Tingkat Kecemasan Keluarga Pada Pasien Operasi
Di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa
Tahun 2011
D e d i
101121098
Skripsi
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
PRAKATA
Syukur alhamdulillah peneliti sampaikan kehadirat Allah S.W.T karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini
yang berjudul ”Tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi di Rumah Sakit
Umum Daerah Langsa” Skripsi penelitian ini dibuat sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapan banyak terima kasih kepada
dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara Medan, Erniyati, S.Kp, MNS, selaku pembantu Dekan I Fakultas
Keperawatan, Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku pembantu dekan II Fakuktas
Keperawatan, dan Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku pembantu
Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan dan dr. Doli
Diapari Siregar selaku Direktur Rumah sakit Umum Daerah Langsa.
Penyelesaian Skripsi penelitian ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu peneliti juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada bapak Achmad Fathi, S.Kep. Ns. MNS, selaku dosen
pembimbing yang senantiasa menyediakan waktu dan kesempatan untuk
memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi
penelitian ini, juga kepada bapak Mula Tarigan , S.Kp. Mkes, selaku penguji I,
staf pengajar dan administrasi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Medan.
Ucapan terima kasih yang paling dalam peneliti sampaikan juga
teristimewa kepada Ayahanda OK.Syaiful Amri dan Ibunda Saniah, dan
Adik-adikku OK.Dedek Atmaja, OK.Sri Tety Wahyuni yang menjadi motivator dalam
hidupku, dan seluruh keluarga yang telah memberi dukungan baik moril maupun
doa restu, serta rekan-rekan mahasiswa/i dan teman-teman sejawat yang telah
banyak membantu sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.
Akhirnya peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu peneliti yang namanya tidak bisa disebutkan satu-persatu,
harapan peneliti semoga skripsi penelitian ini bermanfaat demi kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya profesi keperawatan.
Medan, 28 Januari 2012
Peneliti
4.2.2. Sampel ... 21
4.3. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 22
4.4. Pertimbangan Etik ... 22
4.5. Instrumen Penelitian ... 23
4.6. Pengumpulan Data ... 24
4.7. Analisa Data ... 25
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
5.1. Hasil Penelitian ... 26
5.2. Pembahasan... 29
BAB VI. KESIMPULAN REKOMENDASI ... 33
6.1. Kesimpulan ... 33
6.2. Rekomendasi ... 33
6.2.1. Penelitian Keperawatan ... 33
6.2.2. Pelayanan Kesehatan ... 34
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Daftar Skema
Halaman
Skema I. Kerangka Konsep Penelitian Tingkat kecemasan Keluarga Pada Pasien
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel I. Kategori pembedahan didasarkan pada urgensinya...19
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi data demografi………27
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan gejala kecemasan…28
Judul : Tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa
Penulis : Dedi
Program Studi : Fakultas Keperawatan S1 USU
Abstrak
Kecemasan merupakan gangguan alam perasaan yang di tandai dengan perasaan ketakutan yang mendalam dan berkelanjutan dan tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas. Penyebab kecemasan keluarga dalam menghadapi pasien operasi disebabkan karena kurangnya pengetahuan keluarga dan informasi yang tidak akurat dalam prosedur pembedahan dan lamanya waktu pembedahan. Desain penelitian adalah deskriptif, jumlah sampel 42 orang dengan tehnik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di ruang tunggu kamar operasi Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Instrumen mengenai kecemasan yang diadopsi dari Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Data yang terkumpul dilakukan analisa dengan menggunakan komputerisasi. Hasil data ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Kecemasan keluarga dalam menghadapi pasien operasi dikelompokkan pada kategori, cemas ringan, cemas sedang, cemas berat dan panik. Dari hasil data diketahui bahwa tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi adalah cemas sedang (57,1%) dan cemas berat sekali/panik (2,4%). Penelitian menunjukan bahwa keluarga masih cemas dalam menghadapi keluarganya dioperasi. Untuk itu diperlukan peran tenaga kesehatan/keperawatan untuk memberikan intervensi kepada keluarga pasien operasi. Untuk itu diperlukan peran tenaga kesehatan atau keperawatan untuk memeberi informasi dan pendidikan kesehatan kepada keluarga dalam menghadapi operasi pada pasien sehingga kecemasan keluarga dapat diatasi selama menjalani operasi.
Judul : Tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa
Penulis : Dedi
Program Studi : Fakultas Keperawatan S1 USU
Abstrak
Kecemasan merupakan gangguan alam perasaan yang di tandai dengan perasaan ketakutan yang mendalam dan berkelanjutan dan tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas. Penyebab kecemasan keluarga dalam menghadapi pasien operasi disebabkan karena kurangnya pengetahuan keluarga dan informasi yang tidak akurat dalam prosedur pembedahan dan lamanya waktu pembedahan. Desain penelitian adalah deskriptif, jumlah sampel 42 orang dengan tehnik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di ruang tunggu kamar operasi Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Instrumen mengenai kecemasan yang diadopsi dari Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Data yang terkumpul dilakukan analisa dengan menggunakan komputerisasi. Hasil data ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Kecemasan keluarga dalam menghadapi pasien operasi dikelompokkan pada kategori, cemas ringan, cemas sedang, cemas berat dan panik. Dari hasil data diketahui bahwa tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi adalah cemas sedang (57,1%) dan cemas berat sekali/panik (2,4%). Penelitian menunjukan bahwa keluarga masih cemas dalam menghadapi keluarganya dioperasi. Untuk itu diperlukan peran tenaga kesehatan/keperawatan untuk memberikan intervensi kepada keluarga pasien operasi. Untuk itu diperlukan peran tenaga kesehatan atau keperawatan untuk memeberi informasi dan pendidikan kesehatan kepada keluarga dalam menghadapi operasi pada pasien sehingga kecemasan keluarga dapat diatasi selama menjalani operasi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam dunia kesehatan tindakan bedah atau operasi menjadi salah satu
alternatif pengobatan yang sering dilakukan dalam kasus-kasus tertentu. Tindakan
ini berbeda dengan terapi-terapi lainnya. Tindakan operasi atau pembedahan
merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai
kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka
tidak heran keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan
kecemasan yang dialami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan
segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman
terhadap keselamatan jiwa pasien akibat segala macam prosedur pembedahan
(Asrob, 2009).
