• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Eksitasi Satu Phasa Terbuka Terhadap Tegangan Yang Dihasilkan Generator Induksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Eksitasi Satu Phasa Terbuka Terhadap Tegangan Yang Dihasilkan Generator Induksi"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI GENERATOR INDUKSI PADA PEMBANGKIT

LISTRIK TENAGA GELOMBANG LAUT

Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (Generator Induksi)

Mesin induksi dapat dioperasikan sebagai motor maupun sebagai generator. Namun,

sedikit sekali masalah generator induksi ditulis sebagai subjek. Alasannya adalah

karena generator induksi tidak mampu mengendalikan tegangan dan frekuensi pada

kondisi berbeban dan kecepatan perputaran yang berubah. Sehingga dari salah satu

penyebabnya tersebut, generator sinkron selalu digunakan dalam unit – unit

pembangkit tenaga listrik.

Namun, akhir – akhir ini karena cadangan sumber energi yang tidak terbarukan

seperti minyak, gas bumi, batubara dan lain – lain dirasakan semakin menipis,maka

pengembangan generator induksi penguatan sendiri yang digerakkan oleh energi

angin, pembangkit mikrohidro, biogas dan lain – lain mulai menjadi semakin

mendapat perhatian yang nyata. keuntungan lain dari mesin ini adalah kontruksinya

yang kokoh, biaya pemeliharaan yang rendah dan tidak membutuhkan penguatan DC.

dalam hal ini penulis menjelaskan implementasi generator induksi pada Pembangkit

Listrik Tenaga Gelombang Laut, PLTGL merupakan salah satu pembangkit Energi

terbarukan, penulis melihat bahwa potensi gelombang laut di Indonesia sangat

menjanjikan, dengan begitu jika pembangkit listrik tenaga gelombang laut di

realisasikan secara tidak langsung Generator induksi juga akan di gunakan sebagai

mesin konversi energi tersebut.

(2)

Prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut

Pertama-tama aliran gelombang laut yang mempunyai energi kinetik masuk kedalam

mesin konversi energi gelombang. Kemudian dari mesin konversi aliran gelombang

yang mempunyai energi kinetik ini dialirkan menuju turbin. Di dalam turbin ini,

energi kinetik yang dihasilkan gelombang digunakan untuk memutar rotor. Kemudian

dari perputaran rotor inilah energi mekanik yang kemudian disalurkan menuju

generator. Di dalam generator, energi mekanik ini dirubah menjadi energi listrik

(daya listrik). Dari generator ini, daya listrik yang dihasilkan dialirkan lagi menuju

sistem tranmisi (beban).

PLTGL-OWC (Oscilatting Water Column)

OWC merupakan salah satu sistem dan peralatan yang dapat mengubah energi

gelombang laut menjadi energi listrik dengan menggunakan kolom osilasi. Alat OWC

ini akan menangkap energi gelombang yang mengenai lubang pintu OWC, sehingga

terjadi fluktuasi atau osilasi gerakan air dalam ruang OWC, kemudian tekanan udara

ini akan menggerakkan baling-baling turbin yang dihubungkan dengan generator

listrik sehingga menghasilkan listrik.

Pada teknologi OWC ini, digunakan tekanan udara dari ruangan kedap air untuk

menggerakkan whells turbine yang nantinya pergerakan turbin ini digunakan untuk

menghasilkan energi listrik. Ruangan kedap air ini dipasang tetap dengan struktur

bawah terbuka ke laut. Tekanan udara pada ruangan kedap air ini disebabkan oleh

(3)

Gambar 1. Proses terbentuknya aliran udara yang dihasilkan oleh gelombang laut

Gerakan gelombang di dalam ruangan ini merupakan gerakan compresses dan

gerakan decompresses yang ada di atas tingkat air di dalam ruangan. Gerakan ini

mengakibatkan, dihasilkannya sebuah alternating streaming kecepatan tinggi dari

udara. Aliran udara ini didorong melalui pipa ke turbin generator yang digunakan

untuk menghasilkan listrik. Sistem OWC ini dapat ditempatkan permanen di pinggir

pantai atau bisa juga ditempatkan di tengah laut. Pada sistem yang ditempatkan di

tengah laut, tenaga listrik yang dihasilkan dialirkan menuju transmisi yang ada di

daratan menggunakan kabel.

Gambar 2 . Turbin dan generator Gambar 3. Tampak keseluruhan

PLTG-OWC

Generator pada Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL)

Jenis generator yang digunakan pada PLTGL ialah jenis Generator Asinkron

(generator tak-serempak) yang merupakan motor induksi yang dirubah menjadi

generator, generator ini dipilih karena PLTGL sebagai energi alternatif tidak banyak

membutuhkan perawatan seperti halnya generator sinkron, lebih kuat, handal, harga

lebih murah dan tidak membutuhkan bahan bakar pada saat diaplikasikan di

lapangan, tapi cukup bergantung pada sumber energi terbarukan seperti air, angin,

dan lain – lain sebagai prime over (penggerak mula). Tegangan dan arus listrik yang

dihasilkan ini disalurkan melalui kabel jaringan listrik untuk akhirnya digunakan oleh

masyarakat. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator ini berupa AC

(4)

Gambar 4. Turbin dan Generator Asinkron

Blok Diagram Generator Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut

Data fakta Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut dunia dan di Indonesia

Pemerintah Jerman merancang pilot project pembangkit listrik tenaga gelombang.

Pembangkit listrik tenaga gelombang laut (PLTGL) yang telah berjalan adalah

PLTGL Limpet dikelola oleh Wavegen, anak perusahaan Vorth Siemen yang berbasis

di Inggris. PLTGL Limpet mampu memproduksi listrik 500 kwh. Pembangkit

tersebut menggunakan teknologi Oscillating Water Column (OWC) yang mengubah

energi gelombang menjadi udara pendorong untuk menggerakan turbin. Sementara

itu, PLTGL yang di Jerman akan memiliki kapasitas 250 kWh. Dengan kapasitas

tersebut, PLTGL tersebut dapat mengaliri listrik ke 120 rumah. Pemerintah Jerman

berharap pembangunan PLTG tersebut tidak mengganggu lingkungan sekitar pantai.

(5)

pembanguan PLTGL tidak merusak keindahan alam daerah sepanjang pantai.

Pembangkit listrik gelombang laut komersial juga dikembangkan di ‘Negeri

Kanguru’. Pusat PLTGL itu terletak di lepas pantai Australia. Pembangkit dengan

terobosan teknologi yang masih langka itu telah memasok kebutuhan listrik sekitar

500 rumah yang berada di daerah Selatan Sydney, Australia. Listrik baru bisa

dihasilkan PLTGL jika gelombang laut datang menerpa corong yang menghadap ke

lautan. Gerakan tersebut mengalirkan udara melalui dan masuk menggerakan turbin.

Dari putaran turbin tersebut, sebanyak 500 kWh daya listrik dihasilkan setiap hari dan

langsung disalurkan ke rumah-rumah . Pusat PLTGL yang di Australia merupakan

proyek percontohan. Pemerintah Australia berencana membangun PLTGL yang lebih

besar dan menghasilkan listrik lebih kuat di pantai selatan Australia. Dengan

pembangunan PLTGL, para ahli teknologi PLGL Australia pun mendapat kebanjiran

order untuk membangunan PLTGL di beberapa negara. Hawai, Spanyol, Afrika

Selatan, Cile, Meksiko, dan Amerika Serikat juga tertarik.

