PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK
HEAT-CURED SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN
CUKA APEL
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
HANNY TRI INDRI ASTUTY NIM : 070600070
DEPARTEMEN ILMU MATERIAL DAN TEKNOLOGI
KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Material dan Teknologi
Kedokteran Gigi
Tahun 2010
Hanny Tri Indri Astuty
PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK HEAT-CURED SETELAH
PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL
Xi + 45 halaman
Resin akrilik heat-cured merupakan plastik lentur yang dibentuk dengan
polimerisasi panas yang menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat multipel.
Salah satu keuntungan poli (metil metakrilat) sebagai bahan basis protesa adalah relatif
mudah pengerjaannya. Sifat fisik resin basis protesa yang perlu diperhatikan termasuk
pengerutan polimerisasi, keporeusan, penyerapan air, kelarutan, tekanan selama proses,
dan retakan atau goresan serta kekuatan dan kekerasan. Cuka apel merupakan minuman
kesehatan dari proses fermentasi alami buah apel. Penyajian buah apel dalam bentuk cuka
adalah optimalisasi manfaat zat yang terkandung dalam buah apel. Cuka apel yang dibuat
dari sari buah apel bertambah populer sebagai minuman kesehatan.
Resin akrilik mempunyai daya absorbsi terhadap zat cair ada kemungkinan hal ini
dapat menyebabkan perubahan kekerasan permukaan pada resin akrilik yang digunakan
mengetahui kemungkinan perubahan kekerasan resin akrilik setelah perendaman dalam
larutan cuka apel. Sampel yang dipergunakan adalah lempeng resin akrilik, berukuran
20mm x 20mm x 2mm sebanyak 40 buah. Perendaman dengan larutan cuka apel (150 ml
air : 30 ml) dilakukan selama 5, 10, 15 menit untuk setiap 10 buah sampel, dan 10 buah
lagi tidak dilakukan perendaman atau sebagai kontrol.
Dari hasil pengukuran kekerasan didapat bahwa kekerasan resin akrilik tanpa
perendaman adalah 413,860 HV±20,8120. Pada perendaman dalam larutan cuka apel
selama 5 menit adalah 388,420 HV±24,330 ,10 menit adalah 371,380 HV±28,439 dan 15
menit adalah 362,500 HV±25,5507.
Dari pengamatan tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa larutan cuka
apel dan lama perendaman dapat menurunkan kekerasan resin akrilik heat-cured pada
PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK
HEAT-CURED SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN
CUKA APEL
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
HANNY TRI INDRI ASTUTY NIM : 070600070
DEPARTEMEN ILMU MATERIAL DAN TEKNOLOGI
KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 13 Desember 2010
Pembimbing : Tanda tangan
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 13 Desember 2010
TIM PENGUJI
KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes
ANGGOTA : 1. Sumadhi S, drg., Ph.D
2. Rusfian, drg., M.Kes
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, karena rahmat-NYA yang
senantiasa memberi kekuatan dan kebijaksanaan untuk bertindak dan melakukan
segalanya penuh rahmat-NYA, dan skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara.
Rasa terima kasih yang tak terhingga secara khusus penulis tujukan kepada
kedua orang tua tercinta Bapak (Ir. Aris Suherry Rd) dan Ibu (Neng Tuty
Hardiyanti), abang (Mas Cahyo), yang selalu memberikan dukungannya baik moril
maupun materil, semangat dan dorongan, doa, serta motivasi yang tak henti-hentinya
kepada penulis sehingga penulis dapat mengecap masa pendidikan hingga selesai di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan dan juga dapat
menyelesaikan proses skripsi ini dengan baik.
Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak
mendapat bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab
itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Nazruddin , drg., Ph.D., C.Ort., Sp. Ort. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utrara.
2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu Material dan
serta mengarahkan penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
3. Seluruh staf di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi universitas Sumatera Utara atas kesediaannya menerima
penulis untuk menyelesaikan skripsi di Departemen IMTKG FKG USU.
4. Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp. BM selaku dosen penasehat akademik yang
telah banyak memberi nasehat serta arahan selama masa pendidikan di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
5. Drs. Ir. Suparmin MT selaku kepala Laboratorium Mesin Politeknik USU
Medan dan Drs. Moch. Agus Zaenuri selaku instruktur di Unit Uji Laboratorium
Mesin Politeknik USU Medan.
6. Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes selaku Pembantu Dekan I FKM-USU yang telah
meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam analisis statistik.
7. Sahabat-sahabat terbaik penulis Annisa, Doni, Lukman, Margaret, Yuli, Egi,
Ona. Teman-teman seperjuangan di IMTKG Friska, Lisa, Richard tetap semangat.
Serta semua angkatan 2007 yang tidak penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
atas dukungannya.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut membantu terselesaikannya skripsi ini dan memohon maaf apabila ada
kesalahan selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi
ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan
ilmu dan bagi masyarakat.
(HANNY TRI INDRI) NIM : 070600070
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Hipotesis Penelitian ... 4
2.1 Resin Akrilik ... 5
2.5.1 Aturan pemakaian larutan cuka apel ... 12
3.5.3 Variabel Terkendali ... 15
DAFTAR PUSTAKA ... 39
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rata-rata hasil pengukuran 5 titik pada lempeng akrilik (dalam HV) ... 31
2. Hasil uji statistik perubahan kekerasan lempeng akrilik tanpa
perendaman dalam larutan cuka apel (0 menit) dengan lempeng akrilik
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Bentuk indentor dari jenis alat pengukur kekerasan... 9
2 Bentuk indentor dan bentuk lekukan yang dihasilka oleh tes kekerasan Vickers... 10
3. Wax... 17
4. a. Gyps... 18
b. Stopwatch... 18
5. a. Pot Akrilik... 18
b. Masker... 18
6. a. Sarung tangan... 19
b. Resin Akrilik heat-cured (QC 20, England)... 19
8. a. Cold Mould Seal... 20
13. Hasil penanaman wax pada cuvet... 23
14. Membuang wax... 23
15. Pengolesan CMS... 23
16. Pengisian mold dan pengepresan cuvet... 24
17. Proses curing dalam waterbath... 25
18. Proses polishing... 26
19. Bentuk spesimen dengan ukuran 20x20x2mm... 26
20. Perbandingan aquadest dan larutan cuka apel... 27
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Kerangka Konsep Penelitian... 42
2 Skema Alur Penelitian... 43
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Material dan Teknologi
Kedokteran Gigi
Tahun 2010
Hanny Tri Indri Astuty
PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK HEAT-CURED SETELAH
PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL
Xi + 45 halaman
Resin akrilik heat-cured merupakan plastik lentur yang dibentuk dengan
polimerisasi panas yang menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat multipel.
Salah satu keuntungan poli (metil metakrilat) sebagai bahan basis protesa adalah relatif
mudah pengerjaannya. Sifat fisik resin basis protesa yang perlu diperhatikan termasuk
pengerutan polimerisasi, keporeusan, penyerapan air, kelarutan, tekanan selama proses,
dan retakan atau goresan serta kekuatan dan kekerasan. Cuka apel merupakan minuman
kesehatan dari proses fermentasi alami buah apel. Penyajian buah apel dalam bentuk cuka
adalah optimalisasi manfaat zat yang terkandung dalam buah apel. Cuka apel yang dibuat
dari sari buah apel bertambah populer sebagai minuman kesehatan.
Resin akrilik mempunyai daya absorbsi terhadap zat cair ada kemungkinan hal ini
dapat menyebabkan perubahan kekerasan permukaan pada resin akrilik yang digunakan
mengetahui kemungkinan perubahan kekerasan resin akrilik setelah perendaman dalam
larutan cuka apel. Sampel yang dipergunakan adalah lempeng resin akrilik, berukuran
20mm x 20mm x 2mm sebanyak 40 buah. Perendaman dengan larutan cuka apel (150 ml
air : 30 ml) dilakukan selama 5, 10, 15 menit untuk setiap 10 buah sampel, dan 10 buah
lagi tidak dilakukan perendaman atau sebagai kontrol.
Dari hasil pengukuran kekerasan didapat bahwa kekerasan resin akrilik tanpa
perendaman adalah 413,860 HV±20,8120. Pada perendaman dalam larutan cuka apel
selama 5 menit adalah 388,420 HV±24,330 ,10 menit adalah 371,380 HV±28,439 dan 15
menit adalah 362,500 HV±25,5507.
Dari pengamatan tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa larutan cuka
apel dan lama perendaman dapat menurunkan kekerasan resin akrilik heat-cured pada
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Resin akrilik digunakan di bidang kedokteran gigi mulai tahun 1946.
Sebanyak 98% dari semua basis gigi tiruan dibuat dari polimer atau kopolimer metil
metakrilat. Polimer (metil metakrilat) murni tidak berwarna, transparan, dan padat. 1
Resin akrilik merupakan suatu polimer yang mempunyai peran penting dalam
pembuatan gigi tiruan lepasan, reparasi gigi tiruan, dan prostetis maksilofasial untuk
menggantikan struktur rongga mulut atau sebagian wajah yang hilang.2, 3
Bahan basis protesa poli (metil metakrilat) biasanya dikemas dalam sistem
bubuk-cairan. Bubuk terdiri dari partikel-pertikel polymer dalam bentuk butir butir
kecil yang berisi poli (metil metakrilat) dan cairan mengandung metil metakrilat tidak
terpolimer. Bila cairan dan bubuk diaduk dengan proporsi yang tepat, diperoleh
massa yang dapat dibentuk kemudian dipolimerisasi. Setelah proses polimerisasi
Jenis resin akrilik yang sering dipakai adalah akrilik polimerisasi panas
karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu memenuhi syarat estetik, stabilitas
warna baik, tidak mengiritasi, tidak toksik, harga relatif murah, cara pengerjannya
mudah, pembuatan dan reparasi mudah. Resin akrilik mempunyai beberapa
kekurangan, yaitu dapat menyerap air atau cairan, sisa makan atau bahan kimia, serta
mudah patah bila terjatuh pada permukaan yang keras.1-2, 4-5, 7-8
Sifat fisik dan sifat mekanis resin basis protesa yang perlu diperhatikan
termasuk kekerasan, keuatan, pengerutan polimerisasi, keporeusan, penyerapan air,
kelarutan, tekanan selama proses, dan retakan atau goresan serta kekuatan. Kekuatan
dan kekerasan dari resin basis protesa bergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor
ini termasuk komposisi resin, teknik pembuatan, dan kondisi-kondisi yang ada dalam
ronnga mulut. 2, 4-5
Kekerasan (hardness) adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima
tekanan benda keras, kekerasan termasuk salah satu sifat mekanik dari suatu material.
Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang dalam
penggunaannya akan mengalami pergesekan seperti resin akrilik yang merupakan
bahan dari anasir gigi tiruan dan basis gigi tiruan yang digunakan oleh pasien dalam
rongga mulut yang senantiasa akan mengalami pergesekan dengan makanan yang
dikonsumsi pasien tersebut dan kekerasan juga dinilai dari ukuran sifat mekanis
material yang diperoleh dari deformasi plastis yakni deformasi yang diberikan dan
dilepaskan, tidak kembali ke bentuk semula akibat indentasi oleh suatu benda sebagai
Utari K (2005) meneliti tentang perbedaan kekerasan permukaan basis gigi
tiruan poliester EBP2421 dan resin akrilik setelah perendaman dalam larutan
minuman yang terdiri atas empat perlakuan, yakni direndam dalam aquadest; red soft
drink; kopi; kelompok kontrol tanpa dilakukan perlakuan selama 90 hari. Kemudian
nilai kekerasan diukur dengan Vickers Hardness Tester (Shimadsu). Hasil yang
didapat dari penelitian ini adalah kekerasan permukaan poliester EBP 241
menunjukkan nilai yang lebih rendah daripada kekerasan resin akrilik polimerisasi
panas sebelum dan sesudah perendaman di dalam larutan minuman.6
Cuka apel merupakan minuman kesehatan dari proses fermentasi alami buah
apel. Penyajian buah apel dalam bentuk cuka adalah optimalisasi manfaat zat yang
terkandung dalam buah apel. Proses fermentasi alaminya membuat kandungan nutrisi
cuka apel semakin besar, terutama kandungan enzim dan asam amino. Cuka apel
yang dibuat dari sari buah apel bertambah populer sebagai minuman kesehatan
karena, antara lain sebagai pencegah asam urat, penyakit jantung dan paru, dan
sejumlah penyakit lain.2
Salah satu zat aktif yang terdapat dalam buah apel adalah tanin yang berwarna
coklat muda. Tanin merupakan senyawa polifenol. Fenol bila berkontak dengan resin
akrilik dapat menyebabkan kerusakan kimiawi pada permukaan resin akrilik.
