• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pemberian Pupuk Organik Cair dan NPK Pada Tanaman Biwa ( Eriobotrya japonica Lindl.) di Main Nursery

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respons Pemberian Pupuk Organik Cair dan NPK Pada Tanaman Biwa ( Eriobotrya japonica Lindl.) di Main Nursery"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN NPK PADA TANAMAN BIWA ( Eriobotrya japonica Lindl. ) DI MAIN NURSERY

SKRIPSI

OLEH :

MERY SUSANA TARIGAN / 090301215 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

RESPONS PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN NPK PADA TANAMAN BIWA ( Eriobotrya japonica Lindl. ) DI MAIN NURSERY

SKRIPSI

OLEH :

MERY SUSANA TARIGAN / 090301215 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Respons Pemberian Pupuk Organik Cair dan NPK Pada Tanaman Biwa ( Eriobotrya japonica Lindl. ) di Main Nursery

Nam : Mery Susana Tarigan NIM : 090301215

Departemen : Agroekoteknologi

Program Studi : BPP (Budidaya Pertanian dan Perkebunan)

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Ir. Asil Barus, MS) Ketua

(Ir. Sanggam Silitonga) Anggota

Mengetahui,

(Ir. T. Sabrina, M. Sc., Ph.D) Ketua Departemen/Program Studi

(4)

ABSTRAK

MERY SUSANA TARIGAN: Respons Pemberian Pupuk Organik Cair dan NPK Pada Tanaman Biwa (Eriobotrya japonica Lindl. ) Di Main Nursery, dibimbing oleh ASIL BARUS, SANGGAM SILITONGA dan FATIANI MANIK.

Pembibitan tanaman biwa menghadapi kendala dalam rekomendasi pemupukan tanaman biwa di pembibitan. Maka dari itu melalui pemberian pupuk organik cair dan NPK diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman biwa di pembibitan. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Berastagi pada maret – juni 2013, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu konsentrasi pupuk organik cair (0, 5, 10 ml/L) dan dosis pupuk NPK (0, 5, 10 dan 15 g/polibeg). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, lebar tajuk, pertambahan jumlah daun, jumlah klorofil daun, dan total luas daun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk oganik cair berpengaruh nyata pada jumlah klorofil daun namun berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lain. Pupuk NPK berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, diameter batang, lebar tajuk, pertambahan jumlah daun, dan total luas daun. Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah amatan. Hasil terbaik dari penelitian ini diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk organik cair 10ml/L dan pemberian pupuk NPK 5 g/polibeg.

(5)

ABTRACT

MERY SUSANA TARIGAN: Response of Giving Liquid Organic Fertilizer and NPK At Biwa Plant (Eriobotrya japonica Lindl.) In the Main Nursery, guided by ASIL BARUS, SANGGAM SILITONGA, and FATIANI MANIK. Biwa plant nurseries face constraints in fertilizer recommendation. Therefore through liquid organic fertilizer and NPK plant is expected to boost growth in the nursery biwa. Research conducted at the Experiment Berastagi in March - June, 2013, using a factorial randomized block design with two factors: the concentration of organic manure (0, 5, 10 ml / L) and NPK fertilizer doses (0, 5, 10 and 15 g / polybag ). The parameters measured were plant height, stem diameter, crown width, of the number of leaves, number of leaf chlorophyle

and total leaf area.

The results showed that the liquid fertilizer oganik significant effect on the amount of leaf chlorophyll but not significant effect on other parameters. NPK fertilizer significant effect on plant height, stem diameter, crown width, of the number of leaves, and total leaf area. Their interaction effect was not significant on all variables observations. The best results from this study were obtained in the treatment of liquid organic fertilizer 10ml / L and 5 g of NPK fertilizer / polybag.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Meriah pada tanggal 12 Maret 1991 dari ayah Mantas Tarigan dan ibu Riahta br Perangin-angin. Penulis merupakan putri keempat dari enam bersaudara.

Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Swasta YPK Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN). Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respons

Pemberian Pupuk Organik Cair dan NPK Pada Tanaman Biwa (Eriobotrya japonica Lindl. ) Di Main Nursery “.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Asil Barus, MS. selaku ketua komisi pembimbing, Bapak Ir. Sanggam Silitonga selaku anggota komisi pembimbing dan Ibu Fatiani Manik SP. selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai serta kerabat di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam kelancaran studi dan penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat sebagai informasi budidaya tanaman biwa serta pihak yang membutuhkan.

Medan, Agustus 2013

(8)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA

Pembibitan Main Nursery. ... 11

BAHAN DAN METODE Tempat Dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan Dan Alat ... 13

Metoda Penelitian ... 14

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan. ... 16

Persiapan Media Tanam ... 16

Penanaman. ... 16

Aplikasi Pupuk Organik Cair. ... 16

Aplikasi Pupuk NPK ... 17

(9)

Parameter yang Diamati ... 17

Tinggi Tanaman ... 17

Diameter Batang ... 17

Lebar Tajuk ... 18

Pertambahan Jumlah Daun. ... 18

Jumlah Klorofil Daun. ... 18

Total Luas Daun. ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

Hasil ... 19

Pembahasan ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 43

Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 46

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Tinggi tanaman biwa pada masing-masing perlakuan POC dan NPK umur 13 MST. ... 19 2. Diameter batang tanaman biwa pada masing-masing perlakuan POC

dan NPK umur 13 MST ... 23 3. Lebar tajuk tanaman biwa pada masing-masing perlakuan POC dan

NPK umur 13 MST ... 27 4. Pertambahan jumlah daun tanaman biwa pada masing-masing

perlakuan POC dan NPK ... 31 5. Jumlah klorofil daun tanaman biwa pada masing-masing perlakuan

POC dan NPK ... 33 6. Total luas daun tanaman biwa pada masing-masing perlakuan POC

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Grafik pertambahan tinggi tanaman 1-13 MST (cm) pada beberapa taraf pemberian POC ... 20 2. Grafik pertambahan tinggi tanaman 1-13 MST pada beberapa taraf

pemberian NPK ... 21 3. Grafik hubungan tinggi tanaman dengan pemberian beberapa dosis

pupuk NPK pada 13 MST ... 22 4. Grafik pertumbuhan diameter batang tanaman 1-13 MST (cm) pada

beberapa taraf pemberian POC ... 24 5. Grafik pertambahan diameter batang tanaman 1-13 MST pada

beberapa dosis NPK ... 25 6. Grafik hubungan diameter batang 13 MST dengan pemberian

beberapa dosis pupuk NPK. ... 26 7. Grafik pertambahan lebar tajuk tanaman biwa 1-13 MST (cm) pada

beberapa taraf pemberian POC. ... 28 8. Grafik pertambahan lebar tajuk tanaman biwa 1-13 MST (cm) pada

beberapa taraf pemberian NPK. ... 29 9. Grafik hubungan lebar tajuk tanaman 13 MST dengan pemberian

beberapa dosis pupuk NPK. ... 30 10. Grafik hubungan pemberian beberapa dosis pupuk NPK terhadap

pertambahan jumlah daun ... 32 11. Grafik hubungan pemberian beberapa konsentrasi POC terhadap

jumlah klorofil daun. ... 34 12. Grafik hubungan pemberian beberapa dosis NPK terhadap total luas

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bagan penelitian ... 46

2. Bagan letak tanaman per plot ... 47

3. Rencana kegiatan penelitian... 48

4. Hasil analisis tanah ... 49

5. Komposisi unsure hara Pupuk Organik Cair (POC). ... 50

6. Temperature rata-rata wilayah Tongkoh. ... 51

7. Data pengamatan tinggi tanaman 1 MST (cm) ... 52

8. Sidik ragam tinggi tanaman 1 MST ... 52

9. Data pengamatan tinggi tanaman 3 MST (cm) ... 53

10. Sidik ragam tinggi tanaman 3 MST ... 53

11. Data pengamatan tinggi tanaman 5 MST (cm) ... 54

12. Sidik ragam tinggi tanaman 5 MST ... 54

13. Data pengamatan tinggi tanaman 7 MST (cm) ... 55

14. Sidik ragam tinggi tanaman 7 MST ... 55

15. Data pengamatan tinggi tanaman 9 MST (cm) ... 56

16. Sidik ragam tinggi tanaman 9 MST ... 56

17. Data pengamatan tinggi tanaman 11 MST (cm) ... 57

18. Sidik ragam tinggi tanaman 11 MST ... 57

19. Data pengamatan tinggi tanaman 13 MST (cm) ... 58

20. Sidik ragam tinggi tanaman 13 MST ... 58

21. Data pengamatan diameter batang 1 MST (mm) ... 59

22. Sidik ragam diameter batang 1 MST ... 59

23. Data pengamatan diameter batang 3 MST (mm) ... 60

24. Sidik ragam diameter batang 3 MST ... 60

25. Data pengamatan diameter batang 5 MST (mm) ... 61

26. Sidik ragam diameter batang 5 MST ... 61

27. Data pengamatan diameter batang 7 MST (mm) ... 62

28. Sidik ragam diameter batang 7 MST ... 62

29. Data pengamatan diameter batang 9 MST (mm) ... 63

30. Sidik ragam diameter batang 9 MST ... 63

31. Data pengamatan diameter batang 11 MST (cm) ... 64

32. Sidik ragam diameter batang 11 MST ... 64

33. Data pengamatan diameter batang 13 MST (cm) ... 65

34. Sidik ragam diameter batang 13 MST ... 65

35. Data pengamatan lebar tajuk 1 MST (cm) ... 66

36. Sidik ragam lebar tajuk 1 MST ... 66

37. Data pengamatan lebar tajuk 3 MST (cm) ... 67

(13)

