• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Industri Kecil di Bidang Modifikasi Otomotif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Industri Kecil di Bidang Modifikasi Otomotif"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

NANO WICAKSONO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa laporan akhir yang berjudul :

Strategi Pengembangan Industri Kecil di Bidang Modifikasi Otomotif

merupakan hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, September 2006

(3)

ABSTRACT

NANO WICAKSONO. The Strategy of the Development of Small Industry in the Automotive Modification Sector. Advised by Bambang Pramudya as Chairman, and Nora H. Pandjaitan as Member.

Anticipating and optimizing the internal and external factors of the Two-Wheel-Drive Adventure (TWDA) workshop, it was necessary to formulate a strategy that is expected to produce a solution to compete and expand among the same small industries. The objectives of this study are 1) to recognize and study the internal and external factors influencing the TWDA workshop, 2) to determine the strength, weaknesses, opportunities and threat of the workshop, and 3) to formulate the right strategy to develop its business based on the internal and external factors influencing it. The primary and secondary data were collected from January to February 2006. The primary data concerning the company internal data were collected through interview and questionnaires given to the TWDA owner and employees, and the external data were obtained through questionnaires. The data were analyzed by using a descriptive analysis, IFE (Internal Factor Evaluation) Matrix, EFE (External Factor Evaluation) Matrix, IE (Internal External) Matrix, SWOT (Strength-Weakness-Opportunities-Threats) Matrix, and QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).

Established in 1998, TWDA is an auto-repair shop that produces automotive accessories and equipment. The first product was a deflecta air controller. Along with its development, more items have been produced such as snorkels, trail blazers, guard lamps, roof racks, towing, bumpers, front light covers, spare tire racks, roll bars and over fenders.

(4)

RINGKASAN

NANO WICAKSONO. Strategi Pengembangan Industri Kecil di Bidang Modifikasi Otomotif. Dibimbing oleh Bambang Pramudya sebagai Ketua dan Nora H. Pandjaitan sebagai Anggota.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997, memunculkan pelaku-pelaku ekonomi pemula dengan menciptakan industri kecil yang cukup inovatif, salah satunya adalah bengkel “Two Wheel Drive Adventure (TWDA)”. Untuk mengantisipasi dan mengoptimalkan faktor internal dan eksternal bengkel TWDA, diperlukan strategi yang diharapkan dapat memberikan solusi untuk berkompetisi dan berkembang di antara pesaing sejenis. Tujuan dari analisis ini adalah: a) mengenali dan mengkaji faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan bengkel TWDA; b) menetapkan kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman terhadap bengkel TWDA; c) merumuskan strategi usaha yang tepat untuk pengembangan usaha berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya.

Pengumpulan data dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Februari 2006. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer meliputi data internal perusahaan, diperoleh melalui wawancara dan kuesioner terhadap pemilik dan karyawan TWDA, dan data eksternal, diperoleh melalui kuesioner kepada konsumen pelanggan. Data dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif, matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix), matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix), matriks IE (Internal-External Matrix), matriks SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats Matrix), dan matriks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix).

Berdiri pada tahun 1998, bengkel milik Nuristijanto Sarni merupakan salah satu industri kecil yang memproduksi peralatan atau aksesoris untuk otomotif dalam hal ini khususnya mobil. Produk pertama yang dihasilkan berupa perubah arah angin yang disebut “deflecta air controller”. Kemudian bengkel (TWDA) semakin berkembang dan memproduksi beberapa aksesoris lain, seperti snorkel, trail blazer, guard lamp, rak barang atas, towing, bumper, penutup lampu depan, tempat ban serep, roll bar dan over fender.

iii

(5)

pelayanan yang baik terhadap konsumen, lokasi usaha yang strategis serta aktif melakukan pengembangan produk. Kelemahan internal bengkel TWDA meliputi mutu SDM karyawan pelaksana relatif masih rendah, permodalan, promosi produk hanya melalui pelanggan, manajemen usaha belum ditangani secara profesional, pemanfaatan teknologi dalam operasional perusahaan belum optimal serta garansi produk.

Peluang eksternal bengkel TWDA meliputi gaya hidup masyarakat perkotaan yang memiliki minat terhadap otomotif, keeratan hubungan pertemanan, pelanggan yang loyal, kemajuan teknologi yang semakin canggih, industri otomotif yang semakin berkembang serta peluang menjalin kerjasama dengan perusahaan lain untuk pengembangan usaha. Faktor ancaman eksternal bengkel TWDA meliputi kebijakan pemerintah terhadap pengembangan usaha kecil, kenaikan harga BBM, banyaknya pesaing yang memiliki jenis usaha yang serupa, penyediaan bahan baku serta daya beli masyarakat yang cenderung menurun.

(6)

Strategi Pengembangan Industri Kecil

di Bidang Modifikasi Otomotif

NANO WICAKSONO

Laporan Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Laporan Akhir : Strategi Pengembangan Industri Kecil di Bidang Modifikasi Otomotif

Nama Mahasiswa : Nano Wicaksono Nomor Pokok : F.052020095

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Menyetujui, November 2006 Komisi Pembimbing,

Prof.Dr.Ir. H. Bambang Pramudya, M.Eng. Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Magelang pada tanggal 10 Agustus 1969 sebagai anak sulung dari Bapak Drs. Moeljono Soekardjo dan Ibu Soepeni. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, dari tahun 1988 sampai dengan tahun 1995. Pada tahun 2002 penulis diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis bekerja di PT. Bank Negara Indonesia Persero (Tbk) sejak tahun 1996 dan saat ini menjabat sebagai Pemimpin Bagian Umum di Divisi Jaringan PT. Bank Negara Indonesia Persero (Tbk).

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena hanya dengan limpahan rahmat, kasih sayang dan ijinNya, tugas akhir dengan judul Strategi Pengembangan Industri Kecil di Bidang Modifikasi Otomotif ini dapat diselesaikan. Penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan maksud untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mencapai gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada berbagai pihak atas dukungan dan peranannya sehingga memungkinkan proses penyelesaian tugas akhir ini, yaitu kepada yang terhormat :

1. Prof.Dr.Ir.Bambang Pramudya, M.Eng. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu dari kesibukan beliau untuk menjalankan tugasnya dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini. 2. Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dari kesibukan beliau untuk menjalankan tugasnya dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

3. Dr.Ir. Ma’mun Sarma, M.Ec selaku Penguji Luar Komisi Tugas Akhir pada tanggal 15 Agustus 2006.

4. Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

5. Bapak Nuristijanto Sarni selaku pemilik bengkel “Two Wheel Drive Adventure”, yang telah mengijinkan bengkelnya menjadi tempat pelaksanaan penelitian. 6. Teman-teman dekat, teman-teman kuliah, dan semua pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

7. Keluarga tercinta dan orang tua yang dengan pengertian, kesabaran dan ketulusan tidak henti-hentinya mendampingi, memberikan semangat dan mendoakan keselamatan serta memohon keridhoan kepada Allah SWT bagi penulis.

Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi semua pihak.

(10)

DAFTAR ISI

3. Induk/perusahaan terkait ... 3

II. ANALISIS MASALAH 1. Prinsip analisis ... 5

a. Tujuan ... 5

b. Implementasi praktis ... 5

2. Metode analisis a. Prosedur/metode ... 7

b. Kelebihan/kekurangan metode ... 15

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keadaan umum ... 17

a. Lokasi dan Perkembangan Usaha ... 17

b. Kegiatan Umum Bengkel “Two Wheel Drive Adventure” .... 17

c. Struktur Organisasi dan Manajemen Bengkel “Two Wheel Drive Adventure”... 19

2. Hal yang dikaji... 21

a. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman ... 21

b. Perumusan Strategi ... 27

c. Penentuan Strategi Prioritas... 34

KESIMPULAN DAN SARAN... 1. Kesimpulan... 37

2. Saran... 37

DAFTAR PUSTAKA... 39

(11)

NANO WICAKSONO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa laporan akhir yang berjudul :

Strategi Pengembangan Industri Kecil di Bidang Modifikasi Otomotif

merupakan hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, September 2006

(13)

ABSTRACT

NANO WICAKSONO. The Strategy of the Development of Small Industry in the Automotive Modification Sector. Advised by Bambang Pramudya as Chairman, and Nora H. Pandjaitan as Member.

Anticipating and optimizing the internal and external factors of the Two-Wheel-Drive Adventure (TWDA) workshop, it was necessary to formulate a strategy that is expected to produce a solution to compete and expand among the same small industries. The objectives of this study are 1) to recognize and study the internal and external factors influencing the TWDA workshop, 2) to determine the strength, weaknesses, opportunities and threat of the workshop, and 3) to formulate the right strategy to develop its business based on the internal and external factors influencing it. The primary and secondary data were collected from January to February 2006. The primary data concerning the company internal data were collected through interview and questionnaires given to the TWDA owner and employees, and the external data were obtained through questionnaires. The data were analyzed by using a descriptive analysis, IFE (Internal Factor Evaluation) Matrix, EFE (External Factor Evaluation) Matrix, IE (Internal External) Matrix, SWOT (Strength-Weakness-Opportunities-Threats) Matrix, and QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).

