• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR

FISIKA SISWA SMA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

GRACE DENNYS HUTABARAT NIM 8116176006

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Grace Dennys Hutabarat. Efek Model Pembelajaran Problem Solving Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa antara model pembelajaran Problem solving berbasis eksperimen dan model pembelajaran ekspositori. (2) Mengetahui hasil belajar fisika antara siswa yang mempunyai motivasi belajar di atas rata dan motivasi belajar dibawah rata-rata. (3) Mengetahui interaksi antara model pembelajaran Problem solving dengan model pembelajaran ekspositori dan motivasi dalam meningkatkan hasil belajar. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Sidamanik Semester II T.P 2012/2013. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas dengan jumlah sampel 75 orang yang ditentukan dengan cluster random sampling, yaitu X-1 sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Problem solving berbasis eksperimen sebanyak 38 orang dan X-2 sebagai kelas kontrol menggunakan model pembelajaran ekspositori sebanyak 37 orang. Instrumen penelitian berupa tes hasil belajar dan angket motivasi. Uji persyaratan telah dilakukan berupa normalitas dan homogenitas, yang diperoleh hasil bahwa data normal dan homogen. Hipotesis dianalisis dengan bantuan SPSS 17.0 for windows pada taraf signifikan 0,05. Berdasarkan analisis data dan uji hipotesis yang dilakukan diperoleh bahwa : (1) Model pembelajaran Problem solving berbasis eksperimen lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa daripada model pembelajaran ekspositori. (2) Hasil belajar fisika siswa yang mempunyai motivasi belajar di atas rata-rata lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar dibawah rata-rata. (3) Ada interaksi antara model pembelajaran Problem solving dengan model pembelajaran ekspositori dan motivasi dalam meningkatkan hasil belajar.

(6)

ABSTRACT

Grace Dennys Hutabarat. The Effect Of the Problem Solving Learning Model and Learning Motivasi on Learning Outcomes Physics of Students SMA. Thesis. Medan : Physics Education Studies Graduate Program, State University of Medan, 2013.

This research aimed to (1) find out difference the students physics achievement among the Problem solving learning model based on the eksperiment and learning model ekspository, (2) to figure out the learning outcome physics of students between the students of high learning motivation with those who had low learning motivation, (3) to figure the interaction between using of Problem solving learning with the motivation to improve the learning outcome physics of students. This research used a quasi experiment with 2x2 factorial design. The population of this research was the students of second semester of grade X SMA N 1 Sidamanik academic year 2012 /2013. The samples of this research were two classes, consisted of 75 students in which determined by using cluster random sampling, the first was grade X-1, as the eksperimental class used the Problem solving learning model based eksperiment which consisted of 38 student and the second was grade X-2 as control class used the ekspository which consisted of 37 students. The requirements of test had been carried out by using normality and homogenity tests, and it was figured out that the data were normal and homogenous. The hypotheses were analyzed by using SPSS 17.0 for windows with 0.05 level of significance. The results of this research by using the data analysis and testing of hypotheses were : (1) the Problem solving learning model based on the eksperiment was better than that ekspository learning model in improving the learning outcome physics of students, (2) the student of high learning motivation was better than those who had the low learning motivation, (3) The interaction between using of the Problem solving learning model based on the eksperiment with ekspository learning model and motivation to improve learning outcome physics of student.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang memberikan kekuatan kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Tesis yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Problem Solving dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA”, disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di Progran Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd sebagai Direktur Program

Pascasarjana UNIMED dan para Asisten Direktur, Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika dan para staf administrasi Program Pasca Sarjana yang telah memberikan bantuan kepada penulis untuk kelancaran studi dan penyelesaian tesis ini.

2. Bapak Dr. Ridwan A. Sani,, M.Si. sebagai pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, saran serta motivasi kepada penulis sejak awal rencana penelitian sampai selesainya penyusunan tesis ini.

