• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika perikanan purse seine di Laut Jawa dan sekitarnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika perikanan purse seine di Laut Jawa dan sekitarnya"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)

DINAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE

DI LAUT JAWA DAN SEKITARNYA

Oleh :

SUHERMAN BANON ATMAJA

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

(89)

ABSTRAK

(90)

nilai biornasa akses terbuka &) sangat ditentukan oleh nilai rasio harga ikan

-

biaya ek!,ploitasi (plc). Semakin tinggi rasio harga ikan

-

biaya eksploitasi (plc)

akan meilyebabkan kenaikan jumlah upaya penangkapan. Pada perikanan yang sedang

b:

rjalan menunjukkan rata-rata hasil tangkapan sama deqgan h a i l tangkapan yang opt ma1 (C*) dan rata-rata upaya penangkapan masih lebib rendah dari upaya penangka pan optimum (E*).
(91)

ABSTRACT

The Dynamics of Purse seine Fishery in the Java Sea and its Surrounding Waters. Purse seine fleet was introduced in Indonesia in the year 1970 which north coast of' central Java were playing an inovation role of the efective gear on small pelagic fish exploitation. Historical data on the fishery showed the development of the exploita- tion of srnall pelagic resources became offshore extending their fishing ground toward the eastein part of the Java Sea to the Makassar Strait related to dynamic of its fishery which re ,resented through larger fish hold capacity, enlargement of the fishing areas. rapid changes of the fishing strategy. The study described the change of pelagic fishes stock based on the exisiting data fkom the development of purse seine fishery during 1076

-

2001 and derived to the estimation of the current status of pelagic fish resources in the Java Sea through bio-economical approach. The results showed thai catchability coefficient (q) reflected as response of fisher to the decline in stock fluc- tuation. The value of "q" in the period of 1 985- 1990 was higher than I 99 1 -200 1 as a result from different response to the depletion of stock. The fishers decreased the effort when the depletion of stock, but the opposite situation was found in the period of 1991 - 2001. The extension fishing ground and the change of fishing strategy have pro )ortionally resulted to the increasing biomass of about 2 times higher than the prior period and the rate of number of population growth fkom 54,800 tons in the 1985-195'0 to 69,900 tons in the 1991 - 2001. Application of surplus production model or the period of 1985 - 1990 indicated that the levels of exploitation had ex- ceeded tf e maximum sustainable yield. In the 199 1 -2001 period, the level exploita- tion less than EMsy and the average catch during 1991 - 2001 lower than CMsy. From bio-economical point of view, the change of optimal effort, optimal catch and biomass ~nder open access (E*, C* and

L)

were strongly determined by ratio fish price - cost (pic). The highest p/c will cause the increased effort. The current ex- ploitatior showed that the average catch during 199 1 - 200 1 was equal optimal catch (C*) and was still lower than optimal effort (E*).
(92)

Surat Pernyataan

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis yang berjudul: Dinamika Perikanan Purse Seine di Laut Jawa dan sekitarnya merupakan gagasan atau hasil penetilian saya sendiri, dengan pembinibinglkomisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis i li belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di pergun an tinggi lain.

(93)

D [NAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE

Dl

LAUT JAWA

DAN SEKITARNYA

SUHERMAN BANON ATMAJA

P.265000 12

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh (gelar Magister Sain pada

Program Studi Teknologi Kelautan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(94)

Judul Tesis : Dinamika perikanan purse seine di Laut Jawa dan sekitarnya

Nama : Suherman Banon Atmaja

NRP

: P.26500012

Program Stud i : Teknologi Kelautan

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

3hn Haluan. MSc.

Prof Dr. Daniel R. Monintja, MSc.

(95)

RIWAYAT HIDUP

Penuli: dilahirkan di Rangkasbitung pada tanggal 18 Desembqr 1954 dari pasangan

H.M.A. Samiiin dan H.R. Saribanon. Pendidikan sarjana ditempwh di Program stucli

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan IPB, lulus pada tahun 1980. Pada

tahun 2000, pe nulis diterima di Program Studi Teknologi Kelautan p a a Pascasarjana IPEI.

Biaya pendidi kan di Pascasa rjana dibantu oleh Pusdiklat Aparatur Departemen Kelautan

dan Perikanan

Penulij bekerja sebagai Peneliti Madya di Balai Penelitian Perikanan Laut sejak

tahun 200 1. B idang penelitian yang menjadi tanggung jawab adalah symberdaya perikanan

pelagis dan eksploitasi perikanan purse seine di Laut Jawa.

Selarna mengikuti program S2, penulis mengikuti kegiatan pertemuan ilrniah, karys

ilmiah berjudl~l: Fluktuasi Stok Ikan Layang Deles (Decapterus mcrosoma) dan Siro

(Amblygaster sirm) di Laut Jawa disajikan pada Seminar Ikatan Garjana Oseanograli

Indonesia (IS( )I) dan dua artikel telah diterbitkan dengan judul Kepdatan dan Penyebaran

Krustasea Zona Fotik di Perairan Utara Irian Jaya pada Musim T i m ~ r pada Jurnal Ilmu-

Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. I1 (I), 2002 dan Karaklreristik Sumber days

Ikan Pelagis Kecil Di Laut Cina Selatan dan Perkembangan Eksploitlasinya pada Bulletin

(96)

PRAKATA

P u j ~ dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya

sehingga 8:sis ini dapat diselesaikan. Penelitian perikanan pelaeis kecil yang mencakup

aspek biologi, ekonomi dan sosial, lingkungan, serta perkembmgan eksploitasi telah

banyak dilakukan, penelitian bersifat komprihensif telah pula dilakukan bersama sntara

Pemerintah Indonesia dan Perancis selama tahun 1991 - 1996. Dengan pertimbs~ngan

perkemban~an yang sangat pesat dari perikanan purse seine. ANhirnya, penulis memilih

judul penelitian: DINAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE Dl LAUT JAWA DAN

SEKITARP JYA.

Penllis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.

Dr.

Ir. John Haluan 1vi.S~

sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Akhmad Fauzi M.Sc sebagai anggota

komisi. Kepada Dr. Ir. Subhat Nurhakim M.S dan Prof Dr. Dtaniel R. Monintja telah

mendorong untuk melanjutkan studi, serta Dr. Ir. H. M. Fedi A. Bondita (penguji di luar

komisi) ata ; kritik dan sarannya untuk kesempurnaan tesis. Kepala Pusdi klat Aparatur

Departemen Kelautan dan Perikanan dan staf telah membantu pemljiayaan studi. Ungkapan

terima kasi11 juga disampaikan kepada Turhadi S.H, Sukardi, Trimsinto, Simuh dan Purwadi

yang telah r ~embantu pengumpulan data.

Semoga tesis ini bermanfaat.

Bbgor, 28 Oktober 2002

(97)

DAFTAR IS1

Halaman

Daftar I si iv

Daftar T abel v

Daftar (;ambar vi

Daftar I ,ampiran vii

1. PEPI IDAHULUAN 1

1 .I Later Belakang 1

1.2 Pen~musan Masalah 3

1.3 Hipotesis 4

1.4 Tuji~an, M a n h t dan Lingkup Penelitian 4

2. TIIdJAUAN PUSTAKA 6

2.1 Kondisi Lingkungan 6

2.2 Karakteristik Perikanan Purse Seine 6

2.2.1 Ka pal Purse Seine 6

2.2.2 Alilt Tangkap 7

2.2.3 Cahaya sebagai Alat Bantu Strategi Penangkapan 8

2.2.4 Po a Migrasi Kapal Purse Seine 9

2.3 Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil 10

2.3.1 Po3 ensi dan Tingkat Eksploitasi 10 2.3.2 Sel~aran dan Ruaya Ikan Pelagis 12

2.3.3 As sek Reproduksi 14

3. ME {TODOLOGI 17

3.1 Ws ktu dan Tempat Penelitian 17

3.2 Metode Pengarnbilan Data 17

3.2.1 Da:a Produksi dan Upaya Penangkapan 17 3.2.2 Data Tekno Ekonomi Penangkapan &an 17

3.3 Annlisis Data 18

3.3.1 Pel ~dugaan Fungsi Produksi 18

a. Pnalisis Upaya Penangkapan 19

b. P ,nalisis Tekno Penangkapan 20

c. Fungsi Produksi 20

3.3.2 An alisis Optimisasi 23

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 25

4.1 Perkcmbangan Perikanan Purse Seine 25

4.1.1 Per1 rembangan Hasil Tangkapan dan Upaya Penangkapan 25

4.1.2 Hu bungan Hasil Tangkapan per Upaya Penangkapan (CPUE 28

d engan Karakteristik Kapal

4.2 Anslisis Fungsi Produksi 29

4.3 Ana isis Optimasi 32

5. KESII APULAN DAN SARAN 44

(98)

