PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN PEMAHAMAN KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR
FISIKA SISWA SMA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
APRIANI SIJABAT NIM 8136176004
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
ABSTRAK
APRIANI SIJABAT (NIM: 8136176004). Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Solving dan Pemahaman konsep Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.
Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil belajar fisika siswa pada model pembelajaran problem solving dan pembelajaran konvensional, menganalisis hasil
belajar siswa antara siswa yang memiliki pemahaman konsep tinggi dan siswa yang memiliki pemahaman konsep rendah, serta interaksi antara model pembelajaran dengan pemahaman konsep terhadap hasil belajar fisika siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimen. Pemilihan sampel dilakukan
dengan teknik cluster random class sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama
diajarkan dengan model pembelajaran problem solving dan kelas kedua dengan
pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes hasil belajar dan tes pemahaman konsep. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan anava dua jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran problem solving lebih baik dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional, hasil belajar fisika siswa dengan pemahaman konsep tinggi menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada siswa dengan pemahaman konsep rendah, serta terdapat interaksi antara model pembelajaran problem solving dan pemahaman konsep terhadap hasil belajar fisika siswa.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Problem Solving, Hasil belajar, Pemahaman
iii
ABSTRACT
APRIANI SIJABAT (NIM: 8136176004). The Effect of Problem Solving Model and Understanding The Concept on Learning Outcomes Physics of Students . Thesis. Medan: Graduate Program, State University of Medan, 2016.
This research aims to analyze the students’ learning outcomes in problem solving model and conventional learning, analyze the student’s learning outcomes between the students who have understanding the concept above the average and the students who have understanding below the average, and also analyze the interaction between the learning model and the understanding concept on the students’ learning outcomes physics of students.
This research is quasi experiment. Sample selection was done by using random class technique twice, where the first class was taught problem solving model while the second class was taught conventional learning. The instrument which was used consisted of the tests of problem solving ability and test of understanding the concept. The data in this research was analyzed by using two way anova.
The result of this research showed that the student’s learning outcomes who was taught problem solving model was better than the student’s problem solving ability who was taught conventional, the student’s learning outcome with understanding the concept above the average showed a better result than the students with understanding the concept below the average, and there was an interaction between problem solving model and understanding the concept on the student’s learning outcomes physics of students.
vi
2.1.2. Model Pembelajaran Problem Solving ... 18
2.1.2.1 Sintaks Model pembelajaran Problem Solving ... 18
2.1.2.2 Sistem Sosial model Pembelajaran Problem solving ... 23
2.1.2.3. Prinsip reaksi ... 24
2.1.2.4. Sistem pendukung ... 25
2.1.3.5. Dampak pembelajaran dan dampak pengiring ... 25
2.1.3. Teori Belajar Yang Melandasi problem solving ... 27
2.1.3.1. Teori pembelajaran Bruner ... 27
2.1.3.1. Teori pembelajaran Vygottsky ... 29
2.1.4. Model pembelajaran Konvensional ... 31
2.1.5. Pemahaman Konsep ... 32
2.1.6. Hasil Belajar ... 41
2.1.7. Penelitian yang Relevan ... 45
2.2. Kerangka Konseptual ... 46
vii
2.2.2. Perbedaan hasil belajar fisika siswa yang memiliki
pemahaman konsep tinggi dan yang memiliki pemahaman
konsep rendah ... 50
2.2.3. Ada interaksi Antara Model problem solving dan pemahaman konsep terhadap hasil belajar ... 50
3.7.2. Validitas Predektif ... 62
3.7.2 Reliabilitas Tes ... 64
