perilaku. Dia menyebutkan bahwa manusia mampu
melakukan hal-hal yang dia sendiri tidak berani memimpikannya, sehingga hipnosis
sangat berdampak dalam memotivasi dan meningkatkan kinerja.Pada proses belajar
mengajar, hipnosis atau hypnoteaching juga baik untuk memotivasi siswa,
meningkatkan kemapuan berkonsenterasi, kepercayaan diri, kedisiplinan dan
keorganisasian.
Hypnoteaching merupakan cara mengajar yang unik, kreatif sekaligus
imajinatif yang dapat membuat siswa merasa nyaman dalam proses belajar mengajar,
sejak pelajaran dimulai hingga pelajaran diakhiri. Menurut Jaya (2010),
hypnoteaching merupakan gabungan dua buah kata yaitu “hypnosis” yang artinya
mensugesti atau mengubah persepsi dan “teaching” yang berarti mengajar. Dapat
diartikan hypnoteaching adalah metode mengajar dengan mengubah persepsi peserta
didik terhadap proses belajar mengajar.
Hypnoteaching adalah seni berkomunikasi dengan jalan memberikan sugesti
agar para siswa menjadi lebih cerdas (Nurcahyo, 2011). Selanjutnya, hypnoteaching
bahasa-bahasa bawah sadar yang menimbulkan sugesti siswa untuk berkonsentrasi secara
penuh pada ilmu yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang pengertian hypnoteaching,
dapat disimpulkan bahwa hypnoteaching adalah cara mengajar yang unik, kreatif
sekaligus imajinatif yang dapat membuat siswa merasa nyaman dalam proses belajar
mengajar, sejak pelajaran dimulai hingga pelajaran diakhiri yang dilakukan dengan
menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar yang menimbulkan sugesti siswa untuk
berkonsentrasi secara penuh pada ilmu yang disampaikan oleh guru.
A.3 Penerapan Hipnosis Dalam Mengajar (Hypnosis in Teaching)
Menurut Hakim (2010), ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan guru
untuk melakukan hypnoteaching, antara lain :
1. Relaksasi
Setiap proses belajar mengajar dimulai dengan kesan pertama yang
menyenangkan. Suasana santai dan menyegarkan membuat critical area siswa.
Untuk menuju ke kondisi relaksasi murid menurut Hakim (2010), hal yang dapat
dilakukan guru adalah :
a. Suasana Kelas, artinya sebelum proses belajar mengajar dimulai guru telah
mengarahkan murid-murid untuk mengatur ruangan kelas sedemikian rupa
kebersihan kelas, susunan bangku, penerangan kelas dan faktor-faktor lain
yang mendukung tercapainya suasana kelas yang kondusif.
b. Penampilan Guru, penampilan seorang guru mewakili sikap, kepercayan diri,
nilai, karakter dan kepribadiannya sebagai sosok yang paling berpengaruh
didalam kelas. Penampilan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
seorang guru dalam mengubah persepsi siswa dalam menilai proses belajar
mengajar. Penampilan guru meliputi cara berpakaian, warna pakaian, aroma
tubuh, hingga kerapian rambut guru.
c. Kalimat Pembuka, seorang guru sebaiknya memilih dan menggunakan
sebuah kalimat pembuka (termasuk soal cerita) yang dapat menenangkan
murid, bukan memberikan sebuah ketegangan kepada murid
2. Mendapatkan Perhatian
Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, seorang guru sudah harus
membekali diri dengan menyiapkan sesuatu yang dapat ditampilkan didepan
siswa sehingga siswa menjadi tertarik dan terfokus terhadap pelajaran, sehingga
murid sejenak dapat melupakan hal-hal lain yang ada dipikirannya yang tidak ada
hubungannya dengan pelajaran yang akan dilaksanakan. Hal ini dapat berupa
mengawali pelajaran dengan dengan doa, menyamakan gerakan maupun
tampilan media pembelajaran yang menarik perhatian siswa.