Established in 1998, TWDA is an auto-repair shop that produces automotive accessories and equipment. The first product was a deflecta air controller. Along with its development, more items have been produced such as snorkels, trail blazers, guard lamps, roof racks, towing, bumpers, front light covers, spare tire racks, roll bars and over fenders.

(14)

RINGKASAN

NANO WICAKSONO. Strategi Pengembangan Industri Kecil di Bidang Modifikasi Otomotif. Dibimbing oleh Bambang Pramudya sebagai Ketua dan Nora H. Pandjaitan sebagai Anggota.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997, memunculkan pelaku-pelaku ekonomi pemula dengan menciptakan industri kecil yang cukup inovatif, salah satunya adalah bengkel “Two Wheel Drive Adventure (TWDA)”. Untuk mengantisipasi dan mengoptimalkan faktor internal dan eksternal bengkel TWDA, diperlukan strategi yang diharapkan dapat memberikan solusi untuk berkompetisi dan berkembang di antara pesaing sejenis. Tujuan dari analisis ini adalah: a) mengenali dan mengkaji faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan bengkel TWDA; b) menetapkan kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman terhadap bengkel TWDA; c) merumuskan strategi usaha yang tepat untuk pengembangan usaha berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya.

Pengumpulan data dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Februari 2006. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer meliputi data internal perusahaan, diperoleh melalui wawancara dan kuesioner terhadap pemilik dan karyawan TWDA, dan data eksternal, diperoleh melalui kuesioner kepada konsumen pelanggan. Data dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif, matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix), matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix), matriks IE (Internal-External Matrix), matriks SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats Matrix), dan matriks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix).

Berdiri pada tahun 1998, bengkel milik Nuristijanto Sarni merupakan salah satu industri kecil yang memproduksi peralatan atau aksesoris untuk otomotif dalam hal ini khususnya mobil. Produk pertama yang dihasilkan berupa perubah arah angin yang disebut “deflecta air controller”. Kemudian bengkel (TWDA) semakin berkembang dan memproduksi beberapa aksesoris lain, seperti snorkel, trail blazer, guard lamp, rak barang atas, towing, bumper, penutup lampu depan, tempat ban serep, roll bar dan over fender.

iii

(15)

pelayanan yang baik terhadap konsumen, lokasi usaha yang strategis serta aktif melakukan pengembangan produk. Kelemahan internal bengkel TWDA meliputi mutu SDM karyawan pelaksana relatif masih rendah, permodalan, promosi produk hanya melalui pelanggan, manajemen usaha belum ditangani secara profesional, pemanfaatan teknologi dalam operasional perusahaan belum optimal serta garansi produk.

Peluang eksternal bengkel TWDA meliputi gaya hidup masyarakat perkotaan yang memiliki minat terhadap otomotif, keeratan hubungan pertemanan, pelanggan yang loyal, kemajuan teknologi yang semakin canggih, industri otomotif yang semakin berkembang serta peluang menjalin kerjasama dengan perusahaan lain untuk pengembangan usaha. Faktor ancaman eksternal bengkel TWDA meliputi kebijakan pemerintah terhadap pengembangan usaha kecil, kenaikan harga BBM, banyaknya pesaing yang memiliki jenis usaha yang serupa, penyediaan bahan baku serta daya beli masyarakat yang cenderung menurun.

(16)

Strategi Pengembangan Industri Kecil

di Bidang Modifikasi Otomotif

NANO WICAKSONO

Laporan Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)

Judul Laporan Akhir : Strategi Pengembangan Industri Kecil di Bidang Modifikasi Otomotif

Nama Mahasiswa : Nano Wicaksono Nomor Pokok : F.052020095

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Menyetujui, November 2006 Komisi Pembimbing,

Prof.Dr.Ir. H. Bambang Pramudya, M.Eng. Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Magelang pada tanggal 10 Agustus 1969 sebagai anak sulung dari Bapak Drs. Moeljono Soekardjo dan Ibu Soepeni. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, dari tahun 1988 sampai dengan tahun 1995. Pada tahun 2002 penulis diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis bekerja di PT. Bank Negara Indonesia Persero (Tbk) sejak tahun 1996 dan saat ini menjabat sebagai Pemimpin Bagian Umum di Divisi Jaringan PT. Bank Negara Indonesia Persero (Tbk).

(19)

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena hanya dengan limpahan rahmat, kasih sayang dan ijinNya, tugas akhir dengan judul Strategi Pengembangan Industri Kecil di Bidang Modifikasi Otomotif ini dapat diselesaikan. Penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan maksud untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mencapai gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada berbagai pihak atas dukungan dan peranannya sehingga memungkinkan proses penyelesaian tugas akhir ini, yaitu kepada yang terhormat :

1. Prof.Dr.Ir.Bambang Pramudya, M.Eng. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu dari kesibukan beliau untuk menjalankan tugasnya dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini. 2. Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dari kesibukan beliau untuk menjalankan tugasnya dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

3. Dr.Ir. Ma’mun Sarma, M.Ec selaku Penguji Luar Komisi Tugas Akhir pada tanggal 15 Agustus 2006.

4. Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

5. Bapak Nuristijanto Sarni selaku pemilik bengkel “Two Wheel Drive Adventure”, yang telah mengijinkan bengkelnya menjadi tempat pelaksanaan penelitian. 6. Teman-teman dekat, teman-teman kuliah, dan semua pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

7. Keluarga tercinta dan orang tua yang dengan pengertian, kesabaran dan ketulusan tidak henti-hentinya mendampingi, memberikan semangat dan mendoakan keselamatan serta memohon keridhoan kepada Allah SWT bagi penulis.

Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi semua pihak.

(20)

DAFTAR ISI

3. Induk/perusahaan terkait ... 3

II. ANALISIS MASALAH 1. Prinsip analisis ... 5

a. Tujuan ... 5

b. Implementasi praktis ... 5

2. Metode analisis a. Prosedur/metode ... 7

b. Kelebihan/kekurangan metode ... 15

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keadaan umum ... 17

a. Lokasi dan Perkembangan Usaha ... 17

b. Kegiatan Umum Bengkel “Two Wheel Drive Adventure” .... 17

c. Struktur Organisasi dan Manajemen Bengkel “Two Wheel Drive Adventure”... 19

2. Hal yang dikaji... 21

a. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman ... 21

b. Perumusan Strategi ... 27

c. Penentuan Strategi Prioritas... 34

KESIMPULAN DAN SARAN... 1. Kesimpulan... 37

2. Saran... 37

DAFTAR PUSTAKA... 39

(21)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1 Daftar harga produk bengkel TWDA dibandingkan dengan pesaing

sejenis dan lama pemesanan ... 3

2 Data penjualan otomotif di Indonesia ... 4

3 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix) ... 10

4 Matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix) ... 10

5 Penilaian bobot faktor strategis internal perusahaan ... 11

6 Penilaian bobot faktor strategis eksternal perusahaan ... 11

7 Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix) ... 15

8 Data produksi bengkel “Two Wheel Drive Adventure” Tahun 1998-2005 (unit)... 17

9 Kesan pelanggan terhadap bengkel “Two Wheel Drive Adventure” ... 22

10 Kesan pelanggan terhadap pelayanan bengkel “Two Wheel Drive Adventure”... 23

11 Penerimaan dan keuntungan bengkel “Two Wheel Drive Adventure” sampai tahun 2005 (Rp) ... 24

12 Informasi pelanggan tentang bengkel “Two Wheel Drive Adventure”... 24

13 Kesetiaan pelanggan bengkel “Two Wheel Drive Adventure” ... 26

14 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix) bengkel “Two Wheel Drive Adventure”... 28

15 Matriks EFE (Internal Factor Evaluation Matrix) bengkel “Two Wheel Drive Adventure”... 30

(22)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1 Perhitungan bobot dan rating internal bengkel “Two Wheel Drive Adventure”... 41 2 Perhitungan bobot dan rating eksternal bengkel “Two Wheel Drive Adventure”... 43 3 Rekapitulasi bobot faktor internal dan eksternal bengkel “Two Wheel Drive Adventure”... 45 4 Rekapitulasi rating faktor internal dan eksternal bengkel “Two Wheel Drive Adventure”... 46 5 Matriks IFE dan EFE bengkel “Two Wheel Drive Adventure” ... 47 6 Matriks QSP bengkel “Two Wheel Drive Adventure”... 48 7 Karakteristik pelanggan bengkel “Two Wheel Drive Adventure” ... 49 8 Kuesioner penelitian untuk penilaian bobot dan rating faktor strategis

internal dan eksternal untuk pemilik dan karyawan bengkel ”Two Wheel Drive Adventure”... 51 9 Kuesioner penelitian untuk penilaian daya tarik strategis matriks QSP

(24)

1. Sejarah Perusahaan

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 memunculkan pelaku-pelaku ekonomi pemula sebagai akibat dari kebangkrutan sebagian perusahaan besar yang bergerak di bidang perindustrian, dengan menciptakan industri kecil dengan usaha yang cukup inovatif. Berawal dari hobi yang digeluti sejak kecil maka muncul ide-ide yang berkembang menjadi suatu industri yang banyak diminati. Berdiri pada tahun 1998, bengkel “Two Wheel Drive Adventure” milik Nuristijanto Sarni merupakan salah satu industri kecil yang memproduksi peralatan atau aksesoris untuk otomotif dalam hal ini mobil khususnya, produk pertama yang dihasilkan berupa perubah arah angin yang disebut “deflecta air controller”.

