• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa melalui pendekatan konstruktivisme

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa melalui pendekatan konstruktivisme"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh Noviandi Hamid NIM: 104017000555

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

i

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

melalui PENDEKATAN

KONSTRUKTIVISME

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Prasyarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

NOVIANDI HAMID NIM: 104017000555

Pembimbing I

Maifalinda Fatra, M.Pd NIP: 197005281996032002

Pembimbing II

Lia Kurniawati, M.Pd NIP: 197605212008012008

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH dan KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

ii

Skripsi berjudul "Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa melalui Pendekatan Konstruktivisme" oleh Noviandi Hamid, NIM 104017000555, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada Selasa, 21 Juni 2011 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak mendapat gelar sarjana SI (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Matematika.

Jakarta, Juni 2011 Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Jurusan

Maifalinda Fatra. M.Pd ... ... NIP. 19700528 199603 2 002

Sekretaris Jurusan

Otong Suhyanto. M. Si ... ... NIP. 19681104 199903 1 001

Penguji I

Abdul Muin. M.Pd ... ... NIP. 19751201 200604 1 003

Penguji II

Dra. Eni Rosda S. M. Psi ... ... NIP. 19530813 198003 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(4)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Noviandi Hamid NIM : 1040 17000 555

Jurusan : Pendidikan Matematika Angkatan Tahun : 2004 / 2005

Alamat : Jl. Ibnu Sina Ivno.63, Komp. IAIN, Ciputat, Jakarta

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa melalui Pendekatan Konstruktivisme adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan dosen :

1 Nama : Maifalinda Fatra, M.Pd NIP : 19700528 199603 2 002 Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika 2 Nama : Lia Kurniawati, M.Pd NIP : 19760521 200801 2 008 Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, Juni 2011 Yang Menyatakan

(5)

iii

Noviandi Hamid (104017000555), “Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa melalui Pendekatan Konstruktivisme” Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2011.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan solusi dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa dalam suatu kelas yang memiliki kemampuan beragam, serta untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dari berbagai tingkat kemampuan. Penelitian dilaksanakan bulan Januari sampai dengan April 2011 di YMJ (Yayasan Miftahul Jannah) Ciputat, Jakarta tahun pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini menggunakan meteodologi penelitian tindakan kelas (PTK) yang berlangsung selama dua siklus. Dalam pelaksanaan tindakan penelitian strategi instruksional Pendekatan Konstruktivisme yang digunakan adalah Tutor Sebaya, dimana subjek penelitian dikelompokan secara heterogen. Pengumpulan

data aktivitas belajar matematika siswa menggunakan lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa dan wawancara terhadap subjek penelitian. Sedangkan pengukuran hasil belajar matematika siswa menggunakan instrumen tes formatif akhir siklus.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dalam Pendekatan Konstruktivisme pada pembelajaran dengan strategi Tutor Sebaya dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa dan hasil belajar matematika siswa.

(6)

iv ABSTRACT

Noviandi Hamid (104017000555), "Effort to Improve Mathematics Learning Activities Students through Constructivist Approach" a Paper of Mathematics Education and Teacher Training Faculty Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, June 2011.

The purpose of this research is to find a solution in increasing the activity of mathematics learning in a class of varying abilities, as well as to improve mathematics learning outcomes of students from various levels of ability. Research carried out in January to April 2011 in YMJ (Yayasan Miftahul Jannah) Ciputat, Jakarta academic year 2010/2011.

This study used Classroom Action Research (CAR) which lasted for two cycles. In the implementation of the action research approach is constructivism instructional strategies used were peer tutors, where research subjects are grouped in heterogeneous. Data collection mathematics learning activities using observation sheets mathematics learning activities and interviews with research subjects. While the measurement of students' mathematics learning outcomes using test instruments formative end of the cycle.

Research results revealed that the constructivism approach to learning with Peer Tutor instructional strategies to improve student mathematics learning activities and results of mathematics learning.

(7)

v Bismillahirrahmaanirrahim

Tahmid serta syukur tak hentinya kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam. Segala inspirasi dan kemudahan dalam pencapaian sebuah kesuksesan adalah anugerah Allah SWT. Shalawat dan salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, serta umatnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah skripsi dengan judul ”Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa melalui Pendekatan Konstruktivisme” dapat penulis selesaikan dengan baik. Selama proses penyelesaian skripsi banyak elemen yang terlibat dan turut membantu membimbing penulis. Penulis ucapkan terima kasih yang tak hingga kepada:

1. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yakni Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A.

2. Ketua jurusan Pendidikan Matematika sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi I Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd atas segala kesempatan untuk berbagi ilmu dan korektor ketika penulis melakukan kekeliruan.

3. Dosen pembimbing skripsi II Ibu Lia Kurniawati, M.Pd atas segala ilmu dan inspirasi dalam mengembangkan pola pikir penulis.

4. Para dosen dan staf jurusan Pendidikan Matematika UIN Jakarta atas segala ilmu dan pengetahuan kematematikaan sehingga penulis dapat sedikit tahu bagaimana cara belajar.

5. Keluarga besar YMJ (Yayasan Miftahul Jannah) Ciputat, Jakarta atas kesempatan yang diberikan pada penulis dalam mengaplikasikan sebuah pengajaran.

(8)

vi

7. Kedua orang tua yang memberikan restu (Allahummagfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shagira), adik-kakak, keluarga besar dan

Ningsih Rizki Rodhiyah Asjhar yang senantiasa mendukung dan mendoakan

penulis hingga dapat menyelesaikan study di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terlepas dari segala kelemahan dan kekurangan, penulis memohon maaf atas segala kekeliruan yang ditimbulkan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan solusi dalam rangka perbaikan penulisan karya ilmiah selanjutnya.

Jakarta, Juni 2011

(9)

vii

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi ... i

Surat Pernyataan Karya Sendiri ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 6

a) Identifikasi Masalah ... 6

b) Pembatasan Masalah ... 6

c) Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Kerangka Teori ... 8

1. Aktivitas Belajar Matematika ... 8

a. Pengertian ... 8

b. Aktivitas-aktivitas Belajar ... 12

c. Penilaian Aktivitas dalam Pembelajaran ... 15

2. Pendekatan Konstruktivisme ... 16

a. Pengertian ... 16

b. Komponen-komponen Pendekatan Konstruktivisme ... 18

(10)

viii

Konstruktivisme ... 22

e. Strategi Tutor Sebaya ... 23

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 24

C. Pengajuan Konseptual Hipotesis Tindakan ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 26

B. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas ... 26

C. Indikator keberhasilan ... 31

D. Subjek/Partisipan yang terlibat dalam Penelitian ... 31

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 32

F. Tahapan Intervensi Tindakan ... 32

G. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 33

H. Data dan Sumber Data ... 33

I. Instrumen-instrumen Penelitian ... 33

J. Teknik Pengumpulan Data ... 35

K. Validitas dan Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi ... 35

L. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 36

M. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan ... 39

1. Kegiatan Pendahuluan ... 39

2. Siklus I ... 43

a. Tahap Perencanaan ... 43

b. Tahap Pelaksanaan... 43

c. Tahap Observasi ... 52

d. Tahap Refleksi ... 55

3. Siklus II ... 56

a. Tahap perencanaan ... 56

b. Tahap pelaksanaan ... 57

(11)

ix

d. Tahap Refleksi ... 65

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 65

C. Analisis Data ... 66

D. Interprestasi Hasil Analisis ... 68

E. Pembahasan Temuan Penelitian ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 73

Daftar Pustaka ... 74

(12)

x

[image:12.595.113.525.75.472.2]

