PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BMT UMJ SEBELUM
DAN SESUDAH LINKAGE PROGRAM
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
DENI SUHANDI
NIM : 109046100077
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini adalah hasil karya Saya sendiri untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
termasuk pencabutan gelar akademik.
Jakarta, Juli 2015
v
ABSTRAK
Deni Suhandi, NIM 109046100077, Perbandingan Kinerja Keuangan BMT
UMJ Sebelum dan Sesudah Linkage Program. Konsentrasi Perbankan Syariah,
Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2015M.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa baik
kinerja keuangan dari BMT UMJ baik sebelum dan sesudah melakukan Linkage
Program. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, interview dan studi
dokumentasi.
Hasil penelitian menyatakan bahwa dari analisis rasio-rasio keuangan
likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas berdasarkan neraca keuangan KSU BMT UMJ
periode 2011-2014 menunjukkan kinerja keuangan BMT UMJ masih lebih baik
ketika sebelum melakukan linkage program ketimbang sesudah melakukan linkage
program.
Kata Kunci : BMT, Linkage Program, Kinerja Keuangan
Pembimbing : Dr. Siti Hamidah Rustiana, S.E., Ak., M.Si
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Allah SWT atas rahmat, taufik
dan hidayah-Nya serta nikmat yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Perbandingan Kinerja Keuangan BMT UMJ Sebelum dan
Sesudah Linkage Program”.
Shalawat beriring salam tidak lupa penulis haturkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya. Semoga kita
semua mendapatkan syafa’atnya di Yaumil Qiyamah nanti.
Penulis menghadapi berbagai kesulitan dalam penyusunan skripsi ini namun
pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak terelepas dari bantuan berbagai
pihak, baik bersifat bimbingan, petunjuk maupun kesempatan berdikusi. Oleh karena
itu, penulis secara khusus mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Maman Suhandi dan Ibu Samiyah yang senantiasa mencurahkan kasih
sayang, do’a, dukungan, nasihat dan kesabaran bagi anak-anaknya. Kakak Eka
Suharmiyati dan Adik Salsabillah Febriyanti serta seluruh Keluarga Besar Baba
Kocol (KBBK) yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dimana selalu
memberikan do’a, semangat moral dan material kepada penulis.
2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syariah dan
vii
3. Bapak AM. Hasan Ali, MA. selaku Ketua Prodi Muamalat, dan Bapak
Abdurrauf, Lc, M.A. selaku Sekretaris Prodi Muamalat.
4. Ibu Dr. Siti Hamidah Rustiana, S.E., Ak., M.Si. selaku dosen pembimbing yang
telah banyak membantu meluangkan waktu, pikiran, tenaga serta kesabarannya
dalam memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Direktur Utama BMT UMJ Bapak Mukhtiar, SE.I beserta staf-stafnya yang telah
memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dengan memberikan data
dan informasi terkait proses penelitian.
6. Seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama, Perpustakan Syariah dan Hukum yang
telah menyediakan buku-buku yang diperlukan penulis.
8. Pembina Majelis Ta’lim Nurul Musthofa Guru Mulia Sayyidil Walid Al Habib
Hasan bin Ja’far Assegaf beserta para keluarganya yang telah membimbing saya
dijalan Salafunassholihin yang mengenalkan tentang kecintaan kepada Allah
SWT dan Rasul-Nya Muhammad SAW.
9. Ust. Muhammad Hamzah beserta para keluarga besar Tim Hadhroh Syabaabun
Ba’alawiy (HSB) yang sudah memberikan begitu banyak ilmu agama dan sudah
saya anggap sebagai keluarga.
10. Keluarga Besar Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi (FKMB) Bang Ridwan,
viii
11. Keluarga Besar Milanisti Indonesia Basis Tangerang Selatan, Bang Ebe, Bang
Sofel, Bang Furqon, Bang Ibnu, Bang Masykur, Fajar, Amin, Akil, Robi, Aldi,
Ipung, Dahri Daenk, Maw, Regi, M. Rizki serta seluruh pengurus dan anggota.
12. Sahabat-sahabat seperjuangan KEPOMPONG yang saya sayangi, Abdillah
Rizaldi, Romi Armando, Riyan Bahtera, Islah Zamani, Erwin Mahardika, Gurfan
Lesmana, Ichsan Galih, Hafiz Satria, M. Hadi, Yudi Akbar, Maulana Hasanudin,
Abdul Rahim, Arbi Puap, Farhan Hidayat, Ibrahim, M. Aprizal, dan M. Fadhilah.
13. Teman-teman PSC 2009, KKN Tuah Sakato 2012, KKN Spartan dan seluruh
teman-teman di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu, terimakasih atas dukungan dan bantuan kalian.
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terimakasih atas semua pihak yang
turut berperan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini dapat
bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat dan para akademisi. Tak lupa penulis
mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena berbagai keterbatasan dan
kemampuan penulis, baik kemampuan akademik maupun kemampuan teknik
penulisan.