Produk deflecta berawal dari perjalanan Jakarta-Bandung Nuristijanto Sarni, selaku pemilik, pada tahun 1992. Cuaca buruk, seperti hujan dan kabut, mengakibatkan kaca belakang kendaraan jenis minibus menjadi kotor dan menghalangi pandangan ke kaca belakang, karena arah balik angin dari buritan mobil. Oleh karena itu, timbul ide untuk menciptakan deflecta yang berfungsi sebagai pembelok arah angin dari angin balik buritan mobil jenis minibus.

2. Produk Perusahaan

Setelah hampir sembilan tahun berdiri, selain deflecta, bengkel “Two Wheel Drive Adventure” berkembang dengan memproduksi beberapa aksesoris lain, sebagai berikut :

1. Snorkel

Snorkel adalah alat pernapasan mesin mobil dalam air pada olahraga off road, dengan bentuk seperti belalai gajah.

2. Trail blazer

(25)

Guard lamp adalah pelindung lampu mobil, baik lampu depan maupun lampu belakang, fungsinya sebagai penahan dari benturan ranting atau dahan pohon pada saat melakukan off road di pedalaman hutan, juga sebagai pelindung dari benturan kendaraan lain.

4. Rak barang atas

Rak atas berfungsi sebagai pembawa barang, dengan bentuk seperti keranjang yang ditempatkan di atas mobil sebagai tempat untuk meletakkan barang-barang bawaan.

5. Towing

Towing atau gandengan adalah pengait di belakang atau di depan mobil yang berfungsi untuk menarik atau menggandeng mobil atau barang. Model yang banyak diminati adalah bentuk towing ball, karena memiliki kegunaan lebih banyak.

6. Bumper

Bumper berfungsi sebagai penahan benturan dengan kendaraan lain, pohon dan gundukan tanah dalam cross country, off road atau jelajah hutan.

7. Penutup lampu depan

Penutup lampu depan berfungsi sebagai aksesories pemanis tampilan untuk mendukung tampilan lampu depan.

8. Tempat ban serep

Tempat tempat ban serep diperlukan apabila ada perubahan letak ban serep, model/bentuk beragam tergantung dari jenis mobilnya.

9. Roll bar

Roll bar berfungsi sebagai anti roll atau penahan pada atap mobil apabila mobil terguling atau terbalik sehingga atap mobil tidak menjepit penumpang, biasa digunakan pada mobil Rally Speed sebagai perlengkapan standar keamanan dari mobil balap.

10.Over fender

(26)

air.

Dengan produk-produk yang lebih murah (Tabel 1), berkualitas dan model-model yang up to date menjadikan bengkel ini memiliki pangsa pasar yang menjanjikan, terutama di kalangan anak-anak muda penggemar otomotif.

Tabel 1 Daftar harga produk bengkel TWDA dibandingkan dengan pesaing sejenis dan lama pemesanan

Krisis moneter pada tahun 1998 menyebabkan penurunan secara signifikan pada penjualan otomotif, dimana terjadi penurunan hampir 85% dari total produksi sebesar 386.691 unit pada tahun 1997. Industri otomotif Indonesia kembali berkembang ditandai dengan meningkatnya penjualan kendaraan niaga maupun sedan setiap tahunnya (Tabel 2). Hal ini membuka peluang yang cukup besar bagi usaha kecil dalam bidang modifikasi kendaraan bermotor.

(27)

No. Tahun Penjualan (unit) Peningkatan (%)

1. 1997 386.691 -

2. 1998 58.303 -84,92

3. 1999 93.843 60,96

4. 2000 300.964 220,71

5. 2001 299.634 -0,44

6. 2002 317.780 6,06

7. 2003 354.908 11,68

8. 2004 434.581 22,45

Sumber: GIKBI (2005).

(28)

1. Prinsip Analisis

a. Tujuan

Manajemen strategis merupakan proses manajerial untuk mengembangkan dan mempertahankan kesesuaian yang layak antara sasaran dan sumber daya perusahaan dengan peluang pasar yang selalu berubah (Kotler, 2000). Sedangkan Pearce dan Robinson (1997) menyatakan manajemen strategi sebagai kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran perusahaan.

Perumusan tujuan diperlukan untuk mendapatkan strategi yang tepat untuk dilaksanakan bagi pengembangan perusahaan. Beberapa tujuan yang ditetapkan pada analisis ini adalah:

a. mengenali dan mengkaji faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan Usaha Kecil Menengah ”Two Wheel Drive Adventure”,

b. menetapkan kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman terhadap Usaha Kecil Menengah ”Two Wheel Drive Adventure”,

c. merumuskan strategi usaha yang tepat untuk pengembangan usaha berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya. b. Implementasi Praktis

(29)

Tahap Input Matriks IFE dan EFE

Tahap Pemaduan Matriks IE dan Matriks SWOT

Tahap Pengambilan Keputusan

Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Tujuan 5. Kebijakan ekonomi dan fiskal 6. Pesaing dengan jenis usaha serupa 7. Kebijakan pemerintah dalam

pengembangan UKM

8. Perkembangan industri otomotif 9. Gaya hidup masyarakat perkotaan “Two Wheel Drive Adventure”

Strategi Pengembangan Bisnis

(30)

2. Metode Analisis

a. Prosedur/Metode

i) Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Industri Kecil “Two Wheel Drive Adventure”, Jln. Raya Pos Pengumben, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Februari 2006.

ii) Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer adalah data-data yang meliputi data internal perusahaan dan data eksternal. Data internal diperoleh dari pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara langsung dan kuesioner terhadap pemilik dan karyawan “Two Wheel Drive Adventure”. Kuesioner yang diberikan meliputi kuesioner untuk penilaian bobot dan rating faktor strategis internal dan eksternal (Lampiran 8), serta kuesioner untuk penilaian daya tarik strategis matriks QSP (Lampiran 9). Data eksternal diperoleh melalui kuesioner kepada konsumen pelanggan yang menggunakan produk industri rumahan ini untuk memodifikasi mobilnya (Lampiran 10).

Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling yaitu pelanggan yang berdomisili di Jakarta yang sengaja dipilih untuk dijadikan responden. Jumlah responden ditentukan dengan persamaan Slovin (Umar, 2000). Bila jumlah pelanggan rata-rata per bulan sebanyak 22 orang maka jumlah responden sebanyak 21,6 pelanggan dan dibulatkan menjadi 21 orang responden.

Persamaan Slovin : n = N

1+ Ne2

n = 22

1 + 22 (0,1)2 = 21,60

(31)

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang masih dapat ditolerir (pada penelitian ini 10%)

Data sekunder diperoleh dari referensi-referensi dari perusahaan, majalah-majalah seperti Otomotif dan Motor. Analisis ekonomi perusahaan diperoleh dengan menghitung biaya produksi dan keuntungan perusahaan menurut Doll dan Orazem (1984).

Biaya Produksi (TC) = Biaya Tetap Total + Biaya Variabel Total = TFC + Px (X)

Keuntungan = Total Penerimaan – Biaya Produksi = TR – TC

= Py (Y) – (TFC + Px (X)) iii) Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif, sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSP. Beberapa metode analisis yang digunakan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran secara mendalam mengenai obyek penelitian, yaitu bengkel “Two Wheel Drive Adventure”. Informasi disajikan dalam bentuk tabulasi angka, gambar, foto dan deskripsi umum perusahaan sesuai dengan hasil yang diperoleh.

