ANALISA KEHILANGAN MINYAK (OIL LOSSES) PADA FIBER
HASIL PENGEPRESSAN DAN CANGKANG DENGAN
METODE EKSTRAKSI SOKLETASI
KARYA ILMIAH
DEWI AYU RAHAYU
062401041
DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISA KEHILANGAN MINYAK (OIL LOSSES) PADA FIBER
HASIL PENGEPRESSAN DAN CANGKANG DENGAN
METODE EKSTRAKSI SOKLETASI
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
DEWI AYU RAHAYU
062401041
DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERSETUJUAN
Judul : ANALISA KEHILANGAN MINYAK (OIL LOSSES) PADA FIBER HASIL PENGEPRESSAN DAN CANGKANG DENGAN METODE EKSTRAKSI SOKLETASI
Katagori : KARYA ILMIAH Nama : DEWI AYU RAHAYU Nomor Induk Mahasiswa : 062401041
Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui Oleh Medan, Juni 2009
Diketahui / Disetujui Oleh Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua, Pembimbing,
DR.Rumondang Bulan, MS Drs. Syamsul Bachri Lubis, M.Si
PERNYATAAN
ANALISA KEHILANGAN MINYAK (OIL LOSSES) PADA FIBER
HASIL PENGEPRESSAN DAN CANGKANG DENGAN
METODE EKSTRAKSI SOKLETASI
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2009
DEWI AYU RAHAYU
PENGHARGAAN
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Karena berkat
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini. Karya Ilmiah ini merupakan salah
satu syarat pada jenjang pendidikan D-III Kimia Analis FMIPA USU.
Dengan selesainya Karya Ilmiah ini penulis ingin menghanturkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan Karya Ilmiah ini, Terutama kepada :
Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah banyak membantu penulis baik moral maupun materil serta doa dan dukungannya kepada penulis sehingga karya
Ilmiah ini dapat selesai dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Abangku Haffri beserta istri (kak Wita), Kakakku Mayang, serta Adik-adikku
Jaka dan Intan, terima kasih atas doa dan dukungannya kepada penulis dan
terima kasih kepada keluarga besar penulis di Kisaran.
Bapak Drs.Syamsul Bachri Lubis,MSi selaku dosen pembimbing penulis yang telah membimbing dan membantu penulis menyelesaikan Karya Ilmiah ini. Bapak Dr. Eddy Marlianto,M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam USU.
Ibu DR.Rumondang Bulan,MS selaku Ketua Departement Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Ibu DR.Marfongahtun,MSi selaku Ketua Program study D-III Kimia Analis FMIPA USU.
Bapak Amdan selaku Asisten mill Manager di PKS PT. MNA
Bapak Asman selaku Pembimbing PKL yang telah banyak sekali membantu dan mendukung penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di PKS PT. MNA.
Seluruh Dosen dan staff pengajar di lingkungan FMIPA USU.
Partner PKL, Isma, Sherly, Putra, Terima kasih atas bantuan, dukungan, kerjasama dan kebersamaannya selama PKL.
Sahabat-sahabat ku D’ Nine Balls, Lia (liyong), Isma, Sherly (bunda), Mazdha, Rina, Kiki, Inggit dan Widy. Terima kasih atas doa, bantuan,
dukungan dan kebersamaannya selama ini, semoga D’ Nine Balls tatap
Rekan-rekan seperjuangan, Mahasiswa/I Kimia Analis khususnya anak-anak 2006, terima kasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaannya selama ini. Hudia, Ade, Novi, Nisa, Dodi, Kak Dastri, Nana, Terima kasih atas doa dan
dukungannya.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Karya Ilmiah ini terdapat kekurangan,
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun atas
kekurangan penulisan Karya Ilmiah ini untuk kemajuan bersama yang lebih baik.
Medan, Juni 2009
Penulis,
Dewi Ayu Rahayu
ABSTRAK
AN ANALYSIS OF OIL LOSSES FIBRE AFTER PRESSING AND SHELL WITH SOXHLETATION EXTRACTION METHOD
ABSTRACT
DAFTAR ISI
1.2.Permasalahan 2
1.3.Tujuan 2
2.6. Penentuan Kadar Lemak dan Minyak 17
2.7. Ekstraksi 17
2.7.1. Rendering 18
2.7.2. Pengepressan Mekanis (Mechanical Exprssion) 19 2.7.3. Ekstraksi Dengan Pelarut (Solvent Extraction) 20 2.8. Ektraksi Dengan Alat Ekstraksi Sokhlet 20
2.9. Kegunaan Minyak Sawit 21
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 22
3.1. Alat – alat 22
3.2 Bahan – bahan 22
3.3. Prosedur Penentuan Kehilangan Minyak 22 3.3.1. Prosedur Penentuan Kehilangan Minyak Pada Fiber 22 3.3.2. Prosedur Penentuan Kehilangan Minyak Pada Cangkang 23
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24
4.1. Hasil 24
4.1.1. Data Percobaan 24
4.1.2 Perhitungan 24
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 28
5.1. Kesimpulan 28
5.2. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
ABSTRAK
AN ANALYSIS OF OIL LOSSES FIBRE AFTER PRESSING AND SHELL WITH SOXHLETATION EXTRACTION METHOD
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai yang sangat penting bagi kehidupan
kita sehari-hari, hal ini terutama nampak pada kebutuhan kita akan minyak nabati.