39. Data pengamatan lebar tajuk 5 MST (cm) ... 68

40. Sidik ragam lebar tajuk 5 MST ... 68

41. Data pengamatan lebar tajuk 7 MST (cm) ... 69

42. Sidik ragam lebar tajuk 7 MST ... 69

43. Data pengamatan lebar tajuk 9 MST (cm) ... 70

44. Sidik ragam lebar tajuk 9 MST ... 70

45. Data pengamatan lebar tajuk 11 MST (cm) ... 71

46. Sidik ragam lebar tajuk 11 MST ... 71

47. Data pengamatan lebar tajuk 13 MST (cm) ... 72

48. Sidik ragam lebar tajuk 13 MST ... 72

49. Data pengamatan pertambahan jumlah daun (helai) ... 73

50. Sidik ragam pertambahan jumlah daun ... 73

51. Data pengamatan jumlah klorofil daun ... 74

52. Sidik ragam jumlah klorofil daun ... 74

53. Data pengamatan total luas daun (cm2)... 75

54. Sidik ragam total luas daun (cm2) ... 75

55. Rataan tinggi tanaman biwa 1 MST – 13 MST (cm) pada pemberian POC dan NPK. ... 76

56. Rataan diameter batang tanaman biwa 1 – 13 MST (mm) pada pemberian POC dan NPK. ... 77

57. Rataan lebar tajuk tanaman biwa 1 – 13 MST (cm) pada pemberian POC dan NPK. ... 78

58. Rangkuman uji beda rataan pengamatan parameter. ... 79

(14)

ABSTRAK

MERY SUSANA TARIGAN: Respons Pemberian Pupuk Organik Cair dan NPK Pada Tanaman Biwa (Eriobotrya japonica Lindl. ) Di Main Nursery, dibimbing oleh ASIL BARUS, SANGGAM SILITONGA dan FATIANI MANIK.

Pembibitan tanaman biwa menghadapi kendala dalam rekomendasi pemupukan tanaman biwa di pembibitan. Maka dari itu melalui pemberian pupuk organik cair dan NPK diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman biwa di pembibitan. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Berastagi pada maret – juni 2013, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu konsentrasi pupuk organik cair (0, 5, 10 ml/L) dan dosis pupuk NPK (0, 5, 10 dan 15 g/polibeg). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, lebar tajuk, pertambahan jumlah daun, jumlah klorofil daun, dan total luas daun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk oganik cair berpengaruh nyata pada jumlah klorofil daun namun berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lain. Pupuk NPK berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, diameter batang, lebar tajuk, pertambahan jumlah daun, dan total luas daun. Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah amatan. Hasil terbaik dari penelitian ini diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk organik cair 10ml/L dan pemberian pupuk NPK 5 g/polibeg.

(15)

ABTRACT

MERY SUSANA TARIGAN: Response of Giving Liquid Organic Fertilizer and NPK At Biwa Plant (Eriobotrya japonica Lindl.) In the Main Nursery, guided by ASIL BARUS, SANGGAM SILITONGA, and FATIANI MANIK. Biwa plant nurseries face constraints in fertilizer recommendation. Therefore through liquid organic fertilizer and NPK plant is expected to boost growth in the nursery biwa. Research conducted at the Experiment Berastagi in March - June, 2013, using a factorial randomized block design with two factors: the concentration of organic manure (0, 5, 10 ml / L) and NPK fertilizer doses (0, 5, 10 and 15 g / polybag ). The parameters measured were plant height, stem diameter, crown width, of the number of leaves, number of leaf chlorophyle

and total leaf area.

The results showed that the liquid fertilizer oganik significant effect on the amount of leaf chlorophyll but not significant effect on other parameters. NPK fertilizer significant effect on plant height, stem diameter, crown width, of the number of leaves, and total leaf area. Their interaction effect was not significant on all variables observations. The best results from this study were obtained in the treatment of liquid organic fertilizer 10ml / L and 5 g of NPK fertilizer / polybag.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Biwa (Eriobotrya japonica Lindl.) yang dikenal dengan nama loquat merupakan salah satu tanaman buah dataran tinggi dan belum banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini merupakan tanaman langka karena masih sebagian kecil masyarakat yang membudidayakannya sebagai tanaman pekarangan. Data dan infomasi tentang tanaman biwa masih sangat minim, namun akhir-akhir ini buah biwa semakin banyak diminati oleh konsumen terutama dari etnis Cina. Biwa juga mempunyai nilai ekonomi tinggi, sebagai conton buah biwa yang dihasilkan dari sumatera utara (Kab. Karo) harga jualnya mencapai Rp. 20.000,- sampai Rp. 40.000,- per kg. Walaupun biwa belum banyak dikenal dan dibudidayakan di Indonesia, namun buah ini telah lama dikenal di Cina, Jepang, dan Erofa (Bangun, 2004).

(17)

Tanaman biwa diperkirakan dikembangkan di Indonesia pada Zaman Belanda. Walaupun informasi tentang tanaman ini masih sangat minim, namun tanaman biwa dapat dijumpai di bebarapa daerah dataran tinggi seperti Sumatera Utara (Kab. Karo, tapanuli Utara, Simalungun, Toba Samosir, dan Dairi), di Jawa Barat (Cipanas, Kab.Cianjur),dan Sulawesi Utara (Bangun, 2004).

Daging buah biwa banyak mengandung asam sitrat, karoten, vitamin A yang baik untuk kesehatan mata, vitamin B dan C. Buah biwa rendah kalori dan tinggi serat yang dapat melindungi membran di usus dari serangan penyakit kanker. Buah ini juga mengandung potasium yang baik untuk mengontrol tekanan darah tinggi dan detak jantung, zat tembaga dan zat besi yang dapat membantu pembentukan sel darah merah. Selain itu, daun dan bijinya mengandung amygdalin yang bermanfaat sebagai anti kanker (Sembiring, 2009).

Proses pembibitan tanaman biwa dilakukan dalam 2 tahap yaitu pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Hal ini bertujuan agar pengelolaan yang lebih intensif dan efektif, seperti mulai pada pre nursery di mana umur dan ukuran bibit masih kecil sehingga ditanam pada polibeg berukuran kecil kemudian berlanjut kepada main nursery pada polibeg besar sebelum menuju proses penanaman langsung di lapangan. Untuk memperoleh bahan tanaman yang dapat menunjang hasil produksi kelak, perlu dilakukan pengamatan dan perlakuan yang lebih baik pada tahap main nursery karena pada tahap pre nursery, unsur hara maupun bahan makanan lebih banyak berasal dari kotiledon kecambah yang digunakan.

(18)

tentang penggunaan pupuk yang efektif dan efisien, sehingga para petani melakukan pembibitan seadanya saja. Pemupukan dengan pupuk organik cair dan NPK diharapkan dapat memperbaiki mutu bibit tanaman biwa yang pada akhirnya akan menghasilkan bibit yang baik, jagur, dan sehat.

Tujuan Penelitian

Untuk mendapatkan rekomendasi pemupukan tanaman biwa dan untuk mengetahui respons pemberian pupuk cair organik dan NPK pada tanaman biwa ( Eriobotrya japonica Lindl. ) di main nursery.

Hipotesis Penelitian

Pemberian pupuk organik cair dan NPK nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman biwa di main nursery.

Kegunaan Penelitian

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Morton (1987) klasifikasi tanaman biwa adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Kelas : Dicotiledoneae, Ordo : Rocales, Famili : Rocaceae, Genus : Eriobtrya, Species : Eriobotrya japonica Lindl.

Biwa merupakan tanaman berkayu, berukuran sedang sampai tinggi. Dari hasil eksplorasi, tinggi tanaman biwa dapat mencapai (2,5 – 8) m tergantung dari bentuk pohon dan umur tanamannya. Dari hasil eksplorasi dan karakterisasi plasma nutfah tanaman biwa tahun 2003-2004, tinggi tanaman biwa mencapai (4-7) m tergantung juga pada bentuk pohon dan umur tanamannya (Bangun et al., tidak dipublikasikan). Kanopinya rapat, berbentuk menyebar/berbentuk payung dan ada yang berbentuk tegak, lebarnya mencapai (3 – 6) m, dan berdaun hijau.

Batang dan daunnya bertekstur kasar, dengan lingkar batang mencapai (39,0 – 91,5) cm tergantung pada umur tanaman (Karsinah, dkk, 2008).

Daun biwa berbentuk lanset, dengan panjang 9-25 cm, lebar 4-6 cm, berwarna hijau tua, mengkilat pada permukaan bagian atas, bagian bawah agak putih berbulu seperti karat, tebal dan kaku dengan susunan tulang daun menyirip.

Pada beberapa kultival umumnya berdaun sempit dan yang lain lebar (Bangun, dkk, 2004).

Bunga biwa berbentuk malai, terbentuk pada ujung ranting, jumlah bunga

(20)

Buah biwa termasuk dalam kluster, berbentuk oval, bulat atau lonjong. Kulit buah berwarna kuning atau orange dan permukaan kulit buah berbulu. Daging buah mengandung banyak air, beraroma kuat, berwarna kuning atau orange, rasanya manis, agak asam atau asam tergantung pada kultivarnya. Tiap

buah berisi 1-7 biji dengan bobot (0,24 – 1,96) g berwarna coklat (Bangun, dkk, 2004).

Syarat Tumbuh

Syarat tumbuh yang dikehendaki tanaman biwa meliputi iklim dan tanah. Iklim mencakup beberapa hal diantaranya adalah suhu, ketinggian tempat, kecepatan angin dan lain-lain. Tanah meliputi pH, kesuburan, drainase, tekstur dan sebagainya.

Iklim

Di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara, biwa tumbuh di dataran tinggi basah dengan ketinggian tempat > 900 m dpl. Di negara Subtropik (Cina), biwa tumbuh pada ketinggian 914-2100 m dpl. Di india, biwa tumbuh diketinggian > 1500 m dpl., sedangkan di Guatemala, biwa tumbuh dan berbuah dengan baik pada ketinggian antara 900 – 1200 m dpl (Karsinah, dkk, 2008).

Tanaman biwa dapat tumbuh dengan baik pada suhu rata-rata > 150C, dan masih toleran terhadap suhu yang rendah sampai -11,110C. Di Jepang, suhu yang mematikan kuncup bunga adalah 70C, untuk bunga yang masak adalah – 30C. Pada suhu -3,890C biji mati yang disebabkan gugur buah (Bangun, dkk, 2004).

(21)

basah yang berlebihan, tanaman tumbuh sebagai ornamental tetapi tidak berbuah (Karsinah, dkk, 2008).

Tanah

Tanaman Biwa tumbuh dengan baik pada tanah yang kesuburannya sedang mulai dari tanah lempung berpasir ringan sampai tanah liat berat dan batu berkapur sedang, tetapi memerlukan drainase yang baik. pH tanah yang sesuai untuk tanaman biwa adalah 4-7 (Bangun, dkk, 2004).

Sifat fisik tanah meliputi: tekstur, struktur, air dan udara di dalam tanah. Kebutuhan tanah untuk tanaman biwa berbeda‐beda, menurut keadaan dari mana asal tanaman itu. Pada umumnya tanaman biwa menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus, dan permeable, atau dengan kata lain tekstur tanah harus baik (Sembiring, 2009).

Tanah yang tekstur/strukturnya baik adalah tanah yang berasal dari abu gubung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Tanah yang demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat membusukkan perakaran, sekurang‐kurangnya kedalaman air tanah 3 meter dari permukaannya. Akar tanaman biwa membutuhkan oksigen yang tinggi, yang berarti tanah yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak cocok. Sebab tanah itu

sulit ditembus akar, peredaran air dan udara pun menjadi kurang baik (Bangun, dkk, 2004).

Pupuk Organik Cair

(22)

dalam produksi pertanian, sehingga dalam rekomendasi pemupukan harus didasarkan atas kebutuhan tanaman dan ketersediaannya di dalam tanah. Kebutuhan hara tanaman tercermin dari hara yang terkandung pada bagian tanaman seperti akar, batang, daun, dan buah (Silalahi, dkk, 2010).

Dibandingkan pupuk organik padat, pupuk organik cair masih sedikit terdapat dipasaran. Menurut Simamora, dkk (2005), pupuk organik cair adalah pupuk yang berasal dari hewan atau tumbuhan sudah mengalami fermentasi dan kandungan bahan kimia di dalamnya maksimum 5%. Selanjutnya, Hadisuwitu (2007) mengatakan bahwa, pupuk organik cair merupakan larutan dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan,

dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur (Sundari, dkk, 2012).

Selain nutriens kita juga sekaligus menyerap mikroorganisme, bakteri, fungi, protozoa, dan nematodoa dari pupuk organik cair. Pada dasarnya limbah dari bahan organik dimanfaatkan menjadi pupuk, limbah cair banyak mengandung unsur hara N, P, dan K. Penggunaan pupuk cair dapat membantu memperbaiki struktur dan kualitas tanah (Erliza, 2011).

(23)

(1) dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, (2) dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit, (3) merangsang pertumbuhan cabang produksi, (4) meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, (5) mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah (Amilia, 2011).

Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi aplikasi pupuk anorganik yang berlebihan. Adanya bahan organik yang mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan drainase, meningkatkan ikatan antar partikel, meningkatkan kapasitas menahan air, mencegah erosi dan longsor, dan merevitalisasi daya olah tanah. Fungsi pupuk organik terhadap sifat kimia yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation, meningkatkan ketersediaan unsur hara, dan meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Adapun terhadap sifat biologi yaitu menjadikan sumber makanan bagi mikroorganisme tanah seperti fungi, bakteri, serta mikroorganisme menguntungkan lainnya, sehingga perkembangannya menjadi lebih cepat (Hadisuwito, 2008).

(24)

Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman. Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik daripada pemberian melalui tanah. Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu pula dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi. Namun, pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman Oleh karena itu, pemilihan dosis yang tepat perlu diketahui oleh para peneliti maupun petani dan hal ini dapat diperoleh melalui pengujian-pengujian di lapangan (Putri, 2011).

Pupuk NPK

Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik dengan kandungan unsur tertentu. Pada umumnya kandungan haranya tinggi dan mudah larut dalam tanah. Pupuk buatan mudah diperoleh sehingga banyak digunakan oleh para petani dibandingkan dengan pupuk organik atau pupuk dari alam. Namun demikian pupuk ini mempunyai kelemahan, misalnya bila tidak dengan perhitungan, dosis pupuk yang berlebihan dapat merusak lingkungan terutama di daerah perakaran tanaman (Damanik dkk, 2011).

(25)

ditambahkan pupuk anorganik dalam pembibitan yang dilakukan untuk mendapatkan bibit yang lebih baik (Jannah,dkk, 2012).

Penggunaan pupuk majemuk dinilai lebih praktis, karena hanya dengan satu kali penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan.contoh pupuk majemuk anatara lain diamonium phosphat yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor, serta pupuk NPK mutiara yang mengandung unsur nitrogen, fosfor, dan kalium (Novizan, 2005).

Dalam pupuk NPK terdapat unsur N, P, dan K. Unsur N merupakan unsur yang cepat kelihatan pengaruhnya terhadap tanaman. Peran utama unsur ini adalah merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun), Unsur posfor dalam tanaman berfungsi dalam perkembangan akar halus dan akar rambut, memperkuat batang tanaman. Sementara unsur K Kalium merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peranan utama kalium dalam tanaman ialah sebagai aktivator berbagai enzim. Dengan adanya kalium yang tersedia dalam tanah menyebabkan ketegaran tanaman terjamin, merangsang pertumbuhan akar, tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit, dan mampu mengatasi kekurangan air pada tingkat tertentu (Rauf, 2000).

Unsur hara N dapat menyuburkan pertumbuhan daun. Unsur N sering

disebut-sebut sebagi zat lemas yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Nitrogen di dalam

tanaman sangat penting untuk pembentukan protein, daun-daunan dan berbagai

senyawa organik lainnya Nitrogen adalah unsur hara yang paling banyak dibutuhkan

tanaman dan mempunyai peranan yang sangat penting untuk pertumbuhaan tanaman.

Waktu pemupukan unsur nitrogen haruslah memperhatikan fase-fase pertumbuhan

tanaman, karena peranan hara nitrogen adalah untuk merangsang pertumbuhan

(26)

Pupuk NPK adalah suatu jenis pupuk majemuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah. Pupuk majemuk yang sering digunakan adalah pupuk NPK karena mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), ammonium dihidrogenfosfat (NH4H2PO4), dan kalium klorida (KCl).Kadar unsurhara N, P, dan K dalam pupuk majemuk dinyatakan dengan komposisi angka tertentu.Misalnya pupuk NPK 10-20-15 berarti bahwa dalam pupuk itu terdapat 10% nitrogen, 20% fosfor (sebagai P2O5)dan 15% kalium (sebagai K2O) (Chandra, 2011).

Pembibitan Main Nursery

Pembibitan merupakan cara atau usaha yang dilakukan untuk mengecambahkan bahan tanaman agar menjadi bibit yang bermutu dan berkualitas serta siap untuk ditanam. Pembibitan merupakan awal kegiatan lapang yang harus dimulai setahun sebelum penanaman dimulai Pembibitan bertujuan untuk menghasilkan bibit berkualitas tinggi yang harus tersedia pada saat penyiapan lahan tanam telah selesai. Sasaran akhir dari kegiatan pembibitan adalah menyediakan bibit yang asli dan jagur. Bibit yang asli dan jagur merupakan jaminan untuk memperoleh kebun dengan produktivitas tinggi. Pembibitan merupakan langkah permulaan yang sangat menentukan keberhasilan penanaman di lapangan, sedangkan bibit unggul merupakan modal dasar dari perusahaan untuk mencapai produktivitas dan mutu yang tinggi (Syakir, 2010).

(27)

berukuran kecil kemudian berlanjut kepada main nursery pada polibeg besar sebelum menuju proses penanaman langsung di lapangan. Untuk memperoleh bahan tanaman yang dapat menunjang hasil produksi kelak, perlu dilakukan pengamatan dan perlakuan yang lebih baik pada tahap main nursery karena pada tahap pre nursery, unsur hara maupun bahan makanan lebih banyak berasal dari kotiledon kecambah yang digunakan (Astianto, 2012).

(28)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Berastagi dengan ketinggian tempat + 1340 m di atas permukaan laut dimulai pada bulan maret sampai Juni 2013.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah bibit tanaman biwa yang telah berumur 2 bulan, media tanam pembibian yaitu topsoil, pupuk kandang, dan sekam padi dengan perbandingan 2 : 2 : 1, polybag sebagai wadah pembibitan biwa, pupuk NPK (15 : 15 : 15), dan pupuk organik cair.

Alat yang digunakan adalah tali plastik , cangkul, handsprayer, plakat nama, pacak sampel, meteran, jangka sorong, klorofilmeter, Leaf Area Meter (LAM), gunting, gembor,

Metode Penelitian

Metode penelitian yang diguanakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 Faktor perlakuan.

Faktor 1. Pemberian Pupuk Organik Cair terdiri dari 5 Taraf Perlakuan yaitu ; C0 : Tanpa pemberian pupuk organik cair

C1 : 5 ml/l air

(29)

Faktor 2. Pemberian Pupuk NPK dengan 4 taraf P0 : Tanpa Pemberian Pupuk NPK

P1 : 5 g/tanaman

P2 : 10 g/tanaman

P3 : 15 g/tanaman

Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan yaitu : C0P0 C0P1 C0P2 C0P3

C1P0 C1P1 C1P2 C1P3

C2P0 C2P1 C2P2 C2P3

Jumlah ulangan : 3 ulangan Jumlah plot/blok seluruhnya : 36 plot Jumlah bibit/plot : 4 tanaman Jumlah bibit seluruhnya : 144 tanaman Jumlah sampel/plot : 2 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 72 tanaman Jarak antar blok : 60 cm Jarak antar plot : 30 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear sebagai berikut

Yi j k = μ + αi + βj + (αβ)ij + кk + εi j k

Yi j k = hasil pengamatan untuk faktor pemberian pupuk cair organik taraf ke i,

faktor pemberian pupuk NPK taraf ke j pada kelompok ke k

μ = nilai tengah umum

(30)

βj = pengaruh faktor pemberian pupuk NPK pada taraf ke j

(αβ)ij = pengaruh interaksi pemberian pupuk cair organik dan pupuk NPK pada

taraf ke i (dari faktor pemberian pupuk cair organik), dan taraf ke j (dari faktor pemberian pupuk NPK)

кk = pengaruh kelompok ke k

εi j k = pengaruh acak (galat percobaan) pada taraf ke i (faktor pemberian pupuk

(31)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma, meratakan tanah dan membuat naungan berupa paranet dengan panjang 10 meter dan lebar 5 meter.

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang terdiri dari topsoil, pupuk kandang, sekam padi dengan perbandingan 2 : 2 : 1, di campur merata dan dimasukkan ke dalam polibag berukuran 20 x 30 cm dengan bobot 5 kg.

Penanaman

Penanaman biwa di main nursery dilakukan dengan memindahkan tanaman biwa yang berumur 2 bulan dari polibag ukuran 5 x 10 cm ke dalam polybag ukuran 20 x 30 cm dengan volume 5 kg. Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang pada media tanam dengan ukuran 5 x 10 cm. Polybag awal tanaman biwa di potong dari kiri dan kanan, kemudian tanaman biwa dikeluarkan dari polybag awal beserta medianya, di masukkan ke dalam lubang yang telah di siapkan, dan di tekan perlahan.

Aplikasi Pupuk Organik Cair

(32)

Aplikasi Pupuk NPK

Aplikasi pupuk NPK dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada umur 1 dan 5 minggu setelah pindah tanam sesuai dosis perlakuan. Pemupukaan dilakukan dengan cara tugal sebanyak 4 lubang di sekitar batang tanaman biwa.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan sekali dalam dua minggu, baik dalam polibag maupun di luar polibag.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada media tanam dua kali sehari (pagi dan sore) atau sesuai kondisi di lapangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan Dupont Prevathon 50 SC dengan dosis 2 ml/l air. Pengendalian dilakukan pada umur 5 dan 9 MST

Parameter Yang Diamati 1. Tinggi Tanaman

Pengamatan tinggi tanaman di ukur dari leher batang hingga titik tumbuh dengan menggunakan meteran. Pengamatan mulai dilakukan pada saat tanaman berumur 1 MST dengan interval pengamatan selama 2 minggu sampai tanaman berumur 13 MST di pembibitan main nursery.

2. Diameter Batang

(33)

dilakukan pada saat tanaman berumur 1 MST dengan interval pengamatan selama 2 minggu sampai tanaman berumur 13 MST di pembibitan main nursery.

3. Lebar Tajuk

Pengamatan lebar tajuk diukur dengan menggunakan meteran. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 1 MST dengan interval pengamatan selama 2 minggu sampai tanaman berumur 13 MST di pembibitan main nursery.

4. Pertambahan Jumlah Daun

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun pada 1 MST dan 13 MST. Pertambahan jumlah daun adalah selisih jumlah daun 1 MST dengan 13 MST.

5. Jumlah Klorofil Daun

Pengamatan jumlah klorofil daun diukur dengan klorofilmeter. Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian yaitu pada saat tanaman telah berumur 3 bulan di pembibitan main nursery.

6. Total Luas Daun

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan data dan sidik ragam yang terdapat pada lampiran 7 - 57 diketahui bahwa pemberian Pupuk Organik Cair (POC) berpengaruh nyata terhadap peubah amatan jumlah klorofil daun. Pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap peubah amatan tinggi tanaman ( 3 MST, 5 MST, 7 MST , 11 MST , dan 13 MST) , diameter batang ( 9 MST, 11 MST, dan 13 MST ), lebar tajuk ( 7 MST, 9 MST, 11MST, dan 13 MST ), total luas daun, dan pertambahan jumlah daun. Interaksi antara pemberian POC dan NPK berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah amatan.

Tinggi Tanaman

Data pengamatan dan sidik ragam yang terdapat pada lampiran 7 - 20, diketahui bahwa pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 3 MST, 5 MST, 7 MST, 11 MST, dan 13 MST) pemberian POC berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi pemberian NPK dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

Tinggi tanaman biwa pada masing-masing perlakuan POC dan NPK umur 13 MST dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1. Tinggi tanaman biwa pada masing-masing perlakuan POC dan NPK umur 13 MST

(35)

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa pemberian NPK 15 g menghasilkan tanaman tertinggi (10,79 cm) yang berbeda nyata dengan tanpa pemberian, namun berbeda tidak nyata dengan pemberian 5 dan 10 g NPK. Tanpa pemberian NPK menghasilkan tinggi tanaman terendah (8,00 cm).

Pemberian POC, tanaman tertinggi terdapat pada tanpa pemberian (10,34 cm) yang cenderung berbeda tidak nyata dengan pemberian 5 dan 10 ml/l. Pemberian POC 5 ml/l menghasilkan tinggi tanaman terendah (9,41 cm).

Grafik pertambahan tinggi tanaman biwa (cm) 1-13 MST (Lampiran 55) pada beberapa taraf pemberian POC dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik pertambahan tinggi tanaman 1-13 MST (cm) pada beberapa taraf pemberian POC.

Berdasarkan Gambar 1 diatas terlihat bahwa tanaman tertinggi diperoleh tanaman tanpa pemberian POC (10,34 cm) dan terendah pada pemberian 5 ml/l POC (9,41 cm). Pemberian POC cenderung berpengaruh tidak nyata pada peubah amatan tinggi tanaman.

2,00

Waktu pengamatan (Minggu Setelah Tanam)

(36)

Grafik pertambahan tinggi tanaman biwa (cm) 1-13 MST (Lampiran 55) pada beberapa taraf pemberian NPK dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik pertambahan tinggi tanaman 1-13 MST pada beberapa taraf pemberian NPK

Penambahan dosis pupuk NPK menunjukkan tinggi tanaman yang cenderung berpengaruh tidak nyata pada pengamatan 1-13 MST. Perlakuan tanpa pemberian NPK menghasilkan tanaman terendah yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Grafik hubungan tinggi tanaman dengan pemberian beberapa dosis pupuk NPK pada 13 MST disajikan pada Gambar 3 berikut ini.

2,00

Waktu pengamatan (Minggu Setelah Tanam)

(37)

Gambar 3. Grafik hubungan tinggi tanaman dengan pemberian beberapa dosis pupuk NPK pada 13 MST.

Berdasarkan Gambar 3 diatas diketahui bahwa hubungan pemberian beberapa dosis pupuk NPK dengan tinggi tanaman 13 MST menunjukkan hubungan kuadratik. Dosis optimum pemakaian pupuk NPK adalah 5 gr/polibeg, dimana perlakuan ini berbeda nyata dengan tanpa pemberian NPK dan berbeda tidak nyata terhadap pemberian 10 dan 15 g NPK.

Diameter Batang

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 21 - 34), diketahui bahwa pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap diameter batang (9 MST, 11 MST, dan 13 MST). Pemberian POC berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang. Interaksi pemberian NPK dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang tanaman biwa.

Diameter batang tanaman biwa pada masing-masing perlakuan POC dan NPK umur 13 MST dapat dilihat pada tabel 2.

(38)

Tabel 2. Diameter batang tanaman biwa pada masing-masing perlakuan POC dan NPK umur 13 MST.

POC (ml/l) NPK (g/polibeg) Rataan

0 5 10 15

0 3,59 4,01 4,31 4,18 3,97

5 3,18 3,84 3,72 4,12 3,58

10 3,13 3,95 4,23 3,95 3,77

Rataan 3,30 b 3,93 a 4,09 a 4,08 a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama dalam setiap pengamatan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa pemberian NPK 10 g menghasilkan diameter batang tanaman tertinggi (4,09 mm) yang berbeda nyata dengan tanpa pemberian, namun berbeda tidak nyata dengan pemberian 5 dan 15 g NPK. Tanpa pemberian NPK menghasilkan diameter batang tanaman terendah (3,30 mm).

Pada pemberian POC, diameter batang tanaman tertinggi dihasilkan oleh tanaman tanpa pemberian POC (3,97 mm) yang cenderung berbeda tidak nyata dengan pemberian 5 dan 10 ml/l. Pemberian POC 5 ml/l menghasilkan diameter batang tanaman terendah (3,58 mm).

(39)

Gambar 4. Grafik pertumbuhan diameter batang tanaman 1-13 MST (cm) pada beberapa taraf pemberian POC.

Berdasarkan Gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa diameter batang tertinggi diperoleh tanaman tanpa pemberian POC (3,97 mm) dan terendah pada pemberian 5 ml/l POC (3,58 mm). Pemberian POC cenderung berpengaruh tidak nyata terhadap peubah amatan diameter batang tanaman biwa.

Grafik pertambahan diameter batang tanaman biwa (cm) 1-13 MST (Lampiran 56) pada beberapa taraf pemberian POC dapat dilihat pada Gambar 5.

1,00

Waktu pengamatan (Minggu Setelah Tanam)

(40)

Gambar 5. Grafik pertambahan diameter batang tanaman 1-13 MST pada beberapa dosis NPK

Pemberian pupuk NPK menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap diameter batang tanaman biwa. Namun, penambahan dosis pupuk NPK menunjukkan diameter batang tanaman yang cenderung berpengaruh tidak nyata pada pengamatan 1-13 MST. Perlakuan tanpa pemberian NPK menghasilkan tanaman terendah yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Grafik hubungan diameter batang 13 MST dengan pemberian beberapa dosis pupuk NPK disajikan pada Gambar 6 berikut ini.

1,00

Waktu pengamatan (Minggu Setelah Tanam)

(41)

Gambar 6. Grafik hubungan diameter batang 13 MST dengan pemberian beberapa dosis pupuk NPK

Berdasarkan Gambar 6 diatas diketahui bahwa hubungan pemberian beberapa dosis pupuk NPK dengan diameter batang tanaman 13 MST menunjukkan hubungan kuadratik. Dosis optimum pemakaian pupuk NPK yaitu 5 g/polibeg, dimana perlakuan ini berbeda nyata dengan tanpa pemberian NPK dan berbeda tidak nyata dengan pemberian 10 dan 15 g NPK.

Lebar Tajuk

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 35 - 48), diketahui bahwa pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap lebar tajuk (7 MST, 9 MST, 11 MST, dan 13 MST) pemberian POC berpengaruh tidak nyata terhadap lebar tajuk. Interaksi pemberian NPK dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap lebar tajuk tanaman biwa.

(42)

Lebar tajuk tanaman biwa pada masing-masing perlakuan POC dan NPK umur 13 MST dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Lebar tajuk tanaman biwa pada masing-masing perlakuan POC dan NPK umur 13 MST.

POC (ml/l) NPK (g/polibeg) Rataan

0 5 10 15

0 19,20 24,98 28,69 22,87 24,29

5 16,69 25,63 21,78 23,53 21,37

10 13,92 20,44 23,26 25,23 19,21

Rataan 16,60 b 23,68 a 24,58 a 23,88 a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama dalam setiap pengamatan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa pemberian NPK 10 g menghasilkan lebar tajuk tanaman tertinggi (24,58 cm) yang berbeda nyata dengan tanpa pemberian, namun berbeda tidak nyata dengan pemberian 5 dan 15 g NPK. Tanpa pemberian NPK menghasilkan lebar tajuk tanaman terendah (16,60 cm).

Pada pemberian POC, lebar tajuk tanaman tertinggi dihasilkan oleh tanaman tanpa pemberian POC (24,29 cm) yang cenderung berbeda tidak nyata dengan pemberian 5 dan 10 ml/l. Pemberian POC 10 ml/l menghasilkan lebar tajuk tanaman terendah (19,21 cm).

(43)

Gambar 7. Grafik pertambahan lebar tajuk tanaman biwa 1-13 MST (cm) pada beberapa taraf pemberian POC.

Berdasarkan Gambar 7 diatas terlihat bahwa lebar tajuk tertinggi diperoleh tanaman tanpa pemberian pupuk organik cair (24,29 cm) dan terendah pada pemberian 10 ml/l pupuk organik cair (19,21cm). Pemberian pupuk organik cair cenderung berpengaruh tidak nyata pada peubah amatan lebar tajuk tanaman biwa.

Grafik pertambahan lebar tajuk tanaman biwa (cm) 1-13 MST (Lampiran 57) pada beberapa taraf pemberian NPK dapat dilihat pada Gambar 8.

5,00

Waktu pengamatan (Minggu Setelah Tanam)

(44)

Gambar 8. Grafik pertambahan lebar tajuk tanaman biwa 1-13 MST (cm) pada beberapa taraf pemberian NPK

Pemberian pupuk NPK menunjukkan pegaruh yang nyata terhadap lebar tajuk tanaman. Namun, penambahan dosis pupuk NPK menunjukkan lebar tajuk tanaman yang berbeda tidak nyata pada pengamatan 1-13 MST. Perlakuan tanpa pemberian NPK menghasilkan tanaman terendah yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Grafik hubungan pemberian beberapa dosis pupuk NPK terhadap tinggi tanaman 13 MST disajikan pada Gambar 9 berikut ini.

5,00

Waktu pengamatan (Minggu Setelah Tanam)

(45)

Gambar 9. Grafik hubungan lebar tajuk tanaman 13 MST dengan pemberian beberapa dosis pupuk NPK

Berdasarkan Gambar 9 di atas diketahui bahwa hubungan pemberian beberapa dosis pupuk NPK dengan lebar tajuk 13 MST menunjukkan hubungan kuadratik. Dosis optimum pemakaian pupuk NPK yaitu 5 gr/polibeg, dimana perlakuan ini berbeda nyata dengan tanpa pemberian dan berbeda tidak nyata dengan pemberian 10 dan 15 g NPK

Pertambahan Jumlah Daun

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 49 dan 50), diketahui bahwa pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun. Sedangkan pemberian POC berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah daun. Interaksi pemberian POC dan NPK berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah daun.

(46)

Pertambahan jumlah daun tanaman biwa pada masing-masing perlakuan POC dan NPK dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pertambahan jumlah daun tanaman biwa pada masing-masing perlakuan POC dan NPK.

POC (ml/l) NPK (g/polibeg) Rataan

0 5 10 15

0 5,00 7,17 7,00 9,17 6,39

5 4,67 6,67 6,50 9,83 5,94

10 5,00 6,33 6,17 7,00 5,83

Rataan 4,89 c 6,72 b 6,56 b 8,67 a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama dalam setiap pengamatan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa pemberian pupuk NPK menghasilkan pertambahan jumlah daun tertinggi yaitu pada pemberian 15 g NPK (8,67 helai) yang berbeda nyata dengan pemberian 0, 5 dan 10 g NPK. Sementara pertambahan jumlah daun terendah terdapat pada tanpa pemberian NPK (4,89 helai).

Pada pemberian POC, pertambahan jumlah daun tanaman tertinggi dihasilkan oleh tanaman tanpa pemberian POC (6,39 helai) yang cenderung berbeda tidak nyata dengan pemberian 5 dan 10 ml/l. Pemberian POC 10 ml/l menghasilkan pertambahan jumlah daun tanaman terendah (5,83 helai).

(47)

Gambar 10. Grafik hubungan pemberian beberapa dosis pupuk NPK terhadap pertambahan jumlah daun

Berdasarkan Gambar 10 terlihat bahwa pemberian pupuk NPK dengan pertambahan jumlah daun menunjukkan hubungan linear positif. Hal ini berarti, semakin tinggi dosis pupuk NPK yang diberikan hingga batas 15 g/polibeg akan mengakibatkan peningkatan jumlah daun pada tanaman biwa.

Interaksi antara pemberian pupuk organik cair dan NPK menunjukkan respons yang tidak nyata terhadap pertambahan jumlah daun.

Jumlah Klorofil Daun

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 51 dan 52), diketahui bahwa pemberian pupuk organik cair berbeda nyata terhadap parameter jumlah klorofil. Perlakuan pemberian NPK berbeda tidak nyata terhadap jumlah klorofil daun. Interaksi pemberian pupuk organik cair dan NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah klorofil daun.

(48)

Jumlah klorofil daun tanaman biwa pada masing-masing perlakuan POC dan NPK dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 5. Jumlah klorofil daun tanaman biwa pada masing-masing perlakuan POC dan NPK.

POC (ml/l) NPK (g/polibeg) Rataan

0 5 10 15

0 32,14 45,36 42,81 45,68 40,10 c

5 44,72 44,01 45,25 43,98 44,66 b

10 51,15 47,50 48,92 45,07 49,19 a Rataan 42,67 45,62 45,66 44,91

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama dalam setiap pengamatan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa pemberian POC menghasilkan jumlah klorofil daun tertinggi yaitu pada pemberian 10 ml/l POC (49,19) yang berbeda nyata dengan pemberian 0 dan 5 ml/l POC. Sementara jumlah klorofil terendah terdapat pada tanpa pemberian POC (40,10).

Pada pemberian NPK, jumlah klorofil daun tanaman tertinggi dihasilkan oleh tanaman dengan dosis NPK 10 g (45,66) yang cenderung berbeda tidak nyata dengan pemberian 0, 5, dan 15 g NPK. Tanpa pemberian NPK menghasilkan jumlah klorofil daun tanaman terendah (42,67).

(49)

Gambar 11. Grafik hubungan pemberian beberapa konsentrasi POC terhadap jumlah klorofil daun.

Berdasarkan Gambar 11 terlihat bahwa pemberian POC dengan jumlah klorofil daun menunjukkan hubungan linear positif. Hal ini berarti, semakin tinggi dosis pupuk organik cair yang diberikan hingga batas 10 ml/liter akan mengakibatkan peningkatan jumlah klorofil daun pada tanaman biwa.

Interaksi antara pemberian POC dan NPK menunjukkan respons yang tidak nyata terhadap jumlah klorofil daun.

Total Luas Daun

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 53 - 54), diketahui bahwa pemberian POC berbeda tidak nyata terhadap parameter total luas daun. Perlakuan pemberian NPK berbeda nyata terhadap total luas daun. Interaksi pemberian POC dan NPK berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun.

(50)

Total luas daun tanaman biwa pada masing-masing perlakuan POC dan NPK dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Total luas daun tanaman biwa pada masing-masing perlakuan POC dan NPK (cm2)

POC (ml/l) NPK (g/polibeg) Rataan

0 5 10 15

0 112,99 254,20 308,76 289,82 225,32

5 138,28 311,36 251,90 278,92 233,85

10 130,20 233,95 295,89 300,40 220,02

Rataan 127,16 b 266,50 a 285,52 a 289,71 a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama dalam setiap pengamatan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa pemberian NPK menghasilkan total luas daun tertinggi yaitu pada pemberian 15 g NPK (289,71 cm2) yang berbeda nyata dengan tanpa pemberian NPK, namun berbeda tidak nyata dengan pemberian 0, 5, dan 1 g NPK. Sementara itu, total luas daun terendah terdapat pada tanpa pemberian NPK (127,16 cm2).

Pada pemberian POC, total luas daun tanaman tertinggi dihasilkan oleh tanaman dengan konsentrasi POC 5 ml/l (233,85 cm2) yang cenderung berbeda tidak nyata dengan tanpa pemberian dan 10 ml/l POC. Pemberian POC 10 ml/l menghasilkan total luas daun tanaman terendah (220,02 cm2).

(51)

Gambar 12. Grafik hubungan pemberian beberapa dosis NPK terhadap total luas daun.

Berdasarkan Gambar 12 terlihat bahwa pemberian pupuk NPK dengan total luas daun menunjukkan hubungan kuadratik. Dosis optimum pemakaian pupuk NPK adalah 5 gr/polibeg, dimana perlakuan ini berbeda nyata dengan tanpa perlakuan dan berbeda tidak nyata dengan pemberian 10 dan 15 g NPK.

Interaksi antara pemberian pupuk organik cair dan NPK menunjukkan respons yang tidak nyata terhadap total luas daun.

Pembahasan

Pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman biwa (Eriobotrya japonica Lindl. ) di main nursery

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap peubah amatan jumlah

klorofil daun. Semakin tinggi konsentrasi pupuk organik cair sampai batas 10 ml/l maka semakin tinggi pula jumlah klorofil yang dihasilkan. Peningkatan

jumlah klorofil ini diduga karena pupuk organik cair mengandung unsur hara

(52)

makro dan mikro esensial yang sangat di butuhkan tanaman khususnya pada saat di pembibitan. Selain itu pupuk organik cair di aplikasikan ke daun tananan biwa sehingga dengan mudah dapat di serap oleh stomata yang pada akhirnya dapat meningkatkan jumlah klorofil pada daun. Hal ini sesuai dengan literatur Amalia (2011) yang menyatakan bahwa salah satu kegunaan dari pupuk organik cair adalah dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara.

Berdasarkan sidik ragam terlihat bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap peubah amatan tinggi tanaman, diameter batang, lebar tajuk, pertambahan jumlah daun, dan total luas daun. Diduga karena pupuk oganik cair mengandung unsur hara yang rendah dan ketersediaannya bagi tanaman lebih lambat jika dibandingkan dengan pupuk buatan. Hal ini sesuai dengan lampiran komposisi unsur hara pupuk organik cair yang digunakan. Unsur hara yang terkandung di dalamnya termasuk rendah jika dibandingkan dengan pupuk NPK. Sehingga pengaruhnya dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman biwa berpengaruh tidak nyata.

Pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman biwa (Eriobotrya japonica Lindl. ) di main nursery

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa Pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap peubah amatan tinggi tanaman (3 MST, 5 MST , 7 MST , 11 MST , dan 13 MST) , diameter batang

(53)

Pada peubah amatan tinggi tanaman (Lampiran 55) pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata pada 3 MST, 5 MST , 7 MST , 11 MST , dan 13 MST dimana tanaman tertinggi diperoleh pada pemberian 15 g NPK yaitu 10,79 cm dan terendah terdapat pada tanpa pemberian NPK yaitu 8,00 cm. Dari hal diatas diketahui bahwa respon pupuk NPK terhadap tinggi tanaman sangat cepat terlihat. Dimana pada pengamatan 3 MST, respon pupuk NPK telah berpengaruh nyata pada peubah amatan tinggi tanaman. Hal ini terjadi karena pupuk buatan seperti NPK memiliki kandungan hara yang tinggi, mudah larut dalam tanah, dan cepat tersedia bagi tanaman sehingga respons tanaman sangat cepat terlihat. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang terdapat dalam buku Damanik dkk (2011) yang menyatakan bahwa pada umumnya pupuk buatan memiliki kandungan hara yang tinggi dan mudah larut dalam tanah.

(54)

vegetatif (batang dan daun) serta peranan unsur K yang merangsang pertumbuhan akar.

Pada peubah amatan lebar tajuk (Tabel 3) perlakuan pemberian NPK berpengaruh nyata dan membentuk hubungan yang kuadratik (gambar 9) dimana lebar tajuk tertinggi diperoleh pada pemberian 10 NPK yaitu 24,58 cm yang berbeda nyata dengan tanpa pemberian NPK yang menghasilkan lebar tajuk terendah yaitu 16,60 cm. Hubungan yang kuadratik menjelaskan bahwa terdapat dosis optimum pemakaian pupuk NPK. Dosis optimum tesebut terdapat pada pemberian 5 g/polibeg dengan lebar tajuk adalah 23,68 cm yang berbeda tidak nyata dengan pemberian 10 dan 15 g/polibeg. Pemakaian pupuk buatan diusahakan seminimal mungkin untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pemakaian pupuk buatan yang berlebihan tidak hanya dapat merusak lingkungan namun juga dapat merusak daerah perakaran tanaman sehingga dapat mengakibatkan kelayuan, pertumbuhan yang tidak optimal dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik dkk (2011) yang menyatakan bahwa pupuk buatan mempunyai kelemahan dibandingkan dengan pupuk alam, misalnya bila tidak dengan perhitungan, dosis pupuk yang berlebihan dapat merusak lingkungan terutama di daerah perakaran tanaman.

(55)

senyawa organik lainnya. Unsur N sangat di butuhkan pada saat tanaman masih muda dan dalam tahap pembentukan organ vegetatif tanaman. Dalam literatur Jamilin (2011) dikatakan bahwa Nitrogen di dalam tanaman sangat penting untuk pembentukan protein, daun-daunan dan berbagai senyawa organik lainnya. Nitrogen

adalah unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman dan mempunyai peranan

yang sangat penting untuk pertumbuhaan tanaman.

Pada peubah amatan total luas daun (Tabel 6) pemberian NPK berpengaruh nyata dan menunjukkan hubungan kuadratik. Total luas daun tertinggi terdapat pada pemberian 15 g/polibeg yaitu 289,71 cm2 yang berbeda nyata dengan tanpa pemberian NPK namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan lain. Total luas daun terendah pada tanaman dengan tanpa pemberain NPK yaitu 127,16 cm2. Kandungan unsur hara N, P, dan K mampu merangsang pertumbuhan organ vegetatif tanaman. Dimana unsur tersebut sangat di butuhkan oleh seluruh tanaman, baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Hal ini sesuai dengan literatur Rauf (2010) yang menyatakan bahwa unsur N, P, dan K merupakan unsur yang memiliki peran utama yaitu merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun) serta peranan unsur K yang merangsang pertumbuhan akar.

(56)

Tanaman biwa merupakan tanaman tahunan yang tumbuh baik di dataran tinggi dengan suhu optimum adalah > 150C dan ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman biwa adalah > 900 meter dari permukaan laut (Karsinah dkk, 2008). Berastagi dan sekitarnya merupakan wilayah yang cocok untuk tanaman biwa jika di tinjau dari segi suhu dan ketinggian tempat. Hal ini sesuai dengan hasil pengukuran Departemen Perhubungan, Badan Meteorologi dan Geofisika (2013) tidak dipublikasikan, yang menyatakan bahwa suhu rata-rata bulan maret hingga juni tahun 2013 adalah > 18 0C dan ketinggian tempat desa Tongkoh (berastagi) adalah 1340 meter diatas permukaan laut.

Interaksi pemberian pupuk organik cair dan NPK terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman biwa (Eriobotrya japonica Lindl. ) di main nursery

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa interaksi pemberian pupuk organik cair dan NPK berpengaruh tidak nyata pada seluruh peubah amatan. Hal ini diduga karena pemberian pupuk organik cair tidak responsif terhadap pemberian NPK, demikian juga sebaliknya. Dengan kata lain, pemberian NPK dan pupuk organik cair menjalankan fungsinya masing-masing tanpa membentuk suatu hubungan atau sinergi dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman biwa.

(57)
(58)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap peubah amatan jumlah klorofil daun. Dimana konsentrasi terbaik antara 5-10 ml/l terdapat pada pemberian 10 ml/l.

2. Pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap peubah amatan tinggi tanaman, diameter batang, lebar tajuk, pertambahan jumlah daun, dan total luas daun. Dimana dosis maksimum pemakaian NPK adalah 15g/polibeg dan dosis optimum pemakaian 5 g/polibeg.

3. Interaksi pemberian pupuk organik cair dan NPK berpengaruh tidak nyata pada seluruh peubah amatan.

Saran

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Amilia, Y., 2011. Penggunaan Pupuk Organik Cair Untuk Mengurangi Dosis Penggunaan Pupuk Anorganik Pada Padi Sawah (Oryza sativa L.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Astianto, A., 2012. Pemberian Berbagai Dosis Abu Boiler Pada Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Pembibitan Utama (Main Nursery). Skripsi. UNRI. Riau.

Bangun, E., Frits, H. S., Karsinah, Fatiani, M., Rasiska, T., 2004. Biwa Tanaman Buah Langka. Kebun Percobaan Tanaman Buah Berastagi. Berastagi. Belum dipublikasi.

Chandra, O. A., 2011. Pengaruh Panjang Gelombang Terhadap Daya Serap Pupuk NPK Dengan Menggunakan Alat Spektrofotometer. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Damanik, M. M. B., Bachtiar, E. H., Fauzi, Sarifuddin, Hamidah, H., 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Erliza, 2011. Pembuatan Pupuk Padat dan Cair. Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan. Jakarta.

Jamilin, 2011. Pengaruh Pemberian Kombnasi Pupuk NPK dan Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.). Skripsi. USU. Medan.

Jannah, N., Abdul, F., dan Marhanuddin, 2012. Pengaruh Macam dan Dosis Pupuk NPK Majemuk Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack). Media sains 4:48-54

Karsinah, E., Bangun, F., H. Silalahi, dan F. Manik, 2008. Eksplorasi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Tanaman Biwa. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok. Jerami 1 : 32 - 37

Morton, J. 1987. Loquat. p. 103 – 108. In Fruits of warm climates. Miami, FL. Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia. Jakarta.

Purnomosidhi, P., Suparman. James, M. R., Mulawarman. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman Buah-buahan. International Centre For Research In Agroforestry and Winrock International. Bogor.

(60)

Rauf, A. W., Syamsuddin, T., Sri, R. S., 2000. Peranan Pupuk NPK pada Tanaman Padi. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Loka Pengkajian Teknologi Petanian Koya Barat. Irian Jaya. http:www.ppua0160.pdf.ac.id [10 Maret 2013].

Sembiring, S., 2009. Analisis Fungsi Tanaman Biwa Di Kabupaten Karo. Tesis.. Universitas Sumatera Utara. Medan

Sialalahi, F. H., A. E. Marpaung, dan R. Tarigan, 2010. Tanggap Pertumbuhan Tanaman Biwa Terhadap Berbagai Perbandingan Dosis Pupuk N, P, dan K. Kebun Percobaan Tanaman Buah Berastagi. J.Hort.21(1):1-13

Sundari, E., Ellyta, S., Riko, R., 2012. Pembuatan Pupuk Organik Cair Menggunakan Bioaktivatr Biosca dan EM4. Skripsi. Universitas Bung Hatta. Padang.

(61)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Penelitian

(62)

Lampiran 2. Bagan Letak Tanaman Pada Plot

B

Jarak Tanam : 30 x 30 cm Ukuran plot :100 x 100 cm

30 cm

30 cm

100 cm

100 cm

U

(63)

Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1. Persiapan Lahan dan Media Tanam

X

2. Penanaman X

3. Aplikasi Pupuk Organik Cair X X X X X X X X X X X X

4. Aplikasi Pupuk NPK X X

5 Penyiangan X X X X X X

6. Penyiraman Dua kali sehari (sesuai kondisi lapangan) 7 Pengendalian Hama dan

Penyakit X X

8 Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman X X X X X X X

Diameter Batang X X X X X X X

Lebar Tajuk X X X X X X X

Pertambahan Jumlah Daun X

Jumlah Klorofil Daun X

(64)

Lampiran4. Hasil Analisis Tanah dan Kompos

Parameter Satuan Kriteria

pH H20 - Tinggi

C-Organik % Sangat tinggi

N-Total % Tinggi

P-Bray Ppm Sangat tinggi

K-dd (me/100 g) Sangat tinggi

Mg (me/100 g) Sangat Tinggi

Na ppm Sedang

(65)

Lampiran 5. Komposisi unsur hara Pupuk Organik Cair (POC)

No Jenis Analisis Nilai Metode

1 N-Total (%) 0,42 Kjeldahl

2 P2O5 (%) td* Spectrophometry

3 K2O (%) 0,008 Kalkulasi

4 C-Organik (%) 4,63 AAS

5 C/N-Ratio 11,02 AAS

6 Cu ppm td* AAS

7 Zn ppm 6,78 AAS

8 Mn ppm 10,57 AAS

9 Fe ppm 0,037 AAS

10 Co ppm 11,57 AAS

11 Mo ppm td* AAS

12 Pb ppm td* AAS

13 Cd ppm 1,19 AAS

14 Hg ppm 0,05 AAS

15 As ppm 1 AAS

16 B ppm 51,43 Spectrophometry

17 pH 6,22 Electrometry

CV Agrotani Indonesia, 2009. Pupuk Organik Cair.

(66)

Lampiran 6. Temperatur rata-rata wilayah Tongkoh ( OC )

Bulan

Suhu (0C)

Maksimum Minimum Rataan

Maret 23,84 15,54 18,85

April 23,11 16,10 18,70

Mei 24,20 16,02 19,22

Juni 23,25 16,28 18,78

(67)

Lampiran 7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 1 MST (cm)

Lampiran 8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 1 MST

SK db JK KT F.05 F.tab Ket

(68)

Lampiran 9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST (cm)

Lampiran 10. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST

(69)

Lampiran 11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST (cm)

Lampiran 12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST

SK db JK KT F.05 F.tab Ket

Keterangan tn = tidak nyata

(70)

Lampiran 13. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 7 MST (cm)

Lampiran 14. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST

SK db JK KT F.05 F.tab Ket

Keterangan tn = tidak nyata

(71)

Lampiran 15. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 9 MST (cm)

Lampiran 16. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 9 MST

(72)

Lampiran 17. Data Pengamatan Tinggi tanaman 11 MST

Lampiran 18. Sidik Ragam Tinggi tanaman 11 MST

(73)

Lampiran 19. Data Pengamatan Tinggi tanaman 13 MST (cm)

Lampiran 20. Sidik ragam Tinggi tanaman 13 MST (cm)

(74)

Lampiran 21. Data Pengamatan Diameter batang 1 MST (mm)

Lampiran 22. Sidik Ragam Diameter batang 1 MST (mm)

(75)

Lampiran 23. Data Pengamatan Diameter batang 3 MST (mm)

Lampiran 24. Sidik Ragam Diameter batang 3 MST (mm)

(76)

Lampiran 25. Data Pengamatan Diameter batang 5 MST (mm)

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 26. Sidik Ragam Diameter batang 5 MST (mm)

(77)

Lampiran 27. Data Pengamatan Diameter batang 7 MST (mm)

Lampiran 28. Sidik Ragam Diameter batang 7 MST (mm)

(78)

Lampiran 29. Data Pengamatan Diameter batang 9 MST (mm)

Lampiran 30. Sidik Ragam Diameter batang 9 MST (mm)

(79)

Lampiran 31. Data Pengamatan Diameter batang 11 MST (mm)

Lampiran 32. Sidik Ragam Diameter batang 11 MST (mm)

(80)

Lampiran 33. Data Pengamatan Diameter batang 13 MST (mm)

Lampiran 34. Sidik Ragam Diameter batang 13 MST (mm)

(81)

Lampiran 35. Data Pengamatan Lebar Tajuk 1 MST (cm)

Lampiran 36. Sidik Ragam Lebar Tajuk 1 MST

(82)

Lampiran 37. Data Pengamatan Lebar Tajuk 3 MST (cm)

Lampiran 38. Sidik Ragam Lebar Tajuk 3 MST (cm)

(83)

Lampiran 39. Data Pengamatan Lebar Tajuk 5 MST (cm)

Lampiran 40. Sidik Ragam Lebar Tajuk 5 MST

(84)

Lampiran 41. Data Pengamatan Lebar Tajuk 7 MST (cm)

Lampiran 42. Sidik Ragam Lebar Tajuk 7 MST (cm)

(85)

Lampiran 43. Data Pengamatan Lebar Tajuk 9 MST (cm)

Lampiran 44. Sidik Ragam Lebar Tajuk 9 MST (cm)

(86)

Lampiran 45. Data Pengamatan Lebar Tajuk 11 MST (cm)

Lampiran 46. Sidik Ragam Lebar Tajuk 11 MST (cm)

(87)

Lampiran 47. Data Pengamatan Lebar Tajuk 13 MST (cm)

Lampiran 48. Sidik Ragam Lebar Tajuk 13 MST

(88)

Lampiran 49. Data Pengamatan Pertambahan Jumlah daun (helai)

Lampiran 50. Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Daun (helai)

(89)

Lampiran 51. Data Pengamatan Jumlah Klorofil

Lampiran 52. Sidik Ragam Jumlah Klorofil

(90)

Lampiran 53. Data Pengamatan Total Luas daun (cm2)

Lampiran 54. Sidik Ragam Total Luas Daun (cm2)

SK db JK KT F.05 F.tab Ket

Keterangan tn = tidak nyata

(91)

Lampiran 55. Rataan tinggi tanaman biwa 1 MST – 13 MST (cm) pada pemberian POC dan NPK.

Waktu

(92)

Lampiran 56. Rataan diameter batang tanaman biwa 1 – 13 MST (mm) pada pemberian POC dan NPK

Waktu Pengamatan

Pupuk Organik Cair (ml/l)

NPK (g/polibeg) Rataan

(93)

Lampiran 57. Rataan lebar tajuk tanaman biwa 1 – 13 MST (cm) pada pemberian POC dan NPK.

Waktu

(94)

Lampiran 58. Rangkuman uji beda rataan pengamatan parameter

Perlakuan Parameter

1 2 3 4 5 6

C tn tn tn tn * tn

P * * * * tn *

C x P tn tn tn tn tn tn

Keterangan : 1 = Tinggi tanaman 2 = Diameter batang 3 = Lebar tajuk

4 = Pertambahan jumlah daun 5 = Jumlah klorofil daun 6 = Total luas daun

(95)
(96)
(97)

Gambar

Tabel 1. Tinggi tanaman biwa pada masing-masing perlakuan POC dan NPK umur 13 MST
Grafik pertambahan tinggi tanaman biwa (cm) 1-13 MST (Lampiran 55)
Grafik pertambahan tinggi tanaman biwa (cm) 1-13 MST  (Lampiran 55)
Gambar 3. Grafik hubungan tinggi tanaman dengan pemberian beberapa dosis    pupuk NPK pada 13 MST
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dosis anjuran pupuk organik cair adalah : 500 liter larutan pupuk organik cair per hektar dengan konsentrasi 2 ml pupuk organik cair per liter air dan disemprotkan pada

Perlakuan media tanam terbaik terdapat pada tanah : sekam padi 2 : 1 (M3), Perlakuan pupuk organik cair berpengaruh nyata pada peubah amatan tinggi tanaman 6 – 12 MSPT,

Yang diaplikasikan setengah kebutuhan pupuk yaitu 12,15 g / tanaman... Sidik Ragam Diameter

Hasil uji beda rataan pengaruh pemberian pupuk NPK Phonska dan pupuk organik cair Hantu terhadap diameter batang tanaman mentimun umur 4 minggu setelah tanam dapat

Perlakuan media tanam terbaik terdapat pada tanah : sekam padi 2 : 1 (M3), Perlakuan pupuk organik cair berpengaruh nyata pada peubah amatan tinggi tanaman 6 – 12 MSPT,

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa kombinasi beberapa varietas dan pemberian pupuk organik cair memberikan interaksi nyata terhadap parameter luas daun 12

Hasil uji beda rataan pengaruh pemberian pupuk NPK Phonska dan pupuk organik cair Hantu terhadap diameter batang tanaman mentimun umur 4 minggu setelah tanam dapat

Grafik Pertambahan Diameter Batang mm Bibit Eucalyptus pellita Untuk melihat pengaruh pemberian pupuk organik cair Top G2 terhadap pertambahan diameter batang bibit, maka dilakukan