4.1.1.1. Deskripsi data Pretes Hasil Belajar Siswa ... 71
4.1.1.2. Deskripsi data Postes Hasil Belajar siswa ... 71
4.1.2. Data Pemahaman Konsep ... 89
4.1.3. Analisis Hasil Penelitian ... 77
4.1.3.1. Data Hasil Belajar fisika siswa ... 78
4.1.3.2. Data Hasil Belajar fisika siswa Berdasarkan Tingkat Pemahaman Konsep Pada Kelas Sampel ... 80
4.1.3.3. Data hasil belajar fisika siswa Berdasarkan Tingkat Pemahaman Konsep Gabungan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 81
4.1.4. Pengujian Hipotesis ... 82
viii
model Pembelajaran Problem Solving dengan Pembelajaran
Konvensional ... 91
4.2.2. Perbedaan hasil belajar fisika Siswa yang mempunyai pemahaman konsep tinggi dengan siswa yang mempunyai pemahaman konsep rendah ... 94
4.2.3. Terjadi Interaksi Antara Model Pembelajaran Problem solving dan pembelajaran konvensional dengan pemahaman konsep Terhadap hasil belajar fisika Siswa ... 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99
5.1 Kesimpulan ... 99
5.2 Saran ... 99
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Data Nilai Rata-rata Pelajaran Fisika Kelas X 4
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 33
Tabel 3.2. Desain Analisis ANAVA 2x2 33
Tabel 3.3. Spesifikasi Tes Hasil Belajar 38
Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa 39
Tabel 3.5. Uji Validitas Tes 44
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar
dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, dengan
demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk
berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Dalam pengertian yang lebih luas,
“pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode
tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan” (Syah, 2008). Pendidikan formal
merupakan salah satu wahana yang berperan dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Pendidikan Nasional Indonesia abad 21 bertujuan untuk
mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera
dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain
dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber
daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan
berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya (BSNP, 2010). Tujuan
pendidikan ini pada hakikatnya sejalan dengan tujuan dan fungsi pendidikan
nasional pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, namun dengan penekanan
yang lebih dalam pada pembentukan sumber daya manusia yang siap menghadapi
2
Ironisnya, setelah satu dekade abad 21 berjalan, Indonesia sebagai negara
berkembang dengan jumlah penduduk mencapai 240 juta jiwa, dengan laju
pertumbuhan penduduk (LPP) mencapai 1,49 persen per tahun, masih
menunjukkan kualitas sumber daya manusia yang sangat rendah. Hal ini
ditunjukkan dari data UNDP pada bulan maret 2013 dalam bentuk Human
Development Index (HDI) atau Index Pembangunan Manusia. HDI mengukur
indeks tiga dimensi dari tiga dimensi pembangunan manusia yaitu, panjangnya
usia, pengetahuan, dan standar hidup yang layak, yang menempatkan Indonesia
pada urutan ke 121 dari 185 negara pada tahun 2012 (Purba, 2013). Rendahnya
dimensi pengetahuan HDI Indonesia ditunjukan hasil riset yang dilakukan oleh
Education for All (EFA) Global Monitoring Report 2010 yang dikeluarkan oleh
UNESCO menunjukkan bahwa indeks pembangunan pendidikan atau Education
Development Index (EDI) Indonesia berada pada peringkat ke 65 dari 128 negara
dengan nilai indeks pengembangan pendidikan sebesar 0,947 dengan kategori
indeks pengembangan pendidikan menengah (EFA, 2010), dan tahun 2011
peringkat Indonesia turun keperingkat 69 dari 127 negara yang disurvei dengan
nilai indeks pengembangan pendidikan sebesar 0,934 (EFA, 2011).
Rendahnya kualitas pendidikan dan sumber daya manusia Indonesia juga
ditunjukkan oleh berbagai riset dan survei internasional yang melibatkan
Indonesia. Indonesia juga mengikuti survei internasional mengenai kemampuan
kognitif dan literasi sains siswa yaitu TIMSS dan PISA yang diadakan oleh IEA
berturut-3
turut 427 dan 397 dengan nilai rata-rata internasional yaitu 500 (Efendi, 2011).
Sedangkan skor hasil literasi sains PISA yang diadakan pada tahun 2009 dan
2012 berturut-turut adalah 383 dan 382 dengan nilai rata-rata internasional 500
dan 501.
Berdasarkan data persentase rata-rata jawaban benar untuk konten sains
dan domain kognitif khususnya fisika pada riset TIMSS, persentase jawaban
benar pada soal pemahaman selalu lebih tinggi dibandingkan dengan persentase
jawaban benar pada soal penerapan dan penalaran. Dari data dua survei TIMSS
terakhir yakni tahun 2007 dan 2011, rata-rata siswa menjawab benar pada ranah
knowing (mengetahui) sebesar 39% pada tahun 2007 dan 36% pada tahun 2011,
menjawab benar ranah applying (menerapkan) sebesar 28% pada tahun 2007 dan
27% pada tahun 2011, serta persentase menjawab benar ranah reasoning
(penalaran) sebesar 24% pada tahun 2007 dan 20% pada tahun 2011.
( Martin, 2012) .
Dari uraian di atas tampak bahwa nilai fisika siswa Indonesia pada TIMSS
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Jika ditinjau dari aspek pemahaman,
penerapan, dan penalaran dalam ranah kemampuan kognitif seperti yang
diterapkan pada TIMSS, hal ini digunakan untuk menunjukkan profil hasil belajar
dan kemampuan berpikir siswa negara pesertanya. Dari ketiga aspek tersebut,
aspek reasoning (menalar) yang merupakan ciri kemampuan berpikir tingkat
tinggi taksonomi Bloom mengalami penurunan tertinggi yaitu 4%, sedangkan
4
Bloom yaitu knowing (mengetahui) dan applying (mengaplikasikan)
masing-masing mengalami penurunan 3% dan 1%. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah siswa rendah.
Kenyataan di lapangan pembelajaran fisika hanya mendorong siswa untuk
menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika
menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep
tersebut (Trianto, 2009). Lebih jauh lagi, siswa kurang mampu memahami dan
mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah serta menentukan solusi-solusi
untuk menyelesaikan masalah atau situasi baru yang dihadapi. Hal ini yang
menjadikan sumber daya manusia Indonesia hanya “sedikit” yang berperan
sebagai garda terdepan dalam dunia industri dengan pemikiran yang kritis dan
inovatif, sedangkan sisanya hanya berperan sebagai buruh, pekerjaan yang tidak
membutuhkan pemikiran mendalam.
Hasil wawancara tidak terstruktur yang dilakukan pada guru fisika di SMA
Swasta Assisi Siantar, pada kegiatan studi pendahuluan menunjukkan fakta yang
sama. Bapak Simamora, S.Pd selaku guru fisika mengatakan bahwa siswa saat ini
mudah menyerah dengan permasalahan-permasalahan yang diberikan apabila
berbeda dengan contoh soal yang ada di buku ataupun contoh soal yang telah
diberikan oleh guru. Hal ini sangat jauh berbeda dengan siswa beberapa tahun
sebelumnya yang menunjukkan antusisme yang tinggi ketika diberikan masalah.
Maka dari keseluruhan data yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan
5
pemahaman konsep yang menyebabkan kemampuan pemecahan masalah yang
juga rendah. Konsep Taksonomi Bloom mengklasifikasikan ranah kognitif
menjadi 6 level, yaitu “knowledge” (pengetahuan), “comprehension”
(pemahaman), “application” (penerapan), “analysis” (penguraian), “synthesis”
(pemaduan), dan “evaluation” (penilaian), ( Anderson, 2010). Dari hasil
observasi, maka penulis menyimpulkan bahwa kemampuan anak masih berada
pada level C1-C3, sehingga kemampuan dalam memecahkan masalah fisika masih
sangat rendah. Fakta berikutnya yang sering ditemukan adalah guru cenderung
memindahkan pengetahuan yang dimiliki ke pikiran siswa, mementingkan hasil
dari pada proses, mengajarkan secara urut halaman per halaman tanpa membahas
keterkaitan antara konsep-konsep atau masalah.
Rendahnya pemahaman konsep dan pemecahan masalah tersebut adalah
suatu hal yang wajar dimana fakta di lapangan menunjukkan proses pembelajaran
yang terjadi masih konvensional dan berpusat pada guru dan siswa hanya pasif,
kurang ada respon berupa pertanyaan maupun argumen ataupun minta penjelasan
ulang. Siswa lebih sering hanya diberikan rumus-rumus yang siap pakai tanpa
memahami makna dari rumus-rumus tersebut. Siswa sudah terbiasa menjawab
pertanyaan dengan prosedur rutin, sehingga ketika diberikan masalah yang sedikit
berbeda maka siswa akan kebingungan. (Trianto, 2007)
Penguasaan konsep yang baik sebagai sesuatu yang bermakna, karena hal
tersebut sebenarnya lebih dari hanya sekedar menghafal, yaitu membutuhkan
6
dengan yang sedang dipelajari di dalam kelas. Belajar bermakna maksudnya, di
samping materi yang disajikan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa, juga
harus relevan dengan struktur kognitif siswa, sehingga materi harus dikaitkan
dengan konsep-konsep (pengetahuan) yang telah dimiliki siswa dan dikaitkan
dengan bidang lain atau kehidupan sehari-hari siswa. Proses belajar seperti ini
akan lebih bermakna sehingga konsep dasar dari ilmu ini tidak akan cepat hilang.
Agar pembelajaran lebih optimal, model pembelajaran dan media pembelajaran
harus efektif dan selektif sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan di dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. ( Dahar, 1989).
Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan
kognitif siswa adalah guru. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Slameto (2003) yaitu, guru memegang peranan penting dalam peningkatan
kualitas siswa dalam belajar siswa dan guru harus benar-benar memperhatikan,
memikirkan dan sekaligus merencakan proses belajar mengajar yang menarik bagi
siswa, agar siswa berminat dan semangat belajar dan mau terlibat dalam proses
belajar mengajar, sehingga pengajaran tersebut menjadi efektif. Dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan, maka diperlukan berbagai terobosan, baik
dalam pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan pemenuhan sarana
dan prasarana pendidikan agar siswa tertarik dan tertantang untuk belajar.
Untuk menyelesaikan permasalahan ini, diperlukan suatu jalan keluar
dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
7
cocok digunakan dalam pembelajaran fisika yaitu model pembelajaran problem
solving. Model pemebelajaran Problem solving adalah upaya individu atau
kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pemahaman yang telah
dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah
(Krulik , 1996). Jadi aktivitas Problem solving diawali dengan konfrontasi dan
berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah.
Pembelajaran Problem solving menjadi sangat penting, karena dalam belajar,
peserta didik cepat lupa jika hanya dijelaskan secara lisan, mereka ingat jika
diberikan contoh, dan memahami jika diberikan kesempatan mencoba
menyelesaikan masalah. Gagasan pembelajaran untuk pemahaman dan Problem
solving tersebut sangat ditentukan oleh lingkungan belajar tempat para siswa
untuk melakukan interaksi akademik dalam membangun pengetahuan.
( Polya,1985).
Telah dilakukan beberapa penelitian di kalangan para para pendidik
tentang model pembelajaran Problem solving. Hasil penelitian Anissa (2015),
Khariati (2015), Doyan (2014), Subratha (2014), Gentur (2015), kelimanya
menyatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol dalam hal prestasi setelah diimplikasikan
pembelajaran Problem solving.
Melalui model ini di harapkan peserta didik dapat membangun
pemahamannya sendiri tentang realita alam dan ilmu pengetahuan dengan cara
8
peserta didik di fasilitasi untuk menerapkan their existing knowledge melalui
Problem solving, pengambilan keputusan, dan mendesain penemuan. Para siswa
di tuntut untuk berfikir dan bertindak kreatif dan kritis. Mereka dilibatkan dalam
melakukan eksplorasi situasi baru, dalam mempertimbangkan dan merespon
permasalahannya secara realistis. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan,
maka diperlukan berbagai terobosan, baik dalam penembangan kurikulum, inivasi
pemebelajaran, dan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan agar siswa
tertarik dan tertantang untuk belajar. Menyikapi masalah diatas, perlu adanya
upaya yang dilakukan guru untuk menggunakan startaegi mengajar yang membuat
siswa lebih tertarik pada pelajaran Fisika.
Berdasarkan pokok-pokok pikiran diatas, penulis mengajukan sebuah
penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving dan
Pemahaman Konsep Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka permasalahan yang
dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan fisika siswa masih rendah, yaitu berada level C1-C3
2. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa
3. Rendahnya hasil belajar fisika siswa .
4. Proses belajar masih bersifat konvensional dan berpusat pada guru,
9
1.3. Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup masalah serta keterbatasan waktu, dana,
dan kemampuan peneliti maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Pemahaman konsep fisika siswa
2. Hasil belajar fisika siswa
3. Model Pembelajaran Problem Solving
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah diatas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa menggunakan model
pembelajaran Problem solving dengan model pembelajaran Konvensional?
2. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa pada kelompok siswa
yang memiliki pemahaman konsep tinggi dan kelompok siswa pemahaman
konsep yang rendah ?
3. Apakah ada interaksi antara model membelajaran Problem solving dan
model pembelajaran Konvensional dengan pemahaman konsep terhadap
10
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar Fisika siswa menggunakan
model pembelajaran Problem solving dengan model pembelajaran
Konvensional.
2. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar fisika siswa pada kelompok
siswa yang memiliki pemahaman konsep yang tinggi dan pemahaman
konsep yang rendah.
3. Untuk menganalisis interaksi antara model membelajaran Problem solving
dan model pembelajaran Konvensional dengan pemahaman konsep
terhadap hasil belajar fisika siswa.
1.6Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas dapat diperoleh manfaat
penelitian sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini bermanfaat untuk :
a. Mengungkap secara jelas adanya pengaruh Model Pembelajaran Problem
solving terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika siswa.
b. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru-guru SMA agar
lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan pemahaman
11
c. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru-guru di SMA
Swasta Assisi Siantar, agar menggunakan Model Pembelajaran Problem
solving untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan
pemecahan masalah fisika siswa.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam usaha penelitian lanjutan
dengan melibatkan lebih lengkap komponen model-model pembelajaran yang lain
untuk mengungkap dan membuktikan secara empirik model pembelajaran
Problem solving masih lebih unggul jika dibandingkan dengan Model
Pembelajaran yang lain.
Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi para
peneliti berikutnya yang melakukan penelitian yang sejenis.
1.7Definisi Operasional
Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan
penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan
definisi operasional:
1. Pemahaman konsep adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa
mampu memahami arti dari konsep, situasi, serta fakta yang
12
Proses – proses kognitif dalam kategori pemahaman konsep meliputi
menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum,
menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan. (Anderson et al, 2010).
2. Model pembelajaran Problem solving adalah merupakan salah satu model
yang membentuk siswa melakukan pemecahan masalah secara kreatif,
aktif dan menghargai keragaman berpikir yang mungkin timbul selama
proses pemecahan masalah( Sudjana, 2000).
3. Hasil belajar adalah penguasaan produk fisika yang mengacu pada
perubahan kemampuan bidang kognitif yang mencakup dimensi
pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif) dan
dimensi proses kognitif (mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta) yang dicapai siswa sebagai
hasil dari proses pembelajaran fisika yang ditempuh selama kurun waktu
tertentu berdasarkan tujuan pembelajaran yang ditetapkan (Anderson dan
99 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan hasil belajar Fisika yang menggunakan model
pembelajaran Problem Solving dan model pembelajaran konvensional,
dimana siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Solving
memperoleh hasil belajar fisika yang lebih baik dibandingkan dengan
model pembelajaran konvensional.
2. Hasil belajar fisika siswa yang mempunyai pemahaman konsep tinggi
lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai pemahaman konsep
rendah.
3. Terdapat interaksi yang baik antara model pembelajaran dan pemahaman
konsep dalam mempengaruhi hasil belajar Fisika siswa.
5.2Saran
Setelah melakukan penelitian, pengolahan, serta interpretasi data, peneliti
menyarankan :
1. Peneliti selanjutnya menggunakan sampel yang lebih banyak karena
sampel yang digunakan dalam penelitian ini jumlahnya relatif sedikit
sehingga belum bisa mewakili semua siswa kelas X. Sampel yang
hanya terdiri dari satu sekolah kurang optimal untuk menggambarkan
hasil belajar siswa, baik dibelajarkan dengan model pembelajaran
Problem Solving dan dibelajarkan dengan model pembelajaran
100
2. Peneliti selanjutnya menggunakan jangka waktu penelitian lebih lama
karena waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran baik
dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Solving dan
dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional masih sangat
sangat kurang, sebab disesuaikan dengan jadwal sekolah yang
bersangkutan.
3. Peneliti selanjutnya lebih kreatif dalam mengkonsep materi pelajaran
yang akan dibagikan kepada siswa. Konsep yang diberikan kepada
siswa harus mampu menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih
termotivasi untuk mudah memahami materi pelajaran nantinya.
4. Peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik yang sama diharapkan
101
DAFTAR PUSTAKA
Alacac, C. 2010. Solving A Stability Problem By Polya’s Four Steps,
International Jourrnal Of Electronics Mechanical And Mechatronics
Engineering. Volume 1. No. 1 pp (19-28)
Arends, R. 2008. Learning To Teach. Terjemahan Soetjipto. Yogjakarta : Pustaka Belajar.
Arikunto, S. 2009. Dasar–Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Dahar, R. W. 2011. Teori – Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga
Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Grasindo
Handika, J. 2012. Efektivitas Mrdia Pembelajaran IM3 Diitinjau Dari Motivasi Belajar. Junal Pendidikan IPA Indonesia. JPII (2) (2012) 109-114
Issi, A. 2015. Pemecahan Masalah Dinamika Partikel Melalui Strategi Problem
Solving –Conflict Map Untuk Meningkatkan Konseptual siswa. Jurnal
Pendidikan Fisika
Joyce, B., Weil, M. & Calhoun, E. 2009. Models of Teaching (8th ed.). Model-Model
Pengajaran (Terjemahan Achmad Fawai & Ateilla Mirza). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kanginan, M. 2007. Fisika untuk SMA Kelas X Semester I. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Martin, M.O., Mullis I.V.S., dkk. 2012. TIMSS 2011 International Results in
Science. Chestnut Hill: TIMSS & PIRLS International Study Center
Martin, M. W. 2008. Creativity, Ethics And Excellence In Science. New York: Lexington Books.
Mudjiono dan Dimyanti. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Reneka Cipta.
Polya, G. 1985. On Solving Mathematical Problem In High School, dalam Kulik Stephan & Ray’s Robert E (eds) Problem Solving In School Mathematic. Reston-Virginia. NCTM
Purba. S. L. 2013. Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Guna
Meningkatkan Daya Saing Bangsa dalam Rangka Ketahanan Nasional.
102
Rawzis, K. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berorientasi problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil belajar Ranah kognitif Dan
Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Materi Suhu dan Kalor. Jurnal
Pendidikan Fisika
Rusman. 2011, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana.
Rojas. S. 2010. On the Teaching and Learning of Physics Problem Solving.
Revista Mexicana De Fisica 56 (1) 22-28
Sagala. 2005, Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya,W. 2008. Strategi Pembelajaran. Bandung : Kencana Prenada Media Group
Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Subratha, N. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif dan Strategi Pemecahan Masalah (Problem Solving) Untuk meningkatkan Hasil Belajar
Siswa. Kelas VIIC SMP Negeri Sukasada, Penelitian dan Pengembangan,
(Online), vo 1 No. 2,
Sudjana, N. 2000. Penilaian Proses Dan Hasil Belajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sujarwata. 2009. Peningkatan Hasil Belajar Elektronika Dasar II Melalui Pembelajaran Model Problem Solving Laboratory. Jurnal pendidikan Fisika Indonesia
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Suprianto, W., dan Ahmadi, A. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Supriyadi. 2003. Fisika dan Konsep Sains Terpakai Dalam Konteks Kompetensi
Model Pembelajaran dan Portofolio. Yogyakarta: Tempel Sari Books
Company Media Group.
Syaiful, D. B., & Zain, A. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Paradigma Pendidikan BSNP. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad
XXI. Jakarta: BSNP.
Trianto. 2007. Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik . Jakarta: Prestasi Pustaka
Warimun. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Pada Pembelajaran Topik Optika Pada Mahasiswa Pendidikan Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika