ANALISIS
TREND
KONSUMSI KAYU KONSTRUKSI DI
PERUMAHAN KOTA DEPOK, PROVINSI JAWA BARAT
MOH YUDI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Trend
Konsumsi Kayu Konstruksi di Perumahan Kota Depok, Provinsi Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Moh Yudi
ABSTRAK
MOH YUDI. Analisis Trend Konsumsi Kayu Konstruksi di Perumahan Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh HARDJANTO.
Hutan sebagai penyedia papan berkualitas berupa kayu. Hasil hutan berupa kayu merupakan komponen penting pada pembangunan rumah sehingga laju pembangunan rumah di Kota Depok mempengaruhi tingkat konsumsi kayu konstruksi yang dibutuhkan dalam industri perumahan. Penelitian ini dilakukan di Kota Depok yang merupakan salah satu kota terletak strategis berbatasan langsung dengan DKI Jakarta. Kota Depok dikenal kawasan perumahan bagi pekerja yang bekerja di DKI Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juli 2014. Tujuan dari penelitian ialah mengestimasi peramalan trend tingkat konsumsi kayu konstruksi di perumahan Kota Depok dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode penelitian dengan observasi dan wawancara kemudian dilakukan analisis proyeksi trend konsumsi kayu konstruksi untuk mendapatkan gambaran konsumsi kayu di Kota Depok dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi kayu konstruksi dengan metode regresi berganda data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan
trend konsumsi kayu konstruksi di perumahan cenderung turun, sedangkan
konsumsi barang substitusi seperti baja ringan mengalami kenaikan. Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi kayu konstruksi di Kota Depok adalah harga baja ringan, harga kayu jenis Meranti (Shorea spp), luas bangunan, jumlah penduduk, pendapatan rumah tangga dan selera yang berpengaruh nyata secara statistik pada taraf nyata 5% dan selang kepercayaan 95%.
Kata kunci: hutan, kayu, permintaan, trend.
ABSTRACT
MOH YUDI. Consumption trend Analysis of Constructional Wood in Housing Complexes in Depok, West Java. Supervised by HARDJANTO
ii
spp), building area, population, income of the population, and preference which significantly affected in significant level of 5% and confidence level of 95%.
iii
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
ANALISIS
TREND
KONSUMSI KAYU KONSTRUKSI DI
PERUMAHAN KOTA DEPOK, PROVINSI JAWA BARAT
MOH YUDI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
iv
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penyusunan kritik, dan peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.
v Judul Skripsi : Analisis Trend Konsumsi Kayu Konstruksi di Perumahan
Kota Depok, Provinsi Jawa Barat Nama : Moh Yudi
NIM : E14070031
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Hardjanto, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, M.Sc. F.Trop Ketua Departemen
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2014 adalah trend konsumsi kayu, dengan judul Studi Analisis Trend Konsumsi Kayu Konstruksi di Perumahan Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS selaku pembimbing atas segala arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini,
2. Ibu Dra. Sri Rahaju, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, MS selaku dosen penguji dalam ujian sidang,
3. Bapak Ibnu, Bapak Satria, Bapak Darmawangsa, Ibu Sri beserta seluruh keluarga besar Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perijinan Terpadu (BPMP2T), Dinas Tata Ruang dan Bangunan, BAPPEDA, BPS, toko bangunan Bintang Jaya, Nenggolo dan Prima Steel, serta warga perumahan di Kota Depok yang telah membantu selama pengumpulan data,
4. Mamah Eti Rumiyati, istri tercinta Rizky Amelia serta seluruh keluarga besar di Cirebon dan Bekasi.
5. Tim Baitussalam Land Development, Teman Kost Baitussalam, Keluarga besar Mitra Siswa, Keluarga Besar Manajemen Hutan 44 atas segala doa, dukungan, kesabaran, dan bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
vii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Pengertian Permintaan 3
Pengertian Konsumsi dan Perilaku Konsumen 3
Konsumsi Kayu 4
METODE PENELITIAN 5
Lokasi dan Waktu Penelitian 5
Jenis dan Sumber Data 5
Metode Pengumpulan Sampel 5
Metode Analisis 6
Proyeksi Trend Konsumsi Kayu 6
Proyeksi Trend Konsumsi Baja Ringan 8
Analisis Faktor-faktor Konsumsi Kayu 9
Pengolahan dan Analisis Data 9
Batasan Penelitian 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Luas Areal Perumahan di Kota Depok 11
Tingkat Konsumsi Kayu 12
Peramalan Konsumsi Kayu 13
Proyeksi Trend Konsumsi Baja Ringan 16
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kayu 19
PENUTUP 21
Simpulan 21
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 29
RIWAYAT HIDUP 29
DAFTAR TABEL
Halaman 1 Produksi Kayu Gergajian di Indonesia Tahun 2008 – 2012 1 2 Jumlah Penduduk di Kota Depok Tahun 2009 – 2013 2
3 Sumber dan Jenis Data yang Diperlukan 5
4 Tujuan Penelitian dan Metode Prosedur Analisis Data 6 5 Luas Areal Perumahan Kota Depok Tahun 2009 – 2013 11 6 Luas Wilayah dan Jumlah Rumah per Kecamatan di Kota
viii
7 Jumlah dan Persentase Rumah Menurut Tipe Rumah di Kota
Depok 12
8 Kebutuhan Kayu Konstruksi Menurut Tipe Rumah di Kota
Depok 13
9 Tingkat Konsumsi Kayu Konstruksi Perumahan di Kota Depok 13 10 Persamaan dan Nilai MAPE Konsumsi Kayu Konstruksi di
Kota Depok 15
11 Hasil Proyeksi Trend Konsumsi Kayu Konstruksi di Kota
Depok 16
12 Kebutuhan Baja Ringan Menurut Tipe Rumah di Kota Depok 17 13 Persamaan Model dan Nilai MAPE Trend Konsumsi Baja
Ringan di Kota Depok 17
14 Hasil Proyeksi Trend Konsumsi Baja Ringan di Kota Depok 18 15 Hasil Uji Regresi Fungsi Konsumsi Kayu Konstruksi di Kota
Depok 20
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Model Trend Linear Konsumsi Kayu Konstruksi di Perumahan
Kota Depok Tahun 2009 – 2018 14
2 Model Trend Kuadratik Konsumsi Kayu Konstruksi di
Perumahan Kota Depok Tahun 2009 – 2018 14
3 Model Trend Eksponensial Konsumsi Kayu Konstruksi di
Perumahan Kota Depok Tahun 2009 – 2018 15
4 Model Trend Linear Konsumsi Baja Ringan di Perumahan Kota
Depok Tahun 2009 – 2018 18
5 Model Trend Kuadratik Konsumsi Baja Ringan di Perumahan
Kota Depok Tahun 2009 – 2018 19
6 Model Trend Eksponensial Konsumsi Baja Ringan di
Perumahan Kota Depok Tahun 2009 – 2018 19
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Kebutuhan Komponen Kayu Tipe Rumah 22 m2 23
2 Kebutuhan Komponen Kayu Tipe Rumah 36 m2 24
3 Analisis Regresi Konsumsi Kayu Konstruksi Perumahan di
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan menurut Undang-undang No.41 pasal 1 tentang kehutanan tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan1. Salah satu hasil hutan adalah kayu, yang mempunyai nilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan baik dalam kayu bulat maupun produk turunannya seperti bahan baku kertas, bahan bangunan, energi dan perabot rumah tangga.
