PENERAPAN PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED PROBLEM SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KONEKSI
MATEMATIKA SISWA SMA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
PURBA DIAMANSON PURBA
NIM: 8106172014
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
PURBA DIAMANSON PURBA. Penerapan Pembelajaran Koperatif Tipe Jigsaw Dengan Pendekatan Open Ended Problem Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa SMA. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2017.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dengan pendekatan open ended problem, (2) mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa yang diajar melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dengan pendekatan open ended problem, (3) mendeskripsikan kadar aktivitas aktif siswa selama pembelajaran melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan
open ended problem, (4) mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran melalui penerapan pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan open ended problem, (5) mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran selama pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dengan pendekatan open ended problem berlangsung dan (6) mengetahui proses jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan soal-soal melalui penerapan pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan open ended problem.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X7 SMA Swasta GKPS 1 Pamatang Raya Tahun Ajaran 2016/2017 dengan jumlah
siswa keseluruhan adalah 30 orang dengan objek penelitian adalah penerapan pmbelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan open ended problem sebagai upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematika siswa. Instrumen yang digunakan terdiri dari : (1) tes kemampuan pemecahan masalah matematika, (2) tes kemampuan koneksi matematika dan (3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (4) Lembar Aktivitas Siswa (LAS), (5) lembar observasi. Seluruh instrumen yang digunakan telah divalidasi oleh pakar dan diujicobakan di lapangan, hasilnya disimpulkan bahwa : (1) seluruh butir tes adalah valid dan memiliki tingkat reliabilitas dengan kategori baik, (2) RPP, Lembar Aktivitas Siswa (LAS), lembar observasi telah divalidasi oleh pakar dan dinyatakan layak digunakan dalam penelitian.
Penelitian terdiri dari dua siklus dan tes diberikan pada setiap akhir siklus. Hasil tindakan siklus I dan II : (1) Hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika siklus I sebesar 60.00% siswa memiliki tingkat kemampuan minimal sedang, pada siklus II sebesar 90,00%. Artinya ada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 30,00%; (2) Hasil tes kemampuan koneksi matematika siswa siklus I sebesar 66,67% siswa memiliki tingkat kemampuan minimal sedang, pada siklus II sebesar 93.33 %. Artinya ada peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 26.66%; (3) Respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan open ended problem pada siklus I adalah 93,33% dan II adalah 95,12 % termasuk dalam kategori respon positif. (4). Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan open ended problem berada pada kategori baik.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dengan pendekatan open ended problem dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan kemampuan koneksi matematika siswa. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan open ended problem dapat meningkatkan aktifitas aktif dan respon siswa dalam pembelajaran. Dengan demikian yang menjadi saran selanjutnya : (1) kepada lembaga terkait dapat mensosialisasikan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan open ended problem dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematika siswa, (2) kepada guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan open ended problem pada pembelajaran matematika sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif, (3) kepada peneliti lain dapat melanjutkan penelitian pada pokok bahasan dan kemampuan matematik yang lain dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan open ended problem.
ii
ABSTRACT
PURBA DIAMANSONPURBA. Application of Cooperative Learning Jigsaw Type With Open Ended Problem Approach For Efforts to Improve Problem Solving Ability And Mathematical Ability Connections High School Students. Thesis. Field: Mathematics Education Program Post-Graduate Studies, State University of Medan, in 2017.
The purpose of this study was to determine: (1) determine the improve in mathematical problem-solving ability of students who are taught through the application of cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach, (2) determine the increase in mathematical connection sability of students who are taught through the application of cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach, (3) describe the levels of active student activity during the learning through the implementation of cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach, (4) evaluate the response of students to wards learning through the implementation of cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach, (5) determine the ability of the teacher to manage learning for learning cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach takes place and (6) knowing the answers that the students in solving problems through the application of cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach.
This research is aclass act. Subjects in this study were grade studentsof SMA Swasta GKPS Pamatang Raya X7 academic year 2016/2017 the number of students over all are 30 people with the object of research is the application of cooperative learning jigsaw type with open ended problem approachas an effort to improve in mathematical problem-solving and mathematical connections ability of students. The instrument used consisted of: (1) test the ability of mathematical problem-solving, (2) test the ability of mathematical connections, and (3) the lesson plan, (4) the student activity sheet, (5) the observation sheet. The entire instrument used has been validated by experts and tested in the field, the results conclude that: (1) whole grains test is valid and has agood level of reliability with the category, (2) the lesson plan, student activity sheet and observation sheet has been validated by experts and declared fit for usein research.
The study consisted of two cycles and tests given at the end of each cycle. Results of cycle Iand II: (1) The results of test the ability of mathematical problem-solving first cycle of 60.00 % of students have a minimum level of ability is, in the second cycle of 90.00 %. This means that there is an increase instudents' comprehension of mathematical problem-solving from the first cycle to the second cycleis equal to 30.00 %; (2) The results of students' mathematical connections ability test first cycle of 66.67% of students have a minimum level of abilityis, in the second cycle of 93.33%. This means that there isan increase in mathematical connections ability of students from the first cycle to the second cycleis equal to 26,66%; (3) The response of students to application of cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach in cycle I is 93.33% and II is 95,12 % are included in the category of positive response. (4). The ability of teachers to manage cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach are in good category.
The conclusion of this study is that the implementation ofcooperative learning jigsaw type with open ended problem approach can improve the mathematical problem solving ability and mathematical connections ability of students. In addition, cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach can improve the activity and response of the students in active learning. Thus the next suggestions: (1) to the relevant institutions can socialize with the cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach to improve the mathematical problem solving ability and mathematical connections ability of students, (2) the teacher can use a cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach to learning mathematics as an alternative for implementing innovative math learning, (3) to other researchers can continue research on the subject and the ability of others to use the mathematical model of the cooperative learning jigsaw type with open ended problem approach.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang maha sempurna dan mengetahui segalanya. Atas rahmatnya tesis ini mampu penulis selesaikan dengan segala keterbatasan. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik moral maupun materil, segala kekurangan dan keterbatasan penyusunan tesis ini tidak akan teratasi dengan baik. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd sebagai Direktur Pascasarjan UNIMEDdan pembimbing Iyang dengan tulus hati untuk menyediakan waktu ditengah-tengah kesibukannya dan penuh kesabaran memberi bimbingan serta arahan secara intensif kepada penulis. baik selama mengikuti pendidikan maupun dalam penulisan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd sebagai pembimbing IIyang dengan tulus hati untuk menyediakan waktu ditengah-tengah kesibukannya dan penuh kesabaran memberi bimbingan serta arahan secara intensif kepada penulis. baik selama mengikuti pendidikan maupun dalam penulisan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd sebagai Ketua Prodi Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
iv
5. Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd., Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd., dan Dr. Edy Surya, M.Si selaku nara sumber /dewan penguji yang memberikan perbaikan serta saran dalam penyusunan tesis ini.
6. Bapak Ibu dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, yang telah bersedia memberikan bekal ilmu, membimbing, dan mendidik penulis selama masa perkuliahan.
7. Bapak Dr. H. Banjarnahor, M.Pd., Bapak Drs. Syafari, M.Pd, Ibu Sri Lestari Manurung, S.Si, M.Pd selaku validator instrumen penelitian ini dari Dosen Universitas Negeri Medan.
8. Teman-Teman mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan angkatan tahun 2010/2011 atas kekompakan serta masukan-masukan melalui diskusi-diskusi yang dilakukan selama ini.
9. Isteri tercinta : Eva Indrayani Saragih, SKM . Anak-anak saya : Jeanne Diva Averyl Purba, Jenoah Raja Alvaro Purba, Vicenzo Leroy Purba yang selalu menjadi motivasi, semangat penulis dalam penyelesaian tesis ini.
10.Ayahanda S. Purba, Ibunda E br Saragih, Ibu Mertua R. Purba, ananda ucapkan terima kasih segala dorongan, bantuan yang diberikan dalam penyelesaian tesis ini.
11.Kepala Sekolah SMA Swasta GKPS 1 Pamatang Raya Kelurahan Sondi Raya
beserta guru-guru matematika pada sekolah tersebut yang selama pelaksanaan
v terlaksana.
12.Semua pihak yang berkenan memberi dukungan bagi penulis selama ini. Semoga Tuhan yang maha pengasih dan maha tahu, senantiasa melimpahkan berkatnya kepada semua pihak yang telah disebutkan diatas yang telah berjasa membantu penulis dalam meraih cita-citanya yang mulia ini. Diatei tupa, Terima kasih.
Medan, Pebruari 2017 P e n u l i s,
vi DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.Identifikasi Masalah... 13
1.3.Batasan Masalah... 14
1.4.Rumusan Masalah... 14
1.5.Tujuan Penelitian... 15
1.6.Manfaat Penelitian... 15
1.7.Defenisi Operasional... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Pemecahan Masalah... 19
2.1.1. Pengertian Pemecahan Masalah……….. 19
2.1.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Matematis. 21 2.2. Kemampuan Koneksi Matematis………... 25
2.2.1. Pengertian Koneksi Matematis………... 25
2.2.2. Tujuan dan Jenis Koneksi Matematis………. 31
2.3. Pembelajaran Matematika………. 34
2.3.1. Pengertian Belajar... 35
2.3.2. Pengertian Mengajar……….. 36
2.4. Pembelajaran Kooperatif……….. 41
2.5. Pendekatan Open Ended……….. 61
vii
2.7. Penelitian Yang Relevan... 80
2.8. Kerangka Konseptual... 81
2.9. Hipotesis Tindakan... 83
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 84
3.2.Tempat dan Waktu Penelitian... 84
3.3. Subjek dan Objek Penelitian ... 84
3.4. Prosedur Penelitian... 85
3.5.Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 91
3.6.Uji coba Instrumen ... 97
3.7.Teknik Analisis Data... 104
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian... 111
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ... 111
4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ... 154
4.2. Pembahasan Penelitian……… 179
4.3. Keterbatasan Penelitian……… 184
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan... 185
5.2. Saran……… 186
DAFTAR PUSTAKA... 189 LAMPIRAN...
viii
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Tabel 2.1. Perbedaan antara Kooperatif dan Kelompok 48 2. Tabel 2.2. Perbandingan Pedagogik antara Empat Pendekatan
Pada Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) 49 3. Tabel 2.3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 52 4. Table 3.1. Rancangan Tahapan Siklus I dan II 92 5. Tabel 3.2. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Pada Siklus I 93
6. Tabel 3.3. Kriteria Derajat Reliabilitas Butir Soal 94
7. Tabel 3.4. Kriteria Koefisien Korelasi 95
8. Tabel 3.5. Aktivitas Guru selama proses pembelajaran 97 9. Tabel 3.6. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran 98
10. Tabel 3.7. Validasi Ahli pada TKPM 99
11. Tabel 3.8. Validasi Ahli pada TKKM 99
12. Tabel 3.9. Analisis Ujicoba realibitas Tes 101 13. Tabel 3.10 Hasil analisis ujicoba tes pemecahan masalah matematika 103 14. Tabel 3.11. Hasil analisis ujicoba tes Kemampuan Koneksi Matematis 103
Pada Siklus II 103
15. Tabel 3.12. Kategori respon siswa dalam mengikuti pembelajaran 107 11. Tabel 3.13. Interval Penentuan Tingkat Kemampuan Guru Mengelola
Pembelajaran 108
12. Tabel 3.14.Kriteria Keberhasilan 109
13 Tabel 4.1. Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Siswa 17 Tabel 4.5. Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Siswa Siklus
I
ix
18 Tabel 4.6. Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Siswa per indicator Siklus I
117 19 Tabel 4.7. Hasil Tes Koneksi Matematika Siswa pada Siklus I 118 20 Tabel 4.8. Kemampuan Koneksi matematika siswa per indicator
siklus I
120 21 Tabel 4.9 Respon siswa kelas x-7 terhadap komponen dan kegiatan
pembelajaran siklus I
121 22 Tabel 4.10 Hasil observasi kemampuan guru mengelola
pembelajaran siklus I
125
23 Tabel 4.11 Rangkuman refleksi Siklus I 151
24 Tabel 4.12 Tindakan Perbaikan untuk siklus II 153 25 Tabel 4.13 Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Siswa 29 Tabel 4.17 Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Siswa Siklus
II
159 30 Tabel 4.18 Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Siswa
perindikator Siklus II
160 31 Tabel 4.19 Hasil Tes Koneksi Matematika Siswa Siklus II 161 32 Tabel 4.20 Respon siswa kelas x-7 terhadap komponen dan kegiatan
pembelajaran siklus II
163 33 Tabel 4.21 Hasil observasi kemampuan guru mengelola
pembelajaran siklus II
167
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Gambar 2.1. Alur Pemecahan Masalah 23
2 Gambar 2.1. Alur Pemecahan Masalah 28
3 Gambar 2.3. Pembentukan Kooperatif Jigsaw 51
4 Gambar 2.4. Tipe Aktivitas Siswa dalam kelas 54 5 Gambar 3.1. Alur dalam Penelitian Tindakan Kelas 90 6 Gambar 4.1. Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Siswa 11 Gambar 4.6. Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Siswa per
indicator Siklus I
117 12 Gambar 4.7. Hasil Tes Koneksi Matematika Siswa Siklus I 119 13 Gambar 4.8. Kemampuan Koneksi matematika siswa per indicator
siklus I
120 14 Gambar 4.9. Respon siswa terhadap pembelajaran siklus I 123 15 Gambar 4.10 kemampuan guru mengelola pembelajaran siklus I 128 16 Gambar 4.11. Proses jawaban siswa nomor 1 untuk kategori sangat
rendah
131 17 Gambar 4.12. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori sangat
rendah
132 18 Gambar 4.13. Proses jawaban siswa nomor 1 untuk kategori sedang 133 19 Gambar 4.15. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori sedang 134 20 Gambar 4.16. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori sedang 135 21 Gambar 4.17. Proses jawaban siswa nomor 1 untuk kategori tinggi 137 22 Gambar 4.18. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori tinggi 138 23 Gambar 4.19. Proses jawaban siswa nomor 1 untuk kategori sangat
tinggi
139 24 Gambar 4.20. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori tinggi 140 25 Gambar 4.21. Proses jawaban siswa nomor 1 untuk kategori sangat
rendah Kemampuan Koneksi
xi
26 Gambar 4.21. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori sangat rendah Kemampuan Koneksi
142 27 Gambar 4.22. Proses jawaban siswa nomor 1 untuk kategori rendah
Kemampuan Koneksi
142 28 Gambar 4.23. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori rendah
Kemampuan Koneksi
143 29 Gambar 4.24. Proses jawaban siswa nomor 1 untuk kategori sedang
Kemampuan Koneksi
144 30 Gambar 4.25. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori sedang
Kemampuan Koneksi
145 31 Gambar 4.26. Proses jawaban siswa nomor 1 untuk kategori tinggi
Kemampuan Koneksi
146 32 Gambar 4.27. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori tinggi
Kemampuan Koneksi
146 33 Gambar 4.28. Proses jawaban siswa nomor 1 untuk kategori sangat
tinggi Kemampuan Koneksi
147 34 Gambar 4.29. Proses jawaban siswa nomor 2 untuk kategori sangat
tinggi Kemampuan Koneksi
148 35 Gambar 4.31 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
INdikator 1 Siklus II
155 36 Gambar 4.32 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
INdikator 2 Siklus II
156 37 Gambar 4.33 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
INdikator 3 Siklus II
157 38 Gambar 4.34 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
INdikator 4 Siklus II
158 39 Gambar 4.35 Rekap kemampuan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Siklus II
159 40 Gambar 4.36 Rekap kemampuan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa perindikator Siklus II
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana dan alat yang tepat dalam membentuk
masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan
dapat menyelsesaikan masalah hidup yang dihadapinya, sebab hingga saat ini
dunia pendidikan dipandang sebagai sarana yang efektif dalam usaha melestarikan
nilai-nilai hidup. Salah satu pendidikan yang dapat dilakukan adalah pendidikan di
sekolah, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga pendidikan
tinggi dengan segala aspeknya, seperti kurikulum, metode, pendekatan, strategi,
dan model yang sesuai, fasilitas yang memadai dan sumber daya manusia yang
profesional adalah aspek yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang
direncanakan.
Matematika sebagai QueenofSciences mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu sistem
pengajaran yang mengutamakan matematika dan ilmu pengetahuan lainnya
menjadi prasyarat bagi proses pendidikan untuk membentuk manusia Indonesia
yang mampu menghadapi dan mengantisipasi tantangan di masa yang akan
datang. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Depdiknas (2006:
345) dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah sebagai
2
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat, dalam pemecahan masalah;
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, meyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;
5. Memiliki sikap menghargai keguanaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Soedjadi dalam Somakim (2007:2)
bahwa pendidikan matematika memiliki dua tujuan besar yaitu: (1) tujuan yang
bersifat formal memberikan tekanan pada penalaran anak dan membentukan
pribadi anak, (2) tujuan yang bersifat material yang memberikan tekanan pada
penerapan matematika serta kemampuan memecahkan masalah matematika. Hal
yang sama juga tersirat di dalam National Council of Teacher of Mathematics
(NCTM, 2000) menyatakan bahwa terdapat 5 aspek keterampilan matematik
(doingmath) yaitu: (1) belajar untuk berkomunikasi (2) belajar untuk bernalar (3)
belajar untuk memecahkan masalah (4) belajar untuk mengaitkan ide (5)
pembentukan sikap positif terhadap matematika.
Selanjutnya Sumarmo (dalam Rosliana Harahap 2012:187)
mengemukakan bahwa pendidikan matematika pada hakikatnyamempunyai dua
arah pengembangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan kebutuhan
masa yang akan datang. Kebutuhan masa kini yang dimaksud yaitu mengarahkan
3
kemudian diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu
pengetahuan lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan kebutuhan masa yang
akan datang adalah pembelajaran matematika memberikan kemampuan menalar
yang logis, sistematik, kritis dan cermat, menumbuhkan rasa percaya diri, dan rasa
keindahan terhadap keteraturan sifat matematika, serta mengembangkan sikap
objektif dan terbuka yang sangat diperlukan dalam menghadapi masa depan yang
senantiasa berubah.
Berdasarkan dua arah pengembangan dan tujuan pembelajaran
matematika, maka akhir-akhir ini banyak pakar matematikabaik pendidik maupun
peneliti yang tertarik untuk mendiskusikan dan meneliti kemampuan berpikir
matematik.Kemampuan berpikir matematik yang umumnya terwujud dalam
berpikir matematika tingkat tinggi sangat diperlukan siswa. Hal ini terkait dengan
kebutuhan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir matematik terutama yang
menyangkut doing math(aktivitas matematika) yang tersimpul dalam kemampuan
pemecahan masalah, komunikasi, koneksi, penalaran dan pembuktian, dan
representasi matematik perlu mendapatkan perhatian khusus dalam proses
pembelajaran matematika yang dilakukan guru didalam maupun diluar kelas.
Dari beberapa pernyataan di atas, dari seluruh aspek yang ditekankan
dalam kurikulum dan NTCM, kemampuan pemecahan masalah dan koneksi
matematik siswa merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat
penting, karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya kedua
4
Pentingnya kedua kemampuan ini dijelaskan dalam standar kompetensi
bahan kajian matematika kurikulum yang berlaku pada saat ini untuk siswa SMA,
di mana dalam standar ini dijelaskan bahwa siswa dituntut untuk memiliki
kemampuan pemecahan masalah, dan memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dimana kedua standar kompetensi ini
merupakan salah satu indikator pada kedua kemampuan yang dimaksud, yaitu
kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematik.
Selanjutnya berdasarkan pengalaman penulis sebagai seorang guru,
kebanyakan siswa hanya bisa menyelesaikan soal-soal yang serupa dengan contoh
yang diberikan oleh guru.Namun bila guru memberikan soal yang berbeda dengan
contoh siswa banyak yang mengalami kesulitan. Sebagai contoh bila siswa
diberikan soal berikut: (1) Pembangunan sebuah jembatan diperkirakan akan
selesai dalam waktu 40 hari oleh 30 pekerja. Setelah dikerjakan 10 hari pekerjaan
tertunda selama 10 hari karena terjadi hujan lebat.Agar pekerjaan dapat
diselesaikan tepat waktu maka diperlukan penambahan pekerja sebanyak berapa
orang?(2). Jika luas segitiga siku-siku 56 cm2maka tentukan panjang sisi-sisi dan
besar sudut lainnya!?. Siswa belum mampu, dikarenakan soal tersebut tidak
serupa dengan contoh soal yang diberikan guru selama proses belajar mengajar
berlangsung.
Kemampuan berpikir yang tidak kalah pentingnya yang harus dimiliki
oleh siswa adalah kemampuan koneksi matematik. Kemampuan koneksi
matematik dan komunikasi matematik memiliki keterkaitan yang sangat erat, di
5
siswa untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematiknya, demikian pula
sebaliknya. NCTM (1989) mengemukakan koneksi matematik (mathematical
connection) membantu siswa untuk mengembangkan perspektifnya, memandang matematika sebagai suatu bagian yang terintegrasi daripada sebagai sekumpulan
topik, serta mengakui adanya relevansi dan aplikasi baik di dalam kelas maupun
di luar kelas.
Selanjutnya, Sumarmo (dalam Rosliana Harahap 2012:188) merinci
kemampuan yang tergolong dalam kemampuan koneksi matematik di antaranya
adalah: Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur; memahami
hubungan antar topik matematika; menerapkan matematika dalam bidang lain atau
dalam kehidupan sehari-hari; memahami representasi ekuivalen suatu konsep;
mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi yang
ekuivalen; dan menerapkan hubungan antar topik matematika dan antara topik
matematika dengan topik di luar matematika.
Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan koneksi
siswa masih bermasalah atau masih rendah, hal ini ditandai dengan
ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan
koneksi matematik.Selanjutnya berkenaan dengan kemampuan koneksi
matematik, Kusuma (2003) menyatakan tingkat kemampuan siswa kelas XISMA
dalam melakukan koneksi matematik masih rendah.
Darites kemampuan koneksi yang pernah penulis berikan kepada siswa kelas
XI SMASwasta GKPS Pamatang Raya sewaktu Riset Mini, yaitu sebagai berikut:
6
datang yang terdiri dari 11 tamu undangan. Telah disediakan meja-meja makan
bundar untuk para undangan.Sebagai Penerima Tamu kamu mempersilahkan para
tamu untuk menempati meja yang tersedia.
a. Jika meja yang tersedia ada yang berkapasitas maksimal untuk 12 orang, berapa
banyak carakah kamu dapat mengatur para tamu pada meja tersebut?
b.Apa informasi penting dari cerita di atas?
c. Konsep penting apa yang digunakan dalam memecahkan masalahnya?
d. Jika meja-meja yang tersedia hanya berkapasitas maksimal untuk enam orang,
ada berapa banyak cara kamu dapat mengatur kesebelas tamu pada meja yang
tersedia? Bagaimanakah caranya? Perlihatkan pekerjaanmu”.
Dalam menjawab soal ini kebanyakan siswa tidak mampu menjawab, fakta
ini menunjukkan kemampuan siswa dalam meyelesaikan permasalahan yang
dikaitkan dengan permutasi dan kombinasi masih rendah. Sehingga diperoleh nilai
rata kemampuan koneksi yang diperoleh siswa adalah 5,25. Dilihat dari
rata-ratanya berarti kemampuan siswa dalam menguasai kemampuan koneksi adalah
52,5% dan nilai yang diperoleh siswa sangat bervariasi. Persentase capaian ini
tergolong rendah dan terdapat variasi yang sangat tinggi atas kemampuan siswa
terhadap penguasaan kemampuan koneksi. Nilai terendah yang dicapai siswa adalah
0,5 dan tertinggi 8.
Dari hasil temuan-temuan di atas, betapa permasalahan tentang
kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematik siswa ini menjadi sebuah
permasalahan serius yang harus segera ditangani.Sehingga nantinya kemampuan
siswa terhadap kedua kompetensi dasar yang diinginkan tercapai dalam
7
Ketidakmampuan siswa menyelesaikan soal-soal seperti tersebut di atas
menunjukkan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh guru tidak
mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematik
siswa.Hasil penelitian Sumarmo, dkk (Hulukati, 2005:3) diperoleh gambaran
bahwa pembelajaran matematika dewasa ini masih berlangsung secara tradisional
yang antara lain memiliki karakteristik sebagai berikut: Pembelajaran berpusat
pada guru, pendekatan yang digunakan lebih bersifat ekspositori, guru lebih
mendominasi proses aktivitas kelas, latihan-latihan yang diberikan lebih banyak
yang bersifat rutin. Sementara itu, kurikulum yang disepakati untuk digunakan
sebagai pedoman pembelajaran pelaksanaan pendidikan di Indonesia menuntut
sebuah proses pembelajaran yang menekankan pada prinsip dasar KBM yaitu
pembelajaran yang dilakukan berpusat pada siswa, mengembangkan kreativitas
siswa, menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang,
mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai, menyediakan
pengalaman belajar yang beragam dan belajar melalui berbuat.
Mengajar matematika memang tidaklah mudah, karena fakta menunjukkan
bahwa para siswa mengalami kesulitan belajar dalam mempelajari matematika
(Jaworski dalam Marsigit, 1994:5).Pada saat siswa mengalami kesulitan
memahami materi pelajaran dan tidak mampu menyelesaikan soal-soal, maka
siswa menjadi korban dan dianggap sebagai sumber kesulitan belajar. Padahal
mungkin saja kesulitan itu bersumber dari luar diri siswa, misalnya proses
pembelajaran yang terkait dengan kurikulum, cara penyajian materi pelajaran, dan
8
kemampuan berfikir kritis dan sikap siswa terhadap matematika sangat
memprihatinkan.Ada yang merasa takut, ada yang merasa bosan bahkan ada yang
alergi pada pelajaran matematika. Akibatnya siswa tidak mampu mandiri dan
tidak tahu apa yang harus dilakukannya sehingga prestasi siswa dalam pelajaran
matematika selalu tidak memuaskan.
Oleh karena itu, timbul sebuah pertanyaan apa yang harus dilakukan dalam
usaha untuk menanggulangi proses pembelajaran matematika agar sesuai dengan
harapan yang dinginkan. Salah satu jawabannya adalah tentu saja perlu adanya
reformasi dalam pembelajaran matematika. Reformasi yang dimaksud terutama
menyangkut pendekatan atau model pembelajaran yang dilakukan dalam
pembelajaran matematika.
Oleh karena pentingnya kemampuan pemecahan masalah dan koneksi
matematik dikuasai oleh siswa, sementara temuan di lapangan bahwa kedua
kemampuan tersebut masih rendah maka untuk menumbuhkembangkan
kemampuan pemecahan masalah dan koneksi dalam pembelajaran matematika,
guru harus mengupayakan pembelajaran dengan menggunakan model-model
belajar yang dapat memberi peluang dan mendorong siswa untuk melatih
kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematik siswa.
Ada banyak pendekatan pembelajaran yang bisa kita gunakan dalam upaya
menumbuhkembangkan kedua kemampuan tersebut, salah satu pendekatan yang
diduga akan sejalan dengan karakteristik matematika dan harapan kurikulum yang
9
pembelajaran kooperatif ini diharapkan siswa lebih memahami konsep-konsep
matematika yang diberikan dalam pembelajaran, dan tahu kegunaannya.
Roger dan Johnson, dalam Sumarmo(2006). Pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran yang siswanya dibentuk menjadi kelompok-kelompok
kecil heterogen yang terdiri dari empat sampai enam siswa tiap kelompoknya
untuk berdiskusi, menyelesaikan tugas, memecahkan masalah dan untuk mencapai
tujuan kelompok yang saling menguntungkan.
Arends (2008: 37) memberikan ikhtisar tentang pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) sebagai berikut:
1. Cooperative learning adalah model yang unik diantara model-model pengajaran lainnya karena menggunakan struktur tujuan, tugas, dan rewardyang berbeda untuk mendukung pembelajaran siswa.
2. Struktur tugascooperative learning mengharuskan siswa untuk mengerjakan bersama-sama berbagai tugas akademis dalam
kelompok-kelompok kecil. Struktur tujuan dan struktur reward-nya
membutuhkan pembelajaran yang independen dan memberikan pengakuan pada usaha kelompok maupun usaha individual.
3. Model cooperative learningdiarahkan pada tujuan-tujuan intruksional yang menjangkau jauh diluar pembelajaran akademis, khususnya penerimaan antar kelompok, keterampilan sosial dan perilaku kooperatif.
4. Sintaktis untuk model cooperativelearning lebih mengandalkan kerja kelompok-kecil dari pada pengajaran seluruh kelas dan meliputi enam fase utama: mempresentasikan informasi tujuan dan establishing set; mempresentasikan informasi; mengorganisasikan siswa ke dalam tim-tim belajar; membantu kerja tim-tim dan pembelajaran; menguji materi belajar dan memberikan pengajuan.
5. Lingkungan belajar model ini membutuhkan struktur tugas dan struktur reward yang kooperatif dan bukan kompetitif. Lingkungan belajarnya ditandai oleh proses-proses demokratis yang siswanya menjalankan peran aktif dan bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri.
Dugaan bahwa pengelompokkan siswa kedalam kemampuan matematika
10
memberikan kontribusi kepada pendekatan pembelajaran kooperatif. Sehingga
dalam mengelompokkan siswa semakin menjadi lebih mudah dan terarah. Dan
akhirnya akan memberikan kontribusi kepada kemampuan koneksi matematik
maupun kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif ini
merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
pembelajaran bermakna, jadi lebih menekankan pada proses penemuan dari
pengetahuan bukan pada hasil akhir. Selanjutnya, melalui pembelajaran
kontekstual ini diharapkan dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa,
sehingga diharapkan adanya peningkatan hasil belajar siswa ke arah yang lebih
baik, dan siswa akan terus merasakan manfaatnya. Dengan penggunaan masalah
yang multi jawaban yang akan dipertanggungjawabkan siswa secara pribadi dan
kelompok dalam belajar matematika, tentunya akan memberikan motivasi pada
siswa, bahwa belajar matematika memiliki manfaat dan kegunaan yang sangat
besar dalam kehidupan keseharian mereka.
Seringkali siswa merasakan suatu pembelajaran yang kurang bermakna,
hal ini disebabkan karena mereka tidak tahu kegunaan atau manfaat dari suatu
konsep matematika yang diajarkan dan dengan sendirinya mereka menjadi tidak
begitu memahami hubungan antara konsep matematika yang satu dengan yang
lainnya, akibatnya apabila kita berikan suatu persoalan yang berbeda dari contoh
yang kita berikan, siswa akan mengalami kebingungan dalam penyelesaiannya.
Pada akhirnya akibat yang paling penting dan menjadi sorotan publik yaitu
11
memuaskan. National Commition on Mathematics and Science Teaching
(Crawford, 2001:1) menyatakan,”...The future well-being of our nation and people
depends not just on how well we educate our children generally, but on how well
we educate them in mathematics and science specifically.” Dalam pernyataan ini tersirat dengan sangat jelas bahwa matematika itu sangat penting untuk dipelajari,
oleh karena itu kita sebagai pendidik khususnya dan masyarakat pada umumnya
harus benar-benar menyadari betapa bergunanya matematika di dalam kehidupan
sehari-hari.
MenurutBruner bahwa pengetahuan adalah suatu proses, bukan suatu
produk. Proses tersebut dinilai dari pengalaman, sedangkan informasi dari
pengalaman disaring, disusun dan disimpan dalam memori. Salah satu faktor yang
penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses belajar mengajar yang
dilaksanakan. Untuk itu siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
mengkonstruksikan sendiri pengetahuan yang harus dimiliki, sebagaimana yang
dikemukakan Suradi dan Djadir (2004 : 5) bahwa pemberian kesempatan kepada
siswa merupakan suatu sumber pembelajaran agar siswa berinteraksi dalam
kelompok belajar secara kooperatif. Sedangkan menurut Piaget, siswa harus
secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya sehingga dapat membantu
mendapat pemahaman yang lebih baik. Seiring dengan itu Vygotsky menyatakan
bahwa interaksi sosial kelompok kecil heterogen dapat membantu siswa
memanfaatkan ZPD-nya (Zona of Proximal Development) ke pemahaman yang
12
Implementasi teori Vygotsky dalam pembelajaran matematika adalah
pembelajaran dengan setting kelas secara kooperatif. Menurut Stainer(dalam
Suradi, 2004) pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas siswa secara
umum dalam memudahkan interaksi siswa secara khusus. Pemecahan masalah
secara kooperatif memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir verbal
sehingga siswa secara aktif bekerja sama saling membantu memecahkan
permasalahan-permasalahan matematika yang dihadapi.
Penerapan pembelajaran kooperatif pada umumnya disebutkan siswa aktif
selama kegiatan pembelajaran, dan mayoritas siswa menyatakan senang mengikuti
pembelajaran matematika secara kooperatif. Pembelajaran kooperatif memiliki
dampak positif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui interaksi saling
membantu antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Dalam proses
pembelajaran kooperatif, siswa kelompok atas (pandai) akan menjadi tutor bagi
siswa kelompok bawah (Arends, 1997). Bantuan yang diberikan bersifat dikotomi,
yaitu dengan penjelasan atau tanpa penjelasan. Penjelasan yang diberikan
biasanya mendeskripsikan bagaimana menyelesaikan suatu masalah atau sebagian
dari masalah. Hal ini merupakan suatu tindakan elaborasi kognitif dari proses
pemecahan masalah, sedangkan memberi bantuan tanpa penjelasan berarti tidak
melakukan elaborasi bagaimana memperoleh jawaban yang benar. Namun pada
kaitan ini belum dikemukakan bagaimana cara siswa berinteraksi dengan siswa
lainnya dalam menyelesaikan masalah. Seperti bagaimana cara siswa memberikan
bantuan, bagaimana usaha siswa yang mengalami kesulitan untuk meminta
13
interaksi siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah dalam pembelajaran
matematika secara kooperatif.Di SMA penerapan model pembelajaran kooperatif
dalam pembelajaran matematika dimungkinkan, oleh karena topik-topik
matematika yang diajarkan di SMA umumnya sebagian besar dapat dibelajarkan
secara berkelompok dikelas.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka untuk menguji
kehandalan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran matematika, maka penulis
ingin melakukan suatu penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Tipe JigsawDengan Pendekatan Open Ended ProblemSebagai Upaya
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Kemampuan Koneksi
Matematika Siswa SMA” di SMA Swasta GKPS 1 Pamatang Raya Kelas X-7
semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai beikut:
1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
2. Kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematik siswa masih rendah.
3. Siswa kurang dibiasakan menyelesaikan masalah secara berkelompok dan
kurang mampu menerapkan konsep dalam memecahkan masalah matematika.
4. Kemampuan siswa memecahkan masalah matematika membuat konjektur
14
5. Penggunaan model pembelajaran yang kurang efektif dengan karakteristik
materi pelajaran dan metode mengajar, model atau pendekatan yang kurang
bervariasi.
6. Aktivitasdan respon siswa dalam belajar matematika masih rendah.
7. Siswa terbiasa belajar secara klasikal dan jarang sekali siswa belajar secara
kelompok.
8. Persepsi siswa terhadap pelajaran matematika cenderung negatif.
1.3.Batasan Masalah
Berbagai masalah yang teridentifikasi mempunyai cakupan yang sangat
luas dan komplek. Agar penelitian ini lebih fokus, maka masalah dibatasi pada
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pendekatan Open Ended
ProblemSebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa SMAdi SMA Swasta GKPS 1 Pamatang
Raya Kelas X-7 semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.
1.4. Rumusan Masalah
Rumusanmasalah yang akan dikaji dalam penelitian ini difokuskan dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan
pendekatanOpen Ended Problem?
2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa dengan
penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdengan pendekatanOpen Ended
15
3. Bagaimanakah respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dengan pendekatan Open Ended Problem?
1.5.Tujuan Penelitian
Setiap rencana dari suatu aktifitas tentunya memiliki tujuan
masing-masing, sesuai dengan yang ingin dicapai sehingga pelaksanaan rencana dapat
terarah dan sistematis. Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat meningkat dengan
penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdengan pendekatan Open
Ended Problem.
2. Kemampuan koneksi matematika siswa dapat meningkat dengan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pendekatan Open Ended
Problem.
3. Respon positip siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan
pendekatan Open Ended Problem.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi siswa diharapkan dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dengan pendekatan Open Ended Problem dapat melibatkan siswa secara aktif dalam belajar matematika dengan bimbingan guru sebagai
fasilitator yang memunculkan ide-ide atau gagasan-gagasan, serta
16
kemampuan berpikir dalam menghadapi permasalahan, memperoleh
pengalaman baru dan menjadikan belajar lebih bermakna.
2. Bagi sekolah, khususnya sekolah penelitian ini akan menjadi informasi
dan dapat menggunakan instrumen-instrumen penelitian yang telah dibuat
penulis dalam pembelajaran.
3. Bagi guru matematika, penelitian ini menjadi masukan bahwa penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pendekatan Open Ended
Problem dapat meningkatkan daya matematika siswa dan meningkatkan aktifitas dalam pembelajaran di kelas.
4. Menjadi informasi tentang alternatif pembelajaran matematika dalam
upaya perbaikan proses pembelajaran.
1.7. Defenisi Operasional
Untuk memperoleh kesamaan persepsi tentang istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang digunakan, yaitu:
1. Pembelajaran KooperatifTipe Jigsawadalah : (1) cara siswa bekerja dalam
kelompok kooperatif untuk menuntaskan materi pembelajaran; (2) kelompok
dibentuk dari 4-5 siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah; (3) bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku, jenis kelamin yang berbeda – beda dan; (4) penghargaan lebih
berorientasi kelompok daripada individu
2. Pendekatan open ended problem adalah pendekatan pembelajaran yang dalam
prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Problem
17
lebih dari satu. Problem yang memiliki jawaban benar lebih dari satu disebut
problem tak lengkap atau problem open-ended atau problem terbuka.
Pendekatan open-ended problemdalam kegiatan pembelajaran adalah siswa
diminta mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang berbeda dalam
menjawab permasalahan yang diberikan dan bukan berorientasi pada jawaban
akhir dan menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban.
sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam
menemukan sesuatu yang baru.
3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika adalah kemampuan siswa
menyelesaikan masalah matematika yang ditinjau dari aspek (a) memahami
masalah, diukur dengan menuliskan yang diketahui, menuliskan yang
ditanyakan dan menulis cukup, kurang atau berlebihan hal-hal yang diketahui
untuk menyelesaikan soal, (b) membuat rencana penyelesaian, diukur dengan
menuliskan teori atau metode yang digunakan dalam menyelesaikan soal, (c)
melakukan perhitungan, diukur dengan melaksanakan rencana yang sudah
dibuat serta membuktikan bahwa langkah yang dipilih benar (d) memeriksa
kembali, diukur dengan melakukan salah satu dari kegiatan berikut,
memeriksa penyelesaian (mengetes atau mengujicoba jawaban), memeriksa
apakah jawaban yang diperoleh masuk akal, memeriksa jawaban adakah
perhitungan atau analisis yang salah, memeriksa jawaban adakah yang kurang
lengkap atau kurang jelas.
4. Kemampuan Koneksi Matematik adalah kemampuan (1) mengenali dan
18
menerapkan konsep matematika dalam konteks diluar matematika, (3)
menunjukkan bagaimana ide matematika saling berhubungan dan
membangun setiap konsep untuk menghasilkan satu kesatuan yang koheren.
5. Respon siswa adalah tanggapan siswa yakni senang-tidak senang, baru-tidak
baru terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran, berminat-tidak berminat
mengikuti pembelajaran berikut, pendapat siswa terhadap lembar aktivitas
185
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan
Berdasarkan temuan, hasil analisis data penetilian dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada bab III dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Hasil tindakan pada siklus I setelah diberikan tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa terdapat 18 dari 30 siswa yang mengikuti tes memiliki nilai dengan kategori minimal sedang atau sebesar 60% siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika secara klasikal. Kemudian setelah tindakan diperbaiki sesuai refleksi, pada siklus II sebanyak dua kali pertemuan siswa kembali diberi tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, terdapat 27 dari 30 siswa yang mengikuti tes memiliki nilai dengan kategori minimal sedang. Tingkat keberhasilan pada siklus II ini secara klasikal sebesar 90 %. Hal ini berarti ada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 30 %.
186
sedang. Tingkat keberhasilan pada siklus II ini secara klasikal sebesar 93,33%. Hal ini berarti ada peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 26,67%.
3. Hasil observasi respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pendekatan open ended problem menunjukkan bahwa pada siklus I persentase respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pendekatan open ended problem adalah 93,36% siswa memberikan respon yang positif. Setelah tindakan diperbaiki sesuai refleksi, pada siklus II terdapat 95,12% siswa yang memberikan respon positif. Hal ini menujukkan adanya peningkatan respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pendekatan open ended problem dari siklus I ke siklus II.
5.2. Saran
Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan diatas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran matematika, yaitu:
1. Bagi Guru Matematika
a) Para guru matematika disarankan untuk menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pendekatan open ended problem sebagai model pembelajaran alternative dalam proses pembelajaran mata pelajaran matematika
187
c) Penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik mata pelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Maka guru perlu merancang dan mengembangkan model pembelajaran yang berkaitan dengan pembelajaran.
d) Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pendekatan open ended problem hendaknya pembagian
kelompok harus heterogen secara akademik, suku dan ras. Sehingga akan menumbuhkan sikap bersosialisasi yang baik dikalangan siswa. 2. Bagi Siswa
a) Hendaknya siswa melibatkan dirinya secara aktif dalam diskusi kelompok dan lebih bertanggungjawab dengan tugas yang diberikan kepada tim kelompoknya.
b) Para siswa harus lebih disiplin dalam menggunakan waktu pada saat diskusi kelompok, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
3. Bagi Sekolah
a) Hendaknya memberikan workshop atau pelatihan dalam penggunaan model-model pembelajaran.
b) Memberikan pelatihan kepada guru-guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas, sehingga dapat memberikan pengalaman dan pembelajaran bagi guru dalam upaya memperbaiki pembelajaran. c) Mengintruksikan kepada para guru untuk menciptakan pembelajaran
188
4. Bagi peneliti selanjutnya, agar mempersiapkan bahan pendukung yang relevan dalam mengakomodasi siswa untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematika siswa.
189
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I.,(1997).Classroom Instructional and Management, New York,
McGraw Hill Book companies, Inc.
__________.(2008).Learning to Teach-Belajar untuk Mengajar. Pustaka Belajar,
Yogyakarta. (penerjemah Soetjipto, dkk)
__________. (2008) Learning to Teach: BelajaruntukMengajar. Buku Dua.
(Penterjemah: Helly Prayitno Soetjiptodan Sri Mulyantini Soetjipto). Yogyakarta: PustakaPelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2005. PenelitianTindakanKelas. Jakarta: BumiAksara. ________________.2008.Dasar-dasar EvaluasiPendidikan. Jakarta: BumiAksara.
AsepIkin S., dan Utari Sumarmo. (2010). Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Masalah dengan Setting Jigsaw terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis serta Kemandirian Belajar Siswa SMA. Disampaikan pada seminar nasional pendidikan matematika, Yogyakarta tanggal 27
November 2010. [ONLINE]. Tersedia
:http://eprints.uny.ac.id/10497/1/P10-Asep%20Ikin.pdf. [Diakses 10
Oktober 2015]
Bella, RM.,(2011). Peningkatan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Melalui
Pendekatan Matematika Realistik. Tesis PPs Unimed.TidakDiterbitkan.
Crawford, L.M. 2001.Teaching Contextually.Research, Rationale, and Techniques
for Improving Motivation and Achievement in Mathematics and Science. Texas: CCI Publishibg, Inc.Online http://library.nu. diaksestgl. 20 Januari 2014.
Depdiknas., (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional
EmanGhanemNayef, dkk.(2013).Taxonomies of Educational Objective
Domain.International Journal of Academic Research in Business and Social SciencesSeptember2013, Vol. 3, No. 9ISSN: 2222-6990. [ONLINE].Tersedia
:http://hrmars.com/hrmars_papers/Taxonomies_of_Educational_Objective _Domain.pdf. [Diakses 10 Oktober 2015]
Harahap, R. (2012). “Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan
190
Herdian. (2010). Kemampuan Koneksi Matematik Siswa. [Online]. Tersedia:
https://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-koneksi-matematik-siswa/. [20 Januari 2014]
Hudoyo, H. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud
_________. (1990). Pembelajaran Matematika. Dirjen Dikti: Jakarta
Hulukati, E.(2005). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Smp Melalui Model Pembelajaran Generatif. Tesis UPI Bandung. PPs UPI Bandung.
Hutagalung, JB.(2009). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis PPS UPI Bandung:
Diterbitkan 27 Juni 2014. [Online]
.http://repository.upi.edu/id/eprint/9462. [Diakses 10 Oktober 2015]
Kurniawan, R.(2006). Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual Untuk
Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa SMK. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Kusuma, D.A. (2003). Meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa
sekolah lanjutan tingkat pertama dengan menggunakan metode inquiri. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Kadir (2010). Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbasis potensi Pesisir
sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matemati, Komunikasi Matematik dan Keterampilan social Siswa SMP. Disertasi PPS UPI Bandung.Tidak Diterbitkan
Leiken, R. &Zaslavsky.(1997). Facilitating Student Interaction in Mathematics in
a Cooperative Learning Setting. Journal For Research in Mathematics Education Volume 28 Number 3. May 1997 P. 331-354 USA: NCTM.Inc.
Malone, J.A danKrismanto A. (1997).Indonesian Students’ Attitudes and
Perceptions Towards Small Group Work in Mathematics. Journal of Science and Mathematics Educations in Southeast Asia.Vol XVI, No.2 tahun 1997.
Marsigit, MA.,(2003).Pendalaman dan Pengembangan Konsep Kurikulum 2004
dan Silabus Berbasis Kompetensi Matematika SMP.Pelatihan TOT II Ilmu-Ilmu Dasar Se-Indonesia di PPPG Matematika Yogyakarta.FMIPA Universitas Yogyakarta.
Marzuki, A. (2006). Implementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
191
Murni.(2013). “Open-Ended Approach in Learning to Improve Students ThinkingSkills in BandaAceh.” International Journal of Independent Research and Studies-IJIRS ISSN:2226-4817; EISSN:2304-6953 VOL.2, NO.2 (April 2013) 95-101 Indexing and Abstracting: Ulrich’s-Global
Serials Directory. [Online]
http://pakacademicsearch.com/pdf-files/art/68/95-101%20Vol.%202,%20No.2%20% 28 April,
%202013%29.pdf. [Diakses 21 Oktober 2015]
Muzamillah. (2013). Definisi Belajar Menurut Para Ahli .[Online]. Tersedia:
https://muzzam.wordpress.com/2013/08/11/catatan-definisi-belajar-menurut-para-ahli/. [20Januari 2014]
NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards for School
Mathematics.Reston, VA: NCTM.
NCTM.(2000). Principles and Standard for School Mathematics. Restin.VA:
NCTM
Napitupulu, E. Elvis. 2008. “Peran Penalaran dalam Pemecahan Masalah
Matematik”. Makalah disajikan di Seminar Nasional dan Pendidikan Matematika tahun 2008 (167-180)
Nanang Priatna, dkk.(2015).Advanced Learning Mathematics 1A for grade X
Senior High Schooli. Bandung: PT.Grafindo Media Pratama
Oemar Hamalik. (2003). Proses belajarMengajar.Jakarta: PT BumiAksara
_____________. (2009).Proses BelajarMengajar. Bandung: BumiAksara
Purwati.(2015).Efektifitas pendekatan Creative problem Solving Terhadap
kemampuan Pemecahan Masalah matematika pada siswa SMA. Jurnal Ilmiah Edukasi Matematika (JIEM)Vol. 1/No.1/April 2015ISSN: 977-2442-8780-11. Program Studi Pendidikan Matematika-FKIP Universitas Katolik Widya Mandala Madiun.
Rahman Swandi.(2013).MetodePemecahanMasalahMenurut Para Ahli..[Online].
Tersedia
:https://www.facebook.com/permalink.php?id=556439677720174&story_f bid=596135137083961. Diaksestanggal 28 Agustus 2015.
Riikahandayanii.(2013). PembelajaranMatematik.[Online].Tersedia:
https://riikahandayanii.wordpress.com/2013/03/. [20 Januari 2014]
RiansyahEfran.(2012). Proses BelajarMengajar.[Online].Tersedia:
http://riansyahefran-punyakoe.blogspot.co.id/2012/02/proses-belajar-mengajar.html. [18Oktober 2015]
Ruseffendi, E.T. (1988). PengajaranMatematika Modern danMasaKiniUntuk
192
_____________.(1991). Dasar-dasarPenelitianPendidikandan Non
EksaktaLainnya.Semarang.IKIP Semarang Press
Sanjaya, Wina, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prenada Media, 2010).
Sinaga, B.(1999). Efektifitas Pembelajaran Kooperatif Berdasarkan Masalah
(Problem Based Instruction) Pada Kelas I SMU Dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat. Tesis PPs IKIP Surabaya. Tidak Diterbitkan.
________.(2009). Kemampuan Pemecahan Masalah.. [Online].Tersedia:
http://Formala.Multifly.com/journal/item/Diaksestanggal 28 Agustus 2015.
Slameto.1995. Belajar Dan Factor-faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta
:Rinekacipta. Edisirevisi.
______.(2003).Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Somakim.(2007). Pengembangan Berpikir Matematika Tingkat Lanjut Melalui
Pembelajaran Matematika Realistik. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematikapada tanggal 24 Nopember 2007 di UNY
Suherman, dkk.(2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: UPI
____________. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: UPI.
Sujono.1988. PengajaranMatematika.Depdikbud. Jakarta
Sumarmo, U. (2005). Pengembangan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi Siswa
SMP dan SMU serta Mahasiswa S1 Melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Laporan Hibah Pascasarjana Tahun Ketiga. UPI Bandung.
__________. (2006). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Makalah pada Penelitian Pelatihan Guru MTs Bandung
__________. (2010). Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan
Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Artikel pada FPMIPA
UPI Bandung. Tersedia (online)
padahttp://math.sps.upi.edu/?p=58.Diaksespadatanggal 14Oktober 2015.
Suparno, Paul.2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
193
Suradi.(2004). Interaksi Siswa SMP Dalam Pembelajaran Kooperatif. Disertasi
PPs UNESA. Tidak Diterbitkan.
Suradi&Djadir. 2004. Model Pembelajaran Kooperatif.
http://72.14.203.104/search?q=cache:_i-Diaksespadatanggal 21 April
2012.
Syaban, Mumun. (2010). Menumbuhkembangkan Daya Dan Disposisi Matematis
Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran Investigasi.
[Online].Tersedia:http://madfirdaus.wordpress.com/2010/01/03/menumbu hkembangkan-daya-dan-isposisi-matematis-siswa-sma-melalui-model-pembelajaran-investigasi. [ 6Februari 2013]
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain.(2002). Strategi Belajar Mengajar. Rev.ed. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Tim PLPG.(2008). Buku Panduan Dalam Pendidikan Dan Profesi Guru SMA
Rayon 2 Universitas Negeri Medan. UNIMED