• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN SOFTWARE CABRI 3D.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN SOFTWARE CABRI 3D."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Mustika Pratiwi. Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa dengan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Cabri 3D. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dengan model pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D, interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematik terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa, dan untuk mendeskripsikan proses jawaban siswa pada tes kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah matematik masing-masing pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan sampel sebanyak 80 siswa. Sampel terdiri dari kelas eksperimen sebanyak 40 siswa dan kelas kontrol sebanyak 40 siswa. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan awal/prasyarat, kemampuan pemahaman konsep matematik, dan tes kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Data yang diperoleh, selanjutnya dianalisis menggunakan analisis varian dua jalur dengan bantuan program SPSS. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dengan model pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diberi model konvensional. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematik terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Proses jawaban dari tes kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dengan model pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D menunjukkan ketercapaian indikator kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah matematik yang lebih lengkap daripada pembelajaran model konvensional.

(6)

ii ABSTRACT

Mustika Pratiwi. The Increasing of Conceptual Understanding and Mathematics Problem Solving Ability Through Guided Discovery Method with Software Cabri 3D. Thesis : Postgraduate Program. State University Of Medan, 2016.

The purpose of this research was to study the increasing of student’s conceptual understanding and mathematics problem solving ability as an impact of guided discovery method on learning with software Cabri 3D, and to find the interaction between the instructional approach and prior mathematic ability in increasing conceptual understanding and mathematics problem solving ability, and student answering proses for both guided discovery and konvensional learning method. This research was a quasy experiment with the sample of this research of 80 students, consisted of one class with 40 students as an experiment class and another class with 40 students as a control class. The instruments used consist of three test; prior mathematics ability test, conceptual understanding ability test, mathematics problem solving ability test, and one the description analyz. The data were analyzed by using ANAVA in the SPSS program. Based on the result of this research, it could be concluded that the improvement of student’s conceptual understanding and mathematics problem solving ability through guided discovery method with software Cabri 3D was better than improvement of student’s conceptual understanding and mathematics problem solving ability through konvensional method. There was no interaction between the instructional approach and prior mathematics ability to improvement of student’s conceptual understanding and mathematics problem solving ability. Students activity in learning by using guided discovery method with software Cabri 3D was better than those through konvensional method, and the process of students answer whose learning through guided discovery method with software Cabri 3D was more complete based on conceptual understanding and mathematics problem solving ability indicator than the students who through konvensional method.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahrirohmanirrohim,

Alhamdulillahirobbil’Alamin, penulis memanjatkan puji dan syukur ke

khadirat Allah SWT yang telah, sedang dan akan selalu setia ”menemani” serta

memberi nikmat sehat dan kesempatan, sehingga penulisan tesis ini dapat

diselesaikan. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad

SAW, serta seluruh keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Tesis yang berjudul ”PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEPNDAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA DENGAN

MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN

SOFTWARE CABRI 3D” ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Tesis ini berisi 5 (lima) bab, yaitu: Bab I Pendahuluan berisikan uraian

tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hipotesis

penelitian. Bab II Kajian Pustaka, berisi kerangka teoritis yang menjadi acuan

dalam melakukan penelitian ini. Bab III Metode Penelitian, memberikan

penjelasan tentang disain penelitian yang digunakan, pemilihan sampel dan

populasi, serta analisis data yang digunakan. Bab IV Hasil Penelitian dan

Pembahasan, berisikan penjelasan hasil penelitian dan pembahasannya.

Sedangkan Bab V Simpulan, Implikasi dan Saran, menjelaskan kesimpulan

(8)

iv

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat melengkapi penelitian terdahulu

dan memberi inspirasi pada penelitian berikutnya. Akhir kata, penulis menyadari

sepenuh hati, tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik

konstruktif dari segenap pembaca, sangat penulis harapkan dalam rangka mencari

alternatif pembelajaran matematika dan perbaikan pendidikan di Indonesia masa

yang akan datang. Semoga menjadi amal ibadah dan mendapat imbalan yang

setimpal dari Allah SWT. Amiiin.

Medan, 18 januari 2016

(9)

vii

2.3 Aktivitas Belajar Matematika Siswa ...33

2.3.1 Pengertian Belajar ...35

2.3.2 Pengertian Mengajar ...37

2.3.3 Pembelajaran Matematika ...39

2.4 Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing ...42

2.5 Penggunaan Media Komputer Sebagai Penunjang Pembelajaran ...49

2.6 Pembelajaran Biasa (Konvensional) ...53

2.7 Teori Belajar Pendukung...56

2.7.1 Teori Konstruktivisme...56

2.7.2 Teori Belajar Van Hiele ...62

2.7.3 Teori Belajar Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) ...69

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...81

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...82

3.4 Desain Penelitian...83

3.4.1 Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian...84

3.4.2 Tahap Ujicoba Perangkat dan Instrumen Penelitian ...87 3.4.3 Tahap Pelaksanaan Model Pembelajaran

(10)

viii

3.5 Variabel Penelitian ...92

3.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulang Data ...93

3.6.1 Tes Kemampuan Awal Siswa ...93

3.6.2 Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ...94

3.6.3 Tes kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa .96 3.7 Teknik Analisa Data...97

3.7.1 Analisa Data Inferensial ...98

3.7.2 Analisa Data Deskriptif ...104

3.8 Prosedur Penelitian...108

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ...110

4.1.1 Deskripsi Kemampuan Awal Matematika ...111

4.1.2 Deskripsi Kemampuan Pemahaman Konsep ... Matematik Siswa ...114

4.1.3 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa ...120

4.1.4 Analisis Data ...125

4.1.5 Uji Hipotesis I dan III (ANAVA Dua Jalur) ...133

4.1.6 Uji Hipotesis II dan IV (ANAVA Dua Jalur)...139

4.1.6 Proses Jawaban Siswa ...146

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ...175

4.2.1 Faktor Pembelajaran...176

4.2.2 Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik ...179

4.2.3 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ...181

4.3 Keterbatasan Penelitian ...184

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan ...187

5.2 Implikasi...188

5.3 Saran ...189

Daftar Pustaka...191

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing ...46

Tabel 2.2 Karakteristik Pembelajaran Dengan Penemuan Terbimbing ...47

Tabel 2.3 Peran Guru dan Siswa dalam Model Penemuan Terbimbing ...48

Tabel 2.4 Tahapan Belajar Geometri dengan Teori Van Hiele...69

Tabel 3.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ...84

Tabel 3.2 Hasil Validasi Tes Kemampuan Prasyarat Matematika ...85

Tabel 3.3 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika .85 Tabel 3.4 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 86 Tabel 3.5 Rancangan Uji Coba...88

Tabel 3.6 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas ...90

Tabel 3.7 Rangkumn Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas ...91

Tabel 3.8 Rancangan Penelitian ...92

Tabel 3.9 Kriteria Pengelompokan Kemampuan Matematika Siswa...94

Tabel 3.10 Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep Matematika ...94

Tabel 3.11 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep...95

Tabel 3.12 Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah ...96

Tabel 3.13 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah ...97

Tabel 3.14 Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas, Variabel Terikat dan Variabel Konstan...102

Tabel 3.15 Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa ...105

Tabel 3.16 Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ...106

Tabel 3.17 Keterkaitan antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data, Alat Uji Dan Uji Statistik ...107

Tabel 4.1 Hasil Rata-rata dan Simpangan Baku KAM ...111

Tabel 4.2 Deskripsi Pengelompokkan Siswa berdasarkan KAM...112

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas KAM ...113

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas KAM...114

Tabel 4.5 Deskripsi Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Kedua Kelompok Pembelajaran...115

Tabel 4.6 Deskripsi Data Kemampuan Pemahaman konsep matematik Untuk Kategori KAM...117

Tabel 4.7 Peningkatan Kemampuan Pemahaman konsep matematik berdasarkan KAM ...119

Tabel 4.8 Deskripsi Data Kemampuan Pemecahan masalah matematik Siswa Kedua Kelompok Pembelajaran ...120

Tabel 4.9 Deskripsi Data Kemampuan Pemecahan masalah matematik Siswa Setiap Kategori KAM ...123

Tabel 4.10 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik berdasarkan KAM ...124

Tabel 4.11 Data Hasil Peningkatan Kemampuan Pemahaman konsep matematik Siswa ...126

(12)

x

Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Pemahaman konsep

matematik ...129 Tabel 4.14 Data Hasil Peningkatan Kemampuan pemecahan masalah

matematik Siswa ...130 Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Pemecahan masalah

matematik ...132 Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Pemecahan masalah

Matematik...133 Tabel 4.17 Uji ANAVA Dua Jalur N-Gain Pemahaman konsep

matematik Siswa ...135 Tabel 4.18 Rangkuman hasil pengujian hipotesis I dan III ...138 Tabel 4.19 Uji ANAVA Dua Jalur N-Gain Pemecahan masalah

matematik Siswa ...140 Tabel 4.20 Rangkuman hasil pengujian hipotesis II dan IV ...144 Tabel 4.21 Rangkuman hasil pengujian hipotesis Keseluruhan...145 Tabel 4.22 Skor Perolehan Tes Kemampuan Pemahaman Konsep

Pada Indikator Menyatakan Ulang Konsep...149 Tabel 4.23 Skor Perolehan Tes Kemampuan Pemahaman Konsep

Pada Indikator Memberikan Contoh dan Bukan Contoh ...151 Tabel 4.24 Skor Perolehan Tes Kemampuan Pemahaman Konsep pada

Indikator Menggunakan Konsep dalam Pemecahan Masalah...154 Tabel 4.25 Kriteria Penyelesaian Jawaban Siswa pada Tes Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematik Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ...154 Tabel 4.26 Skor Perolehan Tes Kemampuan Pemahaman Konsep pada

Indikator Mengidentifikasi Masalah ...159 Tabel 4.27 Skor Perolehan Tes Kemampuan Pemahaman Konsep pada

Indikator Merencanakan Pemecahan Masalah ...162 Tabel 4.28 Skor Perolehan Tes Kemampuan Pemahaman Konsep pada

Indikator Menyelesaikan Masalah ...167 Tabel 4.29 Skor Perolehan Tes Kemampuan Pemahaman Konsep pada

Indikator Mengevaluasi Jawaban ...170 Tabel 4.30 Kriteria Penyelesaian Jawaban Siswa pada Tes Kemampuan

(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Jawaban Hasil Tes Siswa... 3

Gambar 2.1 Bagan Interaksi Siswa Dalam Metode Penemuan... 43

Gambar 2.2 Pedagogical Content Knowledge ... 70

Gambar 2.3 Technological Pedagogical Content Knowledge... 72

Gambar 2. 4 Bagan Hubungan Teori Konstruktivisme, Teori van Hiele, TPCK, Model Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Cabri 3D dengan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 74

Gambar 3.1 Alur Penelitian Gambar 4.1 Grafik Kemampuan Awal Matematika ...111

Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik...115

Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Dilihat Dari KAM ...119

Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ...121

Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dilihat dari KAM ...125

Gambar 4.6 Interaksi antara pembelajaran dan KAM Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa ...136

Gambar 4.7 Grafik Peningkatan Pretes dan Postes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa ...137

Gambar 4.8 Interaksi antara pembelajaran dan KAM Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa ...142

Gambar 4.9 Grafik Peningkatan Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa ...143

Gambar 4.10 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Soal 2 dan 3 ...148

Gambar 4.11 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Soal 1 ...150

Gambar 4.12 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Soal 4 dan 5 ...152

Gambar 4.13 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Indikator 1...157

Gambar 4.14 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Indikator 2...160

Gambar 4.15 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Indikator 3...164

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemahaman konsep dalam matematika merupakan salah satu kecakapan

atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar

matematika, kemahiran matematika tersebut terindikasi dengan menunjukkan

pemahaman konsep matematika yang dipelajari siswa, menjelaskan keterkaitan

antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Pemahaman diartikan dari kata

understanding (Sumarmo, 1987). Derajat pemahaman ditentukan oleh tingkat

keterkaitan suatu gagasan, prosedur atau fakta matematika yang dipahami secara

menyeluruh jika hal-hal tersebut membentuk jaringan dengan keterkaitan yang

tinggi, dan konsep diartikan sebagai ide abstrak yang dapat digunakan untuk

menggolongkan sekumpulan objek (Depdiknas, 2003).

Pemahaman konsep merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki

oleh siswa dalam pembelajaran matematika. Kemampuan ini menjadi penting

dikarenakan pelajaran matematika itu sendiri merupakan mata pelajaran yang

hirarkis, artinya mata pelajaran matematika terstruktur secara sistematis sehingga

berkaitan antara satu pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnya. Sebagai

contoh, seorang siswa yang akan mempelajari luas dan volume kubus tentulah

siswa tersebut harus terlebih dahulu memahami konsep luas yang ada pada

bangun datar khususnya persegi, setelah siswa memahami konsep luas persegi,

barulah kemudian siswa dapat menyelesaikan luas dari sebuah kubus.

(15)

2

Kemampuan pemahaman konsep yang baik pada diri siswa akan

menunjang kemampuan pemecahan yang baik pula. Konsep yang diterima dan

dipahami siswa secara baik akan menuntun siswa menyelesaikan masalah secara

sistematis dan terstruktur. Mengajarkan siswa untuk menyelesaikan masalah

memungkinkan siswa menjadi lebih analitis dalam mengambil keputusan dalam

hidupnya. Dengan kata lain, jika siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah maka

siswa tersebut akan mampu mengambil keputusan, sebab siswa tersebut telah

terampil mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi dan

meneliti kembali betapa perlunya hasil yang telah diperolehnya. Memperhatikan

apa yang akan diperoleh siswa dengan belajar memecahkan masalah, maka

wajarlah jika pemecahan masalah adalah bagian yang sangat penting dalam

belajar matematika. Hal ini karena pada dasarnya salah satu tujuan belajar

matematika bagi siswa adalah agar ia mempunyai kemampuan atau keterampilan

dalam memecahkan masalah atau soal-soal matematika, sebagai sarana baginya

untuk mengasah penalaran yang cermat, logis, kritis, analitis, dan kreatif.

Skemp dan Pollatsek (dalam Sumarmo, 1987) menyatakan bahwa terdapat

dua jenis pemahaman konsep, yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman

rasional. Pemahaman instrumental dapat diartikan sebagai pemahaman atas

konsep yang saling terpisah dan hanya rumus yang dihafal dalam melakukan

perhitungan sederhana, sedangkan pemahaman rasional termuat satu skema atau

struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas.

Secara konsep, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang

(16)

3

mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap,

pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk

bermasyarakat, berbangsa serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat

manusia. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk

memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang

diharapkan.

Dari hasil survey peneliti, berupa pemberian tes diagnosis kepada siswa

kelas VIII SMP Swasta Shafiyyatul Amaliyyah Medan dengan 10 soal pilihan

berganda disertai alasan/cara penyelesaian menunjukkan bahwa terdapat 80%

siswa kesulitan mengerjakan soal penerapan konsep matematika, yang dalam hal

ini belum memenuhi indikator pemahaman konsep; mengklasifikasikan objek

menurut sifat tertentu. Berikut adalah hasil jawaban siswa dalam test tersebut :

Gambar 1.1 Jawaban hasil tes siswa

Dari alasan yang diberikan siswa dapat dianalisa bahwa pemahaman konsep siswa

tentang persegi panjang belum sepenuhnya utuh. Artinya, siswa memahami

konsep persegi panjang baru sampai pada defenisinya saja, dan belum memahami

unsur- unsur yang dimiliki oleh persegi panjang sehingga siswa tidak mampu

mengklasifikasikan objek kedalam sifat tertentu.

Alasan menunjukkan bahwa siswa belum memahami unsur- unsur

(17)

4

Selain kemampuan pemahaman konsep, kemampuan pemecahan masalah

matematika juga merupakan hal yang tidak kalah penting sebagai tolak ukur

pemahaman matematis siswa. Setelah pemahaman konsep yang dimiliki siswa

matang, maka siswa tersebut telah siap untuk memperoleh masalah (soal) dan

memecahkannya secara tepat sesuai dengan prosedural yang berlaku. Menurut

Polya, terdapat empat tahap penting dalam memecahkan masalah (dalam

Sumardyono, 2004), yaitu memahami soal/masalah selengkap mungkin, memilih

rencana penyelesaian, menerapkan rencana tadi, dan memeriksa kembali jawaban.

Soal-soal yang terkait dengan pemecahan masalah biasanya merupakan soal-soal

non-rutin yang memiliki tingkat penalaran yang tinggi dan cara penyelesaian yang

kompleks.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum

matematika yang sangat penting, karena dalam proses pembelajaran maupun

penyelesaian siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan

pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada

pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Pemecahan masalah matematika

adalah proses yang menggunakan kekuatan dan manfaat matematika dalam

menyelesaikan masalah yang juga merupakan metode penemuan solusi melalui

tahap-tahap pemecahan masalah.

Selain tes pemahaman konsep diatas, peneliti juga memberikan tes

pemecahan masalah matematika siswa yang menunjukkan 66,7% dari jumlah

(18)

5

dunia nyata, dan 76,4% dari jumlah siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal

dalam bentuk pemecahan masalah terkait dunia nyata. Sebagai contoh :

Sebuah taman berbentuk lingkaran berdiameter 24meter. Didalam taman itu terdapat sebuah kolamberbentuk persegi panjang berukuran 9 meter × 6meter. Pada bagian taman di luar kolam ditanamirumput dengan harga Rp. 6.000,00. Bila ongkospemasangan rumput adalah Rp. 4.000,00 per m, makabiaya penanaman rumput itu seluruhnya adalah?

Dari hasil jawaban yang diperoleh siswa terdapat 6 orang siswa yang mampu

menyusun jawaban secara sistematis, 2 diantaranya mampu menghitung dengan

tepat, 3 lainnya tidak menyelesaikan jawabannya dan 1 orang terlihat bingung

dalam perencanaan dan pelaksanaan penyelesaian masalahnya. Sedangkan 19

orang lainnya tidak bisa memahami masalah dan memberikan alasan yang tepat.

Dari hal di atas, diketahui bahwa permasalahan tentang pemahaman

konsep dan pemecahan masalah matematika siswa merupakan persoalan yang

serius untuk segera ditangani. Hal ini dikarenakan pemahaman konsep merupakan

fondasi dasar seseorang dalam mempelajari matematika. Jika konsep yang

diterima benar dan disampaikan dengan baik maka siswa akan mudah dalam

penerapannya terhadap permasalahan matematika.

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan pada siswa kelas VIII-1 SMP

Shafiyyatul Amaliyyah Medan, pada saat perbincangan diluar kelas dan diluar

jam pelajaran matematika, penulis menemukan bahwa sebagian siswa tidak

menyukai pelajaran matematika dengan beberapa alasan, diantaranya : pelajaran

matematika itu membosankan, repot karena harus menghitung, pertanyaannya

panjang (soal cerita), penyelesaiannya juga panjang, guru yang mengajar

(19)

6

mengerjakan latihan/PR. Sedangkan hasil wawancara penulis dengan guru,

dinyatakan bahwa siswa kurang mandiri dalam mengerjakan tugas dan kurang

bertanggung jawab atas jawaban yang dimilikinya.

Hasil pengamatan yang dilakukan penulis selama proses pembelajaran di

dalam kelas menunjukkan guru masih monoton dalam memberikan materi

pelajaran, media yang digunakan berupa tampilan slide materi pada layar proyeksi

ke dinding papan tulis, pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher oriented),

konsep matematika diberikan langsung oleh guru, minat belajar siswa masih

rendah, kreatifitas siswa dalam mengikuti pelajaran dinilai masih rendah.

Dari pengamatan di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa untuk

meningkatkan pemahaman konsep dan pemecahan masalah matematika yang

terjadi pada siswa SMP Shafiyatul Amaliyah ini perlu dilakukan sebuah tindakan

berupa pemberian model pembelajaran matematika yang berbeda, dimana model

yang diterapkan nantinya dapat meningkatkan kreativitas, produktivitas dan

analisis logis yang baik pada diri siswa. Selain itu, kesiapan dan kemampuan

mengikuti pelajaran juga ditentukan oleh kemampuan awal matematis (KAM)

yang dimiliki siswa. Hal ini dikarenakan matematika merupakan pelajaran yang

hirarkis, artinya ada keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lain,

maka tidak mungkin seorang siswa langsung mempelajari konsep C tanpa terlebih

dahulu memahami konsep B, tidak mungkin pula langsung mempelajari konsep B

tanpa terlebih dahulu mempelajari konsep A. Hal ini sejalan dengan pernyataan

Hudojo (1988:3) bahwa : “Mempelajari konsep B yang mendasari kepada konsep

(20)

7

A tidak mungkin orang itu memahami konsep B”. Sebagai contoh, untuk dapat

memcahkan masalah yang berkaitan bangun ruang sisi datar, siswa haruslah

memahami konsep bangun datar, sudut dan garis dan teorema phytagoras.

Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan

pemecahan masalah dalam pengetahuan yang baru diperlukan pengetahuan yang

telah ada untuk mendukung keberhasilan belajar. Perlu diketahui bahwa setiap

siswa memiliki kemampuan yang berbeda antara satu dengan yang lain dalam

memahami matematika. Ruseffendi (1991) menyatakan bahwa dari sekelompok

siswa yang dipilih secara acak akan selalui dijumpai siswa yang memiliki

kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Perbedaan kemampuan yang dimiliki

siswa bukan semata- mata merupakan bawaan dari lahir, tetapi juga dipengaruhi

oleh lingkungan dimana mereka tinggal. Oleh karena itu, pemilihan model

pembelajaran yang tepat menjadi hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan.

Siswa dengan KAM sedang dan rendah, akan sulit memahami materi

matematika. Sehingga penyajian model dan metode pembelajaran yang sesuai

dengan karakteristik siswa dapat memungkinkan pemahaman siswa akan lebih

cepat dan akhirnya dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Sebaliknya bagi siswa yang

memiliki KAM tinggi tidak memberi pengaruh besar terhadap kemampuan

pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Hal

ini terjadi karena siswa dengan KAM tinggi telah memiliki ‘modal’ yang cukup

(21)

8

Salah satu model pembelajaran yang dianggap sejalan dengan keinginan

tersebut diatas, yakni yang kreatif, inovatif, dan efektif dalam pembentukan

manusia Indonesia yang mandiri, mampu untuk memunculkan gagasan, serta

meningkatkan kemampuan berpikir dalam belajar matematika adalah model

pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery). Hal ini dikarenakan

model pembelajaran penemuan terbimbing merupakan suatu model pembelajaran

yang progressif serta menitik-beratkan kepada aktifitas siswa dalam belajar.

Model pembelajaran penemuan terbimbing juga memungkinkan siswa untuk

mengetahui dengan pasti informasi yang akan diselesaikan dan ide-ide

penyelesaian dalam beberapa cara yang berasal dari diri mereka sendiri, ini adalah

cara paling alami bagi siswa untuk lebih mudah mengerti dan pelajaran lebih

mudah diingat.

Kurikulum 2013 yang menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan

tidak bisa dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah

subjek yang memiliki kemampuan secara aktif mencari, mengolah,

mengkontruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus

berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk

mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Terkait dengan

pembelajaran matematika khususnya, metode belajar yang banyak diterapkan oleh

guru-guru di sekolah masih monoton, siswa lebih sering dihidangkan pada

rumus-rumus jadi dan kemudian diberikan contoh soal dan penyelesaiannya. Pemecahan

(22)

9

ada. Sehingga proses berpikir dan berargumentasi siswa hanya terbatas pada

tahapan-tahapan yang diberikan oleh guru.

Kontruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan akan tersusun atau

terbangun di dalam pikiran siswa sendiri ketika berupaya untuk

mengorganisasikan pengalaman barunya berdasarkan kerangka koqnitif yang

sudah ada dalam pikiran siswa. Prince & Felder (dalam Yoppy, 2011),

menyatakan:

“An alternative model, contructivism, holds that whether or not there is an objecttive reality (different contructivist theories take opposing views on that issue), individual acttively construct and reconstruct their own reality in an effort to make sense of their experience. New information is filterder through mental structures (schemata) that incorporate the student’s prior kneowledge, beliefs, preconceptions and misconceptions, prejudies, and fears”.

Sejalan dengan hal tersebut, Liu & Chen (dalam Yoppy, 2011) menyatakan:

”Construtivism is a theory about how we learn and thingking proses, rather than about how student can memorize and recite a quantity of information... Therefore, constructivism means that learning involves constructing, creating, inventing, and developing one’s own knowledge and meaning”.

Teori konstruktivisme diatas mengemukakan bahwa setiap individu secara

aktif membangun dan mengembangkan apa yang mereka hadapi dalam

pengalaman mereka. Setiap informasi tersebut disusun secara sistematis dari satu

bagian pada bagian lain sedemikian rupa sebelum menjadi pengetahuan baru,

dimana pengetahuan tersebut disusun berdasarkan keyakinan, prasangka dan

pemahaman mereka sendiri. Teori konstruktivisme merupakan teori tentang

bagaimana proses belajar dan berpikir siswa dalam mengingat dan

(23)

10

pengalaman siswa untuk membangun, menciptakan, dan mengembangkan

pengetahuan yang dimilikinya.

Sementara Suherman (2001) merumuskan tujuan pembelajaran dengan

paham konstruktivis sebagai berikut: seorang guru matematika hendaknya

mempromosikan dan mendorong pengembangan setiap individu di dalam kelas

untuk menguatkan konstruksi matematika, untuk pengajuan pertanyaan (posing),

pengkonstruksian, pengeksplorasian, pemecahan, dan pembenaran

masalah-masalah matematika serta konsep-konsep matematika. Guru juga diharapkan

berusaha mengembangkan kemampuan siswa untuk merefleksikan dan

mengevaluasi kualitas konstruksi mereka (para siswa).

Tingkat pemahaman matematika seorang siswa lebih dipengaruhi oleh

pengalaman siswa itu sendiri, sedangkan pembelajaran metematika merupakan

usaha membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan melalui proses. Sebab

mengetahui adalah suatu proses, bukan suatu produk. Proses tersebut dimulai dari

pengalaman, sehingga siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk

mengkontruksi sendiri pengetahuan yang harus dimiliki.

Proses pembelajaran harus dapat diikuti dengan baik dan menarik

perhatian siswa dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan

tingkat perkembangan siswa dan sesuai materi pembelajaran. Belajar matematika

berkaitan dengan konsep- konsep abstrak, sedangkan siswa merupakan makhluk

psikologis, maka pembelajaran matematika harus sesuai dengan karakteristik

matematika dan siswa itu sendiri. Untuk menemukan konsep matematika yang

(24)

11

aktif, inovatif dan efektif sehingga muncul kemandirian belajar siswa dengan

karakteristik dan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Heri Risdianto (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat

peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang diberi

model pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software Autograph

dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat dari

rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh model

pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software Autograph adalah 68,80

sedangkan rata- rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional adalah 53,98. Hal ini menunjukkan

model pembelajaran penemuan terbimbing dapat menjadi salah satu model

pembelajaran pilihan guru untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

siswa.

Dalam kurikulum 2013 terdapat Kompetensi Inti Matematika yang

dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan

sikap keagamaan (Kompetensi Inti 1), yaitu menghargai dan menghayati ajaran

agama yang dianutnya, sikap sosial (Kompetensi Inti 2), yaitu menghargai dan

menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong

royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya, pengetahuan

(Kompetensi Inti 3), yaitu memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan

prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,

(25)

12

pengetahuan (Kompetensi Inti 4), yaitu mencoba, mengolah, dan menyaji dalam

ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat)

dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan

mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama

dalam sudut pandang/teori.

Tuntutan dari Kompetensi Inti Matematika tersebut adalah siswa

memahami pengertian-pengertian dalam matematika dan memiliki keterampilan

untuk dapat memecahkan persoalan baik dalam matematika maupun mata

pelajaran lain, serta dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman siswa dalam

mempelajari matematika tidak terpisah-pisah, antara satu konsep dengan konsep

lain yang saling terkait, pemahaman siswa pada topik tertentu akan menuntut

pemahaman siswa dalam topik sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pandangan

matematika sebagai ilmu yang terstruktur. Selanjutnya siswa dapat melakukan

analisis dan menarik kesimpulan dari apa yang diperolehnya. Untuk dapat

memahami matematika siswa harus memahami dua hal pokok tentang

matematika. Pertama, siswa harus dapat memahami konsep, prinsip, hukum,

aturan dan kesimpulan yang diperoleh dengan cara mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri. Kedua siswa harus dapat memahami cara memperoleh

semua itu dengan bimbingan guru.

Sejalan dengan hal tersebut, dalam prinsip-prinsip dan standard

matematika sekolah yang tak kalah penting adalah mengenai teknologi, teknologi

mempengaruhi matematika yang diajarkan dan meningkatkan proses belajar siswa

(26)

13

menuntut semua kalangan harus mampu beradaptasi dengan teknologi sebagai

penunjang terlaksananya suatu kegiatan. Sama halnya dengan pembelajaran

matematika, teknologi memiliki peranan penting sebagai penunjang untuk

mempermudah pelajaran sehingga mudah dicerna dan dipahami oleh siswa.

Vira Afriati (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan pemahaman konsep matematik siswa yang memperoleh model

penemuan terbimbing berbantuan software Autograph dibandingkan siswa yang

memperoleh model biasa, keaktifan belajar siswa juga meningkat serta siswa

dapat mengikuti pembelajaran matematika dengan lebih menyenangkan. Hal ini

menunjukkan bahwa perkembangan teknologi yang semakin canggih,

memberikan kemudahan bagi guru dan siswa dalam menyampaikan dan

menerima pelajaran matematika. matematika menjadi lebih mudah dipahami dan

lebih gampang diterima sehingga lebih mudah pula untuk digunakan dalam

penyelesaian masalah.

Teknologi memberikan gambaran visual dari ide-ide matematika,

memfasilitasi pengorganisasian dan menganalisis data, teknologi juga dapat

membantu menghitung secara efisien dan akurat. Selain itu, teknologi dapat

mendukung penyelidikan oleh siswa dalam setiap bidang matematika, termasuk

geometri, statistik, aljabar, pengukuran dan bilangan. Dengan tersedianya alat

teknologi yang canggih sekarang ini, dapat membantu siswa fokus pada

pengambilan keputusan, refleksi, penalaran, dan pemecahan masalah dalam

(27)

14

Dalam program pembelajaran matematika, teknologi harus digunakan

secara luas dan bertanggung jawab, dengan tujuan memperkaya pembelajaran

matematika siswa. Sebagaimana yang digambarkan dalam Prinsip-prinsip dan

Standard Matematika di sekolah bahwa setiap siswa memiliki akses untuk mampu

menggunakan teknologi untuk memfasilitasi belajar matematikanya dan harus

dilakukan dibawah bimbingan seorang guru terampil. Ini berarti, guru harus

mampu mengarahkan penggunaan teknologi secara tepat agar pembelajaran dapat

berjalan sebagaimana mestinya dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Perkembangan teknologi sekarang ini telah mampu memberi warna baru

bagi pendidikan dunia untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir

memecahkan masalah dan penganalisaan yang tinggi dalam pembelajaran

matematika. Teknologi juga memiliki peran yang sangat besar, untuk

meningkatkan kualitas berpikir dalam belajar matematika disekolah. Teknologi

yang salah satunya adalah komputer, dapat membantu memperjelas konsep dan

bentuk dari sebuah bangun geometri dalam pembelajaran matematika, mendorong

siswa untuk belajar tentang bentuk-bentuk geometri, cara untuk menganalisis

karakteristik bangun tersebut, dan menghitung luas daerah atau volumenya

dengan pembuktian yang diarahkan oleh kemampuan berpikir dan analisa siswa

itu sendiri.

Pembelajaran matematika melalui cara diatas, dapat memberikan kesan

mendalam kepada siswa tentang konsep yang diperolehnya ketika proses

pembelajaran dan mengajarkan matematika dengan teknologi komputer juga

(28)

15

pada siswa dan juga cara belajar terbaik bagi siswa untuk mengembangkan dan

mengarahkan kemampuan yang dimilikinya yang terkait dengan matematika.

Potensi besar komputer untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,

khususnya dalam pembelajaran matematika terlihat dari banyak hal abstrak atau

imajinatif yang sulit dipikirkan siswa dapat dipresentasikan melalui simulasi

komputer. Hal ini tentu saja akan menyederhanakan jalan pikiran siswa dalam

memahami matematika. Dengan menggunakan komputer siswa dapat melakukan

latihan-latihan dan percobaan-percobaan eksploratif matematik secara sederhana

untuk menemukan konsep ilmu, pembuatan pemodelan matematika, penyusun

strategi dalam memecahkan masalah, dan sebagai penguatan serta penanaman

konsep tersebut dalam diri siswa masing- masing.

Kemajuan TIK telah memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat

mengembangkan kemampuan belajarnya untuk memahami suatu topik

pembelajaran. Melalui software yang tersedia dalam komputer sangat

memungkinkan siswa untuk dapat terus berlatih mengembangkan pengetahuan

matematisnya. Salah satu software yang dapat membantu guru dan siswa dalam

pembelajaran adalah software Cabri 3 Dimensi. Cabri 3D adalah merupakan

perangkat lunak yang menyediakan alat untuk membuat dan memanipulasi

benda-benda dalam lingkungan tiga dimensi. Program ini sangat mudah digunakan

sesuai dengan ide yang dimiliki pengguna, karena didalam program ini sangat

memungkinkan pengguna untuk membuat sebuah lembar kerja baru dari awal atau

memilih salah satu dari banyak template yang tersedia di dalamnya.

(29)

16

poin (misalnya titik perpotongan), garis (misalnya segmen, vektor, lingkaran,

busur), bangun datar/ruang (misalnya poligon, segitiga, sektor, silinder), garis

tegak lurus, garis sejajar, lintasan dan lain sebagainya.

Dalam belajar geometri bangun ruang prisma dan limas dengan

menggunakan software Cabri 3D ini sangat memudahkan siswa untuk

menemukan konsep unsur-unsur, defenisi, dan rumus prisma dan limas. Program

ini dapat menyajikan gambaran prisma dan limas dalam ruang dimensi tiga

sehingga dapat membantu siswa untuk mengonstruksi ide-ide dalam

menggambarkan bagian-bagian prisma dan limas termasuk diagonal sisi alas,

diagonal ruang dan bidang diagonal prisma dan limas dalam dimensi dua serta

menemukan banyak diagonal bidang, diagonal ruang dan bidang diagonal limas

segi-n. Kemudian dari gambar tersebut, siswa dapat membuat jaring-jaring prisma

dan limas dan menentukan rumus luas permukaan serta volume prisma dan limas

tersebut. Selain itu, pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik dan tidak

monoton sehingga menimbulkan motivasi belajar pada siswa serta membuat

proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Software Cabri 3D dapat membantu guru dan siswa untuk mendalami

geometri karena penggunanya dengan mudah dapat menggambar atau

mengkonstruksi bangun-bangun geometri pada bidang datar, melakukan

eksplorasi terhadap bangun-bangun yang dikonstruksikan, dan pengguna juga

dapat berinteraksi dengan Cabri 3D.Cabri 3D juga dapat membuka peluang siswa

untuk belajar membangun pengetahuan geometrinya setelah melakukan observasi,

(30)

17

formal yang akhirnya dapat diaplikasikan dalam memecahkan permasalahan

geometri.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan

menengah yang ada di Indonesia dikembangkan berdasarkan prinsip

pengembangan kurikulum, salah satunya adalah tanggap terhadap perkembangan

ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (permendiknas, 2006). Kurikulum

dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni berkembang secara dinamis, sehingga semangat dan isi

kurikulum harus mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan

secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Penggunaan teknologi yang baik akan mendukung pemahaman konsep

yang baik pula pada siswa, terutama pada materi geometri. Sumarmo (2002)

mengemukakan bahwa pendidikan matematika pada hakekatnya mempunyai dua

arah pengembangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan masa datang.

Kebutuhan masa ini yang dimaksud adalah bahwa pembelajaran matematika

mengacu pada pemahaman konsep-konsep yang diperlukan untuk menyelesaikan

masalah matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Yang dimaksud dengan

kebutuhan dimasa datang adalah pembelajaran matematika yang memberikan

kemampuan nalar yang logis, sistematis, kritis dan cermat serta berpikir objektif

dan terbuka. Dalam hal ini kemampuan tersebut sangat diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari serta untuk menghadapi masa depan yang selalu

(31)

18

Sejalan dengan itu, Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang Standard Isi

Mata Pelajaran Matematika menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut; memahami

konsep matematika, menggunakan penalaran pada pola dan sifat, memecahkan

masalah, mengomunikasikan gagasan dan memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan. Pemahaman konsep matematika siswa merupakan

hal yang penting dalam pembelajaran matematika, dan pemahaman tersebut dapat

dibangun jika siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran matematika.

Untuk membangun pengetahuan matematis yang berupa pemahaman konsep

siswa terhadap pembelajaran matematika, maka guru harus mampu

mengembangkan metode pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan

prosedural sehingga untuk mencapai pemahaman konsep yang diharapkan sangat

ditentukan oleh keadaan proses pembelajaran yang diterapkan, terutama pada

materi geometri bangun dan ruang.

Pada materi geometri dimensi tiga, guru harus mengembangkan

kemampuan visualisasi ruang yang dimiliki siswa, kemampuan mendeskripsikan

bangun geometri tersebut, berpikir logis dalam memahami bentuk geometri dalam

beberapa situasi yang berbeda. Dalam hal ini, guru harus merancang pembelajaran

geometri yang dapat meningkatkan proses pembelajaran matematika siswa,

memberi kemudahan bagi siswa untuk memahami permasalahan geometri secara

terstruktur, mulai dari bentuk, ciri, luas dan volume dari geometri tersebut.

Dalam teori yang dikemukan oleh Van Hiele, bahwa pembelajaran

(32)

19

pemahaman visual yang konkret. Sejalan dengan itu, Van Hiele menetapkan

model-model pembelajaran dengan fase-fase yang menunjukkan tujuan belajar

siswa dan peran guru dalam pembelajaran geometri. Fase-fase tersebut adalah; (1)

fase informasi, (2) fase orientasi, (3) fase penjelasan, (4) fase orientasi bebas dan

(5) fase integrasi. Pada akhir fase kelima, siswa diharapkan akan mencapai tahap

berpikir yang baru.

Pengembangan teori Van Hiele ini telah dilakukan dibeberapa negara, dan

mendapat pengaruh yang positif terhadap perkembangan kemampuan visual siswa

khususnya pada materi geometri. Untuk meningkatkan pemahaman siswa

terhadap materi geometri, teori ini dapat digunakan untuk mempelajari materi

geometri tersebut berdasarkan taraf kesukarannya, mulai dari yang mudah hingga

ke tahap yang lebih sulit dan kompleks. Hal ini melatih kemampuan berpikir

siswa agar terstruktur secara sistematis. Dengan demikian siswa akan mudah

untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah

matematika yang dimilikinya.

Untuk mendukung proses pembelajaran geometri dengan model penemuan

terbimbing dapat diajarkan dengan pemanfaatan teknologi komputer berbantuan

software Cabri 3D. Hal ini akan lebih memudahkan siswa dalam memahamkan

konsep geometri, sehingga siswa dapat menyelesaikan permasalahan geometri

baik secara analitik maupun visual. Penggunaan software ini lebih memungkinkan

kemandirian belajar siswa dan dapat meningkatkan pemahaman konsep yang di

(33)

20

Berdasarkan uraian di atas untuk membangun kemampuan pemahaman

konsep, dan mengembangkan serta meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah siswa, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan menerapkan

model penemuan terbimbing melalui software Cabri 3D pada materi bangun

ruang sisi datar. Diharapkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa yang diajar menggunakan model

penemuan terbimbing melalui software Cabri 3D akan lebih tinggi daripada siswa

yang mendapat model biasa (konvensional).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan yang ditemukan sebagai berikut:

1. Kemampuan pemahaman konsep siswa rendah

2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa rendah

3. Prosedur penyelesaian masalah yang dilakukan siswa masih belum

terstruktur

4. Model pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat monoton

5. Pembelajaran matematika yang kurang memberi kesempatan bagi siswa

untuk mengemukakan ide/gagasan karena pembelajaran yang berpusat

pada guru (teacher centered)

6. Penggunaan media komputer jarang digunakan oleh siswa dalam

pembelajaran matematika

(34)

21

8. Kesiapan dan kemampuan awal matematika siswa dalam mengikuti

pembelajaran matematika sebagai pelajaran yang hirarkis masih rendah

1.3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah yang dikemukakan, dan untuk

memfokuskan jalannya penelitian sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka

penulis hanya membatasi masalah pada :

1. peningkatan kemampuan pemahaman konsep

2. peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa

3. interaksi kemampuan awal siswa terhadap model pembelajaran

4. proses jawaban siswa terkait dengan kemampuan pemahaman konsep dan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah diberi

pembelajaran

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah diatas, maka rumusan masalah yang

akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah peningkatan pemahaman konsep siswa yang diberi model

pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D lebih

tinggi daripada siswa yang diberi model konvensional.

2. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa

yang diberi model pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan

software Cabri 3D lebih tinggi daripada siswa yang diberi model

(35)

22

3. Apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa

dengan pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemahaman

konsep matematika.

4. Apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa

dengan pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan

masalah matematik siswa

5. Bagaimanakah proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang

terkait dengan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa setelah diberi pembelajaran

1.5 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan pemahaman konsep siswa dengan

penemuan terbimbing melalui software Cabri 3D lebih tinggi daripada

siswa yang diberi model konvensional.

2. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematik siswa dengan penemuan terbimbing melalui software Cabri 3D

lebih tinggi daripada siswa yang diberi model konvensional.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal

matematika siswa dengan pembelajaran terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal

(36)

23

5. Untuk mengetahui bagaimanakah proses jawaban siswa dalam

menyelesaikan soal-soal yang terkait dengan kemampuan pemahaman

konsep dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah

diberi pembelajaran

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat Teoritis:

1. Memberikan dampak positif bagi pembelajaran matematika khususnya

pembelajaran dengan menggunakan model penemuan terbimbing

2. Mengemukakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan

motivasi dan hasil belajar matematika siswa

b. Manfaat Praktis

1. Jika penelitian yang dilakukan memperlihatkan hasil yang baik, maka

diharapkan model pembelajaran penemuan terbimbing dalam upaya

peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah

melalui software Cabri 3D dapat dijadikan salah satu model yang

digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dan membentuk

karakter siswa dalam pembelajaran matematika di SMP Swasta

Shafiyyatul Amaliyyah Medan

2. Memberikan informasi bagi guru untuk meningkatkan kemampuan

dalam memilih metode pembelajaran yang baik bagi siswa, serta dapat

(37)

24

3. Melalui penerapan model penemuan terbimbing ini siswa dapat

meningkatkan pemahaman matematis sehingga dapat mengatasi

kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal maupun dalam penerapan

pembentukan pribadi siswa menjadi lebih disiplin, cermat, jujur dan

efisien. Diharapkan pula siswa mampu mengembangkan

kemampuannya secara mandiri dan mau menerima pengalaman baru

sebagai tahapan dalam pembelajaran, baik itu disekolah ataupun dalam

kehidupan sehari- hari.

4. Sebagai bahan informasi yang penting bagi peneliti lain yang ingin

melakukan penelitian yang serupa.

1.7 Defenisi Operasional

Beberapa istilah dalam penelitian ini perlu didefenisikan secara

operasional agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan untuk memberikan arah

yang lebih jelas dalam pelaksanaan penelitian. Adapun istilah- istilah tersebut

adalah:

a. Model Penemuan Terbimbing adalah suatu proses pembelajaran dimana siswa

aktif berpikir untuk mengamati, menganalisa, mencerna, membuat dugaan,

menjelaskan, mengerti dan mengkonstruksi sebuah konsep sehingga siswa

menemukan sendiri pengetahuan yang dipelajarinya untuk sampai pada sebuah

kesimpulan yang akan terbangun dalam ingatan siswa, dengan bimbingan dan

petunjuk dari guru menggunakan lembar kerja yang berisi

(38)

25

b. Kemampuan pemahaman konsep adalah kemampuan untuk memperoleh

makna atau arti tentang sesuatu dari ide-ide abstrak yang digunakan seseorang

untuk menuliskan konsep, memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep

dan dapat mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah

c. Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses

menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu:

memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melakukan

perhitungan dan memeriksa kembali kebenaran jawaban.

d. Pembelajaran matematika dengan penemuan terbimbing berbantuan software

Cabri 3D adalah bentuk pembelajaran dimana siswa menggunakan software

Cabri 3D untuk mendukung pembelajaran sebagai media untuk membangun

pengetahuannya, menemukan kembali teorema, aturan, rumus dan sejenisnya.

Guru berperan sebagai pembimbing dan mengarahkan kerja siswa.

e. Kemampuan awal matematika siswa adalah klasifikasi kemampuan siswa

dalam satu kelas (kontrol atau eksperimen) yang dibentuk berdasarkan nilai

ulangan matematika pada semester ganjil dan penguasaan siswa terhadap

materi prasyarat yang terdiri dari tiga kelompok yaitu tinggi, sedang, dan

(39)

187

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pembahasan yang telah

diuraikan dalam penelitian ini, sehingga diperoleh beberapa temuan dimana

tercapainya tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Penelitian ini berkaitan

dengan pelaksanaan pembelajaran model penemuan terbimbing berbantuan

sotware Cabri 3D dan pembelajaran model konvensional terhadap peningkatan

kemampuan pemahaman konsep dan pemecahan masalah matematik siswa SMP.

Adapun beberapa simpulan yang diperoleh, yaitu:

1. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang diberi

pembelajaran model penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D

lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik

siswa yang diberi pembelajaran model konvensional.

2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diberi

pembelajaran model penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D

lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik

siswa yang diberi pembelajaran model konvensional.

3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematik

siswa terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa

(40)

188

4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematik

siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik

siswa

5. Proses penyelesaian jawaban siswa terhadap tes kemampuan pemahaman

konsep dan pemecahan masalah matematik siswa pada pembelajaran model

penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D menunjukkan

ketercapainya indikator kemampuan pemahaman konsep dan pemecahan

masalah matematik yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang diberikan bila dibandingkan dengan pembelajaran model konvensional

5.2. Implikasi

Penelitian ini berfokus pada peningkatan kemampuan pemahaman konsep

dan pemecahan masalah matematik siswa melalui pembelajaran model penemuan

terbimbing berbantuan software Cabri 3D pada siswa SMP. Oleh karena itu

beberapa implikasi dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran model penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D

dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep

matematik siswa, baik siswa yang mmeiliki kemampuan awal tinggi, sedang

maupun rendah, walaupun demikian pembelajaran model penemuan

terbimbing berbantuan software Cabri 3D memberikan keuntungan yang

lebih besar pada siwa dengan kemampuan awal matematik tinggi.

2. Pembelajaran model penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D

dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

(41)

189

walaupun demikian pembelajaran model penemuan terbimbing berbantuan

software Cabri 3D memberikan keuntungan yang lebih besar pada siwa

dengan kemampuan awal tinggi.

5.3. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian yang telah diuraikan,

selanjutnya berkaitan dengan hal itu berikut ini diberikan beberapa saran yang

perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan terhadap

penggunaan pembelajaran model penemuan terbimbing berbantuan software

Cabri 3D dalam proses pembelajaran matematika khususnya. Sarannya adalah

sebagai berikut :

1. Proses penggunaan software Cabri 3D menjadi kendala bagi siswa karena

siswa belum mengenal istilah dan cara pengoperasian software tersebut.

Disarankan guru memberikan kemampuan awal mengenai software Cabri 3D.

2. Suasana kelas yang agak ribut ketika proses diskusi kelompok membuat

terganggunya aktivitas belajar siswa lainnya. Disarankan guru lebih aktif

berkeliling kelas dan memberikan teguran atau peringatan kepada siswa yang

tidak mengikuti proses pembelajaran dengan serius.

3. Kurang beragamnya soal yang diberikan kepada siswa selama proses

pembelajaran. Disarankan guru untuk memberikan soal yang beragam pada

masing-masing kelompok, kemudian masing-masing kelompok

mempresetenasikan soal tersebut di depan kelas, sehingga seluruh kelompok

(42)

190

4. Proses pembelajaran terkendala dengan ketersediaan komputer/laptop dan

kondisi komputer yang tidak beroperasi dengan baik dalam mengoperasikan

software. Disarankan guru terlebih dahulu memastikan masing-masing

komputer/laptop yang digunakan agar tidak mengalami kendala selama

pembelajaran.

5. Penelitian ini hanya terbatas pada materi bangun ruang sisi datar prisma dan

limas. Diharapkan pada penelitian lainnya untuk mengembangkan

pembelajaran model penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D

pada materi lainnya

6. Bagi peneliti selanjutnya agar bisa menelaah kekurangan atau kelemahan dari

pembelajaran ini serta mengkaji bagaimana pengaruh pembelajaran dan

(43)

191

DAFTAR PUSTAKA

Afriati, V. (2010). Peningkatan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematik Siswa Dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Autograph. Tesis. Medan : Unimed

Bloom, B.S. (1971). Handbook on Formative and Sumative Evaluation of Student Learning. New York: Mc. Graw Hill Book Company.

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standard Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta : Depdiknas

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Garis-Garis Besar Program Pengajaran Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan

Dunne, R., & Wragg, T. (1996). Pembelajaran Efektif. Jakarta: Grasindo

Gasperz, V. (1991). Metode Perancangan Percobaan. Bandung : Armico

Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hudoyo, H. (1979). Pengembangan kurikulum matematika dan Pelaksanaanya di depan Kelas. Surabaya : Usaha Nasional.

--- (1988). Mengajar dan Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi P2LPTK.

--- (1990). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Imelda. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pare-Share (TPS) dengan Media Software Autograph Untuk Meninngkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemahaman Matematik Siswa. Tesis. Tidak diterbitkan. Medan : Unimed

(44)

192

Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013 Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta : Kemendikbud

Malau, L. (1996). Analisis Kesalahan Jawaban Siswa Kelas I SMU Kampus Nommensen Pematang Siantar dalam Menyelesaikan Soal Terapan SPL Dua Variabel. Tesis Magister pada IKIP Surabaya: tidak diterbitkan.

Markaban. (2006). Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogyakarta : PPPG Matematika

Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conseptual Learning Gain in Physics”. American Journal of Physics. Vol. 70. Page. 1259-1268

.

Mishra P, dan Mattehw J Kohler, (2006), Technological Pedagogical Content Knowledge: A Framework for Teacher Knowledge, (Online) http://modallearners.wikis.birmingham.k12.mi.us/file/view/mishra-koehler-tcr2006.pdf, diunggah 4 januari 2013.

Moleong, L.J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

National Council of Teacher of Mathematics. (2000). Principles adn Standards for School Mathematics. Reston, VA : NCTM

Nasution, S. (1995). Didaktik Asas- asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Permendiknas. (2006). Standard Isi Untuk Satuan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas

Rahayu, K. Kemampuan Visualisasi Spasial Siswa Madrasah Alliyah Negeri (MAN) Kelas X Melalui Software Pembelajaran Mandiri. Jurnal EDUMAT: PPPPTK (Online) http://p4tkmatematika.org/file/PRODUK/ JURNAL/jurnal%20volume%201%20no%202.pdf, diakses 8 oktober 2012)

Ristianto, H. (2013). Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Self Efficay Siswa SMA dengan MA Program IPS Melalui Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Autograph di Kabupaten Langsa. Tesis. Tidak diterbitkan. Medan : Unimed

(45)

193

Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi. Bandung : Pendidikan Matematika UPI Bandung.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta

Sudjana, N. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo .

--- (1996). Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sudjono, A. (1997). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Suharyat, Y. (2011). Hubungan antara Sikap, Minat dan Perilaku Manusia. Jurnal Unisma (online)

www.ejournal-unisma.net/ojs/index.php/region/article /download/.../20. Diakses 10 september 2013

Suherman, E. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA. Universitas Pendidikan Indonesia

Sumardyono. (2004). Pengertian Dasar Problem Solving. (Online) (http:// elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/psikologi_umum_1/Bab_7.pdf, diakses 6 Juni 2012)

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA Dikaitkan Dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi Bandung : FPS IKIP Bandung : Tidak Diterbitkan

--- (2002). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Makalah disajikan pada Pelatihan Guru Mts, Agustus 2002 Bandung.

---1998, 1999, 2000. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika untuk meningkatkan Kemampuan Intelektual Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar, Laporan Penelitian, Bandung: Lembaga Penelitian.

Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

(46)

194

Richard, C, O. Bloom’s Taxonomyhttp://ww2.odu.edu/educ/roverbau/Bloom/ blooms_taxonomy.htm. (online) diunggah 16 September 2014

Tim Penyusun, (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung : Grasindo

Winkel, W.S. (1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: P.T. Grasindo

Widhiarto, R. (2004). Model- model pembelajaran Matematika SMP, (Online),http://p4tkmatematika.org/downloads/smp/ModelPembelajar an.pdf, diakses 29 mei 2011)

Gambar

Gambar 1.1Jawaban hasil tes siswa
gambaranvisual dari

Referensi

Dokumen terkait

Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.. Pusat pengembangan teknologi

SOS adalah akronim dari Syar’i Ojex Solo , yang merupakan bisnis ojek berbasis syariah dengan wilayah operasi sekitar kampus UNS kentingan dan nantinya diharapkan

Oleh karena itu diperoleh kesepakatan antara guru kelas dan peneliti akan menggunakan salah satu alternatif metode pembelajaran IPA untuk meningkatkan kreativitas

Frekuensi alel d yang mengekspresikan warna pudar pada lokus D~d, dan alel I yang mengekspresikan warna perak pada lokus i~I di ketiga kecamatan di Kabupaten

Carita Maung Padjajaran (CMP) merupakan versi cerita Prabu Siliwangi yang terdapat di Kecamatan Surade dengan karakteristik yang khas. Kekhasan tersebut disebabkan

 Model conditional demand : 10 persen kenaikan harga menurunkan 4,7 persen bungkus rokok yang dikonsumsi. CHEPS FKMUI, 15

Solusi dari pemecahan masalah ini adalah dengan melakukan perancangan produk yang lebih sederhana, perbaikan proses perakitan, penggunaan komponen yang lebih sedikit sehingga

Dari kedua data tersebut dapat disimpulkan pemberian reinforcement positif dan negatif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan gerak peserta