Review Of Merchandis Inventory Record On Commercial
Unit In Bandung City Government
Employee Cooperative
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Gelar Ahli Madya Pada
Program Studi Diploma III Akuntasi
Oleh :
Teguh Ginanjar
21308049
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
iii
dalam pembahasan, karena dengan melakukan pencatatan akan mengetahui berapa jumlah persediaan barang yang dibeli serta barang yang dijual dan tentunya sebagai bukti telah terjadinya suatu transaksi baik pembelian maupun penjualan suatu barang dagangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pancatatan persediaan barang dagangan serta pelaksanaan pencatatan persediaan barang dagangan.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang menggambarkan pencatatan persediaan barang dagangan sesuai fenomena penelitian. Sedangakan teknik pengumpulan data untuk memahami pencatatan persediaan barang dagangan pada unit niaga di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) adalah dengan melakukan observasi, pengamatan dan wawancara dengan bagian yang terkait.
Berdasarkan hasil penelitian atas pencatatan persediaan barang dagangan pada unit niaga di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) adalah, proses pencatatan persediaan barang daganagan berjalan sesuai dengan akuntansi perkoperasian, pencatatan dilakukan setelah adanya suatu transaksi, baik itu transaksi pembelian persediaan barang dagangan maupun penjualan suatu barang dagangan yang selanjutnya akan dilakukan pencatatan.
Kata kunci : Pencatatan Persediaan Barang Dagangan, Prosedur Pencatatan,
Registration of merchandise inventory is important in the discussion, because by doing the recording will find out how many inventory items purchased and the goods sold and of course as evidence of the occurrence of a transaction either buying or selling a commodity. The purpose of this study was to determine the procedure pancatatan merchandise inventory and execution records of merchandise inventory.
The research method used is descriptive, which is a method of research that describes the recording of inventory of merchandise based on the research phenomenon. While the data collection techniques to understand the records of merchandise inventory on commercial units in Bandung City Government Employees Cooperative (KPKB) is to conduct observation, observation and interviews with the relevant sections.
Based on the research for the listing of merchandise inventory on commercial units in Bandung City Government Employees Cooperative (KPKB) is, the process of recording of inventory in accordance with accounting daganagan run cooperatives, the recording made after the existence of a transaction, be it a stock purchase or sale of any merchandise merchandise that will be done recording.
iv
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan
karunia-Nya yang sangat berlimpah sehingga penulis bisa menyelesaikan Tugas
Akhir ini yang berjudul “Tinjauan Atas Pencatatan Persediaan Barang Dagangan Pada Unit Niaga di Koperasi Pegawai pemerintah Kota Bandung (KPKB)”.
Alasan penulis menyusun Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menempuh gelar Ahli Madya pada program studi Diploma-III Akuntasi
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
Meskipun dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha sebaik
mungkin, namun terbatasnya pengetahuan, kemampuan yang dimiliki, penulis sangat
menyadari Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna dan tidak terlepas dari
kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari berbagai pihak sebagai bekal untuk penyempurnaan
dikemudian hari.
Pada kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan
rasa hormat serta ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
v Universitas Komputer Indonesia Bandung.
3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonom Universitas Komputer Indonesia Bandung.
4. Lilis Puspitawati, SE., M.Si., Selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.
5. Adi Rachmanto S.Kom., Selaku dosen pembimbing yang telah banyak
mengeluarkan banyak waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan
petunjuk yang sangat berharga dalam menyusun laporan ini.
6. Siti Kurnia Rahayu,SE.,M.Ak.,Ak , selaku Dosen Wali Kelas AK-5 Angkatan
2008 Program Studi Akuntansi Jenjang Pendidikan Diploma III Universitas
Komputer Indonesia.
7. Bapak Dasep Ruswanda S, S.IP. M.Si., Selaku Kepala Koperasi Pegawai
Pemerintah Kota Bandung (KPKB)
8. Ibu Lia Karlia selaku Ka.Sub.Bag Umum Koperasi Pegawai Pemerintah Kota
Bandung (KPKB)
9. Bapak Hari Suherlan selaku pembimbing di bagian gudang / toko Unit Niaga di
Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) yang telah memberikan
kesempatan untuk melaksanakann kerja praktek, meluangkan waktunya untuk
vi
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu
dalam proses kerja praktek.
12. Untuk keluarga tercinta, Ibu, Bapak, Kakak atas doa dan dorongan yang
diberikan kepada saya.
13. Untuk Keponakan tercinta Aldy, Dimas, Intan & Rezky.
14. Teman- teman AK5/2008 yang selalu menghibur dikala susah dan senang.
Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini,
mohon maaf yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT
melimpahkan pahala dan balasan yang berlipat ganda, Amin.
Akhir kata, penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan bagi para pihak-pihak yang berkepentingan dengan Tugas Akhir
ini. Serta semoga Allah SWT selalu menuntun, memberikan rahmat dan hidayah-Nya
serta kasih saying-Nya kepada kita semua, Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Bandung, Juli 2011 Penulis
1
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perkembangan perekonomian diarahkan untuk mencapai masyarakat yang
sejahtera secara lahir dan batin, dimana pembangunan ekonomi sebagai penggerak
utama seiring dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan bidang lainnya
yang dilaksanakan seirama, selaras, dan serasi dengan keberhasilan pembangunan.
Keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dalam bidang ekonomi tersebut
tentunya tidak lepas dari adanya peran serta masing-masing pelaku ekonomi yaitu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha milik Swasta (BUMS),
dan Koperasi serta peran masyarakat yang terlibat di dalamnya.
Salah satu pihak yang berperan dalam mengembangkan perekonomian
adalah koperasi. Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bersifat
kekeluargaan yang diharapkan mampu menjadi soko guru dalam perekonomian
Indonesia. Hal ini dinyatakan dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1 yang menyatakan
bahwa :
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”.
Koperasi adalah salah satu bentuk usaha berbadan hukum yang berdiri di
Indonesia. Menurut undang-undang nomor 25 tahun 1992 pasal 1 ayat 1 tentang
seseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan.
Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. (Pasal 3 :UU Koperasi)
Salah satu bentuk koperasi adalah koperasi karyawan yaitu koperasi yang
beranggotakan karyawan-karyawan satu perusahaan dimana koperasi karyawan
itu berada. Secara langsung dan tidak langsung, koperasi mempunyai peran yang
positif dan besar dalam pelaksanaan pembangunan nasional di Indonesia.
Koperasi merupakan sarana penigkatan kemajuan ekonomi, yaitu bagi anggota
koperasi dan juga bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan koperasi yaitu
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
Oleh karena itu, koperasi harus dapat menjalankan fungsinya sesuai
dengan visi dan misinya yaitu mensejahterakan anggota dan masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan penting lainnya. Koperasi dalam
mencapai tujuannya harus selalu memperhatikan pengelolaan dalam sistem
akuntansi yang menyangkut tentang segala macam kegiatannya.
Perkembangan koperasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain : manajemen atau struktur modal, partisipasi anggota, keadaan lingkungan
terjadi dari para pelaku ekonomi lainnya. Untuk mewujudkan tujuan koperasi
yaitu mensejahterakan anggotanya pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya, maka pembinaan koperasi diarahkan pada pemantapan dan
peningkatan usaha koperasi dalam memenuhi pelayanan para anggota, sehingga
pada akhirnya koperasi akan semakin kuat dan mampu memberikan pelayanan
yang maksimal.
Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) yang menjadi
tempat penulis melaksanakan kerja praktek merupakan koperasi pegawai yang
merupakan salah satu badan usaha yang beranggotakan para Pegawai Negeri Sipil
Pemerintah di sekitar wilayah Kota Bandung. Dalam menjalankan usahanya
koperasi ini memiliki beberapa unit usaha, diantaranya :
1. Unit Usaha Simpan Pinjam
2. Unit Usaha Niaga
3. Unit Usaha Jasa
Unit Usaha Simpan Pinjam merupakan primadona usaha KPKB dalam
memenuhi kebutuhan anggota setiap bulannya yang terus mengalami peningkatan,
untuk memperoleh pinjaman dari Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung.
Tugasnya mengkoordinir pelaksanaan kegiatan usaha dibidang simpan pinjam
yang meliputi keanggotaan, analisa kredit, dan proses kredit uang.
Unit usaha Jasa mempunyai tugas untuk mengkoordinir pelaksana kegitan
pencarian pekerjaan, pengelolaan gedung serbaguna dan pelaksanaan proyek.
Dalam hal ini unit usaha niaga, yaitu unit yang tugas peran dan fungsinya
pembelian, urusan gudang/tokok, urusan proses kredit dan marketing, dan
tentunya tidak lepas dari persediaan barang dagangan.
Konsumen dalam instansi Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung
(KPKB) yaitu adalah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah di sekitar wilayah Kota
Bandung, yang sekaligus berperan sebagai anggota koperasi.
Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan perdagangan
ataupun perusahaan industri serta perusahaan jasa termasuk koperasi selalu
mengadakan persediaan. Persediaan barang dagangan sangat berperan dalam
menunjang jalannya aktivitas usaha, oleh karena itu para pengusaha atau pemilik
kegiatan usaha tersebut harus dapat mengelola persediaannya dengan baik.
Dalam hal ini yang paling penting adalah bagaimana perusahaan
mengelola persediaannya baik perencanaannya maupun pengendaliannya. Dengan
membuat perencanaan barang dagangan yang baik, akan sangat membantu
masyarakat atau konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kegiatan
perencanaan ini bukanlah hal yang mudah untuk di lakukan , karena dalam
perencanaan tersebut haruslah ditentukan jumlah yang tepat, barang dagangan
yang akan dijual harus sesuai dengan sesuai dengan selera konsumen dan harus di
sediakan dalam waktu yang tepat.
Persediaan barang dagang pada suatu perusahaan atau koperasi pasti
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Didalam perusahaan dagang atau
nanufaktur (industri) persediaan barang dagang dikelompokkan dalam tiga
kategori yaitu: persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan
merupakan asset yang paling besar, karena maju mundurnya suatu perusahaan
atau koperasi ditentukan oleh persediaan barang dagangnya. Didalam suatu
perusahaan atau koperasi persediaan terdiri atas barang dagangan yang dimilki
dan dikuasai oleh perusahaan atau koperasi untuk dijual kepada para pelanggan.
Barang dagangan (inventory) adalah sesuatu yang mempunyai nilai manfaat untuk memenuhi kebutuhan setiap orang baik yang bersifat konsumtif,
maupun sebagai kebutuhan lainnya yang tidak kalah pentingnya yang di perjual
belikan, sebagai bagian yang terpenting juga dalam menjalankan aktifitas kegiatan
usaha suatu perusahaan, terutama yang bergerak dalam bidang dagang maupun
industri..
Persediaan dikonverensikan kedalam kas, dalam siklus operasional
perusahaan atau koperasi dan oleh karenanya persediaan dianggap sebagai aktiva
lancar. Perusahaan atau koperasi dalam melakukan transaksi persediaan barang
dagangnya biasanya melakukan penilaian dan pencatatan persediaan serta
penetapan harga pokok penjualan. Dimana dalam pencatatan persediaan dan
penilaian tidak terlepas dari suatu aturan-aturan/metode-metode yang digunakan
oleh perusahaan atau koperasi. Dengan demikian arti penting jumlah persediaan
didalam perusahaan atau koperasi jangan disepelekan.
Persediaan merupakan suatu elemen yang penting bagi perusahaan dagang.
Jumlah persediaan yang tinggi memang dapat membuat perusahaan atau koperasi
memenuhi kebutuhan konsumennya, namun persediaan yang tinggi dapat
perusahaan tertanam dipersediaan dan tidak dapat diputarkan lagi. Untuk itu
jumlah optimum persediaan yang dimilki perusahaan atau koperasi
dapat juga mempengaruhi tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan
atau koperasi.
Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko
bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan
pelanggan yang memerlukan atau meminta barang/jasa. Persediaan diadakan
apabila keuntungan yang diharapkan dari persediaan tersebut hendaknya lebih
besar daripada biaya-biaya yang ditimbulkannya. Persediaan bagi koperasi yaitu
merupakan barang-barang yang dibeli oleh koperasi dengan tujuan untuk dijual
kembali dengan tanpa mengubah bentuk dan kualitas barang, atau dapat dikatakan
tidak ada proses produksi sejak barang dibeli sampai dijual kembali oleh koperasi.
Dalam pengelolaannya persediaan membutuhkan proses dalam
pengelolaannya. Dalam persediaan juga khususnya bagi koperasi juga dibutuhkan
pencatatan dalam pengelolaannya
(Fidlah, Juli, 2010) Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang
terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian
atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin
dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih
objek lebih objek di bawah pengaruhnya. proses juga dapat diartikan sebagai
suatu usaha untuk mencapai sesuatu.
Selain itu proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi
sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin
dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih
objek di bawah pengaruhnya.
Pencatatan dalam persediaan yaitu pengumpulan data secara teratur
tentang peredaran barang dagangan sebagai acuan dalam mengambil keputusan
dalam melakukan kebijakan perusahaan dimasa yang akan datang. Peranan
pencatatan sangatlah penting terutama bagi perusahaan di bidang dagang maupun
industri, pencatatan juga diaplikasikan dengan proses akuntansi itu sendiri.
Selain melakukan pencatatan bagian pencatatan persediaan juga
melakukan pengawasan terhadap persediaan barang dagangan.
Dalam pelaksanaannya pencatatan persediaan persediaan pada Koperasi
pegawai pemerintah Kota Bandung tidak terlepas dari kendala, diantaranya adalah
bagaimana keadaan persediaan yang tersedia di toko mengalami kehilangan,
kadaluarsa dan kerusakan.
Persediaan barang dagangan yang mengalami kehilangan sebagian besar
terjadi ketika barang itu sudah terdapat di toko, sehingga dapat terjadi perbedaan
pencatatan persediaan barang dagangan yang telah di catat sebelumnya dengan
keadaan persediaan barang dagangan yang ada di toko, hal ini terjadi lebih kepada
faktor pengawasan dalam suatu persediaan barang dagangan, barang yang hilang
tentunya harus dig anti oleh bagian manajemen resiko dalam Koperasi.
Tingkat kadaluarsa suatu barang sering terjadi pada semua jenis barang
persdian, hal ini masih sering terjadi juga terjadi akibat kurangnya tingkat
mengakibatkan perbedaan yang sangat menonjol dalam suatu pencatatan
persediaan barang dagangan barang itu telah mengalami kadaluarsa, sehingga
harus dilakukan penarikan dan mengganti dengan yang baru, sementara di toko
masih ditemukan barang tersebut diperjual belikan, dalam pencatatan persediaan
barang dagangan harus tentunya dilakukan pencatatn persedian dengan melakukan
retur barang dengan catatan barang tersebut masih bias dikembalikan kepada
pemasok yang secara langsung.
Kerusakan tentunya pasti ditemukan dalam setiap persedian yang dibeli
oleh koperasi, sehingga dalam hal pencatatan sendiri seharusnya dilakukan retur
suatu barang apabila kerusakan terjadi akibat dari kesalahan si pemasok, akan
tetapi apabila kerusakan terjadi ketika kesalahan yang dilakukan oleh pihak toko,
sebaiknya dilakukan pencatatan penggantian barang yang mengalami kerusakann
digantikan oleh pihak manajemen resiko.
Dengan melihat latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
membahas masalah tersebut dan dalam penulisan ini mengambil judul “ Tinjaun Atas Pencatatan Persediaan Barang Dagangan Pada Unit Niaga Di Koperasi
1.2 Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, peneliti mengidentifikasikan masalah yaitu :
1. Sering terjadinya kehilangan suatu barang dagangan serta pencatatannya
yang kurang terkontrol dengan baik.
2. Terjadinya kadaluarsa suatu barang dagangan serta pencatatannya.
3. Terjadinya suatu kerusakan barang dagangan serta pencatatannya.
1.2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur pencatatan persediaan barang dagangan Unit Niaga di
Koperasi pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) ?
2. Bagaimana pelaksanaan pencatatan persediaan barang dagangan pada Unit
Niaga di Kopersi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB)?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk meninjau dan menjelaskan
pencatatan persediaan barang dagangan pada unit niaga di Koperasi Pegawai
Pemerintah Kota Bandung.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui prosedur prosedur pencatatan persediaan barang
dagangan Unit Niaga di Koperasi pegawai Pemerintah Kota Bandung
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pencatatan persediaan barang dagangan
pada Unit Niaga di Kopersi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB).
1.4. Kegunaan Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini dilakukan oleh penulis dalam rangka
membandingkan teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan dengan praktek,
tentang pencatatan persediaan barang dagangan. Selain itu, penulis mengharapkan
bahwa penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dan bermanfaat bagi
semua pihak.
1.4.1 Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan praktis bagi perusahaan dari penelitian ini adalah
sebagai bahan masukan dalam yang berguna untuk membuat atau mengkaji
kebijakan-kebijakan keuangan agar lebih efektif, efisien, ekonomis dan akuntabel
khususnya terhadap Pencatatan Persediaan Barang Dagangan Pada Koperasi
Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB).
1.4.2 Kegunaan Akademis
Adapun kegunaan akademis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis
Yaitu menambah pengetahuan dan mengenai pelaksanaan perncatatan
2. Bagi pihak lain
Sebagai sebagai bahan acuandan bahan referensi khususnya untuk mengkaji
masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam
penelitian, mengenai pelaksanaan pencatatan persediaan barang dagangan.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota
Bandung (KPKB) Jl. Wastukencana No. 05 Bandung 40117. Telepon (022)
4206476, Fax : (022) 4224036, e-mail : kpkb-bandung@bdg.centrin.net.id.
13
2.1. KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Pencatatan Persedian Barang Dagangan
Pada suatu koperasi terutama yang bergerak dalam bidang dagang
diperlukan untuk adanya pencatatan persediaan barang dagangan, dengan
adanya pencatatan persediaan barang dagangan akan membantu kegiatan
operasional koperasi, pencatatan persediaan barang dagangan sangat
membantu dalam mengontrol serta mengelola masuk maupun keluarnya
persediaan, setelah dilakukannya suatu pencatatan selanjutnya pencatatan
persediaan barang dagangan tersebut menjadi acuan bagi pemilik perusahaan
guna untuk menentukan pengambilan keputusan guna untuk melakukan
pembelian barang dagangan selanjutnya, serta mengetahui keuntungan suatu
perusahaan dari persediaan yang sudah terjual. Dengan dilaksanakannya
proses pencatatan persedian barang dagangan pada Koperasi Pegawai
Pemerintah Kota Bandung (KPKB) menjadikan persediaan barang dagangan
2.1.1.1 Pengertian Pencatatan
Menurut Liberti Pandiangan menyatakan bahwa :
“ Pencatatan adalah mengumpulkan data atau informasi secara teratur tentang peredaran bruto dan/atau penerimaan penghasilan yang selanjutnya dituangkan kedalam bentuk tulisan”.
(2010 : 64)
Kesimpulan dari pencatatan adalah proses untuk pengumpukan bukti
yang terjadi dan kemudian dituangkan secara tertulis dalam hal pengeluaran
maupun penerimaan penghasilan suatu perusahaan.
2.1.1.2 Pengertian Persediaan
Persediaan Menurut Yolanda M. Siagian menyatakan bahwa :
“Persediaan merupakan bahan baku atau barang yang disimpan untuk tujuan tertentu, antara lain untuk proses produksi, jika berupa bahan mentah maka akan diproses lebih lanjut, jika berupa bahan komponen (spare part) maka akan dijual lagi menjadi barang dagangan”.
(2005 : 161)
Persediaan Menurut Kuswandi menyatakan bahwa :
“Persediaan pada perusahaan dagang persediaan (inventory) adalah harta lancar berupa barang dagangan yang ada di tangan, tersedia untuk di jual, yang dapat berupa bahan mentah (baku) dan pembantu, barang setengan jadi atau barang jadi.
(2006 : 75)
Kesimpulan dari persediaan adalah aktiva lancar atau barang yang
digunakan sebagai bahan baku yang selanjutnya digunakan untuk kegiatan
usaha, baik digunakan dalam usaha dagang maupun industri untuk menunjang
2.1.1.3 Klasifikasi Persediaan
Menurut Erly S. berpendapat klasifikasi persediaan barang dagangan sebagai
berikut :
b. Persediaan barang dalam proses c. Persediaan barang jadi
d. Persediaan Perlengkapan “.
(2008 : 17)
Kesimpulan dari definisi diatas adalah persediaan tidaklah sama, hal
ini tergantung dari jenis perusahaannya, setiap perusahaan memiliki jenis
persediaan barang dagangan yang beda seperti halnya pada perusahaan jasa
yang hanya terdiri dari persediaan perlengkapan saja, selanjutnya pada
perusahaan dagang terdiri dari persediaan barang dagangan dan perlengkapan,
serta pada perusahaan industri terdiri dari persdiaan bahan baku, barang
dalam proses barang jadi serta perlengkapan.
2.1.1.4 Sistem Pencatatan Persediaan
Sistem pencatatan persediaan terdiri dari :
a. Sistem Periodik.
Dalam sistem periodik, persediaan barang dagangan dihitung
perhitungan tersebut dapat dipakai untuk menghitung harga pokok
penjualan, yang pada gilirannya dipakai guna menyusun laporan keuangan,
dengan sistem periodik ini, penghitungan persediaan dapat dilakukan
dengan akurat dan benar. Cuma ada kelemahannya, yaitu jika jumlah dan
jenis persediaan banyak sekali maka cara ini sangat mahal. Sistem ini
cocok diterapkan pada pperusahaan yang jenis dan jumlah persediaannya
tidak banyak.
Sistem ini tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan karena
penilaian persediaan dalam sistem ini berdasarkan perhitungan yang benar.
Faktor penaksiran atau perkiraan tidak terlihat dalam penilaian persediaan
akhir. Tetapi, cara ini tidak praktis dan ekonomis jika jumlah jenis
persediaan sangat banyak.
Secara singkat sistem periodik adalah sistem pencatatan yang
harus melakukan pengecekan fisik terhadap persediaan dengan cara
mengukur dan menghitung berapa jumlah barang yang ada di gudang.
Sistem pencatatan ini pada akhir periode dibutuhkan ayat jurnal
penyesuaian . yaitu sebagai berikut :
Untuk persediaan awal
Tanggal Keterangan P/R Debet Kredit
Ikhtisar laba rugi (income- summary)
xx
Untuk Persediaan Akhir
Tanggal Keterangan P/R Debet Kredit
Persediaan (inventories) xx
Ikhtisar laba rugi (incomesummary) xx
b. Sistem Perpetual
Sistem ini dapat menyajikan keterangan mengenai persediaan dan
harga pokok penjualan secara terus menerus tanpa inventarisasi. Hal ini
dapat dilaksanakan karena setiap transaksi yang terhubung dengan
persediaan selalu dicatat sedemikian rupa sehingga rekening persediaan
senantiasa menyajikan saldo persediaan fisik. Dengan sistem periodik,
nilai persediaan hanya dapat diketahui jika inventarisasi fisik dilakukan.
Sekalipun dalam sistem perpetual tidak dipersyaratkan inventarisasi, tetapi
perusahaan sering pula melakukannya agar perhitungan harga pokok
persediaan lebih akurat.
Sistem pencatatan perpetual selalu membuat catatan setiap
terjadinya mutasi persediaan (pembelian, penjualan ataupun retur
2.1.1.5 Penilaian Persediaan
Ada dua jenis penialain persediaan diantaranya :
a. Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO=First In First out)
Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal
(pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga
persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir
masuk (dibeli). Metode ini cendrung menghasilkan persediaan yang
nilainya tinggi dan berdampak pada nilai aset perusahaan yang dibeli.
b. Masuk terakhir keluar pertama (LIFO= Last In first Out)
Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir
masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu sehingga Inventory akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal
(pertama) masuk atau dibeli. Metode ini cendrung menghasilkan nilai
persediaan akhir yang rendah dan berdampak pada nilai asset perusahaan
yang rendah.
c. Metode rata-rata (Average Method)
Dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan
menghasilkan nilai antara nilai persediaan FIFO method dan nilai persediaan LIFO method. Metode ini juga akan berdampak pada nilai harga pokok penjualan dan laba kotor.
2. Metode terendah selain arus harga pokok.
Dalam pendekatan ini terdapat tiga metode yang dikenal secara
a. Metode harga terendah antara harga pokok dan harga pasar.
Metode ini dapat diterapkan dalam kondisi persediaan tidak normal.
Misalnya cacat, rusak, dan kadaluarsa. Inti metode ini adalah
membandingkan nilai yang lebih endah antara lain pasar dan nilai
perolehannya (Cost). Nilai pasar yang akan dipilih harus dibatasi, yaitu tidak boleh lebih rendah dari atas bawah (floor limit) dan tidak boleh lebih tinggi dari batas atas (ceiling limit).
b. Metode laba kotor (gross profit methode)
Metode penilaian persediaan ini bersifat estimasi. Biasanya ditetapkan
karena keterbatasan dokumen yang terkait dengan persediaan.
Misalnya karena terjadi bencana kebakaran dan banjir. Penilaian
persediaan mendasarkan pada persentase laba kotor perusahaan tahun
berjalan atau rata-rata selama beberapa tahun.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1. Mengestimasi nilai penjualan tahun berjalan.
2. Menghitung nilai harga pokok penjualan berdasarkan pada
persentase laba kotor yang telah diketahui, dan
3. Menghitung estimasi nilai persediaan akhir dengan mengurangkan
harga pokok penjualan terhadap penjualan.
c. Metode Eceran (retail method)
Metode eceran menilai persediaan akhir dengan cara menghitung
terlebih dahulu nilai persediaan akhir berdasarkan eceran. Nilai
menghitung rasio antara nilai persediaan yang tersedia untuk dijual
dengan pendekatan harga pokok dibandingkan dengan pendekatann
ritel. Kemudian, rasio yang diperoleh dikalikan dengan persediaan
akhir yang dinilai dengan pendekatan eceran.
2.1.1.6 Tujuan Pencatatan Persediaan Barang Dagangan
Adapun beberapa tujuan dari pencatatan suatu persediaan diantaranya:
a. Untuk mengetahui jumlah barang yang keluar / yang berhasil terjual
b. Untuk mengetahui barang apa saja yang dibeli / barang masuk.
c. Untuk mengetahui berapa keuntungan yang di raih dari hasil terjualnya
barang dagangan.
d. Dapat dijadikan pedoman dalam melakukan pembelian barang dagangan
selanjutnya
e. Pencatatan diharapkan menjadi bahan pengambilan keputusan yang
diambil perusahaan khususnya yang berkaitan dengan persediaan
2.1.1.7 Unit Niaga
Usaha niaga bertujuan untuk melayani kebutuhan anggota dengan
menyediakan berbagai jenis barang yang dibutuhkan. Usaha niaga yang telah
ada selama ini yaitu unit pertokoan diadakan dalam pengembangan modal
usaha dan peningkatan dengan menyediakan barang segala kebutuhan pokok
dengan harga murah sama seperti harga barang di supermarket lainnya seperti
kebutuhan lainnya yang diperlukan anggota. Keberadaan toko terus
diusahakan perkembangannya dengan mengadakan kerjasama dengan pihak
yang mempunyai keterkaitan dengan unit usaha niaga.
2.1.2 Koperasi
Koperasi merupakan lembaga hukum yang dapat membantu
meningkatkan nilai ekonomi Negara. Dengan kegiatan koperasi itu sendiri
adalah kerjasama yang dianggap suatu cara untuk memecahkan berbagai
masalah atau persoalan yang mereka hadapi masing-masing.
2.1.2.1 Pengertian Koperasi
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, menyatakan koperasi yaitu : “Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan atas anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggotanya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional. “
(2002:27)
Pengertian menurut Ign Sukamdiyo, menyatakan koperasi adalah : “Koperasi adalah badan usaha yang berangggotakan orang -seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. “
(2001:2) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah
sebuah badan usaha yang berlandaskan atas asas kekeluargaan yang
mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan dan dapat meningkatkan
2.1.2.2 Ciri-Ciri Koperasi
Koperasi bersifat demokratis, menjunjung tinggi kebersamaan,
bersifat kekeluargaan dan keterbukaan. Menurut UU Koperasi No. 25 tahun
1992, koperasi Indonesia memiliki ciri-ciri yaitu :
1. “Koperasi adalah badan usaha yang pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan.
2. Memperoleh keuntungan ekonomis. tujuan harus berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan usaha koperasi harus dilakukan secara produktif, efektif dan efisien sehingga mampu mewujudkan pelayanan usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat yang sebesar- besarnya pada anggota.
3. Kegiatan koperasi bersifat sukarela dan terbuka serta tidak boleh dipaksakan oleh siapapun, yang berarti tidak ada pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.
4. Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota yang memegang serta melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
5. Pembagian pendapatan atau sisa hasil usaha dalam koperasi ditentukan berdasarkan pertimbangan jasa usaha anggota pada koperasi dan balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada anggotanya adalah terbatas, artinya tidak memiliki suku bunga yang berlaku dipasar dan tidak berdasarkan atas besarnya modal yang diberikan.
2.1.2.3 Jenis-jenis Koperasi
Koperasi dapat digolongkan dalam beberapa jenis, berdasarkan
kepentingan anggota dan usaha utama koperasi. Berdasarkan hal tersebut
Ikatan Akuntan Indonesia menggolongkan koperasi kedalam empat jenis,
yaitu :
1. Koperasi Konsumen
Koperasi yang anggotanya para konsumen akhir atau pemakai barang atau
jasa utama melakukan pembelian bersama.
2. Koperasi Produsen
Koperasi yang anggotanya tidak memiliki rumah tangga usaha atau
perusahaan sendiri-sendiri tetapi bekerja sama dalam wadah koperasi
untuk menghasilkan dan memasarkan barang atau jasa dan kegiatan
utamanya menyediakan, mengoprasikan atau mengelola sarana produksi
bersama.
3. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi yang kegiatan atau jasa utamanya menyediakan jasa
penyimpanan dan peminjaman untuk anggotanya.
4. Koperasi Pemasaran
Koperasi yang anggotanya para produsen atau pemilik barang atau
penyedia jasa dan kegiatan atau jasa utamanya melakukan pemasaran
2.1.2.4 Prinsip-prinsip Koperasi
Koperasi bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan dan
kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi.
Menurut UU Koperasi No. 25 Tahun 1992 pasal 5 ayat 1 dan ayat 2,
koperasi melaksanakan prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut :
1. Keanggotaannya bersifat sukarela dan terbuka
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggotanya.
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
5. Kemandirian
Dalam melaksanakan kegiatannya, koperasi juga melakukan
prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut :
1. Pendirian Koperasi
2. Kerjasama antar koperasi
Prinsip-prinsip koperasi merupakan satu kesatuan dan tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan berkoperasi. Dengan keseluruhan prinsip
koperasi tersebut, koperasi mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berwatak sosial.
2.1.2.5 Bentuk Koperasi
Koperasi dapat digolongkan dalam berbagai bentuk berdasarkan
15 UU Koperasi No. 25 tahun 1992 menyatakan bahwa koperasi dapat
berbentuk :
1. Koperasi Primer
Yaitu koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang dan
dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang.
2. Koperasi Sekunder
Yaitu koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi serta
dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 koperasi.
2.1.2.6 Fungsi Koperasi
Dalam UU perkoperasian No. 25 tahun 1992 BAB III bagian pertama
pasal 4 tentang fungsi dan peran koperasi adalah :
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar ketentuan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama atas asas kekeluargaan dan demokrasi
Pada pelaksanaanya, koperasi mempunyai fungsi ganda yaitu fungsi
otonomi dan fungsi sosial. Fungsi ekonomi yaitu memperjuangkan
kemakmuran bersama secara merata bagi para anggota koperasi. Fungsi
ekonomi meliputi :
a. Mempertimbangkan taraf kesejahteraan,
b. Pendemokrasian ekonomi, dan
c. Sebagai urat nadi perekonomian bangsa.
Fungsi sosial koperasi yaitu memupuk persaudaraan dan kekeluargaan
secara gotong royong yang pada akhirnya diharapkan terbinanya persatuan
dan kesatuan bangsa.
2.1.2.7 Tujuan dan Landasan Koperasi
Dalam UU No. 25 tahun 1992 tentang tujuan koperasi disebutkan
sebagai berikut :
1. Tujuan koperasi ditinjau dari segi kepentingan anggota :
a. Pemberian jasa atau pelayanan yang bermanfaat bagi anggota.
b. Peningkatan taraf hidup anggota.
c. Peningkatan pendidikan moril anggota koperasi.
2. Tujuan Koperasi ditinjau dari segi kepentingan masyarakat :
a. Mengembalikan kepercayaan masyarakat akan manfaat ekonomi.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan koperasi.
c. Meningkatkan warga masyarakat ekonomi lemah dalam wadah
d. Menciptakan dan memperluas lapangan kerja.
e. Membantu pelayanan dan menyediakan kebutuhan-kebutuhan anggota
masyarakat.
f. Membantu usaha-usaha sosial dalam masyarakat sesuai pasal 34 UU
No. 12 tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian.
g. Meningkatkan taraf hidup dan kecerdasan warga Negara.
3. Tujuan Koperasi ditinjau dari segi kepentingan pemerintah :
a. Melaksanakan UUD 1945 pasal 33 ayat 1 (koperasi sebagai alat
perdemokrasian ekonomi)
b. Membantu dan menunjang program pemerintah dalam membangun.
c. Sebagai alat penjualan ekonomi untuk mempertinggi kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat.
d. Sebagai partner pemerintah yang bergerak dibidang perekonomian Indonesia.
Sedangkan landasan koperasi itu sendiri adalah sebagai berikut :
1. Landasan Idiil adalah Pancasila, yaitu kelima sila dari pancasila yaitu sila
ketuhanan, kemanusian, persatuan Indonesia, kerakyatan dan keadilan
harus dijadikan dasar untuk dilaksanakan dalam kehidupan koperasi,
pancasila-pancasila tersebut menjadi sifat dan tujuan koperasi serta
selamanya merupakan aspirasi anggota koperasi.
2. Landasan Struktural dan Landasan Gerak, adalah UUD 1945 dan pasal 33
3. Landasan Operasional adalah GBHN, merupakan pernyataan kehendak
rakyat tentang pokok umum pembayaran nasional yang akan memberikan
arah perjuangan negara dan rakyat Indonesia.
4. Landasan Mental, adalah setia kawan dan kesadaran berpribadi dalam
koperasi harus bergabung kedua landasan mental, jadi sebagai kedua unsur
yang dorong-mendorong, hidup –menghidupi dan awas –mengawasi.
2.1.2.8 Perangkat Organisasi
Menurut UU perkoperasikan No. 25 tahun 1992 pasal 21, perangkat
organisasi koperasi terdiri dari :
a. Rapat anggota,
b. Pengurus,
c. Pengawas,
Adapun uraian tersebut diatas adalah sebagai berikut :
a. Rapat anggota, merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
Rapat anggota yang pelaksanaannya diatur dalam anggaran dasar.
Keputusan rapat anggota diambil atas dasar musyawarah untuk mencapai
mufakat. Apabila tidak diperoleh keputusan dalam cara musyawarah, maka
pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak. Dalam hal
dilakukan pemungutan suara, setiap anggota mempunyai hak satu suara,
rapat anggota berhak meminta keterangan dan pertanggungjawaban
pengurus dan pengawas mengenai pengelolaan koperasi. Rapat anggota
b. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota,
pengurus merupakan pemegang kuasa rapat anggota. Untuk pertama kali,
susunlah dan nama anggota pengurus dicantumkan dalam akta pendirian.
Dalam mengelola koperasi, pengurus selaku kuasa rapat anggota
melakukan kegiatan semata-mata untuk kepentingan dan kemanfaatan
koperasi beserta anggotanya sesuai dengan keputusan rapat anggota.
Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelola koperasi
dan usahanya kepada rapat anggota.
c. Pengawas dipilih dari dan untuk anggota koperasi dalam rapat anggota.
Pengawas bertanggung jawab kepada rapat anggota. Persyaratan untuk
dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota ditentukan dalam anggaran
dasar.
2.2 Kerangka Pemikiran
Pada awalnya, koperasi dibentuk oleh beberapa orang untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.oleh sebab itu, setiap usaha dari
koperasi baik yang bersifat bisnis tunggal (single-purpose cooperative) atau yang bersifat serba usaha (multi-purpose cooperative) yang harus dikaitkan dengan kepentingan ataupun kebutuhan ekonomi anggotanya.
Hal itu dapat dipahami, karena koperasi yang dimiliki merupakan alat
untuk memperbaiki ataupun mengurusi kepentingan ekonomi mereka.
Koperasi adalah salah satu lembaga ekonomi rakyat yang menggegerkan
karena itu, pertumbuhan koperasi dan pertumbuhan bisnisnya dari waktu ke
waktu harus selalu ditingkatkan, sehingga koperasi menjadi bagian
substantive dan integralistik dalam perekonomian nasional.
Seperti yang dikemukakan oleh Arifin Sito, definisi koperasi adalah :
“Koperasi adalah Badan usaha, maka sebagai badan usaha koperasi harus memperoleh laba.”
(2001:19)
Sedangkan definisi koperasi menurut Hendrologi yaitu :
”Koperasi adalah kumpulan orang –orang atau badan-badan hukum koperasi.”
(2004:3)
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah
suatu kumpulan orang atau badan yang masing-masing memberikan
sumbangan yang setara modal dan bekerjasama secara kekeluargaan untuk
menjalankan usaha untuk mensejahterakan kelangsungan hidup para
anggotanya.
Salah satu fasilitas yang diberikan oleh koperasi kepada anggotanya
yaitu menyediakan barang persedian kebutuhan sehari-hari guna
dipergunakan sebagai barang konsumsi bagi para anggotanya.
Dalam pengelolaannya persedian barang dagangan dalam suatu
koperasi sangat pentingnya dilakukan pencatatan persediaan guna dapat
mengontrol serta mengelola setiap barang yang masuk maupun yang keluar.
Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung merupakan koperasi
dagangan untuk konsumennya sekaligus anggotanya yaitu para pegawai di
lingkungan Pemerintah Kota Bandung, banyaknya jumlah persediaan barang
dagangn yang ada, diperlukaannya proses pecatatan persediaan guna
terciptanya pengelolaan persediaan barang dagangan yang akuntable.
Dalam kenyataannya proses pencatatan persediaan barang dagangan
tidak terlepas dari berbagai masalah terutama dilapangannya, diantaranya
kehilangan, kerusakan maupun kadaluarsa suatu barang yang kurang
terkontrol dan tercatat sehingga dapat mengakibatkan kerugian.
Perlu dilakukannnya pengawasan dilapangan agar tidak terciptanya
masalah-masalah yang dapat mengakibatkan kerugian bagi koperasi, dan
yang terpenting setiap terjadi kehilangan, kerusakan, dan kadaluarsa suatu
persediaan harus dilakukannya pencatatan untuk dilakukan penggantian,
maupun retur sesuai kesepakatan. Dengan melakukan pencatatan lebih
terkontrol lagi maka kerugian akibat dari suatu kehilangan, kerusakan dan
Tabel 2.1
Kerangka Pemikiran
PENGURUS
UNIT NIAGA
PROSES KREDIT PEMBELIAN
BARANG PROMOSI
/PENJUALAN
Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB)
Tinjauan Atas Pencatatan Persediaan Barang Dagangan Pada Unit Niaga Di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung
(KPKB
1. Sering terjadinya kehilangan suatu barang dagangan serta pencatatannya yang kurang terkontrol dengan baik.
2. Terjadinya kadaluarsa suatu barang dagangan serta tidak dilakukannya pencatatannya.
33
3.1 Objek Penelitian
Dalam sebuah peneliian, hal yang paling penting untuk diperhatikan
adalah objek dari penelitian terebut, karena objek penelitian merupakan sebuah
sumber informasi dalam sebuah penelitian.
Objek penelitian merupakan suatu kondisi yang menggambarkan atau
menerangkan suatu situasi dari objek yang akan diteliti untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dari suatu penelitian.
Adapun pengertian objek penelitian menurut Husen Umar adalah sebagai berikut :
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan dengan hal-hal jika dianggap perlu.”
(2005 : 303)
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, mengemukakan bahwa :
“Objek penelitian atau variabel penelitian yaitu sesuatu yang merupakan
inti dari problematika penelitian.”
Dari kedua penjelasan terebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
objek penelitian merupakan hal yang mendasari suatu penelitian dimana peneliti
mengetahui apa, siapa, kapan dan dimana peneliti terebut dilakukan.
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pencatatan persediaan barang
dagangan pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) Jl.
Wastukencana No. 05 Bandung.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian terdiri dari dua kata yaitu metode dan penelitian .
metode berasal dari kata Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan untuk mencapai sasaran atau tujuan dalam suatu permasalahan, kata yang
mengikutinya adalah penelitian yang berarti suatu cara untuk mencapai sesuatu
dengan metode tertentu, dengan cara hati-hati, sistematik dan sempurna terhadap
permasalahan yang sedang dihadapi. Metode penelitian menurut I Made Wirartha, adalah sebagai berikut :
“Metode penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan atau mempersoalkan cara-cara melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis sampai menyusun laporannya) berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah.”
(2006 : 68)
Sedangkan menurut Sugiyono, menyatakan bahwa :
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”
Dengan demikian dari kedua pendapat tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur untuk
mendapatkan data terhadap suatu permasalahan dan tujuan serta kegunaan tertentu
tanpa harus membuat perbandingan atau menghubungkan dengan objek lain.
Dalam melaksanakan penelitian ini, untuk memperoleh data dan fakta
yang diperlukan berkaitan dengan tujuan dengan judul yang diambil dalam tugas
akhir ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu suatu cara
penelitian dengan menggambarkan atau menguraikan secara jelas mengenai objek
yang diteliti. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat
terhadap fenomena sosial tertentu. Peneliti mengembangkan konsep dan
menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesi.
Dikemukakan bahwa metode ini bertujuan untuk membuat deskripsi,
gambaran secara sistematis, faktual, akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang diselidiki, yang pada akhirnya metode ini
digunakan untuk mencari pemecahan atas masalah yang diteliti.
Dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai kegiatan pencatatan persediaan barang dagangan pada Koperasi
Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB).
3.2.1 Desain Penelitian
Penelitian yang baik harus didahului dengan perencanaan penelitian
agar penelitian berjalan dengan baik dan lancar. Definisi desain penelitian
“Desain penelitian adalah pedoman bagi peneliti untuk
menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar
dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.”
(2006 : 79)
Sedangkan menurut Nur Indrianto dan Bambang Supomo,
menyatakan bahwa :
“Desain penelitian adalah prosedur-prosedur yang digunakan
oleh peneliti dalam pemilihan, pengumpulan data secara keseluruhan.”
(2002:10)
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa desain penelitian
merupakan prosedur awal yang digunakan dalam memilih dan mengumpulkan
data saat penelitian.
Desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Menetapkan judul yang diteliti, sehingga dapat diketahui apa yang akan
diteliti dan yang menjadi masalah dalam penelitian. Dimana judul penelitian ini adalah “Pencatatan Persediaan Barang Dagangan Pada Unit
2. Melihat, mengumpulkan data mengenai masalah.
3. Melakukan pembahasan terhadap masalah melalui data dan informasi yang
diperoleh dari perusahaan.
4. Melaporkan hasil dari penelitian yang termasuk dari proses penelitian,
yang termasuk didalamnya mengenai proses penelitian, diskusi serta
interpretasi data dan mengajukan beberapa saran untuk masukan bagi
perusahaan dimasa yang akan datang.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel merupakan definisi yang menyatakan
dengan cara menentukan pemikiran atau gagasan berupa kriteria-kriteria yang
dapat diuji secara khusus bagi suatu penelitian menjadi variabel yang dapat
diukur.
Menurut Jonathan Sarwono adalah sebagai berikut :
“Operasionalisasi variabel adalah yang menjadikan variabel
-variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam
kaitannya dengan proses pengukuran variabel-variabel tersebut.” (2006 :28)
Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah
dicari hubungannya antara suatu variabel dengan yang lainnya dan
kesulitan dalam menentukan pengukuran dalam menentukan pengukuran
hubungan antara variabel yang masih bersifat konseptual.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas
(independent variable). Menurut Jonathan Sarwono, pengertian variabel bebas yaitu :
“Variabel bebas adalah suatu variabel yang variabelnya diukur,
dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan
hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.”
(2006 : 54)
Dari definisi diatas, variabel bebas yaitu variabel yang keberadaannya
tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Variabel Indokator
Pencatatan yang ada di tangan, tersedia untuk di jual, yang dapat berupa bahan mentah (baku) dan
b. Adanya suatu transaksi pembelian persediaan barang dagangan
3.2.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan sumber dan teknik
pengumpulan data yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang hendak
diungkapkan, yaitu:
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan sumber dan teknik
pengumpulan data yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang hendak
diungkapkan, yaitu:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penulis memperoleh sumber data sekunder melalui studi kepustakaan yang
bertujuan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan teori yang
telah didapat.
2. Studi Lapangan (Field Research)
Melakukan usaha untuk mendapatkan data primer dan informasi tentang
pencatatan persediaan barang dagangan yang diperlukan sebagai bahan
penyusunan dan penganalisaan berdasarkan ilmu pengetahuan yang
dimiliki penulis yang dilakukan dengan cara mengunjungi perusahaan
untuk melakukan penelitian terhadap kegiatan perusahaan yang
sesungguhnya. Sedangkan pengumpulan data guna mendapatkan data
a.Pengamatan(Observation)
Penulisan mengamati tentang hal yang berkaitan dengan pencatatan
persediaan barang dagangan di perusahaan, yang dilakukan di Koperasi
Pegawai Pemerintah Kota Bandung.
b. Wawancara (Interview)
Penulis melakukan wawancara tentang pelaksanaan pencatatan perediaan
barang dagangan yang dilakukan Koperasi Pegawai Pemerintah Kota
Bandung, dan pihak-pihak terkait untuk mendapatkan data-data informasi.
c. Dokumen (Documentation )
Mengadakan pencatatan dan pengumpulan data yang didefinisikan dari
dokumentasi yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
3.2.4 Metode Analisis
Agar penelitian dapat menghasilkan kesimpulan yang benar, data
yang diperoleh dalam penelitian harus dianalisis dengan tepat. Analisis data
adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca
atau diinterpretasikan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian, akan
dibandingkan antara teori yang diterima dengan data yang diperoleh saat
penelitian oleh peneliti, kemudian dilakukan pengolahan data analisis untuk
mendapatkan kesimpulan.
Penulis melakukan penelitian pada Koperasi Pegawai Pemerintah
diterapkan koperasi dalam hal pencatatan persediaan barang dagangan. Adapun
analisis yang dilakukan adalah.
1. Melakukan Tinjauan Pencatatan Persdediaan Barang Dagangan Pada Unit
Niaga Di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung
2. Melakukan Tinjauan Prosedur Persediaan Barang Dagangan Pada Unit
Niaga Di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung
Dalam menganalisis data, model penelitian yang digunakan oleh
penulis adalah rancangan analisis deskriptif, yaitu yaitu Adapun pengertian
mengenai metode analisis deskriptif menurut Jonathan Sarwono adalah :
”Metode analisis deskriptif yaitu menggambarkan kegiatan yang dilakukan perusahaan berdasarkan fakta yang ada untuk dianalisis berdasarkan literatur-literatur kemudian dapat diartikan menjadi sebuah kesimpulan”
(2006:18)
Data yang diperoleh dari hasil penelitian, akan dibandingkan antara
teori yang dipelajari dengan data yang diperoleh dari penelitian, kemudian
43
4.1 Hasil Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian yang dilakukan pada Koperasi Pegawai
Pemerintah Kota Bandung (KPKB) penulis memperoleh data dan informasi
mengenai gambaran umum perusahaan khususnya pada bagian pencatatan
persediaan barang dagangan pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung
(KPKB).
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
Lahirnya koperasi di lingkungan Pemerintah Kota Bandung didorong oleh
suatu keinginan bersama di lingkungan para pegawai dan mulai berkembang
sekitar tahun 1961, dimana pada waktu itu Walikota bandung di jabat oleh Bapak
R.Priatna Kusuma. Di dalam lingkungan Pemerintah Daerah (Pemda) Kotamadya
Bandung sendiri pada waktu itu telah berdiri tujuh buah koperasi simpan pinjam
yang berada pada beberapa unit kerja. Hal ini membuktikan bahwa hasrat
berkoperasi telah berkembang di lingkungan kantor Pemda Kota Bandung.
Berdasarkan pada anjuran pemerintah pusat, bahwa pada setiap jabatan
atau instansi hanya ada satu buah koperasi, maka ketujuh buah koperasi simpan
pinjam yang ada di tiap-tiap unit kerja tersebut bersepakat untuk mendirikan satu
dengan nama Koperasi Pegawai Otonom Kotapraja Bandung (KPOKB) sebagai
perwujudan dari ketujuh koperasi sebelumnya.
Sesuai dengan keputusan Direktorat Jendral Koperasi pada tanggal 12 Juli
1963, KPOKB disahkan sebagai Badan Hukum dengan Nomor : 2890/BH/IV.
Perkembangan selanjutnya, dengan dikeluarkannya Undang-Undang Koperasi
Nomor 12 tahun 1967 maka diadakan akte penyesuaian pada tanggal 6 September
1967 dengan nomor 42/BH/IX-19 Desember 1967. Pada saat memperoleh
penyesuaian Badan Hukum tersebut, terjadi perubahan nama dari KPOKB
menjadi KPKB atau Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung. Perubahan
tersebut dimaksudkan untuk lebih mengkoordinasikan penyampaiaan tujuan
secara bersama melalui anjuran pemerintah yaitu untuk tidak mendirikan beberapa
koperasi dibawah satu kantor pemerintah, seiring dengan perubahan nama
Kotapraja menjadi Kotamadya.
KPKB memiliki jumlah modal yang relatif kecil pada saat didirikan, yaitu
sebesar Rp. 158.693,- dengan anggota sebanyak 50 orang. Modal tersebut
diperoleh dari simpanan anggota berupa simpanan pokok sebesar Rp.100,-
simpanan wajib Rp.75,-/ bulan dan simpanan sukarela sebesar Rp.50,-/ bulan.
Dalam pertumbuhannya Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB)
baik yang berkenaan dengan tingkat sosial, ekonomi maupun politik bangsa
Indonesia, antara lain :
a. Sekitar tahun 1965 kepengurusan KPKB dipolitisir, dimana dimasuki
b. Pada tahun 1965 terjadilah hal yang sangat tragis untuk organisasi koperasi,
yaitu kebijaksanaan Pemerinta Republik Indonesia dibidang moneter berupa
sanering, nilai uang Rp. 1.000,00,- menjadi Rp. 1,00,-
Setelah Orde Baru berakhir terutama setelah diberlakukannya
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1967, perkembangan KPKB mulai memperlihatkan
kemajuan. Hal ini ditandai pada tanggal 6 September 1968 KPKB mendapat status
Badan Hukum berdasarkan adanya ketetapan No. 42/bh/ix-12-67. Keanggotaan
KPKB bersifat sukarela sampai pada akhir 1971. Kemudian sesuai dengan
instruksi Walikotamadya No.23 tanggal 20 Oktober 1971 yang isinya
mengharuskan setiap pegawai Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung
menjadi anggota KPKB dengan pertumbuhan dan perkembangan jumlah pegawai
Kotamadya, terutama setelah mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kotamadya
Bandung dan adanya dukungan tersendiri dari setiap pegawai yang berada di
unit-unit kerja yang ada di kantor Pemerintah Kotamadya Bandung.
Kebijakan Walikotamadya selanjutnya terlihat dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Nomor 5461/72 tanggal 28 Maret 1972, agar Yayasan “Gemah
Ripah” yang bernaung dibawah Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II
Bandung yang pada waktu sebelumnya diserahkan tugas untuk mengurus
kesejahteraan pegawai, menyerahkan kekayaan material, finansial dan personil
serta kegiatan usahanya kepada KPKB. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
adanya dualism didalam mengurus kesejahteraan pegawai.
Sejalan dengan perkembangan KPKB pada tanggal 17 Nopember 1976,
42A/BH/DK-01/1-1976, selanjutnya mengalami perubahan Nomor Badan Hukum
kembali pada tanggal 9 Maret 1987 dengan Nomor 42B/BH/KMK-10/21,
perubahan pertama Nomor 42C/BH/KWK-10/21-24 September 1991 dan
perubahan terakhir No. 1522/KEP/KWK-10/XI/24 November 1997.
Upaya yang dilakukan pengurus beserta stafnya dalam mengelola koperasi
sampai saat ini dapat dikatakan berhasil yakni dapat dilihat dari kemajuan dan
prestasi terbaik yang pernah diraih KPKB dari tahun ke tahun begitu pesatnya
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Koperasi, KPKB mendapat
klasifikasi sangat mantap kelas A dengan No. 01-KPTS/KDK
10.021/4/11/1986.
b. Pada pemeriksaan tanggal 11 sampai dengan 12 Januari 1982 kembali KPKB
mendapatkan penghargaan dengan klasifikasi A (sangat baik) dengan surat
perintah tugas dari Departemen Koperasi Kota Bandung No.
11/KDK/10.21/4/51/1/88 tanggal 11 Januari 1988.
c. Tahun 1987 pada hari Koperasi ke-40 dengan Surat Keputusan Menteri
koperasi RI No. 325/PTS/M/VII/1987 KPKB memperoleh predikat Koperasi
Teladan Tingkat Nasional.
d. Tahun 1988 KPKB kembali memperoleh predikat Koperasi Teladan Utama
Nasional.
f. Tahun 2002 KPKB memperoleh sertifikat Koperasi Konsumsi yang
berprestasi dari Propinsi.
Prestasi yang dicapai KPKB ini tentu saja tidak terlepas dari segala upaya
dan kerja keras pengurus dalam peningkatan dan penyempurnan baik itu dalam
hal administrasi maupun organisasi
A. Visi Koperasi Pegawai pemerintah Kota Bandung (KPKB)
Meneruskan visi dan misi Koperasi Pegawai Pemerintah Kota bandung
manajemen atau pengelola koperasi menyadari pentingnya visi dalam
mengarahkan jalannya organisasi, rumusan visi Koperasi Pegawai Pemerintah
Kota Bandung (KPKB) adalah :
“ Terwujudnya Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung yang sehat,
profesional, mandiri dan memberikan manfaat bagi para anggotanya “.
B. Misi Koperasi Pegawai pemerintah Kota Bandung (KPKB)
Misi Koperasi Pegawai pemerintah Kota Bandung adalahsebagai berikut :
1. Mengembangkan usaha KPKB yang dapat memberikan manfaat bagi
kepentingan anggota ;
2. Meningkatkan kemampuan manajemen dan professioanalisme,
kewirakoperasian pengurus, pengawas manajer dan pegawai KPKB;
3. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana bagi kelancaran usaha KPKB;
4. Meningkatkan peran dan fungsi KPKB sebagai lembaga ekonomi yang
4.1.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah bagian dari kerangka yang berfungsi sebagai
salah satu alat bantu bagi manajemen dalam mencapai tujuan koperasi secara
efektif dan efisien. Struktur organisasi pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota
Bandung bisa di jelaskan sebagai berikut.
Keterangan :
garis komando garis tanggung jawab garis pengawasan garis pembinaan
Sumber : Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB), 2011.
Gambar 4.1
a. Pengurus Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung terdiri dari :
1) Seorang ketua pengurus
2) Seorang wakil ketua pengurus
3) Seorang Sekretaris Pengurus
4) Seorang Wakil Sekretaris pengurus
5) Seorang bendahara Pengurus b. Bagian Umum, membawahi :
1). Sub. Bagian TU / Personalia
2) Sub. Bagian Informasi Teknologi
c. Bagian Keuangan, membawahi :
1) Sub. Bagian Perbendaharaan
2) Sub. Bagian Pembukuan
d. Unit Simpan Pinjam, membawahi :
1) Seksi Keanggotaan
2) Seksi Analisa Kredit Uang
3) Seksi Proses Kredit
e. Unit Niaga, membawahi :
1) Seksi Proses Kredit
2) Seksi Pembelian Barang
3) Seksi Promosi Penjualan
f. Unit Jasa, membawahi :
1) Seksi Gedung Serba Guna (G.S.G)
2) Seksi Usaha
4.1.3 Deskripsi Tugas
Tugas pokok pengurus koperasi Pegawai pemerintah Kota Bandung,
adalah menyusun kebijakan segala usaha dan kegiatan koperasi untuk
mengembangkan dan meningkatkan kesejahteraan anggota.
Berikut tugas pokok pengurus koperasi pegawai pemerintah kota bandung
beserta jajarannya :
1. Tugas ketua pengurus koperasi adalah :
a. Memimpin dan bertanggung jawab atas segala kegiatan pengelolaan
organisasi
b. Melaksanakan tugas yang telah di sahkan pada rapat anggota tahunan
c. Mengkoordinir penyusunan rencana kerja
d. Mengawasi pengelolaan keuangan, material dan objek-objek lainnya yang
menjadi usaha koperasi
e. Menandatangani segala bentuk surat keluar bersama-sama sekretaris
f. Memberikan persetujuan penerimaan dan pengeluaran keuangan,
pemberian kredit yang bersifat khusus serta menandatangani cek untuk
kepentingan organisasi, bersama-sama dengan bendahara.
g. Melakukan hubungan kerja dengan badan, lembaga tertentu dalam usaha
mencari/penambahan modal kerja
h. Mewakili organisasi apabila terjadi sengketa dengan pihak-pihak yang
berhubungan dengan organisasi, baik di pengadilan maupun diluar
pengadilan