Gambar 5. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang-OWC di Skotlandia

Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Norwegia. Sehingga Energi

gelombang laut di pantai tersebut digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik,

seperti saat ini telah didirikan sebuah Pembangkit Listrik Bertenaga Ombak (PLTO)

di Yogyakarta, yaitu model Oscillating Water Column. Tujuan didirikannya PLTO ini

adalah untuk memberikan model sumber energi alternatif yang ketersediaan

(6)

merupakan daerah di Indonesia yang memiliki potensi gelombang laut terbesar

dibanding daerah lainnya. Pantai Selatan di daerah Yogyakarta memiliki potensi

gelombang 19 kw/panjang gelombang. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut

di daerah Yogyakarta dikembangkan oleh BPPT khususnya BPDP (Balai Pengkajian

Dinamika Pantai). Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut ini menggunakan

metode OWC (Ocillating Water Column). BPDP – BPPT pada tahun 2004 telah

berhasil membangun prototype OWC pertama di Indonesia. Prototype itu dibangun di

pantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul. Prototype OWC yang dibangun adalah

OWC dengan dinding tegak. Luas bersih chamber 3m x 3m. Tinggi sampai pangkal

dinding miring 4 meter, tinggi dinding miring 2 meter sampai ke ducting, tinggi

ducting 2 meter. Prototype OWC 2004 ini setelah di uji coba operasional memiliki

efisiensi 11%. Pada tahun 2006 ini pihak BPDP – BPPT kembali membangun OWC

dengan sistem Limpet di pantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul . OWC Limpet

dibangun berdampingan dengan OWC 2004 tetapi dengan model yang berbeda.

Dengan harapan besar energi gelombang yang bisa dimanfaatkan dan efisiensi dari

OWC Limpet ini akan lebih besar dari pada OWC sebelumnya.

(7)

JADWAL KEGIATAN TUGAS AKHIR DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

TAHUN AJARAN 2015/2016

NO 1 2 3

Hari/Tanggal 23 Maret 2016 01 April 2016 14 Mei 2016

Kegiatan Pengumpulan Proposal Tugas Akhir (batas

akhir)

Seminar Proposal Tugas Akhir Pengambilan data di Lab. Konversi Energi Listrik

Keterangan

Pengumpulan di Departemen Teknik Elektro sesuai dengan format Proposal tugas Akhir yang telah ditentukan

Setelah diumumkan jadwal seminar, dilaksanakan seminar dengan dosen pembimbing dan penguji yang telah ditunjuk oleh departemen

Dilakukan setelah proposal disetujui

NO 4 5 6

Hari/Tanggal April 2015- Juni 2016 Juni 2015 Juni 2015

Kegiatan Masa Bimbingan Tugas Akhir Pengambilan dan Pengembalian

Form Seminar Tugas Akhir

Pengumpulan draft akhir Laporan TA

Keterangan

Bimbingan Tugas Akhir dimulai diskusi dengan Dosen Pembimbing dan mencari referensi lain dari sumber yang lainnya.

Pengambilan dan pengembalian form seminar hasil di

Departemen

1. Laporan siap untuk diseminarkan

(8)

JADWAL KEGIATAN TUGAS AKHIR DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

TAHUN AJARAN 2015/2016

NO 7 8 9

Hari/Tanggal Juli 2016 Juli 2016 – Agustus 2016 Agustus

Kegiatan Masa Seminar Hasil TA Revisi Tugas Akhir Sidang Tugas Akhir

Keterangan

Tugas Akhir akan diseminarkan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan

Koreksi dan perbaikan Tugas Akhir setelah dilakukannya seminar hasil untuk kemudian dilanjutkan ke Sidang Tugas Akhir

NO 10 11 12

Hari/Tanggal Agustus 2016- September 2016 September 2016 November 2016

Kegiatan Revisi Tugas Akhir (selesai sidang) Jurnal Ilmiah Wisuda

Keterangan

(9)
(10)
(11)
(12)

DATA PERCOBAAN

Tabel tegangan antar phasa dan tegangan per phasa kapasitor 20 mF

Kecepatan

(13)

400 0,072 0,073 0,073 0,072 0,073 0,073

Tabel tegangan antar phasa dan tegangan per phasa kapasitor 40 mF

(14)

Tabel tegangan antar phasa dan tegangan per phasa kapasitor 40 mF eksitasi satu phasa terbuka

Kecepatan

Putaran

(rpm)

Vout

(Volt)

R-S R-T S-T R-N S-N T-N

0 - - - -

200 0,09 0,091 0,09 0,09 0,09 0,089

400 0,093 0,093 0,093 0,092 0,093 0,092

600 0,096 0,095 0,096 0,097 0,096 0,095

800 0,098 0,099 0,098 0,099 0,098 0,098

1000 0,12 0,11 0,11 0,11 0,1 0,1

1200 0,12 0,12 0,12 0,13 0,13 0,12

(15)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Zuhal, “Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya”, Penerbit ITB,

Bandung, 1988

[2]NEMA Standard Publications No. MGI-1993. Motors and Generators,

Published by National Electrical Manufactures Ascociation. Washington

(1993), Part 21 PP. 9-10 and Part 30 PP. 1-2

[3] IEEE Guides: Test Procedures for Synchronus Machines, IEEE Std 115-1995

(R2002)

[4] Theraja, B.L. & Theraja, A.K., “A Text Book of Electrical Technology”, New

Delhi, S.Chand and Company Ltd., 2001.

[5] Chapman Stephen J, “Electric Machinery Fundamentals”,Third Edition Mc

Graw Hill Companies, New York, 1999.

[6] Wijaya Mochtar,”Dasar-dasar Mesin Listrik”, Penerbit Djambatan, Jakarta ,

2001

[7] Lanang Sang, “Analisa Pengaruh Beban Induktif dan Resistif pada Generator

Induksi pada Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (pltgl)” Institut

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilakukan dilaboratorium konversi energi listrik.

Penelitian akan dilaksanakan setelah proposal diseminarkan dan disetujui. Lama

penelitian direncanakan selama 2 (dua) bulan.

3.2 Bahan & Peralatan

Bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah :

1. Motor induksi tiga phasa

Tipe : rotor belitan

(17)

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Pertama kali yang akan dilaksanakan dalam penelitian adalah pengambilan

data dengan melakukan pengukuran langsung di Laboratorium Konversi Energi

Listrik, lalu menganalisa data dari hasil pengukuran.

3.4 Variabel yang diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini hanyalah tegangan yang

dihasilkan oleh generator induksi.

3.5 Prosedur Penelitian

(18)

BAB IV

PENGUJIAN DAN HASIL PENGUKURAN

4.1

Umum

Untuk melihat pengaruh eksitasi satu phasa terbuka terhadap tegangan

yang dihasilkan generator induksi, dilakukan dua pengujian beban nol generator

induksi penguatan sendiri (MISG). Dimana untuk salah satu pengujian dilepaskan

salah satu hubunagn kapasitor eksitasi generator induksi. Dengan membandingkan

kedua hasil pengujian tersebut dapat dilihat pengaruh eksitasi satu phasa terbuka

terhadap tegangan yang dihasilkan generator induksi penguatan sendiri (MISG).

Tetapi sebelum itu diperlukan parameter motor yang digunakan sebagai

generator induksi. Parameter yang diperlukan adalah kapasitor eksitasi yang

diperlukan generator induksi tersebut. Parameter tersebut digunakan untuk

mencocokkan kapasitor eksitasi sebagai sumber eksitasi generator induksi

tersebut. Parameter tersebut diperoleh dengan mengukur arus magnetisasi motor

tersebut dalam keadaan beban nol.

