• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan pemutuan buah manggis untuk ekspor secara non destruktif dengan jaringan syaraf tiruan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan pemutuan buah manggis untuk ekspor secara non destruktif dengan jaringan syaraf tiruan"

Copied!
276
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PEMUTUAN BUAH MANGGIS

UNTUK EKSPOR SECARA NON DESTRUKTIF DENGAN

JARINGAN SYARAF TIRUAN

Sandra

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ii

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul: “Pengembangan Pemutuan Buah Manggis untuk Ekspor Secara Non Destruktif Dengan Jaringan Syaraf Tiruan” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber daya dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juni, 2007

Sandra

(3)

iii ABSTRAK

SANDRA. Pengembangan Pemutuan Buah Manggis untuk Ekspor Secara Non Destruktif dengan Jaringan Syaraf Tiruan. Dibimbing oleh HADI K.PURWADARIA, I WAYAN BUDIASTRA, SUROSO dan AMORANTO TRISNOBUDI.

Teknik pemutuan manggis untuk ekspor masih dilakukan secara manual terhadap mutu bagian luar buah saja. Hal ini menyebabkan mutu manggis untuk ekspor masih belum memuaskan konsumen karena ketidakseragaman dan adanya manggis yang rusak bagian dalam. Teknik manual sangat tergantung pada keadaan dan kondisi dari tenaga penyortir. Kelemahan evaluasi secara manual ini penyebabnya adalah faktor kelelahan manusia, keragaman visual dan perbedaan persepsi mutu buah.

Penelitian ini mempunyai tujuan membangun sistem kecerdasan buatan berbasis jaringan syaraf tiruan, untuk mekanisme sortasi dan pemutuan buah manggis segar secara non-destruktif dengan menggunakan JST. Parameter input yang digunakan adalah hasil dari pengolahan citra dan gelombang ultrasonik, pengolahan citra untuk mutu luar dan gelombang ultrasonik untuk mutu dalam. Sampel manggis yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah manggis yang telah dipilah oleh tenaga penyortir berpengalaman kemudian diambil citranya dengan kamera CCD digital berwarna dengan perangkat penunjang video capture MATROX Meteor, dan diukur gelombang ultrasonik pada frekwensi 50kHz.. Keluaran dari citra digital dan ultrasonik yang mempunyai korelasi dengan mutu dijadikan input JST.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa area, indek warna merah (r), indek warna biru (b), saturasi, intensitas, dan kecepatan gelombang ultrasonik mempunyai korelasi dengan kelas SNI manggis, sedangkan r, g, b, H, S, dan I mempunyai korelasi dengan sifat fisiko-kimia. Ketepatan pemutuan keutuhan kelopak dengan pengolahan citra adalah sebesar 100 %. Pemutuan berdasarkan diameter mempunyai ketepatan sebesar 94 %. Rata-rata kecepatan gelombang ultrasonik manggis rusak adalah 0.1402 mm/µs dan manggis tidak rusak adalah 0.1282 mm/ µs. Ketepatan pemutuan manggis dengan JST sebesar 95 % untuk kelas SNI dan 92 % untuk pendugaan rasio gula/asam.

(4)

iv ABSTRACT

SANDRA. Development of Non Destructive Grading For Export Mangosteen Using Neural Network. Under Supervision of HADI K.PURWADARIA, I WAYAN BUDIASTRA, SUROSO and AMORANTO TRISNOBUDI

Grading of mangosteen for export in Indonesia, so far, is done manually based on visual evaluation. The practices cause ununiform quality, since the inside defects of fruits are undetected. Human errors also occur frequently due to the fatigue of the workers. This research aimed to develop a non destructive grading system to evaluate mangosteen quality for export using neural network. Input data for neural network were parameters obtained from image processing and ultrasonic measurement which had strong relationships with quality characteristics of mangosteen. The results indicated that area, red color index (r), blue color index (b), hue, saturation, intensity, and the velocity of ultrasonic wave were correlated with the physico-chemical characteristics of mangosteen. The accuracy level in evaluation of calyx wholeness using image processing was 100 %. Grading of mangosteen based on diameter reached 94 % accuracy. The average of ultrasonic wave velocity for the defect mangosteen was 0.1402 mm/µs while for the wholesome mangosteen was 0.1282 mm/ µs. The accuracy level of neural network prediction for grading mangosteen quality was 95 %, and for the ratio of sugar/acid was 92 %.

(5)

v

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007

Hak cipta dilindungi

(6)

vi

PENGEMBANGAN PEMUTUAN BUAH MANGGIS

UNTUK EKSPOR SECARA NON DESTRUKTIF DENGAN

JARINGAN SYARAF TIRUAN

Sandra

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

vii

Judul Disertasi : Pengembangan Pemutuan Buah Manggis Untuk Ekspor Secara Non Destruktif dengan Jaringan Syaraf Tiruan

Nama Mahasiswa : Sandra

Nomor Pokok : F 161020081/TEP

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir. Hadi K.Purwadaria, M.Sc. Dr.Ir I Wayan Budiastra, M.Agr.

Ketua Anggota

Dr. Ir. Suroso, M.Agr. Dr. Ir. Amoranto Trisnobudi.

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu Keteknikan Pertanian

Prof.Dr. Ir. Budi Indra Setiawan. M.Agr. Prof.Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro, MS.

(8)

viii PRAKATA

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha besar yang menguasai alam semesta ini, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga disertasi berjudul “Pengembangan Pemutuan Buah Manggis untuk Ekspor Secara Non Destruktif dengan Jaringan Syaraf Tiruan” ini dapat diselesaikan.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis haturkan kehadapan: Bapak Prof . Dr. Ir. Hadi Karya Purwadaria, MSc., Bapak. Dr. Ir. I Wayan Budiastra, MAgr., Bapak Dr. Ir. Suroso, MAgr., dan Bapak Dr. Ir. Amoranto Trisnobudi, yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan dukungan yang tidak terhingga sehingga penulis dapat melewati tahapan studi S3.

Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kehadapan: Bapak Prof. Dr.Ir. Budi Indra Setiawan, Magr. selaku ketua program studi Ilmu Keteknikan Pertanian, Sekolah Pascasarjana IPB yang telah banyak memberi masukan dalam ujian tertutup dan penyempurnaan disertasi ini, Bapak. Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, Magr. selaku penguji luar pada ujian tertutup yang telah banyak memberi masukan kepada penulis. Penulis juga menghaturkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Sobir, MSi. Ketua Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) – IPB, dan Bapak Dr. Ir. Mohamad Reza Tirtawinata, MS. Kepala Divisi Pengembangan Proyek Khusus, Taman Wisata Mekarsari. yang telah berkenan menjadi penguji luar komisi pada ujian terbuka.

Penyelesaian Disertasi ini tidak lepas dari dukungan dan pengorbanan yang sangat besar dari istri dan ananda yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Penulis menghaturkan terimakasih kepada ibunda yang selalu berdoa untuk penulis, juga seluruh keluarga yang telah banyak memberi perhatian kepada penulis.

Kepada pimpinan Universitas Andalas penulis sampaikan ucapan terima kasih atas ijin studi yang diberikan kepada penulis. Kepada seluruh dosen di TEP penulis ucapkan terima kasih karena telah banyak memberikan pengalaman belajar selama studi di IPB, juga teman-teman TEP dan semua pihak yang banyak memberikan dukungan kepada penulis. Harapan penulis semoga disertasi ini dapat bermanfaat. Amin.

(9)

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batu Sangkar, pada 31 Desember 1963 sebagai anak pertama dari lima bersaudara pasangan.H.Munir (alm) dan Hj. Sariani. Pada Tahun 1989 penulis lulus sebagai Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang, Jurusan Teknologi Pertanian. Pada Tahun 1995 penulis melanjutkan studi pada Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Program Studi Pasca Panen dan lulus pada Tahun 1998. Studi S3 pada Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian mulai ditempuh pada Tahun Ajaran 2002/2003 dengan Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Depdiknas.

(10)

x

ABSTRAK ... iii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Permasalahan ... 5

Tujuan Penelitian ... 7

Manfaat Penelitian ... 7

TINJAUAN PUSTAKA ... 8

Manggis... 8

Pasca Panen Manggis... 11

Fisiologi Buah Manggis ... 15

Teknik Pengolahan Citra... 17

Penggunaan Sifat Akuistik Untuk Evaluasi Kualitas Internal ... 19

Jaringan Syaraf Tiruan ... 24

METODE PENELITIAN... 26

Tempat Dan Waktu Penelitian ... 26

Bahan Dan Peralatan... 26

Prosedur Penelitian ... 27

Pengukuran Gelombang Ultrasonik ... 30

Pengambilan Citra ... 31

Pengukuran Sifat Fisikokimia... 36

Pengembangan Pemutuan Buah Manggis Dengan JST ... 38

HASIL DAN PEMBAHASAN... 46

Prasortasi Buah Manggis Berdasarkan Keutuhan Kelopak ... 46

Hubungan Indek Rgb Dengan Mutu Buah Manggis... 48

Hubungan Indek Rgb Dengan Sifat Fisikokimia Buah Manggis... 51

Sebaran Hsi Dengan Mutu Buah Manggis... 56

Hubungan Hsi Dengan Sifat Kimia Buah Manggis ... 59

Hubungan Fitur Tekstur Dengan Mutu Buah Manggis ... 60

Pemutuan Berdasarkan Ketuaan Buah Manggis... 63

Pemutuan Berdasarkan Area Citra Diambil Dari Atas ... 68

Pemutuan Berdasarkan Area Citra Diambil Dari Samping... 70

Hubungan Antara Sifat Fisikokimia Dengan Mutu Manggis ... 74

Pemutuan Bagian Dalam Buah Manggis ... 76

Hubungan Kecepatan Ultrasonik Dengan Sifat Kimia Manggis ... 78

(11)

xi SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ... 87

Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(12)

