Perilaku Ibu Tentang Keluarga Sadar Gizi
Di Klinik Hariantari Medan
Karya Tulis Ilmiah
ELSARIKA DAMANIK
105102010
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah Elsarika Damanik
Perilaku Ibu Tentang Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) Di Klinik Hariantari Tahun 2011
Viii + 54 hal + 11 tabel + 1 skema + 7 lampiran
ABSTRAK
Keluarga sadar gizi adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang, yang mengerti dan memahami pentingnya fungsi serta manfaat gizi. Keluarga sadar gizi (kadarzi) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganyanya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perilaku ibu tentang kadarzi di klinik Hariantari tahun 2011. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 43 responden. Penelitian dilakukan pada ibu yang memiliki bayi 0-2 tahun pada bulan februari sampai maret 2011. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner pengetahuan, sikap dan tindakan yang masing-masing berisi 10 pernyataan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan kurang sebanyak 16 responden (37.2%) dan sebagian kecil berpengetahuan baik sebanyak 10 responden (23.5%). Sedangkan sikap ibu terhadap kadarzi sebagian besar sikap ibu kurang baik sebanyak 18 responden (41.8%) dan sebagian kecil sikap baik sebanyak 10 responden (23.2). Dan tindakan ibu terkait kadarzi sebagian besar tindakan masih kurang sebanyak 17 responden (39.5%) dan sebagian kecil tindakan ibu sudah baik sebanyak (23.5%). Dengan adanya penelitian ini diharapkan perlu menerapkan kadarzi dalam kehidupan sehari-hari demi kesehatan keluarga khususnya anak 0–2 tahun karena sangat bermanfaat demi masa depanya.
Kata Kunci : Perilaku, Ibu, Kadarzi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berka-Nya penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Perilaku Ibu Tentang kadarzi (Keluarga
Sadar gizi) Di Klinik Hariantari Medan Tahun 2011”, dalam rangka memenuhi persyaratan
menyelesaikan pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.
Penulis menyadari dalam penulisan karya tulis ilmiah ini banyak mengalami kesulitas, akan
tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini, untuk itu dalam kesempatan yang berbahagia ini penulis menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih kepada bapak/ibu :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, NS, M.Kep. Selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan pendidik
USU.
3. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes. Selaku pembimbing proposal yang telah menyediakan
waktu dan memberikan masukan serta nasehat pada penyusunan Karya tulis ilmiah ini
4. dr. Juliandi Harahap, MA. Selaku penguji I yang telah memberikan masukan pada Karya
Tulis Ilmiah ini.
5. Dr. Sarma, SpOG. Selaku penguji II yang telah memberikan masukan pada karya tulis
ilmiah ini
6. Seluruh Staf dan dosen program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
7. Kepada kedua orang tua tercinta, M. Damanik atas segala doa dan dukungannya dalam
memberi materi, semangat dan perhatiannya kepada penulis dalam penuyusunan karya tulis
ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan karya
tulis ini. Semoga karya Tulis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam
kebidanan dan ilmu yang berkaitan. Akhir kata
Medan, Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL... . v
DAFTAR SKEMA... vi
DAFTAR LAMPIRAN……… vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
1. Tujuan Umum ... 6
2. Tujuan Khusus ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi kadarzi (Keluarga Sadar Gizi)……… 8
1. Menimbang berat badan ... 8
5. Suplemen Gizi……… 20
B. Perilaku……….... 21
1. Pengetahuan ... 24
2. Sikap ... 25
3. Tindakan ... 27
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep... .. 29
B. Defenisi Operasional ... 30
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian……….. 32
B. Populasi dan Sampel ... 32
C. Lokasi Penelitian dan waktu penelitian ... 32
D. Pertimbanagn Etik... 32
E. Instrumen penelitian... 33
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 33
G. Pengumpulan Data ... 33
H. Aspek Pengukuran... 34
1. Pengetahuan... 34
2. Sikap... 34
3. Tindakan... 35
I. Pengolahan dan Analisa Data ... 38
B. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu ... 40
C. Distribusi Frekuensi Sikap Ibu... 42
D. Distribusi Frekuensi Tindakan Ibu... 45
BAB VI PEMBAHASAN
A. Pengetahuan Ibu Tentang Kadarzi ………. 47
B. Sikap Ibu Tentang Kadarzi………. 49
C. Tindakan Ibu Terkait Kadarzi………. 51
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……… 53
B. Saran………... 53
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Rumus perkiraan berat badan
Tabel 2 : Rumus perkiraan tinggi badan
Tabel 3 : Indeks massa tubuh
Tabel 4 : Definisi operasional
Tabel 5 : Karakteristik Ibu Di Klinik Hariantari Tahun 2011
Tabel 6 : Distribusi Pengetahuan Ibu Di Klinik Hariantari Tahun 2011
Tabel 7 : Distribusi Pengetahuan Ibu Di Klinik Hariantari Tahun 2011
Tabel 8 : Distribusi Sikap Ibu di Klinik Hariantari Tahun 2011
Tabel 9 : Distribusi Sikap Ibu di Klinik Hariantari Tahun 2011
Tabel 10 : Distribusi Tindakan Ibu Di Klinik Hariantari Tahun 2011
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar pengesahan conten validity
2. Lembar kuesioner
3. Lembar informen consent
4. Lembar persetujuan izin pengumpulan data dari Fakultas Keperawatan USU
5. Lembar surat balasan dari Klinik Hariantari
6. Lembar pernyataan editor bahasa Indonesia
7. Lemnar pengesahan sidang hasil
PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah Elsarika Damanik
Perilaku Ibu Tentang Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) Di Klinik Hariantari Tahun 2011
Viii + 54 hal + 11 tabel + 1 skema + 7 lampiran
ABSTRAK
Keluarga sadar gizi adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang, yang mengerti dan memahami pentingnya fungsi serta manfaat gizi. Keluarga sadar gizi (kadarzi) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganyanya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perilaku ibu tentang kadarzi di klinik Hariantari tahun 2011. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 43 responden. Penelitian dilakukan pada ibu yang memiliki bayi 0-2 tahun pada bulan februari sampai maret 2011. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner pengetahuan, sikap dan tindakan yang masing-masing berisi 10 pernyataan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan kurang sebanyak 16 responden (37.2%) dan sebagian kecil berpengetahuan baik sebanyak 10 responden (23.5%). Sedangkan sikap ibu terhadap kadarzi sebagian besar sikap ibu kurang baik sebanyak 18 responden (41.8%) dan sebagian kecil sikap baik sebanyak 10 responden (23.2). Dan tindakan ibu terkait kadarzi sebagian besar tindakan masih kurang sebanyak 17 responden (39.5%) dan sebagian kecil tindakan ibu sudah baik sebanyak (23.5%). Dengan adanya penelitian ini diharapkan perlu menerapkan kadarzi dalam kehidupan sehari-hari demi kesehatan keluarga khususnya anak 0–2 tahun karena sangat bermanfaat demi masa depanya.
Kata Kunci : Perilaku, Ibu, Kadarzi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya
manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk meningkatkan indeks pembangunan
manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan masyarakat (Suparmanto, 2006).
Menurut Sudiyanto (2009), salah satu sasaran penting sumber daya manusia adalah anak.
Anak merupakan tumpuan masa depan bangsa dan negara. Meningkatkan kualitas hidup anak
berarti memenuhi semua kebutuhan anak dan tidak hanya kebutuhan sandang, pangan, serta
papan karena anak diharapkan dapat tumbuh dan berkembang baik secara fisik, mental dan
sosial.
Dalam tulisan Suparmanto (2006), menyatakan bahwa Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) bidang kesehatan 2005-2009 menetapkan empat sasaran
pembangunan kesehatan, satu diantaranya adalah menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi
setinggi-tingginya 20%. Guna mempercepat sasaran tersebut, di dalam Rencana Strategis
Departemen Kesehatan 2005-2009 telah ditetapkan empat strategi utama, yaitu menggerakkan
dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang berkualitas, meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan
informasi kesehatan, meningkatkan pembiayaan kesehatan. Selanjutnya dari empat strategi
utama tersebut ditetapkan 17 sasaran prioritas, satu diantaranya adalah seluruh keluarga menjadi
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. Keluarga sadar gizi adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang, yang
mengerti dan memahami pentingnya fungsi serta manfaat gizi (Depkes RI, 2004). Keluarga sadar
gizi (kadarzi) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah
gizi setiap anggota keluarganya (Suparmanto, 2006).
Salah satu program Menteri Kesehatan dalam memperbaiki kesehatan masyarakat adalah
melalui keluarga sadar gizi (kadarzi) yang diupayakan atas dasar pemberdayaan masyarakat,
untuk mengetahui tingkat keberhasilannya dilihat dari minimal lima indikator yang dapat dengan
mudah dilaksanakan oleh keluarga atau ibu yaitu menimbang berat badan, memberikan ASI
Ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan, makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium,
minum suplemen gizi (tablet besi untuk ibu hamil dan kapsul vitamin A untuk anak) sesuai
anjuran. (Depkes RI, 2004).
Keadaan gizi yang baik merupakan persyaratan utama dalam mewujudkan sumber daya
manusia yang sehat dan berkualitas. Masalah gizi yang terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai
sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama
kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode tersebut bersifat parmanen, tidak
dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi (Irianto, 2007: 34).
Pada umumnya secara keseluruhan masyarakat belum mengerti apa itu kadarzi, akibat
kurangnya pengetahuan tersebut merupakan faktor penting dalam timbulnya masalah gizi
konsumsi makanan mereka. Peningkatan pengetahuan dan praktek ibu rumah tangga tentang
indikator kadarzi, seharusnya seiring dengan perilaku berupa tindakan dalam penyusunan
makanan (Depkes, 2004).
Masalah gizi di Indonesia masih merupakan masalah yang cukup berat, masalah gizi masih
memerlukan perhatian, Sembilan belas provinsi mempunyai prevalensi gizi buruk dan gizi
kurang di atas prevalensi nasional, Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi tersebut. Hal
ini diketahui karena masih tingginya status gizi kurang pada balita (28%), kurang vitamin A
(50%), anemia gizi besi berkisar 50% dari berbagai kelompok umur, dan gangguan akibat
yodium berdasarkan Total Goiter Rate (TGR) 9,8%. Penyebab utama lamanya penurunan
prevalensi karena rendahnya kesadaran masyarakat terhadap upaya perbaikan gizi (Utamy,
2007).
Gambaran perilaku gizi yang belum baik juga ditunjukkan dengan masih rendahnya
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh ibu. Survey yang dilakukan pada tahun 2006
sekitar 50% anak balita tidak dibawa ke posyandu, untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak mereka (Arisman, 2007: 8 ).
Selain itu perilaku sadar gizi yang belum baik adalah masih rendahnya ibu yang menyusui
bayi 0-6 bulan secara ekslusif. WHO mencatat pada ahir-ahir ini jumlah ibu yang menyusui dan
lamanya pemberian ASI menurun di seluruh dunia. Penyebabnya antara lain berhubungan
dengan faktor sosial, ekonomi, pemasaran susu formula, pengetahuan ibu tentang gizi ASI masih
kurang dan tekanan kehidupan modern. Oleh karena itu, WHO menganjurkan agar bayi
diberikan ASI ekslusif selama enam bulan pertama. Sebab, terbukti menurunkan angka kematian
dan kesakitan pada umumnya dibandingkan dengan menyusui empat bulan dilanjutkan dengan
Dari berbagai alasan yang diungkapkan, sebenarnya hanya satu masalah yaitu ibu belum
memahami sepenuhnya tentang gizi. Masalah lainnya adalah ibu kurang percaya diri bahwa
komposisi ASI yang dimilikinya dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bayinya, sehingga tidak
sedikit ibu yang memberikan susu formula sebagai makanan tambahan untuk alasan tersebut.
Menurut laporan WHO tahun 2000 lebih kurang 1,5 juta anak meninggal karena pemberian
makanan yang tidak benar. Dari jumlah itu, 40% lebih kematian disebabkan diare. Karena
kandungan susu formula tidak mampu diserap oleh pencernaan bayi usia 0-6 bulan (Utamy,
2008).
Sementara itu bayi dan balita yang telah mendapat kapsul vitamin A baru mencapai 74%.
Kekurangan vitamin A terjadi pada ratusan ribu anak setiap tahun, Sekitar 2,8 juta anak balita
menunjukkan tanda-tanda klinis xerroftalmia (WHO 2001), sementara 251 juta anak lainnya
mengalami kekurangan vitamin A, sehingga risiko kematian akibat infeksi berat meningkat.
Sedangkan 25% anak balita di negara berkembang berisiko mengalami defisiensi vitamin A. Dua
puluh persen berisiko lebih tinggi mengalami infeksi umum, dua persen mengalami kebutaan
atau gangguan penglihatan yang serius (Arisman, 2007: 59).
Di Indonesia, anemia gizi besi juga masih merupakan salah satu masalah gizi di samping
tiga masalah gizi lainnya, yaitu : kurang kalori protein, defisiensi vitamin A dan gondok yang
utama di Indonesia. Anak balita yang mengkonsumsi tablet tambah darah baru mencapai 43%,
anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti
lebih dari 600 juta manusia (Arisman, 2007).
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh peneliti pada bulan oktober tahun 2010 di Klinik
ke posyandu untuk memantau pertumbuhan mereka, sehingga bayi juga tidak mendapat
imunisasi yang lengkap serta tidak mendapat suplemen gizi dari petugas kesehatan, sedangkan
daerah tersebut tidak jauh dari pelayanan kesehatan.
Di sekitar Klinik tersebut mayoritas ibu belum memberikan ASI secara ekslusif pada bayi
usia 0-6 bulan, artinya pada usia 0-6 bulan bayi sudah diberi makanan tambahan, sehingga
menyebabkan tingginya kejadian diare pada bayi di daerah tersebut. Dalam 1 tahun ada 54 bayi
yang diare datang ke Klinik tersebut. Paling banyak bayi usia 0-6 bulan. Dengan demikian
peneliti merasa tertarik menganggap hal ini penting diteliti demi meningkatkan kesehatan anak
Indonesia, penelitian dilakukan pada ibu yang mempunyai bayi 0-2 tahun, dengan tujuan untuk
mengetahui bagaimana perilaku ibu tentang kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) di Klinik Hariantari
Tahun 2011.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis menuliskan masalah penelitian ini yaitu Bagaimana
perilaku ibu tentang kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) di Klinik Hariantari Tahun 2011.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perilaku ibu tentang kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) di Klinik
Hariantari Tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang kadarzi di Klinik Hariantari tahun 2011.
c. Untuk mengetahui tindakan ibu tentang kadarzi di Klinik Hariantari tahun 2011.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Untuk Pelayanan Kebidanan
Sebagai masukan bagi bidan baik yang bekerja di bidang pelayanan kesehatan maupun
di bidang pendidikan, supaya menginformasikan kepada ibu, khususnya ibu yang
mempunyai bayi dan pasangan usia subur tentang pentingnya gizi dalam menjaga kesehatan
yang dapat dilakukan melalui seminar, penyuluhan dan konseling.
2. Manfaat Untuk Peneliti
Sebagai pengalaman dalam melakukan penelitian tentang kadarzi dan memperdalam
pengetahuan tentang kadarzi sehingga peneliti dapat menjelaskan kepada responden
pentingnya gizi dalam menjaga kesehatan.
3. Manfaat Bagi Responden
Sebagai masukan untuk memperluas pengetahuan tentang kadarzi, sehingga responden
dapat mengetahui lebih jelas manfaat gizi dalam menjaga kesehatan. Sehingga terwujud
keluarga kadarzi.
4. Manfaat Bagi D-IV Bidan Pendidik
Dapat dipergunakan sebagai bahan bacaan tentang kadarzi di perpustakaan D IV Bidan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi kadarzi (Keluarga Sadar Gizi)
Keluarga sadar gizi adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang, yang mengerti dan
memahami pentingnya fungsi serta manfaat gizi (Depkes, 2004. hlm. 6).
Keluarga sadar gizi (kadarzi) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan
mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya (Suparmanto, 2006 : 4).
Suatu keluarga disebut kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dirincikan
minimal dengan :
1. Menimbang berat badan
Menimbang berat badan adalah mengikuti perkembangan kesehatan dan pertumbuhan
anggota keluarga, terutama bayi, balita dan ibu hamil (Suparmanto, 2006: 5).
Pertumbuhan anak dapat diamati secara cermat dengan menggunakan kartu menuju sehat
(KMS) balita. Kartu menuju sehat berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak pertumbuhan
(Arisman, 2007: 59).
a) Manfaat memantau berat badan secara teratur
1) Mengatahui pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak balita
2) Mengetahui kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin, mencegah ibu melahirkan.
Bayi dengan berat badan lahir rendah dan terjadinya perdarahan pada saat melahirkan. 3) Mengetahui kesehatan anggota keluarga dewasa dan usia lanjut
b) Akibat bila tidak memantau berat badan dan pertumbuhan anggota keluarga
2) Tidak mengetahui adanya gejala penyakit pada bayi, anak balita dan ibu hamil, misalnya
kekurangan zat gizi, kegemukan, gangguan pertumbuhan janin dan gangguan kesehatan
(Suparmanto, 2006: 5).
Laju pertumbuhan anak, wanita dan pria hampir sama cepatnya sampai pada usia 9 tahun.
Selanjutnya antara 10-12 tahun, pertumbuhan anak perempuan mengalami percepatan lebih
dahulu karena tubuhnya memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi, sementara pria baru
dapat menyusul 2 tahun kemudian.
Anak berumur 1-3 tahun akan mengalami pertambahan berat badan sebanyak 2-2,5 kg, dan
tinggi badan rata-rata 12 cm setahun (tahun kedua 12 cm, ketiga 8-9 cm). Berat badan baku dapat
mengacu pada baku berat badan dan tinggi badan dari WHO / NCHS, atau rumus perkiraan berat
badan anak. Berat anak usia 1-6 tahun = (usia x 2 + 8). Dengan demikian, berat badan anak 1
sampai 3 tahun masing – masing 10,12 dan 14 kg.
Dengan baku WHO – NCHS, rata-rata berat anak usia 1,2 dan 3 tahun berturut – turut 10,2 :
12,6 dan 14,7 kg untuk anak pria, sementara wanita 9,5;11;9; dan 13,9 kg. Tinggi badan pria
masing-masing 74,3;86,5 dan 95,6 cm. Jika dibandingkan dengan tinggi badan yang dihitung
dengan rumus, hasil tidak jauh berbeda.
Pertambahan berat anak usia prasekolah berkisar antara 0,7-2,3 kg dan tinggi badan 0,9-1,2
cm/tahun sehingga menyebabkan tubuh mereka kelihatan kurus. Berat badan usia 7-10 tahun
bertambah sekitar 2 kg dan tinggi badan 5-6 cm setiap tahun. Menjelang puber pertambahan
Tabel 2.1
1). Memantau berat badan sangat penting dilakukan. Adapun manfaat dari menimbang berat
badan antara lain adalah :
a). Perubahan berat badan menggambarkan perubahan konsumsi makanan atau gangguan
kesehatan
b). Menimbang dapat dilakukan oleh keluarga dimana saja
c). Keluarga dapat mengenali masalah kesehatan dan gizi anggota keluarganya
d). Keluarga mampu mengatasi masalahnya baik oleh sendiri atau dengan bantuan petugas .
2). Memantau berat badan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Anak dapat ditimbang di rumah atau di posyandu atau di tempat lain sekurangnya 2 bulan
sekali.
b) Berat badan anak dimasukkan ke dalam KMS
c) Bila grafik berat badan pada KMS Naik (sesuai garis pertumbuhannya), berarti anak sehat,
bila tidak naik berarti ada penurunan konsumsi makanan atau gangguan kesehatan dan
perlu ditindaklanjuti oleh keluarga atau meminta bantuan petugas kesehatan (Depkes.
2004).
3). Bagaimana memantau berat badan orang dewasa a) Ditimbang di rumah atau di tempat lain
b) Diukur Tinggi dan Berat Badan
c) Dihitung indeks massa tubuh (IMT)
Tabel 2.3 Cara Menghitung IMT IMT = Berat badan (Kg)
(Tinggi badan x Tinggi badan) (m)
Arti IMT:
< 17.0 = Sangat kurus
17.0 - 18.4 = Kurus
18.5 - 25.0 = Normal
25.1 - 27.0 = Gemuk
Laju pertumbuhan anak, wanita dan pria hampir sama cepatnya sampai pada usia sembilan
tahun. Selanjutnya antara 10-12 tahun, pertumbuhan anak perempuan mengalami percepatan
lebih dahulu karena tubuhnya memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi, sementara pria
baru dapat menyusul dua tahun kemudian.
2. Memberikan ASI Ekslusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, yang dapat memenuhi kebutuhan
bayi usia 0 – 6 bulan hingga 100%. ASI mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, air, dan
enzim yang sangat dibutuhkan oleh tubuh bayi sehingga ASI akan mengurangi risiko berbagai
jenis kekurangan gizi. ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi
bayinya (Kristiyanasari, 2009: 9 ).
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir. ASI adalah makanan yang paling
sempurna dan bersih, mengandung anti bodi yang sangat penting dan nutrisi yang tepat. ASI
adalah sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang sangat seimbang dan disesuaikan
dengan kebutuhan pertumbuhan bayi (Kristiyanasari, 2004).
ASI Ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama enam bulan, tanpa tambahan cairan
lain seperti susu formula, air teh, air putih serta tanpa tambahan makanan padat seperti bubur
nasi, bubur tim atau bubur susu.
a. Manfaat ASI
1) ASI meningkatkan daya tahan tubuh
3) ASI meningkatkan jalinan kasih ibu dan bayi
b. Komposisi ASI
ASI berbeda dengan susu sapi. Komposisi ASI berlainan dengan komposisi susu sapi,
karena susu sapi disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak sapi dan ASI disesuaikan dengan
laju pertumbuhan anak manusia. Komposisi ASI demikian spesifiknya sehingga komposisinya
berbeda dari ibu yang satu dengan ibu yang lainnya. Misalnya, komposisi air susu dari ibu yang
melahirkan bayi cukup bulan dengan ibu yang melahirkan kurang bulan berbeda, walupun kedua
ibu ini melahirkan pada waktu yang sama. 1) Kolosoturm Pelindung Kolosal
Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti-infeksi dan berprotein
tinggi. Cairan emas yang encer dan sering kali berwarna kuning atau dapat pula jernih ini
lebih menyerupai darah dari pada susu sebab mengandung sel hidup yang menyerupai sel
darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit (Utamy, 2008). 2) ASI Peralihan / Transisi
ASI peralihan merupakan ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum manjadi
ASI yang matang. Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak
makin tinggi. Volume akan makin meningkat. (Utamy. 2008).
3) ASI Matang / Matur
ASI matur merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya,
komposisi relative konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan
c. Keunggulan ASI
Bagi bayi tidak ada pemberian yang lebih berharga dari ASI. Hanya seorang ibu yang dapat
memberikan makanan terbaik bagi bayinya. ASI tidak ternilai harganya, selain meningkatkan
kesehatan dan kepandaian secara optimal, ASI juga membuat anak potensial memiliki emosi
yang stabil, spiritual yang matang, serta memiliki perkembangan sosial yang baik. Tidak ada
susu buatan manusia yang dapat mendekati apalagi menyamai keuntungan alami yang diberikan
oleh ASI (Kristiyanasari, 2008).
ASI dapat mencegah terjadinya anemia pada bayi karena mengandung zat besi yang dapat
diserap lebih baik dari pada zat besi dari sumber lainnya. Selain itu ASI juga membuat bayi tidak
kekurangan nutrisi karena ASI mampu memenuhi kebutuhan energi bayi sampai enam bulan
pertama.
Selain itu dibandingkan dengan susu formula keunggulan ASI yang lain adalah:
1) Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi (perasaan hangat yang
nyaman bagi ibu dan bayi).
2) ASI mengandung zat makanan yang jumlah dan komposisinya berubah-ubah disesuaikan
dengan pertumbuhan bayi yang tidak mungkin dibuat oleh manusia.
3) ASI mencegah reaksi alergi dan asma.
3. Makan Beraneka Ragam
Makanan ialah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi yang berguna bila
dimasukkan kedalam tubuh. Zat makanan yang diperlukan oleh tubuh manusia meliputi
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Protein zat lemak dan karbohidrat disebut
Zat zat makanan yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : (Arisman.
2007: 16).
a. Harus cukup memberikan kalori
b. Harus ada perbandingan yang baik antara zat makan pokok, yakni : karbohidrat, protein
dan lemak.
c. Protein yang masuk harus cukup banyak dan mengandung asam amino.
d. Harus cukup mengandung vitamin
e. Harus cukup mengandung garam mineral
f. Harus mudah dicernakan oleh alat pencerna
g. Harus bersifat higienis
Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik,
tubuh akan mengalami kekurangan zat – zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat
gizi yang hanya dapat diperoleh dari makanan. Dalam fungsi ini zat gizi tersebut dinamakn zat
pembakar.
Ada 3 fungsi zat gizi dalam tubuh :
1) Memberikan Energi
Zat –zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak dan protein.
Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan
atau aktivitas. Kegiatan zat gizi termasuk zat organik yang mengandung karbon yang dapat
2). Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan
Protein mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan
untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel rusak. Dalam fungsi ini ketiga
zat tersebut dinamakan zat pembangun.
3).Mengatur proses tubuh
Protein mineral air dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Protein mengatur
keseimbangan air dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memlihara netralitas tubuh
dan membentuk anti bodi sebagai penangkal organisme yang bersifat infektif (Almatsier,
2004: 8). a. Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa polihidoksi aldehid atau poli hidroksi keton atau senyawa jika
dihidrolisis akan menghasilkan salah satu zat energi yang diperlukan oleh tubuh. Karbohidrat
merupakan sumber energi utama Selain sebagai sumber energi, karbohidrat berfungsi dalam
penyediaan bahan pembentuk protein dan lemak serta menjaga keseimbangan asam dan basa
(Irianto, et al. 2007: 26).
1). Tiga jenis karbohidrat utama adalah
a) Monosakarida (monosa)
b) Disakarida (boisa)
c) Polisakarida (poliosa)
2). Sumber karbohidrat yang banyak dikonsumsi sebagai makanan pokok di Indonesia
adalah beras, jagung, umbi-umbian, singkong, talas, dan sagu. Sumber karbohidrat dalam
Sumber karbohidrat berupa sayuran adalah sayur umbi-umbian seperti wortel, bit dan
kacang-kacangan (Almatsier. 2004: 44).
b. Lemak
Lemak merupakan sumber energi paling padat, yang menghasilkan 9 Kkal untuk tiap gram yaitu
2,5 kali lebih besar dari karbohidrat dalam protein. Dalam lemak oksigen lebih sedikit dari pada
yang terdapat dalam karbohidrat. Sehingga pada waktu pembakaran, lemak mengikat lebih
banyak oksigen sehingga panas yang dihasilkan lebih banyak. Lemak yang disimpan di bawah
kulit merupakan persediaan energi jangka panjang dan merupakan insulin dalam tubuh.
1). Fungsi lemak adalah :
1) Sebagai sumber energi utama bagi tubuh
2) Merupakan bahan makanan cadangan
3) Dapat melarutkan vitamin A, D , E dan K
4) Pelindung organ-organ penting seperti mata ginjal dan jantung
5) Sebagai pelindung tubuh dari suhu yang rendah agar tidak kedinginan (Irianto, et
al. 2007: 28).
2). Sumber lemak
Sumber lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang
tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya), mentega, margarine, dan lemak hewan
(lemak daging ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, daging dan
ayam, krim, susu, keju dan kuning telur, serta makanan yang dimasak dengan lemak atau
c. Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah
air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, setengahnya adalah otot, seperlima di dalam tubuh
dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain atau di
dalam air.
Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu
membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Sebagai sumber energi protein sama
dengan karbohidrat, karena menghasilkan 4 kkal/g protein (Almatsier. 2004: 97).
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu,
seperti telur, susu, daging unggas, ikan dan kerang. Sumber protein nabati adalah kedelai dan
hasilnya seperti tempe dan tahu serta kacang-kacangan lainnya. Dalam merencanakan diet, di
samping memperhatikan jumlah protein perlu diperhatikan mutunya.
d . Vitamin
Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil
dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh kecuali vitamin K. Oleh karena itu, harus
didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan
pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh.
Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolism energi, pertumbuhan dan
pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau sebagai bagian dari enzim. Nilai gizi
makanan menjadi kurang bila makanan dimasak terlalu lama karena vitamin tersebut rusak atau
Jenis – jenis vitamin
1) Vitamin A
2) Vitamin C
3) Vitamin D
4) Vitamin K
5) Vitamin E
e. Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan,
fungsi tubuh baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Di
samping itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor
dalam aktivitas enzim-enzim. Keseimbangan ion-ion mineral dalam cairan tubuh diperlukan
untuk pengaturan pekerjaan enzim-enzim. Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh
diperlukan untuk pengaturan enzim-enzim dalam tubuh (Irianto, 2007: 40).
Gizi makanan merupakan faktor penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup
manusia. Kekurangan makanan dapat menimbulkan masalah kesehatan yang fatal. Makanan
bergizi terdapat pada berbagai jenis makanan. Makanan mempunyai sifat mudah rusak, terutama
bila penyimpanan dan pengolahannya salah. Karena itu untuk mengatasi hilangnya nilai gizi
makanan karena proses pengolahan dan pengawetan, maka diperlukan kegiatan yang dapat
menghindari hilangnya zat makanan yaitu dengan cara :
1) Memilih dan memperhatikan cara mengolah dan memasak makanan.
2) Pengayaan setelah selesai pengolahan makanan, maka ditambahkan vitamin dan mineral
3) Memperlengkapi karena tiap bahan makanan hanya mengandung zat makanan tertentu,
dengan kadar tertentu, maka sebaiknya makanan harus bervariasi untuk saling
melengkapi.
4. Menggunakan garam beryodium
Garam beryodium yaitu : garam yang telah ditambah zat yodium yang diperlukan oleh
tubuh. Manfaat garam beryodium adalah mencegah terjadinya penyakit gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY).
Membesar kelenjar gondok di daerah leher, sehingga mengurangi daya tarik seseorang.
Defisiensi yang berlangsung lama akan menyebabkan gangguan fungsi kelenjar tiroid, yang
secara perlahan kelenjar tersebut membesar sehinnga menyebabkan gondok.
Defisiensi yodium akan menguras cadangan yodium serta mengurangi produksi T4.
Penurunan T4 dalam darah memicu sekresi TSH yang kemudian meningkatkan kegiatan kelenjar
tiroid, selanjutnya memicu terjadinya hyperplasia tiroid. Efisiensi pemompaan yodium
bertambah dibarengi dengan pemecahan yodium tiroid.
1). Defisiensi pada janin
Defisiensi yodium pada janin merupakan dampak dari kekurangan pada ibu. Keadaan ini
berkaitan dengan meningkatnya insidensi lahir mati, aborsi, cacat lahir, yang semua itu
sesungguhnya dapat dicegah melalui intervensi yang tepat. Pengaruh utama defisiensi yodium
pada janin ialah kretinisme (kerdil) endemis, yang sangat berkaitan dengan bentuk sporadic.
2). Defisiensi pada bayi baru lahir
Selain berpengaruh terhadap angka kematian, fungsi tiroid pada bayi baru lahir terhubung
Kekurangan yodium yang berlangsung lama akan berpengaruh terhadap fungsi tiroid yang
kemudian mengancam otak secara dini.
3). Defisiensi pada anak
Kekurangan yodium pada anak khas terkait dengan insidensi gondok. Angka kejadian
gondok meningkat bersama usia, dan mencapai puncaknya setelah remaja. Penelitian terhadap
anak sekolah yang tinggal di daerah endemis menunjukkan gangguan kinerja belajar serta
nilai kecerdasan (IQ).
4). Defisiensi pada orang dewasa
Pemberian yodium dalam bentuk garam, roti, atau minyak beryodium ternyata lebih
efektif dalam pencegahan gondok orang dewasa. Oleh karena itu cara ini lebih banyak
diterima di masyarakat yang bermukim di daerah endemis (Arisman, 2007: 135).
5. Minum suplemen gizi
Suplemen adalah kombinasi dua atau lebih vitamin dan zat mineral yang dibutuhkan oleh
tubuh. Suplemen dapat berupa gabungan dari berbagai macam vitamin atau zat lain seperti asam
amino. Jenis suplemen tunggal bisa terdiri dari kalsium, zinc, vitamin, asam folat, dan lain-lain.
Suplemen tidak diperlukan selama pengolahan makanan menerapkan pola gizi seimbang.
Asupan gizi paling bagus adalah dari makanan. (Yokozu. 2009)
Sebagai contoh suplemen yang bagus untuk bayi adalah vitamin A juga merupakan suatu zat
yang sangat penting untuk tubuh, banyak penelitian yang telah membuktikan keterkaitan antara
kekurangan vitamin A dengan berbagai penyakit infeksi. Banyak sekali keadaan yang
Kekurangan (defisiensi) vitamin A sering terdapat pada anak-anak balita. Tanda-tanda
kekurangan terlihat bila simpanan tubuh terpakai. Kekurangan vitamin A dapat merupakan
kekurangan primer akibat kurang konsumsi, atau kekurangan sekunder karena gangguan
penyerapan dan penggunaannya dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat, ataupun karena
gangguan pada konvenrsi karoten menjadi vitamin A. Kekurangan vitamin A sekunder dapat
terjadi pada penderita kurang energi protein (KEP), penyakit hati, alfa, beta-lipoproteinemia,
atau gangguan absorbs. Kekurangan vitamin A banyak terdapat di Negara berkembang termasuk
Indonesia (Almatsier, 2004: 163).
Selain itu zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh
mannusia, yaitu 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi
esensial dalam tubuh, sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat
angkut electron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam tubuh di
dalam jaringan tubuh. Kekuranagn besi sejak tiga puluh tahun terakhir diakui berpengaruh
terhadap produktivitas kerja, penampilan kognitif dan sitem kekebalan tubuh (Almatsier, 2004.
hlm. 249).
Sumber besi adalah makanan hewani, seperti daging ayam, dan ikan. Sumber lain adalah
telur, sereal, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Defisiensi besi merupakan
defisiensi gizi yang paling umum terdapat, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang.
Defisiensi besi dikaitkan dengan anemia gizi besi. Kehilangan besi dapat terjadi karena konsumsi
makanan yang kurang seimbang atau gangguan absorbs besi. Selein itu kekuranagan besi dapat
terjadi karena perdarahan, akibat cacingan atau luka, dan akibat penyakit gangguan absorbsi
B. Perilaku
Dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau mahluk
hidup yang bersangkutan. Sedangkan dari aspek psikologis para ahli merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Berdasarkan teori “S-O-R” maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua yakni :
1. Perilaku tertutup (Covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati
orang lain (dari luar) secara jelas. Respon tersebut masih terbatas dalam bentuk perhatian,
persepsi, perasaan, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. 2. Perilaku terbuka (Overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan
atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable behavior’ (Notoatmodjo,
2010: 21).
Sesuai dengan batasan perilaku menurut Skiner maka perilaku kesehatan (Health behavior)
adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat sakit,
penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat sakit, lingkungan, makanan, minuman dan
pelayanan kesehatan. Dengan kata lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan
seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable)
yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan misalnya keberhasilan suatu
keluarga dalam mencapai kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) (Notoatmodjo, 2010).
Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan
terkena masalah kesehatan. Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan antara lain :
1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet).
Menu seimbang tersebut adalah pola makan sehari- hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi
yang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh baik jumlah (kuantitas) maupun jenisnya
(kualitas).
2. Perilaku atau gaya hidup positif
Perilaku atau gaya hidup positif yang lain, yakni melalui kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) yang
meliputi lima indikator tersebut yakni: menimbang berat badan, memberikan ASI Ekslusif pada
bayi usia 0-6 bulan, makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen
gizi (tablet tambah darah, kapsul vitamin A) sesuai anjuran (Depkes, 2006).
Seperti yang telah diuraikan bahwa domain atau ranah utama perilaku manusia adalah :
kognitif, afektif (emosi) dan konasi, yang dalam bentuk operasionalnya adalah ranah :
pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tidakan atau praktek (practice).
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada
waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan, dimana pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan dibagi dalam persepsi terhadap objek (Notoatmodjo,
2010: 27).
Pengetahuan adalah ahal apa yang diketahui oleh orang atau responden terkait dengan sehat
pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, keluarga berencana dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2010: 140).
Secara garis besar pengetahuan dibagi dalam 6 tingkatan :
a) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai memanggil (recall) memori yang telah ada sebelumnya setelah
mengamati sesuatu.
b) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat
menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek
yang diketahui tersebut.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan
atau mengaplikasikan prinsip yang dikatehui tersebut pada situasi yang lain.
d) Analisis (analysis)
Analisa adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian
mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek
yang diketahui.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam
suatu hubungan yang logis dari komponen - komponen yang dimilki.
f) Evaluasi (evaluation)
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang ibu
akan membawa anaknya ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi setelah melihat anak
tetangganya mengalami penyakit polio sehingga cacat, karena anak tetangganya tersebut belum
pernah mendapat imunisasi polio (Notoatmodjo, 2010. hlm. 79).
2. Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah
melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang tidak senang, setuju tidak
setuju, baik tidak baik dan sebagainya). Salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa
sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2010: 29).
Sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang atau responden terhadap hal terkait
dengan kesehatan, sehat sakit dan faktor yang terkait dan factor yang terkait dengan faktor risiko
kesehatan. Misalnya : bagaimana pendapat atau penilaian responden terhadap penyakit demam
berdarah, anak dengan gizi buruk, tentang lingkungan, tentang gizi makanan dan seterusnya
(Notoatmodjo, 2010: 140).
Menurut Allport (1954) ada tiga komponen pokok sikap yaitu :
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek, artinya : bagaimana keyakinan,
pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya : bagaiman penilaian
orang tersebut terhadap objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap merupakan komponen yang
mendahului tindakan atau perilaku terbuka. (Notoatmodjo. 2010: 30)
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan
(objek).
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek
yang dihadapi.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek
atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain. d. Bertanggung jawab ( responding)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah
diyakininya.
Sikap sering diperolah dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap
positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini
disebabkan oleh beberapa alasan :
a. Sikap akan terwujud di dalam suatu tidakan tergantung situasi saat itu.
b. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang
lain.
c. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya
pengalaman seseorang.
d. Nilai (value)
3. Praktik (Tindakan)
Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak
(praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu
factor lain adanya fasilitas, sarana dan prasarana (Notoatmodjo, 2010: 31).
Praktik adalah hal apa yang dilakukan oleh responden terhadap terkait dengan kesehatan
(pencegahan penyakit), cara peningkatan kesehatan, cara memperoleh pengobatan yang tepat dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2010: 140).
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya :
a. Praktik terpimpin (guided response)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada
tuntutan atau menggunakan panduan.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktekkan sesuatu hal secara
otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. c. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang artinya, apa yang
dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau
tindakan atau perilaku yang bekualitas (Notoatmodjo, 2010: 32).
Seperti di sebutkan bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik).
Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor
lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Seorang ibu sudah tahu bahwa
membawa bayi ke posyandu itu penting untuk bayinya, dan sudah ada niat untuk (sikap) untuk
Agar sikap itu meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan bidan, posyandu, atau
puskesmas yang dekat dari rumahnya, atau fasilitas tersebut mudah dicapainya. Apabila tidak,
kemungkinan ibu tersebut tidak akan membawa anak keposyandu, dengan demikian upaya
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan tentang variabel yang diamati atau
diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Pada skema kerangka konsep dapat dilihat bahwa
sampel penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 0-2 tahun. Dimana yang diteliti adalah
perilaku ibu dan perilaku tersebut terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Lebih jelasnya
dapat dilihat dalam skema berikut.
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
Kadarzi
B. Defenisi Operasional
DEFENISI OPERASIONAL
No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1 Pengetahuan adalah apa yang ibu tahu
2 Sikap adalah bagaimana pendapat
atau respon ibu tentang
c. Kurang baik : apabila
mendapat score 10-20
3 Tindakan adalah hal apa yang dilakukan
ibu terkait dengan kadarzi
(Keluarga Sadar Gizi) meliputi
: timbang berat badan, ASI
Ekslusif, gizi seimbang, garam
beryodium dan suplemen gizi.
Kuesioner Dengan
menghitung
jumlah jawaban
responden pada
kuesioner
a. Baik : apabila
mendapat score
7-10
b. Cukup : apabila
mendapat score
4 – 6
c. Kurang : apabila
mendapat score
1-3
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku
ibu yang mempunyai bayi 0-2 tahun dalam mencapai kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) yang datang
ke Klinik Hariantari pada tahun 2011. Dengan mengetahui gambaran tersebut peneliti dapat
menyimpulkan apa penyebab tidak berhasilanya kadarzi di lingkungan Klinik Hariantari.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi 0-2 tahun menurut survei
awal pada bulan oktober 2010 di Klinik Hariantari ada 43 ibu yang memiliki bayi 0-2 tahun.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 43 orang yaitu seluruh populasi diambil sebagai sampel
(total sampling).
C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Klinik Hariantari yang berada di Jalan Setia luhur,
Kecamatan Medan Helvetia.
2. Waktu Penelitian
D. Pertimbangan Etik
Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti mengajukan permohonan kepada
ketua program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
mengenai judul penelitian, dan permintaan izin dari Klinik Hariantari Medan untuk melakukan
pengumpulan data di Klinik tersebut. Dalam proses pengumpulan data peneliti akan memberikan
surat persetujuan kepada responden sebagai bukti responden tersebut bersedia ditetapkan sebagai
responden dalam penelitian. Surat tersebut ditandatangani oleh responden sebelum mengisi
kuesioner penelitian sebagai instrumen pengumpulan data.
E. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan instrumen penelitian
yaitu berupa kuesioner. Kuesioner pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan dalam bentuk multiple
choice. Kuesioner sikap terdiri dari 10 pernyataan dan kuesioner tindakan terdiri dari 10
pernyataan.
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas adalah kemampuan intsrumen untuk mengukur apa yang harus diukur. Validitas
berasal dari kata validity yang artinya ketepatan atau kecermatan intrumen untuk mengukur apa
yang hendak diukur dalam penelitian. Sehingga peneliti dapat mencapai tujuan penelitian. Uji
validitas instrument dilakukan dengan melakukan korelasi masing-masing variabel dengan skor
totalnya. Korelasi yang digunakan adalah korelasi pearson product momen. jika didapat nilai r
korelasi rendah maka pertanyaan harus didrop. Sebelum uji korelasi pearson product moment
dilakukan, uji content validity dilakukan pada ahli gizi.
Setelah pertanyaan dinyatakan valid, analisa selanjutnya adalah uji reliabilitas yang
dilakukan dengan menggunakan Alpha Cronbach. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil
adalah nilai Alpha. Dengan ketentuan bila nilai r Alpha > konstanta (0,6) maka instrumen
tersebut reliabel. (Riyanto. 2009). Sebelum menggunakan alpha cronbach, uji reliabelitas
dilakukan pada 20 orang sampel yang mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel
penelitian yaitu di daerah padang bulan.
G. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di Klinik Hariantari setiap jadwal posyandu yaitu setiap hari
kamis. Dalam pengumpulan data peneliti juga bekerja sama dengan kepala lingkungan untuk
mengetahui alamat ibu yang tidak datang pada jadwal posyandu tersebut. Pengumpulan data
dilakukan sendiri oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner terhadap ibu yang mempunyai
bayi 0-2 tahun.
Sebelum membagi kuesioner terlebih dahulu peneliti memberikan surat persetujuan untuk
menjadi responden dan ditandatangani oleh responden, bahwa ibu tersebut besedia dijadikan
sebagai sampel penelitian. Setelah itu kuesioner dibagi dan diisi langsung oleh responden setelah
peneliti memberi penjelasan tentang cara pengisian kuesioner. Kuesioner dikumpulkan kembali
H. Aspek Pengukuran
1. Aspek Pengukuran Pengetahuan
Aspek pengukuran data dilakukan melalui jawaban responden dari pertanyaan pengetahuan
yang diberikan. Skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Sehingga skor
maksimum adalah jumlah jawaban benar dikali 1 dan skor minimum adalah jumlah jawaban
salah dikali 0.
Sehingga menurut (Notoatmodjo, 2008) jika soal 10 jawaban dapat dikategorikan sebagai
berikut:
a. Baik : apabila benar menjawab >7 soal b. Cukup : benar menjawab 5-7 soal
c. Kurang : apabila benar menjawab <5 soal.
2. Aspek Pengukuran Sikap
Aspek pengukuran sikap dilakukan berdasarkan jawaban responden dari semua pertanyaan
sikap yang diberikan dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari 4 jenis jawaban yaitu
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS) dengan skor : untuk
jawaban SS = 4, jawaban S = 3, jawaban TS = 2 dan jawaban STS = 1 untuk pernyataan positif
dan skor jawaban SS=1, S=2, TS=3 dan STS=4 untuk pernyataan negative ( Machfoedz, 2005).
Total skor maksimum diperoleh jumlah jawaban (SS) dikali 4 untuk pernyataan positif dan
jawaban STS dikali 4 untuk pernyataan negatif dan skor minimum jumlah jawaban (STS) dikali
1 untuk pernyataan positif dan jawaban SS dikali 1 untuk pernyataan negatif. Menurut rumus
Panjang kelas = Rentang / banyak kelas
Jika diketahui rentang adalah 30 dimana kategori sikap yaitu baik, cukup dan kurang maka
nilai P adalah 10, sehingga interval dari ketiga kategori tersebut adalah 10. Jika jumlah
pernyataan 10 dengan skor maksimum adalah 40 dan skor minimum adalah 10 dapat
dikategorikan sikap responden :
a. Baik : bila mendapat skor 31 - 40
b. Cukup : bila mendapat skor 21- 30
c. Kurang : bila mendapat skor 10 - 20
3. Aspek Pengukuran Tindakan
Pengukuran tindakan ibu dalam melakukan kadarzi mempunyai 2 jenis jawaban yaitu ya
dan tidak, skor 1 untuk jawaban ya, skor 0 untuk jawaban tidak untuk pernyataan positif dan
skor 1 untuk jawaban tidak, skor 0 jawaban ya untuk pernyataan negatif. Sehingga skor
maksimumnya jumlah jawaban ya dikali 1 dan skor minimum adalah jumlah jawaban tidak
dikali 0 untuk pernyataan positif dan skor maksimum jumlah jawaban tidak dikali 1 dan skor
minimum jumlah jawaban ya dikali 0 untuk pernyataan negatif.
Berdasarkan rumus sudjana (1992) untuk mengitung panjang kelas diperoleh rumus
P = Rentang / banyak kelas
Panjang kelas dengan rentang 10 dan banyak kelas 3 yaitu baik, cukup dan kurang. Maka
didapat (P) = 3 dengan nilai 10 sebagai batas bawah kelas pertama, jika pernyataan ada 10 maka
skor maksimum adalah 10 dan skor minimum adalah 0.
a. Nilai baik : bila responden memperoleh skor 7 – 10
b. Nilai cukup : bila responden memperoleh skor 4 – 6
c. Nilai kurang : bila responden memperoleh skor 1 – 3
I. Pengolahan Dan Analisi Data 1. Pengolahan Data
Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner
sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden, relevan jawaban dengan pertanyaan.
Entry merupakan pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi. Cleaning merupakan
kegiatan pengecekan kembali data sebelum dan sesudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak
(Riyanto. 2009: 9).
2. Analisa Data
Rencana analisa data dalam penelitian ini bersifat deskriptif yaitu bertujuan untuk
menggambarkan perilaku ibu tentang kadarzi dan hasil data yang telah dikumpul akan diolah
dengan menggunakan komputer. Dalam penyajian hanya menggunakan distribusi frekuensi
dengan persentase (proporsi) yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang berjudul “Perilaku Ibu Tentang Kadarzi di Klinik Hariantari Medan
Tahun 2011”. Dengan membagikan kuesioner pada 43 orang ibu yang mempunyai bayi 0-2
tahun. Hasilnya disajikan sebagai berikut :
A.Karakteristik Ibu Di Klinik Hariantari
Tabel 5.1
Karakteristik Ibu Yang Mempunyai Bayi 0-2 Tahun Di Klinik Hariantari Tahun 2011
Berdasarkan hasil penelitian diatas, ibu yang mempunyai bayi 0-2 tahun di Klinik Hariantari
memiliki umur (<25) tahun 27.9%, umur (25-30) tahun 51.1% dan (>30) tahun 20.9%. Ibu yang
berpendidikan SD 6.9%, SLTP/SMP 32.5%, SLTA 53.4% dan perguruan tinggi 6.9%.
B. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Kadarzi Di Kinik Hariantari Tahun 2011.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Kadarzi Di Klinik Hariantari Tahun 2011
Berdasarkan hasil penelitian di atas yang dilakukan pada 43 responden dapat diketahui
bahwa di antara 10 pertanyaan tentang kadarzi yang paling banyak benar dijawab oleh ibu yang
pertama adalah tentang pengertian ASI yaitu sebanyak 32 responden atau (74.4%), kedua tentang
zat makanan pokok sebanyak 30 responden (67.7%) ketiga adalah pengertian kadarzi sebanyak
29 responden (67.4%).
No Pertanyaan Benar Salah
F % F %
1 Pengertian keluarga sadar gizi (KADARZI)
29 67.4 14 32.5
2 Pengertian perilaku gizi seimbang 22 51.1 21 48.8
3 Cara memantau pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga
23 53.4 20 46.5
4 Manfaat memantau pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga
27 62.7 16 37.2
5 Pengertian Air Susu Ibu (ASI) 32 74.4 11 25.5
Sedangkan yang paling banyak salah yang pertama adalah vitamin yang larut lemak
sebanyak 27 responden (62.7%), kedua garam beryodium sebanyak 27 responden (62.7%) dan
ketiga adalah suplemen gizi sebanyak 26 responden (60.4%).
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Kadarzi Di Klinik Hariantari Tahun 2011.
Pengetahua Ibu Tentang Kadarzi
Frekuensi %
Baik 12 23.2
Cukup 15 34.8
Kurang 16 37.2
Total 43 100
Berdasarkan skor yang diberikan terhadap masing-masing jawaban ibu dapat disimpulkan
bahwa dari 43 responden 12 orang (27.9%) di antaranya memiliki pengetahuan baik tentang
kadarzi, 15 orang (34.8%) memiliki pengetahuan cukup dan 16 orang (37.2%) memiliki
C. Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Kadarzi Di Kinik Hariantari Tahun 2011. Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Kadarzi Di Klinik Hariantari Tahun 2011.
SS S TS STS
NO PERNYATAAN F % F % F % F %
1 Ibu akan mengikuti pertumbuhan dan
perkembangan anggota keluarga dengan menimbang berat badan secara teratur.
13 30.2 21 48.8 5 20.9 3 20.9
2 Ibu akan memantau berat badan anggota keluarga secara teratur khusunya bayi.
6 25.5 11 25.5 14 32.5 12 16.2
3 Ibu akan memberi ASI karena memberi Air
Susu Ibu lebih murah dan praktis dibanding susu formula.
11 25.5 14 32.5 7 16.2 11 25.5
4 Ibu bertekad akan memberi susu formula sampai bayi berusia 2 tahun.
7 16.2 16 37.2 11 25.5 9 20.9
5 Ibu akan memberi ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan.
12 27.9 10 23.2 16 37.2 5 11.6
6 Ibu akan mengutamakan makanan yang
mengandung protein, zat lemak dan karbohidrat untuk makanan sehari-hari.