Banyak tanaman lain yang dapat dijadikan sumber minyak nabati, seperti kelapa,
kacang kedele. Namun demikian kelapa sawit adalah penyumbang minyak nabati
terbesar di dunia. (Ginting,1975)
Minyak sawit merupakan bahan baku untuk industri kimia, mentega, sabun,
lemak-lemak, dan minyak goreng. Selain dari pada itu kegunaan minyak sawit ini juga
telah di kenal semenjak lama dalam industri bahan kimia maupun teknik.
Produk minyak sawit dikatakan efisien tinggi apabila persentase kehilangan
minyak rendah, demikian juga rendah pula biaya produksinya. Kendatipun demikian,
persentase kehilangan ini masih belum bisa ditiadakan, karena sangat sulit untuk
mencegah kehilangan tersebut. (Syamsulbahri,1996)
Dengan demikian, persentase kehilangan minyak pada fiber hasil pengepressan
dan cangkang merupakan salah satu Losses yang belum bisa dihindarkan. Oleh karena
itu penulis tertarik untuk menganalisa kehilangan minyak yang terdapat pada fiber
hasil pengepressan dan cangkang yang terjadi di Screw Press, dimana sample yang
dianalisa diambil dari Screw Press I – IV dan dianalisa dengan metode ekstraksi
sokletasi.
I.2 Permasalahan
Apakah kehilangan minyak pada fiber hasil pengepressan dan cangkang sudah sesuai
I.3 Tujuan
Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui persentase kehilangan minyak yang
melekat pada fiber dan cangkang setelah melalui mesin press dengan cara ekstraksi
sokletasi.
I.4 Manfaat
Dengan diketahuinya persentase dari kehilangan minyak (Oil Losses) dengan cara
ekstraksi sokletasi yang dianalisa di laboratorium akan lebih mempermudah pihak
pabrik untuk mengetahui baik atau tidaknya persentase kehilangan minyak (Oil
Losses) yang diperoleh, sehingga pihak pabrik dapat memperbaiki apabila Oil Losses
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buah sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis quinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis
golongan plasma yang termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit yang dikenal ialah
jenis Dura, Psifera dan Tenera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan berdasarkan
penampang irisan buah, yaitu jenis Dura memiliki tempurung yang tebal, jenis Psifera
memiliki biji yang kecil dengan tempurung yang tipis, sedangkan tenera yang
merupakan hasil perulangan dura dengan Psifera menghasilkan buah bertempurung
tipis dan inti yang besar.
Buah sawit berukuran kecil antara 12-18 gr/butir yang duduk pada bulir. Setiap
bulir terdiri dari 10-18 butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan. Buah sawit
yang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan buah sawit.
Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit
yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada
kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat
fisika-kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari
setelah penyerbukan, dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah, minyak
yang sudah jenuh. Jika dalam buah tidak ada lagi pembentukan minyak, maka yang
terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. (Naibaho,
1998)
2.2 Morfologi Tanaman
a. Akar
Biji kelapa sawit berkeping tunggal, sehingga akarnya adalah serabut.
sekalipun telah mati. Sistem penyebaran akar tersebut terkonsentrasi pada tanah
lapisan atas. Karena sistem perakarannya kuat tadi maka jarang ditemukan tanaman
yang roboh atau tumbang.
b. Batang
Batang kelapa sawit tumbuh lurus ke atas, diameternya dapat mencapai 40-60
cm. pada tanaman yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh
pelepah daun yang tumbuh rapat mengelilinginya. Pertumbuhan meninggi batang baru
jelas terlihat sesudah tanaman berumur 4 tahun. Rata-rata pertumbuhan tinggi batang
adalah 25-40 cm per tahun. Namun demikian, hal ini tergantung selain pada jenis,
kesuburan lahan serta iklim setempat.
c. Daun
Daun tanaman kelapa sawit bersirip genap, bertulang sejajar, panjangnya dapat
mencapai 3-5 meter. Daun mempunyai pelepah yang pada bagian kiri maupun
kanannya tumbuh anak-anak daun. Tanaman kelapa sawit yang sudah dewasa
mempunyai anak daun yang jumlahnya dapat mencapai 100-160 pasang. Pada bagian
pangkal pelepah daun tumbuh duri dan bulu-bulu kasar dan halus. Duduknya pelepah
daun pada batang tersusun teratur, melingkari batang membentuk konfigurasi spiral.
Daun kelapa sawit tumbuh pada batang, sifatnya bergerombol, roset. Daun
yang telah tua berubah warnanya menjadi kuning dan pucat sebelum rontok
meninggalkan bekas pada batang. Pertambahan jumlah daun pada kanopi tanaman
lebih cepat dibandingkan dengan jumlah daun yang gugur. Oleh karenanya tampak
d. Bunga
Tanaman kelapa sawit bersifat monoecious atau berumah satu. Monoecious
bermakna bahwa bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman. Namun
demikian, bunga jantan terpisah dengan tandan bunga betinanya.
Bunga kelapa sawit atau yang juga disebut tandan muncul pada ketiak daun.