Secara psikologis banyak hal yang dapat terjadi pada setiap proses
pembedahan baik sebelum dan sesudahnya, termasuk kecemasan yang terjadi
pada keluarga dengan pasien. Keluarga sering dihadapkan oleh keadaan yang
memicu stres dan kecemasan karena tindakan pembedahan yang akan dilakukan
pada pasien. Kecemasan keluarga dapat kita lihat dari sikap, perilaku dan cara
berkomunikasi keluarga sejak operasi direncanakan hingga persiapan operasi
lengkap (Smeltzer & Bare, 2002).
atau dukungan suami akan merasa tentram dan terarah setelah beristri begitupun
sebaliknya (Setiawati, 2008). Adanya suatu penyakit yang serius dan kronis pada
diri seorang anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam pada
sistem keluarga, khususnya pada struktur perannya dan pelaksanaan fungsi-fungsi
keluarga, keluarga memiliki suatu peran yang bersifat mendukung selama masa
penyembuhan dan pemulihan pasien (Friedman, 1998).
Tingkat kecemasan keluarga pasien dipengaruhi oleh koping dan tingkat
pengetahuan, informasi dan keyakinan (Setiawati, 2008). Pasien dan keluarga
membutuhkan waktu dan bantuan untuk menghadapi kemungkinan
perubahan-perubahan dan hasil yang ditimbulkan oleh pembedahan (Smeltzer & Bare, 2002).
Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggota
keluarganya, sehingga peran keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan.
Kesehatan anggota keluarga secara individu dimulai dari strategi-strategi
pengobatan hingga fase rehabilitasi, mengkaji atau menilai dan memberikan
perawatan kesehatan yang merupakan hal penting dalam membantu setiap anggota
keluarga untuk mencapai suatu keadaan sehat (wellness) hingga tingkat optimal
(Friedman, 1998).
Hampir sama dengan stres, cemas adalah alami atau respon, reaksi
emosional terhadap persepsi adanya bahaya, baik yang nyata maupun tidak nyata
(Smeltzer & Bare, 2002). Menurut Friedman (1998), yang dikutip dari Gilliss et
al. (1989). Status sehat atau sakit para anggota keluarga dan keluarga saling
mempengaruhi satu sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi
pengaruh status sehat atau sakit keluarga saling mempengaruhi atau sangat
tergantung satu sama lain (Friedman, 1998).
Berdasarkan pengalaman peneliti di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Langsa, kecemasan pada keluarga dengan pasien operasi sering diakibatkan oleh
ketakutan akan kematian, ketidak berhasilan medikasi dan komplikasi-komplikasi
yang terjadi. Perawat dan tenaga medis lebih terfokus pada pasien dalam
melakukan tindakan sehingga mengabaikan kecemasan pada keluarga pasien
operasi. Rata-rata jumlah pasien yang menjalani operasi setiap bulan di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Langsa berjumlah 282 orang. Jumlah ini relatif banyak,
sehingga memerlukan intervensi keperawatan yang komprehensif termasuk untuk
mengatasi kecemasan keluarga pasien.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merasa tertarik untuk meneliti
bagaimanakah tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi di Rumah Sakit
Umum Daerah kota Langsa Tahun 2011.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini adalah : bagaimana tingkat kecemasan keluarga pada
pasien operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa Tahun 2011.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi tingkat kecemasan
keluarga pada pasien operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa Tahun
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapakan dapat menjadi :
1. Sebagai bahan masukan bagi perawat untuk menjadi dasar dalam
memberikan asuhan keperawatan khususnya pada keluarga klien,
sehingga kecemasan keluarga dapat diminimalkan.
2. Penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi peningkatan kualitas
pendidik khususnya keperawatan dalam hal menerapkan asuhan
keperawatan kecemasan keluarga.
3. Sebagai bahan atau sumber data untuk penelitian berikutnya, khususnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan pustaka
Studi kepustakaan akan memberikan penjelasan tentang kepustakaan yang
terkait dengan teori dan konsep, yang berguna untuk memberikan penjelasan lebih
lanjut terhadap penelitian ini. Adapun teori dan konsep yang akan diuraikan
dalam bab ini meliputi kecemasan, keluarga, dan operasi.
2.2. Definisi Kecemasan
Ansietas (cemas) adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan
tidak dapat di benarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis (Tomb,
2004). Hawari (2002) mengatakan kecemasan adalah gangguan alam perasaan
yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, masih tetap utuh
(tidak mengalami keretakan kepribadian), perilaku dapat terganggu tetapi masih
dalam batas-batas normal. Jadi kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang
spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal.
2.3. Hal-hal Yang Menimbulkan Kecemasan
Kecemasan tidak dapat dihindari dari kehidupan individu dalam
memelihara keseimbangan. Pengalaman cemas seseorang tidak sama beberapa
situasi dan hubungan interpersonal. Ancaman integritas biologi meliputi
status dari prestise, tidak memperoleh pengakuan dari orang lain, ketidak
sesuaian pandangan diri dengan lingkungan nyata (Suliswati dkk, 2005).
2.4. Tingkat Kecemasan
Suliswati (2005) mengatakan cemas sangat berkaitan dengan perasaan
yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan cemas ini tidak memiliki objek
spesifik dan merupakan pengalaman subjektif serta dikomunikasikan dalam
hubungan interpersonal. Peplou 1963 yang dikutip oleh suliswati (2005)
menggolongkan kecemasan dalam empat tingkat, yaitu :
2.4.1. Cemas ringan
Kecemasan ringan, pada kecemasan ringan ini ketegangan yang dialami
sehari-hari dan menyebabkan pasien menjadi waspada dan lapangan persepsi
meningkat. Pada tingkat kecemasan ringan ini dapat motivasi dan menghasilkan
kreativitas. Manifestasi fisiologisnya berupa yaitu sesekali nafas pendek,
berdebar-debar, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung dan
muka berkerut serta tangan gemetar. Manifestasi kognitifnya berupa, mampu
menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan
menyelesaikan masalah secara efektif. Sedangkan manifestasi perilaku dan
emosi yang muncul adalah tidak dapat duduk tenang, gerakan halus pada tangan,
suara kadang meninggi dan menggunakan mekanisme koping yang minimal.
Contoh, orang yang mengalami kecemasan ringan adalah seseorang yang
menghadapi ujian akhir, pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang
pernikahan dan individu yang akan melanjutkan pendididikan ke jenjang yang
2.4.2 Cemas sedang
Kecemasan sedang, pada kecemasan sedang memungkinkan individu lebih
memusatkan pada hal yang penting pada saat itu dan mengesampingkan yang lain
sehingga individu mengalami perhatian yang selektif yang lebih terarah.