4.2 Penentuan Nilai Kapasitor

Apabila kapasitor yang dirangkai pada generator induksi penguatan

sendiri adalah hubungan delta ( ∆ ), maka :

Pout = 2,2 Kw Cos θ = 0,67

Daya yang dibutuhkan mesin ketika beroperasi sebagai motor :

(19)

= 1,73 x 380 x 6,2

Daya reaktif yang diserap :

= 3,02 kvar

Ketika mesin beroperasi sebagai generator induksi, kapasitor harus

mensuplai paling sedikit 3,02 : 3 = 1 kvar per phasa. Tegangan per phasa adalah

380 V karena kapasitor terhubung delta. Dengan begitu, arus kapasitif per phasa

ialah

IC

=

2,33 A

Reaktansi kapasitif per phasa adalah

X

=

163,09 Ω

Kapasitansi per phasa paling sedikit seharusnya

C

(20)

19,5 µF

Nilai kapasitor yang dipasang sangat menentukan terbangkitnya tegangan

atau tidak. Untuk terbangkitnya tegangan generator induksi, nilai kapasitor yang

dipasang harus lebih besar dari nilai kapasitor minimum yang diperlukan untuk

proses eksitasi. Jika kapasitor yang dipasang lebih kecil dari kapasitor minimum

yang diperlukan, maka proses pembangkitan tegangan tidak akan berhasil. Jadi

kapasitor per - phasa terhubung ∆ yang dibutuhkan generator untuk dapat

membangkitkan ggl adalah sebesar 20 µF. Untuk kapasitor yang terhubung secara

Y, kapasitor per - phasa yang dibutuhkan tiga kali kapasitor yang terhubung

secara ∆, yaitu 60 µF.

4.3 Percobaan Beban Nol Generator Induksi Penguatan sendiri

A. Rangkaian Percobaan Eksitasi Terhubung Tiga Phasa

(21)

B. Rangkaian Percobaan Beban Nol Eksitasi Satu Phasa Terbuka

Gambar 4.2 Rangkaian percobaan beban nol generator induksi penguatan sendiri

dengan eksitasi satu phasa terbuka

C. Prosedur Percobaan

1. Motor induksi dikopel dengan motor DC. Setelah itu rangkaian percobaan

disusun seperti gambar 4.2.

2. Seluruh switch dalam keadaan terbuka dan pengatur tegangan dalam posisi

minimum.

3. Switch 1 ditutup dan atur PTAC1 sampai dengan tegangan 380 Volt.

4. PTDC2 diatur sehingga amperemeter A3 mencapai harga arus penguat

nominal.

Switch 2 ditutup, kemudian PTDC1 dinaikkan secara bersamaan hingga putaran

(22)

5. Switch 3 ditutup. Sehingga kapasitor mencharge dengan sendirinya.

6. Pengatur PTAC diturunkan dan switch 1 dilepas, sehingga yang menyuplai

daya ke motor induksi adalah kapasitor.

7. Kecepatan motor DC dinaikkan hingga 1400 rpm dengan kelipatan

kenaikan 200 rpm, ukur tegangan yang dihasilkan.

8. Ukur tegangan yang dihasilkan generator induksi

9. PTDC1 diturunkan hingga posisi minimum dan lepas switch 2.

10. Untuk percobaan eksitasi satu phasa terbuka, lepaskan satu hubungan

kapasitor eksitasi

11. Lakukan percobaan 2-10

12. Percobaan selesai.

C. Data Hasil Percobaan

Kapasitor yang digunakan = 20 dan 40 mF

1. Tegangan antar phasa dan tegangan per phasa

Tabel 4.1 Tegangan antar phasa dan tegangan per phasa yang dihasilkan

generator induksi dengan kapasitor eksitasi 20 mF

(23)

400 0,079 0,08 0,08 0,078 0,078 0,078

Table 4.2 Tegangan antar phasa dan tegangan per phasa yang dihasilkan

generator induksi dengan kapasitor eksitasi 20 mF dan satu phasa eksitasi

(24)

1. Tegangan antar phasa dan tegangan per phasa

Table 4.3 Tegangan antar phasa dan tegangan per phasa yang dihasilkan

generator induksi dengan kapasitor eksitasi 40 mF

Kecepatan

Table 4.4 Tegangan antar phasa dan tegangan per phasa yang dihasilkan

generator induksi dengan kapasitor eksitasi 40 mF dan eksitasi terbuka

(25)

400 0,093 0,093 0,093 0,092 0,093 0,092

600 0,096 0,095 0,096 0,097 0,096 0,095

800 0,098 0,099 0,098 0,099 0,098 0,098

1000 0,12 0,11 0,11 0,11 0,1 0,1

1200 0,12 0,12 0,12 0,13 0,13 0,12

1400 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13

D. Kurva Hasil Percobaan Beban Nol Generator Induksi Penguatan Sendiri

Dengan Kapasitor Eksitasi 20 mF

1. Kurva tegangan antar phasa, kecepatan putaran vs tegangan keluaran (eksitasi

terhubung tiga phasa)

(26)

2. Kurva tegangan antar phasa kecepatan putaran vs tegangan keluaran (eksitasi

terbuka satu phasa)

Gambar 4.4 kurva kecepatan putaran vs vout (satu phasa eksitasi terbuka)

3. Kurva tegangan per phasa, kecepatan putaran vs tegangan keluaran (eksitasi

terhubung tiga phasa)

(27)

4. Kurva tegangan per phasa, kecepatan putaran vs tegangan keluaran (eksitasi

terbuka satu phasa)

Gambar 4.6 kurva tegangan per phasa kecepatan putaran vs vout

E. Kurva Hasil Percobaan Beban Nol Generator Induksi Penguatan Sendiri

Dengan Kapasitor Eksitasi 40 mF

1. Kurva tegangan antar phasa, kecepatan putaran vs tegangan keluaran (eksitasi

terhubung tiga phasa)

(28)

2. Kurva tegangan antar phasa, kecepatan putaran vs tegangan keluaran (eksitasi

terbuka satu phasa)

Gambar 4.8 kurva kecepatan putaran vs Vout

3. Kurva tegangan per phasa, kecepatan putaran vs tegangan keluaran (eksitasi

terhubung tiga phasa)

(29)

4. Kurva tegangan per phasa, kecepatan putaran vs tegangan keluaran (eksitasi

terbuka satu phasa)

Gambar 4.10 Kurva tegangan perphasa kecepatan putaran vs Vout

4.4 Analisis Hasil Pengujian

4.4.1 Perbandingan Tegangan Percobaan Beban Nol Generator Induksi

Dengan Kapasitor Eksitasi 20mF Terhadap Tegangan Percobaan

Beban Nol Gnerator Induksi Dengan Kapasitor Eksitasi 20mF dan

Eksitasi Satu Phasa Terbuka

= Tegangan phasa percobaan beban nol generator induksi

= Tegangan phasa percobaan beban nol generator induksi dengan eksitasi

(30)

• Pada putaran 200 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 6,66 %

- Phasa R-T = x 100 % = 6,57 %

- Phasa S-T = x 100 % = 7,89 %

• Pada putaran 400 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 8,86 %

- Phasa R-T = x 100 % = 8,75 %

- Phasa S-T = x 100 % = 8,75 %

• Pada putaran 600 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 11,9 %

- Phasa R-T = x 100 % = 10,84 %

- Phasa S-T = x 100 % = 10,71 %

• Pada putaran 800 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 11,76 %

(31)

- Phasa S-T = x 100 % = 10,58 %

• Pada putaran 1000 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 11,62 %

- Phasa R-T = x 100 % = 11,50 %

- Phasa S-T = x 100 % = 10,46 %

• Pada putaran 1200 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 11,36 %

- Phasa R-T = x 100 % = 11,23 %

- Phasa S-T = x 100 % = 11,23 %

• Pada putaran 1400 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 12,22 %

- Phasa R-T = x 100 % = 11,11 %

(32)

4.4.2 Perbandingan Tegangan Percobaan Beban Nol Generator Induksi

Dengan Kapasitor Eksitasi 40mF Terhadap Tegangan Percobaan

Beban Nol Generator Induksi Dengan Kapasitor Eksitasi 40mF dan

Eksitasi Satu Phasa Terbuka

= Tegangan phasa percobaan beban nol generator induksi

= Tegangan phasa percobaan beban nol generator

induksi dengan eksitasi satu phasa terbuka

• Pada putaran 200 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 10 %

- Phasa R-T = x 100 % = 9 %

- Phasa S-T = x 100 % = 10 %

• Pada putaran 400 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 22,5 %

- Phasa R-T = x 100 % = 22,5 %

(33)

• Pada putaran 600 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 31,42 %

- Phasa R-T = x 100 % = 26,92 %

- Phasa S-T = x 100 % = 26,15 %

• Pada putaran 800 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 34,66 %

- Phasa R-T = x 100 % = 34 %

- Phasa S-T = x 100 % = 34,66 %

• Pada putaran 1000 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 36,84 %

- Phasa R-T = x 100 % = 38,88 %

- Phasa S-T = x 100 % = 38,88 %

• Pada putaran 1200 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 40 %

- Phasa R-T = x 100 % = 42,8 %

(34)

• Pada putaran 1400 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 43,47 %

- Phasa R-T = x 100 % = 43,47 %

(35)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tegangan generator induksi

dengan eksitasi satu phasa terbuka lebih kecil dibandingkan dengan

tegangan yang dihasilkan generator induksi dengan eksitasi terhubung 3

phasa. Dimana pada kecepatan putaran yang sama (200) rpm, perbedaan

tegangan keluarannya sekitar 7 % untuk kapasitor eksitasi 20 mF dan 10 %

untuk kapasitor eksitasi 40 mF

2. Dalam percobaan generator induksi eksitasi terbuka satu phasa, semakin

besar kapasitor eksitasi yang digunakan semakin besar juga tegangan

keluaran yang dihasilkan. Untuk kapasitor 20 mF pada kecepatan putaran

200 rpm tegangan yang dihasilkan adalah 0,07 V, sedangkan kapasitor

ksitasi 40 mF adalah 0,09 V.

3. Pada percobaan generator induksi dimana Motor Induksi Sebagai

Generator (MISG) didapatkan juga kesimpulan. Dimana dengan

bertambahnya kecepatan putaran rotor akan meningkatkan tegangan

(36)

5.2 Saran

1. Dalam penelitian selanjutnya disarankan untuk menganalisis pengaruh

eksitasi terbuka satu phasa terhadap karakteristik generator induksi dan

dengan menggunakan kapasitor eksitasi yang lebih besar lagi

2. Dalam penelitian lainnya dapat digunakan jenis motor induksi jenis rotor

(37)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Mesin induksi ialah mesin yang bekerja berdasarkan perbedaan kecepatan

putar antara stator dan rotor. Apabila kecepatan putar stator sama dengan

kecepatan putar rotor ( ) maka tidak ada tegangan yang terinduksi baik ke

stator maupun ke rotor. Apabila kecepatan putar stator lebih besar daripada

kecepatan rotor ( ) maka tegangan akan terinduksi ke rotor sehingga mesin

induksi beroperasi sebagai motor listrik. Apabila kecepatan putar rotor lebih besar

daripada kecepatan putar rotor ( ) maka tegangan akan terinduksi ke stator

sehingga mesin induksi akan beroperasi sebagai generator listrik. Perbedaan

kecepatan putar antara stator dan rotor dinamakan slip (S). Slip dinyatakan

dengan:

S= ( (2.1)

2.2 Konstruksi Generator Induksi

Secara umum konstruksi mesin induksi baik generator maupun motor

sama. Generator induksi terdiri dari tiga bagian utama yaitu stator, rotor dan celah

udara. Konstruksi dari mesin induksi diperlihatkan secara jelas pada gambar 2.1

dibawah ini baik itu dalam konstruksi sebenarnya maupun konstruksi

(38)

Gambar 2.1 Konstruksi mesin induksi

2.2.1 Stator

Gambar 2.2 konstruksi stator generator induksi

Stator adalah bagian terluar dari mesin yang merupakan gulungan kawat

yang disusun sedemikian rupa dan ditempatkan pada alur-alur inti besi. Bagian

stator dipisahkan dengan bagian rotor oleh celah udara yang sempit (air

gap). Bagian stator terdiri atas tumpukan laminasi inti yang memiliki alur yang

menjadi tempat belitan dililitkan yang berbentuk silinder. Alur pada

tumpukan laminasi inti diisolasi dengan kertas, tiap elemen laminasi inti

dibentuk dari lembaran besi. Tiap lembaran besi tersebut memiliki beberapa

(39)

yang digunakan terbuat dari tembaga yang dilapisi dengan isolasi tipis.

Kemudian tumpukan inti dan belitan stator diletakkan dalam cangkang silinder.

Konstruksi stator terdiri dari beberapa bagian yaitu:

1. Rumah stator (rangka stator)

2. Inti stator

3. Alur, dimana alur ini merupakan tempat meletakkan belitan (kumparan

stator).

4. Belitan (kumparan) stator.

Rangka stator mesin induksi ini didesain dengan baik dengan empat tujuan

yaitu:

1. Menutupi inti dan kumparannya.

2. Melindungi bagian-bagian mesin yang bergerak dari kontak langsung

dengan manusia dan dari goresan yang disebabkan oleh gangguan objek

atau gangguan udara terbuka (cuaca luar).

3. Menyalurkan torsi ke bagian peralatan pendukung mesin dan oleh karena

itu stator didesain untuk tahan terhadap gaya putar dan goncangan.

4. Berguna sebagai sarana rumahan ventilasi udara sehingga pendinginan

lebih efektif.

2.2.2 Rotor

Rotor adalah bagian dari mesin yang berputar dan letaknya pada bagian

dalam. Pada mesin induksi terdapat dua tipe rotor yang berbeda yaitu rotor

sangkar tupai dan rotor belitan. Kedua tipe rotor ini menggunakan laminasi

(40)

konstruksi yang sederhana. Batang rotor dan cincin ujung sangkar tupai yang

kecil merupakan coran tembaga atau aluminium dalam satu lempeng pada inti

rotor. Pada motor yang lebih besar, batang rotor dibenamkan dalam alur rotor dan

kemudian di las dengan kuat ke cincin ujung. Apabila dilihat tanpa inti rotor,

maka batang rotor ini kelihatan seperti kandang tupai.oleh karena itu motor

induksi dengan rotor sangkar tupai dinamakan motor induksi sangkar tupai.

Gambar 2.3 konstruksi rotor mesin induksi (a) rotor sangkar

(41)

2.3 Karakteristik Mesin Induksi

Mesin induksi memiliki karakteristik sebagai berikut

Gambar 2.4 grafik kurva karakteristik mesin induksi

Dari Gambar 2.4 dapat dijelaskan karakteristik dari mesin induksi. Mesin

induksi beroperasi sebagai motor atau generator dapat dilihat dari kecepatan

rotornya terhadap kecepatan sinkronnya. Kecepatan sinkron ialah kecepatan

medan putar yang terjadi pada statornya. Apabila kecepatan mesin induksi lebih

kecil dari kecepatan sinkronnya maka mesin induksi akan beroperasi sebagai

motor listrik. Pada keadaan ini maka mesin induksi akan mempunyai nilai torsi

yang positif sebanding dengan kecepatan motor induksi. Motor induksi dapat

berputar sampai kecepatan maksimum mendekati kecepatan sinkronnya dengan

nilai torsi yang dihasilkan semakin besar pula. Namun apabila pada kecepatan

maksimum mendapatkan bantuan putaran eksternal berupa prime mover sehingga

kecepatannya melebihi kecepatan sinkronnya, pada saat itu generator induksi akan

(42)

besar pula daya yang dihasilkan. Torsi maksimum yang dapat diberikan pada

generator induksi dinamakan torka pushover. Apabila torsi yang diberikan lebih

besar dari torka pushover maka generator induksi akan mengalami overspeed.

2.4 Prinsip Kerja Generator Induksi Penguatan Sendiri

Prinsip kerja generator induksi adalah kebalikan daripada saat mesin induksi

bekerja sebagai motor. Dimana ketika mesin berfungsi sebagai motor, kumparan

stator diberi tegangan tiga fasa sehingga akan timbul medan putar dengan

kecepatan sinkron (n

s). Namun jika motor berfungsi sebagai generator, pada rotor

motor diputar oleh sumber penggerak dengan kecepatan lebih besar daripada

kecepatan sinkronnya. Bila suatu konduktor yang berputar didalam medan magnet

(kumparan stator) akan membangkitkan tegangan sebesar

e = B.l.v

Dimana : e = tegangan induksi yang dihasilkan (volt)

B = fluks magnetik (weber)

l = panjang konduktor yang dilewati medan magnet (m)

v = kecepatan medan magnet melewati konduktor (m/s)

dan bila dihubungkan ke beban akan mengalirkan arus. Arus pada rotor ini akan

berinteraksi dengan medan magnet pada kumparan stator sehingga timbul arus

pada kumparan stator sebagai reaksi atas gaya mekanik yang diberikan.

Generator induksi berpenguatan sendiri menggunakan kapasitor bank

sebagai penyuplai daya reaktif yang dibutuhkan generator untuk membangkitkan

tegangan. Seperti yang terlihat pada gambar 2.5, generator induksi menggunakan

kapasitor bank menyuplai daya reaktif yang dibutuhkan

(43)

Gambar 2.5 Prinsip kerja generator induksi

Kapasitansi dari kapasitor harus sesuai dengan daya reaktif yang

dibutuhkan. Besarnya daya reaktif yang dibutuhkan generator dapat ditinjau dari

besar arus magnetisasi ( ) untuk proses eksitasi. Arus magnetisasi ( ) yang

dibutuhkan dapat dicari dengan mengoperasi mesin induksi sebagai motor induksi

pada keadaan tanpa beban dan mengukur tegangan statornya sebagai fungsi

tegangan terminal generator. Penentuan nilai kapasitansi minimum yang

dibutuhkan generator akan dijelaskan pada bab berikutnya. Kurva magnetisasi

mesin induksi ditunjukkan pada gambar 2.6. Kurva magnetisasinya ini

menrupakan plot tegangan terminal generator induksi sebagai fungsi arus

magnetisasi. Untuk mencapai level tegangan yang diinginkan, maka kapasitor

sebagai penyuplai daya reaktifnya harus dapat menyuplai arus magnetisasi yang

(44)

Gambar 2.6 Kurva magnetisasi mesin induksi

Gambar 2.7 Kurva tegangan vs arus pada kapasitor bank

Arus reaktif yang dihasilkan oleh sebuah kapasitor berbanding lurus

dengan tegangan yang diberikan padanya, Untuk itu semua kemungkinan

kombinasi tegangan dan arus yang melalui kapasitor berupa garis lurus. Jadi kurva

tegangan vs arus dari sebuah kapasitor dapat digambarkan seperti pada Gambar

2.7. Semakin besar kapasitansinya, maka semakin besar pula arus kapasitifnya ( )

pada tegangan yang sama. Arus ini mendahului tegangan fasa (leading) sebesar

(45)

Gambar 2.8 Kurva tegangan terminal generator induksi berpenguatan sendiri

Jika sekelompok kapasitor tiga fasa dihubungkan kepada terminal

generator induksi, tegangan tanpa beban generator induksi adalah perpotongan

kurva magnetisasi generator dengan garis beban kapasitor. Jadi, tegangan keluaran

dari generator induksi dengan penguatan sendiri berupa kapasitor bank tiga fasa

untuk tiga kelompok kapasitor dengan besar yang berbeda-beda diperlihatkan

pada Gambar 2.8. Tegangan terminal tanpa beban generator induksi

berpenguatan sendiri dapat diperoleh dengan memplot bersama-sama kurva

magnetisasi sebagai fungsi tegangan terminal generator (Gambar 2.6) dan kurva

tegangan-arus kapasitor (Gambar 2.7). Perpotongan kedua kurva adalah titik

dimana daya reaktif yang dibutuhkan oleh genarator induksi. Dan titik ini juga

merupakan besar tegangan yang dibangkitkan oleh generator dalam keadaan tanpa

(46)

Gambar 2.9 Proses pembangkitan tegangan

Proses pembangkitan tegangan dapat dilihat pada Gambar 2.9. Ketika

generator induksi pertama kali diputar, magnet sisa pada kumparan medan yang

ada pada rotor akan membentuk ggl induksi awal ( ) pada belitan stator.

Timbulnya ( ) ini memicu kapasitor untuk mengalirkan arus reaktif

kapasitif sebesar . Arus ini merupakan arus magnetisasi yang

menghasilkan fluksi celah udara. Fluksi ini kemudian menambah jumlah

fluksi yang sudah ada, sehingga kemudian menghasilkan ggl induksi di stator

yang lebih besar lagi yaitu sebesar . Tegangan induksi ini akan memicu

kembali kapasitor mengalirkan arus kapasitif yang semakin besar pula yaitu

sebesar , yang kemudian akan menambah jumlah fluksi celah udara,

sehingga dihasilkan ggl induksi yang lebih besar lagi yaitu . ini

(47)

Demikian proses ini berjalan terus sampai akhirnya mencapai titik

kesetimbangan E = .

Namun proses itu dapat terjadi jika pada kumparan medan generator

induksi terdapat magnet sisa. Jika tidak terdapat magnet sisa maka generator

induksi harus dioperasikan sebagai motor terlebih dahulu. Ketika mesin induksi

dioperasikan sebagai motor, maka mesin induksi akan menginduksikan gaya

gerak listrik pada rotor. Gaya gerak listrik yang terinduksi pada rotor akan

mengalirkan arus pada kumparan medan sehingga terbentuk medan magnet dan

akhirnya motor berputar. Prinsip kerja motor induksi tidak dijelaskan secara detail

disini.

Ketika motor telah beroperasi, maka kecepatan putar rotor akan lebih kecil

dari kecepatan sinkronnya. Pada saat kecepatan motor sudah tinggi maka

penggerak mula dinyalakan. Ketika penggerak mula dinyalakan, kecepatan

penggerak mula harus lebih besar dari kecepatan sinkronnya. Pada saat itu pula

suplai daya yang diberikan untuk mengoperasikan motor dimatikan, dan pada

terminal langsung dihubungkan pada beban. Putaran penggerak mula harus searah

dengan arah putaran motor induksi. Ketika suplai daya dimatikan, maka kapasitor

akan bekerja untuk menyalurkan daya reaktif dan menjaga kecepatan sinkronnya.

Suplai daya reaktif yang disalurkan harus tepat untuk dapat membangkitkan

tegangan yang ditentukan.

2.5 Rangkaian Ekivalen Generator Induksi

Rangkaian ekivalen generator induksi berpenguatan sendiri hampir sama dengan

(48)

penambahan kapasitor pada sisi statornya. Rangkaian ekivalen generator induksi

berpenguatan sendiri ditunjukkan pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Rangkaian ekivalen generator induksi berpenguatan sendiri

Dimana:

= Resistansi stator

= Reaktansi stator

= Resistansi rotor

= Reaktansi rotor

= Reaktansi magnetisasi

= Reaktansi kapasitor eksitasi

S= Slip

= Arus rotor

= Arus beban

= Arus magnetisasi

V= Tegangan keluaran

(49)

2.9), hubungan antara tegangan keluaran dengan arus stator diperlihatkan pada

V = Tegangan keluaran generator (Volt)

ggl induksi yang dibangkitkan pada sisi stator (Volt)

= ggl yang dibangkitkan disisi rotor (Volt)

Arus stator (Ampere)

2.6 Kapasitor Eksitasi

Dalam proses eksitasinya generator induksi membutuhkan daya reaktif

untuk membangkitkan tegangannya. Jika generator induksi terhubung dengan

sistem tenaga listrik maka daya reaktif yang dibutuhkan akan disuplai langsung

oleh sistem. Tetapi jika generator induksi tidak terhubung dengan sistem atau

bekerja sendiri maka generator induksi membutuhkan sumber daya reaktif untuk

menyuplai kebutuhan daya reaktifnya. Untuk itu dipasang kapasitor sebagai

penyuplai daya reaktifnya yang dipasang pada terminal generator.

2.6.1 Penggunaan Kapasitor Eksitasi

Kapasitor eksitasi dipasang untuk dapat menyuplai daya reaktif yang

diperlukan generator induksi. Kapasitor ini dipasang paralel pada terminal

(50)

tegangan listrik. Dengan adanya eksitasi yang mencukupi, juga akan menambah

efesiensi dan faktor daya, regulasi tegangan yang kecil dan akan meningkatkan

perfomansi dari generator induksi.

2.6.2 Kapasitansi Minimum

Besarnya kapasitansi dari kapasitor eksitasi sangat berpengaruh pada

proses pembangkitan tegangan pada generator induksi. Untuk dapat

membangkitkan tegangan, nilai dari kapasitor harus lebih besar dari nilai

kapasitansi minumum dari generator induksi untuk proses eksitasinya. Apabila

kapasior yang dipasang lebih kecil dari kapasitansi minimumnya maka tegangan

tidak dapat dibangkitkan.

Cara menentukan kapasitansi minimum dari generator induksi ialah

dengan menggunakan karakteristik magnetisasi dari mesin induksi saat beroperasi

sebagai motor induksi. Karakteristik magnetisasi ini didapat dengan

mengoperasikan motor induksi pada kondisi beban nol. Pada kondisi beban nol,

arus yang mengalir pada kapasitor ( akan sama dengan arus magnetisasi ( ).

Tegangan (V) yang dihasilkan akan meningkat secara linier hingga titik saturasi

dari magnet inti tercapai. Sehingga dalam kondisi stabil

(2.5)

(2.6)

(2.7)

Dalam kondisi beban nol motor induksi, dapat dihitung besar nilai

(51)

(2.8)

(2.9)

Substitusikan persamaan (2.8) ke dalam persamaan (2.9)

I =

C = (2.10)

Persamaan ialah nilai masing-masing kapasitansi apabila eksitasi

dihubungkan secara bintang atau delta

(2.11)

Pada sistem tiga fasa, kapasitor eksitasi dapat dihubungkan secara bintang

atau secara delta. Hubungan bintang tidak dianjurkan untuk dihubungkan dengan

generator karena hubungan bintang memiliki titik netral yang akan meningkatkan

rugi-rugi.

Gambar 2.11 Hubungan bintang dan delta kapasitor eksitasi

(52)

(2.12)

(2.13)

(2.14)

Besarnya kapasitansi dapat dirumuskan sebagai berikut

C= (2.15)

(2.16)

Substitusikan persamaan (2.16) pada persamaan (2.14)

(2.17)

Berdasarkan persamaan-persamaan diatas, kapasitor eksitasi akan lebih

baik jika menggunakan hubungan delta. Hal itu dapat dilihat pada persamaan

2.17, jika dihubungkan delta besar kapasitansinya sebesar sepertiga dari besar

kapasitansi jika dihubungkan bintang. Dan berdasarkan persamaan 2.12, kapasitor

eksitasi apabila dihubungkan dengan hubungan delta maka kapasitor eksitasi

(53)

2.7 Pembebanan

2.7.1 Jenis-Jenis Beban

a. Beban Resistif

Beban resistif (R) yaitu beban yang terdiri dari komponen tahanan ohm saja

(resiatance), seperti elemen panas (heating element) dan lampu pijar. Beban jenis ini

hanya mengkonsumsi beban aktif saja dan mempunyai factor daya satu.

Sifat beban resistif itu adalah arus beban resistif sefasa dengan tegangannya

atau factor daya atau cos φ = 1

Beban induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparan kawat yang

dililitkan pada suatu inti, seperti coil, transformator, dan selenoida. Beban ini dapat

mengakibatkan pergeseran fasa (fasa shift) pada arus sehingga bersifat lagging. Hal

ini disebabkan oleh energy yang tersimpan berupa medan magnetis akan

mengakibatkan fasa arus bergeser menjadi tertinggal terhadap tegangan. Beban jenis

(54)

Sifat beban induktif arus beban induktif 900 ketinggalan terhadap

tegangannya atau factor daya : cos φ = 0

Daya aktif

P = V.I.Cos φ (Watt)

= V.I.Cos 900

= V. I. 0

Daya Reaktif

Q = V. In . Sin φ ( VAR )

= V. In .Sin 90 °

= V. In . 1

Bila cos φ = 0 maka Sin φ = 0 dan daya aktif menjadi nol daya reaktif maksimum.

2.7.2 Pengaruh Beban Pada Generator Induksi

Pada saat generator dibebani akan terjadi drop tegangan sebelum terminal

outputnya. Besaran drop tegangan ini sangat tergantung pada kondisi beban yang

ada.

Adapun macam-macam drop tegangan tersebut yaitu :

a) Drop tegangan akibat tahanan jangkar (IRa)

b) Drop tegangan akibat reaktansi jangkar (IXa)

(55)

Penggabungan antaraa reaktansi jangkar dan fluks bocor sering disebut

sebagai reaktansi sinkron (Xs = X1 + Xa). Berikiut akan dijabarkan mengenai

pengaruh pembebanan di beban resistif dan induktif.

a. Beban Cos φ = 1

Faktor daya generator bernilai cos φ = 1 adalah apabila generator diberi beban bersifat resistif sepasa dengan tegangannya.

Gambar 2.12 vektor pada beban cos φ =1

Keterangan :

Eo = Tegangan yang terangkat pada kumparan jangkar ( tegangan beban nol)

E = Emf induksi beban

V = Tegangan terminal

Bila φ = 1800 maka cos φ = 1 dan sin φ = 0, sehingga daya aktif menjadi

maksimum dan reaktif menjadi nol. Efek dari pembebanan resistif adalah putaran

generator turun dan tegangan generator juga turun. Untuk mengatasi putaran

generator yang turun dapat diatasi dengan menambah putaran mesin yang

digunakan untuk menggerakkan generator, dan untuk mengatasi tegangan keluaran

(56)

b. Beban Cos φ = Lagging

Faktor daya generator dapat bernilai lagging apabila generator dibebani

beban yang bersifat induktif. Beban induktif adalah beban yang mayoritas

komponen penyusunnya adalh gulungan-gulungan kawat yang dapat

menghasilkan medan magnet/inductor. Contohnya adalh kumparan, motor

listrik lampu TL.

Karakteristik factor daya generator yang diakibatkan oleh beban induktif

adalah arus beban induktif tertinggal terhadap tegangannya.

Gambar 2.13 Vektor pada beban cos φ = Lagging

Keterangan :

Eo = Tegangan yang terangkat pada kumparan jangkar (tegangan beban nol)

E = Emf induksi beban

V = tegangan terminal

Efek dari pembebanan induktif adalah tegangan stator turun sedangkan

putaran tetap. Untuk mengatasi permasalahan akibat pembebanan induktif ini

(57)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Generator induksi merupakan salah satu jenis generator AC yang cukup

banyak digunakan didalam sistem kelistirikan. Dalam pengoperasiannya,

generator induksi harus dieksitasi menggunakan tegangan yang leading. Ini

biasanya dilakukan dengan menghubungkan generator kepada sistem tenaga

eksiting. Pada generator yang beroperasi standalone, bank kapasitor harus

digunakan untuk mensuplai daya reaktif. Ada beberapa keterbatasan ketika mesin

induksi beroperasi sebagai generator. Karena tidak adanya rangkaian medan yang

terpisah, generator induksi tidak dapat menghasilkan daya reaktif. Dalam

pengoperasiannya, generator induksi justru menyerap daya reaktif sehingga

sumber daya reaktif eksternal yaitu bank kapasitor harus terhubung kepada

generator sepanjang waktu untuk menjaga medan magnet statornya. Sumber daya

reaktif eksternal ini juga harus mengontrol tegangan terminal generator.

Untuk itu dalam tugas akhir ini, penulis akan membahas tentang eksitasi

(58)

1.2Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh eksitasi satu phasa terbuka terhadap tegangan

keluaran generator induksi

2. Bagaimana pengaruh eksitasi terhubung tiga phasa terhadap tegangan

keluaran generator induksi

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh kapasitor eksitasi satu phasa terbuka terhadap

tegangan yang dihasilkan generator induksi penguatan sendiri

2. Mengetahui perbedaan tegangan penggunaan kapasitor eksitasi

terhubung tiga phasa dengan terbuka satu phasa

3. Mengetahui pengaruh kecepatan putaran rotor generator induksi

terhadap tegangan keluaran dalam keadaan eksitasi terhubung tiga

phasa dan terbuka satu phasa

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut

1. Motor Induksi Sebagai Generator (MISG) yang penulis gunakan adalah

Motor Induksi tiga phasa rotor belitan pada Laboratorium Konversi

Energi Listrik FT. USU.

2. Analisa dilakukan pada kondisi steady state.

3. Tidak membahas pengaturan dan frekuensi

4. Analisa data berdasarkan peralatan yang tersedia di Laboratorium

(59)

1.5 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah untuk :

1. Menambah wawasan mengenai generator induksi khususnya bagi penulis

umumnya bagi pembaca

2. Menambah wawasan mengenai kapasitor bank sebagai sumber eksitasi

eksternal untuk menyuplai daya reaktif pada generator induksi

3. Mengetahui perbedaan kualitas tegangan yang dihasilkan generator

induksi dengan kapasitor bank terhubung tiga phasa dan satu phasa

(60)

ABSTRAK

Penggunaan Motor Induksi Sebagai Generator (MISG) telah banyak

diterapkan secara luas pada Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

(PLTMh). Namun generator induksi tidak dapat membangkitkan

tegangan jika tidak mendapatkan suplai daya reaktif untuk eksitasinya.

Eksitasi dibutuhkan untuk menghasilkan medan magnet pada

kumparan rotor yang nantinya akan menginduksikan tegangan pada

stator untuk menghasilkan energi listrik. Selain itu eksitasi juga dibutuhkan

untuk mengkompensasi daya reaktif yang diperlukan generator untuk

membangkitkan tegangan listrik. Tulisan ini menganalisa pengaruh

eksitasi satu phasa terbuka terhadap tegangan yang dihasilkan generator

induksi. Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil yang

menunjukkan bahwa dengan keadaan eksitasi satu phasa terbuka tegangan

keluaran lebih kecil. Dimana pada kecepatan putaran yang sama (200)

rpm, perbedaan tegangan keluarannya sekitar 7 % untuk kapasitor eksitasi

20 mF dan 10 % untuk kapasitor eksitasi 40 mF.

(61)

TUGAS AKHIR

PENGARUH EKSITASI SATU PHASA TERBUKA TERHADAP

TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR INDUKSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada

Departemen Teknik Elektro Sub konsentrasi Teknik Energi Listrik

OLEH :

NUR SYAH PUTRA HASIBUAN

NIM : 110402014

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(62)
(63)

ABSTRAK

Penggunaan Motor Induksi Sebagai Generator (MISG) telah banyak

diterapkan secara luas pada Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

(PLTMh). Namun generator induksi tidak dapat membangkitkan

tegangan jika tidak mendapatkan suplai daya reaktif untuk eksitasinya.

Eksitasi dibutuhkan untuk menghasilkan medan magnet pada

kumparan rotor yang nantinya akan menginduksikan tegangan pada

stator untuk menghasilkan energi listrik. Selain itu eksitasi juga dibutuhkan

untuk mengkompensasi daya reaktif yang diperlukan generator untuk

membangkitkan tegangan listrik. Tulisan ini menganalisa pengaruh

eksitasi satu phasa terbuka terhadap tegangan yang dihasilkan generator

induksi. Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil yang

menunjukkan bahwa dengan keadaan eksitasi satu phasa terbuka tegangan

keluaran lebih kecil. Dimana pada kecepatan putaran yang sama (200)

rpm, perbedaan tegangan keluarannya sekitar 7 % untuk kapasitor eksitasi

20 mF dan 10 % untuk kapasitor eksitasi 40 mF.

(64)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena

atas berkat rahmat dan ridho-Nya Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Tidak lupa

juga shalawat beriring salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Besar

Muhammad S.A.W.

Tugas akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan

untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu

(S-1) di Departemen Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul

Tugas Akhir ini adalah :

“PENGARUH EKSITASI SATU PHASA TERBUKA TERHADAP TEGANGAN

YANG DIHASILKAN GENERATOR INDUKSI ”

Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu

Ayahanda (Ramli Hasibuan), Ibunda (Almh. Erpina Linda Harahap) serta saudara

saya (Indra Irama Hasibuan dan Johan Sahara Hasibuan) yang selalu memberikan

semangat dan mendoakan penulis selama masa studi hingga menyelesaikan Tugas

Akhir ini.

