• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN SUKOHARJO"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS

DI KABUPATEN SUKOHARJO

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Diajukan oleh

IIN ANANINGSIH

H0304076

Kepada :

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penyusun panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat, karunia, hidayah, dan kemudahan-Nya kepada

penyusun sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan.

Laporan penelitian ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pertanian untuk jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penyusun tak lepas dari bantuan

berbagai pihak. Unruk itu pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Ir. Agustono, Msi. Selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial

Ekonomi/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H, MP. Selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus sebagai pembimbing

akademik dan pembimbing utama yang telah memberikan kemudahan,

bimbingan, dukungan, semangat, kritik, dan masukan yang sangat berharga

bagi penulis.

4. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. Selaku pembimbing pendamping yang

telah bersedia memberikan bantuan, kemudahan, pengarahan serta bimbingan

sehingga penyusun dapat melewati masa perkuliahan sampai penyusunan

laporan penelitian ini.

5. Prof. Dr. Ir. Hj. Suprapti Supardi, MP. Selaku dosen penguji yang telah

memberikan banyak masukan serta bantuan dalam penyusunan laporan

penelitian ini.

6. Kepala Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan

(4)

commit to user

iv

memberikan bantuan dalam menyediakan data-data serta informasi yang

diperlukan dalam penyusunan laporan penelitian ini.

7. Bapak (Sadiyo) dan ibu (Giyem) yang selalu setia menjadi pemberi semangat

dan mendoakan di setiap langkah penyusun, serta seluruh keluarga besar

Bapak Sonodiharjo.

8. Mz. Bekti atas semua doa, semangat, dan dukungan yang telah diberikan pada

penyusun dan memberi warna dalam hidup penyusun..

9. Sahabat-sahabatku syta, vea&nui yang selalu ada dan memberikan dukungan

serta semangat kepada penyusun.

10.Teman-teman Agrobisnis Angkatan 2004 terimakasih untuk kebersamaannya,

specially yang masih tersisa “trimakasih buat smangatnya....!!”

11.Semua pihak yang telah membantu sehingga penyusun mampu menyelesaikan

laporan penelitian ini.

Penyusun sangat menyadari masih banyak kekurangan yang dilakukan

dalam pembuatan laporan penelitian ini baik dari segi penyajian maupun

pembahasannya. Untuk itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun yang dapat membantu dalam memperbaiki pembuatan laporan

penelitian selanjutnya.

Akhirnya penyusun berharap semoga laporan penelitian yang jauh dari

sempurna ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi

penyusun sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin

Surakarta, April 2011

(5)

commit to user

v DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL . ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

RINGKASAN ... xi

SUMMARY ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian……….………… ... 6

II. LANDASAN TEORI... 7

A. Penelitian Terdahulu ……… ... 7

B. Tinjauan Pustaka ……… ... 9

1. Komoditas Telur ... 9

2. Analisis Permintaan ... 11

3. Elastisitas Permintaan ... 17

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 24

D. Hipotesis... 28

E. Asumsi-asumsi ……… ... 28

F. Pembatasan Masalah ……… ... 28

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28

III. METODE PENELITIAN ... 31

A. Metode Dasar Penelitian ... 31

(6)

commit to user

vi

C. Jenis dan Sumber Data ... 31

D. Teknik Pengambilan Data ... 32

E. Metode Analisis Data ... 32

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Alam ... .. 39

B. Keadaan Penduduk ... 40

C. Keadaan Sarana Perekonomian ... 43

D. Keadaan Umum Peternakan ... 44

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

B. Hasil Analisis dan Pembahasan ... 61

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA

(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Periode 2003-2008 ... 3 2. Produksi Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Periode 2003-2008 5

3. Spesifikasi Ukuran Telur yang Standart ... 10

4. Unsur Gizi pada Telur ... 11 5. Permintaan Telur Ayam Ras di Karesidenan Surakarta Tahun

2007-2008 ... 31

6. Perkembangan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2003 – 2008 ... 40

7. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Umur Tahun 2008 41 8. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Tingkat

Pendidikan Tahun 2008 ... 42

9. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008... 43

10.Banyaknya Pasar Menurut Jenis di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 44

11.Produksi Telur, Susu, dan Daging di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 45

12.Perkembangan Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 ... 47

13.Perkembangan Harga Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 ... 49

14.Perkembangan Harga Telur Itik di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 ... 51 15.Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo

Tahun 1994-2009 ... 53

16.Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 ... 55

17.Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 ... 57

18.Perkembangan Pendapatan per Kapita di Kabupaten Sukoharjo tahun 1994-2009 ... 59

(8)

commit to user

viii

21.Hasil Analisis Standar Koefisien Regresi Variabel-variabel Bebas ... 63

(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Kurva Permintaan Telur. ... 14

2. Kurva Permintaan ... 15

3. Pergeseran Kurva Permintaan ... 15

4. Permintaan tidak elastis sempurna (elastisitas = 0) ... 18

5. Permintaan tidak elastis (elastisitas < 1) ... 18

6. Permintaan uniter elastis (elastisitas = 1). ... 19

7. Permintaan elastis (elastisitas > 1). ... 19

8. Permintaan elastis sempurna (elastisitas tak terhingga) ... 20

9. Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah. ... 25

10. Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo (1994-2009). ... 48

11. Perkembangan Harga Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo (1994-2009). ... 50

12. Perkembangan Harga Telur Itik di Kabupaten Sukoharjo (1994-2009). ... 52

13. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 ... 54

14. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 ... 56

15. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 ... 58

(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Variabel Tak Bebas dan Variabel Bebas... 82

2. Descriptive Statistic ... 83

3. Correlations ... 83

4. Variables entered/Removed ... 84

5. Model Summary ... 84

6. Anova ... 84

7. Coefficients ... 85

8. Coefficients Correlations ... 85

9. Residuals Statistic. ... 85

10.Casewise Diagnostics ... 86

11.Perhitungan Standar Koefisien Regresi ... 87

12.Surat Ijin Penelitian ... 88

(11)

commit to user

xi

RINGKASAN

Iin Ananingsih. H0304076. Tahun 2011. Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti, SP., MP. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo dan menganalisis elastisitas permintaan telur ayam ras di,Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sedangkan pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Kabupaten Sukoharjo digunakan sebagai lokasi penelitian karena berpotensi dalam konsumsi dan pemasaran telur ayam ras. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan adalah metode non linear berganda dengan asumsi klasik.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh persamaan:

Qdt = -13,968 X1t0,104 X2t- 0,336 X3t -0222 X4t0,273 X5t2,055 X6t0,240

Model tersebut memiliki nilai R2 adjusted sebesar 94,5% berarti bahwa besarnya sumbangan variabel harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita terhadap variasi permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo sebesar 94,5% sedangkan sisanya 5,5% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti.

Pada uji F diketahui bahwa variabel yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di Kota Surakarta secara signifikan pada tingkat kepercayaan 90%.

Koefisien elastisitas harga telur ayam ras (0,104) karena kurang dari satu maka bersifat inelastis. Elastisitas silang harga telur itik (-0,336) dan harga daging ayam ras (-0,222), nilai elastisitas bertanda negatif berarti merupakan barang komplementer bagi telur ayam ras. Elastisitas silang harga beras (2,055) menunjukkan beras merupakan subtitusi bagi telur ayam ras. Sedangkan elastisitas pendapatan (0,240) menunjukkan bahwa telur ayam ras merupakan barang normal.

(12)

commit to user

xii SUMMARY

Iin Ananingsih. H0304076. Year 2011. The Demand Analysis of Purebred Chicken’s Eggs in Sukoharjo Regency under guidance of Ir. Sugiharti Mulya H, MP and Erlyna Wida Riptanti, SP., MP. Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University Surakarta.

This research has purposes, such as to examine the factors influencing the demand of purebred chicken’s egg in Sukoharjo Regency and to analyze the demand forecast of purebred chicken’s egg in Sukoharjo Regency. The basic method used in this research is descriptive method while the sampling of research location is done purposively. Sukoharjo Regency becomes the location of this research because of its potential in the purebred chicken’s egg consuming and marketing.The basic method used in this research is descriptive. The type of data used are secondary data. The method of analysis used to estimate the demand function is non-linear regression method with classical assumptions.

According to the result of data analysis, it can be obtained that the equation is:

Qdt = -13,968 X1t0,104 X2t- 0,336 X3t -0222 X4t0,273 X5t2,055 X6t0,240

That model has value of R2 adjusted 94,5%. It means that the big of variable contribution, such as purebred chicken’s egg cost, duck’s egg cost, purebred chicken’s meat cost, rice cost, population, and income per capita to the variation of purebred chicken’s egg demand in Surakarta City is 94,5%, while the remain (5,5%) is influenced by other variables outside of the examined variables.

As can be seen in the test F, the variables used influence evidently to the demand of purebred chicken’s egg in Surakarta City at the same time. It is significantly to the trust level of 90%.

Elasticity coefficient of purebred chicken’s egg cost (0,104), this coefficient is called inelastic because it is less than one. Cross elasticity of duck’s egg cost (-0,336), and purebred chicken’s meat cost (-0,222), those elasticity values are negative so that variables become the complementer goods for purebred chicken’s egg. Cross elasticity of rice cost (2,055) shows that rice become subtitution for purebred chicken’s egg. Then, the elasticity of the income (0,240) shows that purebred chicken’s egg become normal goods.

(13)
(14)
(15)
(16)

commit to user

ii

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS

DI KABUPATEN SUKOHARJO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Iin Ananingsih

H0304076

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : 26 April 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Ir. Sugiharti Mulya H, MP Erlyna Wida Riptanti, SP.MP Prof. Dr. Ir. Suprapti S, MP. NIP.196506261990032001 NIP. 197807082003122002 NIP. 194808081976122001

Surakarta, April 2011

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

(17)

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peternakan merupakan kegiatan usaha yang menerapkan prinsip

manajemen dan kewirausahaan pada aspek teknis beternak yang selaras

dengan berlandaskan ilmu peternakan yang benar agar tujuan usaha dapat

tercapai. Untuk mewujudkan tujuan ini, peternak mengusahakan sumber daya

yang ada, baik secara menyewa maupun yang dibeli (Rasyaf, 2000).

Dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat, pertambahan

jumlah penduduk, serta perbaikan pendidikan terjadi kecenderungan

peningkatan konsumsi bahan makanan sumber protein, khususnya protein

hewani seperti produk perikanan dan peternakan. Kecenderungan peningkatan

konsumsi bahan pangan sumber protein hewani yang berasal dari ternak telah

mendorong subsektor peternakan menjadi salah satu sumber pertumbuhan

baru lagi bagi sektor pertanian (Soedjana, 1997).

Secara umum keberhasilan pembangunan peternakan dicerminkan

oleh meningkatnya populasi produksi ternak, hasil-hasil ternak, pemenuhan

gizi hewani yang semakin baik bagi masyarakat, serta membesarnya

kontribusi pendapatan subsektor peternakan dalam pendapatan sektor

pertanian. Subsektor peternakan mencakup kegiatan ternak itu sendiri dan

pengusahaan hasil-hasilnya yang meliputi produksi ternak-ternak besar dan

kecil, telur, susu segar, wool, dan hasil pemotongan hewan (Dumairy, 1997).

Telur merupakan salah satu produk peternakan unggas yang memiliki

kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna. Telur adalah salah satu

sumber protein hewani disamping daging, ikan, dan susu. Poerwosoedarmo

dan Djaelani Sediaoetama (1997) juga mengemukakan bahwa telur merupakan

bahan makanan yang bernilai gizi tinggi dan relatif murah dibandingkan

sumber protein yang lain, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.

Besarnya kandungan kalori, protein, dan lemak tiap 100 gram tiap bagian yang

dimakan dari telur adalah kandungan kalori 162; lemak 12,8; dan protein

(18)

commit to user

Dewasa ini kebutuhan telur dalam negeri terus meningkat sejalan

dengan peningkatan pola hidup manusia dalam meningkatkan kebutuhan akan

protein hewani yang berasal dari telur. Selain itu juga adanya program

pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat terutama anak-anak.

Menurut Suprapti (2002) telur sangat baik dikonsumsi oleh anak-anak pada

masa pertumbuhan, ibu hamil maupun menyusui, serta mereka yang sedang

dalam masa penyembuhan dari suatu penyakit. Dengan demikian telur sangat

bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Telur yang biasa diperdagangkan di Indonesia hingga saat ini adalah

telur ayam ras, telur ayam kampung, telur itik, dan telur puyuh. Namun dari

sekian jenis telur yang dipasarkan, konsumsi telur ayam ras yang paling tinggi

dan diminati konsumen. Hal ini disebabkan cara mendapatkan telur ini mudah

karena ketersediaannya di pasar selalu ada, harganya murah sehingga

terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat, serta mempunyai produksi yang

terbanyak. Kebutuhan akan telur yang terus meningkat, apabila tidak

diimbangi dengan peningkatan produksi telur, maka akan terjadi kekurangan

persediaan telur sehingga mengakibatkan harga telur mahal.

Telur ayam ras mempunyai permintaan yang tinggi dan terus

meningkat serta mempunyai pangsa pasar yang luas. Sampai saat ini

permintaan akan telur ayam ras masih mengikuti “pola hari raya”. Apabila

menjelang hari raya, permintaan telur ayam ras naik sehingga mengakibatkan

harga pasar naik. Apabila harga naik akibat permintaan tersebut berjalan

cukup lama tentu peternak tertarik untuk memproduksikan telur lebih banyak,

sehingga menyebabkan penawaran telur lebih tinggi dan harga menjadi turun.

Maka hal inilah yang menyebabkan harga telur hingga kini masih turun naik

mengikuti pola hari raya (Rasyaf, 1996).

Informasi mengenai keadaan pasar yang berkaitan dengan permintaan

konsumen terhadap telur ayam ras sangat diperlukan oleh peternak dalam

pengaturan produksi dan penjualannya. Tanpa adanya informasi mengenai hal

tersebut maka perencanaan produksi dan penjualan dapat meleset atau bahkan

(19)

commit to user

terhadap permintaan telur ayam ras di masa yang akan datang sehingga dapat

membantu dalam perencanaan produksi untuk memenuhi permintaan terhadap

telur ayam ras tersebut dan dapat membantu pemerintah daerah dalam

perencanaan penyediaan telur ayam ras.

Konsumsi telur ayam ras cenderung mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun meskipun sifatnya fluktuasi, artinya permintaan telur ayam ras

pada waktu-waktu tertentu mengalami peningkatan seperti pada hari raya

lebaran atau hari raya lainnya dan permintaan akan menurun pada hari-hari

biasa. Perubahan permintaan telur ayam ras yang terjadi hampir setiap hari

menyebabkan fluktuasi permintaan telur yang bersifat harian. Demikian juga

halnya yang terjadi di Kabupaten Sukoharjo. Harga telur ayam ras yang

cenderung berubah-ubah setiap hari menyebabkan permintaan telur juga tidak

stabil.

Kabupaten Sukoharjo adalah daerah yang cukup potensial untuk

pemasaran telur ayam ras. Hal ini terlihat pada Tabel 1 dimana permintaan

terhadap telur ayam ras cenderung meningkat.