xii

1. Ekspor Manggis Indonesia 2000 – 2005... 2

2. Produksi Manggis Indonesia ………...………… 8

3. Luas Panen, Produktivitas Dan Produksi Manggis ………...……. 10

4. Persyaratan Mutu Manggis Segar ... 11

5. Karakteristik Buah Manggis... 16

6. Komposisi Zat Gizi Manggis (Per 100 G )... 18

7. Kriteria Mutu Bagian Dalam Manggis ... 27

8 Hasil Perhitungan Statistik Pada Data Luas Area Kelopak Manggis... 47

9 Tabel Perbandingan Antara Pemutuan Secara Manual Dengan Pemutuan Menggunakan Program Sortasi Pengolahan Citra... 47

10. Nilai Statistik Rgb Manggis Mutu Super, Mutu I Dan Manggis Tolakan... 50

11 Nilai Statistik HSI Pada Semua Mutu Manggis... 56

12 Nilai Statistik Tekstur Buah Manggis Mutu Ekspor Dan Buah Manggis Tolakan... 62

13 Perbandingan Antara Pemutuan Secara Manual Dengan Pemutuan Menggunakan Program Sortasi Pengolahan Citra... 65

14 Hubungan Antara Diameter Buah Manggis Dengan Area... 69

15 Perbandingan Pemutuan Secara Manual Dengan Pemutuan Pengolahan Citra Dari Atas... 70

16 Hubungan Antara Diameter Manggis Dengan Piksel (Area) (Citra Samping)... 71

17 Perbandingan Pemutuan Secara Manual Dengan Pemutuan Pengolahan Citra Dari Samping... 72

18 Hasil Perhitungan Statistik Kecepatan Gelombang Ultrasonik... 77

19 Keluaran JST Untuk Pemutuan Manggis... 80

20 Hasil Validasi Pemutuan Buah Manggis Dengan JST... 81

21 Keluaran JST Untuk Rasio Gula/Asam... 82

(13)

xiii

1. Roadmap Penelitian Utama Pengembangan Mesin Sortasi Dan Pemutuan

Buah Manggis Segar …………...………... 3

2. Buah Manggis Rusak Bagian Dalam ………... 6

3 Indeks Kematangan Buah Manggis ... 9

4 Bentuk Penjalaran Gelombang Pada Selang Waktu Tertentu ... 20

5 Elemen Volume Dalam Padatan Pada Keadaan Seimbang (Atas) Dan Pada Saat Dilalui Gelombang Akustik (Bawah)... 21

6 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan ... 25

7 Kriteria Mutu Dalam Manggis... 28

8 Tahapan Pelaksanaan Penelitian... 29

9 Pemeriksaan Manggis Menggunakan Gelombang Ultrasonik... 29

10 Skema Perekaman Obyek Manggis Ke Dalam Citra Digital... 32

11 Hasil Thresholding... 34

12 Tahap Pemutuan Buah Manggis Dengan JST... 39

13 Struktur Model Jst I... 40

14 Struktur Model Jst Ii... 40

15 Arsitektur Jst Lapisan Jamak... 42

16 Thresholding Kelopak... 46

17 Sebaran Antara Jumlah Piksel Kelopak Utuh Dan Jumlah Kelopak Tolakan (Garis Mendatar Adalah Batas Luasan Untuk Masing-Masing Kelopak)... 47

18 Tampilan Program Penentuan Jumlah Kelopak ... 48

19 Sebaran Indek Warna Merah ( r) Pada Berbagai Tingkatan Mutu Manggis. 49 20 Sebaran Indek Warna Hijau (g) Pada Berbagai Tingkatan Mutu Manggis.. 49

21 Sebaran Indek Warna Biru ( b) Pada Berbagai Tingkatan Mutu Manggis.... 51

22 Hubungan r Dengan Sifat Fisikokimia Buah Manggis... 52

23 Hubungan g Dengan Sifat Fisikokimia Buah Manggis... 53

24 Hubungan b Dengan Sifat Fisikokimia Buah Manggis... 55

25 Sebaran Nilai Hue (H) Dengan Mutu Manggis... 57

26 Sebaran Nilai Saturasi (S) Dengan Mutu Manggis... 58

(14)

xiv

30 Sebaran Nilai Homogenitas Pada Berbagai Tingkat Mutu Buah Manggis... 61

31 Sebaran Entropi Pada Berbagai Tingkat Mutu Buah Manggis... 63

32 Sebaran Energi Pada Berbagai Tingkat Mutu Buah Manggis... 63

33 Pemutuan Manggis Di Tingkat Pengepul/Ekportir (Mutu Eksport”A”; Tolakan “B”)... 64

34 Tampilan Program Penentuan Tingkat Ketuaan... 65

35 Buah Manggis Salah Pendugaan Pengolahan Citra... 66

36 Hubungan Antara Diameter Manggis Dengan Jumlah Piksel... 67

37 Hubungan Antara Berat Manggis Dengan Jumlah Piksel... 67

38 Hubungan Antara Berat Manggis Dengan Diameter Manggis... 67

39 Hasil Thresholding Buah Manggis Citra Dari; (A) Atas, (B) Samping…. 68 40 Hubungan Diameter Dengan Pemutuan Secara Manual... 72

41 Hubungan Diameter Dengan Pemutuan Hasil Pengukuran... 73

42 Hubungan Jumlah Piksel Dengan Dengan Pemutuan Buah Manggis... 73

43 Sebaran Total Gula Pada Berbagai Tingkat Mutu Buah Manggis... 74

44 Sebaran Total Padatan Terlarut Pada Berbagai Tingkat Mutu Buah Manggis... 75

45 Sebaran Total Asam Pada Berbagai Tingkat Mutu Buah Manggis... 75

46 Sebaran Kekerasan Kulit Buah Pada Berbagai Tingkat Mutu Buah Manggis... 76

47 Hubungan Kecepatan Gelombang Ultrasonik Dengan Pemutuan Buah Manggis... 77

48 Hubungan Kecepatan Gelombang Ultrasonik Dengan Sifat Kimia Buah Manggis... 78

49 Struktur Jst Untuk Pemutuan Buah Manggis... 81

50 Struktur JST Untuk Pendugaan Rasio Gula/Asam... 83

51 Pemisah Obyek (Manggis) Dengan Latar Belakang... 85

52 Visualisai Sistem Pemutuan Manggis Dengan JST I... 85

(15)

xv

Halaman

1 Perbandingan Pemutuan Kelopak Manual Dengan Pemutuan

Menggunakan Program Sortasi Pengolahan Citra ... 97

2 Perbandingan Antara Pemutuan Secara Manual Dengan Pemutuan Menggunakan Program Sortasi Pengolahan Citra ... 98

3 Perbandingan Pemutuan Secara Manual Dengan Pemutuan Menggunakan Program Sortasi Pengolahan Citra Dari Atas ... 99

4 Pemutuan Manggis Secara Manual... 101

5 Perbandingan Pemutuan Secara Manual Dengan Pemutuan Menggunakan Program Sortasi Pengolahan Citra Dari Samping ... 103

6 Data Pelatihan Jst I ... 105

7 Hasil Pelatihan Jst Model I... 107

8 Pembobot Akhir JST Model I ... 109

9 Data Validasi Jst Model I ... 111

10 Hasil Validasi Jst Model I ... 112

11 Data Pelatihan Jst Model Ii ... 113

12 Pembobot Akhir Jst Jst Model Ii ... 114

13 Data Validasi Jst Model Ii ... 117

(16)

Latar belakang.

Manggis merupakan salah satu primadona ekspor buah-buahan segar, yang

menjadi andalan Indonesia untuk meningkat pendapatan devisa Negara, dan

memiliki pangsa pasar dan nilai ekonomis yang tinggi di luar negeri. Pasar buah

manggis masih mempunyai peluang yang besar ini ditunjukkan oleh permintaan

pasar yang masih relatif besar daripada penawarannya, hal ini berlaku untuk pasar

di dalam negeri maupun pasar ekspor. Kemudian tingginya nilai ekonominya

tercermin dari harga buah manggis yang relatif lebih tinggi apabila dibandingkan

dengan harga buah-buahan lainnya. (Direktorat Tanaman Buah Direktorat

Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2007). Harga buah manggis mungkin yang

termahal diantara jenis buah-buahan tropis yang lain, kebanyakan buah disantap

matang, jarang yang diproses lebih lanjut, mungkin karena adanya penurunan rasa

dan aroma (Ashari, 1995)

Manggis mempunyai peluang pasar yang cukup besar untuk ditingkatkan

ekspornya, karena tidak banyak pesaing-pesaing di dunia yang sudah

membudidayakan manggis dan bermain di pasar internasional, kecuali Thailand

dan Malaysia. Oleh karena itu apabila ingin meraih peluang tersebut, manggis

harus ditangani secara serius mulai dari budi daya, teknologi pasca panen sampai

pemasarannya dan yang penting harus dikerjakan secara perkebunan.

Negara-negara tujuan utama ekspor buah manggis Indonesia adalah Taiwan, Hongkong,

Jepang, Singapura, Belanda, Perancis dan Arab Saudi. Ukuran buah manggis

untuk ekspor masing-masing negara berbeda, menurut petani/pengepul buah

manggis di Purwakarta negara-negara Eropa lebih suka yang berukuran besar dan

negara-negara timur tengah suka yang berukuran agak kecil.

Produksi manggis Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,

pada tahun 1990 produksi 357.54 ton, tahun 1994 produksi 2 687.41 ton, pada

tahun 2000 produksi manggis mencapai 26 400 ton dan meningkat tajam pada

tahun 2003 sebesar 79 073 ton dan produksi pada tahun 2005 sebesar 64 711 ton.

(17)

– 40 persen yang layak ekspor (Waruwu, et al, 1999). Hal ini disebabkan mutu

buah manggis yang dihasilkan kurang baik, sehingga tidak memenuhi syarat

untuk ekspor, maka pengembangan pemutuan manggis ekspor sangat diperlukan

untuk meningkatkan jumlah dan menjamin manggis yang layak ekspor.