Manifestasi fisiologisnya berupa : nafas pendek, berdebar-debar, nadi dan tekanan
darah naik, mulut kering, anoreksia, diare atau konstipasi, gelisah dan muka
berkerut serta tangan gemetar. Manifestasi kognitif yang muncul adalah lapangan
persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima dan berfokus pada
apa yang menjadi perhatiannya. Sedangkan manifestasi perilaku dan emosi yang
muncul adalah gerakan tersentak, bicara mudah lelah, susah tidur, perasaan tidak
aman, mudah tersinggung, banyak pertimbangan dan mudah lupa.
2.4.3. Cemas berat
Kecemasan berat, pada kecemasan berat lapangan persepsi menjadi sangat
sempit. Individu tidak mampu berfikir berat lagi, sehingga membutuhkan banyak
pengarahan, cenderung memikirkan hal kecil saja dan mengabaikan yang lain.
Manifestasi fisiologis yang muncul antara lain nafas pendek, nadi dan tekanan
darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, tegang, rasa tertekan,
nyeri dada, tidak mampu menyelesaikan masalah, perlu pengarahan yang
berulang, tidak mampu membuat keputusan dan butuh bantuan. Manifestasi
perilaku dan emosi yang muncul adalah : konsep diri terancam, disorientasi,
2.4.4. Panik
pada panik tahap ini lapangan persepsi sudah terganggu, sehingga individu
tidak mampu mengendalikan diri dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun
sudah diberi tuntunan. Manifestasi fisiologis yang muncul berupa : nafas pendek,
rasa tercekik, palpitasi dan sakit dada, pucat, hipertensi dan kordinasi motorik
rendah. Manifestasi kognitif berupa lapangan pandang persepsi menyempit dan
tidak berfikir logis. Sedangkan manifestasi perilaku dan emosi yang muncul
adalah mengamuk, marah, ketakutan, berteriak, dan kehilangan kendali.
Menurut indikator yang berdasarkan dari Hamilgton Rating Scale for Anxiety (HRS.A) tingkat kecemasan, Ringan , Sedang, Berat dan Berat sekali.
2.4.5. Respon Kecemasan
Kecemasan atau ketakutan adalah bahagian dari kehidupan manusia,
kecemasan ini terjadi karena individu tidak mampu mengadakan penyesuaian diri
terhadap diri sendiri didalam lingkungan pada umumnya (Sundari, 2005).
Beberapa respon individu yaitu dalam tingkatan rentang respon kecemasan respon
adaptif, dan respon maladaptif yaitu respon adaptif respon yang wajar sedangkan
respon maladaptif respon yang tidak wajar,
Respon tingkat kecemasan terbagi atas antisipasi, ringan, sedang, Berat dan
Panik ( Suliswati, dkk, 2005).
2.5. Teori Kecemasan 2.5.1 Teori psikolitik
Kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal dan
menanganinya. Ada dua tipe kecemasan yaitu kecemasan primer dan skunder
(Suliswati dkk, 2005).
1. Kecemasan primer
Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimulasi
tiba-tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian berlanjut dengan kemungkinan
tidak tercapai nya rasa puas dan kelaparan atau kehausan. penyebab kecemasan
primer adalah keadaan ketegangan atau dorongan yang di akibatkan oleh faktor
eksternal.
2. Kecemasan skunder
Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, freud melihat ada jenis kecemasan
lain akibat konflik emosi di antara dua element kepribadian yaitu id dan super
ego.
2.5.2.Teori interpesonal
Sullivan mengemukakan bahwa kecemasan timbul akibat ketidak mampuan
untuk berhubungan interpersonal dan sebagai akibat penolakan, kecemasan bisa
dirasakan bila individu mepunyai kepekaan lingkungan.
2.5.3. Teori perilaku
Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustrasi
akibat berbagai hal yang mempengaruhi individu dalam mencapai tujuan yang di
2.5.4. Teori keluarga
Studi pada keluarga dan epidemiologi memperlihatkan bahwa kecemasan
selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan sifatnya heterogen
(Suliswati dkk, 2005).
2.5.5. Reaksi Kecemasan
Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi
individu. Kecemasan konstruktif terjadi ketika individu termotivasi untuk belajar
mengadakan perubahan terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan
berfokus pada kelangsungan hidup. Kecemasan destruktif terjadi ketika individu
bertingkah laku maladaftif dan disfungsional (Suliswati dkk, 2005).
2.6. Definisi Keluarga
Menurut Depkes RI (1998) dalam Setiawati (2008), keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. Keluarga merupakan salah satu potensi masyarakat yang paling
berharga, dan mencerminkan kelompok sosial primer yang dapat mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh orang dan kelompok lain (Kenzie, 2006).
Menurut whall (1986) yang dikutip dari Friedman (1998), keluarga adalah
sebagai kelompok yang mengindentifikasikan diri dengan anggotanya terdiri dari
dua individu atau lebih, yang asosiasinya dicirikan oleh istilah-istilah khusus yang
boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum. Bentuk keluarga terdiri
atas keluarga inti (konjungal), keluarga orientasi (keluarga asal) dan keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga yang menikah, sebagai orang tua, atau
Sedangkan keluarga orientasi (keluarga asal) adalah suatu unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan, dan keluarga besar adalah keluarga inti dan
orang-orang yang berhubungan darah, sanak keluarga, kakek, nenek, tante dan
sepupu.
Burgess dkk. (1963) dikutip dari Friedman (1998), membuat definisi
keluarga yang berorientasi pada tradisi dan digunakan sebagai referensi secara
luas :
a. Keluarga terdiri atas orang-orang yang disatukan dalam ikatan darah dan
ikatan adopsi.
b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu
rumah tangga atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap
menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam
peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki-laki
dan anak perempuan, saudara dan saudari.
d. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang
diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
2.6.1. Bentuk-Bentuk Keluarga
a. Pembagian tipe keluarga menurut Sussman (1974) dan Maclin (1988),
yang dikutip dari Effendi (2009), adalah :
1. Keluarga tradisional
a. Keluarga inti, keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
c. Keluarga dengan orang tua tunggal, satu orang sebagai kepala
keluarga, biasanya bagian dari konsekuensi perceraian.
d. Lajang yang tinggal sendirian
e. Keluarga besar yang mencakup tiga generasi
f. Pasangan usia pertengahan atau pasangan lanjut usia
g. Jaringan keluarga besar.
2. Keluarga non tradisional
a. Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah
b. Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah
c. Keluarga homoseksual (gay dan/atau lesbian)
d. Keluarga komuni, yaitu keluarga yang lebih dari satu pasang
monogami dengan anak secara bersama-sama menggunakan
fasilitas serta sumber-sumber yang ada.
2.6.2. Fungsi Dan Tugas Keluarga
Status sehat-sakit pada keluarga dan pengaruh status sehat-sakit keluarga
saling mempengaruhi satu sama lain (Gillis et al, 1989, Wright and Leahey,
1984). Dikutip dari (Friedman, 1998). Keluarga cenderung menjadi seorang
pengambil keputusan terhadap masalah-masalah kesehatan anggota keluarga,
dalam mengambil keputusan pada setiap tahap sehat dan sakit para anggota
keluarga, mulai dari keadaan sehat hingga diagnosa tindakan dan penyembuhan.
yaitu ada enam tahap sehat atau sakit dari sebuah keluarga,
a. Tahap pencegahan sakit dan mengurangi resiko
Keluarga dapat memainkan suatu peran vital dalam upaya peningkatan
masalah pola hidup, misalnya berhenti merokok, melakukan latihan secara teratur,
imunisasi dan lain sebagainya. Agar dapat berjalan dengan baik, para anggota
keluarga perlu mempelajari status kesehatan mereka dan citra tubuh seperti,
apakah tubuh mereka lemah, sakit-sakitan atau sehat dan sembuh.
b. Tahap gejala penyakit yang dialami keluarga dan penilaian tahap ini mulai
jika gejala-gejalanya,
1) Diketahui
2) Diinterpretasikan sejauh mana menyangkut keseriusan kemungkinan
penyebab dan penting artinya.
3) Ditemukan dengan berbagai masalah
Tahap ini terdiri dari kepercayaan-kepercayaan menyangkut gejala-gejala
atau penyakit dari anggota keluarga dan bagaimana menangani penyakit
tersebut (Doherly dan Camphel, 1988 dikutip dari Friedman, 1998).
Keluarga berfungsi sebagai titik tolak penilaian tingkah laku dan
memberikan definisi-definisi dasar sehat dan sakit, maka keluarga
mempengaruhi persepsi-persepsi individu.
c. Tahap Mencari Perawatan
d. Tahap mencari perawatan mulai ketika keluarga menyatakan bahwa anggota
keluarga yang sakit benar-benar sakit dan membutuhkan pertolongan.
Keluarga mulai mencari informasi, penyembuhan, nasehat dan validitas
profesional dari keluarga lain, teman-teman, tetangga dan non profesional
lainnya. Keputusan menyangkut apakah penyakit dari seorang anggota
sumber informasi yang paling sering disebutkan dalam kaitannya dengan
perawatan di rumah dan pengobatan sendiri.
e. Kontak keluarga dengan tahap sistem kesehatan
Dimulai ketika melakukan kontak dengan lembaga kesehatan atau
profesional dibidang atau dengan praktisi sosial lokal (dukun). Keluarga
merupakan instrumen dalam membuat keputusan menyangkut dimana
penanganan harus diberikan dan oleh siapa, dalam fungsinya keluarga juga
membuat keputusan bagi seorang anggota keluarganya untuk mendapat
pelayanan rujukan kesehatan yang lebih primer yaitu membuat
keputusan-keputusan menyangkut pelayanan apa yang hendak digunakan, juga
ditentukan oleh ketersedian dan kemampuan akses perawatan kesehatan
bagi keluarga. Jenis perawatan kesehatan yang dicari juga sangat berbeda
seperti tabib, akupuntur dan spesialis bedah (Pratt, 1976 dikutip dari
Friedman, 1998).
f. Respon akut tahap keluarga dan pasien
Karena pasien menerima perawatan kesehatan dari praktisi, sudah tentu ia
menyerahkan beberapa hak prerogatifnya dan keputusannya serta diharapkan
menerima peran sebagai pasien. Hal ini dicirikan oleh suatu ketergantungan pada
nasehat dari profesional di bidang kesehatan, keinginan untuk mentaati nasehat
medis dan berupaya keras untuk sembuh, keluarga juga mengharapkan adanya
perubahan dalam diri anggota keluarga yang sakit dan mengharapkan agar dapat
meneruskan tugas keluarga. Keluarga mempunyai peran yang sangat penting
dalam menentukan perilaku peran pasien dari anggota keluarganya yang sakit,
diberikan di rumah sakit atau di rumah. Upaya-upaya yang dilakukan oleh medis
sering menimbulkan konflik dengan nilai-nilai keluarga sehingga menimbulkan
masalah pada medis. Tahap respons yang akut juga berkenaan dengan
penyesuaian segera yang harus dilakukan oleh keluarga dengan anggota keluarga
yang sakit, diagnosa dan penaganan. Untuk penyakit yang lebih serius atau
penyakit yang mengancam jiwa, krisis keluarga bisa terjadi dimana keluarga
mengalami kekacauan yaitu sebagai respon terhadap kekuatan stressor.
g. Tahap adaptasi penyakit dan pemulihan
Keluarga mempunyai suatu peran yang bersifat mendukung selama masa
penyembuhan dan pemulihan pasien. Apabila dukungan semacam ini tidak
ada, maka keberhasilan penyembuhan atau pemulihan (rehabilitasi) sangat
berkurang.
Tugas kesehatan keluarga menurut Balian dan Maglada (1978), yang dikutip
dari Effendi (2009) adalah :
a. Mengenal masalah kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana kesehatan habis. Orang tua perlu
mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota
keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan
basar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta
masalah kesehatan.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
1. Keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
2. Keluarga merasakan adanya masalah kesehatan
3. Membawa anggota keluarga yang sakit ke rumah sakit terdekat atau
pos pelayanan kesehatan terdekat.
c. Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit. Ketika
memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. Keadaan penyakit (sifat, penyebaran, komplikasi, dan perawatannya)
2. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
3. Keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
4. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan atau finansial, fasilitas fisik,
psikososial).
5. Sikap keluarga terhadap penyakit
d. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat. Ketika merujuk anggota
keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai
berikut :
1. Keberadaan fasilitas keluarga
2. Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan
3. Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan
5. Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh anggota keluarga (Efendi,
2009).
2.7.1. Definisi pembedahan
Pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara
invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani.
Pembukaan tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan setelah
bagian yang akan ditangani ditampilkan dan dilakukan tindakan perbaikan yang
akan diakhiri dengan penutupan dengan penjahitan luka (Sjamsuhidayat, 2005).
Pembedahan terdiri atas pembedahan mayor dan pembedahan minor,
pembedahan mayor melibatkan rekonstruksi atau perubahan yang luas pada
bagian tubuh dan menimbulkan resiko yang tinggi bagi kesehatan. Sedangkan
pembedahan minor melibatkan perubahan yang kecil pada bagian tubuh, sering
dilakukan untuk memperbaiki deformitas, mengandung resiko yang lebih rendah
bila dibandingkan dengan prosedur mayor (Potter & Perry, 2006).
Pembedahan merupakan peristiwa kompleks yang menegangkan.
Kebanyakan prosedur bedah dilakukan diruang operasi rumah sakit, meskipun
beberapa prosedur lebih sederhana dan tidak membutuhkan hospitalisasi
dilakukan di klinik bedah dan unit bedah ambulatri (Smeltzer & Bare, 2002).
Tindakan pembedahan juga dapat diartikan cabang dari kecenderungan medis
dengan gejala dan trauma yang memerlukan prosedur operasi,
2.7.2 Klasifikasi Pembedahan
Pembedahan juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan tingkat urgensi,
dengan menggunakan istilah-istilah kedaruratan, urgensinya, diperlukan, elektif
dan pilihan.
TABEL II-1 Kategori pembedahan didasarkan pada urgensinya Klasifikasi Indikasi untuk
pembedahan Luka tembak atau tusuk, Luka bakar sangat luas
Tingkat kecemasan pada keluarga pasien operasi :
− Ringan
− Sedang
− Berat
− Panik
(Suliswati dkk, 2005) Keluarga
Pasien operasi
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui Tingkat
Kecemasan Keluarga Pada Pasien Operasi Di Rumah Sakit Umum Daerah
Langsa Tahun 2011. Berdasarkan tinjauan teoritis maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Skema diatas menunjukkan pasien operasi dan keluarga dimana tentang
kekhawatiran keluarga pada pasien yang dioperasi, keluarga mengalami
kecemasan pada pasien sebab keluarga takut dan gagal dalam keberhasilan
tindakan yang dilakukan pada pasien operasi, sehingga keluarga mengalami
kecemasan pada pasien dengan tingkat kecemasan yang bervariasi, ringan,
3.2 Defenisi Operasional
1) Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan yang dialami keluarga pasien operasi di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Langsa yang ditunjukkan dengan hasil
pengukuran menggunakan skala pengukuran berupa kuesioner
dengan hasil ukur yang terdiri dari ringan, sedang, berat, dan panik.
2) Keluarga adalah seorang anggota keluarga yang bertanggung jawab
terhadap perawatan pasien termasuk ayah, anak, ibu, istri dan
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang
bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kecemasan keluarga pasien
(suami, istri, anak, ayah dan ibu), diruang tunggu kamar bedah dalam
menghadapi anggota keluarganya yang akan menjalani operasi.
4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006).
Populasi dari penelitian ini adalah keluarga pasien (suami, istri, anak, ayah
dan ibu) yang ada di ruang tunggu bedah dengan Jumlah 282 orang di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa.
4.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, apabila
jumlah subjek kurang dari 100, lebih baik diambil keseluruhan sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya
besar atau banyak dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih
(Arikunto, 2006). Jadi sampel yang diambil dalam penelitian adalah 10%
dari jumlah sampel yang direncanakan keluarga pasien bedah yaitu dengan
1. Salah satu keluarga pasien (suami, istri, anak, ayah dan ibu) yang
berada di ruang tunggu bedah.
2. Bisa membaca dan menulis
3. Umur minimal 15 tahun
4. Tidak megalami gangguan mental.
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di ruang tunggu bedah Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Langsa. Penelitian akan di rencanakan bulan Juli 2011.
4.4. Pertimbangan Etik
Penelitian ini akan dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan
dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Yang akan dilanjutkan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Langsa.
Sebelum melakukan pembagian kuesioner, peneliti terlebih dahulu
menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur kepada responden. Jika
responden bersedia, maka terlebih dahulu harus menanda tangani lembar
persetujuan (informed consent), yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Bila responden tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan, maka
responden dapat memberikan persetujuan secara verbal (lisan). Responden
berhak menolak ataupun mengundurkan diri selama proses penelitian tanpa
ada tekanan, dan peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data kuesioner
yang diisi oleh responden, tetapi cukup dengan memberi nomor kode pada
masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh
responden akan dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja
yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian, jika responden tidak dapat
menyelesaikan pengisian kuesioner saat ini karena kondisi yang tidak
memungkinkan seperti merasa lelah atau kondisi yang lainnya, maka
pengisian dapat dilanjutkan sesuai dengan keadaan pasien dan keluarga
(Nursalam, 2003).
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk
kuesioner. Bagian pertama instrumen penelitian berisi tentang pengumpulan
data demografi dan bagian kedua kuesioner tingkat kecemasan. Bagian
pertama adalah data demografi yang terdiri dari umur, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, suku dan tanggal pengisian, hubungan keluarga,
jenis operasi, yang direncanakan ataupun tidak direncanakan. Bagian kedua
adalah kuesioner untuk mengukur tingkat kecemasan yang terdiri atas 14
pertanyaan yang menggambarkan kecemasan keluarga dalam menghadapi
keluarga yang di bedah. Kuesioner ini diadopsi dari Tingkat kecemasan
Alat ukur ini adalah alat ukur baku yang sudah digunakan oleh banyak
peneliti dan sudah teruji validitasnya. Dimana alat ukur terdiri dari 14
pertanyaan, Penilaian atau skoring berdasarkan Skala Likert yaitu angka
(skor) antara 0 – 4 dengan nilai sebagai berikut :
Tidak ada gejala = 0 (Tidak ada gejala)
Ringan = 1 (Satu gejala dari pilihan yang ada)
Sedang = 2 (Separuh dari gejala yang ada)
Berat = 3 (Lebih dari separuh dari gejala yang ada)
Berat sekali = 4 (Semua gejala ada)
Masing-masing nilai dari 14 pertanyaan tersebut dijumlahkan dan
hasil tersebut dapat ketahui derajat kecemasan, yaitu :
Total Nilai (skor) :
Skor < 6 = Tidak ada cemas
6-14 = Cemas ringan
15-27 = Cemas sedang
28-36 = Cemas berat
>36 = Panik
4.6. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di ruang bedah Rumah sakit Umum
Daerah Kota Langsa dengan prosedur sebagai berikut :
1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi
2. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ketempat penelitian di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa.
3. Setelah mendapat izin dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa
peneliti melaksanakan penelitian pengumpulan data penelitian.
4. Menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, manfaat proses
pengisian kuisioner
5. Calon responden yang bersedia diminta untuk menanda tangani surat
persetujuan (informed consent).
6. Peneliti akan membacakan isi dari kuesioner, dan menulis jawabannya
dilembar kuesioner.
7. Selanjutnya data yang dikumpulkan dan dianalisa.
4.7. Analisa Data
Setelah semua data terkumpul maka peneliti akan melakukan analisa data
melalui beberapa tahap yaitu :
- Persiapan : mengecek kelengkapan identitas dan data responden untuk
memastikan semua pertanyaan telah diisi di tabulasi dan mentabulasi data
di lakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi.
- Setelah data terkumpul dilakukan pengelahan data dengan perhitungan
Statistik diskriftif dari pengolahan data didapat frekuensi, untuk
mendeskriftifkan data demografi, tigkat kecemasan keluarga pada pasien
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan di uraikan data hasil dan pembahasan mengenai
kecemasan keluarga pada pasien operasi di ruang tunggu operasi di Rumah Sakit
Umum Daerah Langsa. Penelitian ini dilaksanakan dari Tanggal 25 Juli 2011
sampai dengan 25 Agustus 2011. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner
diberikan kepada 42 responden dengan cara dibacakan oleh peneliti.
1. Data Demografi Responden
Dalam penelitian ini rata-rata usia responden 35 tahun (Standart
Deviasi = 11,8), dengan usia terendah 17 tahun dan usia tertinggi 57 tahun.
Lebih dari setengah responden (61,9%) adalah berjenis kelamin laki-laki.
Setengah responden (52,4%) memiliki latar belakang pendidikan SD.
Pekerjaan responden beragam, pegawai swasta (26,2%), wiraswasta (26,2%),
pegawai negeri sipil (19,0%) dan Lain-lain (28,6%). Lebih dari setengah
responden adalah anak dari pasien yang menjalani pembedahan yaitu
sebanyak (57,1%). Status operasi mayoritas adalah operasi yang direncanakan
A. Data Demografi
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Data Demografi (n=42)
Data Demografi Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Umur
Data Demografi Frekuensi (n) Persentase (%)
Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat kecemasan responden (n= 42)
Tingkat Kecemasan Frekuensi n=(42) Persentase (%)
Ringan
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden
mengalami tingkat kecemasan sedang, yaitu sebanyak (57,1%), sedangkan
responeden yang mengalami kecemasan ringan (19,1%), dan responden
mengalami kecemasan berat (21,4%), dan responden mengalami panik (2,4%).
C. Gejala Kecemasan
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi dan persentase bedasarkan kuesioner tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang tunggu operasi di Rumah Sakit Umum Langsa.
Gejala kecemasan Nilai angka/skor
Ringan Sedang Berat Panik
Gejala sensorik 16(38,1%) 23(54,7%) 2(4,8%) 1(2,4%) Gejala kardiovaskuler 5(11,9%) 21(60,0%) 10(23,8%) 6(14,3%) Gejala pernafasan 10(23,8%) 18(42,8%) 6(14,3%) 8(19,0%) Gejala gastrointestinal 13(31,0%) 16(38,0%) 8(19,0%) 5(12,0%) Gejala urogenitalia 27(64,3%) 11(26,2%) 2(4,8%) 2(4,8%) Gejala otonom 9(21,4%) 26(61,9%) 6(14,3%) 1(2,4%) Merasakan: gelisah,
tidak terang mengerutkan dahi, muka tegang, nafas pendek dan cepat
13(31,0%) 24(57,2%) 4(9,5%) 1(2,4%)
Hasil penelitian tentang gejala kecemasan keluarga dalam menghadapi
keluarganya di operasi, berdasarkan nilai angka/skor , perasaan cemas sedang 24
responden (50%). Ketegangan perasaan keluarga saat operasi sedang 24
responden (57,1%), ketakutan responden saat operasi sedang 21(50,0%),
gangguan tidur responden sedang 20 responden (47,6%), gangguan kecerdasan
responden sedang 25 responden (59,5%), perasaan depresi ringan 21 responden
(50,%), gejala somatik sedang 16 responden (48,2%), gejala sensorik sedang 23
responden (54,7%), gejala kardiovaskuler sedang 21 responden (60%) gejala
kecemasan pernafasan sedang 18 responden (42,8%), gejala kecemasan sedang
18(42,8%), gejala gastrointestinal sedang 16 responden (38,0%), Gejala
urogenitalia 27 responden (64,3%), Gejala otonom 26 responden (61,9%).
Merasakan: gelisah, tidak terang mengerutkan dahi, muka tegang, nafas pendek
D. Pembahasan
Dari hasil penelitian mengenai kecemasan keluarga pada pasien operasi
yang dilakukan terhadap 42 orang responden di ruang tunggu operasi Rumah
Sakit Umum Daerah Langsa, maka dapat dilihat hasilnya seluruh responden
keluarga mengalami kecemasan terhadap anggota keluarga yang dioperasi.
Dari 42 responden tersebut di ketahui tingkat kecemasan yang dihadapi
keluarga bervariasi. Hal ini sesuai dengan pendapat (Setiawati, 2008). Tingkat
kecemasan keluarga pasien dipengaruhi oleh koping dan tingkat pengetahuan,
informasi dan keyakinan. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan tingkat
kecemasan pada keluarga pasien operasi yang sebagian besar mengalami tingkat
kecemasan sedang (57,1%), hasil penelitian pada keluarga paisen operasi yang
mengalami kecemasan berat (21,4%), Pada kecemasan berat lapangan persepsi
menjadi sangat sempit. Individu tidak mampu berfikir berat lagi, sehingga
membutuhkan banyak pengarahan, cenderung memikirkan hal kecil saja dan
mengabaikan yang lain. Dari hasil penelitian responden mengalami kecemasan
ringan (19,1%), pada kecemasan ringan ini ketegangan yang dialami sehari-hari
dan menyebabkan pasien menjadi waspada dan lapangan persepsi meningkat,
hasil penelitian menunjukan responden mengalami panik ini salah satu dari gejala
panik yaitu ketakutan.
Hasil penelitian sejalan dengan Peplau (1963) dalam Suliswati (2002)
bahwa pada tingkat kecemasan sedang individu lebih memusatkan perhatian pada
hal yang penting pada saat itu, dalam hal ini operasi dan mengesampingkan yang
kecemasan dalam hal ini kecemasan sedang yang terjadi pada keluarga, keluarga
perlu mendapatkan intervensi secara psikologis baik intervensi jangka panjang
maupun jangka pendek, karena apabila keluarga tidak mendapatkan intervensi
akan berpengaruh pada fungsi sistim, fungsi dan tugas keluarga, seperti yang
dikatakan Friedman (1998) bahwa adanya suatu penyakit yang serius dan kronis
pada diri seorang anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam
pada sistim keluarga, khususnya pada struktur peran dan pelaksasanaan
fungsi-fungsi keluarga.
