• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh metode pemebelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh metode pemebelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Oleh: INDRI ELYANI

105 016 300 593

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Getaran dan Gelombang.”Skripsi, Program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. Penelitian ini dilakukan di MTs Jamiatus Sholihin pada tahun pelajaran 2009-2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen. Pada penelitian ini sampel diambil sebanyak 36 orang dengan menggunakan teknik probability sampling dan dibagi menjadi dua kelompok,

Kelas VIII 3 sebagai kelompok eksperimen dengan metode inkuiri terbimbing (guided inquiry) dan siswa kelas VIII 2 sebagai kelompok kontrol dengan metode konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes objektif tipe pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (option) yang digunakan untuk mengukur pengaruh hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. Dalam penelitian ini, diperoleh skor pretest untuk kelompok eksperimen adalah 36.94 dan skor rata-rata kelompok kontrol adalah 35.17. Sedangkan hasil posttest untuk kelompok eksperimen diperoleh skor rata-rata 77.17 dan skor rata-rata-rata-rata kelompok kontrol adalah 62,06. Berdasarkan perhitungan uji-t dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh harga t tabel =

2,00 t hitung= 3,20 dari hasil pengujian diperoleh t hitung < t tabel , dengan demikian

Ho diterima Ha ditolak pada taraf kepercayaan 95%. Untuk hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh harga t hitung sebesar 0,73 dan t tabel sebesar 1,76. Hasil pengujian diperoleh

menunjukkan bahwa t tabel < t hitung. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima

pada taraf kepercayaan 95%, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol, dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar siswa.

(3)

ABSTRACT

Indri Elyani (105016300593). “The effect of The Guided Inquiry Method to

Physic Students Learning Outcomes in Vibrating and Wave Concept.Thesis of Physics Departement, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

The aim of this research is to know the effect of the guided inquiry method to physic students learning outcomes in vibrating dan wave concept.This research has done in MTs Jamiatus Sholihin school year 2009-2010. The research methodology was used Quasi Experiment method. To get the data, the research took 36 students as a sample by using Probability Sampling technique, after that the class was divided into two group, class VIII 3 to be experiments group with guided inquiry method and student class VIII 2 for control group with konventional method. The instrumentation of this research used an objective multiple choice test with four option to use for the effect physic students learning outcomes in vibrating and wave concept. In this research has result pretest score for experiments group is 36.94 and control group is 35.17. While posttest result score for experiments group is 77.17 and control group is 62,06. According to

t-test statistic with faith standard 95% (α = 0.05) has get t table = 2,00, t count was = 3,20 from the test results obtained by tcount,<ttable with thus Ho accept and Ha rejected in faith standard 95%. To test the similarity of two average posttest in the experiments group and control group obtained tcount rates of 0,73 and ttable is 1.76. The test results showed that ttable<t count.Thus, Ho is rejected and Ha accepted the level of 95%, this suggests that there is significant effect between mean posttest scores of the experiments group with an average score of posttest control group, can be interpreted that there is significant effect implementation of guided inquiry learning method on student learning outcomes.

(4)

penggennggam alam semesta, penentu segala urusan dan tanpa dipinta oleh hamban-Nya selalu mencurahkan segala nikmat dan karunia-Nya. Hanya dengan karunia dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada khalifah sepanjang masa, guru seluruh ilmu dan menjadi uswatun hasanah bagi seluruh ummat yaitu Muhammad SAW dan juga kepada keluarga, para sahabat, tabi’in, dan seluruh ummat sampai akhir zaman.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc, Ketua Jurusan Pendidikan IPA.

3. Prof. Dr Aziz Fachrurozi, M.A dan Kinkin Suartini M.Pd selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu serta memberikan arahan dan motivasi.

4. Kepala Perpustakaan Tarbiyah dan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh staf, yang telah menyediakan tempat serta buku-buku sebagai bahan referensi.

5. Muhammad Syakir, S.Ag, Kepala MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh, atas kesediaannya menyediakan tempat, sarana dan prasarana dalam rangka penelitian skripsi serta atas doa dan motivasinya.

6. Sri Nawati, S.Pd, guru bidang studi fisika MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh, atas bimbingan, arahan serta doanya.

7. Seluruh guru-guru dan siswa/i MTs Jamiatus Sholihin, terimakasih atas bantuan, doa dan kerjasamanya.

(5)

mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis.

10.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikit pun rasa terima kasih dan penghormatan saya. Terima kasih atas doa dan motivasinya semoga menjadi amal saleh di sisi Allah SWT, Amien.

(6)

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah... . 4

E. Tujuan Penelitian... 4

F. Manfaat Penelitian... 4

BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik... 5

1. Metode Inkuiri... 5

2. Metode Inkuiri Terbimbing... 13

3. Hasil Belajar Fisika... 19

B. Penelitian yang Relevan... 23

C. Kerangka Berpikir... 25

D. Perumusan Hipotesis... 25

E. Materi Konsep... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 33

C. Desain Penelitian... 33

D. Populasi dan Sampel... 34

(7)

J. Teknik Analisis Data... 41

K. Hipotesis Statistik... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil... 46

1.Hasil Belajar tidak menggunakan metode inkuiri termbing... 46

2.Hasil Belajar menggunakan metode inkuiri terbimbing... 47

3.Uji Persyaratan Analisis... 51

4. Interpretasi Data... 52

D. Pembahasan... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 58

B. Saran... 58

(8)

DAFTAR TABEL

[image:8.595.111.513.153.561.2]

Tabel halaman

Tabel 1 Desain Penelitian... 34

Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Getaran Gelombang dan Bunyi... 66

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pretes Kelas kontrol... 46

Tabel 4 Distribusi frekuensi postes Kelas Kontrol... 47

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen... 48

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Postest Kelas Eksperimen... 48

Tabel 7 Perbedaan Skor Pretes – Postes Pada Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen... 49

Tabel 8 Persentase Rata-Rata hasil belajar Postes Peserta Didik Pada Kelas Kontrol... 49

Tabel 9 Persentase Rata-Rata Hasil Belajar Postes Peserta Didik Pada Kelas Ekperimen... 50

(9)

Gambar 1 Kerangka Berpikir ... ...25

Gambar 2 Ayunan Sederhana...26

Gambar 3 Histogram Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...51

[image:9.595.112.506.174.559.2]
(10)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran fisika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan. Kenyataan ini diperkuat dengan melihat rata-rata nilai ulangan siswa. Faktor yang diduga menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika siswa adalah kurangnya motivasi siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran yang belum maksimal, selain itu pembelajaran yang dirancang oleh sebagian guru bersifat monoton dan kurang menantang. Hal ini disebabkan oleh metode yang digunakan masih konvensional dan hanya memanfaatkan buku sebagai sumber belajar.

Selama ini proses pembelajaran fisika cenderung bersifat teacher-centered dengan metode pembelajaran yang cenderung monoton dan kurang melibatkan siswa dalam menemukan suatu konsep dalam proses pembelajaran. Pembelajaran seperti itu menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa dan rendahnya pemahaman siswa mengenai proses maupun sikap dari konsep fisika yang diperoleh. Akibatnya dalam menghadapi tantangan dunia luar atau terjun langsung ke masyarakat maupun dunia kerja mereka hanya menonjolkan pengetahuan/konsep tetapi tidak mengetahui proses dan bagaimana harus bersikap yang seharusnya dari konsep fisika yang dipelajari.

Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan mengupayakan proses pembelajaran yang bermakna disesuaikan dengan karakteristik pelajaran itu sendiri. Proses pembelajaran fisika baik digunakan sebagai tempat berlatih menjadi ilmuwan bagi siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan mengusahakan sedini mungkin keterlibatan mental siswa dalam belajar agar dapat berpikir memahami ilmu yang diberikan bukan dengan cara menghapal tanpa pengertian yang jelas.

