• Tidak ada hasil yang ditemukan

Posisi Dayasaing Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ekspor Pakaian Jadi Indonesia Ke Negara Tujuan Utama Tahun 2009-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Posisi Dayasaing Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ekspor Pakaian Jadi Indonesia Ke Negara Tujuan Utama Tahun 2009-2013"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

POSISI DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI EKSPOR PAKAIAN JADI INDONESIA KE

NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN 2009-2013

NADILA LISTIANINGRUM

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Posisi Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Pakaian Jadi Indonesia ke Negara Tujuan Utama Tahun 2009–2013 adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan bekum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015

Nadila Listianingrum

(4)

ABSTRAK

NADILA LISTIANINGRUM. Posisi Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Pakaian Jadi Indonesia ke Negara Tujuan Utama Tahun 2009-2013. Dibimbing oleh ARIEF DARYANTO

Indonesia merupakan salahsatu pengekspor pakaian jadi terbesar di dunia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis posisi dayasaing dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor pakaian jadi Indonesia di negara tujuan ekspor utama. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dayasaing dan ekonometrik. Metode Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamic

(EPD) digunakan untuk menganalisis dayasaing. Analisis ekonometrik menggunakan data panel dengan pendekatan gravity model. Periode dalam penelitian ini adalah lima tahun (2009-2013). Negara tujuan ekspor utama adalah Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Inggris, China, Brasilia, Belgia, Italia, Belanda, Kanada, Malaysia, Saudi Arabia, Vietnam, Thailand, Turki, Spanyol, Uni Emirat Arab, dan Perancis). Hasil analisis menunjukkan bahwa pakaian jadi Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di dunia tetapi di beberapa negara tujuan memiliki dayasaing lemah. Hasil analisis data panel menunjukkan bahwa GDP riil, jarak ekonomi, harga ekspor, dan nilai tukar riil secara seignifikan memengaruhi volume ekspor pakaian jadi Indonesia.

Kata kunci: Pakaian jadi, gravity model, RCA, EPD, volume ekspor

ABSTRACT

NADILA LISTIANINGRUM. The Position of Competitiveness and the Factors that Affect the Indonesian’s Apparel Export to the Main Destination Countries 2009-2013 Period. Supervised by ARIEF DARYANTO

Indonesia is one of the biggest apparel exporter in the world. The objectives of this research are to analyze competitiveness and determinants of Indonesia’s apparel export flow to the main export destination countries. This research used quantitative analysis of competitiveness and econometrics. Revealed Comparative Advantage (RCA) and Export Product Dynamic (EPD) are used to analyze competitiveness. Econometrics analysis used panel data with gravity model approach. The period of this research is five years (2009-2013). The export destination countries are United States of America, Japan, Germany, South Korea, United Kingdom, China, Brazil, Belgium, Italy, Netherlands, Canada, Malaysia, Saudi Arabia, Vietnam, Thailand, Turkey, Spain, United Emirates Arab, and France. The result of this research is Indonesia’s apparel has competitive and comparative advantage in the world. But in some destination countries, Indonesia’s apparel has weak competitiveness. The result of panel data analysis shows that real GDP, economic distance, export price, and real exchange rate significantly influence Indonesia’s apparel export volume.

(5)

Skripsi

sebagai salahsatu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

POSISI DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI EKSPOR PAKAIAN JADI INDONESIA KE

NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN 2009-2013

NADILA LISTIANINGRUM

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah perdagangan internasional, dengan judul Posisi Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Pakaian Jadi Indonesia ke Negara Tujuan Utama Tahun 2009-2013.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas dukungan, bantuan, doa, dan kasih sayang dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT atas kemudahan, rahmat, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis.

2. R. Eddi Soelistio dan Bintang Rejeki selaku kedua orang tua penulis dan Meidina Dwilistiana selaku adik penulis serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan, dan semangat yang diberikan kepada penulis. 3. Bapak Ir. Arief Daryanto, M.Ec, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi

atas segala bimbingan, perhatian, kebaikan, bantuan, dan motivasinya selama ini kepada penulis.

4. Ibu Dr. Wiwiek Rindayati selaku dosen penguji utama yang telah memberikan banyak saran, arahan, dan kritik yang membangun kepada penulis.

5. Bapak Dr. Muhammad Findi A, M.E selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan banyak saran, arahan, dan kritik yang membangun kepada penulis.

6. Seluruh dosen dan staf dekanat Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Ilmu Ekonomi, serta departemen Tahap Persiapan Bersama (TPB) yang telah memberikan bantuan, ilmu, dan motivasi selama menjalani perkuliahan di Institut Pertanian Bogor.

7. Teman-teman satu bimbingan, Rabbani Khairani, Diah Fitriani, dan Nadia Permatasari atas semangat, bantuan, doa, dan kebersamaan selama perjuangan penulisan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat terbaik, Tia, Dian, Alin, Vita, Ulin, Dodi, Idham, Concon, INTEL, WN, Kamil, Tehfit, Eci, IPAF, GenBI, dan seluruh teman-teman Ilmu Ekonomi atas kebersamaan, semangat, doa, motivasi, dan saran yang diberikan kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Perdagangan Internasional 5

Dayasaing 6

Keunggulan Komparatif 6

Keunggulan Kompetitif 7

GDP riil 7

Jarak Ekonomi 7

Nilai Tukar Riil 7

Harga Ekspor 8

Penelitian Terdahulu 8

Kerangka Pemikiran 10

Hipotesis 11

METODE 12

Jenis dan Sumber Data 12

Metode Analisis dan Pengolahan Data 12

Estimasi Model 15

Uji Kesesuaian Model 17

GAMBARAN UMUM 19

Perkembangan Perdagangan Pakaian Jadi di Dunia 19

Perkembangan Pakaian Jadi Indonesia 20

(10)

Perkembangan GDP Riil Indonesia dan Negara Tujuan Ekspor Utama 22 Perkembangan Harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia 22 Perkembangan Nilai Tukar Riil Mata Uang Negara Tujuan Terhadap US$ 23

HASIL DAN PEMBAHASAN 23

Dayasaing Pakaian Jadi Indonesia di Dunia 23

Dayasaing Pakaian Jadi Indonesia di Negara Tujuan Ekspor Utama 25 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Pakaian Jadi Indonesia di Negara

Tujuan Ekspor Utama 28

KESIMPULAN DAN SARAN 33

Kesimpulan 33

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 34

LAMPIRAN 37

(11)

DAFTAR TABEL

1 Ringkasan hubungan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian 10

2 Data dan sumber data 12

3 Matriks posisi pasar 14

4 Hasil estimasi RCA pakaian jadi Indonesia di dunia 24 5 Hasil estimasi EPD pakaian jadi Indonesia di dunia 24 6 Hasil estimasi RCA dan EPD pakaian jadi Indonesia di negara tujuan

ekspor utama tahun 2009-2013 26

7 Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan tahun 2009-2013 28

DAFTAR GAMBAR

1 Share trade terhadap Gross Domestic Product (GDP) di dunia tahun

2013 1

2 Lima subsektor dengan tenaga kerja terbanyak di Indonesia tahun 2013 2 3 Nilai ekspor pakaian jadi Indonesia dan negara pesaing di dunia tahun

2009-2013 3

4 Keseimbangan Parsial Perdagangan Internasional 5

5 Kerangka Pemikiran 11

6 Tren nilai ekspor pakaian jadi (HS 611020) di dunia tahun 2009-2013 19 7 Volume ekspor pakaian jadi (HS 611020) di dunia tahun 2009-2013 20 8 Nilai ekspor dan impor pakaian jadi Indonesia (HS 611020) di dunia

tahun 2009-2013 20

9 Rata-rata share volume ekspor pakaian jadi 21

10 Share ekspor pakaian jadi Indonesia di dunia tahun 2009 hingga 2013 21 11 Tren harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia (HS 611020) di dunia

tahun 2009-2013 22

12 Tren nilai tukar enam negara tujuan ekspor anggota Uni Eropa tahun

2009-2013 23

13 Posisi EPD pakaian jadi Indonesia di negara tujuan 27

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai GDP riil, GDP per kapita riil, dan nilai tukar riil tahun 2009-2013 37 2 Negara tujuan ekspor pakaian jadi Indonesia tahun 2009-2013 40

3 Hasil uji Chow 44

4 Hasil uji Hausman 44

5 Fixed Effect Model dengan pembobotan GLS 45

6 Hasil uji normalitas 46

7 Uji multikolinearitas 46

8 Efek individu 46

9 Volume, nilai, dan harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia tahun

(12)
(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap negara memiliki sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang berbeda. Selain itu, setiap negara memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sebuah negara dapat memproduksi komoditas yang dibutuhkan atau dengan melakukan perdagangan dengan negara lain. Setiap negara yang melakukan perdagangan bertujuan untuk mencari keuntungan dari perdagangan, setiap negara berbeda satu sama lain, dan untuk mencapai skala ekonomi (Krugman dan Obstfeld 2003).