Tentukan sebuah tema yang menarik dalam setiap proses pembelajaran untuk
menggugah semangat dan rasa ingin tahu siswa akan materi yang akan
disampaikan. Tema ini dapat berupa frase maupun kalimat menarik yang
merupakan pancingan kepada pikiran bawah sadar siswa untuk memasuki
gelombang pikiran alpha.
4. Menampilkan Struktur dan Peraturan
Saat akan memulai proses pembelajaran, guru memberikan peta pembelajaran
secara general, kemudian secara detail. Tujuannya agar sebelum pelajaran
dimulai, siswa sudah memiliki gambaran dipikirannya mengenai apa yang akan
dipelajarinya. Peraturan serta sanksi terhadap pelanggarannya perlu diterapkan
agar pikiran bawah sadar murid mampu melingkupi apa yang seharusnya
menjadi fokus/pusat perhatiannya selama proses belajar mengajar.
5. Membangun Hubungan (Building Rapport)
Seorang guru yang terlalu keras atau over discipline sering membuat kondisi
murid tidak nyaman dalam proses belajar mengajar. Hal ini merupakan salah satu
alasan mengapa gelombang pikiran murid sulit berpindah dari beta ke alpha.
Membangun hubungan yang dimaksud disini dapat dilakukan dengan
teknik-teknik seperti breathing (menarik nafas bersama-sama), mirroring (menyamakan
gerakan tubuh guru dan murid) maupun penggunaan bahasa-bahasa persuasif
yang bersifat mengajak agar kata-kata yang disampaikan guru dapat langsung
Selain itu, pelaksanaan hypnoteaching dalam proses pembelajaran di kelas
dibuat semenarik mungkin tetapi tetap menjaga kualitas penyampaian materi
pelajaran. Hakim (2010), menjelaskan ada 6 langkah hipnosis dalam meningkatkan
kualitas belajar mengajar dalam kelas yang dikenal dengan istilah M.A.S.T.E.R
(Mind, Acquiring the fact, Search out meaning, Trigger the memory, Exhibit, Reflect).
Langkah-langkah hypnoteaching di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Langkah 1: Mind (menciptakan ketenangan dalam berfikir)
Guru memulai pelajaran dengan mempersiapkan segala hal yang mendukung
proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar memperhatikan
hal-hal yang mendukung agar materi dapat diterima dan bertahan lama di memori
siswa yaitu dengan terciptanya ketenangan pikiran. Hal ini termasuk proses
relaksasi, pengaturan suasana kelas hingga penampilan dan kalimat-kalimat yang
digunakan oleh guru. Hal ini ditegaskan Hakim (2010) dengan 3 langkah
membangun kedekatan antara guru dan murid yaitu; mirroring, eye contact, dan
verbal agreement.
2. Langkah 2: Acquiring The Fact (memperoleh fakta)
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan semenarik mungkin. Siswa
memerlukan contoh-contoh dan fakta dalam kehidupan sehari-hari yang dapat
dioptimalkan dengan cara penjelasan materi yang disertai dengan contoh-contoh
yang nyata, relevan dan dekat dengan kehidupan murid.
3. Langkah 3: Search Out The Meaning (menemukan arti yang sebenarnya)
Guru memberikan analogi dan penjelasan yang realistis terhadap maksud dan
tujuan dari setiap materi pelajaran. Dengan demikian pikiran siswa menerima dan
memahami maksud dari setiap materi yang diterangkan.
4. Langkah 4: Trigger The Memory (memicu memori siswa)
Guru membangkitkan membuka kesempatan tanya jawab dalam setiap
sub-materi yang disampaikan. Cara penyampaian sub-materi harus mampu
membangkitkan rasa keingintahuan siswa dengan memicu keinginan mereka
untuk bertanya. Hal ini dapat dilakukan dengan penyampaian materi dengan
optimalisasi media p embelajaran yang menarik. Hal ini juga ditegaskan oleh
Soelaiman, (1979) seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam
mengorganisasikan proses mengajar, seperti membuat persiapan, memilih dan
menggunakan metode, memilih dan menggunakan alat pengajaran serta menilai
hasil belajar siswa.