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Rangkuman Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa ... 40 Tabel 4.2 : Skor Awal Rata-rata Observasi Aktivitas Belajar Matematik

Siswa Pra Penelitian ... 41 Tabel 4.3 : Skor Rata-rata Aktivitas Belajar Matematika Siswa Selama

Pembelajaran Siklus I ... 53 Tabel 4.4 : Nilai Tes Belajar Matematika Akhir Siklus I ... 54 Tabel 4.5 : Skor Rata-rata Aktivitas Belajar Matematika Siswa Selama

(13)

xi

[image:13.595.116.524.79.483.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kegiatan Tes Akhir Siklus I ... 55 Gambar 2 : Kegiatan Tes Akhir Siklus II ... 64 Gambar 3 : Diagram Batang Hasil Skor Rata-rata Aktivitas melalui Lembar

(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 76

Lampiran 2: LKS, Latihan, Tugas dan Kuis ... 102

Lampiran 3: Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa ... 113

Lampiran 4: Lembar Observasi Guru ... 114

Lampiran 5: Lembar Pedoman Wawancara Guru ... 116

Lampiran 6: Lembar Wawancara Siswa ... 118

Lampiran 7: Hasil Wawancara Guru dan Siswa ... 120

Lampiran 8: Tes Akhir Siklus ... 125

Lampiran 9: Daftar Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa ... 132

Lampiran 10: Perhitungan Statistik Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa ... 134

Lampiran 11 : Daftar Nilai Tes Akhir Siklus ... 135

(15)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam Al- Qur’an, Allah swt berfirman dalam surat Ar-Radu ayat 11 yang berbunyi:

…                   … 

Artinya: … Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka

sendiri …

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa betapa penting pendidik itu diperoleh karena dengan pendidikan kita dapat merubah kehidupan suatu bangsa dimasa yang akan datang.

Pendidikan atau proses pembelajaran dapat dilakukan dimana saja baik secara formal (sekolah atau lembaga yang berakitan dengan pendidikan), informal (tempat les, tempat pembinaan keterampilan) dan lingkungan sekitar (keluarga,

teman dan masyarakat). Sesuai dengan hadist Nabi saw “tuntutlah ilmu walau sampai negeri Cina”, mengapa demikian? Karena sudah sejak zaman dahulu sudah dikatakan bahwa tuntutlah ilmu ditempat dimana pendidikan itu dapat diperoleh. Jadi dapat dikatakan bahwa untuk memperoleh ilmu tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Hal ini berkaitan dengan hadist Nabi saw yang berbunyi

tuntutlah Ilmu dari buain sampai akhir hayat”.

Salah satu tempat yang diberikan kepercayaan untuk menuntut ilmu pengetahuan adalah sekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari apa yang perlu diketahui agar dapat berpikir cerdas dan bertindak cepat. Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(16)

2

mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”1

Banyak faktor yang mempengaruhi keberasilan sebuah pendidikan, antara lain fasilitas, guru, siswa dan lingkungan itu sendiri. Salah satu diantaranya yang merupakan faktor utama adalah guru. Guru adalah seseorang yang berada di garda terdepan untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia karena seorang guru berhadapan langsung dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Seorang guru diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang melibatkan siswa secara langsung atau tidak langsung dan bertanggung jawab dalam proses pembelajaran (belajar mengajar).

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menyediakan berbagai macam bidang studi untuk dipelajari oleh peserta didik. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah matematika. Beberapa tahun terakhir, medali emas dari berbagai olimpiade digenggam Indonesia. Ada kado istimewa untuk Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Sabtu (2/5), hari ini. Enam medali emas diraih pelajar SMA asal Indonesia dari ajang International Conference of Young Scientists (ICYS) 2009 di Pszczyn, Polandia, pada 24-28 April. Hasil ini sangat membanggakan, namun Surya Dharma berpendapat bahwa ajang olimpiade keilmuan internasional tersebut, jumlah siswa-siswa Indonesia yang berprestasi sangat kecil bila dibandingkan mutu prestasi belajar anak Indonesia secara keseluruhan.2

Hasil olimpiade sains yang telah dipaparkan di atas, sekiranya menjadi renungan bagi kita sebagai pendidik (guru). Mengapa demikian?. Hasil yang telah disebutkan di atas perlu kiranya dibandingkan dengan hasil PISA (Programme International Student Assessment) 2009 yang menempatkan siswa Indonesia pada

1

Undang-undang Republik IndonesiaNomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, 2003, h.9

2

(17)

urutan ke-61 dari 65 negara dengan nilai rata-rata untuk kemampuan matematika secara umum adalah 371. Sedang negara tetangga kita Thailand mendapat urutan ke-50 dengan nilai rata-rata 419.3 Rendahnya prestasi belajar matematika di Indonesia ini telah menjadi perhatian para pakar pendidikan termasuk guru-guru di sekolah.

Salah satu faktor rendahnya prestasi belajar matematika yaitu tentang kegunaan matematika itu sendiri. Matematika bukan hanya digunakan untuk memberikan kemampuan dalam perhitungan-perhitungan (kuantitatif), tetapi juga dalam penataan cara berpikir, terutama dalam pembentukan kemampuan menganalisis, membuat sintesis, melakukan evaluasi hingga kemampuan memecahkan masalah. Matematika bukanlah ilmu yang berisi hafalan rumus belaka, siswa tidak hanya sekedar menerima rumus dari guru dan menghafalnya, namun siswa harus mengetahui bagaimana rumus tersebut terjadi dan digunakan.

Rendahnya prestasi belajar matematika juga disebabkan karena aktivitas dalam pembelajaran matematika masih sangat rendah. Siswa jarang sekali mengajukan pertanyaan walaupun guru telah memancing dengan pertanyaan- pertanyaan yang sekiranya siswa belum jelas. Selain itu, aktivitas siswa dalam mencatat, membuat ringkasan dan mengerjakan soal-soal latihan masih rendah. Dalam proses pembelajaran selama ini, pada umumnya guru senantiasa mendominasi kegiatan dan segala inisiatif datang dari guru, sementara siswa sebagai obyek untuk menerima apa-apa yang dianggap penting dan menghafal materi-materi yang disampaikan oleh guru serta tidak berani mengeluarkan ide-ide pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dikatakan bahwa guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas kurang menekankan pada aspek kemampuan siswa dalam menemukan konsep-konsep dan struktur-struktur matematika berdasar pengalaman mereka sendiri.

