• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Tablet Kalsium Laktat Dengan Metode Cetak Langsung Menggunakan Maltodekstrin Sebagai Bahan Penghancur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembuatan Tablet Kalsium Laktat Dengan Metode Cetak Langsung Menggunakan Maltodekstrin Sebagai Bahan Penghancur"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN TABLET KALSIUM LAKTAT DENGAN

METODE CETAK LANGSUNG MENGGUNAKAN

MALTODEKSTRIN SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

t untuk memperolehgelar Sarjanniversitas Sumatera Utar

OLEH:

MUSLICHA DWI JAYANTI

NIM 121524164

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PEMBUATAN TABLET KALSIUM LAKTAT DENGAN

METODE CETAK LANGSUNG MENGGUNAKAN

MALTODEKSTRIN SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

t untuk memperolehgelar Sarjanniversitas Sumatera Utar

OLEH:

MUSLICHA DWI JAYANTI

NIM 121524164

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PEMBUATAN TABLET KALSIUM LAKTAT DENGAN

METODE CETAK LANGSUNG MENGGUNAKAN

MALTODEKSTRIN SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR

tuk memperolehgelar SarjaFarmasi pada Fakultas Farmasi OLEH:

MUSLICHA DWI JAYANTI NIM 121524164

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 23 Mei 2015 DisetujuiOleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP195011171980022001 NIP 195111021977102001

Pembimbing II, Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt.

NIP195011171980022001

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt. NIP196106191991031001 NIP 195406081983031005

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. NIP 195107031977102001

Medan, Juni 2015 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara a. n. Dekan

Wakil Dekan I

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.Tidak lupa pula shalawat beriring salam untuk Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan. Skripsi dengan judul “Pembuatan Tablet Kalsium Laktat Dengan Metode Cetak Langsung Menggunakan Maltodekstrin Sebagai Bahan Penghancur” disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada, Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc.,Apt. selaku dosen pembimbing I dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si, Apt. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny,M.Si.,Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi USU Medan, yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., Bapak Drs. Agusmal Dalimunte., M.S., Apt., dan Ibu Djendakita Purba, M.Si., Apt. selaku dosen pengujiyang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak/Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik selama perkuliahan dan Bapak Drs. Rasmadin Muchtar, M.S., Apt. selaku penasehat akdemik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama ini.

(5)

v

sayang yang tidak ternilai dengan apapun, motivasi serta doa yang tulus yang tidak pernah berhenti. Saudaraku tersayang Kakak Dian atas pengorbanan dan waktunya, Kakak Fit, Try dan Uuth serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada asisten lab. Teknologi Sediaan Farmasi II atas saran-saran yang diberikan, Didis, ka Aida, Infita, ka Sita, ka Tika dan keluarga besar kos 84 AB atas dukungan, bantuan dan semangat yang luar biasa, serta teman-teman ekstensi farmasi angkatan 2012.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini.Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2015 Penulis

(6)

vi

PEMBUATAN TABLET KALSIUM LAKTAT DENGAN METODE CETAK LANGSUNG MENGGUNAKAN MALTODEKSTRIN

SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR ABSTRAK

Latar belakang:Maltodekstrin merupakan salah satu turunan pati yang dihasilkan dari hidrolisis parsial oleh enzim �-amilase. Maltodekstrin dalam lingkungan berair akan menyerap air dan melarut.

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah maltodekstrin dapat digunakan sebagai bahan penghancur pada tablet yang dibuat dengan metode cetak langsung dan pengaruhnya terhadaptablet kalsium laktat.

Metode: Tablet kalsium laktat diformulasi menggunakan maltodekstrin dalam 5 formula dengan konsentrasi bervariasi yaitu 2% (F2), 4% (F3), 6% (F4), 8% (F5) dan 10% (F6), yang kemudian dicetak langsung. Sebagai pembanding digunakan primojel 4% (F1). Uji yang dilakukan yaitu uji preformulasi meliputi indeks tap, waktu alir dan sudut diam; dan evaluasi tablet meliputi uji kekerasan, uji waktu hancur, uji friabilitas, penetapan kadar, uji keragaman bobot dan uji disolusi. Hasil: Hasil uji yang dilakukan baik uji preformulasi maupun evaluasi terhadap tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang ditentukan. Uji waktu hancur menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi maltodekstrin waktu hancur semakin lama dan pada konsentrasi rendah (F2-F3) waktu hancur lebih cepat dibandingkan dengan pembanding (F1). Hasil uji waktu hancur tablet yaitu F6 10,89 menit, F5 5,55 menit, F1 3,52 menit, F4 2,2 menit, F3 1,99 menit, dan F2 1,84 menit. Hasil uji disolusi masing-masing formula pada menit ke-45 lebih dari 80%, yaitu F1 sebesar 93,98 ± 1,33%, F2 sebesar 97,11 ± 5,26%, F3 sebesar 97,87 ± 5,41%, F4 sebesar 86,47 ± 0,92%, F5 sebesar 91,74 ± 1,75%, dan F6 sebesar 84,76 ± 0,28%.

Kesimpulan: Maltodekstrin dapat digunakan sebagai bahan penghancur pada tablet kalsium laktat yang dibuat dengan metode cetak langsung dengan konsentrasi kurang dari 6%. Penggunaan maltodekstrin tidak mempengaruhi sifat fisik sediaan dan tetap memenuhi syarat disolusi kalsium laktat.

(7)

vii

PREPARATION OF CALCIUM LACTATE TABLET USING MALTODEXTRIN AS A DISINTEGRANT

BY DIRECT COMPRESSION METHOD ABSTRACT

Background: Maltodextrin is a starch derivative resulting from partial hydrolysis by the enzyme α-amylase. Maltodextrin when in an aqueous environment will absorb water and quickly dissolves.

Purpose:The purpose of this study was to determine whether the maltodextrin could be used as a disintegrant in tablet made by direct compression method and the effects on calcium lactate tablets.

Method:Calcium lactate tablet was formulated using maltodextrin with various concentrations of 2% (F2), 4% (F3), 6% (F4), 8% (F5), and 10% (F6), which is subsequently be compressed. As a comparison used primojel 4% (F1). Test conducted that preformulasi test includes an index tap, flowing time and angle of repose; and evaluation of tablets include hardness, disintegration time test, friability test, determination of the active substance, the diversity of weights and dissolution test.

Results: The results of tests well preformulations test and evaluation of the tablet meets the specified requirements. Disintegration time test showed that with increasing concentration of maltodextrin disintegration time of tablet is getting longer and at low concentrations (F2-F3) disintegration time of tablet faster than the comparator (F1). The disintegration time test results is F2 1.84 minutes, F3 1.99 minutes,F4 2.2 minutes, F5 5.55 minutes and F6 10.89 minutes. The dissolution test each formula in the 45th minute more than 80%, ie F1 at 93.98 ± 1.33%, F2 at 97.11 ± 5.26%, F3 at 97.87 ± 5.41%, F4 at 86.47 ± 0.92%, F5 at 91.74 ± 1.75%, and F6 at 84.76 ± 0.28%.

Conclutions: Maltodextrin couldbe used as a disintegrant of tablet calcium lactate made by direct compression method with a concentration of less than 6%. The use of maltodextrin didnot affect the physical properties of the preparation and still qualify dissolution of calcium lactate.

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 3

1.3.Hipotesis ... 3

1.4.Tujuan Penelitian ... 3

1.5.Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Tablet ... 4

2.1.1 Komposisi tablet ... 4

2.1.2 Penggolongan tablet ... 7

2.1.3 Evaluasi tablet ... 10

(9)

ix

2.2 Maltodekstrin ... 13

2.3 Kalsium Laktat ... 15

2.3.1 Kalsium ... 15

2.3.2 Tinjauan umum ... 16

2.3.3 Tablet kalsium laktat ... 17

2.4 Disolusi ... 18

2.5 Titrasi Kompleksometri ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1.Bahan-bahan ... 21

3.2.Alat-alat ... 21

3.3.Prosedur Penelitian ... 21

3.3.1 Pembuatan tablet kalsium laktat ... 21

3.3.2 Uji preformulasi tablet ... 22

3.3.2.1 Sudut diam ... 22

3.3.2.2 Penetapan waktu alir ... 23

3.3.2.3 Indeks tap ... 23

3.3.3 Pembuatan pereaksi ... 23

3.3.3.1 Larutan dinatrium edetat 0,05 N ... 23

3.3.3.2 IndikatorEriochrom black T(EBT) ... 24

3.3.3.3 Bufer amonia pH 10 ... 24

3.3.4 Evaluasi tablet ... 24

3.3.4.1 Penetapan kadar tablet kalsium laktat ... 24

3.3.4.2 Keragaman bobot ... 25

(10)

x

3.3.4.4 Uji kekerasan tablet ... 26

3.3.4.5 Uji friabilitas ... 26

3.3.4.6 Uji disolusi ... 26

3.3.5 Analisis data secara statistik ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1. Hasil Uji Preformulasi Massa Serbuk ... 29