5. Langkah 5: Exhibit (memeragakan)
Pada langkah ini guru melakukan prakting langsung. Guru menunjuk siswa untuk
memeragakan materi yang baru disampaikan atau dengan melatih soal-soal yang
soal dapat mencerminkan keandalan siswa dalam memeragakan apa yang telah ia
pelajari.
6. Langkah 6: Reflect (merefleksikan apa yang telah dipelajari)
Guru menyimpulkan dan merefleksikan materi pelajaran yang baru diterangkan.
Hal itu memudahkan siswa untuk mengingat dan memahami materi pelajaran
yang baru ia peroleh.
Menjalankan ke-enam langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran
hynoteaching diatas akan memberikan dampak yang luar biasa dalam proses
pembelajaran didalam kelas, karena kelas akan menjadi aktif dan menyenangkan.
A.4 Kelebihan dan Kekurangan Hypnoteaching
Menurut Hajar (2011), ada beberapa kelebihan dari hypnoteaching, yaitu:
1. Proses belajar mengajar lebih dinamis dan ada interaksi yang baik antara guru
dan siswanya
2. Siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing
3. Proses pemberian keterampilan banyak diberikan dalam hypnoteaching
4. Proses pembelajaran dalam hypnoteaching lebih beragam
5. Siswa dapat dengan mudah menguasai materi karena lebih termotivasi untuk
6. Pembelajaran bersifat aktif
7. Pemantauan terhadap siswa lebih intensif
8. Siswa lebih dapat berimajinasi dan berpikir kreatif
9. Siswa akan melakukan pembelajaran dengan senang hati
10.Daya serap lebih cepat dan bertahan lama karena siswa tidak menghafal
pelajaran
11.Siswa akan berkonsentrasi penuh terhadap materi pembelajaran yang
diberikan oleh guru
Menurut Hajar (2011), ada beberapa kekurangan dari hypnoteaching, yaitu:
1. Belum banyak digunakan oleh pendidik di Indonesia, sehingga penggunaan
metode ini justru dipandang aneh oleh sebagian kalangan
2. Perlu pembelajaran teknik hypnoteaching agar pendidik bisa melakukan dan
menerapkan hypnoteaching di sekolah
3. Pendidik yang ingin mendapatkan kemampuan untuk menggunakan
hypnoteaching membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk mengikuti
pelatihan hypnoteaching
4. Banyak siswa yang masih terbiasa dengan metode pembelajaran lama yang
cenderung pasif dan tidak menuntut keaktifan siswa
B. Hasil Belajar
Cakupan jenis belajar meliputi hal-hal yang bersifat pengetahuan,
keterampilan maupun belajar menyikapi nilai-nilai yang diperoleh seseorang melalui
pergaulan. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah
laku.
Menurut Slameto (2010), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Pernyataan ini didukung oleh Lester dan Alice (Kunandar, 2007)
bahwa belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan, dan sikap.
Selanjutnya Djamarah (2006), mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan
perilaku karena pengalaman dan latihan untuk mencapai tujuan instruksional khusus
(TIK). Tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme
atau pribadi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang pengertian belajar, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut kebiasaan, sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terjadi pada diri
mengubahnya dari tidak tahu menjadi tahu dalam pencapaian tujuan instruksional
khusus.