Pada bagian lain dalam Rochamad, Ratumanan berpendapat bahwa “…

pembelajaran matematika di Indonesia bersifat behavioristik dengan penekanan pada transfer pengetahuan dan hukum latihan. Guru mendominasi kelas dan menjadi sumber utama pengetahuan, kurang

3

IP-PMRI, ”Rangking Indonesia pada PISA 2009 dan 10 Terbaik”, dari

(18)

4

memperhatikan aktivitas siswa, interaksi siswa, negosiasi makna dan kontruksi pengetahuan. 4

Proses belajar membutuhkan aktivitas karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Dalam pembelajaran, yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah siswa, sedang guru memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada SMP YMJ (Yayasan Miftahul Jannah) hanya terdapat 20% siswa aktif, 40% siswa kurang aktif dan 40% siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran. Hasil observasi ini diperkuat dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada guru dan siswa. Hasil wawancara peneliti dengan guru menyatakan bahwa 60% siswa yang tidak aktif disebabkan beberapa faktor yaitu latar belakang siswa, kesiapan siswa dalam belajar matematika, pengetahuan dasar siswa dalam pelajaran matematika.

Dari uraian di atas, menyatakan bahwa paradigma pendidikan telah mengalami pergeseran. Peristiwa belajar saat ini didasarkan pada konsep stimulus-respon mulai berganti menjadi pendekatan yang lebih manusiawi. Suatu pendekatan yang lebih menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk pembangun ilmu pengetahuan. Hal ini dikenal sebagai pendekatan konstruktivisme.5 Pendekatan yang dimana seorang guru bukan sebagai sumber pengatahuan, melainkan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dan murid bukan sebagai objek tetapi sebagai subjek (pelaku). Tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) menjadikan pengetahuan bermakna bagi siswa; (2) memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya

4

Rochmad, “Tinjauan Filsafat dan Psikologi Kontruktivime: Pembelajaran Matematika yang Melibatkan Penggunaan Pola Pikir Induktif-dedukatif”, dari http//www.rochmad-uunes-blogspot.com[19 Januari 2009]

5

(19)

sendiri; (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.6

Sejalan dengan pendapat di atas, Benny dalam bukunya mengutip pendapat Duffy dan Cunningham, dalam Jonessen (2003), mengemukakan beberapa alasan rasional dalam penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1. Semua pengetahuan dan hasil belajar merupakan proses konstruksi individu.

2. Pengetahuan merupakan konstruksi peristiwa yang dialami dari berbagai sudut pandang atau perpektif.

3. Proses belajar harus berlangsung dalam konteks yang relevan. 4. Belajar dapat terjadi melalui media pembelajaran.

5. Belajar merupakan dialog sosial yang bersifat inheren.

6. Siswa yang belajar memiliki latar belakang yang multidimensional.

7. Memahami pengetahuan yang dipelajari merupakan pencapaian utama manusia.7

Berdasarkan alasan-alasan di atas proses pembelajaran akan lebih variatif, inofatif dan konstruktif dalam merekonstruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik8. Untuk membuktikan hal tersebut, maka peneliti tergerak mengimplementasikan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan judul penelitian:

Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa melalui

Pendekatan Konstruktivisme.

6

Kunandar, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 306

7Benny A. Pribadi ………h. 155

-156

8

(20)

6

B. Indentifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah. a) Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, dapat didefinisikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya aktivitas belajar siswa? 2. Apakah pendekatan konstruktivisme dapat diterapkan pada pelajaran

matematika?

3. Bagaimana pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa?

4. Apakah pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

5. Jenis-jenis aktivitas apakah yang dapat ditingkatkan melalui pendekatan konstruktivisme?

b) Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka penulis perlu memperjelas dan memberikan arah dalam pembahasan skripsi, maka penulis berusaha memberikan batasan sesuai dengan judul, yaitu sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa di dalam kelas atau selama proses pembelajaran berlangsung (seperti: memperhatikan, bertanya, mengeluarkan pendapat, mencatat/menyalin, menggambar, membuat kontruksi, melakukan percobaan, memecahkan masalah).

2. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas belajar siswa setelah diberi pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme.

(21)

c) Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah dan fokus penelitian di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian, yaitu:

1. Bagaimana pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa?

2. Jenis-jenis aktivitas apa yang dapat ditingkatkan melalui pendekatan konstruktivisme?

3. Bagaimana pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?

C . Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menemukan solusi dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika

melalui pendekatan konstruktivisme.

2. Mendapatkan jawaban secara empiris seberapa besar Pendekatan Konstruktivisme dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.

3. Mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui Pendekatan Konstruktivisme

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru, pendekatan konstrukvisme dapat menjadi altenatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

2. Bagi siswa, dengan pendekatan konstruktivime dapat meningkatkan aktivitas belajar dan memahami materi pada pelajaran matematika. 3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi untuk

meningkatkan mutu pendidikan.

(22)

8 BAB II

KAJIAN TEORI dan PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Kerangka Teori

1. Aktivitas Belajar Matematika a. Pengertian

Belajar merupakan salah satu faktor terpenting dalam perkembangan peradaban manusia. Sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran, manusia selalu memikirkan dan berusaha untuk menjadikan segala sesuatu menjadi lebih mudah. Sehingga setiap manusia berusaha untuk mengetahui apa yang menjadi permasalahan hidup dan mencari jalan keluar atas permasalahan tersebut. Untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut, manusia memerlukan perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut dapat diperoleh berdasarkan pemikiran dan pengalaman pribadi atau melalui interaksi sosial dengan orang lain. Proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku pada manusia disebut belajar.

Belajar pada hakekatnya dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Belajar adalah proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan baik secara formal, informal, dan non formal yang dapat merubah pengetahuan yang telah diketahui dengan pengetahuan yang akan diperoleh dari hasil belajar yang bersifat dinamis.

(23)

resources.”(p.6). Belajar merupakan sebuah proses pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang terjadi manakala seseorang melakukan interaksi secara intensif dengan sumber-sumber belajar.1

Proses belajar dapat terjadi baik secara sengaja atau tidak sengaja dan berlangsung sepanjang waktu yang bermuara pada perubahan tingkah laku, pengetahuan dan sikap dari orang yang sedang belajar. Belajar akan mempunyai suatu arti ketika pengetahuan yang diperoleh mempunyai makna.Menurut Suparno, belajar yang bermakna adalah2 :

1. Belajar berarti membentuk makna, makna diciptakan dari apa yang dilihat, didengar, rasakan dan dialami oleh siswa.

2. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai. Konstruksi arti adalah proses yang terus menerus setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, dan disini akan terjadi pula proses rekonstruksi.

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi lebih sebagai perkembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.

4. Situasi ketidakseimbangan ( disequilibrium ) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar. Disequilibrium = keraguan.

5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

6. Hasil belajar seseorang tergantung dari apa yang telah diketahui sipelajar.

Sejalan dengan pendapat Suparmo di atas, Dahar mengemukakan bahwa belajar bermakna adalah “suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.”3 Banyak hal yang merupakan suatu proses belajar, contohnya ketika seseorang beriteraksi dengan lingkungan dan mengalami perubahan dari tidak bisa menjadi bisa atau dari tidak tahu menjadi tahu, maka sesungguhnya orang tersebut sedang belajar. Oleh karena perubahan berlangsung sepanjang umur manusia, maka perubahan sebagai hasil

1

Benny A. Pribadi Model Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: PT.Dian Rakyat, 2009) cet pertama, h. 6

2UPI, “

Konstruktivisme dan Belajar Mengajar Matematika”, dari http://math-upi-03-blog.friendster.com/2007/02/sedikti-tips-untuk-yang-ingin-mengajar/

3

Trianto, Model-model Pembelajaran Inofatif Berorientsi Konstruktivistik,

(24)

10

belajar haruslah positif dan memiliki makna bagi yang mengalaminya, sehingga dapat bertahan lama dalam ingatan.

Belajar secara umum dapat diartikan sebagai perubahan pada individu melalui suatu pengalaman/kegiatan. Belajar bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada di luar sana (sesuatu yang belum diketahui), tetapi belajar lebih pada bagaimana seseorang memproses dan menginterpretasikan pengalaman baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

Penjelasan di atas telah dikemukan bahwa belajar merupakan hasil dari interaksi seseorang dengan lingkungan sekitar. Interaksi tersebut dapat diartikan sebagai aktivitas. Aktivitas artinya “keaktifan, kegiatan”.4 Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku dengan suatu kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran akan menimbulkan aktivitas. Aktivitas dalam belajar yang dimaksud adalah aktivitas belajar siswa setelah diberi pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme.

Di bawah ini beberapa pandangan mengenai konsep aktivitas belajar, diantaranya5:

1. Siswa adalah suatu organisme hidup, di dalam diri beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup yang sedang berkembang. Di dalam diri terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku siswa.

2. Setiap siswa memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Setiap saat kebutuhan dapat berubah dan bertambah, sehingga variasinya semakin banyak dan beraneka ragam pula.

4

Sutan Rajasa, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Karya Utama, 2002), h.23

5

(25)

Aktivitas belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar mengajar, kedua aspek harus selalu berkaitan. Dengan begitu apapun yang dilakukan tidak terlepas dari tujuan belajar yang sebenarnya karena aktivitas dan keduanya akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal. Dalam aktivitas belajar, seseorang tidak dapat menghindari diri dari situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian.

Menurut beberapa pengertian aktivitas di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa aktivitas merupakan inti dari suatu proses belajar, karena belajar merupakan suatu kegiatan. Dapat dikatakan bahwa aktivitas merupakan asas yang terpenting karena belajar merupakan suatu kegiatan. Tanpa kegiatan atau bergerak tak mungkin seseorang dikatakan belajar.

Aktivitas belajar sangat dibutuhkan, dapat dilihat dari salah satu mata pelajaran yang sangat membutuhkan aktivitas belajar yaitu matematika. Kata matematika berasal dari kata mathaein yang mempunyai arti belajar (berpikir). Banyak orang yang berpendapat tentang arti kata matematika. Ada yang mengartikan matematika arti segi filsafat, ada yang mengartikan dari segi keilmuan dan ada yang mengartikan dari segi pengalaman sehari-hari.

Matematika secara estimologi berarti pengetahuan yang diperoleh secara bernalar. Arti bernalar disini dapat diartikan sebagai logika (pemikiran yang jelas dan tepat disertai dengan argument-argumen). Menurut Arini, ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten .6 Sedangkan dalam bidang keilmuan, matematika berperan sebagai bahasa karena sebagai komunikasi. Sejalan

6Arini, “

(26)

12

dengan pendapat Arini, Sujono juga mengemukan pengertian matematika,

yaitu “sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logic dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.”.7

Untuk mengenal matematika lebih jauh lagi, kita perlu mengetahui ciri-ciri atau mengenal sifat-sifat matematika itu sendiri. Ciri dari matematika yang pertama yaitu memiliki objek yang sangat abstrak dan kedua yaitu deduktif dan konsisten. Pengertian dari ciri yang pertama

adalah matematika tidak mempelajari obyek secara langsung (sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indra). Dalam hal ini kita perlu ketahui bahwa subtansi dari matematika itu sendiri adalah pola pikir. Kemudian pengertian dari ciri matematika yang kedua adalah suatu kesimpulan yang didapatkan dari pengalaman yang bersifat tetap.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam aktivitas belajar matematika adalah suatu kegiatan yang merubah tingkah laku dalam pengembangan pengetahuan, keterampilan dan yang diperoleh secara bernalar dan berhubungan dengan bentuk baik bersifat fisik (berhubungan dengan bilangan) dan mental (penalaran logika). Dan dapat disimpulkan definisi aktivitas belajar matematika secara oprasional yaitu kegiatan yang dilakukan siswa di dalam kelas atau selama proses pembelajaran berlangsung seperti memperhatikan, bertanya, mengerluarkan pendapat, mencatat/menyalin, menggambar, membuat kontruksi, melakukan percobaan dan memecahkan masalah.

b. Aktivitas-aktivitas Belajar

Kegiatan/aktivitas belajar, guru perlu menimbulkan aktivitas belajar siswa dalam berbuat dan berpikir. Hal ini perlu diperhatikan karena

7Hamzah, “

(27)

pada dasarnya pengetahuan bukanlah hasil transfer ilmu. Pengetahuan disusun dan dilaksakan oleh siswa itu sendiri (aktif) dan bimbingan oleh guru (scoffolding). Aktivitas yang dilakukan oleh siswa dan guru ini akan membuat kesan dalam proses belajar. Bila keduanya berpartisipasi aktif, maka siswa memiliki ilmu/pengetahuan dengan baik. Menurut Bahri, aktivitas belajar yaitu “mendengar, memandang, meraba, membau dan menicip/mengecap, menulis atau mencatat, membaca, membuat ikhtisar/ringkasan, mengamati (tabel, diagram, bagan), menyusun paper, mengingat, berfikir, latihan dan praktek”.8

Saat belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian. Hasil penelitian Dierdrich menyimpulkan bahwa terdapat 177 macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain sebagai berikut:9

1) Visual activities, membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.

2) Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi dan sebagainya.

3) Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan diskusi, musik, pidato dan sebagainya.

4) Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin dan sebagainya.

5) Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan sebagainya.

6) Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya.

8

Syaiful Bahri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h.38-45 9

(28)

14

7) Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya.

8) Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya.

Prinsip aktivitas yang diuraikan di atas didasarkan pada pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman siswa sendiri. Guru mempunyai tugas merangsang keaktifan dengan menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mengelola dan mencerna adalah siswa itu sendiri sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses dari keaktifan siswa.

Dari aktivitas yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa aktivitas belajar matematika yang sesuai dengan pedekatan konstruktivisme untuk mengarahkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, yaitu :

Indikator Aktivitas

Visual Oral

Writing Drawing Mental

Aspek yang diamati

Memperhatikan penjelasan guru atau teman

Menanyakan materi yang belum dipahami

Merespon/menjawab pertanyaan Menyalin/mencatat materi Mengerjakan tugas

(29)

c. Penilaian Aktivitas dalam Pembelajaran

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dengan melakukan aktivitas siswa dapat memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena:10

1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral.

3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa. 4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.

6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru.

7. Pengajaran diselenggarakan secara realitas dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalitas.

8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.

Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar dan bagaimana siswa memperoleh pengetahuan tersebut. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:

1. Memperhatikan penjelasan guru saat proses belajar mengajar, 2. Mengemukan pendapat,

3. Terlibat dalam pemecahan masalah,

10

(30)

16

4. Bertanya kepada guru atau siswa lain apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi,

5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, 6. Berusaha memecahkan soal atau masalah yang sejenis,

Dari uraian di atas, bahwa proses belajar (aktivitas belajar) ini mengacu pada pandangan konstruktivisme yang memfokuskan pada kesuksesan siswa. Kesuksesan yang dimaksud adalah bagaimana siswa mengorganisasikan pengalaman dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan melalui asimilasi (menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki) dan akomodasi (menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengatahuan yang baru didapat dari orang lain).

2. Pendekatan Konstruktivisme a. Pengertian

Pendekatan dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau

berpusat pada guru (teacher centered approach).11

Proses belajar mengajar akan menentukan hasil yang akan diperoleh. Hasil ini dapat dilihat dari kemajuan siswa dalam proses belajar. Siswa akan berperan sebagai subjek yang melakukan proses dan guru berperan sebagai fasilitator. Maka pendekatan akan bertujuan kepada siswa yang sedang belajar. Pendekatan ini akan membutuhkan beberapa

11

(31)

strategi, metode dan taktik dalam belajar. Inilah tugas dari seorang guru. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan konstruktivisme.

Konstruktivisme artinya “kehidupan merancang atau

membangun”.12 Asal kata konstruktivisme yaitu “to construct” yang

berarti “membentuk”. Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil konstruksi atau bentukan diri kita sendiri. Dengan kata lain, kita akan miliki pengetahuan apabila kita terlibat aktif dalam proses penemuan pengetahuan dan pembentukannya dalam diri kita. Agus Suprijono berpendapat bahwa semua pengetahuan adalah hasil dari kegiatan atau tindakan seseorang. Tanpa adanya interaksi/tindakan dengan objek, seseorang tidak dapat mengontruksi pengetahuan.

Teori konstrutivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi (asimilasi dan akomodasi). Satu ide dari Vygostky adalah scoffolding yakni “pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangan dan mengurangi bantuan tersebut dan memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggungjawab yang semakin besar segera setelah anak dapat

melakukannya”.13

Control belajar dipegang oleh sibelajar. Bantuan yang diberikan pada pembelajar dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.Vygotsky menggunakan istilah Zo-ped yaitu suatu wilayah tempat bertemunya antara pengertin spontan anak (pengertian yang didapatkan dari pengalaman sehari-hari) dengan pengertian sistematis, logis orang dewasa. Teori Vygotsky menekankan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran, yang berlangsung ketika siswa bekerja

12Sutan Rajasa, ………, h.325 13

(32)

18

dalam Zone of proximal depelopment yaitu tingkat perkembangan sedikit diatas tingkat perkembangan seorang anak saat ini.

Piaget juga mengumukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seorang. Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan yang telah dimiliki untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain.

b. Komponen-komponen Pendekatan Konstruktivisme

Implementasi pendekatan konstruktivisme dalam kegiatan pembelajaran perlu memerlukakan beberapa komponen penting sebagai berikut.14

1. Belajar aktif (active learning).

2. Siswa terlibat dalam aktivits pembelajaran yang bersifat otentik dan situasional.

3. Aktifitas belajar harus menarik dan menantang.

4. Siswa harus mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya dalam sebuah proses yang disebut

bridging”.

5. Siswa harus merefleksikan pengetahuan yang sedang dipelajari. 6. Guru harus lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang dapat

membantu siswa dalam melakukan konstruksi pengetahuan. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya sekadar berperan sebagai penyaji informasi.

7. Guru harus dapat memberi bantuan berupa scoffolding yang diperlukan oleh siswa dalam menempuh proses belajar.

Setting pembelajaran konstruktivistik yang mendorong konstruksi pengetahuan secara aktif memiliki beberapa ciri: (1) menyediakan peluang kepada siswa belajar dari tujuan yang ditetapkan dan mengembangkan

(33)

ide secara lebih luas; (2) mendukung kemandirian siswa belajar dan berdiskusi, membuat hubungan, merumuskan kembali ide-ide dan menarik kesimpulan sendiri; (3) sharing dengan siswa mengenai pentingnya pesan bahwa dunia adalah tempat yang kompleks di mana terdapat pandangan yang multi dan kebenaran sering merupakan hasil interpretasi; (4) menempatkan pembelajaran berpusat pada siswa dan penilaian yang mampu mencerminkan berpikir divergen siswa.

Proses pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa faktor-faktor yang melandasi kegiatan pembelajaran, yaitu15:

1. Berikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan belajar dalam konteks nyata. Belajar terjadi manakala siswa menerapkan pengetahuan yang dipelajari dalam mengatasi permasalahan.

2. Ciptakan aktifitas belajar kelompok. Belajar merupakan sebuah proses yang berlangsung melalui interaksi sosial antara guru dan siswa dalam menggali dan mengaplikasikan kombinasi pengetahuan yang telah mereka miliki.

3. Ciptakan model dan arahkan siswa untuk mendapat mengkonstruk pengetahuan. Guru dan siswa bekerja sama untuk mencari solusi terhadap suatu permasalahan. Guru, yang pada umumnya memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas/ekstensif, perlu memberi arah yang konsisten agar siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang bermakna.

c. Desain Sistem Pembelajaran Kontruktivisme

Gagnon dan Collay (2001) mengemukakan sebuah desain system pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontruktivisme. Desain yang dikemukakan terdiri atas beberapa komponen penting dalam pendekatan

15Benny A. Pribadi………

(34)

20

aliaran konstruktivisme16 yaitu situasi, pengelompokan, pengaitan, pertanyaan, eksibisi dan refleksi.

1. Situasi

Komponen ini menggambarkan secara komprehensif tentang maksud dan tujuan dilaksanakannya aktivitas pembelajaran.

2. Pengelompokan

Komponen ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan interaksi dengan sejawat.

3. Pengaitan

Komponen ini dilakukan untuk menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa dengan pengetahuan yang baru (asimilasi).

4. Pertanyaan

Komponen ini merupakan hal yagn penting dalam aktivitas pembelajaran karena akan memunculkan gagasan asli yang merupakan inti dari pendekatan konstruktivisme.

5. Eksibisi

Komponen ini dapat mengetahui pengetahuan seperti apa yang telah dibangun oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. 6. Refleksi

Komponen ini pada dasarnya memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir kritis tentang pengalaman belajar yang telah mereka tempuh baik secara personal maupun kolektif dengan bimbingan dari guru (scoffolding).

Berdasarkan teori Vygotsky yang telah dikemukakan di atas maka pembelajaran dapat dirancang/didesain dalam model pembelajaran konstruktivis di kelas sebagai berikut:

1. Identifikasi prior knowledge danmiskonsepsi. Identifikasi awal terhadap gagasan intuitif yang mereka miliki terhadap

16

(35)

lingkungannya dijaring untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan akan munculnya miskonsepsi yang menghinggapi struktur kognitif siswa. Identifikasi ini dilakukan dengan tes awal, interview.

2. Penyusunan program pembelajaran. Program pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan pelajaran.

3. Orientasi dan elicitasi. Situasi pembelajaran yang kondusif dan mengasyikkan sangatlah perlu diciptakan pada awal-awal pembelajaran untuk membangkitkan minat mereka terhadap topik yang akan dibahas. Siswa dituntun agar mereka mau mengemukakan gagasan intuitifnya sebanyak mungkin tentang gejala-gejala yang mereka amati dalam lingkungan hidupnya sehari-hari. Pengungkapan gagasan tersebut dapat memalui diskusi, menulis, ilustrasi gambar dan sebagainya. Gagasan-gagasan tersebut kemudian dipertimbangkan bersama. Suasana pembelajaran dibuat santai dan tidak menakutkan agar siswa tidak khawatir dicemooh dan ditertawakan bila gagasan-gagasannya salah. Guru harus menahan diri untuk tidak menghakiminya. Kebenaran akan gagasan siswa akan terjawab dan terungkap dengan sendirinya melalui penalarannya dalam tahap konflik kognitif.

4. Refleksi. Dalam tahap ini, berbagai macam gagasan-gagasan yang bersifat miskonsepsi yang muncul pada tahap orientasi dan elicitasi direflesikan dengan miskonsepsi yang telah dijaring pada taha pawal. Miskonsepsi ini diklasifikasi berdasarkan tingkat kesalahan

dan kekonsistenannya untuk memudahkan

merestrukturisasikannya.

5. Resrtukturisasi ide, berupa: (a) tantangan, (b) konflik kognitif dan diskusi kelas, (c) membangun ulang kerangka konseptual.

(36)

22

mereka untuk menerapkan konsep yang benar tersebut dalam berbagai macam situasi untuk memecahkan masalah yang instruktif dan kemudian menguji penyelesaian secara empiris.Mereka akan mampu membandingkan secara eksplisit miskonsepsi mereka dengan penjelasan secara benar.

7. Review dilakukan untuk meninjau keberhasilan strategi pembelajaran yang telah berlangsung dalam upaya mereduksi miskonsepsi yang muncul pada awal pembelajaran. Revisi terhadap strategi pembelajaran dilakukan bila miskonsepsi yang muncul kembali bersifat sangat resisten. Hal ini penting dilakukan agar miskonsepsi yang resisten tersebut tidak selamanya menghinggapi struktur kognitif, yang pada akhirnya akan bermuara pada kesulitan belajar dan rendahnya prestasi siswa bersangkutan.

d. Kelebihan dan kekurangan Pendekatan Konstruktivisme Beberapa kelebihan pendekatan konstruktivisme:

1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan dengan bahasa sendiri.

2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif. 3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru. 4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang

telah dimiliki siswa.

5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka 6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Beberapa kekurangan pendekatan konstruktivisme: 1. Pendekatan ini akan membutuhkan banyak waktu.

(37)

3. Saat siswa mengkonstruksi pengetahuan akan terdapat miskonsepsi karena setiap siswa mempunyai pendapat yang berbeda dalam pembelajaran.

4. Terkadang RPP yang telah dibuat akan mengalami perubahan saat pelaksanaannya.

Salah satu cara untuk mengatasi kekurang pada pendekatan konsrtuktivisme yaitu stratergi tutor sebaya.

3. Strategi Tutor Sebaya

Arti luas dari sumber belajar adalah pengetahuan yang tidak hanya berasal dari guru. Sumber belajar dapat berasal dari orang lain selain guru, misalnya teman dari kelas yang lebih tinggi, teman sekelas atau keluarganya dirumah. Sumber belajar bukan guru dan berasal dari orang lain yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai.

Menurut Dedi Supriyadi, tutor sebaya adalah “seseorang atau beberapa siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa lain yang mengalami kesulitan belajar. Totur sebaya diambil dari kelompok yang berprestasi tinggi”.17 Tutor berfungsi sebagai pelaksana mengajar yang cara mengajarnya telah disiapkan secara khusus dan terperinci. Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan.

Sejalan dengan pendapat Dedi di atas, Ischak dan Warji berpendapat, tutor sebaya adalah “sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran memberikan bantuan kepada siswa yang

17

(38)

24

mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang sedang

dipelajarinya”.18

Maka dapat disimpulkan bahwa tutor sebaya adalah pembelajaran yang pelaksanaannya dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil, yang sumber belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran, siswa yang menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga pada saat dia memberikan bimbingan ia sudah dapat menguasai bahan yang akan disampaikan.

Strategi tutor sebaya lebih mudah diberikan pada siswa karena biasanya sisw aleih mudah menerima penjelasan dari temannya. Karena dalam hal ini siswa tidak merasa enggan enggan bertanya, takut dan malu dalam meminta penjelasan dan bantuandari teman sebaya. Dengan strategi ini diharapkan siswa yang mempunyai kemampuan kurang dapar serta aktif dalam pembelajaran diskusi kelompok.

B. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

1. Fani Prima Ardiana, dalam penelitiannya yang berjudul “Keefektifan Penerapan Pendekatan Konstruktivisme terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Trigonometri di SMA Negeri 15 Semarang kelas X Semester 2 Tahun Pelajaran 2006/2007”, memberikan kesimpulan bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran juga terus mengalami peningkatan pada setiap pembelajarannya, dan perubahan sikap serta tanggapan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivis semakin membaik.

