Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Instalansi Laundry Rumah Sakit Umum X Kota Medan
Gambar 3. Mesin Cuci di Ruang Laundry
Gambar 5.Mesin Pemeras Linen di Ruang Laundry
Gambar 7.Mesin Pencuci Kapsul Untuk Berat Linen 30-50 Kg
Gambar 9. Bahan Kimia Untuk Proses Pencucian (Detergent, Oksigen, Alkali Clhor, Softener)
Gambar 12.Proses Pengumpulan Linen Kotor
Gambar 14.Proses Pemilahan Linen Kotor di Ruang Pensortiran Linen Laundry
Gambar 16.Pengelipatan Sebelum Linen di Setrika
Gambar 18. Proses Pengangkutan Linen Bersih
Gambar 21. Peneliti bersama staff laundry RSU X
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, Wiku., 2007. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Aditama, T.Y., 2003. Manajemen Adminitrasi Rumah Sakit. UI-Press. Jakarta.
Akita, Amalia., 2011. Sistem Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Menggunakan Bakteri Inola 221 dan EM 4. Program Studi Kesehatan Masyarakat. USU. Medan.
Aini, M.N., 2012. Analisis Pengelolaan Linen di Instalasi Rawat Inap RS Permata Bunda Purwodadi Tahun 2010. Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit. Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Semarang
Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan, 2012. Laporan Akhir Riset Fasilitas Kesehatan 2011. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Bhaktiani, Y.S., 2008. Studi Pengelolaan Linen Di RSUD Tugurejo Semarang.
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.
Bilad, A.I., 2013. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Instalasi Laundry RSUD Kota Semarang Tahun 2013. Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. Semarang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Ditjen PPM dan PLP, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Penyehatan Ruang Bangunan
dan Halaman Ruumah Sakit, Kepmenkes, 1204/MENKES/SK/X/2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Ditjen PPM dan PLP, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
, 1992. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 983/Menkes/SK/XI/1992 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Tentang Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit. Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Jakarta
Djojodibroto, R. D., 1997. Manajemen Rumah Sakit. Penerbit Hipokrates. Jakarta.
Nugraheni. E. 2013. Analisis Tingkat Kepatuhan Petugas Linen Laundry Terhadap SOP Pencucian Linen Laundry di Rumah Sakit X di Yogyakarta. Program Studi Kesehatan Masyarakat. FKMUAD. Yogyakarta.
NHS Foundation., 2013. Laundry Management Policy.
Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2008. Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Nomor. 129/MENKES/SK/II/2008.
Saryono., Anggraeni, M.D. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit Muha Medika. Yogyakarta.
Sugianti, E. 2005. Study Pengelolaan Linen Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2005
Tietjen. L, dkk. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran proses pencucian linen dan pengelolaan linen yang dilakukan oleh petugas laundry rumah sakit.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Unit Instalasi Laundry di Rumah Sakit Umum X yang terletak di jalan Sei Batang Hari No.28-30 Kota Medan Sumatera Utara.
Pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan yaitu RSU X adalah salah satu rumah sakit swasta dengan tipe kelas C yang memiliki unit
instalansi pencucian linen laundry sendiri artinya tidak bekerjasama dengan pihak
ketiga.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2015 – Oktober 2015. 3.3 Subjek Penelitian
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini adalah dengan dua cara : 3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkan melalui observasi, dan wawancara. Observasi dan wawancara dilaksanakan dilapangan dengan mengamati dan bertemu langsung dengan petugas pada unit laundry rumah sakit. Kemudian disesuaikan dengan permenkes yang telah ditetapkan.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung untuk memperkaya pembahasan dan mempermudah pengambilan kesimpulan. Data sekunder berupa publikasi tertulis internal rumah sakit, informasi dari pihak lain yang berkaitan dengan pengelolaan laundry di rumah sakit X.
3.5 Definisi Operasional
1. Sarana laundry atau sarana fisik laundry terdiri dari ruang penerimaan linen, ruang pemisahan linen, ruang pencucian dan pengeringan, ruang penyetrikaan, ruang penyimpanan, dan ruang distribusi.
2. Prasarana laundry terdiri dari prasarana listrik, prasarana air, prasarana uap.
4. Tenaga laundry adalah petugas yang melakukan pelaksanaan pencucian linen di laundry rumah sakit.
5. Pengumpulan linen adalah proses pengumpulan linen yang akan di cuci 6. Penerimaan linen adalah tahapan pencucian linen setelah linen terkumpul,
dilakukan pencatatan dan penimbangan linen kotor
7. Pencucian linen adalah proses pembersihan linen yang bertujuan menghilangkan noda dan pemenuhan persyaratan sehat (bebas dari mikroorganisme patogen).
8. Pengeringan linen adalah proses pengeringan oleh mesin pengering setelah linen dicuci pada suhu 70 UUC selama 10 menit
9. Penyetrikaan linen adalah proses yang dilakukan agar linen yang sudah bersih menjadi rapi dengan suhu setrika 120 UUC
10.Penyimpanan linen adalah menyimpan linen yang sudah rapi ke lemari penyimpanan
11.Distribusi linen adalah aspek adminitrasi yang penting yaitu pencatatan linen yang keluar
12.Pengangkutan linen adalah proses pengangkutan linen ke ruangan-ruangan tempat penyimpanan linen.
3.6 Pelaksanaan Penelitian 3.6.1 Peneliti di Lapangan
Pertanyaan yang dibuat disesuaikan dengan tatalaksana pencucian linen dan
laundry di rumah sakit menurut Kepmenkes RI Nomor: 1204/Menkes/SK/X/2004.
Observasi terhadap pengelolaan linen dan laundry di rumah sakit umum X Medan meliputi, pengumpulan, penerimaan, pencucian, pengeringan, penyetrikaan, penyimpanan, distribusi, dan pengangkutan.
Untuk mengetahui sejauh mana pengelolaan linen di unit laundry rumah sakit umum X dilakukan dengan wawancara langsung dengan informan terkait (petugas laundry, kepala bagian penunjang medis, koordinator laundry).
3.7 Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran adalah melihat gambaran proses pencucian linen
laundry di RSU X Kota Medan yang meliputi pengumpulan, penerimaan,
pencucian, pengeringan, penyetrikaan, penyimpanan, distribusi, dan pengangkutan linen. Jika salah satu pertanyaan dari observasi pada delapan tahap pengelolaan/pencucian linen tidak sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor: 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit maka Unit Laundry rumah sakit tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan. 3.8 Analisa Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit X Kota Medan
Berdirinya Rumah Sakit Umum X Medan selaras Amanat peraturan perundang-undangan yang memberikan peluang peran serta masyarakat/swasta dalam pembangunan kesehatan, diantaranya melalui pelayanan kesehatan rumah Sakit yang berkualitas.
Rumah Sakit Umum X telah dibuka secara resmi berdasarkan Surat Izin Menyelenggarakan Rumah Sakit umum dari dinas Kesehatan Kota Medan, Nomor 440/5206/VI/2010 tertanggal 8 April 2010. Selanjutnya, RSU X telah melaksanakan kegiatan pelayanan rumah sakit untuk masyarakat umum berupa kegiatan konsultasi, rawat inap, rawat jalan, dan penunjang medik.
Rumah Sakit Umum X mempunyai komitmen yang tinggi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, memuaskan, dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
A. V I S I
Menjadi Rumah Sakit terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan bermutu
B. M I S I
1. Memastikan seluruh pelayanan yang diberikan sesuai standar mutu pelayanan.
C. MOTTO
“HARMONIS”, Yaitu Harapan terpenuhi bagi semua pihak, Motivasi tinggi dalam melaksanakan tugas, Nosocomial Infection dikendalikan secara profesional, Inovatif dalam menghadapi tantangan, standar profesioal pelayanan. D. T U J U A N
Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, terpadu,waktu tanggap yang cepat dan tepat, untuk semua golongan masyarakat sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta peraturan berlaku.