B. 2 Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajar. Hasil belajar bergantung kepada proses belajar yang
dialami oleh siswa (Slameto, 2010). Hasil belajar merupakan suatu puncak proses
belajar. Sudjana (2005), menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan
yang diperoleh seseorang setelah melakukan proses belajar. Hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
Djamarah (2006) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses
kegiatan belajar mengajar di kelas yang dilihat melalui daya serap siswa terhadap
suatu materi. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang
kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar
yang dialami siswa (Sudjana, 2005).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir
dari proses kegiatan belajar mengajar yang dilihat melalui daya serap siswa yaitu
perubahan pada kognitif, afektif dan konatif sebagai pengaruh pengalaman belajar
yang dialami siswa terhadap materi tertentu yang telah diajarkan.
Menurut Slameto (2010), faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil
belajar, yaitu:
1. Faktor Intern
A. Faktor Jasmaniah
1) Faktor Kesehatan
Seseorang dapat belajar dengan baik dalam kondisi kesehatan yang baik.
Proses belajar megajar akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu.
2) Cacat Tubuh
Keadaan cacat tubuh berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di
sekolah. Siswa yang mengalami cact tubuh sebaiknya belajar pada lembaga
pendidikan khusus dan dibantu dengan alat bantu untuk mengurangi pengaruh
kecacatannya.
B. Faktor Psikologis
1) Intelegensi
Siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dalam
belajar dibandingkan dengan siswa siswa dengan tingkat intelegensi rendah.
2) Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai
perhatian terhadap bahan ajar.
Minat dan ketertarikan siswa akan mendorong siswa untuk belajar dengan
baik dan bersungguh-sungguh.
4) Bakat
Bakat adalah kemampuan dalam belajar. Siswa yang memiliki bakat dalam
belajar akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
5) Motif
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan hal-hal yang dapat menjadi
pendorong sehingga siswa lebih bersemangat dalam mencapai tujuan tertentu
6) Kematangan
Kematangan merupakan fase dalam pertumbuhan seseorang dimana alat
tubuhnya siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk member respon atau bereaksi.
C. Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat dibagi menjadi dua yaitu kelelahan fisik seperti tubuh yang
lunglai dan kelelahan rohani seperti bosan dan lesu.
2. Faktor Ekstern
A. Faktor Keluarga
Orangtua yang tidak memperhatikan pendidikan anak dapat membuat anak tidak
berhasil dalam belajar.
2) Relasi Antar Anggota Keluarga
Demi kelancaran belajar dan keberhasilan anak dalam belajar perlu diciptakan
relasi yang baik dalam keluarga.
3) Suasana Rumah
Anak dapat belajar dengan baik dalam keadaan suasana rumah yang kondusif dan
tenang.
4) Keadaan Ekonomi
Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, maka kebituhan pokok anak kurang
terpenuhi dan akan mengganggu proses belajar anak.
5) Pengertian Orangtua
Proses belajar anak membutuhkan pengertian orangtua untuk tidak mengganggu
anak saat belajar dengan tugas-tugas rumah.
6) Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan atau budaya dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam
belajar.
B. Faktor Sekolah
1) Metode Mengajar
Metode mengajar ceramah membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan
2) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.
3) Relasi Guru dengan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dan siswa. Oleh sebab itu relasi
diantara keduanya harus terjalin dengan baik.
4) relasi Siswa dengan Siswa
Relasi yang baik antarsiswa perlu agar memberikan pengaruh yang positif
terhadap belajar siswa
5) Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah berlaku untuk guru dalam mengajar dan siswa dalam
mematuhi tata tertib sekolah.
6) Alat Pelajaran
Alat yang digunakan guru saat mengajar akan meningkatkan kualitas bahan ajar
yang akan berpengaruh positif terhadp hasil belajar siswa
7) Waktu Sekolah
Waktu sekolah adalah waktu yang ditetapkan sekolah untuk kegiatan belajar baik
pagi maupun siang.
8) Standar Pelajaran di atas Ukuran
Pelajaran di atas ukuran standar akan membuat siswa merasa kurang mampu dan
9) Keadaan Gedung
Kelayakan gedung akan berpengaruh terhadap baik buruknya proses belajar
mengajar di kelas.