2. Palupi, Anteng Retno (2009) Upaya Meningkatkan Keberanian Siswa Mengerjakan soal-soal Latihan di depan kelas Melalui Pendekatan

Konstruktivisme (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP

Darussalam Surakarta). Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Hasil penelitian ini adalah: 1) Adanya peningkatan keberanian

18

(39)

siswa yaitu sebelum tindakan 16,1%, pada putaran I 30,35%, pada putaran II 49,1%, pada putaran III 74,1%, 2) Adanya peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas yaitu sebelum tindakan 25%, pada putaran I 28,57%, pada putaran II 50%, dan pada putaran III 78,57%.

C. Pengajuan Konseptual Hipotesis Tindakan

Diterapkannya pendekatan konstruktivisme dapat membuka ruang yang luas bagi siswa untuk mengalami sebuah pengalaman belajar yang lebih bermakna, berkesan dan menyenangkan. Pendekatan konstruktivisme lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari (asimilasi) dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya (akomodasi).

Pendekatan Konstruktivisme akan memperdayakan pengetahuan siswa dengan cara memberi kebebasan untuk mencari pemecahan masalah dengan bantuan/petunjuk guru. Namun tidak menuntut kemungkinan bahwa pemecahan masalah dapat dilakukan sesama siswa (tutor sebaya), hal ini dapat membantu guru dalam mengatasi siswa yang kesulitan saat pembelajaran di kelas.

(40)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

[image:40.595.117.523.87.468.2]

Penelitian ini dilaksanakan bulan Januari sampai dengan April 2011 di SMP YMJ (Yayasan Miftahul Jannah) yang beralamat di Jl. Limun no. 27 Ciputat Timur kelas VIII tahun pelajaran 2010/2011 dengan perincian sebagai berikut.

Tabel 1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Januari Februari Maret April

1 Persiapan dan

perencanaan √

2 Observasi (Studi

lapangan) √

3 Pelaksanaan

Pembelajaran √ √

4 Analisis Data √

5 Laporan penelitian √

B. Tahapan Pelaksaan Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research. PTK adalah “suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa”.1 Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Elliot, penelitian tindakan adalah

“kajian tentang kajian sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan mempelajari pengaruh yang ditimbulkannya”.2

1

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), cet. Ke-7, h. 3

2

(41)

Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan dua siklus. Dalam hal ini, yang dimaksud siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula.

[image:41.595.142.518.217.563.2]

Setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan/observasi (observation), dan refleksi (reflection). Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai berdasarkan indikator keberhasilan. Keempat tahapan dari suatu siklus dalam sebuah PTK digambarkan dalam sebuah bagan berikut:

Gambar 1: Siklus dalam PTK

Sumber: Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 16)

Perencanaan

SIKLUS I Pelaksanaan

Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

(42)

28

Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus I yang terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu “perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi”.3

a. Perencanaan (planning)

Setelah mengamati kondisi real pembelajaran yang terjadi di kelas, kemudian peneliti mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang terjadi. Selanjutnya peneliti merencanakan tindakan apa yang akan dikenakan terhadap subjek penelitian. Pada tahap perencanaan, meliputi kegiatan:

1. Mengembangkan perangkat pembelajaran dan merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Merancang instrumen penelitian.

b. Pelaksanaan (action)

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan tindakan penelitian sesuai dengan skenario yang telah direncanakan dalam RPP.

c. Pengamatan (observation)

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini peneliti bekerja sama dengan guru kolaborator. Guru kolaborator melakukan pengamatan dan mendokumentasikan semua proses yang terjadi dalam tindakan pembelajaran, baik kelemahan metode pembelajarannya, ketidaksesuaian antara tindakan dengan skenario pembelajaran, maupun respon subjek penelitian yang berbeda dengan yang diharapkan. Selain itu guru kolaborator memberikan penilaian terhadap instrumen penelitian (aktivitas belajar matematika).

d. Refleksi (reflection)

Peneliti beserta guru kolaborator mengevaluasi tindakan penelitian yang telah dilakukan, baik itu kelemahan metode pembelajaran, ketidaksesuaian antara tindakan dengan skenario pembelajaran, maupun respon subjek penelitian yang berbeda dengan yang diharapkan. Hasil yang diperoleh dalam siklus ini dibandingkan dengan indikator keberhasilan kinerja, apakah sudah mencapai keberhasilan kinerja yang diharapkan atau belum, jika belum hasil evaluasi ini menjadi bahan pertimbangan dalam

3

(43)

menentukan hal apa saja yang perlu diperbaiki dalam tindakan siklus selanjutnya.

Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

Adapun bagan dari desain penelitian di atas adalah sebagai berikut:

KegiatanPendahuluan:

1) Observasi proses pembelajaran di kelas 2) Observasi tingkat aktivitas belajar siswa 3) Wawancara dengan guru kelas

4) Wawancara dengan siswa Siklus I Perencanaan

Tindakan

a. Membuat RPP siklus I b. Membuat LKS

c. Membuat pedoman observasi d. Membuat pedoman wawancara

e. Membuat soal tes Siklus I untuk siswa Pelaksanaan

Tindakan

a. Memberikan LKS

b. Penyampaian materi melalui pendekatan konstruktivisme

c. Memberikan tes formatif

d. Guru memberikan bantuan (scoffolding) dalam memahami, mengerjakan dan memecahkan masalah.

e. Memberikan tes akhir siklus I

(44)

30

Observasi Tindakan

a. Kolaborator mengobservasi proses pendekatan konstrutivisme.

b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.

c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa

Refleksi Tindakan

Peneliti bersama kolaborator mengevalusi proses pembelajaran silkus I. Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan hasil evaluasi siklus I

digunakan sebagai acuannya.

Siklus II Perencanaan Tindakan

a. Membuat RPP siklus II dengan ditambah hasil refleksi pada siklus I

b. Membentuk kelompok yang terdiri 3 - 4 siswa secara heterogen.

c. Membuat pedoman observasi d. Membuat pedoman wawancara

e. Membuat soal tes Siklus II untuk siswa Pelaksanaan

Tindakan

a. Memberikan LKS

b. Penyampaian materi melalui pendekatan konstruktivisme

c. Memberikan tes formatif

d. Guru memberikan bantuan (scoffolding) dalam memahami, mengerjakan dan memecahkan masalah.

e. Memberikan tes akhir siklus I

f. Penilaian tes formatif dan tes akhir siklus II

(45)

h. Penilaian tes formatif dan tes akhir siklus II i. Dokumentasi

Observasi Tindakan

a. Kolaborator mengobservasi proses pendekatan konstrutivisme.

b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.

c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa

Refleksi Tindakan

Peneliti bersama kolaborator mengevalusi proses pembelajaran silkus II. Hasil penelitian siklus II dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus selanjutnya

C.Indikator keberasilan

Berdasarkan desain yang telah dipaparkan di atas, maka apakah siklus selanjutnya perlu dilanjutkan atau tidak, sedangkan penelitian akan dihentikan dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:

1. Hasil pengamatan melalui lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa menunjukkan peningkatan aktivitas belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil persentase seluruh indikator aktivitas mencapai rata-rata 70%.

