• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan tampilan imunohistokimia p63 antara neoplasia intraepitel prostat dengan adenokarsinoma prostate

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan tampilan imunohistokimia p63 antara neoplasia intraepitel prostat dengan adenokarsinoma prostate"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN TAMPILAN IMUNOHISTOKIMIA P63 ANTARA NEOPLASIA INTRAEPITEL PROSTAT DENGAN ADENOKARSINOMA PROSTAT

TESIS

HENDRIANTO

NIM.087108002

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS PATOLOGI ANATOMI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERBEDAAN TAMPILAN IMUNOHISTOKIMIA P63 ANTARA NEOPLASIA INTRAEPITEL PROSTAT DENGAN ADENOKARSINOMA PROSTAT

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Spesialis Patologi Anatomi Dalam Program Pendidikan

Dokter Spesialis I Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

HENDRIANTO

NIM.087108002

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS PATOLOGI ANATOMI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Penelitian : Perbedaan tampilan imunohistokimia p63 antara

neoplasia intraepitel prostat dengan adenokarsinoma

prostat

Nama : Hendrianto

Nomor Induk Mahasiswa : 087108002

Program Studi : Program Pendidikan Dokter Spesialis I

Departemen Patologi Anatomi

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.H.M.Nadjib D.Lubis,Sp.PA(K) Dr. H. Joko S. Lukito,Sp PA NIP.130 318 033 NIP.19460308 197802 1 001

Ketua Program Studi Ketua Departemen

Patologi Anatomi FK-USU Patologi Anatomi FK- USU

(4)

PERNYATAAN

Judul Tesis : Perbedaan Tampilan Imunohistokimia p63 Antara Neoplasia

Intraepitel Prostat Dengan Adenokarsinoma Prostat

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam referensi.

Yang Menyatakan,

Peneliti

(5)

Telah diuji pada

Tanggal: 3 Mei 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Penguji I : Dr.H.Delyuzar,Sp.PA(K)

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul ”Perbedaan Tampilan

Imunohistokimia p63 Antara Neoplasia Intraepitel Prostat Dengan Adenokarsinoma Prostat”.

Tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dilaksanakan penulis dalam

rangka memenuhi persyaratan untuk meraih gelar Spesialis Patologi Anatomi dalam

program Pendidikan Dokter Spesialis I pada Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr.H.Sjahrir Pasaribu,DTM&H,Sp.A(K)

dan seluruh jajarannya yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk mengikuti

pendidikan di program Pendidikan Dokter Spesialis I pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr.Gontar

A.Siregar,Sp.PD(KGEH), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis

untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program Pendidikan Dokter Spesialis

(7)

Terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya penulis

sampaikan kepada Prof.Dr.H.M.Nadjib D.Lubis,Sp.PA(K) (pembimbing I); Dr.H.Joko

S.Lukito,Sp.PA (pembimbing II) yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah

mengorbankan waktu untuk memberikan dorongan, bimbingan, bantuan serta

saran-saran yang bermanfaat kepada penulis mulai dari persiapan penelitian sampai pada

penyelesaian tesis ini.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof.Dr.H.M.Nadjib

D.Lubis,Sp.PA(K), Dr.A.Harkingto Wibisono,Sp.PA, Dr.H.Soekimin,Sp.PA,

Dr.H.Joko S.Lukito,Sp.PA, Dr.Sumondang M.Pardede,Sp.PA, Dr.Jamaluddin

Pane,Sp.PA, Dr.Neni Wahyu Hastuti,Sp.PA, Dr.Lidya Imelda Laksmi,Sp.PA dan

Dr.Jessy Chrestella,Sp.PA yang telah mengizinkan penulis untuk mengambil sampel

penelitian pada laboratorium Patologi Anatomi yang dipimpin.

Terima kasih kepada Dr.H.Delyuzar,Sp.PA(K) dan Dr.H.T.Ibnu Alferraly,Sp.PA

yang telah bersedia menguji tesis penelitian saya dan tidak lupa saya mengucapkan

terima kasih kepada seluruh staf pengajar dan analis laboratorium di Departemen

Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan RS.H.Adam

Malik Medan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Persembahan terima kasih tulus, rasa hormat dan sembah sujud kepada ayahanda

dan ibunda tercinta (alm.Basuki L.A. dan Rismawaty), yang telah membesarkan

(8)

menjalani pendidikan dokter spesialis Patologi Anatomi. Semoga Tuhan Yang Maha

Esa mengampuni dan selalu merahmati kedua ayahanda dan ibunda ini.

Kepada ayah dan ibu mertua (Taufik dan Si A Eng), istriku tercinta Yanti, ananda

tersayang Christine Maria Friska dan Gladys Carlene, tiada kata yang setara untuk

mengutarakan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas cinta, kasih

sayang, pengertian, pengorbanan, kesabaran dan dorongan serta doa yang diberikan

kepada penulis. Adinda Suryanto,ST dan istri, saya ucapkan terima kasih atas

dorongan moral, doa dan selalu mengingatkan penulis untuk dapat menjalani

pendidikan sampai menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Akhirnya penulis menyadari bahwa isi hasil penelitian ini masih perlu mendapat

koreksi dan masukan untuk kesempurnaan. Oleh karena itu penulis berharap adanya

kritik serta saran untuk penyempurnaan tulisan ini. Semoga penelitian ini bermanfaat

bagi kita semua. Amin.

Medan, 2 Mei 2011

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan Penelitian….…...……….…... ii

Lembar Pernyataan ... iii

Ucapan Terima Kasih ... v

Daftar Isi...……….…….….…..…..….…. viii

Daftar Gambar.……….…... xiii

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Singkatan………….…….….…... xvii

Abstrak ... xviii

Abstract ... xix

BAB 1. PENDAHULUAN………...….….…... 1

1.1. Latar Belakang………..…... 1

1.2. Identifikasi Masalah...….….…... 2

1.3. Hipotesis ... 3

1.4. Tujuan Penelitian………...…... 3

1.5. Manfaat penelitian...…….…..……. 3

BAB 2. STUDI PUSTAKA …...…….……….…….…....…. 5

2.1. Embriologi dan Perkembangan Prostat... 5

2.2. Anatomi dan Histologi Kelenjar Prostat Normal... 5

(10)

2.4. Hiperplasia Prostat Jinak... 10

2.5. Neoplasia Intraepitel Prostat ... 12

2.6. Adenokarsinoma Prostat ... 13

2.6.1. Etiologi... 14

2.6.2. Gejala Klinis... 16

2.6.3. Diteksi Dini... 17

2.6.4. Gambaran Makroskopis... 17

2.6.5. Histopatologi... 18

2.6.5.1. Gambaran Arsitektur... 19

2.6.5.2. Gambaran Inti... 19

2.6.5.3. Gambaran Sitoplasma... 20

2.6.5.4. Gambaran Intraluminal... 21

2.6.5 5. Varian Atrophic... 22

2.6.5.6. Varian Pseudohyperplastic... 23

2.6.5.7. Varian Foamy Gland... 23

2.6.5.8. Varian Colloid dan Signet Ring... 24

2.6.5.9. Varian Oncocytic... 25

2.6.5.10. Varian Yang Menyerupai Lymphoepithelioma... 25

2.6.5.11.Varian Sarcomatoid... 26

2.6.6. Gleason Grade... 26

(11)

2.6.7.1. Klasifikasi TNM... 31

2.6.7.2. Tingkat Diferensiasi Kanker... 33

2.6.7.3. Tingkat PSA Dalam Serum... 34

2.6.8. Imunohistokimia... 35

2.6.8.1. PSA ... 35

2.6.8.2. PAP ... 36

2.6.8.3. Keratin 34ΒE12... 36

2.6.8.4. P63 ... 37

2.6.8.5. Alpha Methylacyl CoA Racemase... 41

2.6.8.6. Receptor Androgen... 41

2.6.8.7. P53 ... 42

2.6.9. Pengobatan... 44

2.7. Kerangka Konsep ... 45

BAB 3. METODE PENELITIAN ………..………...…. 46

3.1. Rancangan Penelitian... 46

3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian...…….….…... 46

3.2.1. Tempat Penelitian …………... 46

3.2.2. Waktu Penelitian ………... 46

3.3. Subjek Penelitian………... 46

3.3.1. Populasi …………....………..….…... 46

(12)

3.4. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi.….………..…... 47

3.4.1. Kriteria Inklusi ………... 47

3.4.2. Kriteria Eksklusi ………... 47

3.5. Jumlah Sampel ...… ..……….……….……... 47

3.6. Cara Kerja... 48

3.6.1. Pembuatan Sediaan Mikroskopis ... 49

3.6.2. Prosedur Sebelum Pulasan Antibodi Primer... 50

3.6.3. Protokol Pulasan Imunohistokimia p63 Dengan Menggunakan Metode REAL En Vision ... 51

3.7. Alat Dan Bahan Penelitian ... 52

3.7.1. Alat-Alat Penelitian ... 52

3.7.2. Bahan Penelitian ... 52

3.8. Instrumen Penelitian ... 54

3.9. Kerangka Operasional ...55

3.10. Variabel Penelitian ...56

3.10.1. Variabel Bebas ... 56

3.10.2. Variabel Terikat ...56

3.11. Pengolahan Data... 56

3.12. Analisa Data ... 57

3.13. Definisi Operasional ... 57

(13)