10) Metode Belajar
Metode belajar yang tepat akan efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
11) Tugas Rumah
Tugas rumah boleh saja diberikan tetapi tidak berlebihan sehingga siswa masih
memliliki waktu untuk melakukan kegiatan yang lainnya.
C. Faktor Masyarakat
1) Kegiatan Siswa dalam Bermasyarakat
Perlu kiranya membatasi kegiatan siswa dalam bermasyarakat agar tidak
mengganggu kegiatan belajarnya.
2) Mass Media
Mass media seperti bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, komik, dan lain-lain
perlu disaring untuk tidak mengganggu proses belajar anak.
3) Teman Bergaul
Pengaruh dari teman bergaul biasanya lebih cepat masuk kedalam jiwanya, untuk
itu sebaiknya pilihlah teman bergaul yang baik.
Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, memiliki
kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh buruj terhadap siswa.
Selain itu, faktor lain juga dielaskan oleh Djamarah (2006) yang menyatakan
bahwa berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh faktor yang
berasal dari dalam diri individu dan faktor dari luar individu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar menurut Djamarah (2003) adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam
kegiatan belajar mengajar. Tercapainya tujuan sama halnya dengan keberhasilan
pengajaran.
2. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu kepada siswa dengan
kepribadian dan latar belakang masing-masing. Guru yang tidak berlatar belakang
pendidikan keguruan akan banyak menemukan masalah di kelas.
3) Siswa
Siswa adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar
yang dilihat dari hasil kegiatan yaitu keberhasilan dalam belajar.
4) Kegiatan Pengajaran
Kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru berpengaruh terhadap hasil belajar
belajar. Hasil belajar yang dihasilkan dengan metode ceramah tidak akan sama
dengan hasil belajar yang dihasilkan dengan metode lainnya.
5) Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah
dipelajari oleh siswa guna kepentingan ulangan.
6) Suasana Evaluasi
Selain faktor tujuan, guru, siswa, kegiatan pengajaran, serta bahan dan alat
evaluasi, faktor suasana evaluasi juga berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam
belajar. Factor ini meliputi sikap dan gerak-gerik siswa selama proses evaluasi
berlangsung.
Berdasarkan penjelasan dari kedua tokoh di atasa dapat diketahui bahwa ada
banyak hal yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil belajar siswa
bergantung pada faktor internal dan eksternal yaitu sekolah yang meliputi lingkungan
belajar, guru, cara mengajar, metode pembeajaran, frekuensi pemberian tugas,
suasana kelas, metode pembelajaran yang digunakan, dll.
C. PROFIL SMP NEGERI 17 MEDN
1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 17 Medan
SMP Negeri 17 Medan berdiri pada tahun 1977 yang beralamatkan di jalan
kapt. M Jamil Lubis NO. 108 Medan. Sekolah yang berlokasi di kecamatan Medan
perubahan pada seluruh sekolah yang ada di kecamatan Medan Tembung, SMP ini
pun berubah menjadi SMP Negeri 17 Medan.
Terdapat banyak ruangan di sekolah ini. Adapun ruang/kelas untuk
keseluruhan siswa berjumlah 24 ruangan yang masing-masing terdiri dari delapan
ruangan pada tiap tingkatan kelas. Kelas VII memiliki delapan ruangan, kelas VIII
delapan ruangan, kelas IX delapan ruangan. Tidak hanya jumlah ruangan yang cukup
banyak, sekolah ini juga diisi dengan berbagai fasilitas seperti perpustakaan,
laboratorium komputer, musholla, kantin, dan terdapat pula tiga toilet. SMP Negeri
17 Medan memiliki siswa yang berjumlah lebih kurang 900 siswa dan memiliki
tenaga pengajar sebanyak lebih kurang 50 orang.
