• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paryono, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika melalui Pendekatan Konstruktivisme... 61

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Paryono, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika melalui Pendekatan Konstruktivisme... 61"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 3

SUKOREJO KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK SEMESETER I TAHUN 2013/2014

Oleh: Paryono

SD Negeri 3 Sukorejo, Gandusari, Trenggalek

Abstrak. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) Upaya guru kelas VI agar dapat menerapkan model belajar konstruktivisme sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa; (2) Peningkatan prestasi belajar siswa kelas VI setelah guru menerapkan pendekatan konstruktivisme. Penelitian ini tergolong pada penelitian tindakan par-tisipan. Lokasi penelitian tindakan ini adalah Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Sedangkan Obyek penelitian ini adalah guru dan siswa Kelas VI Semester I Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014 yang berjumlah 31 siswa. Berdasarkan pada hasil penelitian ini, dapat peneliti rumuskan beberapa kesimpulan, diantaranya: (1) Dalam Pendekatan Konstruktivisme, setiap materi pelajaran yang baru, harus dikaitkan dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang ada sebelumnya. Pendekatan Konstruktivisme dalam pembelajaran dapat diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran lain selain mata pelajaran Matematika Pokok bahasan Pengerjaan hitung campuran; (2) Dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme terjadi peningkatan prestais belajar siswa pada setiap siklusnya yaitu nilai rata-rata siswa sebelum siklus 65,48 dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 54,84%, pada siklus I mengalami peningkatan nilai rata-rata siswa menjadi sebesar 71,61 dengan prosentase ketuntasan sebesar 67,74% dan pada akhir siklus II tercapai ketuntasan sebesar 93,55% dengan nilai rata-rata sebesar 87,42.

Kata kunci: pendekatan konstruktivisme, matematika, kelas VI

Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh siswa untuk mencapai tujuan. Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikhis yang berlang-sung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap (Winkel, 1984).

Nasution (2001) belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri pebelajar (siswa). Belajar adalah suatu kegiatan yang disengaja untuk mengubah tingkah laku sehingga diperoleh kecakapan baru (Sukirin, 1984).

Hilgard yang dikutip oleh Pasaribu (1983) berpendapat bahwa Learning in the process by wich an activity oreginiles or is changed trough responding to a situation provided the changed can not be attributed

to growth or the temporary sate of the organisme as in fatique or under druges. Artinya belajar adalah suatu proses kegiatan yang menghasilkan aktivitas baru atau perubahan kegiatan karena reaksi lingkungan. Perubahan itu tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh perubahan atau kesadaran sementara orang tersebut karena kelelahan atau karena obat-obatan, sehingga orang tersebut tidak sadar terhadap keadaan dirinya.

Perubahan yang dimaksud adalah perubahan pengetahuan, kecakapan dan tingkah laku. Perubahan itu diperoleh dengan latihan dan pengalaman bukan perubahan dengan sendirinya.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dilakukan

(2)

secara sadar, baik itu perubahan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan, dan perubahan tesebut dilakukan secara berkesinambungan.

Prestasi belajar merupakan suatu bukti terjadinya suatu perubahan tingkah laku pada seseorang yang melakukan kegiatan belajar. Tingkah laku memiliki unsur sub-jektif dan unsur motoris. Unsur subsub-jektif adalah unsur rohaniah, dan unsur motoris adalah unsur jasmaniah.

Menurut Hamalik (2001), prestasi be-lajar akan tampak pada setiap perubahan pa-da aspek-aspek tersebut. Aspek-aspek terse-but meliputi: (1) pengetahuan, (2) penger-tian, (3) kebiasaan, (4) keterampilan, (5) apresiasi, (6) emosional, (7) hubungan sosial, (8) jasmani, (9) etis dan budi pekerti, dan (10) sikap.

Dari beberapa pendapat tentang kon-sep prestasi belajar tersebut, maka prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat belajar dan prestasi belajar. Adapun penjabarannya sebagai berikut.

Minat belajar, berkaitan erat dengan perasaan individu, objek, dan aktivitas. Ada dua hal yang diperhatikan kaitannya dengan minat, yaitu: minat sebagai dorongan dan minat sebagai kebutuhan. Minat adalah ke-cenderungan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai ke-inginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut.

Minat belajar adalah suatu dorongan atau keinginan individu dalam hal ini siswa, sebagai upaya untuk mencapai prestasi belajar yang dilakukan. Membangkitkan minat belajar pada siswa sulit dilaksanakan bila proses belajar hanya menekankan pada satuan-satuan kurikulum, sistem kenaikan kelas, sistem ujian, yang mengutamakan kontinuitas dan pendalaman belajar (Sukmadinata, 2001).

Minat belajar pada siswa ada yang bersifat sementara (jangka pendek) dan ber-sifat menetap (jangka panjang). Beberapa hal yang dapat diusahakan untuk membang-kitkan minat belajar siswa secara menetap

(jangka panjang) yaitu, pemilihan bahan pembelajaran yang berarti bagi anak, men-ciptakan kegiatan belajar yang dapat mem-bangkitkan dorongan untuk menemukan, menterjemahkan materi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, dan materi disampaikan dalam bentuk siswa aktif, anak banyak terlibat dalam proses belajar.

Woodworth (1951) mengatakan bah-wa prestasi (achivement) adalah actual ability and can be measured directly by use of test. Artinya prestasi menunjukkan suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes.