Rumus bunga betina adalah : K3, C3, A0, G(3) sedangkan rumus bunga jantannya
adalah K3, C3, A(6), G0. Dimana : K adalah kaliks/kelopak (sepal) ; C corolla (petal)
; A androecioum (bunga jantan) dan G adalah gynoecioum (bunga betina).
e. Buah
Buah kelapa sawit terbentuk sesudah terjadi penyerbukan (pollination) dan
pembuahan (fertilization). Bakal buah (ovary) tumbuh berkembang menjadi buah
sedangkan bakal biji (ovule) tumbuh menjadi biji. (Syamsulbahri, 1996)
Buah kelapa sawit memiliki bagian – bagian sebagai berikut :
1. Eksokarp atau kulit luar yang keras dan licin. Ketika buah masih muda,
warnanya hitam atau ungu tua atau hijau. Semakin tua, warnanya berubah
menjadi orange merah atau kuning orange.
2. Mesokarp atau Sabut
Diantara jaringan – jaringanya ada sel pengisi seperti spons atau karet busa
yang sangat banyak mengandung minyak (CPO), jika buah sudah masak.
3. Endokarp atau Tempurung
Ketika buah masih muda endokarp memiliki tekstur lunak dan berwarna putih.
Ketika buah sudah tua, endokarp berubah menjadi keras dan berwarna hitam.
Ketebalan endokarp tergantung pada varietasnya. Contoh varietas dura
memiliki endokarp sangat tebal, sedangkan varietas pisifera sangat tipis,
4. Kernel atau Biji atau Inti
Inti dapat disamakan dengan daging buah dalam kelapa sayur, tetapi
bentuknya lebih padat dan tidak berisi air buah. Kernel mengandung minyak
(PKO) sebesar 3% dari berat tandan, berwarna jernih dan bermutu sangat
tinggi.
( Sastrosayono, 2003).
f. Biji
Bagian biji kelapa sawit penting artinya bagi eksistensi generasi berikutnya.
Bagian biji kelapa sawit terdiri atas kulit biji, tali pusat dan inti biji atau isi biji. Kulit
biji yang berasal dari selaput bakal biji (integument) sangat keras seperti batu. Bagian
ini berfungsi untuk melindungi biji bagian dalam yang lunak. Tali pusat merupakan
bagian biji yang menghubungkannya dengan papan biji. Inti biji merupakan bagian
yang penting untuk alih generasi. Bagian inti biji terdiri atas lembaga atau embrio dan
cadangan makanan (endosperm). (Syamsulbahri, 1996)
2.3 Teknologi pengolahan kelapa sawit
Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan
kebehasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah
minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit
(PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit
ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa
sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan
mekanis, fisik, dan kimia. Parameter penting produksi seperti efisiensi ekstraksi,
rendemen, kualitas produk sangat penting perananya dalam menjamin daya saing
bahwa kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisi
buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik
hanya berfungsi menekan kehilangan dalam pengolahannya, sehingga kualitas CPO
yang dihasilkan tidak semata-mata tergantung dari TBS yang masuk ke dalam pabrik.
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO
secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses
pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses yang
berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain kegagalan pada satu tahap proses
akan berpengaruh langsung pada proses berikutnya. Oleh karena itu setiap tahap
proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan norma-norma yang ada.
2.4 Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO
2.4.1 Perlakuan Pendahuluan
a. Penerimaan Panen
Langkah pertama adalah melakukan penimbangan panen yang diterima di
pabrik. Penimbangan dilakukan di atas jembatan timbang. Jika diangkut dengan
kendaraan truk atau traktor gandengan, penimbangan dilakukan sebelum
pembongkaran dan pemuatannya ke dalam keranjang rebusan. Sesudah itu di timbang
lagi dalam keadaan rebusan di atas lori, hasil dapat langsung ditimbang.
Penampungan dapat dilakukan seluruhnya dalam keranjang rebusan, atau
dalam tempat khusus untuk itu, yaitu pelataran bongkar-pindah yang sekaligus
menjadi tempat timbun. Pelataran tersebut dilengkapi dengan sejumlah ruang timbun,
muat bertambah sekali, berarti perlakuan kasar atau pelukaan buah bertambah. Selain
itu sebagian lantai ruang timbun dapat di buat bercelah-celah sehingga sebagian besar
pasir dan sampah yang terikut pada pengangkutan panen dari lapangan dapat terbuang
di sini.
b. Perebusan
TBS mengandung sejumlah zat yang harus dihilangkan terlebih dahulu untuk
mencapai pengolahan yang efisien. Suasana lembab dengan suhu tinggi dalam rebusan
akan mengaktifkan enzim-enzim lipase dan lipoksidase yang terdapat dalam buah
sehingga proses hidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas dan proses oksidasi
minyak dapat dihentikan. Oleh karena itu tandan yang dipanen harus diusahakan dapat
direbus (sterilisasi) secepatnya.
Untuk mencegah oksidasi selama perebusan, udara harus dikosongkan sama
sekali dari dalam rebusan. Hal ini juga perlu untuk mencapai suhu yang diperlukan
(udara adalah penghantar panas yang jelek). Cara terbaik adalah cara triple peak
sterilization. Pemasukan uap harus secara berangsur untuk menghindarkan pemanasan
lanjut pada tempat-tempat tertentu. Minyak yang berasal dari air rebusan sangat jelek
daya pucatnya dan mengandung banyak besi, maka seharusnya tidak dicampur dengan
minyak produksi utama. Buah yang sudah direbus mudah diserang mikroba dan cepat
busuk. Karena itu bila tidak selesai diolah, sebaiknya tandan disimpan sebelum
perebusan.