2. Tujuan SMP Negeri 17 Medan
1. Output mampu bersaing secara Nasional dengan dapat memperoleh nilai
kelulusan 7,50
2. Terlaksananya program dan KBM yang bermutu
3. Terciptanya lingkungan sekolah yang ABRI (Asri, Bersih, Rindang, dan
Indah) dan LINDAWATI (Lingkungan, Indah, Menawan Hati)
4. Terlayani siswa/siswi yang mengalami masalah dalam belajar
5. Menjadikan anak berperilaku sopan santun, jujur dalam bertindak serta
berakhlak mulia
7. Siswa/siswi dapat unggul dalam bidang-bidang tertentu misalnya, Olimpiade
Sains, Porseni, Lomba mata pelajaran, O2SN, ketermpilan.
8. Timbulnya minat baca dan kreatifitas siswa/siswi membbuat karya tulis.
9. Tercerminya pengalaman siswa terhadap ajaran Agama yang dianutnya dalam
tindakanya sehari-hari.
10.Terciptanya kinerja yang optimal dan keharmonisan antara warga sekolah
11.Lulusan 5 Tahun Terakhir mampu berkompetisi dengan sekolah lain ke
sekolah favorit
12.Minat dan Daya Tampung Calon Siswa 5 Tahun terakhir semakin meningkat
ke SMP Negeri 17 Medan
3. VISI
- Unggul dalam prestasi, disiplin, budaya bersih, berbudi luhur
- Berkompetensi sesuai IPTEK untuk menghadapi Era Globalisasi yang
dilandasi IMTAQ
4. MISI
1. Melaksasnakan pembelajaran yang bermutu
2. Memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien
3. Membudayakan peduli bersih dalam diri pribadi dan lingkungan
5. Meningkatkan pembinaan nilai-nilai budi pekerti
6. Merevitalisasi nilai-nilai pedagogis di lingkungan sekolah
7. Mengaktifkan kegiatan pengembangan diri (ekstrakulikuler) yang relevan
dengan kurikulum
8. Menumbuhkembangkan minat baca dan tulis
9. Menumbuhkembangkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut agar
senantiasa arif dalam bertindak
10.Menumbuhkembangkan kerjasama dan sama-sam bekerja secara aktif yang
melibatkan semua warga sekolah
11.Menumbuhekembangkan rasa kekeluargaan sesama warga sekolah
12.Mengembangkan kebiasaan berkomunikasi dalam bahasa inggris
13.Melaksanakan dan mengembangkan Teknologi Infomasi dan Komunikasi
D. DINAMIKA HUBUNGAN HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL
BELAJAR
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Bahasa
Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu ada di setiap jenjang
pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas, bahkan
sampai Perguruan tinggi. Selain itu, bahasa Indonesia merupakan satu mata pelajaran
yang wajib dan menjadi syarat penentu siswa untuk lulus Ujian Nasional. Untuk
Sesuai dengan data yang didapat peneliti pada SMPN 17 Medan bahwa hasil
ulangan semester mata pelajaran bahasa Indonesia masih lebih rendah bila
dibandingkan dengan mata pelajaran bahasa Inggris dan matematika. Hasil
wawancara dengan salah satu guru bahasa Indonesia dan siswa menunjukkan bahwa
rendahnya nilai bahasa Indonesia dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan
guru di sekolah pada proses pembelajaran. Adapun metode yang digunakan guru pada
saat mengajar adalah metode ceramah. Konsentrasi siswa akan menurun dengan cepat
setelah ia mendengarkan ceramah lebih dari dua puluh menit secara terus menerus
(Budiarjo, 1997). Dengan menurunnya konsentrasi siswa saat belajar akan
menurunkan daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan (Suryosubroto,
2002). Pembelajaran dengan metode ceramah secara terus menerus dan tidak kreatif
akan membuat siswa menjadi pasif (Taniredja,2011).
