• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA

SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE

Oleh : Noviyenty NIM. 4123111054

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

DiajukanUntukMemenuhiSyaratMemperolehGelar SarjanaPendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Noviyenty dilahirkan di Binjai Serbangan, pada tanggal 17 September

1994. Ayah bernama Ruslan, dan Ibu bernama Misni, merupakan anak pertama

dari empat bersaudara. Pada tahun 2000, penulis masuk SD Negeri No. 016532

dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di SMP

Negeri 1 Air Joman dan lulus pada tahun 2009, pada tahun 2009, penulis

melanjutkan sekolah di SMA Methodist-2 Kisaran dan lulus pada tahun 2012.

Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(4)

iii

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA

SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE

NOVIYENTY (4123111054) ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X PMIPA 5 SMA Negeri 2 Kabanjahe T.A. 2016/2017 yang berjumlah 28 orang. Yang menjadi objek penelitian ini adalah penerapan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa.

Sebelum tindakan dilakukan terlebih dahulu diberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal koneksi matematika siswa. Dari hasil tes awal menunjukkan bahwa siswa kelas X PMIPA 5 kemampuan koneksi matematikanya masih rendah terlihat dari aspek koneksi antar topik matematika pada tes awal dari 28 siswa tidak ada (0%) siswa yang melewati kriteria minimal kemampuan koneksi matematika, pada aspek mengkoneksikan matematika dengan bidang studi lain terdapat 6 atau (21,43%) siswa yang melewati kriteria minimal kemampuan koneksi matematika, dan pada aspek mengkoneksikan matematika dengan dunia nyata hanya 2 atau (7,14%) siswa yang melewati kriteria minimal kemampuan koneksi matematika dengan persentase siswa yang melewati kriteria minimal kemampuan koneksi matematika pada tes awal sebesar 0%,. Setelah dilakukan tes kemampuan koneksi matematika I (siklus I) persentase siswa yang melewati kriteria minimal kemampuan koneksi matematika naik menjadi 57,14% dan pada tes kemampuan koneksi matematika II (siklus II) persentase siswa yang melewati kriteria minimal kemampuan koneksi matematika menjadi 89,29%.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa kelas X SMA Negeri 2 Kabanjahe. Saran yang diajukan yaitu; 1) Berdasarkan hasil penerapan pembelajaran berbasis masalah di kelas, terjadi peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa oleh sebab itu disarankan pada guru agar menerapkan dan mengembangkan perangkat pembelajaran dan lembar aktivitas siswa berbasis masalah pada topik lain atau bidang studi lain yang relevan. 2) Penerapan pembelajaran berbasis masalah di kelas diperlukan waktu yang lebih banyak daripada alokasi waktu yang telah ditetapkan sehinggga disarankan agar guru lebih bijaksana dalam mengelola waktu dan menyediakan asesmen otentik yang diharapkan diselesaikan siswa di rumah.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan berkat-Nya yang memberikan hikmat kepada penulis hingga

penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul Penerapan

Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi

Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Kabanjahe. Skripsi ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada

Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Beliau

telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal

hingga akhir penulisan skipsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan

kepada Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd, Bapak Drs. W.L. Sihombing, M.Pd dan

Ibu Dr. Faiz Ahyaningsih, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai penyusunan skripsi

ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Hasratuddin,

M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan

memotivasi penulis selama perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Syawal

Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, dan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd

selaku dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan

Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi

Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan

Matematika.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu dosen

serta Staf Pegawai Jurusan Matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuan

dan membantu penulis selama perkuliahan.Ucapan terima kasih juga disampaikan

kepada Bapak Bastaria Sinulingga, S.Pd., M.Pd. selaku kepala sekolah dan kepada

Ibu Arianti Evalida Br. Karo, S.Pd. selaku guru bidang studi matematika yang

(6)

v

guru dan staf administrasi SMA Negeri 2 Kabanjahe yang telah memberikan

kesempatan serta bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.

Teristimewa rasa terima kasih dan cinta penulis kepada Ayahanda Ruslan

dan Ibunda Misni, orangtua penulis yang telah mengasuh, membimbing, memberi

kasih sayang, mendukung baik moral maupun materil dan selalu mendo’akan

penulis. Semoga kasih dan berkat Allah Bapa selalu menyertai Papa dan Mama.

Amin. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada adik-adik tersayang, Natha Nael dan Novi Joses Devin Evelyn yang telah memberikan do’a dan motivasi kepada penulis serta kepada adikku sibontot yang paling ngangenin Nihikari Powa yang

selalu bikin gemes dan akhirnya semangat lagi, serta keluarga yang terus

memberikan dukungan, doa, kasih sayang, pengorbanan, dan perjuangan baik

secara moral dan materil.

Penulis juga ucapkan terima kasih kepada sahabat sekaligus musuh terbaik, DAG, yang selalu bersama dan memberikan do’a serta motivasi maupun dorongan untuk mengerjakan skripsi ini hingga selesai. Tak lupa penulis ucapkan

terima kasih untuk sahabat terbaik Ibodtam serta teman-teman senasib

sepenanggungan di DIK A ’12 Pendidikan Matematika yang tiada henti

memberikan motivasi dan doa yang tulus serta sahabat-sahabat lainnya yang tidak

bisa disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi

pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, November 2016 Penulis,

Noviyenty

(7)

vi

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

2.1.1. Pembelajaran Berbasis Masalah 10

2.1.1.1. Hakekat Pembelajaran Berbasis Masalah 10

2.1.1.2. Kelebihan Menggunakan Pembelajaran Berbasis

Masalah 11

2.1.1.3. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah 12

2.1.2. Koneksi Matematika 15

2.1.2.1. Pengertian Koneksi Matematika 15

2.1.2.2. Kemampuan Koneksi Matematika 17

2.1.2.3. Pentingnya Kemampuan Koneksi Matematika 17

2.1.2.4. Tujuan dan Jenis Koneksi Matematis 20

(8)

vii

2.1.3.1. Teori Belajar Konstruktivisme 23

2.1.3.2. Teori (Belajar Bermakna) Ausubel 24

2.1.3.3. Teori Belajar Gagne 26

2.1.4.4. Sifat-Sifat Pangkat Bulat Positif 31

2.1.4.5. Pangkat Pecahan 33

2.1.4.6 . Bentuk Akar 35

2.1.4.7. Hubungan Bentuk Akar dan Bilangan Berpangkat 36

2.1.4.8. Operasi pada Bentuk Akar 36

2.2. Penelitian yang Relevan 40

2.3. Kerangka Konseptual 41

2.4. Hipotesis Tindakan 42

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian 44

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 44

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian 44

3.4. Prosedur Penelitian 44

3.5. Alat Pengumpul Data 47

3.5.1. Tes Kemampuan Koneksi Matematis 47

3.5.2. Lembar Observasi 49

3.6. Teknik Analisis Data 49

3.6.1. Reduksi Data 49

3.6.2. Paparan Data 49

3.6.3. Penarikan Kesimpulan 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 53

(9)

viii

4.1.2. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian pada Siklus I 59

4.1.2.1. Perencanaan Tindakan I 59

4.1.2.2. Pelaksanaan Tindakan I 60

4.1.2.3. Observasi I 63

4.1.2.4. Analisis data dan Refleksi I 65

4.1.2.4.1. Analisis Data Hasil Observasi I 65

4.1.2.4.2. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Koneksi

Matematika I 67

4.1.2.4.3. Refleksi I 73

4.1.3. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian pada Siklus II 77

4.1.3.1. Perencanaan Tindakan II 77

4.1.3.2. Pelaksanaan Tindakan II 77

4.1.3.3. Observasi II 81

4.1.3.4. Analisis Data dan Refleksi II 82

4.1.3.4.1. Analisis Data Hasil Observasi II 82

4.1.3.4.2. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Koneksi

Matematika II 84

4.1.3.4.3. Refleksi II 88

4.2. Temuan Penelitian 88

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 94

5.2. Saran 95

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 1.1. Jawaban salah satu siswa pada soal nomor 1 3

Gambar 1.2. Jawaban salah satu siswa pada soal nomor 2 3

Gambar 1.3. Jawaban salah satu siswa pada soal nomor 3 4

Gambar 1.4. Jawaban salah satu siswa pada soal nomor 4 4

Gambar 2.1. Dua Kontinum Belajar 25

Gambar 4.1. Grafik Kemampuan Siswa dari Setiap Aspek Koneksi

Matematika pada Tes Awal 54

Gambar 4.2. Grafik Tingkat Kemampuan Koneksi Matematika Siswa

Pada Tes Awal 55

Gambar 4.3. Kesalahan Siswa Pada Aspek Koneksi Antar Topik

Matematika Pada Tes Awal 56

Gambar 4.4. Kesalahan Siswa Pada Aspek Mengkoneksikan Matematika

Dengan Bidang Studi Lain Pada Tes Awal 57

Gambar 4.5. Kesalahan Siswa Pada Aspek Mengkoneksikan Matematika

Dengan Dunia Nyata Pada Tes Awal 58

Gambar 4.6. Grafik Kemampuan Siswa dari Setiap Aspek Koneksi

Matematika pada Siklus I 68

Gambar 4.7. Grafik Tingkat Kemampuan Koneksi Matematika Siswa

Pada Tes Siklus I 70

Gambar 4.8. Kesalahan Siswa Pada Aspek Koneksi Antar Topik Matematika

Pada Tes Kemampuan Koneksi Matematika I 71

Gambar 4.9. Kesalahan Siswa Pada Aspek Mengkoneksikan Matematika

Dengan Bidang Studi Lain Pada Tes Kemampuan Koneksi

Matematika I 71

Gambar 4.10. Kesalahan Siswa Pada Aspek Mengkoneksikan Matematika

Dengan Dunia Nyata Pada Tes Kemampuan Koneksi

Matematika I 72

Gambar 4.11. Grafik Perbandingan Kemampuan Siswa dari Setiap Aspek

(11)

x

Gambar 4.12. Grafik Perbandingan Kategori Kemampuan Koneksi

(12)

xi

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1.1. Persentase Jenis Kemampuan Koneksi Matematika 2

Tabel 2.1. Tahapan- tahapan Model PBM 12

Tabel 3.1. Prosedur Penelitian PTK 45

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Koneksi Matematika 48

Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Tes Kemampuan Koneksi Matematika 51

Tabel 3.4. Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran 52

Tabel 4.1. Kemampuan Siswa dari setiap aspek koneksi Matematika

pada Tes Awal 53

Tabel 4.2. Deskripsi Kategori Tingkat Kemampuan Koneksi

Matematika Siswa pada Tes Awal 55

Tabel 4.3. Deskripsi Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus I 65

Tabel 4.4. Kemampuan Siswa dari Setiap Aspek Koneksi Matematika

pada Siklus I 68

Tabel 4.5. Deskripsi Kategori Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes

Siklus I 69

Tabel 4.6. Refleksi dan Revisi Proses Pembelajaran 74

Tabel 4.7. Deskripsi Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus II 82

Tabel 4.8. Kemampuan Siswa dari setiap aspek koneksi Matematika

pada Siklus II 84

Tabel 4.9. Deskripsi Kategori Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan

masa depan.

Penyempurnaan atau perbaikan pendidikan formal (sekolah/madrasah)

untuk mengantisipasi kebutuhan dan tantangan masa depan perlu terus menerus

dilakukan, diselaraskan dengan perkembangan kebutuhan dunia usaha/dunia

industri, perkembangan dunia kerja, serta perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni. Tirtarahardja (2005:316) menyebutkan bahwa kurikulum

dalam sistem pendidikan persekolahan di negara kita telah mengalami

penyempurnaan-penyempurnaan dalam perjalanannya. Pengembangan kurikulum

yang dilakukan pemerintah saat ini merupakan salah satu langkah perbaikan

pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu menghadapi

tantangan masa depan.

Pengembangan kurikulum pendidikan tentunya tidak akan berdampak baik

apabila pembelajaran di kelas masih belum efektif. Dalam hal ini secara khusus

adalah pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika, pemahaman

konsep dasar sangat dibutuhkan sebab materi selanjutnya akan semakin

berkembang dan membutuhkan konsep-konsep dasar sebagai materi prasyaratnya.

Koneksi matematika diilhami oleh karena ilmu matematika tidaklah terpartisi

(14)

2

kesatuan. Selain itu matematika juga tidak bisa terpisah dari ilmu selain

matematika dan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan. Tanpa koneksi

matematika maka siswa harus belajar dan mengingat terlalu banyak konsep dan

prosedur matematika yang saling terpisah (NCTM, 2000:275). Konsep-konsep

dalam bilangan pecahan, persentase, rasio, dan perbandingan linear merupakan

salah satu contoh topik-topik yang dapat dikait-kaitkan. Sebagai sebuah disiplin

ilmu yang saling berkaitan, dalam hal ini peserta didik diharapkan memiliki

kemampuan untuk memecahkan masalah - masalah dalam matematika yang

memiliki kaitan dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan

seperti ini dinamakan dengan kemampuan koneksi matematika.

Bertolak belakang dari uraian di atas, sebagian besar siswa kurang mampu

menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan

tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru (Trianto 2011: 90).

Hal ini sejalan dengan hasil tes awal kemampuan koneksi matematika siswa kelas

X PMIA 5 SMA Negeri 2 Kabanjahe yang dilakukan pada tanggal 25 Agustus

2016, menunjukkan bahwa kemampuan koneksi matematika siswa masih

tergolong rendah. Dari hasil tes, secara umum diperoleh 28,57% siswa

kemampuan koneksi matematikanya rendah dan 71,43% siswa kemampuan

koneksi matematikanya sangat rendah. Berikut rincian dari masing-masing jenis

koneksi.

(15)

3

Rendahnya kemampuan koneksi matematika ini terjadi dikarenakan siswa

tidak terbiasa dengan soal-soal koneksi matematika dan guru masih memberikan

soal rutin dan jarang melatih siswa untuk menyelesaikan soal-soal koneksi

matematika. Guru juga jarang menggunakan model pembelajaran yang disarankan

kurikulum 2013 seperti pembelajaran berbasis masalah karena berdasarkan

pengalaman guru mengajar menggunakan pembelajaran berbasis masalah, siswa

menjadi kurang aktif dan kurang berminat mengikuti pembelajaran.

Untuk mengetahui kemampuan koneksi matematika siswa penulis

memberikan tes awal kepada siswa berupa 4 soal esai yang dapat dilihat pada

lampiran 19. Dari hasil tes awal diperoleh jawaban daris salah satu subjek

penelitian sebagai berikut.

Gambar 1.1. Jawaban salah satu siswa pada soal nomor 1

Dari gambar 1.1. terlihat bahwa siswa kurang menguasai konsep

perpangkatan sehingga siswa tersebut harus menjabarkan bentuk pangkatnya

terlebih dahulu. Selain itu siswa tidak menyimpulkan hasil penyelidikannya

terhadap kebenaran jawaban dari Andi dan Tomi.

(16)

4

Dari gambar 1.2. terlihat bahwa siswa kurang mampu dalam

menghubungkan konsep perpangkatan dengan mengubah satuan. Selain itu siswa

kurang memahami apa yang diminta soal.

Gambar 1.3. Jawaban salah satu siswa pada soal nomor 3

Dari gambar 1.3. terlihat bahwa siswa salah membuat perkalian berulang

yang diharapkan sehingga salah menginterpretasikan perpangkatan yang diminta

soal yang mengindikasikan siswa kurang memahami apa yang diminta soal.

Gambar 1.4. Jawaban salah satu siswa pada soal nomor 4

Dari gambar 1.4. terlihat bahwa siswa salah memahami maksud soal

sehingga kemampuan siswa menghubungkan matematika dengan kehidupan

sehari-hari menjadi tidak tercapai. Dalam hal ini sesungguhnya siswa sudah

mempunyai kemampuan koneksi matematika tetapi kemampuan koneksi

matematika tersebut masih belum diasah dan diperkuat. Sejalan dengan uraian

jawaban-jawaban siswa di atas terlihat bahwa siswa masih belum memiliki

kemampuan koneksi matematika yang tinggi.

Kemampuan koneksi matematika ini penting karena merupakan salah satu

dari tujuan pembelajaran matematika menurut NCTM yaitu (1) kemampuan

pemecahan masalah (problem solving), (2) kemampuan berargumentasi

(17)

5

membuat koneksi (connections), dan (5) kemampuan representasi (representation).

Seperti diungkapkan Sugiman (2008:2):

Kemampuan koneksi matematika merupakan hal yang penting namun siswa yang menguasai konsep matematika tidak dengan sendirinya pintar dalam mengoneksikan matematika. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa siswa sering mampu mendaftar konsep-konsep matematika yang terkait dengan masalah riil, tetapi hanya sedikit siswa yang mampu menjelaskan mengapa konsep tersebut digunakan dalam aplikasi itu (Lembke dan Reys, 1994 dikutip Bergeson, 2000:38). Dengan demikian kemampuan koneksi perlu dilatihkan kepada siswa sekolah. Apabila siswa mampu mengkaitkan ide-ide matematika maka pemahaman matematikanya akan semakin dalam dan bertahan lama karena mereka mampu melihat keterkaitan antar topik dengan konteks selain matematika, dan dengan pengalaman hidup sehari-hari (NCTM, 2000:64).

Kemampuan koneksi matematika merupakan suatu kompetensi yang harus

dimiliki individu dan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran matematika

sebagaimana disebutkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BSNP,

2006). Hal ini senada dengan National Council of Teachers of Matematics

(NCTM) yang menyatakan bahwa kemampuan koneksi matematika diharapkan

dimiliki oleh peserta didik melalui pembelajaran matematika.

Berdasarkan standard proses mengenai kemampuan koneksi matematika,

National Council of Teachers of Matematics (NCTM) memberikan tiga indikator

kemampuan koneksi matematika, yaitu:

1. Mengenali dan menggunakan koneksi antara ide-ide matematika.

2. Mengenali dan menerapkan matematika dalam konteks di luar matematika.

3. Menunjukkan bagaimana ide matematika interkoneksi dan membangun

satu sama lain untuk menghasilkan kesatuan yang utuh

Dalam hal ini, secara sederhana indikator kemampuan koneksi matematika yaitu

kemampuan koneksi antar konsep dalam matematika, kemampuan koneksi antara

konsep matematika dengan bidang ilmu lain, dan kemampuan koneksi matematika

antar konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari yang saling berhubungan.

Sejalan dengan hal di atas, Sugiman (2008:4) menambahkan:

(18)

6

proses-proses dan konsep-konsep dalam matematika merupakan objek abstrak artinya koneksi ini terjadi dalam pikiran siswa, misalkan siswa menggunakan pikirannya pada saat mengkoneksikan antara simbol dengan representasinya.

Dengan koneksi matematika maka pelajaran matematika terasa menjadi

lebih bermakna. Dengan kata lain tujuan koneksi matematika adalah agar siswa

mempunyai pengetahuan matematika yang tidak terbatas pada sebuah pelajaran

saja tetapi menyadari bahwa matematika dekat dengan kehidupan nyata siswa

sehari-hari. Selain itu siswa mampu menggunakan pemikiran matematika dalam

memecahkan masalah dalam disiplin ilmu lain. Hal ini akan membuat

pembelajaran matematika lebih bermakna.

Berkaitan dengan hal tersebut, model pembelajaran berbasis masalah dapat

menjadi alternatif pilihan untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika

siswa. Melalui model pembelajaran berbasis masalah, kegiatan belajar yang

dilakukan akan lebih bermakna. Ngalimun (2014: 93) menyatakan bahwa dengan

pembelajaran berbasis masalah akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang

belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan

yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya

belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin

bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi dimana

konsep diterapkan.

Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang

melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah

sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan

masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan

masalah (Ward, 2002; Stepien, dkk., 1993, dalam Ngalimun 2014:89).

Melalui pembelajaran yang proses belajar mengajarnya diawali dengan

menghadapkan siswa pada masalah kehidupan sehari-hari maka akan dapat

meningkatkan kemampuan koneksi siswa baik koneksi antar konsep matematika,

koneksi antara matematika dengan disiplin ilmu lain maupun koneksi antara

matematika dengan kehidupan sehari-hari. Apabila kemampuan koneksi

(19)

7

memahami konsep matematika selanjutnya. Selain itu pembelajaran matematika

akan lebih bermakna bagi siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengambil

judul penelitian: Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Kemampuan Koneksi Metematika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Kabanjahe.

1.2. Identifikasi Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat

diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:

1. Perbaikan pendidikan pada semua jenjang pendidikan sebagai antisipasi

kepentingan masa depan

2. Pengembangan kurikulum pendidikan tidak berdampak sejalan dengan

pembelajaran matematika

3. Pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas masih kurang efektif

4. Guru hanya memberikan soal-soal rutin.

5. Guru jarang melatih siswa menyelesaikan soal-soal koneksi matematika

6. Kemampuan koneksi matematika siswa masih rendah

7. Kemampuan koneksi matematika perlu dilatihkan dan diperkuat kepada siswa.

8. Guru jarang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

9. Perlunya kemampuan koneksi matematika dalam pembelajaran matematika

1.3. Batasan Masalah

Melihat luasnya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi

dibandingkan waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti, maka peneliti merasa

perlu memberikan batasan terhadap masalah yang akan dikaji agar analisis hasil

penelitian ini dapat dilakukan dengan lebih mendalam dan terarah. Masalah yang

akan dikaji dalam penelitian ini terbatas yaitu:

1. Kemampuan koneksi matematika siswa masih rendah di kelas X

2. Kemampuan koneksi matematika perlu dilatihkan dan diperkuat kepada siswa

(20)

8

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka yang menjadi

fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan pembelajaran

berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian adalah

mengetahui apakah penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat

meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa.

1.6. Manfaat Penelitian

Keberhasilan pencapaian tujuan penelitian ini diharapkan memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan

pembelajaran berbasis masalah dan sebagai bekal peneliti sebagai calon guru

mata pelajaran matematika dalam menjalani praktik mengajar dalam institusi

formal yang sesungguhnya.

2. Bagi siswa, dapat meningkatkan dan melatih kemampuan koneksi matematika

siswa dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah.

3. Bagi guru matematika, sebagai alternatif melakukan variasi dalam mengajar

untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa dengan

menggunakan pembelajaran berbasis masalah.

4. Bagi sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat dalam

peningkatan kualitas pengajaran serta menjadi bahan pertimbangan dalam

mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah.

5. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

peneliti maupun pembaca yang tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai

penerapan pembelajaran berbasis masalah dan kemampuan koneksi

(21)

9

1.7. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah

yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, perlu dikemukakan

definisi operasional sebagai berikut:

1. Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang memberikan siswa

kesempatan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dengan menemukan

informasi dari masalah yang diberikan, mengolah informasi, memecahkan

masalah kemudian menarik kesimpulan dari masalah tersebut dengan

langkah-langkah:

a. Orientasi peserta didik kepada masalah

b. Mengorganisasikan peserta didik

c. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

e. Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

2. Koneksi matematika adalah keterkaitan matematika diantara konsep dan aturan

matematika, keterkaitan matematika dengan disiplin ilmu lain dan keterkaitan

matematika dengan kehidupan sehari-hari.

3. Kemampuan koneksi matematika adalah kemampuan peserta didik untuk

memecahkan masalah yang melibatkan keterkaitan antara konsep dan aturan

matematika, keterkaitan matematika dengan disiplin ilmu lain dan keterkaitan

(22)

94 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV maka diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

Kemampuan koneksi matematika siswa meningkat setelah diterapkan

pembelajaran berbasis masalah khususnya pada materi eksponen dan bentuk akar

di kelas X PMIPA 5 SMA Negeri 2 Kabanjahe. Peningkatan ini dapat dilihat dari

hasil tes yang diberikan kepada subjek penelitian yaitu:

a. Nilai rata-rata pada tes awal kemampuan koneksi matematika adalah 1,33;

nilai rata-rata pada tes kemampuan koneksi matematika I (siklus I) 2,48; dan

nilai rata-rata pada tes kemampuan koneksi matematika II (Silus II) 3,09.

b. Persentase siswa yang melewati kriteria minimal kemampuan koneksi

matematika pada tes awal sebesar 0%, pada tes kemampuan koneksi

matematika I (siklus I)sebesar 57,14% dan pada tes kemampuan koneksi

matematika II (siklus II) sebesar 89,29%.

c. Kemampuan koneksi matematika meningkat untuk setiap aspeknya. Pada

aspek koneksi antar topik matematika pada tes awal dari 28 siswa tidak ada

(0%) siswa yang melewati kriteria minimal kemampuan koneksi

matematika siswa, pada siklus I siswa yang melewati kriteria minimal

kemampuan koneksi matematika ada13 siswa (46,43%) dan pada siklus II

terdapat 25 siswa (89,29%). Pada aspek mengkoneksikan matematika

dengan bidang studi lain, pada tes awal banyak siswa yang melewati kriteria

minimal kemampuan koneksi matematika ada6 siswa (21,43%), pada siklus

I terdapat 16 siswa (57,14%) dan pada siklus II terdapat 20 siswa (71,42%).

Pada aspek mengkoneksikan matematika dengan dunia nyata, pada tes awal

jumlahsiswa yang melewati kriteria minimal kemampuan koneksi

matematika ada 2 siswa (7,14%),pada siklus I terdapat 12 siswa (42,86%)

(23)

95

5.2. Saran

Dengan melihat hasil penelitian ini penulis mengajukan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penerapan pembelajaran berbasis masalah di kelas, terjadi

peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa oleh sebab itu disarankan

pada guru agar menerapkan dan mengembangkan perangkat pembelajaran

dan lembar aktivitas siswa berbasis masalah pada topik lain atau bidang studi

lain yang relevan.

2. Penerapan pembelajaran berbasis masalah di kelas diperlukan waktu yang

lebih banyak daripada alokasi waktu yang telah ditetapkan sehinggga

disarankan agar guru lebih bijaksana dalam mengelola waktudan

menyediakan asesmen otentik yang diharapkan diselesaikan siswa di rumah.

3. Secara umum siswa masih belum terbiasa dengan soal-soal koneksi

matematika, untuk memaksimalkan peningkatan kemampuan konkeksi

matematika siswa, siswa perlu menguasai materi sebelumnya yang berkaitan

dengan materi yang diajarkan sehingga disarankan pada guruagar memberi

siswa tugas untuk belajar di rumah dan membaca materi yang berkaitan

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsiti. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Buti Aksara.

Baharuddin, H. & Wahyuni, Esa Nur. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran.

Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Bruner, J.S. (1990). Acts of Meaning. ----:Harvard University Press

BSNP. (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Jakarta: BSNP

Dahar, Ratna Wilis. (2006). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga

Daulay, L. A. (2011). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematika Siswa SMP dengan Menggunakan Pemebelajaran Berbasis

Masalah. Paradikta Jurnal Pendidikan Matetatika.Vol 4, No 1.

Fajri, Nurul., Hajidin., M.Ikhsan. ----. Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis Siswa dengan Menggunakan Pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL). Paradikta Jurnal Pendidikan

Matetatika, Vol 6, No 2, hlt: 149-161.

Harahap, Rosliani et. al. ---. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Matematis Siswa melalui Pembelajaran Kontekstual dengan

Kooperatif Tipe STAD di SMP Al-Wasliyah 8 Medan. PARADIKMa

Jurnal Pendidikan Matetatika, Vol 5 Notor 2, hal 186-204.

Hasratuddin. (2015). Mengapa Harus Belajar Matematika?. Medan: Perdana Publishing.

Herdian. (2010). Kemampuan Koneksi Matematik Siswa. Melalui

http://herdy07.wordpress. cotdiakses pada 10 Desetber 2015.

Ketendikbud. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013

SMA Matematika. Jakarta: Ketenterian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Kusuta, D.A (2008). Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik dengan

Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme. [online]. Tersedia:

http://pustaka.unpad.ac.id/wp.content/uploads/2009/06/teningkatkan-ketatpuan-koneksi -tatetatik.pdf. [05 Desetber 2016]

Martha, Inneke Rheyza dkk. 2014. “Penerapan Model Petbelajaran Kooperatif Ditinjau dari Tipe Kecerdasan Musikal, Interpersonal, dan Logik

(25)

97

Matetatik Pada Materi Persegi dan Persegi Panjang”. Jurnal Ilmiah

Pendidikan Matematika. Volute 3 No 1:95-102

Marzuki, A.(2006). Implementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan

Pemecahan Masalah Siswa. Tesis. Medan: Prograt

PascasarjanaUnited.

National Council of Teachers of Mathetatics. (2000). Principles and Standards

for School Mathematics. Reston: NCTM.

Ngalitun. (2014). Strategi dan Model Pembelajaran.Banjartasin: Aswaja Pressindo.

Rohantizani. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Konkesi Matematis Siswa SMP Negeri 1 Lhoksukon Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis. FMIPA United. Medan.

Rohendi, Dedi & Dulpaja, Jojon. (2013). Connected Mathematics Project (CMP) Model Based on Presentation Media to the Mathematical Connection

Ability of Junior High School Student. Journal of Education and Practice,

Vol 4, No 4:17-22.

Sani, Ridwan Abdullah & Sudiran. (2012). Meningkatkan Profesionalisme Guru

Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Medan: Citapustaka Media Perintis.

Sani, Ridwan Abdullah. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi

staff.uny.ac.id/sites/default/files/131930135/ 2008_Koneksi_Mat . pdf.

Diakses pada tanggal 18 Januari 2016.

(26)

98

Sukinah. 2013. “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 33 Surabaya dalat Pelajaran Matetatika Melalui Media Berbantuan Kotputer. E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya.

Volute 3. Hal 1-16

Sutarto, Utari. (2007). Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi

Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.Jurnal

Educationist. Vol. I No.2:116-123.

Tandailing, Edy. (2013). Pengembangan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Advokasi dengan Penyajian Masalah Open-Ended pada Pembelajaran Matematika. ____: Prosiding

Tirtarahardja, Utar. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.Jakarta: Kencana.

Turtudi. (2009). Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta:Leuser Cita Pustaka.

Widjajanti, Djatilah Bondan. (2013). The Communication Skills and Mathematical Connections of Prospective Mathematics Teacher:A Case Study on Mathematics Education Students, Yogyakarta State University,

Indonesia. Jurnal Teknologi (Social Sciences) Vol. 63, No. 2: 39-43.

Wilburne, Jane M. & Napoli, Mary. (2008). Connecting Mathematics and Literature: An Analysis of Pre-service Elementary School Teacher’s

Changing Beliefs and Knowledge. IUMPST: The Journal, Vol 2(online).

http://files.eric.ed.gov/fulltext/ EJ835505.pdf. (Diakses pada 25 Februari 2016)

Yulianti, K. (2012). Menghubungkan Ide-Ide Matematik Melalui Kegiatan

Pemecahan Masalah. Makalah. Direktori UPI. Bandung:FMIPA

Gambar

Gambar 4.12. Grafik Perbandingan Kategori Kemampuan Koneksi
Tabel 1.1 Persentase Jenis Kemampuan Koneksi
Gambar 1.1. Jawaban salah satu siswa pada soal nomor 1
Gambar 1.4. Jawaban salah satu siswa pada soal nomor 4

Referensi

Dokumen terkait

Menurut (Zuhal:1991:687) Perputaran motor pada mesin arus bolak- balik ditimbulkan oleh adanya medan putar (fluks yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan

Beberapa ulasan studi terdahulu menguatkan hasil wawancara awal di atas mengenai alasan prokrastinasi, yaitu mahasiswa menganggap bahwa tugas akademik yang

Jurnal Manajemen Pendidikan 235 Berdasarkan konsep di atas dapat disintesiskan motivasi kerja adalah dorongan atau keinginan yang timbul pada diri seseorang sadar atau

Memimpin dan mengoordinasikan kegiatan Bagian Tata Usaha serta menyusunperencanaan dan mengelola keuangan, kepegawaian, persuratan, kearsipan, barang

Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc, M.Sc sebagai Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara

Dalam keadaan lembab, tanah dibedakan ke dalam konsistensi gembur (mudah diolah) sampai teguh (agak sulit dicangkul), yaitu ditentukan dengan meremas segumpal tanah

Penyedia Jasa Konsultansi yang merupakan badan usaha wajib hadir adalah pimpinan perusahaan/direktur atau yang mewakilkan dengan membawa surat kuasa dari pimpinan

Tempat : Bagian Layanan Pengadaan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara Demikian undangan ini disampaikan atas perhatian diucapkan terima kasih. Dengan ini kami mengundang