4.1.1 Indeks tap ... 29

4.1.2 Waktu alir ... 30

4.1.3 Sudut diam ... 31

4.2 Hasil Uji Evaluasi Tablet ... 32

4.2.1 Penetapan kadar ... 33

4.2.2 Keragaman bobot ... 34

4.2.3 Kekerasan tablet ... 35

4.2.4 Waktu hancur ... 36

4.2.5 Friabilitas ... 37

4.2.6 Disolusi tablet ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Jenis dan golongan tablet ... 7

Tabel 3.1 Formula tablet kalsium laktat ... 22

Tabel 3.2 Kriteria penerimaan uji disolusi tablet ... 27

Tabel 4.1 Hasil uji preformulasi massa granul ... 29

Tabel 4.2 Hasil evaluasi tablet kalsium laktat ... 32

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Rumus struktur maltodekstrin ... 14

Gambar 2.2 Rumus struktur kalsium laktat ... 16

Gambar 2.3 Bagan proses disolusi hingga respons klinis suatu zat aktif dari sediaan tablet atau kaplet ... 18

Gambar 2.4 Rumus struktur EDTA ... 20

Gambar 4.1 Diagram batang hasil penentuan indeks tap massa serbuk tiap formula ... 30

Gambar 4.2 Diagram batang hasil uji waktu alir massa serbuk tiap formula ... 31

Gambar 4.3 Diagram batang hasil uji sudut diam massa serbuk tiap formula ... 31

Gambar 4.4 Diagram hasil penetapan kadar tablet kalsium laktat ... 33

Gambar 4.5 Diagram hasil uji keragaman bobot tablet kalsium laktat . 34 Gambar 4.6 Diagram hasil uji kekerasan tablet kalsium laktat ... 36

Gambar 4.7 Diagram hasil uji waktu hancur tablet kalsium laktat ... 37

Gambar 4.8 Diagram hasil uji friabilitas tablet kalsium laktat ... 37

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Sertifikat analisis maltodekstrin ... 47

Lampiran 2. Sertifikat analisis kalsium laktat ... 48

Lampiran 3. Gambar alat yang digunakan ... 49

Lampiran 4. Gambar bahan yang digunakan ... 51

Lampiran 5. Gambar tablet kalsium laktat ... 52

Lampiran 6. Gambar penentuan titik akhir titrasi ... 53

Lampiran 7. Contoh perhitungan pembuatan tablet kalsium laktat ... 54

Lampiran 8. Data hasil uji preformulasi ... 55

Lampiran 9. Data hasil uji sifat fisik tablet kalsium laktat ... 57

Lampiran 10. Perhitungan pembakuan dinatrium edetat ... 59

Lampiran 11. Contoh perhitungan penetapan kadar tablet kalsium laktat ... 60

Lampiran 12. Data hasil penetapan kadar tablet kalsium laktat ... 64

Lampiran 13. Contoh perhitungan uji keragaman bobot tablet kalsium laktat ... 66

Lampiran 14. Data hasil uji keragaman bobot tablet kalsium laktat ... 69

Lampiran 15. Contoh perhitungan uji disolusi tablet kalsium laktat .... 71

Lampiran 16. Contoh hasil uji disolusi tablet kalsium laktat ... 72

(14)

vi

PEMBUATAN TABLET KALSIUM LAKTAT DENGAN METODE CETAK LANGSUNG MENGGUNAKAN MALTODEKSTRIN

SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR ABSTRAK

Latar belakang:Maltodekstrin merupakan salah satu turunan pati yang dihasilkan dari hidrolisis parsial oleh enzim �-amilase. Maltodekstrin dalam lingkungan berair akan menyerap air dan melarut.

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah maltodekstrin dapat digunakan sebagai bahan penghancur pada tablet yang dibuat dengan metode cetak langsung dan pengaruhnya terhadaptablet kalsium laktat.

Metode: Tablet kalsium laktat diformulasi menggunakan maltodekstrin dalam 5 formula dengan konsentrasi bervariasi yaitu 2% (F2), 4% (F3), 6% (F4), 8% (F5) dan 10% (F6), yang kemudian dicetak langsung. Sebagai pembanding digunakan primojel 4% (F1). Uji yang dilakukan yaitu uji preformulasi meliputi indeks tap, waktu alir dan sudut diam; dan evaluasi tablet meliputi uji kekerasan, uji waktu hancur, uji friabilitas, penetapan kadar, uji keragaman bobot dan uji disolusi. Hasil: Hasil uji yang dilakukan baik uji preformulasi maupun evaluasi terhadap tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang ditentukan. Uji waktu hancur menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi maltodekstrin waktu hancur semakin lama dan pada konsentrasi rendah (F2-F3) waktu hancur lebih cepat dibandingkan dengan pembanding (F1). Hasil uji waktu hancur tablet yaitu F6 10,89 menit, F5 5,55 menit, F1 3,52 menit, F4 2,2 menit, F3 1,99 menit, dan F2 1,84 menit. Hasil uji disolusi masing-masing formula pada menit ke-45 lebih dari 80%, yaitu F1 sebesar 93,98 ± 1,33%, F2 sebesar 97,11 ± 5,26%, F3 sebesar 97,87 ± 5,41%, F4 sebesar 86,47 ± 0,92%, F5 sebesar 91,74 ± 1,75%, dan F6 sebesar 84,76 ± 0,28%.

Kesimpulan: Maltodekstrin dapat digunakan sebagai bahan penghancur pada tablet kalsium laktat yang dibuat dengan metode cetak langsung dengan konsentrasi kurang dari 6%. Penggunaan maltodekstrin tidak mempengaruhi sifat fisik sediaan dan tetap memenuhi syarat disolusi kalsium laktat.

(15)

vii

PREPARATION OF CALCIUM LACTATE TABLET USING MALTODEXTRIN AS A DISINTEGRANT

BY DIRECT COMPRESSION METHOD ABSTRACT

Background: Maltodextrin is a starch derivative resulting from partial hydrolysis by the enzyme α-amylase. Maltodextrin when in an aqueous environment will absorb water and quickly dissolves.

Purpose:The purpose of this study was to determine whether the maltodextrin could be used as a disintegrant in tablet made by direct compression method and the effects on calcium lactate tablets.

Method:Calcium lactate tablet was formulated using maltodextrin with various concentrations of 2% (F2), 4% (F3), 6% (F4), 8% (F5), and 10% (F6), which is subsequently be compressed. As a comparison used primojel 4% (F1). Test conducted that preformulasi test includes an index tap, flowing time and angle of repose; and evaluation of tablets include hardness, disintegration time test, friability test, determination of the active substance, the diversity of weights and dissolution test.

Results: The results of tests well preformulations test and evaluation of the tablet meets the specified requirements. Disintegration time test showed that with increasing concentration of maltodextrin disintegration time of tablet is getting longer and at low concentrations (F2-F3) disintegration time of tablet faster than the comparator (F1). The disintegration time test results is F2 1.84 minutes, F3 1.99 minutes,F4 2.2 minutes, F5 5.55 minutes and F6 10.89 minutes. The dissolution test each formula in the 45th minute more than 80%, ie F1 at 93.98 ± 1.33%, F2 at 97.11 ± 5.26%, F3 at 97.87 ± 5.41%, F4 at 86.47 ± 0.92%, F5 at 91.74 ± 1.75%, and F6 at 84.76 ± 0.28%.

Conclutions: Maltodextrin couldbe used as a disintegrant of tablet calcium lactate made by direct compression method with a concentration of less than 6%. The use of maltodextrin didnot affect the physical properties of the preparation and still qualify dissolution of calcium lactate.

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet merupakan bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan disintegrasi, dan sifat antilekat), dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet (Siregar dan Wikarsa, 2010). Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain (Lachman, dkk., 1994).

Hampir semua tablet memerlukan penambahan komponen atau eksipien untuk berbagai tujuan dengan zat aktif dalam formulasi. Hal ini untuk memperoleh sifat fisik, kimia, mekanik agar memenuhi persyaratan resmi (Farmakope) dan persyaratan industri yang dapat diterima serta untuk membantu dan memudahkan pembuatannya. Dalam formulasi tablet pada umumnya dapat ditambahkan zat pengisi, pengikat, disintegran, lubrikan, glidan, zat warna dan sebagainya, agar memenuhi fungsi farmasetik (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Maltodekstrin adalah polimer glukosa dengan panjang rantai berkisar 5-10 unit glukosa per molekulnya. Maltodekstrin merupakan salah satu turunan pati yang dihasilkan dari hidrolisis parsial oleh enzim �-amilase yang memiliki nilai

Dextrose Equivalent (DE) kurang dari 20. DE menyatakan jumlah total gula

(17)

2

mampu membentuk film, memiliki higroskopis rendah, mampu sebagai pembantu pendispersi, mampu menghambat kristalisasi dan memiliki daya ikat kuat (Kennedy, dkk., 1995). Maltodekstrin digunakan dalam formulasi tablet sebagai pengikat dan pengisi, sebagai penyalut pada tablet salut film, juga meningkatkan viskositas dan mencegah kristalisasi pada sediaan sirup, sebagai sumber karbohidrat dalam suplemen gizi oral (Rowe, dkk., 2009).

Maltodekstrin memiliki penggunaan yang lebih banyak dalam industri pangan, bahkan farmasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Anwar, dkk., (2004), menyatakan bahwa maltodekstrin dapat digunakan sebagai bahan pengisi, pengikat dan penghancur dalam tablet yang diproses cara cetak langsung, dan Menurut Miyazato, dkk., (2010), Maltodekstrin dapat meningkatkan absorpsi kalsium. Peningkatan absorpsi mineral memiliki korelasi positif dengan adanya asetat dan asam propionat. Asetat dan asam propionat yang diproduksi oleh maltodekstrin terlibat dalam peningkatan absorpsi mineral, asetat dan asam propionat yang masuk kedalam rektum dilaporkan meningkatkan absorpsi kalsium (Miyazato, dkk., 2010).

