PENENTUAN MINIMUM MODAL RISIKO INSTRUMEN OBLIGASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN STANDARISASI
(THE STANDARDIZED APPROACH )
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
CHAIRIAH 050813012
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN MINIMUM MODAL RISIKO
INSTRUMEN OBLIGASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN STANDARISASI (THE STANDARDIZED APPROACH)
Kategori : SKRIPSI
Nama : CHAIRIAH
Nomor Induk Mahasiswa : 050813012
Program Studi : SARJANA (S-1) MATEMATKA
Departemen : MATEMATIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, 13 November 2007
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Syahrial Lubis S.Si, M.Si Prof. DR. Herman Mawengkang
NIP. 130 422 447
Diketahui oleh
Departemen Matematika FMIPA USU Ketua
PERNYATAAN
PENENTUAN MINIMUM MODAL RISIKO INSTRUMEN OBLIGASI
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN STANDARISASI (THE STANDARDIZED APPROACH)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, 13 November 2007
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan limpahan karunia-Nya skripsi ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.
ABSTRAK
Metode standarisasi (The Standardized Approach) adalah metode perhitungan modal
risiko pasar yang terdapat pada Amandemen risiko pasar yang diterbitkan pada bulan
Januari 1996. Amandemen ini menghendaki persyaratan modal risiko pasar instrumen
obligasi yang terkait dengan suku bunga untuk kegiatan trading bank. Persyaratan
modal ini disajikan dalam pembebanan terpisah, yaitu risiko spesifik dan risiko pasar
umum. Total pembebanan risiko adalah jumlah risiko spesifik dan risiko pasar umum.
Pengukuran ini bertujuan mengcover risiko obligasi yang dapat terjadi dalam kegiatan
trading bank dengan melakukan pencegahan secara dini dengan mengukur persyaratan
DETERMINE MINIMUM CAPITAL BOND INSTRUMENT RISK WITH THE STANDARDIZED APPROACH
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v Abstract vi Daftar Isi vii Daftar Tabel ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 3 1.3 Tujuan Penelitian 3 1.4 Kontribusi Penelitian 3 1.5 Metodologi Penelitian 4
1.6 Tinjauan Pustaka 5
BAB 2 LANDASAN TEORI 8 2.1 Bank, Risiko, dan Manajemen Risiko 8
2.2 Risiko Pasar 9
2.3 Pengertian Obligasi 14
2.3.1 Klasifikasi Obligasi 16
2.3.2 Istilah-istilah Penting Dalam Obligasi 19
2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hargr Obligasi 20
2.4 Peringkat Obligasi 21
BAB 3 PEMBAHASAN 23 3.1 Metode Standarisasi 23
3.2 Risiko Spesifik 23
3.2.1 Penerbit Pemerintah 24 3.2.2 Penerbit Yang Memenuhi Syarat 25
3.2.3 Penerbit Lainnya 26
3.3 Risiko Pasar Umum 27
3.4 Contoh Kasus 31
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tabel Peringkat Obligasi 21
Tabel 3.1 Tabel Pembebanan Modal 24
Tabel 3.2 Tabel Pemeringkatan Kredit 25
Tabel 3.3 Tabel Skala Waktu dan Bobot Risiko 28
Tabel 3.4 Tabel Horizontal Disallowance 29
Tabel 3.5 Tabel Data Instrumen Obligasi 31
Tabel 3.6 Tabel Posisi Obligasi 32
Tabel 3.7 Tabel Klasifikasi Posisi dan Risiko Spesifik 33
ABSTRAK
Metode standarisasi (The Standardized Approach) adalah metode perhitungan modal
risiko pasar yang terdapat pada Amandemen risiko pasar yang diterbitkan pada bulan
Januari 1996. Amandemen ini menghendaki persyaratan modal risiko pasar instrumen
obligasi yang terkait dengan suku bunga untuk kegiatan trading bank. Persyaratan
modal ini disajikan dalam pembebanan terpisah, yaitu risiko spesifik dan risiko pasar
umum. Total pembebanan risiko adalah jumlah risiko spesifik dan risiko pasar umum.
Pengukuran ini bertujuan mengcover risiko obligasi yang dapat terjadi dalam kegiatan
trading bank dengan melakukan pencegahan secara dini dengan mengukur persyaratan
DETERMINE MINIMUM CAPITAL BOND INSTRUMENT RISK WITH THE STANDARDIZED APPROACH
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ketika tingkat kehidupan makin kompleks maka masyarakat memerlukan lembaga
yang dapat menawarkan tempat untuk menyimpan uang selain dari menyimpan uang
dirumah. Sistem ekonomi yang modern memerlukan agar uang itu di simpan di
lembaga yang memperoleh kepercayaan seperti bank. Bank adalah sebuah lembaga
yang diberikan izin oleh otoritas perbankan untuk menerima simpanan, memberikan
kredit, dan menerima serta menerbitkan cek.
Ini menyebabkan bank harus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
melakukan aktifitas operasionalnya agar bank tetap menjadi lembaga yang dipercaya
oleh masyarakat. Serta situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan yang
mengalami perkembangan pesat dengan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha
perbankan sehingga meningkatkan kebutuhan praktek tata kelola bank yang sehat
(good coorporate governance) dan penerapan manajemen risiko yang meliputi
pengawasan aktif pengurus bank, kebijakan, prosedur dan penetapan limit risiko,
proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, sistem informasi, dan pengendalian
risiko, serta sistem pengendalian intern. Penerapan manajemen risiko tersebut akan
memberikan manfaat, baik kepada perbankan maupun otoritas pengawasan bank. Bagi
perbankan, penerapan manajemen risiko salah satunya dapat memberikan gambaran
kepada pengelola bank mengenai kemungkinan kerugian bank dimasa yang akan
datang.
Dalam bisnis perbankan, risiko merupakan suatu kejadian potensial baik yang
dapat diperkirakan (expected), maupun yang tidak dapat diperkirakan (unexpected)
yang semuanya mempunyai dampak negatif terhadap pendapatan dan pemodalan
dua hal, yaitu masalah yang diharapkan dan ketidakpastian. Kalau hasil yang dicapai
itu pasti maka jelas tidak ada risiko dalam arti hasil yang diperoleh sesuai dengan
harapan.
Risiko dalam dunia perbankan cukup banyak terutama karena adanya
ketidakpastian, salah satunya adalah risiko pasar. Risiko pasar adalah risiko kerugian
yang timbul akibat pergerakan harga pasar atas posisi yang diambil oleh bank baik
pada sisi on maupun off balance sheet. Bank yang memiliki posisi dalam instrumen
keuangan pada neracanya memiliki eksposur risiko pasar yang besarnya ditentukan
oleh posisi tersebut. Sedangkan bank yang berperan sebagai intermediary dalam
sebuah transaksi yang tidak tercatat dalam neracanya tidak akan terekspos kepada
risiko pasar atas transaksi tersebut.
Istilah risiko pasar digunakan untuk menyebut kelompok risiko yang timbul
dari perubahan tingkat suku bunga, timbul sebagai akibat dari traded market risk
dimana bank secara aktif berpartisipasi dalam perdagangan instrumen pasar, seperti
obligasi, yang nilainya dipengaruhi oleh perubahan pada nilai pasar.
Obligasi adalah surat hutang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun, dan
bersuku bunga tertentu, yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik dana dari
masyarakat, guna pembiayaan perusahaan, atau oleh pemerintah untuk keperluan
anggaran belanjanya. Penerbit obligasi berkewajiban membayar bunga yang telah
ditentukan kepada investor (holder) dengan waktu pembayaran tertentu sepanjang
masa berlakunya obligasi dan membayar kembali pokoknya pada saat maturity (jatuh
tempo). Oleh karena itu obligasi menimbulkan risiko suku bunga dan risiko nilai
tukar.
Untuk meminimumkan risiko yang dapat terjadi bank dapat mengukur risiko
pasar instrumen obligasi dengan menggunakan metode standarisasi. Dengan metode
standard, minimum modal yang dibutuhkan untuk mengcover risiko dihitung dengan
menggunakan dua perhitungan yang terpisah yaitu Spesific Risk Charge dan General
1.2.Perumusan Masalah
Proses pengukuran risiko dalam instrumen obligasi dengan menggunakan metode
standarisasi bertujuan untuk menghitung minimum modal yang dibutuhkan untuk
mengcover risiko pasar obligasi dengan memperkirakan perkembangan suku bunga,
waktu jatuh tempo dan credit rating, yang merupakan skala risiko dari obligasi yang
diperdagangkan.
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menjaga agar semua aktivitas trading bank
tidak menimbulkan kerugian yang melebihi batas kemampuan bank atau yang dapat
mengganggu kelangsungan usaha bank, dengan meminimumkan risiko pasar dalam
hal ini instrumen obligasi dengan melakukan pencegahan secara dini yaitu
menentukan minimum modal risiko instrumen obligasi dengan menggunakan metode
standarisasi.
1.4.Kontribusi Penelitian
Kontribusi yang dapat diambil dari pengukuran risiko dalam instrumen obligasi
dengan menggunakan metode standarisasi (The Standardized Approach), diharapkan
dapat bermanfaat bagi pihak manajemen perbankan untuk memberikan gambaran
seberapa besar tingkat risiko dalam kegiatan trading bank pada instrumen obligasi.
Dan dapat menghitung minimum modal yang dibutuhkan bank untuk meng-cover
risiko yang dapat terjadi dalam kegiatan trading bank pada instrumen obligasi.
1.5.Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat studi literatur yaitu disusun berdasarkan rujukan pustaka dengan
1. Mengumpulkan dan mempelajari bahan-bahan berupa buku, jurnal ilmiah,
majalah, dan koran yang menimbulkan gagasan dan mendasari penelitian yang
akan dilakukan.
2. Menguraikan penyelesaian masalah dengan metode standarisasi (The
Standardized Approach).
3. Menyelesaikan contoh kasus dengan metode standarisasi. Dengan metode
standarisasi, minimum modal yang dibutuhkan untuk mengcover risiko
instrumen obligasi dihitung dengan menggunakan dua perhitungan yang
terpisah yaitu risiko spesifik (specific risk charge) dan risiko pasar umum
(general market risk charge).
Langkah-langkah perhitungan risiko spesifik adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data instrumen obligasi yang meliputi jenis transaksi, nominal
transaksi, counterparty atau issuer, rating, suku bunga, jenis kupon, jangka
waktu, serta sisa waktu hingga jatuh tempo.
b. Mengumpulkan data suku bunga pasar dan harga pasar instrumen obligasi.
c. Menghitung besarnya posisi yaitu sebesar nilai pasar instrumen obligasi.
d. Mengklasifikasikan setiap posisi obligasi dalam 5 kategori sesuai dengan
counterparty atau issuer rating serta sisa waktu hingga jatuh tempo.
e. Menghitung risiko spesifik (specific risk charge) para setiap kategori, yaitu
perkalian antara posisi dengan bobot risiko (risk weight) yang sesuai untuk
masing-masing kategori.
f. Menjumlahkan hasil perhitungan risiko spesifik pada setiap kategori.
Langkah-langkah perhitungan risiko pasar umum (general market risk charge)
adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan data posisi instrumen obligasi, masing-masing posisi
diklasifikasikan kedalam 13 time bands (kelompok waktu) berdasarkan sisa
b. Menghitung overall general market risk charge dengan menjumlahkan seluruh
hasil perkalian antara posisi dengan bobot risiko masing-masing pada setiap
time bands.
c. Memperhitungkan vertical disallowance, sebagian yang lebih kecil posisi yang
saling menihilkan atau matched pada setiap skala waktu.
d. Memperhitungkan horizontal disallowance, satu bagian yang lebih besar posisi
yang saling menihilkan/matched antar skala waktu yang berbeda.
e. Menghitung total risiko pasar umum.
Total minimum modal risiko instrumen obligasi adalah jumlah risiko spesifik dan
risiko pasar umum.
1.6.Tinjauan Pustaka
Risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat menimbulkan
kerugian bank. Manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodelogi yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko
yang timbul dari kegiatan usaha bank. Dengan manajemen risiko diharapkan dapat
memproyeksikan seberapa jauh risiko yang akan dihadapi oleh bank serta
pengendalian yang diperlukan. Manajemen risiko merupakan aktifitas mengelola
risiko sehingga dapat diminimalisir dengan ketentuan adanya dukungan prasarana
yang memadai, antara lain organisasi, pedoman, dan sistem informasi. Kegiatan utama
trading bank adalah jual dan beli instrumen keuangan atas nama bank dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan jangka pendek dari perubahan yang diharapkan atas
harga pasar yang menentukan nilai suatu instrumen keuangan. Dalam melakukan
kegiatan ini berarti bank menghadapi risiko kerugian apabila nilai instrumen keuangan
tersebut mengalami penurunan. Terdapat berbagai jenis instrumen trading.
Produk-produk yang lazim dijumpai adalah merupakan instrumen utama yang diperdagangkan
secara global berdasarkan volumenya. Obligasi adalah instrumen hutang jangka
panjang yang dapat dipindah tangankan dan diterbitkan oleh issuer dengan
penerimaan jumlah pokok tertentu dari investor (holder).(Badan Sertifikasi
Obligasi adalah surat hutang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun, dan
bersuku bunga tertentu, yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik dana dari
masyarakat, guna pembiayaan perusahaan, atau oleh pemerintah untuk keperluan
anggaran belanjanya.(Kamus Perbankan, 1980)
Obligasi memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut
mempengaruhi harga obligasi, tingkat suku bunga, waktu jatuh tempo, tingkat
keuntungan yang diharapkan dan risiko tingkat keuntungan periode yang akan datang.
Faktor yang sangat penting dalam penentuan harga obligasi adalah tingkat suku
bunga. Besarnya bunga yang ditawarkan oleh obligasi, disamping jangka waktunya,
akan mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh.(M. Fakhruddin, M, Sopian,
2001)
Harga obligasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga umum dan kinerja keuangan
penerbit obligasi tersebut. Lembaga pemeringkat seperti Moody’s Investor Service dan
Standard & Poor’s menerbitkan berbagai peringkat yang menunjukan risiko kredit
obligasi. Kisaran peringkat tersebut dimulai dari AAA (penerbit obligasi sangat
mampu membaya bunga dan pokok) sampai dengan D (obligasi default). Seringkali
pemeringkatan semacam ini disebut sebagai peringkat kredit (credit rating) obligasi.
Obligasi mencakup risiko karena mengambil posisi surat hutang yang terkait dengan
suku bunga. Untuk risiko ini, minimum modal yang dibutuhkan dihitung dengan
menggunakan metode standarisasi. Didalam Amandement to the Basel Capital Accrod
to Incoperate Market Risk, 1998, risiko pasar dapat diukur dengan menggunakan
metode standarisasi (the standardized approach). Perhitungan risiko dengan metode
standar ini akan langsung menghasilkan besarnya modal yang diperlukan untuk setiap
faktor risiko. Risiko pasar yang relevan bagi bank adalah risiko suku bunga dan risiko
nilai tukar. Risiko harga surat berharga seperti obligasi dimasukkan ke dalam risiko
suku bunga. Besarnya modal yang diperlukan untuk mengcover risiko suku bunga
adalah penjumlahan secara aritmatika antara risiko spesifik dan risiko pasar
BAB 2
2.1. Bank, Risiko, dan Manajemen Risiko
Bank adalah sebuah lembaga yang diberikan izin oleh otoritas perbankan untuk
menerima simpanan, memberikan kredit, dan menerima serta menerbitkan cek.
Risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat
menimbulkan kerugian bank. Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko
dalam perbankan adalah selain kerugian keuangan secara langsung, kejadian risiko
pada bank juga dapat berdampak pada pemegang saham, pegawai, nasabah dan juga
pada perekonomian.
Dengan manajemen risiko yang baik diharapkan dapat memproyeksikan
seberapa jauh risiko yang akan dihadapi oleh bank serta pengendalian yang
diperlukan. Manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko
yang timbul dari kegiatan usaha bank. Manajemen risiko merupakan aktifitas
mengelola risiko sehingga dapat diminimalisir dengan ketentuan adanya dukungan
prasarana yang memadai, antara lain organisasi, pedoman, dan sistem informasi.
Proses manajemen risiko adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi risiko, analisis terhadap karakteristik risiko yamg melekat pada
bank (inherent risk) dan risiko dari produk dan kegiatan usaha bank.
2. Pengukuran risiko, yaitu kalkulasi eksposur risiko yang melekat pada kegiatan
usaha bank, sehingga dapat memperkirakan dampaknya terhadap permodalan
yang harus dipelihara untuk mendukung usaha dan penyempurnaan sistem
pengukuran risiko.
3. Pemantauan risiko, yaitu evaluasi terhadap eksposur risiko dan
4. Pengendalian risiko, yaitu pengelolaan risiko yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha bank dan penerapan ALMA (Asset and Liability
Management) untuk pengendalian risiko likuiditas, risiko suku bunga, dan
risiko nilai tukar.
Manfaat penerapan manajemen risiko adalah:
1. Meningkatkan pelaksanaan GCG (Good Coorporate Governance).
2. Meningkatkan shareholders value.
3. Memberikan gambaran potential loss pada masa yang akan datang.
4. Meningkatkan kualitas metode dan proses pengambilan keputusan bisnis.
5. Meningkatkan sistem deteksi dini terhadap high risk bussiness area, product,
dan service.
6. Meningkatkan daya saing dengan meningkatkan infrastruktur.
2.2. Risiko Pasar
Jenis- jenis risiko utama yang harus dikelola oleh perbankan adalah :
1. Risiko pasar
2. Risiko kredit
3. Risiko operasional
Risiko pasar adalah risiko kerugian yang timbul akibat pergerakan harga pasar atas
posisi yang diambil oleh bank baik pada sisi on maupun off balance sheet. Bank yang
memiliki posisi dalam instrumen keuangan pada neracanya memiliki eksposur risiko
pasar yang besarnya ditentukan oleh posisi tersebut. Sedangkan bank yang berperan
sebagai intermediary dalam sebuah transaksi yang tidak tercatat dalam neracanya
tidak akan terekspos kepada risiko pasar atas transaksi tersebut.
Istilah risiko pasar digunakan untuk menyebut kelompok risiko yang timbul
dari perubahan tingkat suku bunga, kurs valuta asing dan hal-hal lainyang nilainya
ditentukan pasar. Eksposur bank terhadap suatu rate yang ditetapkan pasar, seperti
aktif berpartisipasi dalam perdagangan instrumen pasar, seperti obligasi, yang nilainya
dipengaruhi oleh perubahan pada nilai pasar.
Traded market risk adalah risiko kerugian nilai investasi yang terkait dengan
kegitan pembelian dan penjualan instrumen keuangan dipasar secara
berkesinambungan untuk mendapatkan keuntungan. Bank bersedia menanggung
traded market risk dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari risiko yang
diambil. Risiko pasar terdiri atas :
1. Risiko spesifik (specific risk charge) yaitu risiko yang timbul akibat
pergerakan harga atas surat berharga individul yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang terkait dengan surat berharga atau penerbitnya. Sebagai contoh
adalah turunnya harga obligasi akibat memburuknya peringkat kredit
penerbitnya. Hal tersebut hanya akan berpengaruh pada obligasi yang terkait
dengan informasi atas penerbit itu saja dan tidak mempengaruhi harga obligasi
secara keseluruhan.
2. Risiko pasar umum (general market risk charge) yaitu risiko yang timbul
akibat pergerakan harga pasar yang berpengaruh terhadap beberapa instrumen
keuangan. Sebagai contoh, turunnya tingkat suku bunga akan mengakibatkan
menurunnya suku bunga pasar sehingga berpengaruh terhadap nilai seluruh
instrumen yang terkait dengan suku bunga. Risiko pasar umum dibagi menjadi
4 jenis sebagai berikut :
a. Risiko suku bunga
b. Risiko posisi ekuitas
c. Risiko nilai tukar
d. Risiko posisi komoditi
Perlu dicatat bahwa setiap jenis risiko tersebut tidak dapat berdiri sendiri
mengingat perubahan nilai karena suatu risiko dapat mempengaruhi jenis risiko pasar
lainnya. Khusus untuk perbankan di Indonesia, kategori risiko yang relevan adalah
bersifat mutually exclusive karena perubahan nilai akibat satu risiko dapat
berpengaruh terhadap jenis risiko pasar lainnya.
Pengukuran risiko pasar dengan menggunakan metode standarisasi dapat
dilakukan untuk aset yang memiliki risiko suku bunga dan risiko nilai tukar.
Risiko suku bunga adalah potensi kerugian yang timbul akibat perubahan
tingkat suku bunga. Risiko ini diperhitungkan untuk instrumen seperti obligasi yang
menggunakan yield curve untuk menghitung nilai pasar.
Risiko valuta asing adalah potensi kerugian yang timbul karena perubahan
nilai tukar. Risiko ini berlaku bagi produk yang terkait dengan nilai tukar dan posisi
yang dinilai menggunakan valuta asing dalam pelaporan bank.
Imbal hasil (yield curve) menunjukkan hubungan antara tingkat suku bunga
efektif dengan tanggal jatuh tempo suatu investasi pada waktu tertentu. Berikut ini
adalah gambar kurva imbal hasil secara umum.
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50 8.00
1M 2M 3M 6M 12M 2Y 3Y 5Y 10Y
Maturity In ter est r at e
Bentuk umum dari suatu kurva imbal hasil adalah struktur jangka waktu
tingkat suku bunga. Kurva ini menunjukan biaya meminjam uang terhadap durasi
instrumen utang (kredit, obligasi, dan lain-lain). Sebagai contoh, surat berharga
pemerintah (misalnya obligasi) yang diterbitkan berbagai negara dengan periode
antara satu hari (overnight) sampai 20 tahun. Tingkat suku bunga untuk
masing-masing surat berharga ini akan berbeda dan pada umunya suku bunga untuk periode
yang lebih panjang akan lebih tinggi dari pada periode yang lebih singkat. Kurva
imbal hasil bagi obligasi ini dikenal sebagai kurva imbal hasil pemerintah.
Penilaian obligasi dilakukan dengan menggunakan harga dasar yaitu harga
penutupan akhir hari. Namun demikian tidak semua obligasi aktif diperdagangkan
tiap hari. Bank dapat menggunakan kurva obligasi untuk menentukan perkiraan harga
penutupan dari harga penutupan obligasi yang aktif diperdagangkan. Kurva tersebut
umumnya ditentukan menggunakan maturity standar perdagangan pasar obligasi
pemerintah. Selanjutnya obligasi dapat dinilai sebagai spread dari obligasi pemerintah
yang dipakai sebagai acuan tersebut jika harga pasar obligasi tidak tersedia. Hal ini
menunjukkan perbedaan likuiditas obligasi dan peringkat kredit penerbitnya.