Perusakan secara kimia menimbulkan kekasaran pada permukaan resin akrilik
sehingga dapat menyebabkan retak atau crazing dan penurunan kekuatan serta
kekerasan. Senyawa fenol dapat berdifusi ke dalam lempeng akrilik dan mulai
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suguh, dkk (2010), dilakukan
perendaman sample akrilik polimerisasi dengan masa perendaman bervariasi dari 45
menit, 11 hari dan 17 hari. Hasilnya menunjukkan adanya perbedaan bermakna
kekuatan impak resin akrilik setelah perendaman selama 45 menit dan 17 hari di
larutan cuka apel. Semakin lama waktu perendaman resin akrilik dalam larutan cuka
apel ternyata dapat mengurangi kekuatan impak resin akrilik. Namun resin akrilik
mempunyai daya absorbsi terhadap zat cair ada kemungkinan hal ini dapat
menyebabkan perubahan kekerasan permukaan pada resin akrilik yang digunakan
sebagai basis gigi tiruan karena sifat porus dan juga menyerap cairan dari resin
akrilik.2
Dari uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang perubahan
kekerasan resin akrilik setelah perendaman dalam larutan cuka apel.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian diatas timbul permasalahan apakah lama perendaman dalam
larutan cuka apel dapat mempengaruhi kekerasan resin akrilik.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh larutan cuka apel dan
pengaruh lama perendaman selama 5, 10 dan 15 menit terhadap perubahan kekerasan
resin akrilik heat-cured
1.4 Hipotesis Penelitian
Tidak ada pengaruh larutan cuka apel dan lama perendaman terhadap
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat
khususnya yang menggunakan gigitiruan, bahwa mengkonsumsi larutan cuka apel
dapat atau tidak menyebabkan terjadinya perubahan kekerasan pada resin akrilik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resin Akrilik
Resin akrilik adalah derivat dari etylen dan terdiri dari group vynil dengan
rumus struktur yang sempurna. Resin akrilik dipakai di kedokteran gigi adalah jenis
ester terdiri dari:
1. Acrylic acid, CH2+CHOOH
2. Methacrylic acid, CH2=C(CH3)COOH
95% bahan dental ini sekarang ini digunakan sebagai bahan utama resin akrilik.1, 4-5,
12
2.2 Jenis-jenis
Adapun jenis-jenis resin aklrilik berdasarkan metode pengaktifannya, antara
lain :1, 4-5, 12
1. Heat activated resins
2. Chemically activited resins
3. Fluid activated resins
4. Light activited resins
2.2.1 Heat activited denture base resin akrilik
Adapun komposisi dari resin ini adalah bahan bubuk dan cairan, adalah :
a. Bubuk
Pigmen/pewarna : garam cadmium atau besi, atau pewarna organik
b. Cairan
Monomer : metil metakrilat
Cross-linking agent : ethyleneglycol dimethylacrylate
Inhibitor : hydroquinone
Bubuk ini memiliki sifat yang transparan atau mirip dengan warna gigi atau
warna pink (dapat menyerupai gusi dan juga mirip dengan gambaran darah),
sedangkan cairan (monomer) ini adalah bahan yang dibuat dalam botol (untuk
mencegah terjadinya polimerisasi karena berkontak dengan sinar ultraviolet).1, 4-5, 15-16
2.2.2 Poli (metil metakrilat) Resin
Secara luas bahan telah banyak dipakai dalam kedokteran gigi untuk berbagai
keperluannya. Salah satu alasan pemakaian bahan ini cukup diminati adalah karena
mudah dalam proses pembuatannya. Walaupun, bahan ini mempunyai sifat
termoplastik, tetapi tidak menjadi penghalang dalam kedokteran gigi. Bahan ini
terdiri dari cairan (monomer) metil metakrilat dengan campuran dari bubuk
(polimer). Monomer ini adalah bahan plastis dan polimer ini dicampur untuk
mendapatkan konsistensi yang lebih mudah.1, 3-5, 15-16
Jenis resin denture base yang terbuat sesuai dengan petunjuk pabrik yaitu
bahan poli (metil metakrilat) resin, yang populer disebut sebagai akrilik. Meskipun
secara umun dapat dibedakan sesuai proses pembentukannya resin denture base jenis
poli (metil metakrilat) atau PMMA. Adapun jenis-jenis resin denture base adalah:11
Bahan ini merupakan bahan basis gigitiruan yang paling sering digunakan
karena diperoleh dari penyatuan dari liquid dengan powder. Dengan nama lain
adalah poli (metil metakrilat).
2. Akrilik (gel-type)
Bahan ini merupakan hasil uraian unsur berbentuk gel yang dihasilkan dengan
cara mencampur liquid dengan powder.
3. Akrilik (puor-type)
Bahan ini terbentuk dari liquid dengan powder saja.
4. Akrilik (high-impact strength)
Bahan ini memiliki kekuatan tekan pada bahan yang dihasilkan dengan cara
menguraikan cabang rubber-like polimer butadiena-styrene menjadi molekul akrilik.
5. Akrilik (rapid heat-polymerized)
Bahan ini hampir sama dengan tipe dough hanya berbeda pada proses
modifikasi saja. Terkhusus pada proses polimerisasi hibridnya yaitu dengan panas
dan kimia.
6. Polyurethane resins
Bahan ini memiliki polimerisasi dari resin dengan proses memancarkan
spektrum cahaya pada daerah biru dengan panjang gelombang antara 450-490 nm.15
2.3 Sifat-sifat resin akrilik
Adapun yang menjadi sifat-sifat dari resin akrilik adalah density, strength,
2.3.1 Density
Densitas dari bahan ini adalah 1,19 g/cm3 .1, 4-5, 15-16
2.3.2 Strength
Bahan ini memiliki sifat strength yang khas, karena bahan ini memiliki
compressive strength dan tensile strength untuk bahan yang gigi tiruan penuh dan
gigi tiruan sebahagian. Compressive strenghtnya adalah 75 Mpa, tensile srenght 52
Mpa. Secara umum bahan resin ini memiliki strenght yang sangat rendah. Efek yang
mempengaruhi kekuatan dari suatu bahan antara lain; komposisi, teknik
pemprosesan, derajat dari polimerisasi, absorbsi air, subsekuensi dari lingkungan
sekitarnya.1, 4-5, 13-14
2.3.3 Hardness
Kekerasan (hardness) adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima
tekanan benda keras, kekerasan termasuk salah satu sifat mekanik dari suatu material.
Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang dalam
penggunaannya akan mengalami pergesekan seperti resin akrilik yang merupakan
bahan dari anasir gigi tiruan dan basis gigi tiruan yang digunakan oleh pasien dalam
rongga mulut yang senantiasa akan mengalami pergesekan dengan makanan yang
dikonsumsi pasien tersebut dan kekerasan juga dinilai dari ukuran sifat mekanis
material yang diperoleh dari deformasi plastis yakni deformasi yang diberikan dan
dilepaskan, tidak kembali ke bentuk semula akibat indentasi oleh suatu benda sebagai
Resin akrilik memiliki kekerasan yang rendah, karena bahan ini dapat dengan
mudah tergores dan abrasi. Kekerasan Heat cured resin akrilik, 18-20 KHN dan self
cured resin akrilik, 16-18 KHN. 5, 26
Jenis-jenis hardness tester yang digunakan untuk pengukuran kekerasan suatu
bahan adalah antara lain Rockwell, Vickers, Brinel, dan Knoop. Setiap alat ini
memiliki kebaikan dan kelemahan setiap alat dalam mengukur berbagai jenis materi
dan tergantung dari besar dan ukuran materi tersebut. Secara umum dapat dibagi atas
dua golongan yaitu untuk jenis materi mikro dan jenis materi makro. Untuk materi
makro yaitu jenis Rockwell dan Brinel sedangkan untuk jenis materi mikro adalah
jenis Vickers dan Knoop (bentuk indentor seperti tertera pada gambar 1).5
Gambar 1. Bentuk indentor dari jenis alat pengukur kekerasan (Vickers, Rockwell, Brinell)
Dalam hal ini resin akrilik adalah jenis materi mikro yang menggunakan alat
Vickers Hardness tester.
2.
logam-jangka waktu tertentu melalui piramida berbentuk berlian. Diagonal lekuk yang
dihasilkan diukur di bawah mikroskop dan nilai Kekerasan Vickers dibaca dari tabel
konversi.1, 4-5, 9-10, 15-16
Kekerasan Vickers adalah ukuran dari kekerasan material, dihitung dari
ukuran dari lekukan yang dihasilkan di bawah beban indenter berlian berbentuk
piramida. Disusun pada tahun 1920 oleh para insinyur di Inggris Raya, piramida
kekerasan berlian tes, karena menjadi banyak dikenal, diizinkan pembentukan skala
kontinu sebanding angka yang secara akurat mencerminkan berbagai hardnesses
ditemukan pada baja. Teknik indenter digunakan dalam pengujian Vickers adalah
persegi berbasis piramida sisi yang berlawanan bertemu di puncak pada sudut 136 º,
seperti yang terlihat pada gambar 2. 15-19
Dengan rumus, 21-24
F / P = Load / Beban (kg)
d = rata-rata penjumlahan kedua diagonal, d1 dan d2 (mm)
HV = Vickers hardness
2.5 Larutan Cuka Apel
Larutan cuka apel adalah minuman kesehatan dari proses fermentasi alami
buah apel. Penyajian buah apel dalam bentuk cuka adalah optimalisasi manfaat zat
yang terkandung dalam buah apel. Proses fermentasi alaminya membuat kandungan
nutrisi cuka apel semakin besar, terutama kandungan enzim dan asam amino. Cuka
apel yang dibuat dari sari buah apel bertambah populer sebagai minuman kesehatan
karena, antara lain sebagai pencegah asam urat, penyakit jantung dan paru, dan
sejumlah penyakit lain. 2
Salah satu zat aktif yang terdapat dalam buah apel adalah tanin yang berwarna
coklat muda. Tanin merupakan senyawa polifenol. Fenol bila berkontak dengan resin
akrilik dapat menyebabkan kerusakan kimiawi pada permukaan resin akrilik.
Perusakan secara kimia menimbulkan kekasaran pada permukaan resin akrilik
sehingga dapat menyebabkan retak atau crazing dan penurunan kekuatan serta
kekerasan. Senyawa fenol dapat berdifusi ke dalam lempeng akrilik dan mulai
menyebabkan perusakan kimiawi resin akrilik. 2, 13-14
kekerasan. Kekerasan yang optimal diperlukan untuk mencegah kemungkinan terjadi
kepatahan/fraktur pada basis gigitiruan yang terbuat dari resin akrilik.
Kepatahan/fraktur tersebut dapat terjadi waktu dilakukan pembersihan gigitiruan
secara rutin sehari-hari, misalnya gigitiruan resin akrilik terjatuh membentur lantai
yang keras. 13-14
2.5. Aturan Pemakaian Larutan Cuka Apel
Aturan pemakaian larutan cuka apel yang ideal adalah 2 sendok
makan cuka apel (30 ml) dicampur dengan air 150 ml dan diminum 3 kali dalam
sehari. Pada pemakai gigi tiruan yang mengkonsumsi cuka apel sebagai minuman
kesehatan, setiap kali minum diperkirakan larutan cuka apel akan kontak dan tinggal
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian : Eksperimental laboratorium
3.2 Desain penelitian : Posttest only control grup design
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Material dan
Teknologi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi
USU dan Departemen Teknik Mesin Politeknik Negeri
Medan, Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU
Waktu : September s/d November 2010
3.4 Sampel dan Besar Sampel
3.4.1 Objek : Lempeng akrilik yang dibuat dengan metode penggodokan
heat-cured dengan proses kuring dengan ukuran 20x20x2mm.
3.4.2 Sampel : Lempeng akrilik hasil kuring direndam dalam larutan cuka
apel dengan variasi waktu perendaman 5, 10, dan 15 menit.
3.4.3 Besar Sampel: Sampel yang dibuat sebanyak 10 buah untuk setiap
perlakuan.
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel bebas
Lempeng akrilik yang direndam dalam larutan cuka apel
2. Konsentrasi larutan cuka apel yang digunakan untuk perendaman sampel
3.5.3 Variabel terkendali
1. Ratio : - Gips
- Resin akrilik heat-cured
2. Sampel yang tidak poreus
3. Waktu perendaman sample resin akrilik heat-cured
4. Temperatur selama proses penggodokan
5. Lama pengadukan (Mixing Time) : - Gips
- Resin akrilik heat-cured
Variabel bebas
• Lempeng akrilik yang
direndam dalam larutan cuka apel
Variabel terkendali • Ratio : - Gips
- Resin Akrilik Heat-cured
• Sampel yang tidak poreus
• Waktu perendaman sample
3.6 Definisi Operasional
1. Kekerasan adalah ketahanan suatu bahan terhadap suatu tekanan pada
permukaan bahan.1-5,8-12,16-18,23-24
2. Cuka apel merupakan minuman kesehatan dari proses fermentasi alami buah
apel dengan ratio pengenceran 30 ml cuka apel : 150 ml air.2
3. Grup kontrol tanpa dilakukan perendaman
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1 Alat Penelitian
1. Rubber bowl dan spatula
2. Pot akrilik
3. Cuvet
4. Kuring unit (Waterbath)
5. Kertas tissue
6. Tempat merendam bahan resin akrilik terbuat dari kaca tertutup
7. Alat untuk mengukur kekerasan suatu bahan ( Merk Leeb Hardness Tester
13. Stopwatch
14. Mikromotor
15. Rotary Grinder
3.7.2 Bahan Penelitian
1. Resin akrilik heat-cured (QC 20, England)
2. Liquid (QC 20, England)
3. Wax (Anchor Brand Medium)
4. Aquadest
5. Cuka apel (Tahesta, dengan ratio 30 ml cuka apel : 150 ml air)
6. Gips putih (Siam gipsum plaster L.P.)
7. Vaseline
8. Plastik selopan
9. Coarse pumice
10. Whitting slurry
7. Kertas pasir waterproof (Atlas) ukuran 150, 400, 600
Gambar 3. Wax
(a) (b)
Gambar 4. (a) Gyps (b) Stop Watch
(a) (b)
(a) (b)
Gambar 6. (a) Sarung tangan (b) Resin Akrilik heat-cured (QC 20, England)
(a) (b)
(a) (b)
Gambar 8. (a) Cold Mould Seal (b) Mould sample pada cuvet
(a) (b)
(a) (b)
Gambar 10. (a) Press Hidrolik (b) Polishing Motor
Gambar 11. (a) Larutan cuka apel (b) Aquadest (c) Kaca pengaduk (d)
Tabung elemeyer (e) Tabung ukur
a b
c
d
3.8 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut:
3.8.1 Pembuatan sampel
1. Membuat sampel wax dengan ukuran 20x20x2mm sebanyak 40 sampel,
seperti gambar 12.
Gambar 12. Sampel wax dengan ukuran 20x20x2mm sebanyak 40 sampel
2. Menanam sampel wax pada flask bawah dilakukan sampai permukaan
wax sama dengan permukaan gips
3. Setelah gips mengeras diberi lapisan separating medium (vaselin)
kemudian dituangkan adonan gips pada flask atas, hasilnya seperti tampak pada
Gambar 13. Hasil penanaman wax pada cuvet.
4. Membuang wax dilakukan dengan memanaskan flask sampai wax
meleleh kemudian flask dibuka dan wax yang tertinggal dibersihkan, seperti tampak
pada gambar 14.
5. Mengoles bahan separating medium atau could mould seal pada
permukaan gips, seperti tampak pada gambar 15.
Gambar 14. Membuang wax Gambar 15. Pengolesan CMS
6. Membuat adonan resin akrilik dengan mencampur monomer-polimer
7. Adonan didiamkan kira-kira 10 menit. Jika adonan sudah mencapai
dough-stage baru dimasukkan ke dalam mold , letakkan plastik selopan di antara
kuvet atas dan bawah, dan dipres dengan tekanan 1000 psi menggunakan pres
hidrolik. Kuvet dibuka kembali dan akrilik berlebih dibuang, kemudian kuvet ditutup
kembali, dilakukan pengepresan kedua dengan tekanan 2200 psi, kemudian baut
dipasang, seperti tampak pada gambar 16.
Gambar 16. Pengisian mold dan pengepresan cuvet.
8. Melakukan penggodokan dengan cara memasukkan flask ke dalam alat
kuring unit (waterbath), mula-mula suhu dan waktu kuring dinaikkan yakni 700C
selama 90 menit, kemudian suhu dan waktu kuring dinaikkan menjadi 1000C selama
30 menit, kemudian cuvet dikeluarkan dan didinginkan pada suhu kamar, seperti
Gambar 17. Proses curing dalam waterbath
9. Spesimen resin akrilik dikeluarkan dan dibersihkan sisa-sisa yang berlebih
dengan menggunakan mikromotor dengan frasser bur. Sampel kemudian dihaluskan
salah satu permukaannya dengan kertas pasir waterpoof grade 150, 400 dan 600 yang
dipasangkan pada rotary grinder dengan air mengalir masing-masing selama 3 menit
dengan kecepatan 500 rpm, kemudian dilanjutkan dengan Stoch-Brite brush yang
dipasangkan pada polishing motor dengan kecepatan 500 rpm dan menggunakan
coarse pumice selama 5 menit hingga mengkilat, dan dikilatkan lagi dengan polising
cloth dan menggunakan whitting slurry selama 5 menit, seperti tampak pada gambar
Gambar 18. Proses polishing.
10.Diperoleh sample tanpa poreus, seperti pada gambar 19.
Gambar 19. Bentuk spesimen dengan ukuran 20x20x2mm
3.8.2 Pembuatan larutan cuka apel
Cuka apel dalam botol dikocok dahulu agar endapan dapat tercampur.
Cuka apel diambil sebanyak 30ml (diukur dengan menggunakan tabung ukur) dan
kali menggunakan kaca pengaduk (aturan pakai dari pabrik), seperti tampak pada
gambar 20.
.
Gambar 20. Perbandingan aquadest dan larutan cuka apel.