Perkembangan ekspor manggis seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Ekspor manggis Indonesia 2000 – 2005

Tahun Volume (103 ton)

Nilai (US$ juta)

2000 7.18 5.89

2001 4.87 3.95

2002 6.51 6.99

2003 9.30 9.31

2004 3.04 3.03

2005 8.47 6.91

Sumber: Rusnas Buah 2006

Dewasa ini eksportir/pedagang pengepul mengumpulkan buah manggis

dari petani, kemudian buah manggis disortasi secara manual berdasarkan

pengalaman yang turun temurun, sortasi buah manggis yang dilakukan

berdasarkan tingkat ketuaan dan sortasi pemutuan. Sortasi ketuaan dan sortasi

pemutuan dengan cara manual ini sangat tergantung pada keadaan dan kondisi

dari tenaga penyortir, yang juga jadi permasalahan adalah perbedaan persepsi

masing-masing penyortir terhadap mutu buah, sehingga hasilnya kurang seragam

dan waktunya lama karena dilakukan lebih dari satu kali.

Sortasi berdasarkan tingkat ketuaan, dilakukan untuk menentukan lokasi

pemasaran dimana tingkat ketuaan tinggi pemasarannya hanya untuk daerah yang

dekat/lokal, sedangkan untuk ekspor digunakan buah manggis dengan tingkat

ketuaan yang masih rendah. Sedangkan untuk sortasi pemutuan berdasarkan

ukuran, disamping untuk memisahkan manggis yang tidak bisa diekspor juga

biasanya digunakan untuk menentukan negara tujuan ekspor, timur tengah untuk

buah yang berukuran kecil, sedangkan untuk negara lainnya yang berukuran

besar. Sortasi mutu bagian dalam manggis saat ini dilakukan secara destruktif

dengan jalan mengambil beberapa sampel kemudian dibelah. Pemutuan bagian

(18)

Tahun

0 1 2 3 Program Komputer

Ultrasonik

Program Komputer Citra digital

Sitem Evaluasi Ultrasonik

Sistem Evaluasi Citra Digital

Sistem Elektronik Mesin Sortasi Perangkat keras

Mesin Sortasi

Perangkat Lunak Mesin Sortasi

Model Kontrol

Integrasi Perangkat keras dan Perangkat

Lunak

Prototipe Mesin Sortasi Otomatis

Jaringan Syaraf Tiruan

Karakteristik Mutu Luar Karakteristik

Mutu Dalam Sistem Mekanik Mesin Sortasi

Sinergi Ultrasonik dan Citra digital

Modifikasi Rancangan

(gambogen) pada permukaan daging buah, daging buah berwarna bening dan

keras (transluscent) serta busuknya daging buah (decay).

Kajian tentang sortasi buah manggis dilakukan secara sinergis oleh

beberapa peneliti dengan beberapa fokus kajian yang tergabung dalam penelitian

hibah pasca yang berjudul Pengembangan Mesin Sortasi Manggis Otomatis

Berbasis Teknik Pemeriksaan Secara Non-destruktif dan Jaringan Syaraf Tiruan,

roadmap penelitian tercantum pada Gambar 1.

Keterangan: = Penelitian yang dilakukan

Gambar 1. Roadmap penelitian pengembangan mesin sortasi dan pemutuan buah manggis segar

Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwasanya terdapat beberapa tahapan

penelitian, masing-masing tahapan dilakukan oleh beberapa peneliti. Fokus kajian

dalam penelitian ini adalah menentukan karakteristik mutu luar dan mutu dalam

buah manggis, dengan jalan melakukan sistem evaluasi citra digital dengan

program komputer citra digital, sedangkan untuk evaluasi sistem ultrasonik

dilakukan oleh peneliti lain. Hasil dari sistem evaluasi citra digital ini dikaji lebih

(19)

dan citra digital menggunakan jaringan syaraf tiruan. Hasil sistem evaluasi ini

juga digunakan untuk menyusun perangkat keras mesin sortasi manggis yang

diteliti lebih mendalam oleh peneliti yang lainnya.

Kajian tentang mutu luar dan mutu dalam sangat penting dilakukan untuk

mendapatkan metode penanganan pasca panen yang lebih cepat dengan tingkat

kesalahan yang relatif rendah untuk mengganti metoda manual yang dilakukan

selama ini. Alasan pemilihan teknik pengolahan citra untuk pemutuan luar karena

kriteria dan persyaratan sortasi bisa dinilai secara visual, sedangkan untuk

menentukan mutu bagian dalam buah manggis menggunakan teknologi

gelombang ultrasonik. Metoda citra dan gelombang ultrasonik ini merupakan

metoda kualitatif secara non-destruktif (tanpa merusak bahan). Aplikasi teknik

pengolahan citra di bidang pertanian telah banyak dilakukan antara lain oleh

Chaerle dan Straeten (2001) menggunakan citra digital untuk memonitor

tumbuhan sehat, Quevedo (2002) menganalisa tekstur citra digital untuk melihat

keadaan permukaan dan struktur mikro dari sel kentang, Gay, Berruto dan

Piccarolo (2002) menggunakan citra untuk pemutuan buah, Jahns, Nielsen dan

Paul (2001) menganalisis atribut citra untuk pemutuan tomat.

Sedangkan gelombang ultrasonik telah digunakan untuk menentukan sifat

buah apel (Garret dan Furry 1992), pemeriksaan kekerasan buah alpukat

(Mizrach et al., 1998), kematangan buah tomat cherry (Trisnobudi 1998),

sedangkan Galili et al. (1993) untuk kekerasan buah alpokat,. Cheng dan Haugh

(1994) menerapkan ultrasonik moment untuk mendeteksi kerusakan dalam

pada kentang, Budiastra et al. (2002) melakukan pengukuran gelombang

ultrasonik pada manggis utuh serta Haryanto et al. (2001) untuk melihat

kematangan dan rusaknya buah durian.

Hubungan antara parameter mutu dengan kelompok mutu produk

pertanian biasanya sangat komplek, oleh sebab itu diperlukan suatu teknik

yang dapat menggambarkan hubungan tersebut secara baik seperti yang

dilakukan oleh otak manusia.

Jaringan syaraf tiruan (JST) merupakan sebuah struktur komputasi yang

dikembangkan dari proses sistem jaringan syaraf biologi di dalam otak. Pada

(20)

lapisan tersembunyi dan sebuah lapisan keluaran, unit komputasi yang paling

sederhana dalam setiap lapisan disebut node dan terhubung satu sama lain.

Keuntungan dari metode JST adalah dapat membangun fungsi non linier

dan hanya memerlukan data masukan dan keluaran tanpa mengetahui dengan jelas

proses dalam jaringan. Hal ini cocok diterapkan pada data citra dan data

ultrasonik. Turban et al. (2005) jaringan syaraf tiruan dapat dengan cepat

mengidentifikasi pola untuk menghasilkan arah tindakan yang direkomendasikan.,

sedangkan Pandjaitan (2007) mengemukakan jaringan syaraf tiruan merupakan

suatu sistem komputasi yang dibuat dari sejumlah elemen pemroses yang

sederhana dan saling diinterkoneksikan untuk memproses informasi melalui

masukan dari luar dan mampu merespon keadaan yang dinamis.

JST telah banyak diaplikasikan dalam bidang pertanian, karena jaringan

syaraf tiruan efektif untuk memecahkan berbagai permasalahan seperti

pengidentifikasian sampel (termasuk suara dan citra), klasifikasi, peramalan serta

pemecahan permasalahan kombinatorial, adaptif control dan multisensor data

fusion. Selain itu Jaringan syaraf tiruan mampu memecahkan permasalahan

dimana hubungan antara masukan dan keluaran tidak diketahui dengan jelas.

Penelitian yang pernah dilakukan seperti optimasi kontrol manajemen irigasi,

model sensor terhadap daging sapi, memprediksi kadar air tanah, prediksi

hubungan suhu dan kelembaban tanah tanpa perlu mengetahui konduktifitas

difusifitas panas bulk density.

Permasalahan

Permasalahan utama pada buah-buahan musiman termasuk buah manggis

adalah proses matang buah tidak serentak hal ini disebabkan bunga manggis tidak

muncul sekaligus, disamping itu ukuran buah juga tidak seragam. Sehingga sortasi

dan grading atau pemutuan merupakan salah satu proses penanganan pasca panen

yang sangat penting. Menurut Akamine et al. (1993) bahwa Buah-buahan dan

sayur-sayuran mempunyai variasi mutu yang luas, yang disebabkan oleh faktor

genetik, lingkungan dan agronomi. Sortasi mutu diperlukan untuk mendapatkan

(21)

Saat ini proses pemutuan buah manggis ditingkat petani/pedagang pengepul

masih dilakukan secara manual, kelemahan pemutuan secara manual menurut

Budiastra (2002) adalah sering tidak sesuainya mutu bagian dalam dan bagian luar

buah, juga pemutuan buah-buahan segar secara manual cendrung tidak seragam.

Permasalahan penting lainnya adalah pemutuan bagian dalam dari buah

manggis. Mutu bagian dalam dari buah manggis merupakan hal penting karena

hal ini sering menyebabkan terjadinya klaim konsumen yang berujung penolakan

terhadap buah manggis waktu diekspor, karena ada buah manggis permukaan kulit

bagian luarnya mulus tetapi daging buahnya mengalami kerusakan seperti busuk,

daging buah bening atau daging buah ada getah kuningnya seperti Gambar 2.

Pemutuan bagian dalam yaitu memisahkan manggis yang bagus dengan manggis

yang rusak Jenis kerusakan buah manggis bagian dalam antara lain getah kuning

pada daging buah, daging buah bening, serta adanya daging buah yang busuk.

Gambar 2. Buah manggis rusak bagian dalam

Pemutuan bagian dalam buah manggis yang dilakukan saat ini adalah

secara destruktif dengan jalan mengambil beberapa sampel kemudian dibelah

untuk melihat keadaan bagian dalam buah manggis, sehingga ini tidak efektif

karena buah manggis yang dipasarkan bukanlah buah yang telah diperiksa/diuji

mutunya.

(22)

Penelitian ini mempunyai tujuan mengembangkan pemutuan manggis secara

non-destruktif dengan jaringan syaraf tiruan. Parameter yang digunakan adalah hasil

dari pengolahan citra dan kecepatan gelombang ultrasonik.

Tujuan yang lebih spesifik adalah:

1. Mencari hubungan sifat fisiko kimia buah manggis dengan parameter mutu

yang diukur dengan teknik citra digital dan gelombang ultrasonik

2. Menentukan parameter pemutuan dan sortasi buah manggis berdasarkan SNI

dengan teknik pengolahan citra digital dan teknik ultrasonik.

3. Merancang jaringan syaraf tiruan untuk pemutuan dan sortasi buah manggis.

4. Melakukan validasi rancangan jaringan syaraf tiruan untuk pemutuan

manggis.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil pemutuan buah manggis menjadi lebih terjamin.

(23)

Manggis

Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan

tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia dan

Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah

dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan

Australia Utara. Manggis merupakan tanaman tropik basah, yang menyukai

lingkungan yang bersuhu tinggi dan kelembaban yang juga tinggi.(Ashari, 1995;

Verheij dan Coronel, 1997)

Tanaman manggis terdapat diseluruh propinsi di Indonesia. Manggis

tumbuh dan berkembang baik di daerah dengan ketinggian 4 meter sampai

800 meter di atas permukaan laut dan suhu 22 – 32 ºC (Ditjen Hortikultura

2003). Tipe iklim untuk manggis adalah tipe basah dengan curah hujan

antara 1500 – 3000 mm/th dan merata sepanjang tahun, suhu udara rata-rata

20 – 30 oC, pH tanah 5 – 7 (Ashari, 1995; Sunarjono, 2005)

Buah manggis merupakan buah tropis yang paling cocok dengan lidah

orang eropa. Di Indonesia selain untuk memenuhi kebutuhan buah dalam negeri

manggis juga diekspor ke negara lain. Produksi manggis Indonesia dari tahun ke

tahun terus meningkat. Hal ini terlihata dari produksi manggis di Indonesia dalam

kurun waktu 2000 – 2005 seperti pada Tabel 2.

Tabel 2.Produksi Manggis Indonesia

Tahun Produksi (ton)

2000 26 400

2001 25 812

2002 62 055

2003 79073 2004 62117 2005 64711 Sumber: BPS dan DirJen Bina Produksi Hortikutura, Deptan

Produksi manggis di Indonesia hampir merata disetiap propinsi, dan

musim panennya tidak sama antar satu daerah dengan daerah lainnya, artinya

(24)

produksi buah manggis dan luas panen di Indonesia berdasarkan propinsi dapat

dilihat pada Tabel 3.

Untuk tujuan ekspor tingkat kematangan buah manggis sangat perlu

diperhatikan. Ada tujuh tahap indeks kematangan buah manggis menurut Dirjen

Tanaman Buah, Indeks 0 Ciri : Warna buah kuning kehijauan, kulit buah masih

banyak mengandung getah dan buah belum siap dipetik. Indeks 1 Ciri: Warna

kulit buah hijau kekuningan, buah belum tua dan getah masih banyak. Isi buah

masih sulit dipisahkan dari daging. Buah belum siap dipanen. Indeks 2 Ciri:

Warna kulit buah kuning kemerahan dengan bercak merah hampir merata. Buah

hampir tua dan getah mulai berkurang. Isi buah masih sulit dipisahkan dari

daging. Indeks 3 Ciri :Warna kulit buah merah kecoklatan. Kulit buah masih

bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan dari daging kulit. Buah disarankan

dapat dipetik untuk tujuan ekspor. Indeks 4 Ciri :Warna kulit buah merah

keunguan. Kulit buah masih sedikit bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan dari

daging kulit dan buah dapat dikonsumsi. Indeks 5 Ciri :Warna kulit buah ungu

kemerahan. Buah mulai masak dan siap dikonsumsi. Getah telah hilang dan isi

buah mudah dilepaskan. Buah lebih sesuai untuk pasar domestik Indeks 6 Ciri

:Warna kulit buah unggu kehitaman. Buah sudah masak. Buah sesuai untuk pasar

domestik dan siap saji (Gambar 3).

Buah manggis yang direkomendasikan untuk ekspor adalah indek 2 dan

indek 3, ini sama dengan yang dilakukan oleh petani Thailand. Sedangkan di

Malaysia tingkat kematangan dibagi 6 yaitu: peringkat indeks warna 0: hijau

dengan sedikit kemerahan, indeks warna 1: merah kekuningan, indeks warna 2:

merah, indeks warna 3: coklat kemerahan, indeks warna 4: merah keungguan,

indeks warna 5 : unggu tua.

(25)

Tabel 3. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Manggis

M A N G G I S

No. Propinsi Luas panen. Produktivitas Produksi

(Ha) (Ton/Ha) (Ton)

1. Nanggroe Aceh D. 226 4,68 1.058

2. Sum. Utara 657 11,40 7.489

3. Sum. Barat 890 9,83 8.746

4. R i a u 619 4,32 2.672

5. J a m b i 464 9,23 4.285

6. Sum. Selatan 289 13,96 4.033

7. Bengkulu 88 5,77 508

8. Lampung 123 5,06 622

9. Bangka Belitung 359 3,23 1.161

SUMATERA 3.715 8,23 30.574

10. DKI Jakarta - - -

11. Jabar 2.601 10,75 27.967

12. Jateng 550 5,60 3.078

13. D.I. Yogya 263 8,20 2.157

14. Jatim 671 7,57 5.080

15. Banten 625 6,70 4.189

J A W A 4.710 9,02 42.471

16. B a l i 303 6,19 1.877

17. N.T.B. 80 2,53 202

18. N. T. T 0,1 10,00 1

BALI & N. T. 383 5,43 2.080

19. Kal. Barat 108 6,09 658

20. Kal. Tengah 110 5,95 654

21. Kal. Selatan 39 9,87 385

22. Kal. Timur 31 8,13 252

KALIMANTAN 288 6,77 1.949

23. Sul. Utara 92 9,95 915

24. Sul. Tengah 36 5,00 180

25. Sul. Selatan 35 6,86 240

26. Sul. Tenggara - - -

27. Gorontalo 37 2,78 103

SULAWESI 200 7,19 1.438

28. Maluku - - -

29. Maluku Utara 57 9,82 560

30. Papua 1 1,00 1

MALUKU & PAPUA 58 9,67 561

LUAR JAWA 4.644 7,88 36.602

INDONESIA 9.354 8,45 79.073

(26)

Standar mutu buah manggis tercantum dalam Standar Nasional Indonesia

SNI 01-3211-1992, terdiri dari 3 jenis mutu, yaitu mutu super, mutu I, mutu II,

dengan persyaratan seperti Tabel 4.

Tabel 4. Persyaratan mutu manggis segar

Persyaratan Jenis Uji

Mutu Super Mutu I Mutu II

Keseragaman Seragam Seragam Seragam

Diameter >65 mm 55-65 mm <55 mm

Tingkat Kesegaran Segar Segar Segar

Warna Kulit Hijau kemerahan s/d merah muda mengkilat

Hijau kemerahan s/d merah muda mengkilat

Hijau mengkilat Buah cacat atau busuk

(jumlah/jumlah) 0% 0% 0%

Tangkai dan atau

kelopak utuh Utuh Utuh

Kadar kotoran (b/b) 0% 0% 0%

Serangga hidup dan

atau mati Tidak ada Tidak ada Tidak ada Warna daging buah putih bersih khas

manggis

putih bersih khas manggis

putih bersih khas manggis Sumber : Dewan Standar Nasional (1992)

Buah manggis memiliki rasa manis, asam berpadu dengan sedikit sepat

dan segar serta aroma yang khas (Sjaifullah, 1998; Kader, 2002), manggis

merupakan salah satu komoditas buah eksotik karena memiliki cita rasa yang

eksotik dan keindahan kulit buah dan daging buah yang berwarna putih bersih,

yang tidak dimiliki oleh komoditas buah-buahan eksotik lainnya (Direktorat

Tanaman Buah, Dirjen Bina Produksi Hortikultura, 2007)

Pasca panen manggis

Definisi panen buah manggis menurut SPO Direktorat Tanaman Buah

adalah memetikan buah manggis yang siap panen atau sudah mencapai tingkat

kematangan optimal sesuai persyaratan yang telah ditentukan. Pemanenan buah

manggis dilakukan dengan cara memetik/memotong pangkal tangkai buah dengan

alat bantu pisau tajam. Untuk mencapai buah di tempat yang tinggi dapat

(27)

keranjang di ujungnya. Pemanjatan seringkali diperlukan karena manggis adalah

pohon hutan yang umurnya dapat lebih dari 25 tahun. Buah dikumpulkan di dalam

wadah dan ditempatkan di lokasi yang teduh dan nyaman (Ditjen Tanaman

Pangan dan Hortikultura, 2007).

Apabila buah telah matang, kulit buah berubah menjadi hitam kemerahan,

kelopak bunganya tetap menempel pada bagian dasar buah (Ashari, 1995). Saat

panen yang baik apabila kira-kira 25% dari permukaan kulit buah sudah berwarna

ungu. Pemetikan buah dilakukan dengan mengikutsertakan tangkai buah, supaya

dapat bertahan lebih lama (Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2007). Ciri

buah manggis sudah siap dipanen adalah kulit buah berwarna ungu

kemerah-merahan. Buah manggis mulai dapat dipanen setelah berumur 104 hari sejak

bunga mekar (SBM) (Pusat Penelitian & Pengembangan Hortikultura, 2007).