(18)

3 1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan permasalahan adalah sebagai berikut:

1. Apakah maltodekstrin dapat digunakan sebagai bahan penghancur tablet kalsium laktat yang dibuat dengan metode cetak langsung?

2. Apakah ada pengaruh variasi penggunaan maltodekstrin sebagai bahan penghancur tablet kalsium laktat terhadap disolusi tablet kalsium laktat? 1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian adalah: 1. Maltodekstrin dapat digunakan sebagai bahan penghancur tablet kalsium

laktat yang dibuat dengan metode cetak langsung.

2. Ada pengaruh variasi penggunaan maltodekstrin yang digunakan sebagai bahan penghancur terhadap disolusi tablet kalsium laktat.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kegunaan maltodekstrin sebagai bahan penghancur tablet kalsium laktat yang dibuat dengan metode cetak langsung.

2. Untuk mengetahui pengaruh variasi penggunaan maltodekstrin sebagai bahan penghancur pada tablet kalsium laktat yang dibuat dengan metode cetak langsung.

1.5 Manfaat Penelitian

(19)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tablet

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Sediaan tablet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bentuk sediaan farmasi yang lain. Tablet merupakan suatu sediaan utuh dan praktis diberikan secara oral dengan dosis yang tetap dan variasi minimal.Tablet merupakan bentuk sediaan oral dengan biaya produksi paling murah, juga paling ringan dan paling kompak.Tablet terdiri dari zat aktif dan bahan tambahan.Bahan tambahan dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama bahan tambahan yang mempengaruhi karakter kompresibilitas tablet, termasuk didalamnya adalah pengisi, pengikat, lubrikan, antiadheren dan glidan. Kedua bahan tambahan yang mempengaruhi biofarmasi, stabilitas fisika dan kimia, termasuk didalamnya penghancur, zat pewarna, perasa dan pemanis (Lachman, dkk., 1994).

2.1.1 Komposisi tablet

Tablet umumnya disamping zat aktif, juga mengandung zat pengisi, zatpengikat, zat penghancur dan zat pelicin. Untuk tablet tertentu zat pewarna, zatperasa, dan bahan-bahan lainnya dapat ditambahkan jika diperlukan. Komposisiumum dari tablet adalah:

1. Zat berkhasiat/ zat aktif

(20)

5

yangmempunyai fungsi khusus agar dapat dibentuk menjadi sediaan tablet (Anief,1994).

2. Zat pengisi

Zat pengisi adalah suatu zat yang ditambahkan ke dalam suatu formulasitablet bertujuan untuk penyesuaian bobot dan ukuran tablet sehingga sesuaidengan persyaratan, untuk membantu kemudahan dalam pembuatan tablet, danmeningkatkan mutu sediaan tablet. Zat pengisi yang biasa digunakan adalahpati (amilum), laktosa, manitol, sorbitol dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

3. Zat pengikat

Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dan dapatdibentuk menjadi granul sehingga dapat dikempa atau dicetak (Anief, 1994).Ada dua golongan bahan pengikat yaitu bahan gula atau zat polimerik. Bahan polimerik terdiri atas dua kelas yaitu (1) polimer alam seperti pati, atau gom mencakup akasia, tragakan dan gelatin; dan (2) polimer sintetis seperti polivinilpirolidon, metilselulosa, etilselulosa, dan hidroksipropilselulosa (Siregar dan Wikarsa, 2010)

4. Zat penghancur (disintegran)

(21)

6

1. Disintegran membentuk lorong-lorong kecil di seluruh matriks yang memungkinkan air ditarik ke dalam struktur dengan kerja kapiler sehingga menyebabkan tablet menjadi pecah. Contoh: pati, Avicel, Ac-Di-Sol, alginat, dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2. Konsep yang populer berkaitan dengan pengembangan,air merembes kedalam tablet melalui celah antar partikel atau jembatan hidrofil yang terbentuk. Dengan adanya air maka bahan penghancur akan mengembang dimulai dari bagian lokal lalu meluas keseluruh bagian tablet. Akibat pengembangan bahan penghancur menyebabkan tablet pecah dan hancur (Voight, 1995).Contoh: Primojel, Explotab, Ac-Di-Sol, gom, povidon, Isolca Floc, dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

3. Reaksi kimia pelepasan gas yang menghancurkan struktur tablet, digunakan terutama jika diperlukan disintegrasi ekstra cepat atau suatu formulasi segera larut (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Mekanisme umum yang paling luas diterima untuk zat disintegran tablet adalah pengembangan karena hampir semua disintegran dapat mengembang pada tingkat tertentu. Dalam hal ini, disintegran berfungsi menarik air ke dalam tablet kemudian mengembang dan menyebabkan tablet pecah secara terpisah-pisah. Jenis zat disintegran yang biasa digunakan antara lain: pati alam, Sodium starch glycollate (primojel, explotab), pati pragelatinisasi, Ac-Di-Sol, alginat, dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

5. Zat pelicin

(22)

7

lubangkempa dan untuk mencegah tablet melekat pada dinding lubang kempa. Zat pelicin yang biasa digunakan adalah talk, magnesium stearat, kalsium stearat,natrium stearat, polietilen glikol, dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010). 2.1.2 Penggolongan tablet

Tablet digolongkan berdasarkan cara pemberian atau fungsinya, sistem penyampaian obat yang disesuaikan dengan cara pemberiaan tersebut, dan benruk serta metode pembuatannya. Susunan macam-macam penggolongan tablet dengan penggolongan utama berdasarkan cara pemberiannya atau fungsinya dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Jenis dan golongan tablet

No Golongan Jenis

1. Tablet oral untuk dimakan a.Tablet kempa atau tablet kempa standar b.Tablet multikempa atau tablet kempa lapis

ganda

c.Tablet aksi diperlama atau tablet salut enterik

d.Talet salut gula e.Tablet salut lapis tipis f. Tablet kunyah

2. Tablet yang digunakan dalam rongga mulut

g.Tablet bukal h.Tablet sublingual i. Troche atau Lozenges j. Dental cones

3. Tablet yang diberikan dengan rute lain

k.Tablet implantasi l. Tablet vaginal 4. Tablet yang dipergunakan

untuk membuat larutan

m. Tablet effervescen n.Tablet dispensing o.Tablet hipodermik p.Tablet triturat

(23)

8

dalam kombinasi dengan eksipien. Metode umum yang digunakan dengan granulasi basah, granulasi kering atau kempa langsung.

b. Tablet multikempa atau tablet kempa lapis ganda, adalah tablet yang dibuat dengan lebih dari satu siklus kempa tunggal. Ada dua kelompok tablet ini yaitu: tablet berlapis dan tablet yang disalut dengan pengempaan.

c. Tablet aksi diperlama atau tablet salut enterik, bentuk sediaan ini dimaksudkan untuk melepaskan obat setelah beberapa waktu tunda atau setelah tablet telah melewati satu bagian dari GIT ke yang lain. Tablet salut enterik adalah tablet kempa konvensional disalut dengan suatu zat seperti selak atau suatu senyawa selulosa, yang tidak terdisolusi dalam lambung (suasana asam), tetapi terlarut dalam saluran usus (suasana basa).

d. Talet salut gula, adalah tablet kempa konvensional yang disalut dengan beberapa lapisan tipis larutan gula berwarna atau tidak berwarna. Tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan tablet yang elegan, mengkilap, mudah untuk ditelan, secara luas digunakan dalam pembuatan multivitamin dan kombinasi multivitamin mineral.

e. Tablet salut lapis tipis, adalah tablet kempa konvensional disalut dengan film tipis polimerik larut-air diberi warna atau tidak diberi warna yang terdisintegrasi segera dalam saluran cerna.

f. Tablet kunyah, tablet yang dimaksudkan dikunyah dulu sebelum ditelan. Tablet kunyah harus mengandung bahan tambahan dasar yang mempunyai rasa dan aroma yang menyenangkan.

(24)

9

sistemik cepat. Tablet ini dirancang untuk tidak hancur namun perlahan-lahan larut.

h. Tablet sublingual, sama seperti tablet bukal hanya saja penggunaannya di bawah lidah.

i. Troche atau Lozenges, tablet yang digunakan dalam rongga mulut untuk memberikan efek lokal di mulut dan tenggorokan. Umumnya digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan atau mengontrol batuk pada saat flu. Dapat berisi obat bius lokal, antiseptik, agen antibakteri, astringent dan antitusif.

j. Dental cones, Cone gigi, tablet yang dirancang untuk ditempatkan pada

socket kosong yang ada setelah pencabutan gigi. Tujuan utamanya adalah

untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam socket atau mengurangi perdarahan.

k. Tablet implantasi, adalah tablet yang didesain dan dibuat secara aseptik untuk implantasi subkutan pada hewan atau manusia. Kegunaannya ialah memberikan efek zat aktif yang diperlama, sekitar satu bulan sampai satu tahun.

l. Tablet vaginal, tablet yang dirancang utuk terdisolusi lambat dan pelepasan obatnya dalam rongga vagina. Tablet lebar atau berbentuk buah pir, digunakan untuk antibakteri, antiseptik dan mengobati infeksi vagina

(25)

10

dan natrium bikarbonat sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan CO2 serta air.

n. Tablet dispensing, adalah tablet kempa yang biasanya digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan solid dan cairan.

o. Tablet hipodermik, adalah tablet kempa yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau larut sempurna dalam air. Tablet ini umumnya untuk membuat sediaan injeksi hipodemik segar yang akan diinjeksikan.

p. Tablet triturat, adalah tablet kempa yang fungsinya sama dengan tablet

dispensing, berbentuk kecil umumnya silindris, digunakan untuk

menyediakan zat aktif yang tepat dalam peracikan obat. Biasanya mengandung zat aktif yang sangat toksik atau sangat berkhasiat keras (Lachman, dkk., 1994; Sahoo, 2007; Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.1.3 Evaluasi tablet a. Uji keseragaman sediaan

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995), keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari 2metode yaitu:

i. Keragaman bobot, Pengujian keragaman bobot dilakukan jika tablet yang diuji mengandung 50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan.

ii. Keseragaman kandungan, Pengujian keseragaman kandungan dilakukan jika jumlah zat aktif kurang dari 50 mg per tablet atau kurang dari 50% dari bobot satuan sediaan (Ditjen POM 1995).

b. Uji kekerasan tablet

(26)

11

dikirim dan waktu penyimpanan tetapi tablet juga harus cukuplunak untuk hancur dan melarut dengan sempurna begitu digunakan ataudapat dipatahkan dengan jari bila tablet perlu dibagi dalampemakaiannya. Tablet diukur kekuatannya dalam kg, pound atau dalamsatuan lainnya. Alat yang digunakan sebagai pengukur kekerasan tablet biasanya adalah hardness tester (Ansel, 1989).

Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempakan. Kekerasan tablet biasanya 4 – 8 kg, tablet dengan kekerasan kurang dari 4 kg akan didapatkan tablet yang cenderung rapuh, tapi bila kekerasan tablet lebih besar dari 8 kg akan didapatkan tablet yang cenderung keras (Parrott, 1971).

c. Uji keregasan tablet

Keregasan tablet dapat ditentukan dengan menggunakan alatfriabilator. Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, tablet dijatuhkan setinggi 6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100putaran. Tablet ditimbang sebelum dan sesudah diputar, kehilangan beratyang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,8% sampai 1% (Voight, 1995)

d. Uji waktu hancur

(27)

12

dengan pelepasan zat aktifbertahap dalam jangka waktu tertentu (Siregar dan Wikarsa, 2010).Waktu hancur untuk tablet tidak bersalut yaitu 5 – 30 menit dan untuk tablet bersalut yaitu 1 – 2 jam (Sahoo, 2007).

e. Uji disolusi

Disolusi adalah suatu proses larutnya zat aktif dari suatu sediaandalam medium. Hal ini berlaku untuk obat-obat yang diberikan secaraoral dalam bentuk padat seperti tablet.Uji ini dimaksudkan untukmengetahui banyaknya zat aktif yang terabsorbsi dan memberikan efekterapi di dalam tubuh (Ansel, 1989).

f. Uji penetapan kadar zat berkhasiat

Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalamtablet harus dipantau pada setiap tablet atau batch (Lachman, dkk, 1994).Dalam penetapan kadar zat berkhasiat pada sediaan tablet biasanyamenggunakan 20 tablet yang kemudian dihitung, ditimbang dankemudian diserbukkan. Sejumlah serbuk tablet yang digunakan dalampenetapan mewakili seluruh tablet maka, harus ditimbang seksama.Kadar zat berkhasiat tertera pada masing-masing monografi, baikpersyaratan maupun cara penetapannya (Ditjen POM, 1995). 2.1.4 Tablet kempa langsung

(28)

13

langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai (termasuk pengisi, disintegran, dan lubrikan), yang akan mengalir dengan seragam ke dalam lubang kempa dan membentuk suatu padatan yang kokoh. Tidak ada prosedur praperlakuan granulasi basah atau kering yang diperlukan pada campuran serbuk (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Kempa langsung merupakan metode pilihan dalam manufaktur tablet apabila proses itu dapat digunakan untuk memproduksi produk jadi bermutu tinggi. Kempa langsung merupakan metode pembuatan tablet yang paling tepat karena metode ini menggunakan penanganan bahan-bahan paling sedikit dan tidak melibatkan tahap pengeringan. Oleh karena itu, metode ini paling efisien energi, paling cepat, dan paling ekonomis untuk memproduksi tablet (Siregar dan Wikarsa, 2010). Metode kempa langsung meliputi penekanan tablet secara langsung dari bahan bubuk tanpa memodifikasi sifat fisik bahan. Metode ini dapat diaplikasikan untuk bahan kimia berbentuk kristal yang memiliki karakteristik ketermampatan dan sifat alir yang baik seperti: garam kalium, natrium klorida, amonium klorida dan lain-lain (Sahoo, 2007). Bahan yang sensitif terhadap kelembaban dan panas, yang tidak cocok menggunakan granulasi basah, juga dapat menggunakan kempa langsung. Dibandingkan dengan granulasi basah, metode ini tidak mengharuskan pemilihan eksipien yang sangat kritis karena bahan baku yang menunjukkan kompresibilitas dan sifat alir yang baik dapat memberikan keberhasilan metode ini (Harbir, 2012).

2.2 Maltodekstrin

Maltodekstrin merupakan polimer dari sakarida, nutritive dan tidak manis,

(29)

-1,4-14

glikosidik. Maltodekstrin dapat dibuat dengan dua cara yaitu hidrolisis enzimatik dan hidrolisis asam (Gohel, dkk., 2013). Maltodekstrin diproduksi dengan memasak pati, yang biasa disebut hidrolisis pati. Selama proses hidrolisis, enzim dan asam akan memecah pati lebih lanjut (Marianski dan Marianski, 2011).

Hidrolisis amilum dengan asam mineral encer akan menghasilkan molekul-molekul glukosa. Namun, bila amilum dihirolisis dengan enzim, bukan glukosa yang diperoleh, tetapi maltosa.Hidrolisis amilum oleh pengaruh enzim amilase menjadi molekul-molekul maltosa tidak berjalan spontan, tetapi bertahap dengan hasil antara berupa dekstrin (Sumardjo, 2009).

USP32-NF27 mendeskripsikan maltodekstrin sebagai campuran sakarida

nutritive dari polimer yang terdiri dari unit D-glukosa, dengan nilai dextrose

equivalent (DE) kurang dari 20.Nilai DE adalah ukuran besarnya polimer pati

yang terhidrolisis dan dapat didefinisikan sebagai kekuatan mereduksi zat yang dinyatakan dalam gram D-glukosa per 100 g bahan kering. Unit D-glukosa

sebagian besar dihubungkan oleh ikatan α-1,4 tetapi ada bagian bercabang yang

dihubungkan oleh ikatan α-1,6 (Rowe, dkk., 2009).

(30)

15

Maltodekstrin digunakan pada formulasi tablet sebagai pengikat dan pengisi pada cetak langsung dan granulasi basah atau proses aglomerasi. Maltodekstrin tidak memiliki efek buruk pada laju disolusi formulasi tablet dan kapsul, magnesium stearat 0,5-1,0% dapat digunakan sebagai lubrikan. Maltodekstrin juga dapat digunakan pada pembuatan tablet salut film pada proses penyalutan (Rowe, dkk., 2009).

2.3 Kalsium Laktat

2.3.1 Kalsium

Kalsium adalah salah satu unsur penting dalam tubuh. Jumlah kalsium di dalam tubuh berkisar 1,5-2%. Fungsi utama kalsium adalah mengisi kepadatan (densitas) tulang (Wirakusumah, 2000).Sebagianbesarkalsium terkonsentrasidijaringankerasyaitutulang rawandangigi,sisanya terdapatdalamcairantubuhdanjaringanlunak.Didalam cairanekstraselulerdan

intraselulerkalsium memegangperananpentingdalam

mengaturfungsisel,sepertiuntuk transmisisaraf,kontraksiotot,penggumpalan darah, danmenjaga permeabilitasmembran sel (Winarno, 1997).

(31)

16

eksitabilitas syaraf otot, memelihara dan meningkatkan fungsi membran sel, mengaktifkan reaksi enzim dan sekresi hormon.

Variasi kebutuhan tubuh akan kalsium lebih bergantung pada laju perkembangan tulang ketimbang kebutuhan metabolik. Kebutuhan maksimal terjadi selama puncak masa pertumbuhan cepat pada remaja, maka asupan kalsium sangat vital pada saat ini untuk menjamin mineralisasi tulang yang adekuat (Barasi, 2007).

[image:31.595.180.446.302.396.2]

2.3.2 Tinjauan umum

Gambar 2.2 Rumus struktur kalsium laktat (Rowe, dkk., 2009) Nama Kimia :KalsiumLaktat Hidrat

Sinonim :KalsiumLaktat Pentahidrat KalsiumLaktat anhidrat Rumus Molekul : C6H10CaO6.5H2O

Berat Molekul :KalsiumLaktat Pentahidrat (BM 308,30) KalsiumLaktat Anhidrat (BM 218,22)

Pemerian :Serbukataugranulputih;praktistidakberbau;bentuk

pentahidratmengembang padasuhu120oCmenjadibentuk anhidrat.

(32)

17

Syarat Kadar :KalsiumLaktatmengandungtidakkurangdari98,0%

dantidaklebihdari101,0%C6H10CaO6, dihitung terhadap zatyang telah dikeringkan (Ditjen POM, 1979).

2.3.3 Tablet kalsium laktat

TabletKalsium LaktatmengandungKalsiumLaktat,C6H10CaO6.5H2O, tidakkurang dari94,0%dantidaklebihdari106,0%darijumlahyang terterapada etiket (Ditjen POM, 1995). Kalsium laktat digunakan untuk mencegah dan mengobati defisiensi kalsium. Obat ini dapat digunakan untuk mengobati kondisi yang disebabkan oleh kadar kalsium rendah seperti osteoporosis, osteomalacia, hipoparatiroidisme, dan penyakit otot tertentu (tetani laten). Obat ini juga dapat digunakan pada pasien tertentu untuk memastikan mereka mendapatkan cukup kalsium, misalnya wanita hamil, menyusui atau menopause (Anonim, 2010).

Dosis kalsium laktat yaitu:

1. Dosis dewasa untuk hipokalsemia: 325-650 mg, 2-3 kali sehari sebelum makan.

2. Dosis dewasa untuk hipoparatiroidisme: 325 mg, 3 kali sehari sebelum makan. 3. Dosis dewasa untuk osteomalacia: 325-650 mg, 2-3 kali sehari sebelum makan. 4. Dosis dewasa untuk pseudohipoparatiroidisme: 325 mg, 3 kali sehari sebelum

makan.

5. Dosis dewasa untuk osteoporosis: 325-650 mg, 3 kali sehari sebelum makan. 6. Dosis pediatrik untuk hipokalsemia: neonatal, 400-500 mg/kgBB/hari dalam

(33)

18

Kontra indikasi: gangguan fungsi ginjal atau riwayat batu saluran kemih. Efek samping: hiperkalsemia dapat menyebabkan iritasi lambung, sembelit (konstipasi), bradikardia, malas, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, haus, dan poliuria. Interaksi obat: mengurangi absorpsi tetrasiklin karena resorpsi tetrasiklin dihambat akibat terbentuknya kompleks dengan kalsium, serta dapat menambah sekresi gastrin dan asam lambung. Peringatan dan perhatian: hati-hati pada gangguan ginjal, riwayat batu saluran kemih (Tjay dan Rahardja, 2007). 2.4 Disolusi

[image:33.595.127.496.531.681.2]

Disolusi adalah proses suatu zat solid memasuki pelarut untuk menghasilkan suatu larutan. Disolusi secara singkat didefinisikan sebagai proses suatu solid melarut (Siregar dan Wikarsa, 2010). Menurut Ansel (1989), proses melarutnya suatu obat disebut disolusi. Bentuk sediaan farmasetik padat dan bentuk sediaan sistem terdispersi solid dalam cairan setelah dikonsumsi kepada seseorang akan terlepas dari sediaannya dan mengalami disolusi dalam media biologis, diikuti dengan absorpsi zat aktif ke dalam sirkulasi sistemik dan akhirnya menunjukkan respons klinis (Siregar dan Wikarsa, 2010).

(34)

19

Metode uji disolusi untuk menetapkan laju disolusi zat aktif dari sediaannya yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia edisi IV, yakni metode basket dan metode dayung.

Metode basket menunjukkan suatu upaya membatasi posisi bentuk sediaan untuk memberikan kemungkinan maksimum suatu antarpermukaan solid-cairan yang tetap.Metode ini mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu kecenderungan zat bergerak menyumbat basket, sangat peka terhadap zat terlarut dalam media disolusi, kecepatan aliran yang kurang memadai ketika partikel meninggalkan basket dan mengapung dalam media.Metode basket disebut juga metode Alat 1 (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Metode dayung pada dasarnya terdiri atas batang dan daun pengaduk yang merupakan dayung berputar dengan dimensi tertentu sesuai dengan radius bagian dalam labu dengan dasar bundar.Metode ini mengatasi banyak keterbatasan basket, metode ini sangat baik untuk sistem otomatis.Metode dayung disebut juga metode Alat 2 (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.5 Titrasi Kompleksometri

(35)

20

kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi (Day dan Underwood, 2006).

[image:35.595.192.433.225.315.2]

Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kandungan garam-garam logam.Etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan titran yang sering digunakan.Struktur EDTA ditunjukkan oleh Gambar 2.

Gambar 2.4 Rumus struktur EDTA (Rowe, dkk., 2009)

EDTA akan membentuk kompleks 1:1 yang stabil dengan semua logam kecuali logam alkali seperti natrium dan kalium. Logam-logam alkali tanah seperti kalsium dan magnesium membentuk kompleks yang tidak stabil dengan EDTA pada pH rendah, karenanya titrasi logam-logam ini dengan EDTA dilakukan pada larutan buffer amonia pH 10 (Gandjar dan Rohman, 2010).

Untuk deteksi titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna. Indikator zat warna ditambahkan pada larutan logam pada saat awal sebelum dilakukan titrasi dan akan membentuk kompleks berwarna dengan sejumlah kecil logam. Pada saat titik akhir titrasi (ada sedikit kelebihan EDTA) maka kompleks indikator-logam akan pecah dan menghasilkan warna yang berbeda. Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi kompleksometri ini antara lain: hitam eriokrom

(Eriochrom Black T, Mordant Black II, Solochrom Black I), mureksid, jingga

(36)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang meliputi formulasi sediaan dan evaluasi terhadap tablet kalsium laktat yang dihasilkan. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi II FakultasFarmasiUniversitas Sumatera Utara.

3.1 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: kalsium laktat (Chermipan Corporation Co., Ltd), maltodekstrin DE 15-20 (Qinhuangdao Lihua Starch), primojel, avicel PH 102 (Gujarat Microwax PVT., Ltd), talkum, Mg. stearat, akuades, Eriocrom black T (Merck), natrium klorida (Merck), amonia klorida (Merck), amonium hidroksida (Merck),dinatrium edetat (Merck), dan zink sulfat (Merck).

3.2Alat-alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas, mortir dan stamper, mesin pencetak tablet (Erweka), Disintegration Tester (Copley),

Dissolution Tester (Veego), Hardness Tester (Copley), Friabilator (Copley), dan alat laboratorium lainnya.

3.3Prosedur Penelitian

3.3.1 Pembuatan tablet kalsium laktat

(37)

22

[image:37.595.111.516.255.380.2]

dimasukkan ke dalam mortir lalu ditambahkan bahan pengisi, bahan pengembang dan bahan pelicin sedikit demi sedikit sampai habis dan dihomogenkan. Dilakukan uji preformulasi dan massa dicetak menjadi tablet. Formula tablet kalsium laktat dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan contoh perhitungan pembuatan tablet kalsium laktat dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman 54.

Tabel 3.1 Formula Tablet Kalsium Laktat

Keterangan:

F1 : Formula tablet kalsium laktat dengan primojel 4% F2 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 2% F3 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 4% F4 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 6% F5 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 8% F6 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 10% 3.3.2 Uji preformulasi tablet

3.3.2.1 Sudut Diam

Sudut diat ditentukan dengan rumus:

tgθ =2h

D

θ = arc tg θ

Keterangan: θ = sudut diam

h = tinggi kerucut (cm) D = diameter (cm)

Syarat: 20° <�< 40°(Cartensen, 1977).

Komposisi Jumlah (mg)

F1 F2 F3 F4 F5 F6

Kalsium laktat 500 500 500 500 500 500

Maltodekstrin - 13 26 39 52 65

Primojel 26 - - - - -

Mg. Stearat 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5

Talk 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5

Avicel PH102 111 124 111 98 85 72

(38)

23

Granul kering dituang perlahan lewat corong, sementara bagian bawah corong ditutup.Selanjutnya penutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir ke luar.Diukur tinggi dan jari-jari kerucut yang terbentuk, kemudian ditentukan sudut diamnya (Lachman, dkk, 1994).

3.3.2.2 Penetapan waktu alir

Penetapan laju alir dilakukan dengan menggunakan corong.Seratus gram granul dimasukkan ke dalam corong yang telah dirangkai, permukaannya diratakan.Penutup bawah corong dibuka dan secara serentak stopwatch

dihidupkan.Stopwatch dihentikan jika seluruh granul tepat habis melewati corong dan dicatat waktu alirnya.Syarat: talir < 10 detik (Cartensen, 1977).

3.3.2.3 Indeks Tap

Kedalam gelas ukur 100 ml, dimasukkan sejumlah granul hingga 100 ml. Ditap dengan alat yang dimodifikasi sampai konstan. Setelah hentakan, volumenya dihitung dengan rumus:

I =V0−Vtap

V0 × 100%

Keterangan: I = indeks tap

V0 = volume awal granul Vtap = volume tapping granul Syarat : � ≤20% (Lachman, dkk., 1994). 3.3.3 Pembuatan pereaksi

3.3.3.1 Larutan dinatrium edetat 0,05N

(39)

24

Pembakuan dinatrium edetat, ditimbang seksama ± 250 mg kristal zink sulfat dan dilarutkan dengan 25 ml akuades dalam erlenmeyer. Ditambahkan 5 ml buffer amonia pH 10 dan 50 mg indikator EBT. Titrasi dengan larutan dinatrium edetat 0,05 N sampai titik akhir titrasi berwarna biru.

3.3.3.2 Indikator eriochrom black T (EBT)

Campurkan 10 mg Eriochrom black T dan 1 gram NaCl, digerus sampai homogen (Ditjen POM 1979).

3.3.3.3 Buffer ammonia pH 10

Larutkan 5,4 gram amonia klorida dalam 70 ml amonium hidroksida 5 M dan encerkan dengan air hingga 100 ml (Ditjen POM, 1995).

3.3.4Evaluasi tablet

3.3.4.1 Penetapan kadar tablet kalsium laktat

Timbang seksama 20 tablet kalsium laktat, digerus halus hingga homogen. Timbang seksama sejumlah serbuk setara dengan 200 mg kalsium laktat. Masukkan kedalam erlenmeyer 250 ml, tambahkan 25 ml akuades lalu kocok hingga semua serbuk larut. Tambahkan 5 ml buffer amonia pH 10 dan 50 mg indikator EBT. Kocok larutan hingga homogen. Titrasi dengan larutan dinatrium edetat 0,05 N sambil dikocok sampai titik akhir titrasi berwarna biru.

Kadar kalsium laktat =V × N × 15,42 × BR NS × BS × BK

Keterangan: V = Volume dinatrium edetat yang terpakai N = Normalitas dinatrium edetat

BR = Bobot rata-rata tablet kalsium laktat NS = Normalitas standar

BS = Bobot serbuk

(40)

25

1 ml dinatrium edetat 0,05 N setara dengan 15,42 mg C6H10CaO6.5H2O.

Syarat, tablet kalsium laktat mengandung kalsium laktat, tidak kurang dari 94,0% dan tidak lebih dari 106,0% dari yang tertera pada etiket (Ditjen POM, 1995).

3.3.4.2 Keragaman bobot

Timbang seksama 10 tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-rata. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan keragaman bobot dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keragaman bobot terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0% (Ditjen POM, 1995).

3.3.4.3 Penetapan waktu hancur

(41)

26 3.3.4.4 Uji kekerasan tablet

Satu tablet diletakkan tegak lurus diantara anvil dan punch, tablet dijepit dengan memutar skrup pengatur hingga tanda lampu ’stop’ menyala, lalu ditekan tombol sampai tablet pecah, pada saat tablet pecah angka yang ditunjukkan jarum pada skala dibaca. Kekerasan tablet adalah angka yang ditunjukkan jarum pada skala. Percobaan ini dilakukan untuk 5 tablet.

Syarat: Kekerasan tablet antara 4-8 kg (Parrot, 1970). 3.3.4.5 Uji friabilitas

Sebanyak 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu ditimbang (W1), kemudian kerapuhannya diuji di dalam alat uji friabilitas dengan putaran 25 rpm selama 4 menit. Tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu.Bobot akhir ditimbang (W2).

Friabilitas tablet =W1−W2

W1 × 100%

Keterangan : W1 = berat awal tablet W2 = berat akhir tablet

Persyaratan: kehilangan berat tablet ≤ 0,8% (Voight, 1995). 3.3.4.6 Uji disolusi

Uji disolusi dilakukan menggunakan alat Disolution tester dengan alat tipe I (tipe keranjang), medium disolusi yang digunakan yaitu 500 ml akuades dan perputaran 100 rpm (Ditjen POM, 1995).

(42)

27

monografi. Dalam interval waktu yang ditetapkan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan antara permukaan media disolusi dan bagian atas basket atau dayung, tidak kurang dari 1cm dari bagian dalam wadah.Lakukan penetapan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi.

Toleransi kalsium laktat yang terlarut yaitu dalam waktu 45 menit harus larut tidak kurang dari 75% (Q) dari jumlah yang tertera pada etiket, persyaratan yang dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dalam sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Lanjutkan pengujian sampai 3 tahap kecuali bila hasil pengujian memenuhi tahap S1 atau S2. Kriteria penerimaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel3.2 Kriteria Penerimaan Uji Disolusi Tablet

Tahap Jumlah yang diuji Kriteria penerimaan

S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+5%

S2 6

Rata-rata dari 12 unit (S1+S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q+5% dan tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q-15%

S3 12

Rata-rata dari 24 unit (S1+S2+S3) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q-15% dan tidak satu unit pun yang lebih kecil dari Q-25%

(Ditjen POM, 1995) 3.3.5 Analisis data secara statistik

Kadar zat aktif sebenarnya yang terkandung dalam sampel dapat diketahui menggunakan uji distribusi t. Data diterima atau ditolak dihitung dengan menggunakan metode standar deviasi. Menurut Gandjar dan Rohman (2010),

(43)

28

SD =�∑(X−X�)

2

n−1

Keterangan:

SD = standar deviasi

X = kadar sampel

X

� = kadar rata-rata sampel n = jumlah perlakuan

Untuk mencari t hitung digunakan rumus di bawah ini, dengan dasar penolakan data adalah-t tabel> t hitung> t tabel dan dasar penerimaan -t tabel< t hitung< t tabel.

thitung =

(x−x�) SD/√n

Keterangan:

x = kadar sampel

x� = kadar rata-rata sampel SD = standar deviasi

n = jumlah perlakuan

Menurut Sudjana (2005), untuk menghitung kadar zat aktif dengan tingkat

kepercayaan 99%, α = 0,01; dk = n – 1, dapat digunakan rumus: Kadar sebenarnya: µ = x� ± (tα/2) × SD⁄√n

Keterangan:

x� = kadar rata-rata sampel SD = standar deviasi

dk = derajat kebebasan (dk = n-1)

(44)

29 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Preformulasi Massa Serbuk

[image:44.595.110.515.313.464.2]

Uji preformulasi merupakan pengujian terhadap massa serbuk yang akan dicetak. Pemeriksaan yang umumnya dilakukan meliputi indeks tap, waktu alir dan sudut diam. Pengujian ini dilakukan agar dapat diketahui apakah massa serbuk tersebut memenuhi syarat untuk dicetak menjadi tablet.

Tabel 4.1 Hasil uji preformulasi massagranul

Formula

Uji preformulasi Indeks tap

(%)

Waktu alir (detik)

Sudut diam (°)

F1 1,60 ± 2,29 4,66 ± 0,06 24,55 ± 3,97

F2 0,67 ± 1,32 4,40 ± 0,03 22,68 ± 3,01

F3 0,93 ± 1,32 4,20 ± 0,03 22,76 ± 2,77

F4 1,07 ± 1,32 4,40 ± 0,03 23,08 ± 0,61

F5 0,67 ± 1,32 4,41 ± 0,06 23,20 ± 2,12

F6 0,67 ± 1,32 4,16 ± 0,06 24,12 ±3 ,11

Syarat < 20% < 10 detik 20°< θ < 40° Keterangan:

F1 : Formula tablet kalsium laktat dengan primojel 4% F2 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 2% F3 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 4% F4 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 6% F5 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 8% F6 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 10% 4.1.1Indeks tap

(45)

30

[image:45.595.114.513.363.539.2]

Besar kecilnya indeks kompresibilitas dipengaruhi oleh bentuk granul, kerapatan dan ukuran granul (Lachman, dkk., 1994).Pengujian indeks tap memiliki peran yang sangat penting dalam hal daya tahan granul terhadap daya kompresi yang diberikan oleh alat pencetak tablet. Semakin rendah presentase indeks tap menunjukkan kualitas yang lebih baik dari sifat fisikmassaserbuk yang akan diformulasikan ke dalam bentuk tablet.Indeks tap formula 1 lebih tinggi karena kerapatan massa serbuk meningkat akibat getaran dan hentakan, hal ini disebabkan oleh jenis bahan tambahan yang digunakan dan distribusi ukuran partikel pada massa serbuk yang akan dicetak. Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 55.

Gambar 4.1 Diagram batang hasil penentuan indeks tap massaserbuk tiap formula

4.1.2 Waktu alir

Hasil pengamatan terhadap waktu alir massa serbuk yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.2, menunjukkan waktu alir yang beragam yaitu berkisar antara 4,36 detik sampai 4,66 detik. Walaupun demikian waktu alir tiap formula masih memenuhi syarat yaitu < 10 detik (Cartensen, 1977). Menurut

1,6

0,67 0,93

1,07

0,67 0,67

0 0,5 1 1,5 2

F1 F2 F3 F4 F5 F6

Inde

k

s t

ap (

%

)

(46)

31

[image:46.595.114.508.225.376.2]

Siregar dan Wikarsa (2010), dalam pencetakan tablet kecepatan aliran serbuk menentukan bobot tablet dan keseragaman kandungan tablet yang dikehendaki. Serbuk/granul harus dapat mengalir dengan baik ke dalam ruang cetak agar bobot tablet yang dihasilkan tidak terlalu bervariasi. Data waktu alir dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 56.

Gambar 4.2 Diagram batang hasil uji waktu alir massaserbuk tiap formula 4.1.3 Sudut diam

[image:46.595.112.514.560.716.2]

Sudut diam adalah sudut permukaan bebas dari tumpukkan serbuk dengan bidang horizontal.Metode sudut diam merupakan metode tidak langsung untuk mengukur kemampuan alir serbuk karena hubungannya dengan kohesi antar partikel (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Gambar 4.3 Diagram batang hasil uji sudut diam massaserbuk tiap formula

4,66 4,4 4,2 4,4 4,41

4,16 0 1 2 3 4 5

F1 F2 F3 F4 F5 F6

W ak tu alir ( de tik )

Formula tablet kalsium laktat Waktu alir

24,55 22,68 22,76 23,08 23,2 24,12

0 5 10 15 20 25 30

F1 F2 F3 F4 F5 F6

sudut

di

am

(

°)

(47)

32

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sudut diam dari variasi konsentrasi maltodekstrin semakin meningkat dari F2-F6, yaitu 22,68° - 24,12°. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maltodekstrin yang digunakan maka sifat kohesif massa serbuk meningkat. Menurut Siregar dan Wikarsa (2010), sudut diam yang besar menunjukkan kalau serbuknya bersifat kohesif. Walau demikian sudut diam massa serbuk dari variasi konsentrasi maltodekstrin dan formula pembanding masih memenuhi persyaratan sudut diam yang optimal. Sudut diam serbuk/granul yang baik adalah antara 20°- 40º.Contoh perhitungan waktu alir dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 56.

4.2 Hasil Uji Evaluasi Tablet

[image:47.595.112.521.475.638.2]

Tablet kalsium laktat yang dihasilkan berbentuk bulat pipih, putih dengan permukaan yang rata. Bentuk tablet yang dihasilkan dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 52.

Tabel 4.2 Hasil evaluasi tablet kalsiumlaktat

F

Jenis Evaluasi Tablet

Kekerasan (Kg)

Waktu Hancur(menit)

Friabilitas (%)

Penetapan kadar(%)

Keragaman bobot

Kadar (%) SBR (%)

F1 5,24 ± 0,72 3,51 ± 0,60 0,38 97,48 ± 0,62 97,48 ± 1,17 0,15 F2 7,37 ± 0,42 1,84 ± 1,97 0,32 97,39 ± 0,85 97,39 ± 0,99 0,12 F3 5,55 ± 0,65 1,99 ± 0,38 0,32 96,03 ± 1,31 96,03 ± 0,83 0,03 F4 6,47 ± 0,53 2,20 ± 1,38 0,55 96,06 ± 0,69 96,06 ± 0,73 0,13 F5 7,42 ± 0,44 5,55 ± 6,28 0,32 97,51 ± 0,55 97,49 ± 1,60 0,19 F6 7,58 ± 0,47 10,89 ± 0,79 0,46 98,15 ± 0,56 98,15 ± 1,04 0,10 Syarat 4 – 8 Kg ≤ 30 menit ≤ 0,8% 94 – 106% 85 – 115% < 6%

Keterangan:

(48)

33

Setelah tablet dicetak dilakukan evaluasi terhadap tablet kalsium laktat yang meliputi: kekerasan, waktu hancur, friabilitas, penetapan kadar, keragaman bobot dan uji disolusi. Hasil evaluasi tablet kalsium laktat dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan hasil uji disolusi pada Tabel 4.3.

4.2.1 Penetapan kadar

[image:48.595.116.510.394.574.2]

Penetapan kadar tablet kalsium laktat ditentukan dengan metode titrasi kompleksometri menggunakan dinatrium edetat sebagai larutan standar (larutan pentiter) dan sebagai indikator digunakan eriokrom black T, titik akhir titrasi ditandai dengan berubahnya warna larutan uji menjadi biru, perubahan warna larutan uji dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 53. Diagram batang hasil penentuan kadar tablet kalsium laktat dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4Diagram hasil penetapan kadartablet kalsium laktat

Hasil penetapan kadar kalsium laktat dalam tablet pada masing-masing formula seperti pada Gambar 4.4, dapat dilihat untuk formula 1 yaitu sebesar 97,48 ± 0,62%; formula 2 sebesar 97,39 ± 0,85%; formula 3 sebesar 96,03 ± 1,31%; formula 4 sebesar 96,06 ± 0,69%; formula 5 sebesar 97,51 ± 0,55%; dan formula 6 sebesar 98,15 ± 0,56%. Kadar yang diperoleh memenuhi persyaratan

97,48 97,39

96,03 96,06

97,51 98,15

94,00 95,00 96,00 97,00 98,00 99,00

F1 F2 F3 F4 F5 F6

K

ada

r (%)

(49)

34

kadar yang tertera dalam Farmakope Indonesia edisi IV yaitu tablet kalsium laktat mengandung kalsium laktat tidak kurang dari 94,0% dan tidak lebih dari 106,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Contoh perhitungan penetapan kadar kalsium laktat dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 60.

4.2.2 Keragaman bobot

[image:49.595.113.517.365.544.2]

Keragaman bobot merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menetapkan keseragaman sediaan. Keragaman bobot dapat diterapkan pada tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih, yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan (Siregar dan Wikarsa, 2010).Hasil uji keragaman bobot dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Diagram hasil uji keragaman bobot tablet kalsium laktat

Hasil penentuan keragaman bobot kalsium laktat dalam tablet untuk formula 1 sebesar 97,48 ± 1,17%; formula 2 sebesar 97,39 ± 0,99%; formula 3 sebesar 96,03 ± 0,83%; formula 4 sebesar 96,06 ± 0,73%; formula 5 sebesar 97,49± 1,60%; formula 6 sebesar 98,15 ± 1,04%. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaankadar zat aktif dalam tiap formula, hal ini dikarenakan rata-rata bobot tablet yang dihasilkan berbeda sehingga menyebabkan perbedaan

97,48 97,39

96,03 96,06

97,48

98,15

94 95 96 97 98 99

F1 F2 F3 F4 F5 F6

K

ons

ent

ra

si

(

%

)

(50)

35

kadar zat aktif. Bobot tablet yang dicetak ditentukan oleh banyaknya granul di dalam ruang cetak dan distribusi ukuran granul sebelum pencetakkan. Karena itu walaupun volume didalam diesama banyak, perbedaan proporsi partikel besar dan kecil dapat mempengaruhi berat dari isi masing-masing die, sehingga selisih sedikit saja dari biasanya dapat mengakibatkan variasi berat (Lachman, dkk., 1994).Walaupun demikian hasil uji keragaman bobot memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV yaitu keragaman bobot terletak antara 85% - 115% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif (SBR) kurang dari atau sama dengan 6,0%. Nilai SBR masing-masing formula dapat dilihat pada Tabel 3.2 halaman 15, dimana nilai SBR masing-masing formula berkisar antara 0,12-0,17%. Contoh perhitungan keragaman bobot dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 66 dan data hasil uji keragaman bobot dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman 69.

4.2.3Kekerasan tablet

Evaluasi kekerasan tablet dilakukan untuk mengetahui kekuatan tablet, tablet harus mempunyai kekuatan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengemasan dan pendistribusian serta perlakuan berlebihan dari konsumen (Lachman, dkk., 1994). Diagram batang hasil uji evaluasi kekerasan tablet kalsium laktat dapat dilihat pada Gambar 4.6.

(51)

36

[image:51.595.112.511.170.324.2]

bervariasi tapi semua masih memenuhi syarat kekerasan tablet yaitu 4-8 kg (Parrot, 1970). Data hasil uji kekerasan tablet dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 57.

Gambar 4.6 Diagram hasil uji kekerasan tablet kalsium laktat 4.2.4 Waktu hancur

Waktu hancur diharapkan dapat memberikan gambaran mudah tidaknya tablet terdisintegrasi. Supaya komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorbsi dalam saluran pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh, daya hancur tablet memungkinkan partikel obat menjadi lebih luas untuk bekerja secara lokal dalam tubuh (Ansel, 1989).

Hasil uji waktu hancur seperti yang terlihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.7, menunjukkan waktu yang dibutuhkan tablet kalsium laktat untuk hancur paling lama pada tablet formula 6 dan paling cepat tablet formula 2. Waktu hancur tablet pada formula 1 yaitu 3,51 menit; formula 2 selama 1,84 menit; formula 3 selama 1,99 menit; formula 4 selama 2,20 menit; formula 5 selama 5,55 menit; dan formula 6 selama 10,89 menit. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa waktu hancur paling lambat yaitu tablet F6 yang dibuat menggunakan maltodekstrin

5,24

7,37

5,55 6,47

7,42 7,58

0 2 4 6 8

F1 F2 F3 F4 F5 F6

K

eke

ras

an

tabl

et

(kg

)

(52)

37

10%, hal ini karena ketika berada dalam lingkungan yang penuh air, maltodekstrin membentuk lapisan gel pada sekitar tablet sehingga menghalangi penetrasi air ke dalam tablet (Gonnissen,dkk., 2008). Waktu hancur tablet F3 dan F4 lebih cepat dibandingkan waktu hancur tablet F1 (tablet pembanding).Walaupun demikian hasil uji waktu hancur tiap formula masih memenuhi syarat yaitu kurang dari 30 menit (Ditjen POM, 1979).Data hasil uji waktu hancur dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 58.

Gambar 4.7 Diagramhasil uji waktu hancur tablet kalsium laktat 4.2.5 Friabilitas

[image:52.595.117.512.281.442.2]

Berikut dapat dilihat diagram hasil uji friabilitas tablet kalsium laktat.

Gambar 4.8 Diagramhasil uji friabilitas tablet kalsium laktat 3,52

1,84 1,99 2,2

5,55

10,89

0 5 10 15

F1 F2 F3 F4 F5 F6

Meni

t

Formula tablet kalsium laktat Uji waktu hancur

0,38

0,32 0,32 0,314 0,317 0,306

0 0,1 0,2 0,3 0,4

F1 F2 F3 F4 F5 F6

F

ri

abi

tas

(%)

[image:52.595.113.517.546.713.2]
(53)

38

Kekerasan tablet bukanlah indikator yang absolut dari kekuatan tablet, karena pada beberapa formulasi, bila dikempa menjadi tablet sangat keras, cenderung akan terjadi cap pada pergesekan, sehingga menghilangkan bagian atas, karena itu cara lain untuk mengukur kekuatan tablet, yaitu friabilitas. Tablet yang mudah menjadi bubuk dan pecah-pecah pada penanganannya akan kehilangan nilai estetika serta konsumen enggan menerimanya, juga dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet (Lachman, 1994).

Nilai friabilitas yang besar menunjukkan tablet yang rapuh. Hasil evaluasi friabilitas tablet kalsium laktat yaitu: pada formula 1 sebesar 0,38%; formula 2 sebesar 0,321%; formula 3 sebesar 0,323%; formula 4 sebesar 0,314%; formula 5 sebesar 0,317% dan formula 6 sebesar 0,0,306%.Hasil evaluasi friabilitas tablet dari semua formula memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan yaitu ≤ 0 ,8% (Voight, 1995). Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 56. 4.2.6 Disolusi tablet

(54)

39

[image:54.595.111.510.198.465.2]

tidak kurang dari 75% (Q) dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM, 1995). Persen kumulatif rata-rata hasil uji disolusi tablet kalsium laktat dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3Tabel hasil persen kumulatif rata-rata uji disolusi tablet Waktu

(menit)

Persen kumulatif (%)

F1 F2 F3 F4 F5 F6

0 0 0 0 0 0 0

5 63,09

± 4,75 67,89 ± 5,41 70,45 ± 5,46 47,85 ± 5,45 51,80 ± 5,39 25,07 ± 0,00

10 69,44

± 5,63 76,59 ± 5,93 82,25 ± 2,91 59,83 ± 0,57 60,68 ± 5,54 36,76 ± 5,33

20 82,39

± 4,77 87,67 ± 5,89 90,03 ± 5,32 69,08 ± 0,66 75,66 ± 4,26 65,70 ± 0,27

30 93,66

± 1,55 95,42 ± 3,06 97,46 ± 1,44 85,03 ± 0,82 90,69 ± 1,12 81,36 ± 0,27

45 97,83

± 1,61 98,57 ± 1,71 99,00 ± 1,79 98,43 ± 0,95 98,44 ± 2,34 96,61 ± 4,13 60 101,46

± 2,16 101,14 ± 2,96 100,95 ± 2,59 100,08 ± 2,27 99,55 ± 1,15 100,95 ± 2,68 Keterangan:

F1 : Formula tablet kalsium laktat dengan primojel 4% F2 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 2% F3 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 4% F4 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 6% F5 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 8% F6 : Formula tablet kalsium laktat dengan maltodekstrin 10%

(55)

40

[image:55.595.119.507.139.408.2]

Grafik hasil persen kumulatif rata-rata disolusi tablet dari berbagai formula tablet kalsium laktat dapat dilihat pada Gambar 4.9 Sebagai berikut:

Gambar 4.9 Grafik profil disolusi tablet kalsium laktat

Pada grafik profil disolusi tablet kalsium laktat yang dapat dilihat pada Gambar 4.9, menunjukkan bahwa kecepatan disolusi tablet kalsium laktat yang menggunakan maltodekstrin dengan konsentrasi yang tinggi yaitu formula 5 dan formula 6 lebih lambat dibandingkan dengan tablet kalsium laktat formula lainnya. Hal ini dikarenakan konsentrasi maltodekstrin yang digunakan pada formula 5 dan formula 6 lebih besar dibandingkan dengan formula lainnya dan karena sifat maltodekstrin yang membentuk lapisan gel di sekitar tablet ketika berada dalam lingkungan yang penuh air, sehingga menghalangi penetrasi air ke dalam tablet dan menyebabkan terlarutnya zat aktif lebih lambat (Gonnissen,dkk., 2008), dan saat pengembangan terjadi dengan cepat sehingga menutupi pori-pori tablet sebelum tablet kemudian hancur dan larut yang berakibat terhalangnya

0 20 40 60 80 100 120

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

P

er

se

n kum

ul

at

if

Waktu (menit) Profil laju disolusi

F1

F2

F3

F4

F5

(56)

41

disolusi obat ke dalam pelarut.Sehingga semakin besar konsentrasi maltodekstrin yang digunakan pada formulasi maka disolusi awal zat aktif lebih kecil.Walau demikian, pelepasan zat aktif pada masing-masing formula telah memenuhi syarat yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu pada menit ke-45 zat aktif yang terlepas tidak kurang dari 80% (Ditjen POM, 1995).

Hasil uji pada masing-masing formula baik uji preformulasi yang meliputi indeks tap, waktu alir dan sudut diam; maupun uji evaluasi tablet yang meliputi uji waktu hancur, uji kekerasan tablet dan uji friabilitas, uji keragaman bobot, penetapan kadar dan uji disolusi, menunjukkan hasil yang beragam tetapi masih memenuhi ketetapan yang ada di literatur. Sebagai indikator untuk melihat kemampuan maltodekstrin sebagai bahan penghancur yaitu uji waktu hancur tablet.Hasil uji waktu hancur menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi maltodekstrin yang digunakan, waktu hancur sediaan tablet semakin meningkat.Selain bahan penghancur, waktu hancur tablet dapat dipengaruhi oleh sifat fisik bahan aktif yaitu kelarutannya dalam air, pengaruh bahan pengisi, pengaruh bahan pengikat dan pengaruh lubrikan. Tetapi, kecepatan waktu hancur tablet pada konsentrasi 2 – 6% lebih cepat dibandingkan dengan tablet pembanding yang menggunakan primojel 4%.

(57)

42

(58)

43 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari data hasil pengujian menunjukkan bahwa maltodekstrin dapat digunakan sebagai bahan penghancur pada tablet kalsium laktat yang dibuat dengan metode cetak langsung, dan pada konsentrasi dibawah 6% memiliki waktu hancur yang lebih cepat dari primojel. Penggunaan maltodekstrin tidak mempengaruhi sifat fisik sediaan.Variasi konsentrasi maltodekstrin yang digunakan pada formulasi sediaan menyebabkan perbedaan kecepatan disolusi kalsium laktat namun hasil uji disolusi kalsium laktat tetap memenuhi syarat. 5.2 Saran

(59)

44

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2010). Calcium Lactate. Cernel Multum, Inc. Diambil dari:

tanggal 10 April 2015.

Anief, M. (1994).Farmasetika. Yogyakarta: UGM-Press. Halaman 107-109. Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta:

UI-Press. Halaman 244-247.

Anwar, E., Joshita, D., Yanuar, A., dan Bahtiar, A. (2004).Pemanfaatan Maltodekstrin Pati Terigu sebagai Eksipien dalam Formula Sediaan Tablet dan Niosom.Majalah Ilmu Farmasi.I(1): 34-46.

Barasi, M.E. (2007). At a Galance Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 52.

Cartensen, J.T. (1977). Pharmaceutics of Solids and Solid Dosage Forms. NewYork

Gambar

Tablet oral untuk dimakan
Gambar 2.1 Rumus struktur maltodekstrin (Rowe, dkk., 2009)
Gambar 2.2 Rumus struktur kalsium laktat (Rowe, dkk., 2009)
Gambar 2.3 Bagan proses disolusi hingga respons klinis suatu zat aktif dari sediaan tablet atau kaplet
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian disolusi secara in vitro pada sediaan tablet Kalsium Laktat adalah untuk memastikan bahwa zat aktif yang terdapat di dalam obat dapat melarut setelah obat hancur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orally disintegrating tablet domperidon yang dibuat dengan metode cetak langsung menggunakan campuran primogel dan krospovidon sebagai

Pada perbandingan berapa starch 1500 sebagai bahan pengikat dan Explotab  sebagai bahan penghancur dapat menghasilkan tablet dengan sifat fisik tablet yang optimum..

Hasil penetapan kadar tablet kalsium laktat, parasetamol, dan antalgin pada berbagai perbandingan konsentrasi pati talas dan formula tablet

Telah dilakukan penelitian untuk melakukan analisis pengaruh konsentrasi sodium starch glycolate sebagai disintegran pada pembuatan tablet kitosan yang dibuat secara cetak

Metode: Pada penelitian ini dibuat Orally Disintegrating Tabletdengan metode sublimasi yang mengandung metoklopramida HCl sebanyak 10 mg sebagai bahan obat dengan bahan

Kombinasi terbaik maltodekstrin DE 10-15 dengan pragelatinisasi pati singkong yang dapat digunakan sebagai penghancur pada formulasi tablet cepat hancur adalah

Untuk mengetahui ekstrak kering temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dapat diformulasi menjadi tablet dengan berbagai variasi bahan pengisi dengan metode cetak