3.8.3 Perendaman sampel
Sampel dimasukkan kedalam larutan cuka apel dengan cara mengikat sampel
dengan benang supaya tidak menyentuh dasar wadah perendaman yaitu dengan tiga
perlakuan dalam rentang waktu yang berbeda antara lain:
1. Kelompok I (kontrol) : 10 buah sampel akrilik yang telah di polis dengan
baik, kemudian diukur kekerasannya dengan menggunakan alat Leeb Hardness Tester
TH 160. Setiap sampel dibuat 5 titik hasil pengukuran dan begitu seterusnya sampai
2. Kelompok II (perendaman selama 5 menit) : 10 buah sampel akrilik yang
telah dipolis dengan baik, kemudian sampel direndam selama 5 menit dengan cara
menggantungkan sample dalam wadah yang telah berisi larutan cuka apel, kemudian
setelah stopwatch menunjukkan angka 5 menit lalu dikeringkan dengan cara
meletakkan diatas kertas tissue. Pengukuran dilakukan dengan alat Leeb Hardness
Tester TH 160, sama dengan sampel kontrol sampai didapatkan hasil pengukuran 10
sampel tersebut.
3. Kelompok III (perendaman selama 10 menit) : 10 buah sampel akrilik yang
telah dipolis dengan baik, kemudian sampel direndam selama 10 menit dengan cara
menggantungkan sampel dalam wadah yang telah berisi larutan cuka apel, kemudian
setelah stopwatch menunjukkan angka 10 menit lalu dikeringkan dengan cara
meletakkan diatas kertas tissue. Pengukuran dilakukan dengan alat Leeb Hardness
Tester TH 160, sama dengan sampel control sampai didapatkan hasil pengukuran 10
sampel tersebut.
4. Kelompok IV (perendaman selama 15 menit) : 10 buah sampel akrilik yang
telah dipolis dengan baik, kemudian sampel direndam selama 15 menit dengan cara
menggantungkan sampel dalam wadah yang telah berisi larutan cuka apel, kemudian
setelah stopwatch menunjukkan angka 15 menit lalu dikeringkan dengan cara
meletakkan diatas kertas tissue. Pengukuran dilakukan dengan alat Leeb Hardness
Tester TH 160, sama dengan sampel kontrol sampai didapatkan hasil pengukuran 10
3.9 Pengukuran Sampel
Spesimen diuji kekerasan permukaannya dengan alat penguji kekerasan (Leeb
Hardness Tester TH 160) dengan satuan kekerasan Hardness Vickers (HV),
dengan cara :
1. Uji kekerasan permukaan dilakukan pada 5 titik untuk setiap spesimen
dengan ditandai menggunakan spidol.
2. Spesimen diletakkan dibidang datar dan operator menekankan alat impak
pada titik pertama di permukaan sampel, kemudian geserlah loading sheath ke
bawah dan dilanjutkan dengan menekan tombol release agar timbul daya balik ke
atas yang menandakan kekerasan sample yang diuji.
3. Setelah tombol release dilepaskan, maka hasil kekerasan dari akrilik resin
polimerisasi panas akan tertera pada layar alat penguji. Pengujian dilakukan
sebanyak 5 kali pada titik yang telah ditandai sebelumnya pada masing-masing
sampel. Setelah hasil kekerasan pada titik kelima tertera di layar, maka layar alat
uji kekerasan otomatis akan menampilkan hasil rata-rata kekerasan dari kelima
hasil yang di dapat. Peneliti dapat mencatat masing-masing hasil kekerasan yang
tertera pada layar alat uji kekerasan.
4. Satuan nilai kekerasan yang di dapat adalah Hardness Vickers (HV) ,
5. Semua data dicatat untuk kemudian diolah dalam analisis penelitian.
Gambar 21. Pengukuran sample dengan alat Leeb Hardness Tester TH 160.
3.10 Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan uji
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
Besar sampel pada penelitian ini 10 buah untuk setiap perlakuan dan setiap
sampel mengalami 5 titik pengukuran. Rata-rata hasil pegukuran 5 titik pada setiap
sampel dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata Hasil Pengukuran Kekerasan 5 titik pada Lempeng Akrilik
5.2. Analisis Hasil Penelitian
Data pengukuran perubahan kekerasan resin akrilik setelah dilakukan
perendaman dalam larutan cuka apel dianalisis secara statistik menggunakan uji
ANOVA satu arah dengan tingkat kemaknaan (α = 0,05). Hasil uji statistik ini
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji statistik perubahan kekerasan lempeng akrilik tanpa
perendaman dalam larutan cuka apel (0 menit) dengan lempeng akrilik setelah
perendaman selama 5,10,dan 15 menit dalam larutan cuka apel.
Waktu
Keterangan : * terdapat perbedaan yang bermakna
Perbedaaan rata-rata hasil pengukuran kekerasan pada lempeng akrilik pada
Means Plots
Grafik 1. Perbedaan rata-rata perubahan kekerasan resin akrilik
BAB 5
PEMBAHASAN
Perbedaan rata-rata kekerasan hasil pengukuran pada sampel resin akrilik,
yaitu 413,860 HV pada 0 menit sebagai kontrol, 388,420 HV pada perendaman 5
menit, 371,380 HV pada perendaman selama 10 menit dan 362,500 HV pada
perendaman selama 15 menit.
Dari data yang terkumpul bahwa rata-rata nilai perubahan kekerasan menurun
pada setiap perlakuan perendaman 5, 10 dan 15 menit jika dibandingkan dengan
group kontrol (tanpa perendaman). Dari hasil tersebut nilai perubahan kekerasan yang
terbesar adalah lempeng akrilik yang direndam 15 menit dan yang terkecil yang
direndam selama 5 menit. Dari pengukuran lempeng akrilik dimana lempeng akrilik
direndam dalam larutan cuka apel menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna
(p<0,05) pada setiap perendaman 5, 10 dan 15 menit. Berarti jenis larutan yang
digunakan untuk merendam, yaitu larutan cuka apel, sangat berpengaruh terhadap
perubahan kekerasan lempeng resin akrilik.
Dari hasil uji Anova satu arah pada perendaman selama 5 menit diperoleh
signifikasi sebesar 0,028(p<0,05), perendaman selama 10 menit diperoleh signifikasi
sebesar 0,001(p<0,05), dan perendaman selama 15 menit diperoleh signifikasi
sebesar 0,000. Tingkat signifikasi ini kurang dari 0,05 maka terdapat beda bermakna
antar kelompok perlakuan. Perbedaan kekerasan yang paling besar antara sampel
kontrol dengan sampel perendaman setelah 15 menit. Pada perbandingan waktu ini
kekerasan pada resin akrilik setelah perendaman sampel dalam larutan cuka apel
yaitu sebesar 51,360.