3. Bapak Prof. Motlan, M.Sc., Ph.D penguji I, Ibu Dr. Derliana, M.Si sebagai penguji II dan Dr. Nurdin Bukit, M.Si sebagai penguji III, yang telah memberikan saran dan masukan mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan tesis ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis.

5. Bapak Drs. Eden Purba, M.pd sebagai kepala sekolah SMA Negeri 1 Sidamanik, Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sidamanik dan Ibu SN

(8)

6. Teristimewa Ayahanda B. Hutabarat dan Ibunda N. Saragih S.Pd yang terus memberikan dukungan baik moril maupun materil, doa, motivasi serta kasih sayang yang tak pernah henti dalam menyelesaikan studi di Unimed.

7. Kakak Renida Jilly Hutabarat Amkeb dan adik Reinhard Hutabarat serta sanak keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam menyelesaikan tesis.

8. Rekan seperjuangan angkatan ke II Tahun ajaran 2011 Prodi Fisika yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang senantiasa membantu dan mendukung untuk tetap semangat menyelesaikan studi dan tesis ini.

9. Sahabat-sahabat terdekat yang tidak bisa di sebut satupersatu yang senantiasa membantu dan mendukung untuk tetap semangat kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga isi tesis ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, Juli 2013

Penulis,

Grace Dennys Hutabarat NIM. 8116176006

(9)

DAFTAR ISI

2.1.2. Model Pembelajaran Problem Solving 13 2.1.2.1. Teori Belajar Yang Melandasi Problem Solving 16

2.1.2.2. Metode Eksperimen 18

2.1.3 Model Pembelajaran Ekspositori 20

2.1.4. Motivasi Belajar 21

2.1.5. Hasil Belajar 23

2.1.5.1. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 25

2.1.5.2 Penelitian Relevan 26

2.2. Kerangka Konseptual 28

2.3. Hipotesis 31

BAB III METODE PENELITIAN 32

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 32

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 32

3.3. Variabel Penelitian 32

3.4 Jenis dan DesainPenelitian 32

3.5. Prosedur Penelitian 35

3.6. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen 37

3.6.1 Instrumen Tes Hasil Belajar 37

3.6.2. Instrumen Motivasi Belajar 38

3.7. Alat Pengumpul Data 39

(10)

3.7.2. Validitas Isi 41

3.7.3. Reliabilitas Tes 41

3.7.4. Tingkat Kesukaran Tes 42

3.7.5. Daya Pembeda Soal 43

3.8. Hasil Uji Coba Instrumen 43

3.8.1. Validitas Tes 43

3.8.2. Reliabilitas Tes 45

3.9. Teknik Analisis Data 45

3.9.1. Menghitung Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku 45

3.9.2. Uji Normalitas 47

3.9.3 Uji Homogenitas 47

3.9.4. Uji Hipotesis 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 49

4.1. Hasil Penelitian 49

4.1.1 . Deskripsi Hasil Penelitian 50

4.1.1.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Tes 50

4.1.1.2. Tingkat Kesukaran Tes 50

4.1.1.3. Daya Pembeda Tes 50

4.1.2. Deskripsi Data 51

4.2. Analisis Psikomotorik Siswa 61

4.3. Pengujian Hipotesis 62

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian 73

4.5. Temuan Penelitian 78

4.6. Keterbatasan Penelitian 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 80

5.1 Kesimpulan 80

5.2 Saran 80

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Data Nilai Rata-rata Pelajaran Fisika Kelas X 4 Tabel 1.2 Data Model dan Metode Pembelajaran Fisika 5

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 33

Tabel 3.2. Desain Analisis ANAVA 2x2 33

Tabel 3.3. Spesifikasi Tes Hasil Belajar 38

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa 39

Tabel 3.5. Uji Validitas Tes 44

Tabel 3.6. Statistik Reliabilitas 45

Tabel 4.1. Data Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51 Tabel 4.2. Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rerata dan

Simpangan Baku Pretes 52

Tabel 4.3. Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52 Tabel 4.4. Homogenitas Dua Varians Tes Awal (Pretes) Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol 53

Tabel 4.5. Uji-t Tes Awal Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol 55 Tabel 4.6. Data Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Tabel 4.7. Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rerata dan

Simpangan Baku Pretes 55

Tabel 4.8. Normalitas Distribusi Postes Kelas Eksperimen Dan

Kelas Kontrol 56

Tabel 4.9. Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Postes) Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol 57

Tabel 4.10. Data Motivasi Belajar Fisika Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen 58

Tabel 4.11. Data Tingkat Motivasi Diatas Rata-rata dan Dibawah

Rata-rata Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 59 Tabel 4.12. Uji Normalitas Motivasi Untuk Kelas Eksperimen

dan Kontrol 60

Tabel 4.13. Uji Normalitas Motivasi Untuk Kelas Eksperimen

dan Kontrol 60

Tabel 4.14. Data Nilai Psikomotorik Siswa Kelas Eksperimen

dan Kontrol 61

Tabel 4.15. Nilai Rata-rata Psikomotorik Siswa Kelas Ekspositori

dan Problem Solving 61

Tabel 4.16. Rangkuman Hasil Data Penelitian 63

Tabel 4.17. Data Tingkat Motivasi dan Hasil Belajar Fisika 64

Tabel 4.18. Statistik Deskriptif Anava 64

Tabel 4.19. Tabel ANAVA Faktorial 2x2 66

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Skema Pelaksanaan Penelitian 36

Gambar 4.1. Grafik Nilai Rata-rata Psikomotorik Siswa Kelas

Ekspositori dan Problem Solving 62

Gambar 4.2. Diagram Batang Perbandingan Hasil Pretes dan Postes Model Pembelajaran Ekspositori Dengan Model

Pembelajaran Problem Solving Berbasis Eksperimen 67 Gambar 4.3. Pola Garis Interaksi antara Model Pembelajaran dan

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Analisis Varians 85

Lampiran 2 Silabus 87

Lampiran 3 Bahan Ajar 89

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 125

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa 164

Lampiran 6 Instrumen Penelitian Test Prestasi Belajar 173 Lampiran 7 Instrumen Penelitian Angket Motivasi Belajar Fisika 183 Lampiran 8 Sebaran Data Uji Coba Tes Hasil Belajar 185

Lampiran 9 Uji Validitas Tes 186

Lampiran 10 Tingkat Kesukaran Dan Daya Beda Tes Hasil Belajar 188 Lampiran 11 Sebaran DataUji Coba Angket Motivasi 190

Lampiran 12 Uji Validitas Angket Motivasi 191

Lampiran 13 Daftar Nama Siswa 192

Lampiran 14 Data PreTes dan Data PosTes Penilain 194 Lampiran 15 Deskriptif Statistik Data Penelitian 195

Lampiran 16 Uji ANOVA 199

Lampiran 17 Uji Scheff (Post_Hoc) 200

Lampiran 18 Pola Garis Interaksi 201

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas,

damai, terbuka dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Kemajuan suatu bangsa dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia.

Pendidikan merupakan proses kegiatan pembentukan sikap kepribadian dan keterampilan manusia dalam menghadapi manusia masa depan. Dalam proses pembentukan sikap, kepribadian dan keterampilan terjadi kegiatan belajar. Menurut Indramunawar mengatakan bahwa makna dan tujuan pendidikan itu adalah Hilfe Zur Selbsthilfe, artinya pertolongan untuk pertolongan diri. Perubahan–perubahan itu menunjukkan suatu proses yang harus dilalui. Tanpa proses itu tujuan tidak dapat tercapai. Proses yang dimaksud itu adalah proses pendidikan dan pengajaran.

Bruner (Ibrahim, 2000) menyatakan bahwa dalam pengajaran berdasarkan aktivitas di harapkan siswa-siswa menggunakan pengalaman dan observasi langsung untuk memperoleh informasi dan menyelesaikan masalah-masalah ilmiah. Guru tidak saja sebagai penyaji informasi, tetapi juga sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi. Tujuannya antara lain untuk mencapai ketuntasan belajar pada setiap materi (Sujana, 2000). Kewajiban sebagai

(15)

Pada saat sekarang proses pembelajaran diharapkan dilakukan berpusat pada siswa (student centered), dimana guru lebih berperan sebagai pendamping dan fasilitator. Pada kenyataannya banyak guru yang tidak mengetahui bagaimana memegang peran yang baru tersebut, untuk mengatasi hambatan peralihan peran teresbut, langkah yang harus dilakukan guru adalah mengurangi hal-hal yang biasa dilakukan seperti: ceramah, mengorganisasikan materi pelajaran, membuat

contoh, menjawab pertanyaan, dan merangkum diskusi. Proses belajar tersebut diharapkan dapat melibatkan pribadi secara keseluruhan, perasaan, pemikiran, tujuan, keterampilan sosial, dan intuisi, sehingga menghasilkan seseorang yang termotivasi untuk menjadi pelajar seumur hidup, siswa yang memahami dan menerima kemampuannya sendiri dan menghargai kemampuan orang lain (Doyle, 2006).

Mata pelajaran Fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun

sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan

deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam

sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan

matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap

percaya diri.

Umumnya mata pelajaran Fisika dirasakan sulit oleh peserta didik, karena sebagian besar peserta didik belum mampu menghubungkan antara materi yang dipelajari dengan pengetahuan yang digunakan. Selain itu, penggunaan sistem pembelajaran yang tradisional yaitu peserta didik hanya diberi pengetahuan secara lisan (ceramah) sehingga peserta didik menerima pengetahuan secara abstrak (hanya membayangkan) tanpa mengalami sendiri. Pembelajaran Fisika yang

hanya menghafal persamaan saja tanpa memperhatikan konsepnya juga menyebabkan permasalahan kesulitan dalam pembelajaran. Dari penghafalan

(16)

bagaimana pesan pembelajaran di dalam bahan ajar itu, bukan semata-mata pada hasil belajar.

Menurut Mundilarto, mengatakan bahwa Fisika yang sebenarnya mudah dipelajari berubah menjadi mata pelajaran yang sulit dipahami dan tidak disenangi sebagian besar siswa. Itu bisa terjadi karena guru tidak menggunakan pendekatan atau strategi pembelajaran yang tepat. Secara umum, rendahnya rata-rata

perolehan nilai pada mata pelajaran Fisika mengindikasikan proses pembelajarannya belum dapat berlangsung sebagaimana mestinya. Sebagai mata pelajaran, Fisika sebenarnya dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa baik aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif.

Menurut Wiyanto, menilai proses pembelajaran ilmu Fisika yang berlangsung di sekolah-sekolah hingga saat ini cenderung terjebak pada rutinitas. Rutinitas yang dimaksud adalah guru memberi rumus, contoh soal, dan latihan-latihan yang dikerjakan siswa, sehingga siswa akan cepat bosan. Cara pembelajaran ilmu fisika seperti itu lebih berorientasi pada aspek evaluasi atau hasil yang dicapai, padahal pembelajaran Fisika membutuhkan proses yang harus dijalani oleh para siswa sampai benar-benar memahami. Pembelajaran Fisika setidaknya harus memenuhi tiga hal agar lebih optimal, yakni Problem Solving, bekerja dalam tim atau kelompok, dan keterjalinan informasi yang baik antar anggota tim.

Untuk itu perlu diupayakan peningkatan mutu proses pembelajaran yang bermuara pada peningkatan mutu hasil pembelajaran Fisika. Proses pembelajaran dikatakan berhasil atau bermutu apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%) siswa terlibat aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses

pembelajaran (Mulyasa, 2003).

Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk

(17)

sebagai guru yang baik dan bijaksana mampu menggunakan model pembelajaran yang berkaitan dengan cara Problem solving (Trianto, 2007).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 1 Sidamanik yang dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2012 dengan Guru bidang studi Fisika Ibu SN menyatakan dalam proses pembelajaran tidak menggunakan media pembelajaran sehingga siswa tidak termotivasi dalam belajar Fisika, dan

berdasarkan pengamatan bahwa secara umum tidak menggunakan laboratorium dalam proses belajar Fisika sebab alat dan bahan eksperimen tidak lengkap. Untuk hasil belajar Fisika siswa dapat dikategorikan masih rendah. Sebagai contoh tercermin dari rata-rata nilai ujian formatif mata pelajaran Fisika kelas X SMA Negeri 1 Sidamanik, seperti terlihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1. Data Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Fisika Semester Ganjil Kelas X Tahun Pembelajaran 2012/2013

Tahun Pelajaran Nilai Rata-rata KKM

2010/2011 63,03 70

2011/2012 64,42 70

2012/2013 62,13 70

Sumber: Dokumen SMA Negeri 1 Sidamanik

Untuk itu nilai siswa yang tertera di raport belum seluruhnya mencerminkan keberhasilan hasil belajar siswa, karena masih ada nilai siswa yang berasal dari nilai yang dikatrol. Hal ini menunjukkan, bahwa proses pembelajaran untuk mata pelajaran Fisika yang telah dilaksanakan secara klasikal masih meletakkan guru sebagai pusat pembelajaran bagi siswa (Teacher Center), yang mengakibatkan siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran dan juga guru lebih banyak menggunakan metode ceramah saja dalam menyampaikan konsep. Sebagai contoh

(18)

Tabel 1.2. Data Model dan Metode Yang Diterpkan Dalam Pembelajaran Fisika Semester Ganjil Kelas X Tahun Pembelajaran 2012/2013

Tahun Pelajaran Model Metode

2010/2011 Ekspositori/Langsung Ceramah, Diskusi 2011/2012 Ekspositori/Langsung Ceramah, Tanya Jawab 2012/2013 Ekspositori/Langsung Ceramah, Demonstrasi Sumber: Dokumen SMA Negeri 1 Sidamanik

Problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan

jawaban berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah (Krulik , 1996). Jadi aktivitas Problem solving diawali dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah jawaban telah

diperoleh sesuai dengan kondisi masalah. Pembelajaran Problem solving menjadi sangat penting, karena dalam belajar, peserta didik cepat lupa jika hanya dijelaskan secara lisan, mereka ingat jika diberikan contoh, dan memahami jika diberikan kesempatan mencoba menyelesaikan masalah. Gagasan pembelajaran untuk pemahaman dan Problem solving tersebut sangat ditentukan oleh lingkungan belajar tempat para siswa untuk melakukan interaksi akademik dalam membangun pengetahuan.

Telah dilakukan beberapa penelitian di kalangan para para pendidik tentang model pembelajaran Problem solving. Hasil penelitian Adeyemo (2010), Mariati Simanjuntak (2012), Setiawan Nyoman, A. G. I (2008), Muhammad (2009), keempatnya menyatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam hal prestasi setelah diimplikasikan pembelajaran Problem solving berbasis Eksperimen.

Melalui model ini di harapkan peserta didik dapat membangun

pemahamannya sendiri tentang realita alam dan ilmu pengetahuan dengan cara mengrekonstruksi sendiri makna melalui pemahaman relevan pribadinya. Para peserta didik di fasilitasi untuk menerapkan their existing knowledge melalui Problem solving, pengambilan keputusan, dan mendesain penemuan. Para siswa

(19)

melakukan eksplorasi situasi baru, dalam mempertimbangkan dan merespon permasalahannya secara realistis.

Metode eksperimen pada pembelajaran fisika dapat mengembangkan keterampilan siswa, siswa dapat melaksanakan praktikum sesuai dengan materi yang sedang dipelajari, karena guru sudah merancang praktikum yang akan dilaksanakan. Siswa tinggal mengikuti langkah-langkah praktikum yang terdapat

di LKS. Hal ini sesuai dengan hakekat fisika yaitu siswa harus terlibat dalam penemuan informasi dan prinsip serta dapat bersikap secara ilmiah seperti sikap fisikawan.

Kemampuan bekerja ilmiah pada siswa perlu dikembangkan dalam mempelajari Fisika supaya siswa tidak hanya paham konsep saja, tetapi juga dapat melakukan cara-cara dalam memperoleh konsep tersebut dan dapat mengkomunikasikan hasil temuan atau konsep tersebut secara ilmiah. Adanya kemampuan bekerja ilmiah dapat mengembangkan kreatifitas siswa dalam penyelesaian masalah serta dapat menumbuhkan sikap dan nilai ilmiah pada siswa (Nuril, 2010).

Banyak aspek yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, antara lain: pengajar (guru atau dosen) yang professional dan berkualitas dengan kualifikasi yang diamanahkan oleh undang-undang guru dan dosen, penggunaan metode mengajar yang menarik dan bervariasi, perilaku belajar peserta didik yang positif, kondisi dan suasana belajar yang kondusif untuk belajar dan penggunaan media pembelajaran yang tepat dalam mendukung proses belajar. Seringkali dalam penelitian pendidikan penggunaan metode, model, pendekatan, perilaku peserta didik dan suasana belajar dijadikan subjek penelitian dalam mengatasi

permasalahan pembelajaran maupun peningkatan kualitas pembelajaran. Sehingga struktur kognitif siswa dalam memahami pembelajaran dapat lebih baik dengan

begitu dapat membangkitkan motivasi, minat, dan semangat belajar fisika siswa agar hasil belajar fisika siswa menjadi lebih baik dan meningkat.

(20)

untuk melakukan kegiatan belajar. Ini berarti, motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar siswa. “Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu” (Sardiman, 2006). Motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri

seseorang. Untuk merangsang motivasi belajar dapat dilakukan melalui pemberian penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar dapat tercapai. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. (Handika. 2012)

Berdasarkan pokok-pokok pikiran diatas, penulis mengajukan sebuah

penelitian yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Problem Solving dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi masalah untuk dikaji dan diteliti dalam pembelajaran Fisika sebagai berikut:

1. Kemampuan hasil belajar Fisika yang relative rendah. 2. Motivasi dalam belajar Fisika yang relative rendah.

3. Proses belajar yang masih berpusat pada guru sehingga proses belajar mengajar kurang bermakna.

4. Strategi pembelajaran yang selama ini digunakan tidak melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

5. Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran Fisika relative rendah.

(21)

1.3 Batasan Masalah

Dari sekian banyaknya permasalahan yang teridentifikasi, peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa rendah

2. Motivasi belajar siswa dilihat pada motivasi di atas rata-rata dan motivasi di bawah rata-rata

3. Siswa kurang mampu menyelesaikan masalah dalam pembelajaran Fisika sehingga digunakan model pembelajaran Problem solving berbasis eksperimen.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa menggunakan model pembelajaran Problem solving berbasis eksperimen dengan model pembelajaran Ekspositori?

2. Apakah ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa pada kelompok siswa motivasi di atas rata-rata dan kelompok siswa motivasi di bawah rata-rata? 3. Apakah ada interaksi antara model membelajaran Problem solving berbasis eksperimen dan model pembelajaran Ekspositori dengan motivasi terhadap hasil belajar?

1.5 Tujuan Penilitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

(22)

2. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar Fisika siswa pada kelompok siswa motivasi diatas rata-rata dan kelompok siswa motivasi di bawah rata-rata.

3. Untuk menganalisis interaksi antara model membelajaran Problem solving berbasis eksperimen dan model pembelajaran Ekspositori dengan motivasi terhadap hasil belajar.

1.6Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas dapat diperoleh manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

Penelitian ini bermanfaat untuk :

a. Mengungkap secara jelas adanya pengaruh Model Pembelajaran Problem solving berbasis eksperimen terhadap hasil belajar siswa.

b. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru-guru SMA agar lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

c. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru-guru di SMA Negeri 1 Sidamanik, agar menggunakan Model Pembelajaran Problem solving berbasis eksperimen untuk meningkatkan motivasi dan hasil

belajar siswa.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam usaha penelitian lanjutan

dengan melibatkan lebih lengkap komponen model-model pembelajaran yang lain untuk mengungkap dan membuktikan secara empirik model pembelajaran

Problem solving berbasis eksperimen masih lebih unggul jika dibandingkan

dengan Model Pembelajaran yang lain.

(23)

1.7Definisi Operasional

Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan definisi operasional:

1. Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu,

dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau

mengelakkan perasaan tidak suka itu” (Sardiman, 2006). Motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang.

2. Model pembelajaran Problem solving adalah merupakan proses memikirkan dan mencari jalan keluar bagi masalah tersebut, (Joko, A. 2005). Model ini telah mendorong anak untuk berpikir secara sistematis dengan menghadapkannya pada problem-problem. Model ini memusatkan kegiatan pada murid, dan diharapkan dapat menggunakannya dalam situasi-situasi problematis dalam hidupnya.

3. Hasil belajar adalah penguasaan produk fisika yang mengacu pada perubahan kemampuan bidang kognitif yang mencakup dimensi pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif) dan dimensi proses kognitif (mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta) yang dicapai siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran fisika yang ditempuh selama kurun waktu tertentu berdasarkan tujuan pembelajaran yang ditetapkan (Anderson dan Krathwohl, 2001 : 86).

4. Metode eksperimen merupakan metode mengajar yang dalam penyajian atau pembahasan materinya melalui percobaan atau mencobakan sesuatu

(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada perbedaan hasil belajar Fisika yang menggunakan model pembelajaran Problem Solving berbasis eksperimen dan model pembelajaran ekspositori, dimana siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Solving berbasis eksperimem memperoleh hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran ekspositori pada Suhu dan Kalor kelas X Semester II di SMA Negeri 1 Sidamanik T.A. 2012/2013.

2. Hasil belajar fisika siswa yang mempunyai motivasi di atas rata-rata lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai motivasi di bawah rata-rata.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi dalam

mempengaruhi hasil belajar Fisika.

5.2Saran

Setelah melakukan penelitian, pengolahan, serta interpretasi data, peneliti menyarankan :

1. Peneliti selanjutnya menggunakan sampel yang lebih banyak karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini jumlahnya relatif sedikit sehingga belum bisa mewakili semua siswa kelas X. Sampel yang hanya terdiri dari satu sekolah kurang optimal untuk menggambarkan hasil belajar siswa, baik dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Solving berbasis eksperimen dan dibelajarkan dengan model

(25)

2. Peneliti selanjutnya menggunakan jangka waktu penelitian lebih lama karena waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran baik dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Solving berbasis eksperimen dan dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori masih sangat sangat kurang, sebab disesuaikan dengan jadwal sekolah yang bersangkutan.

3. Peneliti selanjutnya lebih kreatif dalam mengkonsep materi pelajaran yang akan dibagikan kepada siswa. Konsep yang diberikan kepada siswa harus mampu menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih termotivasi untuk mudah memahami materi pelajaran nantinya.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Adeyemo. 2010. Students’ Ability Level and Their Competence in Problem

Solving Task in Physics, International Journal of Education research and Technology, Vol 1/2/ December 2010:35-47

Alacac, C. 2010. Solving A Stability Problem By Polya’s Four Steps,

International Jourrnal Of Electronics Mechanical And Mechatronics

Engineering. Volume 1. No. 1 pp (19-28)

Abu, A., dan Joko, A. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Arikunto, S. 2009. Dasa–Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. . 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Ary, D,. Jacobs, L. C., dan Azavieh, A. 2002, Apendiks A Likert Scale: Method of self reported ratings, http://www.conqir-idr.org/literature/likertapprndix-1.pdf

Dahar, R. W. 2011. Teori – Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Djamarah, B., & Zain, A. 2004. Starategi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Reneka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Handika, J. 2012. Efektivitas Mrdia Pembelajaran IM3 Diitinjau Dari Motivasi

Belajar. Junal Pendidikan IPA Indonesia. JPII (2) (2012) 109-114

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Unesa-University Perss. Surabaya

Joyce, B., Weil, M. & Calhoun, E. 2009. Models of Teaching (8th ed.). Model-Model Pengajaran (Terjemahan Achmad Fawai & Ateilla Mirza). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(27)

Maulida Nuril. 2010. Pembelajaran Fisika Melalui Metode Eksperimen Untuk Melatih Perilaku Berkarakter Pada Siswa MAN Togo Blitar. Pensa E- Jurnal. Hal. 123-129

Meltzer. 2002. The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Phisic. New York: Macmillan.

Mudjiono dan Dimyanti. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit

Reneka Cipta.

Muhammad R, Sugiono, dan Zulhelmi. Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kreatif Model Intruksional DDFK Problem Soilving Dengan Teknik Nominal Group Di Kelas XI IPA MAN 2 Model Pekanbaru, Jurnal Geliga Sains, (Online) 3 (1), 22-33.

Mulyasa. E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Nyoman Setiawan, A. G. I. 2008. Penerapan Pengajaran Kontekstual Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X2 SMA Laboratorium Singaraja, Penelitian dan Pengembangan pendidikan, (Online), vo 2 No. 1

Polya, G. 1985. On Solving Mathematical Problem In High School, dalam Kulik

Stephan & Ray’s Robert E (eds) Problem Solving In School Mathematic.

Reston-Virginia. NCTM

Rusman. 2011, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana.

Rojas. S. 2010. On the Teaching and Learning of Physics Problem Solving. Revista Mexicana De Fisica 56 (1) 22-28

Sagala. 2005, Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(28)

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Subratha, N. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif dan Strategi Pemecahan Masalah (Problem Solving) Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Kelas VIIC SMP Negeri Sukasada, Penelitian dan Pengembangan, (Online), vo 1 No. 2,

Sudjana, N. 2000. Penilaian Proses Dan Hasil Belajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

________ . 2005. Penilaian Proses Dan Hasil Belajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suprianto, W., dan Ahmadi, A. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Supriyadi. 2003. Fisika dan Konsep Sains Terpakai Dalam Konteks Kompetensi

Model Pembelajaran dan Portofolio. Yogyakarta: Tempel Sari Books

Company Media Group.

Syaiful, D. B., & Zain, A. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto. 2007. Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik .Jakarta: Prestasi Pustaka

Gambar

Gambar  3.1.  Skema Pelaksanaan Penelitian Gambar  4.1.  Grafik Nilai Rata-rata Psikomotorik Siswa Kelas
Tabel 1.1. Data Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Fisika Semester Ganjil Kelas X Tahun Pembelajaran 2012/2013

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tersebut menunjukkan bahwa kegiatan olah raga futsal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan stres pada siswa boarding school.. Kata kunci: (Olah raga,

Bentuk figur tersebut membuat penulis tertarik untuk membuat figur yang sederhana namun menghasilkan kesan keindahan (estetika). Analisis Gambar 7, patung minimalis Editt Davidovici

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk

Volume (juta saham) Emiten listing Perusahaan Delisted Kapitalisasi Pasar (Rp.Triliun) Kapitalisasi Pasar (Milyar US$)** Volume Transaksi (Milyar Saham) Saham. Indeks Harga

The solution offered related to the problems encountered by the partners is the training of new products manufacturing in the form of solid alcohol (ethanol gel), the means to

Dalam implementasi dan permodelan ini didukung dengan fasilitas web service sehingga dalam transaksi yang dilakukan oleh pelanggan rental, maka pada saat itu

KONTRIBUSI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI TERHADAP KARAKTER DISIPLIN SISWA DI SMA NEGERI 3 PANDEGLANG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen sebesar 77,55 lebih besar daripada rata-rata skor hasil belajar siswa pada