PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA
SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE
Oleh : Noviyenty NIM. 4123111054
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
DiajukanUntukMemenuhiSyaratMemperolehGelar SarjanaPendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
Noviyenty dilahirkan di Binjai Serbangan, pada tanggal 17 September
1994. Ayah bernama Ruslan, dan Ibu bernama Misni, merupakan anak pertama
dari empat bersaudara. Pada tahun 2000, penulis masuk SD Negeri No. 016532
dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di SMP
Negeri 1 Air Joman dan lulus pada tahun 2009, pada tahun 2009, penulis
melanjutkan sekolah di SMA Methodist-2 Kisaran dan lulus pada tahun 2012.
Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
iii
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA
SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE
NOVIYENTY (4123111054) ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X PMIPA 5 SMA Negeri 2 Kabanjahe T.A. 2016/2017 yang berjumlah 28 orang. Yang menjadi objek penelitian ini adalah penerapan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa.
Sebelum tindakan dilakukan terlebih dahulu diberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal koneksi matematika siswa. Dari hasil tes awal menunjukkan bahwa siswa kelas X PMIPA 5 kemampuan koneksi matematikanya masih rendah terlihat dari aspek koneksi antar topik matematika pada tes awal dari 28 siswa tidak ada (0%) siswa yang melewati kriteria minimal kemampuan koneksi matematika, pada aspek mengkoneksikan matematika dengan bidang studi lain terdapat 6 atau (21,43%) siswa yang melewati kriteria minimal kemampuan koneksi matematika, dan pada aspek mengkoneksikan matematika dengan dunia nyata hanya 2 atau (7,14%) siswa yang melewati kriteria minimal kemampuan koneksi matematika dengan persentase siswa yang melewati kriteria minimal kemampuan koneksi matematika pada tes awal sebesar 0%,. Setelah dilakukan tes kemampuan koneksi matematika I (siklus I) persentase siswa yang melewati kriteria minimal kemampuan koneksi matematika naik menjadi 57,14% dan pada tes kemampuan koneksi matematika II (siklus II) persentase siswa yang melewati kriteria minimal kemampuan koneksi matematika menjadi 89,29%.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa kelas X SMA Negeri 2 Kabanjahe. Saran yang diajukan yaitu; 1) Berdasarkan hasil penerapan pembelajaran berbasis masalah di kelas, terjadi peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa oleh sebab itu disarankan pada guru agar menerapkan dan mengembangkan perangkat pembelajaran dan lembar aktivitas siswa berbasis masalah pada topik lain atau bidang studi lain yang relevan. 2) Penerapan pembelajaran berbasis masalah di kelas diperlukan waktu yang lebih banyak daripada alokasi waktu yang telah ditetapkan sehinggga disarankan agar guru lebih bijaksana dalam mengelola waktu dan menyediakan asesmen otentik yang diharapkan diselesaikan siswa di rumah.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan berkat-Nya yang memberikan hikmat kepada penulis hingga
penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul Penerapan
Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi
Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Kabanjahe. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Beliau
telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal
hingga akhir penulisan skipsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd, Bapak Drs. W.L. Sihombing, M.Pd dan
Ibu Dr. Faiz Ahyaningsih, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai penyusunan skripsi
ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Hasratuddin,
M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan
memotivasi penulis selama perkuliahan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, dan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd
selaku dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan
Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi
Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Matematika.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu dosen
serta Staf Pegawai Jurusan Matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuan
dan membantu penulis selama perkuliahan.Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak Bastaria Sinulingga, S.Pd., M.Pd. selaku kepala sekolah dan kepada
Ibu Arianti Evalida Br. Karo, S.Pd. selaku guru bidang studi matematika yang
v
guru dan staf administrasi SMA Negeri 2 Kabanjahe yang telah memberikan
kesempatan serta bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.