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 60

4.1. Distribusi Data Berdasarkan Jenis Kelainan Prostat ... 60

4.2. Distribusi Data Berdasarkan Umur Penderita Pada Kelompok Neoplasia Intraepitel Prostat ... 61

4.3. Distribusi Data Berdasarkan Umur Penderita Pada Kelompok Adenokarsinoma Prostat ... 62

4.4. Distribusi Data Berdasarkan Gleason Score Pada Kelompok Adenokarsinoma Prostat ... 63

4.5. Distribusi Data Tampilan Imunohistokimia p63 Di Inti Sel Basal... 64

4.6. Distribusi Data Tampilan Abberant p63 Di Sitoplasma Sel Luminal .. 65

4.7. Distribusi Data Tampilan Abberant p63 Di Sitoplasma Sel Luminal Berdasarkan Gleason Score Pada Kelompok Adenokarsinoma Prostat..66

4.8. Tampilan p63 Pada Neoplasia Intraepitel Prostat Dan Adenokarsinoma Prostat ... 67

4.9. Korelasi Abberant p63 Dengan Gleason Score ... 69

BAB 5. PEMBAHASAN ... 72

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

6.1. Kesimpulan ... 82

6.2. Saran ... 83

Referensi ...………..………... 84

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1.Anatomi zona dari kelenjar prostat yang dideskripsi oleh

McNeal... 7

Gambar 2.2. Histologi kelenjar prostat dengan pewarnaan haematoksilin dan eosin... 8

Gambar 2.3. Jenis-jenis sel prostat ... 9

Gambar 2.4. Diferensiasi sel-sel stem prostat ... 9

Gambar 2.5. Makroskopis dan mikroskopis hiperplasia prostat jinak... 12

Gambar 2.6. Gambar perubahan atipia epitel pada PIN... 13

Gambar 2.7. A. Kelenjar prostat yang normal (kiri) dan kelenjar prostat yang mengalami PIN (kanan) ; B. Inti yang membesar dengan nukleoli yang menonjol pada PIN... 13

Gambar 2.8. Makroskopis adenokarsinoma prostat... 18

Gambar 2.9. Adenokarsinoma prostat dengan sitoplasma yang amphophilic dan inti membesar serta nukleoli yang menonjol... 20

Gambar 2.10. Kristaloid intraluminal pada adenokarsinoma prostat yang low grade ... 21

Gambar 2.11. Varian atrophic... 22

(15)

Gambar 2.13. Varian foamy gland... 24

Gambar 2.14. Varian colloid... 25

Gambar 2.15. Varian signet ring... 25

Gambar 2.16. Varian sarcomatoid (A) dengan formasi osteoid (B)... 26

Gambar 2.17. Gleason grade 1………..……….…...………... 28

Gambar 2.18. Gleason grade 2………....………...………... 29

Gambar 2.19. Gleason grade 3………...…..………... 29

Gambar 2.20. Gleason grade 4………....…... 30

Gambar 2.21. Gleason grade 5………..…..………... 30

Gambar 2.22. Gleason grade pada adenokarsinoma prostate... 31

Gambar 2.23. Imunohistokimia PSA pada epitel kelenjar prostat yang normal (A) dan adenokarsinoma prostat yang poorly differentiated (B)…... 36

Gambar 2.24. Imunohistokimia keratin 34βE12 pada epitel kelenjar prostat yang normal(A); PIN (B); adenokarsinoma prostat……… 37

Gambar 2.25. Struktur p63 ……… 39

Gambar 2.26. Tampilan p63 pada sel basal kelenjar prostat normal; B. Pewarnaan p63 negatif baik di sitoplasma maupun inti pada adenokarsinoma prostat; C dan D. Pewarnaan p63 positif di sitoplasma pada adenokarsinoma prostat……… 40

(16)

differentiated... 43

Gambar 2.28. Pewarnaan imunohistokimia p53 yang kuat (a)

dan sedang (b)... 44

Gambar 5.1. Histopatologi neoplasia intraepitel prostat dengan pewarnaan

hematoksilin eosin ……….. 73

Gambar 5.2. Histopatologi neoplasia intraepitel prostat dengan pewarnaan

imunohistokimia p63 yang memberikan tampilan negatif ..……… 74

Gambar 5.3. Histopatologi adenokarsinoma prostat dengan pewarnaan

hematoksilin eosin ….…...………... 75

Gambar 5.4. Histopatologi adenokarsinoma prostat dengan pewarnaan

imunohistokimia p63 yang memberikan tampilan positif sedang

dan kuat ….……….. 76

Gambar 5.5. Tampilan p63 positif pada preparat yang diduga suatu

adenokarsinoma prostat dengan metaplasia sel transitional

atau urothelial carcinoma ……… 77

Gambar 5.6. A. p63 tertampil di inti sel basal pada setempat yang menunjukkan

neoplasia intraepitel prostat, B. p63 tidak tertampil pada

adenokarsinoma prostat ………...……… 78

Gambar 5.7. Histopatologi adenokarsinoma prostat dengan pewarnaan p63

yang menunjukkan tampilan aberrant p63 pada berbagai Gleason

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Data Berdasarkan Jenis Kelainan Prostat ... ... 60

Tabel 4.2. Distribusi Data Berdasarkan Umur Penderita Pada Kelompok Neoplasia Intraepitel Prostat ... ... 61

Tabel 4.3. Distribusi Data Berdasarkan Umur Penderita Pada Kelompok Adenokarsinoma Prostat ... 62

Tabel 4.4. Distribusi Data Berdasarkan Gleason Score Pada Kelompok Adenokarsinoma Prostat ... 63

Tabel 4.5. Distribusi Data Tampilan Imunohistokimia p63 Di Inti Sel Basal... 64

Tabel 4.6. Distribusi Data Tampilan Abberant p63 Di Sitoplasma Sel Luminal..65

Tabel 4.7. Distribusi Data Tampilan Abberant p63 Di Sitoplasma Sel Luminal Berdasarkan Gleason Score Pada Kelompok Adenokarsinoma Prostat ... 66

Tabel 4.8. Tampilan p63 Pada Neoplasia Intraepitel Prostat Dan Adenokarsinoma Prostat ... 67

Tabel 4.9. Uji Chi-square ... 67

Tabel 4.10. Uji Diagnostik Imunohistokimia p63 ... 68

(18)

DAFTAR SINGKATAN

FKUI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

RSCM Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

BPH Benign Prostate Hyperplasia

HPC1 Hereditary Prostate Cancer 1

PCAP Predisposing for Cancer of the Prostate

ASCO American Society of Clinical Oncology

PSA Prostate Specific Antigen

DRE Digital Rectal Examination

PIN Prostate Intraepithelial Neoplasia

LGPIN Low Grade Prostate Intraepithelial Neoplasia

HGPIN High Grade Prostate Intraepithelial Neoplasia

TNM Tumor, Node, Metastasis

PAP Prostatic Acid Phosphatase

AMACR Alpha Methylacyl CoA Racemase

H&E Haematoxyline Eosine

TRUS Transrectal Ultrasonografi

(19)

Perbedaan tampilan imunohistokimia p63 antara neoplasia intraepitel

prostat dengan adenokarsinoma prostat (Hasil Penelitian)

Hendrianto, H.M.Nadjib Dahlan Lubis, Joko S.Lukito

Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Kadangkala adenokarsinoma prostat terutama yang well differentiated sulit dibedakan dengan neoplasia intraepitel prostat secara histopatologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin. Untuk membedakannya diperlukan pewarnaan lain yang lebih akurat, seperti menggunakan salah satu imunohistokimia petanda sel basal seperti p63.

Tujuan penelitian ini adalah membuktikan adanya perbedaan tampilan imunohistokimia p63 antara neoplasia intraepitel prostat dengan adenokarsinoma prostat.

Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi analitik dengan rancangan cross

sectional. Sampel penelitian sebanyak 49 blok paraffin jaringan prostat dari TURP

(transurethral resection of prostate) atau surgical prostatectomy yang telah didiagnosa dengan pewarnaan hematoksilin eosin.

Pemeriksaan imunohistokimia p63 ini memiliki sensitifitas sebesar 68%, spesifitas sebesar 75%, nilai prediktif positif sebesar 74%, nilai prediktif negatif sebesar 69% dan likelihood ratio + sebesar 2,72. Terdapat perbedaan tampilan p63 yang bermakna antara neoplasia intraepitel prostat dengan adenokarsinoma prostat (p<0.05) dimana p63 lebih tertampil pada neoplasia intraepitel prostat. Terdapat korelasi yang sangat bermakna antara tampilan aberrant p63 dengan Gleason score pada adenokarsinoma prostat (p<0.001).

Kata-kata kunci: imunohistokimia p63, aberrant p63, neoplasia intraepitel prostat,

(20)

Expression difference of p63 immunohistochemistry among prostate intraepithelial neoplasia with prostate adenocarcinoma

(Research Result)

Hendrianto, H.M.Nadjib Dahlan Lubis, Joko S.Lukito

Anatomy Pathology Department of Medical Faculty of North Sumatra University

Abstract

Sometimes prostate adenocarcinoma especially well differentiated was very difficult to differentiate with prostate intraepithelial neoplasia by histopathology examination with hematoxylin eosine staining. To differentiate it needful more other accurate stain, as utilizes one of immunohistochemistry of basal cell markers such as p63.