Penelitian yang dilakukan oleh Erla Kolbrun Svavarsdottir dan Anna
Olavia Sigurdardottir berjudul Developing a Family-Level Intervention for Families of Children With Cancer menemukan bahwa sebagian besar keluarga mengindikasikan bahwa intervensi adalah penting, menolong dan mendukung.
Tetapi level kegunaan dari intervensi bervariasi. Informasi dari hipotesa uji coba,
level kesejahteraan orang tua meningkat secara siknifikan setelah satu bulan
intervensi dan penemuan ini sangat menolong untuk memelihara dukungan sosial
dan stabilitas psikologi setelah intervensi, indikator optimistik dan dukungan dari
efek jangka pendek intervensi. Penelitian ini menunujukkan intervensi pada
keluarga secara fisik dan psikologis dibutuhkan.
Terkait kecemasan dalam pengkajian keluarga menunjukan bahwa
gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Hal
dan trauma yang memerlukan prosedur operasi (Mosby, 2002). Tindakan bedah
berbeda dengan terapi-terapi lainnya karena memerlukan tindakan invasif pada
tubuh manusia. Pembedahan juga digambarkan sebagai sebuah rancangan
mengubah desain tubuh manusia untuk menahan, mengurangi atau
menghancurkan. Dari defenisi pembedahan dapat dilihat kompleksitas prosedur
tindakan sehingga sangat mempengaruhi perbedaan tingkat kecemasan dari
tindakan tersebut diatas.
Dari gejala kecemasan yang dialami keluarga dalam menghadapi keluarga
dioperasi yang direncanakan mayoritas mengalami kecemasan (76,2%) dan yang
tidak direncanakan keluarga mengalami kecemasan hanya sebagian kecil (23,8%).
Hal ini sesuai dengan pendapat Hawari (2002), yang mengatakan yang
mengatakan bahwa kecemasan yang dirasakan oleh setiap individu berbeda-beda
dan gangguan alam perasaan yaitu ditandai perasaan ketakutan atau kekhawatiran
yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai
realitas masih dalam batas-batas normal dalam mengahadapi keluarganya
dioperasi.
Hasil penelitian tingkat kecemasan keluarga dengan pasien operasi yang
menunjukkan tingkat kecemasan sedang (57,1%). Dari hasil penelitian dari 42
orang responden yang menghadapi keluaraganya dioperasi mengalami kecemasan
berat sekali atau panik sebanyak (2,4%), hal ini dikarenakan pengalaman
responden dalam menghadapi keluarganya dioperasi, dan operasi yang tidak
Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan resiko dan prosedur dari
masing-masing tindakan. Pembedahan terdiri atas pembedahan mayor dan pembedahan
minor, pembedahan mayor melibatkan rekonstruksi atau perubahan yang luas
pada bagian tubuh dan menimbulkan resiko yang tinggi bagi kesehatan.
Sedangkan pembedahan minor melibatkan perubahan yang kecil pada bagian
tubuh, sering dilakukan untuk memperbaiki deformitas, mengandung resiko yang
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan dapat disimpulkan bahwa.
Lebih dari setengah responden (57,1%), mengalami tingkat kecemasan
sedang, responden mengalami kecemasan berat sebanyak (21,4%), kecemasan
ringan (19,1%), dan responden mengalami panik sebagian kecil hanya(2,4%).
2. Untuk Rekomendasi
2.1 Penelitian keperawatan
Penelitian dilakukan pada 42 responden yang mengalami kecemasan dalam
menghadapi operasi di ruang tunggu operasi di rumah sakit Umum Daerah
Langsa. Maka hasil penelitian ini belum dapat mewakili tingkat kecemasan
keluarga dalam menghadapi keluarga dalam operasi. Oleh karena itu disarankan
kepada peneliti selanjutnya untuk melaksanakan penelitian tentang hubungan
keluarga dengan pasien operasi, dengan desain penelitian dan analisa penelitian
yang berbeda, misalnya deskriptif korelasi dengan analisa multivariat untuk
mencari hubungan masing-masing variabel dari faktor-faktor yang berhubungan
2.2. Pelayanan kesehatan/keperawatan
Perlu diinformasikan kepada unit pelayanan kesehatan khususnya
keperawatan Bagi institusi pelayanan, agar mempertahankan dan meningkatkan
mutu pelayanan kepada pasien terutama dalam melakukan tindakan medis dan
perawatan pasien operasi yang harus mempehatikan tingkat kecemasan pada
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Edisi Revisi IV. Cetakan 3. Jakarta: Rineka Cipta.
Asrob. (2009). Dari Http://www.perawat Asrob.
Effendi.F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktek Dalam Keperawatan. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Diambil tanggal 27 Februari 2011.
Hawari, Dadang. 2006. Manajemen Stress Cemas Dan Depresi, Edisi 2, jakarta : FKUI. Hal. 17.
Marilyn. M. Friedman. (1998). Keperawatan Keluarga. Edisi 3. EGC, Jakarta. Hal. 4-
McKenzie, James F. (2006). Kesehatan Masyarakat : Suatu Pengantar. Edisi 4. Jakarta : EGC
Medicastore.com. (2006). Dari juni 2011
Mosby. (2002). Mosbys Medical, Nursing, & Allied Health Dictionary. USA: Mosby Inc.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Medika Salemba.
Potter & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan, edisi 4, Jakarta : EGC.
Setiawati.S Dan Dermawan.C, Agus. (2008). Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Cetakan 1, Edisi 2. Jakarta : Trans Info Media. Sjamsuhidayat, R. (2005). Ilmu bedah, Edisi 2, Jakarta : EGC.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8, Jakarta : EGC.
Sundari, Siti. (2005). Kesehatan Mental Dalam Kehidupan, jakarta : PT Rineka Cipta. Hal. 51
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Judul : Tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi di Rumah Sakit Umum
Daerah Langsa
Peneliti : Dedi
Nim : 101121098
Alamat : Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera utara
Medan, akan melakukan penelitian tentang ”Tingkat Kecemasan Keluarga Pada
Pasien Operasi Di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Penelitian ini merupakan
salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini bersifat suka rela. Bapak/ibu
mempunyai hak bebas untuk berpartisipasi atau menolak menjadi responden dan
jika bapak/ibu tidak bersedia menjadi responden maka saya akan tetap
menghargai dan tidak akan mempengaruhi terhadap proses penelitian ini. Dan jika
bapak/ibu bersedia, mohon untuk menandatangani lembaran persetujuan ini.
Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban yang bapak/ibu
berikan. Jika bapak/ibu mempunyai pertanyaan mengenai penelitian ini, maka
saya dengan senang hati akan memberikan penjelasan.