Teristimewa rasa terima kasih dan cinta penulis kepada Ayahanda Ruslan
dan Ibunda Misni, orangtua penulis yang telah mengasuh, membimbing, memberi
kasih sayang, mendukung baik moral maupun materil dan selalu mendo’akan
penulis. Semoga kasih dan berkat Allah Bapa selalu menyertai Papa dan Mama.
Amin. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada adik-adik tersayang, Natha Nael dan Novi Joses Devin Evelyn yang telah memberikan do’a dan motivasi kepada penulis serta kepada adikku sibontot yang paling ngangenin Nihikari Powa yang
selalu bikin gemes dan akhirnya semangat lagi, serta keluarga yang terus
memberikan dukungan, doa, kasih sayang, pengorbanan, dan perjuangan baik
secara moral dan materil.
Penulis juga ucapkan terima kasih kepada sahabat sekaligus musuh terbaik, DAG, yang selalu bersama dan memberikan do’a serta motivasi maupun dorongan untuk mengerjakan skripsi ini hingga selesai. Tak lupa penulis ucapkan
terima kasih untuk sahabat terbaik Ibodtam serta teman-teman senasib
sepenanggungan di DIK A ’12 Pendidikan Matematika yang tiada henti
memberikan motivasi dan doa yang tulus serta sahabat-sahabat lainnya yang tidak
bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca dan dunia pendidikan.
Medan, November 2016 Penulis,
Noviyenty
vi
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 7
2.1.1. Pembelajaran Berbasis Masalah 10
2.1.1.1. Hakekat Pembelajaran Berbasis Masalah 10
2.1.1.2. Kelebihan Menggunakan Pembelajaran Berbasis
Masalah 11
2.1.1.3. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah 12
2.1.2. Koneksi Matematika 15
2.1.2.1. Pengertian Koneksi Matematika 15
2.1.2.2. Kemampuan Koneksi Matematika 17
2.1.2.3. Pentingnya Kemampuan Koneksi Matematika 17
2.1.2.4. Tujuan dan Jenis Koneksi Matematis 20
vii
2.1.3.1. Teori Belajar Konstruktivisme 23
2.1.3.2. Teori (Belajar Bermakna) Ausubel 24
2.1.3.3. Teori Belajar Gagne 26
2.1.4.4. Sifat-Sifat Pangkat Bulat Positif 31
2.1.4.5. Pangkat Pecahan 33
2.1.4.6 . Bentuk Akar 35
2.1.4.7. Hubungan Bentuk Akar dan Bilangan Berpangkat 36
2.1.4.8. Operasi pada Bentuk Akar 36
2.2. Penelitian yang Relevan 40
2.3. Kerangka Konseptual 41
2.4. Hipotesis Tindakan 42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian 44
3.2. Subjek dan Objek Penelitian 44
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian 44
3.4. Prosedur Penelitian 44
3.5. Alat Pengumpul Data 47
3.5.1. Tes Kemampuan Koneksi Matematis 47
3.5.2. Lembar Observasi 49
3.6. Teknik Analisis Data 49
3.6.1. Reduksi Data 49
3.6.2. Paparan Data 49
3.6.3. Penarikan Kesimpulan 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 53
viii
4.1.2. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian pada Siklus I 59
4.1.2.1. Perencanaan Tindakan I 59
4.1.2.2. Pelaksanaan Tindakan I 60
4.1.2.3. Observasi I 63
4.1.2.4. Analisis data dan Refleksi I 65
4.1.2.4.1. Analisis Data Hasil Observasi I 65
4.1.2.4.2. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Koneksi
Matematika I 67
4.1.2.4.3. Refleksi I 73
4.1.3. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian pada Siklus II 77
4.1.3.1. Perencanaan Tindakan II 77
4.1.3.2. Pelaksanaan Tindakan II 77
4.1.3.3. Observasi II 81
4.1.3.4. Analisis Data dan Refleksi II 82
4.1.3.4.1. Analisis Data Hasil Observasi II 82
4.1.3.4.2. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Koneksi
Matematika II 84
4.1.3.4.3. Refleksi II 88
4.2. Temuan Penelitian 88
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 94
5.2. Saran 95
ix
DAFTAR GAMBAR
halaman Gambar 1.1. Jawaban salah satu siswa pada soal nomor 1 3
Gambar 1.2. Jawaban salah satu siswa pada soal nomor 2 3
Gambar 1.3. Jawaban salah satu siswa pada soal nomor 3 4
Gambar 1.4. Jawaban salah satu siswa pada soal nomor 4 4
Gambar 2.1. Dua Kontinum Belajar 25
Gambar 4.1. Grafik Kemampuan Siswa dari Setiap Aspek Koneksi
Matematika pada Tes Awal 54
Gambar 4.2. Grafik Tingkat Kemampuan Koneksi Matematika Siswa
Pada Tes Awal 55
Gambar 4.3. Kesalahan Siswa Pada Aspek Koneksi Antar Topik
Matematika Pada Tes Awal 56
Gambar 4.4. Kesalahan Siswa Pada Aspek Mengkoneksikan Matematika
Dengan Bidang Studi Lain Pada Tes Awal 57
Gambar 4.5. Kesalahan Siswa Pada Aspek Mengkoneksikan Matematika
Dengan Dunia Nyata Pada Tes Awal 58
Gambar 4.6. Grafik Kemampuan Siswa dari Setiap Aspek Koneksi
Matematika pada Siklus I 68
Gambar 4.7. Grafik Tingkat Kemampuan Koneksi Matematika Siswa
Pada Tes Siklus I 70
Gambar 4.8. Kesalahan Siswa Pada Aspek Koneksi Antar Topik Matematika
Pada Tes Kemampuan Koneksi Matematika I 71
Gambar 4.9. Kesalahan Siswa Pada Aspek Mengkoneksikan Matematika
Dengan Bidang Studi Lain Pada Tes Kemampuan Koneksi
Matematika I 71
Gambar 4.10. Kesalahan Siswa Pada Aspek Mengkoneksikan Matematika
Dengan Dunia Nyata Pada Tes Kemampuan Koneksi
Matematika I 72
Gambar 4.11. Grafik Perbandingan Kemampuan Siswa dari Setiap Aspek
x
Gambar 4.12. Grafik Perbandingan Kategori Kemampuan Koneksi
xi
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1.1. Persentase Jenis Kemampuan Koneksi Matematika 2
Tabel 2.1. Tahapan- tahapan Model PBM 12
Tabel 3.1. Prosedur Penelitian PTK 45
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Koneksi Matematika 48
Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Tes Kemampuan Koneksi Matematika 51
Tabel 3.4. Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran 52
Tabel 4.1. Kemampuan Siswa dari setiap aspek koneksi Matematika
pada Tes Awal 53
Tabel 4.2. Deskripsi Kategori Tingkat Kemampuan Koneksi
Matematika Siswa pada Tes Awal 55
Tabel 4.3. Deskripsi Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus I 65
Tabel 4.4. Kemampuan Siswa dari Setiap Aspek Koneksi Matematika
pada Siklus I 68
Tabel 4.5. Deskripsi Kategori Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes
Siklus I 69
Tabel 4.6. Refleksi dan Revisi Proses Pembelajaran 74
Tabel 4.7. Deskripsi Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus II 82
Tabel 4.8. Kemampuan Siswa dari setiap aspek koneksi Matematika
pada Siklus II 84
Tabel 4.9. Deskripsi Kategori Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang
dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan
masa depan.
Penyempurnaan atau perbaikan pendidikan formal (sekolah/madrasah)
untuk mengantisipasi kebutuhan dan tantangan masa depan perlu terus menerus
dilakukan, diselaraskan dengan perkembangan kebutuhan dunia usaha/dunia
industri, perkembangan dunia kerja, serta perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Tirtarahardja (2005:316) menyebutkan bahwa kurikulum
dalam sistem pendidikan persekolahan di negara kita telah mengalami
penyempurnaan-penyempurnaan dalam perjalanannya. Pengembangan kurikulum
yang dilakukan pemerintah saat ini merupakan salah satu langkah perbaikan
pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu menghadapi
tantangan masa depan.
Pengembangan kurikulum pendidikan tentunya tidak akan berdampak baik
apabila pembelajaran di kelas masih belum efektif. Dalam hal ini secara khusus
adalah pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika, pemahaman
konsep dasar sangat dibutuhkan sebab materi selanjutnya akan semakin
berkembang dan membutuhkan konsep-konsep dasar sebagai materi prasyaratnya.
Koneksi matematika diilhami oleh karena ilmu matematika tidaklah terpartisi
2
kesatuan. Selain itu matematika juga tidak bisa terpisah dari ilmu selain
matematika dan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan. Tanpa koneksi
matematika maka siswa harus belajar dan mengingat terlalu banyak konsep dan
prosedur matematika yang saling terpisah (NCTM, 2000:275). Konsep-konsep
dalam bilangan pecahan, persentase, rasio, dan perbandingan linear merupakan
salah satu contoh topik-topik yang dapat dikait-kaitkan. Sebagai sebuah disiplin
ilmu yang saling berkaitan, dalam hal ini peserta didik diharapkan memiliki
kemampuan untuk memecahkan masalah - masalah dalam matematika yang
memiliki kaitan dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan
seperti ini dinamakan dengan kemampuan koneksi matematika.
Bertolak belakang dari uraian di atas, sebagian besar siswa kurang mampu
menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan
tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru (Trianto 2011: 90).
Hal ini sejalan dengan hasil tes awal kemampuan koneksi matematika siswa kelas
X PMIA 5 SMA Negeri 2 Kabanjahe yang dilakukan pada tanggal 25 Agustus
2016, menunjukkan bahwa kemampuan koneksi matematika siswa masih
tergolong rendah. Dari hasil tes, secara umum diperoleh 28,57% siswa
kemampuan koneksi matematikanya rendah dan 71,43% siswa kemampuan
koneksi matematikanya sangat rendah. Berikut rincian dari masing-masing jenis
koneksi.
3
Rendahnya kemampuan koneksi matematika ini terjadi dikarenakan siswa
tidak terbiasa dengan soal-soal koneksi matematika dan guru masih memberikan
soal rutin dan jarang melatih siswa untuk menyelesaikan soal-soal koneksi
matematika. Guru juga jarang menggunakan model pembelajaran yang disarankan
kurikulum 2013 seperti pembelajaran berbasis masalah karena berdasarkan
pengalaman guru mengajar menggunakan pembelajaran berbasis masalah, siswa
menjadi kurang aktif dan kurang berminat mengikuti pembelajaran.
Untuk mengetahui kemampuan koneksi matematika siswa penulis
memberikan tes awal kepada siswa berupa 4 soal esai yang dapat dilihat pada
lampiran 19. Dari hasil tes awal diperoleh jawaban daris salah satu subjek
penelitian sebagai berikut.
Gambar 1.1. Jawaban salah satu siswa pada soal nomor 1
Dari gambar 1.1. terlihat bahwa siswa kurang menguasai konsep
perpangkatan sehingga siswa tersebut harus menjabarkan bentuk pangkatnya
terlebih dahulu. Selain itu siswa tidak menyimpulkan hasil penyelidikannya
terhadap kebenaran jawaban dari Andi dan Tomi.
4
Dari gambar 1.2. terlihat bahwa siswa kurang mampu dalam
menghubungkan konsep perpangkatan dengan mengubah satuan. Selain itu siswa
kurang memahami apa yang diminta soal.
Gambar 1.3. Jawaban salah satu siswa pada soal nomor 3
Dari gambar 1.3. terlihat bahwa siswa salah membuat perkalian berulang
yang diharapkan sehingga salah menginterpretasikan perpangkatan yang diminta
soal yang mengindikasikan siswa kurang memahami apa yang diminta soal.
Gambar 1.4. Jawaban salah satu siswa pada soal nomor 4
Dari gambar 1.4. terlihat bahwa siswa salah memahami maksud soal
sehingga kemampuan siswa menghubungkan matematika dengan kehidupan
sehari-hari menjadi tidak tercapai. Dalam hal ini sesungguhnya siswa sudah
mempunyai kemampuan koneksi matematika tetapi kemampuan koneksi
matematika tersebut masih belum diasah dan diperkuat. Sejalan dengan uraian
jawaban-jawaban siswa di atas terlihat bahwa siswa masih belum memiliki
kemampuan koneksi matematika yang tinggi.
Kemampuan koneksi matematika ini penting karena merupakan salah satu
dari tujuan pembelajaran matematika menurut NCTM yaitu (1) kemampuan
pemecahan masalah (problem solving), (2) kemampuan berargumentasi
5
membuat koneksi (connections), dan (5) kemampuan representasi (representation).
Seperti diungkapkan Sugiman (2008:2):
Kemampuan koneksi matematika merupakan hal yang penting namun siswa yang menguasai konsep matematika tidak dengan sendirinya pintar dalam mengoneksikan matematika. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa siswa sering mampu mendaftar konsep-konsep matematika yang terkait dengan masalah riil, tetapi hanya sedikit siswa yang mampu menjelaskan mengapa konsep tersebut digunakan dalam aplikasi itu (Lembke dan Reys, 1994 dikutip Bergeson, 2000:38). Dengan demikian kemampuan koneksi perlu dilatihkan kepada siswa sekolah. Apabila siswa mampu mengkaitkan ide-ide matematika maka pemahaman matematikanya akan semakin dalam dan bertahan lama karena mereka mampu melihat keterkaitan antar topik dengan konteks selain matematika, dan dengan pengalaman hidup sehari-hari (NCTM, 2000:64).
Kemampuan koneksi matematika merupakan suatu kompetensi yang harus
dimiliki individu dan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran matematika
sebagaimana disebutkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BSNP,
2006). Hal ini senada dengan National Council of Teachers of Matematics
(NCTM) yang menyatakan bahwa kemampuan koneksi matematika diharapkan
dimiliki oleh peserta didik melalui pembelajaran matematika.
Berdasarkan standard proses mengenai kemampuan koneksi matematika,
National Council of Teachers of Matematics (NCTM) memberikan tiga indikator
kemampuan koneksi matematika, yaitu:
1. Mengenali dan menggunakan koneksi antara ide-ide matematika.
2. Mengenali dan menerapkan matematika dalam konteks di luar matematika.
3. Menunjukkan bagaimana ide matematika interkoneksi dan membangun
satu sama lain untuk menghasilkan kesatuan yang utuh
Dalam hal ini, secara sederhana indikator kemampuan koneksi matematika yaitu
kemampuan koneksi antar konsep dalam matematika, kemampuan koneksi antara
konsep matematika dengan bidang ilmu lain, dan kemampuan koneksi matematika
antar konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari yang saling berhubungan.
Sejalan dengan hal di atas, Sugiman (2008:4) menambahkan:
6
proses-proses dan konsep-konsep dalam matematika merupakan objek abstrak artinya koneksi ini terjadi dalam pikiran siswa, misalkan siswa menggunakan pikirannya pada saat mengkoneksikan antara simbol dengan representasinya.
Dengan koneksi matematika maka pelajaran matematika terasa menjadi
lebih bermakna. Dengan kata lain tujuan koneksi matematika adalah agar siswa
mempunyai pengetahuan matematika yang tidak terbatas pada sebuah pelajaran
saja tetapi menyadari bahwa matematika dekat dengan kehidupan nyata siswa
sehari-hari. Selain itu siswa mampu menggunakan pemikiran matematika dalam
memecahkan masalah dalam disiplin ilmu lain. Hal ini akan membuat
pembelajaran matematika lebih bermakna.
Berkaitan dengan hal tersebut, model pembelajaran berbasis masalah dapat
menjadi alternatif pilihan untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika
siswa. Melalui model pembelajaran berbasis masalah, kegiatan belajar yang
dilakukan akan lebih bermakna. Ngalimun (2014: 93) menyatakan bahwa dengan
pembelajaran berbasis masalah akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang
belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan
yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya
belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin
bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi dimana
konsep diterapkan.
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah
sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan
masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan
masalah (Ward, 2002; Stepien, dkk., 1993, dalam Ngalimun 2014:89).
Melalui pembelajaran yang proses belajar mengajarnya diawali dengan
menghadapkan siswa pada masalah kehidupan sehari-hari maka akan dapat
meningkatkan kemampuan koneksi siswa baik koneksi antar konsep matematika,
koneksi antara matematika dengan disiplin ilmu lain maupun koneksi antara
matematika dengan kehidupan sehari-hari. Apabila kemampuan koneksi
7
memahami konsep matematika selanjutnya. Selain itu pembelajaran matematika
akan lebih bermakna bagi siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengambil
judul penelitian: Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Koneksi Metematika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Kabanjahe.
1.2. Identifikasi Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat
diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
1. Perbaikan pendidikan pada semua jenjang pendidikan sebagai antisipasi
kepentingan masa depan
2. Pengembangan kurikulum pendidikan tidak berdampak sejalan dengan
pembelajaran matematika
3. Pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas masih kurang efektif
4. Guru hanya memberikan soal-soal rutin.
5. Guru jarang melatih siswa menyelesaikan soal-soal koneksi matematika
6. Kemampuan koneksi matematika siswa masih rendah
7. Kemampuan koneksi matematika perlu dilatihkan dan diperkuat kepada siswa.
8. Guru jarang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
9. Perlunya kemampuan koneksi matematika dalam pembelajaran matematika
1.3. Batasan Masalah
Melihat luasnya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi
dibandingkan waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti, maka peneliti merasa
perlu memberikan batasan terhadap masalah yang akan dikaji agar analisis hasil
penelitian ini dapat dilakukan dengan lebih mendalam dan terarah. Masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini terbatas yaitu:
1. Kemampuan koneksi matematika siswa masih rendah di kelas X
2. Kemampuan koneksi matematika perlu dilatihkan dan diperkuat kepada siswa
8
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka yang menjadi
fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan pembelajaran
berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa?
1.5. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian adalah
mengetahui apakah penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa.
1.6. Manfaat Penelitian
Keberhasilan pencapaian tujuan penelitian ini diharapkan memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan
pembelajaran berbasis masalah dan sebagai bekal peneliti sebagai calon guru
mata pelajaran matematika dalam menjalani praktik mengajar dalam institusi
formal yang sesungguhnya.
2. Bagi siswa, dapat meningkatkan dan melatih kemampuan koneksi matematika
siswa dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah.
3. Bagi guru matematika, sebagai alternatif melakukan variasi dalam mengajar
untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa dengan
menggunakan pembelajaran berbasis masalah.
4. Bagi sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat dalam
peningkatan kualitas pengajaran serta menjadi bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah.
5. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
peneliti maupun pembaca yang tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai
penerapan pembelajaran berbasis masalah dan kemampuan koneksi
9
1.7. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah
yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, perlu dikemukakan
definisi operasional sebagai berikut:
1. Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang memberikan siswa
kesempatan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dengan menemukan
informasi dari masalah yang diberikan, mengolah informasi, memecahkan
masalah kemudian menarik kesimpulan dari masalah tersebut dengan
langkah-langkah:
a. Orientasi peserta didik kepada masalah
b. Mengorganisasikan peserta didik
c. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
e. Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
2. Koneksi matematika adalah keterkaitan matematika diantara konsep dan aturan
matematika, keterkaitan matematika dengan disiplin ilmu lain dan keterkaitan
matematika dengan kehidupan sehari-hari.
3. Kemampuan koneksi matematika adalah kemampuan peserta didik untuk
memecahkan masalah yang melibatkan keterkaitan antara konsep dan aturan
matematika, keterkaitan matematika dengan disiplin ilmu lain dan keterkaitan
94 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
Kemampuan koneksi matematika siswa meningkat setelah diterapkan
pembelajaran berbasis masalah khususnya pada materi eksponen dan bentuk akar
di kelas X PMIPA 5 SMA Negeri 2 Kabanjahe. Peningkatan ini dapat dilihat dari
hasil tes yang diberikan kepada subjek penelitian yaitu:
a. Nilai rata-rata pada tes awal kemampuan koneksi matematika adalah 1,33;
nilai rata-rata pada tes kemampuan koneksi matematika I (siklus I) 2,48; dan
nilai rata-rata pada tes kemampuan koneksi matematika II (Silus II) 3,09.
b. Persentase siswa yang melewati kriteria minimal kemampuan koneksi
matematika pada tes awal sebesar 0%, pada tes kemampuan koneksi
matematika I (siklus I)sebesar 57,14% dan pada tes kemampuan koneksi
matematika II (siklus II) sebesar 89,29%.
c. Kemampuan koneksi matematika meningkat untuk setiap aspeknya. Pada
aspek koneksi antar topik matematika pada tes awal dari 28 siswa tidak ada
(0%) siswa yang melewati kriteria minimal kemampuan koneksi
matematika siswa, pada siklus I siswa yang melewati kriteria minimal
kemampuan koneksi matematika ada13 siswa (46,43%) dan pada siklus II
terdapat 25 siswa (89,29%). Pada aspek mengkoneksikan matematika
dengan bidang studi lain, pada tes awal banyak siswa yang melewati kriteria
minimal kemampuan koneksi matematika ada6 siswa (21,43%), pada siklus
I terdapat 16 siswa (57,14%) dan pada siklus II terdapat 20 siswa (71,42%).
Pada aspek mengkoneksikan matematika dengan dunia nyata, pada tes awal
jumlahsiswa yang melewati kriteria minimal kemampuan koneksi
matematika ada 2 siswa (7,14%),pada siklus I terdapat 12 siswa (42,86%)
95
5.2. Saran
Dengan melihat hasil penelitian ini penulis mengajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penerapan pembelajaran berbasis masalah di kelas, terjadi
peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa oleh sebab itu disarankan
pada guru agar menerapkan dan mengembangkan perangkat pembelajaran
dan lembar aktivitas siswa berbasis masalah pada topik lain atau bidang studi
lain yang relevan.
2. Penerapan pembelajaran berbasis masalah di kelas diperlukan waktu yang
lebih banyak daripada alokasi waktu yang telah ditetapkan sehinggga
disarankan agar guru lebih bijaksana dalam mengelola waktudan
menyediakan asesmen otentik yang diharapkan diselesaikan siswa di rumah.
3. Secara umum siswa masih belum terbiasa dengan soal-soal koneksi
matematika, untuk memaksimalkan peningkatan kemampuan konkeksi
matematika siswa, siswa perlu menguasai materi sebelumnya yang berkaitan
dengan materi yang diajarkan sehingga disarankan pada guruagar memberi
siswa tugas untuk belajar di rumah dan membaca materi yang berkaitan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsiti. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Buti Aksara.
Baharuddin, H. & Wahyuni, Esa Nur. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Bruner, J.S. (1990). Acts of Meaning. ----:Harvard University Press
BSNP. (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Jakarta: BSNP
Dahar, Ratna Wilis. (2006). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga
Daulay, L. A. (2011). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematika Siswa SMP dengan Menggunakan Pemebelajaran Berbasis
Masalah. Paradikta Jurnal Pendidikan Matetatika.Vol 4, No 1.
Fajri, Nurul., Hajidin., M.Ikhsan. ----. Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis Siswa dengan Menggunakan Pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL). Paradikta Jurnal Pendidikan
Matetatika, Vol 6, No 2, hlt: 149-161.
Harahap, Rosliani et. al. ---. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Matematis Siswa melalui Pembelajaran Kontekstual dengan
Kooperatif Tipe STAD di SMP Al-Wasliyah 8 Medan. PARADIKMa
Jurnal Pendidikan Matetatika, Vol 5 Notor 2, hal 186-204.
Hasratuddin. (2015). Mengapa Harus Belajar Matematika?. Medan: Perdana Publishing.
Herdian. (2010). Kemampuan Koneksi Matematik Siswa. Melalui
http://herdy07.wordpress. cotdiakses pada 10 Desetber 2015.
Ketendikbud. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013
SMA Matematika. Jakarta: Ketenterian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Kusuta, D.A (2008). Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik dengan
Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme. [online]. Tersedia:
http://pustaka.unpad.ac.id/wp.content/uploads/2009/06/teningkatkan-ketatpuan-koneksi -tatetatik.pdf. [05 Desetber 2016]
Martha, Inneke Rheyza dkk. 2014. “Penerapan Model Petbelajaran Kooperatif Ditinjau dari Tipe Kecerdasan Musikal, Interpersonal, dan Logik
97
Matetatik Pada Materi Persegi dan Persegi Panjang”. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika. Volute 3 No 1:95-102
Marzuki, A.(2006). Implementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan
Pemecahan Masalah Siswa. Tesis. Medan: Prograt
PascasarjanaUnited.
National Council of Teachers of Mathetatics. (2000). Principles and Standards
for School Mathematics. Reston: NCTM.
Ngalitun. (2014). Strategi dan Model Pembelajaran.Banjartasin: Aswaja Pressindo.
Rohantizani. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Konkesi Matematis Siswa SMP Negeri 1 Lhoksukon Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis. FMIPA United. Medan.
Rohendi, Dedi & Dulpaja, Jojon. (2013). Connected Mathematics Project (CMP) Model Based on Presentation Media to the Mathematical Connection
Ability of Junior High School Student. Journal of Education and Practice,
Vol 4, No 4:17-22.
Sani, Ridwan Abdullah & Sudiran. (2012). Meningkatkan Profesionalisme Guru
Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Medan: Citapustaka Media Perintis.
Sani, Ridwan Abdullah. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi
staff.uny.ac.id/sites/default/files/131930135/ 2008_Koneksi_Mat . pdf.
Diakses pada tanggal 18 Januari 2016.
98
Sukinah. 2013. “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 33 Surabaya dalat Pelajaran Matetatika Melalui Media Berbantuan Kotputer. E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya.
Volute 3. Hal 1-16
Sutarto, Utari. (2007). Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi
Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.Jurnal
Educationist. Vol. I No.2:116-123.
Tandailing, Edy. (2013). Pengembangan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Advokasi dengan Penyajian Masalah Open-Ended pada Pembelajaran Matematika. ____: Prosiding
Tirtarahardja, Utar. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.Jakarta: Kencana.
Turtudi. (2009). Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta:Leuser Cita Pustaka.
Widjajanti, Djatilah Bondan. (2013). The Communication Skills and Mathematical Connections of Prospective Mathematics Teacher:A Case Study on Mathematics Education Students, Yogyakarta State University,
Indonesia. Jurnal Teknologi (Social Sciences) Vol. 63, No. 2: 39-43.
Wilburne, Jane M. & Napoli, Mary. (2008). Connecting Mathematics and Literature: An Analysis of Pre-service Elementary School Teacher’s
Changing Beliefs and Knowledge. IUMPST: The Journal, Vol 2(online).
http://files.eric.ed.gov/fulltext/ EJ835505.pdf. (Diakses pada 25 Februari 2016)
Yulianti, K. (2012). Menghubungkan Ide-Ide Matematik Melalui Kegiatan
Pemecahan Masalah. Makalah. Direktori UPI. Bandung:FMIPA