2.4.2 Pemisahan
a. Penebahan
Penebahan adalah untuk melepaskan buah dan kelopak (calyx) dari tandan
yang sudah direbus. Penebah adalah suatu alat berbentuk teromol mendatar yang
berondolan. Teromol berputar dengan putaran sedemikian sehingga tandan akan
mengalami gaya sentrifugal yang cukup untuk mengangkatnya sampai titik tertinggi
pada dinding teromol, biasanya kecepatan putaran 22 rpm. Tandan setelah terjatuh
kembali (terbanting) akan melepaskan buahnya, demikian terjadi berkali-kali sampai
tandan kosong akhirnya terlempar dari ujung teromol.
Kehilangan minyak karena penebahan dapat terjadi dengan penyerapan
minyak oleh tangkai tandan kosong, akibat pengumpanan yang tidak teratur sehingga
buah bersinggungan dengan TBK. Juga akibat penumpukan tandan yang terlalu
banyak di atas talang pengumpan, sehingga tandan yang tertindih paling bawah akan
terperas minyaknya dan terserap oleh tangkai tandan.
b. Peremasan
Buah diaduk dalam suatu bejana silindris tegak (ketel) selama beberapa waktu
sementara dipanaskan pada suhu yang tinggi. Bejana dilengkapi dengan beberapa
pasang lengan atau pisau pengaduk sehingga buah yang diaduk di dalamnya menjadi
hancur karena diremas akibat gesekan yang timbul antara sesama buah dan di antara
massa remasan buah sehingga daging buah lepas dari biji dan menghancurkan sel-sel
yang mengandung minyak, agar minyak dapat diperas sebanyaknya pada pengempaan
berikutnya.
Untuk memperoleh peremasan yang baik kondisi yang menghasilkan gesekan
sebesar-besarnya perlu dipertahankan. Massa dijaga tidak sampai menjadi bubur,
maka lubang perforasi dijaga tidak sampai tersumbat (secara terus menerus harus
terlihat adanya aliran tirisan yang cukup). Ketel harus dijaga tetap penuh untuk
menjaga tekanan (gaya gesekan) yang konstan, dan waktu pengadukan yang cukup.
Massa dijaga tidak sampai mendidih agar tidak terbentuk emulsi. Suhu dijaga tetap
Peremasan yang baik ialah jika dalam massa remasan yang masuk kedalam
kempa tidak terdapat satupun buah yang masih utuh atau yang daging buahnya belum
terlepas sepenuhnya dari biji. Daging buah tidak boleh diremas sampai halus,
serat-seratnya harus masih kelihatan utuh. Massa remasan harus homogen, tidak ada
biji-biji yang mengumpul di bagian bawah. Penirisan cairan kelihatan lancar. Selama
peremasan massa tidak sampai mendidih, namun suhu harus dipertahankan tinggi,
yaitu mendekati titik didih air.
c. Pengempaan
Tujuan pengempaan adalah memeras minyak sebanyak mungkin dari massa
remasan, sehingga kehilangan minyak sekecil-kecilnya. Untuk ini umumnya telah
dipakai kempa ulir ganda, karena kempa ulir adalah yang paling sesuai untuk buah
Tenera. Di dalam suatu silinder mendatar yang dindingnya berperforasi bekerja dua
ulir dengan arah putar yang berlawanan. Pada ujung pengeluaran silinder terdapat
suatu konus yang menekan massa ampas kempa yang akan keluar. Tekanannya dapat
diatur secara optimalnya. Pengaturan posisi konus dapat dilakukan berdasarkan
tekanan dalam kempa atau berdasarkan pemakaian tenaga listrik. Dinding silinder
secara terus menerus dibilas dengan semprotan air panas. Juga kedalam massa
disemprotkan uap. Kapasitas kempa dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya.
Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas kempa, tetapi
makin banyak biji yang pecah dalam kempa.
Standar kehilangan minyak yang ditetapkan oleh pabrik pada screw press I-IV
adalah 4.00 % sedangkan untuk kehilangan minyak pada cangkang adalah 0.75 %.
d. Penghembusan Serabut (pemisahan biji dari ampas)
Ampas kempa yang keluar dari kempa berupa bongkahan dan masih terlalu
membawa ampas kempa ke kolom pemisah serabut dilengkapi dengan lengan-lengan
pemecah yang letaknya pada sumbu ularan sedemikian sehingga membentuk ulir, dan
dinding ularan dilengkapi pula dengan mantel uap pemanas. Dengan ularan bergaris
tengah lebih besar (700 mm) dan didahului pengempaan yang sempurna tidak
diperlukan lagi mantel pemanas.Dengan demikian ampas akan dipecah menjadi
longgar dan air yang terkandung dalamnya dapat menguap dengan leluasa sehingga
menjadi cukup kering untuk penghembusan dengan angin.