Jakarta, Juli 2015
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……… i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... ii
LEMBAR PENGESAHAN ……… iii
A. Latar Belakang Masalah ………. 1
B. Identifikasi Masalah ……… 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………. 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 7
E. Review Studi Terdahulu ………. 9
F. Sistematika Penulisan ………... 12
G. Skema Rancangan Penulisan Skripsi ……… 13
BAB II KERANGKA TEORI A. Kinerja ……….. 16
1. Kinerja Keuangan ………... 16
2. Tujuan Penilaian Kinerja ……… 18
3. Manfaat Penilaian Kinerja ……….. 19
4. Tahap-tahap Dalam Menganalisis Kinerja Keuangan ……… 20
B. Alat Ukur Kinerja Keuangan ……… 21
1. Analisis Rasio ………. 21
2. Jenis-jenis Analisis Rasio ………... 24
3. Manfaat Analisis Rasio Keuangan ………. 30
C. Linkage Program ……….. 31
1. Pengertian Linkage Program ……….. 31
2. Generic Model Linkage Program ………... 38
x
4. Linkage Program Bank Syariah Mandiri ……… 41
D. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) ……… 44
BAB III METODE PENELITIAN ……….. 47
A. Pendekatan Penelitian ………... 47
B. Jenis Penelitian ………. 47
C. Objek Penelitian ………... 48
D. Sumber Data ………. 48
E. Teknik Pengumpulan Data ………... 49
F. Teknik Pengolahan Data ……….. 50
G. Teknik Analisis Data ……… 51
H. Teknik Penulisan ……….. 54
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………... 55
A. Gambaran Umum BMT UMJ …….……….. 55
B. Hasil Analisis ……… 61
1. Analisis Rasio Likuiditas ……… 61
2. Analisis Rasio Solvabilitas ………. 64
3. Analisis Rasio Rentabilitas ………. 67
C. Pembahasan ……….. 70
BAB V PENUTUP ……….. 76
A. Kesimpulan ………... 76
B. Saran ………. 77
DAFTAR PUSTAKA ………. 79
xi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1. Matriks Peneletian Terdahulu ……… 9
3.1. Standar Penilaian Rasio Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas pada Koperasi BMT UMJ (Universitas Muhammadiyah Jakarta) ……….. 53
4.1. Standar perhitungan Current Ratio ……….. 61
4.2. Daftar perhitungan analisis rasio lancar BMT UMJ tahun 2011-2014 ……… 62
4.3. Standar perhitungan Cash Ratio……….. 62
4.4. Daftar perhitungan analisis rasio kas BMT UMJ tahun 2011-2014 ……… 63
4.5. Standar perhitungan rasio TH terhadap TA ………. 64
4.6. Daftar perhitungan analisis rasio TH terhadap TA BMT UMJ tahun 2011-2014 ……... 65
4.7. Standar perhitungan rasio Total Hutang Jangka Panjang terhadap Modal Sendiri ……. 66
4.8. Daftar perhitungan analisis rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Modal Sendiri …… 66
4.9. Standar perhitugan Return Of Investment(Rentabilitas Ekonomi) ……….. 67
4.10. Daftar perhitugan analisis ROI (Rentbilitas Ekonomi) BMT UMJ 2011-2014 ………... 68
4.11. Standar perhitungan Return On Equity (Rentabilitas Modal Sendiri) ………. 69
4.12. Daftar perhitungan analisis ROE (Rentabilitas Modal Sendiri) ………... 69
4.13. Hasil Analisis Rasio BMT UMJ 2011-2014 ……… 70
xii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1. Skema Rancangan Penelitian ………... 15
2.1. Pola Executing Linkage Program……… 32
2.2. Pola Channeling Linkage Program………. 33
2.3. pola Joint Financing Linkage Program ………... 34
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada saat ini banyak Bank - Bank Syariah yang tertarik dengan sektor UMKM
(Usaha Mikro Kecil Menengah) hal ini disebabkan UMKM masih memegang
peranan penting dalam menggerakkan perekonomian nasional. Rata-rata sumbangan
sektor UMKM terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) nasional dalam beberapa
tahun terakhir mencapai lebih dari 50 %. Selain itu, sektor UMKM merupakan sektor
yang lekat dengan semangat kerakyatan dan menyerap tenaga kerja yang besar.
Keunggulan UMKM sebagai sektor domestik yang telah mampu menggerakkan
perekonomian nasional dikarenakan ketergantungannya yang sangat kuat terhadap
muatan lokal. Unit usaha UMKM menggunakan sumber daya dalam negeri baik
sumber daya manusia, bahan baku dan peralatan, sehingga UMKM tidak tergantung
pada ekspor. Hasil produksi sektor UMKM lebih ditujukan untuk memenuhi pangsa
pasar dalam negeri, sehingga tidak tergantung kepada kondisi perekonomian negara
lain. Oleh karena itu, sektor inilah yang paling tahan terhadap ancaman krisis global
seperti krisis Amerika dan Eropa. 1
Perbankan Syariah sebagai lembaga keuangan yang sangat concern terhadap
pengembangan sektor riil telah dapat memanfaatkan peluang atas kebutuhan finansial
1
Bank Indoensia, “Outlook Perbankan Syariah 2012”, Artikel diakses pada 5 November 2014 dari
2
sektor UMKM. Sebesar 55,92% atau Rp 68,66 triliun dari total pembiayaan
perbankan syariah (BUS + UUS) disalurkan ke sektor UMKM. Namun demikian,
ekspansi pembiayaan yang dapat dipenuhi oleh Bank Syariah terhadap kebutuhan
modal sektor UMKM masih sangat terbuka lebar. Hal ini tercermin dari outstanding
pembiayaan UMKM pada perbankan nasional di bulan Agustus 2011 telah mencapai
Rp 449,9 triliun.2
Pada saat ini pula lembaga keuangan syariah non-bank yang sedang
berkembang dengan pesat adalah BMT (Baitul Maal wat Tamwil). Namun terjadi
sebuah permasalahan dimana concern Bank Syariah dalam sektor UMKM membuat
persaingan dengan BMT yang pangsa pasarnya juga terfokus pada sektor UMKM.3
Dengan demikian maka dibuatlah sebuah sistem kerjasama antara bank
dengan BMT agar tidak terjadi perebutan pangsa pasar di sektor mikro. Sistem
kerjasama antara bank dan BMT itu disebut dengan linkage program. Hal ini sejalan
berdasarkan Kebijakan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 3/2/PBI/2001 tentang
“Pemberian Kredit Usaha Kecil” dan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Republik Indonesia 03/Per/M.KUKM/III/2009 tentang
“Pedoman Umum Linkage Program Antara Bank Umum Dengan Koperasi”.4
Dimana BMT sebagai perpanjangan tangan dari perbankan syariah yang
menyalurkan dana ke Usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) yang selama ini
2
Ibid, h. 6 3
Muamalat Center Indonesia, “Memperebutkan sektor mikro”, Artikel ini diakses pada 5 November 2014 dari http://muamalatcenter.or.id/web/page/46/Bank-Syariah
4
Rouf Ibnu Muthi, “Kebijakan dan Strategi Bank Indonesia dalam pengembangan Bank
Syariah”, Artikel ini diakses pada 6 November 2014 dari
3
sulit dijangkau oleh bank syariah. Dengan linkage program, maka BMT bisa
meningkatkan ketersediaan dananya.5
Untuk melihat apakah sistem kerjasama tersebut berjalan dengan baik atau
tidak dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan atau BMT itu sendiri. Penilaian
kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak
manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan
juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh BMT. Untuk menilai kondisi
keuangan dan prestasi suatu lembaga keuangan, analisis keuangan memerlukan
beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah analisis rasio keuangan,
yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Pengertian
rasio keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap yaitu angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai
hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).6
Adapun alat analisis kinerja keuangan pada perusahaan yang digunakan
meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas (rentabilitas), rasio
aktivitas dan rasio pasar.
Analisis rasio keuangan merupakan metode analisis yang sering dipakai
karena merupakan metode yang paling cepat untuk mengetahui kinerja keuangan
BMT. Dengan mengetahui kinerjanya, BMT akan dapat melakukan perkiraan
5Syarif Hidayat, “
Strategi Pemberdayaan BMT”, diakses pada 5 November 2014 dari
http://syarifhidayat1992.blogspot.com/2013/04/strategi-pemberdayaan-bmt-dan.html 6
4
keputusan apa yang diambil guna mencapai tujuannya. Analisis rasio keuangan pada
BMT akan menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara
pos-pos tertentu dengan pos-pos lainnya yang dilaporkan. Dalam hal ini analisis rasio
keuangan pada BMT akan menggali informasi dari laporan neraca dan laporan hasil
usahanya. Analisis rasio keuangan kegiatannya meliputi pengevaluasian aspek-aspek
keuangan antara lain adalah tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas
(profitabilitas). Dengan mengetahui hasil evaluasi yang tentunya juga dilakukan
suatu analisa, maka BMT akan mengetahui apakah dengan adanya linkage program
dengan bank dapat membuat kinerja dari BMT tersebut menjadi lebih baik atau tidak.
Adapun dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Maesaroh, tentang
“Efektifitas Linkage Program Bank Syariah Mandiri Dalam Penguatan Pembiayaan
Lembaga Keuangan Mikro” menunjukkan bahwa adanya linkage program belum
mempengaruhi tingkat kesehatan LKM secara keseluruhan, sedangkan perbandingan
rasio menjelaskan bahwa penerapan linkage program belum mengalami pengaruh
terhadap peningkatan laba.7
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, penulis merasa penting
untuk melakukan penelitian yang berjudul, “PERBANDINGAN KINERJA
KEUANGAN BMT UMJ SEBELUM DAN SESUDAH LINKAGE
PROGRAM”.
7
Siti Maesaroh, “Efeketifitas Linkage Program Bank Syariah Mandiri Dalam Penguatan
Pembiayaan Lembaga Keuangan MIkro,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
5
Dengan adanya penelitian ini kami harap dapat diketahui apakah dengan
adanya linkage program tersebut dapat meningkatkan kinerja keuangan dari BMT
UMJ dibandingkan dengan sebelum adanya Linkage Program.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis melihat beberapa faktor yang
terkait dalam pembahasan penelitian ini, yaitu:
1. Banyak Bank – Bank Syariah yang tertarik dengan sektor UMKM disebabkan
karena UMKM memegang peranan penting dalam menggerakan perekonomian
nasional.
2. Terjadi sebuah permasalahan dimana concern Bank Syariah dalam sektor
UMKM membuat persaingan dengan BMT yang pangsa pasarnya juga terfokus
pada sektor UMKM. Namun disisi lain BMT juga kurang memiliki kecukupan
modal untuk melakukan ekspansi ke sektor UMKM. Untuk mengatasi agar tidak
terjadi perebutan pangsa pasar di sektor mikro maka dibentuk sistem kerjasama
antara Bank dan BMT yang disebut dengan Linkage Program.
3. Untuk melihat apakah sistem kerjasama tersebut mempunyai dampak positif atau
6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya dari permasalahan yang dibahas, maka dalam
penelitian ini akan dibatasi ruang lingkupnya agar penelitian lebih terarah,
terfokus, tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian dan dan juga dapat
memudahkan analisis. Oleh karena itu, penulis memfokuskan kepada
pembahasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi. Konteks permasalahan
tersebut terdiri dari:
a. Penelitian ini bertempat di BMT UMJ yang beralamatkan: Jl. KH. Ahmad
Dahlan, Komplek Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta, Cirendeu -
Ciputat, Kota Tangerang Selatan - BANTEN. Telepon: (021)
74706220/32425400.
b. Penelitian ini menggunakan data neraca laporan keuangan BMT UMJ mulai
dari periode sebelum melaksanakan linkage program (2011-2012) sampai
dengan sesudah melaksanakan linkage program (2013-2014).
c. Rasio Likuiditas yang digunakan adalah Current Ratio dan Cash Ratio.
d. Rasio Solvabilitas yang digunakan adalah Rasio Total Hutang terhadap Total
Asset (DTAR) dan Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Total Ekuitas
(DER).
e. Rasio Rentabilitas yang digunakan adalah Return Of Investment (ROI) dan
7
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Pembatasan
Penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka penulis merumuskan masalahnya
yaitu:
a. Seberapa baik kinerja keuangan dari BMT UMJ sebelum melakukan linkage
program?
b. Seberapa baik kinerja keuangan dari BMT UMJ sesudah melakukan linkage
program?
c. Apakah linkage program memberikan dampak positif atau tidak terhadap
kinerja keuangan BMT UMJ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh
jawaban dari permasalahan di atas. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah
untuk:
a. Untuk mengetahui seberapa baik kinerja keuangan dari BMT UMJ sebelum
melakukan linkage program.
b. Untuk mengetahui seberapa baik kinerja keuangan dari BMT UMJ sesudah
melakukan linkage program.
c. Untuk mengetahui apakah linkage program memberikan dampak positif atau
8
2. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian dan penulisn skripsi ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:
a. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah cakrawala wawasan dan ilmu
pengetahuan serta pengalaman dalam menganalisis kinerja laporan keuangan
lembaga keuangan syariah, dimana penulis dapat menerapkan teori-teori
yang diperoleh selama berada dibangku perkuliahan.
b. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, baik bagi para mahasiswa perbankan syariah maupun kalangan
akademisi.
c. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi para praktisi dan masyarakat
luas mengenai hasil penelitian yang berupa pengaruh linkage program
terhadap kinerja keuangan BMT dapat dijadikan referensi dalam
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan permasalahan di atas.
d. Dapat memberikan informasi dan perbandingan-perbandingan sehingga
dapat merangsang timbulnya ide-ide yang lebih mampu dalam
mengembangkan teori-teori serta dapat menambah khazanah keilmuan dan
kepustakaan, khususnya mengenai perbandingan kinerja lembaga keuangan
9
E. Review Studi Terdahulu
Dari penelitian ini, peneliti menemukan beberapa sumber kajian lain yang
telah lebih dahulu membahas terkait dengan Linkage Program, diantaranya adalah:
Table 1.1
Matriks Penelitian Terdahulu
No. Nama & Tahun Judul Hasil Penelitian Perbedaan
1. Siti Maesaroh,
adanya linkage program
11
Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Perbandingan Kinerja Keuangan BMT UMJ Sebelum dan Sesudah Linkage Program”.
Peneletian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat perbedaan dan
kesamaan dalam metode penelitian, ada yang menggunakan metode kuantitatif dan
12
terdahulu bahwa skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kinerja
keuangan BMT UMJ sebelum dan sesudah melakukan linkage program berdasarkan
analisis rasio keuangan likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran secara keseluruhan isi penulisan dalam
penelitian ini, penyusun menguraikan secara singkat sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai latar belakang masalah yang
akan diteliti, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka
teori dan konseptual, serta sistematika penulisan.
BAB II KERANGKA TEORI
Pada bab ini diuraikan tentang pengertian BMT, Linkage Program, Kinerja
Keuangan. Rasio-rasio yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Rasio likuiditas terdiri
dari Current Ratio dan Cash Ratio. Solvabilitas terdiri Rasio Total Hutang
terhadap Total Asset dan Rasio Hutang Jangka panjang terhadap Total
Ekuitas. Sedangkan data mengenai rentabilitas terdiri dari Return Of
13
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini dikemukakan tentang Pendekatan Penelitian, Jenis Penelitian,
Objek Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik
Pengolahan Data, Teknik Analisis Data dan Teknik Penulisan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum BMT UMJ, yang berupa
profil dari BMT UMJ, Visi dan Misi dari BMT UMJ, struktur organisasi,
produk dan layanan, serta laporan keuangan BMT UMJ sebelum dan
sesudah linkage program, dan analisis dari laporan keuangan BMT UMJ,
laporan tersebut dianalisis dengan rasio likuiditas, solvabilitas dan
rentabilitasnya sebelum dan sesudah melakukan linkage program.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan dan saran-saran yang
dikemukakan dari pembahasan.