(11)

fisika yang diajarkan di sekolah. Pembelajaran fisika dewasa ini masih kering, bersifat hapalan dan kurang mengembangkan proses berpikir. Pada umumnya siswa tidak merasakan keterlibatan penalaran dalam mempelajarinya. Mereka juga tak mendapat contoh-contoh atau model mempelajari fisika secara baik dan benar. Herlen (1985), menyarankan agar pengajaran IPA dapat mengembangkan sikap ilmiah (scientific attitude) seperti sikap ingin tahu (curiopsity), kebiasaan mencari bukti sebelum menerima pernyataan (respect for evidance), sikap luwes dan terbuka dengan gagasan ilmiah (flexibility), kebiasaan bertanya secara kritis (critical reflection) dan sikap peka terhadap makhluk hidup dan lingkungan sekitar (sensitifity to living things and environment).

Pada konteks belajar mengajar, strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu stategi pada hakekatnya belum mengarah pada hal-hal yang bersifat praktis, suatu strategi masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh sedangkan untuk mencapai tujuan strategi disusun untuk tujuan tertentu. Tidak ada suatu strategi tanpa adanya tujuan yang harus dicapai.

Dalam suatu proses pembelajaran perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu dapat tercapai dengan opitimal. Tanpa strategi yang tepat dan tidak mungkin tujuan dapat tercapai. Banyak alternatif model pembelajaran yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru, namun pada prinsipnya tidak ada satupun metode pembelajaran yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi yang diajarkan. Untuk itu, sebaiknya guru memilih model pembelajaran yang lebih tepat untuk digunakan.

Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan model pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, jumlah siswa, kemampuan guru dalam menggunakan berbagai jenis model pembelajaran, fasilitas yang ada dan waktu yang disediakan untuk penyajian. Dalam hal pemilihan model pembelajaran ini, guru dapat memilih berdasarkan kelebihan dan kekurangan model yang akan digunakan.

(12)

samping faktor model faktor siswa juga tidak kalah penting dalam menentukan pencapaian keberhasilan siswa. Jadi dalam hal ini guru, siswa, materi pelajaran dan metode termasuk dalam sumber-sumber belajar.

Pada penelitian ini peneliti mengambil salah satu dari model pembelajaran yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai acuan dalam penelitian ini. Model inkuiri terbimbingsebagai penciptaan atau pengelolaan ruang kelas dimana siswa dilibatkan dalam dasar-dasar pemecahan masalah melaui diskusi, berpusat pada siswa, dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa.. Tugas guru dalam

kelas inkuiri terbimbing ini adalah membantu siswa mencapai tujuannya, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru.

Hal tersebutlah yang menjadikan penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut: “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil

Belajar Siswa Pada konsep Getaran dan Gelombang.”

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai beriku:

1. Rendahnya hasil belajar siswa.

2. Pemahaman para siswa terhadap konsep fisika sangat kurang.

3. Penggunaan model pembelajaran yang baik dan benar untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan dan luasnya ruang lingkup pembahasan, maka dalam penelitian ini dibatasi pada:

(13)

2. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hanya pada aspek kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson Krathwalhl pada jenjang C1 (pengetahuan), C2 ( pemahaman), C3 ( aplikasi) dan C4 (analisis) karena penelitian dilakukan pada tingkat SMP

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang?”

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai khasanah pengetahuan dalam pengembangan pemanfaatan model inkuiri terbimbing dalam rangka peningkatan kualitas dan hasil belajar siswa. 2. Menambah wawasan bagi peneliti untuk meningkatkan pengetahuan dalam

(14)

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. DESKRIPSI TEORITIS 1. Model inkuiri

a. Pengertian dan Karakteristik Model Inkuiri

NSES (National Science Education Standards) menggunakan istilah inkuiri dalam dua hal berbeda. Pertama, inkuiri menunjukan pada kemampuan siswa mengenbangkan kemampuan merancang dan melakukan investigasi ilmiah serta pemahaman siswa akan hakikat penemuan ilmiah. (Scientific Inquiry). Kedua, inkuiri menunjukan pada strategi belajar mengajar yang memungkinkan konsep ilmiah dikuasai melalui investigasi.1

NSES mendefinisikan inkuiri sebagai berikut :

Inkuiri adalah aktivitas beraneka segi yang meliputi, membuat pertanyaan; memeriksa buku-buku sumber informasi lain untuk melihat apa yang diketahui, merencanakan investigasi, memeriksa kembali apa yang telah diketahui menurut bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menginterpetasi data, mengajukan jawaban, penjelasan, dan prediksi, serta mengkomunikasikan hasil inkuiri memerlukan identifikasi asumsi, berpikir kritis dan logis, dan pertimbangan keterangan atau penjelasan alternatif.2

Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena inkuiri menuntut peserta didik berpikir. Model ini mendapatkan peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual.3

Meskipun model ini berpusat pada kegiatan peserta, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala

1

National Research Cout. Cil, inquiry and the National Science Education Standards: A Guided for Teaching and Learning ( Washington DC: National Academy Press, 2000 )

2

Ibid

3

(15)

guru perlu menjelaskan, membimbing diskusi, memberikan instruksi-instruksi, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada para peserta didik.4

Suchman mengemukakan bahwa model inkuiri adalah suatu pola untuk para peserta didik belajar merumuskan dan menguji pendapatnya sendiri dan memiliki kesadaran akan kemampuannya.5 Sedangkan menurut Sumantri model inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.6

Elliot Sief dalam Soejipto mengemukakan bahwa: “ Inquiry means to know how to find out things and to know how to solve problem. To inquiry about

something means to seek out information to be curious to ask questions, to

investigate and to know the skills that will help lead to resolution of problem.”

Inkuiri adalah cara untuk menemukan sesuatu dan memecahkan masalah. Untuk menyelidiki makna sesuatu, mencari informasi, menjadi ingin tahu, membuat pertanyaan, mengadakan penyelidikan, dan untuk mengetahui kemampuan-kemampuan pemecahan masalah.

Alan Colburn dalam “ An inquiry Primer ” mendefinisikan inkuiri

sebagai penciptaan atau pengelolaan ruang kelas dimana siswa dilibatkan dalam dasar-dasar pemecahan masalah melaui diskusi, berpusat pada siswa, dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa.7

Inkuiri adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan proses penyelidikan ilmiah yang mengarahkan siswa mengemukakan pertanyaan-pertanyaan dan melakukan pencarian dalam penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang baru.8

Pembelajaran berbasis inkuiri memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan mereka, belajar

4

Ibid, h. 234

5

Soewarno “ Peranan Model Inkuiri terhadap Peningkatan Kualitas Pendidikan di Sekolah”. Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan, No. 2. Tahun XXIX.( 2002 ): h.128

6

Ibid, h. 129

7

http : //www.justisciencenow.com/inquiry.

8

(16)

memecahkan masalah yang tidak memiliki solusi yang jelas, dan menjadikan hasil penemuan mereka sebagai solusi saat ini dan untuk masa yang akan dating.

Dalam Dianne Oberg pembelajaran inkuiri mempunyai beberapa kiarakteristik sebagai berikut. Inkuiri berdasarkan pada keingintahuan siswa, Data dan informasi aktif digunakan, diinterpretasikan, disaring, disimpulkan dan didiskusikan, siswa bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka, guru memfasilitasi proses pengumpulan dan presentasi informasi, guru dan siswa menggunakan teknologi untuk kemajuan inkuiri, dan guru dan siswa lebih sering danlebih aktif berinteraksi.9

Dari beberapa definisi inkuiri di atas penulis menyimpulkan bahwa inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkansiswa secara aktif dalam menemukan pengetahuan atau pemahaman, mulai dari merumuskan masalah, mengumpulkan data atau informasi, membuat pertanyaan, membuat hipotesis, melakukan percobaan, menganalisa hasil percobaan, menganalisa hasil percobaan dan membuat kesimpulan.

b. Jenis-Jenis Model Inkuiri

Menurut Heron model inkuiri terdiri dari tiga jenis, yaitu:

1) Inkuiri Terstruktur (Structure Inquiry). Dalam inkuiri terstruktur siswa akan mengadakan penyelidikan dan penemuan yang berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang disediakan guru.

2) Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry). Meskipun siswa melakukan penyelidikan yang berdasarkan pada pertanyaan yang diajukan guru, tetapi siswa yang menentukan prosedur penelitiannya.

3) Inkuiri Terbuka (Open Inquiry). Dalam inkuiri terbuka, siswa melakukan penyelidikan berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang mereka bentuk.10

9Dianne Orberg. “ Promoting Information Literaties: A Focus on Inquriry”. (Argentina: World

Library and Information Congress, 2004 ), diakses dari http://www.ifla.org/IV/ifla70/prog04.htm.

10

Irfan Naufal. Sajap Maswan, A Guided Inquiry Learning Approach in a Web Environment

Theory and Application”, artikel diakses dari ( http://asiapasificodloumedu

(17)

D’Avanzo dan McNeal mengemukakan tiga jenis model inkuiri, yaitu: 1) Inkuiri Terbimbing(Guided Inquiry)

Dalam Guided Inquiry guru menyediakan pertanyaan, kemudian menyarankan dan mengawasi pendekatan yang digunakan siswa untuk menghadapi pertanyaan ini.

2) Open-EndedInquiry

Dalam Open-Ended Inquiry guru memfasilitasi proses siswa memilih pertanyaanya dalam proses berinkuiri.

3) Teacher-Collaborative Inquiry

Dalam Teacher-Collaborative Inquiry guru dan siswa melakukan penyelidikan.dan bersama memilih pertanyaan dan strategi untuk menemukan jawaban yang awalnya tidak diketahui.11

Berdasarkan penjelasan mengenai jenis-jenis inkuiri diatas, dapat disimpulkan bahwa pembagian inkuiri menjadi tiga jenis berdasarkan pada peranan guru dan siswa dalam pembelajaran inkuiri tersebut.

c. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Inkuiri

Sesuai dengan perkembangannya ada bermacam-macam langkah pelaksanaan model inkuiri di dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Suchman dalam Soewarso orang yang pertama kali mengembangkan model inkuiri dalam bukunya “Developing Inquiry” membagi menjadi tiga langkah.pertama, pengenalan masalah; kedua, pengumpulan data; ketiga, diskusi teknik-teknik inkuiri.12

Menurut Jhon E. Bishop ada enam langkah dalam pelaksanaan model inkuiri: (1) memperkenalkan masalah; (2) mengumpulkan data; (3) menganalisa data; (4) membuat hipotesis; (5) menguji hipotesa; dan (6) membuat kesimpulan 1) Memperkenalkan Masalah

Guru dituntut untuk memperkenalkan kepada peserta didik suatu kejadian ataupokok bahasan yang dapat pelajari. Guru menginformasikan

11

http//elcornell ede//pubs/CFURP NARST 02.pdf//search%22focus20on%20guided%inquiry%22

12

(18)

bermacam-macam permasalahan yang terdapat pada pokok bahasan tersebut. Kemudian guru akan menugaskan para peserta didik baiksecara individu atau kelompok untuk memecahkan masalah tersebut.

2) Mengumpulkan Data

Untuk memecahkan masalah yang dihadapinya peserta didik harus mengumpulkan data yang cukup. Pengumpulan data itu dapat diperoleh dengan bertanya kepada gurunya. Jika para peserta didik mendapat kesulitan dalam mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan masalah tersebut, guru boleh membantu dengan “ Matrics Inquiry” yaitudaftar kata-kata baikyang berhubungan maupun tidak dengan masalah yang ditentukan.

3) Menganalisa Data

Dalam langkah ini peserta didik mungkin bekerja secara individual ataupun secara kelompok. Data yang dikumpulkan dalam langkah ini sebelumnya dianalisa oleh anggota kelompok atau oleh peserta didik mentabulasi data mereka dan mencoba mengetahui dengan pasti arti data yang dikumpulkan.

4) Membuat Hipotesa

Hipotesa adalah suatu dugaan yang dilakukan sebelum penyelidikan dilakukan. Dugaan ini mungkin terbukti akan diterima, sedangkan jika tidak maka dugaan tersebuk tidak akan diterima. Dugaan sementara ini merupakan jawaban terhadap pertanyaan yang disampaikan gurupada langkah pertama.

5) Menguji Hipotesa

Setelah membuat hipotesa, peserta didik hendaknya menguji hipotesa tersebut. Peserta didik dalam kelompok berdiskusi mempergunakan pengatahuan merekadan sumber-sumber lain untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dari hipotesa itu. Jika hipotesa itu salah peserta didik akan memperbaiki atau mengganti hipotesanya, tetapi jika hipotesanya benarakan dipergunakan untuk menentukan kesimpulan.

6) Membuat Kesimpulan

(19)

masalah mereka kepada guru. Di dalam langkah ini terjadilah diskusi kelas setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya.13

Albert Learning Center menentukan enam fase dalam inkuiri, yaitu

planning, retrieving, processing, creating, sharing, dan evaluating.

1) Perencanaan(Planning)

Siswa harus memahami bahwa tujuan pokok pembelajaran berbasis inkuiri adalah untuk mengembangkan kemampuannya.pembelajaran inkuiri dimulai dengan ketertarikan siswa untuk keingintahuannya terhadap suatu pokok bahasan. Untuk siswa yang sedikit atau tidak sama sekali mempunyai latar belakang dari pengetahuan dari pokok bahasan yang akan dipelajari, guru harus memberikan informasi dan latar belakang pengetahuan yang akan memotivasi siswa.

2) Mendapatkan dan analisis informasi (Retrieving)

Tahap selanjutnya siswa mulai memikirkan informasi yang mereka punya dan yang mereka inginkan. Siswa mungkin perlu mempergunakan waktu sebaik-baiknya untuk menyelidiki infor masi yang berhubungan dengan pokok bahasan yang akan dipelajari. Guru membantu siswa memahami bahwa informasi yang meraka dapatkan baikitu dar ibuku perpustakaan , majalah, maupun situs internet, dihasilkan oleh orang yang dipercaya.

3) Proses (Processing)

Fase ini dimulai ketika siswa telah menemukan fokus untuk berinkuiri. Fokus tersebut adalah aspek dari pokok bahasan/topik sehingga siswa menentukan untuk melakukan investigasi/penyelidikan. Pada fase ini siswa memilih dan mencatat informasi yang berhubungan dengan topik yang dibahas dan informasi yang menjawab pertanyaan siswa.

4) Produk(Creating)

Pada fase ini, siswa mengorganisasi dan mensintesis informasi dan gagasannya. Mereka mengembangkan dan memperbaiki laporan serta merumuskan jawaban, solusi, dan kesimpulan. Pada fase ini siswa menghasilkan

13

(20)

produk yang tertuang baik dalam bentuk oral, visual, tulisan, gerak, maupun multimedia.

5) Komunikasi(Sharing)

Pada fase ini siswa mempresentasikan produk inkuiri mereka kepada guru atau teman mereka. Fase ini harus menjadi terbimbing, sehingga guru memiliki pengetahuan yang masuk akal mengenai fenomena yang mereka amati. 6) Evaluasi (Evaluating)

Pada fase evalusi, menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses penilaian seperti: dalam penyelidikan untuk menghasilkan produk.penilaian ini terletak pada penilaian pemahaman siswa terhadap proses dan proses terhadap penguasan konsep.14

d. Keunggulan dan Kelemahan Model Inkuiri

Model inkuiri memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut.

1) Dapat membentukdan mengembangkan “self consept” pada diri siswa,

sehingga siswa dapat mengertitentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses

belajar yang baru.

3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka.

4) Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesanya sendiri.

5) Memberi keputusan yang bersifat intrinsik.

6) Situasi proses belajar mengajar jadi lebih merangsang. 7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

9) Dapat menghindari siswa dari cara-cara tradisional.

14Alberta Learning 2004. “Focus on Inquiry:A Teacher’s Guided toImplementing Inquir

y-Based

(21)

10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.15

Adapun kelemahan dari model pembelajaran inkuiri dapat dikemukakan sebagai berikut.

1) Model inkuiri memerlukan waktu yang banyak sehingga tidak cocok digunakan di sekolah dengan jadwal yang kaku.

2) Model inkuiri tidak bisa digunakan pada setiap bidang pelajaran. 3) Siswa lebih suka dengan model tradisional.

4) Siswa tidak ingin terlibat dalam proses berpikir.16

c. Peranan Model Inkuiri

Di dalam perkembangannya ternyata model inkuiri mempunyai peranan penting terhadap pendidikan di sekolah. Sehingga besar guru-guru di Indonesia belum menggunakan model inkuiri di dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Pelaksanaan penggunaan model inkuiri mempunyai peranan penting baik maupun para peserta didik. Peranannya antara lain:

1) Menekankan kepada proses informasi oleh peserta sendiri.

2) Membuat konsep diri peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya.

3) Memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas penguasaan keterampilan dalam proses memperoleh kognitif peserta didik

4) Penemuan-penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikan dan sangat sulit melupakannya.

5) Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena pserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.17

15

Roestyah N K. Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta. 2001 ), h. 76-77

17

(22)

2. Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

a. Pengertian Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

Inkuiri terbimbing ( guided Inquiri ) merupakan salah satu model di mana guru menyediakan materi atau bahan dan permasalahan untuk penyelidikan. Siswa merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan masalah. Guru memfasilitasi penyelidikan dan mendorong siswa mengungkapkan atau membuat pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka untuk penyelidikan lebih lanjut.18 Jadi, model inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang berupaya untuk menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada siswa, sehingga siswa lebih banyak belajar sendiri dan mampu mengembangkan kreativitasnya dalam memecahkan masalah. Peranan guru dalam model inkuiri terbimbing adalah sebagai pembimbing dan fasilitator.

Inkuiri terbimbing ( guided inquiry ) masih memegang peranan guru dalam memilih topik atau bahasan, pertanyaan dan menyediakan materi. Akan tetapi siswa diharuskan untuk mendesain untuk merancang penyelidikan, mengenalisis hasil, dan sampai kepada kesimpulan.19 Selain sebagai fasilitator tugas guru selanjutnya adalah memilih materi yang perlu disampaikan kepada siswa untuk dipecahkan dan siswabenar-benar ditempatkan sebagai subyek yang belajar tetapi bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan.

b. Karakteristik Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

Menurut Carlo C. Kuhthau dan Ross J. Todd ada enam karakteristik inkuiri terbimbing (guided inquiry) yaitu:

1) Siswa belajar aktif dan terefleksi pada pengalaman

Jhon Dewey menggambarkan pembelajaran sebagai proses aktif individu, bukan sesuatu dilakukan untuk seseorang tetapi lebih kepada sesuatu itu dilakukan oleh seseorang. Pembelajaran merupakan sebuah kombinasi dari tindakan dan refleksi pada pengalaman. Dewey sangat menekankan pembelajaran

Hands on (berdasarkan pengalaman) sebagai penentang model otoriter dan

18

http://www.mcps.kl2.md.us/curiculum/science/instr/inq3levels.htm,

19

(23)

menganggap bahwa pengalaman dan inkuiri (penemuan). Sangat penting dalam pembelajaran bermakna.

2) Siswa belajar berdasarkan pada apa yang mereka tahu

Pengalaman masa lalu dan pengertian sebelumnya merupakan bentuk dasar untuk membangun pengetahuan baru. Ausubel prihatin dengan individu yang materi verbal/tekstual dalam jumlah yang besar di sekolah. Menurut Ausubel faktor terpenting yang mempengaruhi pembelajaran adalah melalui apa yang mereka tahu.

3) Siswa mengembangkan rangkaian berpikir dalam proses pembelajaran melalui bimbingan

Rangkaian berpikir ke arah yang lebih tinggi memerlukan proses yang mendalam yang membawa kepada sebuh pemahaman. Proses yang mendalam memerlukan waktu dan motivasi yang dikembangkan oleh pertnyaan-pertanyaan yang otentik mengenai objekyang telah digambarkan dari pengalaman dan keingintahuan siswa.

Proses yang mendalam juga memerlukan perkembangan kemampuan intelektual yang melebihi dari penemuan dan pengumpulan fakta. Pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi membantu merangsang inkuiri yang membawa kepada pengetahuan dan pemahaman yang mendalam.

4) Perkembangan siswa secara bertahap

Siswa berkembang melalui tahap perkembangan kognitif, kapasitas mereka untuk berpikir abstrak ditingkatkan oleh umur,perkembangan ini merupakan proses kompleks yang meliputi kegiatan berpikir, refleksi, menentukan dan menghubungkan ide, membuat hubungan, mengembangkan dan mengubah pengetahuan sebelumnya, kemampuan serta sikap dan nilai.

5) Siswa mempunyai cara yang berbeda dalam pembelajaran

(24)

6) Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain

Siswa hidup di lingkungan sosial di mana mereka terus menerus saudara, guru, kenalan, dan orang asing merupakan bagian dari lingkungan sosial yang membentuk pembelajaran lingkungan pergaulan di mana untuk mereka. Vigotsky berpendapat bahwa perkembangan proses hidup bergantung pada kognitif.20

Berdasarkan karakteristik tersebut, inkuiri terbimbing merupakan sebuah pendekatan yang berfokus pada proses berpikir yang membangun pemahaman oleh keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Siswa pengalaman dan apa yang mereka telah tahu. Selain itu, siswa juga belajar melalui interaksi dengan orang lain yang berperan penting dalam kognitifnya.

c. Tahap Pelaksanaan Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

Tahap pelaksanaan model inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) terdiri dari:

1) Ketidaksesuian pristiwa/kejadian (discrepant event) dan menyajikan masalah Pembelajaran inkuriri terbimbing diawali dengan penyajiaan guru mengenai masalah yang tidak bisa dijelaskan dengan mudah dan tidak bisa dipecahakan dengan segera. Wright memberikan suatu definisi mengenai ketidaksesuaian peristiwa (discriepant event) adalah fenomena yang terjadi kelihatannya bertentangan dengan perkiraan awal kita. Ketidaksesuaian peistiwa (dicriepant event) sangat penting dalam inkuiri perhatian pada cara siswa yang membuat mereka lebih keritis terhadap informasi

2) Tambahan

Setelah siswa membuat hipotesis dan mengetahui data yang relevan yang mendukung hipotesis kemudian guru perlu mengidentifikasi cara perkembangan pemikiran siswa. Pada tahap ini dapat dilakukan kegiatan diskusi. Dengan diskusi bakal alami siswa dapat terpelihara dan guru dapat

20

(25)

menggembangkan budaya mau mendengarkan atau bergiliran mengemukakan pendapat di dalam kelas.21

Laine dan Heath mengemukakan 4 (empat) tahapan proses inkuiri

terbimbing: :

1) Mengumpulkan latar belakang informasi 2)Membuat peta konsep

Peta konsep digunakan untuk meringkas informasi yang telah ditemukan .3) Inkuiri/penemuan

Yang termasuk kegiatan inkuiri ini adalah membuat pernyataan, memprediksi jawaban/membuat hipotensi, mendisain, percobaan dan melakukan percobaan

4) Analisa data

Setelah data/hasil diperoleh dari perobaan yang telah dilakukan, kemudian data tersebut dianalisis untuk diambil kesimpulan.22 Dalam David M. Hanson kegiatan inkuiri terbimbing (guided inquiry) terdiri dari 5 (lima) tahapan, yaitu :

a) Orientasi

Orientasi menyiapkan siswa untuk belajar orientasi memberikan motivasi untuk beraktivitas, menciptakan minat, membangkitkan keingintahuan, dan membuat hubungan dengan pengetahuan sebelumnya.

Pengenalan terhadap tujuan pembelajaraan dan kriteria keberhasilan memfokuskan siswa untuk menghadapi persoalan penting dan menentukan tingkat pengusaan yang diharapkan.

b) Eksplorasi

Pada tahap eksplorasi siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan observasi, mendisain eksperimen, mengumpulkan, menguji, dan menganalisis

21

Thomas J. Lasley H. Thomas J. Matzynski dan James B. Rowley, Instructional Model Strategis foe Teaching in a Diverse Society, ( Wadswerth,2002), h.148 – 154

22

(26)

data; menyelidiki hubungan; serta mengemukakan pernyataan dan menguji hipotensi.

c) Pembentukan konsep

Sebagai hasil eksplorasi, konsep ditemukan, dikenalkan, dan dibentuka. Pemahaman konseptual dikembangkan oleh keterlibatan siswa dalam penemuan bentuk penyampaian infofmasi melalui naskah atau (discriepant event) sangat penting dalam inkuiri perhatian pada cara siswa yang membuat mereka lebih keritis terhadap informasi melalui naskah atau ceramah.

d) Aplikasi

Aplikasi melibatkan penggunaan pengetahuan baru dalam latihan, masalah, dan situasi penelitian lain. Latihan memberikan kesempatan bagi siswa untuk membentuk kepercayaan diri situasi yang sederhana dan konteks yang akrab. Pemehaman dan pembelajaran yang sebenarnya dipelihara pada permasalahan yang mengharuskan siswa untuk mentransfer pengetahuan baru ke dalam konteks yang tidak akrab, memadukannya dengan pengetahuan lain, dan menggunakannya pada cara yang baru dan berbeda untuk memcahkan masalah-masalah nyata didunia.

e) Penutupan

Setiap kegiatan diakhiri dengan membuat validasi terhadap hasil yang dapatkan, refleksi terhadap apa yang telah dan menilai penampilan mereka. validasi bisa diperoleh dengan melaporkan hasil kepada teman atau guru untuk mendapatkan pandangan mereka mengenai isi dan kulitas hasil.23

d. Pembelajaran konstruktivis dan inkuiri terbimbing (guided inquiry)

Inkuiri terbimbing (guided inquiry) ditemukan berdasarkan kepercayaan bahwa pembelajaran merupakan proses pembentukan individual dan sosial ditanamkan secara mendalam di amerika, dan telah dikembangkan oleh pemikiran pendidikan abad xx yang berpengaruh seperti jhon dewey, george kelly, Jerome bruner, jean piaget, dan lev vygotsky.

23David M. Harson. “Designing Process

(27)

Pembelajaran konstruktivis memberikan perhatian kepada pencarian aktif siswa dalam menentukan pengertian dan pemahaman. Perhatian tersebut sebagai berikut :

1) Siswa membentuk pengetahuan dan pemahaman yang mendalam lebih baik daripada pasif menerimanya.

2) Siswa terlibat langsung dan ikut serta dalam penentuan pengetahuan baru. 3) Siswa menghadapi pandangan alternatif dan gagasan yang bertentangan

sehingga mampu mengubah pengetahuan sebelumnya menjadi pemahaman yang mendalam.

4) Siswa mentransfer pengetahuan dan kemampuan baru ke situasi yang baru. 5) Siswa bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka serta penguasaan

kemampuan isi dan kurikulum

6) Siswa berperan bagi sosial/kelompoknya, menumbuhkan demokrasi, dan mengembangkan sosial/kelompok yang memiliki bayak pengetahuan.24

Dari uraian diatas, inkuiri terbimbing (guided inquiry) dapat diartikan sebagai salah satu model pembelajaran berbasis inquiry/penemuan yang menyajian masalah dan penyelesaian dari masalah ditentukan guru. Masalah dan pertanyaan ini yang mendorong siswa melakukan penyelidikan untuk menemukan jawabanya. Kegiatan siswa dalam pembelajaran ini adalah mengumpulkan data dari masalah yang diajukan guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan, menganalisis hasil, membuat kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar pada hakikatnya mengandung makana terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang berkat pengalaman dan latihan.25 Di bawah ini beberapah pengertian belajar menurut para tokoh pendidikan.

24Carol C, Kulhthan dan Ross J. Todd, 2006, “Guided Inquiry

Activitie: A Framework For Learning Through School Libraries on 2 1st Century School ( Contuctivist Learning and

(28)

Menurut teori Peaget, belajar adalah perubahaan dalam struktur mental yang berisi informasi dan perosedur pengoprasian pada informasi tersebut dimana pembelajaran menkostruksi pengetahuan dan secara aktif mencari makna pembelajaran tersebut. Sedangkan menurut skaianer hasil belajar adalah perubahan-perubahan dalam perilaku tampat pembelajaran sebagai hasil pengalaman dimana pemikiran siswa focus pada interaksi antara linkungan dan perilaku.

Selain itu, Cormbac di dalam bukunya education psicology menyatakan bahwa; “learning is shown by a change in behcviour as a result ofexperince”, artinya belajar sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam proses mengalami itu si pelajar mengunakan panca indranya.26

Menurut pengertian di atas, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar haya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penugasan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku.

b. Hasil Belajar Fisika

Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang akibat dari proses belajar yang dilakukannya berupa tercapainya tujuan-tujuan belajar yang diinginkan. Fisika mempelajari tentang berapa hal yang menyangkut materi serta pengetahuan tentang kejadian-kejadian alam. Hasil belajar fisika di sekolah bertujuan agar para siswa dapat menguasai dan memahami konsep fisika.

Belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor,27 ranah kognitif merkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut

25

Syaiful Bahri Djamhari & Aswan Zein. Strategi Belajar Mengajar. ( Jakarta:Rineka Cipta,2006), h. 11

26

Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,2002), h.

27

(29)

kognitif tingkat rendah dan ke empat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penialian, dan organisasi. Sedangkan ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor yakni gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspersif dan interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ke tiga ranah itu, ranah kognitif lah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu keadaan atau nilai dari sesorang yang belajar, dan kempauanya untuk mengunakan apa yang di peroleh dari proses belajar mengajar serta apa yang diperoleh siswa dalam perose pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang diperolehnya. Dalam hal ini hasil pengalaman dari usaha seseorang dalam belajar dapat menyebabkan perubahan tingkah laku yang didapat setelah peroses belajar dean dapat diamati.

Penilain pada hasil belajar mencakup seluruh aspek baik ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Namun dalam hal ini penilaian hasil belajar pada penilaian ini diartikan sebagai tingkah penguahaan kognitif siswa pada materi pokok getaran dan gelombang.

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

(30)

1) Faktor yang dari dalam siswa (internal) yaitu:

a) Faktor fisiologi terdiri dari kondisi kesehatan, kebugaran fisik, dan kondisi kesehan panca indera terutama pengelihatan dan pendengaran.

b) Faktor fisikologis terdiri dari minat, bakat, intelegensi, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan prsepsi, ingatan, berfkir dan kemampuan pengetahuan dasar yang dimiliki siswa.