Berkaitan dengan prestasi belajar, belajar akan lebih mudah dan dapat dirasakan bila belajar tersebut mengetahui hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, maka perubahan-perubahan itu harus dapat diamati dan dinilai. Hasil dari pengamatan dan penilaian inilah umumnya diwujudkan dalam bentuk prestasi belajar.

Prestasi belajar merupakan prestasi belajar yang diukur dengan menggunakan tes karena prestasi belajar berupa keteram-pilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan, dan nilai dan sikap.

Menurut Gagne yang dikutip oleh Badawi (1987) mengatakan bahwa prestasi belajar dapat diukur dengan menggunakan tes karena prestasi belajar berupa keteram-pilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan, dan nilai dan sikap.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan prestasi belajar seseorang yang dapat dilihat secara nyata oleh orang lain dan hasil kerja tersebut dapat diukur secara langsung dengan tes.

Dalam pandangan konstruktivis, stra-tegi memperoleh lebih diutamakan diban-dingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tu-gas guru adalah memfasilitasi proses terse-but dengan: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2)

(3)

memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

Landasan berpikir pendekatan kons-truktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Pendekatan Kons-truktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Nurhadi, 2003).

Menurut Wuryadi (2000) dalam proses pembelajaran, pendekatan Konstruk-tivisme merupakan pendekatan yang mem-berikan pengakuan terhadap keragaman siswa. Dalam pandangan pendekatan kons-truktivisme ini diakui bahwa siswa, pada awal proses pembelajaran, telah memiliki konsep kognitif, afektif dan psikomotor ter-tentu sebagai akibat pembelajaran dan pengalaman sebelumnya. Bertolak dari pe-ngetahuan awal dan pengalaman ini, siswa membangun sendiri pandangan mereka terhadap pengetahuan baru yang sedang diperolehnya.

Prinsip pendekatan konstruktivisme merupakan belajar bermakna dapat dicapai melalui pengalaman dan refleksi terhadap pengalaman. Pengalaman dalam hal ini bu-kanlah pengalaman orang lain yang diabs-traksikan dan dikumpulkan dalam sebuah buku, tetapi pengalaman langsung yang dilakukan sendiri. Pengalaman itu selanjut-nya harus diikuti dengan analisis dan refleksi.

Jonassen yang dikutip oleh Fahrurrazy (2000) menyatakan bahwa dalam pandangan pendekatan konstruktivisme sebuah realitas ada dalam pikiran mereka yang mengetahui, sehingga merekalah yang membentuk atau

sekurang-kurangnya menafsirkan realitas berdasarkan persepsi mereka sendiri. Se-bagai implikasinya Pendekatan Konstruk-tivisme lebih menekankan bagaimana pengetahuan dibangun dengan bantuan pe-ngalaman, pengetahuan awal dan keyakinan yang dimiliki untuk menafsirkan obyek-obyek dan peristiwa penting.

Sesungguhnya pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme memiliki bebe-rapa kelebihan, namun pada kenyataan im-plementasinya pada kelas-kelas pendidikan di Indonesia masih mempunyai banyak kendala. Bagi guru kendala-kendala yang ditemui diantaranya: (1) Guru-guru SD adalah tenaga pendidik yang telah melaku-kan proses pembelajaran bertahun-tahun dengan pendekatan tradisional. Guru akan kesulitan untuk mengubah pendekatan pem-belajarannya dengan pembelajaran yang baru; (2) Pendekatan konstruktivisme me-merlukan waktu yang lama untuk menye-lesaikan sebuah konsep, sedangkan sistem pendidikan menuntut terselesainya target kurikulum; (3) Guru konstruktivis dituntut untuk lebih kreatif dan berwawasan luas, namun kondisi perekonomian guru dan tingkat pendidikan membatasi akses guru, utamanya untuk memanfaatkan perkem-bangan teknologi informasi; (4) Pendekatan Konstruktivisme menuntut adanya peruba-han sistem evaluasi, sedangkan sistem pen-didikan Indonesia masih mempergunakan sistem evaluasi yang tradisional; (5) Guru telah terbiasa dengan kurikulum terkontrol sedangkan pendekatan konstruktivisme memerlukan kurikulum yang fleksibel.

Dari beberapa kendala pelaksanaan strategi pembelajaran tersebut, diharapkan mampu diatasi oleh beberapa kelebihan yang dimiliki oleh pendekatan konstruk-tivisme tersebut.

Zamroni (1999) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar mengajar konstruktivisme. Diantaranya: (1) murid harus selalu aktif selama proses pembelajaran, (2) proses aktif adalah proses membuat segala sesuatu

(4)

masuk akal, (3) interpretasi selalu dipenga-ruhi oleh pengetahuan sebelumnya, (4) kegiatan belajar mengajar tidak hanya proses pengalihan pengetahuan, tetapi juga pengalihan keterampilan dan kemampuan. Berikut ini bagan tahapan belajar mengajar konstruktivisme, yang meliputi: (1) pema-nasan apersepsi, (2) eksplorasi, (3) kon-solidasi pembelajaran, (4) pembentukan sikap dan perilaku, dan (5) penilaian formatif.

ALOKASI WAKTU

PEMANASAN-APERSEPSI Tanya jawab tentang pengetahuan dan

pengalaman → 5-10%

EKSPLORASI

Mengaitkan pengetahuan anak dengan

materi → 25-30%

KONSOLIDASI PEMBELAJARAN Negoisasi dalam rangka mencapai

pengetahuan baru → 35-40% ↓

PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU

Pengetahuan diproses menjadi nilai, sikap dan perilaku

→ 10% ↓

PENILAIAN FORMATIF → 10%

Gambar 1 Bagan Tahapan Belajar Mengajar Konstruktivisme

Berdasarkan bagan tersebut di atas, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut: (1) Pemanasan apersepsi, meliputi: (a) pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami siswa, (b) motivasi siswa dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi siswa, dan (c) siswa didorong agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang baru; (2) Eksplorasi, meliputi: (a) materi/ keterampil-an baru diperkenalkketerampil-an, (b) kaitkketerampil-an materi dengan pengetahuan yang sudah ada pada siswa, dan (c) mencari metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan penerima-an siswa akpenerima-an materi baru; (2) Konsolidasi Pembelajaran, meliputi: (a) libatkan siswa secara aktif dalam menafsirkan dan me-mahami materi ajaran baru, (b) libatkan

siswa secara aktif dalam problem solving, (c) letakkan penekanan pada kaitan struk-tural, yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan/ kehi-dupan di dalam lingkungan, dan, (d) cari metodologi yang paling tepat sehingga ma-teri ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan siswa; (3) Pembentukan Sikap dan Perilaku, meliputi: (a) siswa didorong untuk menerapkan konsep/ pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari, (b) siswa membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasar-kan pengertian yang dipelajari, dan (c) cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan pada sikap dan perilaku siswa; (4) Penilaian Formatif, meliputi: (a) kem-bangkan cara-cara untuk menilai hasil pem-belajaran siswa, (b) gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan siswa dan masalah-masalah yang dihadapi oleh guru, dan (c) cari metodologi yang paling tepat dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas ialah Aritmatika, Aljabar, geometri dan analisis (analysiss) dimana arti dari aritmatika mencakup antara lain teori bilangan dan statistik, selain itu Matematika adalah ratunya ilmu (matematice is the queenn science) maksudnya antara lain ialah bahwa Matematika itu tidak tergantung pada bidang studi lain, misalnya bahasa, dan agar dapat dipahami orang dengan tepat kita harus menggunakan simbul dan istilah yang cermat yang disepakati secara bersama.

Disini penulis mengambil contoh pada geometri bidang, pada giometri bidang itu terdapat unsur-unsur terutama antara lain ialah titik, garis, lengkungan dan bidang, sekarang kita tinjau pengertian titik. Titik itu dianggap ada tetapi tidak dapat dinyatakan dalam suatu kalimat dengan tepat, sebab titik itu adalah unsur yang tidak dide-finisikan.

(5)

Dengan kata lain hanya mampu memberikan penjelasan misalnya “titik itu adalah suatu, yang mempunyai ukuran Panjang, luas, isi atau berat, “yang juga belum jelas”. Meskipun demikian kita sepakat bahwa titik itu ada.

Dari unsur-unsur yang tidak dide-finisikan dan rumusan unsur-unsur lainnya yang kita definisikan itu di buat suatu asumsi-asumsi dasar atau aksioma-aksioma atau postulat-postulat dalam hal ini aksioma dan postulat penulis samakan yaitu per-nyataan dasar dalam Matematika tidak di-sangsikan kebenarannya karena kebenar-annya tidak di sangsikan lagi.

Dari unsur-unsur yang tidak didefi-nisikan, unsur-unsur yang didefinisikan aksioma atau postulat disusunlah teori-teori atau dalil-dalil yang benar (dapat di buktikan) yang berlaku umum. Dalil-dalil yang dirumuskan itu banyak sekali, jadi Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tak didefinisikan keunsur-unsur yang didefinisikan, aksioma-aksioma dan dalil-dalil dimana dalil-dalil itu setelah dibuktikan kebenarannya, berlaku secara umum. Karena itu Matematika sering disebut ilmu deduktif.

Obyek langsung dalam Matematika ialah fakta, keterampilan proses dan aturan (principal) untuk mempelajari obyek-obyek langsung ataupun untuk mempelajari topik-topik dalam Matematika tidak dapat sembarangan.

Topik-topik dalam Matematika itu tersusun secara hirarki mulai dari yang mendasar atau sudah sampai kepada yang paling sukar. Setiap orang yang ingin belajar Matematika dengan baik harus melalui jalur-jalur pasti telah tersusun secara logis. Di samping itu setelah anak memahami fakta, keterampilan konsep dan aturan obyek-obyek langsung itu harus dilatih dan di fahamkannya juga.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) Upaya guru kelas VI agar dapat menerapkan model belajar konstruktivisme sehingga

mampu meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VI SDN 3 Sukorejo Gandusari Trenggalek pada bidang studi Matematika dengan materi pokok pengerjaan hitung campuran yang disampaikan oleh guru; (2) Peningkatan prestasi belajar siswa kelas VI dalam pembelajaran matematika setelah guru menerapkan pendekatan konstruk-tivisme.

METODE PENELITIAN

Subyek penelitian adalah guru kelas VI SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gan-dusari Kabupaten Trenggalek. Penelitian ini tergolong pada penelitian tindakan partisi-pan. Zuriah (2003) mengatakan bahwa orang yang akan melakukan penelitian tin-dakan haruslah terlibat dalam proses pe-nelitian dari awal. Untuk itu tepatlah bahwa kedudukan peneliti sebagai guru kelas.

Lokasi penelitian tindakan ini adalah SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandu-sari Kabupaten Trenggalek. Sedangkan Ob-yek penelitian ini adalah guru dan siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Treng-galek Tahun 2013/2014 yang berjumlah 31 siswa.

Sumber data yang dimaksudkan adalah manusia dan non manusia. Sumber data manusia dalam penelitian tindakan ini adalah guru Kelas VI, serta siswa Kelas VI Semester I tahun 2013/2014 SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek.

Sedangkan sumber data non manusia berupa dokumentasi hasil pengamatan dan catatan observasi peneliti, hasil evaluasi belajar, dan dokumen lain yang relevan dengan ruang lingkup penelitian.

Penggunaan prosedur pengumpulan data yang tepat dapat diperoleh data yang objektif dalam kegiatan penelitian. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini diantaranya: observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis

(6)

transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun oleh peneliti. Pekerjaan analisis meliputi kegiatan mengerjakan data, menata, membagi menja-di satuan-satuan yang dapat menja-dikelola, men-sintesiskannya, mencari pola, menemukan apa yang penting dan apa yang akan peneliti laporkan (Bogdan dan Biklen, 1982).

Miles dan Hubermen (1984) mengatakan analisis data perlu dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Selanjutnya Nasution (1988) mengatakan bahwa analisis data adalah proses menyusun, mengkategorikan data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk memahami maknanya.

Dalam kegiatan analisis data tersebut, akan didapatkan dua jenis data yaitu, data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil obeservasi yang dilakukan pada setiap tahap kegiatan, dan data kuantitatif berupa prestasi belajar atau prestasi belajar yang didapatkan oleh siswa dalam melaku-kan proses pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme.

Teknis analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Adapun teknik analisis data yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan cara menganalisis, mensintesis, me-maknai, menerangkan, dan menyimpulkan. Kegiatan penelaahan pada prinsipnya dilak-sanakan sejak awal data dikumpulkan, (2) mereduksi data yang di dalamnya melibat-kan kegiatan mengkategorimelibat-kan dan peng-klasifikasian, dan (3) menyimpulkan dan memferivikasi. Dan kegiatan reduksi selanjutnya dilakukan penyimpulan terakhir dan selanjutnya diikuti kegiatan verifikasi atau pengujian terhadap temuan penelitian.

HASIL PENELITIAN

Implementasi pendekatan konstruk-tivisme memiliki peran yang sangat penting dalam usaha untuk meningkatkat motivasi

dan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandu-sari Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/ 2014. Paparan data ini diperoleh dari ke-giatan pengamatan dan observasi peneliti bersama mitra guru selama kegiatan pene-litian berlangsung. Catatan-catatan prestasi tersebut diwujudkan dalam bentuk hasil evaluasi yang dilakukan akhir kegiatan setiap siklus.

Refleksi Awal

Dalam penelitian ini, peneliti bersama mitra guru mengidentifikasi permasalahan yang ada di Kelas VI yaitu tentang rendahnya nilai hasil belajar mata pelajaran Matematika.

Perencanaan

Peneliti berkolaborator dengan mitra guru merancang rencana tindakan pada siklus I, yaitu mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, mempersiapkan lembar observasi siswa, mempersiapkan lembar observasi guru, mempersiapkan lembar penilaian, dan mempersiapkan lembar evaluasi.

Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1

Untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai proses pembelajaran matematika dengan menerapkan model belajar konstruktivisme, peneliti diskripsi-kan dalam langkah-langkah berikut ini: (a) Kegiatan awal: guru menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti proses pembelajaran dengan cara berdo’a terlebih dahulu, guru mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan cara mengaitkan pengetahuan sebe-lumnya dengan materi yang akan dipelajari, guru memberi motivasi dengan cara me-nyampaikan atau menjelaskan tujuan pelajari materi yang akan dibahas, mem-bentuk kelompok belajar; (b) Kegiatan inti: siswa mendengarkan uraian materi dari guru secara ringkas, siswa mengerjakan lembar kegiatan secara berkelompok, diskusi secara

(7)

klasikal dengan bimbingan guru, guru mem-bimbing siswa untuk membuat kesimpulan, masing-masing siswa mencatat kesimpulan; (c) Kegiatan akhir: guru melakukan pe-nilaian atau refleksi terhadap kegiatan pem-belajaran yang telah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, penegasan catatan siswa masing-masing siswa mengerjakan lembar test individu.

Pengamatan Siklus I

Berdasarkan observasi di Kelas VI da-pat direkam hal-hal sebagai berikut. (1) Bagi Kelas VI SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek, siswa-sis-wi tampak lebih siap untuk mengikuti pela-jaran, perhatian siswa terhadap pelajaran meningkat. Indikator observasi ada/lah ke-banyakan siswa aktif dalam menyajikan tu-gas kelompok, cukup banyak yang meng-acungkan tangan tetapi frekuensi siswa un-tuk bertanya masih kurang, sudah banyak siswa yang mampu mengerjakan tugas tepat waktu, akan tetapi siswa masih sulit ber-komunkasi dengan bahasa yang mudah di-pahami oleh teman sebaya. Dari aktivitas belajar yang diberikan oleh siswa diperoleh prosentase rata-rata sebesar 64,29 dan ter-masuk dalam kategori aktivitas cukup baik; (2) Dari segi guru dapat diberikan hasil sebagai berikut. (a) guru lebih mudah dalam menyampaikan materi karena guru tidak terlalu banyak menerangkan konsep. Dalam hal ini guru hanya memberikan penjelasan hal-hal yang pokok, (b) materi yang disampaikan sesuai dengan sasaran yang diinginkan, (c) guru lebih mudah dalam mengarahkan proses belajar mengajar, (d) akan tetapi guru masih sulit menjadi fasi-litator dan motivator secara merata, karena guru dalam penguasaan metode pembela-jaran belum optimal, sehingga waktu yang dipergunakan dalam menerapkan metode ini tidak sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan. Dari aktivitas guru ini mem-peroleh rata-rata aktivitas sebesar 71,43% dan termasuk dalam kriteria cukup baik.

Berdasarkan paparan data kegiatan siklus I, maka diperoleh hasil pengamatan dan observasi peneliti berkaitan dengan upaya peningkatan prestasi belajar siswa melalui pendekatan konstruktivisme.

Secara umum, hasil dari observasi dan catatan peneliti selama kegiatan penelitian berlangsung, menunjukkan bahwa pendekat-an konstruktivisme berdampak positif terha-dap minat belajar bidang studi Matematika, sehingga berpengaruh terhadap prestasi be-lajar siswa Kelas VI SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Treng-galek pada bidang studi matematika pokok bahasan Pengerjaan hitung campuran.

Dalam penelitian tindakan ini, minat belajar siswa dapat didiskripsikan melalui keaktifan kegiatan siswa selama melakukan kegiatan pembelajaran. Asumsi peneliti bila siswa aktif dalam kegiatan belajar, dipasti-kan bahwa minat belajar siswa terhadap materi pembelajaran itu lebih besar. Demiki-an juga sebaliknya. SedDemiki-angkDemiki-an prestasi belajar siswa ditunjukkan oleh nilai hasil evaluasi setiap akhir kegiatan (akhir siklus).

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan belajar menga-jar pada tahap siklus I, dapat dicatat keaktif-an siswa dalam mengikuti kegiatkeaktif-an belajar mengajar (diskusi kelas) dengan pendekatan konstruktivisme yang disampaikan oleh peneliti. Adapun paparan hasil observasi sebagai berikut.

Tabel 1 Nilai Hasil Belajar Matematika pada Siklus I

No Nama Siswa Nilai

% Ketuntasan Tuntas Tuntas Tidak 1 Resti Mei Tanti Lanna 80 T -

2 Rizki Nur Fajar 70 T -

3 Sylvia Eka Hari Setyo 80 T - 4 Wisnu Taurenz Yudho Susanto 60 - TT 5 Ade Dea Maulidina 90 T - 6 Anissa Fitriani 60 - TT 7 Aprilia Safira Hastiti 80 T - 8 Avy Adi Nadia Tulloh 80 T - 9 Bagus Angi Saputro 90 T - 10 Elva Trisetiana 70 T - 11 Erika Riza Anggoyan Nurdianti 80 T -

(8)

No Nama Siswa Nilai

% Ketuntasan Tuntas Tuntas Tidak 12 Guntur Adi Pratama 70 T - 13 Ibnu Ubaidilah Ahmad 80 T - 14 Lutfi Ahmad Fathoni 60 - TT 15 Marhaindra Maulana Diwirya 70 T - 16 Mellynia Mega Arinda 80 T - 17 Muhammad Wildan Nasrulloh 50 - TT 18 Nanda Putri Sholikhah 80 T -

19 Nur Akhmalia 60 - TT

20 Ossa Nadila Ulua 80 T - 21 Puspa Wulan Agustin 70 T - 22 Salsabila Nur Imaniya 80 T - 23 Azka Nadzi Rotul Faizah 70 T - 24 Naopa Sutianingsih Purba 60 - TT 25 Asti Wulandari 60 - TT

26 Suhendra 80 T -

27 Adrias Dwi Prasetyo 50 - TT 28 Dendi Medianto 60 - TT 29 Holif Nurhabibah 60 - TT 30 Lena Novitasari 80 T - 31 Riska Wahyu Novalia Sari 80 T -

Jumlah 2220 21 10

Rata-Rata 71.61 67.74 32.26

Selanjutnya peneliti distribusikan prestasi belajar siswa di atas pada Tabel 3.

Tabel 2 Distribusi Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I

Responden Frekwensi Baik Sedang Kurang Prestasi Belajar

Siswa 31 2 19 10

Prosentase 6.45 61.29 32.26

Keaktifan siswa dalam mengikuti ke-giatan belajar mengajar masih terpengaruh oleh strategi konvensional (ceramah) dalam artian komunikasi satu arah yang disampai-kan oleh guru pada kegiatan belajar menga-jar sebelumnya. Dari data observasi aktivitas siswa diperoleh prosentase keaktifan 64,29%. Dari hasil prosentase tersebut me-nunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam ke-giatan belajar mengajar mulai menunjukkan aktivitas yang berarti. Di samping itu, dari hasil evaluasi Siklus I dapat diketahui bahwa adanya peningkatan prestasi belajar

siswa dari sebelum siklus. Untuk hasil evaluasi Siklus I ini siswa yang memperoleh hasil evaluasi baik ada 2 siswa dengan prosentase 6,45%, yang tergolong sedang ada 19 siswa dengan prosentase 61,29%, sedangkan prestasi belajar tergolong kurang 10 siswa dengan prosentase 32,26%.

Refleksi

Berdasarkan paparan data tentang aktivitas dan prestasi belajar siswa Kelas VI SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandu-sari Kabupaten Trenggalek, peneliti melaku-kan refleksi dari hasil temuan kegiatan penelitian sebagai berikut: (1) aktivitas sis-wa dalam kegiatan belajar mulai nampak terlihat ada peningkatan dibandingkan de-ngan kegiatan belajar mengajar sebelumnya, (2) beberapa siswa cepat dalam mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, se-hingga hasil evaluasi belajar yang dilakukan oleh guru beberapa siswa tidak mengalami kesulitan (3) beberapa siswa sudah ada keberanian dalam menyampaikan pendapat, dan (4) kegiatan diskusi sudah terkesan hidup dan berjalan, tetapi masih didominasi oleh siswa yang pandai.

Selanjutnya untuk membuktikan ke-efektifan Pendekatan Konstruktivisme dalam kegiatan belajar mengajar dalam upaya peningkatan minat dan prestasi belajar siswa Kelas VI SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Trenggalek, akan dijabarkan lebih lanjut pada kegiatan siklus II. Adapun paparan penjabaran hasil dari kegiatan pada siklus II ini adalah sebagai berikut: (a) Rencana Perbaikan Tindakan, berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, rencana perbaikan tindakan yang dilakukan pada siklus berukutnya adalah sebagai berikut: kepala sekolah lebih intensif dalam memberikan bimbingan dan motivasi kepada guru kelas VI agar mampu menguasai metode pembelajaran secara maksimal, serta agar dapat menjadi fasilita-tor dan motivafasilita-tor pembelajaran secara merata, guru agar lebih memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran,

(9)

guru agar mampu memotivasi siswa khusus-nya siswa dengan kemampuan sedang dan rendah untuk lebih aktif dalam kegiatan diskusi.

Kegiatan Siklus II Perencanaan

Perencanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II, tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I, hanya saja pada siklus ini ditambah dengan perbaikan tindakan yang telah disusun oleh peneliti bersama mitra guru pada siklus sebelumnya.

Pelaksanaan Tindakan

Diksripsi dari proses pembelajaran pada siklus II peneliti tampilkan dalam langkah-langkah pembelajaran berikut ini: (a) Kegiatan awal: guru menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti proses pembelajaran dengan cara berdo’a terlebih dahulu, guru mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan cara mengaitkan pengetahuan sebe-lumnya dengan materi yang akan dipelajari, guru member motivasi dengan cara me-nyampaikan atau menjelaskan tujuan pelajari materi yang akan dibahas, mem-bentuk kelompok belajar; (b) Kegiatan inti: siswa mendengarkan uraian materi dari guru secara ringkas, siswa mengerjakan lembar kegiatan secara berkelompok, diskusi secara klasikal dengan bimbingan guru, guru membimbing siswa untuk membuat kesim-pulan, masing-masing siswa mencatat ke-simpulan; (c) Kegiatan akhir: guru melaku-kan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, penegasan catatan siswa masing-masing siswa menger-jakan lembar test individu.

Pengamatan

Berdasarkan paparan data kegiatan siklus II, maka diperoleh peningkatan prtestasi belajar siswa melalui pendekatan konstruktivisme.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan belajar mengajar pada tahap siklus II, dapat dicatat keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konstruktivisme yang disampaikan oleh peneliti. Adapun paparan hasil observasi sebagai berikut.

Tabel 3 Nilai hasil Belajar Siswa Pada Siklus II No Nama Siswa Nilai % Ketuntasan

Tuntas Tuntas Tidak 1 Resti Mei Tanti Lanna 70 T - 2 Rizki Nur Fajar 90 T - 3 Sylvia Eka Hari Setyo 100 T - 4 Wisnu Taurenz Yudho

Susanto 100 T -

5 Ade Dea Maulidina 80 T - 6 Anissa Fitriani 100 T - 7 Aprilia Safira Hastiti 100 T - 8 Avy Adi Nadia Tulloh 90 T - 9 Bagus Angi Saputro 80 T - 10 Elva Trisetiana 70 T - 11 Erika Riza Anggoyan

Nurdianti 80 T -

12 Guntur Adi Pratama 80 T - 13 Ibnu Ubaidilah Ahmad 100 T - 14 Lutfi Ahmad Fathoni 80 T - 15 Marhaindra Maulana

Diwirya 60 - TT

16 Mellynia Mega Arinda 100 T - 17 Muhammad Wildan

Nasrulloh 60 - TT

18 Nanda Putri Sholikhah 80 T -

19 Nur Akhmalia 100 T -

20 Ossa Nadila Ulua 90 T - 21 Puspa Wulan Agustin 80 T - 22 Salsabila Nur Imaniya 90 T - 23 Azka Nadzi Rotul

Faizah 80 T - 24 Naopa Sutianingsih Purba 90 T - 25 Asti Wulandari 100 T - 26 Suhendra 100 T -

27 Adrias Dwi Prasetyo 80 T - 28 Dendi Medianto 100 T - 29 Holif Nurhabibah 90 T - 30 Lena Novitasari 90 T - 31 Riska Wahyu Novalia

Sari

100 T -

Jumlah 2710 29 2

(10)

Selanjutnya peneliti tampilkan distribusi prestasi blajar siswa pada Tabel 4.

Tabel 4 Distribusi Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II

Responden Jumlah Baik Prestasi Belajar Sedang Kurang

Siswa 31 18 11 2

Prosentase 58.06 35.48 6.45

Pada sikklus II tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar lebih baik dibanding pada siklus I. Hal ini dapat prosentase keaktifan 82,14%. Dari hasil prosentase tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar sudah menunjukkan aktivitas yang berarti. Di samping itu, dari hasil evaluasi Siklus I dapat diketahui bahwa adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada Siklus II ini. Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh hasil evaluasi baik ada 18 siswa dengan prosentase 58,06%, yang tergolong sedang ada 11 siswa dengan prosentase 35,48%, sedangkan prestasi belajar tergolong kurang 2 siswa dengan prosentase 6,45%.

Refleksi

Berdasarkan observasi dan penga-matan yang dilakukan oleh peneliti didapat-kan temuan sebagai berikut: (1) terlihat ada peningkatan yang signifikan terhadap aktivi-tas dan presaktivi-tasi siswa dalam mengikuti ke-giatan belajar mengajar, (2) sebagian besar siswa lebih cepat memahami dan mem-pelajari materi yang disampaikan oleh guru, (3) sebagian besar siswa ada keberanian dalam menyampaikan pendapat, dan (4) kegiatan diskusi sudah terkesan hidup dan berjalan, dan tidak lagi didominasi oleh siswa yang pandai, sehingga aktivitas siswa dalam belajar mempermudah pencapaian tujuan yang direncanakan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan konstruktivisme sangat efektif dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan grafik perkembangan belajar siswa pada Gambar 1.

Gambar 1 Perkembangan Hasil Nilai Belajar Siswa

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00

SEB. SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

65,48 71,61 87,42 54,84 67,74 93,55 NILAI RATA-RATA KETUNTASAN

(11)

Proses Penganalisis dan Refleksi

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengendap-kan apa yang baru dipelajarinya, sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang meru-pakan pengayaan atau revisi dari penge-tahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima.

Dalam penelitian ini refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan tim peneliti adalah dengan cara mendiskusikan hasil kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini. Kegiatan tersebut meliputi: (I) analisis, (2) sintesis, (3) pemaknaan, (4) penjelasan, dan (5) penyimpulan data dan informasi yang dikumpulkan.

Berdasarkan paparan data tersebut, maka dapat penelitian tindakan ini dapat direfleksikan sebagai berikut: (1) Pende-katan Konstruktivisme memiliki dampak siswa aktif di dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga motivasi belajar siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Treng-galek Tahun 2013/2014, dalam kegiatan be-lajar mata pebe-lajaran Matematika mengalami peningkatan yang berarti; (2) Dalam Pen-dekatan Konstruktivisme, setiap materi pela-jaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disesuaikan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Karena itulah dalam Pen-dekatan Konstruktivisme, kegiatan belajar mengajar harus dimulai dengan hal yang sudah dikenal dan dipahami siswa. Agar siswa aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa sehingga siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. Demikian juga guru harus dapat menciptakan situasi yang kondusif, sehingga materi pelajaran selalu tampak menarik dan tidak membosankan; (3) Pen-dekatan Konstruktivisme dalam pembela-jaran dapat diaplikasikan dalam kegiatan

belajar mengajar mata pelajaran lain selain mata pelajaran Matematika. Namun yang perlu dicatat, bahwa penggunaan strategi belajar, harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa, baik itu lingkungan belajar, maupun kemampuan masing-masing indivi-du; (4) Hal yang perlu diingat dalam peng-gunaan Pendekatan Konstruktivisme dalam kegiatan belajar mengajar adalah: (a) pusat kegiatan belajar mengajar adalah siswa aktif, (b) pembelajaran dimulai dengan hal yang sudah diketahui dan dipahami siswa, (c) bangkitkan motivasi belajar dengan membuat materi pelajaran sebagai hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa, dan (d) guru harus selalu mengenali materi pelajaran dan metode pembelajaran yang membuat siswa bosan, dan hal ini harus segera ditanggulangi; (5) Pendekatan Kons-truktivisme, mengkondisikan siswa belajar dengan meningkatkan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar. Sehingga pendekatan konstruktivisine yang digunakan dalam pe-nelitian tindakan kelas ini diharapkan mam-pu rneningkatkan aktivitas, dan prestasi be-lajar siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014.

Dari hasil refleksi tersebut, hasil pene-litian tindakan ini perlu kiranya ditingkatkan lagi pelaksanaanya dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dihasilkan kualitas pen-didikan yang bermutu.

Berdasarkan pada pembahasan rumus-an masalah dalam penelitirumus-an tindakrumus-an ini, menunjukkan bahwa Pendekatan Konstruk-tivisme dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Matematika bagi siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Treng-galek dimaksudkan untuk: meningkatkan aktivitas siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan prestasi siswa

Berkaitan dengan usaha meningkatkan prestasi belajar, belajar akan lebih mudah dan dapat dirasakan bila belajar tersebut mengetahui hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti perubahan-perubahan yang

(12)

terjadi pada individu, maka perubahan-perubahan itu harus dapat diamati dan dinilai. Hasil dari pengamatan dan penilaian inilah umumnya diwujudkan dalam bentuk prestasi belajar.

Prestasi yang diperoleh oleh siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Treng-galek Tahun 2013/2014 menunjukkan pe-ningkatan lebih baik. Hal ini ditunjukan dari hasil observasi peneliti dalam serangkaian kegiatan penelitian tindakan, khususnya giatan belajar mengajar di kelas. Hasil ke-giatan yang diperoleh meliputi, peningkatan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian ini, dapat peneliti rumuskan beberapa kesim-pulan, diantaranya: (1) Dalam Pendekatan Konstruktivisme, setiap materi pelajaran yang baru, harus dikaitkan dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang ada sebelumnya. Pendekatan Konstruktivisme dalam pembelajaran dapat diaplikasikan da-lam kegiatan belajar mengajar mata pelajar-an lain selain mata pelajarpelajar-an Matematika Pokok bahasan Pengerjaan hitung cam-puran; (2) Dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan konstruk-tivisme terjadi peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap siklusnya yaitu nilai

rata-rata siswa sebelum siklus 65,48 dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 54,84%, pada siklus I mengalami peningkatan nilai rata-rata siswa menjadi sebesar 71,61 dengan prosentase ketuntasan sebesar 67,74% dan pada akhir siklus II tercapai ketuntasan sebesar 93,55% dengan nilai rata-rata sebesar 87,42. Dengan de-mikian maka hipotesis dalam penelitian ini telah terbukti kebenarannya.

Saran

Guru hendaknya mempertimbangkan pemberian materi pembelajaran dengan me-ngenalkan kepada siswa dengan meng-gunakan berbagai macam strategi. Salah satu strategi pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan konstruktivisme. Pene-rapan Pendekatan Konstruktivisme dalam kegiatan belajar mengajar di kelas perlu ditingkatkan, dengan harapan siswa dapat terpacu minat dalam belajar. Pendekatan ini perlu diulang-ulang dengan memberikan materi yang sederhana menuju ke materi yang lebih variatif. Minat belajar siswa dapat dimunculkan dengan berbagai macam teknik dan metode yang disampaikan oleh guru. Pendekatan Konstruktivisme merupa-kan salah satu cara yang dapat ditawarmerupa-kan oleh peneliti. Dengan harapan bila motivasi belajar siswa meningkat dimungkinkan prestasi belajar yang diperoleh siswa juga akan meningkat pula.

DAFTAR RUJUKAN

Bogdan, R. C., & Biklen, S. K. 1982. Quali-tative Research In Education. Boston: Allyn & Bacon

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengujar. Jakarta: PT Bumi Aksara Miles, M. B., & Hubermen, A.M. 1984.

Analisis Data Qualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Uni-versitas Indonesia, Jakarta

Nasution, S. 2001. Metode Penelilian Natur-alistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nurhadi, & Senduk, G., A., 2003.

Pem-belajaran Kontekstual dan

Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sukirin. 1984. Psikologi Belajar. Yogya-karta: FIP IKIP Yogyakarta

Winkel, 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia Woodworth, R., 195 1. Psichology. New

York: Henry Holt & CO

Zuriah, N. 2003. Penelitian Tidakuri dalarn Bidang Pendidikan dan Sosial. Edisi Pertarna. Malang: Bayu Media Publishing

Gambar

Gambar 1 Bagan Tahapan Belajar Mengajar  Konstruktivisme
Tabel 1 Nilai Hasil Belajar Matematika pada  Siklus I
Tabel 2 Distribusi Prestasi Belajar Siswa Pada  Siklus I
Tabel 3 Nilai hasil Belajar Siswa Pada Siklus II
+2

Referensi

Dokumen terkait

• Harga pokok meliputi harga faktur ditambah semua beban yg dikeluarkan sampai barang tiba / ada di gudang pembeli / importir.. • Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak

Merkez, üst kontrol limiti ve alt kontrol limitini belirlenip, klasik istatistik kalite kontrol grafikleri oluşturularak ve daha sonra bulan ı k istatistiksel kalite

Persentase nilai harapan peternak di Kecamatan Rengat Barat terhadap adopsi teknologi inseminasi buatan terlihat bahwa 40 orang peternak menyatakan tinggi (51,9%), 35

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui (1) Kemampuan siswa mengkonstruksi pengetahuan fisika tentang elastisitas bahan dan hukum Hooke melalui pembelajaran dengan metode

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, dengan sifat rahman dan rahim-Nya telah memberikan berkat dan kesempatan dan kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat

Pada gambar 3 menunjukkan bahwa penyisihan BOD mengalami fluktuasi secara keseluruhan, hal tersebut karena ozon bersifat tidak stabil dan terdekomposisi secara

Anda akan diberi 1 pak korek api pada masing-masing sesi yaitu pada sesi latihan, working 1, working 2 dan working 3 serta mendapatkan lem untuk merekatkan korek api

Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Disfungsi Ereksi pada Karyawan Kantor di Kecamatan Grogol, Sukoharjo.. Correlation between Physical Activity and Erectile Dysfunction at Office