Kebutuhan kayu akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan rumah tangga yang membutuhkan rumah sebagai tempat tinggalnya. Kayu merupakan komponen yang paling penting dalam pembangunan rumah, dimana kayu digunakan sebagai rangka atap, kusen, jendela dan pintu. Kayu tersebut berasal dari kayu gergajian yang diubah menjadi komponen rumah. Akibat peningkatan permintaan rumah memicu terjadi peningkatan konsumsi kayu gergajian, khususnya kayu konstruksi. Tabel 1 menggambarkan produksi kayu gergajian di Indonesia tahun 2008-2009 yang cenderung meningkat.
Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian di Indonesia Tahun 2008-2012 Tahun Produksi Kayu Gergajian (m3/tahun)
2008 1.754.110
2009 2.535.030
2010 2.822.030
2011 2.967.030
2012 3.205.030
Sumber : Kementerian Kehutanan (2013)
Depok merupakan wilayah yang berdekatan dengan Ibukota Negara Republik Indonesia, dimana banyaknya perkantoran, pusat pendidikan dan pemerintaahn mengakibatkan tingginya jumlah penduduk di Kota Depok. Seperti data pada Tabel 2, jumlah penduduk Kota Depok setiap tahun mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk memicu tingginya permintaan rumah di Kota Depok, dan secara tidak langsung mempengaruhi permintaan kayu konstruksi.
1
2
Tabel 2. Jumlah Penduduk di Kota Depok Tahun 2009-2013 Tahun Jumlah Penduduk di Kota Depok (Jiwa)
2009 1.536.980
2010 1.681.666
2011 1.813.613
2012 1.898.567
2013 2.007.610
Sumber : BPS (2014)
Perumusan Masalah
Kebutuhan kayu konstruksi terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan laju pembangunan rumah. Disisi lain luas hutan Indonesia terus berkurang dan pasokan kayu dari hutan alam kian menurun baik kualitas maupun kuantitasnya. Untuk mengatasi permasalahan pasokan kayu dari hutan alam, diusahakan pemanfaatan kayu yang berasal dari hutan rakyat dan hutan tanaman untuk industri berskala kecil.
Depok salah satu kotamadya dengan laju pertumbuhan penduduk yang meningkat dan laju pembangunan rumah yang bertambah. Karena menurut Supriyati (2006) mengatakan bahwa pada tahun 1976 Depok mulai dipersiapkan untuk kawasan perumahan bagi yang bekerja di Jakarta. Kemudian terus berkembang dan mengalami perubahan orientasi sebagai pemukiman, pendidikan perdagangan dan jasa. Pada tahun 1999 Depok diresmikan menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Depok berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 1999. Kotamadya Depok merupakan salah satu kotamadya yang berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta yang mengalami perkembangan cukup pesat. Menurut Situmorang (2011) mengatakan ada empat faktor yang memicu perkembangan wilayah Kotamadya Depok, yaitu kedekatan geografis dengan DKI Jakarta, adanya Universitas Indonesia, daya tarik sebagai permukiman dan otonomi daerah. Keempat faktor ini bekerja simultan mendongkrak ekonomi Kota Depok.
Perumahan di Kota Depok umumnya menggunakan bahan baku kayu konstruksi. Selain itu, produk baja ringan sudah dikenal dan banyak dikonsumsi di berbagai perumahan di Kota Depok. Harga kayu maupun baja ringan dan selera akan berpengaruh terhadap konsumsi kayu konstruksi perumahan di Kota Depok.
Berdasarkan penjelasan tersebut menarik untuk dikaji mengenai permasalahan yang ada di Kota Depok, diantaranya :
1. Mengestimasi proyeksi trend tingkat konsumsi kayu konstruksi di perumahan Kota Depok selama lima tahun yang akan datang.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi kayu konstruksi perumahan Kota Depok.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
3 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi kayu
konstruksi di perumahan Kota Depok.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak yang terkait dengan perencanaan tata kota dan bangunan. Disamping itu informasi ini juga bermanfaat bagi para pelaku pemasaran kayu dan bahan bangunan pada umumnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Permintaan
Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu (Putong, 2003). Menurut Lipsey (1995) ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam konsep permintaan yaitu : (1) jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan (desire), ini menunjukan berapa banyak yang ingin dibeli atas dasar harga komoditi tersebut, harga produk lain, penghasilan, selera dan sebagainya, (2) apa yang diinginkan tidak merupakan harapan kosong tetapi merupakan permintaan efektif dan (3) kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian yang kontinyu. Menurut Miller dan Meiners (2000) faktor lain yang mempengaruhi permintaan yaitu:
1. Pendapatan. Kenaikan pendapatan akan menyebabkan kenaikan permintaan sehingga akan menyebabkan kurva permintaan naik ke kanan atas.
2. Selera dan preferensi. Selera adalah determinan non harga, oleh karena itu biasanya diasumsikan bahwa selera konstan dan mencari sifat-sifat lain yang mempengaruhi perilaku.