Selama masa kuliah hingga penyelesaian tugas akhir ini, penulis juga

banyak mendapatkan dukungan maupun bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu

penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Ir. Syamsul Amin, M.S selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir

(65)

memberikan bantuan, bimbingan, dan pengarahan kepada penulis selama

perkuliahan hingga penyusunan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku dosen Penguji Tugas Akhir

serta selaku ketua Departemen Teknik Elektro FT USU yang telah

banyak memberikan masukan demi perbaikan Tugas Akhir ini dan telah

banyak motivasi selama masa perkuliahan.

3. Bapak Ir. Eddy Warman M.T selaku Dosen Penguji Tugas Akhir dan telah

banyak memberikan masukan demi perbaikan Tugas Akhir ini serta

senantiasa memberikan bimbingan selama perkuliahan.

4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik serta memberikan

pengalaman hidup yang berharga selama masa perkuliahan kepada

penulis.

5. Om Isroy Tanjung, ST (Om roy) selaku pegawai Lab. Koversi Energi

Listrik FT-USU yang banyak membantu penulis selama proses

pengambilan data maupun dalam keseharian di kampus.

6. Seluruh staf pegawai Departemen Teknik Elektro FT USU yang telah

membantu penulis dalam pengurusan administrasi saat perkuliahan serta

selama penyusunan tugas akhir.

7. Rekan- rekan satu angkatan 2011 Teknik Elektro Endrawan, Zein, Angga,

Yoga, Fikri, Rais, Hasan, Ikhyar, Aspar, Rido, Fandi, Faisal, Syahlan,

Dhani, Ferdi dll yang tidak bisa namanya disebutkan satu persatu yang

selalu saling memberi semangat, bantuan, cerita, selama perkuliahan.

(66)

Penulis menyadari bahwa dalam penulis Tugas Akhir ini masih belum

sempurna karena masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun

susunan bahasanya. Saran dan kritik dari pembaca dengan tujuan

menyempurnakan dan mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat penulis

harapkan. Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan Tugas Akhir ini dapat

berguna bagi kita semua.

Medan, Juni 2016

Penulis

NIM. 110402014

(67)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum ... 4

2.2. Konstruksi Generator Induksi ... 4

2.3. Karakteristik Mesin Induksi ... 8

2.4. Prinsip Kerja Generator Induksi ... 9

2.5. Rangkaian Ekivalen Generator Induksi ... 14

2.6 Kapasitor Eksitasi. ... 16

2.6.1 Penggunaan Kapasitor Eksitasi ... 16

2.6.2 Kapasitansi Minimum ... 17

(68)

2.7.1 Jenis-Jenis Beban ... 20

2.7.2 Pengaruh Beban Pada Generator Induksi ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu ... 24

3.2. Bahan dan Peralatan ... 24

3.3. Pelaksanaan Penelitian ... 25

3.4 Variabel yang Diamati ... 25

3.5 Prosedur Penelitian ... 25

BAB IV PENGUJIAN DAN HASIL PENGUKURAN 4.1. Umum ... 26

4.2. Penentuan nilai kapasitor ... 26

4.3 Percobaan Beban Nol Generator Induksi Penguatan sendiri ... 28

4.4 Analisis Hasil Pengujian ... 37

4.4.1 Perbandingan Tegangan Percobaan Beban Nol Generator Induksi Dengan Kapasitor Eksitasi 20mF Terhadap Tegangan Percobaan Beban Nol Gnerator Induksi Dengan Kapasitor Eksitasi 20mF dan Eksitasi Satu Phasa Terbuka……….. . 37

(69)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Aplikasi Generator Induksi Pada Pembangkit Listrik

Lampiran 2 Jadwal Penelitian

Lampiran 3 Surat Pengesahan Pengambilan Data

(70)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Konstruksi Generator Induksi ... 5

Gambar 2. 2 Konstruksi Stator Generator induksi ... 5

Gambar 2. 3 Konstruksi Rotor Generator Induksi ... 7

Gambar 2. 4 Grafik Kurva Karakteristik Mesin Induksi ... 8

Gambar 2. 5 Prinsip Kerja Generator Induksi ... 10

Gambar 2. 6 Kurva Magnetisasi Mesin Induksi... 11

Gambar 2. 7 Kurva Tegangan vs Arus Pada Kapasitor Bank ... 11

Gambar 2. 8 Kurva Tegangan Terminal Generator Induksi ... 12

Gambar 2. 9 Proses Pembangkitan Tegangan ... 13

Gambar 2. 10 Rangkaian ekivalen generator induksi ... 15

Gambar 2. 11 Hubungan bintang dan delta kapasitor eksitasi ... 18

Gambar 2. 12 Vektor pada beban cos φ = 1 ... 22

Gambar 2. 13 Vektor pada beban cos φ = Lagging ... 23

Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian ... 25

(71)

Gambar 4. 2 Rangkain percobaan beban nol generator induksi penguatan sendiri

dengan eksitasi satu phasa terbuka ... 29

Gambar 4. 3 Kurva kecepatan putaran vs v out ... 33

Gambar 4. 4 Kurva kecepatan putaran vs v out satu phasa eksitasi terbuka .... 34

Gambar 4. 5 Kurva tegangan per phasa kecepatan putaran vs v out ... 34

Gambar 4. 6 Kurva tegangan per phasa kecepatan putaran vs vout eksitasi satu

phasa terbuka ... 35

Gambar 4. 7 Kurva kecepatan putaran vs Vout ... 35

Gambar 4. 8 Kurva kecepatan putaran vs Vout satu phasa eksitasi terbuka .... 36

Gambar 4. 9 Kurva tegangan per phasa kecepatan putaran vs v out ... 36

Gambar 4. 10 Kurva tegangan per phasa kecepatan putaran vs vout eksitasi satu

(72)

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Data hasil pengukuran tegangan dengan kapasitor 20 mF ... 30

Table 4. 2 Data hasil pengukuran tegangan dengan kapasitor 20 mF satu phasa

terbuka ... 31

Table 4. 3 Data hasil pengukuran tegangan dengan kapasitor 40 mF ... 31

Table 4. 4 Data hasil pengukuran tegangan dengan kapasitor 40 mF satu phasa

Gambar

Gambar 4. Turbin dan Generator Asinkron
Tabel tegangan antar phasa dan tegangan per phasa kapasitor 20 mF
Tabel tegangan antar phasa dan tegangan per phasa kapasitor 40 mF
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh empat taraf dosis radiasi sinar gamma Cobalt 60 dan cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau (Vigna

Kedua : Ketetapan pemenang ini dibuat dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam pengadaan Barang/Jasa. Ditetapkan di :

perundang - undangan dan sertifikat Badan Usaha (SBU) jasa pengawas Konstruksi yang masih berlaku dengan Kegiatan Usaha Jasa Konsultan Konstruksi,

Panitia Pengadaan Barang / Jasa Lainnya Selaku Kelompok Kerja Pekerjaan Jalan dan Jembatan Provinsi Jawa Tengah Pada Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah akan melaksanakan

Kedua : Ketetapan pemenang ini dibuat dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam pengadaan Barang/Jasa. Ditetapkan di :

Panitia Pengadaan Barang Selaku Kelompok Kerja Pekerjaan Jalan dan Jembatan Provinsi Jawa Tengah Pada Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah akan melaksanakan

Kepada masyarakat dan Penyedia Barang yang akan mengajukan pengaduan dan sanggahan kami tunggu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah pengumuman ini diterbitkan.

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik ( LPSE ) dan memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), memiliki