Sumber : World Development Indicators , 2015 (diolah).

Gambar 1 Share trade terhadap Gross Domestic Product (GDP) di dunia tahun 2013

Perdagangan internasional yang terdiri dari ekspor dan impor memiliki peranan yang sangat penting bagi sebagian besar negara industri dan negara yang sedang berkembang (Salvatore 1997). Berdasarkan gambar 1, kontribusi perdagangan terhadap GDP dunia pada tahun 2013 sebesar 59.62 persen dengan

share ekspor sebesar 29.88 persen dan share impor sebesar 29.74 persen.

Share perdagangan tertinggi pada tahun 2013 adalah negara-negara yang berada di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara yaitu sebesar 93.45 persen dengan share ekspor sebesar 52.28 persen dan share impor sebesar 41.17 persen. Untuk share perdagangan internasional terhadap GDP di wilayah Asia Timur dan Pasifik sebesar 64.97 persen, di wilayah Eropa dan Asia Tengah sebesar 80.07 persen, di wilayah Amerika Latin dan Karibia sebesar 50.48 persen, dan di wilayah Afrika Sub-Sahara sebesar 64.02 persen.

Berdasarkan fakta pada gambar 1, dapat disimpulkan bahwa perdagangan internasional memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan GDP di masing-masing wilayah, yaitu lebih dari 50 persen.

Kontribusi perdagangan internasional terhadap pembentukan GDP Indonesia cukup besar. Berdasarkan World Development Indicators (2015),

(14)

2

perdagangan internasional telah menyumbang lebih dari 45 persen terhadap pembentukan GDP Indonesia selama lima tahun terakhir. Kontribusi ekspor terhadap pembentukan GDP Indonesia selalu lebih besar dari 23 persen selama lima tahun terakhir. Dapat disimpulkan perdagangan internasional, khususnya ekspor, berkontribusi terhadap pembentukan GDP Indonesia.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2015), pada tahun 2014 ekspor pada sektor industri memiliki nilai tertinggi sebesar US$ 176 miliar. Sektor industri berkontribusi lebih dari 60 persen dari total nilai ekspor Indonesia pada tahun 2014. Dari berbagai komoditi yang dihasilkan sektor industri, komoditi tekstil dan pakaian jadi memiliki nilai ekspor yang tinggi.

Berdasarkan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2015), komoditi industri tekstil dan pakaian jadi termasuk dalam sepuluh komoditi ekspor utama Indonesia. Nilai ekspor komoditi tekstil dan pakaian jadi Indonesia tahun 2014 mengalami peningkatan dari tahun 2012 dan 2013 menjadi sebesar US$ 12.74 miliar.

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015 (diolah).

Gambar 2 Lima subsektor dengan tenaga kerja terbanyak di Indonesia tahun 2013 Industri besar, sedang, dan kecil di Indonesia menyerap banyak tenaga kerja. Salahsatunya adalah sektor industri pengolahan. Industri pengolahan terdiri dari 24 subsektor, salahsatunya subsektor industri tekstil dan pakaian jadi (KLBI 2009).

Berdasarkan gambar 2, pada tahun 2013 terdapat lima subsektor yang menyerap tenaga kerja terbanyak di antaranya industri tekstil dan pakaian jadi sebanyak 900 ribu tenaga kerja, industri makanan sebanyak 832.4 ribu tenaga kerja, industri karet dan plastik sebanyak 357.5 ribu tenaga kerja, industri pengolahan tembakau sebanyak 279 ribu tenaga kerja, dan industri kayu sebanyak 221 ribu tenaga kerja. Dari kelima subsektor tersebut, industri tekstil dan pakaian jadi merupakan industri yang memiliki kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia pada tahun 2013.

Industri tekstil dan pakaian jadi terdiri dari berbagai macam komoditi. Salahsatunya adalah pakaian jadi. Berdasarkan data ekspor yang dipublikasikan oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2015), pakaian jadi Indonesia

(15)

3 merupakan komoditi tekstil dengan nilai ekspor terbesar dengan kontribusi lebih dari 60 persen selama 5 tahun terakhir. Pakaian jadi dengan nilai ekspor tertinggi adalah pakaian jadi yang terbuat dari katun dengan kode HS 611020 (UNComtrade 2015).

Sebagai komoditi ekspor utama Indonesia, tekstil dan pakaian jadi telah memiliki banyak negara yang menjadi partner dalam perdagangan internasional. Berdasarkan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2015), terdapat 20 negara tujuan ekspor tekstil dan pakaian jadi Indonesia. Penelitian ini hanya memilih 19 negara untuk dianalisis, yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Inggris, China, Brasilia, Belgia, Italia, Belanda, Kanada, Malaysia, Saudi Arabia, Vietnam, Thailand, Turki, Spanyol, Uni Emirat Arab, dan Perancis. Pemilihan negara tujuan tersebut berdasarkan ketersediaan data pada variabel independen yang akan diteliti.

Dari 19 negara yang dianalisis, terdapat tujuh negara anggota Uni Eropa. negara tersebut adalah Jerman, Belgia, Inggris, Italia, Belanda, Spanyol, dan Perancis. Berdasarkan data UNComtrade (2015), Uni Eropa merupakan pasar pakaian jadi Indonesia tertinggi kedua setelah Amerika Serikat. Rata-rata nilai ekspor pakaian jadi Indonesia ke Uni Eropa dari tahun 2009 hingga 2013 adalah US$ 77.28 juta. Sebagai pasar ekspor pakaian jadi Indonesia terbesar kedua, perekonomian Uni Eropa dapat memengaruhi permintaan pakaian jadi Indonesia. Oleh sebab itu, krisis Eropa tahun 2010 dijadikan variabel dummy dalam penelitian ini.

Perumusan Masalah

Globalisasi membuat setiap negara berusaha untuk meningkatkan dayasaing khususnya komoditi-komoditi yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar internasional. Tekstil dan pakaian jadi merupakan komoditi ekspor utama Indonesia yang memiliki potensi untuk memenuhi permintaan dunia dan meningkatkan dayasaing Indonesia di pasar internasional. Industri tekstil dan pakaian jadi telah menyerap banyak tenaga kerja di Indonesia dan berkontribusi besar dalam pembentukan GDP Indonesia.

Sumber : UNComtrade, 2015 (diolah).

(16)

4

Berdasarkan gambar 3, nilai ekspor tekstil khususnya pakaian jadi Indonesia masih kalah saing dengan eksportir lainnya seperti China, Turki, dan Vietnam. Untuk lebih meningkatkan ekspor pakaian jadi di negara tujuan, maka dianalisis potensi pasar di negara tujuan ekspor dengan melihat:

1) Bagaimana posisi dayasaing pakaian jadi Indonesia di negara tujuan ekspor utama?

2) Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi volume ekspor pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan ekspor utama dengan menggunakan pendekatan gravity model?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Menganalisis posisi dayasaing pakaian jadi Indonesia di negara tujuan ekspor utama.

2) Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor pakaian jadi Indonesia di negara tujuan ekspor utama.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1) Mahasiswa dan masyarakat umum yang menjadikannya sebagai salahsatu sumber referensi yang baik bagi kegiatan penulisan dan penelitian selanjutnya.

2) Pemerintah Kementerian Perindustrian sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan industri tekstil dan pakaian jadi khususnya pakaian jadi yang terbuat dari katun.

3) Pemerintah Kementerian Perdagangan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan yang tepat sasaran untuk meningkatkan ekspor dan dayasaing pakaian jadi Indonesia di pasar internasional.

Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mempersempit pemaparan hasil analisis pada penelitian ini, maka penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup sebagai berikut.

1) Penelitian ini menganalisis dayasaing dan determinasi volume ekspor pakaian jadi Indonesia di negara tujuan ekspor utama.

2) Kode Harmonized System (HS) yang dianalisis adalah kode HS 1966 enam digit, yaitu HS 611020 dengan deskripsi of cotton.

3) Periode waktu yang digunakan dalam analisis adalah 5 tahun yaitu 2009-2013.

4) Negara tujuan ekspor utama yang dianalisis ada 19 negara yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Inggris, China, Brasilia, Belgia, Italia, Belanda, Kanada, Malaysia, Saudi Arabia, Vietnam, Thailand, Turki, Spanyol, Uni Emirat Arab, dan Perancis.

(17)

5 6) Variabel independen yang digunakan dalam analisis antara lain GDP riil Indonesia, GDP riil negara tujuan ekspor, nilai tukar riil negara tujuan terhadap US$, harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan ekspor utama, jarak ekonomi, dan dummy krisis Eropa tahun 2010.

TINJAUAN PUSTAKA

Perdagangan Internasional

Menurut Oktaviani dan Novianti (2009), perdagangan internasional merupakan perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

Perdagangan internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi salahsatu komponen dalam pembentukan GDP dari sisi pengeluaran suatu negara. Peningkatan ekspor bersih suatu negara menjadi faktor utama untuk meningkatkan GDP suatu negara. Dalam hal perdagangan internasional, Krugman (2003) menyatakan bahwa alasan utama terjadinya perdagangan internasional adalah 1) motif mencari keuntungan, 2) negara-negara yang berbeda satu sama lain, dan 3) untuk mencapai skala ekonomi (economies of scale).

Gambar 4 menunjukkan keseimbangan parsial perdagangan internasional. Tingkat harga domestik negara A dan B saat tidak ada perdagangan internasional adalah P1 dan P3. Ketika terjadi perdagangan antara negara A dan B maka terbentuk tingkat harga keseimbangan di P2.

(18)

6

akan mengekspor komoditi X sebesar BE dan negara B akan mengimpor komoditi X sebesar B’E’dengan tingkat harga keseimbangan sebesar P2 (Salvatore 1997).

Dayasaing

Menurut European Commission (2009), dayasaing merupakan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi pengujian internasional, dan dalam saat bersamaan juga dapat memelihara tingkat pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan, atau kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal. Pada level konomi, dayasaing merupakan kapasitas suatu negara dalam menyediakan kebutuhan masyarakatnya dengan standar hidup yang berkelanjutan disertai lapangan kerja bagi angkatan kerja.

Menurut Porter (1990), dayasaing merupakan kemampuan suatu negara untuk memasarkan produknya relatif terhadap kemampuan negara lain. Dayasaing dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode di antaranya metode

Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), Intra Industry Trade (IIT), Constant Market Share Analysis (CMSA), dan X-Model Produk export potential.

Keunggulan Komparatif

Teori keunggulan komparatif (the law of comparative advantage) yang diungkapkan oleh David Ricardo merupakan penyempurnaan dari keunggulan absolut Adam Smith. Hukum keunggulan komparatif menyatakan bahwa jika negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam produksi dua komoditas dibandingkan dengan negara lain, perdagangan yang saling menguntungkan masih bisa berlangsung selama rasio harga antar negara masih berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan. (Oktaviani dan Novianti 2009).

Teori ini memiliki beberapa asumsi, yaitu 1) perdagangan dilakukan oleh dua negara dan komoditi yang diperdagangankan ada dua dengan negara 1 memiliki keunggulan komparatif di komoditas 1, sedangkan negara 2 memiliki keunggulan komparatif di komoditas 2, 2) perdagangan bersifat bebas, 3) terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara tetapi tidak ada mobilitas antar dua negara, 4) biaya produksi konstan, 5) tidak ada biaya transportasi, dan 6) tidak ada perubahan teknologi (Sai’idy 2013).

Konsep keunggulan komparatif adalah ukuran dayasaing potensial, artinya dayasaing akan dicapai jika perekonomian tidak mengalami distorsi. Sehingga komoditi yang memiliki keunggulan komparatif juga memiliki efisiensi secara ekonomi (Simatupang 1991 dalam Oktaviani dan Novianti 2009).

Menurut David Ricardo, keunggulan komparatif bersifat dinamis. Negara dengan keunggulan komparatif pada komoditi tertentu harus dapat mempertahankan dan bersaing dengan negara lain di pasar internasional.

(19)

7 Keunggulan Kompetitif

Konsep keunggulan kompetitif adalah kelayakan finansial, yaitu melihat manfaat dari aktivitas ekonomi dari sudut lembaga atau individu yang terlibat. Keunggulan kompetitif ini merupakan kempampuan suatu negara untuk membuat strategi dalam mencapai keuntungan sehingga kondisi alami tidak menghambat produksi komoditi unggulan negara tersebut. keberhasilan dayasaing suatu negara ditentukan oleh inovasi yang dapat dilakukan oleh negara tersebut sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi dan tidak dapat ditiru dengan sempurna oleh pesaingnya (Setiawan 2008 dalam Pradipta 2014).

GDP riil

Menurut Mankiw dalam bukunya yang berjudul The Principles of Macroeconomics, Gross Domestic Product (GDP) merupakan salahsatu ukuran terbaik untuk melihat stastistik ekonomi suatu negara. GDP mengukur dua hal, yaitu total pendapatan dan total pengeluaran output ekonomi barang dan jasa. Selain itu, GDP merupakan nilai pasar semua komoditi akhir yang diproduksi dalam kurun waktu tertentu. GDP terdiri dari dua tipe, yaitu GDP riil dan GDP nominal.

GDP riil merupakan GDP yang nilai barang dan jasanya diukur dengan menggunakan harga konstan, sedangkan GDP nominal merupakan GDP yang nilai barang dan jasanya diukur oleh harga berlaku. Dalam penelitian ini menggunakan GDP riil karena GDP riil tidak dipengaruhi oleh harga namun hanya dipengaruhi oleh produksi. Selain itu, GDP riil menunjukkan bagaimana seluruh produksi ekonomi suatu negara berubah setiap waktu (Mankiw 2008).

Jarak Ekonomi

Jarak merupakan salahsatu faktor dalam gravity model perdagangan internasional yang mengindikasikan biaya transportasi yang dihadapi negara pengekspor. Semakin jauh jarak maka biaya transportasi semakin besar. Hal ini akan berpengaruh pada ekspor. Jarak yang digununakan dalam penelitian ini adalah jarak ekonomi yang diperoleh dari jarak geografis antar negara dikalikan

share GDP riil negara tujuan ekspor terhadap total GDP riil negara tujuan ekspor. Nilai Tukar Riil

Nilai tukar merupakan tingkat harga suatu mata uang dalam mata uang asing atau jumlah mata uang negara asing yang harus dibayarkan untuk mendapatkan satu unit uang domestik (Lipsey 1997). Nilai tukar terdiri dari dua jenis, yaitu nilai tukar riil dan nilai tukar nominal. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif dari mata uang kedua negara sedangkan nilai tukar riil merupakan harga relatif dari barang-barang di antara dua negara.

(20)

8

perkalian nilai tukar nominal dengan share tingkat harga barang dalam negeri terhadap tingkat harga barang luar negeri (Mankiw 2006).

Nilai tukar riil merupakan term of trade yang dapat berdampak pada neraca perdagangan. Jika nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor terhadap US$ mengalami peningkatan nominal, artinya mata uang negara tujuan ekspor mengalami depresiasi sehingga negara tujuan akan lebih memilih ekspor daripada impor. Hal tersebut dapat membuat permintaan ekspor pakaian jadi Indonesia di negara tujuan utama mengalami penurunan (Krugman dan Obstfeld 2003).

Harga Ekspor

Lipsey (1997) menyatakan bahwa harga merupakan salahsatu faktor yang dapat memengaruhi jumlah permintaan konsumen terhadap suatu barang dan jasa. Harga yang memengaruhi permintaan dapat berupa harga komoditi itu sendiri atau harga komoditi lain. Jika harga semakin tinggi, maka jumlah permintaan akan mengalami penurunan. Harga ekspor nominal dapat diperoleh dari nilai ekspor suatu komoditi negara asal ke negara tujuan dibagi dengan volume ekspor komoditi tersebut. Harga ekspor riil diperoleh dari pembagian harga ekspor nominal dengan Indeks Harga Perdagangan Ekspor Indonesia (Oktora 2009).

Penelitian Terdahulu

Rizky dan Widyasanti (2011) dalam penelitiannya mengenai dayasaing produk ekspor manufaktur Indonesia menggunakan metode RCA Dinamis dan data 23 kelompok produk manufaktur SITC Rev.3 periode 2004 – 2009. Hasil analisis menunjukkan bahwa dayasaing produk manufaktur Indonesia yang masuk ke dalam persaingan ekspor memiliki tingkat dayasaing yang cukup baik.

Berdasarkan hasil penelitian Rizky dan Widyasanti (2011), beberapa kelompok yang termasuk dalam kategori rising star adalah kimia dan produk kimia, besi dan baja, logam non besi, barang-barang logam, peralatan dan mesin industri umum, serta peralatan transportasi lain-lain. Sedangkan produk manufaktur benang tekstil dan kain (SITC 65) dan pakaian dan aksesoris pakaian (SITC 84) berada dalam kategori lagging retreat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ekspor produk tersebut masih memiliki tingkat dayasaing namun tren permintaan dunia mengalami penurunan.

Penelitian Sa’idy (2013) dalam jurnalnya mengenai dayasaing komoditas Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia di Amerika Serikat menggunakan data tahun 2000-2012 dengan menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA). Hasil analisis menunjukan bahwa Indonesia memiliki dayasaing yang cukup baik di pasar Amerika Serikat untuk komoditas TPT.

(21)

9 Do (2006) dalam penelitiannya yang berjudul A Gravity Model for Trade Between Vietnam and Twenty-Three European Countries menganalisis aliran perdagangan Vietnam menggunakan data tahun 1993-2004 melalui pendekatan gravity model. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel jarak geografis dan kesamaan sejarah tidak mempengaruhi aliran perdagangan Vietnam ke negara-negara Eropa, sedangakan GDP dan populasi masing-masing negara-negara yang dianalisis mempengaruhi aliran perdagangan Vietnam secara positif.

Amponsah dan Ofori-Boadu (2007) dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perdagangan tekstil dan pakaian jadi Amerika Serikat menggunakan data tahun 1989 hingga 2003 dan data 13 negara eksportir. Penelitiannya menggunakan pendekatan gravity model. Hasil penelitian menunjukkan impor komoditi tekstil dan pakaian jadi Amerika Serikat dipengaruhi oleh GDP eksportir dan Amerika Serikat, GDP per kapita eksportir dan Amerika Serikat, nilai tukar negara importir terhadap US$, price deflator

importir dan Amerika Serikat, dan jarak geografis.

Siahaan (2008) dalam penelitiannya mengenai aliran perdagangan tekstil dan produk tekstil intra ASEAN menggunakan data tahun 2002-2006 dengan pendekatan gravity model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memengaruhi aliran perdagangan intra-ASEAN adalah GDP negara asal dan tujuan, populasi negara asal, jarak ekonomi, tarif dan kesamaan bahasa. Sedangkan nilai tukar riil dan populasi negara tujuan tidak memengaruhi perdagangan TPT secara signifikan.

Hermawan (2011) dalam penelitiannya mengenai faktor yang memengaruhi ekspor produk tekstil Indonesia menggunakan data dari tahun 2000-2008 dengan pendekatan gravity model. Hasil analisis menunjukkan bahwa ekspor produk tekstil Indonesia SITC 26 dipengaruhi secara positif oleh GDP per kapita Indonesia dan negara tujuan ekspor, dan populasi negara tujuan ekspor. Sedangkan yang memengaruhi secara negatif di antaranya jarak geografis, keanggotaan ASEAN, dan border.

Berdasarkan hasil analisis Hermawan (2011), koefisien perbedaan absolut GDP per kapita memiliki tanda negatif (menerima hipotesis Linder). Hal tersebut berarti perdagangan bilateral semakin besar ketika kedua negara memiliki pendapatan per kapita yang relatif sama karena memiliki kesamaan pilihan diferensiasi produk. Sedangkan untuk produk tekstil Indonesia SITC 65, GDP Indonesia tidak memengaruhi ekspor tekstil. Hal ini mungkin karena fase orientasi ekspor sehingga ukuran pendapatan nasional tidak memengaruhi tingkat nilai ekspor.

Tho (2013) dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang memengaruhi ekspor Vietnam menggunakan data tahun 1995 hingga 2011 dan 40 negara importir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memengaruhi ekspor Vietnam adalah GDP Vietnam dan negara tujuan, FDI, dan nilai tukar.

(22)

10

komoditi pisang dipengaruhi oleh jarak ekonomi, populasi negara tujuan, GDP per kapita negara tujuan, dan harga ekspor Indonesia ke negara tujuan.

Berdasarkan pemaparan penelitian terdahulu, berikut merupakan tabel ringkasan hubungan variabel dependen dengan independen yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 1 Ringkasan hubungan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Variabel

Independen

Hubungan dengan Variabel Dependen

Positif Negatif Tidak Signifikan

GDP eksportir Tho (2013) Hermawan (2011)

Do (2006) GDP importir Tho (2013)

Hermawan (2011) Do (2006)

Jarak Pradipta dan

Firdaus (2014)

Do (2006) Hermawan (2011)

Siahaan (2008)

Nilai tukar Tho (2013) Do (2006) Siahaan (2008) Rahman (2013) Amponsah dan

Ofori-Boadu (2007) Harga ekspor Pradipta dan

Firdaus (2014) Krisis Eropa Pradipta dan

Firdaus (2014)

Sumber : Penulis, 2015.

Kerangka Pemikiran

Perdagangan internasional memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Ekspor merupakan bagian dari perdagangan internasional dan salahsatu faktor yang berkontribusi dalam pembentukan GDP suatu negara. Nilai ekspor sektor industri Indonesia tahun 2014 merupakan nilai ekspor yang berkontribusi terbesar. Salahsatu subsektor yang berkontribusi besar adalah subsektor tekstil dan pakaian jadi. Komoditi pakaian jadi merupakan komoditi dengan nilai ekspor tertinggi beberapa tahun terakhir. Subsektor tersebut juga menyerap tenaga kerja terbanyak lebih dari lima tahun terakhir.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis melakukan penelitian untuk melihat dayasaing ekspor pakaian jadi Indonesia di dunia dan di negara-negara tujuan ekspor utama dengan menggunakan metode

(23)

11 tukar mata uang negara tujuan terhadap dollar Amerika dan variabel dummy krisis Eropa tahun 2010.

Gambar 5 Kerangka Pemikiran Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1) Nilai RCA pakaian jadi Indonesia lebih besar dari satu yang berarti pakaian jadi Indonesia memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata dan berdayasaing kuat (RCA>1).

2) Posisi pasar pakaian jadi Indonesia berada pada posisi rising star atau memiliki pangsa pasar ekspor dan produk yang tinggi.

3) GDP riil Indonesia berpengaruh positif terhadap ekspor pakaian jadi Indonesia, artinya peningkatan GDP riil Indonesia akan meningkatkan penawaran ekspor pakaian jadi ke negara tujuan ekspor.

4) GDP negara tujuan berpengaruh positif terhadap ekspor pakaian jadi Indonesia, artinya peningkatan GDP riil negara tujuan akan meningkatkan permintaan ekspor pakaian jadi Indonesia di negara tujuan.

5) Nilai tukar negara tujuan terhadap US$ diduga berpengaruh negatif, artinya bila nilai tukar negara tujuan tehadap US$ mengalami depresiasi,

Ekspor pakaian jadi berperan dalam GDP, industri, dan penyerapan tenaga kerja Indonesia

Perkembangan volume ekspor pakaian jadi Indonesia periode 2009-2013

Analisis posisi dayasaing ekspor pakaian jadi Indonesia

Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi ekspor pakaian

jadi Indonesia

Metode RCA Metode EPD

Gravity Model

(jarak ekonomi, GDP riil, nilai tukar riil, harga ekspor,

dummy krisis)

(24)

12

maka akan meningkatkan permintaan ekspor pakaian jadi Indonesia di negara tujuan.

6) Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap ekspor pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan, artinya semakin jauh jarak negara tujuan ekspor maka akan menurunkan ekspor pakaian jadi Indonesia di negara tersebut.

7) Harga ekspor berpengaruh negatif terhadap ekspor pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan, artinya semakin tinggi tingkat harga ekspor akan mengakibatkan pada penurunan permintaan ekspor.

8) Krisis ekonomi di Eropa tahun 2010 berpengaruh pada ekspor pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan.

METODE

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Periode waktu yang digunakan adalah lima tahun, yaitu tahun 2009 hingga 2013. Periode waktu tersebut digunakan dalam metode RCA dan EPD, serta gravity model

sebagai data deret waktu (time series). Data antar individu (cross section) yang digunakan terdiri dari 19 negara, yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Inggris, China, Brasilia, Belgia, Italia, Belanda, Kanada, Malaysia, Saudi Arabia, Vietnam, Thailand, Turki, Spanyol, Uni Emirat Arab, dan Perancis.

Jenis data variabel dependen dan independen adalah volume ekspor pakaian jadi terbuat dari katun, GDP riil Indonesia, GDP riil negara tujuan ekspor, nilai tukar riil negara tujuan terhadap dolar Amerika, jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor, harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan ekspor dan dummy krisis ekonomi Eropa. Pakaian jadi yang dianalisis adalah pakaian jadi terbuat dari katun dengan kode HS 611020.

Tabel 2 Data dan sumber data

Jenis Data Sumber

Nilai ekspor pakaian jadi HS 611020 Volume ekspor pakaian jadi HS 611020

UNComtrade UNComtrade

GDP riil Worldbank

Nilai tukar riil International Financial Statistics

Jarak geografis Timeanddate

Harga ekspor pakaian jadi HS 611020 UNComtrade (diolah)

Indeks Harga Konsumen UNCTAD

Indeks Harga Perdagangan Ekspor Badan Pusat Statistik Metode Analisis dan Pengolahan Data

(25)

13 menggunakan data deret waktu (time series) dengan periode lima tahun yaitu 2009-2013 dan data antar individu (cross section) dengan komponen sembilan belas negara tujuan yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Inggris, China, Brasilia, Belgia, Italia, Belanda, Kanada, Malaysia, Saudi Arabia, Vietnam, Thailand, Turki, Spanyol, Uni Emirat Arab, dan Perancis. Data diolah menggunakan Microsoft Excel 2010 dan Eviews 6. Program Microsoft Excel 2010 digunakan untuk mengolah RCA dan EPD, sedangkan program Eviews 6 untuk mengolah data panel.

Revealed Comparative Advantage (RCA)

Revealed Comparative Advantage merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis keunggulan komparatif atau dayasaing suatu komoditi di suatu negara. Konsep dasar metode RCA adalah perdagangan antar wilayah menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah atau negara. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu wilayah yang dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia. RCA ini dapat dihitung sebagai berikut.

keterangan :

RCA = nilai RCA (Revealed Comparative Advantage) Xij = nilai ekspor pakaian jadi Indonesia di pasar terkait Xj = nilai total ekspor Indonesia di pasar terkait

Xiw = nilai ekspor pakaian jadi dunia di pasar terkait Xw = nilai total ekspor dunia di pasar terkait

Dengan perhitungan ini dapat diketahui keunggulan komparatif industri pakaian jadi yang diekspor. Nilai RCA>1 menunjukan bahwa pangsa sektor A di suatu negara lebih besar dari pangsa rata-rata komoditas yang bersangkutan dalam ekspor di suatu negara tertentu, artinya bahwa negara tersebut relatif lebih berspesialisasi pada komoditas yang bersangkutan.

Keunggulan metode RCA adalah dapat melihat keunggulan komparatif suatu produk dari waktu ke waktu dengan jelas. Kekuranggannya adalah 1) terdapat asumsi bahwa suatu negara dianggap ekspor semua komoditi, 2) indeks RCA tidak dapat menjelaskan apakah pola perdagangan yang sedang berlangsung tersebut optimal atau tidak, dan 3) tidak dapat mendeteksi serta memprediksi produk-produk yang memiliki potensi di masa yang akan datang.

Export Product Dynamic (EPD)

(26)

14

Sumbu x:

Kekuatan bisnis (pertumbuhan pangsa pasar) ekspor Indonesia (persen) :

Kekuatan bisnis (pertumbuhan pangsa pasar) pakaian jadi Indonesia (persen) :

Xij = nilai ekspor pakaian jadi Indonesia di negara tujuan ekspor (US$) Xt = nilai ekspor total Indonesia di negara tujuan ekspor (US$)

Wij = nilai ekspor pakaian jadi dunia di negara tujuan ekspor (US$) Wt = nilai ekspor total dunia di negara tujuan ekspor (US$)

T = jumlah tahun analisis yang digunakan t = tahun ke t

t-1 = tahun sebelumnya

Berdasarkan penelitian Esterhuizen dalam Bappenas (2009), terdapat matriks posisi pasar pada tabel 3. Berdasarkan tabel 3, rising berarti hasil penghitungan pada sumbu x atau y adalah positif. Falling berarti hasil penghitungan sumbu x atau y adalah negatif.

Tabel 3 Matriks posisi pasar

Share of Country's Export ion World Trade (x)

Share of Product in World Trade (y)

Rising (Dynamic) Falling (Stagnant) Rising (Competitive) Rising star Falling star Falling (Non-Competitive) Lost opportunity Retreat Sumber : Esterhuizen dalam Bappenas, 2009.

Matriks EPD terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis. Kombinasi daya tarik pasar dan kekuatan bisnis menghasilkan karakter posisi produk ke dalam empat katergori, yaitu rising star, falling star, lost opportunity,

dan retreat.

(27)

15 Model Gravitasi (Gravity Model)

Model gravitasi merupakan model yang digunakan untuk menganalisis pola aliran perdagangan bilateral antar negara dalam suatu wilayah. Model ini menduga perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antar negara. Model yang didasarkan pada konsep gravitasi Newton ini pertama kali digunakan oleh Jan Timbergen pada tahun 1962 untuk menganalisis aliran perdagangan internasional. Model gravitasi sesuai dengan perumusan Newton terhadap model gravitasi fisika yaitu “interaksi antara dua objek adalah sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jarak masing-masing”.

keterangan:

Fij = volume interaksi antara dua negara (aliran perdagangan) Mi, Mj = ukuran ekonomi negara asal i dan negara tujuan j

Dij = jarak kedua negara G = konstanta

Persamaan tersebut diubah ke dalam bentuk linier dengan menggunakan persamaan logaritma sehingga menjadi bentuk umum dari gravity model dengan TF merupakan trade flow (aliran perdagangan bilateral), Y merupakan GDP negara i dan negara j yang mencerminkan ukuran ekonomi suatu negara, dan D merupakan jarak antar kedua negara. Persamaan tersebut sebagai berikut.

Aliran perdagangan bilateral ditentukan oleh beberapa variabel, yaitu 1) variabel-variabel yang mewakili total permintaan potensial negara pengimpor, 2) variabel-variabel yang mewakili total penawaran potensial negara pengekspor, dan 3) variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara negara pengekspor dengan negara pengimpor (Linneman dalam Do 2006).

Variabel yang mewakili total permintaan potensial negara pengimpor dapat digambarkan oleh GDP negara importir atau GDP per kapita negara importir. Variabel yang mewakili total penawaran potensial negara pengekspor adalah GDP negara pengekspor atau GDP per kapita negara pengekspor. Variabel penghambat atau pendukung dapat digambarkan oleh variabel jarak, nilai tukar, harga, atau krisis ekonomi.

Estimasi Model

(28)

16

LnVXit = β

0+ β1LnGDPIit+ β2LnGDPJit+ β3LnECODISTit+ β4LnXRATEJit+

β5LnRPRICE

it+ β6DCRISIS1+ εit keterangan:

VX

it = volume ekspor pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan (Kg) GDPI

it = GDP riil Indonesia (US$) GDPJ

it = GDP riil negara tujuan (US$) ECODIST

it = jarak ekonomi (Km) XRATEJ

it = nilai tukar riil mata uang negara tujuan terhadap US$ (Local Current Unit/US$)

RPRICEit = harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan (US$/Kg)

DCRISIS1 = dummy krisis ekonomi Eropa tahun 2010 (1=ketika dan setelah terjadi krisis, 0=sebelum terjadi krisis)

εit = random error

β0 = konstanta (intercept)

βn = parameter yang diduga (n=1,2,…,6)

t = time series

i = cross section

Penjelasan variabel-variabel yang digunakan dalam model adalah:

1. Volume ekspor pakaian jadi Indonesia menjadi variabel dependen dalam model yang dinyatakan dalam kilogram.

2. GDP riil Indonesia merupakan GDP riil Indonesia dengan tahun dasar 2005 yang dinyatakan dalam US$.

3. GDP riil negara tujuan ekspor merupakan GDP riil negara tujuan ekspor utama dengan tahun dasar 2005 yang dinyatakan dalam US$.

4. Jarak ekonomi yang digunakan dalam pnelitian ini merupakan perkalian jarak georgrafis antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor dengan

share GDP riil negara tujuan terhadap total GDP riil negara tujuan. Jarak ekonomi dinyatakan dalam satuan kilometer.

5. Nilai tukar riil negara tujuan terhadap US$ merupakan nilai tukar riil dengan tahun dasar 2005 dan dinyatakan dalam masing-masing mata uang negara tujuan ekspor terhadap US$ (Local Current Unit/US$).

6. Harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia didapatkan dari pembagian harga ekspor pakaian jadi Indonesia dengan Indeks Harga Perdagangan Ekspor tahun dasar 2005 yang dinyatakan dalam satuan US$/kilogram.

(29)

17 Uji Kesesuaian Model

Sebuah panel data mengkombinasikan data time series dan cross section. Menurut Baltagi (2004), ada beberapa keuntungan menggunakan panel data di antaranya:

1. Teknik dalam estimasi panel data dapat menghilangkan heterogenitas eksplisit. 2. Dengan mengkombinasikan time series pada observasi cross section, panel

data lebih informatif, bervariasi dan berkurangnya kolinearitas antar variabel, derajat kebebasan yang lebih banyak dan lebih efisien.

3. Panel data cocok untuk menganalisis dinamika perubahan karena analisisnya menggunakan cross section yang diobservasi berulang.

4. Panel data dapat mendeteksi efek yang tidak dapat diobservasi oleh data cross section murni atau data time series murni.

5. Panel data dapat mempelajari model yang kompleks. 6. Panel data dapat meminimalisasikan bias.

Pemilihan model terbaik

Untuk memperoleh model terbaik maka perlu pengujian statistik, yaitu uji Chow dan uji Hausman.

1. Uji Chow

Uji Chow atau uji F statistik merupakan pengujian statistik untuk memilih model apa yang akan digunakan. Hipotesisnya adalah:

H0 : model Pooled Least Square (PLS) H1 : model Fixed Effect

Jika nilai F statistik lebih besar dari F tabel, cukup bukti untuk menolak H0. Hal ini berarti model yang dipilih adalah model fixed effect.

2. Uji Hausman

Uji Hausman merupakan pengujuan statistik untuk memilih model apa yang akan digunakan. Hipotesisnya adalah:

H0 : model Random Effect H1 : model Fixed Effect

Jika nilai uji Hausman lebih besar dari chi square, cukup bukti untuk menolak H0. Hal ini berarti model yang dipilih adalah model fixed effect.

Uji kriteria ekonomi

Uji kriteria ekonomi dalam model bertujuan untuk mengetahui apakah model telah memenuhi kriteria ekonomi dan dugaan hipotesis. Uji ini dilakukan dengan melihat tanda koefisien pada hasil estimasi model yang dianalisis.

Uji asumsi klasik

Untuk memperoleh model yang efisien maka asumsi-asumsi yang mendasari model tersebut harus terpenuhi. Terdapat empat uji asumsi klasik, yaitu heteroskedastisitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan normalitas.

1. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan salahsatu penyimpangan asumsi klasik berupa ragam sisaan yang tidak konstan yang lebih banyak muncul pada data

(30)

18

Pelanggaran asumsi klasik heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan membandingkan sum square residual pada weight statistic dengan unweighted statistic. Jika sum square residual weighted statistic lebih kecil dari sum square residual unweighted statistic maka dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas. Salahsatu cara yang dapat silakukan untuk mengatasi pelanggaran asumsi klasik ini adalah dengan metode Generalized Least Square (GLS) yang dalam metode ini kuadrat terkecil diboboti.

2. Multikolinearitas

Pelanggaran asumsi klasik yang sering terjadi adalah multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linier kuat antar variabel independen dalam persamaan regresi. Menurut Gujarati dalam Napitulu (2007), jika nilai R2 yang tinggi (R2 > 0.7) namun banyak tanda koefisien regresi dugaan yang tidak sesuai teori, maka model yang digunakan terdapat masalah multikolonearitas. Salahsatu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi multikolinearitas adalah dengan menggabungkan data

time series dengan cross section. 3. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan pelanggaran asumsi klasik, yaitu terdapat korelasi antara anggota observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series) atau ruang (data cross section). Autokorelasi mengakibatkan estimator tidak efisien karena tidak memiliki ragam minimum sehingga kuadrat estimator bias dan bukan estimator tak bias linear terbaik (BLUE). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat diuji dengan uji Durbin-Watson.

4. Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengatasi error term menyebar secara normal atau tidak. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat nilai Jarque-Bera. Jika nilai probabilitasnya lebih besar dari taraf nyata yang digunakan, maka model tersebut menyebar secara normal.

Uji kriteria statistik

Uji kriteria statistik digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel yang digunakan dalam model regresi signifikan atau tidak. Uji hipotesis ini terdiri dari uji F, uji t, dan uji R2.

1. Uji F

Uji F merupakan pengujian untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama memengaruhi variabel dependen. Hipotesisnya adalah :

H0 : β1= β2= β3 =β4 =β5 =β6 = βn=0

H1: Minimal ada satu nilai β yang tidak sama dengan nol Jika probabilitas lebih kecil dari taraf nyata α persen, maka sudah cukup bukti untuk tolak H0, artinya minimal ada satu variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen pada taraf nyata α persen.

2. Uji t

Uji t merupakan pengujian untuk mengetahui seberapa jauh setiap variabel independen memengaruhi variabel dependen dengan manguji koefisien regresi secara individual. Hipotesisnya adalah :

(31)

19 Jika probabilitas lebih kecil dari taraf nyata α persen, maka sudah cukup bukti untuk tolak H0, artinya variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen pada taraf nyata α persen.

3. Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi merupakan uji kesesuaian model yang bertujuan untuk mengukur keragaman variabel independen yang dapat diterangkan oleh variabel dependen. Ketika R2=1, berarti seratus persen variasi dalam variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen yang terdapat dalam persamaan regresi.

GAMBARAN UMUM

Perkembangan Perdagangan Pakaian Jadi di Dunia

Nilai perdagangan pakaian jadi yang terbuat dari katun (HS 6110202) memiliki tren yang cenderung meningkat di pasar internasional selama periode 2009-2013 (gambar 6). Rata-rata pertumbuhan ekspor pakaian jadi di pasar internasional sebesar 8.7 persen. Pertumbuhan tahun 2010 hingga 2013 sebesar 22.26 persen, 19.07 persen, -1.89 persen, dan 1.32 persen.

Sebelum terjadi krisis Eropa tahun 2010, pertumbuhan nilai ekspor pakaian jadi dunia relatif besar. Pada awal terjadinya krisis Eropa tahun 2010, nilai ekspor pakaian jadi dunia masih mengalami pertumbuhan namun tidak sebesar tahun sebelumnya. Krisis Eropa yang memuncak pada tahun 2011 berdampak pada pertumbuhan ekspor pakaian jadi dunia pada tahun-tahun selanjutnya. Tahun 2012 nilai ekspor pakaian jadi dunia mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh banyak negara maju, khususnya Uni Eropa, yang mengalami perlambatan ekonomi pada tahun 2012. Namun penurunan ini tidak berlangsung lama karena pada tahun 2013 nilai ekspor kembali meningkat walaupun peningkatannya relatif rendah.

Sumber : UNComtrade, 2015.

Gambar 6 Tren nilai ekspor pakaian jadi (HS 611020) di dunia tahun 2009-2013 Volume ekspor pakaian jadi di pasar internasional mengalami fluktuasi. Berdasarkan gambar 7, volume ekspor pakaian jadi dunia mengalami penurunan yang signifikan tahun 2012 menjadi sebesar 534.2 ribu ton. Namun sama halnya

0.0 200.0 400.0 600.0

2009 2010 2011 2012 2013

(32)

20

dengan nilai ekspor, volume pakaian jadi mengalami peningkatan kembali pada tahun 2013 menjadi sebesar 939.6 ribu ton. Besarnya volume ekspor ini hampir sama besar dengan volume ekspor tahun 2009, 2010, dan 2011 (lebih dari 900 ribu ton).

Penurunan volume ekspor pakaian jadi dunia pada tahun 2012 salahsatunya disebabkan oleh turunnya permintaan ekspor pakaian jadi. Berdasarkan data UNComtrade (2015), Uni Eropa merupakan importir pakaian jadi tertinggi kedua setelah Amerika Serikat, artinya Uni Eropa merupakan salahsatu pasar ekspor pakaian jadi tertinggi dan berkontribusi terhadap pembentukan ekspor pakaian jadi dunia. Sehingga penurunan ekspor ke Uni Eropa akibat terjadinya perlambatan ekonomi dapat berpengaruh pada ekspor pakaian jadi dunia.

Sumber : UNComtrade, 2015.

Gambar 7 Volume ekspor pakaian jadi (HS 611020) di dunia tahun 2009-2013 Perkembangan Pakaian Jadi Indonesia

Perdagangan pakaian jadi Indonesia periode 2009 hingga 2013 memiliki tren yang fluktuatif. Nilai ekspor pakaian jadi Indonesia periode 2009 hingga 2013 sebesar US$ 435.9 juta, US$ 574.1 juta, US$ 643.9 juta, US$ 527.8 juta, dan US$ 578.5 juta. Tahun 2009 hingga 2011 nilai ekspor pakaian jadi Indonesia memiliki tren yang naik. Namun pada tahun 2012 nilai ekspor pakaian jadi Indonesia mengalami penurunan sebesar 18.04 persen dan naik kembali pada tahun 2013 sebesar 9.59 persen. Sedangkan nilai impor pakaian jadi Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 2011 hingga 2013 dengan peningkatan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2013 sebesar 100.76 persen.

Sumber : UNComtrade, 2015.

(33)

21 Terdapat 20 negara yang menjadi tujuan ekspor pakaian jadi Indonesia (Kemendag 2015), yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Inggris, China, Brasilia, Belgia, Italia, Belanda, Kanada, Malaysia, Saudi Arabia, Vietnam, Thailand, Turki, Spanyol, Uni Emirat Arab, Taiwan, dan Perancis. Pada periode 2009 hingga 2013, Amerika Serikat menduduki posisi pertama sebagai negara tujuan utama dengan rata-rata volume ekspor pakaian jadi sebesar 41 persen dari rata-rata volume ekspor pakaian jadi Indonesia ke dunia. Urutan kedua dan ketiga diduduki oleh Jerman dan Jepang sebesar 3 persen dan 2 persen. Sedangkan 17 negara tujuan ekspor utama lainnya masing-masing tidak lebih dari 2 persen (gambar 9).

Sumber : UNComtrade, 2015 (diolah).

Gambar 9 Rata-rata share volume ekspor pakaian jadi (HS 611020) Indonesia tahun 2009-2013 Pangsa Pasar Pakaian Jadi Indonesia

Sumber : UNComtrade, 2015 (diolah).

Gambar 10 Share ekspor pakaian jadi Indonesia di dunia tahun 2009 hingga 2013

Share ekspor pakaian jadi Indonesia periode 2009 hingga 2013 memiliki tren yang fluktuatif namun cenderung meningkat. Besar share ekspor periode 2009-2013 adalah 3 persen, 3.6 persen, 3.7 persen, 4.1 persen, dan 3.5 persen. Walaupun share ekspor pakaian jadi Indonesia meningkat dari tahun 2009 hingga

Amerika Serikat

41%

Jerman 3% Jepang

2% Lain-lain

54%

0 1 2 3 4 5

2009 2010 2011 2012 2013

(34)

22

2012 dan mengalami penurunan pada tahun 2013, Indonesia tetap menjadi sepuluh besar pengekspor pakaian jadi HS 611020.

Peningkatan share ekspor tidak sesuai dengan peningkatan peringkat. Peringkat Indonesia dari tahun 2009 hingga 2013 secara berurutan adalah ke sembilan, ke tujuh, ke enam, ke tujuh, dan ke tujuh. Meskipun tahun 2013 share

ekspor Indonesia menurun, Indonesia tetap berada pada peringkat tujuh eksportir pakaian jadi HS 611020 terbesar di dunia (UNComtrade 2015).

Perkembangan GDP Riil Indonesia dan Negara Tujuan Ekspor Utama GDP riil Indonesia dan negara tujuan ekspor lainnya memiliki nilai yang beragam (lampiran 1). Negara yang nilai GDP riil meningkat dari tahun 2009 hingga 2013 adalah Indonesia, Belgia, Brasilia, Kanada, China, Perancis, Jerman, Korea Selatan, Inggris, Amerika Serikat, Malaysia, Saudi Arabia, Thailand, Turki, Uni Emirat Arab, dan Vietnam. Negara yang mengalami peningkatan GDP riil terbesar adalah China dengan rata-rata pertumbuhan GDP riil sebesar 8.8 persen. Sedangkan negara yang mengalami penurunan GDP riil sejak tahun 2011 adalah Spanyol sedangkan Italia dan Belanda sejak tahun 2012. Jepang mengalami penurunan nilai GDP riil pada tahun 2011 namun dapat meningkatkan GDP riilnya kembali pada tahun 2012 dan 2013.

Perkembangan Harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia

Sumber : UNComtrade, 2015 (diolah).

Gambar 11 Tren harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia (HS 611020) di dunia tahun 2009-2013

Berdasarkan gambar 11, harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia di dunia mengalami tren yang cenderung fluktuatif. Namun sejak tahun 2012 harga ekspor riil pakaian jadi Indonesia mengalami penurunan. Hal tersebut berbeda dengan nilai ekspor pakaian jadi Indonesia.

(35)

23 Perkembangan Nilai Tukar Riil Mata Uang Negara Tujuan Terhadap US$

Nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap US$ memiliki tren yang beragam (lampiran 1). Negara yang nilai tukarnya cenderung melemah periode 2009 hingga 2013 adalah Vietnam, Saudi Arabia, dan Turki sedangkan yang cenderung menguat adalah Korea Selatan, China, Uni Emirat Arab, dan Kanada. Negara yang nilai tukarnya terhadap US$ sangat berfluktuatif adalah Jepang, Thailand, Malaysia, Brazil, dan Inggris.

Negara yang termasuk dalam Uni Eropa dengan mata uang Euro memiliki tren yang sama. Negara tujuan ekspor dengan mata uang Euro adalah Belgia, Perancis, Jerman, Italia, Belanda, dan Spanyol. Nilai tukar ke enam negara tersebut melemah setelah terjadi krisis Eropa tahun 2010, namun menguat kembali tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2012, Euro berada pada posisi terlemahnya selama periode 2009 hingga 2013. Hal tersebut diakibatkan oleh perlambatan perekonomian yang terjadi di Uni Eropa pada tahun 2012.

Sumber : International Financial Statistics, 2015 (diolah).

Gambar 12 Tren nilai tukar enam negara tujuan ekspor anggota Uni Eropa tahun 2009-2013

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dayasaing Pakaian Jadi Indonesia di Dunia

Perdagangan internasional terdiri dari interaksi transaksi antar individu dengan negara lain, individu dengan pemerintah negara lain, atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain atas kesepakatan bersama. Transaksi tersebut berupa ekspor dan impor. Kegiatan perdagangan internasional menyebabkan setiap negara harus meningkatkan dayasaing agar mampu bertahan dalam pasar internasional.

Salahsatu metode yang dapat digunakan untuk mengukur dayasaing suatu komoditi adalah Revealed Comparative Advantage (RCA). RCA dapat mengukur kinerja ekspor komoditi tertentu dari suatu negara. Nilai RCA yang lebih besar dari satu mengindikasikan bahwa komoditi yang dianalisis memiliki dayasaing kuat atau keunggulan komparatif di atas rata-rata dunia. Komoditi yang berdayasaing kuat dapat dipertahankan untuk tetap melakukan ekspor ke negara tujuan ekspor.

0.71 0.735 0.76 0.785

2009 2010 2011 2012 2013

(36)

24

Tabel 4 Hasil estimasi RCA pakaian jadi Indonesia di dunia

Tahun Xij/Xt Wij/Wt RCA

Pakaian jadi merupakan salahsatu dari sepuluh komoditi ekspor utama Indonesia (Kemendag, 2015). Tabel 4 menunjukkan rata-rata nilai RCA pakaian jadi Indonesia di dunia tahun 2009 hingga 2013 lebih besar dari satu, yaitu 3.251154. Hal ini berarti pakaian jadi Indonesia memiliki dayasaing yang kuat (keunggulan komparatif) di pasar internasional. Hasil perhitungan RCA ini sesuai dengan hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya.

Tabel 5 Hasil estimasi EPD pakaian jadi Indonesia di dunia Tahun

Export Dynamic Product (EPD) digunakan untuk melihat keunggulan kompetitif suatu komoditi dengan menentukan posisi dan identifikasi apakah suatu produk memiliki jangkauan yang luas. Pada periode 2009-2013, rata-rata posisi komoditi pakaian jadi Indonesia (HS 611020) berada pada posisi rising star. Posisi tersebut merupakan posisi terbaik untuk sebuah komoditi dalam pasar internasional. Posisi rising star menunjukkan bahwa Indonesia memperoleh tambahan pangsa pasar tertinggi pada ekspor pakaian jadi. Berdasarkan hasil perhitungan EPD, posisi rising star mengindikasikan pakaian jadi Indonesia bertumbuh cepat (dinamis).

(37)

25

Falling star merupakan posisi yang kurang diinginkan karena artinya pakaian jadi Indonesia tidak mengalami pertumbuhan pada tahun 2012. Namun pangsa pasar ekspor Indonesia di dunia masih meningkat dari tahun 2011. Retreat

artinya kemunduran. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2013, komoditi pakaian jadi Indonesia mengalami kemunduran pada pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan produk. Untuk meningkatkan pangsa pasar pakaian jadi Indonesia, diperlukan peningkatan kualitas dan inovasi agar pangsa pasar pakaian jadi Indonesia tidak menurun pada tahun-tahun berikutnya.

Dayasaing Pakaian Jadi Indonesia di Negara Tujuan Ekspor Utama Nilai RCA pakaian jadi Indonesia di dunia belum tentu memiliki nilai yang sama bila dilihat dari masing-masing negara tujuan ekspor. RCA pakaian jadi Indonesia pada 19 negara tujuan ekspor utama memiliki nilai yang berbeda-beda.

Dayasaing pakaian jadi Indonesia yang kuat berada di negara Kanada, Amerika Serikat, Jerman, Inggris, China, Perancis, Brazil, Belanda, Belgia, Uni Emirat Arab, dan Korea Selatan. Namun dayasaing pakaian jadi Indoesia di Jepang, Spanyol, Italia, Thailand, Malaysia, Turki, Saudi Arabia, dan Vietnam masih kurang kuat (RCA<1). Hal tersebut mengindikasikan bahwa pakaian jadi Indonesia di negara-negara tersebut belum memiliki keunggulan komparatif. Hal tersebut diakibatkan oleh eksportir pesaing lebih mendominasi di negara-negara tersebut.

(38)

26

Tabel 6 Hasil estimasi RCA dan EPD pakaian jadi Indonesia di negara tujuan ekspor utama tahun 2009-2013

Negara

Rata-rata RCA

Pertumbuhan pangsa pasar

ekspor (persen)

Pertumbuhan pangsa pasar

produk (persen)

Posisi EPD

Amerika Serikat 15.32 42.02 -5.98 Falling Star

Jerman 8.41 0.53 -0.51 Falling Star

Jepang 0.42 32.21 2.94 Rising Star

Inggris 5.58 27.54 2.21 Rising Star

Kanada 19.83 264.13 3.81 Rising Star

Belanda 2.14 -1.36 3.81 Lost Opportunity

Korea Selatan 1.09 -5.25 8.75 Lost Opportunity

Perancis 3.51 -25.58 3.99 Lost Opportunity

China 4.25 14.23 2.23 Rising Star

Belgia 2.89 67.98 8.17 Rising Star

Spanyol 0.81 115.87 -1.99 Falling Star

Italia 0.77 140.1 1.29 Rising Star

Uni Emirat Arab 1.94 171.42 4.42 Rising Star

Brasilia 3.63 11.19 0.52 Rising Star

Thailand 0.82 63.25 0.29 Rising Star

Malaysia 0.09 261.02 3.69 Rising Star

Turki 0.55 51.26 8.35 Rising Star

Saudi Arabia 0.4 10.32 2.25 Rising Star

Vietnam 0.29 1181.9 -6.52 Falling Star

Sumber : UNComtrade, 2015 (diolah).

(39)

27

Sumber : UNComtrade, 2015 (diolah).

Gambar 13 Posisi EPD pakaian jadi Indonesia di negara tujuan

Berdasarkan EPD, posisi pakaian jadi Indonesia di negara tujuan diperoleh dari kombinasi pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pakaian jadi Indonesia. pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia dinyatakan dengan sumbu x, sedangkan pertumbuhan pangsa pasar pakaian jadi Indonesia dinyatakan dengan sumbu y. Jerman, Spanyol, dan Vietnam. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pakaian jadi Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan produk ketika memiliki pangsa pasar ekspor yang baik, artinya share pakaian jadi Indonesia mengalami peningkatan namun permintaan pakaian jadi Indonesia di keempat negara tersebut mengalami penurunan.

Pakaian jadi Indonesia di Belanda, Korea Selatan, dan Perancis memiliki dayasaing yang kuat namun berada di posisi lost opportunity. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pangsa pasar pakaian jadi mengalami penurunan ketika pangsa pasar ekspor di ketiga negara tersebut mengalami peningkatan, artinya Indonesia kehilangan kesempatan untuk memenuhi permintaan pakaian jadi Indonesia di ketiga negara tersebut. Meskipun begitu, pakaian jadi Indonesia

-8

-200 -100 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200

P

Pertumbuhan Pangsa Pasar Ekspor Indonesia

Amerika Serikat Jerman Jepang Inggris

Kanada Belanda Korea Selatan Perancis

China Belgia Spanyol Italia

Uni Emirat Arab Brasilia Thailand Turki

(40)

28

masih memiliki kesempatan untuk memenuhi permintaan di negara tujuan. Salahsatu caranya dengan melakukan inovasi sesuai selera konsumen negara tujuan agar negara pesaing tidak dapat meniru produk pakaian jadi Indonesia dengan sempuna.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Pakaian Jadi Indonesia di Negara Tujuan Ekspor Utama

Pakaian jadi Indonesia merupakan salahsatu komoditi ekspor utama Indonesia yang memiliki dayasaing kuat secara komparatif dan kompetitif dengan nilai rata-rata RCA sebesar 3.251154 dengan posisi rising star di pasar internasional. Oleh karena itu diperlukan analisis faktor-faktor apa saja yang memengaruhi ekspor pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan agar pakaian jadi Indonesia semakin unggul dan berdayasaing kuat di pasar internasional.

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor pakaian jadi Indonesia menggunakan gravity model. Gravity model digunakan untuk melihat pengaruh pendapatan negara eksportir atau importir, pengaruh jarak ekonomi, dan faktor lainnya baik ekonomi maupun non ekonomi terhadap ekspor pakaian jadi Indonesia.

Jenis pakaian jadi yang dianalisis adalah pakaian jadi yang terbuat dari katun (HS 611020). Negara tujuan ekspor pakaian jadi Indonesia terdiri dari Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Inggris, Kanada, Belanda, Korea Selatan, Perancis, China, Belgia, Spanyol, Italia, Uni Emirat Arab, Brasilia, Thailand, Malaysia, Turki, Saudi Arabia, dan Vietnam. Tahun yang dianalisis sebanyak lima tahun yaitu tahun 2009-2013.

Tabel 7 Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan tahun 2009-2013

Variabel Dependen : LN_VX

Variable Independen Koefisien Probabilitas

LN_GDPI -0.336569 0.6579

LN_GDPJ 38.09098 0.0222**

LN_ECODIST -30.25875 0.0702*

LN_XRATEJ -2.043457 0.0033**

LN_RPRICE -1.266598 0.0000**

DCRISIS 0.131345 0.3441

C -828.5964 0.0183

Weighted Statistics

R-squared 0.968357 Sum squared resid 27.89098

Prob(F-statistic) 0.000000 Durbin-Watson stat 1.674646

Unweighted Statistics

R-squared 0.927780 Durbin-Watson stat 1.601399

Sum squared resid 33.65308

Keterangan : signifikan terhadap taraf nyata 5 % (**) dan 10% (*)

Uji Kriteria Ekonometrika

Gambar

Gambar 1 Share trade terhadap Gross Domestic Product (GDP) di dunia tahun
Gambar 2 Lima subsektor dengan tenaga kerja terbanyak di Indonesia tahun 2013
Gambar 3 Nilai ekspor pakaian jadi Indonesia dan negara pesaing di dunia tahun
Gambar 4 Keseimbangan Parsial Perdagangan Internasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

stress fisik maupun stress mental yang disebabkan oleh lawan, kawan bermain, penonton, pengaruh lingkungan dan lain sebagainya. Berdasarkan apa yang telah dibahas

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari menyebarkan kuisioner kepada konsumen yang telah melihat tayangan iklan Yamaha Jupiter MX

Tujaan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara disiplin kerja dengan prestasi kerja karyawan, untuk mengetahui tingkat disiplin kerja, untuk mengetahui

Menurut Sembiring (2005) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan

Nilai maximum variabel tata kelola perusahaan sebesar 91,91 yang berarti perusahaan dengan nilai perolehan skor CGPI paling banyak, diperoleh pada perusahaan PT Bank

1) Kondisi vegetasi mangrove di tiap kanal memperlihatkan perbedaan yang nyata. Jumlah tegakan dan luas mangrove tertinggi berada pada kanal II, sedangkan terendah

Investasi pada reksa dana bukan merupakan deposito maupun investasi yang dijamin atau diasuransikan oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia atau afiliasinya, dan tidak terbebas

Hasil ini memberi arti bahwa pengaruh Model Uji Kompetensi Akuntansi dan Implementasi Uji Kompetensi Akuntansi secara bersama- sama terhadap Kompetensi Lulusan Akuntansi