2. Analisis Tiga Tahap Perumusan Strategi

Analisis ini dilakukan untuk mengevaluasi keadaan umum perusahaan serta mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan. Hasil analisis tersebut akan dikembangkan menjadi beberapa alternatif strategi berdasarkan skala prioritas untuk memilih strategi yang terbaik. Tiga tahap formulasi strategi menurut David (2004) adalah sebagai berikut:

a. Tahap Input

1) Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Perusahaan

(32)

Analisis lingkungan eksternal akan menghasilkan sejumlah daftar peluang dan ancaman bagi perusahaan. Aspek yang dianalisis pada lingkungan internal antara lain manajemen, sumberdaya manusia, pemasaran, keuangan, produksi/operasi, litbang, dan sistem informasi komputer. Analisis lingkungan eksternal mengidentifikasi aspek ekonomi, politik dan peraturan pemerintah, sosial budaya, teknologi dan kondisi persaingan industri.

2) Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix) dan Matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix)

Setelah faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan diketahui, maka langkah selanjutnya adalah menyusun matriks EFE dan dengan melakukan pembobotan dan pemberian peringkat terhadap faktor-faktor internal dan eksternal. Matriks IFE dan EFE yang telah disusun memberikan informasi faktor-faktor yang mempengaruhi atau kurang mempengaruhi perusahaan dalam lingkungan internal maupun eksternal.

Menurut David (2004), terdapat lima langkah dalam mengembangkan matriks IFE dan EFE, yaitu:

1. Membuat daftar peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan yang diidentifikasi dalam proses audit eksternal dan audit internal yang mempengaruhi perusahaan.

2. Memberi bobot pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (amat penting). Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor di atas harus sama dengan 1,0. Pemberian bobot didasarkan pada kondisi industri.

3. Memberi peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor internal dan eksternal untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini. Nilai peringkat 1 = kelemahan utama; 2 = kelemahan kecil; 3 = kekuatan kecil; 4 = kekuatan utama.

4. Mengalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai skor pada setiap faktor.

5. Menjumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan nilai total skor faktor internal atau eksternal perusahaan.

Adapun bentuk matriks EFE dan matriks IFE menurut David (2004) terdapat pada Tabel 3 dan 4.

(33)

Tabel 3 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix)

Faktor Internal Bobot Peringkat Jumlah Nilai yang Dibobot Kekuatan

Kelemahan

Total

Tabel 4 Matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix)

Faktor Eksternal Bobot Peringkat Jumlah Nilai yang Dibobot Peluang

Ancaman

Total

Dalam matriks IFE, total keseluruhan nilai yang dibobot berkisar antara 1,0 sampai dengan 4,0, dengan nilai rata-rata 2,5. Nilai di bawah 2,5 menandakan bahwa secara internal perusahaan lemah, dan nilai di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Total nilai 4,0 menunjukkan perusahaan mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengantisipasi kelemahan, dan total nilai 1,0 berarti perusahaan tidak dapat mengantisipasi kelemahan dengan menggunakan kekuatan yang dimilikinya (David, 2004).

Sedangkan dalam matriks EFE, total keseluruhan nilai yang dibobot tertinggi adalah 4,0 yang mengindikasikan bahwa perusahaan mampu merespon peluang yang ada dan menghindari ancaman di pasar industri. Nilai terendah adalah 1,0 yang menunjukkan strategi yang dilakukan perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman yang ada. Setelah tersusun matriks IFE dan EFE, dilakukan kombinasi alternatif strategi dengan menggunakan matriks IE dan SWOT.

3) Teknik Pembobotan

(34)

1 = jika faktor strategis eksternal atau internal pada baris/horizontal kurang penting daripada faktor strategis eksternal dan internal pada kolom/vertikal, 2 = jika faktor strategis eksternal atau internal pada baris/horizontal sama

penting dengan faktor strategis eksternal atau internal pada kolom/vertikal, 3 = jika faktor strategis eksternal atau internal pada baris/horizontal lebih

penting daripada faktor strategis eksternal dan internal pada kolom/vertikal. Adapun bentuk dari penilaian bobot dengan metode Pairwise Comparison terdapat pada Tabel 5 dan 6 (Kinnear dan Taylor, 1991).

Tabel 5 Penilaian bobot faktor strategis internal perusahaan

Faktor Strategis Internal A B …… Total Bobot

A

B …… Total

Tabel 6 Penilaian bobot faktor strategis eksternal perusahaan

Faktor Strategis Eksternal A B …… Total Bobot

A

B …… Total

Selanjutnya bobot setiap faktor strategis diperoleh dengan menentukan total nilai setiap faktor strategis terhadap jumlah keseluruhan faktor strategis dengan menggunakan rumus (Kinnear dan Taylor, 1991):

(35)

Dimana:

Ai = bobot faktor strategis untuk faktor ke-i Xi = nilai faktor strategis untuk faktor ke-i i = 1, 2, 3, …n

n = jumlah faktor strategis

b. Tahap Pemaduan

Tahap pemaduan yaitu tahapan untuk menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor internal dan eksternal yang telah dihasilkan pada tahap input. Pada tahap pemaduan ini digunakan alat analisis matriks IE dan matriks SWOT.

1) Matriks Internal-Eksternal (Internal-External Matrix)

Matriks IE menempatkan berbagai divisi dari organisasi dalam diagram skematis, yang disebut matriks portofolio. Matriks ini bermanfaat untuk memposisikan perusahaan ke dalam matriks yang terdiri atas sembilan sel. Matriks IE terdiri atas dua dimensi, yaitu total skor dari matriks IFE dan total skor dari matriks EFE. Total skor dari matriks IFE dipetakan pada sumbu X dan skor antara 1,0-1,99 menyatakan posisi internal adalah lemah, skor 2,0-2,99 posisinya rata-rata, serta skor 3,0-4,0 adalah posisi kuat. Total skor dari matriks EFE pada sumbu Y dengan skor 1,0-1,99 adalah posisi rendah, skor 2,0-2,99 adalah posisi rata-rata, dan skor 3,0-4,0 adalah posisi tinggi (David, 2004).

(36)

Total Skor IFE

(37)

IFE Gambar 3 Matriks SWOT.

c. Tahap Keputusan

Tahap terakhir dari perumusan strategi adalah tahap keputusan, dimana alat analisis yang digunakan dalam tahap ini adalah matriks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix). Matriks ini menggunakan masukan dari tahap input dan tahap pemaduan untuk memutuskan strategi mana yang terbaik (David, 2004). Matriks QSP merupakan alat yang memungkinkan untuk mengevaluasi strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan faktor-faktor sukses internal dan eksternal yang telah dikenali sebelumnya.

Matriks QSP terdiri atas empat komponen, antara lain (1) Bobot, yang diberikan sama dengan yang ada pada matriks EFE dan matriks IFE, (2) Nilai daya tarik, (3) Total nilai daya tarik, dan (4) Jumlah total nilai daya tarik. Menurut David (2004) ada enam langkah yang diperlukan untuk mengembangkan matriks QSP adalah sebagai berikut:

Langkah 1 : Mendaftarkan peluang atau ancaman kunci eksternal dan kekuatan atau kelemahan internal perusahaan dalam kolom kiri dari matriks QSP.

Langkah 2 : Memberikan bobot untuk setiap faktor eksternal dan internal. Bobot sama dengan yang dipakai dalam matriks IFE dan EFE. Langkah 3 : Memeriksa tahap kedua (pemaduan) matriks dan mengidentifikasi

(38)

Langkah 4 : Menetapkan Nilai Daya Tarik (AS) yang menunjukkan daya tarik relatif setiap strategi dalam alternatif set tertentu. Nilai daya tarik tersebut adalah 1= tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, 4 = amat menarik.

Langkah 5 : Menghitung Total Nilai Daya Tarik dengan mengalikan bobot dengan nilai daya tarik.

Langkah 6 : Menghitung Jumlah Total Nilai Daya Tarik. Jumlah ini mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dalam setiap strategi. Semakin tinggi nilai menunjukkan strategi tersebut semakin menarik dan sebaliknya.

Adapun bentuk matriks QSP menurut David (2004) terdapat pada Tabel 7. Tabel 7 Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix)

Alternatif Strategi

Strategi 1 Strategi 2 Faktor-faktor Kunci

Jumlah Total Nilai Daya Tarik

Keterangan : AS = Nilai Daya Tarik; TAS = Total Nilai Daya Tarik

Nilai Daya Tarik; 1 = tidak menarik; 2 = agak menarik; 3 = cukup menarik; 4 = amat menarik.

b. Kelebihan/Kekurangan Metode

Beberapa metode yang digunakan dalam pelaksanaan memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain sebagai berikut:

1. Kelebihan

(39)

b) Kombinasi matriks internal-eksternal (Internal-External Matrix) dan matriks SWOT memudahkan penentuan alternatif strategi perusahaan yang selanjutnya akan ditentukan urutan strategi melalui matriks QSP. 2. Kekurangan

(40)

1. Keadaan Umum

a. Lokasi dan Perkembangan Usaha

Bengkel “Two Wheel Drive Adventure” terletak di Jl. Raya Pos Pengumben, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Perkembangan produksi deflecta sebagai produk utama mengalami fluktuasi setiap tahunnya, namun hal ini tidak berarti usaha bengkel mengalami kemunduran karena “Two Wheel Drive Adventure” memiliki produk-produk lain. Data produksi bengkel setiap tahunnya ditampilkan pada Tabel 8.

Tabel 8 Data produksi bengkel “Two Wheel Drive Adventure” Tahun 1998-2005 (unit)

b. Kegiatan Umum Bengkel “Two Wheel Drive Adventure”

Kegiatan umum yang dilakukan oleh bengkel “Two Wheel Drive Adventure” adalah memproduksi sekaligus menjual barang-barang aksesoris dan modifikasi mobil langsung kepada pelanggan, tanpa melalui perantara distributor, sesuai dengan pesanan. Proses produksi dari produk-produk bengkel sebagai berikut:

1. Deflecta

(41)

alumunium. Lama proses pembuatan deflecta berkisar antara 2 sampai dengan 3 hari.

2. Snorkel

Pembuatan snorkel biasanya dengan bahan dasar pipa atau fiber cetakan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis mobil.

3. Trail blazer

Trail blazer menggunakan bahan dasar aluminium sebagai alas bawah dan atap yang disekelilingnya dibuat dari acrylic tembus pandang. Lampu-lampu halogen lengkap diletakkan di bagian dalam disusun keliling dengan instalasi kabel listrik dan satu panel khusus untuk switch on-off yang ditempatkan di dalam kabin. Susunan lampu disesuaikan dengan kebutuhan yaitu diatur penempatannya untuk sorot lampu ke depan, ke samping dan ke belakang.

4. Guard lamp

Pembuatan guard lamp menggunakan bahan besi yang ringan dan tipis, dibentuk sesuai dengan bentuk lampu sehingga pemasangannya tidak menghalangi pandangan untuk masing-masing fungsi lampu.

5. Rak barang atas

Pembuatan rak barang atas menggunakan bahan dasar pipa besi dan plat besi tebal. Pelat besi tebal berfungsi sebagai tatakan dan pegangan ke atap mobil, sedangkan pipa besi kecil dibuat melingkar seperti pagar yang berguna untuk menahan barang bawaan agar tidak jatuh pada saat pengereman mendadak. Ukuran panjang dan lebarnya disesuaikan dengan luas atap dari mobil.

6. Towing

Pembuatan towing disesuaikan dengan jenis mobil dengan bahan besi padat yang kokoh dan kuat, pemasangannya ditempatkan di belakang dan dibaut kuat ke chasis agar kuat bila digunakan untuk menarik gandengan. 7. Bumper

(42)

8. Penutup lampu depan

Pembuatan cover lampu depan dengan membuat pola pada dudukan lampu yang telah mengalami perubahan, sebagai contoh, lampu depan mobil yang berbentuk kotak dirubah menjadi bentuk bulat, maka cover lampu dibuat untuk menutupi sela antara lampu dengan ruang yang ada karena perubahan ini. Bahan dasar cover adalah aluminium yang dibentuk untuk menutupi rongga di antara lampu depan.

9. Tempat ban serep

Bahan dasar dudukan menggunakan pipa besi yang disesuaikan dengan letak dan penempatannya di mobil, sesuai dengan pesanan. Tempat pegangan baut yang kuat untuk menahan ban serep dan memperkuat dudukan, agar tidak goyang dan mudah dilepas.

10.Roll bar

Pembuatan roll bar menggunakan bahan dasar seamless atau pipa tanpa sambungan sehingga cukup kokoh menahan beban. Roll biasa dibuat di dalam atau di luar kabin mobil, untuk di dalam kabin mobil diukur sesuai dengan garis tengah melintang mobil dan dibaut ke chasis mobil. Sedangkan pembuatan roll di luar kabin dilakukan pada mobil jenis pick up, karena kabin terlalu sempit untuk dipasangi roll bar, dengan tinggi melebihi atap kabin sehingga tetap bisa menahan mobil saat terbalik. 11.Over fender

Over fender dibuat mengikuti kontur bentuk spatboard dari masing-masing mobil. Bahan dasar terbuat dari aluminium atau fiber glass yang biasa disebut sebagai serat kaca. Pada bahan dasar aluminium, pembuatan dapat langsung dipas ke badan mobil dan dibentuk sesuai dengan pesanan dan bentuk dasar dari mobil itu sendiri; sedangkan bahan dasar fiber glass, dicetak sesuai dengan contoh dari over fender tersebut.

c. Struktur Organisasi dan Manajemen Bengkel “Two Wheel Drive Adventure”

(43)

karyawan bengkel TWDA memiliki masa kerja 4-6 tahun; 25% dengan masa kerja 6-8 tahun; 25% dengan masa kerja 2-4 tahun dan hanya satu orang (8,33%) dengan masa kerja 0-2 tahun.

Tingkat pendidikan karyawan bengkel TWDA bervariasi, mulai dari SMP sampai dengan S2. Karyawan pelaksana memiliki latar belakang pendidikan SMP dan SMA, sedangkan untuk posisi manajer berpendidikan D3 dan S2 serta satu orang manajer khusus yang menangani pembuatan aksesoris berpendidikan SMA. Dalam pelaksanaannya, karyawan dibagi berdasarkan kualifikasi/keahliannya, namun setiap karyawan berkesempatan untuk mempelajari keahlian lainnya, sehingga setiap tenaga kerja dapat memiliki beberapa keterampilan yang lain. Dilihat dari segi interaksi dan keterkaitan dalam perusahaan, struktur organisasi yang terdapat pada bengkel “Two Wheel Drive Adventure” diperlihatkan pada Gambar 4.

Pemilik

Gambar 4 Struktur organisasi bengkel “Two Wheel Drive Adventure”.

i) Pemilik

Bertanggung jawab sebagai pemasar, promosi, ide kreatif, pengembangan produk serta kelancaran pekerjaan produksi bengkel. Pemilik dibantu oleh dua orang karyawan pelaksana yang bertanggung jawab dalam pembuatan aksesoris dan produksi serta pembelian bahan baku seperti besi, alumunium dan bahan dasar pembuat fiber.

Manajer I Manajer II Manajer III

Karyawan Pelaksana

Karyawan Pelaksana Karyawan

Pelaksana

(44)

ii) Manajer I

Bertanggung jawab dalam ide kreatif dan pembuatan bumper, towing, bull bar dan roll bar, dibantu oleh satu orang karyawan pelaksana sebagai pekerja pembuatnya.

iii) Manajer II

Bertanggung jawab dalam penjualan aksesoris barang jadi, instalatur listrik aksesoris dan guard lamp, dibantu oleh dua orang karyawan pelaksana yang bertanggung jawab dalam instalatur listrik serta pembuatan dan pemasangan guard lamp.

iv) Manajer III

Bertanggung jawab dalam pengerjaan las ketok duco dan pengecatan baik untuk aksesoris produksi maupun body mobil, dibantu oleh tiga orang karyawan pelaksana.

2. Hal yang Dikaji

a. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman

Hasil analisis identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman akan dievaluasi untuk mendapatkan rumusan alternatif strategi. Berikut adalah analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman:

i) Kekuatan

1. Lingkungan kerja dan fasilitas karyawan yang mendukung

(45)

2. Produk berkualitas tinggi

Bengkel TWDA menjaga produk yang dihasilkannya karena merupakan aset penting di tengah persaingan usaha sejenis yang semakin ketat. Hal ini dibuktikan oleh kepuasan pelanggan atas produk yang diterima, dimana 20% beranggan produk berkualitas dan 100% beranggapan bahwa produk cukup up to date dan sesuai dengan selera. Kesan pelanggan selengkapnya terhadap bengkel TWDA ditampilkan pada Tabel 9.

3. Harga jual relatif murah

Harga produk bengkel TWDA relatif lebih murah dibandingkan dengan produk dengan bahan sejenis atau dengan produk yang sama hasil pabrikan dengan bahan yang berbeda, dimana harga yang ditawarkan tidak banyak mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Hal ini merupakan salah satu alasan pelanggan memilih produk bengkel TWDA (40%), selain itu pelanggan berpendapat (100%) bahwa harga bengkel TWDA sesuai dengan kualitas yang dihasilkan (Tabel 9).

Tabel 9 Kesan pelanggan terhadap bengkel “Two Wheel Drive Adventure”

Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

Produk cukup up to date dan sesuai dengan selera

Ya 21 100,0

Hubungan pertemanan 1 5,0

Variatif 3 15,0

Hasil memuaskan 21 105,0

Pelayanan baik 4 20,0

Total 42 210,0

(46)

4. Mutu pelayanan yang baik terhadap konsumen

Tabel 10 menunjukkan bahwa bengkel TWDA memiliki pelayanan yang memuaskan terhadap pelanggan. Hal ini dinyatakan oleh lebih dari 95% pelanggan. Pendapat ini juga didukung oleh adanya hasil yang tepat waktu dan suasana yang menyenangkan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah pelanggan dan volume penjualan.

Tabel 10 Kesan pelanggan terhadap pelayanan bengkel “Two Wheel Drive Adventure”

Keterangan Jumlah (orang) Persentase (%)

Sangat memuaskan 10 47,6

Memuaskan 10 47,6

Kurang memuaskan 1 4,8

Total 21 100,0

5. Lokasi usaha yang strategis

Bengkel TWDA terletak pada lokasi yang cukup strategis dan mudah dijangkau di daerah Jakarta. Areal yang cukup luas memudahkan arus keluar masuk dan parkir kendaraan.

6. Aktif melakukan pengembangan produk

Pengembangan dan inovasi produk merupakan salah satu strategi penetrasi pasar (David, 2004) untuk meningkatkan volume penjualan dalam kompetisi dengan pesaing lain. Hal ini sudah dilakukan oleh bengkel TWDA dengan adanya penambahan jenis produk dari produk awal deflecta, seperti snorkel, trail blazer, guard lamp, rak barang atas, towing, bumper, penutup lampu depan, tempat ban serep, roll bar dan over fender.

ii) Kelemahan

1. Mutu SDM karyawan pelaksana relatif masih rendah

Tingkat pendidikan karyawan pelaksana yang rendah, memberikan kesenjangan komunikasi dan kesulitan interpretasi instruksi antara pihak atasan (manajemen) dengan karyawan pelaksana.

2. Permodalan

(47)

yang diakumulasikan dari keuntungan penjualan (Tabel 11). Untuk pengembangan usaha dan pasar diperlukan modal usaha yang lebih besar, yang dapat diperoleh melalui pinjaman bank maupun pemerintah.

Tabel 11 Penerimaan dan keuntungan bengkel “Two Wheel Drive Adventure” sampai tahun 2005 (Rp)

Penerimaan Keuntungan Tahun

Deflecta Produk lain Deflecta Produk lain

1998 10.360.000 81.835.000 2.072.000 24.550.500 1999 59.080.000 122.800.000 11.816.000 36.840.000 2000 75.320.000 91.155.000 15.064.000 27.346.500 2001 59.080.000 76.245.000 11.816.000 22.873.500 2002 71.120.000 88.180.000 14.224.000 26.454.000 2003 68.600.000 214.175.000 13.720.000 64.252.500 2004 49.280.000 200.275.000 9.856.000 60.082.500 2005 19.600.000 149.910.000 3.920.000 44.973.000 Jumlah 412.440.000 1.024.575.000 82.488.000 307.372.500

Total 1.437.015.000 389.860.500

3. Promosi produk masih hanya dari mulut ke mulut

Promosi produk bengkel TWDA sampai saat ini belum dilakukan secara optimal, hanya mengandalkan pelanggan (dari mulut ke mulut). Sebagian besar pelanggan mengetahui keberadaan bengkel TWDA dari teman, seperti terlihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Informasi pelanggan tentang bengkel “Two Wheel Drive Adventure”

4. Manajemen usaha yang belum ditangani secara profesional

(48)

5. Pemanfaatan teknologi dalam operasional perusahaan yang belum optimal Proses administrasi perusahaan masih dilakukan secara sederhana dilaksanakan oleh pemilik sendiri, yaitu dengan pencatatan penjualan produk pada buku. Hal ini memungkinkan terjadinya kekeliruan dan kealpaan dalam pencatatan serta terpecahnya konsentrasi kerja dari pemilik. Hubeis (1997) menjelaskan bahwa industri kecil memerlukan juga fungsi administratif yang berhubungan dengan pembukuan/inventaris, menghitung harga pokok barang-barang hasil produksi, menyusun laporan keuangan, mengatur korespondensi dan menyimpan surat-surat berharga.

6. Garansi produk

Bengkel TWDA menerapkan garansi produk pada kesalahan produksi, tanpa ada batasan waktu. Di satu sisi hal ini menarik dan menguntungkan pelanggan, tetapi kurang menguntungkan bagi produsen. Oleh karena itu, perlu diterapkan sistem garansi yang memuaskan bagi kedua belah pihak. iii) Peluang

1. Gaya hidup masyarakat perkotaan yang memiliki minat terhadap otomotif Jumlah kepemilikan mobil di Indonesia mencapai 6,3 juta unit untuk 212 juta penduduk yang berarti satu unit mobil dimiliki oleh 33 orang penduduk (Rochma, 2005). Kepemilikan mobil ini, khususnya di kota besar, didukung oleh hobi serta tuntutan pergaulan membuka peluang yang menjanjikan bagi kelangsungan usaha modifikasi kendaraan bermotor.

2. Keeratan hubungan pertemanan.

Pertemanan merupakan salah satu faktor awal berdirinya usaha bengkel TWDA. Hubungan emosional yang telah terjalin diharapkandapat mempertahankan jumlah pelanggan san menarik pelanggan baru.

3. Pelanggan yang loyal.

(49)

Tabel 13 Kesetiaan pelanggan bengkel “Two Wheel Drive Adventure”

Keterangan Jumlah (orang) Persentase (%)

Lama menjadi pelanggan bengkel TWDA

<1 tahun 1 4,8

1-3 tahun 6 28,6

3-6 tahun 14 66,7

Total 21 100,0

Frekuensi melakukan modifikasi mobil di bengkel TWDA

<6 kali 16 76,2

6-12 kali 5 23,8

>12 kali 0 0

Total 21 100,0

4. Kemajuan teknologi yang semakin canggih.

Pemanfaatan teknologi dalam proses produksi akan berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan produksi, kuantitas dan kualitas serta pengurangan biaya. Selama ini teknologi yang digunakan oleh bengkel TWDA masih tradisional dengan beberapa alat bantu modern, seperti gergaji listrik, bor, gerinda, las argon dan kompresor.

5. Industri otomotif yang semakin berkembang

Rencana pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi otomotif (Sukarelawanto, 2006) dan keberadaan Indonesia sebagai salah satu pasar otomotif yang potensial di Asia dengan tren penjualan yang semakin meningkat serta pertumbuhan penjulan yang mencapai 33% di tahun 2004 (Rochma, 2005), membuka peluang bagi kemajuan usaha modifikasi otomotif, khususnya bagi bengkel TWDA.

6. Peluang menjalin kerjasama dengan perusahaan lain untuk pengembangan usaha

Kerjasama usaha, baik dengan pemasok, penjual maupun kemitraan yang sehat dan seimbang (Hubeis, 1997), membuka peluang untuk meningkatkan usaha bengkel TWDA.

iv) Ancaman

1. Kebijakan pemerintah terhadap pengembangan usaha kecil

(50)

(Kementerian koperasi, 2005) merupakan ancaman bagi pengembangan dan pembiayaan industri kecil.

2. Kenaikan harga BBM

Kenaikan harga BBM menyebabkan pengusaha mengalami penurunan kegiatan usaha dan kesejahteraan sebagai akibat tingginya biaya produksi dan menurunnya daya beli masyarakat (Wahyuni, 2005). Hal ini merupakan ancaman bagi usaha bengkel TWDA yang harus diantisipasi dengan melakukan inovasi untuk mencari celah yang bisa dimanfaatkan.

3. Banyaknya pesaing yang memiliki jenis usaha yang serupa

Banyaknya usaha bengkel dan modifikasi otomotif seiring meningkatnya industri otomotif harus diwaspadai oleh pihak bengkel TWDA agar tetap berkembang di tengah iklim persaingan yang semakin ketat, dengan mengeluarkan produk-produk yang lebih inovatif dan berkualitas.

4. Penyediaan bahan baku

Sistem penyediaan bahan baku pada bengkel TWDA secara temporer, pembelian dilakukan apabila persediaan telah habis tergantung banyaknya pesanan. Faktor ini ditambah dengan belum adanya pemasok tetap merupakan ancaman bagi kelangsungan proses produksi.

5. Daya beli masyarakat cenderung menurun

Kenaikan harga barang-barang sebagai akibat tingginya inflasi mempengaruhi daya beli masyarakat. Daya beli yang menurun menyebabkan masyarakat lebih selektif dalam mengalokasikan dananya. b. Perumusan Strategi

i) Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix) dan Matriks

EFE (External Factor Evaluation Matrix)

(51)

ancaman eksternal. Hasil analisis IFE dan EFE perusahaan diperlihatkan pada Tabel 14 dan 15.

1. Analisis Matriks IFE

Faktor yang menjadi kekuatan utama bengkel TWDA adalah lingkungan kerja yang kondusif dan fasilitas karyawan yang memadai dengan bobot sebesar 0,086 dan rating sebesar 4,000 sehingga diperoleh skor sebesar 0,345. Selain itu, faktor kekuatan lainnya yang dapat dimanfaatkan perusahaan adalah kualitas produk yang tinggi (skor 0,341); pelayanan yang baik terhadap konsumen (0,320); aktif melakukan pengembangan produk dengan memunculkan inovasi-inovasi baru (0,302); harga jual produk yang relatif lebih murah dibandingkan dengan produk lain yang sejenis (0,299) serta lokasi usaha yang cukup strategis (0,237).

Tabel 14 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix) bengkel “Two Wheel Drive Adventure”

FAKTOR INTERNAL Bobot Rating Skor

Kekuatan

A. Lingkungan kerja dan fasilitas karyawan yang

mendukung. 0,086 4,000 0,345

B. Produk berkualitas tinggi. 0,091 3,750 0,341

C. Harga jual relatif murah. 0,085 3,500 0,299

D. Mutu pelayanan yang baik terhadap konsumen. 0,085 3,750 0,320 E. Lokasi usaha yang strategis. 0,073 3,250 0,237 F. Aktif melakukan pengembangan produk. 0,081 3,750 0,302 Kelemahan

G. Mutu SDM karyawan pelaksana relatif masih

rendah. 0,084 2,000 0,169

H. Permodalan. 0,075 1,250 0,094

I. Promosi produk masih hanya dari mulut ke mulut. 0,086 1,500 0,129 J. Manajemen usaha yang belum ditangani secara

profesional. 0,082 1,250 0,103

K. Pemanfaatan teknologi dalam operasional

perusahaan yang belum optimal. 0,085 1,500 0,128

L. Garansi produk. 0,085 1,500 0,128

TOTAL 1,000 2,595

(52)

rating sebesar 1,250 sehingga diperoleh skor sebesar 0,103. Faktor kelemahan lain yang perlu diatasi adalah kurangnya pemanfaatan teknologi dalam operasional perusahaan (skor 0,128); garansi produk (0,128); promosi produk yang belum optimal (0,129) serta mutu SDM karyawan pelaksana yang relatif rendah (0,169).

Dari hasil analisis perhitungan faktor-faktor internal didapatkan total skor sebesar 2,595, nilai ini berada di atas nilai rata-rata sebesar 2,5, menunjukkan posisi internal perusahaan yang cukup kuat, dimana perusahaan memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan dan mengantisipasi kelemahan internal (David, 2004).

2. Analisis Matriks EFE

Keeratan hubungan pertemanan dengan pelanggan merupakan peluang utama dengan bobot 0,101 dan rating 3,750 sehingga diperoleh skor sebesar 0,380. Faktor lain yang merupakan peluang bagi perusahaan yang dapat mendukung perkembangan usaha adalah loyalitas pelanggan (skor 0,347); minat masyarakat perkotaan terhadap otomotif (0,311) dan perkembangan industri otomotif (0,241) memberikan peluang bagi usaha modifikasi kendaraan bermotor; kemajuan teknologi yang semakin canggih (0,175) serta peluang menjalin kerjasama dengan perusahaan lain untuk pengembangan usaha (0,152).

Faktor yang menjadi ancaman utama bengkel TWDA adalah kenaikan harga BBM dengan bobot 0,095 dan rating 3,750 memberikan skor sebesar 0,354, yang akan memberikan dampak negatif pada perusahaan dari segi pelanggan dan biaya operasional. Daya beli masyarakat yang menurun (skor 0,283); penyediaan bahan baku secara musiman dan belum adanya suplier tetap dikhawatirkan akan mempengaruhi proses produksi (0,270); banyaknya pesaing yang memiliki jenis usaha serupa (0,260) serta kebijakan pemerintah terhadap pengembangan usaha kecil (0,246) merupakan faktor ancaman lain yang dapat mempengaruhi jalannya perusahaan.

(53)

Tabel 15 Matriks EFE (Internal Factor Evaluation Matrix) bengkel “Two Wheel Drive Adventure”

FAKTOR EKSTERNAL Bobot Rating Skor

Peluang A. Gaya hidup masyarakat perkotaan yang memiliki

minat terhadap otomotif. 0,096 3,250 0,311

B. Keeratan hubungan pertemanan. 0,101 3,750 0,380

C. Pelanggan yang loyal. 0,099 3,500 0,347

D. Kemajuan teknologi yang semakin canggih. 0,088 2,000 0,175 E. Industri otomotif yang semakin berkembang. 0,088 2,750 0,241 F. Peluang menjalin kerjasama dengan perusahaan

lain untuk pengembangan usaha. 0,087 1,750 0,152

Ancaman

G. Kebijakan pemerintah terhadap pengembangan

usaha kecil. 0,082 3,000 0,246

H. Kenaikan harga BBM. 0,095 3,750 0,354

I. Banyaknya pesaing yang memiliki jenis usaha

yang serupa. 0,095 2,750 0,260

J. Penyediaan bahan baku. 0,090 3,000 0,270

K. Daya beli masyarakat cenderung menurun. 0,081 3,500 0,283

TOTAL 1,000 3,019

ii) Analisis Matriks Internal-Eksternal (Internal-External Matrix)

(54)

Total Skor IFE

Gambar 5 Matriks IE bengkel “Two Wheel Drive Adventure”.

iii) Analisis Matriks SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats Matrix)

Pengembangan strategi pada matriks ini dilakukan sesuai dengan hasil matriks IE, dimana posisi perusahaan terletak pada sel II yaitu sel tumbuh dan bina (Gambar 2). Pencocokan faktor-faktor eksternal dan eksternal dilakukan dalam lingkup strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, ke depan dan horisontal). Pada strategi penetrasi pasar, perusahaan berusaha mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa yang sudah ada lewat usaha pemasaran yang lebih gencar; strategi pengembangan pasar, perusahaan memperkenalkan produk atau jasa yang sudah ada ke wilayah geografi baru sedangkan pengembangan produk, perusahaan mencari kenaikan penjualan dengan memperbaiki produk atau jasa yang sudah ada atau mengembangkan yang baru.

(55)

Tabel 16 Matriks SWOT bengkel “Two Wheel Drive Adventure”

3. Harga jual relatif murah. 4. Mutu pelayanan yang

(56)

1. Strategi S-O (Strategi kekuatan-peluang)

Berdasarkan kekuatan yang dimiliki perusahaan dan kemampuan untuk meraih peluang, dapat dirumuskan strategi sebagai berikut:

a. Membangun cabang usaha baru di kota-kota besar Indonesia lainnya untuk memperluas pangsa pasar (S2, S3, S4, S5, O1, O2, O3)

Adanya kekuatan perusahaan dari segi produk yang berkualitas tinggi, harga jual yang relatif murah, mutu pelayanan yang baik terhadap konsumen dan lokasi usaha yang strategis dan didukung oleh peluang minat masyarakat perkotaan terhadap otomotif dan loyalitas pelanggan, maka strategi pengembangan cabang usaha baru di wilayah lain merupakan peluang yang menjanjikan bagi kemajuan usaha.

b. Meningkatkan mutu dan mengembangkan produk-produk baru dengan memanfaatkan kemajuan teknologi (S2, S6, O4, O5)

Pengembangan produk aksesoris mobil dan peningkatan mutu merupakan langkah yang perlu ditempuh mengingat kualitas produk yang dimiliki oleh perusahaan dengan memperhitungkan kemajuan teknologi dan industri otomotif yang semakin berkembang, sehingga hal ini akan meningkatkan volume penjualan.

2. Strategi W-O (Strategi kelemahan-peluang)

a. Meningkatkan promosi produk melalui kegiatan periklanan yang efektif, misalnya brosur (W3, W6, O1, O2, O3, O4, O5)

Beberapa kelemahan bengkel TWDA, dalam hal promosi produk dan garansi, dapat diperbaiki dengan memanfaatkan beberapa peluang dari segi pelanggan dan perkembangan industri otomotif. Usaha pemasaran/promosi yang lebih gencar diperlukan untuk mencari pangsa pasar yang lebih luas, diantaranya melalui brosur dan stiker yang dapat disebar melalui pelanggan maupun event-event otomotif.

b. Mengembangkan sistem operasional perusahaan secara profesional berbasis teknologi (W4, W5, O4)

(57)

teknologi pada sistem administrasi usaha untuk mengukur kinerja perusahaan secara lebih tercatat. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai kondisi internal sebagai dasar strategi usaha serta penanganan kelemahan dan ancaman.

3. Strategi S-T (Strategi kekuatan-ancaman)

a. Mempererat hubungan baik dengan pelanggan melalui pelayanan yang lebih baik dan penjualan produk yang lebih bersaing (S2, S3, S4, S5, S6, T2, T3, T5)

Penjualan produk-produk yang lebih inovatif dan harga yang bersaing dilakukan dengan didukung beberapa kekuatan yang dimiliki dengan tujuan untuk meningkatkan volume penjualan. Strategi ini diharapkan dapat mempertahankan dan menarik pelanggan di tengah ketatnya persaingan pasar.

4. Strategi W-T (Strategi kelemahan-ancaman)

a. Mendapatkan suplai bahan baku dari pemasok dengan kontinuitas, kualitas, kuantitas dan harga yang terjamin (W2, T3, T4)

Masalah permodalan dan penyediaan bahan baku diharapkan dapat terpecahkan dengan menerapkan strategi berikut. Pasokan yang stabil dan harga yang terjamin akan menjaga kesinambungan dan mengurangi biaya produksi sehingga perusahaan dapat tetap bersaing dalam kompetisi yang semakin ketat.

b. Melakukan riset pasar untuk memantau persaingan, pemasaran dan kualifikasi produk yang disukai masyarakat (W3, T2, T3, T5)

Informasi yang cepat, tepat dan akurat memegang peranan yang penting dalam memenangkan kompetisi bisnis (Hubeis, 1997). Riset pasar dilakukan untuk mengatasi dan mengantisipasi kelemahan dan ancaman persaingan dalam menarik pelanggan.

c. Memberikan garansi/jaminan produk untuk menarik dan mempertahankan loyalitas pelanggan (W6, T3, T5)

(58)

Pemberian garansi produk dapat dipertimbangkan perusahaan untuk membidik konsumen yang semakin selektif dalam mengalokasikan dananya.

c. Penentuan Strategi Prioritas

Penentuan strategi prioritas dilakukan berdasarkan hasil alternatif strategi dari matriks SWOT dengan menggunakan analisis matriks QSP. Alternatif strategi yang akan diberikan peringkat adalah sebagai berikut:

1. Membangun cabang usaha baru di kota-kota besar Indonesia lainnya untuk memperluas pangsa pasar.

2. Meningkatkan mutu dan mengembangkan produk-produk baru dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.

3. Meningkatkan promosi produk melalui kegiatan periklanan yang efektif, misalnya brosur.

4. Mengembangkan sistem operasional perusahaan secara profesional berbasis teknologi.

5. Mempererat hubungan baik dengan pelanggan melalui pelayanan yang lebih baik dan penjualan produk yang lebih bersaing.

6. Mendapatkan suplai bahan baku dari pemasok dengan kontinuitas, kualitas, kuantitas dan harga yang terjamin.

7. Melakukan riset pasar untuk memantau persaingan, pemasaran dan kualifikasi produk yang disukai masyarakat.

8. Memberikan garansi/jaminan produk untuk menarik dan mempertahankan loyalitas pelanggan.

Berdasarkan hasil perhitungan matriks QSP (Lampiran 4), diperoleh strategi yang paling menarik untuk diterapkan adalah membangun cabang usaha baru di kota-kota besar Indonesia lainnya untuk memperluas pangsa pasar, dengan total nilai daya tarik paling tinggi diantara alternatif strategi lainnya, yakni sebesar 5,847. Urutan prioritas strategi berdasarkan hasil analisis QSP adalah:

1. Membangun cabang usaha baru di kota-kota besar Indonesia lainnya untuk memperluas pangsa pasar (TAS 5,847).

(59)

3. Memberikan garansi/jaminan produk untuk menarik dan mempertahankan loyalitas pelanggan (TAS 5,751).

4. Mengembangkan sistem operasional perusahaan secara profesional berbasis teknologi (TAS 5,492).

5. Melakukan riset pasar untuk memantau persaingan, pemasaran dan kualifikasi produk yang disukai masyarakat (TAS 5,438).

6. Mempererat hubungan baik dengan pelanggan melalui pelayanan yang lebih baik dan penjualan produk yang lebih bersaing (TAS 5,292).

7. Mendapatkan suplai bahan baku dari pemasok dengan kontinuitas, kualitas, kuantitas dan harga yang terjamin (TAS 5,066).

(60)

1. Kesimpulan

a. Kekuatan internal bengkel TWDA meliputi lingkungan kerja dan fasilitas karyawan yang mendukung, produk berkualitas tinggi, harga jual relatif murah, mutu pelayanan yang baik terhadap konsumen, lokasi usaha yang strategis serta aktif melakukan pengembangan produk.

b. Kelemahan internal bengkel TWDA meliputi mutu SDM karyawan pelaksana relatif masih rendah, permodalan, promosi produk masih hanya dari mulut ke mulut, manajemen usaha yang belum ditangani secara profesional, pemanfaatan teknologi dalam operasional perusahaan yang belum optimal serta garansi produk.

c. Peluang eksternal bengkel TWDA meliputi gaya hidup masyarakat perkotaan yang memiliki minat terhadap otomotif, keeratan hubungan pertemanan, pelanggan yang loyal, kemajuan teknologi yang semakin canggih, industri otomotif yang semakin berkembang serta peluang menjalin kerjasama dengan perusahaan lain untuk pengembangan usaha.

d. Faktor ancaman eksternal bengkel TWDA meliputi kebijakan pemerintah terhadap pengembangan usaha kecil, kenaikan harga BBM, kanyaknya pesaing yang memiliki jenis usaha yang serupa, penyediaan bahan baku serta daya beli masyarakat cenderung menurun.

e. Proses penentuan strategi menunjukkan bahwa strategi yang paling menarik untuk diterapkan bengkel TWDA adalah membangun cabang usaha baru atau melalui kemitraan di kota-kota besar Indonesia lainnya untuk memperluas pangsa pasar, dengan total nilai daya tarik bagi pemilik dan karyawan paling tinggi diantara alternatif strategi lainnya, yakni sebesar 5,847.

2. Saran

(61)

baru di kota-kota besar indonesia lainnya untuk memperluas pangsa pasar; meningkatkan mutu dan mengembangkan produk-produk baru dengan memanfaatkan kemajuan teknologi; meningkatkan promosi produk melalui kegiatan periklanan yang efektif, misalnya brosur; mengembangkan sistem operasional perusahaan secara profesional berbasis teknologi dapat dilakukan dengan penerapan teknologi pada sistem administrasi usaha untuk mengukur kinerja perusahaan secara lebih tercatat. Strategi lainnya adalah mempererat hubungan baik dengan pelanggan melalui pelayanan yang lebih baik dan penjualan produk yang lebih bersaing; mendapatkan suplai bahan baku dari pemasok dengan kontinuitas, kualitas, kuantitas dan harga yang terjamin, misalnya dengan melakukan survei dan seleksi pada beberapa pemasok untuk mendapatkan pemasok terpilih; melakukan riset pasar untuk memantau persaingan, pemasaran dan kualifikasi produk yang disukai masyarakat; serta memberikan garansi/jaminan produk untuk menarik dan mempertahankan loyalitas pelanggan. Strategi-strategi di atas dapat dipertimbangkan oleh bengkel TWDA untuk diimplementasikan dalam kegiatan usaha.

b. Adanya kelemahan dalam hal permodalan memberikan kendala pada pelaksanaan strategi membangun cabang usaha baru di kota-kota besar Indonesia lainnya untuk memperluas pangsa pasar, oleh karena itu solusi jangka pendek yang dapat diambil adalah dengan melakukan kerjasama dalam penjualan produk dengan distributor/pengecer di kota-kota besar di Indonesia.

c. Salah satu kelemahan bengkel TWDA terletak pada mutu SDM karyawan pelaksana yang relatif masih rendah. Tingkat pendidikan yang relatif rendah dapat diantisipasi, misalnya dengan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mempelajari keahlian modifikasi lainnya sehingga setiap tenaga kerja dapat memiliki beberapa keterampilan yang lain. Hal ini seperti yang sudah diterapkan di bengkel TWDA selama ini.

Gambar

Tabel 6  Penilaian bobot faktor strategis eksternal perusahaan
Gambar 2  Matriks IE.
Gambar 3  Matriks SWOT.
Tabel 8  Data produksi bengkel “Two Wheel Drive Adventure” Tahun 1998-2005 (unit)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal penjualan kembali Unit Penyertaan REKSA DANA BNP PARIBAS PRIMA USD dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan melalui media elektronik, maka Formulir Penjualan Kembali

Sebelum agama Islam datang di pulau jawa kebudayaan jawa dipengaruhi oleh budaya animisme, dinamisme, hindu dan budha, setelah Islam datang terjadi asimilasi antara Islam dengan

Oleh karena hidrolisis hanya terjadi pada ion sisa basa lemah, maka hidrolisis ini disebut sebagai hidrolisis parsial atau hidrolisis sebagian.. Garam dari Asam Lemah dan

Oleh karena itu SDIT al-badr menjadikan akhlakul karimah sebagai tujuan utama pendidikan lembaga pendidikan ini; (2) Adapun cara yang ditempuh dalam mewujudkan

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan ( Field research ) dengan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun metode yang digunakan adalah metode

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036) sebagaimana telah diubah

meningkatkan nilai perusahaan sebagai hasil dari peningkatan penjualan dan profitabilitas melalui loyalitas konsumen yang terbangung dengan cara pelaksanaan

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu proses yang mengatur hubungan dan peranan