UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP
PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI Diajukan Oleh:
Henri Sirait
070501067
Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Medan
ABSTRACT
This research explain to know the influence of the Regional Original
Income that include of Local Tax, Retribution and Another Legal Regional
Original Income to the progress of development of Deli Serdang.
The data that is used in this research is sekunder data with data time series
from 1989-2009. The variables that is used are Regional Gross Domestic Product,
Local Tax, Retribution, and Another Legal Regional Original Income. To analyze
the data use OLS model.
From the result of the research shows that Local Tax has a significian
influence to the Regional Gross Domestic Product, but Retribution and Another
Legal Regional Original Income have no significian influence to the Regional
Gross Domestic Product in Regency of Deli Serdang.
Keywords : the Regional Gross Domestic Product, Retribution and Another Legal
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli
Daerah yang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi dan Lain-lain PAD yang sah
terhadap Perkembangan Pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan
jenis data time series dari tahun 1989-2009. Variabel yang digunakan adalah
PDRB, Pajak Daerah, Retribusi dan Lain-lain PAD yang sah. Dalam menganalisis
data digunakan model regresi linear berganda dengan metode OLS ( Ordinary
Least Square).
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pajak Daerah berpengaruh
signifikan terhadap perkembangan pembangunan, sedangkan Retribusi dan
Lain-lain PAD yang sah berpengaruh tidak signifikan terhadap perkembangan
pembangunan di kabupaten Deli Serdang.
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus
Kristus yang memberikan keselamatan dan kasih karunia serta memimpin dan
memberkati penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah
terhadap Perkembangan Pembangunan di Kabupaten Deli Serdang” ditujukan
untuk memenuhi salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam mencapai gelar
sarjana di program Strata 1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa dalam pengerjaan skripsi
ini banyak dukungan yang diterima baik berupa doa, dukungan moril maupun
materil dari berbagai pihak yang sangat membantu penulis. Untuk itu
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ariyo Pratomo, S.E, M.Ec selaku Ketua Departemen
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen
Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, S.E, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Ketua Program
Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
5. Bapak Paidi Hidayat, S.E, M.Si Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Drs. Murbanto Sinaga, M.A selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan koreksi, bimbingan dan arahan kepada penulis.
7. Bapak Kasyful Mahalli, S.E, M.Si dan Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si
sebagai dosen pembanding ketika seminar proposal dan menjadi dosen penguji
skripsi dalam ujian komprehensif dan meja hijau penulis.
8. Segenap dosen pengajar yang telah memberikan perkuliahan kepada penulis
dan segenap staf administrasi dan staf pendukung di Fakultas Ekonomi dan
Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
9. Para Staf dan pegawai Biro Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara yang
telah membantu penulis dalam memperolah data.
10. Kedua Orang Tua penulis, Ayahanda M. Sirait dan Ibunda M. br Sihite
serta saudara penulis yaitu Jelita Herawati Sirait, SKM, Lamhot Sirait Amd ,
Renata Sirait AM.kep, dan Trya Avelya Sirait yang selama ini menyayangi,
mendukung serta membimbing langkah penulis.
11. kepada teman-teman EP, Handico, Rony, Harby, Ryo, Willy dan semua
kawan-kawan yan tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk
semangat dan dukungan yang kalian berikan selama ini.
12.kepada teman-teman seperjuangan selama kuliah di medan Jepri pomo,
Faber, Monang Rudianto, dan Sumandi serta kawan-kawan kamboja Santo,
dapat saling mendukung untuk menyelesaikan tugas dan kewajiban kita
sebagai mahasiswa yang dipercayakan orang tua kita kepada kita.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu. Semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang memerlukannya.
Medan, Mei 2011
Penulis
Henri Sirait
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Hipotesis ... 6
1.4. Tujuan Penelitian ... 7
1.5. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 9
2.1.1 Pajak Daerah ... 11
2.1.2 Retribusi Daerah ... 14
2.1.3. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerash Yang Sah ... 22
2.2.1. Pendapaan Regional ... 23
2.2.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 23
2.2.3. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ... 24
2.2.4. PDRB Atas Dasar Harga Konstan ... 25
2.2.5 Pendapatan Perkapita ... 25
2.2.6 Metode Penghitungan Pendapatan Regional... 25
2.3. Penelitian Terdahulu ... 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 28
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 28
3.3. Pengolahan Data... 28
3.4. Model Analisa Data ... 29
3.5. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 31
3.5.1. Koefisien Determinasi (R-Squared) ... 31
3.5.2. Uji T-statistik ... 31
3.5.3. Uji F-statistik ... 33
3.6. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 35
3.6.1. Uji Multikolinearitas... 35
3.6.2. Uji Autokorelasi ... 35
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Daerah Penelitan ... 38
4.1.1 Kondisi Geografis ... 38
4.1.2 Kondisi Iklim dan Topografi ... 39
4.1.3. Kondisi Demografis ... 40
4.2. Keadaan PAD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2000-2004 ... 41
4.3. PDRB ADHB Deli Serdang ... 44
4.4. Hasil Penelitian (Analisa) ... 46
4.4.1. Interpretasi Model ... 47
4.4.2. Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 48
4.4.2.1 Analisis Koefisien Determinasi (R-Square) ... 48
4.4.2.2 Uji T-statistik (Uji Parsial) ... 48
4.4.2.3 Uji F-statistik (Uji Overall) ... 52
4.4.3 Uji Asumsi Klasik ... 53
4.4.3.1 Uji Multikolinearity ... 53
4.4.3.2 Autokorelasi (Serial Correlation) ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 58
5.2. Saran ... 59
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
4.1 Komposisi Tiap Jenis Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2005-2009 ... 43
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
3.1. Kurva Uji T-statistik ... 33
3.2. Kurva Uji F- Statistik ... 34
3.3. Kurva Uji DW- Test statistik ... 40
4.1 Kurva Uji T– Statistik terhadap Pajak Daerah ... 49
4.2 Kurva Uji T– Statistik terhadap Retribusi ... 50
4.3 Kurva Uji T Statistik terhadap Lain-Lain PAD yang Sah ... 51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
1 Sumber PAD Kabupaten Deli Serdang dari Sektor Pajak Daerah, Retribusi dan Lain-Lain PAD yang Sah tahun 1989-2009 (Jutaan Rupiah).
2 Realisasi PDRB ADHB Kabupaten Deli Serdang Tahun 1989-2009 (Jutaan Rupiah).
3 Hasil Estimasi Regresi Model. Regresi Pajak Daerah, Retrbusi dan Lain-Lain PAD yang Sah terhadap PDRB ADHB.
4 Uji Multikolinearitas. Regresi Retrbusi dan Lain-Lain PAD yang Sah terhadap Pajak Daerah.
ABSTRACT
This research explain to know the influence of the Regional Original
Income that include of Local Tax, Retribution and Another Legal Regional
Original Income to the progress of development of Deli Serdang.
The data that is used in this research is sekunder data with data time series
from 1989-2009. The variables that is used are Regional Gross Domestic Product,
Local Tax, Retribution, and Another Legal Regional Original Income. To analyze
the data use OLS model.
From the result of the research shows that Local Tax has a significian
influence to the Regional Gross Domestic Product, but Retribution and Another
Legal Regional Original Income have no significian influence to the Regional
Gross Domestic Product in Regency of Deli Serdang.