2. Tes yang diberikan setiap akhir siklus menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai ≥ 70.

D. Subjek/partisipan yang terlibat dalam Penelitian

(46)

32

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana tindakan penelitian dan pewawancara terhadap subjek penelitian. Peneliti bekerja sama dengan guru kolaborator yang bertugas: (a) Mengamati aktivitas belajar matematika siswa dan menulisnya dalam instrumen catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa serta memberikan skor pada instrumen aktivitas belajar matematika siswa. (b) Mengamati pelaksanaan tindakan penelitian dan menuangkannya dalam lembar catatan evaluasi tindakan penelitian. (c) Bersama peneliti mengevaluasi tindakan penelitian yang telah dilakukan pada suatu siklus tertentu dalam tahap refleksi dan (d) mendokumentasikan aktivitas pembelajaran dalam bentuk foto-foto selama penelitian berlangsung.

F. Tahapan Intervensi Tindakan

(47)

G. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan dari penelitian ini adalah meningkatnya aktivitas belajar matematika siswa dan hasil belajar matematika siswa sesuai dengan indikator keberhasilan.

H. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data kuantitatif : nilai tes siswa pada setiap akhir siklus

2. Data kualitatif : hasil observasi aktivitas belajar matematika siswa, catatan evaluasi tindakan penelitian/keterangan, hasil wawancara guru dan siswa, serta hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari seluruh siswa kelas VIII SMP YMJ (Yayasan Miftahul Jannah) tahun pelajaran 2010/2011 sebagai subjek penelitian, guru kolaborator dan peneliti.

I. Instrumen-instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu:

1. InstrumenTes

Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir pembelajaran, tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil belajar matematika siswa dan ketuntasan belajar siswa terhadap seluruh materi yang telah diberikan pada ke dua siklus sebagai implikasi dari PTK. Tes yang digunakan telah memenuhi validitas content dan validitas konstruksi.

2. Instrumen Non Tes

Dalam instrumen non tes ini digunakan instrumen sebagai berikut: a. Instrumen aktivitas belajar matematika siswa, untuk mengukur

(48)

34

[image:48.595.149.523.109.483.2]

subjek penelitian tindakan. Berikut adalah tabel kisi-kisi instrumen aktivitas belajar matematika siswa:

Tabel 3

Kisi-kisi instrumen aktivitas belajar matematika siswa

No

Indikator aktivitas

belajar

Butir-butir Pernyataan Nomor butir

1 Visual

activities

Memperhatikan penjelasan

teman/guru 1

2 Oral activities Menanyakan materi yang belum

dipahami kepada teman/guru 2 Merespon/ Menjawab

pertanyaan teman/guru 3

3 Writing

activities

Menyalin/mencatat materi

pembelajaran 4

Mengerjakan tugas 5

4 Drawing

activities Menggambar pola 6

5 Mental

activities

Memecahkan/menjawab

permasalahan/persoalan 7

Tabel 4

Kisi-kisi penskoran instrumen aktivitas belajar matematika siswa Alternatif pengamatan Skor

Pasif 1

Kurang Aktif 2

Aktif 3

Keterangan:

Pasif (1) = jika persentase aktivitas belajar siswa kurang dari 30%

Kurang Aktif (2) = jika persentase aktivitas belajar siswa berkisar 30% - 65%

(49)

b. Catatan evaluasi tindakan penelitian/keterangan, bertujuan untuk mengevaluasi apakah pelaksanaan tindakan penelitian telah sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah direncanakan dan hal-hal lain yang terjadi selama pelaksanaan tindakan penelitian berlangsung. Sehingga dapat memperbaiki tindakan selanjutnya.

c. Pedoman wawancara, wawancara dilakukan terhadap subjek penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui aktivitas belajar matematika siswa pada indikator-indikator aktivitas serta hal-hal lain berkaitan dengan pendekatan konstruktivisme.(terlampir)

J. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan ini data-data yang dikumpulkan berupa informasi tentang:

1. Data hasil belajar matematika siswa

Data hasil belajar matematika siswa diperoleh dari tes formatif setiap akhir siklus.

2. Data aktivitas belajar matematika siswa

Data aktivitas belajar matematika siswa diperoleh dari hasil observasi aktivitas belajar matematika siswa, catatan evaluasi tindakan penelitian/keterangan, hasil wawancara guru dan siswa, serta hasil dokumentasi aktivitas pembelajaran saat tindakan berlangsung.

Setelah semua data terkumpul, peneliti bersama guru kolaborator melakukan analisis dan evaluasi data untuk mengambil kesimpulan tentang perkembangan aktivitas belajar matematika siswa, tentang kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.

K. Validitas dan Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi

(50)

36

a. Tes :

 Validitas Validitas content (isi) yaitu validitas yang mengukur tujuan intruksional khusus pada materi.

 Validitas konstruk yaitu validitas yang setiap butir soalnya terdapat

aspek berpikir yang sesuai dengan tujuan intruksional khusus. b. Non Tes :

 Teknik triangulasi yaitu: menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Untuk memperoleh informasi tentang aktivitas siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa.

 Teknik member chek yaitu: memeriksa kembali data-data yang

telah terkumpul, baik te

Gambar

Tabel 4.1 : Rangkuman Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa  ............   40
Gambar 1 : Kegiatan Tes Akhir Siklus I  ........................................................
Tabel 1 Jadwal Penelitian
Gambar 1: Siklus dalam PTK
+7

Referensi

Dokumen terkait

untuk mengumpulkan data aktivitas belajar siswa dan kinerja guru.. selama penelitian tindakan kelas berlangsung dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 2 Sinar Semendo dengan

Hal ini dikarenakan rendahnya aktivitas belajar siswa saat pembelajaran berlangsung. Kegiatan pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru. Dalam kegiatan pembelajaran

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dapat diketahui bahwa aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan

Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika di kelas V SDN 006 Pangkalan Indarung Kecamatan Singingi Kabupaten Kuansing masih rendah, sehingga

Aktivitas belajar siswa merupakan segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung didalam kelas. Aktivitas belajar siswa pada

Berdasarkan hasil analisis data tentang aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta data tentang hasil belajar siswa sebelum dan

Berdasarkan wawancara dengan Kepala SekolahKamad dan Wakil Kepala Madrasah Wakamad, adapun salah satu yang menyebabkan rendahnya aktivitas belajar siswa tidak hanya yang disebutkan