• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED PROBLEM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED PROBLEM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMA."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED PROBLEM SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KONEKSI

MATEMATIKA SISWA SMA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

PURBA DIAMANSON PURBA

NIM: 8106172014

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

PURBA DIAMANSON PURBA. Penerapan Pembelajaran Koperatif Tipe Jigsaw Dengan Pendekatan Open Ended Problem Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa SMA. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2017.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dengan pendekatan open ended problem, (2) mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa yang diajar melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dengan pendekatan open ended problem, (3) mendeskripsikan kadar aktivitas aktif siswa selama pembelajaran melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan

open ended problem, (4) mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran melalui penerapan pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan open ended problem, (5) mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran selama pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dengan pendekatan open ended problem berlangsung dan (6) mengetahui proses jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan soal-soal melalui penerapan pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan open ended problem.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X7 SMA Swasta GKPS 1 Pamatang Raya Tahun Ajaran 2016/2017 dengan jumlah

siswa keseluruhan adalah 30 orang dengan objek penelitian adalah penerapan pmbelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan open ended problem sebagai upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematika siswa. Instrumen yang digunakan terdiri dari : (1) tes kemampuan pemecahan masalah matematika, (2) tes kemampuan koneksi matematika dan (3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (4) Lembar Aktivitas Siswa (LAS), (5) lembar observasi. Seluruh instrumen yang digunakan telah divalidasi oleh pakar dan diujicobakan di lapangan, hasilnya disimpulkan bahwa : (1) seluruh butir tes adalah valid dan memiliki tingkat reliabilitas dengan kategori baik, (2) RPP, Lembar Aktivitas Siswa (LAS), lembar observasi telah divalidasi oleh pakar dan dinyatakan layak digunakan dalam penelitian.

Penelitian terdiri dari dua siklus dan tes diberikan pada setiap akhir siklus. Hasil tindakan siklus I dan II : (1) Hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika siklus I sebesar 60.00% siswa memiliki tingkat kemampuan minimal sedang, pada siklus II sebesar 90,00%. Artinya ada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 30,00%; (2) Hasil tes kemampuan koneksi matematika siswa siklus I sebesar 66,67% siswa memiliki tingkat kemampuan minimal sedang, pada siklus II sebesar 93.33 %. Artinya ada peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 26.66%; (3) Respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan open ended problem pada siklus I adalah 93,33% dan II adalah 95,12 % termasuk dalam kategori respon positif. (4). Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan open ended problem berada pada kategori baik.

Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dengan pendekatan open ended problem dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan kemampuan koneksi matematika siswa. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan open ended problem dapat meningkatkan aktifitas aktif dan respon siswa dalam pembelajaran. Dengan demikian yang menjadi saran selanjutnya : (1) kepada lembaga terkait dapat mensosialisasikan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan open ended problem dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematika siswa, (2) kepada guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan open ended problem pada pembelajaran matematika sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif, (3) kepada peneliti lain dapat melanjutkan penelitian pada pokok bahasan dan kemampuan matematik yang lain dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan open ended problem.

(7)

ii

ABSTRACT

PURBA DIAMANSONPURBA. Application of Cooperative Learning Jigsaw Type With Open Ended Problem Approach For Efforts to Improve Problem Solving Ability And Mathematical Ability Connections High School Students. Thesis. Field: Mathematics Education Program Post-Graduate Studies, State University of Medan, in 2017.

The purpose of this study was to determine: (1) determine the improve in mathematical problem-solving ability of students who are taught through the application of cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach, (2) determine the increase in mathematical connection sability of students who are taught through the application of cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach, (3) describe the levels of active student activity during the learning through the implementation of cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach, (4) evaluate the response of students to wards learning through the implementation of cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach, (5) determine the ability of the teacher to manage learning for learning cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach takes place and (6) knowing the answers that the students in solving problems through the application of cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach.

This research is aclass act. Subjects in this study were grade studentsof SMA Swasta GKPS Pamatang Raya X7 academic year 2016/2017 the number of students over all are 30 people with the object of research is the application of cooperative learning jigsaw type with open ended problem approachas an effort to improve in mathematical problem-solving and mathematical connections ability of students. The instrument used consisted of: (1) test the ability of mathematical problem-solving, (2) test the ability of mathematical connections, and (3) the lesson plan, (4) the student activity sheet, (5) the observation sheet. The entire instrument used has been validated by experts and tested in the field, the results conclude that: (1) whole grains test is valid and has agood level of reliability with the category, (2) the lesson plan, student activity sheet and observation sheet has been validated by experts and declared fit for usein research.

The study consisted of two cycles and tests given at the end of each cycle. Results of cycle Iand II: (1) The results of test the ability of mathematical problem-solving first cycle of 60.00 % of students have a minimum level of ability is, in the second cycle of 90.00 %. This means that there is an increase instudents' comprehension of mathematical problem-solving from the first cycle to the second cycleis equal to 30.00 %; (2) The results of students' mathematical connections ability test first cycle of 66.67% of students have a minimum level of abilityis, in the second cycle of 93.33%. This means that there isan increase in mathematical connections ability of students from the first cycle to the second cycleis equal to 26,66%; (3) The response of students to application of cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach in cycle I is 93.33% and II is 95,12 % are included in the category of positive response. (4). The ability of teachers to manage cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach are in good category.

The conclusion of this study is that the implementation ofcooperative learning jigsaw type with open ended problem approach can improve the mathematical problem solving ability and mathematical connections ability of students. In addition, cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach can improve the activity and response of the students in active learning. Thus the next suggestions: (1) to the relevant institutions can socialize with the cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach to improve the mathematical problem solving ability and mathematical connections ability of students, (2) the teacher can use a cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach to learning mathematics as an alternative for implementing innovative math learning, (3) to other researchers can continue research on the subject and the ability of others to use the mathematical model of the cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang maha sempurna dan mengetahui segalanya. Atas rahmatnya tesis ini mampu penulis selesaikan dengan segala keterbatasan. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik moral maupun materil, segala kekurangan dan keterbatasan penyusunan tesis ini tidak akan teratasi dengan baik. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd sebagai Direktur Pascasarjan UNIMEDdan pembimbing Iyang dengan tulus hati untuk menyediakan waktu ditengah-tengah kesibukannya dan penuh kesabaran memberi bimbingan serta arahan secara intensif kepada penulis. baik selama mengikuti pendidikan maupun dalam penulisan tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd sebagai pembimbing IIyang dengan tulus hati untuk menyediakan waktu ditengah-tengah kesibukannya dan penuh kesabaran memberi bimbingan serta arahan secara intensif kepada penulis. baik selama mengikuti pendidikan maupun dalam penulisan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd sebagai Ketua Prodi Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

(9)

iv

5. Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd., Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd., dan Dr. Edy Surya, M.Si selaku nara sumber /dewan penguji yang memberikan perbaikan serta saran dalam penyusunan tesis ini.

6. Bapak Ibu dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, yang telah bersedia memberikan bekal ilmu, membimbing, dan mendidik penulis selama masa perkuliahan.

7. Bapak Dr. H. Banjarnahor, M.Pd., Bapak Drs. Syafari, M.Pd, Ibu Sri Lestari Manurung, S.Si, M.Pd selaku validator instrumen penelitian ini dari Dosen Universitas Negeri Medan.

8. Teman-Teman mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan angkatan tahun 2010/2011 atas kekompakan serta masukan-masukan melalui diskusi-diskusi yang dilakukan selama ini.

9. Isteri tercinta : Eva Indrayani Saragih, SKM . Anak-anak saya : Jeanne Diva Averyl Purba, Jenoah Raja Alvaro Purba, Vicenzo Leroy Purba yang selalu menjadi motivasi, semangat penulis dalam penyelesaian tesis ini.

10.Ayahanda S. Purba, Ibunda E br Saragih, Ibu Mertua R. Purba, ananda ucapkan terima kasih segala dorongan, bantuan yang diberikan dalam penyelesaian tesis ini.

11.Kepala Sekolah SMA Swasta GKPS 1 Pamatang Raya Kelurahan Sondi Raya

beserta guru-guru matematika pada sekolah tersebut yang selama pelaksanaan

(10)

v terlaksana.

12.Semua pihak yang berkenan memberi dukungan bagi penulis selama ini. Semoga Tuhan yang maha pengasih dan maha tahu, senantiasa melimpahkan berkatnya kepada semua pihak yang telah disebutkan diatas yang telah berjasa membantu penulis dalam meraih cita-citanya yang mulia ini. Diatei tupa, Terima kasih.

Medan, Pebruari 2017 P e n u l i s,

(11)

vi DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Identifikasi Masalah... 13

1.3.Batasan Masalah... 14

1.4.Rumusan Masalah... 14

1.5.Tujuan Penelitian... 15

1.6.Manfaat Penelitian... 15

1.7.Defenisi Operasional... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Pemecahan Masalah... 19

2.1.1. Pengertian Pemecahan Masalah……….. 19

2.1.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Matematis. 21 2.2. Kemampuan Koneksi Matematis………... 25

2.2.1. Pengertian Koneksi Matematis………... 25

2.2.2. Tujuan dan Jenis Koneksi Matematis………. 31

2.3. Pembelajaran Matematika………. 34

2.3.1. Pengertian Belajar... 35

2.3.2. Pengertian Mengajar……….. 36

2.4. Pembelajaran Kooperatif……….. 41

2.5. Pendekatan Open Ended……….. 61

(12)

vii

2.7. Penelitian Yang Relevan... 80

2.8. Kerangka Konseptual... 81

2.9. Hipotesis Tindakan... 83

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 84

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian... 84

3.3. Subjek dan Objek Penelitian ... 84

3.4. Prosedur Penelitian... 85

3.5.Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 91

3.6.Uji coba Instrumen ... 97

3.7.Teknik Analisis Data... 104

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian... 111

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ... 111

4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ... 154

4.2. Pembahasan Penelitian……… 179

4.3. Keterbatasan Penelitian……… 184

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan... 185

5.2. Saran……… 186

DAFTAR PUSTAKA... 189 LAMPIRAN...

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Tabel 2.1. Perbedaan antara Kooperatif dan Kelompok 48 2. Tabel 2.2. Perbandingan Pedagogik antara Empat Pendekatan

Pada Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) 49 3. Tabel 2.3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 52 4. Table 3.1. Rancangan Tahapan Siklus I dan II 92 5. Tabel 3.2. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Pada Siklus I 93

6. Tabel 3.3. Kriteria Derajat Reliabilitas Butir Soal 94

7. Tabel 3.4. Kriteria Koefisien Korelasi 95

8. Tabel 3.5. Aktivitas Guru selama proses pembelajaran 97 9. Tabel 3.6. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran 98

10. Tabel 3.7. Validasi Ahli pada TKPM 99

11. Tabel 3.8. Validasi Ahli pada TKKM 99

12. Tabel 3.9. Analisis Ujicoba realibitas Tes 101 13. Tabel 3.10 Hasil analisis ujicoba tes pemecahan masalah matematika 103 14. Tabel 3.11. Hasil analisis ujicoba tes Kemampuan Koneksi Matematis 103

Pada Siklus II 103

15. Tabel 3.12. Kategori respon siswa dalam mengikuti pembelajaran 107 11. Tabel 3.13. Interval Penentuan Tingkat Kemampuan Guru Mengelola

Pembelajaran 108

12. Tabel 3.14.Kriteria Keberhasilan 109

13 Tabel 4.1. Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Siswa 17 Tabel 4.5. Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Siswa Siklus

I

(14)

ix

18 Tabel 4.6. Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Siswa per indicator Siklus I

117 19 Tabel 4.7. Hasil Tes Koneksi Matematika Siswa pada Siklus I 118 20 Tabel 4.8. Kemampuan Koneksi matematika siswa per indicator

siklus I

120 21 Tabel 4.9 Respon siswa kelas x-7 terhadap komponen dan kegiatan

pembelajaran siklus I

121 22 Tabel 4.10 Hasil observasi kemampuan guru mengelola

pembelajaran siklus I

125

23 Tabel 4.11 Rangkuman refleksi Siklus I 151

24 Tabel 4.12 Tindakan Perbaikan untuk siklus II 153 25 Tabel 4.13 Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Siswa 29 Tabel 4.17 Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Siswa Siklus

II

159 30 Tabel 4.18 Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Siswa

perindikator Siklus II

160 31 Tabel 4.19 Hasil Tes Koneksi Matematika Siswa Siklus II 161 32 Tabel 4.20 Respon siswa kelas x-7 terhadap komponen dan kegiatan

pembelajaran siklus II

163 33 Tabel 4.21 Hasil observasi kemampuan guru mengelola

pembelajaran siklus II

167

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Gambar 2.1. Alur Pemecahan Masalah 23

2 Gambar 2.1. Alur Pemecahan Masalah 28

3 Gambar 2.3. Pembentukan Kooperatif Jigsaw 51

4 Gambar 2.4. Tipe Aktivitas Siswa dalam kelas 54 5 Gambar 3.1. Alur dalam Penelitian Tindakan Kelas 90 6 Gambar 4.1. Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Siswa 11 Gambar 4.6. Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Siswa per

indicator Siklus I

117 12 Gambar 4.7. Hasil Tes Koneksi Matematika Siswa Siklus I 119 13 Gambar 4.8. Kemampuan Koneksi matematika siswa per indicator

siklus I

120 14 Gambar 4.9. Respon siswa terhadap pembelajaran siklus I 123 15 Gambar 4.10 kemampuan guru mengelola pembelajaran siklus I 128 16 Gambar 4.11. Proses jawaban siswa nomor 1 untuk kategori sangat

rendah

131 17 Gambar 4.12. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori sangat

rendah

132 18 Gambar 4.13. Proses jawaban siswa nomor 1 untuk kategori sedang 133 19 Gambar 4.15. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori sedang 134 20 Gambar 4.16. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori sedang 135 21 Gambar 4.17. Proses jawaban siswa nomor 1 untuk kategori tinggi 137 22 Gambar 4.18. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori tinggi 138 23 Gambar 4.19. Proses jawaban siswa nomor 1 untuk kategori sangat

tinggi

139 24 Gambar 4.20. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori tinggi 140 25 Gambar 4.21. Proses jawaban siswa nomor 1 untuk kategori sangat

rendah Kemampuan Koneksi

(16)

xi

26 Gambar 4.21. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori sangat rendah Kemampuan Koneksi

142 27 Gambar 4.22. Proses jawaban siswa nomor 1 untuk kategori rendah

Kemampuan Koneksi

142 28 Gambar 4.23. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori rendah

Kemampuan Koneksi

143 29 Gambar 4.24. Proses jawaban siswa nomor 1 untuk kategori sedang

Kemampuan Koneksi

144 30 Gambar 4.25. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori sedang

Kemampuan Koneksi

145 31 Gambar 4.26. Proses jawaban siswa nomor 1 untuk kategori tinggi

Kemampuan Koneksi

146 32 Gambar 4.27. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori tinggi

Kemampuan Koneksi

146 33 Gambar 4.28. Proses jawaban siswa nomor 1 untuk kategori sangat

tinggi Kemampuan Koneksi

147 34 Gambar 4.29. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori sangat

tinggi Kemampuan Koneksi

148 35 Gambar 4.31 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

INdikator 1 Siklus II

155 36 Gambar 4.32 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

INdikator 2 Siklus II

156 37 Gambar 4.33 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

INdikator 3 Siklus II

157 38 Gambar 4.34 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

INdikator 4 Siklus II

158 39 Gambar 4.35 Rekap kemampuan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Siklus II

159 40 Gambar 4.36 Rekap kemampuan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa perindikator Siklus II

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana dan alat yang tepat dalam membentuk

masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan

dapat menyelsesaikan masalah hidup yang dihadapinya, sebab hingga saat ini

dunia pendidikan dipandang sebagai sarana yang efektif dalam usaha melestarikan

nilai-nilai hidup. Salah satu pendidikan yang dapat dilakukan adalah pendidikan di

sekolah, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga pendidikan

tinggi dengan segala aspeknya, seperti kurikulum, metode, pendekatan, strategi,

dan model yang sesuai, fasilitas yang memadai dan sumber daya manusia yang

profesional adalah aspek yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang

direncanakan.

Matematika sebagai QueenofSciences mempunyai peranan yang sangat

penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu sistem

pengajaran yang mengutamakan matematika dan ilmu pengetahuan lainnya

menjadi prasyarat bagi proses pendidikan untuk membentuk manusia Indonesia

yang mampu menghadapi dan mengantisipasi tantangan di masa yang akan

datang. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Depdiknas (2006:

345) dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah sebagai

(18)

2

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat, dalam pemecahan masalah;

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, meyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;

5. Memiliki sikap menghargai keguanaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Soedjadi dalam Somakim (2007:2)

bahwa pendidikan matematika memiliki dua tujuan besar yaitu: (1) tujuan yang

bersifat formal memberikan tekanan pada penalaran anak dan membentukan

pribadi anak, (2) tujuan yang bersifat material yang memberikan tekanan pada

penerapan matematika serta kemampuan memecahkan masalah matematika. Hal

yang sama juga tersirat di dalam National Council of Teacher of Mathematics

(NCTM, 2000) menyatakan bahwa terdapat 5 aspek keterampilan matematik

(doingmath) yaitu: (1) belajar untuk berkomunikasi (2) belajar untuk bernalar (3)

belajar untuk memecahkan masalah (4) belajar untuk mengaitkan ide (5)

pembentukan sikap positif terhadap matematika.

Selanjutnya Sumarmo (dalam Rosliana Harahap 2012:187)

mengemukakan bahwa pendidikan matematika pada hakikatnyamempunyai dua

arah pengembangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan kebutuhan

masa yang akan datang. Kebutuhan masa kini yang dimaksud yaitu mengarahkan

(19)

3

kemudian diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu

pengetahuan lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan kebutuhan masa yang

akan datang adalah pembelajaran matematika memberikan kemampuan menalar

yang logis, sistematik, kritis dan cermat, menumbuhkan rasa percaya diri, dan rasa

keindahan terhadap keteraturan sifat matematika, serta mengembangkan sikap

objektif dan terbuka yang sangat diperlukan dalam menghadapi masa depan yang

senantiasa berubah.

Berdasarkan dua arah pengembangan dan tujuan pembelajaran

matematika, maka akhir-akhir ini banyak pakar matematikabaik pendidik maupun

peneliti yang tertarik untuk mendiskusikan dan meneliti kemampuan berpikir

matematik.Kemampuan berpikir matematik yang umumnya terwujud dalam

berpikir matematika tingkat tinggi sangat diperlukan siswa. Hal ini terkait dengan

kebutuhan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan

sehari-hari. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir matematik terutama yang

menyangkut doing math(aktivitas matematika) yang tersimpul dalam kemampuan

pemecahan masalah, komunikasi, koneksi, penalaran dan pembuktian, dan

representasi matematik perlu mendapatkan perhatian khusus dalam proses

pembelajaran matematika yang dilakukan guru didalam maupun diluar kelas.

Dari beberapa pernyataan di atas, dari seluruh aspek yang ditekankan

dalam kurikulum dan NTCM, kemampuan pemecahan masalah dan koneksi

matematik siswa merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat

penting, karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya kedua

(20)

4

Pentingnya kedua kemampuan ini dijelaskan dalam standar kompetensi

bahan kajian matematika kurikulum yang berlaku pada saat ini untuk siswa SMA,

di mana dalam standar ini dijelaskan bahwa siswa dituntut untuk memiliki

kemampuan pemecahan masalah, dan memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dimana kedua standar kompetensi ini

merupakan salah satu indikator pada kedua kemampuan yang dimaksud, yaitu

kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematik.

Selanjutnya berdasarkan pengalaman penulis sebagai seorang guru,

kebanyakan siswa hanya bisa menyelesaikan soal-soal yang serupa dengan contoh

yang diberikan oleh guru.Namun bila guru memberikan soal yang berbeda dengan

contoh siswa banyak yang mengalami kesulitan. Sebagai contoh bila siswa

diberikan soal berikut: (1) Pembangunan sebuah jembatan diperkirakan akan

selesai dalam waktu 40 hari oleh 30 pekerja. Setelah dikerjakan 10 hari pekerjaan

tertunda selama 10 hari karena terjadi hujan lebat.Agar pekerjaan dapat

diselesaikan tepat waktu maka diperlukan penambahan pekerja sebanyak berapa

orang?(2). Jika luas segitiga siku-siku 56 cm2maka tentukan panjang sisi-sisi dan

besar sudut lainnya!?. Siswa belum mampu, dikarenakan soal tersebut tidak

serupa dengan contoh soal yang diberikan guru selama proses belajar mengajar

berlangsung.

Kemampuan berpikir yang tidak kalah pentingnya yang harus dimiliki

oleh siswa adalah kemampuan koneksi matematik. Kemampuan koneksi

matematik dan komunikasi matematik memiliki keterkaitan yang sangat erat, di

(21)

5

siswa untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematiknya, demikian pula

sebaliknya. NCTM (1989) mengemukakan koneksi matematik (mathematical

connection) membantu siswa untuk mengembangkan perspektifnya, memandang matematika sebagai suatu bagian yang terintegrasi daripada sebagai sekumpulan

topik, serta mengakui adanya relevansi dan aplikasi baik di dalam kelas maupun

di luar kelas.

Selanjutnya, Sumarmo (dalam Rosliana Harahap 2012:188) merinci

kemampuan yang tergolong dalam kemampuan koneksi matematik di antaranya

adalah: Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur; memahami

hubungan antar topik matematika; menerapkan matematika dalam bidang lain atau

dalam kehidupan sehari-hari; memahami representasi ekuivalen suatu konsep;

mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi yang

ekuivalen; dan menerapkan hubungan antar topik matematika dan antara topik

matematika dengan topik di luar matematika.

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan koneksi

siswa masih bermasalah atau masih rendah, hal ini ditandai dengan

ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan

koneksi matematik.Selanjutnya berkenaan dengan kemampuan koneksi

matematik, Kusuma (2003) menyatakan tingkat kemampuan siswa kelas XISMA

dalam melakukan koneksi matematik masih rendah.

Darites kemampuan koneksi yang pernah penulis berikan kepada siswa kelas

XI SMASwasta GKPS Pamatang Raya sewaktu Riset Mini, yaitu sebagai berikut:

(22)

6

datang yang terdiri dari 11 tamu undangan. Telah disediakan meja-meja makan

bundar untuk para undangan.Sebagai Penerima Tamu kamu mempersilahkan para

tamu untuk menempati meja yang tersedia.

a. Jika meja yang tersedia ada yang berkapasitas maksimal untuk 12 orang, berapa

banyak carakah kamu dapat mengatur para tamu pada meja tersebut?

b.Apa informasi penting dari cerita di atas?

c. Konsep penting apa yang digunakan dalam memecahkan masalahnya?

d. Jika meja-meja yang tersedia hanya berkapasitas maksimal untuk enam orang,

ada berapa banyak cara kamu dapat mengatur kesebelas tamu pada meja yang

tersedia? Bagaimanakah caranya? Perlihatkan pekerjaanmu”.

Dalam menjawab soal ini kebanyakan siswa tidak mampu menjawab, fakta

ini menunjukkan kemampuan siswa dalam meyelesaikan permasalahan yang

dikaitkan dengan permutasi dan kombinasi masih rendah. Sehingga diperoleh nilai

rata kemampuan koneksi yang diperoleh siswa adalah 5,25. Dilihat dari

rata-ratanya berarti kemampuan siswa dalam menguasai kemampuan koneksi adalah

52,5% dan nilai yang diperoleh siswa sangat bervariasi. Persentase capaian ini

tergolong rendah dan terdapat variasi yang sangat tinggi atas kemampuan siswa

terhadap penguasaan kemampuan koneksi. Nilai terendah yang dicapai siswa adalah

0,5 dan tertinggi 8.

Dari hasil temuan-temuan di atas, betapa permasalahan tentang

kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematik siswa ini menjadi sebuah

permasalahan serius yang harus segera ditangani.Sehingga nantinya kemampuan

siswa terhadap kedua kompetensi dasar yang diinginkan tercapai dalam

(23)

7

Ketidakmampuan siswa menyelesaikan soal-soal seperti tersebut di atas

menunjukkan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh guru tidak

mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematik

siswa.Hasil penelitian Sumarmo, dkk (Hulukati, 2005:3) diperoleh gambaran

bahwa pembelajaran matematika dewasa ini masih berlangsung secara tradisional

yang antara lain memiliki karakteristik sebagai berikut: Pembelajaran berpusat

pada guru, pendekatan yang digunakan lebih bersifat ekspositori, guru lebih

mendominasi proses aktivitas kelas, latihan-latihan yang diberikan lebih banyak

yang bersifat rutin. Sementara itu, kurikulum yang disepakati untuk digunakan

sebagai pedoman pembelajaran pelaksanaan pendidikan di Indonesia menuntut

sebuah proses pembelajaran yang menekankan pada prinsip dasar KBM yaitu

pembelajaran yang dilakukan berpusat pada siswa, mengembangkan kreativitas

siswa, menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang,

mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai, menyediakan

pengalaman belajar yang beragam dan belajar melalui berbuat.

Mengajar matematika memang tidaklah mudah, karena fakta menunjukkan

bahwa para siswa mengalami kesulitan belajar dalam mempelajari matematika

(Jaworski dalam Marsigit, 1994:5).Pada saat siswa mengalami kesulitan

memahami materi pelajaran dan tidak mampu menyelesaikan soal-soal, maka

siswa menjadi korban dan dianggap sebagai sumber kesulitan belajar. Padahal

mungkin saja kesulitan itu bersumber dari luar diri siswa, misalnya proses

pembelajaran yang terkait dengan kurikulum, cara penyajian materi pelajaran, dan

(24)

8

kemampuan berfikir kritis dan sikap siswa terhadap matematika sangat

memprihatinkan.Ada yang merasa takut, ada yang merasa bosan bahkan ada yang

alergi pada pelajaran matematika. Akibatnya siswa tidak mampu mandiri dan

tidak tahu apa yang harus dilakukannya sehingga prestasi siswa dalam pelajaran

matematika selalu tidak memuaskan.

Oleh karena itu, timbul sebuah pertanyaan apa yang harus dilakukan dalam

usaha untuk menanggulangi proses pembelajaran matematika agar sesuai dengan

harapan yang dinginkan. Salah satu jawabannya adalah tentu saja perlu adanya

reformasi dalam pembelajaran matematika. Reformasi yang dimaksud terutama

menyangkut pendekatan atau model pembelajaran yang dilakukan dalam

pembelajaran matematika.

Oleh karena pentingnya kemampuan pemecahan masalah dan koneksi

matematik dikuasai oleh siswa, sementara temuan di lapangan bahwa kedua

kemampuan tersebut masih rendah maka untuk menumbuhkembangkan

kemampuan pemecahan masalah dan koneksi dalam pembelajaran matematika,

guru harus mengupayakan pembelajaran dengan menggunakan model-model

belajar yang dapat memberi peluang dan mendorong siswa untuk melatih

kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematik siswa.

Ada banyak pendekatan pembelajaran yang bisa kita gunakan dalam upaya

menumbuhkembangkan kedua kemampuan tersebut, salah satu pendekatan yang

diduga akan sejalan dengan karakteristik matematika dan harapan kurikulum yang

(25)

9

pembelajaran kooperatif ini diharapkan siswa lebih memahami konsep-konsep

matematika yang diberikan dalam pembelajaran, dan tahu kegunaannya.

Roger dan Johnson, dalam Sumarmo(2006). Pembelajaran kooperatif

merupakan pembelajaran yang siswanya dibentuk menjadi kelompok-kelompok

kecil heterogen yang terdiri dari empat sampai enam siswa tiap kelompoknya

untuk berdiskusi, menyelesaikan tugas, memecahkan masalah dan untuk mencapai

tujuan kelompok yang saling menguntungkan.

Arends (2008: 37) memberikan ikhtisar tentang pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) sebagai berikut:

1. Cooperative learning adalah model yang unik diantara model-model pengajaran lainnya karena menggunakan struktur tujuan, tugas, dan rewardyang berbeda untuk mendukung pembelajaran siswa.

2. Struktur tugascooperative learning mengharuskan siswa untuk mengerjakan bersama-sama berbagai tugas akademis dalam

kelompok-kelompok kecil. Struktur tujuan dan struktur reward-nya

membutuhkan pembelajaran yang independen dan memberikan pengakuan pada usaha kelompok maupun usaha individual.

3. Model cooperative learningdiarahkan pada tujuan-tujuan intruksional yang menjangkau jauh diluar pembelajaran akademis, khususnya penerimaan antar kelompok, keterampilan sosial dan perilaku kooperatif.

4. Sintaktis untuk model cooperativelearning lebih mengandalkan kerja kelompok-kecil dari pada pengajaran seluruh kelas dan meliputi enam fase utama: mempresentasikan informasi tujuan dan establishing set; mempresentasikan informasi; mengorganisasikan siswa ke dalam tim-tim belajar; membantu kerja tim-tim dan pembelajaran; menguji materi belajar dan memberikan pengajuan.

5. Lingkungan belajar model ini membutuhkan struktur tugas dan struktur reward yang kooperatif dan bukan kompetitif. Lingkungan belajarnya ditandai oleh proses-proses demokratis yang siswanya menjalankan peran aktif dan bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri.

Dugaan bahwa pengelompokkan siswa kedalam kemampuan matematika

(26)

10

memberikan kontribusi kepada pendekatan pembelajaran kooperatif. Sehingga

dalam mengelompokkan siswa semakin menjadi lebih mudah dan terarah. Dan

akhirnya akan memberikan kontribusi kepada kemampuan koneksi matematik

maupun kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif ini

merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada

pembelajaran bermakna, jadi lebih menekankan pada proses penemuan dari

pengetahuan bukan pada hasil akhir. Selanjutnya, melalui pembelajaran

kontekstual ini diharapkan dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa,

sehingga diharapkan adanya peningkatan hasil belajar siswa ke arah yang lebih

baik, dan siswa akan terus merasakan manfaatnya. Dengan penggunaan masalah

yang multi jawaban yang akan dipertanggungjawabkan siswa secara pribadi dan

kelompok dalam belajar matematika, tentunya akan memberikan motivasi pada

siswa, bahwa belajar matematika memiliki manfaat dan kegunaan yang sangat

besar dalam kehidupan keseharian mereka.

Seringkali siswa merasakan suatu pembelajaran yang kurang bermakna,

hal ini disebabkan karena mereka tidak tahu kegunaan atau manfaat dari suatu

konsep matematika yang diajarkan dan dengan sendirinya mereka menjadi tidak

begitu memahami hubungan antara konsep matematika yang satu dengan yang

lainnya, akibatnya apabila kita berikan suatu persoalan yang berbeda dari contoh

yang kita berikan, siswa akan mengalami kebingungan dalam penyelesaiannya.

Pada akhirnya akibat yang paling penting dan menjadi sorotan publik yaitu

(27)

11

memuaskan. National Commition on Mathematics and Science Teaching

(Crawford, 2001:1) menyatakan,”...The future well-being of our nation and people

depends not just on how well we educate our children generally, but on how well

we educate them in mathematics and science specifically.” Dalam pernyataan ini tersirat dengan sangat jelas bahwa matematika itu sangat penting untuk dipelajari,

oleh karena itu kita sebagai pendidik khususnya dan masyarakat pada umumnya

harus benar-benar menyadari betapa bergunanya matematika di dalam kehidupan

sehari-hari.

MenurutBruner bahwa pengetahuan adalah suatu proses, bukan suatu

produk. Proses tersebut dinilai dari pengalaman, sedangkan informasi dari

pengalaman disaring, disusun dan disimpan dalam memori. Salah satu faktor yang

penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses belajar mengajar yang

dilaksanakan. Untuk itu siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk

mengkonstruksikan sendiri pengetahuan yang harus dimiliki, sebagaimana yang

dikemukakan Suradi dan Djadir (2004 : 5) bahwa pemberian kesempatan kepada

siswa merupakan suatu sumber pembelajaran agar siswa berinteraksi dalam

kelompok belajar secara kooperatif. Sedangkan menurut Piaget, siswa harus

secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya sehingga dapat membantu

mendapat pemahaman yang lebih baik. Seiring dengan itu Vygotsky menyatakan

bahwa interaksi sosial kelompok kecil heterogen dapat membantu siswa

memanfaatkan ZPD-nya (Zona of Proximal Development) ke pemahaman yang

(28)

12

Implementasi teori Vygotsky dalam pembelajaran matematika adalah

pembelajaran dengan setting kelas secara kooperatif. Menurut Stainer(dalam

Suradi, 2004) pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas siswa secara

umum dalam memudahkan interaksi siswa secara khusus. Pemecahan masalah

secara kooperatif memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir verbal

sehingga siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan

permasalahan-permasalahan matematika yang dihadapi.

Penerapan pembelajaran kooperatif pada umumnya disebutkan siswa aktif

selama kegiatan pembelajaran, dan mayoritas siswa menyatakan senang mengikuti

pembelajaran matematika secara kooperatif. Pembelajaran kooperatif memiliki

dampak positif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui interaksi saling

membantu antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Dalam proses

pembelajaran kooperatif, siswa kelompok atas (pandai) akan menjadi tutor bagi

siswa kelompok bawah (Arends, 1997). Bantuan yang diberikan bersifat dikotomi,

yaitu dengan penjelasan atau tanpa penjelasan. Penjelasan yang diberikan

biasanya mendeskripsikan bagaimana menyelesaikan suatu masalah atau sebagian

dari masalah. Hal ini merupakan suatu tindakan elaborasi kognitif dari proses

pemecahan masalah, sedangkan memberi bantuan tanpa penjelasan berarti tidak

melakukan elaborasi bagaimana memperoleh jawaban yang benar. Namun pada

kaitan ini belum dikemukakan bagaimana cara siswa berinteraksi dengan siswa

lainnya dalam menyelesaikan masalah. Seperti bagaimana cara siswa memberikan

bantuan, bagaimana usaha siswa yang mengalami kesulitan untuk meminta

(29)

13

interaksi siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah dalam pembelajaran

matematika secara kooperatif.Di SMA penerapan model pembelajaran kooperatif

dalam pembelajaran matematika dimungkinkan, oleh karena topik-topik

matematika yang diajarkan di SMA umumnya sebagian besar dapat dibelajarkan

secara berkelompok dikelas.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka untuk menguji

kehandalan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran matematika, maka penulis

ingin melakukan suatu penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran

Kooperatif Tipe JigsawDengan Pendekatan Open Ended ProblemSebagai Upaya

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Kemampuan Koneksi

Matematika Siswa SMA” di SMA Swasta GKPS 1 Pamatang Raya Kelas X-7

semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan sebagai beikut:

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

2. Kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematik siswa masih rendah.

3. Siswa kurang dibiasakan menyelesaikan masalah secara berkelompok dan

kurang mampu menerapkan konsep dalam memecahkan masalah matematika.

4. Kemampuan siswa memecahkan masalah matematika membuat konjektur

(30)

14

5. Penggunaan model pembelajaran yang kurang efektif dengan karakteristik

materi pelajaran dan metode mengajar, model atau pendekatan yang kurang

bervariasi.

6. Aktivitasdan respon siswa dalam belajar matematika masih rendah.

7. Siswa terbiasa belajar secara klasikal dan jarang sekali siswa belajar secara

kelompok.

8. Persepsi siswa terhadap pelajaran matematika cenderung negatif.

1.3.Batasan Masalah

Berbagai masalah yang teridentifikasi mempunyai cakupan yang sangat

luas dan komplek. Agar penelitian ini lebih fokus, maka masalah dibatasi pada

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pendekatan Open Ended

ProblemSebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa SMAdi SMA Swasta GKPS 1 Pamatang

Raya Kelas X-7 semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.

1.4. Rumusan Masalah

Rumusanmasalah yang akan dikaji dalam penelitian ini difokuskan dalam

bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan

pendekatanOpen Ended Problem?

2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa dengan

penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdengan pendekatanOpen Ended

(31)

15

3. Bagaimanakah respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dengan pendekatan Open Ended Problem?

1.5.Tujuan Penelitian

Setiap rencana dari suatu aktifitas tentunya memiliki tujuan

masing-masing, sesuai dengan yang ingin dicapai sehingga pelaksanaan rencana dapat

terarah dan sistematis. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat meningkat dengan

penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdengan pendekatan Open

Ended Problem.

2. Kemampuan koneksi matematika siswa dapat meningkat dengan penerapan

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pendekatan Open Ended

Problem.

3. Respon positip siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan

pendekatan Open Ended Problem.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi siswa diharapkan dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dengan pendekatan Open Ended Problem dapat melibatkan siswa secara aktif dalam belajar matematika dengan bimbingan guru sebagai

fasilitator yang memunculkan ide-ide atau gagasan-gagasan, serta

(32)

16

kemampuan berpikir dalam menghadapi permasalahan, memperoleh

pengalaman baru dan menjadikan belajar lebih bermakna.

2. Bagi sekolah, khususnya sekolah penelitian ini akan menjadi informasi

dan dapat menggunakan instrumen-instrumen penelitian yang telah dibuat

penulis dalam pembelajaran.

3. Bagi guru matematika, penelitian ini menjadi masukan bahwa penerapan

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pendekatan Open Ended

Problem dapat meningkatkan daya matematika siswa dan meningkatkan aktifitas dalam pembelajaran di kelas.

4. Menjadi informasi tentang alternatif pembelajaran matematika dalam

upaya perbaikan proses pembelajaran.

1.7. Defenisi Operasional

Untuk memperoleh kesamaan persepsi tentang istilah yang digunakan

dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang digunakan, yaitu:

1. Pembelajaran KooperatifTipe Jigsawadalah : (1) cara siswa bekerja dalam

kelompok kooperatif untuk menuntaskan materi pembelajaran; (2) kelompok

dibentuk dari 4-5 siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan

rendah; (3) bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya,

suku, jenis kelamin yang berbeda – beda dan; (4) penghargaan lebih

berorientasi kelompok daripada individu

2. Pendekatan open ended problem adalah pendekatan pembelajaran yang dalam

prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Problem

(33)

17

lebih dari satu. Problem yang memiliki jawaban benar lebih dari satu disebut

problem tak lengkap atau problem open-ended atau problem terbuka.

Pendekatan open-ended problemdalam kegiatan pembelajaran adalah siswa

diminta mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang berbeda dalam

menjawab permasalahan yang diberikan dan bukan berorientasi pada jawaban

akhir dan menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban.

sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam

menemukan sesuatu yang baru.

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika adalah kemampuan siswa

menyelesaikan masalah matematika yang ditinjau dari aspek (a) memahami

masalah, diukur dengan menuliskan yang diketahui, menuliskan yang

ditanyakan dan menulis cukup, kurang atau berlebihan hal-hal yang diketahui

untuk menyelesaikan soal, (b) membuat rencana penyelesaian, diukur dengan

menuliskan teori atau metode yang digunakan dalam menyelesaikan soal, (c)

melakukan perhitungan, diukur dengan melaksanakan rencana yang sudah

dibuat serta membuktikan bahwa langkah yang dipilih benar (d) memeriksa

kembali, diukur dengan melakukan salah satu dari kegiatan berikut,

memeriksa penyelesaian (mengetes atau mengujicoba jawaban), memeriksa

apakah jawaban yang diperoleh masuk akal, memeriksa jawaban adakah

perhitungan atau analisis yang salah, memeriksa jawaban adakah yang kurang

lengkap atau kurang jelas.

4. Kemampuan Koneksi Matematik adalah kemampuan (1) mengenali dan

(34)

18

menerapkan konsep matematika dalam konteks diluar matematika, (3)

menunjukkan bagaimana ide matematika saling berhubungan dan

membangun setiap konsep untuk menghasilkan satu kesatuan yang koheren.

5. Respon siswa adalah tanggapan siswa yakni senang-tidak senang, baru-tidak

baru terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran, berminat-tidak berminat

mengikuti pembelajaran berikut, pendapat siswa terhadap lembar aktivitas

(35)

185

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Berdasarkan temuan, hasil analisis data penetilian dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada bab III dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Hasil tindakan pada siklus I setelah diberikan tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa terdapat 18 dari 30 siswa yang mengikuti tes memiliki nilai dengan kategori minimal sedang atau sebesar 60% siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika secara klasikal. Kemudian setelah tindakan diperbaiki sesuai refleksi, pada siklus II sebanyak dua kali pertemuan siswa kembali diberi tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, terdapat 27 dari 30 siswa yang mengikuti tes memiliki nilai dengan kategori minimal sedang. Tingkat keberhasilan pada siklus II ini secara klasikal sebesar 90 %. Hal ini berarti ada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 30 %.

(36)

186

sedang. Tingkat keberhasilan pada siklus II ini secara klasikal sebesar 93,33%. Hal ini berarti ada peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 26,67%.

3. Hasil observasi respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pendekatan open ended problem menunjukkan bahwa pada siklus I persentase respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pendekatan open ended problem adalah 93,36% siswa memberikan respon yang positif. Setelah tindakan diperbaiki sesuai refleksi, pada siklus II terdapat 95,12% siswa yang memberikan respon positif. Hal ini menujukkan adanya peningkatan respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pendekatan open ended problem dari siklus I ke siklus II.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan diatas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran matematika, yaitu:

1. Bagi Guru Matematika

a) Para guru matematika disarankan untuk menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pendekatan open ended problem sebagai model pembelajaran alternative dalam proses pembelajaran mata pelajaran matematika

(37)

187

c) Penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik mata pelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Maka guru perlu merancang dan mengembangkan model pembelajaran yang berkaitan dengan pembelajaran.

d) Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pendekatan open ended problem hendaknya pembagian

kelompok harus heterogen secara akademik, suku dan ras. Sehingga akan menumbuhkan sikap bersosialisasi yang baik dikalangan siswa. 2. Bagi Siswa

a) Hendaknya siswa melibatkan dirinya secara aktif dalam diskusi kelompok dan lebih bertanggungjawab dengan tugas yang diberikan kepada tim kelompoknya.

b) Para siswa harus lebih disiplin dalam menggunakan waktu pada saat diskusi kelompok, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

3. Bagi Sekolah

a) Hendaknya memberikan workshop atau pelatihan dalam penggunaan model-model pembelajaran.

b) Memberikan pelatihan kepada guru-guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas, sehingga dapat memberikan pengalaman dan pembelajaran bagi guru dalam upaya memperbaiki pembelajaran. c) Mengintruksikan kepada para guru untuk menciptakan pembelajaran

(38)

188

4. Bagi peneliti selanjutnya, agar mempersiapkan bahan pendukung yang relevan dalam mengakomodasi siswa untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematika siswa.

(39)

189

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I.,(1997).Classroom Instructional and Management, New York,

McGraw Hill Book companies, Inc.

__________.(2008).Learning to Teach-Belajar untuk Mengajar. Pustaka Belajar,

Yogyakarta. (penerjemah Soetjipto, dkk)

__________. (2008) Learning to Teach: BelajaruntukMengajar. Buku Dua.

(Penterjemah: Helly Prayitno Soetjiptodan Sri Mulyantini Soetjipto). Yogyakarta: PustakaPelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2005. PenelitianTindakanKelas. Jakarta: BumiAksara. ________________.2008.Dasar-dasar EvaluasiPendidikan. Jakarta: BumiAksara.

AsepIkin S., dan Utari Sumarmo. (2010). Pengaruh Pembelajaran Berbasis

Masalah dengan Setting Jigsaw terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis serta Kemandirian Belajar Siswa SMA. Disampaikan pada seminar nasional pendidikan matematika, Yogyakarta tanggal 27

November 2010. [ONLINE]. Tersedia

:http://eprints.uny.ac.id/10497/1/P10-Asep%20Ikin.pdf. [Diakses 10

Oktober 2015]

Bella, RM.,(2011). Peningkatan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Melalui

Pendekatan Matematika Realistik. Tesis PPs Unimed.TidakDiterbitkan.

Crawford, L.M. 2001.Teaching Contextually.Research, Rationale, and Techniques

for Improving Motivation and Achievement in Mathematics and Science. Texas: CCI Publishibg, Inc.Online http://library.nu. diaksestgl. 20 Januari 2014.

Depdiknas., (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pendidikan

Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional

EmanGhanemNayef, dkk.(2013).Taxonomies of Educational Objective

Domain.International Journal of Academic Research in Business and Social SciencesSeptember2013, Vol. 3, No. 9ISSN: 2222-6990. [ONLINE].Tersedia

:http://hrmars.com/hrmars_papers/Taxonomies_of_Educational_Objective _Domain.pdf. [Diakses 10 Oktober 2015]

Harahap, R. (2012). “Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan

(40)

190

Herdian. (2010). Kemampuan Koneksi Matematik Siswa. [Online]. Tersedia:

https://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-koneksi-matematik-siswa/. [20 Januari 2014]

Hudoyo, H. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud

_________. (1990). Pembelajaran Matematika. Dirjen Dikti: Jakarta

Hulukati, E.(2005). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Smp Melalui Model Pembelajaran Generatif. Tesis UPI Bandung. PPs UPI Bandung.

Hutagalung, JB.(2009). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan

komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis PPS UPI Bandung:

Diterbitkan 27 Juni 2014. [Online]

.http://repository.upi.edu/id/eprint/9462. [Diakses 10 Oktober 2015]

Kurniawan, R.(2006). Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual Untuk

Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa SMK. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Kusuma, D.A. (2003). Meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa

sekolah lanjutan tingkat pertama dengan menggunakan metode inquiri. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Kadir (2010). Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbasis potensi Pesisir

sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matemati, Komunikasi Matematik dan Keterampilan social Siswa SMP. Disertasi PPS UPI Bandung.Tidak Diterbitkan

Leiken, R. &Zaslavsky.(1997). Facilitating Student Interaction in Mathematics in

a Cooperative Learning Setting. Journal For Research in Mathematics Education Volume 28 Number 3. May 1997 P. 331-354 USA: NCTM.Inc.

Malone, J.A danKrismanto A. (1997).Indonesian Students’ Attitudes and

Perceptions Towards Small Group Work in Mathematics. Journal of Science and Mathematics Educations in Southeast Asia.Vol XVI, No.2 tahun 1997.

Marsigit, MA.,(2003).Pendalaman dan Pengembangan Konsep Kurikulum 2004

dan Silabus Berbasis Kompetensi Matematika SMP.Pelatihan TOT II Ilmu-Ilmu Dasar Se-Indonesia di PPPG Matematika Yogyakarta.FMIPA Universitas Yogyakarta.

Marzuki, A. (2006). Implementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative

(41)

191

Murni.(2013). “Open-Ended Approach in Learning to Improve Students ThinkingSkills in BandaAceh.” International Journal of Independent Research and Studies-IJIRS ISSN:2226-4817; EISSN:2304-6953 VOL.2, NO.2 (April 2013) 95-101 Indexing and Abstracting: Ulrich’s-Global

Serials Directory. [Online]

http://pakacademicsearch.com/pdf-files/art/68/95-101%20Vol.%202,%20No.2%20% 28 April,

%202013%29.pdf. [Diakses 21 Oktober 2015]

Muzamillah. (2013). Definisi Belajar Menurut Para Ahli .[Online]. Tersedia:

https://muzzam.wordpress.com/2013/08/11/catatan-definisi-belajar-menurut-para-ahli/. [20Januari 2014]

NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards for School

Mathematics.Reston, VA: NCTM.

NCTM.(2000). Principles and Standard for School Mathematics. Restin.VA:

NCTM

Napitupulu, E. Elvis. 2008. “Peran Penalaran dalam Pemecahan Masalah

Matematik”. Makalah disajikan di Seminar Nasional dan Pendidikan Matematika tahun 2008 (167-180)

Nanang Priatna, dkk.(2015).Advanced Learning Mathematics 1A for grade X

Senior High Schooli. Bandung: PT.Grafindo Media Pratama

Oemar Hamalik. (2003). Proses belajarMengajar.Jakarta: PT BumiAksara

_____________. (2009).Proses BelajarMengajar. Bandung: BumiAksara

Purwati.(2015).Efektifitas pendekatan Creative problem Solving Terhadap

kemampuan Pemecahan Masalah matematika pada siswa SMA. Jurnal Ilmiah Edukasi Matematika (JIEM)Vol. 1/No.1/April 2015ISSN: 977-2442-8780-11. Program Studi Pendidikan Matematika-FKIP Universitas Katolik Widya Mandala Madiun.

Rahman Swandi.(2013).MetodePemecahanMasalahMenurut Para Ahli..[Online].

Tersedia

:https://www.facebook.com/permalink.php?id=556439677720174&story_f bid=596135137083961. Diaksestanggal 28 Agustus 2015.

Riikahandayanii.(2013). PembelajaranMatematik.[Online].Tersedia:

https://riikahandayanii.wordpress.com/2013/03/. [20 Januari 2014]

RiansyahEfran.(2012). Proses BelajarMengajar.[Online].Tersedia:

http://riansyahefran-punyakoe.blogspot.co.id/2012/02/proses-belajar-mengajar.html. [18Oktober 2015]

Ruseffendi, E.T. (1988). PengajaranMatematika Modern danMasaKiniUntuk

(42)

192

_____________.(1991). Dasar-dasarPenelitianPendidikandan Non

EksaktaLainnya.Semarang.IKIP Semarang Press

Sanjaya, Wina, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prenada Media, 2010).

Sinaga, B.(1999). Efektifitas Pembelajaran Kooperatif Berdasarkan Masalah

(Problem Based Instruction) Pada Kelas I SMU Dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat. Tesis PPs IKIP Surabaya. Tidak Diterbitkan.

________.(2009). Kemampuan Pemecahan Masalah.. [Online].Tersedia:

http://Formala.Multifly.com/journal/item/Diaksestanggal 28 Agustus 2015.

Slameto.1995. Belajar Dan Factor-faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta

:Rinekacipta. Edisirevisi.

______.(2003).Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.

Rineka Cipta

Somakim.(2007). Pengembangan Berpikir Matematika Tingkat Lanjut Melalui

Pembelajaran Matematika Realistik. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematikapada tanggal 24 Nopember 2007 di UNY

Suherman, dkk.(2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: UPI

____________. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: UPI.

Sujono.1988. PengajaranMatematika.Depdikbud. Jakarta

Sumarmo, U. (2005). Pengembangan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi Siswa

SMP dan SMU serta Mahasiswa S1 Melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Laporan Hibah Pascasarjana Tahun Ketiga. UPI Bandung.

__________. (2006). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Makalah pada Penelitian Pelatihan Guru MTs Bandung

__________. (2010). Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan

Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Artikel pada FPMIPA

UPI Bandung. Tersedia (online)

padahttp://math.sps.upi.edu/?p=58.Diaksespadatanggal 14Oktober 2015.

Suparno, Paul.2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:

(43)

193

Suradi.(2004). Interaksi Siswa SMP Dalam Pembelajaran Kooperatif. Disertasi

PPs UNESA. Tidak Diterbitkan.

Suradi&Djadir. 2004. Model Pembelajaran Kooperatif.

http://72.14.203.104/search?q=cache:_i-Diaksespadatanggal 21 April

2012.

Syaban, Mumun. (2010). Menumbuhkembangkan Daya Dan Disposisi Matematis

Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran Investigasi.

[Online].Tersedia:http://madfirdaus.wordpress.com/2010/01/03/menumbu hkembangkan-daya-dan-isposisi-matematis-siswa-sma-melalui-model-pembelajaran-investigasi. [ 6Februari 2013]

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain.(2002). Strategi Belajar Mengajar. Rev.ed. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Tim PLPG.(2008). Buku Panduan Dalam Pendidikan Dan Profesi Guru SMA

Rayon 2 Universitas Negeri Medan. UNIMED

Referensi

Dokumen terkait

Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial yang dibina oleh Bpk Badarudin ST.MT. Di susun oleh: AZIS BURHAN

Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Untuk Menanamkan Kemampuan Mengenal Permasalahan Sosial dan Menentukan Sikap Terhadap Pengaruh Globalisasi Pada

Dari hasil data-data yang diperoleh selama penelitian, telah menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus dengan menggunakan Mind Mapping pada

[r]

Ketentuan dalam UUPK yang melindungi konsumen dari penggunaan barang yang tidak sesuai dengan standar yang ditentukan, adalah Pasal 8 ayat (1) a, yang menentukan

Dengan demikian pemahaman konsep peserta didik meningkat pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, tetapi nilai. pemahaman pemahaman konsep yang lebih tinggi terjadi pada

4.4 Perbedaan Kekuatan Perlekatan Bahan Perekat Gigitiruan Protefix, Polident, dan Bony Plus pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi

Pada pemilik toko atau wiraswasta yang bergerak di bidang perdagangan, informasi tentang transaksi dan stok barang sangatlah penting. Pada penulisan ilmiah ini penulis mencoba