3. Harga barang-barang yang berkaitan: substitusi dan komplemen. Jika harga barang substitusi naik maka permintaan komoditi akan meningkat. Jika harga komoditi komplementer naik maka permintaan komoditi akan turun. 4. Penduduk. Kenaikan jumlah penduduk dalam suatu perekonomian (dengan
pendapatan konstan) akan meningkatkan permintaan. Menurut Sukirno (2003) pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat, pertambahan daya beli ini akan meningkatkan permintaan.
Pengertian Konsumsi dan Perilaku Konsumen
4
lebih tinggi. Sebaliknya, tingkat pendapatan yang rendah menyebabkan konsumen membeli barang yang lebih murah dengan kualitas rendah.
Engel et al (1997) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang, karena berbagai alasan, berhasrat mempengaruhi atau mengubah perliku itu, termasuk mereka yang kepentingan utamanya adalah pemasaran, pendidikan dan perlindungan konsumen serta kebijakan umum.
Kotler (2005) mengatakan bahwa perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, antara lain faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi.
1. Faktor budaya
Salah satu faktor budaya yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen yaitu latar belakang pendidikan. Selain itu, adanya stratifikasi dalam kelas sosial yang tidak hanya mencerminkan penghasilan tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal.
2. Faktor sosial
Antara lain kelompok acuan, keluarga, peran, dan status. 3. Faktor pribadi
Keputusan konsumen dipengaruhi oleh keputusan pribadi yaitu usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep membeli (adaptasi dan sosialisasi).
4. Faktor psikologis
Dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu motivasi, persuasi, pengetahuan serta keyakinan dan pendirian. Menurut sumarwan (2003) konsumsi suatu produk mempunyai tiga unsur pokok yaitu frekuensi konsumsi, jumlah konsumsi dan tujuan konsumsi. Frekuensi konsumsi menggambarkan kuantitas produk yang dikonsumsi atau dipakai. Jumlah konsumsi dapat dijadikan indikator besarnya permintaan pasar suatu produk. Sedangkan tujuan konsumsi menggambarkan situasi pemakaian produk dan kebutuhan konsumen terhadap produk.
Konsumsi Kayu
Kayu akan selalu mempunyai peranan penting dalam pembangunan khususnya dan kehidupan manusia pada umumnya. Tidak ada rumah yang tidak mempergunakan kayu, jendela, pintu, kusen, rangka atap, rangka plafon dan kuda-kuda umumnya terbuat dari kayu (Kamil, 1970). Menurut Jamali, et al (1997) salah satu komponen penting dalam pembangunan rumah adalah kayu. Oleh sebab itu peningkatan pembangunan perumahan juga mendorong pemakaian kayu yang makin besar. Pemilihan kayu ini berdasarkan pertimbangan bahwa kayu memiliki keunggulan dengan bahan lainnya, antara lain mudah tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran, relatif mudah pengerjaannya dan mempunyai penampilan dekoratif yang tinggi.
5
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksankan pada bulan Maret sampai Juli 2014, dengan lokasi penelitian di Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel. Data panel merupakan data yang terkumpul dari beberapa individu atau observasi dalam kurun waktu tertentu. Data panel termasuk gabungan antara data time series dan
cross section. Data panel yang diambil pada penelitian adalah: 1. Harga baja ringan
2. Harga kayu gergajian jenis meranti (Shorea spp)
3. Luas bangunan 4. Jumlah penduduk
5. Pendapatan rumah tangga 6. Selera
Data yang diambil dari instansi pemerintah dan swasta Kota Depok adalah Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Depok, Badan Pusat Statistik Kota Depok, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPMP2T) dan pihak swasta dari toko-toko bahan bangunan.
Tabel 3. Sumber dan Jenis Data yang Diperlukan
No Sumber Data Jenis Data
1 BPS Jumlah penduduk Tahun 2009-2013
2 BPMP2T
Jumlah perumahan Tahun 2009-2013 Spesifikasi bangunan
Tipe rumah (luas bangunan)
3 Toko bangunan
Harga kayu jenis Meranti Tahun 2009-2013)
Harga baja ringan Tahun 2009-2013
4 Konsumen
perumahan
Pendapatan rumah tangga Tahun 2009-2013
Selera Sumber : Data primer (diolah), 2014
Metode Pengambilan Sampel
6
Keterangan :
N : Jumlah perumahan yang terbangun selama tahun 2009 – 2013 adalah 680 (BPMP2T 2014)
n : jumlah sampel (minimal sampel perumahan adalah 87 ≈ 100 sampel) d : persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir (10%).
Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan pada Tabel 4, sebagai berikut :
Tabel 4. Tujuan Penelitian dan Metode Prosedur Analisis Data
No Tujuan Penelitian Metode Analisis Data Alat Analisis 1 Mengestimasi peramalan
atau proyeksi trend
konsumsi kayu konstruksi di perumahan Kota Depok lima tahun yang akan datang (tahun 2014-2018)
Analisis proyeksi trend
(data time series)
Sumber : Data Primer (diolah), 2014
Proyeksi Trend Konsumsi Kayu
Proyeksi trend konsumsi kayu digunakan untuk peramalan konsumsi kayu di masa yang akan datang. Data trend konsumsi kayu diperoleh dari data kebutuhan kayu (volume) per tipe rumah. Besarnya kebutuhan kayu menurut tipe rumah adalah penjumlahan volume rangka atap (kuda-kuda), balok gording, kaso, range, plafon, kusen, jendela dan pintu. Kumulatif volume kayu menurut tipe rumah per tahun diperoleh besarnya konsumsi kayu per tahun.
Bagian rangka atap balok kuda-kuda berfungsi sebagai pembentuk model atap. Rumus menghitung volume kayu bagian rangka atap balok kuda-kuda adalah :
V = ∑P x L x T x n Keterangan :
V : volume kayu (m3)
∑P : jumlah panjang rangka kuda-kuda yang digunakan (m) L : lebar penampang kayu (m)
T : tinggi penampang kayu (m)
7 Pada konstuksi balok kuda-kuda yang digunakan adalah kayu ukuran (8 cm x 12 cm) dimana L = 8 cm dan T =12 cm.
Rangka balok gording berfungsi untuk dudukan rangka kuda-kuda. Rumus menghitung volume kayu bagian rangka balok gording adalah :
V = ∑P x L x T x n Keterangan :
V = volume kayu (m3)
∑P = jumlah panjang rangka balok gording yang digunakan (m) L = lebar penampang kayu (m)
T = tinggi penampang kayu (m)
n = banyaknya rangka balok gording pada jarak 1,2 meter.
Pada rangka balok gording kayu berukuran (6 cm x 12 cm) dimana L = 6 cm dan T =12 cm.
Rangka kaso berfungsi untuk dudukan range. Rumus menghitung volume kayu bagian rangka kaso adalah :
V = ∑P x L x Tx n Keterangan :
V = volume kayu (m3)
∑P = jumlah panjang rangka kaso yang digunakan (m) L = lebar penampang kayu (m)
T = tinggi penampang kayu (m) n = banyaknya kaso pada jarak 40 cm
Pada rangka kaso berukuran (5 cm x 7 cm) dimana L = 5 cm dan T =7 cm
Range berfungsi untuk dudukan posisi genteng. Rumus menghitung volume kayu bagian atap range adalah :
V = ∑P x L x T x n Keterangan :
V = volume kayu (m3)
∑P = jumlah panjang rangka range yang digunakan (m) L = lebar penampang kayu (m)
T = tinggi penampang kayu (m)
n = banyaknya range pada jarak 30 cm
Pada atap range yang digunakan adalah kayu ukuran (3 cm x 4 cm) dimana L = 3 cm dan T =4 cm.
Rumus menghitung volume kayu bagian plafon atap adalah : V = ∑P x L x T x n
Keterangan :
V = volume kayu (m3)
∑P = jumlah panjang rangka plafon yang digunakan (m) L = lebar penampang kayu (m)
T = tinggi penampang kayu (m)
n = banyaknya rangka plafon terpasang dengan jarak 60 cm x 120 cm
Pada rangka plafon yang digunakan adalah kayu ukuran (4 cm x 6 cm), jarak antar plafon adalah 60 cm x 120 cm. Dimana L = 4 cm dan T = 6 cm.
Rumus menghitung kayu bagian lisplank adalah : V = ∑P x L x T Keterangan :
8
∑P = jumlah panjang lisplank yang digunakan (m) L = lebar penampang kayu (m)
T = tinggi penampang kayu (m)
Pada bagian lisplank yang digunakan adalah kayu ukuran (2 cm x 3 cm) dimana L = 2 cm dan T = 3 cm, sehingga volume kayu lisplank dapat diestimasi dengan cara mengalikan panjang total, lebar, tinggi dan banyaknya lisplank yang terpasang.
Rumus menghitung kebutuhan kayu pada komponen kusen pintu dan kusen jendela :
V = ∑P x L x T Keterangan :
V = volume kayu (m3)
∑P = jumlah panjang rangka kusen yang terpasang 1 unit rumah(m) L = lebar penampang kayu (m)
T = tinggi penampang kayu (m)
Pada rangka kusen pintu dan jendela yang digunakan adalah kayu ukuran (6 cm x 12 cm) dimana L = 6 cm dan T = 12 cm.
Rumus untuk menghitung kebutuhan kayu pada komponen pintu rumah adalah :
V = P x L x T Keterangan :
V = volume kayu (m3) P = panjang pintu (m)
L = lebar penampang kayu (m) T = tinggi penampang kayu (m) n = jumlah pintu yang terpasang
Pada bagian pintu dan daun jendela yang digunakan adalah kayu ukuran (4 cm x 85 cm x 210 cm) dimana tebal = 4 cm , lebar 85 cm dan panjang 210 cm
Trend merupakan suatu gerakan kecenderungan naik dan turun dalam jangka panjang yang diperoleh dari rata-rata waktu ke waktu dan nilainya cukup rata mulus (Suhardi, 2008). Data trend konsumsi kayu diperoleh daro perhitungan estimasi konsumsi kayu konstruksi perumahan per tahun dimana jumlah rumah yang dibangun per tipe rumah dikalikan dengan kebutuhan kayu per tipe rumah.
Proyeksi trend akan menampilkan tiga grafik model trend seperti trend linear, kuadratik dan eksponensial. Pemilihan model trend yang sesuai untuk menggambarkan peramalan dimasa yang akan datang dinilai dari error atau kesalahan yang paling minimal (nilai MAPE terkecil).
Proyeksi Trend Konsumsi Baja Ringan
Proyeksi trend baja ringan dapat diestimasi dengan data kebutuhan baja ringan menurut tipe rumah. Kebutuhan baja ringan masing-masing rumah berbeda. Semakin besar luas banguan maka kebutuhan baja ringan pun semakin besar. Kebutuha baja ringan dapat dihitung dengan persamaan :
9
Keterangan :
Panjang atap miring = (½ x panjang bentangan baja ke belakang x cos 300) (meter)
Lebar bentangan = lebar muka rumah (meter)
Proyeksi trend akan menampilkan tiga grafik model trend seperti trend linear, kuadratik dan eksponensial. Pemilihan model trend yang sesuai untuk menggambarkan peramalan dimasa yang akan datang dinilai dari error atau kesalahan yang paling minimal (nilai MAPE terkecil).
Analisis Faktor-Faktor Konsumsi Kayu Konstruksi di Perumahan Kota Depok
Adapun hipotesis dugaan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi kayu untuk pembangunan perumahan di Kota Depok adalah :
1. Harga baja ringan (X
1)
Peningkatan harga baja ringan akan meningkatkan tingkat konsumsi kayu konstruksi perumahan maka diharapkan koefisien dari X1 bernilai positif.
2. Harga Kayu Meranti (X
2)
Penigkatan harga kayu jenis Meranti (Shorea spp) akan menurunkan tingkat konsumsi kayu konstruksi perumahan. Maka diharapkan koefisien dari X2
bernilai negatif. 3. Luas bangunan (X
3)
Bertambahnya luas bangunan maka penigkatan tingkat konsumsi kayu konstruksi perumahan. maka diharapkan nilai koefisien dari X3 bernilai
positif.
4. Jumlah Penduduk (X4)
Pertambahan jumlah penduduk akan meningkatkan konsumsi kayu konstruksi perumahan. Maka diharapkan nilai koefisien dari X4 adalah
positif.
5. Pendapatan rumah tangga (X5)
Peningkatan pendapatan rumah tangga akan meningkatkan konsumsi kayu konstruksi perumahan. Maka diharapkan nilai koefisien dari X5 adalah
positif. 6. Selera (X6)
Selera terhadap kayu akan meningkatkan konsumsi kayu konstruksi perumahan. Maka diharapkan nilai koefisien dari X6 adalah positif.
Pengolahan dan Analisis Data
10
Y = α0 + α1 X1 + α2 X2 + α3 X3 + α4 X4 + α5 X5+ α6 X6
Dimana :
Y = Konsumsi kayu konstruksiper kapita dalam keluarga (m3)
α0 = Intercept
α1, α2, α2,α3, α4, α5, α6 = koefisien regresi
X1 = Harga baja ringan (Rp/m2)
X2 = Harga kayu jenis Meranti (Shorea spp) (Rp/m3)
X3 = Luas bangunan (Ha)
X4 = Jumlah penduduk (jiwa)
X5 = Pendapatan rumah tangga (Rp)
X6 = Selera
Model fungsi konsumsi kayu konstruksi kemudian bila dilinearkan menjadi persamaan sebagai berikut:
LnY = α0 + α1 LnX1 + α2 LnX2 + α3 LnX3 + α4 LnX4 + α5 LnX5 + α6 LnX6
Selanjutnya dari model yang telah di duga akan dilakukan pengujian model. Menurut Winarno (2011), kriteria model yang baik adalah :
1. Model terbaik secara statistik adalah model yang memiliki koefisien determinasi atau R-square adjusted yang paling tinggi. Semakin tinggi
R-square adjusted maka model semakin akurat untuk digunakan dalam
peramalan. Nilai R-square adjustedmenunjukan variasi atau keragaman variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen yang terdapat di model, sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk ke dalam model.
2. Model yang terbaik adalah model yang banyak memiliki variabel nyata. Banyaknya variabel nyata dari model tersebut dapat diketahui melalui uji-t. Suatu variabel dinyatakan mempunyai pengaruh nyata taraf tertentu jika nilai t-hitung > t-tabel atau nilai P-value < α. Uji kelayakan model dapat dilakukan melalui Uji F. Model dinyatakan layak jika nilai F-hitung > F tabel atau Prob. F-statistic < α, yang berarti juga paling sedikit ada satu
variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. 3. Model yang terbaik adalah model tidak memiliki sifat multikoliearitas,
terdistribusi normal, tidak mengandung autokolerasi, maupun heteroskedasitas.
Batasan-Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan antara lain:
1. Pemanfaatan kayu konstruksi oleh rumah tangga merupakan kayu yang dikonsumsi untuk konstruksi bangunan (kusen, daun pintu dan jendela, konstruksi atap dan plafon).
11 3. Analisis proyeksi trend konsumsi kayu konstruksi dari tahun 2009-2013 di
Kota Depok
HASIL DAN PEMBAHASAN
Luas Areal Perumahan Di Kota Depok
Kota Depok merupakan salah satu kota yang berbatasan langsung dengan provinsi DKI Jakarta. Letak geografis ini yang menyebabkan Kota Depok diminati oleh sebagian masyarakat yang bekerja di DKI Jakarta sebagai tempat bermukim. Keadaan tersebut memungkinkan terjadinya peningkatan jumlah permintaan rumah dan kayu konstruksi. Tercatat dari data BPMP2T pada tahun 2011 luas perumahan yang terbangun mencapai angka tertinggi sebesar 211,89 Ha dan mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 118,03 Ha (Tabel 5).
Tabel 5. Luas Areal Perumahan di Kota Depok, Tahun 2009-2013
Tahun Luas Areal Perumahan (Ha)
2009 207,09
2010 208,04
2011 211,89
2012 178,77
2013 118,03
Total 923,84
Sumber : BPMP2T, (2014)
Pada penelitian ini, sampel perumahan sejumlah 100 perumahan di Kota Depok tersebar di 11 kecamatan yang berbeda. Hasil penelitian, selama tahun 2009 sampai 2013 Kecamatan Pancoran Mas mencapai jumlah rumah tertinggi sebesar 3.140 unit, Kecamatan Cimanggis terbangun 2.470 unit dan Sawangan 2.288 unit (Tabel 6).
Tabel 6. Luas Wilayah dan Jumlah Rumah Per Kecamatan di Kota Depok, Tahun 2009-2013
Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Jumlah Rumah (Unit)
Sawangan 25,90 2.288
Bojong Sari 19,79 1.703
Pancoran Mas 18,21 3.140
Cipayung 11,63 1.194
Sukma Jaya 18,04 1.391
Cilodong 16,09 1.099
Cimanggis 21,22 2.470
Tapos 32,33 1.472
Beji 14,30 387
Limo 12,32 824
Cinere 10,47 100
Total 200,29 16.068
12
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 7) membuktikan pola konsumsi perumahan di Kota Depok selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2009 sampai 2013 adalah cenderung memilih luas bangunan yang semakin kecil. Konsumen dominan memilih tipe rumah 31 – 40 m2. Hal itu dapat disebabkan karena faktor keterbatasan luas lahan dan tingginya harga rumah mempengaruhi konsumen memilih luas bangunan rumah yang lebih kecil.
Tabel 7. Jumlah dan Persentase Rumah Menurut Tipe Rumah di Kota Depok, Tahun 2009-2013
Tipe Rumah (m2)
Jumlah Rumah Persentase Jumlah Rumah
(Unit) (%)
21-30 3.973 24,7
31-40 5.289 32,9
41-50 3.688 23,0
51-60 1.139 7,1
61-70 630 3,9
71-80 362 2,3
81-90 354 2,2
91-100 30 0,2
>100 593 3,7
Total 16.058 100.0
Sumber : Data Primer (diolah), 2014
Tingkat Konsumsi Kayu untuk Pembangunan Perumahan (Konstruksi) di Kota Depok
13 Tabel 8. Kebutuhan Kayu Konstruksi Menurut Tipe Rumah di Kota Depok
Tipe
Sumber : Data Primer, (2014)
Penghitungan total kayu yang digunakan sebagai bahan konstruksi dapat dihitung dengan menjumlahkan semua komponen yang ada mulai dari rangka atap, kusen, jendela dan pintu pada Tabel 8. Penghitungan harus tergantung dari komponen apa saja yang digunakan oleh konsumen. Apabila konsumen menggunakan rangka atap non kayu, maka komponen rangka atap tidak perlu dimasukkan kedalam penghitungan estimasi konsumsi kayu. Berdasarkan penghitungan yang tersaji pada Tabel 9, penggunaan kayu untuk konstruksi terbanyak terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar 11.645 m3. Dan pada tahun 2012 merupakan penggunaan kayu yang terendah, yaitu sebesar 1.609 m3. Fluktuasi jumlah konsumsi kayu diduga dipengaruhi oleh tipe rumah yang terbangun dan selera akibat adanya barang substitusi dengan harga bersaing.
Tabel 9. Tingkat Konsumsi Kayu Konstruksi Perumahan di Kota Depok Tahun 2009 – 2013
Tahun Konsumsi Kayu (m3/tahun)
Kumulatif
Sumber : Data Primer (2014)
Peramalan Konsumsi Kayu Konstruksi di Kota Depok
Peramalan bertujuan untuk mengetahun nilai konsumsi yang akan terjadi di masa mendatang. Metode yang digunakan adalah metode trend dengan bantuan
14
Trend Analysis Plot for Konsumsi Kayu Konstruksi (m3) Linear Trend Model
Yt = 2281 - 31,1895*t
Gambar 1. Model Trend Linear Konsumsi Kayu Konstruksi (m3) Perumahan di Kota Depok Tahun 2009-2018
2018
Trend Analysis Plot for Konsumsi Kayu Konstruksi (m3)
Quadratic Trend Model Yt = 2848 - 517*t + 81*t**2
15
Trend Analysis Plot for Konsumsi Kayu Konstruksi (m3)
Growth Curve Model Yt = 2344,51 * (0,959**t)
Gambar 3. Model Trend Eksponensial Konsumsi Kayu Konstruksi (m3) perumahan di Kota Depok Tahun 2009-2018
Dari tiga grafik tersebut kemudian dipilih satu grafik dan model persamaan yang memiliki nilai kesalahan terkecil (MAPE minimal). MAPE (mean absolute
percentage error) menunjukan tingkat kesalahan nilai dugaan model yang
dinyatakan dalam bentuk rata-rata presentase absolut kesalahan. Kriteria penilaian model yang sesuai dan memiliki MAPE terkecil pada konsumsi kayu konstruksi adalah model trend eksponensial dan model trend konsumsi baja ringan yaitu model trend eksponensial (Tabel 10).
Tabel 10. Persamaan Model Konsumsi Kayu dan Nilai MAPE Menurut Model Trend Konsumsi Kayu Konstruksi di Kota Depok
Kuadratik Y(t) = 2848-517(t)+81(t)2 34
Eksponensial Y(t) = 2344,51 (0,959)t 33
Sumber: Data Primer (2014)
Pada Tabel 10, konsumsi kayu konstruksi dinotasikan oleh Y(t) dalam m3 dan t menunjukan waktu dalam tahun. Model yang paling sesuai dengan estimasi proyeksi trend dengan nilai MAPE terkecil model trend eksponensial sebesar 33 (Tabel 10). Oleh karena itu, persamaan trend konsumsi kayu konstruksi di perumahan Kota Depok adalah sebagai berikut:
Yt = 2334,51 * (0.959)t
Hasil proyeksi trend konsumsi kayu konstruksi perumahan di Kota Depok menunjukan trend kecenderungan turun setiap tahunnya. Hasil estimasi proyeksi
16
Tabel 11. Hasil Proyeksi Trend Konsumsi Kayu Konstruksi di Perumahan Kota Depok Tahun 2009-2018
Tahun Hasil Proyeksi Konsumsi Kayu Konstruksi (m3/tahun)
2009 2.136,87
2010 2.515,71
2011 2.541,76
2012 1.009,13
2013 2.763,11
2014 1.821,75
2015 1.746,74
2016 1.674,82
2017 1.605,86
2018 1.539,74
Sumber: Data Primer(diolah), 2014
Pada Tabel 11 dapat menggambarkan trend rata-rata konsumsi kayu konstruksi perumahan di Kota Depok dari tahun 2009-2013 memiliki kecenderungan turun. Peramalan jumlah konsumsi kayu konstruksi pada tahun 2014, yaitu sebesar 1.821,75 m3, sedangkan pada tahun 2018 memiliki kecenderungan turun, yaitu sebesar 1.539,74 m3. Hal ini dapat diduga faktor barang substitusi seperti baja ringan banyak dikonsumsi oleh masyarakat Kota Depok, harga baja ringan mampu bersaing relatif lebih murah dibandingkan harga kayu, baja ringan anti rayap, awet, bebannya ringan dibandingkan dengan kayu dan kuat serta selera berpengaruh terhadap pengambilan keputusan konsumsi kayu atau tidak.
Proyeksi Trend Konsumsi Baja Ringan di Perumahan Kota Depok
17 Tabel 12. Kebutuhan Baja Ringan Menurut Tipe Rumah di Kota Depok
Tipe Rumah Kebutuhan Baja Ringan (m2/unit)
22 31,74
36 48,74
42 55,67
49 64,95
56 73,02
64 83,46
72 92,69
84 105,34
96 120,38
121 152,83
Sumber: Data Primer (2014)
Pada Tabel 14, proyeksi trend konsumsi baja ringan mengalami kenaikan pada tahun 2014 mencapai 59.730 m2 hingga naik pada tahun 2018 mencapai 116.973 m2. Grafik trend model konsumsi baja ringan diwakili dengan 3 grafik yaitu linear, kuadratik dan eksponensial.
Dari tiga grafik tersebut kemudian dipilih satu grafik dan model persamaan yang memiliki nilai kesalahan terkecil (MAPE minimal). MAPE (mean absolute
percentage error) menunjukan tingkat kesalahan nilai dugaan model yang
dinyatakan dalam bentuk rata-rata pesentase absolut kesalahan. Kriteria penilaian model yang sesuai dan memiliki MAPE terkecil pada konsumsi kayu konstruksi adalah model trend eksponensial dan model trend konsumsi baja ringan yaitu model trend eksponensial (Tabel 13). Berikut ini hasil grafik trend konsumsi baja ringan :
Tabel 13. Persamaan Model dan Nilai MAPE Menurut Model Trend Konsumsi Baja Ringan Kota Depok, Tahun 2009 – 2018
Model Trend Konsumsi Kayu
Konstruksi
Persamaan Model Konsumsi Baja Ringan
Nilai MAPE
Linear Y(t) = 5.004 + 13.373 (t) 81
Kuadratik Y(t) = 76.591-47.987 (t)+ 10.227 (t)2 71
Eksponensial Y(t) = 21.795 (1,183)t 60
18
Tabel 14. Hasil Proyeksi Trend Konsumsi Baja Ringan di Perumahan Kota Depok Tahun 2009-2018
Tahun Hasil Konsumsi Baja Ringan
(m2/tahun)
Trend konsumsi baja ringan diramalkan mengalami kenaikan setiap tahunnya dari tahun 2014 hingga tahun 2018. Hal ini dapat diduga adanya pergeseran dari konsumsi kayu menjadi konsumsi baja ringan. Baja ringan lebih unggul dibandingkan dengan kayu konstruksi, harga relatif lebih murah dibandingkan kayu, ketahanan dari jasad perusak (tahan lama), beban baja ringan lebih ringan dibandingkan kayu, dan tahan api.
Trend Analysis Plot for Konsumsi Baja Ringan (m2)
Linear Trend Model Yt = 5004 + 13373*t
19
Trend Analysis Plot for Konsumsi Baja Ringan (m2)
Quadratic Trend Model Yt = 76591 - 47987*t + 10227*t**2
Gambar 5. Model Trend Kuadratik Konsumsi Baja Ringan (m2) di Perumahan Kota Depok Tahun 2009-2018
Trend Analysis Plot for Konsumsi Baja Ringan (m2)
Growth Curve Model Yt = 21795,2 * (1,183**t)
Gambar 6. Model Trend Eksponensial Konsumsi Baja Ringan (m2) di Perumahan Kota Depok Tahun 2009-2018
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kayu Konstruksi di Kota Depok
20
Tabel 15. Hasil Uji Regresi Fungsi Konsumsi Kayu Konstruksi di Perumahan Kota Depok, Tahun 2009 - 2013
No Variabel Koefisien Std. Error T-hit statistik Peluang
1 LNX 17,28347 0,069414 248,9925 *0,0000
2 LNX -17,87065 4,112211 -4,34575 *0,0000
3 LNX 0,808324 0,062548 12,92328 *0,0000
4 LNX -8,710975 1,25973 -6,91495 *0,0000
5 LNX 1,975432 0,336228 5,875273 *0,0000
6 LNX 0,179703 0,075466 2,381264 *0,0198
C 167,8107 41,19654 4,073417 0,0001
R-squared 0,82443
Adjusted R-squared 0,76511
F-statistic 13.89899
Prob(F-statistic) 0,0000
Durbin-Watson stat 2,40952
Sumber : Data Primer, diolah (2014)
* Signifikan pada taraf α 5% dan selang kepercayaan 95%
Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 15, maka faktor yang mempengaruhi secara statistik (signifikan) fungsi konsumsi kayu konstruksi adalah harga baja ringan, harga kayu, luas bangunan (tipe rumah), jumlah penduduk, pendapatan rumah tangga, dan selera pada taraf nyata 5 %.
Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi kayu konstruksi di Kota Depok, diperoleh nilai-nilai parameter harga baja ringan (X1)
sebesar 17,28347; harga kayu (X2) sebesar -17,87065; luas bangunan (X3) sebesar
0,808324; jumlah penduduk (X4) sebesar -8,710975; dan pendapatan rumah
tangga (X5) sebesar 1,975432 dan selera (X6) 0,179703 konstanta sebesar
167,8107. Bentuk persamaan fungsi konsumsinya sebagai berikut :
LnY = 167,811 + 17,284LnX1 - 17,871LnX2 +0,808LnX3 – 8,711LnX4 + 1,975LnX5 + 0,179LnX6
Harga baja ringan berpengaruh positif (+) terhadap konsumsi kayu konstruksi dengan nilai probabilitas harga baja ringan 0,0000 lebih kecil dari taraf nyata 0,05 (0,0000< 0,05). Harga baja ringan berpengaruh nyata terhadap perubahan konsumsi kayu konstruksi. Koefisien variabel yang bernilai 17,284 pada tabel menjelaskan bahwa, setiap kenaikan 1% harga baja ringan maka akan diikuti peningkatan konsumsi kayu konstruksi sebesar 17,28 % (ceteris paribus). Baja ringan merupakan barang substitusi (pengganti) dari kayu konstruksi khusus pada rangka atap. Harga baja ringan dapat mempengaruhi permintaan kayu konstruksi, apabila harga baja ringan bertambah murah maka konsumsi kayu konstruksi berkurang. Sebaliknya apabila harga kayu konstruksi lebih murah dibandingkan baja ringan maka konsumsi kayu konstruksi semakin meningkat.
21 Hal ini berarti setiap peningkatan harga kayu meranti sebesar 1 % maka akan diikuti oleh penurunan konsumsi kayu konstruksi sebesar 17,87 % (ceteris paribus). Hal ini sesuai dengan teori, bahwa harga kayu berkorelasi negatif terhadap konsumsi kayu konstruksi.
Luas bangunan memiliki hubungan yang positif (+) dan berpengaruh nyata terhadap perubahan konsumsi kayu konstruksi dimana nilai probabilitasnya lebih kecil dari taraf nyata 0,05 atau α 5% (0,0000 < 0,05). Luas bangunan sesuai dengan hipotesis berdasarkan peluang yang mengakibatkan variabel berpengaruh nyata. Hal ini dapat diinterpretasikan penambahan luas bangunan sebesar 1% akan mengakbiatkan penambahan konsumsi kayu konstruksi sebesar 0,808 % (cateris paribus).
Jumlah penduduk memiliki hubungan negatif (-) dan berpengaruh nyata terhadap konsumsi kayu konstruksi dimana nilai probabilitas jumlah penduduk sebesar 0,0000 lebih kecil dari taraf nyata 0,05 atau α 5% (0,0000 < 0,05). Sedangkan koefisien variabel jumlah penduduk adalah sebesar 8,711. Hal ini berarti setiap peningkatan jumlah penduduk sebesar 1 % maka akan diikuti oleh penurunan konsumsi kayu konstruksi sebesar 8,71 % (ceteris paribus). Variabel jumlah penduduk tidak sesuai dengan hipotesis awal. Hal ini dapat diduga barang substitusi seperti baja ringan banyak dikonsumsi dibandingan kayu konstruksi, jumlah penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan kayu, tetapi pertambahan jumlah penduduk dikuti dengan peningkatan pendapatan sehingga daya beli bertambah maka permintaan terhadap kayu pun bertambah.
Pendapatan rumah tangga memiliki hubungan yang berpengaruh positif (+) dan berpengaruh nyata terhadap konsumsi kayu konstruksi dimana nilai probabilitas pendapatan rumah tangga sebesar 0,0001 lebih kecil dari taraf nyata 0,05 atau α 5% (0,0001 < 0,05). Sedangkan koefisien variabel pendapatan rumah tangga adalah sebesar 1,975. Hal ini berarti setiap peningkatan pendapatan rumah tangga sebesar 1 % maka akan diikuti oleh peningkatan konsumsi kayu konstruksi sebesar 1,98 % (ceteris paribus). Variabel pendapatan rumah tangga sesuai dengan hipotesis awal yang disebutkan bahwa semakin meningkat pendapatan rumah tangga maka semakin meningkat konsumsi kayu konstruksi. Hal ini dapat diduga bahwa pertambahan pendapatan menambah kemampuan daya beli lebih banyak konsumsi kayu konstruksi dan pertambahan pendapatan memungkinkan konsumen menukar konsumsi kayu menjadi konsumsi baja ringan (menukar barang kurang baik mutunya kepada barang yang lebih baik mutunya).
Selera memiliki hubungan yang berpengaruh positif (+) dan berpengaruh nyata sebesar 0,0198 lebih kecil dari taraf nyata 0,05 atau α 5% (0,01 < 0,05). Ini artinya selera berpengaruh terhadap konsumsi kayu konstruksi.
Simpulan
Hasil estimasi proyeksi trend konsumsi kayu konstruksi di perumahan Kota Depok cenderung turun. Berdasarkan nilai MAPE maka dipilih grafik trend
eksponensial dengan nilai MAPE terkecil yaitu 33. Konsumsi kayu konstruksi diramalkan cenderung turun hingga pada tahun 2018 dengan nilai 1.568 m3.
22
pendapatan rumah tangga dan selera. Faktor – faktor tersebut telah teruji secara statistik pada taraf nyata 5% dan selang kepercayaan 95%.
Saran
1. Diharapkan industri sektor perumahan di Kota Depok beralih mengonsumsi baja ringan dan aluminium sebagai pengganti kayu konstruksi perumahan pada rangka atap, kusen dan jendela.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut yang difokuskan peramalan permintaan selain untuk sektor perumahan. Misalnya konsumsi kayu di industri pengolahan kayu lainya sehingga gambaran konsumsi kayu dapat diketahui dan antisipasi terhadap intensitas pemakaian kayu tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
[BPMP2T] Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu, Kota Depok. 2014. Laporan tahunan 2009 – 2013. BPMP2T Kota Depok. Depok [BPS] Badan Pusat Statistik, Kota Depok. 2014. Depok dalam Angka 2013. BPS
Kota Depok. Depok
Engel P, Anderson JA, Harry B. 1997. Marketing mix. Jakarta (ID): Intermedia. Juanda BJ. 2012. Ekonometrika Deret Waktu. Bogor: IPB.
Jamali N, Dudung D. 1997. Permintaan bahan pengawet kayu dalam pembangunan perumahan massal sederhana di Indonesia. Jurnal Teknologi Hasil Hutan. Institut Pertanian Bogor. Vol. X, no. 1
Kamil. 1970. Rumah – rumah prafabrik dan kemungkinan pengembangannya di Indonesia. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Direktorat Jenderal Kehutanan. Bogor.
Kementrian Kehutanan. 2014. Diakses 20/08/2014 http://www.dephut.go.id/ INFORMASI/UNDANG2/uu/41_99.html.
Kotler P. 2005. Manajemen pemasaran edisi kesebelas jilid 2. Jakarta (ID): PT INDEKS.
Kuncoro M. 2011. Metode kuantitatif edisi keempat. Yogyakarta (ID): Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Lipsey RG, PN Courant, DD Purvis, PO Stainer. 1995. Pengantar makroekonomi. Jaka W. Kirbrandoko, Budijanto, penerjemah. Jakarta (ID) : Erlangga. Lipsey RG, Courant PN, Purvis DD, Steiner PO. 1995. Pengantar mikroekonomi.
edisi kesepuluh. Jakarta: Binarupa Aksara
Miller RL dan Roger EM. 2000. Teori ekonomi intermediet. Jakarta (ID) : PT Raja Grafindo Persada
Priandi F. 1996. Struktur dan konsumsi kayu di daerah pedesaan di Kabupaten Garut, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: Instutit Pertanian Bogor.
Putong I. 2003. Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Renggo S.W. 2006. Menghitung biaya membuat rumah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
23 Sukirno S. 2003. Pengantar teori mikroekonomi edisi ketiga. Jakarta (ID): PT
Raja Grafindo Persada
Sumarwan. 2003. Perilaku konsumen. Jakarta (ID): Gramedia.
Supriyati E. 2006. Perubahan penutupan atau penggunaan lahan dalam hubungannya dengan kepadatan dan pertumbuhan penduduk serta pendapatan daerah (Studi Kasus Kotamadya Depok, Jawa Barat). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tekken IGB, S Asnawi. 1977. Teori ekonomi mikro. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Winarno WW. 2011. Analisis ekonometrika dan satatistik dengan eviews edisi 3. Yogyakarta (ID): STIM YKPN
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kebutuhan Komponen Kayu Tipe Rumah 22 m2
No Komponen Ukuran
24
29
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Cirebon pada tanggal 06 Juni 1988, merupakan putra keempat dari empat bersaudara pasangan Momon Salmon (Alm) dan Eti Rumiyati. Penulis bersekolah di SD Negeri 1 Pabuaran Lor Kecamata Pabuaran, SMP Negeri 1 Ciledug Kecamatan Ciledug Kab Cirebon lalu melanjutkan ke SMA Negeri 6 Cirebon Jawa Barat, kemudian masuk ke Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Manajemen Hutan melalui jalur USMI tahun 2007.