Halarnan

1. Koreli isi antara CPUE dengan karakteristik kapal 28 2. Perkembangan rata-rata hasil tangkapan dari kapal contoh selarna 29

tahuil1998

-

2002

3. Parameter fungsi produksi model Schaefer 3 1

4. Status tingkat eksploitasi, optimasi eksploitasi clan hasil taqgkapan 38

(99)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 . Sikhs daerah penangkapan purse seine 10 2. Motiel produksi dari sumberdaya ikan pelagis kecil di Laut Jawa, 12

mod fikasi dari model Gracia dan Caddy (1 987)

3. Lokalisasi secara geografis habitat yang cocok bagi populasi berbeda 14 ikan yang dieksploitasi oleh purse seine

4a. Per1;embangan upaya penangkapan di Laut Jawa 26 4b. Upqia penangkapan nominal dan upaya penangkapan efektif 26 5. Perkcmbangan hasil tangkapan dan CPUE di Laut Jawa 27 6. Kort:lasi antara nilai cpue dengan karakteristik kapal (umur kapal, 28

jumliih hari operasi penangkapan, jurnlah lampu dan volume palka)

7. Trend nilai CPUE selama periode tahun 1976 - 2001 d+n garis 30 regresi linier dari data periode tahun 1976

-

200 1, periodp tahun

1985 - 200 1 dan periode tahun 199 1

-

200 1

8a. Plot tumpang tindih, kurva pertumbuhan logistik ikan pelagis di Laut 33 Jawa dari data periode tahun 1985 -1990 dan perkenibangan

prodilksi purse seine dari tahun 1976 - 2001

34 8b. Plot tumpang tindih, kurva pertumbuhan logistik ikan pelagis di

Laut Jawa dari data periode tahun 199 1 - 200 1 dan perkembangan

produksi purse seine dari tahun 1976

-

2001 35 8c. Plot tumpang tindih, kurva pertumbuhan logistik ikan pelagis di Laut

Jawa dari data periode tahun 1985

-

2001 dan perkenibangan produksi purse seine dari tahun 1976 - 200 1

9. hub^ ngan berbagai nilai rasio harga ikan

-

biaya e k s p l o i t ~ i @/c) 40 dengim perubahan nilai optimal (X*, E*, C*) dan hubung* upaya

pena~igkapan (E,) dengan biomasa (X,) pada perikanm akses terbu ka

10. Penpruh perubahan strategi penangkapan dan perluasan daerah 42 penar~gkapan pada kurva surplus produksi, serta perkembangan

(100)

DAPTAR LAMPIRAN

Halam an 1. Species utama hasil tangkapan purse seine 5 1

1. Parameter pertumbuhan von Bertalanffy dari spesies utarna 52

-

54 hasil tangkapan purse seine

3. Hasi tangkapan dari kapal contoh 55 - 57

4. Asprk operasional kapal contoh 58 - 59

5. Kelompok umur kapal dan hasil tangkapan purse seine 5 9

berdiisarkan kapal contoh

6. Namr. kapal contoh dan dimensi ukuran kapal 60

-

62

7a. Perkembangan upaya penangkapan perikanan purse s e i ~ e di Laut 63

Jawa dan sekitarnya, nilai upaya penangkapan yang optimum ( E ~ s y ) dan I ata-rata upaya penangkapan

7b. Perkembangan hasil tangkapan perikanan purse seine di Liiut Jawa 63

(101)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu pemasok kebutuhan masyarakat akan sumber protein ikani adalah

usaha perikanan tangkap purse seine. Alat tangkap ini mulai diperkenalkan pertarna

kali oleh BPPL di Batang (Jawa Tengah) pada pertengahpn tahun 1970-an, dan

berkembang sangat pesat pasca pelarangan alat tangkap trawl (1980), baik kapasitas

penangkapan (dimensi ukuran jaring, ukuran kapal dan termasbk kekuatan mesinnya),

maupun daerah penangkapan dan strategi penangkapan. Perluasan daerah

penangk apan ke bagian timur Laut Jawa (P. Masalembo dan

P.

Matasiri) dan ba<$an selatan Laut Cina Selatan (sekitar P. Pejantan dan P. Katimata) sejalan der~gan

investas kapal baru yang lebih besar (80

-

100 GT) pada tt$wn 198211983. Luas

perairan yang dieksploitasi dari tahun 1973 - 1995 (Potier, 11998), sebagai berikut :

1973-1980 (78 000 km2), 1981 (103 700 km2), 1982-1984 (13,l 300 km2 ), 1985 (150

500

irm'),

1986-1995 (173 600

km').

Pada tahun 198611987, selain investasi klpal

baru yang berukuran di atas 100 GT, juga efisiensi dan btrategi penangkapan

ditingkz.kan dengan penggunaan cahaya (jurnlah lampu sebangak 30 -40 buah, 200 -

1000 wiltt) sebagai alat bantu pengumpul ikan menggantikan peranan rumpon qang

ditanam di laut. Pada tahun 1986, kapal telah dilengkapi dbngan alat bantu riidio

komunikasi antara kapal dan pemilik, dan tahun 1997 penentu posisi (GPS) dan Fish

finder. Pada pertengahan tahun 1998, informasi posisi lintang - bujur dac:rah

(102)

Konsekuensi peningkatan kapasitas kapal dan perluasat.1 daerah penangkapan

telah meningkatkan biaya operasional dan lama operasi penwgkapan lebih dari 20

hari. Oleh karenanya penanganan hasil tangkapan pada minggu-minggu awal

menggurakan garam sebagai pengawet, sedangkan es dfgunakan untuk hasil

tangkapan setelah separuh trip. Clucas dan Reilly (1992) welaporkan bahwa ilcan

segar disimpan menggunakan es hanya bertahzn 9

-

13 hari, itupun sebagai ballan

untuk pindang, sedangkan kualitas ikan segar yang baik disiqpan dengan es kuriing

dari 7 ha~i.

Prc yek Pelfish telah menyimpulkan bahwa tingkat eksploitasi perikanan purse

seine te1ii.h mencapai ambang krisis, yang lebih bersifat sosjal-ekonomi dari piida

bersifat biofisik akibat eksploitasi, yaitu perluasan daerah penangkapan telah

mencapai maksimum (hampir seluruh daerah penangkapan di L4ut Jawa dan Laut Cina

Selatan lelah dieksploitasi), pendapatan per kapal menuruq (tidak seimbangiya

kenaikan biaya pembekalan dengan nilai jual ikan yang tidak berubah banyak),

kesulitan rekruitmen nelayan handal (Durand dan Widodo, 1997). Pada tahun 1988

-

1994 memperlihatkan phenomena berlawanan antara rata-rata harga ikan per kg

dengan k~naikan produksi, dimana harga ikan cenderung menprun dengan kenaikan

produksi ikan (Roch, et al., 1995). Penggunaan garam per tfip meningkat dari 0.4

ton pada tahun 1985 menjadi 5.57 ton pada tahun 1988 dan rata-rata pendapatan

nelayan c enderung menurun (McEkoy, 199 1). Perbandingan antara ikan segar t fan

asin yang didaratkan di Juwana sebesar 60% : 40%, sedangkan I& Pekalongan berkisar

(103)

3

kering dengan perbandingan gararn terhadap ikan sebesar 10

-

15% selama tiga minggu

akan ke1,ilmgan berat sekitar 25 - 37% (Wikanta d m Basmal, 1998). Di Pekdongarl,

harga jud ikan asin 34% lebih rendah dari harga jual ikan segar, sedangkan di Juwana

sekitar 14% lebih rendah dm harga jual ikan segar (Potier, 1998)

Pa~itai utara P. Jawa adalah salah satu daerah padat nelayan di Indonesis,,

sehingga perrnasalahan yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya ikan

pelagis tli Laut Jawa sangat rumit dipecahkan. Bagaimmapun masalah spesifilc

kemasyarakatan nelayan, seperti kesempatan ke rja dan kebutuhan pasokan protein

,

lebih pentin2 sebagai prioritas dan perhatian pembangunan dan pengelolaan sul)

sektor perikanan. Oleh karena itu, suatu pemecahan yang menyaluruh meliputi aspeli

biologi llan ekonomi, sehingga alternatif pengelolaan yang ditawarkan aka11

menjamin kelangsungan usaha penangkapan dan kemungkinan pengembangan lebih

lanjut. Tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan setidaknya &pat melibatkan tiga

aspek, yaitu: a) Secara biologis konservasi sumberdaya dan hasil tangkapar~

maksimu~n (MSY). b) Secara ekonomis, keuntungan maksimum. c) Secara sosial-

politik, nlenciptakan lapangan kerja dan pemerataan (Pope, 1984 diacu dalan,l

Badrudin! 1994).

1.2 Pe~lrmusan Masalah

Perkembangan perikanan purse seine di pantai utara Jawa sangat dinamis sejak

pera1arang;an alat tangkap trawl. Sumberdaya ikan pelagis kecil telah dieksploitasi di

(104)

4

!;elama ini, perhatian penelitian lebih menekankan Rentang perkembangan

jumlah alat, produksi, dengan cara memaksimumkan hasil tangkapan dan tlzlah

mengabrtikan aspek lairaya, seperti aspek berkaitan dengan tapgkapan ekonomis dan

penjatahm (quota) diantara pemakai yang bersaing. Perikanq purse seine besar dan

sedang telah mengarah ke arah persoalan lebih tangkap dan Nelebihan modal. Sejak

tahun 1S 93, hasil tangkapan per satuan upaya dari stok ikan pdagis kecil dan tingkat

keuntun! ;an cenderung menurun.

Fada kondisi perikanan bebas kompetitif tanpa hendali, jumlah upaya

penangk'ipan akan cenderung terus berkembang masuk pehkanan sehingga akan

memban;;kitkan tekanan penangkapan lebih besar terhadap ikaq di bawah ukuran tiari

tingkat optimal pada perikanan berbasis berkelanjutan.

1.3 Hi potesis

a) Kardcteristik kapal mempengaruhi hasil tangkapan per upaya penangkapan.

b) Pad<i eksploitasi sumberdaya ikan yang tidak terkendali, maka keseimbaqgan

dari biaya operasional dan pendapatan sebagai kontrol upaya penangkapan.

c) Tinirkat eksploitasi perikanan purse seine belum melewhi tingkat eksploitasi

yani ; maksimal EM,^^).

1.4 TI ~j uan, Manfaat dan Lingkup Penelitian

T ~juan penelitian ini adalah:

1) Mengkaji perkembangan perikanan purse seine dan status perikaian

(105)

) Mengkaji tingkat eksploitasi melalui pendekatan biio-ekonomi

a) Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan garnb8ran realitas usaha

perikanar tangkapan yang dinamis, altematif pilihan kebijakan dan implementasinya

bagi kelangsungan usaha perikanan purse seine sebagai sumber lapangan kerja dan

pendapatm nelayan serta mereka yang terlibat dalam kegiatan usaha perikanan hi.

b) Lingkup Penelitian

Lingkup kajian dibatasi hanya pada kelompok perikanan purse seine besa

dengan pmekanan pada perkembangan perikanan purse seine selama periode tahun

1976 - 2001 dan status sumberdaya ikan pelagis di Laut Jawa dan sekitarnya dari

(106)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Lingkungan

Karakteristik massa air dan iklim Laut jawa dipengankhi langsung oleh tlua

angin muson, yaitu angin muson barat yang berlangsung antara bulan Septembe- -

Februari dan angin muson timur yang berlangsung antara bulan Maret

-

Agustus.

Pada mutson timur, massa air bersalinitas tinggi (>34%) memasuki Laut Jawa melillui

Selat Miikassar dan Laut Flores, sedangkan pada muson barat, selain terjadi

pengenceran oleh air sungai, juga masuk massa air bersalinitas rendah (<32%) yzng

berasal dari Laut Cina Selatan mendorong massa air bersalirbitas tinggi ke bagian

Timur Litut Jawa. Hal ini mempengaruhi suhu permukaan dan pola arus (Vezn,

1953; Wyrtki, 1961).

Fluktuasi suhu permukaan relatif kecil, perbedaan antara maksimum clan

minimum suhu di Laut Jawa h a n g dari 2 OC dengan nilai raba-rata berkisar antxa

27 - 29 OC. Distribusi suhu permukaan secara horizontal biasanya dihubungkran

dengan fimomena musiman. Pengaruh curah hujan pada suhq air laut dekat partai

sangat nyata dan gradien suhu pada daerah lepas pantai lebih disebabkan oleh

perbedaan massa air yang secara musiman masuk Laut Jawa.

2.2. Karakteristik Perikanan Purse Seine

2.2.1 Kapal Purse Seine

K,grakteristik kapal purse seine yang mengekspoitasi sumber daya ikan

(107)

7 Juwana \adalah kapal purse seine besar dan sedang, sesuai dengan tipologi kapal

pukat cilicin yang dikemukakan oleh Potier dan Sadhotomo (1995a). Panayotou

(1982) nlembandingkan perikanan skala kecil dan skala besar (perikanan indusnri)

dengan melihat teknologi yang digunakan, tingkat modal, tenaga kerja yang

digunakan dan kepemilikan. Ia lebih lanjut menerangkan bahwa perikanan skda

kecil biayanya rendah teknologi, rendah modal, dan biasanya kapal dioperasik~an

sendiri 01 eh pemilik.

Purse seine dalam tulisan ini adalah kapal kayu yang mempunyai panjmg

sekitar 25

-

30 meter, Mesin inboard 250

-

320 PK. Kapal dilengkapi dengan alat

bantu, seperti jurnlah lampu sebanyak 30

-

40 buah (200

- 1000 watt), radio

komunikasi antar kapal dan pernilik. Sejak tahun 1997 sebagian besar kapal teiah

dilengkapi pula dengan penentu posisi (GPS) dan pemerum gema ikan (fish finder).

Oleh karena itu, Potier (1998) menyatakan bahwa kapal purse seine besar clan

sedang tarmasuk perikanan semi industri.

2.2.2 Alat Tangkap

Jlrring purse seine terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian sayap tian

kantong, bagian kantong berada ditengah diapit oleh bagian sayap pada keclua

sisinya. Panjang jaring 400

-

700 meter, dalam 40

-

70 meter dan ukuran mata jaring

kantong 314 inci.

Bahan jaring adalah nylon multifilament dengan nomor benang dan mata

jaring yiing berbeda. Bagian kantong menggunakan nomor benang 2 10d/ 12 den1 :an

(108)

8

dengan ukuran mata jaring 25.4 rnm. Bagian badan sayafl dan bagian dibawah

kantong menggunakan nomor benang 210dl6 dengan u k u r q mata jaring 25.4 inm

(Susanto, 199 1).

2.2.3 Cahaya sebagai Alat Bantu Strategi Penangkapan

E'enggunaan cahaya sebagai alat bantu penmgkapan merupakan

memanfiiatkan ruaya tegak organisme laut ke arah permuqaan pada malam hari.

Fenomella yang berkaitan dengan sifat phototaksis hewan lap, dimana konsenlrasi

dan kepadatan ikan cenderung meningkat pada malam hari telah ditunjukkan oleh

beberapit penelitian sebelumnya. Nybakken (1988) menydtakan bahwa migrasi

vertikal harian zooplankton diakibatkan respons negatif bad para migran terhadap

cahaya, mereka bergerak ke arah permukaan laut bila intens ahaya di permuk aan

menurun dan bergerak ke dasar perairan bila intensitas

meningkat. Ikan bentong (S. crumenophthalmus), ikan b

ke sekitw cahaya untuk makan. Mereka aktif memakan mar$sa yang berkumpul di

sekitar cahaya, kemudian berenang keluar dari area cahaya. Sebaliknya cumi-cumi,

teri dan sardine merupakan spesies yang tertarik oleh cahaya. Mereka datang, ke

sekitar ciahaya untuk waktu yang lama (Baskoro, 1999). Rala-rata kepadatan pada

siang halri kurang dari setengah kepadatan pada malam hafi (Petit et al., 1935).

Kepadatan ikan di sekitar kelompok purse seine menunjukk* dua kali lebih tinggi

(109)

9

2.2.4 Pola Migrasi Kapal Purse Seine

Perubahan daerah penangkapan armada kapal purse seine mengikuti kon~jisi

lingkungan dan keberadaan ikan. Serial pengalaman dari hakhoda kapal telah

membenluk pengetahuan mengenai fenomena dam (perubah* kondisi lingkungan,

ruaya, ~nusim) terhadap daerah penangkapan yang dianggap potensial untuk

memberi can peluang mendapatkan hasil tangkapan yang cukup 1 besar pada masa-masa

tertentu, demikian pula perubahan komposisi jenis ikan menu* daerah penangkapan.

Siklus daerah penangkapan armada purse seine yang be/rpangkalan di Tegal,

Pekalong an dan Juwana dapat dilihat pada Garnbar 1, sebagai bqrikut :

1. Juli

-

September, pada bulan- bulan ini mulai masuk ikan I layang ke Laut Jawa,

sebagian besar armada purse seine berkonsentrasi di sekit$r perairan P. Bawesan

-

Kep. Masalembo.

2. Oktober

-

November, pada bulan-bulan ini merupakan pusim ikan, aktivitas

penangkapan di sekitar perairan P. Matasiri

-

P. Kelembau

3. Descmber

-

Februari adalah masanya puncak musim bast, kedaan cuaca dan

laut tidak menguntungkan untuk operasi penangkapan di Lput Jawa. Oleh karena

itu, sebagian besar aktivitas penangkapan purse seine teqkonsentrasi di sekitar

pera ran Selat Makassar (P. Lumu-lumu, P. Lari-Larian).

4. Maret

-

April adalah masa peralihan musim barat ke tjmur, ditandai deng,an

sulitriya mencari kawanan ikan di daerah penangkaban, sebagian kapal

(110)

10 5. Mei - Juli adalah puncak musim timur (masa paceklik di Laut Jawa), aktivitas

penangkapan berada di bagian selatan Laut Cina Selatan (perairan Staat

[image:110.612.73.482.125.783.2]

Karimata - Kep. Natuna).

Gambar I. Siklus daerah penangkapan purse seine (Atmaja dan Sadhotomo, 1935; Potier dan Petit, 1995).

2.3 S lmberdaya Ikan Pelagis Kecil

2.3.1 P 3tensi dan Tingkat Eksploitasi

Pl densi sumberdaya ikan pelagis di tiga wilayah pengelolaan perikartan

Indonesia, yaitu : Laut Cina Selatan (luas sebaran 550 000

km2)

sebesar 506 000 (on tahun" d'm tingkat pemanfaatan sebesar 38.2%, Laut Jawa (luas sebaran 400 000

km2)

sebtsar 340 000 ton tahun-' dan tingkat pernanfaatan telah mencapai maksim~im
(111)

1 I

ton tahun" dan tingkat pemanhtan sebesar 54.05% (Sumadiharga, 20C0).

Berdasarkan statistik data sampai tahun 1976, maximum supinable yield (MSY)

sebesar 76 000 ton (Sudjastani, 1978). Perhitungan melalui model komposit piida

daerah penangkapan tradisional Laut Jawa (luas area 91 000 lqm2 pada tahun 1976 -

1982) memberikan besarnya nilai hasil tangkapan optimum sebesar 79 000

-

81 000

ton tahun-' dengan upaya hari laut pada nil& 62 000 - 84 O(D0 tahun-l, pada tahun

1983 - 1984 (luas area 179 000 km2) nilai hasil tangkapan optimum sebesar 155 000

-

159 000 ton tahun-' dengan upaya hari laut pada nilai 123 000 - 165 000 tahun",

dan pada tahun 1985 - 1986 (luas area 202 000 km2) nilai ha$il tangkapan optim~lm

sebesar 175 000

-

180 000 ton tahun-' dengan upaya hari laut pada nilai 138 000 -

187 000 tahun-' (Gambar 2, Nurhakim et al. 1995).

Kajian perubahan populasi menggunakan model " d y n w c pool" dan Jone's

length cohort analysis" telah dibahas oleh beberapa peneliti terdahulu (Widodo, 1938;

Potier, 1998 dan Sadhotomo, 1998). Dari hasil penelitian kersebut menyebutkm

bahwa nilai indeks laju eksploitasi (E) < 0.5, sedangkan nilai indeks eksploitasi (E

o.l= tingkat laju kematian penangkapan pada kenaikan laju ekdploitasi sebesar 10 %

dari awal usaha penangkapan terhadap suatu stok ikan) berkisdr antara 0.32 - 0.47.

Kecuali Widodo (1 99 1 a; 199 1 b) menyatakan bahwa status eksploitasi untuk D.

macrosoma telah melebihi tingkat E 0.1 dan panjang ikan pertama kali tertangkap (LC

= 16.25 cm) lebih besar dari panjang ikan pertarna kali matanB gonada (Lm = 15.5

cm).

Durand dan Widodo (1997) menyatakan bahwa stagnasi hasil tangkapan pa da

(112)

12

daerah penangkapan telah dieksploitasi dan hasil tangkbpan telah mencapai

keseimbangan (MSY = maximum sustainable yield), (2) usada perlindungan, un.uk

tingkat kejenuhan eksploitasi tidak dapat menangkap pada semua spesies. Lebih

lanjut mereka mengusulkan tingkat pengelolaan hasil tangkap* melalui pada uku

-an

maksimum kapal (ukuran jaring dan unit upaya penangkap@ dan jurnlah kapal)

seyogianya efisien. Hal ini dapat dikombinasikan dengan keluaran pengeloliian

melalui kuota individu .

0 20000 40000 60000 80000 1 m 1200~0

Upaya Penangkapan (hari hut)

Gambar 2. Model produksi dari sumberdaya ikan pelagis kecil di Laut Jaws, modifikasi dari model Gracia dan Caddy (1987) (Nprhakim et al. 1995:1

2.3.2 Sebaran dan Ruaya (migrasi) Ikan Pelagis

Berbeda dengan sumberdaya mineral yang lebih bersiqt menetap, ikan ya ng

hidup di air akan selalu mencari lingkungan yang sesuai dengan kondisi clan

metabolisme tubuhnya sebagai maMuk hidup ''tere$terial yang selzlu

[image:112.618.80.513.227.676.2]
(113)

13

umurnnya sumberdaya ikan pelagis sangat peka terhadap perubahan kondisi

lingkungan. Perubahan kondisi lingkungan sangat nyata terhadap kelimpa han

sediaan baik positif maupun negatif Fluktuasi hasil tangkapan musiman diasosiasi kan

dengan perubahan salinitas antara musim hujan dan musim kemarau. Ikan laymg

diasosiasikan dengan massa air salinitas yang datang dari Laut Flores dan Szlat

Makassar pada musim kemarau (Hardenberg, 1938). Dua jenis ikan yang mempu~~yai

respon berbeda terhadap lingkungan digambarkan oleh hasil tangkapan ikan layang ilan

juwi di perairan utara Bonang

-

Sarang, pada musim peralihan dari musim timur ke

musim barat (September - Nopember) sebagian besar hasil tangkapan purse seine

didominasi oleh ikan layang, pada musim timur (Maret

-

Mei) ikan juwi

menggantikan ikan layang (Atmaja dan Ecoutin, 1995). Potier (1998) menyatacan

bahwa stok ikan pelagis sangat peka terhadap perubahan lingkungan, terutzma

penyebaran salinitas secara spasial yang dibanglutkan oleh dua angin muson bibrat

laut dan tenggara. Pada tahun basah (curah hujan di atas normal) akan mengurangi

penetrasi ikan-ikan yang bersifat oseanik ke Laut Jawa, akibat pengaruh massa air

oseanik menurun di bagian timur Laut Jawa.

Sumberdaya ikan pelagis di perairan ini terdiri dari komunitas ikan pela.gis

pantai (Sardinella spp., Rastrelliger brachysoma, hsumieria acuta, Selar spp.), il can

pelagis neritik dan oseanik (Decapterus russelli, Selar crumenophthalmus,

Rastrelliger kanagurta, Decapterus macrosoma, Amblygaster sirm, Megalu~pis

cordyla, Scombemorus spp., Auxis thamrd). Kelompok jenis ikan layimg

(Decapterus spp.) merupakan komponen utama di perairan ini, dorninasi jenis ikan ini

(114)

14

Keberadaan dan dorninasi kelompok jenis ikan layang (Decapterus spp.) setlagai

tujuan penangkapan sangat menentukan pola aktivitas penangkapan armada pukat

cincin.

Spesies coastal Spesies oseaRik

Spesies neritik

4-

Migrasi pa* musim Timur Migrasi pa* musim Barat

Gambar 3. Lokalisasi secara geografis habitat yang cocok ba$i populasi berbeda tkan yang dieksploitasi oleh purse seine (Hardenberg, 19138; Potier, 1998)

2.3.3 Aspek Biologi

Dari karakteristik parameter populasi menunjukk+n ikan pelagis kecil

termasuk ikan berumur pendek. Sebagian besar ikan yang tprtangkap masih belum

matang seksual dan tingkat pemulihan (recovery stage), sedikitnya individu ikan

yang matang seksual dan pemijah dalam sample hasil tangkap8n menunjukkan dac:rah

pemijahan di luar daerah penangkapan atau mereka tidak berada di daorah

[image:114.624.118.481.175.437.2]
(115)

15 de Jong (1940) telah melakukan studi pendahuluan tentang kebiasitan

pemijahan beberapa jenis ikan di perairan utara Jakarta dan sekitarnya. Ikan yang

matang seksual sulit ditemukan kendati pada musim pemijahan. la menyimpulkan D.

russelli mempunyai satu kelompok telur yang matang dan pada kondisi ovari~m

salin, bentuk ovarium menyerupai kantong kosong dengan kulit ovarium benva-na

merah. Penelitian ichytioplankton beberapa jenis ikan di Laut Jawa menunjukkan

adanya aktivitas pemijahan ikan pelagis di perairan ini, telur dan larva ikan layzcng

ditemukan di sekitar perairan P. Bawean pada bulan April - Mei dan sekitar perai -an

P. Madura pada bulan Oktober

-

November (Delsman, 1926). Djarnali (19'77)

melaporkan berat gonada ikan banyar lebih besar 8 gram atau nilai GSI lebih besar

dari 5 % ditemukan di perairan sekitar P. Panggang (Kep. Seribu). Akan tet3pi

ovarium yang telah mengandung telur benvana jernih (translucent) belum pentah

diperoleh. Hardenberg (1938) menyatakan kelompok ikan layang memasuki L w t

Jawa bersama massa air oseanik dari Laut Flores, melakukan aktivitas pemijahan di

sekitar perairan P. Bawean. Venema (1996) menyatakan bahwa ikan layang ticiak

memijah di Laut Jawa, ikan ini memijah di sekitar lekukan (slope) perairan laut dalarn.

Aktivitas reproduksi di perairan tropis dibangkitkan oleh suhu dan salinitas

yang spesifik dari kondisi musim (Weber, 1976 diacu didam Saila, 1979). Beberz.pa

jenis ikan mempunyai pemilihan habitat berbeda pada setiap fase daur hidupnya,

daerah makan dan daerah pemijahan sering berada pada daerah berbeda, sebag an

besar ikan laut merealisasikan pembuahan telur dan menetas di area terbuka (King,

1998). Species ikan pelagis pantai neritik di perairan tropis banyak berpijah di

(116)

16 (Johannes, 1978 diacu &lam Saila, 1979). Sebagian besar individu ikan di perairan

tropis memijah sepanjang tahun dengan puncak musim sekali atau dua kali seta~un

(Erdman, 1976 dzacu &lam Saila, 1 979).

Sebagian besar hasil tangkapan pukat cincin terdiri dari ikan muda (umur < 1 tahun), kelompok ukuran FL (panjang cagak) antara 12 - 19 cm mencapai 1t:bih

dari 80 %. Dari struktur ukuran ikan menunjukkan bahwa ikan layang (Decapterus

russelli) berukuran lebih kecil dari 12 cm sekitar 12.4 % dan ikan baryar

(Rastrelliger kanagurta) sekitar 2,4 % (Widodo, 1988; Nurhalum, 1995). Sadhotomo

(1998) melaporkan bahwa umumnya ikan besar cenderung berasosiasi dengan sub

area Matasiri dan Selat Makassar (Lumu-lumu) pada periqde akhir musim tirnur

(November-Desember) dan awal musim barat (Januari-Maretb. Sementara itu, ican

berukuran kecil cenderung berada di sub area pantai Utda Jawa Tengah, Kep.

Karimunjawa dan P. Bawean selama puncak musim Timur (Mei-Agustus). Kead aan

ini menunjukkan bahwa ikan-ikan ukuran kecil bukan mempakan sasaran utzma

penangkapan dan ikan tersebut tertangkap secara kebetulan bersama ikan berukuran

besar.

Parameter pertumbuahan von BertalanffL dari enam spesies hasil tangka 3an

utama purse seine dan variasi nilai parameter pertumbuhan, terutama nilai koefisien

(117)

3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalonpn,

Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan pada bulan 1 Juni

-

15 Juli 2002.

3.2 Metode Pengambilan Data

3.2.1 Data Produksi dan Upaya Penangkapan

Serial data produksi dan upaya penangkapan dari PPN Pekalongan seklma

periode tahun 1976

-

1996 telah dikompilasi oleh proyek Pdfish d m data peri 3de

tahun 1997 - 1999 telah dikumpulkan oleh Balai Penelitian Perikanan Laut. Data

tersebut berupa informasi hasil tangkapan, daerah penangkapan, hari operasi

penangkapan. Data tahun 2000 d m 2001 diperoleh dari Statistik PPN Pekalongan,

sedangkan informasi daerah penangkapan dan hari operasi penangkapan diperoleh

dari buku laporan kapal di Pos Pengawasan Sumber daya Ikan.

3.2.2 Data Tekno Ekonomi Penangkapan Ikan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode survai.

Tahap pertarna, penentuan kapal contoh (sampel) berdasarkm urutan kapal datmg

dari operasi penangkapan. Pengambilan sample secara a ~ a k sederhana den2an

bantuan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Jumlah kapd sampel sebanyak 50

kapal atau 12% dari populasi kapal pada tahun 200 1, yaitu 4

1

1 kapal (Statistik PPN Pekalongan, 200 1). Data yang dikumpulkan dapat dikel~mpok menjadi as 3ek
(118)

18 pembekalan kapal (solar, rninyak tanah, es, garam, beras, air tawar dan biaya

makanan) dan total biaya selama operasi penangkapan (biaya yang akan digunican

pada smt perhitungan bagi hasil), daerah penangkapan, jumlah hari ope-asi

penangkapan. Karakteristik kapal meliputi dimensi ukuran kapal (panjang, lebar cian

kedalaman), kapasitas (GT), daya mesin (HP), kapasitas palka, jumlah lampu, ABK

Tahap kedua, pencatat hasil tangkapan menurut kategori komersial, yrlitu

berat da11 nilai hasil tangkapan.

Ilari lima puluh kapal contoh (sampel), 82% kapal yang beroperasi di Laut

Jawa dan Selat Makassar, sisanya beroperasi di Laut Cina Selatan. Nama kapal

contoh tersebut selanjutnya digunakan untuk merunut data produksi dari kapal

tersebut pada tahun sebelumnya (tahun 1998 - 200 1).

3.3 Analisis Data

Sebelum data produksi dan upaya penangkapan dianalisis lebih lanjut, data

dikoreksi dengan data produksi dan upaya penangkapan dari kapal yang beroperasi

di Laut Cina Selatan. Dari data lima puluh kapal contoh pada 1998 - 2001 dan 41

kapal sa~mpel yang beroperasi di Laut Jawa dan Selat Makassar digabungkan,

kemudian dikelompokan berdasarkan umur kapal.

3.3.1 Pendugaan Fungsi Produksi

a) Analisis Upaya Penangkapan

Penentuan upaya penangkapan salah satu elernen penting pada u s d a

(119)

19

eksploitasi sumberdaya ikan dan regulasi upaya penangkapan. Poinsard dan Le Giien

(1975) diacu dalam Potier et al. (1990) mendifinisikan: "upaya penangkapn

diaplikasikan terhadap satu stok hewan air adalah suatu pengwkuran seluruh metode

yang berbeda digunakan menangkap stok tersebut oleh nelayan selama interval wactu

tertentu". Difinisi ini menyatakan bahwa hams mempertimbangkan jumlah kapal tlan

karakteristiknya, alat tangkap yang digunakan, tingkat aktivitas dan kemampuannya.

Elstimasi jumlah operasi penangkapafi :

dimana :

J, : Jumlah operasi penangkapan

i : Jumlah kapal keluar

j : Jumlah hari laut kapal sample I'Jm : Jumlah kapal aktif (Trip)

Potier (1998) mengusulkan bahwa indeks upaya penangkapan terbaik adalah

hari operasi penangkapan, karena kenaikan upaya penangkapan tidak linier dan

adanya variasi yang berkaitan dengan fluktuasi lingkungan. Penggunaan larnpu sol-ot

sebagai allat bantu utama pengumpulkan ikan tidak serta merta mengubah efisielsi

kapal. Irndeks kelimbahan stok berkaitan dengan besarnya kawanan ikan yang berada

di sekital- kapal, tekanan penangkapan dan perubahan kondisi lingkungan seba1:ai

faktor utr~ma yang menentukan fluktuasi stok.

(120)

dimana :

Ef : Upaya penangkapan efektif (hari)

J; : Jumlah hari operasi penangkapan tahun i

i : CPUE tahun i

: CPUE indeks tahun 1992

b) Analisis Tekno Penangkapan

halisis tekno penangkapan untuk melihat hubungan antara karakter stik

kapal d ~ n g a n hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE). Karakteristik k3pal

(umur l:apal, jumlah hari operasi penangkapan, jumlah lampu dan volume palka)

berdasa -kan kelompok kapal menurut umur kapal contoh dari data tahun 1998

-

2001

dan sm pel tahun 2002. Perhitungan menggunakan regresi linier ganda.

y = Po + PlXl+ p2x2 + p3x3

+

p 4 X 4 + & (3 ( iimana :

Y

= CPUE

XI = umur kapal

X2 = jurnlah hari operasi penangkapan

>G

= jumlah lampu

Xq = volume palka

E = simpangan pengamatan terhadap garis regresi

2 '

c ) Fungsi Produksi

Ilmalisis trend terhadap hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPIJE)

dilakuka~ untuk seleksi data yang akan digunakan dalarn pendugaan parameter

(121)

21

waktu y ing cukup lama, trend digambarkan oleh garis lurus dari persamaan regrt:si

dengan n ienggunakan metode kuadrat terkecil (ordinary least squares, OLS). Data

pruduksi dan upaya penangkapan dipisahkan mejadi empat kelompok, yaitu: selunlh

data selar la periode tahun 1976 - 2001, tahun 1985 - 190, tahun 1985

-

2001 d m

tahun 1991 -2001.

Y = P o + P 1 x i + ~ (4)

di. nana :

Y = CPUEi

Xi = Kode tahun ke i

i = 0 , 1 , 2 ,..., n

e = simpangan pengamatan terhadap garis regresi

Pendekatan keseimbangan model Schaefer (1957) menggunakan model

Waters dt n Hilborn (1976) untuk menduga parameter fbngsi produksi (K, r dan q).

Kriteria k:putusan untuk menentukan model yang tepat berdasarkan nilai koefisien

determina!,i

(R~)

d m uji analisis ragam (uji F, nyata pada taraf uji 0.05), sen:a

kesesuaiar nilai r dan q pada model tersebut. Model produksi Schaefer diturunkan

kedalam p wsarnaan berbeda oleh Waters dan Hilborn.

Po mlasi ikan pelagis diasumsikan mempunyai fbngsi pertumbuhan kuadratik,

persamaan fbngsi populasi

(ax

I &) sebagai berikut :

i ? X I & = F ( X ) = r X ( l - X I K ) , ( 5 ) dimana: r adalah laju pertumbuhan intrinsik

Ap~bila stok sumberdaya tersebut dieksploitasi maka besarnya hasil

(122)

22

koefislen penangkapan (q) (Schaefer, 1957 diacu dalam Clark, 1985) seba.:ai

beriku t:

Perubahan stok ikan per waktu setelah dilakukan penangkapan adalah selisih

antara laju pertumbuhan stok dikurangi dengan hasil tangkapan. Gulland (1991)

menggambarkan persamaan tersebut:

i?X/&=rX(l -X/K)-C

Penggabungan persamaan 8 dengan pesamaan 6 diperoleh :

? X / & = r X ( l -X/K)-qEX (9)

Waters dan Hilborn menggunakan model pertumbuhan terputus (disckrct).

Elseth dan Baumgardner (1 98 1) menyatakan hubungan yang tidak linier antara X t+l

dengar Xt menunjukkan model pertumbuhan yang terputus (discret), tidak adanya

tumpa~ ~g tindih generasi.

X t + l - X t = r X t ( l - & / K ) - q E X t atau

Xt+l= X t + r X t ( l -Xt/K)-qEXt (10)

Xt+r/Xt= (1

+

r

-

qE) - (rK) Xt (11)

Substitusi persarnaan 7 ke dalam persamaan 1 1 diperoleh :

(Ut+l/ Ut) - 1 = r - r/q K Ut

- q Et

(12)

dimana :

Ut = CPUE pada tahun t

(123)

23

33.2 Analisis Optimisasi

Pendekatan analitik optimasi statik, Fauzi (2000) menjelaskan bahwa

penurunan tingkat eksploitasi optimal bioekonomik secara analitik sebagai berikut:

Penerilnaan bersih (keuntungan) dari usaha penangkapan ikan (x ) adalah:

x = p.C - c. E (13)

dimana: p = rata-rata harga ikan,

c = rata-rata biaya per satuan upaya penangkapan

Substitusi E = CIqX dari persamaan 6 ke dalam persamaan 13 akan diperoleh

Sehingga dalam keadaan keseimbangan dirnana C = F(X), maka persamslan

rente ekonomi yang lestari dapat dirumuskan sebagai berikut:

Maksimisasi keuntungan statik :

Sehingga nilai biomasa yang optimal (X*), hasil tangkapan optimal (C*) clan

upaya penangkapan optimal (E*) :

X* = K12 ( 1

+

c/pqK)

C* = rK14 ( 1

+

cIpqK) ( 1

-

cIpqK)

(17) E* = rl2q ( 1

-

c/pqK)

Substitusi C = qEX dari persamaan 6 ke dalam persamaan 13 akan diperoleh :

x = pqEX

-

CE

perikanan akses terbuka pada R = 0, maka pqx-c = 0

(124)

24

Persamaan 8, pada kondisi keseimbangan (2X I

2t

= 0) maka

Substitusi persamaan 7 ke dalarn persamaan 19 diperoleh persamaan

kuadrat ik antara hasil tangkapan (C) dengan upaya penangkapan (E) sebagai berikut:

C = (qK) E - ( q 2 ~ r ) E' (20)

Hasil tangkapan maksimum lestari (CMY) dicapai pada saat

X

1 2E = 0

i?C / 2E = (qK) - 2 ( q 2 ~ r ) E (21 )

(125)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan Perikanan Purse Seine

4.1.1 Perkembangan Hasil Tangkapan dan Upaya Penangkapan

Perkembangan pukat cincin di pantai utara P. Jawa dapat ditandai melalui

perluasan daerah penangkapan, perubahan ukuran kapal dan komposisi hasil

tangkapan. Berdasarkan Garnbar 4a dapat dilihat bahwa sejak tahun 1982, jun lah

trip cc nderung menurun, sebaliknya jumlah hari operasi penangkapan mening kat

sangat mencolok.

Secara umum, ada tiga tahap yang penting rnengenai perkembangan ;rlat

tangka~ pukat cincin di pantai Utara Jawa sejak pasca pelarangan alat tangkap trawl,

yaitu : 1) perubahan kapal trawl menjadi kapal pukat cincin, daerah operasinya masih

terbatas di daerah penangkapan tradisional. 2) Pada tahun 198211 983, investasi kapal

baru dengan meningkatkan kapasitas kapal (ukaran kapal = 80

-

100 GT) clan

termasuk kekuatan mesinnya (1 60 HP), daerah penangkapan meluas ke bagian tiniur

Laut Jawa dan perairan sekitar P. Pejatan (Laut Cina Selatan). 3) Pada tahun

1986/87, investasi kapal baru dengan kapasitas palka 120 ton dan kekuatan mesin 250

HP, serta peningkatan efisiensi penangkapan melalui penggunaan lampu sorot

menggantikan peranan rumpon yang ditanam di laut sebagai alat bantu pengumpul

ikan. Daerah penangkapan yang dieksploitasi mencangkup dari perairan Kep. Natuna

(Laut Cina Selatan) sampai perairan Balikpapan (bagian barat Selat Makassar) (Potier

(126)

Garnbar 4a. Perkembangan upaya penangkapan di Laut Jawa

-Upaya (nominal)

-

- -0- - - Upaya (efektif)

a

0

!

1 I I 1 I I

1975 1979 1983 1987 1991 1995 1999 2003

T a h u n

Gambar 4b. Perkembangan upaya penangkapan nominal dan upaya penangkapan efektif di Laut Jawa

Perluasan daerah penangkapan diikuti dengan perubahan komposisi hasil

tangkapan dan kenaikan kelompok ikan layang yang sangat mencolok, mencapai lebih

dari 60% dari total hasil tangkapan purse seine (Potier dan Sadhotomo, 199 ja).

Sebelum pukat cincin beroperasi di Laut Jawa, ikan layang jenis D. rus~elli

[image:126.612.177.505.91.265.2]
(127)

27

Sadhotomo, 1995b). Potier dan Petitgas ( 1997) menunjukkan bahwa perubahan

strategi penangkapan (dari rumpon menjadi lampu sorot) sebagai alat bailtu

pengumpul ikan tidak berubah secara drastis terhadap komposisi hasil tangkapan,

berbedaan komposisi hasil tangkapan sangat tergantung musim dan daerah

penangkapan.

--

Hari [image:127.612.159.497.244.394.2]

T a h u n

Gambar 5. Perkembangan hasil tangkapan dan CPUE di Laut Jawa

Sumberdaya ikan pelagis kecil beduktuasi baik musirnan maupun tahunan.

Fluktuasi hasil tangkapan dan CPUE mempunyai pola yang relatif sama. Jika h 3sil

tangkapan rendah akan dikuti dengan CPUE yang rendah pula (Garnbar 5). Ilari

Gambar 5 terlihat adanya empat kelompok puncak hasil tangkapan ikan pelagis,

yaitu: kelompok pettama periode tahun 1973 - 198 1 dengan puncak produksi teq adi

pada tahun 1980 (24300 ton), kelompok kedua periode tahun 1982 - 1989 dengan

puncak produksi terjadi pada tahun 1985 (67000 ton), kelompok ketiga periode tahun

1990 - 1996 dengan puncak produksi terjadi pada tahun 1992 (82400 ton), dan

kelompok empat periode tahun 1997 - 2001 dengan puncak produksi terjadi pada

(128)

28

4.1.2 Hubungan Hasil Tangkapan per Upaya Penangkapan (CPUE) dengan Karakteristik Kapal

Nilai CPUE mempunyai korelasi cukup kuat dengan peubah karaktersitik

kapal, yaitu: umur kapal, jumlah hari operasi penangkapan, jumlah lampu dan volume

palka (Tabel 1 dan Gambar 6). Hubungan antara nilai CPUE dengan peut~ah

karakteristik kapal di Laut Jawa, dinyatakan dalarn persamaan regresi linier sebagai

berikut:

CPUE = 1.7816

-

0.0641 XI - 0.0086 X2 - 0.0238 X3 - 0.0065 & dimana:

XI = umur kapal

X2 = jumlah hari operasi penangkapan X3 = jumlah lampu

X4 = volume palka

Tabel 1. Korelesi autara CPUE @ kgaldaistik -1

Umur Hari Lampu Palka CPUE

umur 1

Hari .88 1

Lsmpu -.80 -.% 1

Palka .46 .46 -.38 1

CPUE - 9 4 -.89 .66 -.34 1

[image:128.618.104.480.271.654.2]
(129)

Koefisien korelasi

(R*)

penamaan tersebut adalah sebesar 91.3%, dapat

diartikan bahwa nilai CPUE dapat menerangkan keragaman peubah karakteristik

kapal sebesar nilai tersebut. Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa korelasi artar

peubah karakteristik kapal, umur kapal dengan peubah lainnya menunjukkan unlur

kapal semakin tua cenderung jumlah hari operasi penangkapan semakin lama, jumlah

lampu lebih sedikit, volume palka semakin besar. Dari data empat tahun terakhir

menunjukkan rata - rata hasil tangkapan purse seine hanya sekitar separuh clari

kapasitas palka (60 ton) (Tabel 2). Dengan kata lain, kapal baru mempunyai

kecenderungan mengurangi volume palka (kapasitas kapal), jumlah lampu sema kin

ban yak.

[image:129.612.105.499.426.522.2]

*) dari kapal contoh yang beroperasi di Laut Jawa

Tabel. 2 Perkembangan rata - rata hasil tangkapan dari kapal contoh selama tahun 1998

-

2002

4.2 Analisis Fungsi Produksi

Berdasarkan analisis trend, data dapat dikelompokan menjadi empat periode

tahun, yaitu data periode tahun 1976 - 2001, periode tahun 1985

-

1990, periode

tahun 1 98 5 - 200 1 dan periode tahun 1 99 1 - 200 1. Dari data periode tahun 1 97 6 -

2001 menunjukkan bahwa nilai CPUE purse seine mempunyai trend positif,

sedangkan CPUE periode tahun 1985 - 1990, periode tahun 1985 - 2001 ian

(130)

30

periode tahun 1991 - 2001 menunjukkan trend negatif (Gambar 7). Data peri'3de

tahun 1985 - 1990 (data yang berasal dari sebagian besar strategi penangkapan masih

menggunakan nunpon yang ditanam di laut sebagai alat bantu utama pengump~llan

ikan), data periode tahun 1991 - 2001 (data dari strategi penangkapan menggunakan

lampu sorot (cahaya) sebagai alat bantu utama pengumpulan ikan, rumpon yang

diletakkan di samping sisi kapal befingsi untuk menjaga kawanan ikan, supaya

tidak mudah terpencar pada saat tawur) dan data periode tahun 1985 - 21301

(gabungan dari kedua strategi penangkapan tersebut), sedangkan luas perairan yang

dieksploitasi sekitar 150 500 km2 pada tahun 1985 menjadi 173 600 krn2 pada ta hun

1995. Selanjutnya, kelompok data tersebut digunakan sebagai masukan pada model

Waters dan Hilbom.

1.20 -

p

0.80 -

0 CPUE (tonlhari)

E?d

1 I I I 1 I I

1975 1979 1983 1987 1991 1995 1999 2003

T a h u n

[image:130.612.94.513.413.625.2]
(131)

3 1

Dari perhitungan yang diterakan pada Tabel 3, diperoleh nilai parameter hngsi

produksi dari model Schaefer. Walaupun hasil regresi dari data periode tahun 19976

- 2001, nilai koefisien determinasi

(R~)

mencapai 24% dan nyata pada taraf uji 0 05

namun nilai q positif Sedangkan tiga kelompok data periode terakhir

memperlihatkan nilai koefisien determinasi ( R ~ ) mencapai 30 - 34% dan nyata piida

taraf uji 0.05. Data periode tahun 1976 - 2001 menunjukan kurang memberilcan

informasi tentang dinamika stok. Hilbom dan Waters (1992) diacu dalam Fauzi

(1 999) mencatat bahwa nilai koefisien r atau q adalah negatif agar dapat memenuhi

persyaratan model Waters dan Hilborn. Kurang tajamnya perbedaan antara CPUE

dengan upaya penangkapan akan menyebabkan nilai dugaan parameter kurang balk

Tabel 3. Parameter fungsi produksi model Schaefer

1

1991

-

2001

1

1 .I6306

1

-0.57624

1

-0.0000084

1

34%

*

) nyata pada taraf uji 0.05

I

*I

Data periode tahun

Nilai koefisien determinasi sebesar 30% - 34% menunjukkan keragaman total

peubah ( U t + l / Ut)

-

1 yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah CPUE dan upaya

penangkapan hanya sebesar 34%, sedangkan 66% - 70% keragaman merupakan

pengaruh hktor-faktor lain, bisa jadi lebarnya fluktuasi stok sebagai sifat surnberclaya

ikan pelagis, respons pengusaha atau nelayan terhadap fluktuasi stok, dan pengsiruh

dari keahlian nakhoda (tekong).

2

"

3

Koefisien deterrninasi

(R

) [image:131.616.104.528.393.496.2]
(132)

32

Kemampuan tangkap (koefisien q) lebih mencerminkan sebagai respclns

pemilik kapalfnelayan terhadap fluktuasi stok ikan . Koefisien q pada periode tahun 1985 - 1990 lebih besar dibandingkan dengan periode tahun 1991 - 200 1. Peric de

tahun 1985 - 1990, reaksi pemilik kapaVnelayan terhadap penurunan kelimpak~an

stok ikan dengan menurunkan upaya penangkapan (hari), sedangkan pada periclde

tahun 1991 - 2001 memperlihatkan sebaliknya (Gambar 4).

4.3 Analisis Optimasi

Berdasarkan nilai parameter hngsi produksi (r = indeks laju pertubuhan, K=

daya dukung dari lingkungan) dari tiga periode data (periode tahun 1985 - 19'30,

periode tahun 1985

-

2001 dan periode tahun 1991 - 2001) dapat digambar1;an

hubungan antara laju pertumbuhan dengan biornasa (Garnbar 8). Pada Gambar 8a

menunjukkan laju pertumbuhan maksimum dari stok ikan pelagis di Laut Jawa ( a n

sekitarnya sebesar 54800 ton, pada Gambar 8b menunjukkan laju pertumbuhan

maksimum dari stok ikan pelagis di Laut Jawa dan sekitarnya sebesar 69900 ton, dan

pada Gambar 8c menunjukkan laju pertumbuhan maksimum dari stok ikan pelagi!; di

Laut Jawa dan sekitarnya sebesar 1 13000 ton.

Pada Gambar 8a (periode tahun 1985

-

1990) mewakili data yang berasal tlari

sebagian besar strategi penangkapan masih menggunakan rumpon yang ditanm~ di

laut sebagai alat bantu utama pengumpulan ikan, Garnbar 8b (periode tahun 199 1 -

2001) mewakili data dari strategi penangkapan menggunakan lampu sorot (cahaya)

sebagai alat bantu utarna pengumpulan ikan (rumpon yang diletakan di samping sisi

(133)

311 tawur), sedang Gambar 8c (periode tahun 1985 - 2001) merupakan gabungan d a r ~

kedua strategi penangkapan tersebut.

Produksi (Xt)

0 30000 60000 90000 120000

90000

/

I I I

I 91192

/

90000

'

,.

93p4

, , '97~8'\ 841$.5' , ' '\'\\92p3 9 0 ~ 1 ,

-,

- 96P7a, , ,94195

.

;95p6

o o p n ' Sj~s

Garnbar 8a. Plot tumpang tindih, kurva pertumbuhan logistik ikan pelagis di Laut Jawa dari data periode tahun 1985 -1 990 dan perkembangan produksi purse seine dari tahun 1976 - 200 1

Plot tumpang tindih kurva surplus produksi dan perkembangan produksi

perikanan purse seine di Laut Jawa memperlihatkan tingkat produksi sudah melebihi

dari tingkat MSY (Gambar 8a), dimana produksi lebih tinggi dari pada laju

pertumbuhan stok ikan pelagis di Laut Jawa. Pada Gambar 8b menunjukkan tingkat

produksi masih berada di sebelah kiri dari kurva fbngsi produksi. Pada Garnbar 8b

(134)

34

produksi, berarti perkembangan produksi lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan

dari stok ikan pelagis di Laut Jawa.

[image:134.612.132.513.155.419.2]

Produksi (Xt)

Gambar 8b. Plot tumpang tindih, kuwa pertumbuhan logistik ikan pelagi:; di Laut Jawa dari data periode tahun 1991 - 2001 clan perkembangan produksi purse seine dari tahun 1976

-

200 1

Pada Gambar 8c dapat diartikan bahwa perkembangan eksploitasi tiari

perikanan purse seine masih dalam tahap berkembang. Hal ini tidak mencerminl~an

fenomena perikanan purse seine yang sebenamya, seperti: kecenderungan penuru nan

jumlah trip, kenaikan jumlah hari operasi penangkapan, penurunan kapasitas ka.pal

baru d m peningkatan efisiensi kapal melalui penambahan jumlah lampu. Dengan

kata lain, kelimpahan stok ikan pelagis di Laut Jawa dan sekitamya telah mengal;~mi

(135)

35

tinggal di laut lebih lama. Dengan demikian, model produksi surplus dari periode

tahun 1985 - 2001 tidak menggambarkan kelimpahan stok ikan pelagis yang

sebenarnya, tidak akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini.

Produksi (Xt)

0 240000 480000 720000

120000 1 I

I

/

120000

B i o m a s a (ton)

Garnbar 8c. Plot tumpang tindih, kurva pertumbuhan logistik ikan pelagis di Laut Jawa dari data periode tahun 198 5

-

200 1 dan perkembangan produksi purse seine dari tahun 1976 - 200 1

Perkembangan produksi lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan dari

populasi ikan pelagis dapat terjadi karena adanya variasi temporal dalam

produktivitas sehubungan pengaruh anomali lingkungan, sehingga adanya

(136)

116 penurunan dalam jumlah, ketika di bawah kurva produksi. Dengan kata lain, pacla

kondisi lingkungan yang cocok menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ikan pelagis

semakin besar, akan menyebabkan jumlah populasi ikan akan semakin besar pula,

sehingga meningkatkan hasil tangkapan (produksi) melebihi garis kurva fungsi

produksi. Sebaliknya jika semakin kecil laju pertumbuhan mengakibatkan hasil

tangkapan akan berkurang atau dibawah garis kurva fungsi produksi.

Sebagian besar stok populasi ikan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun,

karena produksi surplus dari suatu stok ikan ditentukan oleh indeks laju kematian

alami, pertumbuhan dan rekruitmen, jika terjadi gangguan pada salah satu parameter

tersebut maka stok akan mengalami kenaikkan atau penurunan. Clark (1985)

menyebutnya "boom and bust", umum terjadi pada perikanan, faktor lingkungan

memicu penyebabnya fluktuasi stok atau ketidaktentuan tentang produktivitas alam i.

Nagasaki dan Chikuni (1 989) menyetujui bahwa gejala fluktuasi tahunan berkaitan

dengan keberhasilan dan kegagalan pemijahan, perkembangan dan pertumbuhan telilr

dan juwana, sehingga mengakibatkan penurunan dan kenaikkan satu generasi.

Laevastu (1 993) menyatakan bahwa fluktuasi hasil tangkapan disebabkan o1c:h

banyak faktor, seperti perubahan penangkapan dan teknologi, perubahan permintaa n

pasar dan harga, perubahan ukuran stok dan keberadaan ikan. Ukuran stok &m

keberadaan ikan dapat dipengaruhi oleh intensitas penangkapan yang lalu, variasi

dalam rekruitmen, perubahan dalam proses ekosistem (pernangsaan, kompetisi) dan

perubahan lingkungan pada perbedaan skala ruang dan waktu. Potier (199:3)

menyatakan bahwa stok ikan pelagis di Laut Jawa sangat peka terhadap perubahim

(137)

37

angin muson barat laut dan tenggara. Pada tahun basah (curah hujan di atas nornial)

akan mengurangi penetrasi ikan-ikan yang bersifht oseanik ke Laut Jawa. Flukhiasi

klimatologis berpengaruh terhadap kelimpahan stok ikan neritik dan osesu~ik.

Kemungkinan mempengaruhi beberapa aspek daur hidup dari ikan pelagis. Selain itu,

penurunan stok juga dapat disebabkan suatu kelas umur tertentu (umur < 1 tahun)

mengalami tingkat mortalitas yang besar akibat intensitas penangkapan yang tinggi,

sehingga berkurangnya cadang induk untuk tahun berikutnya.

Perubahan lingkungan, terutama anomali lingkungan selain akan

mempengaruhi proses biologi, juga akan menyebabkan runtuhnya perikanan akibat

kegagalan rekruitmen, terutama pada kelompok ikan Clupeidae (Anchovy di perairan

Peru, sardine di beberapa perairan, herring) (Cushing diacu dalam King, 1998). I b j a

(1 969) menyatakan bahwa ikan Sardinella longicep di perairan Teluk Bengala, pada

Gambar

Gambar I. Siklus daerah penangkapan purse seine (Atmaja dan Sadhotomo, 1935;
Gambar 2. Model produksi dari sumberdaya ikan pelagis kecil di Laut Jaws,
Gambar 3. Lokalisasi secara geografis habitat yang cocok ba$i populasi berbeda tkan
Gambar 4b. Perkembangan upaya penangkapan nominal dan upaya penangkapan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Karang Tengah.. PHBS yang

Susunan anggota Komite Audit telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam Pasal 38 ayat (1) PBI Nomor: 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Gond Corporate

Distribusi frekuensi yang frekuensinya tidak dinyatakan dalam angka absolut, tetapi dinyatakan dalam angka relatif atau dalam persentase dari jumlah frekuensi semua kelas yang

Variasi bahasa slang digunakan secara rahasia dan terbatas hanya pada kalangan para tukang ojek, tetapi variasi bahasa jargon meskipun tidak diketahui oleh orang lain

dengan perekat PF menunjukkan bahwa semua kerapatan, kadar air dan pengembangan tebal kecuali pengembangan tebal pada suhu kempa 160°C dengan waktu 5 menit

Dalam penelitian ini penulis mengacu pada penelitian terdahulu, tentang analisis perbandingan kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek

1.1.1 Harus ada bukti bahwa Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik minyak sawit memberikan informasi yang memadai terkait isu-isu (lingkungan, sosial dan/atau legal) yang

Dasar hukum yang digunakan hakim dalam memutuskan perkara tentang cerai gugat nomor 1718/Pdt.G/2017/PA.Mdn dalam menggunakan hak ex officio, hakim menggunakan hak