G. Skema Rancangan Penelitian Skripsi
Linkage Program adalah program pembiayaan yang bersifat kemitraan,
dimana bank syariah mengeluarkan pembiayaan kepada usaha mikro secara tidak
langsung. Pembiayaan ini disalurkan lewat Lembaga Keuangan Mikro.8 Arsitektur
Perbankan Indonesia (API) mengeluarkan generic model linkage program yang
14
merupakan aturan-aturan mengenai pelaksanaan linkage program antara bank umum
dan Lembaga Keuangan Mikro, sehingga penerapan linkage program semakin jelas
dan terarah. Terdapat tiga skim dalam melaksanakan linkage program, yaitu terdiri
dari executing, joint financing, dan channeling.
Lembaga Keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya
di bidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam
masyarakat.9Sedangkan Lembaga Keuangan Mikro atau Micro Finance Institution
merupakan lembaga yang melakukan kegiatan penyediaan jasa keuangan kepada
pengusaha kecil dan mikro serta masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak
terlayani oleh Lembaga Keuangan formal dan yang telah berorientasi pasar untuk
tujuan bisnis.10
Dari teori-teori tersebut maka penulis membuat skema rancangan penelitian
skripsi sebagai berikut:
9
Ketut Ridjin. Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 13.
10Rudjito, “Peran Lembaga Keuangan Mikro Dalam Otonomi Daerah Guna menggerakkan
15
Gambar 1.1. Skema Rancangan Penelitian Laporan Keuangan BMT UMJ
Sebelum Linkage Program Setelah Linkage program
Analisa
Baik Tidak Baik
16
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Kinerja
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan
dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan
dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok
penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran
organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar
perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan
dalam anggaran.1
1. Kinerja Keuangan
Pengertian kinerja keuangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah merupakan kata benda yang artinya sesuatu yang dicapai, prestasi
yang diperlihatkan, atau kemampuan kerja. Sedangkan penilaian kinerja
adalah penetuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi,
bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria
yang ditetapkan sebelumnya.2 Organisasi pada dasarnya dijalankan oleh
manusia sehingga penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas
1
Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin, Analisis Kinerja Keuangan Bank Devisa Dan Bank Non Devisa Di Indonesia, Kajian Ekonomi dan Keuangan vol. 7 no. 4(Jakarta: 2003), h. 27.
17
perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam
organisasi.
Pengertian kinerja keuangan menurut Sucipto adalah penentuan
ukuran-ukuran yang dapat mengukur keberhasilan suatu prusahaan dalam
menghasilkan laba. Pengukuran kinerja keuangan perlu dikaitkan antara
organisasi perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat
organisasi perusahaan dapat diketahui besarnya tanggung jawab manajer yang
diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan. Namun demikian
mengatur besarnya tanggung jawab sekaligus mengukur prestasi keuangan
tidaklah mudah sebab ada yang dapat diukur dengan mudah dan ada pula
yang sukar untuk diukur.3
Kinerja keuangan perusahaan adalah sesuatu yang sulit diukur secara
eksak dan lebih menyerupai suatu seni karena didalamnya terkandung aspek
subjektif dan objektif dari si penilai. Terlepas dari hal tersebut, terdapat
beberapa cara yang harus ditempuh agar analisis kinerja keuangan yang
dilakukan dapat menjadi suatu tolak ukur yang dapat diandalkan dan
dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan strategik.4
Selanjutnya dikatakan bahwa, secara khusus para pemimpin strategik
memilih sasaran keuangan (financial goals) yang ingin mereka capai antara
lain: sasaran pertumbuhan (growth), keuntungan (profitability) dan return to
shareholder. Salah satu alasan atas penggunaan kinerja keuangan adalah
karena ukuran kinerja keuangan dianggap obyektif untuk mengukur apakah
3
Ibid.
18
sasaran tercapai atau tidak. Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk
memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat
berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam
anggaran merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk
menganalisis laporan keuangan.5
Untuk mengukur variable kinerja keuangan digunakan dimensi rasio
permodalan, rasio rentabilitas, dan rasio esensi yang diukur melalui indicator
capital adequacy ratio (CAR), debt to equity ratio (DER), return on asset
(ROA), return on equity (ROE), dan rasio biaya operasional terhadap
pendapatan operasional (BOPO).6
2. Tujuan Penilaian Kinerja
Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2000:31)
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih.
2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
5
Forum Riset Perbankan Syariah Ke-4, 2011, Universitas Padjadjaran Bandung 6
Siti Hamidah Rustiana. “Gaya Kempemimpinan, Budaya Organisasi, dan Kinerja
19
dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangaka pendek maupun jangka
panjang.
3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu.
4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan
untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban
bunga atau hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok
hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden
secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau
krisis keuangan.
3. Manfaat Penilaian Kinerja
Adapun manfaat dari penilaian kinerja perusahaan adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu
periode kinerja yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan
kegiatannya.
2. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan,
maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi
suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.
3. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk
20
4. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi
pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya.
5. Sebagai dasar penetuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.
4. Tahap-tahap Dalam Menganalisis Kinerja Keuangan
Terdapat 5 (lima) tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu
perusahaan secara umum, yaitu:
1) Melakukan review terhadap data laporan keuangan.
Review disini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah
dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku
umum dalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan
keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
2) Melakukan perhitungan
Penerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi
dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan
tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang
diinginkan.
3) Melakukan perbandingan terhadap hasil yang telah diperoleh
Dari hasil hitung yang sudah diperoleh tersebut kemudian dilakukan
perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya.
Metode yang paling umum dipergunakan untuk melakukan perbandingan
21
a. Time series analysis, yaitu membandingkan secara anatar waktu atau
antar periode, dengan tujuan itu nanti akan terlihat grafik.
b. Cross sectional approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap
hasil hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antara satu
perusahaan dan perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang
sejenis yang dilakukan secara bersamaan.
4) Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap berbagai permasalahan
yang ditemukan.
Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan adalah setelah
dilakukan ketiga tahap tersebut, selanjutnya dilakukan penafsiran untuk
melihat apa-apa saja permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh
perusahaan tersebut.
5) Mencari dan memberikan pemecahan maslaah (solution) terhadap berbagai
permaslahn yang ditemukan.
Pada tahap terakhir ini, setelah ditemukan berbagai permasalahan yang
dihadapi, maka dicarikan solusi guna memberikan suatu input atau
masukan agar apa yang menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat
terselesaikan.
B. Alat Ukur Kinerja Keuangan 1. Analisis Rasio
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
22
(2002:33), Analisis Rasio merupakan suatu metode analisa untuk mengetahui
hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laba/rugi secara individu
atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Dengan menggunakan laporan
yang diperbandingkan, termasuk data tentang perubahan-perubahan yang
terjadi dalam jumlah rupiah, prosentase serta trendnya, penganalisa
menyadari bahwa beberapa rasio secara individu akan membantu dalam
menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan suatu perusahaan.7
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan
(mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang
lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat
menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau
buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila
angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang
digunakan sebagai standar.
a. Keunggulan Analisis Rasio
Analisis rasio mempunyai keunggulan dibanding dengan teknik analisi
lainnya. Keunggulan tersebut adalah:
i. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih
mudah dibaca dan ditafsirkan.
ii. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
iii. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.
7
23
iv. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi.
v. Menstandarisir izin perusahaan.
vi. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan
lainnya secara periodik.
vii. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi
dimasa yang akan datang.
b. Keterbatasan Analisis Rasio
Disamping keunggulan dari teknik ini juga mempunyai beberapa
keterbatasan, yaitu sebagai berikut:
i. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan
untuk kepentingan pemakai.
ii. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga
menjadi keterbatsan teknik ini seperti:
1) Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak
mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau
subyektif.
2) Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah
nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.
3) Klasifikasi dalam laporan keuangan biar berdampak pada angka
rasio.
iii. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan
24
iv. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
v. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik standar akuntansi
yang dipakai tidak sama.
c. Penggolongan Angka Rasio
Menurut S. Munawir (2004:68), berdasarkan sumber datanya, angka
rasio dapat dibedakan menjadi:
i. Rasio-rasio Neraca (Balanced Sheet Ratios) yang tergolong dalam
kategori ini adalah semua rasio yang semua datanya diambil atau
bersumber pada neraca, misalnya current ratio, acid test ratio.
ii. Rasio-rasio Laporan Laba Rugi (Income Statement Ratios) yaitu
angka-angka raso yang dalam penyusunannya semua datanya
diambil dari Laporan Laba Rugi, misalanya gross profit margin, net
operating margin, operating ratio dan lain sebagainya.
iii. Rasio-rasio antar Laporan (Interstatement Ratios) ialah semua angka
rasio yang penyusunan datanya berdasar dari neraca dan data lainnya
dari laporan Laba Rugi, misalnya tingkat perputaran persediaan
(inventory turn over), tingkat perputaran piutang (account receivable
turn over), sales to inventory, sales to fixed asset dan lain
sebagainya.
2. Jenis-jenis Analisis Rasio
Jenis-jenis analisis rasio menurut S. Munawir (2002), analisis rasio
25
a. Likuiditas
Rasio Likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu
perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya maupun untuk mengecek
efisiensi modal kerja. Rasio Likuiditas melputi:
a. Current Ratio
b. Acid Test Ratio
c. Cash Ratio
b. Solvabilitas
Rasio Solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam melunasi atau membayar semua kewajiban-kewajiban yang
dimiliki oleh perusahaan. Rasio Solvabilitas meliputi:
a. Ratio Total Hutang terhadap Total Asset
b. Times Interest Earned
c. Fixed Charge Coverage (FCC)
d. Debt-to-Equity Ratio
c. Rentabilitas
Rasio Rentabilitas atau bisa disebut juga dengan Rasio Profitabilitas ini
digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam memperoleh
keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal yang ada. Rasio ini
meliputi:
a. Net Profit Margin (NPM)
b. Gross Profit Margin (GPM)
26 d. Return On Equity (ROE)
d. Aktivitas
Rasio Aktivitas digunakan untuk mengetahui aktivitas aktiva pada
tingkat kegiatan tertentu. Rasio Aktivitas ini meliputi:
a. Perputaran Piutang
b. Perputaran Persediaan
c. Perputaran Aktiva Tetap
d. Perputaran Total Aktiva
e. Pasar
Rasio Pasar digunakan untuk mengukur harga pasar relatif terhadap nilai
buku. Rasio pasar ini meliputi:
a. Price Earning Ratio (PER)
b. Dividend Yield
c. Dividend Payout Ratio (DPR)
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia No. 96/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang
Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Simpan Pinjam dan Unit
Simpan Pinjam Koperasi pasal 33 mengenai Pengukuran kinerja KSP/USP
Koperasi sebagimana dimaksud dalam pasal 28 menyebutkan bahwa analisis rasio
yang digunakan dalam pengukuran kinerja keuangan pada koperasi meliputi rasio
likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Berdasarkan pernyataan tersebut, diantara
27
perusahaan (Munawir : 2002), tiga diantaranya dapat diterapkan dalam
menganalisis kinerja keuangan koperasi. Ketiga rasio tersebut meliputi:
1. Likuiditas
Rasio likuiditas yang dapat digunakan pada koperasi meliputi:
a. Current Ratio
Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan perbandingan antara jumlah
aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan bahwa nilai
kekayaan lancar (yang segera dapat dijadikan uang) ada sekian kalinya
hutang jangka pendek.
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
hutangnya yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
Aktiva Lancar
Current Ratio = X 100%
Hutang Lancar
b. Cash Ratio
Cash Ratio menunjukkan hubungan antara perbandingan kas dan setara
kas dengan hutang lancer yang dimiliki oleh koperasi. Rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan kas yang sesungguhnya untuk
memenuhi hutang-hutangnya tepat pada waktunya.
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendeknya dengan kas yang dimilikinya.
Kas + Bank
Cash Ratio = X 100%
28 2. Solvabilitas
Rasio solvabilitas yang dapat digunakan pada koperasi meliputi:
a. Rasio Total Hutang terhadap Total Asset (DTAR)
Rasio Total Hutang terhadap Total Asset (Total Debt to Total Asset
Ratio) membandingkan jumlah total utang dengan total aktiva yang
dimiliki koperasi. Dari rasio ini, dapat digunakan untuk mengetahui
beberapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Biasanya
para kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah, sebab semakin
rendah rasio utang koperasi yang diberi kredit akan semakin besar tingkat
keamanan yang didapat kreditur pada waktu likuidasi.
Pada rasio ini membandingkan jumlah toal hutang dengan aktiva total
yang dimiliki perusahaan.
Total Hutang
DTAR = X 100%
Total Aktiva
b. Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Total Ekuitas (DER)
Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Total Ekuitas (Long tern Debt to
Equity Ratio) membandingkan antara utang jangka panjang dan modal
sendiri. Rasio ini menunjukkan berapa bagian modal yang menjadi
jaminan utang jangka panjang. Dengan kata lain, rasio ini digunakan
untuk mengukur kemampuan modal untuk menutup utang jangka
panjang. Semakin rendah rasio ini akan semakin aman bagi kreditur
jangka panjang.
29 Hutang Jangka Panjang
DER = X100% Modal Sendiri
3. Rentabilitas
Rasio rentabilitas yang dapat digunakan pada koperasi meliputi:
a. Return Of Investment (ROI)
Return On Investment adalah salah satu bentuk dari rasio rentabilitas
yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan koperasi dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk
operasinya koperasi untuk memperoleh Sisa Hasil Usaha (SHU). Dengan
demikian rasio ini menghubungkan Sisa Hasil Usaha yang diperoleh
dengan jumlah investasi atai aktiva yang digunakan untuk beroperasi.
Return On Investment sering disebut juga sebagai Rentabilitas Ekonomi.
Membandingkan laba setelah bunga dan pajak dengan jumlah aktiva
yang bekerja. Jenis rasio ini dalam koperasi sering disebut juga dengan
Rentabilitas Ekonomi.
Sisa Hasil Usaha Setelah Zakat
ROI = X 100% Total Aktiva
b. Return On Equity (ROE)
Return On Equity adalah rasio yang membandingkan antara Sisa Hasil
Usaha dan jumlah modal sendiri. Rasio ini menunjukkan kemampuan
modal dalam menghasilkan Sisa Hasil Usaha. Return On Equity disebut
30
Membandingkan antara laba bersih (laba setelah bunga dan pajak) dan
jumlah modal pemilik. Dalam perkoperasian jenis rasio ini disebut juga
dengan Rentabilitas Modal Sendiri.
Sisa Hasil Usaha Setelah Zakat
ROE = X 100% Modal Sendiri
3. Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Menurut Irham Fahmi (2010), manfaat yang bisa diambil dengan
dipergunakan rasio keuangan, adalah:
1) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat
menilai kinerja dan prestasi perusahaan.
2) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen
sebagai rujukan untuk membuat perencanaan.
3) Analsisi rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi
kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan.
4) Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor, dapat
digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi,
dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayran bunga dan
pengembalian pokok pinjaman.
5) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak
31
C. Linkage Program
1. Pengertian Linkage Program
Linkage Program merupakan kerjasama yang dilaksanakan bank
umum kepada Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam bentuk pembiayaan
sebagai upaya untuk meningkatkan kegiatan Usaha Mikro dan Kecil (UMK).8
Pada tahun 2004 Arsitektur Perbankan Indonesia (API) mengeluarkan generic
model linkage program yang berisi mengenai aturan-aturan pelaksanaan
linkage program antara bank umum dan Lembaga Keuangan Mikro, sehingga
penerapan linkage program semakin jelas dan terarah. Salah satu aturannya
adalah ditetapkannya tiga skim dalam melaksanakan linkage program, yaitu
executing, channeling dan joint financing.
Dalam pola Executing, Bank Konvensional atau Bank Syariah
memberikan pembiayaan kepada LKM untuk diteruskan kepada UMK. LKM
diberikan kewenangan untuk memutuskan calon mitra yang akan mendapat
fasilitas pembiayaan dan sebagai konsekuensinya risiko juga ditanggung oleh
pihak BPR, dan untuk pencatatan di bank umum sebagai pembiayaan ke
LKM.9
Untuk Bank Syariah yang melaksanakan linkage program dengan
LKM digunakan akad mudharabah,10 dengan landasan hukum:
Artinya: “Bahwasanya Nabi SAW, bersabda: Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandung dengan jewawut untuk
8
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 307.
9
Bank Indonesia, Generic Model Linkage Program (Antara BUS/UUD dan BPRS), (t.t.:
Bank Indonesia, t.th), h.15 10
32
keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).11
Sedangkan akad yang digunakan antara LKM dengan UMK
disesuaikan dengan kebutuhan UMK:
Gambar 2.1. Pola Executing Linkage Program
Dalam pola channeling, Bank Konvensional atau Bank Syariah
memberikan pembiayaan secara langsung kepada UMK sebagai end user
melalui LKM yang bertindak sebagai wakil dari bank tersebut. Dalam pola ini
risiko ditanggung oleh bank sehingga LKM tidak memiliki kewenangan
memutus pembiayaan kecuali setelah mendapatkan surat kuasa dari bank
umum dan pencatatan di bank umum sebagai pembiayaan ke UMK
sedangkan di LKM dicatat pada off balance sheet.12 Pada bank syariah akad
yang digunakan antara bank syariah dan LKM adalah wakalah,13 dengan
landasan hukum:
Artinya: “Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya diantara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang diantara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini)?.
11
A. Hassan, Tarjamah Bulughul Hajar Al-Asqalani, (Bandung: CV: Penerbit
Diponegoro, 2006), h. 400. 12
Bank Indonesia, Generic Model Linkage Program (Antara BUS/UUD dan BPRS), (t.t.:
Bank Indonesia, t.th), h.15. 13
Ibid.
Bank Umum LKM
33
“Maka menjawab: “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (disini). Maka suruhlah salah seorang diantara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun”. (Al Kahfi 18:19)
Sedangkan akad antara LKM dan UMK disesuaikan dengan
kebutuhan UMK:
Gambar 2.2. Pola Channeling Linkage Program
Dalam pola joint financing pembiayaan dilakukan bersama antara
Bank Konvensional atau Bank Syariah dan LKM dalam membiayai UMK,
dimana risiko ditanggung bersama oleh kedua belah pihak sesuai porsinya
masing-masing sehingga kewenangan memutus pembiayaan ada pada bank
umum dan LKM, dan untuk pencatatan di bank umum sebagai pembiayaan ke
UMK, sedangkan pencatatan di LKM pada off balance sheet.14 Akad yang
digunakan antara bank syariah dan LKM adalah musyarakah, dengan
landasan hukum:
14
Ibid.
Bank Umum
LKM
34
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar syi’ar-syi’ar Allah dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (menggangu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurma dan kerodhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dari pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Al Maidah 5:2)
Sedangkan akad antara LKM dengan UMK disesuaikan dengan
kebutuhan UMK:
Gambar 2.3. Pola Joint Financing Linkage Program
Linkage program merupakan kerjasama yang saling menguntungkan
bagi semua pihak. Bagi bank yang memiliki keterbatasan jaringan dan
infrastruktur, dengan adanya linkage program dapat menjangkau Usaha
Mikro dan Kecil yang terbukti tahan terhadap krisis ekonomi dan bagi
Lembaga Keuangan Mikro yang memiliki dana terbatas akan sangat terbantu
dengan adanya linkage program ini sehingga LKM dapat menyalurkan
pembiayaan kepada Usaha Mikro dan Kecil, dan juga menguntungkan bagi
Bank Umum LKM
35
Usaha Mikro Kecil yang umumnya kesulitan dalam mendapatkan dukungan
dana dari bank umum karena termasuk dalam kategori unbankable. Dari
uraian tadi terlihat keterkaitan satu sama lain yang menguntungkan. Dalam
hal ini agar pelaksanaan linkage program dapat terus berjalan sesuai dengan
ketentuan yang ada, terdapat kode etik yang harus dipatuhi oleh lembaga
yang menjalankan linkage program, yaitu:15
1. Bank Umum Syariah (BUS) / Unit Usaha Syariah (UUS) yang
melakukan kerjasama linkage program dengan BPRS, tidak diprbolehkan
mengambil alih pembiayaan terhadap nasabah BPRS yang sedang
dibiayai melaui linkage program dan atau masih menjadi nasabah BPRS.
2. Bagi nasabah BPRS yang telah naik kelas (dari nasabah mikro menjadi
kecil) dan memerlukan dana pembiayaan yang lebih besar, namun BPRS
tidak mampu membiayai karena kendala BMPK maka BUS/UUS dapat
membiayai nasabah BPRS tersebut.
3. BUS/UUS yang melakukan linkage program dengan BPRS, tidak
diperbolehkan mengambil sumber daya manusia BPRS.
4. BUS/UUS dan BPRS harus transparan dalam memberikan dan
menyampaikan informasi yang terkait dengan linkage program sejauh
tidak melanggar ketentuan yang berlaku (seperti: laporan keuangan
struktur pendanaan dan company profile).
5. Bagi BPRS, satu jaminan hanya untuk dijaminkan kepada satu shohibul
maal mitra pembiayaan (BUS/UUS).
15
36
6. BUS/UUS tidak diperkenankan untuk memanfaatkan data nasabah
pembiayaan dan BPRS untuk kepentingan diluar linkage program.
7. BUS/UUS dan BPRS yang melaksanakan linkage program dengan pola
joint financing dan channeling, tidak diperkenankan membenani nasabah
pembiayaan dengan margin/nisbah bagi hasil yang lebih tinggi dari harga
pasar untuk sektor usaha UMK yang dibiayai.
8. BUS/UUS yang melakukan linkage program dengan BPRS, tidak
diperkenankan meminta laporan hasil pemeriksaan BPRS yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
9. BPRS yang mengikuti linkage program harus memlihara tingkat
kesehatannya.
10. Setiap pelanggaran kode etik diatas oleh BUS/UUS/BPRS dilaporkan
kepada Bank Indonesia oleh pihak yang merasa dirugikan.
Bank umum tidak selalu menjalankan gagasan atau usulan mengaenai
produk baru perbankan dari pemerintah maupun Bank Indonesia. Bank umum
harus mempelajari dulu gagasan tersebut dan mempertimbangkan keuntungan
serta kerugian yang mungkin timbul akibat program tersebut. Sama halnya
dalam melaksanakan linkage program yang dicanangkan oleh Bank
Indonesia, sebelumnya bank konvensional maupun bank syariah melakukan
langkah-langkah atau proses pengembangan produk baru sebagai berikut:16
16
37
1. Pembangkit gagasan, yaitu pencarian gagasan produk baru secara
sistematis melalui berbagai sumber seperti sumber dari intern, pelanggan,
pesaing, penyalur, pemerintah, dan sumber-sumber lainnya.
2. Penyaringan gagasan, bertujuan untuk memilih yang trbaik dari sejumlah
gagasan yang ada sehingga menghasilkan gagasan yang menguntungkan.
3. Pengembangan dan pengujian konsep, hal ini dilakukan kepada
sekelompok konsumen melalui beberapa pertanyaan konsep yang
ditawarkan.
4. Strategi Pemasaran, yang meliputi pengembangan mutu ukuran, model,
penjualan, market share, dan laba yang diinginkan, kemudian strategi
pemasaran yang menyangkut pula tentang harga yang layak di
masyarakat.
5. Analisis bisnis, yaitu melakukan analisis terhadap strategi pemasaran
yang akan dijalankan nantinya dengan membeli berbagai alternatif yang
ada.
6. Pengembangan produk, dapat berupa gambar, contoh sampai kepada
uraian kata-kata.
7. Pengujian pasar, tujuannya untuk menguji penerimaan pasar yang
sesungguhnya.
8. Komersialisasi, merupakan tahap akhir setelah pengujian positif
38
2. Generic Model Linkage Program
Linkage program sejatinya sudah ada sejak tahun 2001, namun karena
aturan dalam pelaksanaannya masih belum jelas maka linkage program
belum dapat terealisasi dengan optimal, hingga akhirnya pada tahun 2004
Arsitektur Perbankan Indonesia (API) mengeluarkan generic model linkage
program yang menjadikan aturan dalam menjalankan linkage program lebih
jelas dan terarah.
Karena prinsip bank syariah dan bank konvensional berbeda maka
aturan linkage pada generic model linkage program-nya pun berbeda, disini
penulis akan memamparkan aturan yang dimuat dalam generic model linkage
program antara Bank Syariah dan LKM diantaranya adalah:17
a. Distribusi pendapatan, pada pola executing distribusi pendapatan sesuai
dengan nisbah yang telah disepakati antara bank syariah dan LKM. Pola
channeling bank syariah mendapatkan pendapatan dari nisbah bagi
hasil/margin yang telah disepakati dengan UMK, dan LKM mendapatkan
upah (fee) yang besarnya disepakati antara bank syariah dengan LKM.
Pada pola joint financing bank syariah juga mendapatkan pendapatan dari
nisbah bagi hasil/margin yang disepakati dengan UMK dan pembagian
pendapatan antara bank syariah dengan LKM sesuai dengan porsi yang
telah disepakati.
17
39
b. Dalam menentukan besarnya nisbah bagi hasil/margin bagu UMK harus
merupakan kesepakatan bersama dengan mempertimbangkan harga pasar
untuk usaha UMK yang akan dibiayai.
c. Target nasabah untuk pembiayaan dengan pola executing sepenuhnya
merupakan wewenang LKM, untuk pola channeling sepenuhnya
mrupakan wewenang bank syariah dan untuk pola joint financing
merupakan bersama antara bank syariah dan LKM.
d. Batas plafon per nasabah pada pola executing harus sesuai dengan Batas
Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), pada pola channeling dan joint
financing maksimum Rp. 500.000.000,-.
e. Jaminan utama dan tambahan dari UMK, harus sesuai dengan
Undang-Undang Perbankan. Pada pola executing jenis dan besarnya jaminan
ditentukan oleh LKM dengan tetap memperhatikan akad pembiayaan
antara LKM dan UMK, dan jaminan diadministrasikan oleh LKM. Pada
pola channeling jenis dan besarnya jaminan ditentukan oleh bank syariah
dengan tetap memperhatikan akad pembiayaan antara bank syariah dan
UMK, dan jaminan diadministrasikan oleh bank syariah (untuk jaminan
tambahan, diadministrasikan dan dapat diadministrasikan oleh LKM).
Pada pola joint financing jenis dan besarnya jaminan ditentukan bersama
oleh bank syariah dan LKM dengan tetap memperhatikan akad
pembiayaan antara bank syariah, LKM, dan UMK, dan jaminan
diadministrasikan oleh LKM yang bertindak untuk diri sendiri dan atas
40
f. Akad pembiayaan pada UMK, untuk pola executing dilakukan oleh
LKM, channeling dilakukan oleh LKM untuk dan atas nama bank
syariah, joint financing dilakukan oleh LKM bertindak untuk diri sendiri
dan atas nama bank syariah.
g. Jangka waktu proses persetujuan pembiayaan dalam rangka linkage
program bank syariah kepada LKM maksimum dua bulan setelah data
dan persyaratan telah dipenuhi secara lengkap.
3. Kebijakan Bank Indonesia Terkait Linkage Program
Bank Indonesia selaku bank sentral Indonesia yang mempunyai tugas
di bidang perbankan, seperti memajukan perkembangan yang sehat dari
urusan perbankan, dan mengadakan ketentuan atau kebijakan yang berkaitan
dengan pengeluaran dana oleh lembaga keuangan.18 Dalam hubungan ini
Bank Indonesia telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan mengenai linkage
program yaitu sebagai berikut:19
a. Penyediaan informasi kinerja BPR/S (LKM) yang akan menjadi calon
peserta linkage program.
b. Perlakuan khusus dalam penialaian kolektibilitas bagi
BUK/BUS/UUS yang menggunakan pola channeling.
c. Pertimbangan kemudahan pembukuan jaringan kantor cabang bagi
BPR/S (LKM).
d. Penyediaan fasilitas infrastruktur pendukung antara lain pelaporan
BPR/S (LKM) ke BI secara online.
18
Thomas Suyatno dkk, Kelembagaan Perbankan (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2003), h. 22. 19
41
e. Keikutsertaan dalam workshop setiap 6 (enam) bulan sekali yang
terkait kebijakan linkage program.
f. Promosi BUK/BUS/UUS dan BPR/S (LKM) antara lain pencantuman
nama bank dalam website Bank Indonesia, pencantuman logo sebagai
peserta linkage program di kantor BPR/S (LKM).
g. Linkage program award untuk BUK/BUS/UUS pemberi kredit
linkage program terbesar.
h. Bank Indonesia dan BUK/BUS/UUS menyebarkan informasi generic
model linkage program di masing-masing website.
4. Linkage Program Bank Syariah Mandiri
Setiap produk yang dikeluarkan oleh bank, membidik segmen yang
beragam. Hal ini dimaksudkan agar fungsi bank sebagai lembaga intermediasi
dapat berjalan dengan efektif. Linkage program Bank Syariah Mandiri
ditujukan kepada:20
a. Lembaga Keuangan Mikro/Syariah (LKM/S), Lembaga Keuangan
Bukan Bank (LKBB).
b. Usaha sudah berjalan selama 2 (dua) tahun.
c. Usaha tersebut memenuhi ketentuan dan persyaratan pembiayaan
yang berlaku serta dinyatakan layak oleh PT. Bank Syariah Mandiri.
Jika telah memenuhi persyaratan diatas dan ingin menjalin linkage
program dengan Bank Syariah Mandiri harus mengikuti standar operasional
seperti berikut ini:
42
a. Lembaga Keuangan Mikro mengajukan permohonan pembiayaan ke
Cabang PT. Bank Syariah Mandiri.
b. Wawancara dan pemenuhan informasi/data/dokumen persyaratan.
Dokumen yang harus dipenuhi oleh BPR/S:21
1) Surat Permohonan yang ditandatangani seluruh pengurus.
2) Laporan keuangan 2 tahun terakhir, termasuk NPF 2 tahun
terakhir.
3) Laporan tingkat kesehatan (hasil penilaian sendiri).
4) Legalitas pengurus (KTP/SIM/Paspor, Kartu Keluarga,
Curriculum Vitae).
5) Legalitas usaha berbentuk badan hukum (Surat Ijin Operasional
dari BI, TDP, SITU, NPWP, Akte Pendirian Usaha dan
perubahannya, Lembar Berita Negara).
6) Standard Operating Procedure (SOP) pembiayaan.
7) Rencana usaha 1 (satu) tahun kedepan.
8) Bukti Kepemilikan Jaminan.
9) Daftar nominatif end user.
Sedangkan dokumen yang harus dipenuhi oleh Koperasi Syariah
(Kopsyah)/Baitul Maal wat Tamwil (BMT)/Koperasi Jasa Keuangan
Syariah (KJKS)/Koperasi Unit Desa (KUD)/Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) ialah sebagai berikut:22
1) Surat Permohonan yang ditandatangani seluruh pengurus.
21
Ibid.
22
43
2) Laporan keuangan 2 tahun terakhir, termasuk NPF 2 tahun
terakhir.
3) Laporan tingkat kesehatan (jikla ada: dari Dinas Koperasi
Setempat).
4) Legalitas pengurus (KTP/SIM/Paspor, Kartu Keluarga,
Curriculum Vitae).
5) Legalitas usaha berbentuk badan hukum (SIUP, TDP, SITU,
NPWP, Akte Pendirian Usaha dan perubahannya, serta AD/ART,
Lembar Berita Negara).
6) Rencana usaha 1 (satu) tahun kedepan.
7) Bukti Kepemilikan Jaminan.
8) Daftar nominatif end user.
c. On the Spot (OTS) dan transaksi jaminan.
d. Analisa layak atau tidaknya diberikan pembiayaan.
e. Penandatanganan surat persetujuan pembiayaan dari BSM
f. Akad pembiayaan
g. Pencairan pembiayaan.
Linkage program BSM terdiri dari dua pola yaitu pola executing dan
pola channeling. Untuk pola executing menggunakan akad mudharabah,
sedangkan pola channeling biasanya menggunakan akad murabahah kepada
calon nasabahnya dengan tingkat margin maksimal 20%.23
23
44
Pada pola executing, sebelum LKM dan LKBB mengajukan
pembiayaan kepada Bank Syariah Mandiri, biasanya LKM telah
mengelompokkan calon anggota yang akan mendapatkan pembiayaan lewat
dua dana yang didapat dari Bank Syariah Mandiri, jika belum ada atau sedikit
yang akan mendapatkan pembiayaan dari LKM atau LKBB, maka pencairan
dana dapat dilakukan secara berangsur. Sedangkan untuk pola channeling,
LKM atau LKBB mengajukan kepada calon anggota yang ingin mendapatkan
pembiayaan.
D. Baitul Maal wa Tamwil
Bait al-Maal berasal dari dua kata yakni, bait yang berarti adalah rumah,
dan al-maal yang berarti harta, kalau kedua kata itu digabungkan mempunyai arti
yang tidak jauh berbeda dari penggalan-penggalan katanya yaitu, rumah harta atau
perbendaharaan harta. Banyak ahli berbeda pendapat tentang fungsi dari bait
al-Maal serta siapa yang pertama kali mendirikan al-Maal.
Mannan membagi bait al-Maal kepada tiga macam:24
1. Bait al-Maal al-Ikhlas, adalah perbendaharaan kerajaan atau dana
rahasia, dengan sumber pendapatan dan unsur pengeluaran sendiri.
Pengeluaran-pengeluaran itu antara lain pengeluaran pribadi khalifah,
istana pensiun anggota keluarga raja, pegawai istana, dan hadiah dari
para khalifah kepada pangeran asing.
24
Muhammad Abdul Mannan, Ekonomi Islam : Teori dan Praktek (Dasar-dasar