Penghembusan dilakukan dalam suatu kolom vertikal. Kecepatan angin selain
diatur oleh putaran kipas juga dapat disesuaikan dengan mengatur penyempitan ruang
kolom dengan mengatur maju mundur letak salah satu dindingnya, atau dengan suatu
klep dalam kolom. Kecepatan angin diatur sedemikian rupa sehingga biji menjadi
bersih dari sisa serabut, tetapi inti (berasal dari biji pecah dalam kempa) yang turut
terhembus supaya sedikit mungkin.
Biji yang jatuh ditampung kedalam suatu teromol yang datar berputar dan di
lengkapi dengan sejumlah sudu-sudu yang membantu mengangkat biji ke titik
tertinggi. Pada waktu biji jatuh kembali, karena aliran angin di dalamnya, sisa serabut
akan terhembus masuk ke dalam kolom. Biji dalam teromol akan saling bergesekan
dan saling memoles. Dengan demikian biji yang keluar akan bersih dari sisa serabut
yang masih melekat.
e. Pengendapan (Pemisahan Minyak dari Air)
Minyak mentah berupa cairan yang ditiriskan dari bejana peremas dan yang
diperas oleh kempa terdiri atas campuran minyak, air dan sisa-sisa sel, serta
potongan-potongan serabut halus dan cangkang halus. Sebagian besar minyak berupa minyak
bebas yang terutama berasal dari tirisan bejana peremas. Sisanya adalah minyak yang
Upaya pertama adalah memisahkan serabut dan cangkang halus dengan
menyaring minyak mentah pada saringan getar melalui kawat saringan ukuran 30
mesh/inci, atau saringan bertingkat dua, dengan ukuran 16 dan 40 mesh/inci. Zat padat
yang tersaring dikemblikan ke bejana peremas. Sebelum atau pada saat penyaringan
biasanya ditambahkan air panas (sekaligus pembilas kempa atau saringan) untuk
mengurangi viskositas minyak mentah sehingga memudahkan pemisahan minyak dari
drab pada pengendapan berikutnya.
Pengendapan dilakukan secara bersinambungan dalam suatu bak horizontal
yang terdiri atas tiga ruangan. Ruangan pertama tempat pemanasan minyak mentah
dengan uap langsung agar kembali mencapai suhu 950 C. Ruangan kedua tempat
berlangsungnya pengendapan. Di sini cairan harus mengalir dengan tenang tanpa ada
pemanasan lagi. Waktu pengendapan disini sekitar 1-1,5 jam. Ruangan ketiga tempat
pengeluaran drab. Sisa minyak yang masih terdapat dalam drab dikutip lagi dengan
pengendapan dalam alat sentrifus dengan gaya sentrifugal.
f. Pengeringan Biji (Pemisahan inti dari biji)
Sebelum inti dapat dilepaskan dari biji, biji perlu dikeringkan terlebih dahulu.
Dengan pengeringan ini inti akan lekang dari cangkang dan cangkang menjadi lebih
rapuh.Kadar air yang semula sekitar 25 % akan diturunkan menjadi 8-10 %.
Pengeringan dilakukan dalam suatu silo pengering, biasanya berupa ruangan
berisi empat yang volumenya 55 m3. Biji dicurahkan dari bagian atas silo, dan
berlawanan arah dengan ini terdapat aliran angin panas yang dihembuskan dari bagian
bawah dan dari bagian tengah. Pengeringan berlangsung lambat selama 12-14 jam
pada suhu 600 C. Kapasitasnya adalah 2.5 ton biji/jam atau 15 ton TBS/jam.
Pembersihan dan pengeringan biji adalah untuk mencapai efisiensi pemecahan
yang tinggi. Pemecahan biji dilakukan dalam alat pemecah sentrifugal. Pemecah biji
terdiri atas suatu rotor berputaran tinggi yang dilengkapi dengan sejumlah alur atau
celah radial di sepanjang mukanya.Biji yang dimasukkan melalui rotor akan terlempar
melalui celah ke arah cincin pemecah dengan gaya sentripetal.
h. Pemisahan Cangkang
Campuran pecahan terdiri atas cangkang, inti, dan biji tak pecah. Pemisahan
inti dari campuran tersebut dilakukan berdasarkan perbedaan bentuk antara inti dan
cangkang atau perbedaan berat jenis inti dari cangkang dan biji. Prinsip pemisahan
tersebut dapat diterapkan dalam lingkungan (media) larutan atau suspensi, air jernih,
atau angin.
2.4.3 Pemurnian
a. Pemurnian Minyak Sawit
Minyak yang dikutip dari tangki pengendapan masih mengandung sekitar 0.5
% air dan sejumlah kotoran. Ini dipisahkan dengan sentrifus berputaran tinggi,
biasanya kadar air akan turun menjadi 0.25%, dan kadar kotoran menjadi sekitar
0.01%.
b. Pengeringan Minyak Sawit
Untuk mendapatkan kadar air yang diinginkan minyak masih harus
dikeringkan. Untuk itu sebaiknya dipakai pengering vakum pada suhu relative rendah,
agar minyak tidak teroksidasi pada waktu pengeringan pada suhu tinggi. Selesai
pengeringan minyak harus didinginkan sampai di bawah 500 C untuk mencegah
oksidasi pada waktu pemasukan ke tangki timbun.
Inti basah yang terkutip pada hidrosilon atau lumur pemisah harus dikeringkan
secepatnya untuk menghindari perusakan mutu oleh kegiatan mikroba. Untuk itu
dilakukan sterilisasi melalui pemanasan dengan uap sampai suhu minimum 900 C.
