• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Uji Klorin Pada Sampel Beras yang Terdapat Di Pasar Merjosari Malang Dengan Metode Spektrofotometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Uji Klorin Pada Sampel Beras yang Terdapat Di Pasar Merjosari Malang Dengan Metode Spektrofotometri"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klorin

Klorin adalah bahan kimia yang biasa digunakan sebagai pembunuh kuman. Klorin sekarang bukan hanya digunakan untuk bahan pakaian dan kertas saja, tetapi telah digunakan sebagai bahan pemutih/pengkilat beras, agar beras yang standar medium menjadi seperti beras berkualitas super. Zat itu akan bereaksi dengan air membentuk asam hipoklorus yang diketahui dapat merusak sel-sel dalam tubuh. Klorin berwujud gas berwarna kuning kehijauan dengan bau cukup menyengat (Khopkar,2003).

[image:1.595.115.435.429.561.2]

Ditemukan oleh Scheele pada tahun 1774 dan dinamai oleh Davy pada tahun 1810. Klorin ditemukan di alam dalam keadaan berkombinasi dengan gas Cl₂, senyawa dan mineral seperti Karnalit dan silvit. Gas klorin berwarna kuning-kehijauan, dapat larut dalam air, mudah bereaksi dengan unsur lain. Klorin dapat mengganggu pernapasan, merusak selaput lendir dan dalam wujud cairnya dapat membakar kulit (Khopkar,2003).

Tabel 2.1 Spesifikasi Zat Klorin

Nomor atom (Z) 17

Konfigurasi elektron [Ne]3s²3p⁵

Massa atom 35,5

Wujud zat Gas

Warna Hijau kekuningan

Titik beku (0C) -101

Titik didih (0C) -35

Kerapatan (g/cm3) 3,21 x 10-3

Kelarutan dalam air (g/ml) 20

(2)

Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam kelompok pemutih dan pematang tepung (Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, 2007).

2.2 Definisi Beras

Kata beras mengacu pada bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam (Jawa : merang) secara anatomi disebut palea (bagian yang ditutupi) dan lemma (bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras (Haryadi,2006).

Berdasarkan definisi dari World Health Organization (WHO), makanan adalah semua substansi yang dibutuhkan oleh tubuh tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi lain yang digunakan untuk pengobat-obatan. Air tidak termasuk kedalam makanan karena merupakan elemen yang vital bagi kehidupan manusia. Terdapat tiga fungsi makanan yaitu; pertama, makanan sebagai sumber energi karena panas yang dihasilkan dari makanan seperti juga energi. Kedua, makanan sebagai zat pembangun karena makanan berguna untuk membangun jaringan tubuh yang baru, memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh yang sudah tua. Fungsi yang ketiga, makanan sebagai zat pengatur karena makanan turut serta mengatur proses alami, kimia dan proses faal dalam tubuh (Chandra, 2006).

Beras merupakan bahan pokok yang terpenting dalam menu makanan Indonesia. Sebagai makanan pokok, beras memberikan beberapa keuntungan. Selain rasanya netral, beras setelah dimasak memberikan volume yang cukup besar dengan kandungan kalori yang cukup tinggi,serta dapat memberikan berbagai zat gizi lain yang penting bagi tubuh, seperti protein dan beberapa jenis mineral (Chandra, 2007).

Menurut Hadrian (2006) beras adalah suatu bahan makanan yang merupakan sumber pemberi energi untuk umat manusia. Zat-zat gizi yang dikandung oleh beras adalah sangat mudah untuk dicernakan dan oleh karenanya beras mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi, terutama yaitu zat karbohidrat yang berfungsi sebagai energi untuk metabolisme tubuh.

(3)

beredar pada pemikiran apakah pangan tersbut dapat disimpan dalam waktu lama tanpa kerusakan yang berat. Beras dipilih menjadi makanan pokok karena sumber daya alam lingkungan mendukung penyediaannya dalam jumlah yang cukup, mudah dan cepat pengolahannya, memberi kenikmatan pada saat menyantap dan aman dari segi kesehatan (Haryadi, 2006).

Beras yang baik adalah beras yang jika menghasilkan nasi yang empuk (pulen) dan memberikan aroma yang harum. Lekat tidaknya butiran-butiran beras setelah dimasak ditemukan oleh perbandingan kandungan dua zat penting didalamnya, yaitu Amilosa (pati dengan struktur tidak bercabang) dan Amilopektin (pati dengan struktur bercabang dan cenderung bersifat lengket). Perbandingan komposisi kedua golongan pati ini sangat menentukan warna (transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau pera). Beras yang kandungan amilopektinya tinggi akan lebih lekat bila dimasak. Beras memiliki kandungan amilosa melebihi 20% yang membuat butiran nasinya terpencar-pencar (tidak berlekatan) dan keras (Laksmi, 2001).

Mutu beras dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu : mutu pasar, mutu masak dan citarasa, serta mutu gizi. Kriteria mutu pasar umumnya dikenakan terhadap beras giling, karakteristik nutu masak dan cita rasa beras giling terutama ditentukan oleh perbandingan amilosa dan amilopektin. Penilaian terhadap mutu gizi beras terutama diarahkan terhadap kandungan karbohidrat, protein, dan lemak dalam beras (Haryadi, 2006).

Penyimpanan beras harus dilakukan dengan baik untuk melindungi beras dari pengaruh cuaca dan hama, mencegah atau menghambat perubahan mutu dan nilai gizi. Penyimpanan beras dalam waktu lama dengan kondisi kurang baik akan menimbulkan kerusakan pada bau dan citarasa beras. Faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam penyimpanan beras diantaranya adalah kadar air beras, kelembaban nisbi dan suhu ruangan, serta lama waktu penyimpanan (Hanny,2002).

(4)

digunakan untuk bahan pakaian dan kertas saja, tetapi telah digunakan sebagai bahan pemutih beras (Laksmi, 2001).

2.2.1 Ciri-ciri Beras Berklorin

Indonesia menjadikan nasi sebagai bahan pokok. Dalam memilih beras tentunya, kita menginginkan beras yang putih, mengkilap, jernih dan licin. Kini banyak beredar beras putih yang diduga mengandung zat yang membahayakan kesehatan lambung. Adapun ciri-ciri beras yang mengandung klorin adalah, warnanya putih mengkilat, licin saat digenggam, dan tercium bau kimia seperti bau obat, jika direndam airnya berubah warna menjadi putih pekat. Sedangkan beras alami atau yang tidak berklorin (beras premium) warnanya putih kelabu, sedikit kusam, kesat bila digenggam, berbau khas beras, tampak segar dan jika direndam airnya hanya sedikit berwarna putih. Dampak dari beras yang mengandung klorin itu tidak terjadi sekarang. Bahaya untuk kesehatan baru akan muncul 15-20 tahun mendatang, khususnya bila kita mengkonsumsi beras itu terus menerus (Stefi ,2007).cari

2.3 Bahaya Klorin Terhadap Kesehatan

Klor merupakan bahan yang penting dalam industry tetapi harus diperhatikan pula bahaya-bahayanya, karena klor bersifat racun atau toksis terutama bila terisap pernapasan. Gas klor yang mudah dikenal karena baunya yang khas itu, bersifat merangsang (iritasi terhadap selaput lendir pada mata/conjunctiva), selaput lendir hidung, selaput lendir tenggorokan, tali suara dan paru-paru. Menghisap gas klor dalam konsentrasi 1000 ppm dapat mengakibatkan kematian mendadak di tempat. Orang yang menghirup gas klor akan merasakan sakit dan rasa panas/pedih pada tenggorokan, hal ini disebabkan pengaruh rangsangan/iritasi terhadap selaput lendir (mucuc membrance) yang menimbulkan batuk-batuk kering (kosong) yang terasa pedih dan panas, waktu menarik napas terasa sakit dan sulit bernapas, waktu bernapas terdengar suara desing seperti penderita asma/bronchitis (Parnomo, 2003).

(5)

mengandung bahan-bahan atau cemaran yang dapat membahayakan kesehatan termasuk Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang terlarang dan dan mikroba penyebab penyakit atau toksinnya, tetapi sebaliknya mengandung senyawa-senyawa yang mendukung kesehatan (Laksmi, 2001).

Manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya untuk usaha mempertahankan hidupnya, dan salah satu kebutuhan primer tersebut adalah makanan. Salah satu kebutuhan makanan pokok tersebut adalah beras atau nasi dan sebagian besar penduduk Indonesia makanan pokoknya adalah nasi (beras). Nasi merupakan salah satu bahan makanan yang mudah diolah, mudah disajikan, enak, dan nilai energi yang terkandung di dalamnya cukup tinggi, sehingga berpengaruh besar terhadap aktivitas tubuh atau kesehatan (Ahmad, 1990).

Klorin sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Klorin, baik dalam bentuk gas maupun dalam bentuk cairan mampu mengakibatkan luka permanen, terutama kematian. Pada umumnya luka permanen disebabkan oleh asap gas klorin. Klorin sangat potensial untuk terjadinya penyakit kerongkongan, hidung dan tract respiratory (saluran kerongkongan didekat paru-paru). Klorin juga dapat membahayakan sistem pernafasan terutama bagi anak-anak dan orang dewasa. Dalam wujud gas, klor merusak membran mukus dan dalam wujud cair dapat menghancurkan kulit. Tingkat klorida sering naik turun bersama dengan tingkat natrium. Ini karena natrium klorida, atau garam adalah bagian utama dalam darah (Haryadi, 2006).

Akibat- akibat yang ditimbulkan dari penggunaan klorin pada beras dalam jangka pendek adalah (Mac Dougall, 1994) :

1. Pengaruh 250 ppm selama 30 menit kemungkinan besar berakibat fatal bagi orang dewasa.

2. Terjadi iritasi tinggi waktu gas itu dihirup dan dapat meyebabkan kulit dan mata terbakar.

3. Jika berpadu dengan udara lembab, asam hidrokolik dan hypoklorus dapat mengakibatkan peradangan jaringan tubuh yang terkena. Pengaruh 14 s/d 21ppm selam 30 s/d 60 menit menyebabkan penyakit pada paru-paru seperti pneumonitis, sesak nafas, ephisema dan bronkitis.

(6)

1. Menimbulkan kanker darah. 2. Merusak sel-sel darah.

3. Mengganggu fungsi hati/lever.

4. Dapat merusak system pemafasan dan selaput lendir dalam tubuh apabila penggunaan klorin mencapai 3-5ppm dalam beras.

5. Dapat menggangu kesehatan mata, kulit dan batuk-batuk apabila pengunaan Morin mencapai 15-30 ppm dalam beras.

6. Serta dapat menyebabkan kematian apabila penggunaan klorin diatas 30ppm dalam beras.

Menurut Luthana (2008) bentuk aktivitas klorin dalam tubuh adalah sebagai berikut:

1. Menganggu sintesa protein.

2. Oksidasi dekarboksidasi dari asam amino menjadi nitric aldehid. 3. Bereaksi dengan asam nuklet, purin dan pirimidin

4. Induksi asam deoksiribonukleat (DNA) dengan diiringi kehilangan kemampuan DNA-tranforming.

5. Timbulnya penyimpangan kromosom.

2.4 Spektrofotometer

Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube ( Underwood,2001).

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri (Basset,1994).

Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda (Khopkar, 2003).

Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu : A = log ( Io / It ) = a b c

Keterangan : Io = Intensitas sinar datang It = Intensitas sinar yang diteruskan a = Absorptivitas

(7)

A = Absorban

Spektrofotometri merupakan bagian dari fotometri dan dapat dibedakan dari filter fotometri sebagai berikut (Khopkar, 2003):

1. Daerah jangkauan spektrum

Filter fotometri hanya dapat digunakan untuk mengukur serapan sinar tampak (400-750 nm). Sedangkan spektrofotometer dapat mengukur serapan di daerah tampak, UV (200-380 nm) maupun IR (> 750 nm).

2. Sumber sinar

Sesuai dengan daerah jangkauan spektrumnya maka spektrofotometer menggunakan sumber sinar yang berbeda pada masing-masing daerah (sinar tampak, UV, IR). Sedangkan sumber sinar filter fotometer hanya untuk daerah tampak.

3. Monokromator

Filter fotometere menggunakan filter sebagai monokrmator. Tetapi pada spektro digunakan kisi atau prisma yang daya resolusinya lebih baik.

4. Detektor

a. Filter fotometer menggunakan detektor fotosel

b. Spektrofotometer menggunakan tabung penggandaan foton atau fototube. Komponen utama dari spektrofotometer yaitu (Hastuti,2007) :

1. Sumber cahaya

Untuk radiasi kontinue :

a. Untuk daerah UV dan daerah tampak : Lampu wolfram (lampu pijar) menghasilkan spektrum kontiniu pada gelombang 320-2500 nm, Lampu hidrogen atau deutrium (160-375 nm), Lampu gas xenon (250-600 nm). b. Untuk daerah IR, ada tiga macam sumber sinar yang dapat digunakan :

Lampu Nerst,dibuat dari campuran zirkonium oxida (38%) Itrium oxida (38%) dan erbiumoxida (3%), Lampu globar dibuat dari silisium Carbida (SiC), Lampu Nkrom terdiri dari pita nikel krom dengan panjang gelombang 0,4 – 20 nm.

c. Spektrum radiasi garis UV atau tampak : Lampu uap (lampu Natrium, Lampu Raksa), Lampu katoda cekung/lampu katoda berongga, Lampu pembawa muatan dan elektroda (elektrodeless dhischarge lamp), Laser. 2. Pengatur Intensitas

Berfungsi untuk mengatur intensitas sinar yang dihasilkan oleh sumber cahaya agar sinar yang masuk tetap konstan.

3. Monokromator

(8)

Prisma, kaca untuk daerah sinar tampak, kuarsa untuk daerah UV, Rock salt (kristal garam) untuk daerah IR, kisi difraksi.

Keuntungan menggunakan kisi : dispersi sinar merata, dispersi lebih baik dengan ukuran pendispersi yang sama, dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum

4. Kuvet

Pada pengukuran di daerah sinar tampak digunakan kuvet kaca dan daerah UV digunakan kuvet kuarsa serta kristal garam untuk daerah IR.

5. Detektor

Fungsinya untuk merubah sinar menjadi energi listrik yang sebanding dengan besaran yang dapat diukur. Syarat-syarat ideal sebuah detektor : Kepekan yang tinggi, perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi, respon konstan pada berbagai panjang gelombang, waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi. Macam-macam detektor : Detektor foto (Photo detector), Photocell, Phototube, Hantaran foto, Dioda foto,dan Detektor panas.

6. Penguat (amplifier)

Berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor agar dapat dibaca oleh indikator.

Spektrofotometri merupakan bagian dari sperktroskopi, yaitu ilmu yang mempelajari interaksi radiasi dengan materi. Spektrofotmetri sendiri adalah istilah yang lebih terbatas, merupakan pengukuran kuantitatif dari intensitas radiasi elektromagnetik pada satu atau lebih panjang gelombang dengan suatu transduser (detektor) (Harvey 2000). Metode spektrofotometri menghasilkan sebuah tampilan hubungan antara intensitas radiasi yang teremisikan, terabsorpsi, atau terhamburkan oleh sampel dan kuantitas yang berhubungan dengan energi foton (E), seperti konsentrasi dan panjang gelombang (λ), yang disebut dengan spektrum (Wang, 2001).

(9)

Gambar

Tabel 2.1 Spesifikasi Zat Klorin

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar adalah narasi dan ilustrasi yang saling melengkapi untuk menyusun sebuah kisah yang baik..

Respons perilaku orientasi diamati dengan menggunakan metode, seperti pada penelitian pengaruh insektisida deltametrin konsentrasi subletal terhadap perilaku orientasi parasitoid,

Sehubungan dengan tindakan yang mengarah pada intimidasi tersebut, diketahui bahwa pada responden pria dalam penelitian ini diketahui memiliki dimensi sikap peran gender (sex

Agar strategi penyampaian informasi yang dilakukan oleh Humas Pemda KSB melalui media online yakni website, akan lebih efektif lagi jika masyarakat yang

Dalam bagian ini menyatakan temuan-temuan penelitian berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan untuk menjawab tujuan penelitian.Selain itu disampaikan juga secara

Dari pendapat tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia (SDM) adalah tenaga kerja termasuk didalamnya buruh, karyawan dan pegawai yang mampu melakukan kerja

Sebagai Dokumen Perencanaan Perangkat Daerah, maka Rencana Kerja ( RENJA ) Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kota Blitar mengacu pada RKPD Kota Blitar Tahun 2018,

| Izin Stasiun Radio (ISR) diberikan untuk mengoperasikan perangkat pemancar atau penerima yang dioperasikan pada kanal frekuensi radio tertentu dengan atau penerima