Keywords : the Regional Gross Domestic Product, Retribution and Another Legal
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli
Daerah yang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi dan Lain-lain PAD yang sah
terhadap Perkembangan Pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan
jenis data time series dari tahun 1989-2009. Variabel yang digunakan adalah
PDRB, Pajak Daerah, Retribusi dan Lain-lain PAD yang sah. Dalam menganalisis
data digunakan model regresi linear berganda dengan metode OLS ( Ordinary
Least Square).
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pajak Daerah berpengaruh
signifikan terhadap perkembangan pembangunan, sedangkan Retribusi dan
Lain-lain PAD yang sah berpengaruh tidak signifikan terhadap perkembangan
pembangunan di kabupaten Deli Serdang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Sistem pemerintahan yang baik merupakan faktor mutlak yang sangat
dibutuhkan suatu negara dengan wilayah yang luas. Sistem ini harus terlaksana
sebaik mungkin untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan sebagai alat untuk
melaksanakan berbagai pelayanan publik diberbagai daerah dan yang kedua
sebagai alat bagi masyarakat setempat untuk dapat berperan serta aktif dalam
menentukan arah dan cara mengembangkan taraf hidupnya sendiri yang harus
sesuai dan seimbang dengan peluang dan tantangan yang dihadapi dalam koridor
kepentingan-kepentingan nasional.
Seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan stuktur dan kondisi
sosial politik, maka dalam kedepannya Pemerintah mempunyai tugas yang sangat
berat untuk membawa atau mendorong rakyatnya pada tingkat kesejahteraan yang
optimum yang sekaligus dapat menggambarkan tingkat kemajuan ekonomi dan
sosial rakyatnya dari masa ke masa. Hal itu tentu akan dapat tercapai dengan baik
jika pemerintahnya secara maksimal dapat memobilisasi dana (sumber-sumber
keuangan) yang berasal dari berbagai sumber untuk membiayai program-program
pemerintahan dan pembangunan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan
masyarakatnya dan juga tak lepas dari peran kerja sama masyarakat bersama
pemerintah dalam memajukan perekonomian mulai dari faktor-faktor atau hal
yang terendah.
Setiap Adanya pergantian penguasa sesuai dengan prosedur yang telah
disuatu pemerintahan, termasuk pemerintah daerah. Perubahan yang dimaksud
tertuang dalam kebijakan otonomi daerah, khususnya dalam Undang-Undang No
32 Thn 2004. Dengan adanya perubahan tersebut diharapkan kesejahteraan umum
dapat terwujud. Oleh karena itu dalam rangka mensejahterakan rakyat di
daerahnya, pemerintah daerah mengadakan pembangunan sarana maupun
prasarananya.
Demikian juga hal nya setelah desentralisasi menjadi sebuah ketentuan
yang ditetapkan oleh pemerintah , yang artinya masyarakat didorong untuk lebih
aktif dan mempunyai kesempatan yang lebih dari sebelumnya untuk terlibat dalam
pembangunan untuk meningkatkan potensi. Otonomi daerah harus dipandang
sebagai peluang untuk keberdayaan masyarakat. Pemerintah daerah sebaiknya
menjadikan momentum ini sebagai peluang untuk dapat memperkuat jaringan dan
dapat mengintegrasikan seluruh jaringan dan kelompok sosial yang ada dalam
masyarakat ke dalam sebuah wujud kerjasama yang saling menguntungkan .
Pemerintah Daerah dalam pelaksannan otonomi daerah dan desentralisasi
fisikal bertujuan untuk mengurangi ketergantungan fisikal terhadap pemerintah
pusat. Pemerintah Daerah diberikan wewenang untuk mengatur rumah tangganya
sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi masyarakat pada daerah masing-masing.
Hal ini berarti dalam pelaksanaannya pemerintah daerah harus mampu
mendefinisikan kebutuhan masyarakat didaerahnya serta berprakarsa untuk
mengakomodasikan kebutuhan tersebut dalam pembangunan daerah. pemerintah
daerah harus bisa mengoptimalkan pemberdayaan semua potensi yang dimiliki
dengan kemampuan daerah dalam mengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD)
secara efektif dan efisien, sehingga akan terwujud otonomi daerah yang nyata dan
bertanggung jawab dengan tidak memberatkan masyarakat dan pihak lain disertai
optimalisasi alokasi pembiayaan pembangunan berdasarkan skala prioritas
kebutuhan.
Di dalam UU No 32 Th 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan
bahwa otonomi yang seluas-luasnya bagi pemerintah kabupaten merupakan
peluang dan sekaligus tantangan. Peluang bagi pemerintahan daerah yang
memiliki potensi sumber daya alam yang optimal yang dapat dikelola sebaik
mungkin dalam meningkatkan PAD, dan merupakan tantangan bagi pemerintah
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang kurang memadai.
Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan
daerah itu sendiri berdasrkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1988 :
279-280) adalah harus bertanggung jawab (accountability), mampu memenuhi
kewajiban keuangan (HO), kejujuran, berdaya guna (efficiency) dan hasil guna
(effectiviness) serta pengendalian.
Masalah yang sering muncul dalam melaksanakan otonomi daerah adalah
prospek kemampuan pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan
fungsinya sebagai penyelenggara pembangunan, penyelenggara pemerintah serta
melayani masyarakat setempat sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat
yang harus dilayani. Oleh karena itu penyelenggaraan kegiatan pemerintahan
daerah senantiasa terus meningkat sehingga biaya yang dibutuhkan juga akan
periodik oleh setiap daerah otonom melalui penataan administrasi pendapatan
daerah yang efisien dan efektif sesuai dengan pola yang telah ditetapkan dalam
berbagai peraturan perundang-undangan dan petunjuk pelaksanaan.
Kemampuan keuangan daerah di dalam membiayai kegiatan pembangunan
didaerah merupakan pencerminan dari pelaksanaan otonomi di daerah. Untuk
melihat kemampuan Pemeritah Kabupaten Deli Serdang dalam menghimpun
penerimaan daerah baik penerimaan yang berasal dari sumbangan dan bantuan
pemerintah pusat maupun penerimaan yang berasal dari daerah sendiri. Hal ini
dapat dilihat dalam APBD yang biayanya bersumber dari PAD dengan tingkat
kesesuaian yang mencukupi pengeluaran pemerintah daerah.
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) yang sejalan dari tahun ketahun serta berbanding positif
merupakan indikator dalam peningkatan perkembangan pembangunan. Dalam UU
No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah bahwa peranan setiap unsur atau
bagian Pendapatan Asli Daerah yang ada oleh pemerintah daerah didalam
desentralisasi fiskal.
Komponen yang ada seperti penerimaan pajak daerah, retribusi daerah
serta Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah merupakan beberapa komponen
yang menjadi sumber penerimaan daerah dimana tentunya akan terus digali baik
yang sudah ada maupun sumber penerimaan baru yang potensial guna membiayai
kegiatan rutin dan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang. Sehingga dengan
berlakunya undang-undang otonomi daerah, maka daerah harus membiayai segala
Oleh karena itu apabila nilai pendapatan asli daerah Kabupaten Deli
Serdang meningkat, maka pada akhirnya akan membentuk potensi bagi daerah.
Potensi daerah tersebut pada akhirnya akan membentuk suatu kekuatan dan
kemampuan bagi daerah dalam mendorong perkembangan pembangunan di
Kabupaten Deli Serdang yang lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu
ada penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel pendapatan asli
daerah terhadap perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.