Hasil uji tersebut menunjukkan lama perendaman resin akrilik heat-cured
dalam larutan cuka apel mempengaruhi kekerasan resin akrilik tersebut. Dari hasil uji
ini terlihat bahwa makin lama waktu perendaman resin akrilik maka nilai kekerasan
makin menurun.
Dari hasil penelitian ini, penurunan angka kekerasan resin akrilik heat-cured
mungkin dapat dipengaruhi karena kandungan fenol dalam larutan cuka apel, dimana
bila berkontak dengan resin akrilik dapat menyebabkan kerusakan kimiawi pada
permukaan resin akrilik. Perusakan secara kimia menimbulkan kekasaran pada
permukaan resin akrilik sehingga dapat menyebabkan retak atau crazing dan
penurunan kekuatan serta kekerasan. Senyawa fenol dapat berdifusi ke dalam
lempeng akrilik dan mulai menyebabkan perusakan kimiawi resin akrilik. 2
Menurut Shen, fenol dengan konsentrasi 5% apabila kontak dengan resin
akrilik menunjukkan peningkatan berat oleh karena penyerapan air dan pengaruh
kimia pada morfologi permukaan resin akrilik. Senyawa fenol dapat diserap oleh
permukaan resin akrilik dan menyebabkan permukaan resin menjadi mengembang
dan lunak. Resin akrilik mempunyai sifat menyerap air atau cairan. Fenol merupakan
suatu senyawa yang terkandung dalam larutan cuka apel dan mempunyai berat
molekul yang lebih kecil dari berat molekul polimer resin akrilik. Hal ini
menyebabkan fenol dapat berpenestrasi ke dalam lempeng resin akrilik dan terjadi
resin akrilik. Kemungkinan lain adanya larutan asam dari larutan cuka apel bila
bereaksi dengan resin akrilik akan menyebabkan perubahan kimia, yaitu yang terjadi
adalah kelarutan beberapa bahan pengisi. Selama mengalami reaksi saat
berpolimerisasi, ikatan karbon ganda silang bereaksi dengan oligomer, membentuk
ikatan dengan bahan pengisi menjadi matrik polimer. Ikatan ini dapat terdegradasi
oleh absorbsi air dari resin akrilik selama digunakan. Adanya kelebihan ion H+ pada
kelarutan asam akan menyebabkan ketidakstabilan ikatan kimia dari resin akrilik. Ion
H+ dari asam menyebabkan degradasi ikatan polimer sehingga beberapa monomer
dari resin akrilik melepaskan diri, yang disertai pelepasan bahan pengisi yang ada.
Adanya kelarutan ini akan menyebabkan banyaknya ruang-ruang kosong di antara
matrik polimer sehingga memudahkan terjadinya ikatan antara unsur-unsur yang ada
pada cairan dengan matrik polimer di tempat tersebut.2, 13-14
Dari hasil penelitian Suguh dkk (2010), diperoleh hasil bahwa terdapat
perbedaan bermakna kekuatan impak resin akrilik setelah perendaman 45 menit dan
17 hari di larutan cuka apel. Dari penelitian ini juga disimpulkan bahwa waktu
perendaman resin akrilik yang lebih lama dalam larutan cuka apel dapet mengurangi
kekuatan impak resin akrilik.2
Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh degan hasil penelitian Utari Kresnodi
(2005) yang menyatakan dalam penelitiannya terhadap perubahan kekerasan
permukaan basis gigitiruan EBP 2421 dan resin akrilik setelah perendaman dalam
larutan minuman; aquadest, red soft drink dan coffee, menyatakan terjadinya
perubahan kekerasan resin akrilik yang direndam selama 30 menit terdapat perubahan
Ada berbagai kemungkinan yang menyebabkan hasil penelitian ini berbeda
dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan ini mungkin berhubungan
dengan larutan yang digunakan sebagai bahan perendaman. Dalam hal komposisi
resin akrilik dan larutan cuka apel atau mungkin karena tutup botol liquid dan larutan
cuka apel yang terlalu lama terbuka atau terkena sinar matahari selama proses
produksi, penyimpanan ataupun ketika melakukan perendaman, sehingga mungkin
saja menguap dan mempengaruhi konsentrasi liquid dan larutan cuka apel.
Temperatur ruangan tempat penelitian yang tidak mampu dikendalikan ketika
perendaman juga mungkin menyebabkan perubahan pada liquid dan larutan cuka apel
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Terdapat perubahan yang bermakna antara kekerasan resin akrilik tanpa
perendaman dengan yang telah direndam dalam larutan cuka apel selama 5, 10 dan 15
menit.
2. Perubahan kekerasan yang terkecil terdapat pada kelompok perlakuan 5 menit
perendaman dengan signifikasi sebesar 0,028 (p<0,05).
3. Perubahan kekerasan yang terbesar terdapat pada kelompok perlakuan 15 menit
perendaman dengan signifikasi sebesar 0,000 (p<0,05).
4. Semakin lama perendaman resin akrilik heat-cured dalam larutan cuka apel
dapat menurunkan kekerasan resin akrilik tersebut.
7.2 Saran
1. Diharapkan hasil penelitian ini sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut.
2. Diharapkan penelitian lanjutan dapat meneliti perubahan sifat-sifat mekanis
maupun sifat-sifat fisis resin akrilik lainnya pada saat direndam dalam larutan cuka apel.
3. Diharapkan penelitian lanjutan yang lebih jauh dan mendalam untuk
mengetahui lebih pasti penyebab perubahan kekerasan resin akrilik pada saat perendaman
dalam larutan cuka apel pada penelitian ini dan penelitian-penelitian sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Craig RG, Powers JM. Restorative Dental Materials. 12th ed. St. Louis: CV
2. Suguh B.P. dkk. Perubahan Kekuatan Impaksi Resin Akrilik Polimerisasi
Panas Dalam Perendaman Larutan Cuka Apel. Dentofasial Jurnal Kedokteran
Gigi, 2010; 9 (1): 13-20.
3. Dewi K. Kekuatan Transversa (Transversal Strenght) Akrilik Self Cured Dan
Akrilik Heat Cured Direndam Rebusan Daun Sirih (Piper Bitle) Sebagai
Bahan Pembersih Gigi Tiruan Lepasan. Majalah Ilmiah Ked.Gigi, 2007; 22
(4): 121-127.
4. Anusavice, KJ. Phillip’s Science of Dental Materials . Alih Bahasa Budiman
JA, Purwoko S. 10th ed. Jakarta: EGC, 2003: 197-226.
5. Manappallil, JJ. Basic Dental Materials. 1st ed New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publisher (P) Ltd, 1998: 16-18; 94-134.
6. Kresnodi U. Kekerasan Permukaan Basis Gigitiruan Poliester EBP 2421 dan
Resin Akrilik Setelah Perendaman dalam Larutan Minuman. Surabaya
Indonesia, Dent. J, 2005; 38 (1): 156.
7. Grossman LI. Hanbook of Dental Practice. 3rd ed. Philadelphia: J.B.LI, 1958:
501-503.
8. Siti S dkk. Pengaruh Cara Pemrosesan Resin Akrilik Terhadap Sifat Fisik
Dan Mekanik. Jurnal Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. UGM, 2005;
30 (1): 19-23.
9. Hilgenberg, S. P. Evaluation of surface physical properties of acrylic resins
for provisional prosthesis. 2008. <http://www.scielo.br> (13 Agustus 2008).
11.Y Dodi. Material Teknik Pengujian Kekerasan dan Metalografi. Pengujian
Kekerasan. 2009. <http://dodi_y.staff.gunadarma.ac.id> (25 Agustus 2009).
12.Simon, WJ. Clinical Operative Dentistry. Philadelphia and London : WB
Saunders Company, 1956: 248.
13.Bhatnagar, M.S. A Textbook of Polymers. New Delhi : S.Chand and Company
LTD, 2004; 9-20.
14.Biesenberger, A.J., Sebastian D.H. Principles of Polymerization Engineering.
New York : A Wiley-Interscience Publication, 1989 : 662-680.
15.Powers, JM. Dental Materials Properties and Manipulation. 9th ed. Missouri:
Mosby Inc, 2008: 31-32; 286-294.
16.Mc Cabe, JF. Anderson’s Applied Dental Materials. 6th ed. Edinburgh:
Blackwell Scientific Publication, 1984: 83-91.
17.Dhuru VB. Contemporary Dental Materials. 1st ed. New Delhi: Oxford
University Press, 2004: 42-46.
18.Van Noort R. Introduction To Dental Materials. 3rd ed. London: Mosby Inc,
2008; 48: 216-226.
19.John VB. Testing of Materials. 1st ed. London: Macmillon Education Ltd,
1992: 11-13.
20.Avner SH. Introduction to Physical Metallurgy. 2nd ed. London: Macmillon
Education Ltd, 1989: 54-57.
21.Gordon England Company. Vickers Hardness Test.
22.Arifin A. Pengujian Kekerasan Material. 2010. <
http://blog.unsri.ac.id/amir/material-teknik/pengujian-kekerasan-material/mrdetail/6808/> (03 Maret 2010)
23.Dziab H, dkk. The Hardness of Five Acrylic Artificial Teeth Brands Marketed
in Bandung City. Padjadjaran, Dent. J, 2008; 20 (1): 19-22.
24.Albers HF. Tooth-Colored Restoratives Principles And Techniques. 9th ed.
London: BC Decker Inc, 2002: 1-17.
25.Azevedo A. Hardness of Denture and Hard Chair-side. J Appl Oral Sci 2005;
13(3): 291-5.
26.Dahlan H. Pengaruh Variasi Beban Indentor Micro Hardness Tester
Terhadap Akurasi Data Uji Kekerasan Material. URANIA, 2000; 24 (1):
Lampiran 1. Kerangka Konsep Penelitian
\
Plat dari wax dengan ukuran 20x20x2mm3
Penanaman pada kuvet
Terbentuk mold sebagai tempat pengisian resin akrilik
Powder dicampur dengan liquid dengan
ratio 2 : 1 sampai mencapai stage dough Proses Curing
Pengisian akrilik resin pada mold
Pengepresan kuvet dengan hidrolik press
Sampel Resin Acrylic Heat-Cured Proses kuring di waterbath
Penyelesaian akhir
Perendaman dalam larutan cuka apel dengan pengenceran 30ml : 150 ml air ,
selama 5 menit, 10 menit, 15 menit. Tanpa perendaman atau
kontrol (0 menit)
Lampiran 2. Skema Alur Penelitian
Plat dari wax dengan ukuran 20x20x2mm
Flasking
Molding
Proses Curing
P C i
Polishing
Perendaman Sample dalam larutan cuka apel
Sample tidak dilakukan perendaman 5 menit 10 menit 15 menit
Pengukuran kekerasan
Hasil pengukuran
Uji statistik
Lampiran 3
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
Nilai kekerasan
15326,640 3 5108,880 8,231 ,000
22345,536 36 620,709
Squares df Mean Square F Sig.
Descriptives Hardness Number (HV)
10 413,860 20,8120 6,5813 398,972 428,748 391,0 459,6
10 388,420 24,2330 7,6632 371,085 405,755 351,2 415,8
10 371,380 28,4539 8,9979 351,025 391,735 330,4 432,0
10 362,500 25,5507 8,0798 344,222 380,778 325,2 420,2
40 384,040 31,0798 4,9141 374,100 393,980 325,2 459,6
Kontrol
Perendaman 5 menit Perendaman 10 menit Perendaman 15 menit Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for
Mean
Post Hoc Tests
Dependent Variable: Hardness Number (HV) LSD
25,440* 11,1419 ,028 2,843 48,037
42,480* 11,1419 ,001 19,883 65,077
51,360* 11,1419 ,000 28,763 73,957
17,040 11,1419 ,135 -5,57 39,637
25,920* 11,1419 ,026 3,323 48,517
-25,440* 11,1419 ,028 -48,073 -2,843
-17,040* 11,1419 ,135 -39,637 5,557
8,880 11,1419 ,431 -13,717 31,477
-42,480** 11,1419 ,001 -65,077 -19,883
-25,920* 11,1419 ,026 -48,517 -3,323
-8,880 11,1419 ,431 -31,477 13,717
-51,360* 11,1419 ,000 -73,957 -28,763
(J) Kelompok perlakuan
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval