• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Klorin Dan Ph Pada Air Kolam Renang Yang Berada Di Daerah Kota Medan Dengan Metode Spektrofotometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Kadar Klorin Dan Ph Pada Air Kolam Renang Yang Berada Di Daerah Kota Medan Dengan Metode Spektrofotometri"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KADAR KLORIN DAN pH PADA AIR KOLAM

RENANG YANG BERADA DI DAERAH KOTA MEDAN

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

KARYA ILMIAH

TATIANA RIZKA

092401076

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENENTUAN KADAR KLORIN DAN pH PADA AIR KOLAM

RENANG YANG BERADA DI DAERAH KOTA MEDAN

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Ahli Madya

TATIANA RIZKA

092401076

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN KADAR KLORIN DAN pH PADA AIR KOLAM RENANG YANG BERADA DI DAERAH KOTA MEDAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : TATIANA RIZKA

NIM : 092401076

Program Studi : DIPLOMA III KIMIA Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR KLORIN DAN pH PADA AIR KOLAM RENANG YANG BERADA DI DAERAH KOTA MEDAN DENGAN

METODE SPEKTROFOTOMETRI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Maret 2012

(5)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan yang melimpahkan rahmat, berkah dan karunianNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan karya ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan Studi Program Diploma (III) pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Karya ilmiah ini ditulis berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Medan, dengan judul “PENENTUAN KADAR KLORIN DAN pH PADA AIR KOLAM RENANG DI DAERAH KOTA MEDAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI” Selesainya Karya Ilmiah ini juga tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada :

1. Orang tua tercinta Ayah dan Ibu yang telah memberikan doa restunya yang tiada terhingga, dan telah banyak memberikan pengorbanan moril maupun materil serta kesabaran yang tulus, kakak saya yang memberikan semangat setiap malamnya untuk penulis sehingga selalu termotivasi ingin menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik. serta seluruh keluarga saya yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

2. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, MSi sebagai dosen pembimbing dan selaku Ketua Program Studi D3 Kimia FMIPA yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan kepada penulis.

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS. selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

(6)

5. Partner saya saat Praktek Kerja Lapangan, terima kasih buat pengertian dan bantuan yang diberikan saat Praktek Kerja Lapangan masih berlangsung sampai Tugas Akhir penulis terselesaikan

6. Rekan-rekan mahasiswa/i Kimia Analis D3 angkatan 2009 serta sahabat-sahabat yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

(7)

ABSTRAK

(8)

DETERMINATION THE CHLORINE AND pH LEVELS FROM SWIMMING POOL WATER IN THE MEDAN CITY WITH A SPECTROPHOTOMETRIC

METHOD

ABSTRACT

(9)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air 4

2.2.2. Manfaat Klorin Sebagai Desinfektan 11 2.2.3. Dampak Negatif Klorin Bagi Kesehatan Tubuh 13

2.3. pH 14

2.3.1. Derajat Keasaman 14

2.3.2. pH Meter 15

3.3.2. Pemeriksaan Kadar Klorin 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Percobaan 21

4.2. Pembahasan 21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 23

5.2. Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

(10)

ABSTRAK

(11)

DETERMINATION THE CHLORINE AND pH LEVELS FROM SWIMMING POOL WATER IN THE MEDAN CITY WITH A SPECTROPHOTOMETRIC

METHOD

ABSTRACT

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air sangat diperlukan oleh seluruh makhluk hidup. Air selalu berkaitan erat

dengan keberadaan makhluk biologis dan kehidupannya dalam alam ini ,dan Planet Bumi tempat makhluk biologis tumbuh dan berkembang biak .Dalam kehidupan sehari-hari ,manusia sangat tergantung pada air ,dan kualitas kesehatan juga sangat

ditentukan oleh kualitas air untuk keperluan sehari-hari.

Untuk mendapatkan air yang baik, yaitu air dengan kualitas air tertentu, pada

saat ini di beberapa tempat terutama pada daerah yang padat pemukiman sudah mulai sulit karena adanya pencemaran air yang disebabakan oleh kagiatan manusia. Untuk menentukan kualitas air bersih sangat sulit karena ditentukan oleh banyak faktor,

seperti ditinjau dari kegunaan dan sumber air itu sendiri.Kegunaan air dapat berupa untuk air minum, keperluan rumah tangga, keperluan industri, irigasi pertanian dan perkebunan, perikanan, rekreasi, dan lainnya.

Dapat dinyatakan bahwa kualitas air merupakan syarat untuk kualitas kesehatan manusia ,karena tingkat kualitas air dapat digunakan sebagai indikator

tingkat kesehatan masyarakat. Kebutuhan akan air bersih meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk. Di beberapa tempat terjadi kasus-kasus penyakit kolera dan penyakit kulit lainnya yang disebabkan oleh penggunaan air yang terkontaminasi

bakteri (Situmorang, M. 2007).

Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai oksidator dan desinfektan . Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk menghilangkan

(13)

Cl2 saja tetapi termasuk juga asam hipoklorit (HOCl) dan ion hipoklorit (OCl-), juga

beberapa jenis kloramin seperti monokloramin (NH2Cl) dan dikloramin (NHCl2)

termasuk di dalamnya. Klorin juga dapat diperoleh dari gas Cl2 atau dari garam-garam seperti kalsium hipoklorit [Ca(OCl)2]. (Farida. 2002)

Umumnya air yang normal memiliki pH sekitar netral, berkisar antara 6 - 8.

Air limbah atau air yang tercemar memiliki pH sangat asam atau pH cenderung basa, tergantung pada komponen pencemarnya (Nugroho. 2006).

Berdasarkan hasil uraian diatas peneliti berharap ingin mengetahui berapa

kadar klorin serta pH kolam renang yang berada di Kota Medan apakah sudah sesuai dengan standar.

1.2. Permasalahan

− Berapakah kadar klorin dan pH yang terdapat dalam air kolam renang yang

berada di daerah Kota Medan yang ditentukan dengan metode spektrofotometri.

− Apakah pH dan kadar klorin yang terdapat dalam air kolam renang yang

berada di daerah Kota Medan telah sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan oleh SNI. 1.3. Tujuan

− Untuk mengetahui kadar klorin dan pH yang terdapat pada air kolam renang

yang berada di daerah Kota Medan.

− Untuk mengetahui apakah pH dan kadar klorin yang terdapat pada air kolam

(14)

1.4. Manfaat

− Memberikan informasi tentang cara menentukan kadar klorin dan pH pada air

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

2.1.1. Pengertian Air

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk

hidup yang lain.

Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi,dengan jumlah sekitar 1.368 juta

km3. Air terdapat dalam berbagai bentuk, Misalnya uap air es, cairan, dan salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air, tanah (ground water), dan gunung es (glacier). (Effendi. 2003).

Suatu perairan merupakan suatu ekosistem yang kompleks sekaligus merupakan habitat dari berbagai jenis makhluk hidup, baik yang berukuran besar seperti ikan dan berbagai jenis makhluk hidup berukuran kecil seperti mikroba yang

hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Perairan alami mempunyai sifat yang dinamis dan aliran energi yang kontinyu selama sistem didalamnya tidak mengalami

ganguan ataupun hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran (Nugroho. 2006).

2.1.2. Sumber-sumber Air 1.Air laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini maka air laut tak memenuhi syarat

(16)

2.Air atmosfer, air meteriologik (air hujan )

Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara

oleh debu maupun asap industri maka air ini menjadi tercemar dan hal ini juga dapat meyebabkan air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap

benda-benda yang terbuat dari besi yaitu menyebabkan korosi dan

menyebabkan air menjadi lunak dan boros pemakaian sabun. 3.Air permukaan

Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air

permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri, dan lain-lain.

Air permukaan terdiri dari air sungai, air rawa, atau danau. 4.Air tanah

Air tanah ini adalah air yang bersumber dari dalam tanah. Biasanya manusia

menggunakan sumber air ini sebagai sumber air untuk sumur yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari, misalnya mandi, mencuci, irigasi, bahkan juga digunakan sebagai sumber atau air untuk industri.

Air tanah terbagi atas : 1. air tanah dangkal

2. air tanah dalam

3. mata air (Sutrisno, C.T. 1996).

2.1.3. Kegunaan Air Bagi Tubuh Manusia

Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, kira-kira 60-70%. Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan, metabolisme, mengangkut zat-zat

(17)

sampai tubuh kekeringan. Apabila tubuh kehilangan banyak air ,maka akan

mengakibatkan kematian. Sebagai contoh penderita penyakit kolera.

Untuk menjaga kebersihan tubuh, diperlukan juga air. Mandi dua kali sehari dengan menggunakan air yang bersih, diharapkan orang akan bebas dari penyakit seperti kudis, dermatitis dan penyakit lainnya. (Sutrisno, C. T. 1996)

2.1.4. Parameter Uji Kualitas Air

Untuk mengetahui apakah perairan tercemar atau tidak dapat diperlukan

serangkaian tahap pengujian untuk menentukan tingkat pencemaran tersebut. Beberapa parameter uji yang umumnya harus diketahui, yaitu:

a) Nilai Keasaman (pH) dan alkalinitas

Umumnya air yang normal memiliki pH sekitar netral, berkisar antara 6 - 8. Air limbah ataupun air yang tercemar memiliki pH cenderung basa, tergantung

dari jenis limbah dan komponen pencemarannya. b) BOD / COD

BOD (Biologycal Oxygen Demand) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang

dibutuhkan dalam air untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan pencemar di dalam air. Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik

yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan pencemar tersebut.

COD (Chemical Oxigen Demand) merupakan uji yang lebih cepat daripada uji

BOD, yaitu suatu uji berdasarkan reaksi kimia tertentu untuk dapat menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan (misalnya kalium dikhromat) untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di

(18)

c) Suhu

Kenaikan suhu air tersebut akan mengakibatkan menurunnya oksigen terlarut

didalam air, meningkatnya kecepatan reaksi kimia, terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Naiknya suhu air yang relatif tinggi seringkali ditandai dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya kepermukaan air

pada suhu normal, lama kelamaan dapat menyebabkan kematian pada ikan dan hewan lainnya.

d) Warna, rasa dan bau

Air yang normal tampak jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air yang tidak jernih seringkali merupakan petunjuk awal terjadinya polusi di

suatu perairan. Rasa air seringkali dihubungkan dengan bau air. Bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut, ganggang, plankton, tumbuhan air dan hewan air, baik yang masih hidup maupun yang mati.

e) Jumlah padatan

Padatan yang dapat mencemari air, berdasarkan ukuran partikel dan sifat-sifat lainnya dapat dikelompokkan menjadi padatan terendap, padatan tersuspensi

dan padatan yang terlarut. Padatan yang mengendap terdiri dari partikel-partikel yang berukuran relatif besar dan berat sehingga dapat mengendap

dengan sendirinya. Padatan tersebut terbenuk biasanya merupakan akibat erosi. Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi berukuran

lebih kecil dan lebih ringan daripada padatan terendap. Padatan terlarut terdiri dari senyawa-senyawa anorgaik dan organik yang larut dalam air seperti gula dan garam-garam mineral hasil buangan industri kimia.

(19)

Air merupakan habitat berjenis-jenis mikroba, seperti alga, protozoa, dan

bakteri. Dari sekian banyak jenis mikroba yang bersifat patogen atau

merugikan manusia, ada beberapa jenis mikroba yang sangat tidak dikehendaki kehadirannya karena mikroba tersebut berasal dari kotoran manusia dan hewan berdarah panas lainnya. Mikroba tersebut dapat berperan sebagai bioindikator

kualitas perairan.

g) Kandungan minyak dan lemak

Meskipun minyak mengandung senyawa volatil yang mudah menguap, namun

masih ada sisa minyak yang tidak dapat menguap. Karena minyak tidak dapat larut dalam air, maka sisa minyak akan tetap mengapung di air, kecuali minyak

tersebut terdampar ke pantai atau tanah di sekeliling sungai. Minyak yang menutupi permukaan air akan menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air. Selain itu, lapisan minyak juga dapat mengurangi konsentrasi oksigen

terlarutdalam air karena fiksasi oksigen bebas menjadi terhambat. Akibatnya, terjadi ketidakseimbanganrantai makanan di dalam air.

h) Kandungan bahan radio aktif

Meskipun jarang terjadi, namun pada perairan yang dekat dengan industri peleburan dan pengolahan logam sering kali ditemukan bahan-bahan radio

aktif seperti thorium-230 dan radium-226. Komponen-komponen tersebutdapat terlarut dalam air hujan dan masuk ke sumber-sumber air yang ada. Komponen radioaktif dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai cara. Semua

radio aktif menimbulkan efek dan dampak negatif bagi kesehatan manusia, diantaranya dapat menyebabkan gangguan pada fungsi saraf, gangguan dalam pembelahan sel yang menyebabkan kanker serta ganguan dalam pembentukan

(20)

i) Kandungan logam berat

Logam berat (heavy metals) atau logam toksik (toxic metals) adalah

terminologi yang umumnya digunakan untuk menjelaskan sekelompok elemen-elemen logam yang kebanyakan tergolong berbahaya bila masuk kedalam tubuh makhluk hidup. Logam berat yang terdapat baik didalam

lingkungan maupun di dalam tubuh manusia dalam konsentrasi yang sangat rendah disebut juga dengan trace metals. Trace metals seperti Kadmium (Cd), Timbal (Pb), dan Merkuri (Hg) yang mempunyai berat jenis sedikitnya 5 kali

lebih besar daripaad air. Logam-logam berat yang sering dijumpai dalam lingkungan perairan yang tercemar limbah industri adalah merkuri (Hg), nikel

(Ni), kromium (Cr), kadmium (Cd), arsen (As), dan timbal (Pb). Logam-logam tersebut dapat mengumpul didalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi. Selanjutnya menurut sifat toksisitasinya unsur-unsur dapat

dikelompokkan kedalam 3 golongan, yaitu :

I. Unsur-unsur yang tidak bersifat toksik, yaitu : Na, k, Mg, Ca, H, N, O, C, P , Fe, Cl, Br, F, Li, Rb, Sr, Al dan Si

II. Sangat toksik dan mudah dijumpai yaitu: Be, Co, Ni, Cu, Zn, Sn, As, Cd, Pt, Au, Ti, Pb, Jb, dan Bi

III. Sangat toksik tetapi tidak larut dan sukar dijumpai, yaitu : Ti, Ht, Zr, W, Nb, Ta, Re, Ga, La, Os, Rh, Ir, Ru, dan Br.

j) Fosfat

(21)

penggunaan phosphat terdapat pada ketel uap untuk mencegah kesadahan.

(Nugroho. 2006)

2.2. Klorin 2.2.1. Desinfeksi

Kegunaan desinfeksi pada air adalah untuk mereduksi konsentrasi bakteri

secara umum dan menghilangkan bakteri patogen. Penghilangan bakteri patogen tersebut terutama harus benar-benar dilakukan untuk air yang akan diminum untuk mencegah timbulnya penyakit. Program desinfeksi ini telah digunakan secara luas

sejak awal tahun 1900 untuk menangani air yang akan digunakan secara luas.

Mikroba dalam hal ini berarti bakteri patogen pada umumnya dapat tahan

selama beberapa hari pada permukaan air yang tergantung juga dari kondisi lingkungannya. Beberapa faktor yang mempengaruhi ketahanan tersebut antara lain pH, suhu, gizi yang tersedia, kompetisinya dengan mikroba lain, kemampuan

membentuk spora dan ketahanannya terhadap senyawa penghambat. Sedangkan kemampuannya untuk menyebabkan penyakit antara lain ditentukan oleh konsentrasi, virulensi dan resistensi.

Penggunaan desinfeksi dapat mengatasi mikroba patogen yang spesifik. Bakteri koliform sebagai bakteri indikator sanitasi adalah salah satu mikroba yang

dapat digunakan untuk mengukur efisiensi desinfeksi.

Metode desinfeksi telah dikenal secara luas. Desinfeksi dapat dilakukan antara lain dengan berbagai metode dan bahan kimia seperti klorin. Berdasarkan perhitungan

ekonomis, efisiensi, dan kemudahan penggunaannya maka penggunaan klorin merupakan metode yang paling umum digunakan. Kebutuhan klorin (chlorine demand) untuk proses desinfeksi tersebut tergantung pada beberapa faktor. Klorin

(22)

organik. Faktor yang mempengaruhi efisiensi desinfeksi atau kebutuhan akan klorin

dipengaruhi oleh antara lain jumlah dan jenis atau bentuk klorin yang digunakan,

waktu kontak, suhu dan jenis serta konsentrasi mikroba. Klorin akan bereaksi dengan berbagai jenis komponen yang ada pada air dan komponen-komponen tersebut akan berkompetisi dalam penggunaan klorin sebagai bahan untuk desinfeksi. Sehingga pada

air yang relatif kotor, sebagian dasar akan bereaksi dengan komponen yang ada dan hanya sebagian kecil saja yang bertindak sebagai desinfektan (Betty. 1993).

2.2.2. Manfaat Klorin Sebagai Desinfektan

Klorinasi merupakan desinfeksi yang paling umum digunakan.klorin yang

digunakan dapat berupa bubuk , cairan atau tablet. Bubuk klorin biasanya berisi kalsium hipoklorit, sedangkan cairan klorin berisi natrium hipoklorit. Disenfeksi yang menggunakan gas klorin disebut sebagai klorinasi. Sasaran klorinasi terhadap air

adalah penghancuran bakteri melalui germisidal dari klorin terhadap bakteri. Bermacam-macam zat kimia seperti ozon (O3), klor (Cl2), klordioksida (CLO2), dan proses fisik seperti penyinaran sinar ultraviolet, pemanasan dan lain-lain, digunakan

sebagai disenfeksi air. Klor adalah zat kimia yang sering dipakai karena harganya murah dan masih mempunyai daya disenfeksi sampai beberapa jam setelah

pembubuhannya yaitu yang disebut sebagai residu klorin.

Klor berasal dari gas klor Cl2, NaOCl, Ca(OCL2) (kaporit), atau larutan HOCL (asam hipoklorit). Breakpoint chlorination (khlorinasi titik retak ) adalah jumlah klor

yang dibutuhkan sehingga :

(23)

iii. masih ada residu klor aktif terlarut yang konsentrasinya dianggap

perlu untuk pembasmi kuman-kuman (Alaerts, G. 1984)

Klorin sering digunakan sebagai disinfektan untuk menghilangkan mikroorganisme yang tidak dibutuhkan, terutama bagi air yang diperuntukkan bagi kepentingan domestik. Beberapa alasan yang menyebabkan klorin sering digunakan

sebagai disinfektan adalah sebagai berikut:

1. Dapat dikemas dalam bentuk gas, larutan, dan bubuk. 2. Relatif murah

3. Memiliki daya larut yang tinggi serta dapat larut pada kadar yang tinggi (7000mg/l).

4. Residu klorin dalam bentuk larutan tidak berbahaya bagi manusia, jika terdapat dalam kadar yang tidak berlebihan.

5. Bersifat sangat toksik bagi mikroorganisme,dengan cara menghambat aktivitas

metabolisme mikroorganisme tersebut.

Klorin adalah gas klor yang berupa molekul klor (CL2) atau kalsium hipoklorit [Ca(OCL2)]. Penambahan klor secara kurang tepat akan menibulkan bau dan rasa

pahit. Klor berperan sebagai oksidator, seperti persamaan reaksi: H2S + 4 Cl2 + 4 H2O → H2SO4 + 8 HCL

Jika kebutuhan klorin untuk mengoksidasi beberapa senyawa kimia perairan telah terpenuh, klorin yang ditambahkan akan berperan sebagai disinfektan. Gas klor bereaksi dengan air menurut persamaan :

− Jika perairan tidak terdapat amoniak :

CL2 + H2O → HCL + HOCL

(24)

− Jika diperairan terdapat amonia:

Reaksi kesetimbangan sangat dipengaruhi oleh pH.Pada pH 2, klor berada

dalam bentuk klorin (Cl2), pH 2-7, klor kebanyakan terdapat dalam bentuk HOCl,

sedangkan pada pH 7,4 klor tidak hanya terdapat dalam bentuk HOCl tetapi juga dalam bentuk ion OCL- .Pada kadar klor kurang dari 1000 mg/l, semua klor berada dalam bentuk ion klorida (Cl-) dan hipoklorit (HOCl),atau terdisosiasi menjadi H+ dan

OCl-. (Effendi. 2003).

Kebutuhan klorin untuk air yang relatif jernih dan pada air yang mengandung suspensi padatan tidak terlampau tinggi biasanya relatif keci. Klorin akan bereaksi

dengan berbagai jenis komponen yang ada pada air dan komponen-komponen tersebut akan berkompetisi dalam penggunaan klorin sebagai bahan utama desinfeksi.Sehingga

pada air yang relatif kotor, sebagian dasar akan bereaksi dengan komponen yang ada dan hanya sebagian kecil saja yang bertindak sebagai desinfektan. Residu klorin juga merupakan hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan klorin karena

kemampuannya sebagai agen penginaktivasi enzim mikroba setelah zat tersebut masuk kedalam sel mikroba. (Betty, 1993)

2.2.3. Dampak Negatif Klorin Bagi Kesehatan Tubuh

(25)

proses penghilangan kuman penyakit air ledeng, air bersih atau air minum yang

digunakan oleh masyarakat. Proses khlorinasi sangat efektif untuk menghilangkan

kuman penyakit terutama dalam pengguanaan air ledeng. Tetapi dibalik keefektifannya klorin juga dapat berbahaya bagi kesehatan. Orang yang meminum air yang mengandung klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker

kandung kemih ,dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat menyebabkan melahirkan bayi yang cacat dengan kelainan otak atau saraf tulang belakang ,berat bayi lahir rendah, kelahiran premature atau bahkan dapat mengalami

keguguran kandungan. Selain itu pada hasil studi efek klorin pada binatang ditemukan pula kemungkinan kerusakan ginjal dan hati.

2.3. pH

2.3.1. Derajat Keasaman (pH)

pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan. Ia merupakan juga satu cara untuk

menyatakan konsentrasi ion H+ .Dalam penyediaan air, pH merupakan satu faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat

mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan, misalnya dalam melakukan koagulasi kimiawi, desinfeksi, pelunakan air (water softening) dan dalam pencegahan korosi.Yang sangat penting untuk diketahui yakni bahwa konsentrasi OH- suatu

(26)

Air yang belum terpolusi biasanya berada pada skala pH 6,0 – 8,0. Sebagai

contoh, air hujan mempunyai sekitar pH 5,6, air laut pH 8,1 dan pH air dibawah pH

5,0 dinyatakan sebagai air terpolusi. Besar pH dapat diukur dengan pH meter. Air murni dapat memiliki pH 7,5 akan tetapi apabila air telah memiliki pH 7,5 bukan berarti air murni karena dapat saja terjadi proses buffer yaitu kehadiran senyawa kimia

seperti fosfat dan karbonat yang menjadikan air menjadi larutan buffer. (Situmorang, M. 2007)

2.3.2. pH Meter

Pengukuran pH dapat dilakukan menggunakan pH meter. Karena meter

mengukur potensial dari sel elektrokimia, maka harus distandarisasi supaya pembacaan menunjukkan angka pH yang tepat. Standarisasi dilakukan dengan menggunakan satu atau dua jenis larutan buffer yang diketahui pH nya. Untuk

mengkalibrasi pH meter supaya akurat, dibutuhkan dua jenis larutan buffer. Buffer pertama biasanya pH 7,0 dipergunakan untuk menunjukkan titik isotermal 0,0 V pada pH 7,0. Buffer kedua ( yang dekat terhadap skala pH sampel yang akan dianalisis)

dipergunakan sebagai pengatur slop untuk mengeset slop mengikuti persamaan Nersnt 59,1 mV per unit pH pada 25o C. (Situmorang, M. 2007)

2.4. Spektrofotometri

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

(27)

mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau

diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.

Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis.

Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi

dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spekotrofotometer tersusun dari sumber-sumber spektrum tampak yang kontinyu,

monokromator, sel pengabsorpsi, untuk larutan sampel atau blanko ataupun pembanding.

1. Sumber

Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu wolfram. Arus cahaya tergantung pada tegangan lampu, I = K Vn , I = arus listrik, V = tegangan , n = eksponen (3-4 pada lampu wolfram), variasi tegangan masih dapat

diterima 0,2% pada suatu sumber DC, misalkan baterai. Lampu hidrogen atau lampu deutrium yang digunakan untuk sumber pada daerah UV.

Kebaikan lampu wolfram adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang. Untuk memperoleh tegangan yang stabil dapat digunakan transformator.

2. Monokromator

Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang

(28)

maka prisma atau gratingnya yang dirotasikan untuk mendapatkan λ yang diinginkan.

Ada dua tipe prisma seperti yang ditunjukkan dibawah ini yaitu susunan cornus dan

susunan littrow. Secara umum tipe cornus menggunakan sudut 60º, sedangkan tipe littrow menggunakan prisma dimana pada sisinya tegak lurus dengan arah sinar yang berlapis aluminium serta mempunyai sudut optik 30º.

3. Sel Absorpsi

Pada pengukuran didaerah tampak kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas

tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvet adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun lebih besar dapat digunakan. sel yang biasa yang digunakan

berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder juga dapat digunakan. Kita harus menggunakan kuvet yang bertutup untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragam keseluruhannya.

4. Detektor

Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Pada spektrofotometer, tabung pengganda elektron yang

digunakan prinsip kerjanya telah diuraikan. (Khopkar. 2002)

Hukum lambert beer

Bila cahaya jatuh pada suatu medium homogen, sebagain dari sinar masuk dipantulkan, sebagai diserap dalam medium itu dan sisanya diteruskan. Lambert sering kali dianggap berjasa dalam menyelidikan serapan cahaya sebagai fungsi

(29)

Yang berlainan dan menerbitkan hasilnya tepat seperti bernart. Kedua hukum

yang terpisah yang mengatur absorbsi iu biasanya dikenal sebagai hukum lambert dan

hukum beer.

Dimana kedua hukum ini dikenal dengan persamaan :

��� ��

� =�(�) =���

log��

� =�(�) =���

Dimana lambang Po dan p seperti digunakan disini direkombinasikan

masing-masing untuk daya tradisi masuk dan diteruskan istilah lo (Po/P) disebut absorbansi dan diberi lambang A. Istilah lain yang digunakan secara sinonim dengan absorbansi

dengan mungkin dijumpai adalah ekstinsi, kerapan optik dan absorbansi. Lambang b yaitu panjang medium pejerap yang dinyatakan dalam (cm). Lambang C biasanya dinyatakan dalam konsentarsi zat pelarut yang menyerap dinyatakan dalam gram per

liter atau mol per liter. Dalam hukum lambeert beer penggunaan persamaan diatas tergantung pada konsentrasi yang digunakan. Bila konsentrasi dalam gram per liter tetapan itu disebut dengan absorpsivitas dengan lambing a ini ditulis dengan

persamaan : A = abc

Apabila konsentrasi dinyatakan dalam mol/ liter tetapan itu adalah absbsitivitas molar, dengan lambang e, yang ditulis dengan :

A = ebc

(30)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat-alat Beaker glass

− Erlenmeyer

− Gelas ukur

− Kuvet

− Spektroquant NOVA 60

− pH meter

− Spatula

− Tabung barcode untuk Cl2

3.2. Bahan

− Sampel air kolam renang

− Pereaksi DPD (N-Dietil-p-fenilendiamin)

− Aquadest

3.3. Prosedur

3.3.1.Penentuan pH

− Dikalibrasi pH meter dengan mencelupkan elektroda kedalam larutan buffer

− Diukur sampel air kolam renang sebanyak 25 ml

− Dimasukkan kedalam beaker glass

(31)

− Dimasukkan elektroda kedalam beaker glass yang berisi sampel

− Dibaca hasil pengukuran pH pada display alat

3.3.2. Pemeriksaan kadar klorin − Diukur sampel sebanyak 10 ml

− Dimasukkan kedalam Erlenmeyer

− Ditambahkan 1mikro blue DPD

− Diaduk sampai rata

− Didiamkan selama ± 3 menit sampai terbentuk warna merah jingga

− Dihidupkan alat spektroquant NOVA 60

− Dimasukkan tabung barcode untuk analisa Cl2 sampai muncul kode

pada layar 0599

− Dimasukkan larutan sampel kedalam kuvet berukuran 10 mm

− Dimasukkan kuvet kedalam spektroquant

− Ditekan tombol enter

(32)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Percobaan

Data pemeriksaan kadar klorin dan pH pada air kolam renang yang berada di

daerah Kota Medan.

Analisa kadar klorin dan pH pada air kolam yang berada di Kota Medan, yaitu pada klorin dilakukan dengan metode spektrofotometri berdasarkan pembentukan

warna dari tidak berwarna menjadi warna merah jingga pada larutan sampel dengan

menggunakan pereaksi DPD (N-dietil-p-fenilendiamin ). Analisa ini dilakukan dengan menggunakan alat spektroquant NOVA 60, dengan memasukkan sampel yang sudah ditambahkan DPD dan dimasukkan kedalam kuvet lalu dimasukkan kedalam

(33)

dapat bereaksi lagi. Sehingga klorin yang tidak bereaksi lagi inilah yang dinamakan

residu klorin atau free chlorine (klorin bebas). Sedangkan pada pH dianalisa dengan

menggunakan pH meter. Sebelum menganalisa, pH meter distandarisasikan terlebih dahulu dengan larutan buffer, lalu sampel air kolam renang dapat dianalisa dengan mencelupkan pH meter kedalam wadah yang berisi sampel. Dan hasil dibaca di layar

yang terdapat di pH meter. Melalui data yang dihasilkan pada analisa di laboratorium pada klorin dan pH pada air kolam renang masih sesuai dengan standar yaitu pada klorin sesuai dengan SNI 06-48248-1998 adalah 0,011-4,0 mg/l dan pada pH juga

sudah sesuai dengan standar yaitu dengan skala 6-8.

Dari hasil analisa, kadar klorin yang paling tinggi terdapat pada sampel 2

yaitu 0,39 mg/l dan kadar klorin yang paling rendah pada sampel 4 yaitu 0,26 mg/l.Kadar klorin tidak boleh melebihi ataupun kurang dari standar yang ditetapkan apabila melebihi akan menyebabkan bau tidak enak dan berpengaruh pada kesehatan

manusia.

Akibat yang ditimbulkan apabila kelebihan kadar klorin pada kesehatan adalah dapat menyebabkan terkena penyakit kanker, kandung kemih, dubur, usus besar dan

iritasi pada kulit. Dan apabila kadar klorin dibawah standar dapat menyebabkan kurang maksimalnya kerja klorin untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat

dalam air kolam renang. Sedangkan pada hasil analisa pH skala yang paling tinggi terdapat pada sampel 9 yaitu 6,8 dan skala pH yang paling rendah terdapat pada sampel 2 dan 10 yaitu 6,2. Apabila skala pH pada air kolam renang tidak sesuai

standar yaitu 6-8 dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan kerusakan atau korosi pada gigi sehingga menimbulkan bercak hitam.

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

− Dari hasil analisa yang diperoleh, kadar klorin 0,28 – 0,39 mg/l, sedangkan

pada pH 6,2 – 6,8.

− Menurut SNI 06-48248-1998 kadar klorin pada air kolam renang adalah

0,011-0,4 mg/l sedangkan pada pH adalah dengan skala 6-8. Dari hasil yang diperoleh air kolam renang di Kota Medan sesuai dengan standar industri.

5.2. Saran

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. 1987. Metode Penelitian Air . Usaha Nasional. Surabaya. Betty. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius. Yogyakarta. Effendi ,H. 2003. Telaah Kualitas Air.Kanisius. Yogyakarta.

EGC. Jakarta.

Farida. 2002. Proses Pengolahan Air Sungai Untuk Keperluan Air Minum. Universitas Sumatera Utara. Medan

Http://aimyaya.com/id/teknologi-tepat-guna/awas-bahaya-klorin-pada-air-minum-kita. Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit UI-press. Jakarta.

Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Universitas Trisakti. Jakarta. Situmorang, W. 2007. Kimia Lingkungan. Universitas Medan. Medan. Sumatera Utara. Medan.

Sutrisno, C. T. 1996. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

(36)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR : 416/MENKES/PER/IX/1990 TANGGAL : 3 SEPTEMBER 1990

(37)

12. Alumunium Mg/l 0,2 -

Referensi

Dokumen terkait

Prihatiningsih : Penetapan Kadar Tembaga (Cu) Pada Sampel Air Dengan Metode Spektrofotometri Di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan, 2007.. USU Repository

Penentuan kadar sulfat ini dilakukan dengan metode Spektrofotometri UV-Visible pada panjang gelombang 370 nm.Berdasarkan analisa yang telah dilakukan diperoleh bahwa kadar

Efan Efendi : Penentuan Kadar Al Secara Spektrofotometri Pada Water Treatment Plant (WTP) Di PT.. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit

PENGARUH PROBLEM-BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA KONTEKS PENSTABILAN pH AIR KOLAM RENANG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Pada penelitian ini akan dilakukan penentuan pH optimum reaksi Pb(II) dengan ARS, validasi metode spektrofotometri UV-Vis untuk pengukuran logam timbal dan