Tabel 1. Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Periode 2003-2008

No Tahun Jumlah Permintaan (kg) Harga (Rp/Kg)

1 2003 5.544.860 6.891,70

2 2004 5.765.301 5.589,52

3 2005 5.851.722 5.325,08

4 2006 5.954.302 5.334,13

5 2007 6.201.251 4.631,44

6 2008 6.320.215 5.027,08

Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo (2009)

Menurut tabel 1 dapat diketahui bahwa permintaan Telur ayam ras di

Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 mengalami

peningkatan. Jumlah permintaan telur ayam ras yang cenderung meningkat

setiap tahunnya ini dapat dipenuhi dengan produksi dari Kabupaten Sukoharjo

ini sendiri. Hal ini dapat dilihat dari data perkembangan telur ayam ras dari

(20)

commit to user

Tabel 2 Produksi Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Periode 2003-2008

No Tahun Jumlah produksi (kg)

1 2003 5.757.568

2 2004 5.777.195

3 2005 5.813.502

4 2006 5.908.815

5 2007 5.967.140

6 2008 5.983.095

Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo (2009)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa produksi telur ayam ras di

Kabupaten Sukoharjo cenderung meningkat dan dapat memenuhi permintaan

masyarakat di Kabupaten Sukoharjo sehingga kelebihan dari produksi

biasanya akan dipasarkan ke daerah sekitar.

Harga telur dan harga daging ayam mengalami kenaikan rata-rata Rp

2.000 perkg. Bahkan, kenaikan harga ini diprediksi hingga menjelang Lebaran

pada tahun 2009. Hasil pantauan, harga telur di tingkat agen mencapai Rp 180

ribu per peti, dengan asumsi setiap petinya berisi 15 kg. Di tingkat pengecer

dan toko pracangan rumah tangga, harga jual telur berkisar antara Rp 14.000

perkg. Harga telur itu dirasakannya terus naik setiap harinya, mulai dari harga

semula Rp 11 ribu perkg. Hampir bisa dipastikan, harga telur berubah

menyesuaikan tingkat permintaan di pasaran. Kondisi ini biasanya akan terus

terjadi hingga menjelang hari raya Idul Fitri.

Hal ini karena permintaan untuk kebutuhan rumah tangga dan industri

kecil yang mengalami kenaikan. Meningginya harga telur ini hampir merata di

semua pasar tradisional di Sukoharjo. Harga jual telur ini rata-rata berkisar

antara Rp 13.000 sampai Rp 13.500 perkg. Harga ini akan terus naik menjadi

Rp 14.000 perkg apabila dijual eceran. Sebab, di tingkat pengecer biasanya

konsumen membeli dalam jumlah sedikit. Misalnya, seperempat kg yang

(21)

commit to user B. Perumusan Masalah

Permintaan suatu komoditi pertanian adalah banyaknya komoditi

pertanian yang dibutuhkan dan dibeli oleh konsumen. Karena itu besar

kecilnya komoditi pertanian umumnya dipengaruhi oleh harga barang itu

sendiri, harga substitusi atau harga komplementernya, selera dan keinginan,

jumlah konsumen yang bersangkutan. Karena jumlah penduduk dan

penyebaran pendapatan berpengaruh terhadap permintaan barang di pasaran,

maka fungsi permintaan terhadap barang juga dipengaruhi oleh variabel ini

(Soekartawi, 1993).

Telur ayam ras merupakan salah satu produk peternakan yang banyak

manfaatnya selain sebagai sumber protein hewani juga dapat diolah menjadi

berbagai macam masakan, lauk pauk, campuran pembuatan kue serta dengan

harga yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya,

memiliki permintaan yang terus meningkat.

Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah penghasil telur ayam ras

yang menjadi salah satu hasil peternakan unggulan di kabupaten ini.

Produksinya mampu untuk mencukupi kebutuhan masyarakat Kabupaten

Sukoharjo, apalagi dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti

pentingnya konsumsi gizi terutama protein hewani. Kebutuhan protein hewani

ini salah satunya dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi telur ayam ras. Hal ini

menjadikan telur ayam ras sebagai kebutuhan sehari-hari. Sehingga dapat

dipastikan bahwa permintaan telur ayam terutama telur ayam ras akan

semakin tinggi.

Perubahan harga telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo yang selalu

berubah terus-menerus menyebabkan fluktuasi permintaan telur ayam ras

menjadi cepat dan bersifat harian meskipun fluktusinya tidak terlalu tinggi.

Ketidakstabilan permintaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun

biasanya faktor harga dapat mempengaruhi keputusan beli dari konsumen

tersebut sehingga permintaan juga berubah-ubah jumlahnya.

Terutama menjelang Hari Raya Idul Fitri, dimana permintaan akan

(22)

commit to user

Ramadhan, karena meningkatnya kebutuhan konsumsi rumah tangga. Dimulai

dari konsumsi untuk makan sehari-hari maupun sampai ke produksi kue-kue

untuk mencukupi kebutuhan menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Terkait dengan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk

mengkaji masalah permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo dengan

mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras

di Kabupaten Sukoharjo?

2. Bagaimana elastisitas permintaan telur ras di Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras

di Kabupaten Sukoharjo.

2. Menganalisa besarnya elastisitas permintaan telur ayam ras di Kabupaten

Sukoharjo.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi salah satu

syarat dalam menyelesaikan studi dan memperoleh derajat Sarjana

Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Sukoharjo serta

menambah wawasan berkaitan dengan topik penelitian.

2. Bagi pemerintah Kabupaten Sukoharjo, hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam menyusun kebijakan di bidang

peternakan dan upaya penyediaan telur ayam ras.

3. Bagi peternak ayam ras petelur, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan produksi dan penjualan.

4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

kajian dan pertimbangan dalam melakukan penelitian pada permasalahan

(23)

commit to user

7

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian Junaedi (1999) yang berjudul “ Analisis Permintaan

Telur Ayam Ras di Kabupaten Blora”, jenis data yang digunakan adalah data

sekunder, sedangkan analisis data menggunakan metode analisis regresi linier

berganda dengan data time series selama 15 tahun. Variabel yang digunakan

adalah pendapatan perkapita (X1), harga relatif telur ayam ras (X2), harga

relatif telur itik (X3), harga relatif telur bukan ayam ras (X4), harga relatif ikan

asin (X5), dan harga beras kualitas sedang (X6) dengan tingkat kepercayaan

sebesar 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan per

kapita merupakan variabel yang paling berpengaruh dalam terjadinya

permintaan telur ayam ras di Kabupaten Blora. Telur ayam ras merupakan

barang normal dan harga beras kualitas sedang tidak berpengaruh nyata

terhadap permintaan telur ayam ras.

Berdasarkan penelitian dari Viarka Kresnawati (2010) yang berjudul

‘Analisis Permintaan Telur Ayam Di Kota Surakarta’, tujuan dari

penelitiannya adalah untuk menidentifikasi dan menganalisis variabel-variabel

yang mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta serta

menganalisis elastisitas permintaan telur ayam di Kota Surakarta. Metode

dasar yang digunakan adalah metode diskriptif. Lokasi penelitian dipilih

secara sengaja (purposif) di Kota Surakarta. Data yang digunakan adalah data

sekunder time series selama 16 tahun. Metode analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dalam bentuk double

logarithmic. Hasil analisis menunjukkan model fungsi permintaan telur ayam

di Kota Surakarta memiliki nilai R2 adjusted sebesar 0,984 yang berarti 98,4%

permintaan telur ayam di Kota Surakarta dapat dijelaskan oleh variable bebas

yang digunakan dalam model yaitu harga telur ayam ras, harga telur itik, harga

daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan per kapita, dan

jumlah toko roti., sedangkan sisanya sebesar 1,6% dijelaskan oleh variabel

(24)

commit to user

bahwa signifikansi sebesar 0,000 yang berarti variabel-varabel bebas yang

diamati secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan telur

ayam di Kota Surakarta. Berdasarkan uji t menunjukkan bahwa harga telur

ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah

penduduk, dan pendapatan perkapita berpengaruh nyata secara individu

terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta pada tingkat kepercayaan

95%. Jumlah penduduk merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap

permintaan telur ayam di Kota Surakarta karena mempunyai nilai standar

koefisien regresi paling besar. Berdasarkan nilai elastisitas harga, permintaan

telur ayam bersifat inelastis. Berdasarkan nilai elastisitas silang, telur itik dan

daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

barang komplementer. Berdasarkan nilai elastisitas pendapatan, telur ayam

merupakan barang normal.

Menurut penelitian Rismarini (2005) yang berjudul ”Proyeksi

Permintaan Telur Ayam Ras di Kota Surakarta” metode yang digunakan

adalah metode deskriptif. Sedangkan pengambilan lokasi penelitian dilakukan

secara sengaja (purposive). Analisis yang digunakan dengan menggunakan

metode OLS (Ordinary Least Square) dalam bentuk logaritma berganda,

sedangkan proyeksi permintaan telur ayam ras menggunakan analisis trend

dengan metode linear least square. Variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga

beras, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel harga telur ayam ras, harga telur itik, harga

daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita

berpengaruh nyata tehadap permintaan telur ayam ras. Koefisien elastisitas

harga telur ayam ras (-0,891) karena kurang dari satu maka bersifat inelastis.

Elastisitas silang harga telur itik (0,933) dan harga daging ayam ras (0,292),

nilai elastisitas bertanda positif berarti merupakan barang substitusi bagi telur

ayam ras. Elastisitas silang harga beras (-0,437) menunjukkan beras

(25)

commit to user

pendapatan (0,180) menunjukkan bahwa telur ayam ras merupakan barang

normal.

Dari penelitian di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan telur ayam ras antara lain harga telur ayam ras,

harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, dan

pendapatan per kapita. Faktor-faktor tersebut selanjutnya dijadikan variabel

dalam mengukur elastisitas harga, elastisitas silang dan elastisitas pendapatan

untuk mengetahui tingkat kepekaan masing-masing variabel terhadap

permintaan telur ayam ras. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder,

sedangkan analisis data menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square)

dalam bentuk regresi linier berganda dengan data time series selama 15 tahun.

B. Tinjauan Pustaka

1. Komoditas Telur

Telur adalah bahan makanan, yang dipersiapkan unggas untuk

keperluan bekal anaknya, sebelum ia mampu menghirup udara luar. Telur

dihasilkan dari pembuahan sel telur pada hewan betina oleh sperma yang

berasal dari hewan jantan. Dan karena embrio yang terbentuk ini nantinya

ditujukan untuk membentuk hewan baru, maka pada isi telur terkandung

bahan-bahan atau zat-zat yang tidak berbeda dengan hewan pembentukan

(induk). Dari beragam telur yang dihasilkan berbagai jenis hewan, telur

unggas (ayam kampung, ayam ras, puyuh, dan itik) merupakan jenis telur

yang paling banyak dikenal dan dikonsumsi orang. Unggas-unggas ini

relatif mempunyai siklus hidup yang relatif pendek, sehingga dalam waktu

singkat bisa berproduksi (misalnya umur 5-6 bulan ayam sudah bertelur)

(Sarwono et al, 1985).

Telur yang normal mempunyai berat 57,6 gram dengan volume

besar dan bersih. Klasifikasi telur dibagi menjadi empat kualitas dimana

penilaiannya berdasarkan pada kulit telur, celah udara di dalam telur, putih

(26)

commit to user a. Kualitas AA

Kulit telur untuk kualitas ini harus bersih, tidak boleh retak atau

berkerut, bentuk kulit normal dan halus. Rongga udara di dalam telur

sepanjang 0,32 cm. Putih telur putih dan kental serta kuning telurnya

bersih dan tanpa ada kotoran.

b. Kualitas A

Kulit telur harus bersih, tidak retak atau berkerut, mulus, dan

normal. Rongga udara 0,48 cm dan harus ada bagian yang tumpul dari

telur. Bagian putih telurnya bersih dan boleh agak encer, sedangkan

kuning telurnya normal dan bersih.

c. Kualitas B

Kulit telur bersih, tidak pecah/retak dan boleh agak tidak normal,

misalnya sedikit lonjong. Rongga udara sebesar 0,95 cm. Putih telur

bersih dan sudah lebih banyak yang encer. Kuning telur normal tetapi

boleh ada bercak.

d. Kualitas C

Kulit telur bersih dan boleh kotor sedikit, kulit tidak retak/pecah

dan boleh tidak normal. Rongga udara sebesar 0,95 cm. Putih telur

sudah encer, ada telur yang berbentuk tidak normal. Kuning telur

sudah mengandung bercak-bercak yang tidak sedap, bentuk telur tidak

normal lagi atau sudah pipih (Buckle, et al,.1985).

Sebagian besar telur berbentuk oval. Bentuk telur secara umum

dikarenakan faktor genetis. Setiap induk bertelur berturutan dengan bentuk

yang sama yaitu bulat, panjang, lonjong, dan sebagainya. Pada Tabel 3 di

(27)

commit to user Tabel 3. Spesifikasi Ukuran Telur yang Standart

Parameter Ukuran Sumber: Suprijatna, et al,. 2005.

Telur tersusun atas air sebesar 45% dari kerabang telur. Isi telur

mengandung sekitar 74%. Kandungan air pada albumen tinggi, bagian

padat hampir seluruhnya protein dan sejumlah kecil karbohidrat. Sekitar

separuh dari yolk berupa air, tetapi bagian padat tersusun dari sebagian

besar lemak, protein, vitamin dan mineral (Suprijatna, et al,. 2005).

Untuk lebih jelasnya pada Tabel 4 di bawah ini tertera komposisi

telur yang dikeluarkan dari induk ayam:

Tabel 4. Unsur Gizi pada Telur Unsur Gizi Pada Putih Telur

(%)

Pada Yolk (%) Keseluruhan

Air Sumber: Orr dan Fletcher, 1973 cit Rasyaf, 1991

Protein sebagai kriteria utamanya terlihat banyak pada yolk. Hal ini

diperlukan karena kelak yolk ini digunakan untuk pembentukan bagian

dalam dari tubuh ayam ( bila telur ada tunasnya dan ditetaskan)

(Orr dan Fletcher, 1973 cit Rasyaf, 1991).

2. Analisis Permintaan

Menurut Kartasapoetra et al (1988), permintaan merupakan maksud

dan keinginan para pembeli/konsumen untuk memiliki sesuatu kuantitas

produk atau jasa pada harga tertentu di dalam pasaran tertentu dan pada

(28)

commit to user

Permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat

harga pada periode tertentu dan pasar tertentu pula. Atau dalam pengertian

sehari-hari, permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa

yang diminta atau dibutuhkan. Atas dasar kebutuhan ini individu tersebut

mempunyai permintaan akan barang, dimana makin banyak jumlah

penduduk maka semakin besar permintaan masyarakat akan sesuatu jenis

barang. Akan tetapi kenyataannya barang di pasar mempunyai nilai atau

harga. Jadi permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh “daya

beli” permintaan barang sehingga merupakan permintaan efektif

(effeective demand). Sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas

kebutuhan saja disebut sebagai permintaan absolut/potensial

(absolut/potensial demand) (Sudarsono, 1985).

Dalam menganalisis permintaan perlu dibedakan dua pengertian:

permintaan dan jumlah barang yang diminta. Didalam analisis ekonomi,

permintaan mengambarkan keseluruhan daripada hubungan antara harga

dan permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta berarti jumlah

barang yang diminta pada suatu tingkat tertentu (Sukirno, 2000).

Permintaan menunjukkan jumlah produk yang diinginkan dan

mampu dibeli konsumen pada berbagai kemungkinan harga selama jangka

waktu tertentu dan hal lain diasumsikan konstan. Hukum permintaan

menyatakan bahwa jumlah barang yang diminta dalam suatu periode

tertentu berubah berlawanan dengan harganya jika hal lain diasumsikan

konstan (McEachern, 2000).

Teori permintaan sebenarnya diturunkan dari fungsi kegunaan dan

kurva indeferens. Fungsi kegunaan didasarkan pada asumsi bahwa

seseorang konsumen sanggup menyatukan suatu kombinasi barang-barang

yang dikonsumsinya dimana dapat memberikan kepuasan yang lebih

tinggi, sama atau lebih rendah daripada kombinasi lainnya (Hanafiah dan

Saefuddin, 1983). Ditambahkan oleh Nicholson (1992), permintaan

konsumen merupakan suatu interaksi antara dua kekuatan, yaitu (1) bahwa

(29)

commit to user

(2) konsumen diasumsikan mempunyai pendapatan yang terbatas yang

membatasi kemampuan membeli komoditi-komoditi tersebut.

Jumlah total dari suatu komoditi yang akan dibeli oleh semua rumah

tangga disebut jumlah yang diminta untuk komoditi tersebut. Ada 3 hal

penting yang perlu diperhatikan dalam konsep ini. Pertama, jumlah yang

diminta merupakan kuantitas yang diinginkan. Jumlah ini menunjukkan

berapa banyak yang akan dibeli oleh rumah tangga pada harga tertentu

suatu komoditi, harga komoditi lain, pendapatan, selera, dan sebagainya.

Kedua, apa yang diinginkan tidak berarti impian hampa atau

kemungkinan di masa depan, tetapi menerangkan permintaan efektif, yaitu

jumlah orang yang ingin membeli pada harga yang berlaku untuk

komoditi tersebut. Ketiga, jumlah yang diminta menunjukkan arus

pembelian yang terus-menerus. Oleh karena itu, jumlah yang diminta

harus dinyatakan berapa banyak untuk suatu jangka waktu tertentu.

Banyaknya komoditi yang akan dibeli oleh semua rumah tangga pada

periode waktu tertentu dipengaruhi oleh variabel penting berikut ini:

a. Harga komoditi yang bersangkutan

b. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut,

yaitu harga barang subtitusi (barang yang cenderung digunakan

sebagai barang pengganti) dan harga barang komplementer (barang

yang digunakan bersama-sama barang lainnya).

c. Pendapatan rata-rata rumah tangga.

Jika rumah tangga menerima rata-rata pendapatan yang lebih besar

maka dapat diperkirakan mereka akan membeli lebih banyak beberapa

komoditi, walaupun harga komoditi-komoditi itu tetap sama.

d. Selera.

Akan berpengaruh besar terhadap keinginan orang untuk membeli.

Perubahan selera dapat berlangsung lama.

e. Distribusi pendapatan diantara rumah tangga.

Jika suatu pendapatan total yang konstan didistribusikan kembali

(30)

commit to user f. Jumlah penduduk.

Pertumbuhan jumlah penduduk itu sendiri belum menciptakan

permintaan baru. Penduduk yang bertambah harus mempunyai daya

beli sebelum permintaan berubah (Lipsey et al., 1991).

Permintaan menggambarkan hubungan fungsional antara harga

dengan jumlah barang yang diminta. Makin rendah harga suatu barang

maka makin banyak jumlah barang yang diminta oleh konsumen.

Demikian pula sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin

sedikit jumlah barang yang diminta. Hubungan terbalik (negatif) ini

dikenal dengan nama hukum permintaan. Hubungan terbalik antara jumlah

barang yang diminta dengan harga dapat dijelaskan dengan 2 keadaan :

a. Jika harga suatu barang naik, maka konsumen akan mencari barang

pengganti (subtitute), barang pengganti tersebut akan dibeli apabila

mereka menginginkan tingkat kepuasaan yang lebih tinggi dari setiap

rupiah uang yang dibelanjakan daripada mereka membeli barang yang

pertama.

b. Jika harga naik pendapatan merupakan kendala atau pembatas yang

lebih banyak (Arsyad,1991).

Harga barang lainnya terdiri dari harga barang subtitusi dan

komplementer. Barang subtitusi adalah barang-barang yang dapat saling

menggantikan satu sama lain dalam konsumsi. Sedangkan barang

komplementer adalah barang-barang yang digunakan bersama dalam

pengertian bahwa para individu akan menambah pemakaian atas kedua

barang itu secara serempak. Barang X dan Y disebut barang komplemen

jika kenaikan harga barang X menyebabkan harga barang Y lebih sedikit

diminta. Keduanya merupakan barang subtitusi jika kenaikan harga barang

X menyebabkan harga barang Y lebih banyak diminta (Nicholson, 1992).

Permintaan dalam terminologi ekonomi adalah jumlah yang

diinginkan dan dapat dibeli konsumen di pasar dengan berbagai tingkat

harga. Dalam hal ini, semakin tinggi harga telur akan semakin sedikit telur

(31)

commit to user

keinginan untuk mengkonsumsi protein hewan. Tetapi bila harga telur

turun akan menarik perhatian untuk membuat menu harian lebih lengkap,

telur akan menjadi hidangan rutin. Hal tersebut dapat ditunjukkan dalam

kurva permintaan telur di bawah ini

Harga Komoditi (Rp/Kg)

Komoditi (Kg)

Gambar 1. Kurva Permintaan Komoditi (Rasyaf, 1991).

Konsep permintaan digunakan untuk menunjukkan

keinginan-keinginan (intentions) seorang pembeli pada suatu pasar. Sementara itu,

fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara kuantitas suatu barang

yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhinya. Fungsi

permintaan dapat dituliskan sebagai berikut:

Q = f (harga produk X, harga barang-barang saingan, harapan akan

adanya perubahan-perubahan harga, pendapatan konsumen, selera dan

preferensi, dan lain-lain) (Arsyad, 1991).

Menurut Sudarsono (1983), kurva permintaan mempunyai

kemiringan yang menurun, menunjukkan bahwa bila harga turun, akan

lebih banyak yang dibeli atau disebut hukum permintaan. Bilamana salah

satu dari kondisi “Cateris paribus” berubah, maka seluruh kurva

permintaan akan bergeser atau disebut dengan perubahan permintaan

sebagai lawan dari perubahan jumlah yang diminta, yang merupakan

(32)

commit to user Harga

P3

P2

P0

D0 D1

O Q3 Q0 Q2 Q1 Q (kuantitas)

Gambar 2. Kurva Permintaan Sumber : Sudarsono (1983)

Hukum permintaan adalah hukum yang menjelaskan tentang

adanya hubungan yang bersifat negatif antara tingkat harga dengan jumlah

barang yang diminta. Apabila harga naik jumlah barang yang diminta

sedikit dan apabila harga rendah jumlah barang yang diminta meningkat.

Dengan demikian hukum permintaan berbunyi:

Semakin turun tingkat harga, maka semakin banyak jumlah barang yang

bersedia diminta, dan sebaliknya semakin naik tingkat harga semakin

sedikit jumlah barang yang bersedia diminta.

Pergeseran kurva permintaan dapat dilihat seperti grafik berikut ini:

Harga

D2 D0 D1

Kuantitas per periode Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan

Sumber : Lipsey et al (1991).

Pergeseran mengacu pada perubahan sepanjang kurva. Pada kurva

permintaan, sebuah pergeseran menunjukkan perubahan baik harga dan

kuantitas yang diminta dari satu titik ke titik lain pada kurva. Pergeseran

ini menyiratkan bahwa hubungan permintaan tetap konsisten. Oleh karena

(33)

commit to user

harga perubahan yang baik dan kuantitas yang diminta perubahan sesuai

dengan permintaan hubungan asli. Dengan kata lain, pergeseran terjadi

bila ada perubahan pada kuantitas yang diminta hanya disebabkan oleh

perubahan harga, dan sebaliknya.

3. Elastisitas Permintaan

Elastisitas adalah derajad kepekaan kuantitas yang diminta atau

ditawarkan terhadap salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi

permintaan (penawaran). Elastisitas biasanya menjelaskan respon atau

perubahan kuantitas yang diminta jika harga, pendapatan atau faktor-faktor

lainnya berubah. Respon kuantitas penting karena hal tersebut

mempengaruhi harga dipasar (Arsyad, 1995).

Koefisien elastisitas permintaan mengukur persentase perubahan

jumlah barang per unit waktu yang diakibatkan persentase perubahan dari

variabel yang mempengaruhi. Digunakannya satuan persentase dalam

mengukur elastisitas adalah untuk menyeragamkan suatu barang yang

diminta, karena beberapa ada yang diukur menggunakan satuan kilogram,

kwintal, meter, dosin, dan lainnya, sehingga dengan menggunakan

persamaan matematis akan sulit untuk menentukan pengaruh perubahan

harga dari barang yang berbeda. Apabila perubahan tersebut dilihat dalam

persentase maka perbedaan satuan tersebut tidak menjadi masalah

(Nicholson, 1992).

Ada lima jenis elastisitas permintaan

1. Permintaan tidak elastis sempurna (elastisitas = 0). Perubahan harga tidak

mempengaruhi jumlah yang diminta. Dengan demikian, kurvanya

berbentuk vertikal. Kurva berbentuk vertikal ini berarti bahwa berapapun

harga yang ditawarkan, kuantitas barang/jasa tetap tidak berubah. Contoh

barang yang permintaannya tidak elastis sempurna adalah tanah (meskipun

harganya naik terus, kuantitas yang tersedia tetap terbatas), lukisan milik

pelukis yang telah meninggal (berapapun harga yang ditawar atas lukisan,

pelukis tersebut tidak akan mampu menambah kuantitas lukisannya), dan

(34)

commit to user

Gambar 4.Permintaan tidak elastis sempurna (elastisitas = 0)

2. Permintaan tidak elastis (elastisitas < 1). Prosentase perubahan kuantitas

permintaan < dari prosentase perubahan harga. Contoh permintaan tidak

elastis ini dapat dilihat diantaranya pada produk kebutuhan. Misalnya

beras, meskipun harganya naik, orang akan tetap membutuhkan konsumsi

beras sebagai makanan pokok. Karenanya, meskipun mungkin dapat

dihemat penggunaannya, namun cenderung tidak akan sebesar kenaikan

harga yang terjadi. Sebaliknya pula, jika harga beras turun konsumen tidak

akan menambah konsumsinya sebesar penurunan harga. Ini karena

konsumsi beras memiliki keterbatasan (misalnya rasa kenyang). Contoh

lainnya yang sejenis adalah bensin. Jika harga bensin naik, tingkat

penurunan penggunaannya biasanya tidak sebesar tingkat kenaikan

harganya. Ini karena tetap dibutuhkan bensin untuk bepergian. Sama

halnya, ketika harganya turun, tidak mungkin bepergian terus menerus

demi menikmati penurunan harga tersebut. Karakteristik produk yang

seperti ini mengakibatkan permintaan menjadi tidak elastis.

Gambar 5.Permintaan tidak elastis (elastisitas < 1)

Harga

Quantities Ed = 0

(35)

commit to user

3. Permintaan uniter elastis (elastisitas = 1). Prosentase perubahan kuantitas

permintaan = prosentase perubahan harga. Contoh produk yang

elastisitasnya uniter tidak dapat disebutkan secara spesifik. Jenis

permintaan ini sebenarnya lebih sebagai pembatas antara permintaan

elastis dan tidak elastis, sehingga belum tentu ada produk yang dapat

dikatakan memiliki permintaan uniter elastis.

Gambar 6.Permintaan uniter elastis (elastisitas = 1).

4. Permintaan elastis (elastisitas > 1). Prosentase perubahan kuantitas

permintaan > prosentase perubahan harga. Ini sering terjadi pada produk

yang mudah dicari substitusinya. Misalnya saja pakaian, makanan ringan,

dan lain sebagainya. Ketika harganya naik, konsumen akan dengan mudah

menemukan barang penggantinya.

Gambar 7.Permintaan elastis (elastisitas > 1).

Harga

Quantities

(36)

commit to user

5. Permintaan elastis sempurna (elastisitas tak terhingga). Dimana pada

suatu harga tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang ada di

pasar. Namun, kenaikan harga sedikit saja akan menjatuhkan permintaan

menjadi 0. Dengan demikian, kurvanya berbentuk horisontal. Contoh

produk yang permintaannya bersifat tidak elastis sempurna diantaranya

barang/jasa yang bersifat komoditi, yaitu barang/jasa yang memiliki

karakteristik dan fungsi sama meskipun dijual di tempat yang berbeda atau

diproduksi oleh produsen yang berbeda. Dengan demikian, secara nalar

barang/jasa tersebut seharusnya memiliki harga yang sama pula. Misalnya

saja paperclip dan pen tinta biasa (seperti pen merek S dan P yang rata-rata

berharga 1000-1500). Jika pergi ke supermarket untuk membeli paperclip,

misalnya, cenderung tidak akan memperhatikan perbedaan merek.

Satu-satunya yang sering kita jadikan bahan perbandingan adalah harga, dimana

akan membeli paperclip yang harganya paling murah (atau pada harga

rata-rata yang diterima pasar). Akibatnya, bagi perusahaan yang menjual

paperclip diatas harga rata-rata, permintaan akan barangnya akan turun ke

nol. Ini karena semua paperclip, meskipun harganya berbeda-beda,

memberikan fungsi yang sama (Anonima, 2010).

Gambar 8.Permintaan elastis sempurna (elastisitas tak terhingga)

Pada dasarnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

elastisitas suatu produk, antara lain:

a. Banyaknya produk subtitusi yang tersedia di pasar pada tingkat harga

kompetitif dimana semakin banyak produk subtitusi yang tersedia di

Harga

Quantities Ed = 0

(37)

commit to user

pasar akan menyebabkan elastisitas permintaan suatu produk tertentu

menjadi semakin elastis.

b. Pengeluaran periode waktu elastisitas permintaan suatu produk lebih

elastis dalam jangka panjang daripada jangka pendek.

c. Masa pakai dari produk, semakin lama masa pemakaian untuk suatu

produk yang bermasa pakai lama maka elastisitas produk tersebut

semakin tinggi.

d. Derajat kepentingan atau kebutuhan terhadap produk.

e. Range penggunaan dari produk.

f. Prosentase anggaran konsumen yang dibenjakan untuk produk.

(Gasperz, 1999)

Elastisitas permintaan adalah ukuran besarnya respons jumlah

permintaan suatu barang terhadap perubahan variable yang

mempengaruhi, dihitung sebagai perubahan persentase jumlah permintaan

dibagi dengan perubahan persentase variable yang mempengaruhi atau

dengan kata lain perbandingan (rasio) antara persentase perubahan jumlah

barang yang diminta dengan persentase perubahan harga. Dengan

demikian elastisitas permintaan mengukur derajat kepekaan perubahan

jumlah yang diminta terhadap perubahan harga. Terkait dengan

permintaan dijumpai beberapa jenis elastisitas, antara lain:

a. Price elasticity of demand (elastisitas harga)

b. Cross elasticity of demand (elastisitas silang)

c. Income elasticity of demand (elastisitas pendapatan).

(Anonim, 2010b)

Pengukuran angka elastisitas ini dapat dilakukan dengan tiga macam

analisis elastisitas, yaitu:

a. Elastisitas Pendapatan

Tingkat pendapatan konsumen juga merupakan determinan yang

penting dalam permintaan. Kita dapat mengukur kepekaan perubahan

dari permintaan akan suatu komoditi terhadap konsumen dengan

(38)

commit to user

elasticity of demand) yang memegang variabel lain dalam persamaan

permintaan konstan, termasuk harga.

f = perubahan persentase dalam jumlah (Q)

perubahan persentase dalam pendapatan (I)=

∆Q²Q

∆I I

²

(Salvatore, 2001).

Pada elastisitas permintaan terhadap pendapatan, variabel yang

menyebabkan perubahan jumlah yang diminta adalah pendapatan.

Kriterianya seperti berikut ini:

Terminologi Elastisitas Pendapatan

Istilah Ukuran

Elastisitas Keterangan

Barang inferior Negatif Jumlah yang diminta menurun begitu pendapatan naik.

Jumlah yang diminta meningkat begitu pendapatan naik:

Lebih kecil daripada proporsi kenaikan pendapatan.

Lebih besar daripada proporsi kenaikan pendapatan.

Sumber : Lipsey et al., 1991

b. Elastisitas Harga

Elastisitas harga dari permintaan mengukur tanggapan kuantitatif

dari permintaan terhadap perubahan harga. Elastisitas harga dari

permintaan (ed)didefinisikan sebagai persentase perubahan dalam

kuantitas yang diminta dibagi dengan persentase perubahan pada

harga. Elastisitas harga dapat dihitung menggunakan rumus sebagai

berikut:

f = perubahan persentase dalam jumlah (Q)

perubahan persentase dalam harga (P) =

∆Q²Q

∆P P

²

(39)

commit to user

1) Bila ed< -1 dikatakan bahwa permintaan elastis, maka proporsi

kenaikan harga lebih besar daripada proporsi penurunan jumlah.

Jika sebuah kurva disebut elastis maka harga mempunyai pengaruh

yang besar terhadap jumlahnya.

2) Bilaed = -1 dikatakan bahwa permintaan unit elastis, maka harga tidak mempunyai pengaruh yang besar atas jumlah yang diminta

3) Bila ed > -1 dikatakan inelastis, maka harga tidak mempunyai pengaruh terhadap jumlahnya (Nicholson, 1992).

Elastisitas harga sangat tergantung pada ketersediaan dan derajat

substitusi. Jika suatu produk mempunyai banyak substitusi dekat, maka

permintaannya akan elastis terhadap perubahan harga. Jika pendefisian

produk menjadi sempit maka barang tersebut mempunyai

kecenderungan untuk mempunyai banyak substitusi dan

permintaannya akan elastis terhadap harga. Petrmintaan barang yang

mahal mempunyai kecenderungan harga elastisitas harga yang tinggi

(Sunaryo, 2001).

c. Elastisitas Silang

Permintaan akan suatu komoditi bergantung pada harga dari

komoditi yang berhubungan (subtitusi atau komplementer). Kita dapat

mengukur kepekaan perubahan dari permintaan akan komoditi X

terhadap perubahan harga dari komoditi Y dengan menggunakan

elastisitas silang (cross-price elasticity of demand)

f = persentase perubahan dalam jumlah komoditi X

persentase perubahan dalam harga komoditi Y

(Salvatore, 2001).

Elastisitas (harga) silang adalah persentase perubahan kuantitas

X yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang Y (yang

mempunyai hubungan) sebesar satu persen. Nilai elastisitas silang bisa

positif, nol atau negatif. Tanda tersebut penting untuk

menginterpretasikan nilai elastisitas tersebut. Hal ini seperti yang

(40)
(41)

commit to user Interpretasi Elastisitas Silang

Elastisitas Golongan barang Interpretasi Positif

penggunaannya dapat mengganti suatu produk dengan fungsi yang

sama. Sedangkan elastisitas < 0 atau negatif berfungsi komplementer

sehingga dalam penggunaannya dapat bersama-sama dengan produk

lain karena dalam fungsi yang berbeda (Arsyad, 1995).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Konsep permintaan digunakan untuk mengukur keinginan pembeli

dalam suatu pasar. Fungsi permintaan mengukur hubungan antara jumlah

barang yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhinya

(Arsyad,1995).

Sudarsono (1991), menyatakan bahwa dalam banyak studi empiris atau

penelitian tentang permintaan biasanya dipergunakan bentuk fungsi

permintaan yang mempunyai elastisitas konstan. Metode ini mendasarkan diri

atas anggapan bahwa elastisitas permintaan terhadap perubahan variabel yang

menjadi determinannya selalu tetap. Bentuk fungsinya adalah fungsi

kepangkatan dengan menggunakan beberapa variabel sebagai determinannya,

yang dirumuskan sebagai berikut :

Qd = f (Px, Ps, Pk, Y, JP)

Dimana :

Qd : Permintaan terhadap suatu barang

Px : Harga barang itu sendiri

(42)

commit to user Pk : Harga barang komplementer (pelengkap)

Y : Pendapatan per kapita

JP : Jumlah penduduk

Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan adalah

model regresi non linear berganda. Bentuk fungsinya dituliskan sebagai

berikut :

Qd = bo. Pxb1 . Psb2 . Pkb3. Yb4.JPb5. eb6

Bentuk fungsi tersebut adalah non linear sehingga untuk

mempermudah proses penaksirannya fungsi permintaan dapat

ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural sehingga berbentuk :

Ln Qd = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + ... + bn ln Xn-1 + e

Keterangan:

Ln Qd : Permintaan

b0 : Konstanta

b1, b2, ..., bn : Koefisien regresi

Ln X1, ln X2, ..., ln Xn-1 : Variabel bebas

e : Faktor lain

Estimasi terhadap fungsi permintaan menggunakan metode kuadrat

terkecil yang biasa (Ordinary Least Square/OLS). Dengan metode ini akan

dihasilkan pemerkira yang terbaik, linear, dan memiliki varians yang

minimum dalam kelas sebuah pemerkira tanpa bias (Best Linear Unbiased

Estimator/BLUE) (Supranto, 2001).

Untuk mencari tingkat kepekaan variabel terhadap permintaan telur

ayam ras dilakukan dengan cara menghitung elastisitas pendapatan, elastisitas

harga dan elastisitas silangnya. Besarnya nilai elastisitas tersebut dapat

ditunjukkan langsung oleh nilai koefisien regresi variabel penduganya.

Elastisitas pendapatan adalah mengukur bagaimana kuantitas

permintaan merespon terhadap perubahan pendapatan pembeli, dihitung

(43)

commit to user

f = perubahan persentase dalam jumlah (Q)

perubahan persentase dalam pendapatan (I)=

∆Q²Q

∆I I

²

Elastisitas harga dimanfaatkan untuk menentukan sifat permintaan

suatu barang, dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

f = perubahan persentase dalam jumlah (Q)

perubahan persentase dalam harga (P) =

∆Q²Q

∆P P

²

Elastisitas silang dimanfaatkan untuk menentukan sifat hubungan antar

barang, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

f = persentase perubahan dalam jumlah komoditi X

persentase perubahan dalam harga komoditi Y

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini tentang

(44)

commit to user

Gambar 9. Skema Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah

Keterangan :

___________ : Variabel yang diamati _ _ _ _ _ _ _ : Variabel yang tidak diamati

Faktor-faktor Sosial Ekonomi

Faktor Penduduk

Faktor Pendapatan Faktor Harga

Harga barang itu sendiri

Variabel:

Jumlah penduduk Harga barang

lain

Variabel: Substitusi: - Harga telur itik - Harga daging

ayam ras Komplementer - Harga beras

Analisis permintaan Variabel:

Harga telur ayam ras Variabel:

Pendapatan per kapita

Estimasi fungsi permintaan telur ayam ras

Elastisitas permintaan telur ayam ras

a). Elastisitas pendapatan b). Elastisitas harga c). Elastisitas silang Permintaan Telur Ayam Ras

di Kabupaten Sukoharjo

(45)

commit to user D. Hipotesis

1. Diduga permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo dipengaruhi

oleh harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga

beras, pendapatan per kapita, dan jumlah penduduk.

2. Diduga permintaan telur ayam ras bersifat elastis.

E. Asumsi-asumsi

1. Konsumen rasional dalam membelanjakan uang dan mempunyai

pengetahuan yang lengkap tentang harga yang sedang berlaku.

2. Selera dan preferensi konsumen tidak diteliti karena tidak dapat diukur

secara kuantitatif sehingga dianggap tetap.

3. Harga barang terjadi pada pasar dengan persaingan sempurna

4. Telur ayam ras yang dikonsumsi masyarakat seluruhnya berasal dari

pembelian dalam bentuk segar.

5. Variabel-variabel lain diluar penelitian yang berpengaruh terhadap

permintaan telur ayam ras tercakup dalam error.

F. Pembatasan Masalah

1. Penelitian yang dilakukan terbatas pada konsumsi telur ayam ras yang

dibeli dalam bentuk segar oleh masyarakat di Kabupaten Sukoharjo.

2. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dengan rentang waktu

antara tahun 1994-2009.

3. Penelitian ini hanya terbatas pada beberapa variabel, yaitu: harga telur

ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, pendapatan

per kapita, dan jumlah penduduk.

4. Harga-harga diperhitungkan berdasarkan harga setempat pada tahun

penelitian.

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Permintaan telur ayam ras adalah jumlah telur ayam ras yang diminta oleh

masyarakat Kabupaten Sukoharjo yang diukur dalam satuan kilogram per

(46)

commit to user

2. Harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh konsumen untuk

mendapatkan sejumlah barang dalam hal ini adalah telur ayam ras, ikan

asin, daging ayam ras, dan beras.

3. Harga telur ayam ras adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh

konsumen untuk mendapatkan telur ayam ras. Merupakan harga riil

rata-rata yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).

4. Harga telur itik adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh konsumen

untuk mendapatkan telur itik. Merupakan harga riil rata-rata yang diukur

dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).

5. Harga daging ayam ras adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh

konsumen untuk mendapatkan daging ayam ras. Merupakan harga riil

rata-rata yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).

6. Harga beras adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh konsumen untuk

mendapatkan beras. Harga beras adalah harga riil rata-rata yang diukur

dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg). Dalam penelitian ini beras

yang dimaksud adalah beras jenis IR 64.

Untuk menghilangkan pengaruh inflasi, dilakukan pendeflasian.

Tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2002 (2002 = 100). Tahun dasar

diasumsikan sebagai tahun dimana kondisi perekonomian dalam keadaan

stabil. Harga-harga terdeflasi dapat dicari dengan rumus :

Px= A A x P

Keterangan :

Px : Harga yang terdeflasi (RP/Kg)

IHKd : Indeks harga konsumen pada tahun dasar

IHKt : Indeks harga konsumen pada tahun t

Ps : Harga sebelum terdeflasi (Rp/Kg)

(Sukirno, 2001).

7. Pendapatan per kapita adalah pendapatan riil tiap penduduk Sukoharjo

(47)

commit to user

Untuk menghilangkan pengaruh inflasi dalam perhitungan

pendapatan per kapita dilakukan pendeflasian dengan menggunakan tahun

dasar 2002 (2002 = 100). Pendapatan terdeflasi dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

Yt = A

A x YŖúǴ

Keterangan:

Yt : Pendapatan per kapita pada tahun t

IRd : Indeks Implisit PDRB tahun dasar

IHt : Indeks Implisit PDRB tahun t

Yabt : Pendapatan absolut per kapita tahun t

8. Jumlah penduduk adalah jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo yang

(48)

commit to user

31

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

Metode deskriptif mempunyai ciri memusatkan diri pada pemecahan yang ada

pada masa sekarang, masalah-masalah yang aktual, dan data yang telah

dikumpulkan disusun, dijelaskan kemudian dianalisis (Surakhmad, 1998).

B. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan dengan sengaja

(purposive) yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai

dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1995). Daerah penelitian

yang dipilih adalah Kabupaten Sukoharjo karena di daerah tersebut memiliki

potensi pengelolaan dan pengembangan ternak terutama ayam ras petelur.

Dengan pertimbangan memiliki permintaan telur ayam ras yang lebih tinggi

dibanding kabupaten di Karesidenan Surakarta. Hal ini dapat dilihat pada di

bawah ini.

Tabel 5. Permintaan Telur Ayam Ras di Karesidenan Surakarta Tahun 2007-2008

No Kabupaten 2007 (Kg) 2008 (Kg)

1 Karanganyar 6.067.815 5.908.140

2 Sukoharjo 12.148.068 12.806.425

3 Boyolali 1.471.934 6.265.925

4 Sragen 2.484.369 2.465.795

5 Wonogiri 230.100 370.269

6 Klaten 6.492.862 6.754.872

7 Surakarta 6.268.591 6.356.215

Sumber : BPS Jawa Tengah Dalam Angka (2008)

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang dicatat

secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau

lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini, data

(49)

commit to user

daging ayam ras, harga beras, pendapatan per kapita, dan jumlah penduduk di

Kabupaten Sukoharjo tahun 1994-2008. Data ini diperoleh dari Badan Pusat

Statistik Kabupaten Sukoharjo serta Dinas Perdagangan, Perindustrian dan

Koperasi Kabupaten Sukoharjo.

D. Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan cara:

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Pencatatan

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pencatatan, yaitu

dengan cara mancatat data yang ada berbagai instansi atau lembaga

yang terkait dengan penelitian ini. Adapun instansi yang dijadikan

sumber data dalam penelitian ini adalah Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Sukoharjo, BPS Kota Sukoharjo serta instansi lain

yang ada relevansinya dengan penelitian ini.

b. Wawancara

Yaitu metode yang dilakukan dengan wawancara secara langsung

dengan sumber-sumber informan dari instansi maupun lembaga yang

terkait.

2. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

dengan menggunakan data time series selama kurun waktu 16 tahun

(mulai dari tahun 1994 sampai 2008). Data sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi harga telur ayam ras, harga telur itik, harga

daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita.

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Permintaan Telur Ayam Ras dengan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya

Metode analisis yang digunakan untuk mengestimasi fungsi

permintaan adalah metode non linear berganda dengan asumsi klasik.

Gambar

Gambar 1. Kurva Permintaan Komoditi (Rasyaf, 1991).
Gambar 2. Kurva Permintaan  Sumber : Sudarsono (1983)
Gambar 5. Permintaan tidak elastis (elastisitas < 1)
Gambar 7. Permintaan elastis (elastisitas > 1).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena banyaknya suatu permasalahan yang timbul dalam sebuah sistem berjalan, maka dibuatlah suatu sistem usulan untuk mengurangi permasalahan yang terjadi dengan

Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pada setiap pertemuan di siklus I, yaitu pertemuan 1, dan 2. Observasi untuk mengamati guru dan siswa. Hasil observasi

Jika Solat Qada’ dan Solat Tunai berturut-turut maka sunat Azan bagi solat pertama sahaja samada dimulai dengan Tunai atau Qada’ kecuali jika dimulai dengan Qada’ dan selepas

Corporate governance adalah serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para

Meneruskan Informasi dari Kemenristekdikti, Dalam rangka meningkatkan kemampuan Dosen peneliti, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat,Direktorat Jenderal Penguatan Riset

MODIS Enhance Vegetation Index (EVI) and Land Surface Temperature (LST) products in late august from 2000 to 2014 were employed to explore vegetation index and land

lecanii , penerapan AP trips, penerapan AP penyakit embun tepung serta penggunaan pestisida selektif dapat mengurangi penggunaan pestisida sebesar 84,60%, residu pestisida pada

Direktur/Direktris perusahaan yang diundang selaku peserta lelang dapat diwakilkan dan apabila tidak menghadiri undangan tanpa alasan yang jelas sampai pada batas waktu yang telah