• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN PEMAHAMAN KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN PEMAHAMAN KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN PEMAHAMAN KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR

FISIKA SISWA SMA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

APRIANI SIJABAT NIM 8136176004

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ii

ABSTRAK

APRIANI SIJABAT (NIM: 8136176004). Pengaruh Model Pembelajaran

Problem Solving dan Pemahaman konsep Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.

Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil belajar fisika siswa pada model pembelajaran problem solving dan pembelajaran konvensional, menganalisis hasil

belajar siswa antara siswa yang memiliki pemahaman konsep tinggi dan siswa yang memiliki pemahaman konsep rendah, serta interaksi antara model pembelajaran dengan pemahaman konsep terhadap hasil belajar fisika siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimen. Pemilihan sampel dilakukan

dengan teknik cluster random class sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama

diajarkan dengan model pembelajaran problem solving dan kelas kedua dengan

pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes hasil belajar dan tes pemahaman konsep. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan anava dua jalur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran problem solving lebih baik dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional, hasil belajar fisika siswa dengan pemahaman konsep tinggi menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada siswa dengan pemahaman konsep rendah, serta terdapat interaksi antara model pembelajaran problem solving dan pemahaman konsep terhadap hasil belajar fisika siswa.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Problem Solving, Hasil belajar, Pemahaman

(6)

iii

ABSTRACT

APRIANI SIJABAT (NIM: 8136176004). The Effect of Problem Solving Model and Understanding The Concept on Learning Outcomes Physics of Students . Thesis. Medan: Graduate Program, State University of Medan, 2016.

This research aims to analyze the students’ learning outcomes in problem solving model and conventional learning, analyze the student’s learning outcomes between the students who have understanding the concept above the average and the students who have understanding below the average, and also analyze the interaction between the learning model and the understanding concept on the students’ learning outcomes physics of students.

This research is quasi experiment. Sample selection was done by using random class technique twice, where the first class was taught problem solving model while the second class was taught conventional learning. The instrument which was used consisted of the tests of problem solving ability and test of understanding the concept. The data in this research was analyzed by using two way anova.

The result of this research showed that the student’s learning outcomes who was taught problem solving model was better than the student’s problem solving ability who was taught conventional, the student’s learning outcome with understanding the concept above the average showed a better result than the students with understanding the concept below the average, and there was an interaction between problem solving model and understanding the concept on the student’s learning outcomes physics of students.

(7)

vi

2.1.2. Model Pembelajaran Problem Solving ... 18

2.1.2.1 Sintaks Model pembelajaran Problem Solving ... 18

2.1.2.2 Sistem Sosial model Pembelajaran Problem solving ... 23

2.1.2.3. Prinsip reaksi ... 24

2.1.2.4. Sistem pendukung ... 25

2.1.3.5. Dampak pembelajaran dan dampak pengiring ... 25

2.1.3. Teori Belajar Yang Melandasi problem solving ... 27

2.1.3.1. Teori pembelajaran Bruner ... 27

2.1.3.1. Teori pembelajaran Vygottsky ... 29

2.1.4. Model pembelajaran Konvensional ... 31

2.1.5. Pemahaman Konsep ... 32

2.1.6. Hasil Belajar ... 41

2.1.7. Penelitian yang Relevan ... 45

2.2. Kerangka Konseptual ... 46

(8)

vii

2.2.2. Perbedaan hasil belajar fisika siswa yang memiliki

pemahaman konsep tinggi dan yang memiliki pemahaman

konsep rendah ... 50

2.2.3. Ada interaksi Antara Model problem solving dan pemahaman konsep terhadap hasil belajar ... 50

3.7.2. Validitas Predektif ... 62

3.7.2 Reliabilitas Tes ... 64

4.1.1.1. Deskripsi data Pretes Hasil Belajar Siswa ... 71

4.1.1.2. Deskripsi data Postes Hasil Belajar siswa ... 71

4.1.2. Data Pemahaman Konsep ... 89

4.1.3. Analisis Hasil Penelitian ... 77

4.1.3.1. Data Hasil Belajar fisika siswa ... 78

4.1.3.2. Data Hasil Belajar fisika siswa Berdasarkan Tingkat Pemahaman Konsep Pada Kelas Sampel ... 80

4.1.3.3. Data hasil belajar fisika siswa Berdasarkan Tingkat Pemahaman Konsep Gabungan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 81

4.1.4. Pengujian Hipotesis ... 82

(9)

viii

model Pembelajaran Problem Solving dengan Pembelajaran

Konvensional ... 91

4.2.2. Perbedaan hasil belajar fisika Siswa yang mempunyai pemahaman konsep tinggi dengan siswa yang mempunyai pemahaman konsep rendah ... 94

4.2.3. Terjadi Interaksi Antara Model Pembelajaran Problem solving dan pembelajaran konvensional dengan pemahaman konsep Terhadap hasil belajar fisika Siswa ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

5.1 Kesimpulan ... 99

5.2 Saran ... 99

(10)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Data Nilai Rata-rata Pelajaran Fisika Kelas X 4

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 33

Tabel 3.2. Desain Analisis ANAVA 2x2 33

Tabel 3.3. Spesifikasi Tes Hasil Belajar 38

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa 39

Tabel 3.5. Uji Validitas Tes 44

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, dengan

demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk

berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Dalam pengertian yang lebih luas,

“pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode

tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara

bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan” (Syah, 2008). Pendidikan formal

merupakan salah satu wahana yang berperan dalam meningkatkan kualitas sumber

daya manusia. Pendidikan Nasional Indonesia abad 21 bertujuan untuk

mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera

dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain

dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber

daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan

berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya (BSNP, 2010). Tujuan

pendidikan ini pada hakikatnya sejalan dengan tujuan dan fungsi pendidikan

nasional pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, namun dengan penekanan

yang lebih dalam pada pembentukan sumber daya manusia yang siap menghadapi

(12)

2

Ironisnya, setelah satu dekade abad 21 berjalan, Indonesia sebagai negara

berkembang dengan jumlah penduduk mencapai 240 juta jiwa, dengan laju

pertumbuhan penduduk (LPP) mencapai 1,49 persen per tahun, masih

menunjukkan kualitas sumber daya manusia yang sangat rendah. Hal ini

ditunjukkan dari data UNDP pada bulan maret 2013 dalam bentuk Human

Development Index (HDI) atau Index Pembangunan Manusia. HDI mengukur

indeks tiga dimensi dari tiga dimensi pembangunan manusia yaitu, panjangnya

usia, pengetahuan, dan standar hidup yang layak, yang menempatkan Indonesia

pada urutan ke 121 dari 185 negara pada tahun 2012 (Purba, 2013). Rendahnya

dimensi pengetahuan HDI Indonesia ditunjukan hasil riset yang dilakukan oleh

Education for All (EFA) Global Monitoring Report 2010 yang dikeluarkan oleh

UNESCO menunjukkan bahwa indeks pembangunan pendidikan atau Education

Development Index (EDI) Indonesia berada pada peringkat ke 65 dari 128 negara

dengan nilai indeks pengembangan pendidikan sebesar 0,947 dengan kategori

indeks pengembangan pendidikan menengah (EFA, 2010), dan tahun 2011

peringkat Indonesia turun keperingkat 69 dari 127 negara yang disurvei dengan

nilai indeks pengembangan pendidikan sebesar 0,934 (EFA, 2011).

Rendahnya kualitas pendidikan dan sumber daya manusia Indonesia juga

ditunjukkan oleh berbagai riset dan survei internasional yang melibatkan

Indonesia. Indonesia juga mengikuti survei internasional mengenai kemampuan

kognitif dan literasi sains siswa yaitu TIMSS dan PISA yang diadakan oleh IEA

(13)

berturut-3

turut 427 dan 397 dengan nilai rata-rata internasional yaitu 500 (Efendi, 2011).

Sedangkan skor hasil literasi sains PISA yang diadakan pada tahun 2009 dan

2012 berturut-turut adalah 383 dan 382 dengan nilai rata-rata internasional 500

dan 501.

Berdasarkan data persentase rata-rata jawaban benar untuk konten sains

dan domain kognitif khususnya fisika pada riset TIMSS, persentase jawaban

benar pada soal pemahaman selalu lebih tinggi dibandingkan dengan persentase

jawaban benar pada soal penerapan dan penalaran. Dari data dua survei TIMSS

terakhir yakni tahun 2007 dan 2011, rata-rata siswa menjawab benar pada ranah

knowing (mengetahui) sebesar 39% pada tahun 2007 dan 36% pada tahun 2011,

menjawab benar ranah applying (menerapkan) sebesar 28% pada tahun 2007 dan

27% pada tahun 2011, serta persentase menjawab benar ranah reasoning

(penalaran) sebesar 24% pada tahun 2007 dan 20% pada tahun 2011.

( Martin, 2012) .

Dari uraian di atas tampak bahwa nilai fisika siswa Indonesia pada TIMSS

mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Jika ditinjau dari aspek pemahaman,

penerapan, dan penalaran dalam ranah kemampuan kognitif seperti yang

diterapkan pada TIMSS, hal ini digunakan untuk menunjukkan profil hasil belajar

dan kemampuan berpikir siswa negara pesertanya. Dari ketiga aspek tersebut,

aspek reasoning (menalar) yang merupakan ciri kemampuan berpikir tingkat

tinggi taksonomi Bloom mengalami penurunan tertinggi yaitu 4%, sedangkan

(14)

4

Bloom yaitu knowing (mengetahui) dan applying (mengaplikasikan)

masing-masing mengalami penurunan 3% dan 1%. Hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan pemecahan masalah siswa rendah.

Kenyataan di lapangan pembelajaran fisika hanya mendorong siswa untuk

menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika

menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep

tersebut (Trianto, 2009). Lebih jauh lagi, siswa kurang mampu memahami dan

mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah serta menentukan solusi-solusi

untuk menyelesaikan masalah atau situasi baru yang dihadapi. Hal ini yang

menjadikan sumber daya manusia Indonesia hanya “sedikit” yang berperan

sebagai garda terdepan dalam dunia industri dengan pemikiran yang kritis dan

inovatif, sedangkan sisanya hanya berperan sebagai buruh, pekerjaan yang tidak

membutuhkan pemikiran mendalam.

Hasil wawancara tidak terstruktur yang dilakukan pada guru fisika di SMA

Swasta Assisi Siantar, pada kegiatan studi pendahuluan menunjukkan fakta yang

sama. Bapak Simamora, S.Pd selaku guru fisika mengatakan bahwa siswa saat ini

mudah menyerah dengan permasalahan-permasalahan yang diberikan apabila

berbeda dengan contoh soal yang ada di buku ataupun contoh soal yang telah

diberikan oleh guru. Hal ini sangat jauh berbeda dengan siswa beberapa tahun

sebelumnya yang menunjukkan antusisme yang tinggi ketika diberikan masalah.

Maka dari keseluruhan data yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan

(15)

5

pemahaman konsep yang menyebabkan kemampuan pemecahan masalah yang

juga rendah. Konsep Taksonomi Bloom mengklasifikasikan ranah kognitif

menjadi 6 level, yaitu “knowledge” (pengetahuan), “comprehension

(pemahaman), “application” (penerapan), “analysis” (penguraian), “synthesis

(pemaduan), dan “evaluation” (penilaian), ( Anderson, 2010). Dari hasil

observasi, maka penulis menyimpulkan bahwa kemampuan anak masih berada

pada level C1-C3, sehingga kemampuan dalam memecahkan masalah fisika masih

sangat rendah. Fakta berikutnya yang sering ditemukan adalah guru cenderung

memindahkan pengetahuan yang dimiliki ke pikiran siswa, mementingkan hasil

dari pada proses, mengajarkan secara urut halaman per halaman tanpa membahas

keterkaitan antara konsep-konsep atau masalah.

Rendahnya pemahaman konsep dan pemecahan masalah tersebut adalah

suatu hal yang wajar dimana fakta di lapangan menunjukkan proses pembelajaran

yang terjadi masih konvensional dan berpusat pada guru dan siswa hanya pasif,

kurang ada respon berupa pertanyaan maupun argumen ataupun minta penjelasan

ulang. Siswa lebih sering hanya diberikan rumus-rumus yang siap pakai tanpa

memahami makna dari rumus-rumus tersebut. Siswa sudah terbiasa menjawab

pertanyaan dengan prosedur rutin, sehingga ketika diberikan masalah yang sedikit

berbeda maka siswa akan kebingungan. (Trianto, 2007)

Penguasaan konsep yang baik sebagai sesuatu yang bermakna, karena hal

tersebut sebenarnya lebih dari hanya sekedar menghafal, yaitu membutuhkan

(16)

6

dengan yang sedang dipelajari di dalam kelas. Belajar bermakna maksudnya, di

samping materi yang disajikan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa, juga

harus relevan dengan struktur kognitif siswa, sehingga materi harus dikaitkan

dengan konsep-konsep (pengetahuan) yang telah dimiliki siswa dan dikaitkan

dengan bidang lain atau kehidupan sehari-hari siswa. Proses belajar seperti ini

akan lebih bermakna sehingga konsep dasar dari ilmu ini tidak akan cepat hilang.

Agar pembelajaran lebih optimal, model pembelajaran dan media pembelajaran

harus efektif dan selektif sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan di dalam

meningkatkan hasil belajar siswa. ( Dahar, 1989).

Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan

kognitif siswa adalah guru. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh

Slameto (2003) yaitu, guru memegang peranan penting dalam peningkatan

kualitas siswa dalam belajar siswa dan guru harus benar-benar memperhatikan,

memikirkan dan sekaligus merencakan proses belajar mengajar yang menarik bagi

siswa, agar siswa berminat dan semangat belajar dan mau terlibat dalam proses

belajar mengajar, sehingga pengajaran tersebut menjadi efektif. Dalam upaya

meningkatkan kualitas pendidikan, maka diperlukan berbagai terobosan, baik

dalam pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan pemenuhan sarana

dan prasarana pendidikan agar siswa tertarik dan tertantang untuk belajar.

Untuk menyelesaikan permasalahan ini, diperlukan suatu jalan keluar

dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

(17)

7

cocok digunakan dalam pembelajaran fisika yaitu model pembelajaran problem

solving. Model pemebelajaran Problem solving adalah upaya individu atau

kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pemahaman yang telah

dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah

(Krulik , 1996). Jadi aktivitas Problem solving diawali dengan konfrontasi dan

berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah.

Pembelajaran Problem solving menjadi sangat penting, karena dalam belajar,

peserta didik cepat lupa jika hanya dijelaskan secara lisan, mereka ingat jika

diberikan contoh, dan memahami jika diberikan kesempatan mencoba

menyelesaikan masalah. Gagasan pembelajaran untuk pemahaman dan Problem

solving tersebut sangat ditentukan oleh lingkungan belajar tempat para siswa

untuk melakukan interaksi akademik dalam membangun pengetahuan.

( Polya,1985).

Telah dilakukan beberapa penelitian di kalangan para para pendidik

tentang model pembelajaran Problem solving. Hasil penelitian Anissa (2015),

Khariati (2015), Doyan (2014), Subratha (2014), Gentur (2015), kelimanya

menyatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol dalam hal prestasi setelah diimplikasikan

pembelajaran Problem solving.

Melalui model ini di harapkan peserta didik dapat membangun

pemahamannya sendiri tentang realita alam dan ilmu pengetahuan dengan cara

(18)

8

peserta didik di fasilitasi untuk menerapkan their existing knowledge melalui

Problem solving, pengambilan keputusan, dan mendesain penemuan. Para siswa

di tuntut untuk berfikir dan bertindak kreatif dan kritis. Mereka dilibatkan dalam

melakukan eksplorasi situasi baru, dalam mempertimbangkan dan merespon

permasalahannya secara realistis. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan,

maka diperlukan berbagai terobosan, baik dalam penembangan kurikulum, inivasi

pemebelajaran, dan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan agar siswa

tertarik dan tertantang untuk belajar. Menyikapi masalah diatas, perlu adanya

upaya yang dilakukan guru untuk menggunakan startaegi mengajar yang membuat

siswa lebih tertarik pada pelajaran Fisika.

Berdasarkan pokok-pokok pikiran diatas, penulis mengajukan sebuah

penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving dan

Pemahaman Konsep Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka permasalahan yang

dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan fisika siswa masih rendah, yaitu berada level C1-C3

2. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa

3. Rendahnya hasil belajar fisika siswa .

4. Proses belajar masih bersifat konvensional dan berpusat pada guru,

(19)

9

1.3. Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup masalah serta keterbatasan waktu, dana,

dan kemampuan peneliti maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Pemahaman konsep fisika siswa

2. Hasil belajar fisika siswa

3. Model Pembelajaran Problem Solving

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah diatas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa menggunakan model

pembelajaran Problem solving dengan model pembelajaran Konvensional?

2. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa pada kelompok siswa

yang memiliki pemahaman konsep tinggi dan kelompok siswa pemahaman

konsep yang rendah ?

3. Apakah ada interaksi antara model membelajaran Problem solving dan

model pembelajaran Konvensional dengan pemahaman konsep terhadap

(20)

10

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar Fisika siswa menggunakan

model pembelajaran Problem solving dengan model pembelajaran

Konvensional.

2. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar fisika siswa pada kelompok

siswa yang memiliki pemahaman konsep yang tinggi dan pemahaman

konsep yang rendah.

3. Untuk menganalisis interaksi antara model membelajaran Problem solving

dan model pembelajaran Konvensional dengan pemahaman konsep

terhadap hasil belajar fisika siswa.

1.6Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas dapat diperoleh manfaat

penelitian sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

Penelitian ini bermanfaat untuk :

a. Mengungkap secara jelas adanya pengaruh Model Pembelajaran Problem

solving terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika siswa.

b. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru-guru SMA agar

lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan pemahaman

(21)

11

c. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru-guru di SMA

Swasta Assisi Siantar, agar menggunakan Model Pembelajaran Problem

solving untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan

pemecahan masalah fisika siswa.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam usaha penelitian lanjutan

dengan melibatkan lebih lengkap komponen model-model pembelajaran yang lain

untuk mengungkap dan membuktikan secara empirik model pembelajaran

Problem solving masih lebih unggul jika dibandingkan dengan Model

Pembelajaran yang lain.

Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi para

peneliti berikutnya yang melakukan penelitian yang sejenis.

1.7Definisi Operasional

Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan

penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan

definisi operasional:

1. Pemahaman konsep adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa

mampu memahami arti dari konsep, situasi, serta fakta yang

(22)

12

Proses – proses kognitif dalam kategori pemahaman konsep meliputi

menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum,

menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan. (Anderson et al, 2010).

2. Model pembelajaran Problem solving adalah merupakan salah satu model

yang membentuk siswa melakukan pemecahan masalah secara kreatif,

aktif dan menghargai keragaman berpikir yang mungkin timbul selama

proses pemecahan masalah( Sudjana, 2000).

3. Hasil belajar adalah penguasaan produk fisika yang mengacu pada

perubahan kemampuan bidang kognitif yang mencakup dimensi

pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif) dan

dimensi proses kognitif (mengingat, memahami, menerapkan,

menganalisis, mengevaluasi dan mencipta) yang dicapai siswa sebagai

hasil dari proses pembelajaran fisika yang ditempuh selama kurun waktu

tertentu berdasarkan tujuan pembelajaran yang ditetapkan (Anderson dan

(23)

99 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan pada bab sebelumnya,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada perbedaan hasil belajar Fisika yang menggunakan model

pembelajaran Problem Solving dan model pembelajaran konvensional,

dimana siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Solving

memperoleh hasil belajar fisika yang lebih baik dibandingkan dengan

model pembelajaran konvensional.

2. Hasil belajar fisika siswa yang mempunyai pemahaman konsep tinggi

lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai pemahaman konsep

rendah.

3. Terdapat interaksi yang baik antara model pembelajaran dan pemahaman

konsep dalam mempengaruhi hasil belajar Fisika siswa.

5.2Saran

Setelah melakukan penelitian, pengolahan, serta interpretasi data, peneliti

menyarankan :

1. Peneliti selanjutnya menggunakan sampel yang lebih banyak karena

sampel yang digunakan dalam penelitian ini jumlahnya relatif sedikit

sehingga belum bisa mewakili semua siswa kelas X. Sampel yang

hanya terdiri dari satu sekolah kurang optimal untuk menggambarkan

hasil belajar siswa, baik dibelajarkan dengan model pembelajaran

Problem Solving dan dibelajarkan dengan model pembelajaran

(24)

100

2. Peneliti selanjutnya menggunakan jangka waktu penelitian lebih lama

karena waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran baik

dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Solving dan

dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional masih sangat

sangat kurang, sebab disesuaikan dengan jadwal sekolah yang

bersangkutan.

3. Peneliti selanjutnya lebih kreatif dalam mengkonsep materi pelajaran

yang akan dibagikan kepada siswa. Konsep yang diberikan kepada

siswa harus mampu menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih

termotivasi untuk mudah memahami materi pelajaran nantinya.

4. Peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik yang sama diharapkan

(25)

101

DAFTAR PUSTAKA

Alacac, C. 2010. Solving A Stability Problem By Polya’s Four Steps,

International Jourrnal Of Electronics Mechanical And Mechatronics

Engineering. Volume 1. No. 1 pp (19-28)

Arends, R. 2008. Learning To Teach. Terjemahan Soetjipto. Yogjakarta : Pustaka Belajar.

Arikunto, S. 2009. Dasar–Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dahar, R. W. 2011. Teori – Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga

Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Grasindo

Handika, J. 2012. Efektivitas Mrdia Pembelajaran IM3 Diitinjau Dari Motivasi Belajar. Junal Pendidikan IPA Indonesia. JPII (2) (2012) 109-114

Issi, A. 2015. Pemecahan Masalah Dinamika Partikel Melalui Strategi Problem

Solving –Conflict Map Untuk Meningkatkan Konseptual siswa. Jurnal

Pendidikan Fisika

Joyce, B., Weil, M. & Calhoun, E. 2009. Models of Teaching (8th ed.). Model-Model

Pengajaran (Terjemahan Achmad Fawai & Ateilla Mirza). Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Kanginan, M. 2007. Fisika untuk SMA Kelas X Semester I. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Martin, M.O., Mullis I.V.S., dkk. 2012. TIMSS 2011 International Results in

Science. Chestnut Hill: TIMSS & PIRLS International Study Center

Martin, M. W. 2008. Creativity, Ethics And Excellence In Science. New York: Lexington Books.

Mudjiono dan Dimyanti. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Reneka Cipta.

Polya, G. 1985. On Solving Mathematical Problem In High School, dalam Kulik Stephan & Ray’s Robert E (eds) Problem Solving In School Mathematic. Reston-Virginia. NCTM

Purba. S. L. 2013. Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Guna

Meningkatkan Daya Saing Bangsa dalam Rangka Ketahanan Nasional.

(26)

102

Rawzis, K. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berorientasi problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil belajar Ranah kognitif Dan

Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Materi Suhu dan Kalor. Jurnal

Pendidikan Fisika

Rusman. 2011, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana.

Rojas. S. 2010. On the Teaching and Learning of Physics Problem Solving.

Revista Mexicana De Fisica 56 (1) 22-28

Sagala. 2005, Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya,W. 2008. Strategi Pembelajaran. Bandung : Kencana Prenada Media Group

Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Subratha, N. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif dan Strategi Pemecahan Masalah (Problem Solving) Untuk meningkatkan Hasil Belajar

Siswa. Kelas VIIC SMP Negeri Sukasada, Penelitian dan Pengembangan,

(Online), vo 1 No. 2,

Sudjana, N. 2000. Penilaian Proses Dan Hasil Belajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sujarwata. 2009. Peningkatan Hasil Belajar Elektronika Dasar II Melalui Pembelajaran Model Problem Solving Laboratory. Jurnal pendidikan Fisika Indonesia

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suprianto, W., dan Ahmadi, A. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Supriyadi. 2003. Fisika dan Konsep Sains Terpakai Dalam Konteks Kompetensi

Model Pembelajaran dan Portofolio. Yogyakarta: Tempel Sari Books

Company Media Group.

Syaiful, D. B., & Zain, A. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Paradigma Pendidikan BSNP. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad

XXI. Jakarta: BSNP.

Trianto. 2007. Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik . Jakarta: Prestasi Pustaka

Warimun. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Pada Pembelajaran Topik Optika Pada Mahasiswa Pendidikan Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika

Gambar

Tabel 1.1.  Data Nilai Rata-rata Pelajaran Fisika Kelas X Tabel 3.1.  Rancangan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Objektif kajian ini adalah untuk mengenal pasti pengaruh penggunaan bahasa Jawa oleh golongan muda serta membincangkan fenomena percampuran kod bahasa Jawa dan bahasa Melayu

Moreover, the instrument in this study consists of twenty-eight (28) point statements; six points for portfolio performance variable (X1), three points for the

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui strategi komunikasi pemasaran yang diterapkan oleh Radio Smart FM Makassar dalam meningkatkan jumlah pengiklan; (2)

2. Mengoptimalkan pengelolaan Zakat, infaq dan sedekah yang Amanah, profesional dan terpercaya. Meningkatkan posisi mustahiq menjadi muzakki. Membantu pemerintah daerah

[r]

adalah suatu cara yang digunakan untuk membantu kita membuat dan menjual barang dan jasa yang. sesuai dengan kondisi perusahaan dan pasar target

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Karunia- Nya, serta salam dan shalawat atas Nabi Muhammad SAW, sehingga Skripsi dengan judul “

Dalam bahasan ini penulis mencoba mengkomparasikan antara beberapa pendapat para pakar yang mengatakan bahwa Islam adalah agama dan negara dengan yang mengatakan Islam merupakan