Selanjutnya pengeringan dilakukan dalam silo dengan mengalirkan angin panas
melalui inti, seperti pada pengeringan biji.
d. Pembersihan Inti Sawit
Setelah pengeringan, inti dimasukkan dalam karung. Salah satu persyaratan
mutu inti ialah kadar kotorannya tidak boleh melebihi 2.75%.Cangkang dan kotoran
lain yang masih terdapat dalam inti kering dapat dipisahkan atau dipilih dengan tangan
atau dengan hembusan angin (Winnowing)
2.4.4 Pengemasan dan Penimbunan
Minyak dan inti sawit hasil pemurnian tidak selamanya dapat langsung dikirim
untuk dipasarkan. Untuk sementara waktu masih perlu ditimbun di pabrik. Biasanya
ruang timbun yang diperlukan cukup untuk produksi satu bulan.
(Mangoensoekarjo,2003)
2.5 Jenis Lemak dan Minyak
a. Minyak Goreng
Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih dan
penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goring ditentukan oleh titik
asapnya , yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk aktolein yang tidak
diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Hidrasi gliserol akan
membentuk aldehida tak jenuh atau aktolein tersebut. Makin tinggi titik asap, makin
gliserol bebas. Lemak yang telah digunakan untuk menggoreng titik asapnya akan
turun, karena telah terjadi hidrolisis molekul lemak. Karena itu untuk menekan
terjadinya hidrolisis, pemanasan lemak atau minyak sebaiknya dilakukan pada suhu
yang tidak terlalu tinggi dari seharusnya. Pada umumnya suhu penggorengan adalah
177 – 221 oC .
b. Mentega
Mentega merupakan emulsi air dalam minyak dengan kira – kira 18% air terdispersi di
dalam 80% minyak dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat
pengemulsi (Emulsifier). Mentega dapat dibuat dari lemak susu yang manis ( Sweet
Cream) atau yang asam.
c. Margarin
Margarin atau Oleo Margarine pertama dibuat orang dan dikembangkan tahun
1869 oleh Mege Mories dengan menggunakan lemak sapi. Margarin merupakan
pengganti mentega dengan rupa, bau, konsistensi, rasa dan nilai gizi yang hampir
sama. Margarin juga merupakan emulsi air dalam minyak dengan persyaratan
mengandug tidak kurang 80% lemak. Lemak yang digunakan dapat berasal dari lemak
hewani atau lemak nabati. Lemak hewani yang digunakan biasanya lemak sapi (Oleo
Oil) dan lemak babi ( Lard), sedangkan lemak nabati yang digunakan adalah minyak
kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kedelai dan minyak biji kapas. Karena minyak
nabati pada umumnya dalam bentuk cair, maka harus dihidrogenasi lebih dahulu
menjadi lemak padat, yang berarti margarin harus bersifat plastis, padat pada suhu
d. Shortening atau Mentega Putih
Shortening adalah lemak padat yang mempunyai sifat plastis dan kestabilan
tertentu, umumnya berbentuk putih sehingga sering disebut mentega putih. Bahan ini
diperoleh dari hasil pencampuran dua tau lebih lemak, atau dengan cara hidrogenasi.
Mentega putih ini banyak digunakan dalam bahan pangan terutama pada pembuatan
cake atau kue yang dipanggang. Fungsinya adalah untuk memperbaiki cita rasa,
struktur, tekstur, keempukan dan memperbesar volume roti/kue.
( Winarno, 1997 )
2.6 Penentuan Kadar Lemak dan Minyak
Penentuan kadar lemak dengan pelarut, selain lemak juga terikut fosfolipida,
sterol, asam lemak bebas, karotenoid dan pigmen yang lain. Karena itu hasil
analisanya disebut lemak kasar (crude fat). Pada garis besarnya analisa “lemak kasar”
ada dua macam, yaitu cara kering dan cara basah.
Pada cara kering bahan dibungkus atau ditempatkan dalam thimble, kemudian
dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan airnya. Pemanasan harus secepatnya
dan dihindarkan suhu yang terlalu tinggi untuk itu dianjurkan dengan vakum oven
(suhu 700C) dengan tekanan vakum. Karena sample kering maka pelarut yang dipilih
harus bersifat tidak menyerap air.
Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dikerjakan secara terputus-putus atau
bersinambungan. Ekstraksi secara terputus dijalankan dengan alat soxhlet atau alat
ekstraksi ASTM (American Society Testing Material), sedangkan cara
bersinambungan dengan alat Goldfisch atau ASTM yang dimodifikasi. (Sudarmadji,
2.7 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini
bermacam-macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical expression
dan solvent extraction.
2.7.1 Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua
cara rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan
untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan
dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang
terkandung didalamnya.
Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu : wet rendering
dan dry rendering.
a. Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka
atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60
pound tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan temperatur rendah dalam proses wet
rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang
akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi dengan alat pengaduk,
kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan perlahan-lahan sampai
suhu 500 C sampai diaduk. Minyak yang diekstraksi akan naik ke atas dan kemudian
b. Dry Rendering
Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi
dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan
mengandung minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan air.
Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 2200 F sampai
2300 F (1050 C- 1100 C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan
diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari
ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas
ketel.