2) Faktor yang berasal dari luar siswa (eksternal) yaitu: a) Faktor lingkungan antara lain:

(1) Lingkungan nonsosial/alami seperti kelembaban suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam) tempat letak gedung sekolah dan sebagainya.

(2) Lingkungan sosial baik berwujudnya manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi hasil belajar siswa.28

b) Faktor instrumental terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, alat pengajar, guru dan kurikulum/materi pelajaran strategi belajar mengajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum adalah ada materi yang dipelajari, faktor lingkungan siswa, faktor instrumental, keadaan individu siswa, dan proses belajar mengajar.

Menurut Soedijarto, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah latar belakang sosial ekonomi, lingkungan belajar di rumah, latar belakang kemampuan kognitif dan kuantitatif, sikap pelajar terhadap pendidikan, sikap positif pelajar terhadap IPA dan matematika, tingkah partisipasi pelajar, bentuk tes yang digunakan, frekuensi tes, dan cara guru berperan dalam proses belajar mengajar.

Selain pengertian di atas, faktor yang pempengaruhi hasil belajar dari dalam siswa (internal) yaitu meliputi hal-hal seperti sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan ajar, kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan, intelegensi dan keberhasilan belajar. Sedangkan faktor eksternal belajar meliputi hal-hal seperti guru sebagai

28

(31)

pembina pelajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa disekolah dan kurikulum. Jadi hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal baik dari dalam siswa maupun faktor dari luar siswa.

d.Hubungan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Hasil Belajar

Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat diartikan sebagai upaya guru untuk menciptakan situasi yang memungkinkan siswa yang mengalami kesulitan belajar mampu mengingatkan hasil belajar semaksimal mungkin sehingga mencapai atau bahkan melampaui kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam mengajar harus memperhatikan karakteristik kesulitan yang dihadapi siswa sehingga dengan mudah guru tersebut dapat memberikan bantuan. Dalam arti mengajar tersebut harus diadakan perbaikan dan yang di betulkan adalah keseluruhan proses belajar mengajar meliputi cara belajar, model, materi, dan lingkungan yang turut serta mempengaruhi proses belajar.

(32)

Gejala kesulitan belajar merupakan salah satu gejala (gambaran) belum tercapainya perubahan tingkah laku secara menyeluruh. Oleh karena itu, masih diperlukan proses belajar yang khusus dan dapat membantu pencapaian kebulatan tingkah laku sebagai hasil belajar. Dalam hubungan ini pembelajaran inquri terbimbing merupakan salah satu untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Pembelajaran inkuri terbimbing dapat dilakukan setelah melakukan kegiatan evaluasi atau tes unit atau satuan pokok bahasan.evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui materi pelajaran yang belum dipahami dan dikuasai siswa.

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Nurkhasanah tentang pembelajaran fisika dengan model inkuiri terbimbing ditinjau dari kemampuan berpikir kritis dan kemampuan

ESQ.29 Penelitian Bilkisti Hardiyono menunjukkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan kerja ilmiah dan hasil belajar siswa.30 Penelitian Marnita menunjukkan bahwa dengan pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi inkuiri dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa,31 serta berdasarkan penelitian di Gill st Bernard School, New Jersey dijelaskan oleh Kukhtau dan Todd bahwa dengan pembelajaran inkuiri terbimbing siswa dapat menguasai konsep lebih mendalam.32

c. Kerangka Berpikir

Tujuan pendidikan sains adalah membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman serta mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk menyelidiki komponen-komponen fisik, material, dan teknologi dari lingkunagan mereka secara ilmiah. Untuk itu setiap pembelajaran dalam pendidikan sains harus menumbuhkan kualitas pemikiran semacam

29

.Nurkhasanah.2010 “Pembelajaran fisika dengan model inkuiri terbimbing termodifikasi ditinjau dari kemampuan dan berpikir kritis siswaUniversitas Surakarta .2010

30

Bilkisti Hardiyono. 2007“ penerapan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keterampilan dan prestasi belajar siswa”. Fakultas MIPA UM

31

http://Page-your favorite. Com/ppsupi/abstract IPA 2004.htm!

32

(33)

kemandirian berpikir, keaslian ide, dan kebebasan berpikir. Hal teersebut dapat meningkatkan kualitas pemikiran menjadi nilai-nilai sosial.

Fisika merupakan mata pelajaran IPA yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya belajar kumpulan pengetahuan konsep-konsep dan prinsip saja tetapi belajar fisika juga merupakan penemuan. Belajar fisika menekankan kepada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan sejumlah keterampilan dalam menggali alam sekitar dan memahaminya.

Salah satu alternatif tersebut adalah dengan memberlakukan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model pembelajaran inkuiri terbimbing ini merupakan salah satu model pembelajaran inkuiri yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan keterampilan siswa untuk mampu memecahkan masalah, serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri, membina dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, rasa ingin tahu, dan penalaran serta cara berpikir objektif baik secara individual maupun kelompok. Pada pembelajaran ini siswa melakukan penyelidikan berdasarkan permasalahan yang diajukan guru tetapi siswa sendiri yang menentukan prosedur penyelidikannya. Sedangkan guru memfasilitasi dan membimbing siswa dalam penyelidikan yang dirancangnya.

(34)

(Gambar 2.1 Kerngka Berpikir)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hasil deskripsi teoritis dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar fisika siswa

E. Materi Konsep 1. Getaran

a. Pengertian Getaran

Kata getaran sering kamu dengar dan kamu gunakan dalam percakapan sehari-hari, apa yang dimaksud dengan getaran? bagaimana benda dikatakan bergetar? Untuk memahaminya lihat gambar di bawah ini:

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Guru menyajikan masalah dan siswa mengadakan penelitian untuk memecahkan

masalah tersebut Analisis data dan membuat kesimpulan

Menyajikan masalah

Penutup Membuat pertanyaan

dan mengumpulkan data

(35)

(Gambar 2.2 Ayunan Sederhana)

Gantungkanlah sebuah benda pada seutas tali yang terikat seperti gambar di atas. Titik keseimbangan ayunan berada di titik B. kemudian, berilah gangguan pada ayunan tersebut sehingga benda bergerak menurut lintasan A-B-C. Amatilah apa yang terjadi! Apa yang terjadi dengan gerakan bandul?

Saat benda melewati lintasan A-B-C, benda dikatakan telah melakukan setengah getaran. Demikian pula halnya jika melalui lintasan B-A-B. jika lintasan benda adalah A-B-C-B-A atau B-A-B-C-B, dikatakan benda telah menempuh satu kali getaran. jadi, Getaran adalah gerak bolak-balik (gerak periodik) dalam lintasan yang sama dan melalui titik seimbangnya.

Simpangan terbesar yang mampu dilakukan benda, yaitu B-A atau B-C disebut amplitudo. Jadi, amplitudo adalah simpangan terbesar yang dapat dicapai benda dari titik seimbangnya. Selain beberapa contoh yang sudah dikemukakan, peristiwa getaran dapat ditemukan dalam gelombang TV dan gelombang radar. b. Periode Getaran

Pernahkah kamu melihat bandul jam? Bandul jam selalu memiliki simpangan yang tepat karena pengaruh gaya per jam tersebut. Oleh karena itu, pada bandul jam dapat diamati adanya simpangan terbesar (amplitudo) dari waktu yang digunakan untuk melakukan getaran sempurna. Ternyata waktu yang digunakan untuk melakukan suatu getaran sempurna adalah tetap yang disebut dengan periode.

Periode dapat didefinisikan sebagai selang waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu getaran penuh. Satuan periode adalah detik sedangkan lambangnya adalah T.

(36)

Pada umumnya, pengukuran periode getaran tidak dilakukan untuk satu getaran karena selang waktu untuk melakukan satu getaran sangat singkat. pengukuran getaran dilakukan untuk sejumlah getaran, misalnya misalnya 10 getaran sehingga didapatkan selang waktu untuk 10 getaran tersebut .

c. Frekuensi Getaran

Menurut definisi, periode (T) adalah waktu yang diperlukan untuk satu

getaran penuh. Dalam satu detik berarti terjadi T

1

getaran. Banyaknya getaran per

sekon disebut frekuensi (f). Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa T f  1.

Frekensi getaran ialah banyak gertaran yang terjadi setiap sekon. Jadi, frekuensi adalah kebalikan dari periode. Frekuensi getaran dilambangkan dengan

f dan satuannya hertz (Hz). Hubungan antara frekuensi getaran (f) dan periode getaran (T) adalah

T

f  1 atau f T  1

Dengan T = periode (sekon)

f =frekuensi ( sekon

1

atau Hz )

semakin besar frekuensi, semakin kecil periode, dan sebaliknya, semakin besar periode, semakin kecil frekuensinya.

2. Gelombang dan Perambatanya a. Pengertian Gelombang

Gelombang merupakan getaran yang merambat. Sifat terjadinya, gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik.

(37)

Pada gelombang tali tidak terjadi perpindahan medium ke arah rambatan gelombang, yang merambat adalah hasil usikan atau ganguan.

b. Jenis Gelombang

Berdasarkan arah rambatan dan arah getarannya, gelombang terbagi atas dua jenis, yaitu gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Berikut akan dijelaskan kedua jenis gelombang tersebut.

1) Gelombang Transversal

Gelombang pada tali dan gelombang pada permukaan air merupakan contoh gelombang transversal. Ketika kamu memberikan ganguan pada slinkin, ganguan tersebut bergerak sepanjang medium, tetapi partikel-partikel medium bergetar dengan arah tegak lurus terhadap arah rambat ganguan. Dengan kata lain, arahgetaran pada slinki tegak lurus terhadap arah rambatan. Jadi pada gelombang transversal, arah rambat gelombang tegak lurus pada arah getarnya. Contoh lain gelombang transversal adalah gelombang cahaya.

2) Gelombang Longitudinal

Gelombang longitudinal dapat juga diamati pada slinki. Agar dapat mengamati gelombang longitudinal kamu dapat memberikan gangguan atau getaran pada slinki secara mendatar. Pada gelombang longitudinal terjadi pola rapatan dan renggangan. Pola rapatan terjadi karena adanya usikan atau gangguan yang kamu lakukan secara horizontal pada salah satu ujungnya. Rapatan pada slinki bergerak searah dengan rambatan gelombang.

Dengan demikian, gelombang longitudinal dapat dinyatakan sebagai gelombang yang arah getarannya sejajar atau searah dengan arah rambatan. Contoh lain gelombang longitudinal adalah gelombang bunyi, gelombang bunyi dan gelombang dalam air.

c. Panjang Gelombang

(38)

1) Bentuk Gelombang Transversal

Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus arah rambatannya. Arah rambat gelombang pada tali adalah sepanjang tali sedangkan getarannya adalah turun naik. Demikian juga dengan getaran pada permukaan air adalah turun naik secara vertikal dan merambat secara horizontal ke pinggir kolam. Satu gelombang terdiri atas satu bukit dan satu lembah. Panjang satu gelombang disebut panjang gelombang. Panjang gelombang diberi lambang

 (lamda), dengan satuan meter. 2) Bentuk Gelombang Longitudinal

Pada gelombang longitudinal, panjang gelombang terdiri atas satu rapatan dan satu renggangan. Panjang gelombang longitudinal dapat dihitung mulai dari ujung renggangan pertama sampai ujung renggangan berikutnya atau dari ujung rapatan pertama sampai ujung rapatan selanjutnya.

3) Periode dan Panjang Gelombang

Periode (T) adalah waktu yang diperlukan untuk membentuk satu getaran sempurna. Hal ini berarti pula bahwa periode adalah waktu yang diperlukan untuk membentuk satu gelombang.

Dalam perambatannya, gelombang memiliki laju sebesar v. Jika untuk melewatkan satu gelombang dibutuhkan waktu T, dapat dinyatakan bahwa laju rambat gelombang sebagai berikut.

T v 

Dengan v = laju rambat gelombang (m/s) = panjang gelombang (m)

T = periode getaran atau periode gelombang

4) Hubungan antara Laju Rambat , Frekuensi, dan Panjang Gelombang Frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan oleh benda selama 1 sekon. Frekuensi merupakan kebalikan periode (T).

f

T  1 atau T f  1

(39)

Jadi, dapat dituliskan sebagai berikut.

T

v  atau v =. F

3. Gelombang Bunyi a. Proses terjadinya Bunyi

Bunyi pada hakikatnya adalah sesuatu yang dapat didengar oleh telinga yang kemudian disampaikan ke otak. Benda bergetar yang dapat menimbilkan gelombang bunyi disebut sumber bunyi. Gelombang bunyi memerlukan medium untuk merambat. Udara tempat merambatnya gelombang bunyi disebut zat antara atau medium antara. Selain udara, zat cair dan zat padat juga merupakan zat antara bagi gelombang bunyi di ruang hampa udara, bunyi tidak dapat merambat. Hal ini dibuktikan oleh seorang ilmuwan fisika Jerman bernama Otto Von guericke ( 1602-1686).

b. Laju Rambat Bunyi

Ketika terjadi petir, kadang-kadang bunyi dan cahaya datang bersamaan tetapi, kadang-kadang cahaya terlebih dahulu terlihat dan beberapa detik kemudian barulah terdengar bunyinya, hal tersebut menunjukan bahwa dalam perambatannya ke suatu tempat, bunyi memerlukan waktu lebih lama dibandingkan cahaya. Semakin jauh tempat yang ditujunya, semakin lama bunyi sampai ke tempat itu.

Perbandingan jarak yang ditempuh oleh gelombang bunyi dari sumber bunyi ke pendengar dengan selang waktu dinyatakan dengan laju rambat bunyi. Jika jarak dinyatakan dengan sdan waktu dengan t, laju rambat bunyi v

dirumuskan:

t s v

  

Dengan : v = laju rambat bunyi ( m/s )

(40)

c. Frekuensi yang Dapat Didengar

Indra pendengaran manusia hanya dapat mendengar bunyi yang memiliki frekuensi 20 Hz-20.000 Hz. Rentang frekuensi dari 20 Hz- 20000 Hz disebut frekuensi audiosonik atau sonik. Frekuensi di bawah 20 Hz disebut frekuensi infrasonik atau subsonik. Frekuensi di atas 20.000 Hz disebut frekuensi ultrasonik. Bunyi infrasonic dapat didengar oleh binatang tertentu, seperti anjing dan jangkrik, sedangkan ultrasonic dapat didengar oleh kelelawar dan lumba-lumba.

d. Nada

Bunyi teratur memiliki frekuensi getaran yang tertentu. Bunyi dengan frekuensi tertentu disebut nada.Sedangkan bunyi yang memiliki frekuensi getaran yang tidak teratur disebut desah. Tinggi rendahnya nada bergantung pada frekuensi getaran.semakin besar frekuensi getar suatu nada, semakin tinggi nada tersebut. Sebaliknya, semakin kecil frekuensi getar suatu nada maka semakin rendah nada tersebut.

e. Peristiwa Resonansi

Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena pengaruh getaran benda lain yang bergetar. Beberapa contoh peristiwa resonansi adalah pada alat musik seperti gitar, gendang dan gong. Pada gitar, bunyi atau nada dihasilkan oleh getaran senar. Getaran senar ini menggetarkan udara yang berada di dalam kotak gitar. Oleh karena itu, bunyi yang dihasilkan senar terdengar lebih keras. Demikian pula pada gendang dan gong, udara yang berada diruangan dalamgendang dan ruangan dibalik lempeng gong ikut bergetar, akibat bergetarnya selaput gendang dan lempeng gong.

4. Pemantulan bunyi

a. Hukum Pemantulan Bunyi

Bunyi dipantulkan menurut aturan-aturan tertentu, Hukum pemantulan bunyi sebagai berikut:

1) Arah bunyi datang, garis normal, dan arah bunyi pantul terletak pada satu bidang datar.

(41)

b. Menghitung Laju Rambat Bunyi

Ketika waktu tempuh antara sumber bunyi ke bidangpemantul dan kembali ke sumber bunyi, jarak tempuhnya adalah 2 kali jarak antara sumber bunyi dan bidang pemantul. Persamaannya,

t s

v 2 atau 2

.t v s

c. Pemanfaatan Pantulan Bunyi dalamKehidupan sehari-hari

Pantulan bunyi dimanfaatkan juga untuk mengukur kedalaman laut, panjang lorong goa, mendeteksi cacat dan retak pada logam dan sebagainya.pengukuran kealamn laut ditentukan dengan teknik pantulan pulsa ultrasonic. Untuk itu, pada dinding kapal dipasang pembangkit getaran (osilator) dan penerima getaran (hidrofon).

Gelombang bunyi yang dihasilkan dirambatkan melalui air laut dan akan dipantulkan oleh dasar laut yang diterima oleh alat khusus di kapal. Dengan mengetahui selang waktu antara gelombang yang dikirim dan yang diterima maka akan diketahui kedalaman laut dengan menggunakan persamaan berikut ini.

t v

s .

2 

Dengan s = jarak/kedalaman laut (meter) v = laju rambat bunyi dalam air ( m/s)

t = selang waktu antara gelombang yang dikirim dan diterima (sekon)

(42)
(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode quasi eksperimen yaitu metode penelitian yang melakukan pengontrolan terhadap salah satu variabel. Dalam kontrol atau pengendalian variabel bisa dilakukan secara ketat atau secara penuh. Sehingga perlu dicari atau dilakukan pengontrolan yang sesuai dengan kondisi yang ada. Dimana peneliti harus dapat memilih dan menentukan variabel mana yang boleh dilonggarkan pengendaliannya, dalam arti kata tidak dilakukan sepenuhnya.

Peneliti melakukan analisis dan evaluasi penguasaan konsep siswa terhadap pretest dan posttest yang kemudian diolah untuk mengetahui penguasaan dan peningkatan konsep siswa kelompok atas, kelompok tengah dan kelompok bawah pada tiap indikator serta mengetahui apakah kenaikan ini signifikan atau tidak setelah diterapkan metode pembelajaran inkuiri terbimbing.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Jamiatus Sholihin Cipondoh, Tangerang. Penelitian dilakukan pada tahun pelajaran 2009/2010

C. Desain Penelitian

(44)
[image:44.595.107.514.117.505.2]

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Treatment Posttest

E T1 X1 T2

C T1 X2 T2

Keterangan:

E : Kelas eksperimen C : Kelas kontrol T1 : Nilai pretest

T2 : Nilai posttest

X1 : Perlakuan (penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing).

X2 : Tidak diberi perlakuan model inkuiri terbimbing

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.1 Populasi target dalam penelitin ini adalah seluruh siswa MTs Jamiatus Sholihin. Sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Jamiatus Sholihin.

Sampel adalah sebagian/wakil populasi yang diteliti.2 Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII 2 sebagai kelas kontrol.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan Probability Sampling

dengan teknik simple random sampling. Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipillih menjadi anggota sampel. Dikatakan sampel

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 102

2

(45)

(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.3

F. Variabel Penelitian

Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam, dalam metodologi penelitian, variabel yang dimaksudkan adalah “segala sesuatu yang akan menjadi objek penelitian”.4

Dalam penelitian ini dikenal dengan istilah bivariate variabel (hubungan antara dua variabel), yaitu variabel independent (variabel bebas) dan variabel dependent (variabel terikat). Variabel independent yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Adapun variabel variabel dependent (variabel terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel oleh variabel independent. Oleh karena itu variabel ini sering disebut dengan terpengaruh.

Penelitian ini memiliki dua variabel. Pertama pengaruh metode pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai variabel bebas (Variabel X). Hasil belajar fisika siswa sebagai variabel terikat (variabel Y).

G. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pretest (T1) untuk mengukur hasil belajar fisika siswa sebelum

diajar menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimendan metode diskusi pada kelas kontrol.

2. Melaksanakan proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbig (X1).

3. Melakukan posttest (T2) untuk mengukur hasil belajar fisika siswa setelah di

beri perlakuan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada kelas kontrol.

4. Menganalisis T1 dan T2 untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa yang

dinyatakan dalam bentuk angka-angka.

3

Sigiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,

(Bandung: Alfabeta, 2008), h. 120

4

(46)

5. Menganalisis T2 untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pembelajaran

dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada kelas kontrol.

6. Menganalisis T2 untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar fisika

siswa setelah pembelajaran menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada kelas kontrol.

7. Membandingkan T2 pada kelas eksperimen dengan T2 pada kelas kontrol

untuk mengatahui pengaruh penerapan pembelajaran metode pembelajaran inkuiri terbimbing.

8. Menerapkan uji statistik yang cocok untuk menentukan apakah pengaruh penerapan pembalajaran konvensional dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbingitu signifikan atau tidak.

H. Tehnik Pengambilan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes.. Tes berupa pretes dan postes. Pretes adalah test hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan awal siswa sebelum penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan postes adalah tes hasil belajar sesudah pembelajaran menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing untuk melihat ketuntasan hasil belajar dan apakah terdapat peningkatan hasil belajar fisika siswa akibat adanya perlakuan.

I. Instrumen Penelitian 1. Instrument Hasil Belajar

(47)

pengetahuan atau ingatan ( C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4). Sebelum dibuat instrumen, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal untuk menentukan menentukan ruang lingkup dan tekanan tes yang setepat-tepatnya sehingga dapat menjadi petunjuk dalam me

Gambar

Tabel 1 Desain Penelitian.......................................................................
Gambar
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun sudah banyak pengolahan pisang dalam bentuk keripik pisang aneka rasa, namun saat ini permintaan sale pisang dari para konsumen yang berasal dari luar kota belum dapat

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Klarifikasi Teknis dan Negosiasi Harga untuk paket pekerjaan PERENCANAAN PEMBANGUNAN 63 DAYAH dengan ini kami undang Saudara untuk dapat

Sektor ekonomi potensial atau sektor unggulan dapat diartikan sebagai sektor perekonomian atau kegiatan usaha yang produktif dikembangkan sebagai potensi pembangunan

[r]

Proses pengembangan media pembelajaran interaktif menggunakan adobe flash pada materi Microsoft excel di SMP 1 Gondang dikembangkan menggunakan model ADDIE yang terdiri

Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan izin dan ridho-Nya sehingga program kerja Tahunan Madrasah Aliyah Tarbiyatul Mustafid Batu Rimpang

Firewall merupakan garis pertahanan yang terdepan dari suatu organisasi, maka organisasi seharusnya menerapkan pertahanan ini dengan sungguh-sungguh untuk strategi

dapat dilihat bahwa kenaikan harga bahan baku kakao sampai dengan 50% masih menghasilkan nilai NPV dan Net B/C positif dan IRR berada diatas tingkat suku bunga bank 22%