9 20.9 11 25.5 13 30.2 10 23.2
7 Ibu akan memilih makanan yang diawetkan
karena menurut ibu lebih banyak kandungan gizinya dibandingkan dengan makanan yang diolah secara alami.
9 20.9 7 16.2 18 41.8 9 20.9
8 Ibu tidak akan menkonsumsi zat yodium karena ibu menganggap pembengkakan kelenjar gondok bukan merupakan akibat kekurangan zat yodium dalam tubuh.
9 20.9 15 34.8 16 37.2 3 0.6
9 Ibu akan memberikan suplemen gizi pada anggota keluarga karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh anggota keluarga.
8 18.6 10 23.3 9 20.9 16 37.2
10 Ibu akan memenuhi zat gizi dari makanan karena menurut Ibu zat gizi paling bagus untuk tubuh terdapat pada makanan.
8 18.6 8 18.6 15 34.8 12 27.9
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 43 responden dapat diketahui bahwa di
antara 10 pernyataan yang digunakan sebagai alat mengukur sikap ibu tentang kadarzi yang
paling banyak memberikan pernyataan sangat setuju paling banyak yang menyatakan bahwa ibu
Dari 10 pernyataan yang memperoleh pernyataan setuju paling yang menyatakan ibu akan
memberikan susu formula sampai bayi berusia 2 tahun sebanyak 16 responden ( 37.2%).
Sedangkan yang memberikan pernyataan tidak setuju paling banyak menyatakan bahwa ibu
tidak akan mengkonsumsi garam beryodium karena menutur ibu pembengkakan kelenjar gondok
bukan merupakan akibat kekurangan zat yodium sebanyak 15 responden (34.8%).
Pernyataan yang paling banyak memperoleh pernyataan sangat tidak setuju menyatakan ibu
akan memantau berat badan anggota keluarga secara teratur khususnya bayi sebanyak 12
responden (16.2%).
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Kadarzi Di Klinik Hariantari Tahun 2011.
Sikap Ibu Tentang Kadarzi
Frekuensi %
Baik 10 23.2
Cukup 15 34.8
Kurang 18 41.8
Total 43 100
Berdasarkan skor yang diberikan pada masing-masing jawaban ibu dapat disimpulkan
bahwa sikap ibu tentang kadarzi 10 orang (23.2%) di antaranya memiliki sikap baik, 15 orang
(37.2%) Memiliki sikap cukup dan 18 orang (39.5%) memiliki sikap kurang baik. Hal ini dapat
C. Distribusi Frekuensi Tindakan Ibu Terkait Kadarzi Di Klinik Hariantari. Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Tindakan Ibu Terkait Dengan Kadarzi di Klinik Hariantari Tahun 2011.
YA TIDAK
NO PERNYATAAN F % F %
1 Ibu selalu memantau berat badan anggota keluarga secara teratur khususnya batita.
29 67.4 14 32.5
2 Ketika melihat ada gangguan pertumbuhan anggota keluarga ibu segera diskusi dengan petugas kesehatan.
17 39.5 26 60.4
3 Ibu memberikan ASI Ekslusif pada bayi sampai usia 6 bulan.
15 34.8 28 65.1
4 Ibu lebih mengutamakan ASI dibandingkan dengan susu
formula.
20 53,4 23 46,5
5 Sejak bayi lahir ibu sudah memberi bayi bubur tim sebagai makanan tambahan.
26 60.4 17 39.5
6 Ibu menambahkan lauk pauk ke dalam bubur tim untuk menambah gizi makanan bayi.
17 39.5 26 60.4
7 Ibu mengutamakan makanan yang mengandung protein,
lemak dan karbohidrat dalam mengatur menu makanan.
29 67.4 14 32.5
8 Ibu menggunakan garam beryodium memasak agar
kebutuhan zat yodium keluarga terpenuhi.
5 11.6 38 88.3
9 Ibu hanya memberi seperlunya suplemen gizi berupa syrup multivitamin pada anggota keluarga.
29 67.4 14 32.5
10 Ibu memberi vitamin A pada bayi sebagai suplemen tambahan karena bayi membutuhkan vitamin A tambahan untuk pertumbuhannya .
7 16.2 36 83.7
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 43 responden dapat diketahui bahwa di antara 10 pernyataan
yang digunakan untuk mengetahui sejauhmana ibu telah melakukan kadarzi dalam kehidupan sehari hari
dapat diketahui bahwa yang paling banyak dilakukan oleh ibu yang pertama pernytaan yang menyatakan
Ibu hanya memberi seperlunya suplemen gizi berupa syrup multivitamin pada anggota keluarga sebanyak
29 responden (67.4%).
Kedua adalah bahwa Ibu mengutamakan makanan yang mengandung protein, lemak dan
nomor tujuh bahwa sejak bayi lahir ibu sudah memberikan bayi bubur tim sebanyak 26 responden
(60.4%).
Sedangkan tindakan yang paling sedikit dilakukan oleh ibu yang pertama adalah dalam hal
menggunakan garam beryodium memasak sebanyak 5 responden (11.6%). Kedua adalah dalam hal
memberi vitamin A pada bayi sebagai suplemen tambahan sebanyak 7 responden (16.2%) dan yang
ketiga adalah dalam memberikan ASI Ekslusif pada bayi sampai usia 6 bulan sebanyak 15 responden
(34.8%).
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Tindakan Ibu Terkait Dengan Kadarzi di Klinik Hariantari Tahun 2011.
Tindakan Ibu Terkait Kadarzi
Frekuensi %
Baik 10 23.5
Cukup 16 37.2
Kurang 17 39.5
Total 43 100
Berdasarkan skor yang diberikan terhadap masing-masing jawaban ibu dapat disimpulkan
bahwa tindakan ibu terkait dengan kadarzi 10 orang (23.5%) diantaranya memiliki tindakan
BAB VI PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian pada 43 responden di Klinik Hariantari, diperoleh data dengan
menggunakan kuesioner. Hasil dari pengumpulan data tersebut digunakan sebagai tolak ukur
dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dari peneliian ini. Hasil tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut :
A. Pengetahuan Ibu Tentang Kadarzi di Klinik Hariantari Tahun 2011
Pada tabel 5.2 dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang kadarzi mayoritas kurang
yaitu 37.2%. Hal ini dapat disebabkan kurangnya informasi dan wawasan yang diperoleh ibu
baik dari media elektronik, media massa maupun dari petugas kesehatan. Hal ini terjadi karena
pemanfaatan masyarakat (khususnya ibu) terhadap pelayanan kesehatan yang ada masih kurang,
sehingga ibu tidak mendapat informasi tentang kadarzi dengan maksimal.
Hasil ini didukung oleh hasil penelitian dari Sepduwiana (2007) bahwa dari 60 responden
yang diteliti 37.5% ibu memiliki pengetahuan kurang tentang gizi.
Berdasarkan hasil penelitian dari Darma (2009) tentang pengetahuan ibu suku Batak dan
suku Jawa tentang gizi keluarga, bahwa dari 29 responden ibu suku Batak hanya 31,1% yang
berpengetahuan baik. Dan dari 30 responden ibu suku Jawa 20% berpengetahuan baik, 60.7%
berpengetahuan cukup dan 13.3% berpengetahuan kurang.
Menurut Baskoro (2008), kurangnya pengetahuan ibu tentang kadarzi juga dipengaruhi
oleh kemajuan teknologi dan canggihnya komunikasi serta gencarnya promosi susu formula
sebagai pengganti ASI, membuat masyarakat kurang percaya akan keampuhan ASI dan tergiur
untuk memilih susu formula. Selain itu permasalahan dalam pemberian ASI adalah masih