2.7.2 Pengepressan Mekanis (Mechanical Expression)
Pengepressan mekanik merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70 persen). Pada
pengepressan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau
lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan
serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.
Dua cara yang umum dalam pengepressan mekanis, yaitu pengepressan
hidraulik (hydraulic pressing) dan pengepressan berulir (expeller pressing).
a. Pengepressan Hidraulik (hydraulic pressing)
Pada cara hydraulic pressing, bahan dipress dengan tekanan sekitar 2000 pound/inch2
(140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang diekstraksi tergantung
dari lamanya pengepressan, tekanan yang dipergunakan, serta kandungan minyak
sekitar 4 sampai 6 persen, tergantung dari lamanya bungkil ditekan di bawah tekanan
hidraulik.
b. Pengepressan Berulir (Expeller Pressing)
Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari
proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada temperatur
2400 F (115,50 C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air minyak atau
lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 persen, sedangkan bungkil yang
dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4-5 persen.
2.7.3 Ekstraksi dengan pelarut (Solvent Extraction)
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam
pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak
yang rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah, dan mutu minyak kasar yang
dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan cara expeller pressing, karena sebagian
fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak yang biasa
dipergunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter,
gasoline karbon disulfide, karbon tetraklorida, benzene dan n-heksan. (Ketaren, 2005)
2.8 Ekstraksi dengan Alat Ekstraksi Soxhlet
Sejumlah sampel ditimbang dengan teliti dimasukkan kedalam timbal yang
data dibuat dari kertas saring atau alandum (Al2O3) yang poreus. Ukuran timbal
dipilih sesuai dengan besarnya soxhlet yang digunakan. Besarnya ukuran sampel
adalah lolos saringan 40 mesh. Diatas sampel dalam timbal ditutup dengan kapas
bebas lemak supaya partikel bahan/sampel tidak ikut terbawa aliran pelarut.
sebanyak 1.5-2 kali isi tabung ekstraksi. Pemanasan sebaiknya menggunakan
penangas air untuk menghindari bahaya kebakaran atau bila terpaksa menggunakan
kompor listrik harus dilengkapi dengan pembungkus labu dari asbes. Lipida akan
terekstraksi dan melalui sifon terkumpul kedalam labu godok. Pada akhir ekstraksi
yaitu kira-kira 4-6 jam, labu godok diambil dan ekstrak dituang kedalam botol
timbang atau cawan porselin yang telah diketahui beratnya, kemudian pelarut
diuapkan diatas penangas air sampai pekat. Selanjutnya dikeringkan dalam oven
sampai berat konstan pada suhu 1000 C. Berat residu dalam botol timbang dinyatakan
sebagai berat lemak atau lemak. Agar diperoleh lemak dan minyak bebas air dengan
cepat maka pengeringan dapat menggunakan oven vakum. Selain cara diatas
penentuan banyaknya lemak dapat pula diketahui dengan menimbang sampel padat
yang ada dalam timbal setelah ekstraksi, dan sudah dikeringkan dalam oven sehingga
diperoleh berat konstant. Selisih berat sebelum dengan sesudah ekstraksi merupakan
berat minyak atau lemak yang ada dalam bahan tersebut. (Sudarmadji, 1989)
2.9 Kegunaan Minyak Sawit
Minyak sawit sebagai bahan baku :
- Mentega
Minyak inti sawit sebagai bahan baku :
- Sabun
- Minyak Goreng, dan sebagainya
BAB 3
- Hot Plate thermostat magnetic stirer
- Desikator _
- Oven memmert
3.2 Bahan-bahan
- Fiber Hasil Pengepressan
- Cangkang
- N-heksan
3.3 Prosedur Penentuan Kehilangan Minyak
3.3.1 Prosedur Penentuan Kehilangan Minyak Pada fiber
- ditimbang gelas beaker kosong
- dimasukkan fiber kedalam gelas beaker sebanyak ± 15 gram kemudian
ditimbang
- dimasukkan kedalam desikator selama ± 30 menit
- dikeringkan dalam oven selama 8 jam pada suhu 1050 C untuk menghilangkan
kadar airnya
- didinginkan dalam desikator selama ± 30 menit dan ditimbang kembali
- dimasukkan fiber kedalam timbal dan ditutup dengan tissue
- ditimbang labu alas kosong
- dimasukkan timbal kedalam alat soklet dan diekstraksi selama ± 4 jam
- dikeringkan sisa n-heksan yang ada dalam labu alas dengan soklet dilakukan
hingga n-heksan benar-benar habis
- dilepas labu alas dari alat soklet dan dipanaskan dalam oven pada suhu 1050 C
selama ± 30 menit untuk menghilangkan pelarut yang masih tertinggal di dalam
minyak
- didinginkan di dalam desikator selama ± 30 menit
- ditimbang labu alas berisi minyak
3.3.2 prosedur Penentuan Kehilangan Minyak Pada Cangkang
- ditimbang sebanyak 30 gram biji utuh dan secara hati-hati dipecahkan
- ditimbang gelas beaker kosong
- dimasukkan cangkang kedalam gelas beaker sebanyak ± 20 gram kemudian
ditimbang
- dimasukkan kedalam desikator selama 30 menit
- dikeringkan dalam oven selama 8 jam pada suhu 1050 C untuk menghilangkan
kadar airnya
- didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang kembali
- dimasukkan cangkang kedalam timbal dan ditutup dengan tissu
- ditimbang labu alas kosong
- dimasukkan sebanyak 250 ml n-heksan kedalam labu alas
- dimasukkan timbal kedalam alat soklet dan diekstraksi selama ± 4 jam
- dikeringkan sisa n-heksan yang ada dalam labu alas dengan soklet dilakukan
hingga n-heksan benar-benar habis
- dilepas labu alas dari alat soklet dan panaskan di dalam oven pada suhu 1050 C
selama ± 30 menit untuk menghilangkan pelarut yang masih tertinggal di dalam
minyak
- didinginkan di dalam desikator selama 30 menit
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data Percobaan
Dapat dilihat dalam lampiran
4.1.2 Perhitungan
a. Kadar Air (Moisture)
Moisture :
b. Kehilangan Minyak (OLWB)
Kehilangan Minyak :
Sampel
Contoh Perhitungan Oil Losses Pada Cangkang :
Berat Gelas (wadah) : 63.4036 g
Berat Sampel : 22.4134 g
Berat Sampel Kering : 82.6977 g
Berat Gelas + Sampel Extra : 97.4837 g
Berat Gelas Labu : 97.3562 g
a. Kadar Air (Moisture)
b. Kehilangan Minyak (OLWB)
Kehilangan Minyak :
Sampel
Kehilangan minyak dan kadar air dalam cangkang untuk tanggal yang berbeda dapat
dilihat dalam lampiran.
Contoh Perhitungan Oil Losses Pada Fiber :
Berat Gelas (wadah) : 63.4036 g
Berat Sampel : 22.4134 g
Berat Sampel Kering : 82.6977 g
Berat Gelas + Sampel Extra : 97.4837 g
Berat Gelas Labu : 97.3562 g
a. Kadar Air (Moisture)
Moisture :
b. Kehilangan Minyak (OLWB)
Kehilangan Minyak :
Kehilangan minyak dan kadar air dalam fiber pada screw press I-IV untuk tanggal
yang berbeda dapat dilihat dalam lampiran.
4.2 Pembahasan
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO
secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses
pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses yang
berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain. Kegagalan pada satu tahap
proses akan berpengaruh langsung pada proses berikutnya. Oleh karena itu setiap
tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan norma-norma yang ada.
Terjadinya kehilangan minyak dalam ampas ditentukan oleh beberapa faktor,
yaitu :
- Tekanan Kempa
Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas kempa,
tetapi makin banyak biji yang pecah dalam kempa.
- Putaran Kempa
Dengan putaran yang lebih tinggi kapasitas kempa lebih tinggi, tetapi dilain pihak
kehilangan minyak dalam ampas menjadi tinggi pula.
- Kapasitas Kempa
Kapasitas kempa dapat diatur dengan penyesuaian putaran kempa. Apabila
kapasitas terlalu rendah dibandingkan dengan putaran kempa maka biji pecah
meningkat.
Kehilangan minyak yang terjadi pada biji adalah minyak yang melekat pada
biji yang keluar dari mesin kempa. Banyaknya tergantung pada kondisi pengempaan,
sama seperti untuk kehilangan minyak dalam ampas kempa, yaitu tekanan kempa,
putaran kempa, dan kapasitas kempa.
Berdasarkan data yang diperoleh, persentasi kehilangan minyak pada fiber
hasil pengepressan yang terjadi pada Screw Press I-IV adalah 4,02 %, 3,74 %, 3,84 %
dan 3,72 %, Sedangkan kehilangan minyak pada cangkang adalah 0,52 %, dimana
persentasi kehilangan minyak yang diperoleh masih sesuai dengan persentasi yang
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh, persentasi kehilangan minyak pada fiber hasil
pengepressan pada screw press I-IV adalah 4,02%, 3,74%, 3,84% dan 3,72%,
sedangkan kehilangan minyak pada cangkang adalah 0,52%.
5.2 Saran
Terjadinya kehilangan minyak tidak dapat dihindarkan, Oleh karena itu sebaiknya
pihak pabrik memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
kehilangan minyak seperti tekanan kempa, putaran kempa, dan kapasitas kempa
Tabel 1. Data Penentuan Kehilangan Minyak Pada Cangkang
No. Tanggal
Brt.
Gelas Sampel Sampel Gelas+Sampel Brt.gelas Moisture OLWB
(wadah) basah Kering Extra Labu
(g) (g) (g) (g) (g) (%) (%)
1 2 jan ‘09 63.404 22.41 82.698 97.4837 97.36 13.92 0.57
2 3 jan ‘09 63.401 18.31 79.206 94.5456 94.48 13.67 0.34
3 5 jan ‘09 60.673 19.55 77.621 96.6764 96.59 13.32 0.44
4 6 jan ‘09 60.677 21.29 78.955 99.4465 99.31 14.15 0.63
5 7 jan ‘09 63.407 20.55 81.097 99.0948 99.04 13.93 0.26
6 8 jan ‘09 63.407 25.61 85.862 94.3861 94.22 12.31 0.64
Keterangan :
Moisture : Kadar air
Tabel 2. Data Penentuan Kehilangan
Moisture : Kadar air