Menciptakan peningkatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bersifat spesialistik dan sub spesialistik, bermutu, profesional dan etis. Menghasilkan semangat kerja yang tinggi, komitmen, produktifitas lebih besar, serta memberi peluang inovatis dan meningkatkan peran serta pegawai dalam memajukan organisasi.
E. Fasilitas dan Pelayanan Rumah Sakit
Rumah sakit umum X kota Medan memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat berupa pelayanan medis, penunjang medis, administrasi dan service. Adapun bangunan yang telah ada saat ini antara lain :
1. Poliklinik Spesialis 2. Rawat Jalan
3. Rawat Inap 4. Perawat Intensive 5. Kamar Operasi
7. Laboratorium 8. Instalasi Farmasi 9. Unit Endoscopy 10. Unit Hemodialisa
11. Rasiologi : CT-Scan, Rotgen, USG 12. Medical Check UP
13. Administrasi
14. Recepsionist dan Customer Service 15. Rehabilitasi Medik
16. Ambulans 17. Gizi
18. Tempat Seminar 19. Apotik
20. Fasilitas umum : Mushalla, Anjungan Tunai Mandiri, Parkir, Keamanan
Tabel 4.1 Data Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Inap RSU X Bulan Januari-September Tahun 2015
Bulan Jumlah Pasien Rawat Inap
Januari 816
Hasil Penelitian menunjukan bahwa jumlah pasien rawat inap tertinggi berjumlah 816 pasien yaitu pada bulan januari dan total pasien rawat inap tahun 2015 pada bulan Januari-September 2015 berjumlah 6213 pasien, maka rata-rata pasien rawat inap yang berkujung berjumlah 690 pasien per bulan.
4.2 Tenaga Laundry, Sarana, Prasarana, Peralatan Unit Instalasi Laundry Rumah Sakit Umum X Kota Medan
Rumah Sakit Umum X Kota Medan sudah memiliki sarana Unit Instalasi
laundry sendiri artinya dalam pengelolaan linen tidak bekerja sama dengan pihak
ketiga. Unit Laundry di RSU X sudah berdiri selama 6 tahun yang di tanggung jawab oleh Bagian Penunjang Medis Rumah sakit dan dipimpin oleh seorang koordinator. Jumlah pekerja yang bertugas sebagai petugas pencucian sebanyak 9 orang yang terdiri dari 3 orang perempuan dan 6 orang laki-laki. Petugas pada unit
laundry memiliki dua waktu sift yaitu pagi dimulai dari pukul 07.00 sampai
Tabel 4.2 Karakteristik Informan di Unit Instalasi Laundry Rumah Sakit Sumber : Daftar dinas pegawai RSU X divisi laundry September 2015 Data berdasarkan tabel di atas adalah informan penelitian sebagai penunjang dalam mendapatkan informasi tambahan mengenai pengelolaan unit instalasi laundry RSU X Kota Medan
Tabel 4.3 Sumber Linen Rumah Sakit Umum X Januari Tahun 2015 No. Sumber Linen
25. Baju pengunjung 6 6 3
Sumber : Laporan linen laundry RSU X Kota Medan Januari 2015
Berdasarkan tabel 4.3 di atas jumlah total keseluruhan sumber linen rumah sakit umum x adalah sebanyak 2.096 yang sudah dibedakan berdasarkan jenis linen yang tersedia di setiap ruangan yang berada di II gedung Rumah Sakit. Tabel 4.4 Data Kebutuhan Linen, Jumlah Bed di Gedung I Rumah Sakit
Umum X Kota Medan
Lantai Jumlah Bed Nama Linen Jumlah
Dibutuhkan Sekarang Penambahan
Dari tabel 4.4 kebutuhan linen di gedung I dapat dilihat bahwa jumlah yang dibutuhkan dengan jumlah linen yang tersedia kurang sehingga harus dilakukan penambahan sesuai dengan kurangnya jumlah linen yang dibutuhkan linen.
Tabel 4.5 Data Kebutuhan Linen, Jumlah Bed, di Gedung II Rumah Sakit Umum X Kota Medan
Lantai Jumlah Bed Nama Linen Jumlah
Dibutuhkan Sekarang Penambahan yang dibutuhkan dengan jumlah linen yang tersedia kurang sehingga harus dilakukan penambahan sesuai dengan kurangnya jumlah linen yang dibutuhkan linen. Dari tabel 4.3, tabel 4.4, tabel 4.5 saling berhubungan dimana jumlah bed yang dimiliki oleh Rumah sakit umum X sebanyak 179 dengan total linen yang dimiliki 2096 dan jika dihubungkan dengan tabel 4.1 yaitu jumlah pasien rawat inap dengan total 6213 maka dapat dilihat bahwa jumlah linen yang dimiliki oleh RSU X belum mencukupi standar jumlah linen di rumah sakit.
Sarung Bantal 12 13 -
Selimut 12 7 5
Tabel 4.6 Data Harian Jumlah Pengumpulan Linen Kotor dan Penggunaan Bahan Kimia Cucian Laundry Tanggal 22 September 2015
Sumber Linen Kotor Berat Jumlah Bahan Kimia Cucian
G-I IGD 2 Kg DETERGEN 1050 ml
Berdasarkan tabel 4.6 data harian pengumpulan linen kotor oleh petugas pencucian yang dilakukan pada tanggal 22 September 2015 sumber linen berasal dari 12 tempat berbeda yaitu di gedung I (IGD, VK, OK, ICU, Baby, Lt 3, Lt 5, Lt 6, Lt ) sedangkan di gedung II (Lt 5, Lt 6, Lt 7) pengumpulan dilakukan pada sift pagi pukul 07.00 dengan dapat dilihat bahwa dalam satu hari rumah sakit menghasilkan 136 kg linen kotor dan menggunakan 4800 ml bahan kimia cucian, 18 butir geomicef.
Tabel 4.7 Daftar Barang Inventaris di Ruang Laundry
No. Nama Barang Quantity
1. Mesin cuci kapsul muatan 25 kg 1 unit 2. Mesin cuci kecil Hitachi Muatan 10 kg 2 unit 3. Mesin pengering gas muatan 20 kg 1 unit 4. Mesin pengering listrik muatan 10 kg 1 unit
5. Mesin pemeras kain 1 unit
6. Mesin jahit merk singer 1 unit
11. Kipas angin 2 unit
Sumber : Data inventaris laundry rsu x
Dapat dilihat data dari tabel 4.6 dan 4.7 adalah Jumlah linen kotor dalam satu hari sebanyak 136 kg, waktu yang dibutuhkan untuk sekali mencuci dari pengumpulan hingga menyetrika 70 menit jumlah mesin cuci 3 unit dengan total kapasitas 36 kg maka waktu yang dibutuhkan untuk mencuci seluruh pakaian sebanyak 136 kg adalah 280 menit atau 4 jam 40 menit. Sehingga jika proses pencucian dimulai pukul 09.00 maka akan selesai pukul 13.40 dan di potong dengan waktu istirahat pekerja selama satu jam sehingga proses pencucian akan selesai pukul 14.40.. Maka agar proses pencucian efisien perlu di tambahkan peralatan penunjang proses pencucian seperti mesin cuci dengan kapasitas yang lebih besar.
4.3 Proses Pengelolaan Linen di Rumah Sakit Umum X Kota Medan Tahun 2015
Rumah Sakit Umum X Kota Medan telah memiliki instalasi laundry sendiri dengan menggunakan 3 buah mesin cuci, 2 buah mesin pengering, 1 buah mesin memeras, 2 alat menyetrika dan 3 buah troli dengan jumlah petugas sebanyak 8 orang yang di bawahi oleh seorang koordinator dan kepala penunjang medis yang bertanggung jawab untuk mengawasi.
4.3.1 Proses Pengelolaan Linen Pada Tahap Pengumpulan
Tabel 4.8 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di Rumah Sakit Umum X Kota Medan dengan Komponen Penilaian Pada Tahap Pengumpulan
Berdasarkan tabel observasi 4.8 di atas dapat dilihat bahwa, pada tahap pengumpulan tidak sesuai dimana tidak dilakukan pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius, dan tidak dilakukan pencatatan jumlah linen kotor yang di kumpulkan oleh perawat ruangan.