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah
metode pembelajaran yang digunakan (Slameto, 2010). Metode pembelajaran yang
efektif dan aktif akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa, sebaliknya jika
metode yang digunakan adalah metode yang tidak menuntut siswa untuk aktif dan
kreatif maka sesuai dengan hasil wawancra akan didapat hasil belajar yang tidak
memuaskan. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di SMP 17 Medan menunjukkan
bahwa nilai bahasa Indonesia masih tergolong rendah terkait dengan metode
meningkatkan motivasi serta membuat siswa menjadi aktif dalam proses belajar
adalah dengan metode hypnoteaching (Hajar, 2011).
Beberapa penelitian sebelumnya telah melihat efektifitas dari hypnoteaching.
Untuk kota Medan, ada beberapa peneliti yang telah melihat efektifitas dari
hypnoteaching terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu mahasiswa
Universitas Negeri Medan, Siahaan (2010) telah melihat pengaruh dari metode
hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
kewirausahaan pada siswa SMK PAB 2 Helvetia Medan. Hasil penelitiannya
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa SMK PAB 2 Helvetia Medan
pada mata pelajaran kewirausahaan. Selain itu, Yanti (2011) mahasiswa Universitas
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Medan dengan judul “Upaya Peningkatan
Efektifitas Proses Belajar Mengajar Matematika Melalui Teknik Hypnoteaching pada
materi Statistika di Kelas XI IPA SMA Swasta Prima Kecamatan Percut Sei Tuan”
telah melihat efektifitas hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Matematika.
Penelitian oleh Tamam (2010), seorang mahasiswa pascasarjana Institut
Agama Islam Negeri Sunan Ampel telah membuktikan adanya implementasi metode
mengajar hipnosis (hypnoteaching) untuk proses pembelajaran Fiqih di SMP Darrul
Muttaqien Surabaya. Selanjutnya Agus (2011), mahasiswa Fakultas Bahasa dan
music pada pembelajaran menulis puisi (eksperimen kuasi terhadap kelas VIII SMP
Negeri 40 Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia.
Penelitian terbaru juga berhasil membuktikan efektifitas hypnoteaching.
Penelitian oleh seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indoneisa yaitu Edistria
(2012) yang membuktikan adanya pengaruh penerapan hypnoteaching dalam
problem-based-learing (pembelajaran berbasis masalah) terhadap kemampuan
komunikasi dan berfikir kreatif matematis siswa SMP Negeri 5 Bandung. Hal yang
sama juga dapat dilihat pada Universitas yang sma yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Nabilah (2012) seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang telah
melihat efektifitas hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa MTs Nurul
Huda Cikole, Lembang pada mata pelajaran TIK (Teknik Informatika dan
Komputer).
Dengan demikian salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan adalah dengan mengubah
metode pembelajaran yang digunakan menjadi metode pembelajaran baru yang lebih
meningkatkan keaktifan dan daya serap siswa yaitu dengan metode hypnoteaching.
E. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada pengaruh hypnoteaching terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan bentuk penelitian eksperimental yang terdiri dari dua
kelompok yaitu kelompok kontrol (KK) dan kelompok eksperimen (KE). Penelitian
ini menggunakan desain pretest-posttest control group design yaitu jenis penelitian
eksperimen menggunakan dua kelompok (between) dengan menggunakan
randomisasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan tujuan untuk
menyetarakan kedua kelompok tersebut (Seniati, 2009). Desain ini menggunakan
pre-test dan post-test untuk melihat efektifitas dari independent variable terhadap
dependent variable. Pretest diberikan sebelum pemberian treatment untuk melihat
kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan disampaikan. Setelah dilakukan
treatment, subjek diberikan kembali posttest untuk mengetahui apakah treatment
yang diberikan berpengaruh terhadap dependent variable dan membandingkan hasil
post-test pada kedua kelompok.
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental. Untuk menguji
hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan pengidentifikasian variabel-variabel
yang diambil dalam penelitian ini. Azwar (2000) menyatakan bahwa variabel adalah