The purpose of this research is to prove distinctive of p63 immunohistochemistry expression among prostate intraepithelial neoplasia and prostate adenocarcinoma.

This research constitute analytic descriptive research with design cross sectional. Observational sample contain 49 paraffin blocks of prostate tissue from TURP (

transurethral resection of prostate ) or surgical prostatectomy have been diagnosed by

hematoxylin eosin's staining.

This p63 immunohistochemistry assay has sensitivity 68%, specificity 75%, positive predictive value 74%, negative predictive value 69% and likelihood ratio + 2,72. It has significant difference of p63 expression among prostate intraepithelial neoplasia with prostate adenocarcinoma (p<0.05) which p63 expression in prostate intraepithelial neoplasia is more stronger. It has very significant correlation among aberrant p63 expression with Gleason score in prostate adenocarcinoma (p<0.001).

Key words: p63 immunohistochemistry, aberrant p63, prostate intraepithelial

(21)

Perbedaan tampilan imunohistokimia p63 antara neoplasia intraepitel

prostat dengan adenokarsinoma prostat (Hasil Penelitian)

Hendrianto, H.M.Nadjib Dahlan Lubis, Joko S.Lukito

Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Kadangkala adenokarsinoma prostat terutama yang well differentiated sulit dibedakan dengan neoplasia intraepitel prostat secara histopatologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin. Untuk membedakannya diperlukan pewarnaan lain yang lebih akurat, seperti menggunakan salah satu imunohistokimia petanda sel basal seperti p63.

Tujuan penelitian ini adalah membuktikan adanya perbedaan tampilan imunohistokimia p63 antara neoplasia intraepitel prostat dengan adenokarsinoma prostat.

Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi analitik dengan rancangan cross

sectional. Sampel penelitian sebanyak 49 blok paraffin jaringan prostat dari TURP

(transurethral resection of prostate) atau surgical prostatectomy yang telah didiagnosa dengan pewarnaan hematoksilin eosin.

Pemeriksaan imunohistokimia p63 ini memiliki sensitifitas sebesar 68%, spesifitas sebesar 75%, nilai prediktif positif sebesar 74%, nilai prediktif negatif sebesar 69% dan likelihood ratio + sebesar 2,72. Terdapat perbedaan tampilan p63 yang bermakna antara neoplasia intraepitel prostat dengan adenokarsinoma prostat (p<0.05) dimana p63 lebih tertampil pada neoplasia intraepitel prostat. Terdapat korelasi yang sangat bermakna antara tampilan aberrant p63 dengan Gleason score pada adenokarsinoma prostat (p<0.001).

Kata-kata kunci: imunohistokimia p63, aberrant p63, neoplasia intraepitel prostat,

(22)

Expression difference of p63 immunohistochemistry among prostate intraepithelial neoplasia with prostate adenocarcinoma

(Research Result)

Hendrianto, H.M.Nadjib Dahlan Lubis, Joko S.Lukito

Anatomy Pathology Department of Medical Faculty of North Sumatra University

Abstract

Sometimes prostate adenocarcinoma especially well differentiated was very difficult to differentiate with prostate intraepithelial neoplasia by histopathology examination with hematoxylin eosine staining. To differentiate it needful more other accurate stain, as utilizes one of immunohistochemistry of basal cell markers such as p63.

The purpose of this research is to prove distinctive of p63 immunohistochemistry expression among prostate intraepithelial neoplasia and prostate adenocarcinoma.

This research constitute analytic descriptive research with design cross sectional. Observational sample contain 49 paraffin blocks of prostate tissue from TURP (

transurethral resection of prostate ) or surgical prostatectomy have been diagnosed by

hematoxylin eosin's staining.

This p63 immunohistochemistry assay has sensitivity 68%, specificity 75%, positive predictive value 74%, negative predictive value 69% and likelihood ratio + 2,72. It has significant difference of p63 expression among prostate intraepithelial neoplasia with prostate adenocarcinoma (p<0.05) which p63 expression in prostate intraepithelial neoplasia is more stronger. It has very significant correlation among aberrant p63 expression with Gleason score in prostate adenocarcinoma (p<0.001).

Key words: p63 immunohistochemistry, aberrant p63, prostate intraepithelial

(23)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Adenokarsinoma prostat masih menjadi permasalahan kesehatan di seluruh

dunia, baik dari segi insiden maupun mortalitasnya. Sembilan puluh lima

persen dari keganasan pada kelenjar prostat adalah adenokarsinoma prostat.1

Sekitar satu dari setiap lima laki-laki Amerika didiagnosa kanker prostat

pada kehidupannya dan sekitar 3% akan meninggal. American Cancer

Society memperkirakan 220.900 kasus baru dari adenokarsinoma prostat dan

28.900 kematian dari penderita ini pada tahun 2003, dengan urutan kedua

setelah kanker paru-paru.1,2

Dalam beberapa tahun terakhir ini, adenokarsinoma prostat merupakan

keganasan tersering pada pria di Amerika Serikat, sedangkan di negara Asia

insidensinya masih termasuk peringkat rendah. Di subbagian Urologi,

bagian bedah FKUI/RSCM, selama periode 1995-1998 ditemukan rata-rata

17 kasus pertahun dan menduduki peringkat kedua setelah kanker buli-buli

(kandung kemih).3

Insiden adenokarsinoma prostat yang dijumpai pada otopsi meningkat

sesuai dengan pertambahan umur dan bervariasi tergantung pada metode

pengambilan sampel dari kelenjar prostat. Khususnya pada laki-laki dengan

umur di bawah 50 tahun terdapat peningkatan jumlah adenokarsinoma

(24)

section dari kelenjar prostat. Laki-laki muda yang menjalani prostatektomi

radikal tidak memiliki prognosis yang jelek setelah operasi dibandingkan

dengan laki-laki yang lebih tua. Mereka biasanya didiagnosa dengan keluhan

genitourinaria yang tidak berhubungan dengan prostat atau karena riwayat

keluarga kanker prostat.1,2

Perubahan keganasan pada prostat tidak terjadi secara menyeluruh dan

serentak, akan tetapi secara bertahap sehingga kadangkala sulit untuk

membedakan perubahan keganasan pada prostat yang masih awal seperti

neoplasia intraepitel prostat dengan adenokarsinoma prostat. Semakin awal

dijumpai keganasan pada prostat, maka semakin baik prognosisnya. Oleh

karena itu, hal ini yang membuat peneliti berkeinginan untuk meneliti

pemeriksaan keganasan prostat dengan menggunakan imunohistokimia.

1.2. Identifikasi Masalah

Adenokarsinoma prostat merupakan tipe keganasan pada organ prostat

yang paling banyak dan kadangkala tidak terditeksi terutama pada Gleason

grade 1 atau 2, dimana sulit dibedakan dengan neoplasia intraepitel prostat

pada pewarnaan hematoksilin eosin. Di bagian Patologi Anatomi FK USU,

kadangkala pada beberapa sediaan jaringan prostat ditemukan keraguan

dalam menegakkan diagnosa apakah sediaan tersebut masih merupakan

neoplasia intraepitelial prostat atau suatu adenokarsinoma prostat terutama

yang well differentiated. Untuk itu diperlukan adanya pemeriksaan

(25)

prostat dari neoplasia intraepitel prostat, sehingga tidak terjadi

underdiagnosis.

1.3. Hipotesis

Ada perbedaan tampilan imunohistokimia p63 antara neoplasia intraepitel

prostat dengan adenokarsinoma prostat.

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan umum

Untuk membuktikan adanya perbedaan tampilan imunohistokimia p63

antara neoplasia intraepitel prostat dengan adenokarsinoma prostat.

1.4.2. Tujuan khusus

1. Untuk melakukan uji diagnostik pemeriksaan imunohistokimia p63

terhadap pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan hematoksilin

eosin pada neoplasia intraepitel prostat dan adenokarsinoma prostat.

2. Untuk mengetahui korelasi tampilan aberrant p63 di sitoplasma pada

adenokarsinoma prostat dengan Gleason score.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai diagnostik penunjang yang lebih akurat dalam menegakkan

(26)

penanganan yang lebih awal dengan konsekuensi prognosis yang

lebih baik.

2. Dapat dipergunakan untuk menyingkirkan diagnosa yang ragu-ragu.

3. Dapat dikembangkan untuk penelitian lebih lanjut mengenai biologi

molekuler gen p63 dalam karsinogenesis yang berhubungan dengan

(27)

BAB 2 STUDI PUSTAKA

2.1. Embriologi dan Perkembangan Prostat

Selama kehamilan bulan ketiga, kelenjar prostat berkembang dari

invaginasi epithelial dari sinus urogenital posterior di bawah pengaruh

mesenkim. Pembentukan normal dari kelenjar prostat membutuhkan

pengaruh 5α-dihidrotestosteron yang disintesa dari testosteron fetal oleh 5α

-reduktase. Enzim ini dijumpai pada sinus urogenital dan genitalia ekternal.

Konsekuensinya, defisiensi 5α-reduktase akan menyebabkan prostat yang mengecil atau sama sekali tidak ada, walaupun epididimis, vasa deferentia

dan vesikel seminal tetap normal.

Selama masa prepubertas, terjadi perubahan prostat menuju fenotipe

dewasa. Kelenjar membesar secara kontinu mencapai berat sekitar 20 gram

pada usia 25-30 tahun.4

2.2. Anatomi dan Histologi Kelenjar Prostat Normal

Prostat normal memiliki berat sekitar 20 gram dan mengelilingi bagian

atas dari uretra (prostatic urethra). Sekresi prostat merupakan komponen

utama dalam cairan seminal yang kaya akan acid phosphatase.5

Dasar dari prostat terletak pada leher kandung kemih dan bagian apeks

pada diafragma urogenital. Fascia Denonvillier merupakan suatu jaringan

(28)

Serabut-serabut otot skeletal dari diafragma urogenital meluas ke bagian

apeks prostat sampai bagian anterior midprostat.

Zona perifer terdiri dari seluruh jaringan kelenjar prostat pada bagian

apeks dan bagian posterior dekat kapsul. Pada zona ini lebih sering dijumpai

carcinoma, prostatitis kronik dan atropi postinflammatory. Zona sentral

merupakan suatu daerah yang berbentuk kerucut dengan bagian apeks

meliputi duktus ejakulasi dan uretra prostatik pada verumontanum. Zona

transisi terdiri dari dua bagian jaringan kelenjar pada bagian lateral uretra

dari bagian tengah kelenjar. Pada zona ini sering terjadi benign prostatic

hyperplasia (BPH). Stroma fibromuskular anterior membentuk kecembungan kelenjar ini pada bagian permukaan anterior. Bagian apeks

dari area ini kaya dengan otot lurik yang bercampur dengan kelenjar dan otot

dari diafragma pelvis. Menuju bagian basal, lebih dominan otot polos

bercampur dengan serabut-serabut dari leher kandung kemih. Bagian distal

dari stroma fibromuskular anterior penting untuk fungsi voluntary sphincter,

(29)

Gambar 2.1.Anatomi zona dari kelenjar prostat yang dideskripsi oleh

McNeal.4

Gambaran histologi dari kelenjar prostat terdiri dari duktus kelenjar yang

bercabang-cabang. Kelenjar dan duktus terdiri dari dua lapisan sel yaitu

lapisan sel kolumnar sekresi luminal dan lapisan sel basal. Pada lumen dari

kelenjar dan duktus prostat sering dijumpai massa eosinofilik yang

berlapis-lapis (corpora amylacea) yang lebih umum dijumpai pada laki-laki yang

lebih tua. Kapsul prostat terdiri dari jaringan fibrous yang mengelilingi

kelenjar dan merupakan suatu lapisan yang lebih fibrous dari otot yang

(30)
[image:30.595.144.504.111.327.2]

Gambar 2.2. Histologi kelenjar prostat dengan pewarnaan haematoksilin dan

eosin.6

Selain sel-sel epitel luminal dan sel-sel basal, dapat juga dijumpai sel-sel

stem dan sel-sel neuroendokrin pada duktus prostat. Sel stem tersebut sama

dengan sel stem yang dijumpai pada semua jaringan di tubuh. Sel stem

berperan untuk regenerasi jaringan setelah injuri dan kematian sel. Sel stem

prostat terletak di dalam sel-sel basal dengan perbandingan 1:100 yang

berperan dalam regenerasi sel-sel epitel luminal dan sel-sel basal, mungkin

(31)
[image:31.595.233.416.112.330.2]

Gambar 2.3. Jenis-jenis sel pada prostat.7

Gambar 2.4. Diferensiasi sel-sel stem prostat.7

2.3. Persarafan Kelenjar Prostat

Prostat merupakan organ yang mendapat persarafan yang luar biasa. Dua

[image:31.595.233.415.397.617.2]
(32)

pedikel superior dan inferior pada masing-masing sisi. Saraf-saraf ini penting

untuk pengaturan fisiologi, morfologi dan pematangan kelenjar. Prostat

mendapat inervasi saraf simpatetik dan parasimpatetik dari saraf hipogastrik

dan pelvis. Saraf ini penting untuk fungsi ereksi, sehingga mendapat

perhatian khusus pada operasi kanker prostat.4

2.4. Hiperplasia Prostat Jinak

Hiperplasia prostat jinak (hiperplasia nodular) merupakan penyakit yang

umum dijumpai pada laki-laki berumur 50 tahun ke atas. Ini ditandai dengan

hiperplasia dari sel-sel epitel dan stroma prostat yang menyebabkan

pembesaran prostat, nodul-nodul yang berbatas tegas di regio periuretra.

Karena pembesaran nodul ini sedemikian besar sehingga menyebabkan

obstruksi uretra sebagian atau total. Oleh karena itu penderita hiperplasia

prostat jinak biasanya memiliki keluhan sering miksi, nocturia, kesulitan

memulai dan mengakhiri miksi, dysuria dan retensi urin.

Telah banyak dipelajari tentang etiologi dari hiperplasia prostat jinak.

Hanya sedikit keraguan tentang hubungan hiperplasia prostat jinak dengan

aksi androgen. Sebagai contoh, kastrasi pada pria prepubertas mencegah

perkembangan hiperplasia prostat jinak. Dihidrotestosteron, metabolit dari

testosteron merupakan mediator pertumbuhan prostat. Dihidrotestosteron

disintesis di prostat dari testosteron sirkulasi oleh aksi enzim 5α-reduktase tipe 2. Enzim ini dijumpai pada sel-sel stroma, sehingga sel-sel tersebut

(33)

dihidrotestosteron dapat beraksi sebagai autokrin pada sel stroma dan

parakrin pada sel-sel epitel di sekitarnya. Pada kedua jenis sel tersebut,

dihidrotestoteron terikat pada reseptor androgen dan memberi signal ke

transcription of growth factors, yang mitogenik terhadap sel stroma dan

epitel.

Secara mikroskopik, karakteristik hiperplasia prostat jinak adalah

nodul-nodul yang disebabkan proliferasi kelenjar atau dilatasi dan proliferasi

stroma fibromuskular. Proporsi elemen-elemen ini bervariasi antara satu

nodul dengan nodul yang lain, mulai dari nodul proliferasi murni stroma

fibromuskular sampai dengan nodul fibroepitelial yang dominan kelenjar.

Proliferasi kelenjar membentuk kumpulan kelenjar-kelenjar kecil sampai

dengan kelenjar-kelenjar besar dan berdilatasi, dilapisi oleh dua lapisan sel

(bagian dalam oleh sel epitel kolumnar dan bagian luar oleh sel epitel kuboid

atau pipih) dengan membran basal yang utuh. Biasanya epitel tersebut

karakteristik membentuk tonjolan atau gambaran papillary ke arah lumen

(34)
[image:34.595.160.485.115.249.2]

Gambar 2.5. A. Makroskopis hiperplasia prostat jinak; B. Mikroskopis

hiperplasia prostat jinak.8

2.5. Neoplasia Intraepitel Prostat

Neoplasia intraepitel prostat (PIN) merupakan proliferasi epitel yang

atipikal pada duktus dan asinar kelenjar prostat. PIN dibagi atas low grade

(LGPIN) dan high grade (HGPIN) berdasarkan derajat atipia selnya. Tidak

terbukti adanya hubungan antara LGPIN dengan adenokarsinoma prostat,

tetapi HGPIN memiliki hubungan erat dengan adenokarsinoma prostat dan

merupakan lesi prekursornya. Suatu kelenjar PIN memiliki arsitektur yang

jinak, tetapi dibatasi oleh sel-sel yang secara sitologi atipik.9 Lesi ini terdiri

dari kelenjar-kelenjar dengan proliferasi sel-sel yang menunjukkan anaplasia

inti. High grade PIN terdiri dari kelenjar-kelenjar yang terpisah lebih jauh,

kelenjar bercabang dengan struktur papillary. Ini berbeda jauh dengan

kanker yang invasif dimana karakteristiknya adalah kelenjar-kelenjar kecil,

tersusun rapat, tepi lumen yang datar (tidak bercabang). Pada PIN,

(35)

utuh.8,10 Secara histopatologi high grade PIN dapat berbentuk tufted,

papillary, cribriformis dan flat.10

Pada sekitar 80% kasus, jaringan prostat yang diambil karena karsinoma

mungkin menunjukkan lesi prekursor yang disebut dengan neoplasia

[image:35.595.173.476.278.378.2]

intraepitel prostat (PIN) yang high grade.8,10

Gambar 2.6. Gambar perubahan atipia epitel pada PIN.10

Gambar 2.7. A. Kelenjar prostat yang normal (kiri) dan kelenjar prostat yang

mengalami PIN (kanan) ; B. Inti yang membesar dengan nukleoli yang

menonjol pada PIN.10

2.6. Adenokarsinoma Prostat

Adenokarsinoma prostat merupakan keganasan yang paling umum

dijumpai pada laki-laki yang berumur di atas 50 tahun dan penyebab kedua

[image:35.595.165.482.449.550.2]
(36)

kematian karena keganasan. Perlu diketahui bahwa sering kali

adenokarsinoma prostat ini ditemukan secara insidentil, misalnya pada

pemeriksaan postmortem atau pada jaringan prostat hasil operasi dengan

indikasi hiperplasia prostat jinak.8

2.6.1. Etiologi

Perubahan gen pada kromosom 1, 17 dan kromosom X dijumpai pada

pasien-pasien dengan riwayat keluarga kanker prostat. Gen hereditary

prostate cancer 1 (HPC1) dan gen predisposing for cancer of the prostate

(PCAP) terdapat pada kromosom 1 sedang gen human prostate cancer pada

kromosom X. Sebagai tambahan, studi genetik menduga adanya suatu

predisposisi keluarga yang kuat pada 5-10% kasus kanker prostat. Laki-laki

dengan riwayat keluarga kanker prostat memiliki resiko yang lebih tinggi

untuk mendapat kanker prostat.11

Laki-laki Afrika Amerika memiliki prevalensi kanker prostat yang lebih

tinggi dan lebih agresif dibanding dengan laki-laki berkulit putih. Laki-laki

berkulit putih memiliki prevalensi kanker prostat yang lebih tinggi dibanding

dengan laki-laki Asia.2,5,11 Studi menemukan bahwa kadar hormon

testosteron pada laki-laki Afrika Amerika lebih tinggi 15% dibanding dengan

laki-laki berkulit putih. Selanjutnya terbukti juga 5α-reduktase mungkin lebih aktif pada suku Afrika Amerika dibanding dengan yang berkulit putih,

(37)

Diet tinggi lemak meningkatkan resiko terkena kanker prostat, sedangkan

diet tinggi kacang kedelai mungkin protektif. Observasi ini telah diutarakan

sebagai alasan rendahnya prevalensi kanker prostat di Asia. Studi kultur sel

menunjukkan asam lemak omega 6 positif dalam menstimulasi pertumbuhan

sel-sel kanker prostat, sedangkan omega 3 negatif. Lemak ini memiliki efek

pada perubahan hormon seks atau faktor pertumbuhan atau berefek pada 5α -reduktase. Kacang kedelai menurunkan pertumbuhan sel-sel kanker prostat

pada tikus percobaan, akan tetapi faktor epidemiologi menunjukkan tidak

terbukti efek yang bermakna pada manusia. Vitamin E memiliki efek

protektif karena merupakan antioksidan. Penurunan kadar vitamin A

mungkin suatu faktor resiko karena dapat memicu differensiasi sel dan sistim

imun. Defisiensi vitamin D diduga juga suatu faktor resiko dan studi

menunjukkan hubungan terbalik antara paparan ultraviolet dengan angka

kematian kanker prostat. Selenium mungkin memiliki efek protektif

berdasarkan studi epidemiologi dan dipercaya melalui efeknya sebagai

antioksidan.

Ablasi androgen menyebabkan regresi kanker prostat. Hsing dan

Comstock melakukan studi besar dengan membandingkan prevalensi kanker

prostat pada satu grup kontrol dengan satu grup yang diberikan inhibitor 5α

-reduktase. Inhibitor 5α-reduktase tersebut menunjukkan penurunan

prevalensi tumor. ASCO ( The American Society of Clinical Oncology )

merekomendasikan penggunaan inhibitor 5α-reduktase sebagai

(38)

2.6.2. Gejala Klinis

Penderita adenokarsinoma prostat selalu menunjukkan gejala lokal seperti

retensi urin (20-25%), nyeri pinggang dan tungkai (20-40%), hematuria

(10-15%), sering miksi (38%), penurunan aliran urin (23%). Akan tetapi 47%

pasien tidak menunjukkan gejala klinis, sehingga pasien mungkin didiagnosa

dengan adenokarsinoma prostat stadium lanjut tanpa adanya gejala.2,4,5,11

Selain gejala lokal, dapat dijumpai gejala-gejala metastasis, seperti

penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, nyeri pada tulang dengan

atau tanpa fraktur patologis, nyeri dan bengkak pada tungkai bawah, gejala

uremik dapat muncul akibat obstruksi uretra dan retroperitoneal

adenopathy.11

Oleh karena adenokarsinoma prostat muncul pada zona perifer, maka

keganasan ini sering bertahan dengan baik sebelum pasien mengeluh

kesulitan miksi akibat obstruksi uretra dan beberapa di antaranya tetap

tersembunyi bahkan sampai sudah metastasis jauh. Adenokarsinoma prostat

dapat dibagi atas tiga kategori berdasarkan sifatnya: 1. invasive prostatic

carcinoma (secara klinis telah dijumpai invasi lokal dan metastasis); 2. latent prostatic carcinoma (secara insidentil dijumpai pada kelenjar prostat dewasa

yang menetap untuk jangka waktu yang lama); 3. occult carcinoma (secara

(39)

2.6.3. Diteksi Dini

American Cancer Society menganjurkan agar semua pria berusia diatas 50

tahun mengikuti Program Deteksi Dini Kanker Prostat dengan melakukan

pemeriksaan prostate specific antigen total (PSA) dan perabaan prostat

melalui dubur yang disebut digital rectal examination (DRE). Pemeriksaan

DRE harus dilakukan oleh dokter, sedangkan pemeriksaan PSA dapat

dilakukan di laboratorium klinik. Bila ada riwayat kanker dalam keluarga,

program deteksi dini kanker prostat ini dianjurkan sejak usia 40 tahun.3

2.6.4. Gambaran Makroskopis

Identifikasi makroskopis adenokarsinoma prostat sampai saat ini sering

masih sulit atau tidak memungkinkan. Walaupun warna sebagian besar tumor

yang terlihat adalah putih kecoklatan, sebagian kecil berwarna kuning. Pada

prostatektomi, adenokarsinoma prostat cenderung multifokal, terutama

dijumpai pada zona perifer, diikuti pada zona transisional dan kemudian zona

sentral. Sebagian besar tumor teraba kenyal dan sebagian kecil teraba gembur

dan lunak. Sebagian besar tumor yang teraba dengan pemeriksaan colok

(40)
[image:40.595.222.429.113.249.2]

Gambar 2.8. Makroskopis adenokarsinoma prostat.8

2.6.5. Histopatologi

Adenokarsinoma prostat memiliki gambaran histopatologi mulai dari well

differentiated sampai dengan poorly differentiated. Gambaran umum semua

kanker prostat adalah hanya dijumpainya satu tipe sel tanpa adanya lapisan

sel basal. Berbeda dengan kelenjar prostat yang jinak dijumpai suatu lapisan

sel basal di bawah sel-sel sekresi. Pengenalan sel-sel basal dengan pewarnaan

hematoksilin dan eosin tidak mudah. Pada beberapa kasus yang jelas

karsinoma, mungkin terlihat sel-sel yang menyerupai sel-sel basal. Akan

tetapi apabila sel-sel tersebut diwarnai dengan antibodi yang spesifik untuk

sel basal maka hasilnya negatif dan sel tersebut hanya fibroblast yang

mengelilingi kelenjar yang ganas. Sebaliknya sel-sel basal mungkin tidak

dikenali pada kelenjar-kelenjar yang jinak tanpa pewarnaan khusus.5,13

Histopatologi kanker dibedakan dari kelenjar yang jinak dengan melihat

(41)

2.6.5.1. Gambaran arsitektur

Kelenjar prostat yang jinak cenderung tumbuh sebagai nodul-nodul yang

berbatas jelas dengan kelenjar yang hiperplasia, radial keluar dari uretra

dengan pola linier bahkan tersebar pada zona perifer. Berbeda dengan

kelenjar pada kanker prostat, dimana kelenjar-kelenjarnya lebih ramai,

tumbuh dengan pola yang tidak beraturan, batas kelenjar irreguler dipisahkan

oleh bundelan otot polos yang menandakan suatu proses infiltratif. Pola lain

yang menandakan telah adanya proses infiltratif adalah dijumpainya kelenjar

kecil yang atipikal di antara kelenjar-kelenjar besar yang jinak. Dengan

hilangnya diferensiasi kelenjar, pembentukan struktur cribriform, fusi

kelenjar-kelenjar dan kelenjar-kelenjar yang poorly differentiated,

memudahkan kita membedakannya dari kelenjar-kelenjar yang jinak.

Gambaran arsitektur merupakan komponen penting untuk grading

adenokarsinoma prostat.13

2.6.5.2. Gambaran inti

Inti sel pada adenokarsinoma prostat mulai dari yang tidak dapat

dibedakan dari epitel prostat yang jinak hingga yang jelas ganas. Biasanya

derajat atipia inti berkaitan dengan derajat arsitektur dari diferensiasi. Pada

sebagian besar adenokarsinoma prostat, perbedaan sitologi kelenjar yang

ganas ketika dibandingkan dengan kelenjar jinak sekelilingnya. Satu hal

yang sering dijumpai adalah inti sel yang membesar dengan nukleoli yang

(42)

Beberapa inti sel yang ganas tidak menunjukkan nukleoli yang menonjol,

tetapi menunjukkan pembesaran inti dan hiperkromatik. Pada inti sel

adenokarsinoma prostat, bahkan pada adenokarsinoma yang kehilangan

diferensiasi kelenjar menunjukkan variasi pada bentuk atau ukuran dari satu

inti dengan inti lainnya. Gambaran mitotik lebih sering terlihat pada

adenokarsinoma yang high grade dibandingkan dengan yang low grade.13,14

2.6.5.3. Gambaran sitoplasma

Sel-sel epitel kelenjar pada adenokarsinoma prostat memiliki sitoplasma

yang amphophilic, sedangkan pada kelenjar yang jinak lebih jernih dan

pucat. Akan tetapi pada adenokarsinoma prostat yang low grade,

sitoplasmanya sering juga jernih dan pucat sehingga sering tidak dapat

dibedakan. Sitoplasma sel adenokarsinoma prostat pada semua grade

biasanya kehilangan lipofuscin, sedangkan pada kelenjar prostat yang jinak

[image:42.595.221.427.552.677.2]

dijumpai lipofuscin.13,14

Gambar 2.9. Adenokarsinoma prostat dengan sitoplasma yang amphophilic

(43)

2.6.5.4. Gambaran intraluminal

Suatu gambaran yang umum terlihat pada lumen kelenjar pada

adenokarsinoma prostat adalah kristaloid prostat, yaitu suatu struktur yang

menyerupai kristal berbentuk bujursangkar, segienam, segitiga atau batang.

Walaupun kristaloid tersebut bukan merupakan diagnosa karsinoma, tetapi

sangat sering dijumpai dijumpai pada kelenjar yang ganas dibanding dengan

yang jinak. Sebagai tambahan sering juga dijumpai sekresi aseluler padat

berwarna merah jambu atau sekresi musinous berwarna kebiruan pada

intraluminal kelenjar adenokarsinoma prostat, khususnya pada

adenokarsinoma yang low grade. Berbeda jelas dengan kelenjar yang jinak,

dimana sering dijumpai corpora amylacea yang terdiri dari struktur cincin

oval atau bulat yang berlapis-lapis.13,14

Gambar 2.10. Kristaloid intraluminal pada adenokarsinoma prostat yang low

grade.1

Adenokarsinoma prostat mempunyai beberapa varian histopatologi, yaitu

(44)

oncocytic, lymphoepithelioma-like, sarcomatoid (carcinosarcoma). 9,13

2.6.5.5. Varian Atrophic

Sebagian besar adenokarsinoma prostat memiliki sitoplasma yang banyak,

tetapi pada varian atrophic sitoplasmanya sedikit menyerupai atrofi kelenjar

yang jinak, akan tetapi ini dapat dibedakan. Untuk mendiagnosa

adenokarsinoma varian atrophic harus berdasarkan beberapa gambaran,

yaitu:

•Menunjukkan suatu proses infiltratif yang sebenarnya dengan kelenjar

atrofi ganas yang kecil berada diantara kelenjar-kelenjar besar yang jinak,

sedangkan kelenjar kecil yang jinak menunjukkan konfigurasi lobular dan

mengalami dilatasi sentral yang dikelilingi kelompokan kelenjar-kelenjar

yang lebih kecil (post atrophic hyperplasia).

•Tidak menunjukkan respon stroma yang desmoplastik, sedang kelenjar

jinak yang atrofi menunjukkan reaksi fibrosis.

•Menunjukkan sitologi yang atipik, dimana inti membesar, nukleoli

menonjol.9,13

(45)

2.6.5.6. Varian Pseudohyperplastic

Varian ini menyerupai kelenjar prostat yang jinak dengan kelenjar-kelenjar

ganas yang bercabang dan berstruktur papillary. Pengenalan varian ini

berdasarkan pola arsitektur dengan sejumlah kelompokan kelenjar yang rapat

dan intinya atipik serta sitoplasmanya banyak. Susunan kelenjarnya dengan

gambaran back to back.9,13

Gambar 2.12. Varian pseudohyperplastic.13

2.6.5.7. Varian Foamy gland

Varian ini ditandai dengan sitoplasma yang banyak dan foamy dengan

ratio inti terhadap sitoplasma sangat kecil. Walaupun sitoplasmanya

mempunyai gambaran xanthomatous tetapi tidak mengandung lipid. Pada

varian ini tidak terlihat pembesaran inti dan nukleoli tidak menonjol,

sehingga menyulitkan untuk mendiagnosa sebagai karsinoma. Inti selnya

bulat, kecil dan hiperkromatik padat. Ditandai sebagai karsinoma karena pola

(46)

terlihat sekresi padat aseluler yang berwarna merah jambu. Varian ini

sebaiknya diklasifikasikan sebagai karsinoma dengan intermediate grade.9,13

Gambar 2.13. Varian foamy gland.13

2.6.5.8. Varian Colloid dan Signet ring

Apabila dijumpai musin ekstraseluler minimal 25% dari tumor yang

direseksi maka dapat dibuat diagnosa adenokarsinoma musinosum prostat.

Varian ini merupakan varian morfologi adenokarsinoma prostat yang jarang.

Suatu pola cribriform cenderung utama dijumpai pada area musinous.

Varian ini terdiri dari genangan musin yang dibatasi oleh sel epitel kolumnar

dengan sel-sel goblet yang menunjukkan atipia inti dan sel-sel signet yang

mengandung musin. Varian ini memiliki sifat yang agresif dan kecendrungan

(47)
[image:47.595.230.424.261.379.2]

Gambar 2.14. Varian colloid.13

Gambar 2.15. Varian signet ring.13

2.6.5.9. Varian Oncocytic

Adenokarsinoma prostat jarang terdiri dari sel-sel besar (large cell) dengan

sitoplasma yang granular eosinofilik. Pada varian ini dijumpai sel-sel tumor

dengan inti sel yang bulat, oval, hiperkromatik dan positif kuat terhadap

PSA.9,13

2.6.5.10. Varian yang menyerupai Lymphoepithelioma

Varian ini merupakan karsinoma yang undifferentiated , dimana ditandai

dengan pola syncytial dari sel-sel ganas yang diinfiltrasi berat oleh limfosit.

Pada pemeriksaan hibridisasi insitu, varian ini negatif terhadap

(48)

2.6.5.11. Varian Sarcomatoid (Carsinosarcoma)

Sarcomatoid carcinoma prostat merupakan neoplasma yang jarang, terdiri

dari sel epitel dan sel spindle yang ganas dan atau elemen mesenkim.

Gambaran makroskopisnya menyerupai sarkoma. Secara mikroskopis

sarcomatoid carcinoma terdiri dari komponen kelenjar yang menunjukkan

Gleason score yang bervariasi. Komponen sarcomatoid sering terdiri dari

proliferasi sel-sel spindle ganas yang tidak spesifik.9,13

Gambar 2.16. Varian sarcomatoid (A) dengan formasi osteoid (B).13

2.6.6. Gleason Grade

Tumor grading dari adenokarsinoma prostat merupakan penentu dasar dari

biologi penyakit dan prognosa. Prognosis ditentukan potensi agresif dari

tumor untuk menyebar ke organ lain. Gleason score merupakan metode

grading yang digunakan secara luas sampai saat ini yang merupakan suatu

faktor prognosis yang penting untuk adenokarsinoma prostat. Sehingga

sekali diagnosa adenokarsinoma prostat ditetapkan pada biopsi, penentuan

(49)

Gleason score merupakan penjumlahan dari primary grade (sebagian

besar yang terlihat pada tumor) dengan secondary grade (sebagian kecil yang

terlihat). Gleason score tertinggi menunjukkan tumor yang lebih agresif dan

prognosis yang lebih buruk. Primary Gleason grade menunjukkan lebih

besar dari 50% pola yang terlihat, sedangkan secondary Gleason grade

menunjukkan lebih kecil dari 50% pola yang terlihat, minimal 5%.

Kelemahan dari Gleason score adalah Gleason score dan grading sebagian

besar subjektif dan range dari Gleason score sempit, dimana sebagian besar

Gleason score yang dibuat 6,7 atau 8. Gleason score 2-4 sebaiknya tidak

dibuat pada biopsi prostat transrektal dan Gleason score 9,10 tidak umum.

Pengalaman dari masing-masing ahli patologi tidak sama dalam menilai

Gleason grade, khususnya pada sediaan biopsi yang kecil. Analisa kebenaran

dari Gleason score sebaiknya dikorelasikan antara perkiraaan Gleason score

dari sediaan biopsi dengan specimen operasi prostatektomi radikal. Gleason

score yang dibuat dari sediaan biopsi sering undergrading dibanding dengan

tumor yang sebenarnya. Proporsi grade 4 atau 5 memiliki nilai prognosis

yang bermakna, sehingga apabila dijumpai Gleason score 7 maka harus

ditentukan jumlah tampilan Gleason grade 4 atau 5.15

Digambarkan Gleason grade 1 apabila kelenjar-kelenjar tunggal, terpisah,

seragam, berukuran intermediate, closely packed dengan pinggir yang jelas,

tidak ada infiltrasi ke jaringan prostat sekitarnya, jumlahnya < 5% dari

seluruh serial. Adenokarsinoma grade 1 muncul pada zona tansisional,

(50)

atau reseksi transurethral. Gleason grade 1 hampir tidak pernah dijumpai

pada biopsi jarum.9,10,13,14,16,17

Gambar 2.17. Gleason grade 1.13

Gleason grade 2 terdiri dari sekitar 5% dari tumor dan muncul sebagai

suatu nodul yang terpisah, walaupun batas dengan jaringan prostate

sekitarnya samar-samar. Kelenjar-kelenjarnya tersusun lebih longgar, tidak

terlalu seragam dalam ukuran dan bentuk seperti pada grade 1. Mungkin juga

dijumpai invasi minimal oleh kelenjar yang ganas ke sekitar jaringan

prostate. Kelenjar-kelenjar berukuran intermediate dan lebih besar dari grade

3. Sebagian besar grade 2 muncul pada zona transisional dan juga tidak

biasanya sebagai pola pertama yang dijumpai pada biopsi jarum. Gleason

grade 2 biasanya merupakan pola kedua biopsi jarum dengan pola pertama

(51)

Gambar 2.18. Gleason grade 2.13

Gleason grade 3 umumnya merupakan pola yang sering dijumpai pada

biopsi jarum. Gambaran karakteristik grade 3 yang membedakannya dari

grade 1-2 adalah tidak ada batas tegas, adanya batas infiltratif dengan

kelenjar dan stroma yang jinak. Kelenjar-kelanjar pada grade 3 menunjukkan

variasi ukuran, bentuk dan jarak. Grade 3 meliputi arsitektur acinar dan

sering berbentuk angular. Kelenjar yang berukuran kecil biasanya yang

terlihat pada grade 3, tetapi dapat juga berukuran besar dan ireguler.

9,10,13,14,16,17

Gambar 2.19. Gleason grade 3.13

(52)

lengkap dipisahkan stroma. Bagian pinggir kelompokan kelenjar yang

berfusi adalah scalloped dan kadangkala dijumpai jaringan ikat yang tipis di

dalam kelompokan tersebut. 9,10,13,14,16,17

Gambar 2.20. Gleason grade 4.13

Pada Gleason grade 5 terlihat kehilangan lumen kelenjar, kehilangan

diferensiasi kelenjar dan nekrosis (comedonekrosis). Epitel kelenjar

membentuk lembaran padat atau sel-sel tunggal yang menginvasi

stroma.9,10,13,14,16,17

(53)
[image:53.595.238.411.112.331.2]

Gambar 2.22. Gleason grade pada adenokarsinoma prostate.17

2.6.7. Faktor Prognostik

Tiga kelompok faktor prognostik dapat dibedakan dalam kasus

adenokarsinoma prostat: 1. tahap perkembangan menurut TNM; 2.

diferensiasi tingkat keganasan berdasarkan klasifikasi Gleason dan Mostofi;

3. tingkat PSA (prostat spesifik antigen) dalam serum.

2.6.7.1. Klasifikasi TNM

T-tahap: tumor primer.

Tx-tumor primer tidak dapat dinilai.

T0-tidak ada bukti tumor primer.

T1-tumor tidak terlihat secara klinis, tidak teraba atau terlihat oleh

(54)

T1a-secara insidentil tumor yang ditemukan dalam tes histopatologi setelah

reseksi prostat transuretra atau setelah operasional adenectomy, ditemukan 5

% atau kurang pada jaringan yang direseksi.

T1b-seperti di atas; ditemukan lebih dari 5% pada jaringan yang direseksi.

T1c-tumor diidentifikasi secara histopatologi oleh biopsi jarum (karena

tingginya PSA).

T2-tumor terbatas dalam kelenjar prostat.

T2a-tumor melibatkan kurang dari setengah dari satu lobus.

T2b-tumor melibatkan lebih dari setengah dari satu lobus.

T2c-tumor melibatkan kedua lobus.

T3-tumor meluas melalui kapsul prostat.

T3a-ekstensi ekstrakapsular (unilateral atau bilateral).

T3b-tumor melibatkan vesikel seminalis.

T4-tumor melibatkan struktur yang berdekatan selain vesikel seminalis,

seperti leher kandung kemih, sfingter eksternal, rektum, otot levator atau

dinding pelvis.

N-tahap: kelenjar getah bening regional.

Nx-kelenjar getah bening regional tak dapat dinilai.

N0-tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional.

(55)

M-tahap: metastasis jauh.

Mx-metastasis jauh tidak dapat dinilai.

M0-tidak ada metastasis jauh.

M1-ada metastasis jauh.

M1a-bukan kelenjar getah bening regional.

M1b-tulang.

M1c-tempat lain.11,13,18

Stadium klinis

Stadium I : T1a No Mo

Stadium II : T1a No Mo

T1b,c No Mo

T1,T2 No Mo

Stadium III : T3 No Mo

Stadium IV : T4 No Mo

Any T N1 Mo

Any T Any N M1 5,11,13,18

2.6.7.2. Tingkat diferensiasi kanker

Tingkat diferensiasi didefinisikan menurut klasifikasi dengan Mostofi dan

Gleason. Klasifikasi Mostofis menggunakan penilaian 3 kelas diferensiasi,

(56)

grade, makin rendah diferensiasi jaringan kanker, semakin besar atipik.

Klasifikasi Gleason telah dijelaskan di atas.18

Grade histopatologi:

GX : grade tidak dapat dinilai.

G1 : well differentiated ( Gleason score 2-4)

G2 : moderately differentiated (Gleason score 5-6)

G3 : poorly differentiated/undifferentiated (Gleason score 7-10).11,13

2.6.7.3. Tingkat PSA dalam serum

PSA adalah enzim yang bertanggung jawab atas proteolitik cairan sperma

untuk mencair. Hal ini terutama dihasilkan oleh kelenjar epitel, mungkin juga

diproduksi di organ-organ seperti kelenjar ludah, pankreas dan kelenjar

mammae dan karsinoma sel jernih. Nilai normal umum yang digunakan

adalah 0-4 ng / ml. Konsentrasi PSA seperti ini ditemukan di antara 97% dari

pria di atas 40. Tingkat lebih dari 12 ng / ml selalu berhubungan dengan

kelainan prostat. Kesulitan diagnosa ditemukan di antara para pasien yang

memiliki tingkat antara 5-10 ng / ml karena mungkin keduanya berasal dari

adenokarsinoma prostat atau pertumbuhan berlebihan dari prostat yang

ringan, yang menyebabkan perlunya metode diagnostik digunakan, seperti

TRUS. Tes ini memungkinkan untuk menentukan densitas PSA (PSA

density), dimana konsentrasi PSA dikonversikan ke satuan volume prostat.

(57)

dengan perkembangan adenokarsinoma prostat. Namun berguna sebagai

faktor prognostik setelah perawatan diterapkan dan dalam penentuan

prognosis. Namun, tingkat akhir yang tinggi menunjukkan tingkat

kelangsungan hidup yang rendah.8,18

2.6.8. Imunohistokimia

Pemeriksaan imunohistokimia terhadap adenokarsinoma prostat

bermacam-macam, seperti PSA (prostate specific antigen), PAP (prostatic

acid phosphatase), keratin 34βE12, p63, alpha methylacyl CoA racemase (P504S), androgen reseptor, p53.9,13,19

2.6.8.1. PSA (prostate specific antigen)

PSA merupakan suatu rantai tunggal glikoprotein, 34 kD, terdiri dari 237

asam amino, yang dihasilkan sel-sel epitel prostat. PSA merupakan suatu

protease serine, termasuk famili gen kallikrein. PSA menunjukkan aktifitas

yang menyerupai chymotrypsin, trypsin dan esterase. Pada serum, PSA

muncul sebagai suatu komplek dengan alpha-1-antichymotrypsin.

Pada prostat yang normal atau hiperplasia, PSA tampil pada bagian apikal

dari epitel kelenjar sel-sel sekresi. Intensitas pewarnaan menurun pada

(58)

Gambar 2.23. Imunohistokimia PSA pada epitel kelenjar prostat yang normal

(A) dan adenokarsinoma prostat yang poorly differentiated (B).19

2.6.8.2. PAP (prostatic acid phosphatase)

Pada kelenjar prostat normal dan hiperplasia prostat, PAP tampil pada

bagian apikal dari epitel kelenjar sel-sel sekresi. Ekspresi PAP lebih seragam

dan kuat pada epitel kelenjar well differentiated adenocarcinoma, tetapi

berkurang intensitasnya dan lebih bervariasi pada moderately dan poorly

differentiated adenocarcinoma.9,13,19,20

2.6.8.3. Keratin 34βE12

Pewarnaan keratin 34βE12 terekspresi pada seluruh sel-sel basal prostat

yang normal, tetapi tidak terwarnai pada sel-sel sekresi dan stroma. Keratin

34βE12 sensitif terhadap formalin dan membutuhkan pretreatment dengan

enzim atau panas jika fiksasi formalin yang digunakan.19

Hilangnya lapisan sel basal pada proliferasi prostat merupakan gambaran

(59)

basal mungkin membantu untuk membedakan adenokarsinoma prostat

invasif dengan lesi jinak yang menyerupai kanker seperti atrofi kelenjar,

hiperplasia post-atrofi, adenosis (atypical adenomatous hyperplasia),

adenosis sklerotik dan atipia yang diinduksi radiasi yang masih memiliki

[image:59.595.160.488.277.543.2]

lapisan sel basal.9,13

Gambar 2.24.Imunohistokimia keratin 34βE12 pada epitel kelenjar prostat

yang normal (A); PIN (B); adenokarsinoma prostat (C).19

2.6.8.4. p63

p63 merupakan suatu protein inti yang dikode oleh gen pada kromosom

3q27-29 yang homolog dengan p53 (suatu tumor supressor gene), yang

(60)

dan traktus urogenital.12,21 Berbeda dengan p53, p63 mengkode minimal 6

isotipe utama. Tiga isotipe (TAp63α, TAp63β, TAp63γ) terdiri dari

transactivating domain (TA) dan mampu mengaktifkan p53 dan

menginduksi apoptosis. Berbeda dengan tiga isotipe lainnya (ΔNp63α,

ΔNp63β, ΔNp63γ) tidak mengandung TA domain dan mensupresi p53 dan

isotipe TAp63. p63 diekspresikan pada sel-sel basal sebagian besar organ

yang berepitel, demikian juga dengan prostat. p63 memiliki peranan dalam

perkembangan prostat dengan mempertahankan populasi sel stem prostat,

sehingga p63 juga tertampil pada sel stem prostat. Isotipe yang paling banyak

tertampil pada sel-sel basal prostat normal adalah ΔNp63α.21,22,23

Tampilan ΔNp63α menurun pada sel-sel yang telah berdifferensiasi secara

invitro dan invivo serta diduga ΔNp63α tertampil secara spesifik pada sel

stem yang menunjukkan kemampuan proliferatif yang tinggi. Tampilan

ΔNp63α diatur melalui jalur phosphoinositide 3-kinase.24

Tampilan berlebihan dari p63 menginduksi apoptosis, walaupun

masing-masing isotipe memiliki kemampuan yang berbeda. Mutasi p63 terjadi pada

(61)
[image:61.595.219.444.112.393.2]

Gambar 2.25. Struktur p63.22

Perbedaan tampilan p63 berhubungan dengan progresi kanker atau suatu

prognosis yang jelek pada beberapa kanker, dimana tampilan berlebihan pada

ovarium dan karsinoma sel skuamous oral, penurunan tampilan pada saluran

kemih atas dan prostat serta tampilan aberant cytoplasmic pada

adenokarsinoma paru-paru.26

Pada prostat normal, sel-sel basal masih utuh sehingga akan menampilkan

p63, sedang pada adenokarsinoma prostat dimana tidak dijumpai lagi sel-sel

basal maka p63 mungkin tidak tertampil. Oleh karena itu dapat digunakan

(62)

Akan tetapi pada adenokarsinoma prostat dapat terlihat peningkatan

tampilan aberant p63 di sitoplasma yang berhubungan dengan mortalitas,

[image:62.595.171.488.223.460.2]

proliferatif yang meningkat dan apoptosis yang menurun.26

Gambar 2.26.A. Tampilan p63 pada sel basal kelenjar prostat normal; B.

Pewarnaan p63 negatif baik di sitoplasma maupun inti pada adenokarsinoma

prostat; C dan D. Pewarnaan p63 positif di sitoplasma pada adenokarsinoma

prostat.26

p63 memiliki kesamaan aplikasi dengan high molecular weight cytokeratin

dalam mendiagnosa adenokarsinoma prostat, tetapi memiliki keuntungan

seperti: 1. lebih sensitif dibanding 34βE12 dalam pewarnaan sel-sel basal

(63)

karena intensitas pewarnaan inti lebih kuat dan lemah pada

latarbelakangnya.19

2.6.8.5. Alpha methylacyl CoA racemase (AMACR)

AMACR merupakan suatu enzim yang terlibat dalam oksidasi β pada

rantai bercabang asam lemak. AMACR merupakan petanda tumor untuk

banyak kanker pada manusia termasuk adenokarsinoma prostat. Studi

pendahulu menunjukkan positif kuat pada 97%- 100% adenokarsinoma

prostat. Sebagai tambahan AMACR juga positif pada sebagian besar high

grade neoplasia intraepitel prostat, 10-15% pada atypical adenomatous

hyperplasia, kadang-kadang pada kelenjar yang jinak dan epitel vesikel

seminalis.13,19

Jadi AMACR tidak spesifik untuk adenokarsinoma prostat, akan tetapi

AMACR bermanfaat untuk konfirmasi adenokarsinoma prostat bersamaan

dengan morfologi H&E dan pewarnaan spesifik sel-sel basal.9,13

2.6.8.6. Reseptor androgen

Reseptor androgen berlokasi pada inti, terikat pada komplek protein yang

muncul pada sel epitel kelenjar prostat, sel basal dan sel stroma. Protein yang

teraktifasi merupakan suatu faktor transkripsi yang memperantarai fungsi sel

yang tergantung androgen seperti transkripsi PSA pada sel-sel sekresi dan

(64)

Sebagian besar adenokarsinoma prostat invasif imunoreaktif terhadap

reseptor androgen. Reseptor androgen tampil pada sel-sel yang respon dan

tidak respon terhadap androgen pada kanker prostat, sehingga dugaan

perkembangan sel-sel yang tidak tergantung terhadap androgen tidak seperti

konsekuensi terhadap kehilangan ekspresi reseptor androgen.19

2.6.8.7. p53

Inaktifasi tumor supressor p53 merupakan salah satu perubahan genetik

yang paling sering pada tumor ganas. Pada sebagian besar kasus, inaktifasi

p53 sebagian disebabkan suatu mutasi inaktifasi pada satu allele p53.

Sejumlah studi imunohistokimia menemukan peranan inaktifasi p53 pada

berbagai tipe kanker. Diduga adanya hubungan antara akumulasi p53 inti

dengan prognosis yang jelek.28

Sejumlah besar kanker menunjukkan akumulasi p53 inti setelah terapi

radiasi dan tampilan berlebihan p53 berhubungan dengan peningkatan

proliferasi sel-sel kanker. Akumulasi p53 inti juga berhubungan dengan efek

yang berlawanan dengan setelah terapi radiasi dan mungkin meningkatkan

kekambuhan adenokarsinoma prostat setelah terapi radiasi.

Prendergast et al. mempelajari 18 pasien dengan kekambuhan lokal

adenokarsinoma prostat setelah terapi dan menemukan 72% memiliki

imunoreaktif terhadap p53. Sekitar 5 pasien dengan biopsi sebelum terapi,

semuanya menunjukkan imunoreaktif terhadap p53. Pengamatan ini

(65)

mungkin dapat digunakan sebagai petanda preterapi untuk kekambuhan

kanker. Pasien dengan kecepatan proliferasi sel yang tinggi juga

menunjukkan tampilan berlebihan p53, sehingga diduga tumor tersebut aktif

secara biologi. 19

Gambar 2.27. Imunohistokimia p53 pada adenokarsinoma prostat yang

poorly differentiated.19

K.R.M.Leite et al. (1997) dalam mempelajari 51 pasien dengan radikal

prostatektomi karena kanker prostat menunjukkan bahwa ekspresi

imunohistokimia p53 berhubungan dengan proliferasi sel.29

Thorsten S et al. (2005) dalam mempelajari 3261 pasien dengan radikal

prostatektomi menunjukkan adanya hubungan antara ekspresi

imunohistokimia p53 dengan Gleason grade dan kanker prostat yang

hormone refractory.28

Petrescu A et al. (2006) dalam studinya menunjukkan deteksi

(66)

prostat, dimana tampilan berlebih p53 berhubungan dengan Gleason grade

yang tinggi dan menunjukkan prognosis yang jelek.30

Gambar 2.28. Pewarnaan imunohistokimia p53 yang kuat (a) dan sedang

(b).28

2.6.9. Pengobatan

Pengobatan terhadap adenokarsinoma prostat sangat efektif apabila belum

menyebar ke organ sekitarnya dan belum metastasis. Pengobatan terhadap

adenokarsinoma prostat yang masih terbatas pada organ prostat adalah

prostatektomi, radiasi dan brachyterapi. Apabila adenokarsinoma prostat

telah metastasis maka digunakan terapi hormon dengan cara ablasi hormonal

secara bedah (kastrasi), ablasi hormonal dengan obat-obatan (antagonis

reseptor androgen, inhibitor 5α-reduktase) atau gabungan keduanya

(combined androgen blockade).16,17,31,32

(67)

2.7. Kerangka Konsep

Neoplasia intraepitel prostat

Adenokarsinoma prostat

Tampilan p63 Kerusakan sel

basal yang sulit dikenali dengan pewarnaan HE

Inti sel basal

Sitoplasma sel luminal

+ _

Aberrant p63

(68)

BAB 3

METODE PENELITIAN

<

Gambar

Gambar 2.2. Histologi kelenjar prostat dengan pewarnaan haematoksilin dan
Gambar 2.3. Jenis-jenis sel pada prostat.7
Gambar 2.5. A. Makroskopis hiperplasia prostat jinak; B. Mikroskopis
Gambar 2.7. A. Kelenjar prostat yang normal (kiri) dan kelenjar prostat yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setiap bagian dalam rumah adat Karo ”Siwaluh Jabu” dalam pembagian tata ruangnya, secara umum, rumah Siwaluh Jabu terdiri dari satu ruangan besar terbuka dengan ruang-ruang

Seperti yang dikatakan oleh Ibu Andi Purnama Pabentteng,SE sebagai Seksi Promosi Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sinjai. “Untuk Komunikasi Pemasaran dalammeningkatkan jumlah

keinginan yang tidak diinginkan maka kualitas pelayanan harus. ditingkatkan.Karena kualitas pelayanan merupakan suatu bentuk

Data-data keluaran dari plant sebenarnya (Output) dan data- data keluaran dari plant model (Out_Model) untuk pengujian pada sistem orde satu, orde dua dan orde tiga jika

Hal ini disebabkan karena mengirimkan Tenaga Kerja Laki-laki (TKL) lebih mahal dan membutuhkan syarat yang lebih banyak dan kompleks dengan penghasilan yang relatif

Ini juga bisa dimaknai bahwa penggambaran Mawar dalam sinetron KNY adalah representasi dari konsep feminisme liberal yang memang tidak setuju adanya konstruksi

For Horace &#34;the foundation and source of literary excellence is wisdom,&#34; and he asserts that &#34;the works written about Socrates are able to reveal the true subject matter

Disekolah, misalnya masalah-masalah yang terjadi pada diri siswa tidak serta merta karena kesalahan dalam dirinya tetapi juga berkaitan dengan orangtua,