Demikian permohonan ini disampaikan atas bantuan dan partisipasinya
saya ucapkan terima kasih.
Medan, Juni 2011
Lampran 3
LEMBAR KUESIONER
A. Data Demografi
1. Umur : ……. Tahun
2. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Agama : Islam Katolik Protestan
Budha Hindu
4. Pendidikan : SD SMP SMA
Perguruan Tinggi
5. Pekerjaan : Peg. Swasta Pegawai Negeri
Wiraswasta Pensiunan
Lainnya
6. Hubungan dengan keluarga : ayah ibu
anak suami/istri
7. Status operasi : direncanakan tidak direncanakan
8. Suku : ………
B. Kuesioner Tingkat kecemasan– HARS (HAMILTON ANXIETY
3 : Berat (Lebih dari separuh dari gejala yang ada) 4 : Sangat berat (Semua gejala ada)
B. Penilaian derajat kecemasan
Skor < (Tidak ada kecemasan) 6-14 (Kecemasan ringan) 15-27 (Kecemasan sedang)
28-36 (Kecemasan berat)
>36 (kcemasan berat sekali/panik)
C. Berilah tanda Check list (√) pada jawaban yang paling sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu/Saudara/I.
1. Perasaan cemas
Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri Mudah tersinggung
Tidak dapat istirahat dengan tenang Mudah menangis
Terbangun malam hari Mimpi buruk
Mimpi yang menakutkan
5. Gangguan kecerdasan
Daya ingat buruk
Berkurangnya kesukaan pada hobi Perasaan berubah-ubah
7. Gejala somatik (otot-otot)
Nyeri otot Kaku
Kedutan otot Gigi gemertak Suara tak stabil
8. Gejala sensorik
Telinga berdengung Penglihatan kabur Muka merah dan pucat Merasa lemah
Rasa lemah seperti mau pingsan
10.Gejala pernafasan
rasa tertekan di dada perasaan tercekik
merasa nafas pendek/sesak sering menarik nafas panjang
11.Gejala gastrointestinal
Perut terasa penuh dan kembung
Nyeri lambung sebelum makan dan sesudah
12.Gejala urogenitalia
Sering kencing
Tidak dapat menahan kencing
13.Gejala otonom
Mulut kering Muka kering Mudah berkeringat Sakit kepala Bulu roma berdiri
14.Apakah anda merasakan
Gelisah Tidak terang
Mengerutkan dahi muka tegang Nafas pendek dan cepat
Jumlah skor :...
TAKSIRAN DANA PERSIAPAN PROPOSAL DAN SKRIPSI
1. Biaya ngeprint Rp. 200.000,-
2. Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 100.000,-
3. Biaya pembelian buku Rp. 280.000,-
4. Biaya internet Rp. 150.000,-
5. Penjilitan Rp. 100.000,-
6. Konsumsi Rp. 250.000,-
7. Biaya tak terduga Rp. 200.000,-
Frequency Table
Pertanyaan 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 3 7.1 7.1 7.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 3 7.1 7.1 7.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 21 50.0 50.0 50.0
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Pertanyaan 5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 11 26.2 26.2 26.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 23 54.8 54.8 54.8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 14 33.3 33.3 33.3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Pertanyaan 9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 5 11.9 11.9 11.9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 10 23.8 23.8 23.8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 13 31.0 31.0 31.0
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
1 14 33.3 33.3 54.8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 13 31.0 31.0 31.0
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-laki 26 61.9 61.9 61.9
perempuan 16 38.1 38.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
Agama
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid islam 42 100.0 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SD 22 52.4 52.4 52.4
SMP 5 11.9 11.9 64.3
SMA 15 35.7 35.7 100.0
Total 42 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid PEGAWAI SWASTA 11 26.2 26.2 26.2
PNS 11 26.2 26.2 71.4
lainnya 12 28.6 28.6 100.0
Total 42 100.0 100.0
Hubungan keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid AYAH 5 11.9 11.9 11.9
IBU 2 4.8 4.8 16.7
ANAK 24 57.1 57.1 73.8
SUAMI 4 9.5 9.5 83.3
ISTRI 7 16.7 16.7 100.0
Total 42 100.0 100.0
Suku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid aceh 15 35.7 35.7 35.7
jawa 20 47.6 47.6 83.3
padang 6 14.3 14.3 97.6
batak 1 2.4 2.4 100.0
Total 42 100.0 100.0
Status operasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid direncakan 32 76.2 76.2 76.2
tidakdirencanakan 10 23.8 23.8 100.0
Total 42 100.0 100.0
Tingkat kecemasan
berat 9 21.4 21.4 97.6
panik 1 2.4 2.4 100.0
Total 42 100.0 100.0
Jenis kelamin * Tingkat kecemasan Crosstabulation
Count
Agama * Tingkat kecemasan Crosstabulation
Count
Pendidikan * Tingkat kecemasan Crosstabulation
Count
Pekerjaan * Tingkat kecemasan Crosstabulation
Count
Hubungan keluarga * Tingkat kecemasan Crosstabulation
Tingkat kecemasan
Suku * Tingkat kecemasan Crosstabulation
Count
Status operasi * Tingkat kecemasan Crosstabulation
Count
Tingkat kecemasan Total
ringan sedang berat panik
Std. Deviation 11.443
Minimum 17
Lampiran 5
Kedudukan Dalam Keluarga : Anak Ke I Dari III Bersaudara
Nama Ayah : OK. Syaiful Amri
Nama Ibu : Saniah
Alamat : Desa Damar Condong Kec. Pematang Jaya
Kab. Langkat.
C. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1994 – 2000 : Menyelesaikan Pendidikan SD Negeri
053999
Damar Condong.
2. Tahun 2000 – 2003 : Menyelesaikan Pendidikan SLTP Negeri I
Seruway.
3. Tahun 2003 – 2006 : Menyelesaikan Pendidikan SMU Negeri 1
Seruway.
4. Tahun 2007 – 2010 : Menyelesaikan Pendidikan Keperawatan
Politeknik
KEMENKES NAD Prodi Keperawatan
Kota Langsa.
JADWAL TENTATIF PENELITIAN
No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Agustus Januari
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1. Mengajukan judul penelitian
2. Perbaikan judul penelitian
3. Konsultasi bab I dan II
4. Konsultasi bab III dan IV
5. Perbaikan bab IV
6. Konsultasi bab IV dan alat instrumen
7. Perbaikan alat instrumen
8. Mengumpulkan proposal penelitian yang disetujui 9. Ujian seminar proposal
10. Perbaikan proposal
11. Pengumpulan data
12. Konsultasi bab V