Untuk memetik buah biasanya digunakan songgol bambu (sosog) yang diberi

keranjang di atasnya, dan dipetik hati-hati agar tidak luka kulitnya (Ashari 1995).

Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan

manggis. Buah dipanen setelah berumur 104 hari sejak bunga mekar (SBM).

Umur panen dan ciri fisik manggis siap panen dapat dilihat berikut ini : a) Panen

104 hari: warna kulit hijau bintik ungu; berat 80-130 gram; diameter 55-60 mm.

b) Panen 106 hari: warna kulit ungu merah 10-25%; berat 80-130 gram; diameter

55-60 mm. c) Panen 108 hari: warna kulit ungu merah 25-50%; berat 80-130

gram; diameter 55-60 mm. d) Panen 110 hari: warna kulit ungu merah 50-75%;

berat 80-130 gram; diameter 55-60 mm. e) Panen 114 hari: warna kulit ungu

merah; berat 80-130 gram; diameter 55-65 mm. Untuk konsumsi lokal, buah

dipetik pada umur 114 SBM sedangkan untuk ekspor pada umur 104-108 SBM.

Buah manggis yang diterima setelah panen langsung dicuci dalam bak

dan pencuci dan selanjutnya dinaikkan ke dalam brush washer dan diikuti

pembilasan dengan spray washer. Dengan demikian akan diperoleh buah manggis

yang benar-benar bersih (Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2007).

Buah yang baik kemudian dikelompokkan atas dasar ukuran, mutu super

yaitu diameter buah 6,5 cm; mutu I yaitu diameter buah 5,5-6,5 cm; mutu II yaitu

diameter buah 5,5 cm. Untuk perdagangan internasional, mutu buah ditentukan

(28)

65 gr sedangkan pasaran Jepang minimum 80 gr. Buah manggis yang dipetik

dengan mengikutsertakan tangkainya, pada suhu kamar, buah yang sehat dapat

tetap baik sampai 2-3 minggu setelah panen.

Tempatkan buah yang baik dengan yang rusak dan yang busuk dalam

wadah yang berbeda. Lakukan penyortiran berdasarkan ukuran buah hasil

pengelompokan dari Balai Penelitian Pohon Buah-buahan Solok yaitu besar,

sedang dan kecil (Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan

Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).

Prosedur pelaksanaan sortasi buah manggis menurut SPO yang

dikeluarkan Direktorat Tanaman Buah adalah: a. Pilih kulit buah yang berwarna

hijau keunguan merahan dan mulus. b. Pilih buah yang sepalnya masih lengkap

dan berwarna hijau segar. c. Buah yang terseleksi diletakkan di keranjang yang

beralas kertas koran. d. Pilih tangkai buah yang masih berwarna hijau segar dan

tidak keriput. e. Pilih tekstur buah yang tidak keras, disarankan buah yang berkulit

agak lunak. f. Lakukan pencatatan kegiatan sortasi pada kartu kendali sortasi.

Tujuan dilakukan penggolongan mutu buah menurut Satuhu (2004)

adalah untuk mendapatkan buah yang mempunyai keseragaman baik dalam

ukuran maupun kualitas dan memudahkan informasi pasar

Prosedur pelaksanaan pemutuan adalah a. Mengelompokkan buah manggis

berdasarkan diameter, ukuran, bentuk buah dan tingkat kematangan manggis. b.

Lakukan pengukuran buah manggis dengan cara melingkarkan buah dengan ibu

jari telunjuk orang dewasa yang diletakkan pada buah manggis. Apabila terdapat

selisih jarak 2-3 jari orang dewasa tersebut buah baik untuk ekspor. c. Buah

ditimbang dan dipisahkan sesuai klasnya. Grade kualitas buah manggis

berdasarkan beratnya adalah sebagai berikut.

Standar produksi buah manggis yang dikeluarkan Deputi Menegristek

Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,

meliputi diskripsi,klasifikasi dan standar mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,

syarat penandaan, cara pengemasan.

Diskripsi. Standar mutu buah manggis tercantum dalam Standar Nasional

(29)

Klasifikasi dan Standar Mutu, tediri dari 3 jenis mutu, yaitu mutu super,

mutu I, mutu II.dengan prasyarat seperti Tabel 4. Untuk pengklasifikasian

dilakukan pengujian diantaranya adalah: a) Penentuan ukur diameter Ukur setiap

panjang garis tengah yang tegak lurus pada tinggi buah manggis segar dari seluruh

contoh uji dengan menggunakan alat pengukur diameter yang sesuai. Pisahkan

sesuai dengan ketentuan penggolongan yang dinyatakan dalam standar yaitu>65

mm; 55–65 mm; <55 mm. b) Penentuan buah cacat dan atau busuk pada buah

manggis segar. Hitung jumlah seluruh contoh uji buah segar, amati satu persatu

dari buah yang bersangkutan dari secara visual dan organoleptik serta pisahkan

buah yang cacat/busuk sesuai dengan jenis cacat dan batasan busuk sebagai

berikut: 1. Buah cacat cuaca dan mekanis yang rusak memar, luka pada kulit dan

daging buah akibat tekanan, benturan dan getaran. 2. Buah cacat fisiologis yaitu

buah yang tingkat kematangannya sudah berlanjut. 3. Buah cacat fisiologis yaitu

buah yang tingkat kematangannya sudah berlanjut 4. Buah cacat karena hama dan

penyakit yaitu buah yang sudah tercemar oleh serangga dan pathogen perusak. 5.

Buah dinyatakan busuk apabila daging/kulit buah telah terlihat pembusukan yang

dapat diidentifikasikan secara visual. c) Penentuan kadar kotoran Timbang seluruh

contoh uji buah manggis segar, amati secara visual adanya kotoran yaitu semua

bahan bukan buah manggis segar seperti tanah, bahan tanaman yang nampak

menempel pada buah manggis segar/berada pada kemasan yang tampak secara

visual. Pisahkan kotoran yang terdapat pada buah manggis segar dan kemasan,

seperti tanah, potongan daun/benda lain yang termasuk kotoran yang menempel

pada buah manggis segar dan timbanglah. d) Penentuan kesegaran. Hitung jumlah

seluruh contoh uji buah manggis segar, amati satu persatu buah segar secara visual

dan pisahkan buah yang dinyatakan tidak segar yaitu dengan memperhatikan

kondisi kulit buah. Hitung jumlah satuan buah yang dinilai kurang segar dan

hitung pula presentase jumlah satuan buah yang dinilai kurang segar terhadap

jumlah seluruh contoh uji. e) Penentuan adanya serangga hidup atau mati Amati

secara visual adanya serangga hidup dan mati pada buah dan kemasan.

Pengambilan Contoh. Suatu partai/lot buah manggis segar terdiri dari

maksimum 1 000 kemasan. Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan

(30)

yang diambil 5. b) Jumlah kemasan dalam partai/lot 6–100: contoh yang diambil

7. c) Jumlah kemasan dalam partai/lot 101–300: contoh yang diambil 9. d) Jumlah

kemasan dalam partai/lot 301–500: contoh yang diambil 10. e) Jumlah kemasan

dalam partai/lot 501–1000 : contoh yang diambil semua.

Dari setiap kemasan yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnya

3 kg kemudian dicampur. Untuk kemasan dengan berat kurang dari 3 bungkus

harus diambil contoh sekurang-kurangnya dari dua kemasan. Dari jumlah buah

yang terkumpul kemudian secara acak contoh sekurang-kurangnya 3 kg untuk

diuji. Petugas pengambil contoh harus yang memenuhi persyarat, yaitu orang

yang telah berpengalaman/telah dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan

dengan suatu badan hukum.

Pengemasan. Buah manggis segar dikemas dengan kotak karton

baru/keranjang plastik yang kokoh, baik, bersih dan kering, berventilasi, dengan

berat bersih setiap kemasan sebesar 2 kg untuk kemasan karton dan 10 kg untuk

kemasan keranjang plastik. Dan juga digunakan kemasan yang berat berdasarkan

kesepakatan antara penjual dan pembeli.

Penyimpanan Pada ruangan dengan temperatur 4-6 derajat C buah dapat

tetap segar selama 40 hari sedangkan pada 9-12 derajat C tahan sampai 33 hari.

Sedangkan menurut Kader (2002) buah manggis bila diletakkan pada suhu 13±

1°C ( 56± 2 ° F), potensial penyimpanan = 2-4 minggu, tergantung pada cultivar

dan tingkat kematangan.

Fisiologi Buah Manggis

Buah manggis termasuk kedalam golongan klimaterik, (Sjaifullah, 1996;

Kader, 2002), buah klimaterik walau sudah dipanen masih melakukan aktifitas

metabolisme salah satunya proses respirasi, dengan demikian proses pematangan

buah akan tetap berlanjut setelah dipetik dari pohon (Muchtadi dan Sugiyono,

1992; Winarno dan Aman, 1981). Pada proses respirasi terdapat 3 fase yaitu 1)

perombakan polisakarida menjadi gula-gula sederhana, 2) oksidasi gula-gula

(31)

asam-asam organik lainnya menjadi karbondioksida, air dan energi (Muchtadi dan

Sugiyono, 1992)

Tanaman manggis mulai berbuah sekitar 15 tahun setelah ditanam.

Tanaman ini mulai berbunga sekitar 2-3 bulan sebelum musim kemarau dan buah

matang 4-5 bulan kemudian. Buah manggis berbentuk bulat, sewaktu muda

warnanya hijau muda dan setelah tua berwarna ungu merah kehitaman. Buah

manggis biasanya dipanen setelah matang dipohon (Daryono dan Sosrodiharjo,

1986). Kelopak bunganya sebanyak empat teratur/tersusun berpasangan (Ashari

1995). Sedangkan menurut Dirjen tanaman buah (2002) makin masak buah maka

getah makin berkurang, untuk indeks kematangan 0 dan 1 kulit buah banyak

mengandung getah, indeks kematangan 2, 3 dan 4 getah mulai berkurang, indeks

kematangan 5 dan 6 getah sudah hilang. indek mutu buah manggis adalah ukuran

buah, bentuk, warna, dan kebebasan dari cacat ( kulit retak dan cacat, noda getah,

kerusakan oleh serangga) (Kader, 2002). Karakteristik buah manggis secara

[image:31.612.145.445.414.519.2]

umum terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5 : Karakteristik buah manggis.

No.

1. Bentuk Bulat

2. Rasa Manis keasaman

3. Warna kulit Merah Maron

4. Warna daging buah Putih

5. Bentuk biji Gepeng

6. Sifat buah Kenyal, mudah dibuka

Sumber : Direktorat Tanaman Buah, DirjJen Bina Produksi Hortikultura, Deptan

Balai Penelitian Pohon Buah-buahan Solok merekomendasikan tiga klon

manggis, yaitu: 1) Kelompok besar: panjang daun>20 cm; lebar>10 cm; ketebalan

kulit buah>9 mm; diameter buah>6,5 cm; berat buah>140 gram; buah tiap tandan

1 butir. 2) Kelompok sedang: panjang daun 17-20 cm; lebar 8,5-10 cm; ketebalan

kulit buah 6-9 mm; diameter buah 5,5-6,5 cm; berat buah 70-140 gram; buah tiap

tandan 1-2 butir. 3) Kelompok kecil: panjang daun<17 cm; lebar<8,5 cm;

ketebalan kulit buah<6 mm; diameter buah<5,5, cm; berat buah<70 gram; buah

(32)

Kandungan daging buah kira-kira sepertiga dari keseluruhan buah (Ashari,

1995). Manggis tidak memiliki biji sejati, dalam arti biji itu terbentuk dari sel-sel

bagian dalam dinding daun buah, kadang-kadang mangarah ke poliembrioni

(Verheij dan Coronel, 1997)

Buah manggis yang dipanen pada 114 hsbm menurut Suyanti et al. (1997)

mempunyai kandungan total padatan terlarut dan asam paling tinggi. Pemanenan

yang terbaik adalah dengan menggunakan tangan. Sedangkan di Thailand

pemanenan dilakukan oleh anak kecil dengan cara memanjat pohon, di Malaysia

pemanenan dilakukan dengan menggunakan galah bambu berujung bentuk “V”

yang dapat memgang sebutir buah manggis (Verheij dan Coronel, 1998). Ukuran

buah yang dipanen pada tingkat ketuaan 104, 106, 108, 110 dan 114 hari sesudah

bunga mekar (hsbm) tidak berbeda nyata, baik dalam ukuran berat maupun

diameter. (Suyanti et al., 1999).

Total padatan terlarut buah manggis menurut Kader (2002), berkisar dari

17 sampai 20% dan kadar keasaman titrasi dari 0.7 sampai 0.8% ( pH= 4.5 sampai

5.0). Kadar gula dan rasio gula/asam dan vitamin C daging buah manggis makin

tinggi dengan makin tuanya buah, akan tetapi kadar asamnya mencapai nilai

tertinggi pada saat buah berwarna 25% ungu dan akan turun setelah itu (Daryono

dan Sosrodihajo, 1986), komposisi nilai gizi manggis dapat dilihat pada Tabel 6.

Temperatur optimum buah manggis menurut Kader (2002) adalah 13± 1°C

( 56 ± 2°F), penyimpanan yang potensial 2-4 minggu, tergantung pada cultivar

dan tingkat kematangan. Kelembaban relatif 90-95%, laju respirasi 6-10 ml CO2/

kg·jam pada 20°C ( 68°F), tingkat produksi etilen 3-30 µ l C2H4/ kg·jam pada

20°C ( 68°F).

Teknik Pengolahan Citra

Teknik pengolahan citra menurut Jain et al. (1995) adalah suatu teknologi

yang dikembangkan untuk mendapatkan informasi dari citra digital atau image

dengan cara memodifikasi bagian dari image yang diperlukan sehingga

menghasilkan image yang lain yang lebih informatif. Sedangkan Achmad dan

(33)

imitasi dari suatu obyek atau benda. Suatu citra benda/obyek melalui suatu

pengolahan citra digital menghasilkan citra digital yang baru

Munculnya suatu warna, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

pengolahan citra menurut Ahmad (2005) tergantung pada tiga faktor: 1) sifat

pantulan spektrum dari permukaan, 2) kandungan spektrum dari cahaya yang

menyinari dan 3) respon spektrum dari sensor dalam peralatan sistem visual, yang

merupakan kepekaan mata pada sistem visual manusia, dan kepekaan kamera dari

[image:33.612.137.430.280.510.2]

sistem visual buatan.

Tabel 6. Komposisi zat gizi manggis (per 100 g)

Kandungan Jumlah Kalori Air Padatan terlarut Protein Lemak Karbohidrat Serat Abu Kalsium Fosfor Besi Natrium Kalium Vitamin B1 Vitamin B2

Niacin (Vitamin B3) Vitamin C

63.0 kcal 83.0% 15 - 19%

0.6 g 0.6 g 15.6 g 5.1 g 0.1 g 8.0 mg 12.0 mg 0.8 mg 7.0 mg 45.0 mg 0.03 mg 0.03 mg 0.3 mg 4.2 mg

Sumber : Daftar Komposisi Makanan - Departemen Kesehatan, tahun 2003.

Menurut Ahmad (2005), pengolahan warna pada citra didasarkan kepada

spektrum cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia, dengan menggunakan tiga

pusat stimulus warna yaitu merah, hijau, dan biru, ini menjadi dasar untuk

mengklasifikasi warna yaitu dengan menggunakan model warna red, green, blue

(R,G,B). Pada tingkat R,G,B pola bit angka dikomposisikan dari tiga nilai yang

berkaitan dengan tingkat intensitas warna: satu untuk merah, satu untuk hijau dan

satu untuk biru, masing-masing dari 0 sampai 255, untuk menentukan warna

(34)

Pengolahan citra merupakan metode baru yang menjanjikan. Teknologi ini

tidak hanya menjadikan otomatis proses penilaian atribut mutu pangan tetapi juga

meningkatkan objektivitas dan konsistensi hasil pengukuran (Gao and Tan, 1996).

McFarlane et al. (1997), menggunakan citra digital untuk memangkas

anggur dengan melakukan segmen image yaitu thresholding , size-filtering untuk

menghilangkan noise. Cabang yang akan dipotong di kasih kawat sebagai batas

pemotongan. Ketepatannya mencapai 95%.

Teknik pengolahan citra digital untuk melihat laju memar pada buah salak

telah dilakukan oleh Ahmad et al. (2001), terlihat bahwa perkembangan memar

pada permukaan buah salak yang disimpan pada suhu 10 ˚C mencapai 10%

sesudah 108 jam, 12.5% pada 180 jam dan 25% pada 192 jam. Sedangkan

Cahyadi (2001) mengembangkan program citra digital untuk menduga ketuaan

buah manggis berdasarkan warna, tetapi belum dihubungkan dengan tingkat

kematangan buah dan pemutuan buah manggis.

Citra digital digunakan untuk menggrade buah apel “Jonagold” oleh

Leemans dan Destain (2004) dengan langkah yang pertama mengambil citra,

membuat latar belakang yang kontras. Memberikan cahaya yang seragam. Hasil

yang didapat untuk klasifikasi 100 buah apel 73% dapat diklasifikasi dengan

benar, setengah dari kesalahan adalah klasifikasi apel lunak, dan setengah lagi

cacat seperti warna kekuningan.

Yam dan Papadakis (2004) menggunakan citra digital, untuk melihat

distribusi rata-rata warna pada permukaan makanan (kaitan dengan L*, a* dan b*)

pengolahan warna menggunakan Photoshop, sedangkan Ni dan Guansekaran

(2003) mengukur panjang irisan keju dengan citra digital mempunyai akurasi 95%

dan untuk membedakan objek yang overlap atau yang berhimpitan ketika

potongan keju dituangkan dari kemasan, mempunyai akurasi 99%.

Penggunaan Sifat akustik untuk Evaluasi Kualitas Internal

Gelombang adalah suatu gejala terjadinya penjalaran suatu gangguan

(35)

ke keadaan semula, seperti sebelum gangguan itu datang. Gelombang ini dapat

dipandang sebagai gelombang perpindahan, gelombang volume, gelombang rapat

massa atau gelombang tekanan. Bila gelombang dipandang sebagai gelombang

tekanan, maka gelombang itu disebut gelombang akustik (Trisnobudi,2000).

Medium yang dilewati gelombang memiliki elastisitas dan kerapatan tertentu

sehingga fenomena gangguan yang sedikit akan mengembalikan medium itu ke

keadaan semula. Teknik yang mengganggu medium tertentu untuk mengetahui

suatu fenomena fisika dikenal dengan teknik perturbasi. Gelombang dapat

diperlihatkan dalam suatu grafik antara posisi dan waktu seperti gelombang

sinusoidal atau pulsa tertentu. Contoh bentuk gelombang diperlihatkan dalam

[image:35.612.153.445.320.440.2]

gambar di bawah ini.

Gambar 4 Bentuk penjalaran gelombang pada selang waktu tertentu

Berdasarkan frekuensinya gelombang akustik terbagi atas tiga jenis yaitu

infrasonik, sonik, dan ultrasonik. Gelombang infrasonik memiliki frekuensi di

bawah 20 Hz. Gelombang sonik memiliki batasan frekuensi antara 20 hz sampai

20 khz. Gelombang ultrasonik memiliki frekuensi di atas 20 kHz. Batas atas

frekuensi gelombang ini masih belum dapat ditentukan.

Gelombang ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi di atas 20

kHz. Gelombang ini tidak akan mengakibatkan perubahan apa pun terhadap media

yang telah dilewatinya. Gelombang ultrasonik dibangkitkan oleh energi listrik dari

generator sinyal. Energi ini akan diberi penguat lalu disalurkan ke dalam

transduser. Oleh transduser energi listrik akan diubah menjadi gelombang

ultrasonik yang kemudian diarahkan sehingga melalui media. Dari media ∆t

X

(36)

gelombang akan diterima oleh transduser penerima lalu diubah kembali menjadi

energi listrik. Energi listrik akan diperkuat kembali oleh rangkaian penguat dan

kemudian sebagai langkah terakhir akan diperlihatkan oleh alat antar muka.

Gelombang akustik (ultrasonik) merupakan gelombang mekanik.

Sifat-sifat dari perambatan gelombang mekanik ini dipengaruhi oleh Sifat-sifat-Sifat-sifat elastis

dari medium yang dilaluinya. Sedangkan keelastisan bahan dapat ditentukan dari

besaran Young modulus bahan tersebut. Bila besaran gangguan berupa

perpindahan partikel-partikel di dalam medium maka akan terjadi perubahan rapat

massa karena massa dari medium yang dilalui tersebut adalah tetap.

Diumpamakan suatu gelombang menjalar ke satu arah pada suatu medium

padatan berbentuk batang yang mempunyai luas penampang A dengan Young

[image:36.612.144.407.338.538.2]

modulus Y dan rapat massa ρ (Gambar 5).

Gambar 5 Elemen volume dalam padatan pada keadaan setimbang (atas) dan pada saat dilalui gelombang akustik (bawah).

Dengan memandang sebuah elemen volume setebal ∆x yang terletak

sejauh x dari salah satu ujung batang. Pada saat terjadi gelombang maka elemen

volume ini akan mengalami deformasi sehingga kedua permukaannya berpindah

tempat dengan jarak yang berbeda. Deformasi ini terjadi karena adanya tegangan

(37)

Dari hukum Hooke akan diperoleh

Dari persamaan gerak Newton akan diperoleh

Sehingga kecepatan rambat gelombang akustik di dalam padatan adalah:

Penggunaan kecepatan gelombang ultrasonik untuk menentukan mutu

hasil pertanian seperti cacat bagian dalam pada kentang dan kematangan buah

telah dilakukan, serta pada penentuan mutu buah durian (Haryanto et al., 2001).

Menurut Trisnobudi (1998) gelombang elastik tergantung dari jenis

medium yang dilaluinya dan gelombang elastik tidak mungkin terjadi di dalam

ruang hampa, karena gelombang ini memerlukan partikel untuk menjalar.

Karena partikel yang bergetar maka perlu diketahui frekuensinya. Di samping

kecepatan gelombang, parameter ultrasonik lain adalah atenuasi. Atenuasi adalah

besaran yang menggambarkan kehilangan suatu energi karena gelombang (3)

(4) (1)

(2)

(5)

(38)

ultrasonik melewati medium tertentu. Besarnya energi yang hilang atau

diabsorbsi medium bergantung pada jenis mediumnya (Cracknell, 1980).

Aplikasi teknologi gelombang ultrasonik pada komoditas pertanian telah

berhasil dilakukan oleh Garret dan Furry (1992) bahwa pada buah yang tidak

berbiji seperti apel dapat ditentukan sifatnya dengan mengukur kecepatan

gelombangnya. Sedangkan pada buah-buahan berbiji seperti mangga, biasanya

tidak ada hubungan yang jelas antara keadaan buah dengan kecepatan sehingga

perlu dilakukan pengukuran atenuasinya (Mizrach et al., 1989). Sedangkan

Trisnobudi (1998) melaporkan hasil pengukuran kecepatan gelombang

longitudinal pada tomat yang dihubungkan dengan tingkat kematangannya.

Modulus Young dan perbandingan Poison adalah modulus elastis yang

merupakan sifat kekenyalan yang akan menentukan kekerasan buah. Sedangkan

kekerasan buah merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk

menentukan kematangannya.

Amplitudo dan transmisi gelombang 50 kHz digunakan oleh Galili et al.

(1993) pada buah alpokat dan mendapatkan hubungan kuadratik antara amplitudo

dan kekerasan alpokat, sedangkan Mirach et al. (1998) menggunakan atenuasi

dari transmisi gelombang ultrasonik 50 kHz pada mangga dan memperoleh

hubungan linier antara atenuasi dan kekerasan. Sedangkan Cheng dan Haugh

(1994) menerapkan zero moment dari spektrum power gelombang 250 kHz

untuk mendeteksi kerusakan dalam pada kentang dan menemukan bahwa zero

moment power(Mo) dari kentang rusak lebih kecil dari Mo kentang

bagus.

Howell dan Lacey (1995) menggunakan gelombang ultrasonik untuk

melihat konsentrasi tepung beras dengan menggunakan berbagai frekuensi, 500

kHz, 1 MHz, 2 MHz, pada frekuensi 500 kHz dan 1 MHz makin tinggi

konsentrasi tepung output akuistik makin menurun, sedangkan menggunakan

frekuensi 2 MHz output akuistiknya hampir tetap. Budiastra et al. (1998)

melakukan pengukuran gelombang ultrasonik pada sejumlah buah-buahan tropik

(manggis utuh dan durian utuh) dengan menggunakan tiga tranduser dengan

frekuensi 1 MHz, 500 kHz, dan 50 kHz. Penelitian menunjukkan bahwa pada

(39)

buah-buahan tersebut sangat besar sehingga gelombang ultrasonik tidak dapat

menembus buah sedangkan frekuensi 50 kHz dapat digunakan untuk

menentukan sifat gelombang ultrasonik buah manggis.

Dari hasil penelitian Haryanto et al. (2001) sifat akustik, Mo akan

menurun sejalan dengan bertambahnya kematangan dan rusaknya buah

durian seperti dengan mengklasifikasi buah durian matang, setengah matang,

belum matang, matang rusak, belum matang rusak menghasilkan masing-masing

2.14; 2.32; 8.95; 0.81 dan 1.35. Prinsip yang sama dan uji tidak merusak

ultrasonik ini dapat dimanfaatkan di bidang pertanian, misalnya untuk

menentukan sifat-sifat buah-buahan dan sayuran. Sifat-sifat yang diinginkan

diketahui dari buah-buahan antara lain adalah kandungan gula, keasaman, dan

kekerasan (firmness).

Jaringan Syaraf Tiruan

Perkembangan jaringan syaraf tiruan (JST) sudah lama berkembang

dimulai oleh Rosenblatt pada tahun 1957 yaitu pengenalan hurup cetak namun

mempunyai kelemahan tidak dapat mengenali karakter kompleks, peka terhadap

perbedaan skala pergeseran, dan distorsi.

Sedangkan menurut Patterson (1996) JST adalah model sistem komputasi

yang bekerja seperti sistem syaraf biologis pada saat berhubungan dengan 'dunia

luar'. Nama jaringan syaraf tiruan merupakan terjemahan dari "artificial neural

network", maksud dari jaringan syaraf tiruan adalah membuat model sistem

komputasi yang dapat menirukan cara kerja jaringan syaraf biologis. Salah satu

model jaringan syaraf tiruan adalah JST lapisan jamak yang terdiri dari tiga

lapisan yaitu lapisan input/masukan, lapisan tersembunyi dan lapisan keluaran

(Gambar 6).

Pada saat ini JST telah banyak digunakan sebagai prosesor penghitung

untuk beberapa bidang seperti pengenalan pola (perkataan, pengenalan citra),

klasifikasi, kompresi data, modeling dan pendugaan. Penerapan di bidang

pertanian baru dimulai sekitar tahun 1980-an. Nakano (1997) mengaplikasikan

JST untuk sortasi apel berdasarkan warna, Horiuchi et al. (2004) menggunakan

(40)

Susanto et al. (2000) menerapkan JST untuk sortasi mangga gedong berdasarkan

konsentrasi sukrosa dan asam malat buah yang diukur dengan NIR. Penerapan JST

dengan input komponen utama memprediksi asam malat dengan RMSEP

(root mean square errors predicting) adalah 0.1170 sampai 0.2034 %

sedangkan RMSEP penentuan sukrosa antara 0.133.

Lapisan input Lapisan tersembunyi Lapisan output

Gambar 6. Arsitektur jaringan syaraf tiruan

JST juga digunakan untuk mengevaluasi kandungan gula buah jeruk oleh

Kondo (1995) dengan hasil koefisien determinasi 0.872, sedangkan Gordon et al.

(1998) menggunakan JST untuk mendeteksi adanya jamur pada jagung, serta

menggabungkannya dengan photo infrared spectroscopy untuk mendiagnosa

infeksi pada biji jagung secara otomatis. Suharyanto (1997) menerangkan di dalam

sistem JST meliputi basis data, optimasi, model sistem dan fungsi optimasi.

Proses kerja JST yaitu pembelajaran dan penyempurnaan proses penghitungan

untuk menghasilkan bentuk respon yang konsisten sesuai dengan hubungan set

data masukan dan keluaran yang ada. Penerapan konsep JST dalam

mengklasifikasikan data-data hasil pengeboran Hasil Uji Survey hidro-geologi

menggunakan 3 variabel (resistivity, SP, dan sinar Gamma). 6 data input maka

akan diperoleh 18 node input.

Y1

Yn X1

X2

(41)

Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil

Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Teknik Fisika, Fakultas Teknologi

Industri ITB, Bandung. Waktu penelitian mulai dari bulan Agustus 2004 sampai

bulan November 2006.

Bahan dan Peralatan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah manggis dengan berbagai

tingkatan mutu berdasarkan SNI 01-3211-1992. Manggis diperoleh dari Kelompok

tani Warga Mukti, Blok Pasir Astana Kampung Gandasoli, Desa Babakan,

Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, sebagai pemasok manggis

untuk ekspor. Disamping bahan buah manggis juga digunakan bahan-bahan kimia

yang digunakan untuk manganalisa sifat kimia buah manggis.

Alat yang digunakan untuk pengolahan citra adalah kamera CCD digital

berwarna VED model OC-305 D dengan jarak 23.5 cm dan resolusi 256X192 piksel

dan seperangkat komputer dengan processor 133 Mhz yang dilengkapi dengan video

capture MATROX Meteor dan Mil-Lite ver 3.1 sebagai fungsi pustaka untuk

penulisan program, 4 buah lampu TL 7 watt, kain berwarna hitam sebagai penutup

agar cahaya dari luar tidak dapat masuk, timbangan digital untuk mengukur berat

buah, jangka sorong untuk mengukur diameter, rheometer untuk mengukur kekerasan

dan refraktometer untuk mengukur total padatan terlarut. Sedangkan alat yang

digunakan untuk mengukur sifat akustik adalah sistem pengukuran sifat

gelombang ultrasonik yang terdiri dari: 1). Ultrasonic Tester, yang terdiri dari

komponen Timing Circuit, Pulse Generator, Pulse Amplifier, dan Voltage

Amplifier; 2).Transducer Pemancar dan Penerima Gelombang Ultrasonik yang

(42)

transducer tersebut sama berdiameter 2 mm pada ujungnya dan berdiameter 29

mm pada bagian pangkalnya. 3). Digital Oscilloscope; Tipe yang digunakan

adalah ETC M621, dimana dapat mengukur gelombang menggunakan dua kanal

independen dengan resolusi 8 bit dengan sensitivitas 5 Volt per divisi (V/div) hingga

10 mV/div. 4). Dudukan kedua transducer dapat digerakkan maju dan mundur

untuk dapat menyesuaikan ukuran sampel buah manggis. Sedangkan dudukan

sampel dapat dinaik turunkan agar saat pengukuran ujung kedua transducer tepat

berada pada garis tengah buah manggis.

Prosedur Penelitian

Sampel manggis yang digunakan terlebih dahulu disortasi oleh tenaga

penyortir. Sortasi buah manggis dilakukan berdasarkan ukuran dan warna. Untuk

sortasi berdasarkan ukuran, penyortir melingkari buah manggis dengan ibu jari dan

telunjuk, pemutuan berdasarkan ukuran ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu

manggis mutu super, mutu I dan manggis tolakan (rejek), dimana manggis mutu

super dan mutu I merupakan manggis kualitas ekspor. Adapun sortasi warna adalah

untuk menetukan tingkat ketuaan, yaitu dengan melihat warna permukaan kulit.

Pemutuan berdasarkan warna ini dikelompokkan menjadi dua yaitu manggis untuk

ekspor dan manggis tolakan, manggis untuk ekspor mempunyai indek kematangan

dua dan tiga, dengan warna kulit buah kuning kemerahan dengan bercak merah

hampir merata sampai warna kulit buah merah, selain indek dua dan tiga termasuk

manggis tolakan.

Buah manggis yang termasuk kedalam mutu super adalah buah manggis yang

memenuhi persyaratan ketuaan untuk mutu ekspor dan persyaratan diameter mutu

super, buah manggis mutu I adalah buah manggis yang memenuhi persyaratan

ketuaan untuk mutu ekspor dan persyarat diameter mutu I, sedangkan manggis

(43)

Daging buah manggis normal

Daging buah manggis yang mempunyai getah kuning

Daging buah manggis yang berwarna bening dan keras

Daging buah manggis yang busuk

Pemutuan bagian dalam manggis dibagi menjadi dua bagian yaitu: manggis

rusak dan manggis tidak rusak, dengan kriteria seperti pada Tabel 7 dan Gambar 7.

Sampel manggis yang sudah dikelompokkan berdasarkan diameter/ukuran,

bentuk buah dan tingkat ketuaan, kemudian dilakukan pengukuran gelombang

ultrasonik, pengambilan citra buah, dan pengukuran sifat fisiko kimia. Tahapan

[image:43.612.94.496.239.763.2]

penelitian seperti Gambar 8.

Tabel 7. Kriteria mutu bagian dalam manggis

Pemutuan buah manggis Kriteria

Tidak rusak

• Tidak ada getah kuning

• Berwarna putih bersih dan lunak

• Tidak ada kebusukan

Rusak

• Ada getah kuning (gamboges)

• Warna bening dan keras (transluscent)

• Ada kebusukan (decay)

(44)
[image:44.612.102.508.94.705.2]

Gambar 8. Tahapan pelaksanaan penelitian

Area

Fitur Warna RGB, HSI

Fitur Tekstur

Pengukuran Gelombang Ultrasonik

Pengambilan citra dengan kamera

Pengukuran Sifat Fisiko Kimia

Kecepatan Gelombang

Ultrasonik

Sampel Manggis

Berat

Diameter

Kekerasan

Total padatan terlarut

Kadar gula

Total asam

Pengembangan Pemutuan manggis dengan JST

Menetukan hubungan dari citra dan ultrasonik dengan fisiko kimia

Validasi

Selesai

Model 1 Klasifikasi Mutu berdasarkan SNI

(45)

Osiloskop Digital Sampel Manggis

Transduser

pengirim Transduser penerima

Ultrasonic Tester

R T

Personal Computer

Pengukuran gelombang ultrasonik

Peralatan pengukuran gelombang ultrasonik seperti peralatan yang dirancang

dan dibangun oleh Budiastra et al. (1997). Sebelum melakukan pengukuran

gelombang ultrasonik, osiloskop digital dan ultrasonik tester harus diset terlebih

dahulu agar sinyal yang dihasilkan dapat ditampilkan di monitor, kemudian

penentuan letak posisi sampel yang sesuai, dan penentuan titik perambatan

gelombang ultrasonik yang baik, serta penentuan besarnya frekuensi pembangkit

gelombang yang cocok terhadap sifat fisik buah manggis.

Gelombang ultrasonik dirambatkan ke buah manggis, yang dikirim dari

ultrasonik tester melalui transmitter T dan diterima oleh receiver R. Kemudian sinyal

yang diterima R ini didigitasi dan data disimpan dalam hardisk komputer. Sinyal yang

disimpan berupa hubungan antara amplitudo dan waktu. Secara skematis proses

pemeriksaan buah manggis dengan menggunakan gelombang ultrasonik dapat dilihat pada

Gambar 9.

(46)

R m

t

x

v

=

Kecepatan rambat gelombang ultrasonik tergantung dari sifat elastis dari

medium yang dilaluinya. Asumsi yang digunakan dalam menentukan nilai ∆t dari

persamaan kecepatan rambat gelombang ultrasonik adalah besarnya waktu sejak

terbentuk hingga terjadinya perubahan nyata dari bentuk sinyal. Persamaan kecepatan

rambat gelombang ultrasonik pada buah manggis adalah sebagai berikut:

(7)

dimana:

v = kecepatan rambat gelombang ultrasonik (m/s)

xm = diameter buah manggis (mm)

∆tR = waktu rambat gelombang ultrasonik (s).

Pengambilan Citra

Sebelum pengambilan citra buah manggis harus diatur: sistem pencahayaan

yaitu dengan mengatur berapa jaraknya lampu dengan buah manggis/obyek, jarak

kamera CCD yang tepat dengan obyek, dan penentuan warna latar belakang dengan

cara menukar-nukar warna latar belakang, hal ini sangat berguna dalam pemisahan

obyek dengan latar belakang, kemudian dicari jarak yang cocok antara kamera

dengan manggis.

Program pengolahan citra dibangun untuk dapat melakukan pengambilan citra

dan menyimpan dalam format .tif. Pengolahan citra dilakukan secara real time

meliputi perhitungan luas, indeks RGB, HSI dan 4 komponen tekstur.

Sebagai perangkat lunak digunakan program pengolahan citra (image

processing) dalam bahasa C dengan kompiler microsoft visual C, yang merupakan

pengembangan dari program image processing yang tersedia di Laboratorium Teknik

Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP). Fateta IPB Bogor.

Citra

Gambar

Tabel 5 :  Karakteristik buah manggis.
Tabel 6. Komposisi zat gizi manggis (per 100 g)
Gambar 4  Bentuk penjalaran gelombang pada selang waktu tertentu
Gambar 5 Elemen volume dalam padatan pada keadaan setimbang (atas) dan pada saat dilalui gelombang akustik (bawah)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yaitu: (1) Prinsip-Prinsip dan Ciri-Ciri Pengembangan Silabus di SD Muhammadiyah Boja adalah disusun secara bersama-sama baik untuk mata pelajaran

Serta untuk mengetahui bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan motivasi seseorang dalam berwirausaha pada sektor pariwisata di Pantai Mutun MS.. Untuk

Mateus Dimas Wahyu Hary Wibowo (672015731) Suprihadi, S.Si., M.Kom. Program Studi

Pengalokasian biaya-biaya yang tidak merata kepada produk akibat dari informasi biaya produksi yang tidak benar akan mengakibatkan penentuan tarif sewa kamar

Javas Tripta Gemala dicatat langsung oleh admin finance pada buku kas-bank, buku back up dan bila merupakan pembayaran piutang akan dicatat di kartu piutang dan bagian

Contoh Distribusi Arus Beban Tidak Setimbang Terdistribusi Merata Bila diasumsikan faktor kerja dari beban yang terhubung pada setiap fasa sama, bahan dan luas penampang

Sejak intra konsentrasi artikular dari IL-1 β ditandai relevansi klinis dan keparahan intra konsentrasi artikular dari IL-1 β ditandai relevansi klinis dan keparahan

dimana PER merupakan price earnings ratio , RR merupakan retention ratio , ROE merupakan return on equity , IHD merupakan imbal hasil yang disyaratkan atau tingkat