4.3.2 Proses Pengelolaan Linen Pada Tahap Penerimaan
Tabel 4.9 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di Rumah Sakit Umum X Kota Medan dengan Komponen Penilaian Pada Tahap Penerimaan
1. Pencatatan linen yang diterima
√ 2. Penimbangan linen untuk menyesuaikan
dengan kapasitas mesin cuci : - Ukuran besar diatas 100 kg
- Ukuran sedang dan kecil 25-100 kg
√ infeksius dengan menempatkan linen infeksius ke dalam kantong plastik kuning dan linen non infeksius ke dalam kantong plastik hitam
√
Berdasarkan tabel observasi 4.9 di atas, petugas yang menerima linen kotor dari ruangan melakukan pencatatan jumlah linen kotor yang diterima dari setiap ruangan. Pencatatan dilakukan bersamaan dengan penimbangan berat linen kotor yang diterima dan untuk proses pencucian berat linen kotor yang diterima di sesuaikan dengan berat mesin cuci yang dimilki oleh unit instalasi laundry.
4.3.3 Proses Pengelolaan Linen Pada Tahap Pencucian
Gambar 4.1 Tahap Proses Pencucian Linen
Tahap I Flush
Proses pembasahan untuk melepaskan kotoran yang mudah larut tanpa bahan kimia
Tahap II Break
Proses pembasahan dengan menambahkan alkali untuk melepaskan kotoran protei dalam air dengan suhu ruangan
Tahap III Prewash
Proses pencucian dengan menambah deterjen, alkali, dan elmusifier dengan suhu hangat
Tahap IV Main Wash
Proses pencucian untuk melepaskan semua jenis kotoran dengan air suhu tinggi agar deterjen beraksi optimal
Tahap V Bleach
Proses pemucatan dengan menggunakan aktif chlorine dalam air 60o C untuk melepaskan noda organik yang tak
lepas dengan cara di atas untuk jenis linen putih
Tahap VII Intermediate Extract
Pembilasan akhir dengan pemerasan ringan
Tahap VIII Final Rinse
Proses menetralkan sisa-sisa kimia sebagai pembilasan akhir Tahap VI Rinse
Tabel 4.10 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di Rumah Sakit Umum X Kota Medan dengan Komponen Penilaian Pada Tahap Pencucian
1. Melakukan pemanasan-desinfeksi pada mesin cuci sebelum melakukan proses pencucian
√
2. Proses pencucian dikelompokan berdasarkan tingkat kekotorannya yaitu pemisahan pencucian linen infeksius dan linen non infeksius
√
3. Pembersihan linen kotor dan tinja, urin, darah dan muntahan dengan cara merendam menggunakan desinfektan Chlorine Bleach
√
4. Penggunaan deterjen laundry yang memiliki khusus serbuk putih berwarna biru dengan pH 11,0-12,0
√
Berdasarkan tabel observasi 4.10 di atas dapat dilihat bahwa, pada petugas akan melaksanakan proses pencucian tidak melakukan pemanasan-desinfektan pada mesin cuci dan untuk linen yang terdapat tinja atau darah tidak melakukan pembersihan atau perendaman terlebih dahulu menggunakan desinfektan Chlorine
Bleach.
4.3.4 Proses Pengelolaan Linen Pada TahapPengeringan
Tabel 4.11 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di Rumah Sakit Umum X Kota Medan dengan Komponen Penilaian Pada Tahap menggunakan mesin pengering/ drying yang mempunyai suhu 700 C selama 10
menit
Berdasarkan tabel observasi 4.11 di atas, petugas melakukan pengeringan linen menggunakan mesin pengering/ drying dengan suhu 700 C dan waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan selama 15 menit untuk linen yang memiliki ukuran tidak tebal dan 30 menit untuk linen yang memiliki ukuran tebal.
4.3.5 Proses Pengelolaan Linen Pada Tahap Penyetrikaan
Tabel 4.12 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di Rumah Sakit Umum X Kota Medan dengan Komponen Penilaian Pada Tahap
Suhu mesin setrika disetel antara 700
-800 C √
Berdasarkan tabel observasi 4.12 di atas, dapat dilihat bahwa pada proses penyetrikaan yang dilakukan petugas suhu mesin setrika yang digunakan adalah 700C.
4.3.6 Proses Pengelolaan Linen Pada Tahap Penyimpanan
Tabel 4.13 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di Rumah Sakit Umum X Kota Medan dengan Komponen Penilaian Pada Tahap
1. Pemisahan linen berdasarkan jenisnya √ 2. Linen baru yang diterima ditempatkan
pada bagian bawah √
3. Pintu lemari selalu di tutup √
Berdasarkan tabel oservasi 4.13 di atas dapat dilihat bahwa, pada tahap penyimpanan petugas sudah melakukan pemisahan linen berdasarkan jenis, dan kondisi pintu lemari selalu dalam keadaan tertutup. Hanya saja linen yang baru tidak disimpan pada bagian bawah.
4.3.7 Proses Pengelolaan Linen Pada Tahap Distribusi
Tabel 4.14 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di Rumah Sakit Umum X Kota Medan dengan Komponen Penilaian Pada Tahap Distribusi
No Komponen yang dinilai Kategori
Keterangan Ya Tidak
G DISTRIBUSI
Pencatatan linen yang keluar sesuai dengan identitas yang tertera disetiap linen. (nomer berapa yang keluar dan nomer berapa yang masuk)
√
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, dapat dilihat bahwa pada tahap distibusi petugas laundry melakukan pencatatan nomer linen sebelum linen besrih akan di distribusikan dan disesuaikan dengan pencatatan jumlah linen yang masuk pada saat pengumpulan hanya saja perawat diruangan tidak melakukan pencatatan kode linen yang keluar dan kode linen yang masuk.
4.3.8 Proses Pengelolaan Linen Pada Tahap Pengangkutan
Tabel 4.15 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di Rumah Sakit Umum X Kota Medan dengan Komponen Penilaian Pada Tahap Pengangkutan
No Komponen yang dinilai Kategori
Keterangan Ya Tidak
H PENGANGKUTAN
1. Perlindungan khusus berupa kantong yang membungkus linen bersih.
√
2. Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak pada waktu yang
4. Pemberian desinfektan pada kereta dorong setelah mengangkut linen kotor
√
Berdasarkan tabel observasi 4.15 di atas dapat dilihat bahwa pada tahap pengangkutan linen tidak dibungkus dengan kantong khusus, dan alat angkut atau troli yang digunakan untuk mengangkut linen bersih dan mengumpulkan linen kotor menggunakan troli yang sama tanpa melakukan pembersihan atau desinfektan terlebih dahulu.
4.4 Hasil Wawancara Informan 4.4.1 Pemahaman Mengenai Linen
Jawaban informan 3 :
“Linen itu adalah... hmmmm apa ya? bahan yang dipakai untuk setiap
ruangan berupa baju, seprai dan sarung bantal”
Jawaban informan 4 :
“Linen itu yaitu bahan kain yang terbuat dari tenun yang bahan dasarnya benang atau kapas”
Jawaban informan 5 :
“Linen itu ya, untuk kebutuhan pasien gitu”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa, pengetahuan petugas terhadap linen hanya sebatas dengan apa yang mereka lihat atau dipahami menurut gambaran informan sendiri.
4.4.2 Pemahaman Informan dalam Membedakan Linen Infeksius dan Non Infeksius
Petugas di unit instalasi laundry RSU X sudah mengetahui dan dapat membedakan linen infeksius dan non infeksius terbukti dari petikan wawancara informan yang peneliti lakukan sebagai berikut :
Jawaban Informan 3 :
“Bisa, Kalo infeksius itu yang udah kena cairan tubuh pasien contoh keringat yang berlebihan terus darah, air kencing, muntah , kalo non itu sama sekali gak ada cairan tubuh pasiennya atau kering.”
Jawaban informan 4 :
Jawaban Informan 5 :
“Kalo… kalo dia linen infeksius tidak bernoda tidak tercemar yah seperti muntah, darah itu non infeksius. Kalo infeksius itu kebalikannya gitu yah kena muntah, darah, feses gitu”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa, secara teori petugas sudah memahami dan dapat membedakan antara linen kotor infeksius dan linen kotor non infeksius.
4.4.3 Pengetahuan Mengenai Proses Pencucian Linen Infeksius dan Linen Non Infeksius
Dari hasil wawancara mendalam dapat diketahui bahwa tiga orang informan secara teori mengetahui dengan baik bagaimana penanganan atau proses pencucian linen infeksius dan non infeksius seperti yang diungkapkan oleh informan dalam wawancara sebagai berikut :
Jawaban Informan 3 :
“Kalo yang infeksius terlebih dahulu di cuci ini yang biasa dilakuin gitu kan?.... yang pertama yang infeksius-infeksius itu tadi yg bernoda tahap 1 sampai tahap 3 setelah itu baru yang non infeksius dia Cuma tahap tahap 1 sampai tahap 2 aja. Dia membuang kotoran dulu contohnya darah itu pake alkali sama oksigen tahap kedua itu dibuang baru pake deterjen boleh lah pake alkali sedikit, nah baru yang ketiga pake softener”
Jawaban informan 4 :
“Prosesnya, hmm kita pilah dulu mana yang infeksius mana yang tidak infeksius. Kalo yang tidak infeksius kalo kira2 kita ada tercium bau yah kita rendam dulu lah pake air panas nah tapi kalo yang infeksius yah kita rendam dulu pake air panas gitu”
Jawaban Informan 5 :
pasien segera di pindahkan cara nyucinya kalo infeksius pertama direndam dulu masuk mesin cuci menggunakan air panas”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa, petugas memahami bagaimana proses pencucian linen infeksius dan linen non infeksius dari tahap awal hingga tahap akhir.
4.4.4 Pengetahuan Mengenai Proses Distribusi Linen Ke Ruangan
Pada saat peneliti mewawancarai informan untuk menanyakan mengenai distribusi linen yang dilakukan di instalasi unit laundry RSU X informan menjelaskan tahap yang dimulai dari proses pencucian, penglipatan dan penyetrikaan sampai linen diantar ke setiap ruangan dan petugas menyatakan bahwa sudah tidak pernah lagi melakukan serah terima dengan perawat ketika dilakukan distribusi linen seperti tergambar dalam kutipan wawancara informan berikut :
Jawaban Informan 3 :
“Setelah kita siapkan semuanya baik itu mencuci menggosok melipat
barulah sekitar pukul dua atau setengah tiga kita antar ke tiap lantai”
Jawaban informan 4 :
“pokonya siap semuanya dicuci, keringkan, lipat setrika, nah langsung deh kami anter ke ruangan penyimpanan”
Jawaban informan 5 :
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa, petugas tidak memahami proses distribusi atau proses pencatatan linen masuk dan linen keluar. Mereka mengartikan bahwa distribusi adalah proses pengangkutan linen ke ruangan.
4.4.5 Kepatuhan Informan dalam Penggunakan APD Saat Bekerja
Saat peneliti melakukan wawancaran seluruh informan menyatakan bahwa mereka selalu menggunakan APD pada saat bekerja seperti di kutip pada wawancara informan berikut ini :
Jawaban informan 3 :
“Selalu, masker pasti, sepatu boot sama sarung tangan 3 itu udah pasti”
Seorang informan juga menyatakan pernyataan yang sama dengan informan sebelumnya hanya saja dia merasa APD yang disediakan masih kurang, seperti kutipan berikut ini :
Jawaban informan 4 :
“Ya dipergunakan Cuma ada satu yang belum di apai yaitu topi selebihnya sepatu boot kaca mata sarung tangan semua udah”
Jawaban informan 5 :
“Selalu kak, seperti Kaca Mata, apron, sepatu boot, sarung tangan karet”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa petugas selalu patuh dalam penggunaan APD saat bekerja dan mengetahui fungsi dari APD tersebut.
mengenai laundry yang di dapat dari pelatihan PPI (pengendalian penyakit menular) seperti kutipan wawancara berikut :
Jawaban informan 3 :
“Pernah kak, dari rumah sakit PPI kak namanya K3 juga kak”
Hanya saja seorang informan yang menyatakan pernah mendapatkan pelatihan awalnya dia menyatakan belum hanya saja ketika informan lain yang berada di tempat yang sama saat peneliti melakukan wawancara berbicara jika sudah pernah dilakukan maka informan tersebut pun menyatakan sudah,seperti kutipan wawancara informan berikut ini :
Jawaban informan 4 :
“Belum, belum ada… Pelatihan? Kalo sosialisasi tentang linen-linen atau laundry sudah.. hmm berarti sudah lah pelatihan-pelatihan PPI sudah pernah”
dan satu informan lagi menyatakan bahwa dia sama sekali belum mendapatkan pelatihan tentang laundry seperti kutipan wawancara informan berikut :
Jawaban informan 5 :
“Belum kak, belum pernah”
4.4.7 Perencanaan Proses Pencucian yang Dilakukan
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap koordinator di unit
laundry mengenai perencanaan untuk proses pencucian informan menyatakan
bahwa ada perencanaan yang dilakukan khususnya dalam proses pencucian linen infeksius dan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan untuk proses pencucian seperti kutipan wawancara berikut ini :
“Ada, iya ada kami merencanakan bahan kimia chemical dan cara mencuci linennya soalnya linennya kan ada macam-macam ada linen infeksius dan non infeksius terutama linen yang takut menular kan kaya HIV itu kami rencanakan dulu bagaimana cara-caranya gitu.”
4.4.8 Pembagian Sift Kerja Petugas Laundry
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan mengenai waktu sift kerja di instalasi laundry RSU X dibagi menjadi 2 waktu yaitu pagi dan siang, seperti kutipan wawancara berikut :
“Kalo sift kerjanya ada 2 sift sift pagi dari jam 7 sampai jam 3 sore kalo siang dari jam 1 sampai jam 9 malem nah sift pagi itu ngutipnya dari jam 7 pagi sampai jam 9 pagi kalo yang sift siang dari jam 3 sampai 4.” Pada sift kerja yang ditentukan koordinator dilakukan bergantian jadi petugas laundry mendapatkan sift kerja yang berbeda setiap minggunya untuk petugas laundry mendapatkan waktu 1 hari untuk off kerja dalam satu minggu. 4.4.9 Pembagian Tugas Pokok Pekerja Laundry
“kalo disini kan ada laki-laki ada perempuan misalnya yang masuk pagi ada 5 orang 2 orang laki2 betugas diruang pencucian megang mesin nanti sebagian lagi melipat menyetrika dan pendistribusian”
Dalam hal ini koordinator memberikan kebijakan untuk pekerjaan yang lebih berat dilakukan oleh pekerja laki-laki khususnya dibagian mesin yaitu mulai dari mencuci, memeras dan mengeringkan pakaian.
4.4.10 Pengadaan Linen di Instalasi Laundry
Pada unit instalasi laundry RSU X kota Medan dalam pengadaan linen pihak laundry bekerjasama dengan bagian pengadaan rumah sakit seperti pernyataan koordinator berikut ini :
“Kalo pengadaan linen di laundry ini biasanya kami catat dulu nanti 1 kali 3 bulan stok otname kami buat linen yang tidak layak pakai lagi kami buat catatannya nanti kami kasih hitungannya ke pengadaaan”
4.4.11 Penanganan Linen Rusak
Proses penanganan linen rusak dirumah sakit sudah cukup baik dan teliti linen yang rusak dan masih layak pakai dijahit sehingga dapat dipergunakan kembali seperti pernyataan dalam kutipan wawancara berikut:
“Kalo linen rusak masih layak pakai dia bisa kami jahit tapi kalo linen yang terkena tumpahan obat atau noda yang tak bisa hilang kita masukin ke kategori linen afkir jadi nanti kami ganti baru”
4.4.12 Pengadaan Bahan Baku Cucian
Pada pengadaan bahan kimia cucian pihak unit instalasi laundry bekerja sama dengan bagian perbekalan, seperti kutipan wawancara berikut :
Dalam hal ini pihak instalasi laundry tidak mementukan jenis bahan kimia cucian yang dibutuhkan semua diserahkan pada bagian perbekalan, dengan kata lain dalam pengadaan bahan baku hanya terjadi system pemesanan dan penerimaan tidak dijelaskan apakah dilakukan monitoring fisik atau karakteristik bahan kimia yang digunakan.
4.4.13 Pengecekan Kelayakan Linen
Di unit instalasi laundry di RSU X kota Medan dalam hal pengecekan kelayakan linen dijelaskan oleh koordinator dilakukan setiap hari saat dilakukan pelipatan linen dan pencatatan melalui stok otname seperti kutipan wawancara yang dilakukan peneliti berikut :
“Dilakukan itulah tadi melalu stok otname sambil melipat kami selalu memperhatikan linen masih layak pakai atau tidak kami lakukan pencatatannya”
4.4.14 Perencanaan Laundry di RSU X Kota Medan
Dari hasil wawancara peneliti dengan informan penanggung jawab penunjang medis menjelaskan mengenai perencanaan yang akan dilakukan untuk instalasi laundry yang pada saat ini sedang dilakukan rekontruksi pembangunan di gedung baru RSU X yang akan disesuaikan dengan akreditasi baru rumah sakit yaitu kelas B, informan memberikan pernyataan :
4.4.15 Pelatihan yang Diberikan Pihak Rumah Sakit
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap informan yaitu penanggung jawab penunjang medis menyatakan baha pernah dilakukan pengiriman koordinator untuk pelatihan dan di rumah sakit sendiri selalu di adakan pelatihan dari PPI dan juga K3 untuk petugas laundry seperti kutipan wawancara berikut :
“Kemarin kita pernah mengirimkan koordinatornya ke jakarta, kalo disini kita juga ada dari PPI kan ada hubungannya dengan laundry juga terus dari K3 diadakan di ruang pertemuan kita.”
Pemberian pelatihan khusus mengenai laundry di RSU X belum pernah dilakukan, PPI dan K3 diberikan kepada seluruh pekerja di RSU X.
4.4.16 Biaya pengadaan linen
Ketika peneliti menyakan mengenai biaya pengadaan linen ke pada kepala bagian medis selaku penanggung jawab di instalasi laundry, informan mengaku tidak mengetahui dikarenakan seluruhnya ditanggung jawab oleh bagian keuangan rumah sakit pihak laundry hanya memberikan catatan kebutuhan linen saja.
Berikut kutipan wawancara terhadap informan :
“Biaya berapa ya? Hehehe.. kalo biaya kebetulan bagian keuangaan bekerja sama paling dari laundry minta sekian sekian kebutuhan aja.” 4.4.17 Penanggung Jawab yang Mengawasi Kinerja di Unit Instalasi
Laundry
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap penanggng jawab untuk mengawasi instalasi laundry pihak pertama adalah koordinator
penanggung jawab. Berikut adalah pernyataan wawancara peneliti dengan kepala bagian penunjang medis :
“Pertama kan yang pasti koordinatornya dulu renti kemudian renti itu berkoordinasi dengan saya sebagai sebagai kepala bagian penunjang medis misalnya ada kendala atau apa permasalahan yang tidak bisa kami tangani nanti kami laporkanlagi ke atas kabid medik dan perawatan dr.indra”
4.4.18 Pemeriksaan linen spesifikasi angka kuman
Pihak rumah sakit dalam hal ini belum pernah melakukan pemeriksaan angka kuman terhadap linen bersih siap pakai, sebetulnya sudah pernah diwacanakan oleh koordinator hanya saja belum medapat tanggapan dari pihak rumah sakit. Pemeriksaan yang berkaitan dengan laundry adalah pemeriksaan angka kuman pada air yang dilakukan rutin oleh dinas kesehatan. Berikut pernyataan kutipan wawancara peneliti dan informan :
“Kalo rutin ini maksudnya apa? Hmm air ya? Kalo air ini kita ada pemeriksaan rutin kerja sama dengan bagian sanitasi. Uji lab gitu? Belum, kita selalu airnya aja per 3 bulan atau 6 bulan gitu kami terakhir kemarin itu pemeriksaan bulan april dari dinkes nya itu sendiri datang ambil sampel air”
Tabel 4.16 Hasil Rekapitulasi Observasi Pengelolaan Linen Laundry Di Rumah Sakit Umum X Kota Medan Tahun 2015
No Komponen yang Dinilai
Kategori
Ya Tidak
A PENGUMPULAN
√
B PENERIMAAN
√
C PENCUCIAN √
D PENGERINGAN
√
E PENYETRIKAAAN
√
F PENYIMPANAN
√
G DISTRIBUSI
√
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Tenaga Laundry, Sarana, Prasarana, Peralatan Unit Instalasi Laundry Rumah Sakit Umum X Kota Medan
Jumlah petugas laundry di RSU X berjumlah 9 orang dengan 1 orang koordinator yang bertugas mengawasi, mengatur, dan menyusun setiap laporan mengenai laundry. Jumlah petugas di unit laundry memiliki jumlah laki-laki lebih banyak dari perempuan dari hasil wawancara yang peniliti lakukan terhadap sift kerja di unit laundry RSU X informan 2 (koordinator laundry) menyatakan bahwa, “Kalo sift kerjanya ada 2 sift sift pagi dari jam 7 sampai jam 3 sore kalo siang dari jam 1 sampai jam 9 malem nah sift pagi itu ngutipnya dari jam 7 pagi
sampai jam 9 pagi kalo yang sift siang dari jam 3 sampai 4.”
Dalam pembagian tugas pokok, petugas laki-laki lebih berperan dalam tugas yang lebih berat khususnya dalam penanganan mesin, pencucian, pengeringan karena dalam proses itu memerlukan tenaga yang lebih besar. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan 2 (koordinator
laundry) menyatakan bahwa “kalo disini kan ada laki-laki ada perempuan
misalnya yang masuk pagi ada 5 orang 2 orang laki2 betugas diruang pencucian
megang mesin nanti sebagian lagi melipat menyetrika dan pendistribusian”
ada hubungannya dengan laundry juga terus dari K3 diadakan di ruang
pertemuan kita.”
Berbeda dengan jawaban informan 3 yang menyatakan bahwa, “Belum, belum ada… Pelatihan? Kalo sosialisasi tentang linen-linen atau laundry sudah..
hmm berarti sudah lah pelatihan-pelatihan PPI sudah pernah”,sehingga petugas masih kurang memahami atau mengikuti prosedur yang ada. Kurangnya pengawasan juga menjadi salah satu penyebab kurangnya kepatuhan petugas dalam pengelolaan linen. Seharusnya pihak rumah sakit memberikan pelatihan khusus, dan menyediakan buku pedoman.
Sarana di unit laundry RSU X sudah baik, dimana unit laundry sudah memiliki ruang untuk penerimaan linen, ruang untuk proses pencucian, ruang untuk setrika, dan ruangan untuk penyimpanan linen di setiap lantai di gedung rumah sakit yang dilengkapi dengan lemari penyimpanan linen bersih.
Prasarana di unit laundry RSU X sudah lengkap dimana unit laundry memiliki sarana listrik guna penunjang dalam proses penggunaan mesin-mesin, dan sudah memiliki prasarana air yang sudah sesuai dengan baku mutu air bersih hal ini di perjelas dengan wawancara peneliti terhadap informan 1 (penanggung Jawab Laundry) yang menyatakan bahwa, “Kalo rutin ini maksudnya apa? Hmm air ya? Kalo air ini kita ada pemeriksaan rutin kerja sama dengan bagian
sanitasi. Uji lab gitu? Belum, kita selalu airnya aja per 3 bulan atau 6 bulan gitu
kami terakhir kemarin itu pemeriksaan bulan april dari dinkes nya itu sendiri
datang ambil sampel air” . Menurut Depkes (2004), perlu dilakukan pemeriksaan
kandungan besi, jika standart yang di inginkan tidak terpenuhi, maka harus dilakukan usaha untuk menurunkan tingkat polutan di air yang akan digunakan. Sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sekali.
Peralatan di unit laundry RSU X sudah dilengkapi dengan mesin cuci, mesin peras, mesin pengering, mesin penyetrika, mesin penyetrika pres, dan mesin jahit hanya saja belum dilengkapi dengan sarana air panas. Bahan kimia pencucian di unit laundry ini terdiri detergen, chlorine, oxygen, alkali, softener, dan geomicef.
5.2 Proses Pengelolaan Linen Unit Instalasi Laundry Rumah Sakit Umum X Kota Medan
5.2.1 Proses Pengumpulan Linen Unit Instalasi Laundry Rumah Sakit Umum X Kota Medan
Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan observasi di ruang pengumpulan linen kotor, petugas pengumpulan yang melakukan pengutipan linen kotor langsung membawa linen yang sudah di dalam plastic ke dalam troli pengangkutan dan tidak melakukan pensortiran di ruang pengumpulan. Jika masih ada linen kotor yang disimpan di tempat penyimpanan sementara maka petugas akan memasukannya ke dalam kantong plastik khusus linen kotor hanya saja jika jumlah plastic pemisah antara linen kotor infeksius dan non infeksius tidak mencukupi maka petugas menggabung keduanya dalam kantong yang sama.
infeksius dan non infeksius sering kali tidak mencukupi banyaknya jumlah linen kotor sehingga petugas dan perawat menggabungkan linen kotor infeksius dan non infeksius ke dalam kantong plastic yang sama. Selain itu perawat juga tidak melakukan pengecekan kembali linen yang dikumpulkan saat peneliti melakukan observasi, ketika di ruangan instalasi petugas melakukan pemisahan atau penyortiran linen kotor infeksius dan non infeksius disana petugas laundry menemukan menemukan remot TV dan AC berada di dalam tumpukan linen kotor dan sebelum peneliti melaksanakan kegiatan penelitian petugas pernah mendapatkan jarum suntik di dalam tumpukan linen kotor yang bisa membahayakan pekerja laundry.
Sedangkan, untuk pencatatan jumlah linen kotor diruangan, perawat sering tidak melakukan pencatatan sehingga selalu terjadi kehilangan atau ketidak sesuaian jumlah linen yang dikumpulkan dengan jumlah linen bersih yang di distribusikan. Beberapa kali saat peneliti melakukan observasi perawat bertanya mengenai linen pribadi pasien yang kemungkinan terbawa saat perawat melakukan pengumpulan.
Hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap informan 3 (petugas pencucian) pada observasi saat proses pengumpulan menyatakan bahwa, “yah, kalo jumlah plastiknya kurang atau gak ada stok lagi karena plastiknya robek
kami gabunglah gamungkin dibiarkan terbuka gitu”
(misalnya skalpel, gunting tajam, jarum suntik dan jahit, jepitan handuk yang tajam). Selain itu, dari pembersihan kamar tidur pasien dapat diperoleh kasa yang kotor atau terkena darah atau dibasahi dengan cairan tubuh lainnya. Barang-barang ini harus ditangani secara cermat dengan memakai sarung tangan pelindung, alat pelindung mata, dan apron plastik atau karet, dan harus dibuang sepatutnya. Walaupun jarang ditemukan infeksi yang berhubuungan dengan pemilihan dihubungkan dengan gagal mencuci tangan dan penggunaan PPD sepatutnya (Tietjen dkk, 2004).
Proses pengumpulan linen kotor di RSU X ini ternyata tidak sesuai dengan Kepmenkes 1204 tentang persyaratan kesehatan lingkungan.. Perawat yang melakukan pengumpulan pertama seharusnya sudah memisahkan linen kotor infeksius dengan non infeksius sebelum dimasukan ke dalam kantong plastic linen kotor. Hal ini mungkin terjadi karena perawat tidak peduli atau paham akan bahaya yang akan terjadi, mungkin juga karena perawat merasa bahwa itu bukanlah tugas pokok yang mereka lakukan. Dalam hal ini petugas memang tidak sarankan melakukan pensortiran di ruang perawatan karena dapat menyebabkan tersebarnya mikroorganisme.
5.2.2 Proses Penerimaan Linen Unit Instalasi Laundry Rumah Sakit Umum X Kota Medan
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap petugas
laundry diketahui bahwa pada tahap penerimaan sudah sesuai, sebelum linen
linen disetiap harinya. Setelah itu proses penimbangan linen, pada proses penimbangan disesuaikan dengan kapasitas mesin cuci yang dimiliki oleh instalasi yaitu 7 kg untuk mesin dengan kapasitas 10 kg dan 15 kg untuk mesin dengan kapasitas 20 kg alasan kenapa petugas mengurangi berat dari kapasitas mesin agar dapat bekerja sempurna dan linen mudah dicuci. Setelah dilakukan penimbangan petugas menyesuaikan jumlah berat linen kotor dengan kebutuhan bahan kimia cucian.
Sejalan dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap informan 3 (petugas pencucian linen) saat observasi pada proses penerimaan linen menyatakan bahwa, “setiap linen yang diterima dari tiap ruangan dicatat di
laundry kami petugas yang nyatet semua linen yang terkumpul, baru nanti
ditimbang sambil di pilih linen kotornya terus disesuaikan sama berat mesin
cucinya”
Penimbangan sesuai dengan kapasitas dimaksudkan untuk menghitung bahan-bahan kimia dalam proses pencucian (Depkes, 2004).
Proses penerimaan yang dilakukan di RSU X sudah sesuai dengan Kepmenkes 1204 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dimana petugas sudah melakukan pencatatan linen yang diterima dan juga menimbang linen disesuaikan dengan kapasitas mesin cuci.
5.2.3 Proses Pencucian linen Unit Instalasi Laundry Rumah Sakit Umum X Kota Medan
sudah ditimbang sesuai dengan kapasitas mesin dimasukan kedalam mesin cuci hanya saja saat observasi peneliti menemukan petugas yang langsung memasukan linen yang terkena feses dan darah ke dalam mesin tanpa melakukan pembersihan di awal pencucian atau tidak direndam terlebih dahulu menggunakan clorine bleach selain itu petugas tidak melakukan pemanasan-desinfeksi pada mesin sebelum melakukan kegiatan mencuci dan pada tahap pencucian yang seharusnya linen infeksius direndam dengan air panas juga tidak dilakukan dikarenakan mesin air panas di instalasi tidak tersedia. Peneliti juga melihat petugas yang mencampur semua jenis bahan kimia cucian seperti deterjen, oksigen dan softener yang seharusnya pemberian softener dilakukan pada tahap terakhir, pada laundry RSU X terdapat skema proses atau tahap pencucian yang terdiri dari tahap I sampai dengan tahap VIII hanya saja dalam prateknya petugas tidak melakukan sesuai dengan skema tersebut mereka beralasan bahwa akan memakan waktu yang lama.
Petugas sudah memahami bagaimana proses pencucian linen untuk linen infeksius dan non infeksius sesuai dengan wawancara informan 4 (petugas pencucian linen) bahwa :“Kalo yang infeksius terlebih dahulu di cuci ini yang biasa dilakuin gitu kan?.... yang pertama yang infeksius-infeksius itu tadi yg
bernoda tahap 1 sampai tahap 3 setelah itu baru yang non infeksius dia Cuma
tahap tahap 1 sampai tahap 2 aja. Dia membuang kotoran dulu contohnya darah
itu pake alkali sama oksigen tahap kedua itu dibuang baru pake deterjen boleh
Hasil penelitian Sugianti (2005) menunjukan bahwa proses pencucian linen di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Purbalingga masih menjadi satu antara linen infeksius dan linen non infeksius.
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda (bersih), awet (tidak cepat rapuh), namun memenuhi persyaratan sehat (bebas dari mikroorganisme patogen), sebelum melakukan pencucian setiap harinya lakukan pemanasan-desinfeksi untuk membunuh seluruh mikroorganisme yang mungkin tumbuh dalam semalam di mesin-mesin cuci (Depkes, 2004).
Proses pencucian linen di RSU X tidak sesuai dengan Kepmenkes 1204 tentang persyaratan kesehatan lingkungan dimana petugas masih ada yang menggabung proses pencucian linen yang terkontaminasi dan tidak melakukan penanganan khusus. Hal ini terjadi bisa saja dikarenakan kurangnya fasilitas rumah sakit tidak tersedianya air panas atau desinfeksi untuk proses awal pencucian dan mungkin saja dikarenakan membutuhkan waktu yang lama dalam penangann linen infeksius sedangkan petugas memiliki batas waktu dalam menyelesaikan proses pencucian, yang juga berarti linen yang ada di rumah sakit kurang mencukupi. Seharusnya ada pengawasan terhadap petugas.
5.2.4 Proses Pengeringan Linen Unit Instalasi Laundry Rumah Sakit Umum X Kota Medan
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan 3 (petugas Pencucian) saat observasi pada proses pengeringan linen menyatakan bahwa, “ waktu untuk pengeringan 30 menit itu biasanya selimut tebal, bed cover tapi kalo baju bayi, baju OKA, laken, seprei itu cuma 15 menit”
Hubungan mengapa pada proses pengeringan harus pada suhu 700C dan dalam waktu selama 10 menit agar mikroorganisme yang belum mati atau terkontaminasi ulang diharapkan dapat mati (Depkes, 2004).
Proses pengeringan linen yang dilakukan di Unit laundry RSU X sudah sesuai dengan Kepmenkes 1204 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dikarenakan petugas sudah sesuai dalam pemasangan suhu pengeringan mesin yaitu 70oC. Jika proses pengeringan tidak dilakukan dengan baik atau tidak sesuai dengan suhu yang ditentukan maka linen akan menjadi lembab dan mikroorganisme yang masih ada tidak mati dan memungkinkan akan terjadi kontaminasi. Serta dapat menyebabkan tumbuhnya jamur yang dapat membuat linen cepat rusak.
5.2.5 Proses Penyetrikaan Linen Unit Instalasi Laundry Rumah Sakit Umum X Kota Medan
Proses penyetrikaan pada linen setelah dicuci diharuskan karena pada proses penyetrikaan suhu panas pada mesin setrika membantu mematikan mikroorganisme sehingga dapat meminimalisir kontaminasi selain itu dari dapat menambah estetika linen yang akan digunakan dan menambahn kenyamanan bagi pasien.
penyetrikaan petugas melakukan pelipatan terlebih dahulu agar linen mudah disetrika namun pada tahap pencucian linen yang seharusnya linen di lipat setelah selesai setrika.
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap informan 3 (petugas pencucian linen) saat observasi pada proses penyetrikaan linen menyatakan bahwa, “kalo nyetrika kami mulai jam set 2 setelah istirahat, iya kami lipat dulu biar gampang disetrika jadi nanti bagian luar sama dalam lipatan aja yang
disetrika”
Hasil penelitian Sugianti (2005) menunjukan bahwa proses penyetrikaan linen di RSU Daerah Kabupaten purbalingga masih tidak sempurna karena dalam proses penyetrikaan masih menggunakan setrika pres sehingga seluruh permukaan linen tidak tersetrika.
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika besar dapat di setel sampai dengan suhu sampai dengan 120oC, namun harus diingat bahwa linen mempunyai keterbatasan terhadap suhu sehingga suhu disetel antara 70-80 oC (Depkes, 2004).
5.2.6 Proses Penyimpanan Linen Unit Instalasi Laundry Rumah Sakit Umum X Kota Medan
Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan observasi di ruang penyimpanan linen bersih menunjukkan bahwa pada tahap penyimpanan petugas sudah memisahkan linen sesuai jenisnya dan di tiap lantai terdapat lemari penyimpanan untuk di setiap kamar, hanya saja saat menyimpan linen petugas tidak meletakan linen di bagian bawah sehingga memungkinkan linen dipakai berulang dan pada saat penyimpanan di beberapa lantai terdapat lemari yang tidak tertutup saat linen akan disimpan dan ada beberapalemari yang kondisi pintunya sudah tidak baik dan peneliti juga melihat petugas ketika mengantar linen ke ruang bayi linen di letakan di atas tempat tidur bayi dan tidak langsung dimasukan ke dalam lemari.
Sementara hasil wawancara yang dilakukan kepada informan 3 (petugas pencucian linen) saat observasi pada proses penyimpanan linen menyatakan bahwa bahwa ,“ saya gag pernah meletakkan pada bagian bawah, langsung saja
disimpan gag ada lapor-lapor sama perawat”.
melakukan penyimpanan linen dengan baik sebelum dilakukan distribusi ke bangsal sesuai dengan fungsinya.
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari kontaminasi ulang baik bahaya seperti mikroorganisme dan pest juga untuk mengontrol posisi linen tetap stabil. Sebaiknya posisi linen yang terdapat diruangan penyimpanan 1,5 par dan 1,5 par di ruangan-ruanagan. Ada baiknya lemari penyimpanan dipisahkan menurut masing-masing ruangan dan diberi obat anti ngengat yaitu kapur barus. Sebelum disimpan sebaiknya linen dibungkus dengan plastik transparan, sebelum di distribusikan (Depkes, 2015). Hal ini sejalan dengan Depkes (2004) yang menyatakan bahwa penyimpanan linen harus dipisah sesuai jenisnya, linen baru yang diterima ditempatkan dilemari bagian bawah, pintu lemari selalu di tutup.
Penyimpanan di RS X ini ternyata tidak sesuai dengan Kepmenkes 1204 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dikarenakan petugas kurang memahami tentang tata cara penyimpanan linen yang benar, petugas juga ternyata tidak pernah mendapatkan pelatihan tentang pengelolaan linen. Padahal jika penyimpanan linen tidak dilakukan secara baik maka akan meningkatkan terjadinya infeksi nosokomial pada pasien di rumah sakit.
5.2.7 Proses Distribusi Linen Unit Instalasi Laundry Rumah Sakit Umum X Kota Medan
pencatatan yang dilakukan oleh perawat atau dengan kata lain tidak dilakukan serah terima antara petugas laundry dengan perawat di ruanagan. Linen yang dimiliki oleh RSU X sudah diberi kode sesuai dengan jenis, lantai dan ruangan tempat penyimpanan linen sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan penyimpanan.
Sementara hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap informan 5 (petugas pencucian linen) menyatakan bahwa “Biasanya kalo itu disini disiapkan dulu tahap pertama dikeringkan dulu, kalo diruang lipatan dia dilipat dulu
setelah itu disetrika kalo siap disetrika baru di distribusikan ke lantai setiap
lantai. Iya kalo dicatat perawat pernah, kemarin-kemarin masih dicatat kalo
sekarang sih udah enggak lagi..”
Hasil penelitian Aini (2012) menunjukan bahwa pendistribusian linen di rumah sakit purwodadi tidak berjalan dengan baik karena ruangan dipisahkan oleh badan jalan,
berapa yang disimpan, dengan pencatatan tersebut dapat diketahui berapa kali linen dicuci dan linen mana saja yang mengendap tidak digunakan (Depkes, 2004).
Distribusi di rumah sakit umum x ini dapat dikatakan sesuai dikarenakan petugas sudah melakukan pencatatan hanya saja perawat tidak melakukan pencatatan atau menandatangani ekpedisi yang sudah disiapkan oleh bagian
laundry hal ini dapat terjadi kemungkinan karena ketidak pahaman perawat
ruangan akan pentingnya pencatatan jumlah linen yang diterima atau keluar dan bisa saja karena perawat merasa itu adalah bukan tugas pokok yang harus di lakukan. Jika proses pencatatan tidak dilakukan bisa mengakibatkan perbedaan informasi atau dapat terjadi kehilangan linen.
5.2.8 Proses Pengangkutan Linen Unit Instalasi Laundry Rumah Sakit Umum X Kota Medan
Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan observasi pada tahap pengangkutan linen bersih menunjukkan bahwa, linen yang akan diantar ke ruangan tidak dibungkus plastik, petugas langsung meletakan linen ke dalam troli tanpa ada penutup troli sehingga memungkinkan debu dan mikroorganisme menempel pada linen yang terbuka dan juga kapasitas troli tidak memenuhi banyaknya linen yang diangkut sehingga linen bertumpuk hingga keluar batas.
membersihkan troli bekas pengangkutan dan pada saat penyimpanan linen ke tempat penyimpanan petugas laundry tidak menggunakan sarung tangan pelindung memungkinkan mikroorganisme juga menempel.
Hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap informan 3 (petugas pencucian linen) saat observasi pada proses pengangkutan linen bersih menyatakan bahwa, “iya kami pake troli yang sama, tau sih kalo gaboleh
digabung tapi kak disini gak disediain desinfektannya sedangkan jumlah troli
kurang memadai, ini aja yang besar gak bertutup.”
Hasil penelitian Sugianti (2005) di rumah sakit umum daerah purbalingga menyatakan bahwa, proses pengangkutan linen kotor satu kereta, linen kotor tidak dipisah antara linen infeksius dan non infeksius.
Pada saat pengangkutan linen bersih dan kotor harus dibawa terpisah, kontainer atau kereta yang dipakai membawa linen kotor harus dibersihkan dengan seksama sebelum digunakan untuk membawa linen bersih. Kalau kontainer dan kereta yang berbeda digunakan untuk mengantar linen bersih dan juga linen kotor harus dipasang label. Linen bersih harus dibungkus atau ditutupi selama dibawa untuk mencegah kontaminasi (Tietjen dkk, 2004).
Akibat dari penggunaan troli yang sama bisa memungkinkan adanya infeksi karena salah satu factor yang menimbulkan terjadinya infeksi menurut Depkes RI (2004) adalah penggunaan alat yang terkontaminasi.
linen kotor dan linen bersih yang diangkut tidak dibungkus dengan plastic troli pun tidak menggunakan tutup. Hal ini terjadi dikarenakan tidak tersedia desinfektan di unit laundry, dan troli yang dimiliki unit laundry tidak sesuai dengan syarat troli yang dibutuhkan oleh laundry.
5.3 Pengelolaan Linen Laundry di Rumah Sakit Umum X
Proses pencucian linen di RSU X Medan dimulai dari linen kotor yang berasal dari berbagai unit di rumah sakit dikumpulkan dipisahkan menjadi dua macam linen yaitu linen infeksius dan linen non infeksius (kotor ringan dan berat). Linen yang telah dikumpulkan tadi kemudian diterima petugas penerima linen kotor dan dibawa ke unit laundry. Setelah sampai di unit laundry, linen-linen tersebut kemudian disortir, dihitung berdasarkan jenisnya dan kemudian dilakukan penimbangan. Setelah dilakukan proses penimbangan, linen kemudian masuk dalam tahap pencucian hingga terakhir di distribusikan ke ruangan-ruangan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Jumlah petugas yang bekerja di unit instalasi laundry sebanyak 9 orang hal ini sudah mencukupi besarnya beban kerja pada proses pencucian linen 2. Sarana, prasarana dan peralatan masih dalam kondisi baik, hanya saja perlu ditambahkan jumlah peralatan (mesin cuci, mesin pemeras, mesin pengering, mesin setrika, mesin air panas) agar proses pencucian lebih efektif selain itu perlu menyediakan bahan kimia desinfektan, dan troli pengangkut linen yang sesuai dengan persyaratan, serta memisahkan mesin pencucian untuk linen infeksius dan non infeksius.
3. Pengelolaan linen laundry di instalasi RSU X mulai dari tahap penerimaan, pengeringan, penyetrikaan, distribusi, sudah sesuai dengan syarat kesehatan Lingkungan Rumah Sakit sedangkan pada tahap Pengumpulan, Pencucian, Penyimpanan, tidak sesuai atau tidak memenuhi syarat kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dengan ketentuan Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004
6.2 Saran
Dari penelitian yang dilakukan ada beberapa hal yang dapat disarankan : 1. Pihak rumah sakit khususnya unit instalasi laundry harus menyesuaikan
2. Unit laundry harus memiliki sarana air panas dan desinfektan untuk penunjang proses pencucian, dan juga menyesuaikan jumlah dan fungsi sarana prasarana yang dimilki unit laundry RSU X.
3. Perlu dilakukan pemeriksaan angka kuman pada linen bersih guna menghindari penyebaran mikroorganisme pathogen dan mikroorganisme non pathogen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang menyediakan, pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes RI, 2008)
Menurut American Hospital Association (1974), rumah sakit adalah organisasi tenaga medis profesional yang teroganisasi serta sarana kedokteran yang permanen dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Sementara itu, menurut wolper dan Pena (1987), rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat, dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan (Adisasmito, 2007).
2.1.2 Jenis-jenis Rumah Sakit
Adapun jenis-jenis rumah sakit adalah sebagai berikut (Amalia, 2011): 1. Rumah Sakit Umum
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang melayani hampir seluruh penyakit umum, dan biasanya memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang gawat darurat) untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya dan memberikan pertolongan pertama. Rumah Sakit Umum ini biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di suatu negara dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan fasilitas lainnya. Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi sesuai kemampuan penyelenggaraanya.
Menurut SK Menkes RI Nomor 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, fungsi Rumah Sakit Umum adalah sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan pelayanan medik
b. Menyelenggarakan pelayan penunjang medis dan non medis c. Menyelenggarakan pelayanan asuhan keperawatan
2. Rumah Sakit Terspesialisasi
Rumah sakit jenis ini mencangkup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula, atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti psychiatric (pyschiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-lain. Rumah sakit terspesialisasi ini bisa berdiri atas gabungan ataupun hanya satu bangunan. Kebanyakan mempunyai afiliasi dengan universitas atau pusat riset medis tertentu.
3. Rumah Sakit Penelitian/ Pendidikan
Rumah sakit penelitian/ pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu universitas/ lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik pengobatan baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas/ perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian masyarakat/ Tri Dharma perguruan tinggi.
4. Rumah Sakit Lembaga/ Perusahaan
juga menerima pasien umum dan menyediakan ruang gawat darurat untuk masyarakat umum.
2.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yaitu kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, dan memulihkan kesehatan. Untuk menjalankan tugas sebagaimana Rumah Sakit mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkata kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis yaitu upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik. Pelayan kesehatan paripurna tingkat ketiga adalah upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
2.1.4 Tipe-tipe Rumah Sakit
Dari fungsi dan tugas rumah sakit yang telah disebutkan diatas, terjadilah penggolongan tipe rumah sakit berdasarkan kemampuan rumah sakit tersebut memberikan pelayanan medis kepada pasien. Ada 5 tipe rumah sakit di Indonesia, yaitu rumah sakit tipe A, B, C, D, E.
1. Rumah Sakit Tipe A
Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah ditetapkan sebagai rujukan tertinggi (Top Referral Hospital) atau disebut pula sebagai rumah sakit pusat.
2. Rumah Sakit Tipe B
Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota propinsi yang menampung pelayanan rujukan di rumah sakit kabupaten. 3. Rumah Sakit Tipe C
Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota kabupaten (Regency Hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas. 4. Rumah Sakit Tipe D