1. Penawaran dan permintaan akan berpengaruh terhadap tingkat harga jangka
pendek ketika market makers melakukan penyesuaian harga dalam aktifitas
pasar. Waktu yang diperlukan untuk berubahnya harga bervariasi antar pasar
dan tergantung dari volume usaha market makers.
2. Likuiditas dapat berpengaruh secara substansial terhadap harga pasar. Pasar
yang likuid memiliki jumlah market makers yang besar serta volume usaha
yang besar. Spread transaksi kecil sehingga cost transaksi juga rendah. Pasar
yang tidak likuid memiliki spread yang besar dan transaksi tidak terjadi secara
aktif. Pasar yang likuid dapat menjadi tidak likuid sebelum libur nasional
maupun pengumuman kebijakan ekonomi oleh pemerintah.
3. Intervensi oleh otoritas keuangan memberikan efek jangka pendek terhadap
tingkat harga pasar. Jangka waktu dapat berubah menjadi panjang jika,
misalnya, intervensi memberikan sinyal perubahan kebijakan ekonomi.
4. Arbitrase, dimana tingkat harga pasar tertentu dibatasi oleh tingkat harga
pasar lainnya, akan mempengaruhi pergerakan harga harian.
5. Kondisi ekonomi dan politik dan bencana alam akan dapat mengakibatkan
perubahan harga jangka pendek. Hal ini dapat terjadi dalam skala pasar lokal
namun jika kejadian cukup besar dapat saja berpengaruh terhadap pasar global.
6. Faktor-faktor fundamental ekonomi merupakan pembentuk utama tingkat
harga jangka panjang.
Kegiatan utama trading bank adalah jual dan beli instrumen keuangan atas
nama bank dengan tujuan memperoleh keuntungan jangka pendek dari perubahan
yang diharapkan atas harga pasar yang menentukan nilai suatu instrumen keuangan.
Dalam melakukan kegiatan ini, berarti bank akan menghadapi risiko kerugian apabila
Terdapat berbagai jenis instrumen trading bank. Produk-produk yang lazim
dijumpai adalah merupakan instrumen utama yang diperdagangkan secara global
berdasarkan volumenya. Setiap produk memiliki versi yang lebih kompleks sejalan
dengan perkembangan produk-produk baru untuk memenuhi permintaan nasabah.
Instrumen trading bank terdiri dari instrumen cash dan instrumen derivatif. Obligasi
adalah salah satu bagian dari instrumen cash yang aktif diperdagangkan.
2.3 Pengertian Obligasi
Obligasi adalah surat hutang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun, dan bersuku
bunga tertentu, yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik dana dari
masyarakat, guna pembiayaan perusahaan, atau oleh pemerintah untuk keperluan
anggaran belanjanya.
Penerbit obligasi berkewajiban membayar bunga yang telah ditentukan kepada
investor dengan waktu pembayaran tertentu sepanjang masa berlakunya obligasi dan
membayar kembali pokoknya pada saat jatuh tempo.
Obligasi diterbitkan oleh berbagai organisasi dan tiap obligasi merupakan
bukti klaim finansial atas organisasi tersebut. Obligasi vanilla umumnya memberikan
bunga tetap, atau dikenal dengan nama kupon, pada tanggal yang telah ditentukan
selama masa berlaku obligasi dan pokok dibayarkan kembali pada akhir waktu jatuh
tempo. Istilah vanilla digunakan untuk mengindikasikan bahwa obligasi memiliki fitur
standar yang terdapat di pasar. Namun demikian obligasi dapat pula termasuk insentif
finansial lainnya untuk menarik investor.
Harga obligasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga umum dan kinerja
keuangan penerbit obligasi tersebut. Lembaga pemeringkat seperti Moody’s Investor
Service dan Standard & Poor’s menerbitkan berbagai peringkat yang menunjukkan
risiko kredit obligasi. Kisaran peringkat tersebut dimulai dari AAA (penerbit obligasi
sangat mampu membayar bunga dan pokok) sampai dengan D (obligasi default).
Seringkali pemeringkatan semacam ini disebut sebagai peringkat kredit (credit rating)
Kesulitan untuk menentukan penghasilan obligasi adalah sulitnya
memperkirakan perkembangan suku bunga. Padahal harga obligasi sangat tergantung
dari perkembangan suku bunga. Bila suku bunga bank menunujukkan kecenderungan
meningkat, pemegang obligasi akan menderita kerugian.
Disamping risiko perkembangan suku bunga yang sulit dipantau, pemegang
obligasi juga menghadapi risiko capability, pelunasan sebelum jatuh tempo. Betapa
menguntungkannya bila kita memiliki obligasi yang membayar bunga tetap disaat
suku bunga menurun. Namun sayangnya keuntungan seperti ini tidak selamanya bisa
dinikmati. Banyak obligasi yang telah dikeluarkan oleh emiten, bisa ditarik kembali
sebelum tiba saat jatuh tempo.
Posisi obligasi disajikan dalam jumlah obligasi yang dimiliki dan dinilai atas
dasar harga penutupan obligasi, jika informasi mengenai harga tersebut tersedia.
Obligasi yang diterbitkan pemerintah adalah obligasi yang paling aktif
diperdagangkan karena rendahnya tingkat risiko default. Beberapa pasar obligasi
pemerintah yang luas memiliki obligasi yang dijadikan obligasi acuan (benchmark),
yaitu obligasi yang sangat aktif diperdagangkan. Biasanya terdapat obligasi acuan
(benchmark) untuk setiap skala jatuh tempo, misalnya 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, 5
tahun, dan 10 tahun.
Harga-harga obligasi lain yang kurang likuid berubah mengikuti perubahan
obligasi acuan. Obligasi yang tidak likuid diperdagangkan dengan cara ”at spread”
terhadap obligasi acuan. Untuk obligasi jenus ini, diperlukan valuasi obligasi dengan
menggunakan harga obligasi acuan setelah disesuaikan dengan spread. Pada kasus
seperti ini nilai posisi obligasi sensitif terhadap perubahan harga obligasi acuan dan
perubahan spread. Obligasi yang tidak likuid dapat disajikan dalam nilai ekivalen
obligasi acuan yang mendasarinya.
Klasifikasi obligasi dapat ditinjau dari beberapa hal, yaitu antara lain :
1. Berdasarkan masa jatuh tempo, maka obligasi dapat dibedakan atas :
a. Obligasi Berjangka (term bond), yaitu Obligasi yang memiliki tanggal jatuh
tempo yang cukup panjang.
b. Obligasi Serial (serial bond), yaitu obligasi yang memiliki serangkaian tanggal
jatuh tempo.
2. Berdasarkan kupon pembayaran, maka obligasi dapat dibedakan atas :
a. Obligasi Diskon (discount bond), yaitu obligasi yang diperdagangkan dengan
harga pasar lebih rendah dari nilai par dan memberi kupon yang lebih rendah
dari obligasi keluaran baru.
b. Obligasi Premium (premium bond), yaitu obligasi dengan harga pasar lebih
tinggi dari nilai par dan memberi kupon yang lebih tinggi dari obligasi
keluaran baru.
3. Berdasarkan waktu penarikan, maka obligasi dapat dibedakan atas :
a. Freely Callable, artinya penerbit obligasi dapat menariknya setiap waktu.
b. Non Callable, artinya penerbit obligasi tidak dapat menariknya sebelum jatuh
tempo.
c. Deferred Call, artinya penerbit obligasi dapat menariknya hanya setelah suatu
jangka waktu tertentu (umurnya 5 sampai 10 tahun).
4. Berdasarkan jenis jaminan (collateral) yang mendukungnya, maka obligasi
dapat dibedakan atas :
a. Obligasi Senior (senior bond), yaitu obligasi yang sepenuhnya terjamin karena
didukung oleh tuntutan atau hak legal atas kekayaan tertentu milik penerbit
estat dan sertifikat trust peralatan (equipment trust certificate) yang didukung
dengan mesin atau peralatan.
b. Obligasi Yunior (yunior bond), yang hanya dijamin dengan janji penerbit
untuk membayar bunga dan prinsipal berdasarkan waktu, seperti :
1) Tanda utang (debenture) yaitu tuntutan atau hak atas penghasilan penerbit
setelah hak dari obligasi lain.
2) Obligasi penghasilan (income bond atau revenue bond), yaitu utang yang
bunganya dibayar hanya setelah penghasilan penerbit mencapai jumlah
tertentu.
5. Berdasarkan pemegang atas suatu obligasi, maka obligasi dapat dibedakan
atas:
a. Obligasi Atas Nama (registered bond), yang dikeluarkan kepeada pemilik
tertentu dan nama dari pemegang obligasi secara formal terdaftar pada penerbit
dan bunga dibayar otomatis kepada pemilik tersebut.
b. Obligasi Atas Unjuk (bearer bond), dimana pemegangnya dianggap sebagai
pemilik obligasi tersebut, dan penerbit tidak mendaftar nama-nama pemilik,
dan bunga dibayar berdasarka kupon.
6. Jika dilihat dari sudut penerbitnya, maka obligasi dapat dibedakan atas :
a. Obligasi Pemerintah (treasury bond), yaitu obligasi yang dikeluarkan
pemerintah guna membiayai pembangunan ekonomi. Umumnya obligasi
tersebut memiliki waktu jatuh tempo yang panjang, berkisar 25 tahun atau
lebih. Obligasi ini merupakan obligasi atas nama, tidak bisa ditarik, dan diberi
fasilitas pajak.
b. Obligasi Instansi (agency bond), yaitu obligasi yang diterbitkan oleh instansi
tetapi mendapatkan dukungan dari pemerintah dan memperoleh fasilitas
perpajakan.
c. Obligasi Pemerintah Daerah (municipal bond), yaitu obligasi yang dikeluarkan
Pemda Tingkat I, Tingakat II maupun instansi lainnya. Sifat utama jenis
obligasi ini adalah pembebasan dari pajak. Obligasi jenis ini dibedakan lagi
atas:
1) Obligasi Umum (general obligation bond) yang dijamin penuh oleh
penerbit, yaitu Pemerintah Daerah.
2) Obligasi Penghasilan (revenue bond) yang dijamin dengan proyek yang
memberikan penghasilan, misalnya proyek jalan tol.
d. Obligasi Perusahaan (corporate bond), yaitu obligasi yang dikeluarkan
perusahaan atau perseroan dalam rangka memenuhi struktur permodalan.
Obligasi perusahaan menjadi menarik karena memberikan kupon yang relatif
tinggi. Sifat umum obligasi yang diterbitkan perusahaan adalah :
1) Bunga dibayarkan tengah tahunan.
2) Dikeluarkan sebagai obligasi berjangka dengan satu tanggal jatuh tempo.
3) Jatuh tempo antara 20 sampai 30 tahun dengan penarikan yang ditangguhkan
setelah 5 tahun.
e. Obligasi Institusional (institusional bond), yaitu obligasi yang dikeluarkan
oleh berbagai intitusi swasta yang tidak mencari laba (nirlaba) seperti sekolah,
rumah sakit, gereja, badan amal dan lain-lain. Obligasi ini dikeluarkan sebagai
2.3.2 Istilah-istilah penting dalam surat berharga obligasi, antara lain :
1. Par value, face value, atau nominal value.
Ketiga istilah ini menunjukkan jumlah dana yang dijanjikan akan dibayarkan
oleh penerbit obligasi kepada pemegang obligasi pada suatu saat tertentu
dimasa yang akan datang (saat obligasi jatuh tempo).
2. Maturity date
Istilah ini menunjukkan tanggal, bulan dan tahun dimana par value akan
dibayar.
3. Original maturity
Origjnal maturity adalah periode waktu jatuh tempo obligasi, dihitung dari
saat obligasi tersebut diterbitkan. Original maturity ini mencerminkan umur
obligasi sebelum mencapai maturity date.
4. Coupon interest rate
Coupon interst rate adalah besarnya tingkat bunga yang dijanjikan akan
diberikan penerbit obligasi kepada pemegang obligasi.
5. Coupon interest payment
Istilah ini menunjukkan nominal pembayaran bunga obligasi. Besarnya
pembayaran bunga tersebut akan ditentukan oleh par value dan coupon
interest rate obligasi.
6. Periode pembayaran bunga
Bunga obligasi dapat dibayarkan secara tahunan, semesteran atau kwartalan.
Penentuan periode pembayaran bunga ini akan dicantumkan dalam obligasi.
7. Call provision
Sebuah obligasi dikatakan memiliki call provision, apabila penerbit obligasi
(bond issuer) mempunyai hak untuk melunasi obligasinya sebelum maturity
Pada hakikatnya obligasi sama dengan bentuk-bentuk hutang jangka panjang
lainnya. Semuanya membebani debitur dengan bunga tetap, yaitu pembayaran bunga
dan pokok hutang. Meskipun demikian, penerbitan obligasi memiliki beberapa
karakteristik khusus. Perusahaan yang menerbitkan obligasi umumnya sedang
membutuhkan dana dalam jumlah besar, sehingga sulit mencari seorang kreditur
tunggal untuk memenuhi segala kebutuhan dana tersebut. Sebagai alternatif
pemecahan masalah tersebut, maka akan diterbitkan beberapa lembar obligasi, dimana
total nilai obligasi sama dengan jumlah dana yang di butuhkan. Obligasi-obligasi ini
selanjutnya akan dijual kepada publik.
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi harga obligasi di antaranya :
1. Jangka waktu sebelum obligasi jatuh tempo.
2. Risiko untuk tidak menerima bunga maupun pokok pinjaman.
3. Status pajak dari pembeli obligasi.
4. Adanya provisi yang memungkinkan penerbit obligasi melunasi
obligasi tersebut sebelum jatuh tempo.
5. Jumlah kupon (coupon).
Dari faktor-faktor diatas, tingkat bunga merupakan faktor yang sangat besar
pengaruhnya terhadap harga obligasi. Fluktuasi tingkat bunga pasar akan
mempengaruhi harga pasar obligasi. Hal ini karena fluktuasi tersebut mencerminkan
besarnya opportunity cost yang ditanggung investor. Apabila tingkat bunga pasar
lebih tinggi dari coupon rate obligasi, maka investor akan menanggung oppotunity
cost jika ia membeli obligasi sebesar par valuenya. Investor akan bersedia membeli
obligasi, jika harga jual obligasi lebih rendah dari par valuenya. Sebagai akibatnya,
harga pasar obligasi akan turun pada saat tingkat suku bunga pasar naik, dan
2.4 Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan.
Skala ini menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi investor. Keamanan ini
ditunjukkan oleh kemampuannya dalam membayar bunga dan pelunasan pokok
pinjaman. Untuk menentukan skala tersebut diperlukan varibel-variabel yang
mempengaruhi obligasi kemudian menghitungnya. Dari perhitungan itu
diketemukanlah standar tertentu untuk menentukan peringkat obligasi.
Untuk mengetahui peringkat obligasi, investor bisa menggunakan jasa credit
rating agency. Lembaga ini memberikan jasa penilaian terhadap obligasi yang
beredar.
Berikut ini adalah beberapa peringkat yang digunakan oleh Moody’s Investor
[image:31.595.108.521.422.771.2]Service dan Standard & Poor’s.
Tabel 2.1 Peringkat Obligasi
Moody’s S & P Deskripsi
Aaa AAA Obligasi memiliki peringkat tertinggi. Kemampuan untuk
membayar bunga dan pokoknya sangat kuat.
Aa AA Obligasi memiliki kapasitas sangat kuat untuk membayar
bunga dan membayar kembali pokoknya. Sebagai mana hal
nya dengan obligasi berperingkat tertinggi, obligasi dalam
kelompok ini merupakan kelompok high-grade (peringkat
tinggi).
A A Obligasi memiliki kapasitas kuat untuk membayar bunga dan
membayar kembali pokoknya , walau mudah terkena
pengaruh merugikan dari perubahan kondisi ekonomi
Baa BBB Obligasi dianggap memiliki kapasitas memadai untuk
membayar bunga dan pokoknya. Kondisi ekonomi yang
merugikan atau keadaan yang berubah akan lebih besar
kemungkinannya melemahkan kapasitas membayar bunga
kategori ini jika di bandingkan dengan kategori berperingkat
lebih tinggi. Obligasi dalam kelompok ini adalah obligasi
medium grade (peringkat menengah).
Ba
B
Caa
Ca
BB
B
CCC
CC
Obligasi dianggap sangat spekulatif dalam hal kapasitas
membayar bunga dan membayar kembali pokoknya sesuai
dengan syarat obligasi. Ba dan BB menunjukkan tingkat
spekulasi terendah dan Ca dan CC sebagai tingkat spekulasi
tertinggi.
C C Peringkat ini dicadangkan untuk income bonds dimana tidak
ada suku bunga yang dibayarkan.
D D Obligasi berperingkat D menunjukkan bahwa obligasi dalam
keadaan default dan terdapat tunggakan pembayaran bunga
dan atau pembayaran kembali pokok obligasi.
Sumber: Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, 2006.
Baik Moody dan Standard & Poor melakukan penyesuaian lanjutan pada peringkat
mereka, sehingga menambah jumlah tingkatan yang ada. S&P menggunakan tanda
plus dan minus: A+ adalah peringkat A terkuat dan A- adalah yang terlemah. Moody
menggunakan tanda 1, 2, 3, dengan 1 menunjukkan yang terkuat: A1 adalah peringkat
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Metode Standarisasi (The Standardized Approach)
Market Risk Amandement memperkenalkan metode untuk perhitungan persyaratan
modal yaitu metode standarisasi (Standarized Approach). Total pembebanan modal
terhadap bank yang menggunakan pendekatan ini dihitung dengan menambahkan
seluruh pembebanan modal untuk setiap klasifikasi risiko. Bank harus menghitung
persyaratan modalnya menggunakan metode standarisasi untuk risiko suku bunga dan
risiko nilai tukar.
Pembebanan modal regulasi untuk risiko suku bunga adalah untuk melindungi
instrumen yang terekspos dengan risiko suku bunga seperti instrumen obligasi.
Persyaratan modal ini disajikan dalam dua pembebanan terpisah, untuk risiko spesifik
(specific risk charge) dan risiko pasar umum (general market risk charge). Total
pembebanan risiko suku bunga adalah jumlah risiko spesifik dan risiko pasar umum.
3.2. Risiko Spesifik (Specific Risk Charge)
Risiko spesifik mempresentasikan risiko perubahan harga sekuritas yang merugikan
karena faktor-faktor yang relevan dengan penerbit sekuritas. Risiko ini dihitung atas
posisi yang dimiliki pada setiap sekuritas. Bank tidak diizinkan melakukan saling
hapus posisi pada sekuritas yang berbeda kendati pun penerbitnya sama. Namun, bank
dapat mengurangi posisi pembelian (long) dan penjualan (short) termasuk posisi
Risiko spesifik merangkum perubahan dalam peringkat kredit dari penerbit.
Selain itu, semakin panjang jatuh tempo sekuritas semakin besar risiko yang dihadapi
oleh pemegang sekuritas. Untuk merangkum faktor-faktor risiko ini ditetapkan 5
[image:34.595.106.500.207.338.2]kategori utama untuk risiko spesifik.
Tabel 3.1. Pembebanan modal untuk tiap kategori penerbit obligasi
Penerbit Jatuh tempo (maturity) Pembebanan (%)
Pemerintah tidak ada batas 0.00
Memenuhi syarat 0 - 6 bulan 0.25
Memenuhi syarat 6 - 24 bulan 1.00
Memenuhi syarat > 24 bulan 1.60
Lainnya Tidak ada batas 8.00
Sumber : Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, 2007.
3.2.1 Penerbit Pemerintah (Government)
Penerbit dengan kategori “pemerintah” diaplikasikan untuk setiap jenis sekuritas yang
diterbitkan pemerintah pusat suatu Negara. Keleluasaan diberikan kepada supervisor
untuk mengijinkan sekuritas pemerintah lokal dan regional disertakan jika sekuritas
tersebut dibobot 0% pada Basel Accord 1988. Kelemahan pembebanan nol persen
untuk seluruh sekuritas pemerintah adalah bahwa bank tidak didorong untuk
memelihara kualitas sekuritas yanglebih baik karena perlakuan modal yang sama
untuk setiap sekuritas pemerintah.
Kelemahan ini telah diperbaiki dalam Basel II yang melakukan redefinisi
Tabel 3.2. Pemeringkatan Kredit
Penerbit Jatuh tempo Pembebanan (%)
AAA sampai AA Tidak ada batas 0.00
A + sampai BBB 0 – 6 bulan 0.25
A + sampai BBB 6 – 24 bulan 1.00
A + sampai BBB > 24 bulan 1.60
Lainnya Tidak ada batas 8.00
Sumber : Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, 2007.
Kualifikasi baru ini mengakui sekuritas pemerintah dengan pemeringkat kredit terbaik
dikenakan beban modal lebih rendah.
3.2.2 Penerbit yang memenuhi syarat (Qualifying)
Kategori qualifying meliputi sekuritas yang diterbitkan sektor publik, bank
pembangunan multilateral dan sekuritas lain yang memenuhi salah satu persyaratan
berikut:
1. Diperingkat investment grade oleh sedikitnya dua lembaga pemeringkat
(rating agency) yang diakui oleh otoritas moneter.
2. Diperingkat investment grade oleh satu rating agency dan tidak lebih rendah
dari investment grade oleh rating agency lain yang persyaratannya ditentukan
oleh otoritas moneter, atau
3. Tidak diperingkat tetapi kualitas kreditnya dapat diekivalenkan dengan
investment grade yang harus mendapat persetujuan dari supervisor dan
penerbitnya telah menerbitkan sekuritas yang tercatat pada bursa saham yang
Sekuritas yang tidak diperingkat harus memenuhi kriteria berikut agar layak masuk
kategori yang memenuhi syarat :
1. Sekuritas diperingkat ekivalen dengan investment grade yang diatur dalam
system pemeringkatan internal bank, yang telah disetujui supervisor bank
yang menyatakan bahwa sistem tersebut telah memenuhi persyaratan IRBA
(International Rating Based Approach), dan
2. Penerbit memiliki sekuritas yang terdaftar pada bursa saham yang diakui.
3.2.3 Penerbit Lainnya (Others)
Kategori lainnya meliputi seluruh sekuritas yang tidak memenuhi kriteria memenuhi
syarat. Jadi, terdapat banyak jenis sekuritas dalam kategori ini yang beberapa
diantaranya mungkin memiliki karakteristik risiko tinggi. Supervisor memiliki
keleluasaan untuk membebankan modal yang lebih tinggi dari 8% jika para supervisor
menilai bahwa pembebanan modal yang sesuai standar dinilai terlalu kecil.
Langkah-langkah perhitungan risiko spesifik adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data transaksi pasar obligasi pada akhir hari kerja pada saat
dilakukan pengukuran risiko. Data tersebut meliputi : jenis transaksi, nominal
transaksi, counterparty atau issuer, rating, suku bunga, jenis kupon, jangka
waktu hingga jatuh tempo.
2. Mengumpulkan data suku bunga pasar dan harga pasar obligasi dari sumber
yang digunakan sesuai dengan jangka waktu atau jenis penerbitan.
3. Menghitung besarnya posisi yaitu sebesar nilai pasar instrumen obligasi.
4. Mengklasifikasikan setiap posisi dalam 5 kategori sesuai dengan counterparty
atau issuer rating serta sisa waktu hingga jatuh tempo.
3.3 Risiko Pasar Umum (General Marlet Risk Charge)
Risiko umum adalah risiko perubahan harga pasar yang melibatkan seperangkat
instrumen yang menimbulkan potensi kerugian. Pembebanan modal untuk risiko
umum bertindak sebagai “proteksi” terhadap risiko kerugian atas perubahan harga
pasar. Bank dapat memilih satu atau dua metode untuk menghitung pembebanan
modalnya yaitu: metode jatuh tempo atau metode jangka waktu.
Kedua metode memiliki 4 komponen pembebanan modal yaitu:
1. Posisi neto beli (long) atau jual (short).
2. Sebagian kecil posisi yang saling menihilkan antar skala waktu (vertical
disallowance)
3. Satu bagian yang lebih kecil posisi saling menihilkan antar skala waktu yang
berbeda (horizontal disallowance) dan,
4. Pembebanan neto untuk posisi option bila ada.
Sumber : Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, 2007.
Untuk metode jatuh tempo, instrumen obligasi yang terkait dengan risiko suku
bunga harus dialokasikan pada skala waktu yang benar berdasarkan jatuh tempo
instrumen obligasi. Untuk instrumen obligasi dengan suku bunga mengambang, hal ini
adalah sisa waktu sampai jatuh tempo. Untuk instrumen obligasi suku bunga
mengambang, hal ini didasarkan pada sisa waktu sampai suku bunga berikutnya. Ada
dua maturity ladder yang ditetapkan, satu untuk instrumen obligasi dengan suku 3%
atau lebih dan yang lain untuk instrumen obligasi dengan suku bunga dibawah 3%.
Metode jatuh tempo memiliki 3 zona dengan 13 kelompok waktu (time bands). Setiap
kelompok waktu memiliki bobot risiko yang mencerminkan sensitifitas harga atas
Tabel 3.3. Skala Waktu dan Bobot Risiko
Kupon 3% atau lebih
Kupon lebih kecil dari 3%
Bobot Risiko (%)
Perubahan-perubahan
pada yield yang
diasumsikan
1 bulan atau kurang 1 bulan atau kurang 0.00 1.00
1 sampai 3 bulan 1 sampai 3 bulan 0.20 1.00
3 sampai 6 bulan 3 sampai 6 bulan 0.40 1.00
6 sampai 12 bulan 6 sampai 12 bulan 0.70 1.00
1 sampai 2 tahun 1.0 sampai 1.9 tahun 1.25 0.90
2 sampai 3 tahun 1.9 sampai 2.8 tahun 1.75 0.80
3 sampai 4 tahun 2.8 sampai 3.6 tahun 2.25 0.75
4 sampai 5 tahun 3.6 sampai 4.3 tahun 2.75 0.75
5 sampai 7 tahun 4.3 sampai 5.7 tahun 3.25 0.70
7 sampai 10 tahun 5.7 sampai 7.3 tahun 3.75 0.65
10 sampai 15 tahun 7.3 sampai 9.3 tahun 4.50 0.60
15 sampai 20 tahun 9.3 sampai 10.6 tahun 5.25 0.60
Lebih dari 20 tahun 10.6 sampai 12 tahun 6.00 0.60
12 sampai 20 tahun 8.00 0.60
Di atas 20 tahun 12.50 0.60
Sumber : Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, 2007.
Suku bunga dalam satu skala waktu cenderung memiliki hubungan yang erat
dan pada umumnya berubah dengan arah yang sama. Hal ini berlaku untuk zona
berdekatan seperti ditunjukkan pada tabel diatas. Namun, hubungan suku bunga
jangka pendek dizona 1 dan suku jangka panjang di zona 3 tidak terlalu dekat
sehingga secara efektif saling hapus tidak diijinkan dengan penetapan bobot 100%.
Persentase pembebanan untuk saling hapus didalam zona dan antar zona
mencerminkan risiko terhadap perubahan relatif suku bunga.
Posisi instrumen obligasi diberi tanda (+) atau (-) dengan menggunakan
konvensi berikut : Positif jika bank menerima bunga dari instrumen obligasi dan
negatif jika bank membayar bunga. Posisi positif disebut sebagai posisi beli dan posisi
Tabel 3.4. Horizontal Dissallowance
Zona 3% atau lebih 3% atau
kurang
Dalam zona Zona
berdekatan
Zona
1 dan 3
Zona 1 0 – 1 bulan 0 – 1 bulan
40% 40%
100% 1 – 3 bulan 1 – 3 bulan
3 – 6 bulan 3 – 6 bulan
6 – 12 bulan 6 – 12 bulan
Zona 2 1 – 2 tahun 1 – 2 tahun
30%
40% 2 – 3 tahun 2 – 3 tahun
3 - 4 tahun 3 – 3.6 tahun
Zona 3 Lebih dari 4
tahun
Lebih dari 3.6
tahun
30%
Sumber: Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, 2007.
Setelah alokasi posisi, setiap skala waktu memiliki posisi beli dan posisi jual
atau nol. Posisi ini dikalikan dengan bobot risiko untuk setiap skala waktu. Bobot
risiko merepresentasikan dampak atas perubahan harga yang diasumsikan.
Metode yang digunakan bank dalam perhitungan risiko pasar umum adalah
metode jatuh tempo (maturity method) dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Masing-masing posisi obligasi diklasifikasikan kedalam 13 kelompok waktu
(time bands) berdasarkan sisa waktu jatuh tempo. Untuk instrumen obligasi
dengan tingkat bunga yang bersifat tetap (fixed rate), sisa jangka waktu
dihitung mulai saat perhitungan risiko dilakukan hingga tanggal jatuh tempo.
Sedangkan untuk instrumen obligasi dengan tingkat bunga yang bersifat
mengambang (variable rate), sisa jangka waktu dihitung mulai saat
perhitungan risiko dilakukan hingga tanggal dilakukan fixing rate berikutnya
(next fixing date).
2. Menghitung overall general market risk charge dengan menjumlahkan
seluruh hasil perkalian antara posisi dengan bobot risiko masing-masing pada
3. Menghitung vertical disallowance yaitu tambahan capital charge akibat
adanya posisi yang berlawanan dalam satu kelompok waktu tertentu. Besarnya
vertical disallowance adalah 10 % dari charge terkecil dalam kelompok waktu
tersebut.
4. Menghitung horizontal disallowance 1 yaitu tambahan capital charge akibat
adanya posisi yang berlawanan antar kelompok waktu didalam satu zona
tertentu. Besarnya horizontal disallowance 1 adalah hasil kali charge terkecil
antar kelompok waktu dengan bobot risiko yang sesuai untuk zona tersebut.
Bobot risiko untuk zona 1 sebesar 40%, zona 2 dan 3 sebesar 30%.
5. Menghitung horizontal disallowance 2 yaitu tambahan capital charge akibat
adanya posisi yang berlawanan dalam dua zona yang berdekatan (zona 1
dengan zona 2 atau zona 2 dengan zona 3). Besarnya horizontal disallowance
2 adalah 40% dari charge terkecil diantara dua zona tersebut.
6. Menghitung horizontal disallowance 3 yaitu tambahan capital charge akibat
adanya dua posisi yang berlawanan dalam dua zona yang berjauhan (zona 1
dengan zona 3). Besarnya horizontal disallowance 3 adalah 100% dari charge
terkecil antar zona 1 dan zona 3 tersebut.
7. Menghitung total general market risk charge dengan menjumlahkan seluruh
hasil yang dari langkah-langkah sebelumnya diatas.
3.4 Contoh Kasus
Berikut ini adalah data transaksi instrumen obligasi sebuah bank XX pada bulan
Agustus tahun 2007, data meliputi : jenis transaksi, penerbit obligasi, rating penerbit
obligasi, kategori penerbit obligasi, nominal transaksi, jangka waktu hingga jatuh
tempo, jenis kupon dan suku bunga. Dalam hal ini akan di hitung persyaratan modal
minimum yang harus dialokasikan oleh bank untuk melindungi bank dari risiko
perubahan harga pasar dengan menggunakan metode standarisasi (The Standardized
[image:41.595.99.539.310.463.2]Approach).
Tabel 3.5 Data instrumen obligasi Tran
saksi
Penerbit Pering
kat Kate gori Nominal (juta Rp.) Tanggal Transaksi Jatuh tempo Jenis kupon Suku Bunga
Beli APEX01A A Q +10.000 07-Agust-07 06-Jan-08 Tetap 12,2500%
INDF04 AA Q +40.000 09-Agust-07 07-Sep-07 Tetap 16,0000%
OTMA04B A Q +40.000 22-Agust-07 20-Des-07 Tetap 10,6250%
PLN BB O +10.000 28-Agust-07 25-Agust-15 Tetap 13,4500%
Total +100.000
Jual FR0002 - G -60.000 02-Agust-07 30-Jun-08 Tetap 14,0000%
FR0026 - G -20.000 15-Agust-07 13-Okt-07 Tetap 11,0000%
FR0033 - G -10.000 23-Agust-07 22-Sept-07 Tetap 12,5000%
FR0042 - G -10.000 27-Agust-07 25-Agust-09 Tetap 10,2500%
Total -100000
Keterangan tabel:
Penerbit
APEX 01 A : Apexindo Pratama Duta I
INDF 04 : Indofood Sukses Makmur IV
OTMA 04 B : Oto Muliartha IV Seri B
PLN : Perusahaan Listrik Negara
FR 0002 : Obligasi Negara
FR 0026 : Obligasi Negara
FR 0033 : Obligasi Negara
FR 0042 : Obligasi Negara
Peringkat
Dengan menggunakan metode standarisasi (The Standardized Approach), persyaratan
minimum modal disajikan dalam dua pembebanan terpisah yaitu dengan menghitung
risiko spesifik (Specific Risk Charge) dan risiko pasar umum (General Market Risk
[image:42.595.108.527.393.634.2]Charge).
Tabel. 3.6 Posisi Obligasi
Calculation date : 31 Agustus 2007
Transak
si
Penerbit Kate
gori
Nominal Sisa Jatuh
Tempo
Tipe
Kupon
Market
Price
Posisi
Beli APEX01A Q +10000 159 Fixed 102.75% 10275
INDF04 Q +40000 29 Fixed 105.50% 42200
OTMA04B Q +40000 142 Fixed 108.25% 43300
PLNVI B O +10000 2919 Fixed 104.50% 10450
Total +100000 106225
Jual FR0002 G -60000 183 Fixed 108.05% 64830
FR0026 G -20000 59 Fixed 102.25% 20450
FR0033 G -10000 30 Fixed 104.75% 10475
FR0042 G -10000 729 Fixed 100.15% 10015
Tabel. 3.7 Klasifikasi posisi dan Risiko Spesifik (Specific Risk Charge)
Category Residual Term
To Final
Maturity
Position
(juta Rp.)
Specific Risk
Weight Charge
(Juta Rp.)
Government Tidak ada batas - 0.00% -
Qualifying
0 – 6 month 95.775 0.25% 239,4375
6 – 24 month - 1.00% -
> 24 month - 1.60% -
Others Tidak ada batas 10.450 8.00% 836
Total 106.225 1.075,4375
Dengan menggunakan metode standarisasi ini, maka total pembebanan adalah
jumlah risiko spesifik dan risiko pasar umum.
Kelompok Waktu
Zona 1 Zona 2 Zona 3
0-1 1-3 3-6 6-12 1-2 2-3 3-4 4-5 5-7 7-10
10-15
15-20 >20
Bulan Tahun Tahun
Posisi (Juta Rp) +42200 -10475 +43300 -20450 +10275 -64830
-10015 +10450
Bobot (%) 0 0,2 0,4 0,7 1,25 1,75 2,25 2,75 3,25 3,75 4,5 5,25 6
Posisi X Bobot - - +87 -41 +41 -259
-125 +392
Vertikal Disallowan ce 41x10% = 4 41x10% =4 Horizontal Disallowan ce 1 46 218
Net Zone = 172 46 x 40% = 18
Horizontal Disallowan ce 2
125 x 40% = 50
Horizontal Disallowan ce 3
172 x 100% = 172
Beban Modal (Juta Rupiah)
For overall net open position 95
Vertical Disallowance 8
Horizontal Disallowance in Zone 18
Horizontal Disallowance in Zone 2 and 3 50
Horizontal Disallowance in Zone 1 and 3 172
Total General Market Risk Charge 343
Total pembebanan modal = risiko spesifik + risiko pasar umum
= Rp.1.075.437.500 + Rp.343.000.000
= Rp.1.418.437.500
Total pembebanan modal = Rp.1.418.437.500.
Maka persyaratan modal untuk instrumen obligasi adalah Rp.1.418.437.500.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
Dari pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Metode standarisasi (Standardized Approach) mampu mengatasi masalah atau risiko
dari instrumen obligasi yang timbul akibat pergerakan harga pasar, pergerakan tingkat
suku bunga dan pergerakan nilai tukar (valuta asing) yang dihadapi oleh bank dimasa
yang akan datang dengan meminimumkan dan mengalokasikan modal yang tepat.
4.2. SARAN
Pengukuran risiko sebaiknya dilakukan secara harian dan lebih teliti, karena untuk
mengelola posisi risiko yang timbul akibat dari pergerakan harga pasar, pergerakan
tingkat suku bunga dan pergerakan nilai tukar dibutuhkan informasi yang up to date.
Dan setiap keterlambatan informasi akan mengurangi kemampuan bank mengelola
DAFTAR PUSTAKA
Anton Hendranata, Ellen Gunawan, dan Uka Wikarya. 1996. Teknik Statistika untuk
Bisnis dan Ekonomi, Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, 2006. Sertifikasi Manajemen Risiko Bank dan
Regulasi indonesia, Tingkat 1. Jakarta : Lembaga Pengembangan Perbankan
Indonesia.
Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, 2007. Sertifikasi Manajemen Risiko Bank dan
Regulasi indonesia, Tingkat 2. Jakarta : Lembaga Pengembangan Perbankan
Indonesia.
Fandi Tjiptono, Handoyo Prasetyo, dan Sri Handaru Yuliati. 1996. Manajemen
Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Handi Yunianto. 12 Juni 2007. Prospek Pasar Obligasi Tahun
2007.http://www.kompas.com.
J. Supranto,1991. Statistika Pasar modal. Jakarta : Rineka Cipta.
Kamus perbankkan Indonesia. 1980. Jakarta : Institut Bankir Indonesia.
M. Fakhruddin, M. Sopian. 2001. Perangkat dan modal analisis Investasi di Pasar
Modal. Jilid 1. Jakarta : PT elex Media Komputindo.