• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE, ASSET GROWTH, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, DAN LEVERAGE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE, ASSET GROWTH, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, DAN LEVERAGE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

xi

Responsibility Disclosure (CSRD), Asset Growth, Institutional Ownership, and Leverage on the Firm Value. This study uses secondary data from the Indonesia Stock Exchange (BEI) to obtain data in the form of a list of non-financial companies and the financial statements of non-financial companies listed on the Stock Exchange for the period 2012-2015. This study using purposive sampling method and using a multiple linear regression analysis.

The results of this study indicate that leverage positive and significant effect on firm value. While the disclosure of corporate social responsibility (CSRD), asset growth, and institutional ownership is not has significant effect on firm value.

Keywords: Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD), Asset Growth, Institutional Ownership, Leverage, and Firm Value.

(2)

(Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015)

Mariasih

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT

This study aims to empirically examine the effect of Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD), Asset Growth, Institutional Ownership, and Leverage on the Firm Value. This study uses secondary data from the Indonesia Stock Exchange (BEI) to obtain data in the form of a list of non-financial companies and the financial statements of non-financial companies listed on the Stock Exchange for the period 2012-2015. This study using purposive sampling method and using a multiple linear regression analysis.

The results of this study indicate that leverage positive and significant effect on firm value. While the disclosure of corporate social responsibility (CSRD), asset growth, and institutional ownership is not has significant effect on firm value.

(3)

memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai kondisi tertentu dimana suatu perusahaan telah mencapai sasaran yang dapat dijadikan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Menurut Martin et al. (2000) nilai perusahaan diartikan sebagai nilai atau harga pasar yang berlaku atas saham biasa yang dimiliki oleh perusahaan. Pengertian saham sendiri adalah salah satu bentuk surat berharga yang telah dikeluarkan oleh suatu perusahaan.

Adanya konflik antara penyedia dana sebagai kreditor dengan pemilik perusahaan adalah masalah tersendiri bagi manajemen keuangan dalam upaya mengoptimalkan nilai perusahaan. Apabila perusahaan semakin maju, maka akan terjadi peningkatan nilai saham, sementara nilai dari hutang yang dimiliki perusahaan dalam bentuk obligasi nilainya tetap dan tidak akan terpengaruh. Nilai dari saham kepemilikan perusahaan merupakan indeks tepat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan. Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam melimpah menjadikan ketertarikan tersendiri bagi para investor domestik maupun mancanegara untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Semakin pesatnya pertumbuhan berbagai sektor perusahaan yang ada di Indonesia menjadikan tanggung jawab yang dipikul perusahaan lebih besar.

(4)

diantaranya yaitu telah menggusur tanah-tanah adat di mimika, pencemaran limbah tailing yang menimbun sekitar 110 km2wilayah estuari, terkuburnya lahan subur 133 km2, dan sepanjang 20 – 40 km bentang sungai Ajkwa telah beracun akibat limbah yang ditimbulkan, belum lagi Kasus Pembakaran Hutan untuk lahan perkebunan yang akhir-akhir ini marak terjadi. Contoh kasus diatas hanya sebagian kecil dari dampak yang ditimbulkan akibat beroperasinya suatu perusahaan. Oleh sebab itu saat ini pengukuran dari nilai perusahaan dengan hanya berfokus pada single bottom line, yaitu kondisi keuangan saja yang dijadikan sebagai indikator dalam penilaian perusahaan dirasa sudah tidak layak lagi untuk dijadikan pertimbangan dalam penilaian suatu perusahaan. Saat ini konsep triple bottom line yaitu konsep tanggung jawab perusahaan yang tidak hanya berpijak pada kondisi keuangan saja melainkan juga memperhatikan aspek lingkungan (planet), serta dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat (people) mulai digencarkan oleh berbagai perusahaan didunia. Sehingga keseimbangan kegiatan perusahaan yang meliputi ekonomi, sosial, dan lingkungan dapat terjaga.

MemasukiAsean Economic Community(AEC) pada akhir tahun 2015 lalu menjadikan suatu tantangan tersendiri bagi semua perusahaan di wilayah ASEAN termasuk Indonesia untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan dan menjaga

(5)

Intelligence Agency menyatakan bahwa Indonesia adalah salah satu Negara ASEAN yang memiliki masalah lingkungan hidup yang cukup serius, terutama untuk masalah polusi air dan deforestasi. Maraknya pembakaran hutan secara liar yang digunakan untuk pembukaan lahan perkebunan harus lebih diperhatikan lagi karena dampak yang ditimbulkan besar yaitu pencemaran udara hingga sampai ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Aspek-aspek lingkungan dalam suatu perusahaan sudah sepatutnya harus dijaga agar nilai perusahaan di mata

stakeholderjuga meningkat.

Dalam upaya mencapai tujuan perusahaan biasanya pemodal akan menyerahkan pengelolaan dananya kepada profesional yang biasanya berprofesi sebagai komisaris atau manajer perusahaan. Kerjasama yang baik antara

stakeholder maupun shareholder dengan manajemen perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan dengan cara memaksimumkan modal kerja dalam upaya pengambilan keputusan keuangan perusahaan. Pada perkembangan selanjutnya, Myer (1977) menjelaskan tentang teori trade off yaitu bahwa jika posisi struktur modal berada di bawah titik optimal maka setiap penambahan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan, tetapi setelah melewati titik optimal tersebut peningkatan penggunaan hutang dapat menurunkan nilai perusahaan. Titik optimal dapat diperoleh dengan adanya keseimbangan antara keuntungantax shield dengan financial distress dan agency cost, karena penggunaan leverage,

(6)

penelitian yang dilakukan Nugraheni (2010) menunjukkan hasil bahwa CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sementara di tahun yang sama penelitian Irwanti (2010) menunjukkan hasil bahwa CSRD tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan asset growth berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Cecilia et al. (2015) menemukan hasil bahwa CSR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sementara penelitian Putra dan Wirakusuma (2015) menunjukkan hasil bahwa CSR berpengaruh positif pada nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Wahyudi dan Pawestri (2006) menujukkan hasil bahwa Struktur kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap keputusan keuangan maupun nilai perusahaan. Haruman (2008) menemukan hasil bahwa

managerial ownership dan institutional ownership memiliki pengaruh signifikan dan memiliki arah hubungan negatif. Permanasari (2010) menemukan hasil bahwa

(7)

yang dilakukan Sambora (2014) pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI periode tahun 2009 – 2012 menunjukkan hasil bahwa leverage

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian Maspupah (2014) menunjukkan hasil bahwa sales growth memiliki pengaruh tidak signifikan dengan arah negatif, profitabilitas tidak berpengaruh signifikan dengan arah positif, danleveragetidak berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap profitabilitas serta memperoleh hasil berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan.

Penelitian ini mereplikasi dari penelitian sebelumnya yang ditulis oleh Haryono et al. (2014). Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah periode penyampelan, alat ukur, dan variabel yang digunakan. Pada penelitian sebelumnya alat ukur yang digunakan adalah software stata 11 sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur SPSS for windows23. Variabel independen pada penelitian sebelumnya berupa struktur modal dan struktur kepemilikan sedangkan pada penelitian ini peneliti menambahkan dua variabel yaitu asset growth dari penelitian irwanti (2010) dan corporate social responsibility disclosure dari penelitian Cecilia et al. (2015). Sehingga pada penelitian ini terdapat empat variabel independen yaitu corporate social responsibility disclosure (CSRD),

(8)

terhadap nilai perusahaan?

2. Apakahasset growthberpengaruh terhadap nilai perusahaan?

3. Apakah institutional ownership berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

4. Apakahleverageberpengaruh terhadap nilai perusahaan?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh corporate social responsibility disclosure, asset growth, institutional ownership,danleverageterhadap nilai perusahaan.

KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

1. Teori Agensi

Teori agensi menjelaskan hubungan antara pihak manajemen sebagai

(9)

2. Teori Signal

Teori Signal (signalling theory)adalah teori yang dikemukakan oleh Ross (1977). Dalam teori ini dikemukakan bahwa pihak eksekutif perusahaan akan memiliki informasi yang lebih baik dan cenderung untuk memberikan

informasi tersebut kepada calon investor. Adanya informasi berupa “berita

bagus” yang dimiliki perusahaan terkait dengan prospek dimasa yang akan datang diharapkan dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Secara garis besar ketersediaan informasi erat kaitannya dengansignalling theory.

3. TeoriStakeholder

Teori stakeholder merupakan teori yang dikembangkan oleh Donaldson dan Preston (1995). Teori ini menggambarkan bagaimana manajer perusahaan mengelola atau memenuhi keinginan dari parastakeholder. Teori ini menyatakan bahwa suatu organisasi dalam mengungkapkan informasi terkait dengan intelektual, sosial, dan kinerja lingkungan akan memilih untuk bersifat sukarela dimana ketika perusahaan mengungkapkan informasi tak jarang melebihi permintaan wajibnya dalam memenuhi ekspektasi yang diinginkan oleh stakeholder. Dalam teori ini juga dijelaskan bahwa akuntabilitas organisasi ditekankan jauh melebihi kinerja keuangan.

4. Teori Legitimasi

Teori legitimasi merupakan teori yang dikembangkan oleh Gray et al.

(10)

terutama terkait dengan upaya memposisikan diri di tengah lingkungan masyarakat yang semakin maju. Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going concern). Definisi tersebut mengisyaratkan, bahwa legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat (society), pemerintah, individu, dan kelompok masyarakat.

5. TeoriTrade Off

Teoritrade-offmerupakan pengembangan dari teori Modigliani dan Miller (1958) yang dilakukan oleh Myers (1977). Teori ini menggambarkan bahwa struktur modal yang optimal dapat ditentukan dengan menyeimbangkan keuntungan atas penggunaan hutang (tax shield benefit of leverage) dengan

(11)

Perusahaan

Hendriksen et al. (1991) dalam Cecilia et al. (2015) menyatakan bahwa

disclosure adalah suatu penyajian yang sangat penting dalam pengoperasian pasar modal secara efisien dan optimal. Ada dua jenis pengungkapan yaitu yang bersifat sukarela (voluntary) dan ada yang bersifat wajib (mandatory). Dalam konsep terkait pelaporan CSR yang digagas oleh Global Reporting Initiative (GRI). Dalam G3.1 Guidelines disebutkan bahwa dalam standard disclosures perusahaan harus mampu mengungkapkan dampak dari aktivitas beroperasinya perusahaan berkaitan dengan keadaan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Cecilia et al. (2015) menemukan hasil bahwa CSR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sementara penelitian Putra dan Wirakusuma (2015) menunjukkan hasil bahwaCorporate sosial responsibility

berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Berdasarkan teori stakeholder

(12)

H1:Corporate sosial responsibility disclosureberpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan.

2. HubunganAsset Growth dengan Nilai Perusahaan

Keputusan investasi adalah melepaskan dana sekarang dengan harapan memperoleh dana yang lebih besar dimasa yang akan datang dibandingkan dengan dana awal yang telah dikeluarkan sebelumnya, Irwanti (2010). Dana yang diperoleh tersebut nantinya akan digunakan sebaik-baiknya oleh perusahaan demi perkembangan perusahaan kedepan. Pertumbuhan perusahaan yang positif akan berdampak positif pula terhadap nilai perusahaan karena perusahaan dapat terus berinvestasi sehingga diharapkan dapat memiliki kesempatan yang lebih besar dalam menambah laba.

Penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006) memperoleh hasil bahwa keputusan keuangan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Haruman (2008) memperoleh hasil keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Keputusan investasi adalah faktor penting dalam menopang kemajuan perusahaan, dimana keputusan investasi tersebut dapat memengaruhi keberhasilan dari pencapaian tujuan perusahaan. Keputusan investasi adalah inti dari seluruh analisis keuangan, Irwanti (2010). Dengan demikian, hipotesis kedua yang diajukan adalah sebagai berikut:

(13)

dalam mendukung terkait dengan keadaan manajemen perusahaan. Kepemilikan saham oleh investor institusional seperti asuransi, bank, dan institusi lainnya dapat mendorong peningkatan efektifitas dalam pengawasan kinerja manajemen. Semakin besar kepemilikan saham oleh investor institusional, maka semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk mengawasi manajemen, Haryono (2014). Hal ini akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan juga akan meningkat.

Irwanti (2010) menjelaskan kepemilikan institutional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan, seperti bank, asuransi,

asset management, dan dana pensiun. Tingkat kepemilikan institutional yang lebih besar akan berdampak pada usaha pengawasan yang lebih besar pula oleh investor institutional dengan demikian perilaku opportunistic manager

dapat terhalangi.

(14)

Dengan demikian, hipotesis ketiga yang diajukan adalah:

H3:Institusional ownershipberpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

4. HubunganLeverage dengan Nilai Perusahaan

Teori trade-off (Myers, 1977) menyatakan bahwa dalam hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan terdapat pada satu tingkat leverage(debt ratio) yang optimal. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan sampai batas leverage tertentu (optimal), namun setelah melewati titik optimal, penggunaan leverage akan menimbulkan biaya kebangkrutan yang lebih besar sehingga dapat menurunkan nilai perusahaan, Haryono (2014). Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu hutang.

Penelitian yang dilakukan Wahyudi dan Pawestri (2006) menunjukkan hasil bahwa leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Yuyetta (2009) terkait analisis leverage terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil bahwaleveragetidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan selama tidak ada pajak. Penelitian yang dilakukan Maspupah (2014) menunjukkan hasil bahwa

leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

(15)

kreditor maupun melakukan penerbitan saham. Hipotesis keempat adalah: H4:Leverageberpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

5. Kerangka Konseptual

Model Penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

GAMBAR 1

METODE PENELITIAN

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan perusahaan non keuangan periode tahun 2012-2015 yang bersumber dari BEI, ICMD, website IDX, dan website resmi dari perusahaan. Peneliti juga menggunakan artikel, jurnal penelitian terdahulu, dan buku yang terkait dengan penelitian. Pengujian pada penelitian ini menggunakan software SPSS 23. Uji kualitas data dalam penelitian ini yaitu uji statistik deskriptif dan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik disini yaitu uji normalitas, uji autokorelasi, uji

Nilai Perusahaan

(+)

(+)

(+) (+)

CSRD

Leverage

Asset Growth

(16)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Instrumen dan Data

1. Uji Statistik Deskriptif

TABEL 4. 2

UJI STATISTIK DESKRIPTIF Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

MVE 150 ,04987 409,88982 117,5675527 94,78548120

CSRD 150 25,64000 89,74000 67,0516000 24,27110822

GROWTH 150 -42,78853 675,63000 29,7135053 65,18988521

INST 150 ,00000 91,00000 57,3738000 22,81400893

LEV 150 ,02000 558,36000 92,7110000 79,56624136

Valid N

(listwise) 150

Sumber : Output SPSS

(17)

maksimum yang diperoleh sebesar 89,74 dimiliki oleh PT Lippo Cikarang Tbk. Sedangkan nilai minimum yang diperoleh sebesar 25,64 dimiliki oleh PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.

Variabel asset growth (GROWTH) memiliki rata-rata sebesar 65,71 dengan standar deviasi 29,18. Nilai maksimum yang diperoleh sebesar 675,63 dimiliki oleh PT Centratam Telekomunikasi Indonesia Tbk. Sedangkan nilai minimum yang diperoleh sebesar -42,78 dimiliki oleh PT agung Podomoro Land Tbk.

VariabelInstitutional Ownership(INST) memiliki rata-rata sebesar 57,37 dengan standar deviasi 22,81. Nilai maksimum yang diperoleh sebesar 0,91 dimiliki oleh PT Kokoh Inti Arebama Tbk. Sedangkan nilai minimum yang diperoleh sebesar 0,00 dimiliki oleh PT Bekasi Industrial Estate Tbk.

(18)

TABEL 4. 3

HASIL UJI NORMALITAS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual N 150 Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000

Std. Deviation 92,72988029

Most Extreme Differences Absolute ,099 Positive ,099 Negative -,069

Kolmogorov-Smirnov Z 1,209

Asymp. Sig. (2-tailed) ,108

Sumber : Output SPSS

Tabel 4.3 adalah hasil uji normalitas untuk variabel dependen MVE (Nilai Perusahaan). Hasil pengujian ini menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukan bahwa data terdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan nilai Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,108. Nilai tersebut menunjukan nilai yang lebih besar dari nilai alpha (0,05). Berdasarkan pengujian ini dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Autokorelasi

TABEL 4. 4

HASIL UJI AUTOKORELASI Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 ,207(a) ,043 ,017 94,00021182 1,982

(19)

sampel sebanyak 150 sampel dengan 4 variabel independen, maka diperoleh nilai du sebesar 1,7881. Nilai 4-du yang diperoleh dari hasil penelitian sebesar 2,212. Hasil pengujian tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi ini karena du < dw < 4-du atau 1,7881 < 1,982 < 2,212.

3. Uji Multikolinearitas

TABEL 4. 5

HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS Coefficients(a)

Sumber : Output SPSS

Tabel 4.5 adalah hasil uji multikolinearitas yang menunjukkan bahwa semua nilai tolerance diatas 10% dan semua VIF dibawah 10. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi multikolinearitas.

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 45,991 35,213 1,306 ,194

CSRD ,456 ,326 ,117 1,402 ,163 ,950 1,053

GROWTH ,097 ,119 ,066 ,809 ,420 ,980 1,021

INST ,329 ,341 ,079 ,965 ,336 ,977 1,023

(20)

Coefficients(a) Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10587,071 5109,876 2,072 ,040

CSRD -23,700 47,236 -,042 -,502 ,617

GROWTH -2,425 17,319 -,012 -,140 ,889

INST -38,305 49,547 -,064 -,773 ,441

LEV 19,559 14,210 ,114 1,376 ,171

Sumber : Output SPSS

Tabel 4.6 menunjukkan tidak ada satupun variabel bebas yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat nilai absolut dari residual (MVE). Hal ini terlihat dari nilai sig. t > 0,05. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak menunjukkan adanya heteroskedastisitas.

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)

Pengujian hipotesis dengan bantuan statistic software SPSS 23.0 melalui regresi dilakukan dengan menguji persamaan regresi secara individual terhadap variabel dependen. Maka diperoleh hasil regresi sebagai berikut:

TABEL 4. 9 HASIL UJI NILAI t

Coefficients(a) Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 45,991 35,213 1,306 ,194

CSRD ,456 ,326 ,117 1,402 ,163 ,950 1,053

GROWTH ,097 ,119 ,066 ,809 ,420 ,980 1,021

INST ,329 ,341 ,079 ,965 ,336 ,977 1,023

LEV ,207 ,098 ,174 2,115 ,036 ,977 1,024

(21)

MVE = 45,991+0,456 CSRD+0,097 GROWTH+0,329 INST+0,207 LEV

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Corporate sosial responsibility disclosure tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga H1 ditolak. Hal ini disebabkan karena pengungkapan informasi terkait harga saham yang terdapat di laporan keuangan kurang informatif. Oleh sebagian orang informasi terkait CSR hanya dijadikan sebagai voluntary

semata karena tidak ada yang dapat menjamin berkaitan dengan kebenaran informasi tersebut. Selain itu tidak adanya standar baku yang mengatur tentang pengungkapan ini menjadikan pengungkapan terkait CSR sering diabaikan oleh perusahaan, (Donatoet. al.,2007 dalam Ceciliaet al.,2015).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwaasset growthtidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga H2 ditolak. Hasil

penelitian ini juga tidak sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Fama (1978) bahwa nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi. Padahal sangat dimungkinkan bahwa investor tidak hanya memandang nilai perusahaan berdasarkan aset yang dimiliki. Banyaknya faktor lain yang membuat investor menanamkan modalnya pada suatu perusahaan seperti kenaikan harga saham, tingkat laba yang dihasilkan, dan lainnya.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa institusional ownership tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga H3 ditolak.

(22)

aktif dalam melakukan kegiatanmonitoring.Namun tindakan monitoringyang aktif ini akan berubah menjadi pasif dan bersifat oportunistik ketika kepemilikannya semakin besar.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa leverage berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga H4 diterima. Peningkatan

hutang dapat diartikan oleh pihak luar sebagai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dimasa mendatang. Apabila perusahaan mampu memenuhi kewajiban yang yang semakin besar berarti risiko bisnis rendah, hal tersebut akan direspon positif oleh pasar (Brigham, 1999 dalam Wahyudi dan Pawestri, 2006).

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

2. Asset Growthtidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 3. Institutional Ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan.

(23)

sebesar 0,17. Sebaiknya peneliti-peneliti selanjutnya mempertimbangkan untuk menggunakan variabel lainnya juga diluar variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang menjadi beberapa periode agar dapat memprediksi hasil penelitian dalam jangka panjang.

3. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan pengukur lain untuk mengukur variabel independen maupun variabel dependen.

C. Keterbatasan Penelitian

1. TingkatAdjusted R squareyang rendah.

2. Tahun penelitian yang digunakan hanya selama empat tahun.

(24)

sebagai Bukti Pencemaran Terhadap Lingkungan Hidup Serta Analisa Berbagai Permasalahannya, http://bit.ly/24SNpiE, Diakses pada tanggal 14 april 2016 pk 14.15 WIB.

Cecilia, Rambe, dan Torong, 2015, Corporate Social Responsibility, Profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan,Proceeding Simposium Nasional Akuntansi 18 Medan.

CIA, The World Factbook, http://www.cia.gov, Diakses tanggal 14 april 2016 pk 16.10 WIB.

Donaldson, T., & Preston, L. E. (1995). The stakeholder theory of the corporation: Concepts, evidence, and implications. Academy of management Review,

20(1), 65-91. http://bit.ly/292Ty76, Diakses pada tanggal 13 juni 2016 pukul 14.15 WIB.

Elkington, J. (2004). Enter the triple bottom line. The triple bottom line: Does it all add up,11(12), 1-16.

Ghozali, 2011, “Aplikasi Analisis multivariate dengan Program IBM SPSS 19”,

Akuntansi, hal 139.

Gitman, L. J., & Vandenberg, P. A. (2000). Cost of capital techniques used by major US firms: 1997 vs. 1980. Financial Practice and Education, 10, 53-68.

Gray, R., Owen, D., & Adams, C. (1996).Accounting & accountability: changes and challenges in corporate social and environmental reporting. Prentice Hall.

GRI, Suistainability Reporting, http://bit.ly/1aVFfc3, Diakses pada tanggal 15 april 2016 pk 15.00 WIB.

Haruman, T. (2008), Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Keputusan Keuangan dan Nilai perusahaan Survey Pada Perusahaan Manufaktur di PT. Bursa Efek Indonesia, http://bit.ly/1TeCTyj, Diakses pada tanggal 6 april 2016 pukul 13.10 WIB.

(25)

institutional ownership, leverage, dan asset growth terhadap nilai

perusahaan”, Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Sebelas Maret.

Jensen, M. C. & Meckling, W. H., 1976, “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”, Journal of Financial EconomicsVol. 3 P. 305-360.

Martin, S., & Scott, J. T. (2000). The nature of innovation market failure and the design of public support for private innovation. Research policy, 29(4), 437-447. http://bit.ly/294HjZ7, Diakses pada tanggal 8 april 2016 pukul 14.10 WIB.

Maspupah, I. (2014). “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Tanggungjawab Sosial Perusahaan, Kepemilikan Institusional, Pertumbuhan Penjualan, dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Properti yang Masuk Kedalam Kelompok Daftar Efek Syariah Periode 2009-2012)”,Disertasi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Miller, M. H., & Orr, D. (1966). A Model of the Demand for Money by Firms.The Quarterly journal of economics, 413-435.

Myers, S. C. (1977). “Determinants of corporate borrowing”. Journal of financial economics,5(2), 147-175.

Nazaruddin, I. & Basuki, A. T., 2016, Analisis Statistik dengan SPSS, Danisa Media, Sleman.

Nugraheni, S. (2010). “Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”, Disertasi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Sebelas Maret.

Putra, B. D., & Wirakusuma, M. G. (2015). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Pemoderasi.E-Jurnal Akuntansi, 461-475.

Ross, S. A. (1977). “The determination of financial structure: the incentive

-signalling approach”. The bell journal of economics, 23-40.

(26)

Sekaran, U., and Bougie, R., 2013, “research Methods for Business”, edisi 6,

salemba empat, Jawa Barat.

Utami, S. S., & Gunawan, B. (2008). Peranan Corporate Social Responsibility

Dalam Nilai Perusahaan. http://bit.ly/1TUh5qt, Diakses pada tanggal 19 Maret 2016 pukul 19.10 WIB.

Utami, S. S., & Gunawan, B. (2008). peranan corporate social responsibility dalam nilai perusahaan. Jurnal akuntansi dan keuangan Volume 7, Nomor 2, September2008, hlm.174-185.

Wahyudi, U., & Pawestri, H. P. (2006). Implikasi struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan: dengan keputusan keuangan sebagai variabel intervening.Proceeding Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Yuyetta, E. N. A. (2009). Pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan pada masa

(27)

1

A. Latar Belakang Penelitian

Tujuan utama setiap perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai kondisi tertentu dimana suatu perusahaan telah mencapai sasaran yang dapat dijadikan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan, yaitu dimulai sejak perusahaan tersebut berdiri sampai beberapa tahun melalui suatu proses kegiatan hingga saat ini. Menurut Maurice dan Thomas (2002) dalam Cecilia et al. (2015):

“Nilai perusahaan diartikan sebagai Value of the firm is the price for which the firmcan be sold, which equals the present value of

the profits”.

Husnan (2000) menyatakan nilai perusahaan adalah harga yang disepakati ataupun nilai jual yang disetujui oleh penjual dan pembeli sehingga apabila perusahaan tersebut dijual pembeli akan membayar sesuai dengan nilai perusahaan. Menurut Martin et al. (2000) nilai perusahaan diartikan sebagai nilai atau harga pasar yang berlaku atas saham biasa yang dimiliki oleh perusahaan. Pengertian saham sendiri adalah salah satu bentuk surat berharga yang telah dikeluarkan oleh suatu perusahaan.

(28)

dapat dijadikan sebagai indikator dalam pengukuran nilai perusahaan. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi bagi suatu perusahaan. Dengan peningkatan nilai perusahaan maka tujuan perusahaan dalam memaksimalkan kesejahteraan dan kemakmuran pemegang saham dan pemilik perusahaan akan tercapai.

Adanya konflik antara penyedia dana sebagai kreditor dengan pemilik perusahaan adalah masalah tersendiri bagi manajemen keuangan dalam upaya mengoptimalkan nilai perusahaan. Apabila perusahaan semakin maju, maka akan terjadi peningkatan nilai saham, sementara nilai dari hutang yang dimiliki perusahaan dalam bentuk obligasi nilainya tetap dan tidak akan terpengaruh. Nilai dari saham kepemilikan perusahaan merupakan indeks tepat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai saham dari kepemilikan perusahaan. Dalam upaya memaksimumkan harga saham perusahaan tidak boleh dilakukan dengan cara mengorbankan kepentingan pemegang obligasi (Cecilia et al. 2015).

(29)

Berbagai kasus telah terjadi di Indonesia karena kelalaian manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Diantaranya adalah kasus PT Lapindo Brantas yang telah mengakibatkan matinya aktivitas perekonomian pada perindustrian, pertanian, dan kawasan permukiman di beberapa kecamatan di Jawa Timur, Kasus PT Freeport yang menimbulkan berbagai dampak besar diantaranya yaitu telah menggusur tanah-tanah adat di mimika, pencemaran limbah tailing yang menimbun sekitar 110 km2 wilayah estuari, terkuburnya lahan subur 133 km2, dan sepanjang 20 – 40 km bentang sungai Ajkwa telah beracun akibat limbah yang ditimbulkan, belum lagi Kasus Pembakaran Hutan untuk lahan perkebunan yang akhir-akhir ini marak terjadi. Contoh kasus diatas hanya sebagian kecil dari dampak yang ditimbulkan akibat beroperasinya suatu perusahaan. Oleh sebab itu saat ini pengukuran dari nilai perusahaan dengan hanya berfokus pada single bottom line, yaitu kondisi keuangan saja yang dijadikan sebagai indikator dalam penilaian perusahaan dirasa sudah tidak layak lagi untuk dijadikan pertimbangan dalam penilaian suatu perusahaan.

(30)

Keadaaan keuangan saja tidak cukup mampu mencerminkan pertumbuhan nilai perusahaan. Sehingga perlu dilakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSRD) oleh perusahaan. Hal yang mendasari pengungkapan CSR ini adalah perusahaan dapat berjalan sesuai dengan harapan dari masyarakat dengan tidak hanya mengepentingkan kepentingan shareholder tetapi juga kepada stakeholder yang meliputi pegawai, pelanggan, investor, supplier, pemerintah, dan lainnya. Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 Pasal 74 tahun 2007:

“Pasal (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dan Pasal (2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran, atau secara singkat menyiratkan bahwa perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang/berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan”.

(31)

upaya pembangunan nasional adalah mendorong pertumbuhan ekonomi berjalan secara sehat tanpa melupakan pemberdayaan lingkungan hidup.

Dalam surah Al A’raf ayat 56-58 Allah juga menjelaskan tentang peduli lingkungan yang sudah seharusnya manusia menjaga kelestarian

alam, yang berbunyi:

Artinya : “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi

(32)

pelajaran. Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”(QS Al A’raf : 56-58)

Memasuki Asean Economic Community (AEC) pada akhir tahun 2015 lalu menjadikan suatu tantangan tersendiri bagi semua perusahaan di wilayah ASEAN termasuk Indonesia untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan dan menjaga suistainable perusahaannya. Keberlanjutan suatu perusahaan tidak hanya dilihat dari aspek financial melainkan juga harus memperhatikan aspek lingkungan hidup oleh sebab itu CSR adalah isu yang patut untuk diperhatikan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari

www.cia.gov, The World Factbook dari Cental Intelligence Agency

menyatakan bahwa Indonesia adalah salah satu Negara ASEAN yang memiliki masalah lingkungan hidup yang cukup serius, terutama untuk masalah polusi air dan deforestasi. Maraknya pembakaran hutan secara liar yang digunakan untuk pembukaan lahan perkebunan harus lebih diperhatikan lagi karena dampak yang ditimbulkan besar yaitu pencemaran udara hingga sampai ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Aspek-aspek lingkungan dalam suatu perusahaan sudah sepatutnya harus dijaga agar nilai perusahaan di mata stakeholder juga meningkat.

(33)

baik antara stakeholder maupun shareholder dengan manajemen perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan dengan cara memaksimumkan modal kerja dalam upaya pengambilan keputusan keuangan perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap tujuan perusahaan seperti para pemegang saham, debtholder, dan manajemen sering menimbulkan berbagai masalah (agency problem). Masalah agensi yang timbul diperusahaan biasanya dipengaruhi oleh struktur kepemilikan (kepemilikan instiusional dan kepemilikan manajerial). Dalam upaya pengambilan keputusan untuk meningkatkan nilai perusahaan struktur kepemilikan akan bertindak dalam memengaruhi berjalannya proses operasi perusahaan. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya sistem kendali yang dimiliki. Meningkatkan nilai perusahaan dengan cara implementasi keputusan keuangan melalui keputusan pendanaan

(financing decision) dan keputusan investasi (investment decision) adalah upaya manajer dalam mencapai tujuan perusahaan.

Penelitian Haryono (2014) menjelaskan Struktur kepemilikan lainnya yang dapat memengaruhi nilai perusahaan adalah kepemilikan saham oleh investor institusional. Kepemilikan institusional yang dimiliki perusahaan dalam skala besar dapat dijadikan indikator dalam memonitor manajemen. Apabila kepemilikan institusional ini semakin besar maka pemanfaatan aset perusahaan pun akan semakin efisien. Dengan begitu dapat mencegah tindakan pemborosan oleh manajemen. Penelitian Bathala

(34)

dengan kepemilikan institusional dalam mengontrol biaya agensi. Kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan dalam mengawasi manajemen akan berjalan seiringan dengan semakin meningkatnya kepemilikan oleh institusi keuangan. Pengawasan ini akan berdampak dalam optimalisasi kinerja perusahaan sehingga nilai perusahaan juga akan meningkat.

Gitman dan Vandenberg (2009) menyatakan struktur modal perusahaan menggambarkan perbandingan antara jumlah hutang dan modal ekuitas yang digunakan oleh perusahaan. Manajer harus berhati-hati mengambil keputusan dalam hal pendanaan perusahaan terutama terkait dengan penentuan struktur modal, karena keputusan ini nantinya akan berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan dan akhirnya akan berimbas pada kesejahteraan para pemegang saham. Pada perkembangan selanjutnya, Myer (1977) menjelaskan tentang teori trade off yaitu bahwa jika posisi struktur modal berada di bawah titik optimal maka setiap penambahan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan, tetapi setelah melewati titik optimal tersebut peningkatan penggunaan hutang dapat menurunkan nilai perusahaan. Titik optimal dapat diperoleh dengan adanya keseimbangan antara keuntungan tax shield dengan financial distress dan agency cost, karena penggunaan leverage, atau terjadi trade-off antara benefit dengan cost.

(35)

penelitian yang dilakukan Nugraheni (2010) menunjukkan hasil bahwa CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sementara di tahun yang sama penelitian Irwanti (2010) menunjukkan hasil bahwa CSRD tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, leverage

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan asset growth

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Cecilia et al. (2015) menemukan hasil bahwa CSR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sementara penelitian Putra dan Wirakusuma (2015) menunjukkan hasil bahwa CSR berpengaruh positif pada nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Wahyudi dan Pawestri (2006) menujukkan hasil bahwa Struktur kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap keputusan keuangan maupun nilai perusahaan. Haruman (2008) menemukan hasil bahwa managerial ownership dan

institutional ownership memiliki pengaruh signifikan dan memiliki arah hubungan negatif. Permanasari (2010) menemukan hasil bahwa

(36)

Penelitian Yuyetta (2009) memperoleh hasil bahwa leverage tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan selama tidak ada pajak. Penelitian yang dilakukan Sambora (2014) pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI periode tahun 2009 – 2012 menunjukkan hasil bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian Maspupah (2014) menunjukkan hasil bahwa sales growth memiliki pengaruh tidak signifikan dengan arah negatif, profitabilitas tidak berpengaruh signifikan dengan arah positif, dan

leverage tidak berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap profitabilitas serta memperoleh hasil berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan.

(37)

penelitian sebelumnya adalah periode penyampelan, alat ukur, dan variabel yang digunakan. Pada penelitian sebelumnya alat ukur yang digunakan adalah software stata 11 sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur SPSS for windows 23. Variabel independen pada penelitian sebelumnya berupa struktur modal dan struktur kepemilikan sedangkan pada penelitian ini peneliti menambahkan dua variabel yaitu

(38)

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah corporate social responsibility disclosure berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

2. Apakah asset growth berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

3. Apakah institutional ownership berpengaruh terhadap nilai perusahaan? 4. Apakah leverage berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan:

1. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh corporate social responsibility disclosure terhadap nilai perusahaan.

2. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh asset growth

terhadap nilai perusahaan.

3. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh institutional ownership terhadap nilai perusahaan.

4. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh leverage

(39)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dinyatakan sebagai berikut: 1. Bidang Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan dalam bidang akuntansi, khususnya tentang pentingnya pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan perusahaan dan nilai perusahaan.

b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya, terutama mengenai nilai perusahaan.

2. Bidang Praktis a. Perusahaan

Diharapkan dapat menjadi acuan manajemen perusahaan agar lebih meningkatkan kinerjanya demi tercapainya nilai perusahaan.

b. Investor dan Calon Investor

Diharapkan dapat dijadikan acuan investor dan calon investor dalam memandang nilaiperusahaan sebagai tolok ukur untuk pengambilan keputusan investasi yang tepat, khususnya pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI.

c. Kreditor

(40)
(41)

14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Agensi

(42)

saham minoritas dan mayoritas, serta para pemegang saham dan kreditor.

2. Teori Signal

Teori Signal (signalling theory) adalah teori yang dikemukakan oleh Ross (1977). Dalam teori ini dikemukakan bahwa pihak eksekutif perusahaan akan memiliki informasi yang lebih baik dan cenderung untuk memberikan informasi tersebut kepada calon investor. Adanya informasi berupa “berita bagus” yang dimiliki

perusahaan terkait dengan prospek dimasa yang akan datang diharapkan dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Secara garis besar ketersediaan informasi erat kaitannya dengan signalling theory.

(43)

Volume perdagangan saham akan mencerminkan reaksi pasar. Perusahaan memiliki prospek yang baik dimasa yang akan datang, apabila dalam informasi yang disampaikan tersebut terdapat sinyal baik. Dengan demikian investor akan tertarik untuk melakukan perdagangan saham. Hal tersebut tercermin dari perubahan volume perdagangan saham dimana reaksi pasar adalah positif. Efisiensi pasar akan memperlihatkan hubungan antara informasi yang dipublikasikan terkait informasi berupa laporan keuangan, politik, lingkungan, dan sosial terhadap fluktuasi volume perdagangan saham. Husnan (2005) dalam Cecilia et al. (2015), pasar modal efisien dapat diartikan sebagai suatu pasar dimana harga dari sekuritasnya telah menggambarkan informasi yang relevan.

3. Teori Stakeholder

Teori stakeholder merupakan teori yang dikembangkan oleh Donaldson dan Preston (1995). Teori ini menggambarkan bagaimana manajer perusahaan mengelola atau memenuhi keinginan dari para

(44)

stakeholder. Dalam teori ini juga dijelaskan bahwa akuntabilitas organisasi ditekankan jauh melebihi kinerja keuangan.

Bagian dari pengungkapan yang sedang berkembang saat ini adalah publikasi terkait dengan CSR. Dengan pengungkapan CSR ini perusahaan dapat lebih lengkap dalam memberikan informasi terkait dengan pengaruh dan dampak aktivitas operasi perusahaan terhadap sosial dan lingkungan (Maspupah, 2014). Ullman (1985) dalam Cecilia

et al. (2015) menjelaskan bahwa akibat dari kurangnya perhatian terhadap stakeholder akan menimbulkan dampak berupa rendahnya kinerja sosial perusahaan dan rendahnya tingkat pengungkapan informasi sosial.

4. Teori Legitimasi

Teori legitimasi merupakan teori yang dikembangkan oleh Gray

(45)

mengisyaratkan, bahwa legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat (society), pemerintah, individu, dan kelompok masyarakat. Untuk itu, sebagai suatu sistem mengedepankan keberpihakan kepada society,

operasi perusahaan harus kongruen dengan harapan masyarakat.

5. Teori Trade Off

Teori trade-off merupakan pengembangan dari teori Modigliani dan Miller (1958) yang dilakukan oleh Myers (1977). Teori ini menggambarkan bahwa struktur modal yang optimal dapat ditentukan dengan menyeimbangkan keuntungan atas penggunaan hutang (tax shield benefit of leverage) dengan cost of financial distress dan agency problem (Megginson, 1997 dalam Haryono et. al., 2014 ). Menurut teori trade-off, jika perusahaan menambah hutang (debt ratio-nya), maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan pajak, karena pajak yang dibayarkan lebih sedikit dengan adanya pembayaran bunga dari hutang atau adanya interest tax shield, tetapi dengan meningkatnya hutang maka perusahaan akan berhadapan dengan adanya resiko kebangkrutan yang akan menimbulkan bankruptcy cost yang lebih tinggi jika perusahaan menambah hutang ke dalam strukur pendanaan jangka panjang.

(46)

deductible), karena akan mengurangi kewajiban perusahaan untuk membayar pajaknya, sehingga akan meningkatkan nilai arus kas setelah pajak. Namun, perusahaan yang menggunakan hutang melebihi titik optimalnya (titik keseimbangan antara keuntungan pajak dengan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan) akan menghadapi resiko ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi baik bunga maupun

principal atas jumlah hutang yang besar, sehingga dapat memicu terjadinya resiko kebangkrutan (financial distress) dalam perusahaan tersebut.

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Hubungan Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) dengan Nilai Perusahaan

(47)

terhadap pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan perusahaan, yaitu investor dan kreditor, pemerintah, dan masyarakat umum.

Konsep triple bottom line (profit, people, dan planet) yang dikemukakan oleh Elkington (1997) memiliki maksud bahwa jika perusahaan ingin mempertahankan keberlangsungan perusahaan (sustainability), maka harus berlandaskan pada konsep 3P. Dimana perusahaan harus mampu menghasilkan laba (profit), memiliki kontribusi terhadap masyarakat (people), dan mampu menjaga aspek lingkungan (planet). Dengan demikian keseimbangan antara lingkungan, masyarakat, serta aspek ekonomi akibat beroperasinya suatu perusahaan dapat terjaga. Dengan adanya pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa CSR sangat erat kaitannya dengan masalah tanggung jawab sosial, hukum, dan etika. Ross (1977) mengemukakan

signalling theory adalah teori yang dapat memberikan sinyal baik kepada manajer dimana tindakan baik tersebut tidak mungkin dapat dilakukan oleh manajer yang memiliki kinerja buruk.

Hendriksen et al. (1991) dalam Cecilia et al. (2015) menyatakan bahwa disclosure adalah suatu penyajian yang sangat penting dalam pengoperasian pasar modal secara efisien dan optimal. Ada dua jenis pengungkapan yaitu yang bersifat sukarela (voluntary) dan ada yang bersifat wajib (mandatory). Dalam konsep terkait pelaporan CSR yang digagas oleh Global Reporting Initiative (GRI). Dalam G3.1 Guidelines

(48)

mengungkapkan dampak dari aktivitas beroperasinya perusahaan berkaitan dengan keadaan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Nugraheni (2010) menyatakan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sementara di tahun yang sama Irwanti (2010) menunjukkan hasil bahwa CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Cecilia et al. (2015) menemukan hasil bahwa CSR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sementara penelitian Putra dan Wirakusuma (2015) menunjukkan hasil bahwa Corporate sosial responsibility berpengaruh positif pada nilai perusahaan.

(49)

H1: Corporate sosial responsibility disclosure berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan.

2. Hubungan Asset Growth dengan Nilai Perusahaan

Menurut legitimasi teori, faktor strategis dalam mengembangkan perusahaan adalah masyarakat. Dimana perusahaan dapat mengonstruksi strategi-strategi dengan tujuan dapat memposisikan diri dengan baik ditengah masyarakat. Keputusan investasi pada suatu perusahaan mencakup pengalokasian dana pada berbagai bentuk investasi, baik dana itu berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan, Gitman dan Vandenberg (2000).

Keputusan investasi adalah melepaskan dana sekarang dengan harapan memperoleh dana yang lebih besar dimasa yang akan datang dibandingkan dengan dana awal yang telah dikeluarkan sebelumnya, Irwanti (2010). Dana yang diperoleh tersebut nantinya akan digunakan sebaik-baiknya oleh perusahaan demi perkembangan perusahaan kedepan. Pertumbuhan perusahaan yang positif akan berdampak positif pula terhadap nilai perusahaan karena perusahaan dapat terus berinvestasi sehingga diharapkan dapat memiliki kesempatan yang lebih besar dalam menambah laba.

(50)

terhadap nilai perusahaan. Irwanti (2010) memperoleh hasil bahwa keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Keputusan investasi adalah faktor penting dalam menopang kemajuan perusahaan, dimana keputusan investasi tersebut dapat memengaruhi keberhasilan dari pencapaian tujuan perusahaan. Keputusan investasi adalah inti dari seluruh analisis keuangan, Irwanti (2010). Dengan demikian, hipotesis kedua yang diajukan adalah sebagai berikut:

H2: Asset growth berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

3. Hubungan Intitutional Ownership dengan Nilai Perusahaan

Kepemilikan dapat mewakili sumber kekuasaan yang dapat digunakan dalam mendukung terkait dengan keadaan manajemen perusahaan. Kepemilikan saham oleh investor institusional seperti asuransi, bank, dan institusi lainnya dapat mendorong peningkatan efektifitas dalam pengawasan kinerja manajemen. Semakin besar kepemilikan saham oleh investor institusional, maka semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk mengawasi manajemen, Haryono (2014). Hal ini akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan juga akan meningkat.

(51)

asuransi, asset management, dan dana pensiun. Tingkat kepemilikan institutional yang lebih besar akan berdampak pada usaha pengawasan yang lebih besar pula oleh investor institutional dengan demikian perilaku opportunistic manager dapat terhalangi.

Penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006) memperoleh hasil bahwa

institutional ownership tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian Haruman (2008) menemukan hasil bahwa institutional ownership memiliki pengaruh dengan arah hubungan negatif. Permanasari (2010) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan Nuraina (2012) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2006-2008 memperoleh hasil bahwa Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian Haryono (2014) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Adanya monitoring yang efektif dari kepemilikan institusional terhadap manajer akan mendorong kinerja manajemen untuk lebih disiplin, Haryono (2014). Sehingga manajer akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan nilai perusahaan. Dengan demikian, hipotesis ketiga yang diajukan adalah:

H3: Institusional ownership berpengaruh positif terhadap nilai

(52)

4. Hubungan Leverage dengan Nilai Perusahaan

Teori trade-off (Myers, 1977) menyatakan bahwa dalam hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan terdapat pada satu tingkat

leverage (debt ratio) yang optimal. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan sampai batas leverage tertentu (optimal), namun setelah melewati titik optimal, penggunaan leverage

akan menimbulkan biaya kebangkrutan yang lebih besar sehingga dapat menurunkan nilai perusahaan, Haryono (2014). Rasio leverage

merupakan proporsi total hutang terhadap ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu hutang.

Penelitian yang dilakukan Wahyudi dan Pawestri (2006) menunjukkan hasil bahwa leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Yuyetta (2009) terkait analisis leverage terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan selama tidak ada pajak. Irwanti (2010) terkait pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil bahwa

leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan Sambora (2014) pada Perusahaan Food and Beverages

(53)

Penelitian yang dilakukan Maspupah (2014) menunjukkan hasil bahwa

leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Leverage dapat dijadikan tolak ukur struktur modal yang optimal, yaitu ditunjukkan dengan leverage keuangan yang kecil, karena perusahaan akan cenderung mengurangi risiko, Haryono (2014). Oleh sebab itu, perusahaan perlu melakukan pencarian dana dari sumber eksternal baik meminjam kepada kreditor maupun melakukan penerbitan saham. Dengan demikian, hipotesis keempat yang diajukan adalah sebagai berikut:

H4: Leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

C. Model Penelitian

[image:53.595.115.527.470.620.2]

Model Penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

GAMBAR 2. 1.

KERANGKA KONSEPTUAL

(+)

(+)

(+) (+)

CSRD

Leverage

Asset Growth

Institutional Ownership

(54)
(55)

27

BAB III

METODE PENELITIAN A.Objek Penelitian

Objek yang digunakan di dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam kurun waktu tiga tahun yaitu dimulai dari tahun 2012-2015.

B.Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder atau data tidak secara langsung diterima oleh peneliti. Data penelitian bersumber dari: 1. Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memperoleh data berupa daftar

perusahaan non keuangan serta laporan keuangan perusahaan non keuangan yang listing di BEI periode 2012-2015.

2. Indonesia Capital Market Directory (ICMD), website Indonesia Stock Exchange (IDX), dan website perusahaan sampel untuk memperolah data laporan tahunan serta data-data lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

C.Teknik Pengambilan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan non keuangan yang listing di BEI pada tahun 2012-2015. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling

(56)

a. Perusahaan non keuangan yang listing di BEI dan menerbitkan laporan keuangan dan laporan tahunan auditan secara lengkap untuk periode yang berakhir 31 Desember 2012-2015.

b. Perusahaan non BUMN tidak mengalami delisting selama periode pengamatan 2012-2015.

c. Perusahaan non keuangan yang menyediakan data-data mengenai variabel penelitian secara lengkap dalam laporan keuangannya.

d. Perusahaan memiliki nilai ekuitas positif selama periode pengamatan 2012-2015.

e. Perusahaan yang melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).

f. Perusahaan menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah.

BUMN dikeluarkan dari sampel, karena penelitian ini menganggap bahwa perusahaan yang dimiliki oleh negara segala kebijakannya ditentukan oleh pemerintah, sehingga jika perusahaan BUMN memiliki

multiple large shareholder structure maka peranan dari pemegang saham besar tersebut tidak akan mempengaruhi kebijakan pemegang saham terbesarnya (pemerintah).

(57)

menggunakan pendanaan utang lebih banyak untuk kegiatan operasional mereka, sehingga dikhawatirkan dalam perusahaan tersebut terdapat

unobserved variables yang mempengaruhi kondisi keuangannya dan dapat mempengaruhi pola hubungan antar variabel penelitian.

D.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan perusahaan non keuangan periode tahun 2012-2015 yang bersumber dari BEI, ICMD, website IDX, dan website resmi dari perusahaan. Peneliti juga menggunakan artikel, jurnal penelitian terdahulu, dan buku yang terkait dengan penelitian.

E.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Dependen

(58)

MVE =Jumlah Saham Beredar x Harga SahamTotal � � �

2. Variabel Independen

a. Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD)

Dalam pembuatan indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dibutuhkan instrumen yang dapat menggambarkan informasi-informasi yang diinginkan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu daftar (check list) terkait dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

(59)

item pengungkapan yang diharapkan dari setiap blok berbeda-beda.

Perhitungan untuk menentukan skor indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan adalah sebagai berikut ini. 1) Setiap item diberi skor 1 jika diungkapkan dan skor 0 jika tidak

diungkapkan.

2) Perhitungan indeks tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan diukur dengan rasio total skor yang diperoleh dengan skor maksimal yang dapat diperoleh. Skor maksimal tiap-tiap blok berbeda sesuai penyesuaian yang telah dilakukan pada masing-masing blok. Indeks diformulasikan sebagai berikut:

Indeks = nk

Keterangan:

n = jumlah skor pengungkapan yang diperoleh k = jumlah skor maksimal

b. Asset Growth

Nilai pasar saham sebagai indikator nilai perusahaan, dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Pertumbuhan total

(60)

� � � �� ℎ =total aset − total asetᵼ­ıtotal asetᵼ­ı

c. Institutional Ownership

Proporsi saham yang dimiliki oleh institusional pada akhir tahun merupakan cerminan tingkat kepemilikan saham oleh institusional dalam perusahaan. Dalam penelitian ini untuk mengukur variabel institutional ownership digunakan persentase kepemilikan institusi dalam suatu ekuitas perusahaan sebagaimana yang telah digunakan oleh Haruman (2008) dan Haryono (2014).

d. Leverage

Rasio leverage mencerminkan struktur modal yang dimiliki perusahaan yaitu dengan membandingkan antara hutang dengan modal perusahaan, sehingga dapat dilihat risiko tidak tertagihnya hutang. Leverage ratio yang paling sering digunakan adalah rasio hutang terhadap modal/debt to equity ratio. Jika angka rasio ini semakin kecil hal ini berarti semakin baik. Rasio yang digunakan pada pembelanjaan aktiva sekaligus mencerminkan posisi hutang seperti yang digunakan oleh Haryono (2014) sebagai berikut:

(61)

F. Uji Kualitas Instrumen dan Data 1. Uji Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif bukan merupakan analisis yang bermaksud untuk menguji hipotesis (Suparno, 2013). Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan dan mengetahui gambaran atau deskripsi tentang karakteristik atau keadaan data penelitian, seperti frekuensi, mean, median, modus, minimum, maksimum, range,

variance dan standar deviasi (Nazaruddin dan Basuki, 2016). Analisis statistik deskriptif menggambarkan data yang bersangkutan menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan syarat statistik yang harus terpenuhi apabila menggunakan analisis regresi linear berganda yang berbasis OLS (Ordinary Least Square).

a. Uji Normalitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah residual data penelitian yang telah dikumpulkan dan digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak. Model regresi dapat dikatakan baik apabila nilai residual berdistribusi normal atau diambil dari populasi yang normal. Uji statistik normalitas yang dapat digunakan antara lain Chi-Square, Kolmogorov-Smirnov, Lilliefors, Shapiro Wilk

(62)

normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Ketentuan apabila menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov

yaitu:

1) Apabila besarnya Asymp Sig. (2 tailed) lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan dapat dikatakan bahwa residual data

berdistribusi normal.

2) Apabila besarnya Asymp Sig. (2 tailed) kurang dari 0,05 maka H0 ditolak dan dapat dikatakan bahwa residual data

tidak berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi berganda terdapat kolerasi yang kuat antara variabel independen dalam model regresi linear berganda. Model regresi dapat dikatakan baik apabila tidak terjadi kolerasi di antara variabel independen. Terjadinya multikolinearitas dalam suatu model regresi dapat menyebabkan koefisien variabel independen menjadi tidak signifikan. Cara untuk mengetahui terjadi multikolinearitas atau tidak dapat diketahui dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) (Desiliani, 2014). Kriteria dalam uji multikolinearitas yaitu:

(63)

2) Apabila nilai tolerance kurang dari 0,10 dan nilai VIF lebih dari 10, maka model regresi dapat dikatakan terjadi multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual data suatu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas adalah terjadinya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi (Nazaruddin dan Basuki, 2016). Model regresi dapat dikatakan memenuhi syarat apabila kesamaan varians dari residual suatu pengamatan dengan pengamatan yang lain tetap (homokedastisitas). Uji statistik yang digunakan antara lain uji Glejser, uji Park atau uji White. Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini digunakan uji Park yaitu dengan meregresikan nilai pengkuadratan residual yang telah diabsolutkan dengan variabel-variabel independen dalam model regresi. Apabila nilai Sig. pada output uji Park lebih dari 0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan antara seluruh variabel independen terhadap nilai absolute residual atau dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

(64)

apabila bebas dari autokorelasi. Cara untuk mengetahui terjadi autokorelasi atau tidak dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson

dengan ketentuan sebagai berikut (Nazaruddin dan Basuki, 2016): 1) Apabila d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari 4-dL, maka H0

ditolak dan terjadi autokorelasi.

2) Apabila d berada di antara dU dan 4-dU, maka H0 diterima dan

tidak terjadi autokorelasi.

3) Apabila d berada di antara dL dan dU atau di antara 4-dU dan 4-dL maka artinya tidak dapat menghasilkan kesimpulan yang pasti. Nilai dU dan dL diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang nilainya tergantung pada jumlah observasi dan jumlah variabel yang menjelaskan.

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikasi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan melakukan Analisis Regresi, Koefisien Determinan (�2), Uji F, dan Uji t.

1. Analisis Regresi

(65)

digunakan analisis regresi berganda hal ini karena penelitian ini terdiri dari beberapa variabel independen dan satu variabel dependen, Gujarati (2003) dalam Haryono (2014). Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

MVE = α + b1 CSRD + b2 GROWTH + b3 INST + b4 LEV + e

Keterangan:

MVE : market value equity

CSRD : indeks pengungkapan tanggung jawab sosial. GROWTH : pertumbuhan asset

INST : kepemilikan institusional

LEV : leverage

α : intercep atau konstanta b1, b2, b3, b4 : koefisien regresi e : standart error

2. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

(66)

nilai 1 artinya variabel dependen hampir seluruhnya dijelaskan oleh variabel independen yang diteliti.

b. Uji Signifikansi Simultan (F-Test)

Uji F atau F-test digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (Nazaruddin dan Basuki, 2016). Uji signifikansi simultan dilakukan dengan melihat nilai signifikansi. Apabila nilai Sig. kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpeng

Gambar

GAMBAR 1METODE PENELITIAN
TABEL 4. 2UJI STATISTIK DESKRIPTIF
Tabel 4.3 adalah hasil uji normalitas untuk variabel dependen
TABEL 4. 5HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelimpahan yang berbeda pada kedua kelompok bakteri nitrifikasi dari campuran air dan sedimen kolam ikan didukung oleh jumlah nitrogen anorganik dalam bentuk amonium

ƒƒ Keterangan yang diberikan oleh seorang yang berkeahlian khusus Keterangan yang diberikan oleh seorang yang berkeahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang

Dari tabel 4.3 juga bisa dilihat pada kelompok kontrol sebagian besar kategori harga diri pada lansia sebelum dilakukan Life Review Therapy yaitu pada kategori sedang

kepada penulis sehingga penelitian berjudul Pengaruh Religiosity dan Ethnocentrism terhadap Minat Menggunakan Asuransi Syariah Allianz Dimediasi oleh Product Judgment

Timbulnya gejala menguning dan kerdil pada varietas Batang Sungkai (Gambar 3) paling cepat dibandingkan dengan varietas lainnya, hal ini disebabkan varietas Batang

With its rich combination of technologies, Ajax provides a strong foundation for creating interactive web applications with XML or JSON-based web services by using JavaScript in

Dalam bab ini menjelaskan tentang hasil analisis data penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian serta suatu pembahasan hasil analisis yang ditemukan

Beberapa aspek Constructing explanations and designing solutions pada kelas 6-8 dalam NGSS Lead States (2013) antara lain: 1) Membangun penjelasan yang mencakup hubungan