Disadari bahwa keadaan tersebut menarik untuk dikaji dan berangkat dari
hal tersebut maka studi ini akan mengamati seberapa besar pengaruh variabel
pendapatan asli daerah terhadap perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli
Serdang. Untuk itu penulis mengangkatnya kedalam sebuah skripsi dengan judul :
“PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN DELI SERDANG .”
1.2 Perumusan Masalah
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis terlebih dahulu merumuskan
masalah sebagai dasar kajian penelitian yang akan dilakukan. Bertitik tolak dari
uraian yang teah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan suatu rumusan
masalah yang akan diteliti yaitu :
1. Bagaimana pengaruh antara pajak daerah dengan perkembangan
pembangunan di Kabupaten Deli Serdang ?
2. Bagaimana pengaruh tingkat retribusi daerah terhadap perkembangan
3. Bagaimana pengaruh Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
terhadap perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang ?
4. Bagaimana pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) yang terdiri dari pajak
daerah, retribusi daerah dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
terhadap perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang ?
1.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi
objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu untuk di uji.
Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah :
1. Adanya pengaruh jumlah pajak daerah dengan perkembangan
pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.
2. Adanya pengaruh tingkat retribusi daerah terhadap perkembangan
pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.
3. Adanya pengaruh Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terhadap
perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.
4. Adanya pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) yang terdiri dari pajak
daerah, retribusi daerah dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
terhadap perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pertumbuhan jumlah pajak daerah dalam
mempengaruhi perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.
2. Untuk menganalisis tingkat retribusi daerah dalam mempengaruhi
perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.
3. Untuk menganalisis Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah dalam
mempengaruhi perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.
4. Untuk menganalisis secara bersama-sama variabel pendapatan asli daerah
(PAD) yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah dan Lain-Lain
Pendapatan Asli Daerah yang Sah dalam mempengaruhi perkembangan
pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai masukan bagi pemerintah, khususnya pemerintah daerah
Kabupaten Deli Serdang dalam melaksanakan dan menentukan
kebijakan-kebijakan yang berdaya guna dalam peningkatan sektor PAD yang
berpengaruh dalam peningkatan perkembangan pembangunan.
2. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian selanjutnya
sekaligus sebagai sumber informasi bagi peneliti yang lain yang berminat
pada masalah yang sama.
3. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa ekonomi
4. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai
kontribusi nilai Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap perkembangan
BAB II
URAIAN TEORITIS 2.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber keuangan
daerah pada hakekatnya bila dibandingkan dengan sumber-sumber keuangan
lainnya menempati posisi yang paling strategis diakibatkan dengan sumber
keuangan yang bersumber dari PAD inilah yang dapat mendorong kreatifitas dan
keleluasaan masing-masing daerah semaksimal mungkin untuk mendapatkan
sumber pendapatannya berdasarkan kewenangan yang ada padanya menurut
Nasution (2009: 123). Apabila Semakin tinggi kemampuan daerah dalam
menghasilkan PAD, maka semakin besar pula diskersi daerah untuk menggunakan
PAD tersebut sesuai dengan aspirasi, kebutuhan dan prioritas pembangunan
daerah.adapun sumber-sumber PAD yang harus dioptimalkan kuantitas nya adalah
terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah, dan
lain-lain penerimaan asli daerah yang sah.
Pendapatan asli daerah adalah suatu pendapatan yang menunjukkan
kemampuan suatu daerah untuk menghimpun sumber-sumber dalam wilayahnya
sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
untuk membiayai kegiatan daerah dan juga dalam membiayai tugas-tugas dan
tanggung jawab dalam pemerintahan daerah yang bersangkutan.
PAD yang meningkat dari tahun ketahun mengindikasikan daerah tersebut
mampu membangun secara mandiri tanpa tergantung dari daerah pusat sehingga
otonomi yang dilaksanakan pemerintah daerah. Upaya peningkatan PAD secara
positif dalam pengertian bahwa keleluasaan yang dimiliki oleh daerah harus dapat
diamnfaatkan untuk meningkatkan PAD maupun untuk menggali sumber-sumber
penerimaan baru tanpa membebani masyarakat dan tanpa menimbulkan biaya
tinggi. Upaya peningkatan PAD tesebut harus dipandang sebagai perwujudan
tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi,
yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Mahi (2000 : 58-59) Pendapatan Asli Daerah terkadang belum
bisa diandalkan sebagai sumber pembiayaan otonomi daerah kabupaten/kota
disebabkan beberapa faktor separti relatif rendahnya basis pajak/retribusi daerah,
perannya tergolong kecil dalam total penerimaan daerah, kemampuan
administratif pemungutan didaerah masih rendah serta kemampuan perencanaan
dan pengawasan keuangan yang masih lemah.
Menurut pasal 6 Undang-undang No. 32 tahun 2004 pendapatan asli daerah
berasal dari :
1. Hasil pajak daerah
2. Hasil retribusi daerah
3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan
4. Penerimaan dari dinas dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pasal 6 Undang-undang tahun 2004 tentang pendapatan asli daerah
2.1.1 Pajak Daerah
Pajak secara umum dapat diartikan sebagai iuran wajib anggota
masyarakat kepada negara berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat
dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan menurut Siahaan
(2005:7).
Secara umum, pajak daerah memberikan kontribusi paling besar terhadap
sumber PAD dan terus meningkat secara berkesinambungan dari tahun ketahun.
Secara konstitusional pajak diatur dalam pasal 23A UUD 1945 yang menyatakan
bahwa “pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara
diatur dengan Undan-Undang”. Pajak merupakan iuran yang dapat dipaksakan
kepada wajib pajak oleh pemerintah dengan balas jasa yang tidak langsung dapat
ditunjuk.
Pada dasarnya pajak memiliki dua peranan utama yaitu sebagai sumber
penerimaan negara (fungsi budget) dan sebagai alat untuk mengatur (fungsi
regulator) menurut Suparmoko (2002: 135). Saragih (2003: 61) mendefinisikan
pajak daerah sebagai iuran wajib yang dapat dipaksakan kepada setiap orang
(wajib pajak) tanpa kecuali. Dan K.J Davey (1988: 39) merumuskan pengertian
pajak daerah meliputi bagian yang dipungut oleh pemerintah daerah dengan
pengaturan dari daerah sendiri, dipungut berdasarkan peraturan nasional tetapi
Dari penjelasan beberapa ahli ekonomi diatas terdapat banyak batasan
tentang pajak yang telah dikemukakan, tetapi pada hakekatnya isinya hampir sama
yaitu pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah yang dapat
dipaksakan dengan tanpa imbalan jasa yang secara langsung dapat ditunjuk
(Suparmoko, 1997: 277). Dari batasan atau definisi diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa unsur-unsur pajak adalah :
1. Iuran masyarakat kepada negara
2. Berdasarkan undang-undang
3. Tanpa balas jasa secara langsung
4. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah
Dalam literatur pajak dan public finance pajak daerah dapat
diklasifikasikan berdasarkan wilayah pemungutan dan dibagi atas dua bagian
yaitu pajak propinsi dan pajak kabupaten/kota. Pengertian pajak daerah
kabupaten/kota cenderung sama dengan pajak propinsi, perbedaannya terletak
pada wewenang atau pemerintahan yang menduduki dimana pajak propinsi
dipungut oleh pemerintah daerah tingkat propinsi dan pajak kabupaten/kota
dipungut oleh pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota.
Dalam pasal 2 ayat 1 Undang-undang NO 34 tahun 2000 tentang pajak
dan retribusi daerah sebagai penyempurnaan UU NO 18 tahun 1997 Jenis pajak
Propinsi terdiri dari:
a) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas air , yaitu pajak atas
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan, yaitu pajak atas
penyerahan hak milik kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air sebagai akibat
perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual
beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.
c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas bahan bakar yang
disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan
bakar yang digunakan untuk kendaraan di atas air.
d) Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan, yaitu
pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan atau air permukaan
untuk digunakan bagi orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar
rumah tangga dan pertanian rakyat.
Dalam pasal 2 ayat 1 Undang-undang NO 34 tahun 2000 tentang pajak dan
retribusi daerah. Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri dari:
a) Pajak Hotel yaitu pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan yang
khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh
pelayanan, dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk
bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama,
kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
b) Pajak Restoran yaitu pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah tempat
menyantap makanan/minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak
termasuk usaha jasa boga/ catering.
c) Pajak Hiburan yaitu pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah
dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang
dengan dipuingut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolahraga
d) Pajak Reklame yaitu pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah
benda, alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya
dimaksudkan untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan,
menganjurkan atau memuji suatu barang, jasa, orang, ataupun untuk menarik
perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang dapat ditempatkan
atau dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali
yang dilakukan oleh pemerintah.
e) Pajak Penerangan Jalan yaitu pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan
ketentuan bahwa di wilayah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya
dibayar oleh pemerintah daerah.
f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C yaitu pajak atas kegiatan
pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
g) Pajak Parkir yaitu pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir
diluar badan jalur oleh orang pribadi atau badan,baik yang disediakan berkaitan
dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha seperti
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor
yang menunggu bayaran.
Di samping jenis-jenis Pajak Daerah tersebut di atas, maka dengan
Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan jenis pajak lainnya yang memenuhi kriteria
a) Bersifat sebagai pajak bukan retribusi, berarti bahwa pajak yang ditetapkan
harus sesuai dengan pengertian pajak;
b) Obyek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan
umum berarti pajak tersebut dimaksudkan untuk kepentingan bersama yang lebih
luas antara pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan aspek
ketentraman, kestabilan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan dan
keamanan;
c) Potensinya memadai, berarti hasil pajak cukup besar sebagai salah satu sumber
pendapatan daerah dan laju pertumbuhannya diperkirakan sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi daerah;
d) Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif, berarti bahwa pajak tidak
mengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi secara efisien dan tidak merintangi
arus sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan ekspor-impor;
e) Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat, berarti bahwa
subyek dan obyeknya harus jelas sehingga dapat diawasi pemungutannya, jumlah
pembayaran pajak dapat diperkirakan oleh Wajib Pajak yang bersangkutan, dan
tarif pajak ditetapkan dengan memperhatikan keadaan dankemampuan Wajib
Pajak untuk memikul tambahan beban pajak;
f) Menjaga kelestarian lingkungan, berarti bahwa pajak harus bersifat netral
terhadap lingkungan sehingga pemungutan pajak tidak memberi peluang kepada
Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk merusak lingkungan yang akan menjadi
Untuk menilai berbagai pajak daerah yang ada digunakan serangkaian
ukuran yaitu (Devas,1989:61):
a) Hasil (Yield) yaitu memadai tidaknya suatu pajak adalah kaitannya dengan
berbagai layanan yang dibiayainya, stabilitas, dan mudah tidaknya
memperkirakan besar hasil itu dan elastisitasnya hasil pajak terhadap inflasi,
pertumbuhan penduduk,perbandingan hasil pajak dengan biaya pemungutan, dan
sebagainya.
b) Keadilan (Equity) adalah dasar pajak dan kewajiban membayar pajak harus
jelas dan tidak sewenang-wenang. Pajak bersangkutan harus adil secara
horizontal, artinya beban pajak haruslah sama; harus adil secara vertikal, artinya
kelompok yang memiliki sumber daya ekonomi yang lebih besar daripada
kelompok yang tidak banyak memiliki sumberdaya ekonomi yang lebih besar:
pajak tersebut haruslah adil dari tempat ke tempat, dalam arti tidak ada perbedaan
besar dan sewenang-wenang dalam beban pajak dalam satu daerah ke daerah lain,
kecuali jika perbedaan ini mencerminkan dalam penyediaan dalam layanan
masyarakat.
c) Daya guna ekonomi (Economic Efficiency). Pajak hendaknya mendorong atau
setidak-tidaknya tidak menghambat penggunaan sumber daya ekonomi, mencegah
jangan sampai pilihan produsen dan konsumen menjadi salah arah atau orang
menjadi segan menabung dan memperkecil beban lebih pajak.
d) Kemampuan melaksanakan (Ability To Implement), suatu pajak harus dapat
e) Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah (Sustability As Local Revenue
Source). Ini berarti haruslah jelas kepada daerah mana suatu pajak harus
dibayarkan, dan tempat memungut pajak haruslah sedapat mungkin sama dengan
tempat akhir beban pajak. Pajak tidaklah mudah untuk dihindari dengan cara
memindahkan obyek pajak dari suatu daerah ke daerah lain. Pajak daerah
hendaknya jangan mempertajam perbedaan – perbedaan diantara daerah dari segi
potensi ekonomi masing-masing, dan pajak hendaknya tidak menimbulkan beban
yang lebih besar dari kemampuan tata usaha pajak daerah.
Sumber peneriman pajak merupakan salah satu sumber potensi keuangan
dari daerah tersebut. Hal ini dapat ditinjau pada sumber-sumber yang didapat dari
PAD bahwa pajak daerah dari tahun ketahun memeberikan sumbangan yang
signifikan bagi perekonomian , sehingga potensi pengembangan dan penggalian
potensi pajak dapat dimaksimalkan. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa pajak daerah adalah pajak negara yang diserahkan kepada daerah untuk
dipungut berdasarkan peraturan perundangan yang dipergunakan untuk
membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik.
2.1.2 Retribusi Daerah
Di dalam kenyataan selain pajak daerah sebagai sektor utama dalam penerimaan daerah dari sektor PAD ini, bagi pemerintah daerah tingkat kabupaten
dan kota retribusi daerah ini terkadang memberikan hasil yang sanat berarti pula
bagi sumber keuangan daerah. Menurut (Siahaan, 2005 :5 )Retribusi adalah
pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang
penduduknya secara perorangan dimana jasa tersebut dapat dikatakan bersifat
langsung yaitu yang membayar retribusi yang menempati balas jasa dari negara.
Peraturan pemerintah No. 66 tahun 2002 tentang retribusi daerah pasal
satu menyebutkan bahwa retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan oleh pemerintah
daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula
disediakan oleh sektor swasta.
Menurut Undang-undang No. 34 tahun 2000 retribusi daerah adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan. Setiap suatu pungutan yang dikategorikan sebagai
retribusi daerah terlebih dahulu harus ditetapkan dalam bentuk peraturan daerah
(perda) dari masing-masing daerah yang akan memungut pungutan tersebut dan
harus mendapatkan persetujuan dari masing-masing DPRD nya.
Pada dasarnya retribusi adalah pajak, tetapi merupakan jenis pajak khusus,
karena ciri-ciri dan atau syarat-syarat tertentu masih dapat dipenuhi. Beberapa ciri
yang melekat pada retribusi daerah yang dipungut di Indonesia adalah: retribusi
merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang dan peraturan
daerah yang berkenaan, hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah
daerah, pihak yang membayar retribusi mendapat kontra prestasi (balasa jasa)
secara langsung dari pemerintah atas pembayaran yang dilakukan, retribusi
terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang
Dari definisi di atas terlihat bahwa ciri-ciri mendasar dari retribusi daerah adalah :
1. Retribusi dipungut oleh daerah.
2. Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang
angsung dapat di tunjuk.
3. Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan barang atau
jasa yang disediakan oleh daerah.
Lapangan retribusi daerah adalah seluruh lapangan pungutan yang
diadakan untuk keperluan keuangan daerah sebagai pengganti jasa yang diberikan
oleh daerah.
Objek Retribusi terdiri dari:
a) Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan masyarakat umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan yang diwujudkan dalam pelayanan.
Retribusi Jasa Umum terdiri dari :
1. Retribusi pelayanan kesehatan
2. Retribusi pelayanan persampahan / kebersihan
3. Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan Akte Catatan Sipil
4. Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
5. Retribusi parkir di tepi jalan umum6. Retribusi pasar
6. Retribusi air bersih
8. Retribusi penggantian biaya cetak peta
b) Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan
menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan
oleh sektor swasta.
Retribusi Jasa Usaha terdiri dari:
1. Retribusi pemakaian kekayaan daerah
2. Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan
3. Retribusi terminal
4. Retribusi tempat khusus parkir
5. Retribusi tempat penitipan anak
6. Retribusi penjualan produksi usaha daerah
7. Retribusi tempat penginapan / pesanggrahan / villa
8. Retribusi penyedotan kakus
9. Retribusi rumah potong hewan
10.Retribusi tempat pendaratan kapal
11.Retribusi tempat rekreasi dan tempat olahraga
12.Retribusi penyeberangan di atas air
13.Retribusi pengolahan limbah cair
c) Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka
pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud untuk pembinaan,
penggunaan sumbar daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu
guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan
Retribusi Perijinan Tertentu terdiri dari:
1. Retribusi ijin peruntukan penggunaan tanah
2. Retribusi ijin mendirikan bangunan
3. Retribusi ijin trayek
4. Retribusi gangguan
5. Retribusi ijin tempat penjualan minuman beralkohol
6. Retribusi ijin pengambilan hasil hutan ikutan
2.1.3 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah pendapatan asli daerah
yang sah diluar dari pajak daerah, retribusi daerah dan bagian laba BUMD.
Misalnya hasil penjualan barang milik daerah, penjualan barang-barang bekas,
penerimaan cicilan kendaraan bermotor / rumah dinas, penerimaan sewa rumah
dinas / bangunan dan tanah milik daerah pemerintah daerah , dan lain-lain yang
diatur dalam UU NO 33 Tahun 2004 pasal 6 ayat 2.
Sekalipun tugas dan fungsi utama dari dinas-dinas daerah adalah
memberikan pelayanan terhadap masyarakat tanpa melalui memperhitungkan laba
rugi, anmun dalam batas-batas tertentu dapat didayagunakan dan bertindak
sebabgai organisasi ekonomi yang memberikan pelayanan jasa dengan
mendapakan imbalan. Fungsi pokok dari penerimaan dinas-dinas daerah (kecuali
daerah, tetapi melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah yang bersifat
pembinaan atau bimbingan kepada masyarakat.
Dalam ketentuan yang terdapat dalam UU NO 32 Tahun 2004, keberadaan
pendirian dinas-dinas dinas daerah adalah merupakan perangkat daerah yang
terpenting namun pengaturan dalam hal peranan dinas-dinas daerah sebagai salah
satu sumber bagi pendapatan daerah tidak ada disebutkan. Tetapi hal ini tidaklah
menghalangi dalam memberikan pelayanan kepada publik dalam mengadakan
usaha-usahanya sebagai sumber pendapatan daerah asal terlebih dahulu diatur
dalam peraturan daerah yang bersangkutan.
Penerimaan lain-lain dilain sisi dapat membuka kemungkinan bagi
pemerintah daerah untuk melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan baik
yang berupa materi dalam hal kegiatan bersifat bisnis, maupun non materi dalam
hal kegiatan tersebut untuk menyediakan, melapangkan atau memantapkan suatu
kebijakan pemerintah daerah dalam suatu bidang tertentu.
Sumber lain-lain PAD yang sah dapat menghimpun dana sebagai salah
satu sumber penerimaan daerah dan tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta di lain pihak lebih mengarah
kepada publik servis dan bersifat penyuluhan yaitu tidak mengambil keuntungan,
melainkan hanya sekedar untuk menutup resiko biaya administrasi yang
dikeluarkan.
2.2Konsep Produk Domestik Bruto
Pendapatan regional netto adalah produk domestik regional netto atas
dasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang keluar ditambah aliran dana yang
masuk dan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima oleh seluruh penduduk
tersebut.
2.2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan gabungan
dari empat kata yaitu:
1. Produk, artinya seluruh nilai produksi baik barang maupun jasa,
2. Domestik, artinya perhitungan nilai produksi yang dihasilkan hanya oleh
faktor-faktor produksi yang berada dalam wilayah domestik tanpa melihat
apakah faktor produksi tersebut dikuasai oleh penduduk atau bukan,
3. Regional, artinya perhitungan nilai produksi yang dihasilkan hanya oleh
penduduk tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang digunakan
berada dalam wilayah domestik atau bukan,
4. Bruto, maksudnya adalah perhitungan nilai produksi kotor karena masih
mengandung biaya penyusutan.
Berdasarkan empat pengertian istilah di atas, maka arti PDRB adalah
seluruh nilai produksi kotor baik barang maupun jasa yang dihasilkan oleh
faktor-faktor produksi yang beroperasi dalam suatu wilayah, biasanya dihitung pada
suatu periode tertentu.
Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai tambah yang mampu
PDRB merupakan penjumlahan dari semua harga dan jasa akhir atau semua nilai
tambah yang dihasilkan oleh daerah dalam periode waktu tertentu (1 tahun).
2.2.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Produk domestik regional bruto merupakan jumlah seluruh nilai produk
barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi pada
suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. PDRB yang msih ada unsur inflasi
dinamakan PDRB atas dasar harga berlaku.
Dengan kata lain, PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah
seluruh nilai barang-barang akhir yang dihasilkan unit-unit produksi dalam suatu
periode tertentu dan biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga tahun yang
bersangkutan.
2.2.4 PDRB Atas Harga Konstan
Harga konstan berarti produk didasarkan atas dasar harga pada tahun
tertentu. Tahun yang dijadikan patokan harga disebut tahun dasar untuk penentuan
harga konstan. Pada perhitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral.
2.2.5 Pendapatan Perkapita
PDRB dikaitkan dengan jumlah penduduk menggambarkan tingkat
pendapatan perkapita suatu wilayah. Pendapatan perkapita adalah total pendapatan
2.2.6 Metode Penghitungan Pendapatan Regional
Untuk menghitung nilai seluruh produksi yang dihasilkan suatu perekonomian
dalam suatu tahun tertentu dapat digunakan 3 cara penghitungan. Ketiga cara
tersebut adalah :
1. Cara Pengeluaran.
Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlah
pengeluaran ke atas barang-barang dan jasa yang diproduksikan dalam negara
tersebut. Menurut cara ini pendapatan nasional adalah jumlah nilai pengeluaran
rumah tangga konsumsi, rumah tangga produksi dan pengeluaran pemerintah serta
pendapatan ekspor dikurangi dengan pengeluaran untuk barang-barang impor.
2. Cara Produksi atau cara produk netto.
Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai
produksi barang atau jasa yang diwujudkan oleh berbagai sektor (lapangan
usaha) dalam perekonomian. Dalam menghitung pendapatan nasional dengan cara
produksi yang dijumlahkan hanyalah nilai produksi tambahan atau value added
yang diciptakan.
3. Cara Pendapatan.
Dalam penghitungan ini pendapatan nasional diperoleh dengan cara
menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang
digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional. (Sukirno, 1994:25)
1. Mengetahui dan menelaah struktur atau susunan perekonomian. Dari
perhitungan PDRB dapat diketahui apakah suatu daerah termasuk daerah
industri, pertanian atau jasa dan berapakah besar sumbangan
masing-masing sektornya.
2. Membandingkan perekonomian dari waktu ke waktu. Oleh karena nilai
PDRB dicatat tiap tahun, maka akan di dapat catatan angka dari tahun ke
tahun. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh keterangan kenaikan
atau penurunan apakah ada perubahan atau pengurangan kemakmuran
material atau tidak.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pengaruh PAD terhadap Perkembangan Pembangunan
yang dilakukan oleh Suntono (2005) dengan mengambil judul Pengaruh PAD
Terhadap Perkembangan Pembangunan di Kota Semarang. Dalam penelitian
tersebut menganalisis tentang pengaruh PAD yang terdiri dari pajak daerah,
retribusi daerah dan hasil perusahaan milik daerah terhadap perkembangan
pembangunan di Kota Semarang.
Berdasarkan hasil uji regresi linier ganda antara pajak daerah, retribusi
daerah dan hasil usaha milik daerah dengan Produk Domestik Regional Bruto
menghasilkan model regresi linier ganda yang signifikan. Hal ini menunjukan
bahwa model regresi dapat dipakai untuk memprediksi perkembangan
pembangunan di Kota Semarang. Dari hasil analisis diperoleh nilai koefisien
korelasi R sebesar sebesar 0,971. Hal ini menunjukan hubungan kuat (mendekati
perkembangan pembangunan di Kota Semarang dan Berdasarkan hasil pengujian
regresi linier sederhana diperoleh model regresi yang berarati atau signifikan,
kecuali regresi antara hasil usaha milik daerah dengan Produk Domestik Regional
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menganalisis mengenai
perkembangan pembangunan Kabupaten Deli Serdang yang dipengaruhi oleh
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Faktor-faktor itu adalah, tingkat pajak daerah
(X1) tingkat retribusi daerah (X2), dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang
Sah (X3) pada kurun waktu 1989 s/d 2009. 3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk urut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam bentuk
angka. Data – data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari Badan
Pusat Statistik (BPS) SUMUT dan Deli Serdang, Badan Pengelola Keuangan
Daerah Kabupaten Deli Serdang serta data lainnya yang mendukung penelitian ini
diperoleh dari sumber bacaan seperti jurnal, artikel, dan buku bacaan yang
berkaitan dengan penelitian ini.
3.3Pengolahan Data
Dalam mengelola data pada penelitian ini, penulis menggunakan program
Tata cara dan tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat data
yang diperlukan dari instansi dan lembaga yang dipublikasikan.
Data yang diperoleh tersebut kemudian diolah dengan menggunakan
metode statistik program Eviews 5.1 sebagai software utama untuk mengolah data
dalam penelitian.
Dalam menganalisis seberapa jauh besarnya pengaruh variabel-variabel
bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan
meregresikan variabel – variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat
terkecil biasa (Ordinary Least Square).
Variabel yang digunakan :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Deli Serdang yang dinyatakan dengan (x = 1,2,3,) dan i menyatakan
bagian-bagian yang merupakan sumber pendapatan asli daerah. Kabupaten Deli
Serdang Xi.
bagian pajak daerah =X 1
bagian retribusi daerah= X2
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah =X3
2. Variabel Terikat
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah perkembangan
pembangunan secara umum yang dilaksanakan daerah Kota Semarang yang
tergambar dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dinyatakan
dengan (Y).
Fungsi matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Y = f (X1,X2,X3)………..(1)
Selanjutnya untuk mendapatkan model penelitian, logaritma digunakan
pengaruh antar variabel penjelas terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi
digunakan metode (Ordinary Least Square/OLS).
Log Y = α + βLogX1 + β2LogX2+ β3LogX3+µ …………..(2)
Dimana :
Y = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (Juta Rupiah)
α = Intercept / konstanta
L = Logaritma
X1 = Jumlah pajak daerah (Juta Rupiah)
X2 = Retribusi daerah (Juta Rupiah)
X3 = Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah (Juta
Rupiah)
β1, β2,β3 = Koefisien Regresi.
μ = Error Term
Secara sistematis bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut :
1
LX LY
∂∂ > 0 , artinya apabila jumlah pajak daerah (LX1) mengalami kenaikan
maka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (LY) akan
mengalami kenaikan, ceteris paribus.
2
LX LY
∂∂ > 0 , artinya apabila jumlah retribusi daerah (LX2) mengalami kenaikan
maka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (LY) akan
3
LX LY
∂∂ > 0 , artinya apabila jumlah lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
(LX3) mengalami kenaikan maka Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) (LY) akan mengalami kenaikan, cateris paribus.
3.5 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 3.5.1 Koefisien Determinasi (R-square)
Koefisien determinasi (R-square) dilakukan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independen secara bersama – sama mampu memberi
penjelasan terhadap variabel dependen, dimana nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 < R2 < 1).
3.5.2 Uji T-statistik
Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah
masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen
dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam hal ini
digunakan hipotesis sebagai berikut :
Ho : bi = 0... (tidak signifikan)
Ha : bi ≠ 0... (signifikan)
Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter
hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya, tidak ada pengaruh variabel X
terhadap Y. Bila t-hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho
ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara
nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Dan bila t-hitung < t-tabel maka
pada tingkat kepercayaan tertentu Ho diterima. Ini artinya bahwa variabel
Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i
Kriteria pengambilan keputusan :
Ho diterima t-hitung < t-tabel artinya variabel independen secara parsial tidak
berpengaruh nyata terhadap varibel dependen.
Ha diterima t-hitung > t-tabel artinya variabel independen secara parsial
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Ha diterima Ha diterima
Ho diterima
Uji F-Statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk
H0 : b1 = b2= b3= 0... (tidak ada pengaruh)
Ha : b1 ≠ b2≠ b3≠0... (ada pengaruh)
Hasil pengujian akan menunjukkan :
Apabila F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak, yang artinya setiap variabel
independen secara bersama – sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Apabila F-hitung < F-tabel, maka Ho diterima, yang artinya setidaknya satu dari
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:
F-hitung =
R2= koefisien determinasi
3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.6.1 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah
terdapat korelasi variabel independen di antara satu sama lainnya. Untuk
mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai R-square,
F-hitung, t-F-hitung, serta standard error.
Adanya multikolinearitas ditandai dengan:
a) Standard error tidak terhingga.
b) Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 1%, α = 5%, α =
10%.
c) Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori.
d) R2 sangat tinggi.
3.6.2 Uji Autokorelasi
Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang.
Autokorelasi terjadi bila error term (μ) dari waktu yang berbeda
berkorelasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi
serial apabila : variabel (ei.ej) ≠ 0; untuk i ≠ j, dalam hal ini dikatakan memiliki
masalah autokorelasi.
Untuk medeteksi adanya autokorelasi dalam model penelitian ini,
dilakukan uji Lagrange Multiplier (LM – Test), yaitu dengan membandingkan
1. Jika nilai X2hitung > X2 tabel dan Probabilitas < 0,05 , maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model yang
digunakan, ditolak.
2. Jika nilai X2 hitung < X2 tabel dan Probabilitas > 0,05, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model yang
digunakan, diterima.
3.7 Definisi Operasional
1. Perkembangan pembangunan secara umum yang dilaksanakan daerah
Kabupaten Deli Serdang dari tahun 1989-2009 yang tergambar dalam Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah).
2. Pajak daerah adalah pungutan yang dilakukan pemerintah daerah Kabupaten
Deli Serdang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dari
tahun 1989-2009 (Juta Rupiah).
3. Retribusi daerah yaitu pungutan daerah yang dilakukan sehubungan dengan
suatu jasa atau fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah daerah secara
langsung dan nyata kepada pembayar di Kabupaten Deli Serdang dari tahun
1989-2009 (Juta Rupiah).
4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah pendapatan asli daerah
selain dari pajak daerah, retribusi daerah dan bagian laba BUMD dari tahun
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitan
4.1.1 Kondisi Geografis
Kabupaten Deli Serdang Secara geografis berada pada 2°57’’ Lintang
Utara, 3°16’’ Lintang Selatan dan 98°33’ – 99°27’’ Bujur Timur dengan
ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan laut yang merupakan salah satu
Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara.
Sesuai dengan U.U. No. 36 Tahun 2003 dalam hal pemekaran wilayah
dengan lahirnya Kabupaten baru Serdang Bedagai maka pada Tahun 2004
Kabupaten ini mengalami perubahan baik secara geografi maupun administrasi
pemerintahan dimana setelah adanya pemekaran daerah mengakibatkan dampak
potensi daerah yang dimiliki ikut berpengaruh. Dengan terjadinya pemekaran
daerah, maka Luas wilayahnya sekarang menjadi 2.497,72 KM2 terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desa/kelurahan.
Kabupaten Deli Serdang diapit oleh 4 kabupaten dan selat malaka. Dan
lebih jelasnya batas-batas kabupaten ini adalah sebagai berikut:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera,
• Sebelah Selatan berbatasan dergan Kabupaten Karo,
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai,
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten
Langkat.
Secara geografis Kabupaten Deli Serdang terletak pada wilayah
pengembangan Pantai Timur Sumatera Utara yang memiliki topografi, kountur
dan iklim yang cenderung bervariasi. Kawasan pantai berhawa tropis pegunungan
sementara kawasan hulu yang kounturnya bergelombang sampai terjal, berhawa
tropis pegunungan.
Dilihat dari kemiringan lahan, Kabupaten Deli Serdang dibedakan atas :
Dataran Pantai :
Yang luasnya kurang lebih 63.002 Ha ( 26,30 %) terdiri dari 4 kecamatan
(Hamparan Perak, Labuhan Deli, Percut Sei Tuan, dan Pantai Labu). Jumlah Desa
sebanyak 64 Desa/Kelurahan dengan panjang pantai 65 km.Potensi Utama adalah
; Pertanian Pangan, Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar, Perikanan Laut,
Pertambakan, Peternakan Unggas, dan Pariwisata.
Dataran Rendah :
Yang luasnya kurang lebih 68,965 Ha ( 28.80 % ) terdiri dari 11 kecamatan (
Sunggal, Pancur Batu, Namorambe, Deli Tua, Batang Kuis, Tanjung Morawa,
Patumbak, Lubuk Pakam, Beringin, Pagar Merbau, dan Galang) dengan jumlah
desa sebanyak 197 desa/kelurahan.Potensi Utama adalah : Pertanian Pangan,
Perkebunan Besar, Perkebunan Rakyat, Peternakan, Industri, Perdagangan, dan
Perikanan Darat.
Dataran Pegunungan :
Yang luasnya kurang lebih 111.970 Ha ( 44.90 %) terdiri dari 7 kecamatan
Bangun Purba) dengan jumlah desa sebanyak 133 desa. Potensi Utama adalah :
Pertanian Rakyat, Perkebunan, dan Peternakan.
Kabupaten Deli Serdang terdapat lima Daerah Aliran Sungai (DAS)
dengan luas areal 378.841 HA yaitu DAS Belawan, DAS Deli, DAS Belumai,
DAS Percut, dan DAS Ular, dimana hulu ke lima Daerah Aliran Sungai (DAS) ini
berada di Kabupaten Simalungun, dan Karo yang bermuara ke Selat Malaka. Sub
DAS ini pada umumnya sangat bermanfaat dan selalu dupayakan untuk mengairi
areal persawahan dalam peningkatan produksi pertanian.
4.1.3 Kondisi Demografis
Jumlah penduduk Kabupaten Deli Serdang berjumlah 1.686.366 jiwa yang
terdiri dari berbagai suku bangsa yang beragam seperti Melayu, Karo,
Simalungun, Jawa, Toba, Minang, Cina, Aceh dan pemeluk berbagai agama
seperti Islam, Kristen, Hindu dan Budha, dengan Laju Pertumbuhan Penduduknya
(LPP) sebesar 2,74 persen dengan kepadatan rata-rata 616 jiwa perkilometer
persegi.
Adapun visi untuk mencapai Deli Serdang yang maju dan mandiri, dengan
masyarakatnya yang sejahtera, religius, dan bersatu dalam kebhinnekaan melalui
pemerataan pembangunan, pemanfaatan sumber daya yang adil dan penegakan
hukum yang ditopang oleh tata pemerintahan yang baik dilakukan dengan cara
mengoptimalkan potensi sumber daya alam dan manusia yang dimiliki serta
terus-menerus berupaya melakukan pengembangan sektor-sektor pembangunan.
Sektor Pendidikan dan Kesehatan masyarakat tanpa mengabaikan sektor
dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara luas adalah suatu
program yang harus dikedepankan untuk mencapai perkembangan pembangunan
yang diharapkan di Kabupaten Deli Serdang ini.
4.2 Keadaan PAD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2000-2004
Pendapatan asli daerah adalah sesuatu hal yang sangat penting bagi
perekonomian daerah dan merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah
daerah Kabupaten yang seogianya dalam tindakan nyata harus ditingkatkan
pertumbuhannya. Hal ini merupakan sebagai salah satu tolak ukur kemampuan
daerah kabupaten Deli Serdang dalam peningkatan kemandirian pemerintah
daerah yang tercermin dalam kenaikan kontribusi pendapatan asli daerah secara
teratur agar tidak selalu tergantung kepada bantuan dari pemerintah pusat dan
pemerintah propinsi.
Adapun realisasi pendapatan asli daerah kabupaten Deli Serdang menurut
komposisi tiap jenis dari tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1
Komposisi Tiap Jenis Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) :
Sumber PAD 2005 2006 2007 2008 2009
Pajak Daerah 37.463,92 42.277,30 51.117,11 65.880,71 71.612,60
Retribusi Daerah 10.184,84 11.064,72 14.401,05 21.113,99 19.347,58
Lain-lain PAD yang sah 4.892,39 6.958,82 8.368,69 6.393,96 7.560,28
Sumber: Deli Serdang Dalam Angka, BPS Deli Serdang dan SUMUT
Pada tabel di atas menunjukkan hasil pendapatan asli daerah yang selalu
kontribusi terbesar terhadap pendapatan asli daerah yaitu sebesar Rp. 37.463,92
juta pada tahun 2005 dan sampai pada tahun 2009 telah mencapai jumlah Rp.
71.612,60 juta, sehingga retribusi daerah yang ada di Kabupaten Deli Serdang
merupakan satu-satunya sumber yang dapat diandalkan. Namun peran pendapatan
asli daerah di luar pajak daerah tetap sangat diharapkan mengingat tuntutan dana
yang harus disediakan oleh pemerintah yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Kemudian kontribusi terbesar setelah pajak daerah adalah dari retribusi
masing-masing jumlah dari tahun 2005-2009 yaitu Rp. 10.184,84 juta; Rp.
11.064,72 juta; Rp. 14.401,05 juta; Rp. 21.113,99 juta dan Rp. 19.347,58 juta.
Berikutnya diikuti dengan lain-lain PAD yang sah dimana pada tahun 2005-2007
meningkat yaitu pada tahun 2005 sebesar Rp. 4.892,39 juta, tahun 2006 sebesar
Rp. 6.958,82 juta, tahun 2007 sebesar Rp. 8.368,69 juta dan pada tahu 2008
mengalami penurunan dimana jumlahnya sebesar Rp. 6.393,96 juta kemudian
pada tahun 2009 mengalami peningkatan dimana jumlahnya menjadi sebesar Rp.
7.560,28 juta.
Dilihat dari perkembangan PAD diatas yang terdiri dari pajak daerah,
retribusi dan lain-lain PAD yang sah yang cenderung meningkat dari tahun
ketahun walaupun di beberapa tahun mengalami jumlah naik turun yang tidak
terlalu besar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan di
Kabupaten Deli Serdang harus dapat dijadikan sebagai motivasi dalam visi
Pemerintahan dan masyarakat Kabupaten Deli Serdang dalam mengupayakan
peningkatan penerimaan daerah dengan memberi perhatian kepada perkembangan
sering menemui kendala diantaranya adalah kurang adanya kesadaran dari
masyarakat untuk membayar wajib pajak dan retribusi, maka dari itu sebagai
wujud upaya peningkatan pendapatan asli daerah adalah dengan melakukan
sosialisasi dengan masyarakat serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
membanyar pajak dan retribusi.
Kemudian dapat pula ditindaklanjuti dengan memberikan kompensasi
berupa pelayanan yang baik dan perbaikan fasilitas umum bagi masyarakat.
Komponen-komponen dari pendapatan asli daerah secara penuh dapat digunakan
oleh daerah sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah, disamping
memperlihatkan adanya upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam
menggali sumber-sumber pendapatan daerah. Hal ini menjadikan suatu daerah
Kabupaten/Kota lebih leluasa untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya
khususnya setelah diberlakukan otonomi daerah.
Berdasarkan uraian di atas, secara garis besar usaha untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah adalah dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi.
Ekstensifikasi adalah dengan meluaskan jaringan obyek pendapatan asli daerah,
sedangkan intensifikasi adalah dengan mengoptimalkan penerimaan dari obyek
pendapatan asli daerah yang ada.
Menguraikan tentang belum optimalnya hasil pendapatan asli daerah di
Kabupaten Deli Serdang sehingga mengakibatkan kecilnya kontribusi pendapatan
asli daerah terhadap total penerimaan daerah kabupaten, ada beberapa faktor yang
menyebabkan yaitu pertama, masih adanya sumber pendapatan potensial yang
daerah tersebut. Kedua, Badan Usaha Milik Daerah pada umumnya belum
beroperasi secara efisien, hal ini tercermin dari laba bersih yang dihasilkan jika
dilihat dari struktur biaya, asset dan penjualannya. Ketiga, rendahnya tingkat
hidup dan ekonomi masyarakat, tecermin dari pendapatan perkapita. Keempat,
kurang mampunyai pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber
pendapatan yang ada.
4.3 PDRB ADHB Deli Serdang
Kegiatan ekonomi suatu daerah secara umum dapat digambarkan melalui
kemampuan daerah tersebut dalam menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan
bagi kebutuhan hidup masyarakat pada suatu periode tertentu yang diindikasikan
dengan PDRB. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan
oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah nilai barang
dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
Untuk PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh nilai
barang-barang akhir yang dihasilkan unit-unit produksi dalam suatu periode
tertentu sebagai tolak ukur atau indikasi kinerja makro kegiatan ekonomi di suatu
wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur ekonomi daerah, peranan
sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya yang didasarkan pada PDRB atas dasar
Tabel 4.2
Realisasi PDRB ADHB Kabupaten Deli Serdang Tahun 1989-2009 (Jutaan Rupiah)
Sumber: BPS Deli Serdang dan SUMUT
Dilihat dari tabel diatas, PDRB ADHB Kabupaten Deli Serdang dari tahun
ke tahun mulai dari tahun 1989-2009 terus mengalami peningkatan secara stabil.
Pada tahun 2000 ke 2001 mengalami peningkatan yang cukup menonjol dari
kisaran 7,368 triliun ke 10,122 triliun. Hal ini disebabkan adanya pengaruh
gejolak ekonomi yang terjadi pada krisis moneter yang melanda negara kita pada
saat itu. Peningkatan PDRB ADHB terus berlanjut hingga kisaran 20 triliunan
pada tahun 2006-2007 , tahun 2008 sebesar 30,116 triliun dan pada tahun 2009
Setiap adanya peningkatan PDRB ADHB dari tabel yang dapat kita lihat di
atas menandakan adanya peningkatan pendapatan masyarakat Kabupaen Deli
Serdang sekaligus menandakan peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai
tolak ukur dalam melihat perkembangan pembangunan dari tahun ke tahun oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi.
4.4 Hasil Penelitian (Analisa)
Untuk mendapatkan hasil regresi antara variabel independen (PDRB)
sebagai tolak ukur dalam perkekmbangan pembangunan di Kabupaten Deli
Serdang dan variabel dependen (Pendapatan Asli Daerah) yang terdiri dari pajak
daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah maka digunakan data
sekunder yang berasal dari Dinas Keuangan Kabupaten Deli Serdang dan BPS
Kabupaten Deli Serdang dan SUMUT yang dicatat mulai dari tahun 1989-2009
dan diolah dengan menggunakan bantuan program komputer. Dari hasil regresi
dapat dibentuk model hasil estimasi sebagai berikut:
Y = 10.44621 +0.630882X1 + 0.207241 X2 + 0.192261 X3
Stand. Error = (0.592985) (0.141352) (0.168516) (0.084153)
T-statistik = (17.61631) (4.463206) *(1.229802) *( 2.284650)*
R2 = 0.982719Adjusted R2 = 0.979670F-statistik = 322.2535DW-stat = 1.543271 Ket: *) signifikan pada
α
= 1 %4.4.1 Interpretasi Model
Berdasarkan hasil regresi diatas dapat dijelaskan pengaruh variabel pajak
daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah terhadap perkembangan
pembangunan dimana PDRB ADHB sebagai tolak ukurnya adalah sebagai